PERBEDAAN PENGATURAN QUICK OF BLOOD BERDASARKAN PERUBAHAN BERAT BADAN DAN KENYAMANAN TERHADAP PENCAPAIAN ADEKUASI HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISIS RSUD BANYUMAS Alfiyatun Ni’mah1, Endiyono2, Eko Winarto3 1
Program Studi Ilmu Keperawatan , Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto 3 Perawat spesialis di RSUD Banyumas Abstrak
Latar Belakang : Hemodialisa merupakan tindakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh dengan proses eliminasi normal akibat gagal ginjal. Adekuasi hemodialisa dapat dihitung dengan Kt/V. Untuk mencapai Kt/V sesuai standar, Qb yang diterapkan harus sesuai dengan perubahan berat badan pasien. Metode : Jenis penelitian dengan quasi eksperimen dengan mengukur nilai adekuasi hemodialisis Kt/V antara kelompok qb dengan kenyamanan (kontrol) dan qb sesuai perubahan berat badan(intervensi). Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 pasien, dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 responden Hasil : Karakteristik responden, laki-laki (57,5%), usia dominan 35-55 tahun (70%). Hasil uji t antar kelompok kontrol dan kelompok intervensi, awal sebelum perlakuan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p-value=0,357>0,05) setelah perlakuan pengaturan QB, terdapat perbedaan yang bermakna (p-value =0,000<0.05). Kesimpulan : Metode pengaturan QB sesuai perubahan berat badan lebih banyak membersihkan racun darah sisa metabolisme pasien dan membuat nilai adekuasi hemodalisis pasien lebih optimal. Kata kunci : Quick of blood (QB), adekuasi hemodialisis, Kt/V
bulan (Black & Hawks, 2009; Kliger, 2010; National Kidney Disease Education Program, 2010). Gagal ginjal suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa transplantasi ginjal dan dialisis (Suwitra, 2006). glomerulonefritis (36,4%), penyakit ginjal obstruksi dan infeksi (24,4%), penyakit ginjal diabetic (19,9%) sebab lain (5,2%) (Prodjosudjadi, 2009). Perhimpunan
PENDAHULUAN Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa darah, ditandai adanya protein dalam darah urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3 Data dari beberapa pusat penelitian yang tersebar di seluruh Indonesia melaporkan bahwa penyebab gagal ginjal tahap akhir yang menjalani dialisis adalah
1
2
Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2000 mencatat penderita penyakit ginjal tahap akhir di Indonesia yang memilih terapi hemodialisis karena glomelunofritis adalah 46,39 %, Diabetes mellitus 18,65 %, obstruksi dan infeksi saluran kemih 12,85 %, hipertensi 8,46%, serta sebab lainnya 13,65% (Sudoyo, Sutiyahadi, Alwi, Simadibrata & Setiati, 2006). Wilayah Jawa Tengah, kasus gangguan fungsi ginjal pada tahun 2004 dilaporkan sebanyak 170 kasus (Dinkes PemProp Jateng, 2004). Berdasarkan data di ruang hemodialisis RSUD Banyumas pada tahun 2013 pasien CKD yang menjalani terapi dialisis semakin meningkat dari bulan januari sebanyak 124 pasien,bulan februari sebanyak 133 pasien dan bulan maret 137 pasien (Rekam Medik RSUD Banyumas, 2013). Intervensi untuk pasien CKD yang saat ini semakin banyak digunakan yaitu hemodialisis. Hemodialisis merupakan suatu cara untuk mengeluarkan produk sisa metabolisme berupa larutan dan air yang ada pada darah melalui membran semipermeabel atau yang disebut dengan dialyzer (Thomas, 2002). Prinsip kerja perpindahan cairan pada hemodialisis adalah difusi, osmosis, ultrafiltrasi dan konveksi (Thomas, 2002; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005). Terapi pengganti ginjal jenis Hemodialisa lebih banyak dipilih dibandingkan dengan terapi Peritoneal Dialysis karena proses yang lebih singkat dan lebih efisien terhadap pengeluaran zat-zat dengan berat molekul rendah (Ignatavicius & Workman, 2006). Terapi pengganti ginjal jenis hemodialisa diarahkan untuk mencapai adekuasi hemodialisa. Adekuasi atau kecukupan hemodialisis merupakan terpenuhinya kebutuhan hemodialisis yang ditandai
dengan pasien merasa lebih baik dan nyaman serta semakin panjangnya usia hidup pasien (Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005). Cara penilaian adekuasi hemodialisis dapat secara kualitatif dan kuantitatif. Kriteria adekuasi hemodialisis kualitatif dapat dinilai secara klinis seperti; keadaan umum dan nutrisi yang baik, normotensi, tidak terjadi anemia, keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa masih normal, metabolisme kalsium dan fosfor terkontrol, kualitas hidup baik. Dampak negatif dari hemodialisis yang tidak adequat akan dijumpai tanda-tanda lemah atau cepat lelah, berat badan turun, tidak ada nafsu makan, nause/vomiting, merasa nyaman setelah dialisis, kulit yellowish skin color, sering infeksi, perdarahan memanjang, prematur death. Apabila suatu tindakan hemodialisis tidak adequat maka akan meningkatkan mortalitas. Penelitian oleh Charra (2000 dalam Thomas, 2002) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kecukupan dialisis yang adekuat dengan pencapaian tujuan dialysis Adekuasi hemodialisis secara kuantitatif dengan menghitung Urea Reduction Ratio (URR ) atau menggunakan rumus Kt/V. Urea Reduction Ratio merupakan reduksi ureum pada pasien hemodialisis dari predialisis sampai postdialisis. Sedangkan Kt/V (Urea Kinetik modeling) merupakan ratio bersihan ureum dan waktu selama hemodialisis terhadap volume urem yang terdistribusi pada tubuh pasien. K adalah bersihan ureum dializer (mL/menit), t menyatakan lamanya waktu hemodialisis (menit) dan V adalah volume distribusi ureum dalam cairan tubuh (ml) (Kallenbach, Gutch, Stoner, & Corca, 2005).
3
Konsep Kt/V menjadi metode pilihan untuk mengukur dosis dialisis yang diberikan karena lebih akurat menunjukkan penghilangan urea, bisa dipakai untuk mengkaji status nutrisi pasien dengan memungkinkan perhitungan angka katabolisme protein yang dinormalisir dan bisa dipakai untuk peresapan dialisis untuk penderita yang memiliki fungsi renal residual (Daugirdas,Blake & Ing,2007). Konsensus Dialisis Pernefri ( 2003 ) menyatakan target Kt/V yang ideal adalah 1,2 ( URR 65% ) untuk hemodialisis 3X perminggu selama 4 jam perkali hemodialisis dan 1,8 untuk hemodialisis 2X perminggu selama 4-5 jam perkali hemodialisis. Faktor yang berkontribusi pada konsep Kt/V yaitu waktu dialisis, dialisat, akses vaskuler, water treatment, status nutrisi, kecepatan aliran darah (Quick of Blood). Proses perpindahan cairan darah pasien menuju dializer ditentukan oleh kecepatan aliran darah. Kecepatan aliran darah (Quick of Blood/ Qb) merupakan jumlah darah yang dapat dialirkan dalam satuan waktu ( ml/menit ). Semakin banyak darah yang dialirkan menuju dializer dalam permenitnya maka semakin banyak zat-zat toksik dan cairan yang berlebih dapat dikeluarkan dapat dikeluarkan dari tubuh pasien (Kallenbach, Gutch, Stoner, & stabil yang sesuai kondisi pasien. Selama proses hemodialisis berlangsung, perawat ruangan melakukan pengaturan dan pemantauan Qb. Saat intra hemodialisis, apabila pasien mengalami komplikasi yang membutuhkan intervensi pengaturan Qb maka perawat melakukan pengaturan Qb hingga pasien merasa nyaman (NIDDK, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaturan Qb berdasarkan perubahan berat badan pasien
Corca ,2005). Pengaturan Qb yang tepat diperlukan untuk tercapainya bersihan (clearence) yang optimal. Quick of Blood (Qb) setiap pasien hemodialisis dapat ditentukan berdasarkan ukuran lumen kateter/jarum (Gibney, 2010; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005), akses vaskuler (Weitzel & Ypsilanti, 2006; Kallenbach, Gutch, Stoner & Corca, 2005), berat badan (Kim, 2004). Daugirdas, Blake, & Ing (2007) menyampaikan bahwa pengaturan Qb perlu memperhatikan penyakit kardivaskuler yang diderita pasien hemodialisis. Pencapaian Qb yang optimal dapat ditentukan dari pemberian dynamic arterial line pressure sebesar – 200 mmHg (Bravo, 2008). Pengaturan Qb yang diberikan kepada pasien selain disesuaikan dengan kepatenan akses vaskuler juga memperhatiakan kenyamanan pasien. Kenyamanan pasien berkaitan dengan komplikasi intradialisis yang dialami oleh pasien seperti hipotensi, kram, mual, muntah, ataupun pusing. Nilai Qb yang biasa diberikan pada pasien hemodialisis berkisar antara kecepatan 200-300 mL/menit. Selanjutnya diberikan kecepatan antara 200-300 mL/menit hingga diperoleh nilai Qb yang mendekati dengan pengaturan Qb berdasarkan kenyamanan terhadap pencapaian adekuasi hemodialisis. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD
4
Banyumas., pasien rutin yang menjalani terapi hemodialisis minimal selama 3 bulan. ,pasien yang menjalani hemodialisa 2x seminggu, pasien yang menjalani hemodialisa 4 jam. Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:. Pasien yang mempunyai komplikasi penyakit (kardiovaskuler). Analisadatamenggunakan uji t independen untuk mengidentifikasi perbedaan adekuasi hemodialisis antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di Ruang Hemodialisa RSUD Banyumas pada Desember 2013 sampai Januari 2014. Jumlah responden yang diambil sebanyak 40 pasien, dibagi dalam 2 kelompok. Masing-masing kelompok berjumlah 20 responden. Karakteristik responden Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat di tabel 4.1
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Variabel
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Kelompok Quick of blood(QB) Sesuai kenyamanan Sesuai perubahan pasien (kontrol) berat badan pasien (n-20) (intervensi) (n=20) n % n % n 12 8 20
60% 40% 100%
11 9 20
55% 45% 100%
Total (n=40)
23 17 40
% 57,5% 42,5% 100%
Berdasarkan jenis kelamin pasien yang
mendominasi sebesar 60% . Hasil sama
menjalani hemodialisa didominasi oleh
pada kelompok intervensi responden
laki-laki (57,5%) sejumlah 23 subyek
laki-laki ikut mendominasi (55%).
dari total 40 subyek penelitian. Pada
Karakteristik responden berdasarkan
masing masing kelompok, kelompok
usia dapat dilihat di tabel 4.2
kontrol jenis kelamin laki-laki
5
Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan usia Variabel
Usia <21 tahun 21-34 tahun 35-55 tahun >55 tahun Jumlah
yang
Kelompok Quick of blood(QB) Sesuai kenyamanan Sesuai perubahan pasien (kontrol) berat badan pasien (n-20) (intervensi) (n=20) n % n % n 0 2 14 4 20
0% 10% 700% 20% 100%
1 4 14 1 20
5% 20% 70% 5% 100%
Total (n=40)
1 6 28 5 40
% 2,5% 15% 70% 12,5% 100%
Usia 35-55 tahun pada total pasien
subyek yang paling banyak mendominasi
menjalani
(70%).
hemodialisa
termasuk
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan berat badan interdialisis No
Variabel
1
Kelompok QB sesuai kenyamanan pasien (kontrol) Berat badan interdialisis (Kg) Pre HD Post HD
2
Kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien (intervensi) Berat interdialisi Pre HD Post HD
Mean Median
Standar deviasi
Min-Max
95% CI
3,547 3,5 56,87 54,750 51,175 50
0,980
1,5-6,5
12,05
35-86,5
11,770
43-63
3,3943,700 54,98758,781 51,28155,61
3,153 3,00 53,322 50,550 51.175 50,00
0,7709
1,5-5
11,70
32-83
5,471
40-63
Rerata berat badan interdialisis pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien, adalah 3,547 kg dengan standar deviasi sebesar 0,980 .Rerata berat badan sebelum dan sesudah hemodalisis adalah 56,87 kg dan 51,175 kg. Pada kelompok QB sesuai
3,0333,270 50,28152,069 47,16848,876
perubahan berat badan pasien, rerata berat badan interdialisis adalah 3,153 kg dan standar deviasi sebe sar 0,7709. Rerata berat badan sebelum dan sesudah hemodalisis adalah 53,322 kg dan 50 kg.
6
Penggunaan Qb pada pasien hemodialisis sesuai berat badan)
Rerata nilai Quick Of Blood (QB) pada kedua kelompok dapat dilihat di tabel 4.4
Tabel 4.4 Rerata Quick Of Blood (QB) No
Variabel
1
Sesuai pasien kontrol
2
Sesuai perubahan berat 205,531 badan pasien 202,500 (kelompok intervensi)
Mean Median kenyamanan 156,063 (kelompok 160
Nilai QB pada kelompok kontrol memiliki rerata 156,063±27,91 dan rerata kelompok
intervensi
Nilai Quick of Blood (QB) Standar Min - Max deviasi 27,91 75-190
23,11
170-255
95%CI 151,704160,421
201,922209,141
lebih tinggi daripada pada kelompok QB sesuai kenyamanan pasien
adalah
205,531±23,11. Nilai QB pada kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien
Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) Kt/V sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok intervensi.
Tabel 4.5 Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan sesudah pengaturan QB QB pada kelompok intervensi No
Variabel
1
Sebelum pengaturan QB
Kelompok quick of blood(QB) sesuai perubahan berat badan pasien (kelompok intervensi) Mean Standar deviasi Min-Max 95%CI Median 1,435 0,1137 1,2-1,6 1,382-1,488 1.4
2
Setelah pengaturan QB
1,215 1,200
O,066
Rerata adekuasi hemodalisis pada kelompok intervensi sebelum pengaturan QB adalah 1,435±0,1137 dan setelah pengaturan QB adalah1,215±0,066.
1,2-1,3
1,198-1,232
Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok kontrol
7
Tabel 4.6 Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan sesudah pengaturan QB QB pada kelompok kontrol No
Variabel
1
Sebelum pengaturan QB
Kelompok quick of blood (QB) sesuai kenyamanan pasien (kelompok kontrol) Mean Standar Min-Max 95%CI Median deviasi 1,47 0,138 1,2-1,7 1,405-1,535 1,5
2
Setelah pengaturan QB
1,460 1,400
0,1759
1,2-1,6
Rerata adekuasi hemodalisis pada
Perbedaan
Kt/V
kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
kontrol
sebelum
1,378-1,542
pada
kelompok
pengaturan QB adalah 1,47±1,38 dan
setelah
pengaturan
Pengaruh
QB
adekuasi
hemodialisis
sebelum dan sesudah pengaturan QB
adalah1,460±0,1759
dengan uji t berpasangan, dapat dilihat di tabel 4.7
Tabel 4.7 Perbedaan adekuasi hemodialisis sebelum dan sesudah pengaturan QB No
1
2
Variabel
Perbedaan mean
Adekuasi hemodialysis (Kt/V) Kelompok QB sesuai 0,0100 kenyamanan pasien Kelompok QB sesuai 0,2200 perubahan berat badan pasien
Dari hasil uji t berpasangan
Standar deviasi
t
df
pvalue
0,1252
0,357
19
0,725
0,1105
8,904
19
0,000
bermakna.
Pada
kelompok
QB
(paired t test) diketahui p-value
sesuai kenyamanan pasien ,sesudah
untuk
adekuasi
tindakan hemodialisis ke- 8 nilai
(Kt/V) pada kelompok QB sesuai
Kt/V tidak mengalami perubahan.
kenyamanan pasien adalah 0,725
Hasil berbeda pada kelompok QB
(p>0,005). Hal ini berarti rerata nilai
sesuai
adekuasi
pasien. Nilai adekuasi sebelum dan
parameter
sebelum
nilai
dan
sesudah
perubahan
berat
pengaturan QB dalam penelitian ini
sesudah
tidak
perubahan yang signifikan dengan
ada
perbedaan
yang
hemodialisis
badan
mengalami
8
nilai
p-value
0,000
pengaturan QB antara kelompok QB
adekuasi
sesuai kenyamanan pasien dengan
hemodialisis pada kelompok QB
kelompok QB sesuai perubahan
sesuai perubahan berat badan pasien
berat badan , dapat dilihat di tabel
terdapat perbedaan yang bermakna.
4.8
(p<0,005).
adalah
Rerata
Hasil uji dengan independent t-test,
perbedaan
adekuasi
hemodialisis sebelum dan sesudah Tabel 4.8 Hasil perbandingan adekuasi hemodialisis (Kt/V) antara kelompok QB sesuai kenyamanan pasien dengan kelompok QB sesuai perubahan berat badan pasien. Variabel
Mean Difference -0,2100
Perbandingan selisih Kt/V antara klp kontrol dan intervensi
Dengan
uji
SD
t
df
p-value
0,0373
5,623
38
0,000
statistik
Hasil studi di Iran (Amini,
independen t test, perbandingan selisih
et,al,
adekuasi hemodalisis (Kt/V) antara
pasien yang menjalani hemodialisa,
kedua
dan
dominan laki-laki (58%). Hal ini
nilai t=5,623
sama dengan penelitian ini yang
dengan p-value=0,000. Dengan taraf
menemukan data bahwa pasien yang
signifikasi
yang
menjalani hemodialisa dominan laki
menunjukan terdapat perbedaan yang
laki (57,5%). Hasil studi Lowrie
bermakna adekuasi hemodalisis (Kt/V)
(2012) ,mendapatkan 53% pasien
antara kelompok pengaturan QB sesuai
yang menjalani hemodialisis adalah
kenyamanan
laki-laki.
kelompok
intervensi) diperoleh (α)
5%,
pasien
(kontrol
p<0,05,
dan
kelompok
2011)
menemukan
bahwa
pengaturan QB sesuai perubahan berat Usia 35-55 tahun pada
badan pasien. total PEMBAHASAN
pasien
yang
menjalani
hemodialisa termasuk subyek yang paling banyak mendominasi (70%).
1. Karakteristik responden
Hal
sama
diperoleh
Kuhlmann
9
(2001),
rerata
usia
54,4
tahun
(2010), dalam penelitiannya pasien
merupakan usia dominan. Berbeda
yang menjalani hemodialis terjadi
dengan Lowrie, et.al (2004) dan
perubahan penurunan berat badan
Spalding, et.al (2008), usia 61 tahun
pasien pra dialisis dan post dialisis
dan 62,5 tahun lebih mendominasi
sebesar 2,08 Kg.
pasien yang menjalani hemodialisa.. 2. Penggunaan Usia
35-55
Qb
pada
pasien
tahun
hemodialisis sesuai berat badan
merupakan usia produktif. Salah
(kelompok intervensi) dan Qb sesuai
satu penyebab meningkatnya angka
kenyamanan (kelompok kontrol).
kejadian penyakit gagal ginjal pada
Rerata kecepatan aliran darah
usia produktif adalah pola hidup dan
yang dipompakan atau Quick Of
pola
yang
Blood, pada kelompok QB sesuai
banyak
perubahan berat badan pasien, nilai
mengkonsumsi makanan berkadar
QB lebih tinggi daripada kelompok
lemak tinggi dan berkolesterol. Jadi
QB
Life style atau gaya hidup juga
(205,531>156,063)..
menjadi salah satu penyebab gagal
tindakan
ginjal.
darah yang ada didalam tubuh
makan
berubah.
masyarakat Mereka
Makanan
berlemak,
sesuai
kenyamanan
Selama
hemodialisis,
ke
pasien
ginjal
sebagian
kolesterol tinggi, kurang olahraga,
dialirkan
merokok, minum minuman keras
(dialyzer). Semakin besar aliran
(Binangkit, 2008).
darah ke dialyzer akan semakin mempengaruhi
Perubahan
berat
badan
interdialisis sebelum hemodialisis kelompok
kontrol
maupun
kelompok intervensi sama terjadi penurunan berat badan. (Tabel 4.3). Pada
kelompok
QB
sesuai
kenyamanan pasien (kontrol) terjadi penurunan
3,5
kg
dan
pada
kelompok QB sesuai kenyamanan pasien terjadi penurunan nerat badan sebesar 3,15 kg. Hasil yang sama didapatkan
pada
Malekmakan
hemodinamik
pengganti
keseimbangan di
tubuh
pasien.
Terapi dialysis meliputi penarikan cairan dan sirkulasi darah dengan maksud
membuat status hidrasi
kembali normal.: Kecepatan aliran darah yang dipompa oleh mesin dialyzer menentukan jumlah darah yang
dapat
dibersihkan
dan
membuang racun sisa metabolisme dalam darah (Malekmakan, 2010).
10
3. Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V)
Hasil uji t independent antar
sebelum dan setelah pengaturan Qb
kelompok kontrol dan kelompok
pada kelompok intervensi
intervensi,
Pada kelompok intervensi
selisih
hemodialisis
adekuasi
(Kt/V)
nilai terdapat penurunan nilai Kt/V.
perbedaan
yang
Penurunan adekuasi hemodialisis
value=0,000<0,05) .
terdapat
bermakna
(p-
(Kt/V) pada kelompok QB sesuai
Hasil nilai adekuasi sebelum
perubahan berat badan pasien lebih
dan setelah pengaturan QB pada
mendekati
nilai
Nilai
semua kelompok penelitian (kontrol
adekuasi
menurut
Konsensus
dan intervensi) nilai adekuasi tidak
Dialisis
standar.
Pernefri
(
2003
)
ada yang dibawah standar yang
menyatakan target Kt/V yang ideal
ditetapkan.
adalah 1,2 ( URR 65% ). Rerata
menyatakan
adekuasi
hemodalisis
dibawah 0,8 meningkatkan risiko
kelompok
intervensi
pada sebelum
Malekmakan bahwa
(2010)
nilai
Kt/V
mortalitas pasien.
pengaturan QB adalah 1,435±0,1137
Nilai Kt/V 1,2 menunjukan
dan setelah pengaturan QB adalah
dosis hemodialisa yang adekuat.
1,215±0,066
(Salahudeen et.al, 1999). Nilai Kt/V sesuai target dapat memperpanjang
4. Rerata adekuasi hemodialisis (Kt/V) sebelum dan setelah pengaturan Qb pada kelompok kontrol
pada kelompok kontrol sebelum pengaturan QB adalah 1,47±1,38 setelah
pengaturan
Salah satu target hemodialisa juga menurunkan kadar ureum darah
Rerata adekuasi hemodalisis
dan
kualitas hidup penderita gagal ginjal.
QB
adalah1,460±0,1759. Nilai adekuasi hemodalisis pada kelompok kontrol setelah tindakan hemodialisis ke 8 cenderung tetap.
(Lowrie, et.al, kadar
2002). Dari rerata
ureum,setelah
hemodialisa ke 8,
tindakan
kelompok QB
sesuai perubahan berat badan pasien mengalami penurunan kadar ureum dibandingkan
dengan
kelompok
kontrol. Terdapat selisih penurunan rerata sebesar 55,39 mg/dl dan terjadi peningkatan rerata 0,777
5. Perbedaan Kt/V pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
mg/dl
pada
Sehingga
kelompok dapat
kontrol.
disimpulkan
pengaturan QB sesuai perubahan
11
berat badan pasien, menurunkan
DAFTAR PUSTAKA
rerata kadar ureum darah sebesar
1. AJDK,(2006) Clinical Practice Guideliness for Hemodialysis Adequacy,Update 2006.USA : National Kidney Foundation.
±55,39 mg/dl.
KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lama waktu hemodialisis sampel yang tidak selalu sama, yang memungkinkan nilai adekuasi fluktuatif antar tindakan hemodialis
pertama
samapai
2. Penggunaan dialyzer reuse yang tidak sama pada sampel yang dilakukan mempengaruhi
hasil ureum yang berpengaruh terhadap adekuasi HD. 3. Selama proses hemodialisis sampel makan yang tidak terkontrol, hal ini mempengaruhi penelitian. 4. Tingkat kloting sampel berbeda-beda yang
mempengaruhi
hasilureum
sehingga adekuasi hemodialisis kurang tepat. 5. Akses hemodialisis pada sampel yang berbeda-beda yaitu cimino dan femoral, akan mempengaruhi proses hemodialis.
KESIMPULAN Metode
pengaturan
QB
sesuai
perubahan berat badan lebih banyak membersihkan
racun
darah
3. Arikunto. (2006).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta.Rineka Cipta.
ke
delapan.
penelitian sehingga
2. Amini, Manouchehr., Aghighi, Mohammad., Masoudkabir , Farzad et.al. (2010). Hemodialysis Adequacy and Treatment in Iranian Patients A National Multicenter Study. Iranian Journal of Kidney Diseases.Volume 5, Number 2
sisa
metabolisme pasien dan membuat nilai adekuasi hemodalisis pasien lebih optimal.
4. Binangkit, Anita.(2008). Identifikasi faktor – faktor penyebab gagal ginjal (studi pada pasien gagal ginjal diruang Haemodialisa Rumah Sakit Militer Kota Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. 5. Black, J.M, & Hawks, J.H. (2005) Medical surgical nursing clinical management for positive outcomes ( Ed).St Louis Missouri:Elseveir Saunders. 6. Borzou,S.R.,Gholyaf,R.,Zandiha,M.,Amini, R.,Goodarzi,M.T.,&Torkaman,R.(2009).Th e effect of increasing blood flow rae on dialysis adequacy in hemodialysis patients.Saudy J Kidney Transplatation.20 (4), 639-642. 7. Bravo,F.G.M.,Mariscal,A.,Felix,J.P.H., Magana, S., Cruz, G.D.L., & Flores,N.,et al. (2013, Juli 26).Arterial line pressure control enhanced extracorporeal blood flow presipition in hemodialysis patients.BMC Nephrology.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. 8. Chand, D.H., Teo, B.W., Fatica, R.A., & Brier, M. (2008). Influence of vascular access type on outcome measures in patients on maintenance hemodialysis. Nephron Clinical Practice. 108 (2), 91-99. 9. Chara (2005).From adequate to optimal dialysis long 3 X 8 hr dialysis : a reasonable compromise.25 (2).19-24. 10. Chen, Y.C., Hung, K.Y., Kao, T.W., & Tsai, T.J. (2000). Relation between dialysis adequacy and quality of life in long-term peritoneal dialysis patients. Peritoneal Dialysis International. 2 (20), 534-540.
12
11. Chertow, G.,M.(2011).In-Center hemodiaisis six times per week versus three times per week.England Journals Medecine,363(24),2287-300. 12. Cheung AK.Hemodialysis and hemofiltration.In:Alfread KC.Thomas MC,Ronal JP(eds).Primer in Kidney diseases,San Diego,Academic press,1994:114-124 13. Daugirdas, J.T. (2011). Dialysis time, survival, and dose-targeting bias. Kidney International. 83 (1), 9-13. 14. Daugirdas, J.T., Blake, P.G., & Ing, T.S. (2007). Handbook of dialysis ( Edition). Philadelphia : Lippincott. 15. Depner,T.,Daugirdas,J.T.,Greene,T.,A llon,M.,Beck,G.,Chumlea,C.,et,al .(2004).dialysis dose and the effect of gender and body size on outcomein the HEMO study. Kidney International.69 (4) 754-759 16. Dewi. (2010). Hubungan antara quick of blood (Qb) dengan adekuasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis di ruang HD BRSU Daerah Tabanan Bali.September 7. Tesis 17. Gatot,D. (2003). Rasio Reduksi Ureum dalam Dialisis.http//library.usu.ac.id/downlo ad/fk/penyakit dalam.dairot%20.gatot.pdf 18. Hayasi, R., Huang, E., & Nissenson, R.A. (2006). Vascular access for hemodialysis. Natural Clinical Practice Nephrology. 2 (9), 504-13. 19. Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L.(2006). Medical surgical nursing : Critical thinking for collaborative Care ( Edition). St Louis Missouri:Elseveir Saunders. 20. Kallenbach, J.Z, Gutch, C.F., Stoner, M.H., & Corca, A.L.(2005). Hemodialysis for nurses and dialysis personal ( Edition) St Louis Missouri : Elsevier Mosby.
21. Lowrie, Edmund G., Zhensheng, Li., Lazarus, Michael J. (2004). Body size, dialysis dose and death risk relationships among hemodialysis patients. Kidney International, Vol. 62 pp. 1891–1897 22. Malekmakan, Leila., Haghpanah, Sezaneh ., Pakfetrat,Maryam.,et.al. (2010). Dialysis Adequacy and Kidney Disease Outcomes Qualityn Initiative Goals Achievement in an Iranian Hemodialysis Population. Iranian Journal of Kidney Diseases. Volume 4, Number 1 23. Moret, K.E., Grootendorst, D.C., Dekker, F.W., Boeschoten, E.W., Krediet, R.T., Houterman, S., et al. (2012). Agreement between different parameters ofdialysis dose in achieving treatment targets: results from The NECOSADstudy. Nephrol Dial Transplant 27 (3), 1145–1152. 24. NIDDK.(2006). Treatment methods for kidney failure : peritoneal dialysis. USA : U.S Departement of Health and Human Services. 25. Notoadmodjo (2010). Metode penelitian kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta. 26. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penekitian Ilmu Keperawatan edisi 2. Jakarta:Salemba Medika 27. Parsudi,Siregar dan Roesli dalam Sudoyo dkk,(2006).Buku ajar ilmu penyakit dalam (Jilid 1 Edisi IV.).Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 28. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. (2003). Konsensus dialisis. Jakarata : tidak dipublikasikan. 29. Roesli R., (2006). Terapi pengganti ginjal berkesinambungan (CRRT). Dalam Sudoyo,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat
13
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 30. Rustiawati. (2013). Hubungan dosis dengan adekuasi pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Banten. Tesis 31. Salahudeen., Fleischmann, Erwin H & Bower, Jihn D.(1999). Impact of lower delivered Kt/V on the survival of overweight patients on hemodialysis. Kidney International, Vol. 56 (1999), pp. 2254–2259. 32. Septiwi, C., Yetti, K., & Gayatri, D. (2010). Hubungan antara Adekuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di UnitHemodialisis RS Prof Margono Soekarja Purwokerto. Tesis. 33. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & Suddarth (Agung Waluyo,Kariasa, Julia, Y. Kuncara,Yasmin Asih,Penerjemah). Jakarta : EGC 34. Smeltzer,S.C,Bare,B.G.Hinkle,J.L.,Ch eever,K.H(2008).Brunner & Suddart’s Texbook of Medical-Surgical Nursing,Lippicontt,Philadelphia 35. Spalding, et al. (2008). Kt/V underestimates the hemodialysis dose in women and small men. Kidney International, 74, 348–355. 36. Suhardjono (2009). Hemodialisis.Dalam Sudoyo,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 37. Suwitra,K (2006). Penyakit Ginjal Kronik.Dalam Sudoyo,dkk.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 38. Thomas, N. (2002). Renal nursing (2nd Edition).London United Kingdom : Elsevier Science. 39. Tommy, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theories and their work, Philadelphia; Mosby, Inc 40. U.S Renal Data System (2005).USRDS 2005 Annual Data Report : Atlas of end stage renal disease in the United State 41. Wilson, B., Sontrop, J.M., & Clark, W.F. (2013). Choice of GFR estimating equationinfluences dialysis initiation and mortality. Nephrolog Nursing Journal, 40(4),339-346. 42. Zyga, S.,& Sarafis, P.(2009). Haemodyalisis Adequacy-contemporary trens.Health Scince Journal.3(4).209-215.