perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
OLEH ADHEGORA LESTYANTORO K5608078
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Adhegora Lestyantoro
NIM
: K.5608078
Jurusan/Program Studi
: JPOK UNS/Penkepor
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul
PERBEDAAN PENGARUH
METODE DRILL DAN METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN
LOB
BULUTANGKIS
PADA
SISWA
PUTRA
EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan
Adhegora Lestyantoro NIM. K.5608078
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : ADHEGORA LESTYANTORO K.5608078
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepeltihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2013
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Pembimbing I
Januari 2013
Pembimbing II
Drs. H. Agustiyanto, M.Pd.
Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes.
NIP. 19511009 198702 1 001
NIP. 196001119 198503 1 007
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs, H. Mulyono, M.M
Sekretaris
: Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd
Anggota I : Drs. Agustiyanto, M.Pd Anggota II : Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727198702 1 001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Bertanyalah kepada seseorang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
- Q.S. Annahl : 4 -
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik - Evelyn Underhill
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
Jatipuro Kepada Kepala SMP Negeri
1 Jatipuro Karanganyar dan guru
Penjasorkes diucapkan terima kasih yang telah memberi bantuan dan bimbingan, sehingga saya dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah.
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki orang tua seperti kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. Fajar Setya Nugraha S.Pd Guru Penjasorkes SMP Negeri 1 Jatipuro, terima kasih telah memberikan waktu dan bimbingannya
Teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka bisa kita lalui bersama demi meraih cita-cita masa depan yang lebih baik.
Luki Junanto, Dodit Daniel Fahrudin, Tristyanto, Muh. Reza Hamid, Wahyu Sukarno Putro Yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Adhegora Lestyantoro. PERBEDAAN PENGARUH METODE DRILL DAN METODE GAME TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB BULUTANGKIS PADA SISWA PUTRA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP NEGERI 1 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Surakarta, Januari 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. (2) Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Pretest Posttes Design. Populasi penelitian ini siswa putra peserta ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 30 orang. Keseluruhan siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitian ini penelitian populasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan tes kemampuan pukulan lob bulutangkis dari Frank M. Verducci yang dikutip oleh Sapta Kunta Purnama (2010: 34-36). Analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, dengan nilai perhitungan thit sebesar 2,483 dan ttabel sebesar 2.145 pada taraf signifikasi 5%. (2) Latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill lebih baik pengaruhnya daripada latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Kelompok 1 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode drill) memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 217,925%. Sedangkan kelompok 2 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game) memiliki peningkatan sebesar 210,680%.
Kalimat kunci: Latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game, kemampuan pukulan lob bulutangkis.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ..............................................................................................................
i
PENYATAAN ..................................................................................................
ii
PENGAJUAN ...................................................................................................
iii
PERSETUJUAN ...............................................................................................
iv
PENGESAHAN ................................................................................................
v
MOTO ...............................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii ABSTRAK ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI .....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR GRAFIK ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi KATA PENGANTAR ...................................................................................... xvii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................
3
C. Pembatasan Masalah .............................................................................
4
D. Perumusan Masalah ...............................................................................
4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................
4
F. Manfaat Penelitian.................................................................................
5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
6
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan...................................
6
1. Permainan Bulutangkis .....................................................................
6
a. Karakter Permainan Bulutangkis .................................................
6
b. Teori Dasar Bulutangkis ..............................................................
6
1). Teknik Memegang raket .........................................................
7
2). Kerja Kaki (Footwork) ...........................................................
9
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3). Teknik Memukul Bola ............................................................
10
(a). Pukulan Service ..............................................................
11
(b). Pukulan Lob ...................................................................
14
(c). Pukulan Drop (Dropshot) ...............................................
15
(d). Pukulan Drive ................................................................
15
(e). Pukulan Netting ..............................................................
16
(f). Pukulan Smash................................................................
16
4). Pola-Pola Pukulan ..................................................................
18
2. Karakteristik Anak Usia SMP ..........................................................
18
a. Pengertian Remaja .....................................................................
19
b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP ...................................................................................
20
1). Pertumbuhan fisik ..........................................................
20
2). Perkembangan Seksual ..................................................
20
3). Cara berfikir kausalitas ..................................................
21
4). Emosi yang meluap-meluap ...........................................
23
5). Perkembangan Sosial .....................................................
23
6). Perkembangan Moral .....................................................
24
7). Perkembangan Kepribadian ...........................................
26
3. Latihan ..............................................................................................
26
a. Hakikat Latihan............................................................................
26
b. Hukum dan Prinsip Latihan .........................................................
27
c. Sistematika Latihan......................................................................
28
4. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill dan Game
29
a. Metode Drill .................................................................................
29
1). Macam Metode Drill ......................................................
30
2). Syarat-Syarat dalam Metode Drill .................................
31
b. Metode Game ...............................................................................
32
B. Kerangka Berpikir .................................................................................
35
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game Terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis .........................
35
2. Metode drill Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kemampuan Pukulan lob Bulutangkis
6
C. Perumusan Hipotesis .............................................................................
36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................
38
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................................
38
1. Tempat Penelitian............................................................................
38
2. Waktu Penelitian .............................................................................
38
B. Populasi dan Sampel .............................................................................
38
1. Populasi ...........................................................................................
38
2. Sampel .............................................................................................
38
C. Metode Penelitian ..................................................................................
39
D. Variabel Penelitian ...............................................................................
40
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................
40
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................
41
G. Teknik Analisis Data .............................................................................
41
BAB IV. HASIL PENELITIAN .......................................................................
44
A. Deskripsi Data ........................................................................................
44
B. Pengujian Persyaratan Analisis ..............................................................
45
1. Uji Normalitas .................................................................................
45
2. Uji Homogenitas .............................................................................
46
C. Hasil Penelitian .......................................................................................
46
1. Uji Reliabilitas.................................................................................
47
2. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan .......................................
47
3. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan ........................................
49
a. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1..................................................................................
commit to user xi
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2..................................................................................
50
c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 dan Kelompok 2..................................................................................
51
4. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis .............................................................................................
52
D. Pengujian Hipotesis ...............................................................................
54
1. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ............................
54
2. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingakan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ................................................................
54
E. Pembahasan Hipotesis ...........................................................................
55
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pukulan Lob Bulutangkis Menggunakan Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ..........................................
55
2. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingkan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ................................................................
56
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..........................................
57
A. Simpulan................................................................................................
57
B. Implikasi ................................................................................................
57
C. Saran ......................................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
59
LAMPIRAN ...................................................................................................... 60
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Antara Dua Pendekatan .......................................................
34
2. Deskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2 ...........................................
44
3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal ................................
45
4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ......................................................
46
5. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ...........................................................................................
47
6. Range Kategori Reliabilitas ..................................................................
47
7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ....................................................................................
48
8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 ...........................................................................................
49
9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 ...........................................................................................
50
10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 51 11. Penghitungan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ................................
commit to user xiii
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tehnik Pegangan Forehand ...................................................................
9
2. Tehnik Pegangan Backhand ..................................................................
9
3. Servis Panjang .......................................................................................
12
4. Servis Pendek Fore Hand ......................................................................
12
5. Servis Pendek Back Hand .....................................................................
13
6. Tehnik Pukulan Lob ..............................................................................
15
7. Gambar Lapangan Tes Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ...........
62
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2 .....................................
44
2. Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..........................
48
3. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 ..........................................
49
4. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 2 ...........................................
50
5. Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..........................
52
6. Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ..............................................
commit to user xv
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tes Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ..........................................
62
2. Program Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill ........
65
3. Program Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Game ......
67
4. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ..............
69
5. Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis..............
70
6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis ...........................................................................................
71
7. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis .............
72
8. Pemasangan Subyek Penelitian Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis 74 9. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 ......................................................................
75
10. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 2 ......................................................................
76
11. Uji Reliabilitas Dengan Anava ..............................................................
77
12. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ....................................
83
13. Uji Homogenitas ...................................................................................
85
14. Uji Perbedaan ........................................................................................
87
15. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 1 .......................
89
16. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 2 .......................
91
17. Tabel Kerja Menghitung Nilai Perbedaan antara Hasil Tes Akhir Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 .............
93
18. Menghitung Nilai Peningkatan Pukulan Lob Bulutangkis dalam Persen pada Kelompok 1 dan Kelompok 2.......................................................
95
19. Dokumentasi dan Pelaksanaan............................................................... 96
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20. KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. H. Agustiyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan, sehingga skripsi ini terselesaikan 4. Drs. Sarjoko Lelono, M.Kes., sebagai pembimbing II yang telah memberi semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik. 5. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis. 6. Bapak, Ibu dan Adik yang tercinta, doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang yang tidak terbatas pula 7. Kepala SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 8. Siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Teman-teman PENKEPOR JPOK FKIP UNS angkatan 2008, teman-teman Angkatan 2008 seperjuangan menempuh ilmu. Suka dan duka untuk mencapai masa depan yang lebih berarti. 10. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca, khususnya permainan bulutangkis tekmik dasar lob.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan permainannya menggunakan raket sebagai pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Hal yang mendasar agar dapat bermain bulutangkis yaitu menguasai macam-macam tehnik dasar. Dengan menguasai tehnik-tehnik dasar bulutangkis maka akan dapat mendukung penampilannya menjadi lebih baik sehingga prestasi yang lebih tinggi dapat dicapai. Adapun macam-macam tehnik dasar bulutangkis menurut Sumarno dkk (2002:164) mengklasifikasi tehnik dasar bulutangkis menjadi empat macam, yaitu: (grips), (2) Tehnik mengatur kerja kaki (footwork), (3)
Tehnik
menguasai
pukulan
(strokes),
dan
(4)
Tehnik
menguasai
polaSeluruh permainan bulutangkis dilakukan dengan memukul bola. Pukulan-pukulan dalam permainan bulutangkis di antaranya pukulan service, lob, drive, dropshot, netting, dan lob. Salah satu pukulan yang penting dalam permainan bulutangkis adalah pukulan lob. Pukulan lob merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi arahnya menukik ke bawah bidang lapangan lawan. Upaya menguasai tehnik dasar pukulan lob harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Untuk mencapai hasil latihan yang optimal dibutuhkan metode latihan yang baik dan tepat. Metode
latihan
merupakan
suatu
cara
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan ketrampilan bagi atlet yang dilatih. Tuntutan terhadap metode latihan yang efektif dan efisien didorong oleh kenyataan-kenyataan atau gejalagejala yang timbul dalam pelatihan. Banyaknya macam-macam metode latihan, maka dalam pelaksanaan latihan harus mampu menerapkan metode latihan yang
commit to user 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan ketrampilan tehnik di antaranya dengan metode drill dengan metode game Metode drill adalah metode latihan, atau metode training yang merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan (Syaiful Sagala, 2009:21. Ditambahkan
drill) adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali supaya asosiasi stimulus dan respons menjadi sangat kuat dan tidak mudah untuk dilupakan. Sedangkan metode game merupakaan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam
Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (19 pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajran skill, harus dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (delevopmentally Approplate Pactice) dan body scalling Baik metode drill maupun metode game memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektifitasnya terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul, maka perlu dikaji dan diteliti lebih mendalam melalui penelitian eksperimen di kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar. Sisi menarik untuk melakukan penelitian pada kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar yaitu, kelas tersebut adalah kelas ekstrakurikuler yang baru berjalan kurang lebih 2 tahun. Sehingga peneliti ingin mengkaji secara mendalam antara 2 metode yang digunakan untuk membantu pelatih supaya peserta didik dapat mencapai prestasi yang maksimal. Karena kellas ekstra ini baru berjalan kurang lebih 2 tahun, maka prestasinya pun juga belum maksimal, Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan, antara lain: (1) Kemampuan pukulan lob siswa kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar masih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
rendah dan perlu ditingkatkan. Pukulan lob bulutangkis yang dilakukan sering tidak sesuai dengan harapan, misalnya bola yang dipukul sering keluar lapangan, bahkan pukulan lob jatuh di garis serang lawan sehingga lawan justru mudah mengembalikannya. (2) Pelaksanaan latihan di kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar kurang maksimal. Waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk melakukan pengulangan pukulan secara maksimal. Siswa hanya melakukan pengulangan beberapa kali, kemudian berhenti dan kelihatan lelah. Selain itu, pengaturan antara waktu latihan dan istirahat kurang diperhatikan. Jika ambang rangsang telah dicapai dan waktu istirahat terlalu lama, maka kondisi tersebut akan pulih kembali dan keterampilan akan lambat dicapai. Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurangnya frekuensi pengulangan gerakan pukulan lob, sehingga tehnik dasar pukulan lob siswa putra bulutangkis kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar kurang dikuasai dengan baik. 2. Waktu latihan kurang dimanfaatkan secara maksimal untuk mengulang-ulang gerakan pukulan lob sebanyak-banyaknya, sehingga kemampuan pukulan lob masih rendah. 3. Masih rendahnya kemampuan pukulan lob para siswa putra bulutangkis kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Kabupaten Karanganyar perlu ditingkatkan. 4. Belum diketahui pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob dalam permainan bulutangkis. 5. Kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putera ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar belum diketahui.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis. 2. Kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra kelas ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara metode latihan drill dan game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa
putra kelas
ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh metode latihan drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. 2. Metode latihan yang lebih baik pengaruhnya antara drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat dijadikan sebagai pedoman pembina atau pelatih pada Persatuan Bulutangkis ekstrakurikuler SMP N 1 Jatipuro Kabupaten Karanganyar untuk menentukan dan memilih metode latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan lob bulutangkis para siswanya. 2.
Sebagai masukan bagi pembina atau pelatih dan siswa ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-banyaknya untuk menguasai suatu ketrampilan olahraga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
a.
Permainan Bulutangkis
Karakter Permainan Bulutangkis Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual
yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melwan dua orang. Permainan bulutangkis menggunakan raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai obyek yang dipukul. Lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permaiann lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing pemain berusaha agar shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut net, maka permainan berhenti dan dimulai dengan melakukan servis. Permainan dilaksanakan dengan sistem penialaian rally point. Pemain atau regu yang memperoleh nilai 21 dinyatakan menang. Dan apabila terjadi nilai sama 20 lawan 20 dicari selisih dua angka. Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, maka seorang pemain bulutangkis harus menguasai macam-macam teknik dasar bulutangkis.
b. Teknik Dasar Bulutangkis Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang didalam perlaksanaan permainannya dibutuhkan keterampailan yang baik. Menguasai teknik dasar bulutangkis merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung keterampilan bermain bulutangkis. Macam-macam teknik dasar bulutangkis menurut Soemarno dkk (2002:164) mengklasifikasikan teknik dasar bulutangkis menjadi empat
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
grips), (2) Teknik mengatur kerja kaki (footwork), (3) Teknik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Teknik menguasai
pola-
Moekarto Mi dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu (1) Tehnik memegang raket (grips), (2) Tehnik mengatur kaki (footwork), (3) Tehnik menguasai pukulan (strokes), dan (4) Tehnik menguasai pola-pola pukulan. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik dasar permainan bulutangkis terdiri empat macam, yaitu: teknik memegang raket (grips), teknik mengatur kerja kaki (footwork), teknik menguasai pukulan (strokes), dan teknik pola-pola pukulan. Kualitas permainan atau penampilan pemain bergantung pada penguasaan macam-macam teknik dasar bulutangkis dengan didukung kemampuan fisik yang memadai, taktik dan mental yang baik. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan secara singkat macam-macam teknik dasar permainan bulutangkis sebagai berikut:
1) Teknik Memegang Raket Teknik pegangan raket merupakan unsur yang penting dan harus dikenalkan bagi pemain pemula. Hal ini karena teknik pegangan raket ini akan membentuk tipe permainan seseorang. Sumarno dkk (2002:165) menyatakan -tama yang perlu mendapat perhatian bagi pemain pemula yang baru mulai bermain bulutangkis adalah cara memegang raket. Kesalahan di dalam cara memegang raket cenderung membentuk tipe permainan seseorang dan ini sangat
Teknik memegang raket ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap pemain, terutama bagi pemain pemula. Ada beberapa macam cara memegang raket atau grips yang dapat digunakan. Menurut Sumarno dkk (2002 : 165) -macam tipe pegangan raket yaitu, pegangan gebuk kasur (American Grip), pegangan forehand (forehand grip), pegangan backhand (backhand grip) dan pegangan campuran atau kombinasi (combination grip).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Teknik pegangan gebuk kasur merupakan istilah lain dari pegangan cara Amerika (American grip). Teknik pelaksanaan pegangan gebuk kasur adalah letakkan raket di lantai, ambil dan peganglah pada bagian ujung pengagan raket yang luas (sejajar permukaan kepala raket). Pegangan gebuk kasur ini lebih efektif digunakan dalam melakukan semes dan untuk mengambil bila di atas jaring (net) dengan menekan bola ke bawah secara tajam. Sebaliknya tipe pegangan ini kurang efektif dalam permainan di depan net, karena kurang memiliki keleluasaan gerak. Moekarto Mirman (1996/1997: 24) menyataka
American grip)
kurang efektif untuk melakukan pukulan backhand dan untuk permainan netting
Teknik pegangan forehand dilakukan dengan cara ibu jari dan jari telunjuk menempel pada bagian permukaan pegangan yang sempit
(sejajar dinding
kepala raket). Yang perlku diperhatikan dalam teknik pegangan ini adalah letak ujung ibu jari tidak melebihi dan tidak kurang dari jari telunjuk. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:25) teknik pegangan forehand memiliki beberapa
Memudahkan melakukan pukulan terhadap bola yang datangnya di sebelah kanan badan (forehand). (3) Tidak perlu memutar pegangan yang disebabkan kesalahan menempelkan posisi kepala raket. Tetapi pegangan forehand juga memiliki backhand, (2) lemah dalam menerkam bola di
Teknik pegangan backhand merupakan jenis pegangan lanjutan dari pegangan forehand, yaitu dari pegangan forehand grip dapat beralih ke backhand grip dengan memutar raket seperempat putaran ke kiri, namun posisi ibu jari tidak seperti pada forehand grip, melainkan agak dekat dengan daun raket, atau dengan jalan menempelkan penampang ibu jari pada permukaan tangkai raket yang terlebar. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:26) keuntungan pegangan backhand terkontrol. Sebaliknya kelemahan dari teknik ini, pemain akan kesukaran dalam mengembalik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Teknik pegangan campuran atau combination grip sering pula disebut pegangan jabat tangan. Pegangan campuran atau combination grip adalah suatu cara memegang raket dengan mengubah cara pegangan raket sesuai dengan datangnya bola dan jenis pukulan. Pegangan campuran ini merupakan kombinasi antara pegangan gebuk kasur dan teknik pegangan forehand. Teknik pegangan kombinasi hampir sama seperti pegangan forehand, yaitu posisi raket dimiringkan, dipegang seperti pada saat berjabat tangan. Teknik pegangan kombinasi ini merupakan salah satu cara pegangan yang paling efektif, karena pegangan raket sesuai dengan berbagai jenis datangnya bola. Oleh karena itu, dengan teknik pegangan kombinasi ini atlet akan memiliki pukulan yang lengkap dan sulit dianalisis kelemahannya. Berikut disajikan gambar macam-macam teknik pegangan raket sebagai berikut:
Gambar 1. Tehnik pegangan forehand (http://dwikiprasetya.blogspot.com/2011/09/cara-memegang-raketbulutangkis.html)
Gambar 2. Tehnik pegangan backhand (http://dwikiprasetya.blogspot.com/2011/09/cara-memegang-raketbulutangkis.html)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
2) Kerja Kaki (Footwork) Kerja kaki memiliki peranan yang sangat penting dalam permainan footwork yang baik adalah supaya pemain dapat bergerak seefisien mungkin ke segala bagian dari footwork yang baik ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik melangkah (footwork)
bergerak mengejar bola dan menentukan saat-saat yang tepat kapan harus berbuat dan memukul bola dengan tenang, (2) Tetap memiliki keseimbangan badan pada
Prinsip dasar footwork bagi pemain yang menggunakan pegangan kanan (right handed) adalah kaki kanan selalu berada di ujung/ akhir atau setiap melakukan langkah selalu diakhiri dengan kaki kanan. Sebagai contoh, jika hendak memukul kok yang berada di lapangan bagian depan atau di samping badan, kaki kanan selalu berada di depan. Demikian pula jika hendak memukul kok di belakang, posisi kaki kanan berada di belakang.
3) Teknik Memukul Bola Memukul bola (shuttlecock) merupakan ciri dalam permainan bulutangkis. prinsip teknik memukul bola dalam permainan bulutangkis adalah untuk menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan. Dapat dikatakan bahwa seorang pebulutangkis yang terampil apabila memiliki keterampilan melakukan pukulan yang baik. Hal yang mendasar dan harus dikuasai agar terampil melakukan pukulan dalam permainan bulutangkis adalah menguasai teknik memukul yang benar dan didukung kemampuan kondisi fisik yang baik. Berdasarkan
jenisnya
pukulan
dalam
permainan
bulutangkis
dikelompokkan menjadi beberapa macam. Menurut Sumarno dkk. (2002: 194) -jenis pukulan yang harus dikuasai oleh pemain bulutangkis antara an service, (2) Pukulan lob, (3) Pukulan dropshot, (4) Pukulan smash, (5) Pukulan drive, (6) Pengembalian service
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
-macam pukulan dalam permainan bulutangkis terutama adalah sevice, lob, drive, smash, dropshot dan netting Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik pukulan yang harus dikuasai dalam permainan bulutangkis meliputi: service, lob, drive, dropshot, smash, netting, dan pengembalian servis. Jenis-jenis pukulan dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand, kecuali pukulan servis tinggi yang sulit dilakukan dengan pukulan backhand. Jenis-jenis pukulan tersebut diuraikan sebagai berikut:
(a) Pukulan Servis Servis dalam permainan bulutangkis merupakan pukulan pembuka atau sajian bola pertama untuk memulai permainan. Tohar (1992: 67) menyatakan, shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal dan bertujuan sebagai pembuka permainan dan merupakan suatu pukulan
merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena hanya pemain yang melakukan servis yang dapat mengendalikan jalannya
Berdasarkan pengertian pukulan servis yang dikemukakan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pukulan service merupakan pukulan dengan raket yang menerbangkan shuttlecock ke bidang lapangan lain secara diagonal yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai. Agar servis berhasil dengan baik dan sah, maka dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sapta Kunta Purnama (2010: 16) menyatakan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksnaan servis pada saat perkenaan antara lain: 1) Ketinggian bola pada saat perkenaan dengan kepala raket berada di bawah pinggang. 2) Saat perkenaan dengan bola, kepala raket harus condong ke bawah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3) Kedua kaki berada pada bidang servis, tidak menyentuh garis tengah atau garis depan. 4) Tidak ada gerakan ganda (saat ayunan memukul sampai perkenaan dengan bola satu kali gerakan). Gerakan raket harus berkelanjutan tanpa adanya saat yang putus-putus.
Servis yang baik dalam bulutangkis akan memberikan kesempatan yang baik pula bagi lawan untuk mencetak angka. Untuk mendapatkan servis yang legal kontak dengan bola harus dilakukan di bawah pinggang dan tangkai raket harus mengarah ke bawah. Seluruh kepala raket harus dapat dilihat di bawah setiap bagian pegangan raket sebelum memukul bola. Ada tiga macam jenis servis yang biasa dilakukan oleh pemain bulutangkis ialah servis, panjang, servis pendek dan servis tanggung. Servis panjang adalah servis yang yang mengarahkan bola edekat mungkin dengan garis belakang, dengan demikian bola lebih sulit untuk diperkirakan dan dipukul, sehingga semua
Gambar : 3. Servis Panjang (Tony Grice, 2002: 26) Servis pendek dilakukan rendah adalah paling sering digunakan dalam partai ganda, karena lapangan untuk ganda lebih pendek, tetapi lebih lebar dari pada fore hand ataupun dengan backhand
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Gambar : 4. Servis Pendek Fore Hand (Tony Grice, 2002: 27) Servis tanggung sebenarnya hanya variasi saja dari servis pendek.
Gambar : 5. Servis Pendek Back Hand (Tony Grice, 2002: 28) Dilakukan dengan drive dan flick m 2002: 25) Pukulan servis merupakan pukulan yang sangat menentukan dalam awal perolehan nilai, karena pemain yang melakukan servis dengan baik dapat mengendalikan jalannya permainan, misalnya sebagai strategi awal dalam sebuah serangan. Pelaksanaan servis panjang dilakukan dengan cara forehand. Sapta Kunta Purnama (2010: 16), memberi petunjuk untuk melakukan pukulan servis sebagai berikut: 1) Berdirilah sedekat mungkin dengan garis depan. 2) Letak kedua kaki dapat sejajar atau depan belakang menyesuaikan kebiasaan. 3) Bola dipegang salah satu tangan dengan ketinggian di bawah pinggang. 4) Kepala raket ditempatkan di belakang bola.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
5) Tentukan arah sasaran servis. Pukulan ini hendaknya dilakukan dengan arah ke belakang lapangan lawan dan melambung tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh uluran raket lawan dan shuttlecock jatuh langsung tegak lurus ke lantai. Shuttlecock sebaiknya mendarat sedekat mungkin dengan garis belakang bidang lapangan lawan. Untuk
(James Poole, 2005: 31). Dalam pelaksanaan servis panjang, pelaku servis dan penerima servis harus berdiri berhadapan secara diagonal dalam kotak servis tanpa menyentuh garis-garis yang membatasi kotak servis. Sebagian dari kedua kaki baik pelaku maupun penerima servis harus tetap berdiri di permukaan lapangan dalam posisi diam (tidak bergerak) dari saat servis mulai dilakukan sampai servis telah dilaksanakan. (b) Pukulan Lob Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jatuh ke belakang pertahanan lawan. Sasaran pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang. Agar dapat mencapai sasaran di daerah belakang lapangan, maka pukulan ini dilakukan dengan keras dan panjang. Pukulan lob penting peranannya dalam permainan bulutangkis. Moekarto Mirman lob merupakan pukulan yang sangat penting bagi bola pertahanan (defensive) maupun penyerangan (ofensive)
Lob
yang cepat dan jauh ke belakang dapat membuat lawan kewalahan dalam mengembalikan bola. Oleh karena itu tiap pemain bulutangkis harus memiliki kemampuan pukulan lob. Pukulan lob bulutangkis dapat dilakukan dengan berbagai macam variasi. Menurut Soemarno dkk. (2004:198) adapun jenis lob dapat dibagi menjadi 2 lob serang (attack clear) dan lob tangkisan (high defensive clear senada dikemukakan Hal senada dikemukakan Moekarto Mirman (1996/1997:48) lob dapat dibagi menjadi lob serang dan lob Lob serang yaitu lob yang bertujuan untuk melakukan serangan terhadap lawan. Lob ini dilakukan dengan bola dipukul lebih cepat dengan lambungan agak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
rendah (lebih rendah dari lambungan bola lob tinggi) melewati lawan ke lapangan bagian belakang. Lob serang ini dilakukan misalnya pada saat lawan sudah
kehilangan keseimbangan atau salah posisi, atau lawan harus maju ke depan jaring untuk mengejar suatu drop yang dilancarkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lob tangkisan atau lob pertahanan adalah pukulan lob yang dilakukan pemain untuk menahan dan mempertahankan diri dari serangan lawan. Pukulan lob pertahanan ini, lintasan bolanya tinggi dan panjang. Dengan pukulan yang tinggi dan panjang ini akan memberikan kesempatan
pemain
untuk
kembali
ke
posisi
di
tengah
lapangan.
Baik lob serangan maupun lob pertahanan, cara pelaksanaannya sama. Yang membedakan kedua jenis lob tersebut adalah arah lintasan bola. Gambar 6. Teknik pukulan Lob (http://teknikbermainbadminton.blogspot.com/2011_01_01_archive.html)
(c) Pukulan Drop (Dropshot) Pukulan dropshot merupakan pukulan yang diarahkan di dekat net pada lapangan permainan lawan. Moekarto Mirman (1996/1997:52) menyatakan bahwa pukulan dropshot bola secepatnya dan sedekatHal yang sama dikemukakan Sumarno dkk. (2004:201) dropshot adalah pukulan yang dilakukan dengan tujuan menempatkan bola secepatnya dan sedekat-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Pada prinsipnya dropshot merupakan teknik memukul shuttlecock agar jatuh secepat mungkin dekat net. Pukulan yang cepat dan ditempatkan sedekat mungkin di depan net
akan sulit dikembalikan oleh lawan. Untuk membuat
pukulan dropshot ada beberapa cara. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:52) dropshot
Dropshot dari atas (Overhead
dropshot) terdiri atas drop penuh dan drop potong, (2) Dropshot dari bawah (
(d) Pukulan Drive Pukulan drive merupakan jenis pukulan yang dilakukan dengan keras dan mendatar yang arah lambungan bolanya sejajar dengan lantai atau net. Moekarto Mirman (1996/1997:50) menyata
drive adalah pukulan yang biasa
digunakan untuk menekan lawan atau untuk tidak memberikan kesempatan kepada lawan mendapatkan bola-bola yang melambung, sehingga lawan tidak memperoleh kesempatan menyerang dengan pukulan over head Pukulan drive merupakan pukulan yang laju bolanya cepat, sehingga pukulan ini termasuk jenis pukulan serangan yang dapat digunakan untuk mempercepat tempo permainan. Soemarno dkk. (2004:200) menyatakan, drive adalah mempercepat tempo permainan dengan meluncurkan bola serendah-rendahnya dengan net. Selain itu itu pukulan drive berfungsi untuk
(e) Pukulan Netting Pukulan netting atau jaring adalah salah satu jenis pukulan yang cukup sulit dalam permainan bulutangkis, karena permainan netting ini banyak memerlukan kecermatan yang penuh perasaan atau feeling. Dalam permainan netting faktor tenaga hampir tidak diperlukan sama sekali. Pukulan dilakukan tenang dan pasti. Dengan cara demikian bola yang ringan itu dengan sendirinya akan memantul. Hal ini terutama dalam permainan jaring dengan pengambilan bola di atas. Prinsip-prinsip dalam melakukan permainan netting, menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
mungkin. (2) Lambungan bola harus serendah mungkin dengan net, dan (3)
Dalam permainan net bola harus diambil sewaktu bola masih di atas. Apabila bola diambil setelah berada di bawah, tempo permainan akan menjadi lambat dan hal ini memberi kesempatan lawan lebih siap untuk maju. Bola harus serendah mungkin dengan bibir jaring, hal ini untuk mempertinggi target kesulitan awan memukul kembali bola terutama untuk menerobosnya.
(f). Pukulan Smash Smash merupakan pukulan overhead yang keras dengan kecepatan tinggi arahnya menukik ke bawah di bidang lapangan lawan. Menurut Sumarno dkk. (2004:203) menyatakan pukulan smash cepat dan sekeras-kerasnya, ke arah bawah lapangan lawan. Smash merupakan teknik serangam yang paling efektif dalam permainan bulutangkis. penguasaan teknik dasar smash dalam permainan bulutangkis sangat penting, karena keberhasilan pemain dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat banyak ditentukan oleh kemampuanya melakukan smash. Setiap pemain harus benar-benar menguasai teknik smash dengan baik, karena lob merupakan bentuk serangan yang paling mematikan. Pukulan smash dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand. Hasil dari smash dengan pukulan forehand biasanya lebih kuat dan keras daripada smash dengan backhand, karena ayunannya yang lebih luas dan panjang. Dalam permainan bulutangkis pukulan smash dapat dilakukan dengan berbagai macam. Menurut Moekarto Mirman (1996/1997:54-56) ada beberapa jenis pukulan smash yang dapat dilakukan, sesuai dengan kemauan atlet dan situasi di lapangan saat full smash), (2) smes potong, (3) smes seputar kepala (around the head lob), (4) backhand smash Smash penuh ini dilakukan dengan daun raket seluruhnya, dan smash penuh memiliki kekuatan yang penuh tetapi shutlecock menjadi kurang terarah. smash penuh pada umumnya harus sepanjang garis atau tertuju penuh badan lawan. smash penuh dilakukan dengan sekuat tenaga, maka akan penuh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
menggunakan posisi smash. Oleh karena itu, smash ini harus dapat mematikan lawan Smash potong bila dibandingkan dengan smash penuh kurang keras, tetapi shutlecock lebih tajam dan lebih terarah. Pada umumnya smash potong dilakukan secara menyilang sebagai smash silang atau cross smash. Jika akan mensmash dari lini belakang, maka lebih baik jika dilakukan smash potong daripada smash penuh. Around the head smash dapat pula disebut dengan smash melingkar. Gerakan lengan dalam smash melingkar ini sangat diperlukan keterampilan gerak pergelangan lengan, kelentukan, dan keseimbangan badan untuk menjaga posisi agar bisa tetap berdiri dengan tegak dan tidak sempoyongan. Backhand smash mengutamakan gerakan keterampilan pergelangan tangan, shutlecock yang terlanjur melewati posisi badan juga dapat dipukul dengan backhand smash, untuk membackhand yang tepat diperlukan pergelangan yang kuat dan mantap. Backhand smash biasanya paling tepat untuk menyambar shutlecock yang meluncur tanggung di dekat depan net, mudah dilakukan dengan cukup menggunakan keterampilan pergelangan tangan tanpa perlu memukulnya sekuat tenaga.
4) Pola-Pola Pukulan Penguasaan pola-pola pukulan penting untuk mengembangkan permainan dan memperoleh kemenangan pada permainan bulutangkis. pemain perlu mendapatkan pola latihan teknik pukulan secara sistematis, berulang-ulang dan teratur. Pola pukulan pada dasarnya merupakan rangkaian dari beberapa pukulan yang dikombinasikan dan dilakukan secara terpadu. Untuk dapat mengalahkan lawan dengan mudah, pemain harus memiliki kemampuan memukul bola dengan baik dan ditunjang dengan penguasaan pola pukulan yang baik pula. Kemenangan dalam suatu pertandingan bulutangkis sangat sulit diperoleh jika hanya mengandalkan kemampuan memukul bola yang baik, tanpa disertai dengan penguasaan pola-pola pukulan yang baik.Pola-pola pukulan yang dapat dikembangkan oleh pemain banyak sekali jenisnya dan bervariasi. Selain dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pola-pola tersebut pemain dapat pula mengembangkan dengan pola yang lain. Namun pola pukulan yang dikembangkan harus memperhitungkan efisiensi dan efektifitas gerakan. Pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
teknik
dasar
permainan
bulutangkis merupakan faktor yang mendasar dan harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain agar mampu bermain bulutangkis dengan baik dan terampil.
2. Karakteristik Anak Usia SMP Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979). Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar). Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubahan dalam suatu arah
yang
bersifat
tetap
dan
maju
(Ahmadi,
A.,
1991).
Dalam makalah ini, kami hanya akan membahas mengenai tumbuh dan kembang masa remaja khususnya anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu antara usia 12 15 tahun.
a. Pengertian Remaja Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
2000) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan (Gunarsa, 1986). Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion (kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12
21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal,
15-18 tahun termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
b. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP
1.) Pertumbuhan fisik Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
2.) Perkembangan seksual Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama. Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell
Stimulating
Hormone
(ICSH)
merangsang
pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
3.) Cara berfikir kausalitas Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian
rupa
sehingga
mereka
dengan
mudah
dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
4.) Emosi yang meluap-meluap Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
5.) Perkembangan Sosial Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilanketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anakanak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat. Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb. Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan temanteman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
6.) Perkembangan Moral Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang
karena
mereka
mulai
melihat
adanya
kejanggalan
dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut. Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika
dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
7.) Perkembangan Kepribadian Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
3. Latihan a. Hakikat Latihan Latihan merupakaan salah satu bagian yang penting untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, sistematis dan terprogram. A. Hamidsyah
dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
dengan kian hari kian
adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang
Berdasarkan pengertian latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, latihan merupakan proses kerja atau berlatih yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu, berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Melalui latihan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang ditingkatkan secara bertahap, maka akan terjadi perubahan
melalui pengulangan-pengulangan akan menyebabkan mekanisme susunan syaraf bertambah baik. Hasil nyatanya adalah gerakan-gerakan menjadi otomatis yang tidak terlalu membutuhkan konsentrasi pusat-pusat syaraf. Gerakan-gerakan yang
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang dilakukan secara teratur dan melakukan pengulangan yang konsisten, maka mekanisme susunan syaraf menjadi baik, sehingga menghasilkan gerakan yang otomatis dan menghemat tenaga secara efektif dan efisien.
b. Hukum dan Prinsip Latihan Latihan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka latihan menganut hukum dan prinsip latihan yang tepat. Hukum dan prinsip latihan secara impirik dan keilmuan telah terbukti dan teruji secara jelas seiring dengan berkembangnya ilmu kepelatihan. Oleh karena itu, hasil latihan tidak selalu positif dan optimal bila pembebanan tidak diberikan dengan kaidah hukum dan prinsip-prinsip latihan yang benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Hukum latihan merupakan suatu kaidah dari latihan olahraga yang harus dipenuhi agar tujuan latihan dapat tercapai. LANKOR (2007: 44-46) menyatakan, overload, (2) hukum reversibility yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Lebih lanjut LANKOR (2007: 46diperhatikan yaitu (1) prinsip pedagogik, (2) prinsip individual, (3) prinsip
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam latihan olahraga prestasi harus menganuh hukum latihan yang tepat, yaitu hukum overload, hukum reversibilitas dan hukum kekhususan. Sedangkan prinsip-prinsip latihan yang harus diterapkan terdiri dari: prinsip pedagogik, prinsip individual, prinsip keterlibatan aktif dan prinsip variasi. Latihan yang didasarkan pad ahukum dan prinsip latihan yang tepat, maka akan diperoleh hasil latihan yang maksimal.
c. Sistematika Latihan Latihan yang baik harus dirancang secara sistematis dengan mengikuti berbagai karakteristik cabang olahraga yang dipelajar, ketersediaan waktu dan atlit yang dilatih atau dibina. LANKOR (2007: 49-52) menyatakan: Beberapa aspek penting untuk menentukan sistematika latihan sebagai berikut: 1) Tahapan latihan: a) Tahap latihan dasar b) Tahap latihan lanjut c) Tahap prestasi tinggi 2) Pembebanan latihan a) Unsur-unsur beban b) Indikator beban
Pendapat tersebuit menunjukkan bahwa, sistematika latihan mencakup dua aspek yaitu: tahapan latihan dan pembebanan latihan. Dari kedua sistematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
tersebut di dalamnya terdapat beberapa aspek. Pada tahapan latihan terdiri dari tahap latihan dasar, yaitu tahap latihan awal yang harus dilalui atlit muda sebelum masuk dalam spesialisasi dari cabang olahraga yang dipelajari. Tahap latihan lanjutan, yaitu merupakan tahap penghubung dari tahap latihan dasar menuju tahap prestasi tinggi. Pada tahap ini bertujuan untuk memperkuat fondasi keterampilan dan kemampuan fisik dan melakukan latihan yang lebih khusus pada cabang olahraga atau nomor yang ditekuni. Sedangkan tahap prestasi tinggi merupakakan bagian terakhir dari seluruh proses latihan. Pada tahap ini yaitu, kemampuan atlit untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan baik baik regional, nasional dan internasional serta meraih prestasi yang tinggi. Pembebanan latihan dapat dilihat dari berbagai perspektif baik dari sisi beban sebagai kombinasi dari fungsi volume, intensitas dan recovery dapat juga ditinjau dari sisi indikator latihannya dan dapat dilihat bagian yang terkena beban dalam fungsi tubuh manusia. Dalam pembebanan latihan terdiri dua aspek yaitu: unsur-unsur beban dan indikator beban. Unsur-unsur beban latihan menunjukkan bahwa, setiap latihan memiliki indikator latihan yaitu, fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur latihan ini merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Harmonisasi dari kemampuan keempat indikator tersebut akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pencapaian prestasi olahraga. Keempat indikator tersebut dapat diimplementasikan pada beban latihan dengan indikator dan karakteristik yang berbeda dengan kebutuhan yang berbeda sesuai dengan cabang olahraga dan nomor-nomornya. Indikator beban dimaksudkan untuk menentukan beban latihan tepat atau tidak, berat atau ringan. Indikator beban dapat dilihat dari tiga aspek yaitu: volume, intensitas dan pemulihan (recovery). Volume menunjukkan jumlah pembebanan dengan satuan kilometer, kilo gram, meter, waktu dalam menit atau detik. Intensitas latihan menunjukkan pada persentase beban dari kemampuan maksimal. Sedangkan recovery merupakan waktu dan bentuk kegiatan yang diperlukan untuk melakukan pemuulih asal setelah melakukan pembebanan, baik dalam seri, set maupun antar seri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
3. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill dan Metode Game a. Metode Drill drill adalah metode latihan, atau metode training yang merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
Juga
sebagai
sarana
untuk
memperoleh suatu ketangka buku Nana Sudjana, metode drill adalah berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat
khas dari metode ini (metode drill) adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali supaya asosiasi stimulus dan respons menjadi sangat kuat dan tidak mudah untuk dilupakan. Dengan demikian terbentuklah sebuah keterampilan
Berdasarkan pengertian metode drill yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode drill merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga yang pelaksanaannya dilakukan secara berulang-ulang. Dalam hal ini pembelajaran pukulan lob dengan metode drill dilakukan latihan secara terus menerus. Dalam hal ini Sugiyanto -gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru dan melakukan secara berulang-ulang. Pengulangan gerakan ini dimaksudkan agar terjadi otomasisi gerakan. Oleh karena itu dalam pendekatan tradisional perlu disusun tata urutan pembelajaran yang baik agar siswa terlibat aktif, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut Sugiyanto (1996: 72) memberikan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan apabila metode drill yang digunakan yaitu: 1. Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis atau menjadi terbiasa, serta menekankan dalam keadaan tertentu gerakan itu harus dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
2. Selama pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. 3. Pelaksaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi drill kesituasi
permainan
olahraga
yang
sebenarnya
hal
ini
bisa
menimbulkan daya tarik dalam latihan. 4. Perlu dilakukan latihan peralihan dari situasi drill kesituasi permainan. 5. Suasana kompetetif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill, tetapi tetap ada control geraknya.
1) Macam-Macam Metode Drill Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut : a). Teknik Inquiry (kerja kelompok) Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan. b). Teknik Discovery (penemuan) Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
c). Teknik Micro Teaching Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
d). Teknik Modul Belajar Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
e). Teknik Belajar Mandiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
2) Syarat-Syarat Dalam Metode Drill Adapun syarat dalam metode drill yaitu : a.) Masa latihan harus menarik dan menyenangkan. b.) Latihan latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik. c.) Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/ daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani. d.) Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah. e.) Latihan diberikan secara sistematis. f.) Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi. g.) Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya. Berdasarkan pengertian dan pelaksanaan pukulan lob dengan metode drill yang telah dikemukakan diatas dapat diidentifikasi kelebihan latihan pukulan lob dengan metode drill antara lain : 1. Siswa dapat memperagakan atau mempraktekan teknik pikulan lob dengan baik dan benar. 2. Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari pelatih, sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik. Kelemahan latihan pukulan lob dengan metode drill antara lain : 1. Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang-ulang
gerakan yang
sama terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukannya. 2. Hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena latihan dilakukan secara runtut. 3. Siswa kurang ada tantangan dalam melakukan pukulan lob karena monoton.
b. Metode Game Metode game merupakaan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa,
commit to user
game adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajran skill, harus dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (delevopmentally Approplate Pactice) dan body scalling Berdasarkan pendapat dari dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode game merupakan bentuk pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Tujuan utama metode game dalam pengajaran cabang olahraga permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep bermain. Melalui metode game, pemain didorong untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah taktik pada hakikatnya adalah penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan menggunakan pendekatan taktik, pemain semakin memahami kaitan antara teknik dan taktik dalam suatu permainan. Dalam metode game ini akan menggunakan pendekatan rally atau permainan. Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada pemain untuk bereksperimen untuk menentukan gaya memukul yang lebih tepat dalam permainan bulu tangkis. Berdasarkan pelaksanaan latihan pukulan lob dalam bulu tangkis dengan metode game dapat diidentifikasikasi kelebihan dan kelemahan. Kelebihan latihan pukulan lob dengan metode game antara lain : 1. Siswa akan terbiasa dengan raket dan shuttle cock yang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya sehingga dapat meningkatkan kepekaan pemain dalam melakukan pukulan lob. 2. Siswa dapat beradaptasi dengan baik terhadap kemampuan yang dimiliki. 3. Saling mengenakan antara teman sebaya lawan rally agar bisa mengembalikan pukulan lob dengan baik. 4. Adanya tantangan dalam latihan sehingga siswa semangat melakukannya. Kelemahan latihan pukulan lob dengan metode game antara lain : 1. Tidak bisa mengkoreksi secara langsung tentang teknik gerakan pukulan lob.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
2. Kesalahan tidak diketahui karena shuttle cock terus hidup secara live drill. Dalam bulutangkis diperlukan metode-metode yang sesuai dengan keadaan yang dialami dalam pengembangan keterampilan bermain bulutangkis. Metode-metode tersebut dapat berupa metode dengan menggunakan metode drill dan metode game. Dalam metode drill dan metode game dapat dibedakan dengan menggunakan karakteristik secara umum menurut Miguel crespo dan Machar Reid (2003: 15). Tabel 1. Perbedaan antara Dua Metode. Karakteristik
Metode Game
Umum Label
Metode Drill
-
Bermain untuk mengerti
-
Pendekatan
Pendekatan teknik
dasar
bermain -
Pendekatan
perasaan
bermain Tujuan utama
Untuk mengetahui masalah Penguasaan teknik taktik dalam bermain
Metode mengajar
Secara global
Peranan pelatih
Membantu
Analisa siswa
untuk Mengajar
belajar Peran pemain
Bereksperimen
dan Melakukan kata pelatih
menemukan Struktur pelajaran
Dengan bermain atau rally
Mengulang dengan repetisi dari teknik
Pelajaran dasar
Situasi bermain
Petunjuk teknis
Tidak
Taktik
ada
model
Pukulan lob yang Pemain segera mengkopi
dikopi tetapi banyak variasi
model latihan
Paham sebelum teknik
Belajar
sambil
bermain
setelah menguasai teknik Umpan balik
Pelatih
meminta
untuk Pelatih
commit to user
memberi
tips
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
beradaptasi
tidak
untuk pembenaran
menghilangkan Organisasi
Rally dengan teman sebaya
Memukul
ketika
pelatih
memberi aba-aba
Perbedaan metode tersebut berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni tentang kemampuan pukulan lob. Metode game dilakukan dengan cara bermain dan akan menemukan teknik yang tepat dalam memukul bola yang akan dilakukan, Sedangkan metode drill menitik beratkan pada pemahaman teknik dasar terlebih dahulu sebelum masuk kedalam permainan.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game Terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Metode game adalah merupakan metode latihan yang diterapkan dalam sebuah simulasi permainan dimana antara teknik dan taktik di tumbuhkan secara bersamaan sehingga pemain dapat mengetahui kebutuhan pukulan yang lebih tepat dalam permainan. Sedangkan Metode drill merupakan bentuk latihan yang menitik beratkan pada penguasaan teknik terlebih dahulu kemudian baru diterapkan kedalam permainan yang sebenarnya. Di samping karakteristik dari masing-masing metode latihan tersebut, kedua metode latihan tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari latihan pukulan lob dengan metode game: pemain akan terbiasa dengan raket dan shuttle cock yang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya sehingga dapat meningkatkan kepekaan pemain dalam melakukan pukulan lob, pemain akan dapat beradaptasi dengan baik terhadap kemampuan yang dimiliki, dengan kemampuan beradaptasi dan kepekaan melakukan pukulan lob pemain dapat melakukan pukulan lob menjadi lebih baik, saling mengenakan teman sebaya rally agar bisa saling mengembalikan pukulan lob dengan baik, tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
merasakan bosan karena ada variasi permainan, adanya tantangan sehingga membuat semangat untuk latihan. Kelemahan latihan pukulan lob dengan metode game: Pelatih tidak bisa mengkoreksi langsung tentang teknik gerakan pukulan lob, kesalahan tidak dapat langsung bisa diketahui karena bola dalam keadaan hidup (live drill) . Sedangkan kelebihan dari latihan pukulan lob dengan metode drill diantaranya : siswa dapat memperagakan teknik pukulan lob dengan baik dan benar, kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari pelatih sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik. Sedangkan kelemahan latihan pukulan lob dengan metode drill antara lain: dapat menimbulkan rasa bosan karena harus mengulang-ulang gerakan yang sama terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukannya, hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena latihan harus dilakukan secara runtut, siswa kurang ada tantangan dalam melakukan pukulan lob karena sangat monoton. Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan latihan pukulan lob dengan metode drill dan metode game tersebut tentu akan menimbulkan pengaruh yang berbeda. Perlakuan yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda pula pada diri pelaku. Dengan demikian diduga bahwa, metode latihan dengan metode drill dan metode game memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis.
2. Metode
Drill
Lebih
Baik
Pengaruhnya
Terhadap
Peningkatan
Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Berdasarkan karakteristik antara metode drill dan metode game dalam peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis, metode latihan dengan metode drill lebih baik terhadap peningkatan pukulan lob bulutangkis. Hal ini dikarenakan metode latihan tersebut menuntut pengulangan gerakan yang arahnya dan dilakukan secara ajeg. Dengan melakaukan gerakan dengan arah bola yang pastinya tentu , maka gerakan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis sehingga teknik dasar pukulan lob bulutangkis dapat tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh antara metode drill dan metode game terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun ajaran 2012/2013. 2. Metode latihan drill lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan pukulan lob bulutangkis siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun ajaran 2012/2013.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jatipuro Jl. Walikan 01 Jatipuro Kec. Jatipuro Kab. Karanganyar 57784 , (0271) 7006546
2. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Penelitian ini dimulai pada tanggal 1 oktober 2012 sampai dengan tanggal 9 november 2012.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra ekstrkurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Kab. Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.
2.
Sampel
Dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Kab. Karanganyar yang terdiri dari 30 siswa putra. -ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Tujuan penelitian eksperimen adalah meneliti ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta besarnya hubungan tersebut dengan cara memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda (Sugiyanto, 1995: 21). Adapun rancangan penelitian yaitu Pretest-Posstest Design Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
S
Pretest
Keterangan: S Pretest MSOP KE I KE II Treatment A Treatment B Posstest
KE I
Treatment A
Posstest
KE II
Treatment B
Posstest
MSOP
= Subjek = Tes awal kemampuan pukulan lob bulutangkis = Matched Subjek Ordinal Pairing = Kelompok I = Kelompok II = Metode Latihan Drill = Metode Latihan Game = Tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada prestasi kemampuan pukulan lob bulutangkis pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki prestasi setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok I dan kelompok II. Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang sama. Seperti dikatakan Sutrisno group matcing, karena pada hakekatnya subject matcing sedemikian rupa sehingga pemisahan pasangan-pasangan subyek (pair of subject) masing-masing subyek ke group eksperimen dan ke group control secara otomatis akan menseimbangkan perbedaan, maka hal itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara Matched Subjek ordinal pairing sebagai berikut:
1
2
4
3
5
6
8
7
9
10 dan seterusnya
D. Variabel Penelitian Sesuai dengan masalah yang diajukan, dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu : 1) Variabel Bebas a) Metode latihan Drill b) Metode latihan Game 2) Variabel Terikat Kemampuan Pukulan lob
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional dari variabel penelitian perlu dijelaskan agar supaya tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda atau yang kurang tepat. 1)
Metode Latihan Drill Metode Drill dalam pengajaran cabang olahraga permainan adalah metode pembelajaran yang menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga
2)
Metode Latihan Game Metode Game dalam pembelajaran permainan di dasarkan pada bentuk pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan.
3)
Kemampuan Pukulan lob
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Pukulan lob merupakan pukulan yang dilakukan dengan arah pukulan bola lurus, tinggi dan jatuh ke belakang pertahanan lawan. Sasaran pukulan lob adalah bidang lapangan lawan bagian belakang F. Tehnik Pengumpulan Data Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul penelitian ini, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan tes pukulan lob bulutangkis dari Frank M. Verducci (1980) yang dikutip Sapto Kunta Purnama (2010: 34-36). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
G. Tehnik Analisis Data 1. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas, dengan rumus sebagai berikut:
R=
Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas = Jumlah rata-rata dalam kelompok = Jumlah rata-rata antar kelompok 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam kelompok ini meliputi
normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah uji prasyarat penelitian sebagai berikut : a) Uji Normalitas Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Pengamatan
dijadikan bilangan baku
dengan
menggunakan rumus : Zi = Keterangan : X
= Dari variabel masing-masing sampel = Rata-rata
S
= Simpangan Baku
Untuk tiap bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F ( ). Selanjutnya dihitung proporsi
yang lebih kecil atau sama dengan
Jika proporsi dinyatakan oleh S( Maka S(
.
).
)=
1) Hitung selisih F
-S
kemudian ditentukan harga mutlaknya.
2) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b) Uji Homogenitas Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982: 386) rumusnya adalah : = Keterangan : = Derajat kebebasan KE1 dan KE2 = Standart deviasi KE1 = Standart deviasi KE2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
3. Uji Perbedaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari Sutrisno Hadi (1995 : 457) sebagai berikut :
t=
Keterangan : t
= Nilai uji perbedaan
Md
= Mean perbedaan dari pasangan = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan
N
= Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
= Keterangan : D
= Perbedaan masing-masing subjek
N
= Jumlah pasangan Prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis antara
metode latihan drill dan game menggunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase peningkatan =
Mean different = Mean posttest
x 100 %
mean pretest
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini disajikan hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil analisis data.
Tabel 2. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan lob bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok Kelompok 1
Kelompok 2
Tes
N
Jumlah
Mean
SD
Max
Min
Awal
15
106
7.067
5.824
19.0
0.0
Akhir
15
337
22.467
5.553
32.0
15.0
Awal
15
103
6.867
5.449
16.0
0.0
Akhir
15
320
21.333
5.602
30.0
9.0
Rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 1. Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan lob Bulutangkis Kelompok 1 dan Kelompok 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, sebelum mendapat perlakuan antara kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki rerata kemampuan pukulan lob bulutangkis yang seimbang. Setelah mendapat perlakuan, antara kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis. Jika dibandingkan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa, antara kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis yang tidak seimbang atau tidak setara.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis dalam penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut dipaparkan uji normalitas sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok
N
Mean
SD
L hitung
Lt 5%
K1
15
7.067
5.824
0.1175
0.220
K2
15
6.867
5.449
0.1686
0.220
Berdasarkan hasil uji normalitas data tes awal yang dilakukan pada kelompok 1 (K1) diperoleh nilai Lhitung = 0.1175. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikan
5% yaitu
0,220. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data tes awal kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas data tes awal yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0.1686,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf signifikan 5% yaitu 0,220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data tes awal pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan pukulan lob bulutangkis. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok
N
SD2
K1
15
31.6622
K2
15
27.7156
Fhitung
Ft 5%
0,8753
2.48
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung= 0.8753. Sedangkan dengan db =14 lawan 14, angka
Ft
5%=
2.48,
ternyata nilai Fhitung 0.8753 lebih kecil dari Ft 5%= 2,48. Karena Fhitung < Ftabel 5%,
maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.
C. Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memaparkan hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir, hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis dan prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis. Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas tes awal kemampuan pukulan lob bulutangkis disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal Kemampuan pukulan lob bulutangkis Tes
Reliabilitas
Kategori
0.842
Tinggi
Tes awal pukulan lob bulutangkis
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes awal kemampuan pukulan lob bulutangkis memiliki kategori Tinggi. Untuk mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.(1993: 15) sebagai berikut:
Tabel 6. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Validita
Reliabilita
Obyektivita
Tinggi sekali
0,80 1,0
0,90
1,0
0,95
1,0
Tinggi
0,70 0,79
0,80
0,89
0,85
0,94
Cukup
0,50 0,69
0,60
0,79
0,70
0,84
Kurang
0,30 0,49
0,40
0,59
0,50
0,69
Tidak signifikan
0,00 0,29
0,00
0,39
0,00
0,49
2. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut: Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
K1
15
7.067
K2
15
6.867
commit to user
t
Ttabel 5%
0.675
2.145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal kemampuan pukulan lob bulutangkis antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 2. Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal kemampuan pukulan lob bulutangkis pada kelompok 1 diketahui memiliki rerata 7.067 dan kelompok 2 memiliki rerata 6.867. Hasil rerata tersebut menunjukkan tidak jauh berbeda. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada awalnya atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal kelompok 1 dan kelompok 2.
3. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode drill dan kelompok 2 diberi perlakuan latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game, kemudian dilakukan uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai berikut: a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 8. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1. Kelompok
N
Mean
Tes Awal
15
7,067
Tes Akhir
15
22,467
thitung
ttabel 5%
53,1954
2,145
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis pada kelompok 1 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 3. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 1 Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal dan tes akhir kemampuan lob bulutangkis pada kelompok 1 diperoleh nilai sebesar 53,1954 dan ttabel dengan N=15, db=15 - 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,145. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu: Tabel 9. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Tes Awal
15
6,867
Tes Akhir
15
21,333
thitung
Ttabel 5%
28,0815
2,145
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis padaa kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
Grafik 4. Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Kelompok 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal dan tes akhir kemampuan lob bulutangkis pada kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 28,0815 dan ttabel dengan N=15, db=15 - 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,145. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.
c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Kelompok 1
15
22,467
Kelompok 2
15
21,333
thitung
ttabel 5%
2,483
2,145
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes akhir kemampuan pukulan lob bulutankis antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik 5. Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis pada Kelompok 1 dan Kelompok 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes akhir kemampuan lob bulutangkis pada kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai nilai sebesar 2,483 dan ttabel dengan N=15, db=15 - 1 = 14 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2,145. Hal ini menunjukkkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut bahwa hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan. 4. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Untuk mengetahui prosentase peningkatan kemampuan pukulan pukulan lob bulutangkis dilakukan penghitungan porsentase peningkatan hasil tes awal dan tes akhir kemampuan pukulan lob bulutangkis. Hasil penghitungan
prosentase
peningkatan
kemampuan
pukulan
lob
bulutangkis antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut: Tabel 11. Penghitungan Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Mean
Mean
Mean
Prosentase
Pretest
Posttest
Different
Peningkatan
15
7.067
22.467
15.400
217.925%
15
6.867
21.333
14.467
210.680%
Kelompok
N
Kelompok 1 Kelompok 2
Secara lebih jelasnya prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Grafik 6. Prosentase Peningkatan Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil pengitungan prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 217.925%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 210.680%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, antara kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis yang tidak setara atau tidak seimbang.
D. Pengujian Hipotesis
2. Perbedaan Pengaruh Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan, diperoleh nilai t tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 = 0.675, sedangkan ttabel = 2.145. Ternyata thit < ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang atau tidak terdapat perbedaan kemampuan pukulan lob bulutangkis. Hal ini artinya,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
antara kelompok 1 dan 2 berangkat dari titik tolak kemampuan pukulan lob bulutangkis yang seimbang. Apabila setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, hal ini karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 0.675, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.145. Ternyata thitung > ttabel 5%,
yang berarti hipotesis nol ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa, tidak terdapat perbedaan yang signifikan tes akhir antara kelompok 1 dan tes akhir kelompok 2. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh pengaruh latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, tidak dapat diterima kebenarannya.
3. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingkan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 217.925%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 210,680%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, antara kelompok 1 dan kelompok 2 (memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis yang tidak seimbang. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill lebih baik pengaruhnya daripada latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Pukulan Lob Bulutangkis Menggunakan Metode Drill dan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir pada bab II dalam hipotesis dinyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP Negeri 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Setelah diadakan penelitian, dilakukan analisis dan pengujian hipotesis hasilnya ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis. Hal ini artinya, hipotesis yang dinyatakan peneliti terbukti. Hal ini terjadi karena: 1. Adanya aktifiktas sampel yang terkontrol. Dimungkinkan sampel mempunyai kegiatan yang melibatkan aktifitas fisik di luar program latihan dari treatment yang sudah dijadwalkan. 2. Sampel bersungguh-sungguh dan serius dalam mengikuti treatment, sehingga tujuan latihan yaitu peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis dapat secara maksimal. 3. Sampel mengikuti treatment secara rutin dari jadwal yang telah ditentukan.
2. Latihan Pukulan Lob Bulutangkis dengan Metode Drill Dibandingkan dengan Metode Game terhadap Kemampuan Pukulan Lob Bulutangkis Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis diperoleh hasil yang tidak seimbang. Kelompok 1 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode drill) memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis 217.925%. Sedangkan kelompok 2 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game) memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 210.680%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Berdasarkan hasil prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan hasil yang tidak seimbang. Prosentase peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis yang tidak seimbang antara kelompok 1 dan kelompok 2 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Lebih mudah dalam memukul shuttle cock dengan metode drill daripada metode game karena shuttle cock yang diumpan konsisten arahnya. 2. Hasil pukulan lob bulutangkis yang dilakukan sampel konsisten dan sesuai dengan jenis latihan pukulan lob bulutangkis masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill dan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013, dengan nilai perhitungan thit sebesar 2,483 dan ttabel sebesar 2.145 pada taraf signifikasi 5%. 2. Latihan pukulan lob bulutangkis menggunakan metode drill lebih baik pengaruhnya daripada latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game terhadap peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis pada siswa putra ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013. Kelompok 1 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode drill) memiliki peningkatan kemampuan pukulan lob bulutangkis sebesar 217,925%. Sedangkan kelompok 2 (latihan pukulan lob bulutangkis dengan metode game) memiliki peningkatan sebesar 210,680%.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa baik metode drill maupun metode game keduanya dapat meningkatkan kemampuan pukulan lob bulutangkis. Namun besarnya peningkatan dari masing-masing bentuk metode dalam latihan tersebut berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik latihan yang diberikan. Tiap jenis metode memiliki tipe kerja yang berbeda, perbedaan tipe kerja berpengaruh terhadap hasil latihan.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Implikasi yang diberikan bahwa kemampuan pukulan lob bulutangkis dapat meningkat melalui metode latihan yang diberikan, baik menggunakan metode drill maupun dengan metode game. Dalam memberikan latihan pukulan khususnya untuk meningkatkan kemampuan pukulan lob bulutangkis, pembina harus memilih suatu bentuk tipe metode latihan yang sesuai dengan strategi latihan teknik dasar yang bertujuan agar siswa dapat menampilkan gerakan pukulan lob bulutangkis dengan teknik yang benar. Dalam penelitian ini ternyata latihan dengan metode drill lebih sesuai untuk mengembangkan penguasaan teknik pukulan lob bulutangkis yang lebih baik. Hal tersebut dapat menjadi dasar pemikiran bagi para pembina olahraga bulutangkis tentang metode yang tepat untuk mengembangkan penguasaan teknik pukulan lob bulutangkis yang baik sehingga kemampuan pukulan lob bulutangkis akan meningkat.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada pembina dan pelatih ekstrakurikuler bulutangkis SMP N 1 Jatipuro Karanganyar disarankan sebagai berikut: 1.
Untuk meningkatkan kemampuan pukulan lob bulutangkis, hendaknya Pembina/pelatih menggunakan metode drill, dimana sisiwa menjadi lebih aktif dan dapat mempelajari gerak secara teliti serta mengkoreksi teknik gerakan pukulan lob bulutangkis dengan benar.
2.
Kegiatan ekstrkurikuler lebih ditingkatkan, minimal tiga kali dalam seminggu.
3. Pembina dan pelatih harus memiliki kreativitas dan inovasi dalam melatih teknik dasar pukulan lob bulutangkis bagi siswanya.
commit to user