Perbedaan Penyuluhan dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Perilaku Merokok Di SMA Negeri 4 Tuban 2012 Differences Extension with Lecture Method and Discussion Against Smoking Behavior in SMAN 4 Tuban in 2012 Mariyatul Qiftiyah STIKES NU TUBAN ABSTRAK Pada abad sekarang ini merokok telah menjadi problem sosial di tengah masyarakat. Konsumsi rokok di Indonesia tahun 2002 berjumlah 182 milyar. Menurut WHO pada tahun 2009 mencapai 1,1 milyar yang terdiri dari 47 % adalah pria, 4 % adalah wanita dan 49 % adalah anak-anak. Untuk menangani masalah ini beberapa usaha dapat dilakukan antara lain dilakukan promosi kesehatan tentang bahaya merokok terhadap kesehatan dengan menggunakan metode yang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi dalam meningkatkan sikap siswa tentang bahaya merokok. Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan quasi experimental. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 4 Tuban. Sampel penelitian berjumlah 30 responden. Cara pemilihan sampel dengan tekhnik simple random sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan α = 0,01. Dari analisa data menggunakan SPSS Versi 11.6 didapatkan hasil Nilai Z perlakuan ceramah (- 3,201) > dari nilai Z perlakuan diskusi (- 3,298) menunjukkan bahwa penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi secara signifikan (p < 0,01) memberikan dampak positif yang lebih nyata terhadap peningkatan sikap tentang bahaya merokok pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban. Kesimpulannya penyuluhan dengan metode diskusi lebih efektif daripada metode ceramah dalam meningkatkan sikap tentang bahaya merokok. Disarankan kepada pihak sekolah maupun pihak yang bertugas memberikan penyuluhan mengadakan penyuluhan lebih lanjut menggunakan metode diskusi, mengingat semakin tingginya angka kejadian merokok pada pelajar di Indonesia. Kata kunci : ceramah, diskusi, sikap, rokok ABSTRACT In this century smoking has become social problems in the community. Cigarette consumption in Indonesia in 2002 amounted to 182 billion. According to the WHO in 2009 reached 1.1 billion consisting of 47% were male, 4% were female and 49% are children. To address this problem several attempts to do health promotion among others about the dangers of smoking to health by using appropriate methods. The purpose of this study was to determine the effectiveness of counseling with a lecture and discussion on improving students' attitudes about the dangers of smoking. This study is a survey of analytic quasi experimental approach. The population in this study was a class XI student at SMAN 4 Tuban. Study sample were 30 respondents. How sampling with purposive sampling technique. Instruments used questionnaires. Data were analyzed with the Wilcoxon Signed Rank Test with significance (p <0.01). From the analysis of data using SPSS version 11.6 result Z value treatment 1 (lecture) (- 3.201)> Z value of treatment 2 (discussion) (- 3.410) indicates that the extension using the method of discussion was significantly (p <0.01) give more tangible positive impact on attitudes about the dangers of smoking increased in class XI IPS SMAN 4 Tuban. In conclusion counseling with discussion method is more effective than the lecture method in improving attitudes about the dangers of smoking. It is suggested that the school nor the parties responsible for providing counseling held further elucidation using the method of discussion, given the high incidence of smoking in students in Indonesia. Keywords: lectures, discussions, attitude, cigarette
PENDAHULUAN Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara social. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan
menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan Perilaku dan perbuatanperbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja. Salah satu bentuk kenakalan remaja yang sering terjadi adalah perilaku merokok. Perilaku yang mereka lakukan tersebut tidak sesuai dengan perilaku kesehatan yang seharusnya dilakukan. Padahal tidak sedikit dari mereka mengetahui dampak buruk dari merokok. Namun, bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah kebiasaan yang mengenakkan bagi mereka, sehingga mereka sulit untuk mengubah perilaku tersebut. Hal tersebut sebenarnya sudah diantisipasi dengan cara menggiatkan berbagai bentuk kegiatan
pemberian informasi baik melalui penyuluhan maupun media massa. Tetapi angka kejadian merokok pada remaja tetap tinggi dan cenderung semakin meningkat. Jumlah perokok di dunia menurut WHO pada tahun 2009 mencapai 1,1 milyar yang terdiri dari 47 % adalah pria, 4 % adalah wanita dan 49 % adalah anak-anak. Menurut Dr. Robert Kim-Farley, utusan WHO di Jakarta, terdapat pergeseran prosentase perokok dari wanita dan pria ke wanita dan anak-anak. Sedangkan survey yang dilakukan di Indonesia menunjukkan angka beragam yaitu 4 % anak sekolah dan 2,9 % mahasiswa merokok. Di Indonesia banyak pemandangan remaja merokok baik di tempat umum dan di rumahnya sering kali terlihat, sekitar 15% remaja Indonesia telah merokok. Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada siswa laki-laki kelas 1 di SMA Negeri 4 Tuban didapatkan, dari 50 siswa yang disurvei, sebanyak 26 siswa merokok (52 %). Serta berdasarkan keterangan yang didapat dari guru BK SMA Negeri 4 Tuban jumlah siswa yang merokok mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, untuk tahun 2011 jumlah siswa SMA Negeri 4 Tuban yang merokok sebesar kurang lebih 40%, prosentase tersebut bertambah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar kurang lebih 38,5%. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya ‘membakar uang’ apalagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri. Safarino menyatakan bahwa merokok menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif. Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah.1 Perilaku merokok pada remaja bisa diminimalisir dan dirubah. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku adalah adalah faktor pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun informal yaitu termasuk penyuluhan. Metode yang sering digunakan dalam memberikan penyuluhan adalah metode ceramah. Metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Namun dalam kenyataannya dengan metode tersebut tidak banyak memberikan perubahan yang signifikan pada sasaran penyuluhan. Hal tersebut dikarenakan dengan metode ceramah, yang berperan aktif adalah penyuluh untuk mempengaruhi
sasaran. Selain metode ceramah, adapula metode lain yang lebih efektif dalam merubah pengetahuan, sikap bahkan perilaku namun jarang digunakan dalam memberikan penyuluhan yaitu metode diskusi. Diskusi merupakan suatu pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah serta membahas satu topik yang menjadi perhatian umum dimana masingmasing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Dengan jumlah anggota diskusi 5 (lima) sampai 20 (dua puluh) orang. Dalam teori dijelaskan bahwa diskusi sebagai metode penyuluhan kelompok memiliki nilai lebih dibandingkan dengan metode penyuluhan melalui media massa, karena dengan metode diskusi umpan balik dapat diperoleh secara langsung. Hal ini akan menghilangkan atau mengurangi salah persepsi antara audience dengan penyuluh. Disamping itu interaksi dalam diskusi memungkinkan terjadinya tukar pengalaman maupun pengaruh antar anggota kelompok serta memberikan kesempatan bagi penyuluh untuk mempengaruhi sasarannya. Diskusi dapat merubah perilaku seseorang, hal ini dimulai dengan perubahan pengetahuan pada seseorang setelah diberikan penyuluhan tentang suatu informasi, pengetahuan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi sikap sehingga akan terbentuk suatu perilaku baru. Salah satu bentuk tindakan untuk mengurangi kejadian merokok pada remaja adalah dengan memberikan penyuluhan. Dengan memberikan penyuluhan diharapkan akan bisa menambah pengetahuan remaja tentang merokok, sehingga remaja akan berpikir ulang saat mempunyai keinginan merokok, dan bagi remaja yang sudah merokok, akan bisa mengurangi kebiasaannya tersebut. Berdasarakan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan metode diskusi terhadap pengetahuan dan sikap merokok. Sehingga diharapkan pula akan mempengaruhi perilaku merokok. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test- post-test group design adalah merupakan penelitian dengan cara melakukan observasi sebanyak 2 kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Kelompok pertama diberi perlakuan ceramah. Kelompok kedua diberi perlakuan diskusi. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (pre-test dan post-test) pada kedua kelompok.2
Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku merokok.
Negeri 4 Tuban Bulan Agustus Tahun 2012.
HASIL PENELITIAN Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban Sebelum Diberikan Perlakuan Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Sebelum Perlakuan di SMA Negeri 4 Tuban Bulan Agustus Tahun 2012
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 29 responden, sebagian besar 19 responden (63,33 %) mempunyai perilaku merokok cukup.
Dari Tabel 2 menunjukkan dari 15 responden, sebagian besar 11 responden (73,33 %) mempunyai perilaku merokok cukup. Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban Setelah Diberikan Perlakuan Berupa Penyuluhan dengan Metode Diskusi Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Setelah Diberikan Penyuluhan Berupa Penyuluhan dengan Metode Diskusi di SMA Negeri 4 Tuban Bulan Agustus Tahun 2012
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan dari 29 respo Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban Setelah Diberikan Perlakuan Berupa Penyuluhan dengan Metode Ceramah Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Setelah Diberikan Perlakuan Setelah Diberikan Perlakuan Berupa Penyuluhan Dengan Metode Ceramah di SMA
Dari tabel 3 menunjukkan dari 14 responden, mayoritas 13 responden (92,86 %) mempunyai perilaku baik. Perbedaan Penyuluhan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Perilaku Merokok di SMA Negeri 4 Tuban
Tabel 4. Perbedaan Perilaku Merokok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berupa Penyuluhan Dengan Metode Ceramah di SMA Negeri 4 Tuban Bulan Agustus 2012
Tabel 5. Perbedaan Perilaku Merokok Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Berupa Penyuluhan Dengan Metode Diskusi di SMA Negeri 4 Tuban Bulan Agustus 201
Berdasarkan tabel di atas untuk metode ceramah, sebelum diberikan perlakuan, yang mempunyai perilaku baik sebanyak 2 (13,33 %) dan sesudah diberikan perlakuan menjadi sebanyak 3 (20 %). Dan metode diskusi, sebelum diberikan perlakuan, yang mempunyai perilaku baik sebanyak 3 (20 %) dan sesudah diberikan perlakuan menjadi sebanyak 13 (92,86 %). ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penyajian data di atas terdapat dua kelompok yaitu kelompok dengan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dan kelompok dengan perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi. Dari data di atas terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dan perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi. Pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan sedangkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi terdapat perbedaan yang cukup signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan Hasil analisa data dengan bantuan program komputer SPSS versi 11,5 didapatkan untuk perlakuan metode ceramah nilai Z = - 3,201 , p = 0,001 H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan perilaku merokok sebelum dan sesudah diberi perlakuan 1 yaitu penyuluhan dengan metode ceramah dan untuk perlakuan metode diskusi didapatkan nilai Z = - 3,298 , p = 0,001 H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan perilaku merokok sebelum dan sesudah diberi perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi. Nilai Z perlakuan 1 (- 3,201) > dari nilai Z perlakuan 2 (3,298) artinya perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi lebih efektif dalam merubah perilaku merokok daripada perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi. PEMBAHASAN 1. Identifikasi Perilaku Merokok Siswa Laki-laki Kelas XI IPS yang Merokok di SMA Negeri 4 Tuban Sebelum Diberikan Perlakuan Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 29 siswa laki-laki kelas XI IPS yang merokok yang diteliti dengan pembagian 15 siswa untuk perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah dan 14 siswa untuk perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi didapatkan bahwa pada siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban dengan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah sebanyak 10 (66,67 %) siswa yang mempunyai perilaku merokok cukup, 3 (20,0 %) siswa yang mempunyai perilaku kurang, dan 2 (13,33 %) yang mempunyai perilaku baik. Dan untuk perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi sebanyak 9 (64,29%) siswa yang mempunyai perilaku merokok cukup, 3 (21,41%) siswa yang mempunyai perilaku baik, dan 2 (14,3%) yang mempunyai perilaku kurang. Menurut Erikson perilaku merokok pada remaja berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa-masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya.3
Dari berbagi aspek, mudhorot atau bahaya merokok lebih banyak daripada manfaatnya. Dari segi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonoksida) dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat, menstimulasi kanker dan berbagai penyakit lain. Bahaya-bahaya tersebut akan bertambah buruk saat Perilaku merokok tersebut dimulai dari usia remaja. Bahkan pada bungkus rokok pun terdapat seruan bahwa merokok dapat merugikan kesehatan dan dikatakan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker, impotensi, jantung, gangguan kehamilan dan janin. Hal ini menunjukkan betapa rokok memiliki resiko yang sangat tinggi bagi kesehatan. Dilihat dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya ‘membakar uang’ apalagi jika hal tersebut dilakukan remaja yang belum mempunyai penghasilan sendiri. Safarino menyatakan bahwa merokok menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif. Resiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat rendah.3 Perilaku merokok pada remaja dipengaruhi banyak faktor yang mendukung terutama disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi dimana rasa keingintahuan mengenai sesuatu sangat tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh pergaulan sekitar, pola pikir yang masih labil dan kurangnya informasi yang didapat mengenai perilaku merokok. Pada kenyataannya salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi kejadian ini adalah dengan memberikan informasi mengenai bahaya merokok. Namun terkadang metode yang digunakan dalam memberikan informasi tersebut kurang tepat sehingga materi yang disampaikan tidak diserap remaja dengan baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata memang benar, hampir seluruh siswa yang menjadi responden mempunyai perilaku merokok yang kurang baik. Hal ini didukung karena lingkungan yang mayoritas adalah perokok dan juga karena kurangnya informasi yang didapat mengenai bahaya merokok. . 2. Identifikasi Perilaku Merokok Sesudah Diberikan Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Banyak cara yang bisa dilakukan seseorang untuk merubah perilaku (sikap). Salah satunya adalah dengan pemberian informasi (penyuluhan). Pada pelaksanaan penyuluhan juga terdapat berbagai macam metode yang bisa digunakan. Salah satunya adalah dengan metode ceramah. Menurut M.Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramah adalah tekhnik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Menurut Mahfudz Sholahudin dkk, metode ceramah adalah suatu penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yang menekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar ke pelajar (pengajar aktif pelajar
pasif). Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memberikan penyuluhan. Metode ceramah bisa digunakan pada sasaran yang berpendidikan rendah maupun tinggi dan sangat cocok digunakan pada penyuluhan dengan menyampaikan pesan yang berupa fakta dan jumlah murid atau audiens yang terlalu banyak. Menurut M. Basyiruddin Usman metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yaitu suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid atau audiens melakukan aktifitas yang sama, sehingga guru atau penyuluh dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif, tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat, murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan , pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak, melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat, dapat memberikan motivasi dan dan dorongan kepada siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok, tetapi jika waktu masih panjang maka dapat dijelaskan lebih mendetail. Namun disamping beberapa kelebihan, metode ceramah juga mempunyai beberapa kekurangan, diantaranya yaitu interaksi bersifat centered (terpusat pada guru), guru kurang dapat mengetahui secara pasti sejauh mana murid telah menguasai bahan ceramah, mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru, siswa kurang menangkap apa yang dimaksud oleh guru jika berisi istilah-istilah yang kurang atau tidak dimengerti oleh siswa, tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat, guru berperan lebih aktif dan murid pasif, bila guru menyampaikan bahan sebanyakbanyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan siswa, cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang. Pemberian informasi (penyuluhan) dengan metode ceramah dapat menambah pengetahuan seseorang akan suatu hal, dalam hal ini adalah informasi tentang rokok. Dalam prosesnya, perubahan pengetahuan itupun akan diikuti dengan perubahan sikap. Dan pada akhirya perubahan sikap dan berlangsung terus menerus itulah yang membentuk suatu perilaku baru. Metode ceramah cukup efektif digunakan karena pemegang kendali dalam metode ini adalah penyuluh sehingga meminimalkan risiko pembahasan yang keluar dari materi yang dikehendaki. Disamping itu dalam pelaksanaannya, penyuluhan dengan metode ceramah disertai dengan alat bantu misal lembar balik, gambar, sehingga audiens lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa dengan melakukan penyuluhan
menggunakan metode ceramah terjadi perubahan pada perilaku siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban, namun tidak terlalu signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan responden kurang memperhatikan materi yang disampaikan, siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban jenuh, kurangnya kontrol dari penyuluh terhadap audiens, sehingga informasi yang didapat tidak maksimal dan mempengaruhi perilaku mereka terhadap bahaya rokok. Oleh sebab itu pada metode ini yang paling penting diperhatikan adalah peran penyuluh dalam memberikan penyuluhan dan membuat audiens tetap tertarik terhadap materi yang disampaikan sehingga audiens memahami isi dari materi yang disampaikan. Serta mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi seimbang dengan status gizi balita Dari tabel 3 di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perubahan perilaku merokok sesudah diberikan penyuluhan dengan metode diskusi yaitu dari siswa yang mempunyai perilaku baik sebanyak 3 (20 %) menjadi 13 (92,86 %). Metode diskusi merupakan salah satu metode yang bisa digunakan dalam memberikan penyuluhan namun jarang digunakan. Diskusi merupakan salah satu cara yang efektif untuk merubah sikap dan perilaku seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah cara belajar mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Menurut Maidar G.Arsjad dan Mukti U.S diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian, kesepakatan dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Menurut Zuhairini dkk metode diskusi adalah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid. Menurut Armai Arief di dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi antara lain suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti : sikap, toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis dan lain sebagainya, kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengalami proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan, siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam musyawarah, membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik, tidak terjebak pada pemikiran individu yang kadang-kadang salah, dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan/pemikiran orang lain. Disamping kelebihan tersebut ada beberapa kekurangan metode diskusi yaitu menurut Roetiyah N.K di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekurangan metode diskusi adalah terkadang bisa terjadi adanya
pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama, dalam diskusi menghendaki pembuktian logis yang tidak terlepas dari fakta-fakta , tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban setelah diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yaitu peserta adalah pengamat yang lebih baik daripada penyuluh dalam penyelesaian praktis, hal ini terjadi karena peserta adalah orang yang merasakan langsung masalah-masalah yang mereka hadapi, dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa, bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta, sehingga memungkinkan peserta tidak malu untuk berbicara, peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu, peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya. Hal ini akan memungkinkan peserta untuk mengadopsi pemecahan masalah yang dibicarakan dalam kelompok, peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi pada penentuan masalah yang akan didiskusikannya. Namun disamping itu ada juga beberapa kekurangan penyuluhan dengan metode diskusi diantaranya adalah Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas, terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara sama sekali, sehingga ketangkasan penyuluh sangat diperlukan untuk menghindarkan masalah seperti ini. 4. Perbedaan penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku merokok Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test yang menggunakan teknik Simple Random Sampling pre test post test group design, dengan tingkat kemaknaan ρ = 0,01 dimana T hitung > T tabel berarti H0 ditolak artinya terdapat perbedaan antara penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku merokok dan secara statistik perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi lebih baik dari perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah. Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan perubahan perilaku merokok sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dengan perubahan perilaku merokok sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode diskusi. Dari keseluruhan siswa yang diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah sebanyak 15 siswa, sebelum diberikan perlakuan, yang mempunyai perilaku baik sebanyak 2 (13,33 %) dan sesudah diberikan perlakuan menjadi sebanyak 3 (20 %). Dan dari keseluruhan siswa yang diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode
diskusi sebanyak 14 siswa, sebelum diberikan perlakuan, yang mempunyai perilaku baik sebanyak 3 (20 %) dan sesudah diberikan perlakuan menjadi sebanyak 13 (92,86 %). Menurut M. Basyiruddin Usman metode ceramah efektif untuk menambah pengetahuan mengenai suatu hal, sehingga juga akan mempengaruhi sikap orang tersebut, hal ini dikarenakan metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yaitu suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid atau audiens melakukan aktifitas yang sama, sehingga guru atau penyuluh dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif, tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat, murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan, pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak, melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat, dapat memberikan motivasi dan dan dorongan kepada siswa dalam belajar, fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok, tetapi jika waktu masih panjang maka dapat dijelaskan lebih mendetail. Namun disamping beberapa kelebihan, metode ceramah juga mempunyai beberapa kekurangan, sehingga walaupun dapat merubah sikap seseorang, namun perubahan yang ditunjukkan tidak terlalu besar. Diantara kekurangannya yaitu interaksi bersifat centered (terpusat pada guru), guru kurang dapat mengetahui secara pasti sejauh mana murid telah menguasai bahan ceramah, mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru, siswa kurang menangkap apa yang dimaksud oleh guru jika berisi istilah-istilah yang kurang atau tidak dimengerti oleh siswa, tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat, guru berperan lebih aktif dan murid pasif, bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kemampuan penerimaan siswa, cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang. Dibandingkan dengan metode ceramah, metode diskusi menunjukkan perubahan yang lebih nyata dalam hal merubah sikap seseorang mengenai suatu hal. Hal ini dikarenakan metode diskusi mempunyai beberapa kelebihan sehingga memaksimalkan alih informasi mengenai suatu masalah. Menurut Armai Arief di dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi antara lain suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan, dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti : sikap, toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis dan lain sebagainya, kesimpulan hasil
diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengalami proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan, siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam musyawarah, membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik, Tidak terjebak pada pemikiran individu yang kadang-kadang salah, dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan/pemikiran orang lain. Disamping kelebihan tersebut ada beberapa kekurangan metode diskusi yang juga bisa menyebabkan lambat atau gagalnya alih informasi mengenai suatu hal. Adapun kekurangannya menurut menurut Roetiyah N.K di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar yaitu kekurangan metode diskusi adalah terkadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang cukup lama, dalam diskusi menghendaki pembuktian logis yang tidak terlepas dari fakta-fakta , tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar Maka dari sini dapat diketahui dengan jelas bahwa dengan diberikannya perlakuan (penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi) pada siswa laki-laki yang merokok dapat merubah perilaku (sikap) yang dimiliki dalam hal merokok. Dan diantara kedua metode penyuluhan yang digunakan, yang lebih efektif dalam merubah perilaku (sikap) adalah penyuluhan dengan metode diskusi. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, bahwa penyuluhan dengan metode diskusi lebih efektif digunakan untuk mengubah sikap seseorang dikarenakan beberapa kelebihan dari metode diskusi dibanding dengan metode ceramah ataupun metode yang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : Adapun kesimpulan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban sebelum diberi perlakuan yang terbanyak adalah perilaku merokok cukup sebanyak 20 siswa (66,67 %) 2. Perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban sesudah diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah adalah perilaku baik sebanyak 3 siswa (20 %) 3. Perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban sesudah diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode diskusi adalah perilaku baik sebanyak 13 siswa (92,86 %) 4. Terdapat perbedaan penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi terhadap perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS di SMA Negeri 4 Tuban. Dan metode yang lebih efektif dalam merubah perilaku (sikap) merokok adalah penyuluhan dengan metode diskusi. DAFTAR PUSTAKA
1. Komalasari, Dian & Helmi, Avin Fadilla. Faktor-Faktor 2. 3.
Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi (28: 37 : 47), 2002. Arief, Armai. Pengantar dan Metodologi Pendidikan. Ciputat Pers. Jakarta, 2002. Komalasari, D & Helmi, A.F. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi UGM. No. 2, 200