Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani
VANOS JOURNAL OF MECHANICAL ENGINEERING EDUCATION http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/vanos ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700 Vol.1, No.1, Juli 2016, Hlm.28-41.
PERBEDAAN PENGATURAN TEMPAT DUDUK SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINTIFIK DI SMK DIFFERENCES OF SEATING ARRANGEMENTS IN SCIENTIFIC LEARNING APPROACH IN SMK .
Bayu Rahmat Setiyadi1, Sulaeman Deni Ramdani2 1Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Jalan Kusumanegara 157 Yogyakarta 2Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Jalan Ciwaru Raya 25 Serang Banten
[email protected] Diterima: 5 Maret 2016. Disetujui: 6 April 2016. Dipublikasikan: 30 Juli 2016.
ABSTRACT The seating arrangement determining success in the implementation of Curriculum 2013 learning model. This study aimed to compare class seating arrangement based on McCroskey model on scientific learning in Vocational High School that includes traditional models, horseshoe, and modular arrangement. This study uses a mixed method approach. The research population is students of SMK Negeri 2 Wonosari. The research sample used is the class X and XI with the number of 90 students. Data collection techniques in this study are observation, questionnaires, and interviews. Data analysis techniques in this study using descriptive statistics. The results showed that (1) The form of modular (group) has the highest quality in terms of motivation to learn with the percentage of 68.7% and fleksibility amounted 66.93% , the form of a "U" (horsehoe) has the highest quality in visibility that is equal to 71.37%, and the form line / traditionally had percentages below them; (2) The active participation of the most prominent learning is a modular form with a dominant activity visual, oral, listening, writing, drawing, motorcycles, mental, and emotional; and (3) There are differences between the form line, the form a "U" and a modular form are found in all aspects such as motivation, visibility, and fleksibility. Keywords: classroom seating arrangement, McCroskey, scientific learning, vocational.
ABSTRAK Pengaturan tempat duduk menentukan keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaturan tempat duduk kelas berdasarkan mazhab McCroskey pada pembelajaran saintifik di Sekolah Menengah Kejuruan yang meliputi model traditional, horseshoe, dan modular arrangement. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method. Populasi penelitian adalah siswa SMK Negeri 2 Wonosari. Sampel penelitian yang digunakan adalah kelas X dan XI dengan jumlah 90 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, kuesioner, dan wawancara. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk modular (mengelompok) memiliki kualitas tertinggi dalam hal motivasi belajar dengan persentase 68,7% dan fleksibility sebesar 66,93%, bentuk “U” (horsehoe) memiliki kualitas tertinggi dalam visibility yaitu sebesar 71,37% , dan bentuk baris/tradisional memiliki persentase di bawah keduanya, (2) Keaktifan belajar siswa paling menonjol ada pada bentuk modular dengan kegiatan yang dominan visual, oral, listening, writing, drawing, motor, mental, dan emotional, dan (3) Terdapat perbedaan antara bentuk baris, bentuk “U” dan bentuk modular dilihat dari ketiga aspek yaitu motivasi, visibility, dan fleksibility. Kata Kunci: pengaturan tempat duduk, McCroskey, pembelajaran saintifik, SMK.
28 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses
Pendidikan merupakan salah satu hal yang
sangat
manusia.
esensial
Pendidikan
dalam
kehidupan
bertujuan
untuk
pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta
didik
untuk
berkualitas
kuantitas
bermutu.
Pendidikan
pendidik
dengan
bantuan sumber belajar yang bertujuan
mencetak sumber daya manusia (SDM) yang dan
dengan
meningkatkan
kualitas
pengetahuan,
maupun
keterampilan,
merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
maupun sikap peserta didik yang hasilnya
manusia yang harus dipenuhi. Beberapa hal
relatif
penting yang memiliki kaitan yang sangat
keberhasilan pembelajaran adalah kualitas
erat dengan dunia pendidikan adalah belajar
proses dengan penggunaan metode dan
dan pembelarajan.
strategi
Pembelajaran
adalah
proses
permanen.
yang
Salah
tepat
satu
sesuai
kunci
dengan
karakteristik mata pelajaran.
pengalaman yang menghasilkan perubahan
Menurut Munadi (2012), faktor-faktor
yang relatif permanen dalam perilaku yang
yang mempengaruhi hasil belajar meliputi
tidak dapat dijelaskan dengan cara yang
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
sederhana
Pembelajaran
internal dibagi menjadi dua yaitu: (1) faktor
cenderung untuk merubah seseorang menjadi
fisiologis yaitu berkaitan dengan kesehatan;
lebih
suatu
kelelahan, kondisi fisik, dan sebagainya, (2)
permasalahan. Klein menyatakan bahwa ada
faktor psikologis yaitu berkaitan dengan
tiga poin penting mengenai pembelajaran
kondisi psikologis, intelegensi (IQ), perhatian,
yaitu: (1) belajar mencerminkan potensi
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan
perubahan dalam perilaku tidak secara
daya nalar peserta didik. Kedua adalah faktor
otomatis tetapi perubahan tersebut secara
eksternal yang dibagi menjadi dua yaitu: (1)
perlahan,
yang
faktor lingkungan yang meliputi lingkungan
disebabkan oleh pembelajaran tidak selalu
fisik (pengaturan tempat duduk, tata ruang,
bersifat permanen, (3) perubahan perilaku
sirkulasi udara, dll) dan lingkungan sosial
dapat disebabkan oleh proses-proses selain
(kualtias
belajar. Perilaku seseorang dapat berubah
instrumental berupa kurikulum, sarana dan
sebagai akibat dari perubahan motivasi
guru adalah faktor yang keberadaan dan
bukan karena belajar.
penggunaannya dirancang sesuai dengan
(Klein,
dewasa
2002).
dalam
merespon
(2) perubahan perilaku
Pembelajaran
adalah
bantuan
interaksi
faktor
kedewasaan
implementasi
bidang
pengetahuan,
(2)
faktor
hasil belajar yang diharapkan. Peninjauan
pendidikan kepada anak didik agar mencapai di
sosial),
eksternal
dan
internal
pembelajaran
dalam
sangatlah
keterampilan dan sikap (Suharsimi, 1993).
penting. Salah satu unsur penting dalam
Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem
pengendalian faktor internal dan eksternal
Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
adalah bentuk pengaturan kelas.
menyatakan bahwa, “pembelajaran adalah proses
interaksi
peserta
didik
dengan
Pengaturan kelas memiliki pengaruh terhadap
hasil
belajar
peserta
didik.
pendidik dan sumber belajar pada suatu
Pengaturan kelas selayaknya disesuaikan
lingkungan belajar”.
dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Pengaturan
29 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
kelas
yang
tepat
akan
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani mengoptimalkan
proses
pembelajaran
dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
sehingga peserta didik mampu menyerap
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu
informasi dengan baik. Berdasarkan hasil
pengelolaan dan kelas. Pengelolaan atau
survei, guru masih cenderung menggunakan
“management” adalah penggunaan sumber
pengaturan tempat duduk klasikal atau biasa
daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
disebut tradisional. Tempat duduk jenis ini
Wragg
paling banyak digunakan oleh guru. Peserta
sebagai orang yang terlibat dalam organisasi.
didik
Manajemen
terkadang
merasa
bosan
karena
(2001)
mengkaitkan
yaitu
manajemen
ketatalaksanaan,
tata
pengaturan tempat duduk ini sulit untuk
pimpinan, pengadministrasian, pengaturan
dikombinasikan dengan strategi atau metode
atau penataan suatu kegiatan (Djamarah,
pembelajaran
2010). Sedangkan kelas menurut Oemar
yang
menarik
sehingga
pembelajaran cenderung monoton.
Hamalik (1991) adalah suatu kelompok orang
Kurikulum 2013 dengan pendekatan
yang
melakukan
kegiatan
pembelajaran
saintifik menuntut guru untuk lebih kreatif
secara bersama, yang mendapat bimbingan
dalam
pembelajaran.
dari seorang pengajar/guru. Kelas sebagai
Pengaturan kelas menjadi salah satu unsur
segmen sosial dari kehidupan sekolah secara
penting untuk menciptakan kelas
yang
keseluruhan (Johar Permana, 2001). Jika dua
interaktif dan menarik sehingga peserta didik
kata tersebut digabungkan, maka secara
dapat belajar dengan optimal. Pengaturan
sederhana definisi manajemen kelas adalah
kelas yang selama ini hanya monoton pada
tata kelola kegiatan pembelajaran antara
pengaturan klasikal sudah tidak relevan lagi
siswa dan guru di dalam kelas.
mendesain
proses
dengan tuntutan kurikulum 2013. Pengaturan kelas
selayaknya
Wilford A. Weber (Cooper, 1990)
memperhatikan
mengemukakan, “Classroom management is a
karakteristik mata pelajaran dan strategi dan
uses to establish and maintain classroom
metode
digunakan.
conditions that will enable students to achieve
McCrosskey & McVetta (1978) membagi
their instructional objective efficiently-that
model penataan tempat duduk dalam tiga
will enable them to learn” Pengelolan kelas
bentuk model, yaitu traditional arrangement
merupakan
(bentuk
arrangement
kompleks dimana guru mampu memelihara
(bentuk tapal kuda atau bentuk huruf “U”),
kondisi kelas agar tujuan dari pembelajaran
dan
(bentuk
di dalam kelas dapat berjalan dengan efektif.
kelompok). Penelitian ini bertujuan untuk
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan
mengetahui efektifitas setiap pengaturan
guru untuk menciptakan dan memelihara
tempat duduk menurut McCrosskey dalam
kondisi
implementasi pendekatan saintifik kurikulum
mengembalikannya bila terjadi gangguan
2013.
dalam proses pembelajaran (Rusman, 2008).
pembelajaran
klasik), modular
yang
Horseshoe
arrangement
kegiatan
Classroom Seating Arrangement management
belajar
yang
perilaku
optimal
yang
dan
Pengelolaan kelas petunjuk pada kegiatan-
LANDASAN TEORI Classroom
seperangkat
atau
pengelolaan kelas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran
yang
menciptakan
dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar (Aunur Rofiq, 2009).
30 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Marx,
Fuhrer
menyatakan
&
Hartig
bahwa
“The
(2000)
Suasana pembelajaran yang kondusif,
physical
menyegarkan, dan bervariasi memberikan
characteristics of a classroom setting can
kenyamanan
influence
the
Karakteristik
behavior fisik
of
ruang
siswa
dalam
mengikuti
its
users”.
pembelajaran. Pembelajaran dengan ruangan
kelas
dapat
yang bervariasi menimbulkan perbedaan
Hal
dalam aktifitas belajar siswa, antusias siswa,
mempengaruhi perilaku penggunanya.
ini mengindikasikan bahwa pengaturan kelas
motivasi
memiliki
psikologi
Sardiman (1988) membagi aktifitas siswa
peserta didik. Cornell (2002) menyatakan
menjadi dua macam yaitu aktifitas mental
bahwa “furniture is both tool and environment
dan fisik. Aktifitas mental meliputi kegiatan
(p. 33). He explains that thinking of furniture
dalam proses berpikir, sedangkan aktifitas
and seating arrangements is important in
fisik meliputi kegiatan untuk bergerak,
creating a suitable learning environment for
berpindah, berbuat sesuatu, melihat dan
students”. Furnitur baik peralatan maupun
mendengar.
pengaruh
terhadap
lingkungan dalam pengaturan tempat duduk memiliki
kedudukan
dan
prestasi
belajar.
Sardiman (1988) menjelaskan bahwa
dalam
keaktifan belajar yang ditimbulkan siswa di
menciptakan lingkungan belajar yang cocok
dalam kelas meliputi: (1) Visual activities,
untuk siswa.
yang
Loisell
penting
belajar,
(Winataputra,
2003)
termasuk
membaca,
didalamnya
misalnya
memperhatikan
gambar
menyebutkan ada beberapa prasayarat ruang
demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:
lain, (2) Oral activities, seperti: menyatakan,
(1)
dan
merumuskan,
penataan barang-barang di dalam kelas tidak
mengeluarkan
mengganggu
siswa, sehingga
wawancara, diskusi, (3) Listening activities,
siswa secara leluasa dapat memandang guru,
sebagai contoh mendengarkan; percakapan,
benda
sedang
diskusi , musik, pidato, (4) Writing activities,
berlangsung. (2) Accesibility (mudah dicapai)
seperti menulis cerita, karangan, laporan,
yaitu
dapat
angket, menyalin, (5) Drawing activities,
memudahkan siswa untuk meraih atau
misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
mengambil barang-barang yang dibutuhkan
diagram, (6) Motor activities, yang termasuk
selama proses pembelajaran. (3) Fleksibilitas
didalamnya
(Keluwesan) yaitu barang-barang di dalam
percobaan, membuat konstruksi, bermain, (7)
kelas
dan
Mental activities, sebagai contoh misalnya:
dengan
menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
kegiatan pembelajaran. (4) Kenyamanan
menganalisa, mengambil keputusan, dan (8)
yaitu berkenaan dengan temperatur ruangan,
Emotional activities, seperti: menaruh minat,
cahaya, suara, dan kepadatan kelas. (5)
merasa
Keindahan yaitu berkenaan dengan usaha
bergairah, tenang.
Visibility
artinya pandangan
atau
kegiatan
penataan
hendaknya
dipindahkan
penempatan
yang
ruang
mudah
yang harus
ditata
disesuaikan
bertanya,
memberi
pendapat,
antara
bosan,
lain:
gembira,
saran,
mengadakan
melakukan
bersemangat,
guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar.
31 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Bentuk-Bentuk Penataan Kelas
Teacher
Menurut Muijs & Reynolds (2011), M
H
H
H
M
dalam
M
M
H
M
M
menyelesaikan tujuan pembelajaran (goals of
L
M
H
M
L
L
L
M
L
L
L
L
L
L
L
penataan tempat duduk siswa dan guru yang tepat
dapat
membantu
guru
the lesson). Penataan tempat duduk penting dilakukan guru agar dalam mengorganisasi kelas pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. McCorskey & McVetta (1978)
H = High Interaction M = Medium Interaction L = Low Interaction
Gambar 1. Tingkat Interaksi Siswa dan Guru pada Penataan Tempat Duduk Tradisional
membagi model penataan tempat duduk
Bentuk “U”
dalam tiga bentuk model, yaitu traditional
Bentuk penataan lain yaitu bentuk
arrangement
(bentuk
klasik),
Horseshoe
penataan huruf “U”. Bentuk ini sering disebut
arrangement (bentuk tapal kuda atau bentuk
formasi tapal kuda. Bentuk ini lebih efektif
huruf “U”), dan modular arrangement (bentuk
dibandingkan dengan bentuk tradisional yang
kelompok). Selain itu, (Lambert & Black
ditinjau dari interaksi-interaksi yang merata
(1985) dalam Slivko (2008) memodifikasi
antara
tiga bentuk lain dari penataan tempat duduk
Lambert, & Black (1985) dalam Bonus &
siswa dalam istilah lain yaitu rows (baris),
Riordan (1998) menjelaskan bahwa: “the
clusters (kelompok), dan circles (melingkar).
circle or U-shape seating configuration also
Model penataan tempat duduk pada dasarnya
produces
bertujuan untuk memudahkan guru dan
interaction, but wasfound particularly useful in
siswa untuk berinteraksi. Pengembangan-
a lesson design where the goal was to promote
pengembangan
a discussion”.
model
akan
terus
berkembang dengan berjalannya waktu. Berikut
ini
adalah
bentuk-bentuk
guru
dengan
a
greater
siswa.
Rosenfield,
amount
of
social
Bentuk “U sebagaimana dinyatakan Rosenfield et all memberikan penjelasan
penataan kelas yang telah diteliti oleh
bahwa
McCorskey & McVetta (1978).
meningkatkan interaksi antara guru dengan
bentuk
Bentuk Baris/Klasikal/Tradisional
siswa.
Menurut Roy (2014), bentuk penataan
McCorskey
Hasil
penataan
penelitian &
“U”
dapat
yang
dilakukan
McVetta
(1978)
kelas (tempat duduk) klasikal (traditional
menggambarkan pola interaksi siswa dengan
seating arrangement) merupakan bentuk
guru dalam bentuk “U” sebagai berikut:
penataan tempat duduk model baris yang Teacher
membatasi interaksi antara siswa dan guru serta mendorong terjadi proses belajar yang
M
M
independen. Hasil analisis penelitian yang
M
M
dilakukan McCroskey & McVetta (1978),
M
M
L
L
bahwa pengaturan tempat duduk model tradisional
memiliki
interaksi sebagai berikut.
gambaran
tingkat
L
H
H
H
L
H = High Interaction M = Medium Interaction L = Low Interaction
Gambar 2. Tingkat Interaksi Siswa dan Guru pada Penataan Tempat Duduk Bentuk “U”
32 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Bentuk Modular (mengelompok)
Kurikulum
Bentuk penataan tempat duduk lain
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
yaitu bentuk modular. Bentuk ini menyerupai
tentang
tempat duduk diskusi. Setiap siswa dapat
menyatakan
bahwa
berinteraksi dengan individu lain. Penataan
seperangkat
rencana
dengan mengelompok dapat memberikan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
intensitas interaksi antara siswa dengan guru
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
meningkat terutama pada interaksi sosial
penyelenggaraan
antara siswa dengan siswa lain. McCorskey &
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
McVetta
pola
Finch & Crunkilton (1998) menyatakan
interaksi siswa dengan guru dalam bentuk
bahwa “the sum of the learning activities and
modular sebagai berikut.
experiences that a student has under the
(1978)
menggambarkan
Sistem
Pendidikan
Nasional
“Kurikulum dan
kegiatan
adalah
pengaturan
pembelajaran
auspices or direction of the school”. Kurikulum Teacher H
adalah jumlah dari kegiatan dan pengalaman
H
belajar yang diperoleh siswa di bawah M
M
M
Table
M
pengawasan
Ornstein & Hapkins (2009) menyatakan
Table
M
M
M
M
M
L
L
M
atau
pengarahan
sekolah.
bahwa “curriculum can be defined as a plan Table M
for achieving goals, as dealing with the
Table L
L
M
H
M
H
H
Table
H
H
learner’s experiences, as a field of study with its own foundations”. Kurikulum merupakan rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan
H = High Interaction M = Medium Interaction L = Low Interaction
pendidikan dengan perencanaan terstruktur yang memberi pengalaman belajar.
H
Gambar 3. Tingkat Interaksi Siswa dan Guru pada Penataan Tempat Duduk Modular Pola interaksi yang digambarkan di atas
Dari beberapa uraian di atas mengenai pengertian
kurikulum,
maka
dapat
disimpulkan bahwa kurikulum merupakan
paling banyak terjadi adalah pada level
seperangkat
medium dan high. Pada tingkat ini guru lebih
pembelajaran mengenai tujuan, isi, dan bahan
bisa berleluasa mengelilingi tempat duduk
pelajaran yang memberikan pengalaman
siswa.
belajar serta cara yang digunakan sebagai
Terdapat
beberapa
siswa
yang
rencana
mengalami sedikit interaksi dengan guru,
pedoman
tetapi interaksi antara siswa dengan guru
pembelajaran
dapat disalurkan dengan cara penyebaran
pendidikan tertentu.
dan
pengaturan
penyelenggaraan untuk
mencapai
kegiatan tujuan
informasi melalui teman lainnya dalam satu
Kurikulum yang diterapkan di Sekolah
meja diskusi. Pembelajaran seperti ini sering
Menengah Kejuruan (SMK) saat ini ada dua
digunakan pada cooperative learning yang
jenis sesuai dengan surat edaran yang
menuntut siswa untuk aktif dalam berdiskusi
ditujukan ke seluruh kepala sekolah se-
dan memecahkan permasalahan.
Indonesia tanggal
Nomor
179342/MPK/KR/2014
5
Desember
Pelaksanaan
Kurikulum
33 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
2014 2014
tentang mengenai
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani pelaksanaan kurikulum 2013 dan Peraturan
Saintifik memiliki beberapa makna dan
Menteri (Permendikbud) nomor 160 tahun
pengertian. Saintifik merupakan suatu ilmu
2014 tentang pemberlakuan Kurikulum 2006
yang menganut kaidah keilmiahan. Ilmiah
dan Kurikulum 2013 tanggal 11 Desember
berarti
2014. Pada pasal 1 menyatakan bahwa
pengetahuan (KBBI, 2014). Saintifik dalam
“Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
persepsi metode memiliki pengertian sebagai
menengah yang melaksanakan Kurikulum
cara pengumpulan data secara kolektif dari
2013 sejak semester pertama tahun pelajaran
waktu ke waktu dengan tujuan konsistensi
2014/2015
yang akurat (http://teacher.nsrl.rochester.
kembali
melaksanakan
Kurikulum Tahun 2006 mulai semester kedua
memenuhi
syarat/kaidah
ilmu
edu).
tahun pelajaran 2014/2015”. Selain itu pasal
Oxford Advanced Learners Dictionary
2 menyatakan “Satuan pendidikan dasar dan
mengartikan “Scientific is using methods based
pendidikan
telah
on those of science; they very scientific in their
melaksanakan Kurikulu 2013 selama 3 (tiga)
approach; a scientific discovery/instrument/
semester tetap menggunakan Kurikulum
study/ adviser”. Jika diterjemahkan, scientific
2013”.
adalah pendekatan ilmiah yang digunakan
menengah
yang
Meskipun ada dua jenis kurikulum yang diberlakukan
di
SMK
kemampuan
dari
dengan
metode
pengetahuan
dasar
atau
dalam
ilmu
pendekatan
ilmu
masing-masing,
pengetahuan, penemuan, instrumen, dan
pendekatan pembelajaran saintifik sangat
pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut,
penting untuk dikembangkan karena hal ini
maka pengertian dari saintifik adalah sebuah
akan menjadi pendekatan utama ketika
pendekatan ilmiah yang menganut metode
kurikulum
secara
ilmiah dalam melakukan pengumpulan data
menyeluruh di semua jenjang pendidikan.
dengan tujuan pengungkapan fakta-fakta
Pendekatan saintifik merupakan kerangka
secara ilmiah.
ilmiah
SMK
sesuai
sebagai
2013
diterapkan
pengembangan
pembelajaran
kurikulum 2013. Menurut
Pendekatan saintifik terdiri dari urutan logis yang diadaptasi dari langkah-langkah
Arifin
(2005:61),
keilmiahan. Pendekatan saintifik merupakan
pendekatan yang menunjukkan orientasi
dasar pengembangan pembelajaran yang
hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki
bertujuan untuk pengintegrasian kompetensi
seseorang setelah mengikuti pembelajaran
sikap,
tertentu.
pembelajaran
peserta didik. Menurut Permendikbud Nomor
merupakan titik tolak atau sudut pandang
81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses
terhadap proses pembelajaran yang merujuk
pembelajaran terdiri atas lima pengalaman
pada pandangan tentang terjadinya proses
belajar pokok yaitu: mengamati, menanya,
pembelajaran. Dengan demikian, strategi dan
menalar, mencoba, dan membentuk jaringan.
Pendekatan
dkk
keterampilan,
dan
pengetahuan
metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu (Sanjaya, 2006).
34 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen
angket,
pengamatan,
dan
wawancara. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan instrumen kuesioner. Gambar 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik (Kemendikbud, 2013) Seiring perkembangan zaman, guru
Instrumen
observasi
digunakan
untuk
mengamati keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, dan instrumen
tidak hanya menjadi sumber utama dalam
kuesioner
proses belajar melainkan sebagai fasilitator
persepsi
dalam proses belajar. Oleh karena itu, tidak
penataan
hanya guru saja yang aktif dan siswa yang
diimplementasikan.
pasif dalam proses pembelajaran, tetapi
didasarkan pada indikator-indikator aktifitas
kedua belah pihak dituntut untuk sama-sama
meliputi: (1) Visual, (2) Oral, (3) Listening, (4)
aktif. Guru diwajibkan untuk mendesain
Writing, (5) Drawing, (6) Mental, dan (7)
persiapan,
Emotional activities dan butir kuesioner
proses,
maupun
output
digunakan siswa
untuk
terhadap
kelas
mengukur
bentuk-bentuk yang
Butir
telah
pengamatan
pembelajaran sehingga proses belajar dan
didasarkan
mengajar menjadi lebih menarik dan lebih
pengaturan kelas yang meliputi visibility dan
aktif. Salah satu tugas guru dalam proses
flexibility.
pembelajaran adalah pengaturan tempat
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
duduk kelas peserta didik dikelas.
statistik deskriptif.
METODE PENELITIAN Penelitian pendekatan
ini
kisi-kisi
Teknik
analisis
instrumen data
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan (mixed
Hasil Penelitian
method)
Keaktifan siswa akan lebih mudah
dengan dominasi penelitian lebih kepada
diketahui apabila penelitian yang dilakukan
pendekatan
berdasarkan
pendekatan
campuran
pada
kuantitatif, kualitatif
sedangkan
dan
pengamatan
untuk
langsung terhadap gejala/fenomena yang
memperkuat/mendukung data kuantitatif.
terjadi selama kegiatan pembelajaran. Survei
Variabel yang akan diteliti meliputi keaktifan
melibatkan siswa SMK Negeri 2 Wonosari dan
belajar siswa, motivasi, visibilitas (keluasan
pengamatan (observer) melibatkan peneliti
memandang/melihat),
fleksibilitas
yang terdiri dari 3 orang dengan mengamati
(kemudahan berpindah/ bergerak). Metode
keaktifan siswa akibat posisi tempat duduk
penelitian
yang
ini
digunakan
survei
dan
menggunakan
deskriptif
sedang
ditempati
mereka.
Model
yang
diamati
kualitatif dengan populasi penelitian yang
penataan
digunakan adalah SMK Negeri 2 Wonosari.
didasarkan pada teori McCroskey dengan tiga
Sampel yang kami gunakan dalam penelitian
model
adalah siswa kelas X dan XI dengan
baris/tradisional, (2) model tapal kuda (horse
pengambilan sampel adalah sampel populasi
shoe), atau bentuk “U”, dan (3) model
kelas
modular
dengan
jumlah
siswa
secara
keseluruhan 96 siswa dalam 3 kelas berbeda.
tempat utama
duduk yaitu:
(mengelompok).
(1)
Setiap
model
posisi
tempat duduk siswa diseting sesuai dengan denah yang telah didesain oleh McCrooskey.
35 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Hasil
dalam
penelitian
dibagi
bentuk baris dan bentuk “U” yaitu sebesar
menjadi 2 kelompok yaitu: (1) persepsi siswa
68,7%. Bentuk modular memiliki kualitas
berdasarkan motivasi belajar, visibility, dan
yang cukup tinggi dalam meningkatkan
fleksibility ditinjau dari bentuk penataan
fleksibilitas siswa dalam bergerak dengan
model baris/tradisional, bentuk “U”, dan
presentase sebesar 66,93% dibandingan
bentuk
pengamatan
dengan bentuk baris dan “U”. Selain itu,
observer terhadap keaktifan siswa pada
bentuk “U” memiliki keunggulan yang tinggi
bentuk-bentuk penataan tempat duduk. Hasil
dalam hal visibility dibandingkan bentuk
rangkuman analisis sebagai berikut:
baris dan modular yaitu sebesar 71,37%.
modular
dan
(2)
ini
Tabel 1. Kualitas Bentuk Penataan Tempat Duduk No. Motivasi Belajar Visibility Fleksibility
Bentuk Baris 58,28%
Bentuk “U” 66,94%
Bentuk Modular 68,7%
60,78% 54,7%
71,37% 63,1%
65% 66,93%
Penilaian akan lebih valid apabila didukung dengan penilaian-penilaian lain. Amanat Permendikbud Nomor 66 Tahun 2003 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian yaitu terpadu. Penilaian yang
maka
terpadu dapat dilakukan dengan melakukan
persepsi siswa terhadap bentuk tempat
teknik penilaian observasi, artinya peniliaian
duduk
saintifik
dilakukan terencana dan melebur dalam
memberikan hasil yang beragam. Hal ini
kegiatan pembelajaran. Penilaian observasi
ditunjukkan pada ketiga aspek tersebut
ini digunakan untuk mengetahui keaktifan
(motivasi belajar, visibility, dan fleksibility)
apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam
terhadap model-model
tempat
posisi tempat duduk yang telah kami seting
duduk baik bentuk baris, “U”, dan modular.
sesuai madzab McCroskey. Hasil pengamatan
Hasil menunjukkan bahwa bentuk modular
keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada
memiliki
Tabel 2 berikut ini:
Berdasarkan pada
tabel
di
atas,
pembelajaran
kualitas
penataan
cukup
tinggi
dalam
meningkatkan motivasi belajar dibandingkan Tabel 2. Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa Bentuk Baris 1. Visual: membaca & memperhatikan gambar 2. Writing: menulis/ menyalin 3. Drawing: bermain 4. Emotional: merasa bosan
Berdasarkan
Bentuk “U” 1. Visual: memperhatikan gambar 2. Oral: menyatakan, bertanya & mengeluarkan pendapat 3. Listening: mendengarkan 4. Mental: menanggapi, mengingat, & memecahkan soal 5. Emotional: menaruh minat & bersemangat
tabel
menunjukkan bahwa bentuk modular mampu
pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa
memberikan banyak konstribusi terhadap
keaktifan siswa akan berubah apabila tempat
keaktifan siswa dengan mencangkup kegiatan
duduk siswa diubah pengaturannya sesuai
visual, oral, listening, writing, drawing, motor,
dengan
mental, dan emotional. Kegiatan-kegiatan
mazhab
rangkuman
Bentuk Modular 1. Visual: membaca & membantu pekerjaan siswa lain 2. Oral: merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, & berdiskusi 3. Listening: mendengarkan 4. Writing: menulis 5. Drawing: menggambar 6. Motor: membuat konstruksi 7. Mental: mengingat, memecahkan soal, & membuat keputusan 8. Emotional: menaruh minat, bersemangat, & bergairah
McCroskey.
Hasil
36 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani tersebut telah mencangkup apa yang telah
modular memberikan siswa mudah dalam
disampaikan
berinteraksi
belajar
dalam
indikator
sebagaimana
keaktifan
dinyatakan
dalam
Sardiman.
dan
survei
selanjutnya
dan
dikuatkan
pengamatan dengan
hasil
dengan
teman sekelompok atau kelompok lain, (2) meningkatkan
Hasil
berkomunikasi
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan permasalahan dengan cara berdiskusi kelompok, (3) beberapa siswa
wawancara dengan beberapa siswa. Hasil
yang
wawancara terkait dengan bentuk-bentuk
mengeluh
penataan tempat duduk memiliki beberapa
memperhatikan guru ketika memberikan dan
temuan.
menyampaikan
Secara
baris/tradisional
umum, dapat
tempat
duduk
dirasakan
siswa
menghadap
membelakangi
karena
perbedaan
depan dan tengah memberikan kemudahan
bentuk
tempat
bagi
menggunakan
memperhatikan
dan
mendengarkan materi yang disampaikan guru, dan (2) posisi tempat duduk siswa yang berada pada posisi belakang mengalami kesulitan
dalam
memperhatikan
atau
dalam instruksi
pekerjaan. Penelitian ini juga menganalisis tentang
dalam
kesulitan
materi
antara lain: (1) tempat duduk pada baris siswa
guru
dari
duduk.
masing-masing Hasil
SPSS
analisis
menghasilkan
homogenitas, dan One Way Anova. Tabel 3. Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic 2.955
dan
mendengarkan materi yang disampaikan
df1 2
df2 87
Sig. .057
Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat
guru. Hasil wawancara lain dengan siswa
diketahui
bahwa
uji
homogenitas
dari
terkait dengan model tempat duduk tipe “U”
masing-masing memiliki nilai Sig sebesar
memiliki temuan antara lain: (1) model
0.057. Jika keputusan hipotesis menyatakan
tempat
adanya perbedaan dari ketiga variabel (tidak
duduk
tipe
“U”
memberikan dalam
homogen), maka Hipotesis Alternatif yang
memandang
dipilih yaitu nilai α = 0.05 harus lebih dari Sig
kegiatan baik peraga, slide, simulasi, dan
dengan kata lain nilai Sig > α atau 0.057 >
demonstrasi yang ada dalam pembelajaran
0.05. Itu artinya, ketiga variabel yaitu bentuk
baik teori maupun praktik, (2) pembelajaran
baris, bentuk “U”, dan modular homogen. Jika
dalam bentuk “U” memberikan kesulitan bagi
homogen, maka dapat digunakan dalam
siswa yang berada pada posisi vertikal karena
melakukan Anova. Hasil Anova menunjukkan
harus
bahwa
kemudahan
bagi
melihat/mengamati
menolehkan
antar
siswa
dan
pandangan
ke
arah
harga
F
hitung
adalah
4,728,
cedera
sedangkan harga F tabel pada dk pembilang =
ringan (pegal) pada leher siswa, dan (3)
2 dan penyebut 88 pada taraf signifikasi 0,05
pembelajaran tipe “U” lebih cocok jika kelas
diperoleh
yang digunakan menggunakan sistem rombel
hipotesis alternatif mengatakan diterima jika
(rombongan belajar).
ketiga variabel tersebut berbeda, dengan
samping
Hasil
sehingga
menimbulkan
wawancara
terakhir
terkait
hasil
yaitu
3,11.
Keputusan
demikian F hitung > Ftabel atau 4,728 > 3,11.
dengan penataan tempat duduk tipe modular
Itu
artinya
(mengelompok) memberikan temuan secara
penataan
terdapat tempat
perbedaan duduk
antara bentuk
umum sebagai berikut: (1) tipe tempat duduk
37 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani baris/tradisional, bentuk “U” atau tapal kuda
pandangan di dalam kelas (visibility) dapat
dan bentuk modular (mengelompok).
dengan mudah dilakukan dengan model penataan tapal kuda (horse shoe) atau bentuk
Tabel 4. Komparasi Bentuk Penataan Tempat Duduk dengan One Way Anova Sum of Squares 343.998
Between Groups Within 3165.125 Groups Total 3509.122
“U”.
2
Mean F Sig. Square 177.999 4.728 .011
87
36.381
df
penelitian
perlu
terkait
hasil
pembahasan
penelitian. Bentuk-bentuk penataan tempat sebagaimana
telah
dijelaskan
memberikan perbedaan baik dilihat dari aspek
motivasi
belajar,
visibilitas,
fleksibilitas, dan keaktifan belajar siswa. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa bentuk Modular mampu memberikan motivasi
belajar
tertinggi
dibandingkan
model baris dan bentuk “U” yaitu sebesar 68,7%. Hal ini dikarenakan tempat duduk bentuk modular (mengelompok) mampu menimbulkan
minat
belajar,
semangat
belajar, rasa puas, dan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung khususnya
pembelajaran
pendekatan
saintifik. Pola tempat duduk seperti itu dapat memudahkan siswa dan guru berinteraksi serta
berkomunikasi
secara
efektif.
McCroskey & McVetta (1978) berpendapat, “The modular arrangement is advocated for classes in which student-student interaction”. Selanjutnya, Wilson (2013) memperjelas pendapat tersebut bahwa bentuk modular dapat membentuk sekat dan tata ruang pribadi setiap siswa agar fokus dalam memecahkan persoalan. Hasil
analisis
deskriptif
lain
menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
siswa
memberikan
konstribusinya terhadap keluasan pandangan sebesar 71,37%. Hal ini disebabkan bentuk
penghalang. Bentuk “U” dalam penelitian ini
memperjelas
duduk
mampu
memandang antar siswa dan guru tanpa sekat
89
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dilakukan
“U”
penataan “U” memberikan siswa mudah
Pembahasan untuk
Bentuk
dalam
menjangkau
dilakukan hanya pada kelas rombel, artinya kelas yang diamati dan diukur dibagi menjadi 2 kelas. Perlakuan tersebut dilakukan karena penataan tempat duduk bentuk “U” tidak memungkinkan ditata dengan efektif pada ukuran kelas 7 x 8 Meter dengan jenis meja sekolah yang panjang bukan kursi lipat. Luasnya ruang gerak bagi siswa dan guru memberikan kemudahan guru dan siswa melakukan
demonstrasi,
simulasi,
dan
menggunakan peraga dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan penyataan Evertson & Poole (2002): “Maximizing access is a strategy for arranging the physical space around a student so that the student has maximized access
to
instruction,
demonstrations
and
the
materials,
and
teacher
has
maximized access to the student”. Keluasan akses penting diperhatikan bagi siswa dan guru ketika melakukan perpindahan akses dari satu meja ke meja yang lain. Kemudahan akses baik untuk bergerak maupun berpindah dapat diketahui dari penilaian terhadap fleksibilitas siswa dan guru
dalam
bergerak.
Hasil
penelitian
menyebutkan bahwa flesibilitas dapat dicapai tertinggi apabila kelas di atur dalam pola tempat
duduk
modular
(mengelompok)
dengan bobot presentase sebesar 66,93%. Tingginya presentase ini dikarenakan siswa mudah
dalam
tempat
duduk
38 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
berpindah-pindah yang
mereka
akibat tempati
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani berbentuk melingkar yang mendorong siswa
kuda
dapat berinteraksi dan berkomunikasi antar
memberikan perbedaan khususnya motivasi
siswa dalam satu kelompok atau kelompok
belajar, keluasan pandangan, dan fleksibilitas
lain.
dalam bergerak. Bentuk modular mampu meningkatkan
interaksi
antar
siswa
“U”,
dan
Berdasarkan
modular
hasil-hasil
dapat
penelitian
mereka
tersebut jika dikaitkan dalam pembelajaran
melakukan diskusi kelas. Hal ini diperkuat
pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013,
dengan pendapat Bonus & Riordan (1998)
maka pembelajaran saintifik akan cocok
yang
apabila
menyatakan
“The
ketika
atau
cluster
seating
guru
mampu
mengorganisasi
arrangement tends to produce more on-task
sehingga tercipta suasana kelas yang aktif,
interactionduring a discussion-based format”
kreatif, dan produktif. Jika merujuk pada hasil
Penataan
penelitian, maka pembelajaran saintifik dapat
kemudahan
kluster/kelompok bagi
antar
memberikan siswa
untuk
menggunakan ketiga bentuk penataan tempat
berdiskusi baik dengan rekan kelompoknya
duduk tetapi disesuaikan dengan fungsi dan
atau dengan kelompok lain. Jika merujuk
kegunaan masing-masing bentuk. Pengaturan
sistem diskusi, maka pembelajaran yang lebih
tempat duduk bentuk baris akan lebih tepat
tepat untuk sistem pembelajaran ini adalah
digunakan ketika melakukan evaluasi belajar
dengan metode cooperative learning.
atau dapat dilakukan pada saat mengajar
Hasil analisis statistik dengan SPSS
dalam kelas gemuk (perbandingan guru
menyebutkan bahwa ketiga variabel tersebut
dengan
terjadi homogenitas antara bentuk baris,
tempat duduk bentuk “U” atau tapal kuda
tapal kuda (U), dan modular. Perbedaan ini
akan lebih efektif apabila diterapkan pada
terjadi karena responden (siswa) merasakan
kelas dengan sistem rombel. Bentuk “U”
atmosfir baru ketika seting tempat duduk
sangat cocok diterapkan pada pembelajaran
bervariasi. Pernyataan ini diperkuat dengan
dengan sistem praktik, demonstrasi, simulasi,
hasil
peragaan, dan lain sebagainya.
pengamatan
observer
bahwa
kecenderungan siswa merasakan kebosanan
murid
tidak ideal).
Bentuk
Pengaturan
modular/kluster/
ketika pembelajaran bentuk baris. Siswa yang
mengelompok
paling low interaction adalah siswa yang
efektif
berada pada posisi duduk dari tengah hingga
berbasis
belakang.
kooperatif,
dapat
apabila
diterapkan
dengan
pembelajaran
tersebut
pemecahan
masalah,
diskusi, inkuiri,
saintifik,
dan
lain
Perbedaan antar variabel selanjutnya
sebagainya. Bentuk modular mencangkupi
dianalisis dengan One Way Anova. Hasil
segala kebutuhan yang ada dalam langkah
analisis menunjukkan bahwa ketiga variabel
saintifik yaitu 5 M (Menanya, Mengamati,
tersebut signifikan berbeda. Ini dibuktikan
Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan).
dengan nilai F hitung > F tabel atau 4,278 >
Kegiatan 5 M tersebut dapat dilaksanakan
3,11 Itu artinya, hipotesis alternatif diterima
dengan baik apabila bentuk modular diadopsi
dan menyatakan bahwa terdapat perbedaan
dalam pembelajaran saintifik. Komunikasi
antar ketiga variabel tersebut. Perbedaan
dan interkasi antar siswa dapat mendorong
tersebut menunjukkan bahwa variasi tempat
terjadinya
duduk di dalam kelas baik bentuk baris, tapal
Interaktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
39 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
pembelajaran
yang
Aktif,
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani KESIMPULAN Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kualitas dari masing-masing
variabel penelitian ditinjau dari; (a) motivasi belajar siswa dengan bentuk penataan tempat duduk
tertinggi
yaitu
modular
(mengelompok) dengan presentase 68,7%; (b)
visibilitas
(kemampuan
menjangkau
pandangan dengan bentuk penataan tempat duduk tertinggi yaitu bentuk “U” atau tapal kuda dengan presentase 71,37%,; dan (c) fleksibilitas
(kemampuan
berpindah/
bergerak) dengan bentuk penataan tempat duduk
tertinggi
yaitu
bentuk
modular
(mengelompok) dengan presentase 66,93%. 2.
Hasil
menunjukkan
bahwa
(mengelompok)
pengamatan bentuk
mampu
modular
meningkatkan
keaktifan belajar siswa tertinggi dengan aspek yang menonjol adalah kegiatan: visual, oral, listening, writing, drawing, motor, mental, dan emotional. 3. bentuk
Terdapat perbedaan antara penataan
tempat
duduk
baris/tradisional, bentuk “U”, dan bentuk modular. DAFTAR PUSTAKA Anonim (2010). Introduction to The Scientific Method. Artikel di unduh di Internet pada Tanggal 23 September 2014 dari Tersedia: http://teacher.nsrl.rochester.edu/ phylabs/appendixe/appendixe.html. Arifin, M. dkk (2005). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Aunur Rofiq (2009). Pengelolaan Kelas. Malang: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Bonus, M. & Riordan, L. (1998). Increasing Student On-Task Behavior through the Use of Specific Seating Arrangements. Saint Xavier University: Disertasi tidak diterbitkan. Cooper, J.M. (1990). Classroom teaching skills. Massachusetts: D.C. Heath and Company.Cornell, P. (2002). The impact of changes in teaching and learning on furniture and the learning environment. New Directions for Teaching and Learning, 9, 33-42. Djamarah, S. Bahri. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Evertson, C., & Poole, I. (2002). Effective Room Arrangement. USA: Vanderbilt University. Finch, C. R., & Crunkilton, J. R. (1998). Curriculum Development In Vocational and Technical Education; Planning, Content, and Implementation. USA: Allyn and Bacon, Inc. KBBI (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Artikel di unduh di Internet pada Tanggal 24 September 2014 dari http://kbbi.web.id/ilmiah. Kemendikbud (2013). Kompetensi Dasar Kurikulum 2013: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan. Klein, S.B. (2002). Learning: Principles and Aplications. Boston: McGraw-Hill. McCorskey, J. C., & McVetta, R. W. (1978). Classroom Seating Arrangements: Instructional Communication Theory Versus Student Preferences. Journal of Communication Education. Volume 27 Bulan Maret. Marx, A., Fuhrer, U., & Hartig, T. (2000). Effects of Classroom Seating Arrangements on Children’s QuestionAsking. Learning Environments Research 2. Netherlands: Kluwer Academic. Pp. 249-263.Muijs, D. & Reynolds, D. (2011). Effective Teaching: Evidance and Practice. 2nd Edition. London: Sage Publications. Oemar Hamalik (1991). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Ornstein, A.C. (2009). Curriculum: Foundations, Principles, and Issues. USA: The Allyn & Bacon.
40 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700
Bayu Rahmat Setiyadi, Sulaeman Deni Ramdani Permendikbud Nomor 66 Tahun 2003 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Permendikbud nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013. Roy, J. E. (2014). The Impact of Seating Arrangement on Students’ Learning in Secondary Schools. International Journal of Information, Business and Management, Bangladesh: Elite Hall Publishing House. Volume 6 Nomor 2. Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Press. Sardiman A.M. (1988). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Jakarta: Rajawali Press.
Slivko, A. (2009). A Comparison of the SelfReported Classroom Management Practices of Judaic Studies Teachers and General Studies Teachers in Jewish Day Schools. New York: Disertasi Yeshiva University diterbitkan di UMI. Suharsimi Arikunto (1993). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wilson, D. (2013). What is the Best Seating Arrangement for My Classroom. Artikel diunduh di Internet: http://www.innovatemyschool.com pada tanggal 12 Januari 2015. Wragg, E. C. (2001). Class Management in the Primary School. USA: RoutledgeFalmer.
Sanjaya, W. (2006). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
41 | VANOS Journal Of Mechanical Engineering Education Vol.1, No.1, Juli 2016
ISSN 2528-2611, e-ISSN 2528-2700