PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PBI DAN CPS PADA KONSEP KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen MA Negeri 3 Tangerang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dian Nurmala Wulansari NIM 1111016100007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
i
ABSTRAK Dian Nurmala Wulansari (1111016100007). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Antara Model Pembelajaran PBI dan CPS Pada Konsep Keanekaragaman Hayati (Kuasi Eksperimen di MAN 3 Tangerang). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) merupakan model pembelajaran berbasis masalah yang memfokuskan siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang dekat dengan lingkungan siswa. Kemampuan pemecahan masalah siswa akan berkembang dengan baik karena siswa diajak berpikir divergen dan konvergen dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) pada konsep keanekaragaman hayati. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain the nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa MAN 3 Tangerang Tahun Ajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu random sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas X MIA 1 berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen II (kelas dengan model CPS) dan siswa kelas X MIA 2 berjumlah 38 orang sebagai kelas eksperimen I (kelas dengan model PBI). Instrumen penelitian berupa soal uraian sebanyak 13 soal, lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. Berdasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t pada taraf signifikan 0,05 didapat hasil thitung lebih kecil dibandingkan ttabel (1,31<1,99), sehingga hipotesis nol (H0) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajar dengan menggunakan model Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) pada konsep keanekaragaman hayati. Kata Kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem based Instruction (PBI), Creative Problem Solving (CPS).
iv
ABSTRACT Dian Nurmala Wulansari (1111016100007). The Differences of Students’ Problem Solving Ability Taught by Using PBI and CPS Learning Model on the Concept of Biodiversity (A Quasi Experiment at MAN 3 Tangerang). Undergraduate Thesis of Biology Education Program, Department of Science Education, Faculty of Tarbiya and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Problem Based Instruction (PBI) and Creative Problem Solving (CPS) are kinds of Learning Based Problem Models that expose students to solve the problems and issues associated with their daily life. The students’ ability to solve problems will develop well, because students are encouraged divergent and convergent thinking in facing and solving the problem they usually face in everyday life. This research aims at determining the differences of students’ problem solving taught by using Problem Based Instruction (PBI) and Creative Problem Solving (CPS) on the concept of biodiversity. This research was quasi experiment with nonequivalent control group design. The population of this research is all students at MAN 3 Tangerang academic year 2016/2017. The sampling of this research was taken through random sampling technique which consisting two classes: X MIA 1 with 36 students as experimental class II (class with CPS model) and X MIA 2 with 38 students as experimental class I (class with PBI model). The instruments of this research were an essay test consists of 13 questions, student observation sheet, and teacher observation sheet. The result from the calculation of t-test at the 0.05 significance level obtained result that tcalculate was less than ttable (1,31<1,99), so the null hypothesis (H0) is accepted. This suggests that there were no differences significant of students’ problem solving ability taught by using Problem Based Instruction (PBI) and Creative Problem Solving (CPS) learning model on the concept of biodiversity.
Keyword : Problem Solving Skill, Problem Based Instruction (PBI), Creative Problem Solving (CPS).
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
This undergraduate thesis is dedicate to my lovely red who always be there for me, to my family, especially my parents Tasnah (Almh) who never had the opportunity to study and Djohansyah who has given me the time and support I needed to complete this thesis. To my 3 brother, sister and sister in law (Djasmita-Indah, Denita, Djayadi-Eva and Djajat-Upi) who helped me in many ways throughout the years. To my niece and nephew (Dzakiah, Danela, Yasemin, Decka, Sayidah, Savana, Fadil, Dawiyah), who patiently waited many times when I told them I had to work and finish my thesis, instead of playing with them. To my beloved family who never leave me alone (Acil-Om Kadar, Uwa Siti-Mang Amir, Teguh, Dyah, Devi, A’ Uya, A’ Anto, Amat) thank you so much for taking a part of my life. And to my students, who have always inspire me to be the best teacher I can be, each and every day. Thanks to Eci family’s (Ibu and Bapak, Aldi also Lisa) for letting me stay on their home when I was on my duty to collecting data on MAN 3. This thesis has also dedicate to my best friends. For their unwavering friendship. I thank Desy, Sholeha, Dara, Hana and Octa for being my best buddy since we are in senior high school. Thank to Dimitri, Bagus, Alif, Desti for every advice and support. Thank to Fathimah, Marlina, Ellisa, Dania. Nilam and Anggun for being there when I need them. Thanks’ to Damartyas, Muthiah, Decia, Asih, Mira, Ayu, Putri for their jokes and endless support. Thank to kak Karina, kak Bayuda, Ali, Furqon, Cena, Jundi, Muti, Fitri, Isti, Elfrida, Kak Mariam and all my friends’ especially Biologi A 2011 I love you guys. Thanks for always hold my hand and help each other. Thanks to LDK Syahid 18 and IMM PK. ITK for teach me how to understand people. The last thank to Larry Page and Sergey Brin you did a great job, I don’t know what I’ve been done without google scholar.
vi
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, karunia, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran PBI dan CPS Pada Konsep Keanekaragaman Hayati. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang baik. Oleh karena itu, apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya ingin penulis ucapkan pada kesempatan kali ini. Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Ibu Yuke Mardiati, M.Si., Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Dosen pembimbing akademik pendidikan biologi A 2011 yang telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
6.
Ibu Nafia Wafiqni M,Pd., Dosen psikologi pendidikan yang telah memberikan banyak arahan selama perkuliahan terutama membantu penulis dalam memahami psikologi peserta didik.
7.
Bapak Zaharil An’asy, M. Hum, Dosen bahasa inggris yang telah meluangkan waktu untuk menerjemahkan abstrak.
vii
8.
Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan IPA, khususnya program studi pendidikan biologi, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di perguruan tinggi ini..
9.
Bapak Drs. H. Ihwan Kamil, M.Pd., kepala MA Negeri 3 Tangerang dan Bapak Syaifullah, S.Ag., wakil bidang kurikulum MA Negeri 3 Tangerang yang telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.
10.
Ibu Diah Rachmawati, M.Pd., guru biologi di MA Negeri 3 Tangerang yang telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di kelas yang beliau ajar.
11.
Seluruh guru dan staf MA Negeri 3 Tangerang yang telah memberikan dukungan, do’a dan semangat.
12.
Siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 MA Negeri 3 Tangerang yang telah membantu terlaksananya penelitian ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan penulis
khususnya.
Jakarta, 31 Januari 2017
Penulis Dian Nurmala Wulansari
viii
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ......................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................... ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................. iv ABSTRACT ................................................................................................ v LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7 D. Perumusan Masalah ..................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..................................................................... 9 A. Kajian Teori ................................................................................. 9 1. Definisi Model Pembelajaran .................................................. 9 2. Kajian Teoritis Kemampuan Pemecahan Masalah .................. 13 a. Kemampuan Memecahkan Masalah ................................... 13 b. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah .................... 14 c. Indikator Kemampuan Memecahkan Masalah.................... 16 3. Kajian Teoritis Problem Based Instruction (PBI) ................... 19 a. Definisi PBI......................................................................... 19 b. Karakteristik PBI................................................................. 23
ix
c. Sintaks Pembelajaran PBI ................................................... 26 d. Kelebihan dan Kekurangan PBI .......................................... 30 4. Kajian Teoritis Creative Problem Solving (CPS) .................... 31 a. Definisi CPS ........................................................................ 31 b. Karakteristik CPS ................................................................ 34 c. Sintaks Pembelajaran CPS ................................................. 35 d. Kelebihan dan Kekurangan CPS ......................................... 37 5. Konsep Keanekaragaman Hayati............................................. 38 B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 40 C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 42 D. Hipotesis Penelitian...................................................................... 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 45 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 45 B. Metode dan Desain Penelitian...................................................... 45 C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 47 1. Populasi ................................................................................... 47 2. Sampel ..................................................................................... 47 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 47 E. Instrumen Penelitian..................................................................... 49 1. Instrumen Tes .......................................................................... 49 2. Instrumen nontes ...................................................................... 51 F. Uji Coba Instrumen ......................................................................... 52 1. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ................... 52 a. Validitas .............................................................................. 52 b. Reliabilitas .......................................................................... 53 c. Indeks Taraf Kesukaran ...................................................... 54 d. Daya Beda ........................................................................... 54 2. Instrumen Non Tes .................................................................. 55 G. Teknik Analisis Data .................................................................... 55 1. Uji Normalitas ......................................................................... 55 2. Uji Homogenitas ...................................................................... 57
x
3. Uji N-Gain ............................................................................... 57 4. Uji Hipotesis ............................................................................ 58 H. Hipotesis Statistik ........................................................................ 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................... 60 A. Hasil Penelitian ............................................................................ 60 1. Hasil Pretest Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .................................................................... 60 2. Hasil Posttest Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .................................................................... 61 3. Hasil Normal Gain (N-Gain) ................................................... 62 4. Hasil Persentase Ketercapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ..................... 63 5. Hasil Ketercapaian (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep dan N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ................ 64 6. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ............................................. 65 7. Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa ................................. 67 8. Data Lembar Observasi Aktivitas Guru .................................. 68 B. Analisis Data ................................................................................ 69 1. Uji Prasyarat Analisis Data...................................................... 69 a. Uji Normalitas ..................................................................... 69 b. Uji Homogenitas ................................................................. 70 2. Uji Hipotesis ............................................................................ 71 C. Pembahasan .................................................................................. 72 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 79 A. Kesimpulan .................................................................................. 79 B. Saran ............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 80 LAMPIRAN ............................................................................................... 87
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Kualitas Kompetensi Sains Siswa ............................................ 3
Tabel 1.2
Kualitas Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa .................. 3
Tabel 2.1
Indikator Memecahkan Masalah Brillian Rossy ...................... 18
Tabel 2.2
Sintaks Pembelajaran PBI (Sugiyanto) .................................... 27
Tabel 2.3
Sintaks Pembelajaran PBI (Solso) .........................................
28
Tabel 2.4
KI dan KD Konsep Keanekaragaman Hayati ........................
38
Tabel 3.1
Desain Penelitian ..................................................................... 46
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 48
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes ........................................................... 50
Tabel 3.4
Interpretasi Kriteria Validitas Instrumen ................................. 52
Tabel 3.5
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen.............................. 53
Tabel 3.6
Interpretasi Indeks Kesukaran Soal.......................................... 54
Tabel 3.7
Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ..................................... 54
Tabel 3.8
Interpretasi N-Gain .................................................................. 58
Tabel 4.1
Data Statistik Pretest Kelas Eksperimen I dan II..................
60
Tabel 4.2
Data Statistik Posttest Kelas Eksperimen I dan II .................
61
Tabel 4.3
Hasil N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ............. 62
Tabel 4.4
Persentase N-Gain pada Kelas Eksperimen I dan II ................ 62
Tabel 4.5
Persentase Ketercapaian KPM dan N-Gain ............................. 63
Tabel 4.6
Persentase Ketercapaian Belajar (KPM) Sub-Konsep dan N-Gain Kelas Eksperimen I dan II .......................................... 64
Tabel 4.7
Persentase Ketercapaian KPM pada LKS PBI dan CPS Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .............................................. 66
Tabel 4.8
Persentase Ketercapaian KPM Berdasarkan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran di Kelas Eksperimen I dan II..... 67
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas ................................................................ 70
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas ............................................................. 70 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ............................................... 71 Tabel 4.12 Hasil Uji-t Lima KPM Kelas Eksperimen I dan II................... 72
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Ciri-Ciri Model Pembelajaran .............................................. 11
Gambar 2.2
Bagan Perencanaan Pembelajaran Berbasis Masalah .......... 26
Gambar 2.3
Skema Pembelajaran PBI ..................................................... 30
Gambar 2.4
Tahap Pembelajaran CPS (Roosman) .................................. 36
Gambar 2.5
Kerangka Berpikir Penelitian ............................................... 43
Gambar 4.1
Persentase Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah pada Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ....................................................................... 75
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
RPP Kelas Eksperimen I...................................................... 87
Lampiran 2.
RPP Kelas Eksperimen II .................................................... 101
Lampiran 3.
LKS Kelas Eksperimen I ..................................................... 117
Lampiran 4.
LKS Kelas Eksperimen II .................................................... 141
Lampiran 5.
Rubrik LKS Kelas Eksperimen I ......................................... 180
Lampiran 6.
Rubrik LKS Kelas Eksperimen II........................................ 182
Lampiran 7.
Kisi-Kisi Instrumen Tes ...................................................... 184
Lampiran 8.
Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen I ...................... 217
Lampiran 9.
Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen II..................... 219
Lampiran 10. Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen I dan II .......... 223 Lampiran 11. Lembar Hasil Wawancara Guru .......................................... 225 Lampiran 12 Lembar Hasil Wawancara Siswa ......................................... 227 Lampiran 13. Data Nilai Pretest Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ......................................... 232 Lampiran 14. Data Nilai Posttest Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ........................................ 236 Lampiran 15. Hasil N-Gain Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .......................................... 240 Lampiran 16. Hasil Persentase Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ................ 242 Lampiran 17. Hasil Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .......... 247 Lampiran 18. Hasil N-Gain Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II .......... 251 Lampiran 19. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ......................................... 255 Lampiran 20. Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ............................................................. 265
xiv
Lampiran 21. Data Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ............................................................. 271 Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 278 Lampiran 23. Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 282 Lampiran 24. Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 286 Lampiran 25. Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 289 Lampiran 26. Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 290 Lampiran 27. Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II ...................................................................... 291 Lampiran 28. Hasil Uji Hipotesis .............................................................. 292 Lampiran 29. Hasil Uji Hipotesis Per Komponen Pemecahan Masalah................................................................................ 293 Lampiran 30. Lembar Uji Referensi .......................................................... 297 Lampiran 31. Surat Ijin Penelitian ............................................................. 307 Lampiran 32. Surat Keterangan Penelitian ................................................ 308 Lampiran 33. Surat Keterangan Validasi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah ............................................................ 309 Lampiran 34. Surat Keterangan Validasi Abstrak Bahasa Inggris ............ 310 Lampiran 35. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi .................................. 311 Lampiran 36. Lembar Pernyataan Guru Bidang Studi Biologi .................. 313 Lampiran 37. Dokumentasi Penelitian ....................................................... 316
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data demografis pada Agustus 2014, Indonesia memiliki jumlah penduduk usia produktif (15-64) tahun sebanyak 183,0 juta jiwa.1 Penduduk usia produktif akan memberikan pengaruh secara dua arah, akan positif apabila dibekali dengan kemampuan yang baik, karena dapat meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan dalam banyak sektor, mulai dari kesehatan hingga pendidikan. Namun, akan berdampak negatif jika penduduk usia produktif tidak memiliki kemampuan memadai. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang diperlukan untuk menciptakan sumber daya manusia unggul dalam rangka memenuhi kebutuhan menghadapi tantangan global tersebut.2 Tantangan global dimulai pada Desember 2015 dengan disetujuinya pasar bebas Asia atau Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Kemampuan berkompetisi dalam MEA dapat dicapai dengan penguatan pendidikan. Hasil dari proses pendidikan dapat dilihat dari kemampuan masyarakat dalam berhitung, membaca, menulis bahkan memecahkan berbagai permasalahan di lingkungan masyarakat. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian penting yang harus dikembangkan dalam pendidikan. Pendidikan di Indonesia mencakup berbagai subyek. Biologi merupakan cakupan dari mata pelajaran sains. Pembelajaran sains dalam upaya menciptakan sumber daya unggul, menekankan pada keterampilan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri.3 Hal ini secara eksplisit sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 64 tahun 2013 tentang standar isi kurikulum nasional untuk mata pelajaran biologi pada jenjang Sekolah Menengah Atas 1
Razali Ritonga, “Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan”, Badan Pusat Statistik, diakses dari http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@robangkok/@ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_346599.html, diakses: 12 Mei 2015 pukul 11.30. 2 Rida Agustina, dkk., Statistika Pendidikan, (Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2014), h. 43. 3 Republik Indonesia, “Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,” h. 3, diakses dari http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2022%20Tahun%202006. html, diakses pada 25 Mei 2016 pukul 16.30.
1
2
(SMA), yaitu: “mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kegiatan saintifik dengan menerapkan prinsip, konsep, dan hukum dalam bidang biologi untuk memecahkan permasalahan nyata dan lingkungan hidup”.4 Kurikulum nasional diharapkan mampu menjadi media perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan kompeten. Kurikulum nasional menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah sebagai bagian dari pembelajaran biologi. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah selain dinyatakan dalam peraturan nomor 64, dikuatkan oleh peraturan menteri pendidikan nasional nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah atas/madrasah aliyah, yaitu: Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social recontructivism). Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.5 Kemampuan pemecahan masalah, berdasarkan standar isi merupakan bagian penting yang harus dimiliki oleh siswa menengah atas. Karena itu, dalam pembelajaran biologi kemampuan pemecahan masalah harus mendapat perhatian khusus. Kemampuan
pemecahan
masalah
menjadi
penting
dalam
tujuan
pembelajaran. Pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa akan menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dimulai dari masalah membuat siswa mempelajari konsep dan prinsip sekaligus
4
Republik Indonesia, “Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Kurikulum 2013,” h. 68, diakses dari http://pendis.kemenag.go.id/ pai /file /dokumen /06.B.SalinanLampiranPermendikbudNo.64th2013ttgStandarIsi.html, diakses pada 6 Maret 2016 pukul 14.30. 5 Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah,” h. 5, diakses dari http://direktori.madrasah.kemenag.go.id/media/files/Permendikbud69TH2013.html diakses pada 6 Maret 2016 pukul 14.35.
3
untuk memecahkan permasalahan. Pola pembelajaran ini menghasilkan jawaban terhadap masalah (produk) dan cara memecahkan masalah (proses).6 Kemampuan pemecahan masalah seringkali tidak berkembang dengan baik dalam pembelajaran biologi, karena berpusat pada berbagai konsep yang harus dihapal dan diingat oleh siswa. Sehingga, siswa tidak bebas mengembangkan ide dan kemampuannya. Sementara, kemampuan pemecahan masalah dikembangkan melalui kemampuan berpikir logis dan kreatif.7 Selama kegiatan pembelajaran, untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa harus berperan aktif menemukan sendiri pengetahuannya, mengaitkan konsep yang telah dipelajari melalui upaya penyelesaian masalah. Kenyataan belum berkembangnya kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan sains siswa, dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.8 Tabel 1.1 Kualitas Kompetensi Sains Siswa Skor Tertinggi 1. Finlandia (548,23) 2. Jepang (547,64) 3. Hong Kong (539,50) 4. Korea Selatan (538,43) 5. Liechtenstein (525,18) Skor Rata-Rata :
Skor Terendah 1. Tunisia (384,68) 2. Brasil (389,62) 3. Indonesia (395,04) 4. Meksiko (404,90) 5. Thailand (429,06) 487,77
Tabel 1.2 Kualitas Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Skor Tertinggi 1.Korea Selatan (550,43) 2.Hong Kong (547,89) 3.Finlandia (547,61) 4.Jepang (547,28) 5. Selandia Baru (532,79) Skor Rata-Rata :
6
Skor Terendah 1.Tunisia (344,74) 2.Indonesia (361,42) 3. Brasil (370,93) 4. Meksiko (384,39) 5. Turki (407,53) 485,20
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h.
9. 7
Mukhtar, Samsu, dan Rusmini, Pendidikan Anak Bangsa Pendidikan untuk Semua, (Jakarta: Nimas Multima, 2002), h. 5. 8 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2014), h. 24-25.
4
Data hasil perhitungan kualitas kompetensi sains siswa berdasarkan Tabel 1.1 menempatkan Indonesia di posisi ke tiga terendah dalam kemampuan sains dengan skor 395,04. Indonesia berada di bawah Meksiko dengan perbedaan skor sebanyak 986 poin. Sedangkan, Indonesia memiliki perbedaan skor sebanyak 92,73 poin dengan skor rata-rata yang diperoleh dari negara yang berpartisipasi dalam pengukuran kemampuan sains. Data hasil kemampuan pemecahan masalah tidak lebih baik dari kemampuan sains siswa. Indonesia memperoleh skor rata-rata 361,42 dalam kemampuan pemecahan masalah, sehingga menempatkan Indonesia di posisi ke dua terendah. Indonesia berada di bawah Brasil dengan selisih poin sebesar 9,51 poin. Perbedaan skor Indonesia dengan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah sebesar 123,78 poin. Rendahnya capaian kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan sains siswa, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan sains, karena pendidikan di Indonesia masih menitikberatkan
pada
capaian
kognitif
tingkat
rendah.
Soal-soal
yang
dikembangkan masih menekankan pada kemampuan mengingat, memahami dan mengaplikasikan, berbeda dengan soal yang dikembangkan dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Kemampuan sains, literasi dan pemecahan masalah siswa dalam tingkat internasional Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menerapkan soal yang menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berupa soal analisis, evaluasi dan mencipta. Sedangkan, soal yang dikembangkan saat ini belum membuat siswa belajar untuk memahami sains tetapi sekedar mengingat dan menghafal untuk menjawab soal yang diberikan dalam ujian.9 Perbedaan capaian kognitif merupakan salah satu penyebab rendahnya capaian kemampuan pemecahan masalah. Selain hal tersebut, sistem pendidikan saat ini belum berfokus pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah. 9
Sumar Hendayana, Asep Supriatna, dan Harun Imansyah, Indonesia’s Issues and Challenges on Quality Improvement of Mathematics and Science Education, Journal CICE Series, Vol. 4 (1), 2011, h. 47.
5
Siswa belum terbiasa untuk menggali dan mengembangkan potensinya. Siswa bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Sehingga pola pembelajaran yang masih sering terlihat, adalah siswa diberikan informasi oleh guru yang wajib diingat dan dihafalkan.10 Kemampuan pemecahan masalah yang menekankan pada keaktifan siswa dalam membangun pengetahuannya mulai dikembangkan di Madrasah Aliyah Negeri 3 Tangerang yang berada di wilayah kabupaten Tangerang. Hasil wawancara dengan guru bidang studi biologi menunjukkan bahwa MAN 3 Tangerang melakukan pelaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri melalui metode diskusi dan praktikum. Diskusi dan praktikum dilakukan dalam kelompok disesuaikan dengan indikator pembelajaran
yang akan dicapai.
Model
pembelajaran yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan tuntutan indikator. Tetapi untuk mata pelajaran yang sulit untuk dilaksanakan praktikum, guru menerapkan beberapa model lain disesuaikan dengan alokasi waktu dan indikator pembelajaran.11 Penilaian hasil belajar siswa dilakukan oleh guru hanya untuk menekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan kinerja (psikomotorik). Penilaian kemampuan pemecahan masalah belum pernah dilakukan guru, karena keterbatasan waktu yang dimiliki guru. MAN 3 Tangerang hanya memiliki 1 guru Biologi dengan jam mengajar 38 jam sehingga guru tidak memiliki cukup waktu untuk membuat instrumen dan alat ukur yang sesuai untuk menilai kemampuan pemecahan masalah siswa.12 Guru bidang studi biologi mengukur ketuntasan belajar siswa melalui tes dengan menggunakan soal berupa pilihan ganda dan isian singkat. Soal berupa uraian bebas jarang digunakan.13 Sedangkan, soal-soal dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah berisi soal berpikir tingkat tinggi, yang membantu siswa mengembangkan pemahaman konsep, sehingga jenis soal pilihan
10
Suyatno, op. cit., h. 5. Lampiran 11, h. 225. 12 Lampiran 11, h. 225. 13 Lampiran 11, h. 226. 11
6
ganda tidak memungkinkan untuk membantu proses siswa mengembangkan pemahaman konsep dan melakukan analisa. Kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dikembangkan dengan pemilihan model belajar yang tepat dan instrumen soal yang sesuai dengan tujuan pengukuran kemampuan pemecahan masalah siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampun pemecahan masalah siswa dalam rangka memenuhi tuntutan standar isi adalah Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran PBI dan CPS menekankan pada proses pembentukan pengetahuan dan tujuan akhir dari pembelajaran adalah kemampuan siswa memecahkan masalah. Syaiful Bahri, mengemukakan bahwa “kemampuan pemecahan masalah dikembangkan melalui proses merumuskan dan menegaskan masalah, mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis, mengevaluasi alternatif pemecahan masalah yang dikembangkan dan mengadakan pengajian atau verifikasi”.14 Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) memiliki langkah (sintaksis) yang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang melibatkan aspek konsep, pemahaman dan keterampilan. CPS menekankan pada pemecahan suatu masalah secara kreatif dan adanya produk dari penyelesaian masalah tersebut, sedangkan PBI hanya berpusat pada penyelesaian suatu masalah. Sehingga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifan kedua model tersebut. Konsep keanekaragaman hayati pada kelas X semester ganjil dipilih karena sesuai untuk menerapkan model PBI dan CPS. Hal ini, dikarenakan permasalahan kelestarian keanekaragaman hayati dan eksploitasi keanekaragaman hayati menjadi permasalahan krusial hingga saat ini. Kompetensi dasar konsep keanekaragaman hayati menuntut siswa untuk mampu menganalisis yang sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengukur kemampuan siswa dalam proses menganalisis dan mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 14
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 18.
7
Penelitian yang membandingkan keunggulan model pembelajaran PBI dan CPS dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa belum pernah dilakukan. Terkait permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “PERBEDAAN
KEMAMPUAN
PEMECAHAN
MASALAH
ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PBI DAN CPS
SISWA
PADA KONSEP
KEANEKARAGAMAN HAYATI”.
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Rendahnya capaian kualitas kemampuan sains dan kemampuan pemecahan masalah siswa. 2. Instrumen kemampuan pemecahan masalah dan penilaian kemampuan pemecahan masalah belum pernah dilakukan guru. 3. Belum
adanya
penelitian
yang
membandingkan
keunggulan
model
pembelajaran PBI dan CPS terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Kemampuan pemecahan masalah yang diukur adalah: a. Merumuskan masalah atau soal meliputi: menyadari adanya masalah, melihat maknanya dan mengusahakan agar masalah itu dapat dikendalikan. b. Mengembangkan jawaban sementara (hipotesis) meliputi: meneliti dan mengklarifikasi data yang ada, mencari hubungan tafsiran yang logis dan merumuskan hipotesis. c. Menguji jawaban sementara meliputi: 1) Mengumpulkan data atau bukti meliputi: mengidentifikasi bukti yang diperlukan, mengevaluasi data atau bukti yang diperlukan. 2) Menyusun data atau bukti meliputi: menerjemahkan, menerapkan bukti, menafsirkannya dan mengklasifikasinnya.
8
3) Menganalisis data meliputi: memperhatikan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi adanya keteraturan urutan, dan mencari hubungan dengan hipotesis. d. Mengembangkan dan mengambil kesimpulan meliputi: mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. e. Menerapkan kesimpulan pada data atau pengalaman baru meliputi mengujinya dengan bukti baru dan membuat generalisasinya. 2. Penelitian ini menerapkan dua model pembelajaran PBI dan CPS, ke dua model tersebut dibandingkan efektifitasnya terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. 3. Konsep biologi yang diajarkan adalah keanekaragaman hayati kelas X.
D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa antara model pembelajaran PBI dan CPS pada konsep keanekaragaman hayati?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan siswa yang diajarkan menggunakan model
pembelajaran
Creative
Problem
Solving
(CPS)
pada
konsep
keanekaragaman hayati.
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah biologi siswa. 2. Mengetahui
model
pembelajaran
yang
efektif
dalam
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran biologi konsep keanekaragaman hayati.
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori Model pembelajaran merupakan salah satu bagian penting yang harus ditentukan guru sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa mengembangkan kemampuannya dengan lebih baik. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran, PBI dan CPS diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemampuan pemecahan masalah, model pembelajaran PBI dan CPS, akan dijelaskan dalam kajian teoritis.
1. Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah “a model of teaching is a description of a learning environment. The description have many uses, ranging from planning curriculums, courses, units, and lessons to designing instructional materials-books and
workbooks,
multimedia
programs,
and
computer-assisted
learning
programs”.1 Model pembelajaran merupakan perencanaan yang meliputi perangkat pembelajaran baik berupa buku, multimedia, dan lain-lain. Seorang guru harus menyusun model pembelajaran termasuk menyiapkan perangkat pembelajaran sebelum masuk ke dalam kelas. Model berperan penting selama proses pembelajaran berlangsung, karena model merupakan rambu-rambu yang diterapkan guru untuk mencapai tujuan belajar. Pentingnya model diperkuat oleh pernyataan I Wayan Santyasa, “di samping penguasaan materi, guru juga dituntut memiliki keragaman model atau strategi pembelajaran, karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan
1
Bruce Joyce dan Marsha Weil, Models of Teaching, (New Delhi: Prentice Hall of India, 2003), 5th Edition, p. 11.
9
10
untuk mencapai tujuan belajar dari topik-topik yang beragam”.2 Implikasi dari pernyataan di atas, model merupakan acuan penting bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menguasai materi pelajaran sama pentingnya dengan memilih model yang tepat selama proses pembelajaran berlangsung. Pernyataan lain terkait model pembelajaran, yaitu: model adalah serangkaian rencana atau pola yang diterapkan guru untuk merancang mekanisme pengajaran meliputi sumber belajar, subjek belajar, lingkungan belajar dan kurikulum. Model berbeda dengan metode dan pendekatan. Model lebih menekankan pada perencanaan pengajaran untuk mencapai tujuan belajar. Sementara, pendekatan menekankan strategi dalam perencanaan, dan metode menekankan teknik pengajaran.3 Pernyataan yang mendukung tentang model sebagai langkah-langkah sistematis, dikemukakan oleh Benny “model desain sistem pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik”. 4 Model berperan penting dalam proses belajar, karena dengan pemilihan model yang beragam dapat menarik minat siswa. Model berdasarkan teori yang dikemukakan Beny memiliki dampak terhadap keefektifan pembelajaran dan model yang tepat dapat membuat kegiatan belajar lebih efisien. Pendapat tersebut dikuatkan oleh pendapat lain yang dikemukakan oleh Paul Eggen dan Don Kauchak bahwa model adalah cetak biru untuk mengajar. Model mengajar memiliki tiga ciri, yaitu: tujuan, fase, dan fondasi. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.5
2
I Wayan Santyasa, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Prosiding disampaikan pada Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, Bali, 29 Juni– 1 Juli 2007, h. 5. 3 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 117. 4 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2011), Cet. 3, h. 86. 5 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran, Terj. dari Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skill oleh Satrio Wahono, (Jakarta: Indeks, 2012), Edisi Enam, h. 7-8.
11
Ciri-ciri Model Mengajar
Tujuan:
Fase:
Fondasi:
Model menciptakan pemahaman mendalam tentang materi dan pemikiran kritis
Model mengikuti serangkaian langkah yang dianjurkan
Model didukung teori dan penelitian
Gambar 2.1 Ciri-ciri Model Mengajar Teori yang telah dikemukakan di atas dapat disintesiskan bahwa model bersifat urgent karena merupakan kerangka yang menuntun tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan dengan tepat, akan memberikan dampak berupa interaksi positif antara guru dan siswa sehingga proses pembelajaran kondusif dan menyenangkan. Model belajar berkembang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Keterkaitan antara model dengan tujuan, mengharuskan guru untuk memilih model yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran yang tertera pada indikator setiap materi ajar. Tujuan belajar disesuaikan dengan standar kompetensi lulusan, sehingga tujuan belajar kerap diubah sesuai dengan tuntutan dan perkembangan jaman. Saat ini, siswa harus dipersiapkan dengan pendidikan yang lebih efektif untuk kehidupan yang lebih produktif. Karena itu, model pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan materi dan indikator belajar. Model belajar yang umumnya digunakan adalah ekspositori, alasan penggunaan model ini karena paling mudah diterapkan. Model belajar ekpositori yang terus menerus diterapkan dapat menyebabkan siswa menjadi jenuh dan suasana belajar tidak kondusif. Proses belajar dengan menerapkan model ekspositori cenderung hanya berpusat pada guru. Sehingga, dalam penggunaan model ekspositori pemahaman
12
pengetahuan faktual siswa, mengenai suatu konsep pelajaran didapatkan dari guru bukan hasil berpikir siswa.6 Pembelajaran ekpositori menekankan pada guru sebagai sumber belajar. Tetapi, proses belajar tidak semudah mentransfer informasi dan meminta siswa mengingat serta menyimpannya untuk digunakan pada masa depan hal ini diperkuat dengan pernyataan mengenai pentingnya mengubah pola pembelajaran. The changing workforce and the need for so-called twenty-first-century skills have changed what it means to provide every child with an effective education that prepares them for a full and productive life. It’s no longer enough to simply transmit information that students memorize and store for future use. Education today must focus on helping students learn how to learn, so they can manage the demands of changing information, technologies, jobs, and social conditions.7 Pembelajaran yang menuntut keterlibatan siswa secara langsung akan membantu proses penyerapan dan penyimpanan informasi lebih lama dan belajar menjadi bermakna bagi siswa. Informasi hasil pembelajaran akan membantu siswa dalam menghadapi berbagai perubahan yang cepat baik dalam bidang teknologi informasi maupun kondisi sosial. Pendidikan harus fokus membantu siswa mengembangkan kemampuannya. Model pembelajaran yang beragam merupakan alternatif bagi guru untuk menciptakan suasana belajar yang baru setiap kali proses belajar dimulai. Beragamnya model belajar dapat membantu proses pengembangan aspek kognitif, psikomotor maupun afektif siswa. Sehingga, tujuan belajar tidak lagi mentransfer informasi. Perkembangan potensi siswa ini akan berimbas pada capaian pengetahuan yang dimilikinya. Maka, model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dan Problem Based Instruction (PBI) dapat menjadi alternatif model yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menekankan pada bagaimana seharusnya siswa belajar.
6
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012), h. 90. 7 Briggid Barron, Linda Darling-Hammond, Teaching for Meaningfull Learning, (San Francisco: Edutopia, 2008), p. 1.
13
2. Kajian Teoritis Kemampuan Pemecahan Masalah a. Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem-Solving skills) John Dewey pada tahun 1916-1938 berhasil mengembangkan Problem Solving, “problem as anything that gives rise to doubt and uncertainy”. 8 Dewey mendeskripsikan masalah sebagai segala sesuatu yang menyebabkan keraguan dan ketidak pastian. Terdapat pernyataan lain terkait pemecahan masalah, yaitu: “problem solving refers to an inquiry learning procces in which students seek answer to a question relevant to themselves and their culture”.9 Problem solving dideskripsikan sebagai proses belajar yang berisi pertanyaan relevan dan sesuai dengan kehidupan siswa. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran. Seorang siswa seringkali dihadapkan dalam keraguan dan ketidakpastian, sehingga dengan proses pembelajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah, siswa terbiasa memutuskan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melaksanakan suatu keputusan, baik dalam hal terkait proses pembelajaran atau dalam masyarakat. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini, dibuktikan dengan masuknya kemampuan pemecahan masalah untuk pertama kali dalam survey Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2003 “the motivation behind extending the range of abilities assessed was the recognition that problem solving is an important cross-curricular skill with high real-world relevance”.10 Alasan masuknya kemampuan pemecahan masalah dalam survey PISA, karena kemampuan pemecahan masalah adalah bagian penting di luar kurikulum pembelajaran dan terkait dengan kehidupan nyata siswa. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan kompleks yang seharusnya diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Kemampuan 8
Donald C. Orlich, et al., Teaching Strategies: A Guide to Effective Instruction, (Washington: Wadsworth Cenange Learning, 2007), 9th Edition, p. 302. 9 Ibid. 10 Samuel Greiff, Daniel V.Holt, and Joachim Funke, Perspectives on Problem Solving in Educational Assessment: Analytical, Interactive, and Collaborative Problem Solving, The Journal of Problem Solving, Vol.5(2), 2013, p. 74.
14
pemecahan masalah dianggap kompleks, karena meliputi keterampilan berpikir seperti mengamati, mendeskripsi, menganalisis, mengklasifikasi, menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan hasil pengolahan data dan informasi.11 Kemampuan pemecahan masalah, menuntun siswa untuk teliti, percaya diri dan menganalisis berbagai permasalahan sebelum memutuskan sikap yang diambil. Soal-soal yang digunakan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah tidak hanya membuat siswa menghafal konsep tetapi menekankan pada kemampuan
sains
lain
seperti
kemampuan
siswa
menganalisis
suatu
permasalahan, menentukan rumusan masalah dan keterampilan siswa memilih langkah mana yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang akan membantu siswa memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah. Siswa mengembangkan kemampuan mengorganisasi data sehingga, dapat menyajikan dan memilih strategi dalam penyelesaian masalah.12 Kemampuan pemecahan masalah perlu dikembangkan, karena membantu siswa memaksimalkan kemampuan berpikir, mengolah dan menalar informasi yang disajikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
b. Pengertian Kemampuan Memecahan Masalah Perkembangan teknologi dan pergerakan jaman yang kian cepat, menuntut manusia untuk memutuskan penyelesaian yang digunakan dalam menghadapi berbagai permasalahan dari yang sederhana hingga kompleks. Keputusan tersebut harus diambil dalam waktu singkat. Lembaga pendidikan sebagai salah satu institusi pembelajaran melatih siswa mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan memecahkan masalah, dilatih melalui lembaga pendidikan melalui proses pembelajaran yang terintegrasi dengan tujuan dari pendidikan dan
11
Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 117. Tri Widodo dan Sri Kadarwati, “High Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa,” Jurnal Cakrawala Pendidikan, Vol.XXXII (1), 2013, h. 163. 12
15
pembelajaran untuk menciptakan manusia unggul dan kompeten yang mampu berkompetisi dan menyelesaikan berbagai permasalahan di masyarakat. Pemecahan masalah adalah satu strategi yang mendorong siswa mengawasi langkah-langkah yang digunakan dalam
memecahkan suatu masalah. Siswa
berperan aktif dalam memecahkan masalah bersama kelompoknya, siswa mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah dan merefleksikan efektivitas cara berpikir dalam menyelesaikan masalah.13 Pemecahan masalah dimulai dengan melakukan analisa melalui langkah yang rinci, kemudian guru dapat memperoleh informasi sejauh mana siswa mampu menyelesaikan masalah. Pemecahan masalah perlu dipelajari siswa tidak hanya dengan menghafal konsep yang sedang dipelajari, tetapi dengan memahami konsep secara utuh. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah lebih dari sekedar menerapkan aturan yang telah dikuasai, melainkan proses untuk mendapat seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi.14 Sementara itu, pemecahan masalah dapat diartikan pula sebagai salah satu model belajar yang menjadikan permasalahan sebagai suatu titik tolak untuk dianalisis dan disintesis hingga menghasilkan suatu jawaban.15 Teori lain menyebutkan bahwa pemecahan masalah digunakan untuk proses penghilangan perbedaan atau ketidaksamaan yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. 16 Pengembangan kemampuan pemecahan masalah, membantu siswa untuk terbiasa memutuskan, 13
Tatang Herman, “Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama”, Educationist, Vol.1(1), 2007, h. 49. 14 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Oprasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 52. 15 Muchamad Afcariono, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi”, Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol.3(2), 2008, h. 65. 16 Paidi, Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional FMIPA Jurusan Pendidikan Biologi UNY, Yogyakarta, 20 September 2010, h. 2.
16
menganalisis dan menerapkan solusi yang ada untuk menyelesaikan masalah nyata di kehidupannya. Teori yang dikemukakan di atas, dapat disentesiskan bahwa kemampuan pemecahan masalah menekankan pada keaktifan siswa dalam menemukan sendiri pengetahuannya dan mengambil keputusan dengan mengintegrasikan kemampuan metakognitif dan berpikir kritis. Masalah yang dihadirkan untuk siswa merupakan masalah yang dekat dengan kehidupan siswa.
c. Indikator Keterampilan Memecahkan Masalah Indikator pemacahan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, berikut adalah salah satu indikator pemecahan masalah:17 1) Merumuskan masalah atau soal meliputi: menyadari adanya masalah, melihat maknanya dan mengusahakan agar masalah itu dapat dikendalikan. 2) Mengembangkan jawaban sementara (hipotesis) meliputi: meneliti dan mengklarifikasi data yang ada, mencari hubungan tafsiran yang logis dan merumuskan hipotesis. 3) Menguji jawaban sementara meliputi: a) Mengumpulkan data atau bukti meliputi: mengidentifikasi bukti yang diperlukan, mengevaluasi data atau bukti yang diperlukan. b) Menyusun data atau bukti meliputi: menerjemahkan, menerapkan bukti, menafsirkannya dan mengklasifikasinnya. c) Menganalisis data meliputi: memperhatikan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi adanya keteraturan urutan, dan mencari hubungan dengan hipotesis. 4) Mengembangkan
dan
mengambil
kesimpulan
meliputi:
mengevaluasi
hubungan antara bukti dan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. 5) Menerapkan kesimpulan pada data atau pengalaman baru meliputi mengujinya dengan bukti baru dan membuat generalisasinya.
17
Nasution, op. cit., h. 122.-124.
17
Indikator di atas, merupakan acuan penilaian sejauh mana kemampuan pemecahan masalah dikuasai oleh siswa. Siswa dituntut untuk mampu merumuskan permasalahan, karena bagian paling dasar dari kemampuan pemecahan masalah adalah menyadari bahwa terdapat masalah. Setelah siswa tahu terkait masalah yang tengah dibahas, siswa harus dapat membuat hipotesis kemudian menguji jawaban dan alternatif jawaban, setelah itu siswa diharapkan mampu mengambil kesimpulan dan terakhir menerapkan kesimpulan yang telah dipilih. Indikator kemampuan pemecahan masalah ini, memacu siswa untuk berpikir dan mengembangkan pengetahuannya secara aktif. Terdapat indikator pemecahan masalah selain yang telah dikemukakan di atas. Syaiful Bahri mengungkapkan bahwa indikator pemecahan masalah adalah sebagai berikut:18 1) Merumuskan dan menegaskan masalah individu melokalisasi letak sumber kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan pemecahanya. Menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya. 2) Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis. Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa kemudian mengidentifikasi berbagai alternatif kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pernyataan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis). 3) Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan. Setiap alternatif pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin dan menguntungkan. 4) Mengadakan pengujian atau verifikasi. Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih, dipraktikan, atau
18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 18.
18
dilaksanakan. Dari hasil
pelaksanaan itu diperoleh informasi
untuk
membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan. Berbeda dengan indikator yang dikemukakan oleh Berry Beyer, indikator Syaiful Bahri hanya menguji empat aspek. Aspek yang tidak ada dalam indikator Syaiful Bahri, yaitu: menerapkan solusi yang dikemukakan. Indikator Berry Beyer lebih lengkap dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa, karena terdapat lima langkah dan pada langkah menguji jawaban terdapat tiga kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa. Indikator pemecahan lainnya, dikemukakan oleh Nurhadi di dalam Jurnal Brillian Rosy. Indikator memecahkan masalah Brillian Rossy dapat dilihat pada Tabel 2.1.19 Tabel 2.1. Indikator Memecahkan Masalah Brillian Rossy. No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek yang Dinilai dalam Keterampilan Memecahkan Masalah Identifikasi masalah (menunjukkan fenomena yang ada dalam permasalahan dan merangkumnya dalam rumusan masalah). Merumuskan masalah (memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberi arah untuk memperoleh jawabannya). Menganalisis masalah (menganalisis setiap data yang didapatkan dan kesesuaiannya dengan masalah yang dikaji). Menarik kesimpulan (menyimpulkan berdasarkan pembahasan yang telah dibuat). Memecahkan Masalah Mencari solusi (mengajukan pemecahan masalah dan merencanakan penyelesaian masalah).
6.
Melakukan evaluasi (evaluasi berdasarkan fakta, prinsip, atau pedoman, serta memilih alternatif solusi atau pemecahan masalah yang paling tepat)
7.
Memecahkan dan menyelesaikan masalah (memilih kemungkinan solusi, dan menentukan kemungkinan solusi, serta menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana)
Kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini, akan diukur menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Berry Beyer, yaitu menyadari adanya masalah dengan memberikan rumusan masalah, mengembangkan hipotesis, menguji hipotesis, mengembangkan dan mengambil kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan. Melalui proses tersebut diharapkan siswa dapat lebih terampil dalam memecahkan masalah.
19
Brian Rosy dan Triesninda Pahlevi. Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah. Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional UNS, Surabaya, 9 Mei 2015, h. 163-165.
19
3. Kajian Teoritis Problem Based Instruction (PBI) a. Definisi Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Problem
Based
Instrruction
(PBI),
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran inovatif penerapan model pembelajaran PBI memfasilitasi kondisi belajar yang memberikan siswa kesempatan untuk aktif mengeluarkan kemampuannya. PBI menekankan pada keterlibatan siswa dalam memecahkan suatu masalah melalui langkah-langkah metode ilmiah sehingga siswa mendapatkan pengetahuan sekaligus memiliki keterampilan memecahkan masalah.20 Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa secara aktif terlibat langsung dalam setiap tahap pembelajaran, sehingga proses belajar berjalan dua arah. Siswa dan guru sama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran, tetapi guru hanya berperan sebagai fasilitator sementara yang aktif membangun pengetahuan adalah siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah atau Problem Based Instruction (PBI) merupakan model yang dikenal juga dengan nama project-based teaching (pembelajaran projek), experienced based education (pendidikan berdasarkan pengalaman), authentic learning (belajar autentik), dan anchored instruction (pembelajaran berakar pada kehidupan nyata). Problem Based Instruction merupakan pembelajaran yang menekankan pada penyelesaian suatu masalah autentik.21 Problem Based Instrruction (PBI), merupakan model pembelajaran yang menyajikan kepada siswa situasi masalah autentik dan bermakna, fungsi dari penyajian masalah autentik dan bermakna supaya siswa dapat dengan mudah melakukan penyelidikan dan inkuiri. Model PBI membantu interaksi antara stimulus dengan respon. Stimulus dihasilkan dari penyajian masalah oleh lingkungan dan sistem saraf berperan sebagai respon dengan proses penafsiran untuk menyelidiki, menganalisis dan menilai masalah serta diselesaikan dengan 20
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), h.
89. 21
Renol Afrizon, Ratna Wulan, dan Ahmad Fauzi, ”Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Padang Pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction”, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, Vol.1, 2012, h. 4.
20
baik.22 Pendapat yang sama tentang PBI dikemukan oleh para ahli pendidikan. Pendapat tersebut menyatakan bahwa “some developers of problem-based instruction believe that students should have a big hand in defining the problem to be studied, because this process will foster ownership of the problem”.23 PBI dikembangkan dengan kepercayaan bahwa setiap masalah dapat dijelaskan dan dipelajari. Problem Based Instrruction (PBI) menyimpang dari model pembelajaran konvensional, mengubah pola pembelajaran menjadi pembelajaran aktif. Pembelajaran menggunakan model PBI menekankan siswa belajar secara mandiri tanpa bantuan guru.24 Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu, pendekatan
instruksional
dan
kurikuler.
Pembelajaran
berpusat
dan
memberdayakan peserta didik melalui penelitian, pengintegrasian teori dan praktik serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai penyelesaian suatu masalah.25 Pada pembelajaran model PBI, siswa dituntut untuk lebih aktif (student centered) selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dibantu untuk mampu berpikir kritis, dan memecahkan masalah. Peran guru hanya sebagai
fasilitator
dalam
menyajikan
masalah,
mengajukan
pertanyaan,
memfasilitasi penyelidikan dan dialog selama proses pembelajaran berlangsung.26 Peran guru diminimalisir, karena PBI menekankan pengembangan kemampuan siswa dan keteribatan siswa. PBI berbeda dengan pola pembelajaran ekpositori, sehingga siswalah yang harus secara sadar dan aktif berpartisipasi selama proses belajar berlangsung. 22
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada, 2009), h. 91. 23 Richard I. Arends, Learning to Teach, (New York: Mc Graw Hill, 2012), p. 405. 24 John R Mergendoller, Nan L Maxwell dan Yolanda Bellisimo, Running Head The Effectiveness of Problem Based-Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics, Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning, Vol.1(2), 2006, p. 50. 25 Johannes Strobel dan Angela Van Berneveld, When is PBL More Effective? A MetaSynthesis of Meta-Analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Vol.3(1), 2009, p. 46. 26 Runtut Prih Utami, “Pengaruh Model Pembelajaran Search Solve Create and Share dan Problem Based Instruction Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa”, Bioedukasi, Vol.4(2), 2011, h. 61.
21
Keterampilan memecahkan masalah sebagai tujuan dari penggunaan model PBI, berguna bagi siswa dalam jangka pendek. Penggunaan model PBI dalam jangka pendek dapat membantu siswa terbiasa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi proses merumuskan masalah hingga pengambilan keputusan. Jadi, ketika dihadapkan pada berbagai persoalan dalam keseharian siswa dapat dengan mudah menentukan apa dan bagaimana menyelesaiakn persoalan tersebut. Penerapan PBI menciptakan suasana belajar kondusif, karena dapat meredakan kegaduhan selama proses pembelajaran berlangsung.
Proses
pembelajaran biasanya membuat siswa jenuh, karena guru lebih aktif menjelaskan dan siswa hanya diminta mendengarkan. Model PBI sebaliknya, siswa dituntut untuk mencari jawaban atas berbagai permasalahan yang dikaitkan dengan pembelajaran melalui sumber primer dan sekunder. Siswa tidak mempunyai waktu untuk bercanda atau bersikap apatis selama proses belajar berlangsung, karena siswalah yang membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang didapatkan siswa selama proses belajar akan lebih bermakna. Model PBI berkaitan dengan penggunaan intelegensia dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan dan konstekstual. PBI membantu memperjelas cara berpikir dan mengoptimalkan kemampuan untuk memecahkan masalah. PBI menggabungkan berbagai sarana dan media untuk mengembangkan keterampilan dalam upaya pemecahan masalah.27 Oleh karenanya, dalam PBI siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan idenya melalui sumber belajar baik primer berupa eksperimen maupun sumber sekunder dari internet dan buku pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan psikologi kognitif sebagai acuan dalam pengemabangannya, karena psikologi kognitif menekankan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar menjadi bermakna dengan menggunakan model PBI, karena tidak sekedar 27
232.
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), Edisi. 2, h.
22
membuat siswa menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Proses belajar menggunakan model PBI membuat siswa berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa terjadi pada aspek kognitif, psikomotorik dan afektif tidak sekedar pada aspek kognitif saja. Pembelajaran memungkinkan siswa melalui penghayatan secara internal terhadap masalah yang dihadapi.28 PBI memiliki fokus penting yang akan menentukan
arah
pembelajaran.
Fokus
dalam
PBI adalah
mengetahui
permasalahan sebagai tumpuan belajar. Masalah merupakan pokok penting yang harus disadari siswa untuk mulai mengumpulkan informasi.29 Problem Based Instrruction (PBI) merupakan salah satu model untuk meningkatkan tingkat berpikir lebih tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk
belajar
bagaimana
belajar.
Model
PBI
dalam
pembelajaran
menghadirkan permasalahan dalam dunia nyata dan dekat dengan siswa.30 PBI menyiapkan lingkungan belajar yang di dalamnya terdapat masalah sebagai bagian utama dalam mengendalikan proses belajar mengajar. Siswa diberikan umpan berupa masalah sebelum pembelajaran dimulai.31 Pembelajaran menggunakan model PBI, menurut Hmelo-Silver “PBI as an instructional method in which students learn through facilitated problem solving that centersin a complex problem that does not have a single correct answer.”32 Hmelo-Silver
mengemukakan
bahwa
PBI
sebagai
suatu
pembelajaran
menggunakan metode instruksi memfasilitas pembelajaran dan memungkinkan siswa mengemukakan berbagai jawaban berdasarkan berbagai permasalahan yang kompleks dan tidak hanya memiliki satu jawaban benar. Dapat diketahui bahwa dalam PBI siswa dapat mengemukakan berbagai jawaban tanpa harus takut salah. 28
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada, 2006), h. 213. 29 Titin, Eli Yanti dan Ruqiah Ganda Putri Panjaitan. “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukadana”, Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura, Vol.XXI(1), 2011, h. 3-4. 30 Runtut Prih Utami, op. cit.., h. 60. 31 Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 120. 32 John R. Savery, Overview Of Problem-Based Learning: Definitions and Distinctions, The Interdisciplinary Journal Of Problem-based Learning, Vol.1 (1), 2006, h. 12.
23
Pembelajaran berbasis masalah telah diuraikan. Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah model inovatif yang menuntut keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan tujuan akhirnya adalah kemampuan siswa berkembang beriringan baik kognitif, psikomotorik bahkan afektif. Model pembelajaran PBI, menuntut siswa aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai dengan penggunaan model PBI, karena siswa dan guru bekerjasama untuk mencapai tujuan belajar tersebut. Kerjasama ini, dibangun melalui kegiatan belajar yang aktif. PBI menjembatani keaktifan siswa dan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan siswa. Guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan tetapi guru dalam model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berperan sebagai fasilitator dalam proses penemuan pengetahuan oleh siswa. Pembelajaran menggunakan model PBI membuat siswa secara aktif memanfaatkan seluruh akses yang dimiliki baik berupa sumber buku maupun internet, untuk menyelesaikan suatu permasalahan, mencari data, menemukan fakta dan merangsang siswa mengajukan pertanyaan dari data yang telah ditemukan.
b. Karakteristik Problem Based Instruction (PBI) Problem based instruction (PBI) memiliki karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Pembelajaran menggunakan model PBI, menekankan pada permasalahan di dunia nyata untuk dipecahkan oleh siswa bukan sekedar mengisi soal atau memahami konsep.33 Karakteristik PBI lainnya dikemukakan sebagai berikut: 1) Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah. 2) Tanggung jawab memecahkan masalah bertumpu pada siswa. 3) Guru mendukung proses saat siswa mendapatkan masalah.
33
John R Mergendoller, Nan L Maxwell dan Yolanda Bellisimo, The Effectiveness of Problem Based-Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics, The Interdisciplinary Journal of Problem Based Learning, Vol.1(2), 2006, p. 49.
24
Penjelasan dari karakteristik tersebut, yaitu pada awal pembelajaran terdapat suatu masalah dan memecahkan masalah tersebut adalah fokus pelajaran. Setelah itu, siswa menyusun strategi dan menyelesaikan masalah. Pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan berkelompok. Terakhir, guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah.34 Karakteristik pembelajaran berbasis masalah telah diuraikan di atas. Tetapi, masih terdapat karakteristik lain dari pembelajaran berbasis masalah, yaitu:35 1) Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), masalah yang dipilih harus benar-benar nyata, sehingga dalam penyelesaiannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. 3) Ketiga, penyelidakan bersifat autentik. Ketiga, PBI mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Problem Based Instruction (PBI) penting digunakan dalam pembelajaran di kelas. Penerapan PBI dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking skill), keterampilan berkomunikasi (communication skill), keterampilan melakukan kerjasama dan penyelidikan (reaserch and collaboration skill) dan perilaku berkarakter, sehingga tujuan pendidikan tercapai dan peserta didik mampu memecahkan masalah di dunia nyata.36 Tujuan pembelajaran menggunakan model PBI, dilihat dari berbagai karakteristik PBI adalah untuk melatih siswa bekerja secara mandiri dalam membentuk pengetahuannya. Pembelajan model PBI, dirancang untuk memberi kesempatan kepada siswa mengakses sebanyak mungkin informasi.Tujuan utama pengajaran menggunakan model PBI adalah untuk meningkatkan aplikasi 34
Paul Eggen, op. cit.., h. 307. Trianto. op. cit., h. 93. 36 Renol Afzon. op. cit., h. 3. 35
25
keterampilan
berpikir
siswa,
keterampilan
memecahkan
masalah,
dan
keterampilan belajar mandiri dengan mengharuskan siswa secara aktif mengartikulasikan, memahami dan memecahkan masalah. Tujuan
utama
penggunaan
PBI
selain
untuk
membantu
siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan keterampilan intelektual, melibatkan siswa dalam kegiatan belajar melalui pengalaman nyata dan secara langsung. PBI juga membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Secara rinci tujuan pembelajaran PBI diuraikan sebagai berikut:37 1) Mengembangkan
keterampilan
pemecahan
masalah.
Kerjasama
yang
dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan model PBI mendorong siswa secara aktif mengembangkan kemampuan inkuiri dan berdialog. Sehingga, akan berkembang kemampuan sosial dan keterampilan berpikir. 2) Siswa diajak terlibat secara aktif dalam pembelajaran melalui permainan peran. Sehingga, siswa dapat memutuskan tindakan yang akan diambil untuk mengatasi masalah. Tindakan tersebut diambil setelah siswa melakukan diskusi. 3) PBI mengajarkan siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri (Self Regulated Learning). Kriteria mandiri mencakup kemampuan siswa mendiagnosis situasi pembelajaran, strategi belajar untuk menyelesaikan permasalahan belajarnya, dan termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran hingga masalah tersebut selesai. Tujuan pokok dari pelaksanaan model PBI adalah untuk melatih kemampuan siswa berpikir secara mandiri dan mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru sebagai satu-satunya sumber informasi, hal ini sesuai dengan karakteristik PBI. Masalah yang diberikan selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar merupakan masalah yang umum dan nyata, serta dapat ditemui dalam keseharian siswa.
37
Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: Unesa University Press, 2012), h. 21-22.
26
c.
Sintaks Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Model pembelajaran memiliki tahapan yang berbeda. PBI merupakan
model pembelajaran yang dikembangkan melalui perencanaan. Perencanaan merupakan aspek penting dalam penerapan model PBI. Perencanaan berfungsi sebagai rambu-rambu selama proses belajar berlangsung. Perencanaan dibutuhkan agar selama proses pembelajaran berlangsung, materi yang disampaikan dan langkah yang digunakan sesuai, dengan perencanaan yang matang diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai baik oleh guru dan siswa. Pembelajaran menggunakan model PBI harus mengikuti langkah yang tepat dan sesuai agar tujuan belajar dapat tercapai. Perencanaan pengajaran menggunakan model PBI dapat dilihat pada Gambar 2.2.38 Merencanakan Pelajaran untuk Pembelajaran Berbasis Masalah
Mengidentifikasi Topik
Menentukan Tujuan Belajar
Mengidentifikasi Masalah
Mengakses Materi
Gambar 2.2 Bagan Perencanaan PBI Problem Based Instrruction (PBI), berdasarkan gambar di atas, memiliki empat tahap perencanaan selama proses pembelajaran. Tahap pertama dimulai dengan mengidentifikasi topik, kemudian menentukan tujuan belajar yang dilakukan oleh siswa dan guru, lalu siswa mengidentifikasi masalah berdasarkan topik yang dipilih dan tujuan belajar yang ingin dicapai, terakhir siswa mengakses sebanyak mungkin materi untuk menyelesaikan permasalahan. Problem Based Instrruction (PBI) memiliki sintaks selain yang telah dikemukakan di atas. Sintaks tersebut, dapat dilihat pada Tabel 2.2.39
38
Paul Eggen, op. cit.., h. 308. Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Semarang: Yuma Pustaka, 2010), h. 159-160. 39
27
Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran PBI (Sugiyanto) Fase
Fase 1 : Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Fase 2 : Mengorganisasi siswa untuk meneliti Fase 3 : Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Fase 4 : Mengembangkan dan mempresentasikan hasil Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Deskripsi Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah. Guru membantu siswa untuk mendefiniskan dan mengorganisasi tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya. Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan solusi. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat seperti laporan, rekaman video dan model-model dan membantu mereka untuk menyampaikan kepada orang lain. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sintaks pembelajaran PBI meliputi lima fase. Kelima fase yang dijabarkan di atas memicu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menganalisisnya untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru. Fase satu guru memberikan arahan tentang permasalahan yang harus diselesaikan, fase dua siswa mulai membagi tugas dalam kelompok untuk menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah yang diberikan guru. fase tiga, empat, dan lima siswa dalam kelompok mencari informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah yang disajikan guru, kemudian mengembangkan solusi dengan menggabungkan ide dari tukar pendapat dengan teman satu kelompok. Pembelajaran diakhir saat siswa bertukar hasil analisis dan solusi pemecahan masalah dengan kelompok lain. Terdapat sintaks pembelajaran menggunakan model PBI, selain sintaks yang dikemukakan oleh Sugiyanto. Sintaks tersebut mencakup enam fase pembelajaran, meliputi: identifikasi, penyajian, perencanaan, penerapan, penilaian hasil perencanaan, dan penilaian hasil pemecahan masalah. Sintaks pembelajaran PBI tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.40
40
Made Wena. op. cit., h. 56.
28
Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran PBI (Solso) Tahap
No.
1
Memberi permasalahan pada
Kegiatan Siswa Memahami permasalahan
siswa
.
1.
Kegiatan Guru
Pembelajaran
Identifikasi Permasalahan
Membimbing siswa dalam
Melakukan identifikasi
melakukan identifikasi
terhadap masalah yang dihadapi
2.
3.
4.
Representasi/
Membantu siswa untuk
Merumuskan dan
penyajian
merumuskan dan memahami
pengenalan permasalahan
permasalahan
masalah secara benar
Perencanaan
Membantu siswa melakukan
Melakukan perencanaan
pemecahan
perencanaan pemecahan masalah
pemecahan masalah
Menerapkan/
Membimbing siswa menerapkan
Menerapkan rencana
mengimplementasi
perencanaan yang telah dibuat
pemecahan masalah
Menilai
Membimbing siswa dalam
Melakukan penilaian
perencanaan
melakukan penilaian terhadap
terhadap perencanaan
perencanaan pemecahan masalah
pemecahan masalah
Menilai hasil
Membimbing siswa melakukan
Melakukan penilaian
pemecahan
penilaian terhadap hasil
terhadap hasil pemecahan
pemecahan masalah
masalah
kan perencanaan
5.
6.
Langkah-langkah yang digunakan dalam model PBI satu dan lainnya memiliki perbedaan meskipun tidak signifikan. Model pembelajaran PBI menurut I Wayan dibagi menjadi empat langkah, meliputi:41 1) Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis. Gunakan permasalahan dan konsep untuk membantu siswa dalam melakukan investigasi subtansi isi (content). 2) Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan untuk menggali masalah yang dihadapi.
41
I Wayan Sadia, Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 70.
29
3) Berikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengelola data yang mereka miliki, yang merupakan proses latihan metakognisi. 4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang siswa kemukakan (termasuk dukungan data). Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi (jurnal ilmiah) atau dalam bentuk penyajian poster. Pembelajaran berbasis masalah, menurut Sugiyanto dan Solso memiliki perbedaan langkah. Kedua sintaks yang telah diuraikan memiliki kesamaan yaitu, memfokuskan
siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan
mengkontruksi
pengetahuannya secara mandiri. Model PBI membatu siswa belajar bagaiaman bersosialisasi dan melakukan musyawarah sebelum memutuskan solusi dari permasalahan yang diajukan guru. PBI mengelompokkan siswa secara heterogen selama proses belajar sedang berlangsung. Subproses pemecahan masalah menggunakan model PBI, dijelaskan dalam empat fase, meliputi:42 1) Tahap mempresentasikan masalah, pada tahap ini siswa harus membuat identifikasi ciri utama dari masalah dan menggunakan informasi yang relevan. 2) Tahap perencanaan, pada tahap ini siswa harus review strategi dan taktik sebelum mengimplementasikan taktik yang akan digunakan. 3) Tahap mengatasi halangan, pada tahap ini siswa akan dihadapkan pada kesulitan untuk menghasilkan rencana atau prosedur. Kesulitan yang dialami siswa biasanya dalam hal pemahaman. Salah satu cara mengatasi kesulitan tersebut, siswa mencari model, analogi dan metafora. 4) Tahap pelaksanaan rencana, pada tahap ini siswa mengawasi langkah-langkah yang direncanakan dan tindakan yang belum diselesaikan. Model PBI dalam penelitian ini akan menggunakan sintaks yang dikemukakan oleh Sugiyanto. Ibrahim, memperjelas sintaks model pembelajaran
42
Margaret E. Gredler, Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Terj. dari Learning and Instruction: Theory into Practice oleh Tri Wibowo, (Jakarta: Kencana Media Pranada, 2011), h. 290-293.
30
PBI menggunakan suatu skema. Skema pembelajaran PBI menurut Ibrahim dapat dilihat pada Gambar 2.3.43 Keadaan yang mencengangkan/ Berbeda dengan pikiran siswa (Discrepant events) Menghasilkan Konflik kognitif
Merangsang Munculnya
Pertanyaan/Masalah yang akan dijawab/Verifikasi
Dikembangkan Menjadi Teori/penjelasan dan deskripsi
Jawaban yang menjelaskan hal yang mencengangkan/perbedaan kemampuan siswadan menciptakan keseimbangan kognitif
Jawaban benar
yang
tidak
Gambar 2.3 Skema Pembelajaran PBI
d.
Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Instruction (PBI) Model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, Problem Based
Instruction (PBI) memiliki kelebihan dan kekurangan tersebut. Kelebihan model PBI, pembelajaran yang mementingkan partisipasi siswa sehingga siswa diajak menggali pendapat dan mengembangkan kemampuan analisisnya. Materi yang dipelajari diakhir pelajaran akan dihubungkan dengan konteks yang berada di lapangan, ini akan membantu siswa untuk menyimpan pengetahuannya lebih
43
Muslimin Ibrahim, op. cit., h. 23.
31
lama, karena siswa menggali pengetahuannya secara mandiri. 44 Kelebihan model pembelajaran PBI selain pembelajaran menjadi bermakna, model PBI membantu merangsang kemampuan berpikir siswa , kemandirian belajar dan belajar bersama kelompok.45 Problem Based Instrruction (PBI) memiliki beberapa kekurangan di antaranya: persiapan pembelajaran meliputi (alat, problem, konsep) yang kompleks. Kesulitan menemukan problem yang relevan serta alokasi waktu yang cukup untuk proses penyelidikan. Selain itu terdapat kemungkinan terjadi miss konsepsi selama proses pembelajaran berlangsung46 Kekurangan PBI dalam hal lamanya waktu belajar, diperkuat dengan pernyataan Riyanto, “model PBL ini cendrung memerlukan waktu lama, misalnya satu bulan atau empat kali pertemuan”.47
4. Kajian Teoritis Creative Problem Solving (CPS) a.
Definisi Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) pertama kali
dicetuskan oleh Alex Osborn. Model pembelajaran CPS terus menerus disempurnakan, sehingga model pembelajaran ini lebih dikenal dengan nama Creative Problem Solving Models.48 Model pembelajaran CPS dijelaskan sebagai “creative problem solving is the process of capturing the imagination, using this to direct thinking towards possible action and making the imagination real by going out into the world and something new.”49 Model CPS membantu proses imajenasi siswa dan berpikir tindakan yang mungkin dilakukan untuk menyelesaikan masalah secara nyata.
44
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 60-61. 45 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas, (Jakarta: Kencana Media Pranada, 2014), h.308. 46 Trianto. op. cit., h. 97. 47 Yatim Riyanto. loc. cit. 48 Artuhr B Vangundy, Creative Problem Solving, (New York: Quorum Books, 1987), p. 1. 49 Jonne Caserani, Creative Problem Solving Taking Imagination Through to Action, (Manhattan: Book Boon, 2010), h. 8.
32
CPS membuat siswa secara bebas mengemukakan pendapatnya dan menciptakan solusi yang orisinil. Teori lain, mendefinisikan CPS sebagai model pembelajaran yang memfokuskan pada menemukan solusi dari suatu masalah dan mempresentasikan permasalahan tersebut secara kreatif.50 CPS berdasarkan teori ini, tidak menekankan pada penemuan solusi orisinil, tetapi penemuan solusi dan presentasi dari solusi dengan cara yang kreatif. Creative Problem Solving (CPS) dapat dijelaskan sebagai “CPS is proven method for approaching a problem or a challenge in an imaginative and innovative way.”51 CPS adalah metode yang membantu siswa menghadapi masalah dan menantang siswa menyelesaikannya dengan imajenasi dan cara yang inovatif. Pernyataan yang sama terkait model CPS dikemukakan sebagai berikut “creative problem solving is looking at the same thing as everyone else and thinking something different”.52 CPS berarti melihat suatu masalah sama seperti bagaimana orang lain melihat suatu masalah, tetapi memikirkan penyelesaian dengan cara berbeda. Pentingnya ide kreatif dalam pembelajaran CPS dalam menyelesaikan suatu permasalahan diperkuat dengan pernyataan berikut “creative problem solving or cps is a process, method, or system for approaching a problem in an imaginative way and resulting in effective action”.53 CPS membantu siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menghadapi dan menyelesaikannya dengan ide kreatif dan tindakan yang efektif. Model pembelajaran CPS, merupakan model yang membantu proses berpikir siswa. Melalui penerapan model pembelajaran ini, siswa diajak terampil dan fokus dalam memecahkan suatu masalah. Menjawab permasalahan bukan
50
Zainab, “Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika,” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Matematika, Palembang, 26 Mei 2012, h. 4. 51 Creative Education Foundation, Creative Problem Solving Resource Guide, (Massachusetts: Creative Education Foundation, 2014), p. 8. 52 Dennis S. Reina dan Michelle L Chagnon, Creative Problem Solving: Instructur’s Workbook (Waterbury: Optimist International, 1994), p. 6. 53 William E. Mitchell dan Thomas F. Kowalik, Creative Problem Solving, (London: Genigraphics Inc, 1999), 3rd Edition, p. 4.
33
hanya sekedar menghafal suatu konsep, tetapi memikirkan jawaban yang paling realistis untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Creative Problem Solving (CPS), membantu siswa untuk menjadi aktif dalam membuat rancangan dan mengambil keputusan selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa akan dilatih untuk mengkaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang sedang dipelajari dan materi terkait untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pola pembelajaran menggunakan model CPS lebih efektif diterapkan karena pembelajaran berlangsung dua arah. Penerapan pembelajara menggunakan model CPS dapat berdampak positif pada peningkatan potensi siswa dalam mempertahankan argument, menemukan sendiri solusi dari masalah dan ketelitian dalam menganalisis tindakan yang dapat diambil dalam penyelesaian suatu masalah. Belajar akan menjadi bermakna dengan pengembangan proses berpikir dan semua informasi akan tersimpan dalam long term memory. Pemecahan masalah menggunakan model pembelajaran ini, menekankan pada penggunaan seluruh potensi kreatif dalam diri seseorang, dengan tujuan menyelesaikan masalah secara kreatif. Creative problem solving diterapkan melalui solusi kreatif.54 Isaken, menegaskan bahwa CPS merupakan model yang didesain untuk menyelesaikan masalah dengan tujuan akhir adalah munculnya ide kreatif.55 Pembelajaran menggunakan model ini, dapat diimplementasikan karena sesuai dengan peraturan menteri yang menyatakan bahwa pembelajaran biologi menekankan pada kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Siswa akan dihadapkan pada suatu masalah nyata, bekerja kelompok dan mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah tersebut, menyusun strategi serta menerapkannya. Model pembelajaran creative problem solving membantu siswa untuk mengembangkan kreativitas dan mengkonstruk sendiri pengetahuannya.
54
B. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
199 55
Scott G Isaken, On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving: A Respone to Magyari-Beck, Journal Oxford foundation of creative problem solving, Vol.4(1), 1995, h. 52.
34
Model CPS mengupayakan berkembangnya kemampuan berpikir divergen dan berusaha mencapai berbagai alternatif untuk memecakan suatu masalah.56 Berpikir divergen berarti siswa mengupayakan berbagai cara untuk memecahkan masalah. Selain itu, siswa mampu memberikan berbagai alternatif solusi atau gagasan baru dalam upaya penyelesaian berbagai masalah.57 Implementasi dari creative problem solving memberi sumbangsih yang besar terhadap upaya eksplorasi ide-ide siswa, mengeliminasi ide yang tidak dapat dikerjakan.
Siswa
diberi
kesempatan
untuk
mengajukan
pendapat,
mengembangkan solusi dari permasalahan nyata.
b.
Karakteristik Creative Problem Solving Creative Problem Solving memiliki karakteristik yang membedakan dengan
pola pembelajaran lain, berikut karakteristik dari model creative problem solving:58 1) Dalam menyelesaikan suatu problem, dimulai dari proses recursive (pengulangan), revised (peninjauan kembali), dan redefined (pendefinisian ulang). 2) Memerlukan proses berpikir divergen dan konvergen 3) Menggagas suatu pemikiran yang bersifat prediktif serta dapat merangsang ketahap berpikir logis selanjutnya. Tiga karakter tersebut merupakan bagian penting dari Creative Problem Solving, proses penyelesaian masalah dalam Creative Problem Solving melalui tiga tahapan yang saling berkaitan dimulai dari pengulangan ide apa yang sebaiknya diterapkan, kemudian peninjauan ide mana yang mungkin diterapkan dan terakhir ide tersebut didefinisikan ulang oleh siswa. Ide yang dimunculkan adalah hasil dari proses berpikir divergen dan konvergen yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Ide yang dihasilkan akan memacu siswa untuk 56
B.Suryosubroto, op. cit., h. 200. Ismiyanto, “Implementasi Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Menggambar: Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal Kependidikan, Vol.VI(2), 2010, h. 104. 58 Isrok’atun, Creative Problem Solving Matematis, Prosiding disampaikan pada Seminar Nasional Matematika di FMIPA UNY, Yogyakarta, 10 November 2012. h. 441. 57
35
berpikir logis dan realistis, karena permasalahan yang disajikan dekat dengan keseharian siswa sehingga mudah bagi siswa menentukan ide apa saja yang dapat dijadikan penyelesaian permasalahan. Terdapat pendapat lain terkait karakteristik CPS, yaitu:59 1) Keseimbangan dalam berpikir secara divergen dan konvergen. Kunci dari kreativitas adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyeimbangkan berbagai hal (secara terpisah) dan tahu bagaimana mempraktekkannya. 2) Masalah untuk diselidiki. Solusi lebih mudah dikembangkan melalui pertanyaan terbuka dengan berbagai kemungkinan. Pertanyaan yang memungkinkan siswa menjawab secara bebas akan menghasilkan banyak informas, sementara pertanyaan tertutup menutup kemungkinan siswa menyalurkan idenya. Pertanyaan tertutup cendrung membatasi siswa dalam merespon suatu masalah. 3) Menunda atau menangguhkan jawaban. Osborn, mempelajari bahwa untuk mengambil suatu ide tidak harus terburu-buru. Waktu yang tepat diperlukan untuk menerapkan suatu ide. 4) Fokus dengan jawaban “ya, dan” dibandingkan dengan “tidak, tapi”. Menggunakan jawaban “ya, dan” memungkinkan siswa mengembangkan jawabannya dalam model CPS. Penggunaan “tidak, tapi” menghentikan pengembangan jawaban.
c.
Sintaks Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Terdapat empat fase pembelajaran yang harus dilaksanakan saat
menggunakan model CPS. Fase pertama, yaitu persiapan selama fase persiapan, siswa mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, dan mengembangkan ide. Fase kedua, yaitu fase inkubasi. Fase inkubasi, menekankan pada asosiasi antara ide yang sudah didapat dengan pikiran pribadi siswa, pada fase ini ide disusun kembali. Fase ketiga adalah fase saat siswa sudah mendapatkan ide atau disebut fase penjelasan atau fase “aha” pada fase ini siswa menemukan ide baru. Fase terakhir, yaitu pemeriksaan atas ide yang telah disimpulkan. Fase terakhir 59
Craetive Education Foundation, op. cit., p. 10.
36
membantu siswa merefleksikan tentang ide yang telah diputuskan.60 Fase pembelajaran CPS dapat dilihat pada Gambar2.4.61
Penjelasan
Persiapan
Inkubasi
Hasil
Penggabungan
Gambar 2.4 Tahap Pembelajaran CPS (Roosman) Langkah-langkah dalam implementasi Creative Problem Solving (CPS) adalah sebagai berikut:62 1) Objective finding (merumuskan masalah) Tahap ini siswa mengidentifikasi tujuan, harapan maupun tantangan yang ingin dicapai. 2) Fact-finding (menemukan fakta) Tahap ini siswa mendaftar semua fakta, pertanyaan dan data yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. 3) Problem-finding (menemukan masalah) Tahap ini, siswa mengklarifikasi masalah dengan cara memfokuskan masalah yang benar-benar ingin dipecahkan atau diselesaikan. 4) Idea-finding (menentukan gagasan) Tahap ini, siswa mengklarifikasi masalah dengan cara memfokuskan masalah yang benar-benar ingin dipecahkan atau diselesaikan.
60
Carol R Aldous, Creativity, Problem Solving and Innovative Science: Insights From History, Cognitive Pshychology and Neuroscience, International Education Journal, Vol.8(2), 2007, p. 177. 61 Ibid., h. 178. 62 Arthur B Vangundy, op. cit., pp. 64-65.
37
5) Solution finding (menemukan solusi) Tahap penemuan solusi, ide dan gagasan yang telah diperoleh pada tahap ideafinding diseleksi untuk menemukan ide yang paling tepat untuk memecahkan masalah. 6) Acceptance finding Berusaha untuk memperoleh penerimaan atas suatu solusi masalah, menyusun rencana tindakan, dan mengimplementasikan solusi tersebut. Langkah-langkah
pemecahan
masalah
tersebut
bertujuan
untuk
mengembangkan kemampuan menganalisis dan berpikir, karena dua hal tersebut penting bagi siswa sebelum membuat keputusan.
d.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Terdapat kelebihan dalam model pembelajaran CPS, yaitu:63
1) CPS membantu siswa menemukan kesempatan untuk menyelidiki suatu permasalahan dan menyelesaikannya. 2) Siswa memiliki kemampuan kompetisi lebih baik, karena terbiasa menyelidi suatu masalah secara efektif dan efisien. 3) CPS membantu siswa memutuskan segala sesuatu dengan bebas, dengan memberikan siswa banyak kemungkinan jawaban yang dapat dipilih secara bebas. 4) CPS menekankan pengembangan kemampuan menganalisis dan berpikir kreatif. Creative Problem Solving (CPS) memiliki keuntungan lain, yaitu: membiasakan siswa bekerja dalam kelompok khususnya saat menyelesaikan suatu masalah, mengijinkan setiap anggota kelompok untuk memberi masukan dalam memecahkan masalah, dan mengkolaborasikan ide kreatif dalam kelompok.64 Creative Problem Solving (CPS) memiliki kekurangan, dibutuhkan persiapan yang matang untuk menerapkan pembelajaran menggunakan model 63 64
Ibid., pp- 8-9. Craetive Education Foundation, op. cit., p. 26.
38
CPS, siswa yang balum terbiasa menggunakan model pembelajaran yang menekankan pada berpikir divergen dan konvergen akan mengalami kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung. 5. Konsep Keanekaragaman Hayati Konsep keanekaragaman hayati yang dipelajari pada jenjang SMA/MA memiliki Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Tabel 2.4 sebagai berikut:65 Tabel 2.4 KI dan KD Konsep Keanekaragaman Hayati Kompetensi Inti KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisa pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar 3.2
Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan ekosistem) di Indonesia. Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi.
4.2
Kajian konsep keanekaragaman hayati ditinjau dari tiga buku. Buku pertama, buku biologi untuk mahasiswa dan siswa, buku kedua adalah buku biologi berdasarkan kurikulum 2006 dan buku biologi berdasarkan kurikulum 2013. Buku pertama karangan Kevin J Gaston dan John I Spicer, buku kedua karangan Idun Kistinnah dan Endang Sri Lestari, dan buku ketiga karangan Irnanigtyas. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa definisi ditinjau dari ketiga buku 65
Anik Indah Jumini, Kurikulum Terbaru Metode Cling Semua Materi Biologi Gak Pake Mikir SMA Kelas X, XI, XII. (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2014), h. 356-358.
39
tersebut. Keankeragaman hayati adalah variasi kehidupan merujuk pada keberagaman makhluk hidup pada semua tingkatan.66 Jenis makhluk hidup yang mempunyai ciri tersendiri, bervariasi baik ukuran, bentuk, jumlah dan warna yang berbeda-beda
merupakan
pengertian
dari
keanekaragaman
hayati.67
Keanekaragaman hayati adalah variasi organisme hidup pada tiga tingkatan, meliputi: tingkat gen, spesies dan ekosistem.68 Kevin dan John membagi materi keanekaragaman hayati ke dalam enam pokok bahasan meliputi: pengertian keanekaragaman hayati, keanekaragaman hayati dari waktu ke waktu, pengelompokkan keanekaragaman hayati, manfaat keanekaragaman hayati, pengaruh manusia terhadap keanekaragaman hayati dan cara menjaga keanekaragaman hayati.69 Idun dan Endang membagi materi keanekaragaman hayati menjadi lima pokok bahasan, meliputi: persebaran keanekaragaman hayati di Indonesia, peranan keanekaragaman hayati dalam kehidupan manusia, peranan manusia terhadap keanekaragaman hayati, konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan tingkat keanekaragaman hayati.70 Irnanigtyas membagi materi keanekaragaman hayati menjadi beberapa sub konsep, yaitu: 1) Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati, 2) Tipe ekosistem, 3) Keanekaragaman hayati Indonesia, 4) Menghilangnya keanekaragaman hayati, dan 5) Usaha pelestarian keanekaragaman hayati.71 Pembelajaran biologi akan menggunakan arahan kurikulum 2013 dan dibantu dengan
buku
yang
relevan
mengenai
keanekaragaman
hayati.
Materi
pembelajaran dikelompokkan menjadi beberapa sub konsep, yaitu: 1) Berbagai Tingkat Keanekaragaman Hayati, 2) Keanekaragaman hayati di Indonesia, 3) Manfaat dan nilai keanekaragaman hayati, 4) Pengaruh kegiatan manusia terhadap 66
Kevin J Gaston dan John I Spicer, Biodiversity an Introduction, (Cowley Road: Blackwell Publishing, 2004), p. 3. 67 Idun Kistinah dan Endang Sri Lestari, Biologi SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Putra Nugraha, 2006), h. 293. 68 Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 219. 69 Kevin J Gaston dan John I Spicer, op. cit., pp. 1-156. 70 Idun Kistinah dan Endang Sri Lestari, op. cit., h. 291-312. 71 Irnaningtyas, op. cit., h. 216-240.
40
keanekaragaman hayati, 5) Usaha perlindungan alam dan 6) Klasifikasi keanekaragaman hayati. Materi ajar disesuaikan dengan tujuan penelitian dan arahan kurikulum 2013.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Ichya Musytafizur Ziqri dan Supriyanto menyatakan model pembelajaran Creative Problem Solving efektif diterapkan dalam pembelajaran biologi materi sistem pernapasan. Efektifitas model CPS didukung oleh data ketercapaian pembelajaran sebesar 93,94% dan tingginya aktivitas siswa selama pembelajaran sebesar 80,02%.72 Joan
Josep
Solaz-
Portoales
dan
Vincent
Sanjose
Lopez
dalam
Representation in Problem Solving in Science: Direction for Practice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil unjuk kerja siswa. Pemecahan masalah disarankan untuk dikembangkan karena mampu membantu mengembangkan kemampuan metakogntif siswa.73 Gerrard J Puccio, Russell A Wheeler dan Vincent T Cassandro dalam penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh CPS dalam proses kognitif menyimpulkan bahwa menggunakan CPS dapat membantu berpikir divergen sehingga CPS efektif digunakan.74 Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. K. Seely, dkk, mengenai Creative Problem Solving in Support of Biodiversity Conservation menunjukkan bahwa CPS efektif diterapkan dalam usaha konservasi, karena semua orang saling terhubung
dan
bertukar
informasi
untuk
memecahkan
permasalahan
keanekaragaman.75 72
Ichya Musytafizur Ziqri dan Supriyanto: “Efektivitas Model Pembelajaran Creative Problem Solving Pada Materi Sistem Pernapasan di SMA N 1 Jatibarang Brebes”, Unnes Journal of Biology Education, Vol.3(3), 2014, h. 254. 73 Joan Josep Solaz-Portoales dan Vicent Sanjose Lopez “Representation in Problem Solving in Science: Direction for Practice”, Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol.8(2), 2007, h.13. 74 Gerard J Puccio, Aussell A Wheeler dan Vincent J Cassandro, Reactions to Creative Problem Solving Training: Does Cognitive Style Make a Difference? Journal of Creative Behaviour, Vol.38(3), 2004, p. 209. 75 M. K. Seely, dkk., Creative Problem Solving in Support of Biodiversity Conservation, Journal of Arid Environments, Vol. 54, 2003, p. 162.
41
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titin, Eli Yanti dan Ruqiah mengenai Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia Di Kelas VIII SMP Negeri Sukadana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Problem Based Instruction (PBI) memberikan dampak yang signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP Negeri 3 Sukadana.76 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusmiyati dan Yulianto mengenai Peningkatan Keterampilan Proses Sains dengan Menerapkan Model Problem Based Instruction. Penelitian tersebut, menunjukkan bahwa model PBI mampu menumbuhkan keterampilan proses sains dan meningkatkan kemampuan kognitif serta melatih sikap ilmiah siswa.77 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yokhebed, Suciati dan Wida mengenai Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar. Perbedaan signifikan didukung oleh data hasil penelitian, yaitu terdapat perbedaan signifikan KPS antara siklus II dan siklus III , terdapat perbedaan hasil belajar kognitif antara siklus I dan siklus II, dan terdapat perbedaan hasil belajar ranah afektif antara pra siklus dan siklus I.78 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Urip Astika, Suma dan Suastra mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah antara siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan model ekspositori (F= 12,778 ;
76
Titin, Eli Yanti, Ruqiah, op. cit., h. 1. A. Rusmiyati dan A. Yulianto: “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Problem Based Instruction”, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol.5, 2009, h. 75. 78 Yokhebed, Suciati Sudarisman, dan Widha Sunarno: “Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar”, Jurnal Inkuiri, Vol.1(3), 2012, h. 183. 77
42
p < 0,05) dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi kemampuan berpikir kritisnya (F= 23,129 ; p < 0,05).79
C. Kerangka Berpikir Guru berperan penting selama proses pembelajaran berlangsung, untuk itu pemilihan model belajar menjadi bagian penting karena berpengaruh terhadap media yang digunakan serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan dari pembelajaran adalah pencapaian standar kompetensi. Tuntutan kurikulum dan perkembangan zaman mengarahkan pada pengembangan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan pemecahan masalah. Dibutuhkan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bagian yang perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Perkembangan teknologi dan pengetahuan di abad 21 memanggil semua orang untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan yang beragam.80 Penggunaan model pembelajaran PBI dan CPS erat kaitannya dengan pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa. Model belajar PBI dan CPS menekankan pada kemampuan siswa menyelesaikan suatu permasalahan. Penggunaan kedua model PBI dan CPS diharapkan dapat membuat siswa keluar dari zona nyamannya sehingga siswa menggali sendiri pengetahuannya dengan mencari berbagai informasi valid terkait permasalahan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Model pembelajaran PBI menekankan pada penyelesaian masalah dan pemilihan masalah yang dekat dan mudah dianalisis oleh siswa. CPS menuntut siswa menyelesaikan masalah dan mengemukakan ide kreatif selama proses pembelajaran berlangsung dalam upaya penyelesaian masalah tersebut.
79
Kd. Urip Astika, I. K. Suma, dan I. W. Suastra: “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Ilmiah dan Keterampilan Berpikir Kritis”, Jurnal Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, 2013, h. 1. 80 Gerrard J Puchio, et. all., Creativity Rising, (New York: ICSC Press, 2012), p. 16.
43
Penelitian
dilaksanakan
untuk
menentukan
perbedaan
kemampuan
pemecahan masalah, model PBI diduga akan memberikan pengaruh yang lebih efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini, karena model PBI telah lebih banyak diteliti dan hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan pengaruh positif terhadap model pembelajaran PBI pada pembelajaran sains. Sementara model CPS lebih sering diterapkan pada pembelajaran matematika, sehingga belum banyak penelitian terkait model pembelajaran CPS terhadap hasil belajar sains. Jadi, model pembelajaran PBI lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada konsep keanekaragaman hayati. Kerangka berpikir, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Permasalahan
Rendahnya capaian kemampuan pemecahan masalah siswa karena aspek kemampuan pemecahn masalah belum optimal dikembangkan
diukur menggunakan
Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Melalui Tes Uraian Instrumen Pemecahan Masalah
solusi
Penerapan Model Pembelajaran yang Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Penerapan Model PBI
Tujuan Pembelajaran (Meningkatkan) Kemampuan Pemecahan Masalah
Penerapan Model CPS Terjadi Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Penelitian
44
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang dapat dirumuskan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran PBI dengan CPS.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Tangerang, yang beralamat di Jalan Mauk KM.16 Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Pemilihan sekolah ini berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu MAN 3 Tangerang telah secara aktif menerapkan kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa sudah terbiasa dengan sistem belajar aktif dan peran guru hanya sebagai fasilitator selama proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang digunakan di MAN 3 Tangerang menekankan pada keaktifan siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung dua arah. Siswa secara aktif mengkonstruk pengetahuannya dan guru membantu siswa sebagai fasilitator selama proses belajar berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2016/2017 di kelas X.
B. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel perlakuan adalah model pembelajaran Problem Based Insturction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) sedangkan kemampuan pemecahan masalah sebagai variabel terikat. Tujuan penelitian telah dirumuskan pada bab satu, maka penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (Quasi eksperimen). Eksperimen ini disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni.1 Penelitian kuasi eksperimen merupakan metode penelitian yang
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 11, h. 207.
45
46
tidak memungkinkan peneliti melakukan kontrol secara penuh terhadap sampel penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design, pada desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan. Desain ini melibatkan dua kelompok yang diberikan pretest, perlakuan dan posttest kemudian hasilnya dibandingkan.2 Desain ini menggunakan dua kelas, dimana kelas esperimen 1 menggunakan model pembelajaran PBI dan kelas eksperimen II menggunakan model CPS. Desain pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.3 Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas CPS (Eksperimen I) PBI (Eksperimen II)
Pretest
Perlakuan
Posttest
O1
X1
O2
O1
X2
O2
Keterangan: O1
: Pretest kemampuan pemecahan masalah
X1
: Perlakuan model Creative Problem Solving (CPS)
X2
: Perlakuan model Problem Based Instruction (PBI)
O2
: Posttest kemampuan pemecahan masalah
Kegiatan awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa diadakan tes awal (pretest). Kemudian, siswa akan diberi perlakuan dengan menggunakan model CPS untuk kelas eksperimen II dan model PBI untuk kelas eksperimen I. Pada akhir penelitian setelah diberi perlakuan maka siswa akan diberikan tes akhir (posttest). Hasil kedua tes tersebut nantinya akan dipakai sebagai data penelitian untuk diolah dan dibandingkan hasilnya dengan analisa statistik yang digunakan.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet. 18, h. 116. 3 Ibid.
47
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.4 Target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Tangerang. Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas X MIA semester ganjil di MAN 3 Tangerang tahun ajaran 2016/2017. Pengambilan populasi terjangkau ini berkaitan dengan biologi sebagai mata pelajaran pokok dalam kelas MIA, sedangkan pada kelas IPS biologi sebagai pelajaran lintas minat. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut atau wakil populasi yang diteliti.5 Teknik pengambilan sampel yang dilakukan peneliti menggunakan teknik Probability Sampling, dimana anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk menjadi sampel.6 Teknik penentuannya menggunakan simple random sampling, yaitu teknik penentuan sampel yang dipilih secara acak tanpa memperhatikan strata. Siswa yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas X Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIA) 1
dan 38 siswa X (MIA) 2,
keduanya merupakan kelas eksperimen. Kelas X MIA 1 menggunakan model pembelajaran CPS dan kelas X MIA 2 menggunakan model pembelajaran PBI.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes dan nontes. Tes yang digunakan merupakan tes kemampuan pemecahan masalah. Adapun tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:
4
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendiidkan dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana Media Prenada, 2011), h. 255. 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998). 6 Sugiyono, op. cit., h. 120.
48
1. Tahap Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu berupa penyesuaian waktu belajar di sekolah sesuai dengan satuan pelajaran atau alokasi waktu yang telah ditetapkan, juga berupa penyusunan materi yang akan diajarkan setelah itu dilakukan pembuatan dan pengujian instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016. Penelitian dilaksanakan oleh peneliti langsung untuk menguji penguasaan konsep dan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari hasil pretest dan posttest setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) pada masing-masing kelas eksperimen. 3. Tahap Penyelesaian Materi pelajaran terlebih dahulu diajarkan ke masing-masing kelas dengan model pembelajaran yang berbeda, setelah materi pelajaran selesai diajarkan maka diadakan tes pada kedua kelas tersebut dengan instrumen berupa soal uraian sebanyak 13 soal. Substansi materi tes tersebut meliputi pelajaran Biologi SMA pokok bahasan keaneragaman hayati. Teknik pengumpulan data secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Siswa
Jenis Data
Siswa kelas eksperimen I dan II
Penilaian pada proses pemberian perlakuan
Guru Siswa
Penilaian aktivitas pembelajaran
Siswa
Pretest
dan
Posttest
Teknik Pengumpulan Data Tes subjektif dalam bentuk soal uraian Eksperimen I menggunakan LKS CPS Eksperimen II menggunakan LKS PBI Lembar observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa Tes subjektif dalam bentuk soal uraian
Instrumen Penelitian Tes uraian bebas Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar observasi kegiatan pembelajaran Tes uraian bebas
49
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dan menguji hipotesis yang dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. 7 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen tes dan nontes. 1. Tes a. Tes Uraian Tes uraian adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan dan menuntut siswa untuk menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan dan sebagainya sesuai dengan tuntutan pertanyaan.8 Tes uraian dipilih karena, kemampuan pemecahan masalah menuntut siswa untuk mengemukakan gagasannya bukan sekedar menuntut jawaban yang benar. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian bebas menggunakan skor 1-4 yang terdiri dari 13 soal keanekaragaman hayati. Soal tes sebanyak 13 nomor tersebut merupakan soal valid dari 15 soal yang diujikan sebelum dilakukan penelitian. Tes disusun berdasarkan indikator pemecahan masalah, antara lain: merumuskan masalah, mengembangkan jawaban sementara, menguji jawaban sementara, mengembangkan dan mengambil kesimpulan, serta menerapkan kesimpulan. Tes dilakukan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Kisi- kisi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.3.
7 8
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 155. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rineka Cipta, 2009), h. 35.
50
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Kompetensi Pemecahan Masalah Kompetensi Dasar
Indikator Pembelajaran
Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem.
KD 3.2: Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan ekosistem) di Indonesia.
Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan keanekaragaman pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem berdasarkan
MM
H
2
5
4
1
Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. Mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati
MJ
MK
Keterangan: MM : Merumuskan Masalah H : Hipotesis MJ : Menguji Jawaban MK : Mengambil Kesimpulan MNK : Menerapkan Kesimpulan
Jml 2
9
2
8
2
11
1
3
1 6,7, 10
3 2
Menganalisis usaha-usaha pelestarian kehati. Jumlah
MNK
12, 13
1
3
6
1
2
13
51
Penggunaan instrumen tes ini untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran PBI dan CPS. Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut:9 𝑅
NP = 𝑆𝑀 × 100 Keterangan: NP
: Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R
: Skor mentah yang diperoleh siswa
SM
: Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : Bilangan tetap
2. Non Tes a. Lembar observasi “Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.”10 Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya sesuatu yang dilakukan pada saat kegiatan berlangsung. Observasi yang dilakukan menggunakan observasi alamiah, yaitu pengamat dengan sengaja tidak mengontrol atau memanipulasi apapun. Sehingga, pengamat (observer) bekerja keras untuk tidak mempengaruhi situasi yang diamati.11 Lembar observasi akan diisi oleh observer (pengamat) yang menilai secara objektif selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.12 b. Lembar Kerja Siswa Lembar kerja siswa pada penelitian ini merupakan lembar kerja siswa yang telah disesuaikan dengan langkah-langkah model pembelajaran CPS dan PBI. Kedua lembar kerja tersebut digunakan dengan tujuan melatih siswa dalam memecahkan masalah. 9
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 102. 10 Margono, op. cit., h. 158. 11 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 159. 12 Lampiran 8-10, h. 217-224.
52
c. Lembar Wawancara Lembar wawancara pada penelitian ini terbagi menjadi lembar wawancara guru dan lembar wawancara siswa. Lembar wawancara guru berisi pertanyaan terkait kegiatan belajar mengajar yang meliputi pemilihan model dan nilai siswa. Lembar wawancara siswa berisi pertanyaan terkait pengaruh penggunaan model pembelajaran PBI dan CPS. Lembar wawancara digunakan untuk memperkuat data hasil penelitian.
F. Uji Coba Instrumen Instrumen (tes dan non tes) yang digunakan, terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya oleh dosen pembimbing dan siswa kelas X. 1. Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Instrumen tes uraian dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian. Tujuan dari hal ini yaitu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal. Uji tes uraian menggunakan program Anates 4.0.
a. Uji Validitas Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidanatau keshahihan instrumen yang digunakan dalam penelitian.13 Data yang valid diperoleh dari instrumen atau alat evaluasi yang valid.14 Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi. “Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur”.15 Instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan pada kelas lain yang telah memiliki pengetahuan tentang materi pelajaran tersebut. Kemudian hasil dari uji instrumen
13
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 40. 14 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 64. 15 Nana Sudjana, op. cit., h. 13.
53
tersebut dihitung dengan menggunakan software Anates 4.0. Adapun besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.4.16 Tabel 3.4 Besarnya Koefisien Validitas Koefisien 0,90 – 1,00 0,70 – 0,90
Kriteria Validitas sangat tinggi Validitas tinggi
0,40 – 0,70 0,20 – 0,40 0,00 – 0,20
Validitas cukup Validitas rendah Validitas sangat rendah
Nomor Soal 1,3,4,5,6,7,8,10,11, 12,15 13,14 2,9 -
Hasil perhitungan Anates 4.0 digunakan untuk mengetahui validitas soal. Soal valid berjumlah 13 soal dari 15 soal uraian yang diujicobakan pada siswa kelas X semester II SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Soal valid yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15.
b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan suatu hasil tes. Suatu tes memerlukan reliabilitas karena menunjukkan stabilitas dan konsistensi internal suatu tes dan memberi jaminan bahwa tes mempunyai standar kesalahan pengukuran yang baik, sehingga jika skor yang tidak banyak berubah setelah pelaksanaan uji coba tes menunjukkan reliabilitas yang baik. “Reliability refers to whether scores to items on an instrumen are internally consistent, stable over time, and whether there was consistency in test administration and scoring”. 17 Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan software Anates 4.0. Setelah didapat nilai, kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai rii pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 klasifikasi interpretasi uji reliabilitas Koefisien reliabilitas 0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 16
Interpretasi Reliabilitas kecil Reliabilitas rendah
Ngalim, op. cit., h. 139. John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches, (California: Sage Publication, 2014), p. 295. 17
54
Koefisien reliabilitas 0,40 – 0,70 0,70 – 0,90 0,90 – 1,00
Interpretasi Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi
Hasil uji coba soal yang menggunakan software Anates 4.0 diperoleh reliabilitas sebesar 0,95, berarti soal yang sudah diujikan memiliki reliabilitas dengan kriteria sangat tinggi. Sehingga, hasil pengukuran dengan soal ini dapat dipercaya dan konsisten.
c. Indeks Taraf Kesukaran Indeks taraf kusakaran, yaitu “menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang dan, sukar”.18 Indeks kesukaran memiliki nilai rentang dari 0,0 sampai 1,0. Perhitungan tingkat kesukaran ini, digunakan bantuan software Anates 4.0. Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran tiap butir soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.6.19 Tabel 3.6 Intrepretasi Indeks Kesukaran Nilai Indeks Kesukaran 0 – 0,025
Interpretasi
Nomor Soal
Sukar
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15 5
0, 26 – 0, 75
Sedang
0, 76 – 1
Mudah
Soal Valid 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15 5
Hasil perhitungan Anates versi 4.0 dari 15 soal yang diujikan terdapat sebanyak 1 soal sangat mudah dan 14 soal sedang.
d. Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan 18
Nana Sudjana, op. cit., h. 135. Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), h. 103. 19
55
rendah).20 Daya pembeda dalam penelitian ini dihitung menggunakan software Anates 4.0. Kriteria interpretasi daya pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda Nilai DP 0,00 – 0,20 0,21 – 0,40
Interpretasi Rendah (poor) Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 0,71 – 1,00
Baik (good) Baik sekali (excellent)
Nomor Soal 2, 9, 13, 14 1, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12 6, 15 -
Soal yang Valid 13, 14 1, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12 6, 15 -
Hasil uji daya pembeda yang telah dilakukan di SMAN 6 Tangerang Selatan, dari 15 soal sebanyak 4 soal rendah, 9 soal sedang dan 2 soal amat baik. Sementara, terdapat 2 soal yang valid dengan daya pembeda rendah, 9 soal valid dengan daya pembeda cukup dan 2 soal yang valid dengan daya pembeda baik. 2. Instrumen Non Tes Instrumen non tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi guru dan siswa, serta lembar wawancara. LKS digunakan untuk menunjang proses pembelajaran. Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati keterlanksanaan proses pembelajaran dan kesesuaian penerapan model. Lembar observasi siswa digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Uji validitas yang digunakan untuk menguji LKS dan lembar observasi yaitu validitas konstruk. Uji validitas konstruk yaitu suatu pengujian dengan menggunakan pendapat para ahli.21 Para ahli yang dimaksud adalah dosen pembimbing dan guru bidang studi biologi di MAN 3 Tangerang.
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas “Uji normalitas data adalah uji prasyarat tentang kelayakan data untuk dianalisis dengan menggunakan statistik parametrik atau statistik nonparametrik. Melalui uji ini, sebuah data hasil penelitian dapat diketahui bentuk distribusi data 20 21
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendiidikan, op. cit., h. 211. M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 138.
56
tersebut, yaitu bersidtribusi normal atau tidak normal”.22 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak adalah uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Liliefors. Hal ini dikarenakan data masih disajikan secara individu. Kelebihan uji Liliefors adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat (power full) sekalipun dengan ukuran sampe kecil. Rumus uji Liliefors dengan rumus.23
Lo = F (Zi) – S(Zi) Keterangan: Lo : Harga mutlak terbesar F(Zi) : Peluang angka baku S(Zi) : Proporsi angka baku
Langkah-langkah dalam menghitung uji mormalitas yaitu mengurutkan data sampel dari yang kecil sampai data terbesar, dihitung nilai Zi dari masing-masing data dengan menggunakan rumus
Zi =
.
Keterangan: Xi = data X = rata-rata data tunggal S = simpangan baku
Tabel distribusi normal baku, menjadi acuan ditentukannya besar peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan tabel Z ditulis F(Z≤Zi) yang mempunyai rumus F(Zi) = 0,5 ± Z, dihitung proporsi Z1, Z2…, Zn yang lebi kecil atau sama dengan Zi. Jika propoisi dinyatakan oleh S(Zi), maka S(Zi) = banyaknya Zi, Z2,…, Zn yang ≤ Zt. Selanjutnya dihitung n selisih absolut F(Z) – S(Z) pada masing-masing data. Setelah dihitung selisih absolut, langkah selanjutnya yaitu diambil harga Lhitung yang paling besar kemudian bandingkan dengan nilai Ltabel dari tabel Liliefors. 22
Misbahudin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 278. 23 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2001), h. 466.
57
Setelah didapatkan Lhitung ditentukan kriteria pengujian. Adapun terdapat dua kriteria pengujian yakni jika Lhitung < Ltabel maka data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, jika Lhitung > Ltabel maka data sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok (eksperimen) dalam penelitian ini berasal dari populasi homogen (sama) atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher.24 Rumusnya sebagai berikut: F=
=
, dimana S2 =
Keterangan F : Homogenitas S12 : varians terbesar S22 : varians terkecil
Hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut: Ho = Data memiliki varians yang homogen Ha = Data tidak memiliki varians yang homogen Kriteria hipotesis uji homogenitas untuk menganalisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima yang berarti varians antara kelas eksperimen I dan eksperimen II homogen. b. Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak yang berarti varians antara kelas eksperimen I dan eksperimen II tidak homogen.
24
Ibid, h. 249-251.
58
3. Uji N-Gain Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui penongkatan skor pretest dan posttest, adapun rumusnya menggunakan Normalized Gain sebagai berikut:25 N – Gain = Hasil dari perhitungan Gain tersebut dibandingkan dengan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Kriteria N-Gain Rentang n-g ≥ 0,7 0,3 ≤ n-g < 0,70 n-g < 0,3
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
4. Uji Hipotesis Data yang di dapat yaitu perbedaan kemampuan pemecehan masalah pada masing-masing sampel berdasarkan hasil tes yang dilakukan akan diuji dengan uji “t” supaya diketahhui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Adapun rumus uji “t” yang digunakan adalah:
t=
X1 - X 2 dsg
1 1 n1 n 2
, dimana dsg =
Keterangan:
X1 : Rata-rata data kelas eksperimen 1 X 2 : Rata-rata data kelas eksperimen 2 dsg n1 n2 t V1 V2
: Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2 : Banyaknya data kelas eksperimen 1 : Banyaknya data kelas eksperimen 2 : Harga t hitung : Varians data kelas eksperimen 1 : Varians data kelas eksperimen 2 25
Yanti Herlanti, op. cit , h. 71.
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
59
Nilai t-hitung didapat, kemudian ditarik kesimpulan dengan membandingkan thitung dengan t-tabel. Untuk mencari t-tabel, sebelumnya tentukan dahulu nilai derajat bebas (db), dengan rumus derajat bebas (db) = (n1+n2)-2, barulah setelah itu lihat nilai t-tabel di tabel t pada taraf signifikan α = 0.05. Kriteria hipotesis uji t untuk menganalisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima dan tidak ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan dengan model pembelajaran PBI dan CPS pada konsep keanekaragaman hayati. b. Jika t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBI lebih tinggi dibandingkan dengan model CPS pada konsep keanekaragaman hayati. H. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2 Keterangan: Ho
: Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang diberikan model pembelajaran Problem Based Instrution (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) pada konsep keanekaragaman hayati.
Ha
: Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang diberikan model pembelajaran Problem Based Instrution (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) pada konsep keanekaragaman hayati.
µ1
: Nilai rata-rata biologi siswa per aspek dalam kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
µ2
: Nilai rata-rata biologi siswa per aspek dalam kemampuan pemecahan masalah dengan pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian menjelaskan deskripsi umum dari data yang telah diperoleh. Data yang dideskripsikan merupakan data hasil pretest dan posttest dari kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan kelas eksperimen II yang menggunakan model Creative Problem Solving (CPS). Data lainnya didapat dari hasil lembar kerja siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. 1. Hasil Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Hasil pretest yang diperoleh siswa kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen I dan siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen II pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini.1 Tabel 4.1 Data Statistik Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Data
Kelas Eks. I (PBI)
Eks. II (CPS)
Nilai Terendah
15,38
25,00
Nilai Tertinggi
57,69
65,38
Nilai rata-rata
31,53
39,10
Median
30,77
37,50
Modus
25,00
25,00
Standar Deviasi
10,34
11,31
Keterangan: Eks. I : Eksperimen I Eks. II : Eksperimen II
Hasil pretest dapat dilihat pada Tabel 4.1, dapat dijelaskan bahwa nilai tertinggi pada kelas eksperimen I adalah 57,69 dan nilai terendah 15,38 sedangkan nilai tertinggi pada kelas eksperimen II adalah 65,38 dan nilai terendah 25,00. Nilai rata-rata (mean) pretest yang diperoleh pada kelas eksperimen I adalah 1
Lampiran 13, h. 232.
60
61
31,53 lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen II yaitu 39,10 dengan perbedaan sebesar 7,57. Sedangkan, nilai standar deviasi, kelas eksperimen I memperoleh standar deviasi sebesar 10,34 dan kelas eksperimen II sebesar 11,31. 2. Hasil Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Data hasil posttest merupakan data yang diambil setelah pelaksanaan pembelajaran. Kelas eksperimen I dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI yang dilengkapi dengan LKS berbasis PBI, sedangkan kelas eksperimen II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CPS yang dilengkapi dengan LKS berbasis CPS. Data dari nilai posttest yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini.2 Tabel 4.2 Data Statistik Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Data
Kelas Eks. I (PBI)
Eks. II (CPS)
Nilai Terendah
30,77
26,92
Nilai Tertinggi
84,62
84,62
Nilai rata-rata
51,21
56,30
Median
48,08
53,85
Modus
32,69
50,00
Standar Deviasi
15,53
17,84
Hasil posttest dapat dilihat pada Tabel 4.2, nilai rata-rata posttest yang diperoleh pada kelas eksperimen I adalah 51,21 lebih rendah dibandingkan pada kelas eksperimen II yaitu 56,30 dengan perbedaan sebesar 5,09. Nilai standar deviasi, kelas eksperimen I memperoleh standar deviasi sebesar 15,530 sedangkan kelas eksperimen II sebesar 17,849 dengan perbedaan sebesar 2,319. Hasil posttest menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan nilai pretest yang diperoleh siswa. Setelah pembelajaran menggunakan model PBI dan CPS diterapkan, baik kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II mengalami peningkatan nilai rata-rata. Selain itu, kelas eksperimen I dan eksperimen II
2
Lampiran 14, h. 236.
62
cenderung tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini terlihat dari nilai tertinggi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki skor yang sama, yaitu 84,62.
3. Hasil Normal Gain (N-Gain) Hasil perhitungan N-Gain pada kelas eksperimen I dan eksperimen II, diperoleh data yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini.3 Tabel 4.3 Hasil N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Normal Gain (N-Gain) Nilai rata-rata Kategori
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
0,30
0,30
Sedang
Sedang
Hasil N-Gain pada Tabel 4.3, menunjukkan nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki nilai yang sama yaitu 0,30 yang menunjukkan kategori sedang di kedua kelas eksperimen tersebut. Hal itu menunjukkan, bahwa siswa dikedua kelas tersebut mengalami peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang cukup. Persentase jumlah siswa pada NGain ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Persentase N-Gain pada Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kategori N-Gain
Kelas Eksperimen I (%)
Kelas Eksperimen II (%)
Tinggi
0,00
2,78
Sedang
52,63
44,44
Rendah
47,37
52,78
Data Tabel 4.4 menunjukkan persentase N-Gain pada siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II. Pada kelas eksperimen I hasil N-Gain menunjukkan sebanyak 52,63% siswa berada pada kategori sedang dan 47,37% siswa berada pada kategori rendah, sedangkan 0,00% siswa yang masuk dalam kategori tinggi. Sedangkan hasil N-Gain pada kelas eksperimen II menunjukkan sebanyak 44,44% siswa berada pada kategori sedang, 52,78% siswa masuk ke kategori rendah sedangkan hanya 2,78% siswa yang masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini, menunjukkan bahwa N-Gain rata-rata ke dua kelas eksperimen
3
Lampiran 15, h. 240.
63
tidak berbeda tetapi presentase N-Gain di kelas eksperimen II lebih beragam, karena terdapat siswa dengan capaian N-Gain yang berbeda.
4. Hasil Persentase Ketercapaian Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian indikator kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.4 Tabel 4.5 Persentase Ketercapaian Komponen Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Komponen Pemecahan Masalah
Posttest (%) Eks. I
Eks. II
Merumuskan Masalah
51,97
50,00
Membuat Hipotesis
46,49
45,60
Menguji Jawaban
50,88
62,04
Mengambil Kesimpulan
63,16
61,11
Menerapkan Kesimpulan
52,96
55,90
53,09
54,93
Rata-Rata
Tabel 4.5 menunjukkan persentase kemampuan pemecahan masalah pada setiap indikator berdasarkan data posttest. Rata-rata pencapaian indikator kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan pada kelas eksperimen I. Hasil posttest rata-rata pencapaian indikator kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen II lebih tinggi dari kelas eksperimen I. Rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen II sebesar 54,93% sedangkan pada kelas eksperimen I sebesar 53,09%, dengan selisih sebesar 1,84%. Hal ini, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Pada kelas eksperimen I meningkat dari 29,41% (hasil pretest) menjadi 53,09%, sedangkan pada kelas eksperimen II meningkat dari 36,20% (hasil pretest) menjadi 54,93%. 4
Lampiran 16, h. 242.
64
Hasil posttest pencapaian indikator pemecahan masalah yaitu merumuskan masalah dan membuat hipotesis di kelas eksperimen I (51,97) menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan di kelas eksperimen II sebesar (50,00), sedangkan pada indikator menguji jawaban, mengambil kesimpulan dan menerapkan kesimpulan kelas eksperimen I menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II.
5. Hasil Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep, Posttest dan N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Hasil perhitungan data penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah tiap sub-konsep kelas eksperimen I dan eksperimen II, dapat dilihat pada Tabel 4.6.5 Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) SubKonsep Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II No.
Sub-Konsep
1.
Keanekaragaman Hayati
2.
Pelestarian Keanekaragaman Hayati Rata-rata
Posttest (%) Eks. I Eks. II (PBI) (CPS) 51,79 52,96
Eks. I (PBI) 0,31
N-Gain Eks. II (CPS) 0,25
50,55
60,19
0,27
0,35
51,71
56,58
0,29
0,30
Data Tabel 4.6, hasil ketercapaian kemampuan pemecahan masalah pada posttest menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah pada keseluruhan sub-konsep mengalami peningkatan. Pada kelas eksperimen II rata-rata ketercapaian dari keseluruhan sub-konsep sebesar 56,58% lebih tinggi 4,87% dibandingkan kelas eksperimen I yaitu 51,71%. Skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) biologi konsep keanekaragaman hayati adalah 75, berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.6 di kelas PBI hanya 13% dari total jumlah siswa yang berhasil memenuhi KKM dari total rata-rata nilai 56,58% sedangkan di kelas CPS dari skor rata-rata sukonsep sebesar 56,58
5
Lampiran 17-18, h. 251-254.
65
terdapat 25% siswa yang mencapai KKM. Terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah pembelajaran biologi konsep keanekaragaman hayati dari kelas eksperimen I dan II masih belum mencapai 50%. Hasil perhitungan rata-rata N-Gain kedua kelas masuk dalam kategori berbeda. Kelas eksperimen I masuk dalam kategori rendah karena nilai N-Gain yang didapat 0,29. Sedangkang kelas eksperimen II masuk dalam kategori sedang/cukup, karena memiliki skor N-Gain sebesar 0,30. Hasil perhitungan NGain untuk tiap subkonsep masuk dalam kategori berbeda. Terlihat bahwa pada kelas eksperimen I sub-konsep keanekaragaman hayati masuk dalam kategori NGain tinggi, sedangkan untuk sub-konsep pelestarian keanekaragaman hayati masuk dalam kategori N-Gain rendah. Pada kelas eksperimen II sub-konsep keanekaragaman hayati masuk dalam kategori N-Gain rendah, sedangkan subkonsep pelestarian keanekaragaman hayati masuk dalam kategori N-Gain sedang.
6. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis PBI digunakan pada kelas eksperimen I, sedangkan LKS berbasis CPS digunakan pada kelas eksperimen II. LKS tersebut digunakan untuk menunjang model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran PBI dan CPS. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis PBI, konten yang termuat dalam LKS meliputi peta konsep, indikator dan tujuan pembelajaran, artikel terkait permasalahan keanekaragaman hayati dan pelestarian keanekaragaman hayati, dan bahan diskusi yang sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran PBI yaitu meriview dan mennyajikan masalah, menyusun strategi, menerapkan strategi, dan membahas serta mengevaluasi hasil pemecahan masalah secara kolaboratif. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis CPS, konten yang termuat dalam LKS meliputi peta konsep, indikator dan tujuan pembelajaran, arahan untuk diskusi selama proses pembelajaran, artikel terkait permasalah keanekaragaman hayati dan pelestarian keanekaragaman hayati, dan bahan diskusi yang sesuai dengan
66
tahapan pembelajaran CPS. LKS CPS berisi objective finding pada tahap pertama siswa diminta menentukan inti masalah, kemudian siswa mencatat fakta dan data terkait permasalahan yang dikaji pada tahap data finding, setelah siswa mengkaji data dan fakta terkait permasalahan, siswa memilih masalah yang benar-benar ingin dipecahkan pada tahap problem finding, kemudian masuk ke tahap idea finding dimana siswa harus mencari gagasan utama terkait masalah yang harus dipecahkan, selanjutnya siswa diminta menemukan solusi pada tahap solution finding dan tahap akhir dari seluruh kinerja siswa dalam LKS yaitu menuliskan langkah penerapan solusi tersebut dalam tahap acceptane finding. Setelah semua yang dituliskan siswa terkait jawaban dan solusi dari permasalahan yang telah dipecahkan, guru meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi untuk mengetahui sejauh mana siswa yakin akan jawabannya. Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dalam LKS pada kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.6 Tabel 4.7 Persentase Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah pada LKS PBI dan CPS Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Komponen Pemecahan Masalah
No.
Merumuskan masalah
1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Eksperimen I (LKS PBI) Rata-rata (%) 71,05
Kelas Eksperimen II (LKS CPS) Rata-rata (%) 86,11
81,58 80,92 77,63 58,88 74,01
75,00 77,08 70,42 75,00 76,72
Membuat hipotesis Menguji jawaban sementara Mengambil kesimpulan Menerapkan kesimpulan Rata-Rata
Data
Tabel
4.7
menunjukkan
persentase
pencapaian
kemampuan
pemecahan masalah siswa pada setiap komponen berdasarkan hasil kerja kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS berbasis PBI pada kelas eksperimen I dan LKS berbasis CPS pada kelas eksperimen II. Rata-rata pencapaian komponen kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan pada kelas eksperimen II. Pada kelas eksperimen I rata6
Lampiran 19, h. 255.
67
rata pencapaian komponen pemecahan masalah yaitu sebesar 74,01%, lebih rendah 2,71% dibandingkan kelas eksperimen II yaitu sebesar 76,72%. Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa pada kelas eksperimen I komponen kemampuan pemecahan masalah
membuat hipotesis, menguji jawaban sementara dan
mengambil kesimpulan lebih tinggi dibandingkan pada kelas eksperimen II. Sedangkan untuk komponen merumuskan masalah dan menerapkan kesimpulan kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen I.
7. Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI dan CPS. Observasi ini dilakukan untuk melihat ketermunculan komponen kemampuan pemecahan masalah dari perilaku siswa selama pembelajaran. Teman sejawat dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sebanyak 3 orang berperan sebagai observer/pengamat
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Observer
melakukan pengamatan terhadap kelompok belajar siswa selama pembelajaran. Setiap observer bertugas mengamati 2 kelompok belajar siswa. Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian komponen kemampuan pemecahan masalah berdasarkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini.7 Tabel 4.8 Persentase Ketercapaian Komponen Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Aktivitas Siswa di Kelas Eksperimen I dan II Komponen KemampuanPemecahan Masalah Merumuskan Masalah Membuat Hipotesis Menguji Jawaban Sementara Mengambil Kesimpulan Menerapkan Kesimpulan Rata-Rata
Kelas Eksperimen I (PBI) Rata-rata (%)
Kelas Eksperimen II (CPS) Rata-rata (%)
58,33 79,16 33,35 91,65 16,65 55,82
83,32 75,00 37,50 83,33 25,00 60,83
Data pada Tabel 4.8, terlihat bahwa kedua kelas memiliki rata-rata persentase yang berbeda dari dua pertemuan pembelajaran pada keseluruhan 7
Lampiran 20, h. 265.
68
komponen kemampuan pemecahan masalah siswa, kelas eksperimen I dengan model PBI memperoleh rata-rata komponen pemecahan masalah sebesar 55,82 sedangkan kelas eksperimen II dengan model CPS memperoleh ketercapaian komponen pemecahan masalah yaitu sebesar 60,83%. Terlihat di kedua kelas eksperimen ketercapaian persentase tertinggi terdapat pada komponen mengambil kesimpulan dengan ketercapaian persentase sebesar 91,65% pada kelas eksperimen I dan 83,33% pada kelas eksperimen II. Sedangkan ketercapaian persentase terendah di kedua kelas terdapat pada komponen menerapkan kesimpulan sebesar 16,65% pada kelas eskperimen I dan 25% pada kelas eksperimen II.
8. Data Lembar Observasi Aktivitas Guru Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI dan CPS. Teman sejawat dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sebanyak 3 orang berperan sebagai observer/pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil persentase keterlaksanaan aktivitas guru dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran PBI yaitu pada pertemuan pertama guru dapat melaksanakan hampir seluruh tahapan dalam melakukan model pembelajaran PBI. Rata-rata tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu 90%. Hal ini dikarenakan pada tahap motivasi, menurut dua observer hal tersebut tidak dilakukan sesuai dengan urutan dalam lembar observasi dikarenakan guru memotivasi siswa saat sedang menyampaikan materi pembelajaran. Tetapi menurut salah satu observer, hal tersebut tetap dilakukan meskipun tidak sesuai dengan urutan yang terdapat di lembar observasi. Selain itu, pada pertemuan pertama menurut salah satu observer guru tidak mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan jam belajar dan jumlah siswa dalam satu kelompok. Sehingga, guru tidak dapat membimbing keseluruhan kelompok siswa untuk mendorong
69
menemukan informasi dan mencari data sekunder. Guru pada pertemuan kedua dapat melaksanakan seluruh tahapan dalam proses pembelajaran. Sehingga persentase keterlaksanaan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan model PBI sudah 100%. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada kelas ekksperimen II menunjukkan persentase keterlaksanaan 100% selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran CPS yaitu semua tahapan dalam proses pembelajaran telah guru laksanakan. Sehingga dapat terlihat bahwa persentase keterlaksanakan aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan model CPS pada pertemuan pertama dan kedua telah mencapai 100%.8
B. Analisis Data 1. Uji Prasayarat Analisis Data Pengujian hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Berikut adalah hasil uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini :
a. Uji Normalitas Pengujian normalitas diperoleh dengan menggunakan uji Lilifors. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat ketentuan bahwa data terdistribusi normal jika memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Pengujian normalitas dilakukan terhadap tiga buah data, yaitu hasil pretest, posttest dan N-Gain kelas eksperimen I dan eksperimen II. Berikut adalah rekapitulasi hasil pengujian normalitas data pretest, posttest dan N-Gain pada kelas eksperimen I dan eksperimen II pada Tabel 4.9.9
8 9
Lampiran 21, h. 271. Lampiran 22-24, h. 278-288.
70
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Statistik Sampel (n) Lhitung Ltabel Kesimpulan
Pretest Eks. I Eks. II 38 36 0,1307 0,1107 Normal
Normal
Posttest Eks. I Eks. II 38 36 0,1327 0,1391 0.1437 Normal Normal
N-Gain Eks. I Eks. II 38 36 0,1181 0,1303 Normal
Normal
Tabel 4.9, menunjukkan kedua kelompok data berdistribusi normal pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen I diperoleh 0,1307 < 0,1437 dan kelas eksperimen II diperoleh 0,1107 < 0,1437 dimana Lhitung < Ltabel, yang berarti data pretest berdistribusi normal. Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen I diperoleh 0,1327 < 0,1437 dan kelas eksperimen II diperoleh 0,1391 < 0,1437, dimana Lhitung < L tabel, yang berarti data posttest berdistribusi normal. Selanjutnya, hasil uji normalitas N-Gain kelas eksperimen I diperoleh 0,1181 < 0,1437 dan kelas eksperimen II diperoleh 0,1303 < 0,1437, dimana Lhitung < L tabel, yang berarti data N-Gain berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan setelah kedua kelas dinyatakan berdistribusi normal. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas terhadap ketiga data menggunakan Uji Fisher (Uji F). Kedua kelas dinyatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel. Pengujian homogenitas dilakukan pada data pretest, posttest dan N-Gain kelas eksperimen I dan eksperimen II. Berikut ini adalah rekapitulasi hasil pengujian homogenitas pada kelas eksperimen I dan II pada Tabel 4.10.10 Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Statistik Nilai Varians Nilai F hitung Nilai F tabel Keputusan 10
Pretest Eks. I Eks. II 107,057 128,064 1,196 1,747 data homogen
Lampiran 25-27, h. 289-291.
Posttest Eks. I Eks. II 241,168 318,599 1,321 1,747 data homogen
N-Gain Eks. I Eks. II 0,03 0,05 1,478 1,747 data homogen
71
Data Tabel 4.10, menunjukkan data pretest, posttest dan N-Gain untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki varians yang homogen pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05), db1 = 37 dan db2 = 35 dengan nilai Fhitung pretest sebesar 1,196, Fhitung posttest sebesar 1,321 dan Fhitung N-Gain sebesar 1,478. Perolehan ini memenuhi kriteria Fhitung < Ftabel yang menunjukkan bahwa kelas eksperimen I dan eksperimen II berasal dari populasi yang homogen. Sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil pretest, posttest dan N-Gain pada kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki kemampuan siswa yang sama pada saat pretest, posttest dan N-Gain.
2. Uji Hipotesis Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas eksperimen I dengan posttest kelas eksperimen II. Hasil uji-t pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.11 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Statistik thitung ttabel Keputusan
Posttest 1,31 1,99 H0 diterima
Data pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBI dan CPS. Penelitian yang telah dilakukan seharusnya menunjukkan perbedaan signifikan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Tidak adanya perbedaan setelah dikajukan uji hipoteis disebabkan oleh berbagai faktor. Langkah pembelajaran sesuai dengan model yang diterapkan sudah dilakukan sebaik mungkin di kedua kelas, sehingga hasil yang didapatkan oleh kedua kelas
11
Lampiran 28, h. 292.
72
yang diteliti sama baiknya dalam pengembangan kemampuan pemecahan masalah. Hal lain yang menyebabkan tidak adanya perbedaan antara kedua kelas sehingga H0 diterima, karena kedua kelas memiliki kemampuan dan potensi yang sama. Siswa dari kelas eksperimen I dan II selama proses pembelajaran berusaha mengeksplorasi ide dengan bebas, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melalui LKS yang guru berikan dan rasa ingin tahu yang tinggi di luar jam pembelajaran. Sehingga, saat soal pemecahan masalah dibagikan, siswa lebih tenang dalam pengerjaan soal tersebut pada saat posttest. Tabel 4.12 Hasil Uji-t Lima Komponen Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Komponen Pemecahan Masalah Merumuskan Masalah Membuat Hipotesis Menguji Jawaban Sementara Mengambil Kesimpulan Menerapkan Kesimpulan
Mean Eks. I
Eks. II
thitung
t-tabel
51,97
50,00
0,14
1,99
40,49
45,60
1,31
1,99
50,88
62,04
2,27
1,99
63,16
61,11
0,26
1,99
52,96
55,90
0,52
1,99
Kesimpulan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Terdapat perbedaan yang signifikan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 4.12 menunjukkan hasil posttest dari lima komponen kemampuan pemecahan masalah pada keseluruhan komponen diperoleh thitung < ttabel. Sehingga setelah dilakukan uji-t pada lima komponen kemampuan pemecahan masalah pada posttest tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen I dan eksperimen II, kecuali pada indikator menguji jawaban sementara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada indikator menguji jawaban sementara karena hasil thitung lebih besar dari ttabel.12
C. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran 12
Lampiran 29, h. 293-296.
73
Problem Based Instruction (PBI) sebagai kelas eksperimen I dan Creative Problem Solving (CPS) sebagai kelas eksperimen II pada konsep keanekaragaman hayati. Pemilihan konsep keanekaragaman hayati dianggap sesuai dengan tujuan pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini, sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan terkait pengukuran kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran biologi “dalam mata pelajaran biologi di SMA, masalah otentik dapat dikaitkan dengan materi-materi yang melibatkan banyak disiplin ilmu dalam kajiannya, misalnya ekosistem, lingkungan hidup, dan bioteknologi”.13 Kemampuan pemecahan penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, sebab “tujuan pendidikan saat ini berupaya memberdayakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) seperti berpikir kritis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, mengambil keputusan, keterampilan metakognisi dan lainnya”.14 Konsep keanekaragaman hayati dipilih karena dekat dengan kehidupan siswa. Indikator kemampuan pemecahan masalah siswa yang diteliti meliputi lima komponen, yaitu: merumuskan masalah, mengembangkan jawaban sementara (hipotesis), menguji jawaban sementara, mengembangkan dan mengambil kesimpulan, serta menerapkan kesimpulan. Indikator yang digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa secara garis besar sejalan dengan indikator yang pernah digunakan dalam penelitian pemecahan masalah, meliputi: mengidentifikasi masalah, merumuskan (menganalisis masalah), menemukan alternatif-alternatif solusi melalui penemuan (discovery), dan memilih alternatif-alternatif solusi (terbaik).15
13
Paidi, Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA, Prosiding Seminar Nasional FMIPA Jurusan Pendidikan Biologi UNY, Yogyakarta, 20 September 2010, h. 4. 14 I Wayan Karmana, “Memberdayakan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) Siswa SMA dalam Pembelajaran Biologi”, Jurnal Prisma Sains, Vol. 1(1), 2013, h. 56. 15 Tri Utami Widayati, Baskoro Adi Prayitno dan Joko Ariyanto, “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Retensi Menggunakan Model PBL (Problem Based Learning) dan Ceramah Bervariasi pada Materi Keanekaragaman Hayati Indonesia Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 2 Surakarta 2014/2015,” Jurnal Bio-Pedagogi, Vol. 4 (1), 2013, h. 55.
74
Indikator kemampuan pemecahan lainnya digunakan dalam penelitian Lendy Destalia, Suratno dan Sulifah Apriliya dalam penelitian mengenai Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Metode Eksperimen pada Materi Pencemaran Lingkungan. Lendy menggunakan indikator pemecahan masalah meliputi: memahami masalah, menyusun rencana kerja, melaksanakan rencana dan memeriksa pemecahan atau jawaban.16 Penilaian kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan melalui instrumen 13 soal essay kemampuan pemecahan masalah, lembar kerja siswa yang didalamnya terdapat langkah pembelajaran disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah, dan observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengujian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara kelas eksperimen I dan eksperimen II, dilakukan uji-t dengan taraf signifikansi 5% dan db 72 terhadap rata-rata posttest kelas eksperimen I dan eksperimen II. Analisis uji-t yang dilakukan terhadap rata-rata posttest didapatkan hasil nilai thitung 1,31 sedangkan ttabel 1,99, sehingga H0 diterima karena nilai thitung < ttabel, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara siswa yang diajar dengan model PBI dan CPS. Hal ini terlihat dari skor rata-rata posttest pada tabel 4.2. Hal ini disebabkan oleh persamaan model PBI dan CPS, yaitu siswa adalah pusat pembelajaran (student center) dan siswa dituntut untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri guna memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Hasil posttest menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan pretest, sehingga, kelima komponen pemecahan masalah siswa pada kedua kelas sudah menunjukkan hasil yang baik, terlihat adanya kenaikan yang sangat signifikan dari pretest ke posttest, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini.
16
Lendy Destalia, Suratno, dan Sulifah Apriliya, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Metode Eksperimen pada Materi Pencemaran Lingkungan”, Pancaran, Vol. 3(4), 2014, h.218.
75
70
50
60
40 30 20 10
Pretest Eksperime n I (%)
50
Pretest Eksperime n II (%)
30
0 1
2
3
4
5
Posttest Eksperime n I (%)
40
Posttest Eksperime n II (%)
20 10 0 1 2 3 4 5
Gambar 4.1 Grafik Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah pada Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Keterangan: 1 2 3 4 5
: Merumuskan Masalah : Membuat Hipotesis : Menguji Jawaban Sementara : Mengambil Kesimpulan : Menerapkan Kesimpulan
Gambar 4.1, terlihat bahwa adanya kenaikan persentase ketercapaian komponen kemampuan pemecahan masalah dari sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Hasil pretest pada merumuskan masalah di kelas eksperimen I memperoleh skor 38,16 sedangkan di kelas eksperimen II sebesar 32,64. Hasil posttest komponen merumuskan masalah, kelas eksperimen I mempunyai skor 51,97 sementara kelas eksperimen II memiliki skor 50,00. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai bisa menentukan bagaimana rumusan masalah yang tepat. Mengeksplorasi idenya dalam merumuskan masalah. Komponen membuat hipotesis pada pretest di kelas eksperimen I memperoleh skor sebesar 29,17 sedangkan kelas eksperimen II memperoleh 36,81. Hasil posttest menunjukkan terdapat kenaikan kemampuan membuat hipotesis setelah diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran PBI dan CPS. Hasil posttest kelas eksperimen I sebesar 46,49 dan pada kelas eksperimen II sebesar 45,60. Komponen membuat hipotesis membiasakan siswa untuk menggunakan sumber primer maupun sekunder yang relevan untuk memecahkan masalah yang telah disajikan.
76
Komponen menguji jawaban pada pretest di kelas eksperimen I memperoleh skor sebesar 35,96 sedangkan di kelas eksperimen II memperoleh skor sebesar 40,74. Terdapat peningkatan pada komponen menguji jawaban sementara berdasarkan hasil posttest. Kelas eksperimen I memperoleh skor sebesar 50,88 sedangkan kelas eksperimen II memperoleh skor 62,04. Proses pengujian jawaban membantu siswa mengembangkan kemampuan investigasinya mengenai apa saja ide yang bisa diterapkan dan lebih baik tidak digunakan. Komponen ke empat dalam kemampuan pemecahan masalah adalah mengambil kesimpulan. Hasil pretest kelas eksperimen I memperoleh skor 19,08 sedangkan kelas eksperimen II memperoleh skor 34,03. Terjadi peningkatan pada komponen mengambil kesimpulan di kelas eksperimen I memperoleh skor 63,16 dan kelas eksperimen II memperoleh skor 61,11. Mengambil kesimpulan memiliki hasil paling tinggi pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Hal ini, karena siswa sudah mulai terbiasa memutuskan dan membuat sendiri blue print (cetak biru), terkait permasalahan yang disajikan. Komponen terakhir dalam pemecahan masalah adalah menerapkan kesimpulan. Hasil pretest pada menerapkan kesimpulan di kelas eksperimen I dan II sebesar 24,67 dan 36,81 mengalami peningkatan pada posttest. Hasil posttest untuk komponen menerapkan kesimpulan pada kelas eksperimen I yaitu 52,96 dan kelas eksperimen II memperoleh skor 55,90. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas sudah berusaha dengan cukup baik, memilih langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemecahan masalah yang disajikan selama proses pembelajaran. Terlihat bahwa terdapat kenaikan kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan hasil pretest dan posttest. Hasil posttest pencapaian komponen pemecahan masalah yaitu membuat hipotesis, menguji jawaban sementara dan menerapkan kesimpulan di kelas eksperimen II menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan di kelas eksperimen I, sedangkan pada komponen merumuskan
masalah
dan
mengambil
kesimpulan
kelas
eksperimen
menunjukkan persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen II.
I
77
Hasil posttest paling rendah di kedua kelas terdapat pada indikator kemampuan pemecahan masalah komponen membuat hipotesis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
I Wayan Karmana, penelitian yang
dilakukan terkait Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi Siswa SMA di Kota Mataram menunjukkan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah biologi yang belum terlaksana (belum ada pemahaman siswa terhadap indikator tersebut) yaitu indikator kemampuan mengumpulkan data yang diperlukan dalam pemecahan masalah.17 Kesulitan siswa membuat hipotesis yang tepat disebabkan oleh belum terbiasanya siswa menggunakan berbagai media informasi seperti buku dan internet untuk mencari informasi yang relevan sehingga hipotesis yang dibuat mengarah pada hasil yang tepat. Data hasil uji-t dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah siswa antara yang diajar menggunakan model PBI dan CPS. Suatu hipotesis yang dilandasi oleh dasar teori dan asumsi yang kuat, disertai dengan langkah-langkah ilmiah yang benar, umumnya hipotesis yang diuji terbukti benar. Namun, setelah melakukan pengolahan data dan perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dinyatakan tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara penggunaan model PBI dan CPS. Suatu hipotesis yang tidak terbukti bukan berarti penelitian tersebut gagal. Tidak terbuktinya hipotesis dapat disebabkan karena instrumen yang kurang sahih, samplingnya kurang baik, pengontrolan variabel eksternal kurang cermat atau landasan teorinya kurang akurat.18 Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tiap sampel
yang diteliti
kemungkinan mengandung kesalahan sampling, besar atau kecil. Salah satu sumber dari kesalahan sampling tersebut adalah populasi tidak pernah homogen secara sempurna dan keterbatasan waktu penelitian. Soal kemampuan pemecahan masalah merupakan jenis soal uraian yang mengharuskan siswa memabaca suatu artikel terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan. Siswa merasa terburu-buru mengerjakan soal, karena waktu 17
I Wayan Karmana, “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi Siswa SMA di Kota Mataram”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi “Bioscientist”, Vol. 2(1), 2014, h. 220. 18 S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 193.
78
pengerjaan soal terbatas. Hal ini diperkuat dengan pernyataan hasil wawancara guru, bahwa di MAN 3 Tangerang bentuk soal biasanya tes objektif berupa pilihan ganda atau isian singkat.19 Selain itu, konsep keanekaragaman hayati merupakan materi pada bab dua setelah mempelajari metode ilmiah. Siswa belum terbiasa menerapkan metode ilmiah sementara komponen pemecahan masalah yang diukur mengharuskan siswa telah menguasai metode ilmiah. Faktor lain yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa antara model PBI dan CPS diduga karena, terdapat jarak antara pembelajaran dan saat melakukan post test kemampuan pemecahan masalah. Jarak tersebut berlangsung selama dua minggu, karena adanya perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, penyusunan ulang jadwal kegiatan belajar mengajar di sekolah dan perayaan maulid nabi, sehingga saat post test dilaksanakan tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Penerapan model pembelajaran ternyata belum dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatim Riyanto bahwa dibutuhkan waktu satu bulan atau empat kali pertemuan untuk membuat siswa mampu memecahkan permasalahan.20 Wina
Sanjaya
menyatakan,
bahwa
keberhasilan
pembelajaran
menggunakan model pemecahan masalah PBI membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.21 “Proses PBI terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksaan PBI harus disesuaikan dengan beban kurikulum”.22
19
Lampiran 11, h. 226. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas, (Jakarta: Kencana Media Pranada, 2014), h. 308. 21 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses, (Jakarta: Kencana Media Pranada, 2006), h. 221. 22 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 59. 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Terdapat perbedaan rerata kemampuan pemecahan masalah pada konsep keanekaragaman hayati antara kelas eksperimen I (51,71) dan kelas eksperimen II (56,68). Kelas eksperimen II lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen I dengan selisih poin sebesar 4,97. Tetapi, berdasarkan hasil uji-t diperoleh, thitung sebesar 1,31 < ttabel 1,99, sehingga, disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang diajar dengan model Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS).
B. Saran Saran dari penelitian ini, antara lain: 1. Kemampuan pemecahan masalah siswa akan berkembang dengan baik apabila terus menerus dibiasakan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Sehingga, untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik secara maksimal dibutuhkan konistensi penerapan model pembelajaran yang memfokuskan pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa. 2. Guru
perlu
menerapkan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran PBI dan CPS pada konsep-konsep Biologi yang lain dengan catatan, guru harus dapat menyesuaikan antara konsep yang akan diajarkan dengan langkah-langkah yang terdapat dalam model pembelajaran tersebut. 3. Guru perlu membuat suasana kelas menjadi nyaman dan kondusif dengan mencoba model pembelajaran PBI dan CPS, suasana kelas lebih kondusif karena siswa fokus untuk membangun pengetahuannya, siswa menjadi aktif dan mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya. 4. Sebaiknya tidak terdapat jeda antara kegiatan pembelajaran dengan pengambilan hasil post test supaya siswa tidak lupa terhadap konsep yang telah diajarkan.
79
82
DAFTAR PUSTAKA Afcariono, M. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol.3 (2), 2008. Afrizon, R., Ratnawulan., Fauzi, A. Peningkatan Perilaku Berkarakter dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Padang Pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 2012. Agustina, R., Rini, S., Tjong, L., Eko, B. Statistika Pendidikan. Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2014. Aldous, C. R. Creativity, Problem Solving and Innovative Science: Insights From History, Cognitive Pshychology and Neuroscience. International Education Journal. Vol.8 (2), 2007. Arends, R. I. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill, 2012. Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. -------, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Barron, B dan Linda, D. H. Teaching for Meaningfull Learning. San Francisco: Edutopia, 2008. Caserani, J. Creative Problem Solving Taking Imagination Through to Action. Manhattan: Book Boon, 2010. Chatib, M. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa, 2014. Creative Education Foundation. Creative Problem Solving Resource Guide. Massachusetts: Creative Education Foundation, 2014. Creswell, J. W. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches, California: Sage Publication, 2014. Darmadi, H. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011. Destalia, L., Suratno., Apriliya, S. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Metode Eksperimen pada Materi Pencemaran Lingkungan. Pancaran, Vol. 3 (4), 2014.
80
81
Djamarah, S. B., Aswan, Z. Strategi Belajar Mengajar Cet-3. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Eggen, P., Kaucahak, D. Strategi dan Model Pembelajaran, Terj. dari Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skill oleh Satrio Wahono. Jakarta: Indeks, Edisi Enam, 2012. Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2013. Gaston, K. J., Spicer, J. I. Biodiversity an Introduction. Cowley Road: Blackwell Publishing, 2004. Gredler, M. E. Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi, Terj. dari Learning and Instruction: Theory into Practice oleh Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Media Pranada, 2011. Greiff, S., Daniel, V. H., Joachim, F. Perspectives on Problem Solving in Educational Assessment: Analytical, Interactive, and Collaborative Problem Solving. The Journal of Problem Solving. Vol.5 (2), 2013. Hendayana, S., Supriatna, A., Imansyah, H. Indonesia’s Issues and Challenges on Quality Improvement of Mathematics and Science Education. Journal CICE Series. Vol. 4 (1), 2011. Herlanti, Y. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2006. Herman, T. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. Educationist. Vol.1 (1), 2007. Ibrahim, M. Pembelajaran Berdasarkan Masalah Latar Belakang, Konsep Dasar dan Contoh Implementasinya. Surabaya: Unesa Press, 2012. Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga, 2013. Isaken, S. G. On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving: A Respone to Magyari-Beck. Journal Oxford foundation of creative problem solving. Vol. 4 (1), 1995. Isaken, S. G dan Donald, J. T. Creative Problem Solving: The History, Deevelopment, and Implication for Gifted Education and Talent Development. The Evolution of CPS in Gifted Education, 2005.
82
Ismiyanto. Implementasi Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Menggambar: Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Semarang Jurnal Kependidikan. Vol. VI (2), Juli 2010. Isrok’atun. Creative Problem Solving Matematis. Prosiding Disampaikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. 10 November 2012. Yogyakarta: FMIPA UNY, 2012. Jonassen, D. H., Woei, H. All Problems are not Equal: Implications for ProblemBased Learning, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Vol. 2 (2), 2008. Joyce, B., Weil, M. Models of Teaching. New Delhi: Prentice Hall of India, 5th Ed, 2003. Jumini, A. I. Kurikulum Terbaru Metode Cling Semua Materi Biologi Gak Pake Mikir SMA Kelas X, XI, XII. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2014. Karmana, I. W. Memberdayakan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking) Siswa SMA dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Prisma Sains, Vol. 1 (1), 2013. -------. Profil Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi Siswa SMA di Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi “Bioscientist”, Vol. 2 (1), 2014. Kistinah, I., Lestari, E. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta: Putra Nugraha, 2006. Kurniasari, W. Upaya Meningkatkan Respons Siswa dalam Pembelajaran Biologi Melalui Optimalisasi Penggunaan Media dengan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Jurnal Universitas Sebelas Maret. Vol.1 (1), 2008. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Mergendoller, J. R, Nan, L. M., Yolanda, B. Running Head The Effectiveness of Problem Based-Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics. BIE Papper. Vol. 1, 2002. Misbahudin dan Iqbal, H. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013. Mitchel, W. E dan Thomas, F. K. Creative Problem Solving. London: 3th Ed, Genigrpahic Inc, 1999.
83
Mukhtar., Samsu., Rusmini. Pendidikan Anak Bangsa Pendidikan untuk Semua. Jakarta: Nimas Multima, 2002. Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Ngalimun. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013. Orlich, D. C. Harder, R. J., Callahan, R. C., Trevisan, M. C., Brown, A. H. Teaching Strategies A Guide to Effective Instruction. Washington: Wadsworth Cenange Learning, 2007. Paidi. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA, Artikel Seminar Nasional FMIPA Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta, 20 September 2010. Pribadi, B. A. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat, Cet. 3, 2011. Puchio, G. J., Mance, M., Switalski, L. B., Reali, P. D. Creativity Rising. New York: ICSC Press, 2012. Puchio, G. J., Wheeler, A. A., Cassandro, V. J. Reactions to Creative Problem Solving Training: Does Cognitive Style Make a Difference? Journal of Creative Behaviour, Vol. 38 (3), 2004. Purwanto, N. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran I. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Reina, D. S dan Michelle, L. C. Creative Problem Solving: Instructur’s Workbook. Waterbury: Optimist International, 1994. Republik Indonesia. “Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”,http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas %20No%2022%20Tahun%202006.html, 2006. Republik Indonesia, “Salinan Lampiran Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Kurikulum 2013”, http://pendis.kemenag.go.id/ pai /file /dokumen /06.B.SalinanLampiranPermendikbudNo.64th2013ttg StandarIsi.html, 2013. Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, ” http :// direktori.madrasah. kemenag .go.id/media/files/Permendikbud69TH2013.html, 2013.
84
Ritonga, R. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan,t.t,h.5.(http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@r obangkok/@ilojakarta/documents/presentation/wcms_346599.pdf). Riyanto, Y. Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana Media Pranada, 2014. Rosy, B dan Pahlevi, T. “Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah.” Prosiding Disampaikan pada Seminar Nasional. 9 Mei 2015. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2015. Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Edisi 2, 2012. Rusmiyati dan Yulianto. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia No. 5, 2009. Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012. Sadia, I. W. Model-Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Sanjaya, W. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada, 2005. Santyasa, I. W.
Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Prosiding Pelatihan
Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP dan SMA di Nusa Penida, Bali, 29 Juni– 1 Juli 2007. Savery, J. R. Overview Of Problem-Based Learning: Definitions and Distinctions. The Interdisciplinary Journal Of Problem-based Learning. Vol.1(1), 2006. Seely, M. K., Zeidler, J., Henschel, J. R., Barnard, P. Creative Problem Solving in Support of Biodiversity Conservation. Journal of Arid Environments. Vol. 54, 2003. Siregar, E dan Hartini, N. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
85
Siswanto, M dan Marjono. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Hasil Belajar Kognitif Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 4, No 2, 2012. Sofyan, A., Feronika, T., Milama, B. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Press, 2006. Solaz, J. P., Vincent, S. L. Representation in Problem Solving in Science: Direction for Practice. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol. 8, 2007. Strobel, J dan Berneveld, A. V. When is PBL More Effective? A Meta-Synthesis of Meta-Analyses Comparing PBL to Conventional Classrooms, The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning, Vol. 3(1), 2009, h. 46. Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2001. Sudjana, N. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Sugiyanto. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Semarang: Yuma Pustaka, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012. Sukardi. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Sukmadinata, N. S. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Suyatno. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009. Titin., Yanti, E., Panjaitan, R. G. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui Model Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas VIII SMP Negeri 3 Sukadana. Jurnal Penelitian Universitas Tanjungpura, Vol. XXI (1) Januari, 2011. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
86
-------. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendiidkan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Media Prenada, 2011. Utami, R. P. Pengaruh Model Pembelajaran Search Solve Create and Share dan Problem Based Instruction Terhadap Prestasi Belajar dan Kreativitas Siswa. Bioedukasi, Vol. 4 (2), 2011. Vangundy, A. B. Creative Problem Solving. New York: Quorum Books, 1987. -------.101 Activities for Teaching Creativity and Problem Solving, San Fransisco: Wiley Imprint, 2005. Wena, M. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Widayati, T. U., Prayitno, B. A., Ariyanto, J. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Retensi Menggunakan Model PBL (Problem Based Learning) dan Ceramah Bervariasi pada Materi Keanekaragaman Hayati Indonesia Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 2 Surakarta 2014/2015. Jurnal Bio-Pedagogi, Vol. 4 (1), 2013. Widodo, T dan Kadarwati, S. High Order Thinking Berbasis Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXXII (1), 2013.
Yokhebed., Sudarisman, S., Sunarno, W. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Motivasi Belajar dan Hasil Belajar. Jurnal Inkuiri, Vol. 1 (3), 2012. Zainab, “Metode Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika,” Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Matematika. 26 Mei 2012. Palembang: 26 Mei 2012. Ziqri, I. M dan Supriyanto. Efektivitas Model Pembelajaran Creative Problem Solving Pada Materi Sistem Pernapasan di SMA N 1 Jatibarang Brebes. Unnes Journal of Biology Education, Vol. 3, 2014. Zulfiani., Feronika, T., Suartini, K. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
87
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Problem Based Instruction (PBI) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu
: MA Negeri 3 Tangerang : IPA BIOLOGI : X/Genap : Keanekaragaman Hayati : 3 JP × 40 menit
A. Kompetensi Inti 1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami, menerapkan, menganalisa pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup. 1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.
88
1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengalaman ajaran agama yang dianutnya. 2.1 Berprilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/ laboratorium. 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.2 Menganalisis
data
hasil
observasi
tentang
berbagai
tingkat
keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan ekosistem) di Indonesia. 1) Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati. 2) Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies dan ekosistem. 3) Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan keanekaragaman pada tingkat gen, spesies dan ekosistem berdarkan karakteristik wilayahnya. 4) Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertetu. 5) Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 6) Mengidentifikasi
peran
dan
aktivitas
manusia
terhadap
keanekaragaman hayati. 7) Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian
89
berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikaskan dalam berbagai bentuk media informasi. 1) Menyajikan usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dalam bentuk media informasi yang akan dibuatnya. C. Tujuan Pembelajaran 1) Jika diberikan video atau gambar keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati. 2) Jika
diberikan
data
dari
internet
tentang
karakteristik/ciri
keanekaragaman hayati (gen, jenis, ekosistem), siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membandingkan perbedaan keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. 3) Jika diberikan data tentang keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat mengidentifikasi keanekaragaman hayati berdasarkan karakteristik wilayahnya. 4) Jika diberikan data tentang hewan dan tumbuhan khas Indonesia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat memerinci nilai dari tumbuhan dan hewan tersebut (kekhasan hewan). 5) Jika diberikan kebebasan menentukan suatu topik tentang peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia, siswa kelas x jurusan ilmu
pengetahuan
alam
akan
dapat
menganalisis
peran
keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 6) Jika diberikan data keadaan keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membuat laporan terkait keanekaragaman hayati. 7) Jika diberikan kebebasan menentukan suatu topik tentang aktivitas manusia
dan
akibat
negatif
yang
ditimbulkan
terhadap
keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menemukan solusi penyelesaian yang sesuai dengan topik pembelajaran.
90
8) Jika
diberikan
suasana
yang
menggambarkan
kerusakan
keanekaragaman hayati akibat aktivitas manusia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menunjukkan rasa kepedulian. 9) Jika diberikan gambaran mengenai aktivitas manusia yang dapat menguntungkan bagi kelestarian keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat memerinci aktivitas yang menguntungkan bagi keanekaragaman hayati. 10) Jika diberikan data tentang penurunan keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menganalisis data terkait penurunan minimal hasil analisis relevan. 11) Jika
diberikan
kesempatan
berdiskusi
mengenai
peranan
keanekaragaman hayati, manfaat dan partisipasi remaja terkait penanggulangan keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membuat karya (poster/laporan) terkait topik pembelajaran.
91
D. Materi Pembelajaran
Keanekaragaman Hayati berupa
Makhluk Hidup
golongan Tumbuhan
Hewan
Persebaran kelestarian
berada pada Zona-zona
jenis
langka
keunikan
endemik peranan
manusia
merugikan aktivitas
menguntungkan aktivitas
konservasi menjaga
Tingkat keanekaragaman
gen
jenis
ekosistem
Sumber : Kistinnah, Idun dan Lestari, Endang Sri. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
92
E. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran
: Problem Based Instruction (PBI).
Metode Pembelajaran
: Diskusi, ceramah, kerja kelompok, tanya jawab dan resitasi.
F. Media Pembelajaran 1) Buku Biologi SMA Kelas X KTSP Bab 1 Semester 2/ Buku Biologi SMA Kelas X K-13 Bab 2 Semester 1. 2) Gambar keanekaragaman hayati di Indonesia dan lingkungan sekitar. 3) Berbagai informasi tentang keanekaragaman hayati dan penurunannya. 4) Slide power point. 5) Video pembelajaran mengenai keanekargaamn hayati. G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan pre-test pada siswa untuk mengukur kemampuan awal siswa. Kegiatan Awal (10 menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Alokasi Waktu
Guru dan Siswa a. Guru memberi salam, mengecek absensi, mengecek
Pembukaan
kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajar-an. b. Siswa menjawab salam, mengeluar-kan buku pelajaran
2 menit
biologi. a. Guru bertanya “Mengapa setiap orang memiliki bentuk mata, hidung dan warna kulit yang berbeda?” Apersepsi
b. Siswa berpikir dan menjawab pertanyaan yang diajukan
4 menit
oleh guru. a. Meluruskan Motivasi
jawaban
siswa
jika
kurang
tepat
dan
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. b. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan bertanya apabila merasa kurang jelas.
4 menit
93
Kegiatan inti (100 menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Alokasi Guru dan Siswa
Inti Meriview dan
Waktu
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan
Menyajikan
menyebutkan sarana atau alat pendukung yang
Masalah
dibutuhkan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. b. Guru meminta siswa membentuk 6 kelompok.
(Tahap ini,
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru, menyiapkan alat
guru
dan sumber belajar yang dibutuhkan dan membentuk
mereview
kelompok.
pengetahuan
d. Guru mengajukan pertanyaan terkait konsep
yang telah
keanekaragaman hayati untuk mengetahui kemampuan
dimiliki siswa
awal siswa.
kemudian
e. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
memberikan
f. Guru menjelaskan konsep keanekaragaman hayati.
masalah
g. Guru mengajukan beberapa masalah dan meminta siswa
spesifik dan
mencermati setiap masalah tersebut. Guru memotivasi
konkret
siswa untuk terlibat bersama kelompoknya dalam
kepada
proses pemecahan masalah.
siswa).
h. Siswa melaksanakan perintah guru.
Menyusun
a. Siswa
Strategi
mengamati
beberapa
permasalahan
20 menit
yang
disajikan di dalam LKS oleh guru. b. Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data
(Pada tahap
(eksplorasi),
ini, siswa
keanekaragaman hayati.
menyusun
melalui diskusi kelompok
c. Siswa mengkontruksi konsep dari berbagai sumber dan
strategi untuk
aktivitas
memecahkan
diperlukan dalam pemecahan masalah.
masalah yang telah disajikan).
mengenai
siswa
untuk
memperkuat
konsep
yang
d. Siswa menyimpulkan hal-hal penting berkaitan dengan klasifikasi keanekaragaman hayati. e. Guru meminta siswa untuk menyusun hasil pencarian dan
diskusi
kemudian
menuliskan
hal-hal
yang
berkaitan dengan topik pembelajaran. f. Siswa dalam kelompok membuat catatan informasi dari hasil eksplorasi dan diskusi yang relevan.
20 menit
94
Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Alokasi
Inti
Menerapkan Strategi (Tahap ini siswa
Waktu
Guru dan Siswa a. Setiap kelompok diminta membaca dan mengerjakan tugas yang ada dalam LKS. b. Siswa mengasosiasi penyelesaian masalah yang didapat dari sumber sekunder dengan pemikiran pribadi siswa.
menerapkan
c. Siswa bersama kelompoknya menemukan sejumlah
strategi dan
gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan
guru
masalah.
memonitor
20
d. Siswa menuliskan strategi yang paling mungkin
upaya siswa
digunakan dalam menyelesaikan masalah (merumuskan
dalam
masalah, membuat hipotesis dan mengambil keputusan).
menerapkan strategi).
menit
e. Guru mendorong pertukaran ide di anatara siswa dalam kelompok mengenai strategi yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah.
Membahas Topik (Pada tahap ini, guru membimbing siswa menuliskan
a. Guru membantu siswa menyiapkan laporan setelah selesai berdiskusi dengan kelompoknya. b. Guru meminta siswa dalam kelompok menyimpulkan hasil diskusi pada LKS. c. Siswa dalam kelompok menyimpulkan hasil diskusi dan menuliskannya pada LKS. a. Guru
memberikan
kesempatan
pada
beberapa
hasil
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan tentang
diskusinya
permasalahan yang diambil beserta alternatif solusi,
dalam bentuk
kelompok
laporan
permasalahan dan alternatif solusi.
tertulis).
lain
memberi
tanggapan
20 menit
tentang
b. Guru bersama dengan siswa mengkomunikasikan secara lisan: tingkatan dan klasifikasi ke-anekaragaman hayati.
Mengevaluasi Hasil
a. Guru
memberikan
kesempatan
pada
beberapa
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan tentang permasalahan yang diambil beserta alternatif solusi,
(Guru dan siswa
kelompok lain memberi tanggapan dan alternatif solusi. b. Guru bersama dengan siswa mengkomunikasikan secara
membuat
lisan
hasil
pembelajaran
kesimpulan)
keanekaragaman hayati.
tentang
klasifikasi
20 menit
95
Kegiatan Akhir (10 menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Evaluasi
Guru dan Siswa
Alokasi Waktu
a. Guru melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa yaitu LKS, kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini, serta mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas kebesaran Tuhan menciptakan
7 menit
keanekargaman hayati. b. Siswa mengumpulkan LKS (jika belum selesai maka dijadikan tugas mandiri). Penutup
a. Guru memberikan penghargaan (pujian atau bentuk pengehargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik. b. Guru menutup pembelajaran dengan salam dan berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Siswa menjawab salam dan mendengarkan arahan guru.
3 menit
96
Pertemuan II Kegiatan Awal (10 menit) Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Kegiatan
Guru dan Siswa
Waktu
a. Guru memberi salam, mengecek kehadiran, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
Pembukaan
b. Siswa menjawab salam, mengeluar-kan buku pelajaran
2 menit
biologi. a. Guru bertanya 1. “Apakah manfaat dari keanekaragaman hayati bagi kehidupan?”
Apersepsi
2. “Apakah tujuan Tuhan men-ciptakan keanekaragaman
4 menit
hayati?” b. Siswa berpikir dan menjawab per-tanyaan guru. a. Guru meluruskan jawaban siswa jika kurang tepat dan meng-komunikasikan tujuan pem-belajaran.
Motivasi
b. Siswa memperhatikan pejelasan guru dan bertanya
4 menit
apabila merasa kurang jelas.
Kegiatan Inti (100 Menit) Aktivitas pembelajaran Kegiatan Inti
Guru dan Siswa
Alokasi Waktu
Meriview
dan
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan
Menyajikan
menyebutkan sarana atau alat pendukung yang
Masalah
dibutuhkan selama kegiatan pembelajaran.
(Guru mereview
b. Guru meminta siswa membentuk 6 kelompok.
pengetahuan
c. Guru menjelaskan peran keanekaragaman hayati dan
yang telah
pengaruh aktivitas manusia terhadap keanekaragaman
dimiliki siswa,
hayati.
memberikan masalah spesifik dan konkret).
d. Guru mengajukan beberapa masalah dan meminta siswa mencermati setiap masalah tersebut. e. Siswa melaksanakan perintah guru.
20 menit
97
Aktivitas Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Inti
Waktu
Guru dan Siswa Menyusun
a. Siswa mengamati beberapa per-masalahan yang
Strategi
disajikan di dalam LKS oleh guru.
(Pada tahap ini,
b. Guru membimbing siswa untuk
siswa
mengumpulkan data eksplorasi, melalui diskusi
menyusun
kelompok mengenai dampak aktivitas manusia
strategi
untuk
memecahkan masalah
terhadap keanekaragaman hayati. c.
yang
Siswa mengkontruksi konsep dari berbagai sumber dan aktivitas siswa untuk memperkuat konsep yang
telah disajikan,
diperlukan dalam pemecahan masalah.
kemudian guru
d. Siswa menemukan suatu informasi.
memberikan
e.
umpan
balik
terkait jawaban
20 menit
Siswa menyimpulkan hal-hal penting berkaitan dengan klasifikasi keanekaragaman hayati.
f.
siswa).
Guru meminta siswa untuk menyusun hasil pencarian dan diskusi kemudian menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan topik pembelajaran.
g. Siswa dalam kelompok membuat catatan informasi dari hasil eksplorasi (buku/ internet) dan diskusi yang relevan
dengan
topik
pembelajaran
untuk
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan
a.
Strategi (Tahap ini
Setiap kelompok diminta membaca dan mengerjakan tugas yang ada dalam LKS.
b. Siswa mengasosiasi penyelesaian masalah yang
siswa
didapat dari sumber sekunder dengan pemikiran
menerapkan
pribadi siswa.
strategi saat
c.
Siswa bersama kelompoknya menemukan sejumlah
guru memonitor
gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan
upaya siswa
masalah.
dalam
d. Siswa menuliskan strategi yang paling mungkin
menerapkan
digunakan dalam menyelesaikan masalah (merumus-
strategi dan
kan masalah, membuat hipotesis dan mengambil
memberi umpan
keputusan).
balik.
e.
Guru mendorong pertukaran ide antar siswa terkait strategi dalam penyelesaian masalah.
20 menit
98
Kegiatan Inti Membahas
a.
Topik
Aktivitas Pembelajaran
Alokasi
Guru dan Siswa
Waktu
Guru membantu siswa menyiapkan laporan setelah selesai berdiskusi dengan kelompoknya.
(Pada tahap ini,
b. Guru meminta siswa dalam kelompok menyimpulkan
guru
15 menit
hasil diskusi pada LKS.
membimbing
c. Siswa dalam kelompok menyimpulkan hasil diskusi
siswa
dan menuliskannya pada LKS.
menuliskan hasil diskusinya dalam
bentuk
laporan tertulis). Mengevaluasi
a.
Guru
memberikan
kesempatan untuk
beberapa
Hasil
perwakilan
(Pada tahap ini
tentang permasalahan yang diambil beserta alternatif
guru membantu
solusi, kelompok lain memberi tanggapan tentang
siswa terlibat
permasalahan dan alternatif solusi.
aktif dalam
kelompok
pada
mempresentasikan
b. Guru bersama dengan siswa mengkomunikasikan
diskusi terkait
secara lisan: dampak aktivitas manusia terhadap
refleksi atau
keanekaragaman.
eksplorasi yang siswa lakukan serta prosesproses yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung).
25 menit
99
Kegiatan Akhir (10 Menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Evaluasi
Alokasi
Guru/ Siswa
Waktu
a. Guru melakukan evaluasi melalui hasil kerja siswa yaitu LKS, kemudian bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
7 menit
b. Siswa mengumpulkan LKS. Penutup
a. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok
yang berkinerja baik. b. Guru menutup pembelajaran dengan salam.
3 menit
c. Siswa menjawab salam.
H. Penilaian Penilaian dilakukan secara individu atau kelompok yang meliputi penilaian produk, tes tertulis, LKS dan penilain afektif selama proses pembelajaran berlangsung.
100
101
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sains Teknologi Masyarakat (STM) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu
: MA Negeri 3 Tangerang : IPA BIOLOGI : X/Genap : Keanekaragaman Hayati : 3 JP × 40 menit
A. Kompetensi Inti 1.
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.
Memahami, menerapkan, menganalisa pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
102
B. Kompetensi Dasar 1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekosistem dan lingkungan hidup 1.2 Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses 1.3 Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengalaman ajaran agama yang dianutnya 2.1 Berprilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium. 2.2 Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar 3.2 Menganalisis
data
hasil
observasi
tentang
berbagai
tingkat
keanekaragaman hayati (gen, jenis, dan ekosistem) di Indonesia. 1) Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati. 2) Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies dan ekosistem. 3) Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan keanekaragaman pada tingkat gen, spesies dan ekosistem berdarkan karakteristik wilayahnya. 4) Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertetu. 5) Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 6) Mengidentifikasi
peran
keanekaragaman hayati
dan
aktivitas
manusia
terhadap
103
7) Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. 4.2 Menyajikan hasil identifikasi usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia berdasarkan hasil analisis data ancaman kelestarian berbagai keanekaragaman hewan dan tumbuhan khas Indonesia yang dikomunikasikan dalam berbagai bentuk media informasi. 1) Menyajikan usulan upaya pelestarian keanekaragaman hayati dalam bentuk media informasi yang akan dibuatnya. C. Tujuan Pembelajaran 1) Jika diberikan video atau gambar keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati. 2) Jika
diberikan
data
dari
internet
tentang
karakteristik/ciri
keanekaragaman hayati (gen, jenis, ekosistem), siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membandingkan perbedaan keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. 3) Jika diberikan data tentang keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat mengidentifikasi keanekaragaman hayati berdasarkan karakteristik wilayahnya. 4) Jika diberikan data tentang hewan dan tumbuhan khas Indonesia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat memerinci nilai dari tumbuhan dan hewan tersebut (kekhasan hewan). 5) Jika diberikan kebebasan menentukan suatu topik tentang peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia, siswa kelas x jurusan ilmu
pengetahuan
alam
akan
dapat
menganalisis
peran
keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 6) Jika diberikan data keadaan keanekaragaman hayati di lingkungan sekitarnya, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membuat laporan terkait keanekaragaman hayati.
104
7) Jika diberikan kebebasan menentukan suatu topik tentang aktivitas manusia
dan
akibat
negatif
yang
ditimbulkan
terhadap
keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menemukan solusi penyelesaian yang sesuai dengan topik pembelajaran. 8) Jika
diberikan
suasana
yang
menggambarkan
kerusakan
keanekaragaman hayati akibat aktivitas manusia, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menunjukkan rasa kepedulian. 9) Jika diberikan gambaran mengenai aktivitas manusia yang dapat menguntungkan bagi kelestarian keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat memerinci aktivitas yang menguntungkan bagi keanekaragaman hayati. 10) Jika diberikan data tentang penurunan keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat menganalisis data terkait penurunan minimal hasil analisis relevan. 11) Jika
diberikan
kesempatan
berdiskusi
mengenai
peranan
keanekaragaman hayati, manfaat dan partisipasi remaja terkait penanggulangan keanekaragaman hayati, siswa kelas x jurusan ilmu pengetahuan alam akan dapat membuat karya (poster/laporan) terkait topik pembelajaran.
105
D. Materi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati berupa
Makhluk Hidup golongan
Tumbuhan
Hewan
Persebaran kelestarian
berada pada Zona-zona
jenis
langka
keunikan
endemik peranan
manusia
merugikan aktivitas
menguntungkan aktivitas
konservasi menjaga
Tingkat keanekaragaman
gen
jenis
ekosistem
Sumber : Kistinnah, Idun dan Lestari, Endang Sri. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009.
106
E. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran
: Creative Problem Solving.
Metode Pembelajaran
: Diskusi, ceramah, kerja kelompok, tanya
jawab dan resitasi. F. Media Pembelajaran 1) Buku Biologi SMA Kelas X KTSP Bab 1 Semester 2/ Buku Biologi SMA Kelas X K-13 Bab 2 Semester 1. 2) Gambar keanekaragaman hayati di Indonesia dan lingkungan sekitar 3) Berbagai informasi tentang keanekaragaman hayati dan penurunannya 4) Slide power point 5) Video pembelajaran mengenai keanekargaamn hayati G. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan I Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru memberikan pre-test pada siswa untuk mengukur kemampuan awal siswa. Kegiatan Awal (10 menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Guru Memberi salam, mengecek
Pembukaan
absensi, mengecek kesiapan siswa dan menyiapkan media pembelajaran.
Alokasi Siswa
Waktu
Menjawab salam, mengeluarkan buku
2 menit
pelajaran biologi.
Apersepsi Apersepsi
1) Mengapa setiap orang memiliki bentuk mata, hidung dan warna kulit yang
Berpikir dan menjawab pertanyaan guru.
4 menit
berbeda? Guru memotivasi siswa tentang Motivasi
pentingnya mempelajari keanekaragaman hayati.
Siswa memperhatikan motivasi guru.
4 menit
107
Kegiatan inti (100 menit) Kegiatan inti
Objective Finding
Aktivitas pembelajaran
Alokasi
Guru/Siswa
Waktu
a. Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok.
(Tahap ini merupakan
b. Siswa mengamati: berbagai gambar
suatu usaha untuk
keanekaragaman hayati dan mengidentifikasi
meng-identifikasikan
permasalah dari hasil aktivitas tersebut.
permasalahan yang
c. Guru membimbing setiap kelompok untuk
dirasakan
merumuskan pertanyaan (questioning) tentang
mengganggu).
penyebab perbedaan jenis spesies di muka
10 menit
bumi. d. Siswa bersama kelompoknya menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Guru meminta perwakilan kelompok memberi solusi permasalahan. Data Finding
a. Guru
membimbing
siswa
untuk
mengumpulkan data (eksperimen /eksplorasi), (Tahap kedua
melalui
dilakukan dengan
perbedaan jenis spesies dimuka bumi.
mendaftar semua
diskusi
kelompok
mengenai
b. Guru meminta siswa mengumpulkan masalah-
fakta yang diketahui
masalah
dan berhubungan
sumbang saran dalam diskusi kelompok.
dengan situasi
c. Guru
yang
membantu
menarik
siswa
melalui
teknik
menghubungkan
tersebut untuk
masalah-masalah dengan konsep yang akan
menentukan suatu
dipelajari dan mengorganisir tugas belajar.
informasi yang tidak diketahui tetapi esensial pada situasi
d. Guru memfasilitasi penanaman konsep yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. e. Siswa mengkontruksi konsep dari berbagai
yang
sumber dan aktivitas siswa untuk memperkuat
diidentifikasikan).
konsep yang diperlukan dalam pemecahan masalah. f. Siswa
bersama
kelompoknya
mendaftar
semua fakta-fakta yang berkaitan dengan artikel yang diberikan guru.
10 menit
108
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan Inti Problem Finding
Alokasi Waktu
a. Setiap kelompok dibimbing untuk menentukan permasalahan-permasalahan lain
(Tahap ini siswa
yang menarik untuk dicari permasalahannya
menyusun
berkaitan dengan keanekaragaman hayati.
pernyataan-
b. Siswa menghasilkan sebanyak mungkin
pernyataan masalah
masalah dalam bentuk pernyataan masalah
yang selanjutnya
yang dituntun oleh guru dan lembar kerja
dipilih untuk
siswa untuk mengakomodasi berpikir
dipecahkan melalui
divergen dan konvergen.
diskusi kelompok).
20 menit
c. Permasalahan-permasalahan didapat dituliskan dalam LKS. a. Setiap kelompok diminta memilih suatu
Idea Finding
permasalahan yang menurut-nya menarik (Pada tahap ini, siswa
untuk ditemukan solusinya dari berbagai
diupayakan
permasalah-an yang telah dikemukakan oleh
untuk
menemukan sejumlah gagasan yang dapat digunakan memecahkan masalah).
untuk
masing-masing kelompok. b. Siswa bersama kelompoknya menemukan sejumlah gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. c. Gagasan ditemukan melalui data yang didapatkan siswa baik dari sumber internet, koran atau buku pelajaran. d. Gagasan tersebut dijadikan acuan awal dalam diskusi kelompok. e. Setelah menemukan gagasan, siswa mendaftar gagasan tersebut, menuliskan gagasan apa saja yang penting dan menarik. f. Siswa bersama kelompoknya memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. g. Hasil diskusi kelompok dan modifikasi gagasan siswa kemudian dituliskan kembali dalam selembar kertas.
15 menit
109
Aktivitas Pembelajaran
Alokasi
Guru/Siswa
Waktu
Kegiatan Inti Solution Finding
a. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja kelompok menemukan berbagai
(Siswa memperkuat
macam solusi yang memungkinkan untuk
solusi, mengevaluasi
menyelesaikan permasalahan tersebut.
solusi dan memilih
b. Siswa memperkuat solusi, mengevalusai dan
solusi yang tepat atas
memilih solusi yang tepat atas masalah yang
masalah yang akan
ingin dipecahkan kelompoknya.
dipecahkan).
20 Menit
c. Guru membimbing siswa bersama kelompoknya untuk mengasosiasikan melalui diskusi untuk memecahkan masalah tersebut kemudian alternatif solusi tersebut dapat dituliskan dalam LKS.
Acceptance Finding
a. Guru memberikan kesempatan pada beberapa perwakilan kelompok untuk
(Berusaha untuk
mempresentasikan tentang per-masalahan
memperoleh
yang diambil beserta alternatif solusi,
penerimaan atas suatu
kelompok lain diminta untuk memberi
solusi masalah,
tanggapan tentang permasalahan dan alternatif
menyusun rencana
solusi tersebut.
tindakan dan
b. Guru membimbing siswa untuk menemukan
mengimplementasikan
solusi terbaik atas permasalahan yang terlah
solusi tersebut).
disampaikan melalui diskusi kelas. c. Guru bersama dengan siswa mengkomunikasikan secara lisan : tingkatan dan klasifikasi keanekara-gaman hayati.
25 menit
110
Kegiatan Akhir (10 menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
Evaluasi dan Salam
Guru a. Guru melakukan evaluasi
Alokasi Siswa
a. Siswa
melalui hasil kerja siswa
mengumpulkan LKS
yaitu LKS bersama siswa
(jika belum selesai
menyimpulkan hasil
maka dijadikan tugas
pembelajaran hari ini, serta
mandiri).
mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas
Waktu
b. Siswa menjawab salam guru.
kebesaran Tuhan
10 menit
menciptakan keanekaragaman hayati. b. Guru mengucapkan salam dan meminta siswa mempelajari materi selanjutnya. c.
111
Pertemuan II Kegiatan Awal (10 menit) Alokas
Aktivitas Pembelajaran Kegiatan
i Guru
Pembukaan
Siswa
Waktu
Memberi salam, mengecek
Menjawab salam,
kehadiran, mengecek kesiapan
mengeluarkan buku
2
siswa dan menyiapkan media
pelajaran Biologi.
menit
pembelajaran. Apersepsi dengan menanyakan
Berpikir dan menjawab
hal yang berhubungan dengan
pertanyaan guru.
keanekaragaman hayati dalam kehidupan sehari-hari, seperti Apersepsi
“Apakah manfaat dari
4
keanekaragaman hayati bagi
menit
kehidupan? Menurut kalian, apakah tujuan Tuhan menciptakan keanekaragaman hayati?”
Motivasi
Meluruskan jawaban siswa jika
Siswa memperhatikan
kurang tepat dan
pejelasan guru dan
4
mengkomunikasikan tujuan
bertanya apabila merasa
menit
pembelajaran.
kurang jelas.
112
Kegiatan Inti (100 Menit) Kegiatan inti
Aktivitas pembelajaran
Alokasi
Guru/Siswa
Waktu
Objective
a.
Siswa dikelompokkan menjadi enam kelompok.
Finding
b. Siswa mengamati: berbagai gambar keanekaragaman hayati dan mengidentifikasi permasalah dari hasil
(Tahap ini merupa-kan
aktivitas tersebut. c.
Guru membimbing setiap kelompok untuk
suatu usaha
merumuskan pertanyaan (questioning) tentang
untuk meng-
penyebab perbedaan jenis spesies di muka bumi.
iden-tifikasikan
Kerja Siswa (LKS). e.
mengganggu). Data Finding
menit
d. Siswa bersama kelompoknya menyelesaikan Lembar
permasa-lahan yang dirasa-kan
10
Guru meminta perwakilan kelompok memberi solusi permasalahan.
a.
Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data (eksperimen/ eksplorasi), melalui diskusi kelompok
(Tahap kedua
mengenai keanekaragaman hayati di Indonesia dan
dilakukan
pengaruh aktivitas manusia terhadap keanekaragaman
dengan
hayati.
mendaftar
b. Guru meminta siswa mengumpulkan masalah-masalah
semua fakta
yang menarik melalui teknik sumbang saran dalam
yang diketahui
diskusi kelompok.
dan
c.
Guru membantu siswa meng-hubungkan masalah-
berhubungan
masalah dengan konsep yang akan dipelajari dan
dengan situasi
mengorganisir tugas belajar.
tersebut untuk
d. Guru memfasilitasi penanaman konsep yang
menentukan suatu informasi
dibutuhkan untuk pemecahan masalah. e.
Siswa mengkontruksi konsep dari berbagai sumber
yang tidak
dan aktivitas siswa untuk memperkuat konsep yang
diketahui tetapi
diperlukan dalam pemecahan masalah.
esensial pada
f.
Siswa bersama kelompoknya mendaftar semua fakta-
situasi yang di-
fakta yang berkaitan dengan artikel yang di-berikan
identifikasikan).
guru. g. Siswa menemukan suatu informasi. h. Siswa menyimpulkan hal-hal penting berkaitan dengan klasifikasi keanekaragaman hayati.
10 menit
113
Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan Problem
Guru/ Siswa a.
b.
Setiap kelompok diminta membaca dan mengerjakan
Setiap kelompok dibimbing untuk menentukan
(Tahap ini
permasalahan- permasalahan lain yang menarik
siswa
untuk dicari permasalahannya berkaitan dengan ke-
menyusun
anekaragaman hayati. c.
Siswa menghasilkan sebanyak mungkin masalah
pernyataan
dalam bentuk pernyataan masalah yang dituntun oleh
masalah yang
guru dan lembar kerja siswa untuk mengakomodasi
selanjutnya
berpikir divergen dan konvergen.
dipilih untuk
d.
diselesaikan). Idea finding
Waktu
tugas yang ada dalam LKS
Finding
pernyataan
Alokasi
20 menit
Permasalahan-permasalahan yang didapat dituliskan dalam LKS.
a.
Setiap kelompok diminta memilih suatu permasalah yang menurutnya menarik untuk ditemukan
(Pada tahap ini,
solusinya dari beberapa permasalahan yang telah
siswa
dikemukakan oleh masing-masing kelompok.
diupayakan
b.
Guru membimbing siswa untuk mengasosiasikan:
untuk
mendiskusikan kaitan antara pengelompokkan
menemukan
keanekaragaman hayati dan keanekargaman hayati di
sejumlah
Indonesia serta penyebab penurunan
gagasannya
keanekaragaman hayati untuk membentuk sikap
yang dapat di-
positif pada generasi muda Indonesia agar penurunan
gunakan untuk
tidak semakin meluas.
memecahkan
c.
Siswa bersama kelompoknya menemukan sejumlah gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah).
masalah. d.
Siswa bersama kelompoknya memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
e.
Setelah menemukan gagasan, siswa mendaftar gagasan tersebut, menuliskan gagasan apa saja yang penting.
f.
Siswa memilih gagasan mana yang mungkin diterapkan.
15 menit
114
Aktivitas Pembelajaran Kegiatan Inti Idea Finding
Alokasi Waktu
Guru/Siswa g.
Siswa bersama kelompoknya me-modifikasi gagasan tentang bagai-mana strategi yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
h.
Hasil diskusi kelompok dan modifikasi gagasan siswa kemudian dituliskan kembali dalam selembar kertas.
i.
Gagasan yang dianggap penting dan argumentasi yang
kuat
mengenai
pilihan
gagasan
akan
disampaikan siswa pada tahap selanjutnya. a.
Solution
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja kelompok menemukan berbagai macam solusi
finding
yang memungkinkan untuk menyelesaikan (Siswa
permasalahan tersebut.
memperkuat
b. Alternatif solusi tersebut dapat dituliskan dalam LKS
solusi,
c.
mengevaluasi
Siswa mengkomunikasikan solusi atas pemecahan masalah tersebut kepada kelompok lain
dan memilih
20 menit
solusi yang tepat atas masalah yang ingin dipecahkan). a.
Acceptance
Beberapa perwakilan kelompok mempresentasikan tentang permasalahan yang diambil beserta alternatif
finding
solusi, kelompok lain memberi tanggapan tentang (Memperoleh penerimaan atas suatu
solusi,
permasalahan dan alternatif solusi. b. Guru membimbing siswa untuk menemukan solusi terbaik atas permasalahan yang terlah disampaikan
menyusun
melalui diskusi kelas dan membimbing siswa untuk
rencana
mengelompokkan masalah dan solusi yang memiliki
tindakan
dan
mengimplementasikan tersebut).
solusi
kesamaan kemudian mengkomunikasikan secara lisan hasil pembelajaran.
25 menit
115
Kegiatan Akhir (10 Menit) Aktivitas Pembelajaran Kegiatan Evaluasi
Guru a.
Guru
Alokasi Siswa
melakukan
evaluasi
melalui hasil kerja siswa yaitu
Siswa
Waktu 3 menit
mengumpulkan LKS.
LKS b. Bersama siswa me-nyimpulkan hasil pem-belajaran hari ini, serta mendorong siswa untuk selalu bersyukur atas kebesaran Tuhan
men-ciptakan
keanekargaman hayati Penutup
a.
Guru
memberikan
peng-
Medengarkan
hargaan (misalnya pujian atau
penjelasan
bentuk pengeharga-an lain yang
guru.
7 menit
relevan) kepada kelompok yang kinerjanya baik b. Menutup
pembelajaran
dan
berpesan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
H. Penilaian Penilaian dilakukan secara individu atau kelompok yang meliputi penilaian kinerja (performance assessment) berupa produk model virus, ters tertulis, LKS dan penilain afektif selama proses pembelajaran berlangsung.
116
117
Lampiran 3
KEANEKARAGAMAN HAYATI
PROBLEM BASED INSTRUCTION
118
Peta Konsep
119
Lembar Kerja Siswa I Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati 2. Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies dan ekosistem 3. Mengidentifikasi
keanekaragaman
hayati
di
Indonesia
berdasarkan
keanekaragaman pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem berdasarkan karakteristik wilayahnya 4. Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu Tujuan Pembelajaran : 1. Mampu menjelaskan keanekaragaman hayati. 2. Mampu membedakan keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies dan ekosistem berdasarkan cirinya. 3. Mampu mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia pada tingkat gen, spesies dan ekosistem. 4.
Mampu memerinci tumbuhan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu.
DISKUSIKAN
Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya.
Keanekaragaman
hayati
tersebut
harus
dimanfaatkan
untuk
kesejahteraan masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah.
Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dari makanan, bentuk tubuh, ukuran tubuh, warna tubuh, cara berkembang biak, dan cara beradaptasi.
120
Oleh karena itu, keanekaragaman hayati (biodiversitas) dianggap sebagai keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Harimau Jawa dan Harimau Sumatra, keduanya merupakan jenis Harimau tetapi kedua harimau ini memiliki perbedaan dan masuk kedalam tingkatantingkatan keanekaragaman hayati. Selain itu, terdapat keanekaragaman lain seperti interaksi antara berbagai komponen biotik dan abiotik dalam suatu daerah dan berbagai kesaamaan antar spesies. Lalu, mengapa Jeruk Nipis dan Jeruk Limo tidak dapat menghasilkan keturunan
(buah)
bahkan
setelah
dikawinkan
bertahun-tahun?
Tingkat
keanekaragaman memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing. Sumber
: Berbagai sumber.
Hasil Kegiatan Problem Based Instruction 1. Meriview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah masalah dari artikel tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………. b. Buatlah hipotesis dari hasil rumusan masalah yang telah dibuat pada nomor 1.a! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………..…………………………………………………………………………
121
……………………………………………………………………………………… …………………. 2. Menyusun Strategi Ujilah hipotesis yang telah Anda buat dengan mencari literatur yang relevan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………… 3. Menerapkan Strategi Hubungkanlah informasi yang Anda peroleh dengan hipotesis dan rumusan masalah yang telah Anda buat dan tariklah alternativ kesimpulan yang dapat Anda ajukan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ….………………………………………………………………………………… ……….…………………………………………………………………………… …………….……………………………………………………………………… ……………………. 4. Membahas dan Mengevaluasi Hasil Dari alternativ kesimpulan tersebut, buatlah satu kesimpulan dari permasalahan di atas! ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
122
DISKUSIKAN
Indonesia terletak di antara dua zona, yaitu zona Oriental dan Australia. Zona Oriental meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Sumatra, Bali, Jawa, dan Kalimantan sehingga pada zona ini hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan memiliki kemiripan dengan yang terdapat di Benua Asia. Di wilayah Timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua, termasuk zona Australia, sehingga hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga memiliki kemiripan dengan Benua Australia. Zona peralihan, yaitu yang terdapat di wilayah tengah antara zona Asia dan Australia, misalnya Sulawesi dan Nusa Tenggara, pada tempat ini hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhannya mempunyai kemiripan antara Australasia dan Oriental. Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) maupun daerah kutub (iklim kutub), misalnya Indonesia memiliki hutan hujan tropik. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, selain Brasil dan Zaire. Keanekaragaman hayati tersebut berupa kekayaan jenis hutan dengan flora yang beragam. Diperkirakan di Indonesia terdapat jenis pohon palem terbanyak di dunia, lebih dari 400 jenis pohon yang bernilai komersial (ekonomis) dan sekitar 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Selain itu, Indonesia juga memiliki sekitar 4.000 jenis dari sekitar 12.000 jenis paku-pakuan di dunia, sekitar 4.000 sampai 12.000 jenis dari sekitar 47.000 jenis jamur di dunia, serta memiliki sekitar 3.000 jenis dari sekitar 15.000 jenis lumut dan lumut hati di dunia. Kekayaan jenis tumbuhan tersebut merupakan penyedia habitat yang luas bagi tempat tinggal hewan (fauna). Hewan yang berada di dalam habitat tersebut terdiri atas berbagai jenis, mulai dari invertebrata terkecil sampai herbivora terbesar. Indonesia merupakan negara yang menempati peringkat pertama dalam jumlah jenis Mamalia dunia, yaitu sekitar 515 jenis, di antaranya terdapat 185 jenis endemik dan kupu-kupu serta burung sekitar 121 jenis, peringkat ketiga untuk reptil sekitar 600 jenis, peringkat keempat untuk burung sekitar 1.520 di
123
antaranya terdapat lebih dari 380 jenis endemik dan berada pada peringkat kelima untuk amfibi sekitar 270 jenis. Sampai saat ini, hutan tropik di Indonesia mempunyai kekayaan jenis flora dan fauna terutama yang masih liar, baik hewan atau tumbuhan yang menyimpan sifat-sifat unggul seperti mempunyai perakaran kuat, tahan terhadap penyakit, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi, belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa persebaran makhluk hidup di Indonesia terletak di antara zona Oriental, zona Australasia, serta zona Peralihan sehingga memiliki keunikan tersendiri. Zona Oriental (Wilayah Barat Indonesia), meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Bali yang terdapat hutan hujan tropik yang didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae. Famili Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi, membentuk kanopi hutan, dan menghasilkan biji bersayap. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae, antara lain kayu kruing (Dipterocarpaceae), kayu meranti (Shorea spp), kayu kapur (Dryobalanops aromatica), dan kayu garu (Gonystylus bancanus), sedangkan tumbuhan hutan hujan tropik dicirikan dengan kanopi rapat dan banyak tumbuhan yang memanjat (liana) seperti pohon mangga (Mangifera indica), pohon durian (Durio zibethinus) dan pohon suku (Artocarpus). Jenis-jenis hewan pada zona ini memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Asia yang terdiri atas banyak spesies Mamalia berukuran besar seperti gajah, banteng, badak, dan harimau dan terdapat berbagai jenis kera seperti orang utan, bekantan, tarsius, dan loris hantu. Zona Australasia (Wilayah Timur Indonesia), meliputi wilayah timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua. Pada zona ini terdapat hutan dengan pohonpohon yang rendah dan berada di daerah datar seperti matoa dan Ficus (famili beringin). Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna
124
seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua dan sedikit di Maluku. Daerah di wilayah Indonesia Timur terkenal sebagai dunia burung. Ada 28 jenis burung berbulu, misalnya burung cendrawasih, kakaktua berjambul, dan kasuari. Zona Peralihan (Wilayah Tengah Indonesia), merupakan wilayah yang terdapat keanekaragaman hayati berasal dari zona Oriental dan zona Australasia. Zona ini meliputi wilayah tengah Indonesia, yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada wilayah ini terdapat pohon eukaliptus dan hewan oposum yang lebih mirip dengan tumbuhan dan hewan dari zona Australasia. Selain itu, di Indonesia bagian tengah terdapat hewan khas Indonesia, misalnya anoa (mirip lembu dan hidup liar) di Sulawesi, babirusa dengan taring panjang dan melengkung terdapat di Sulawesi dan Maluku bagian barat, biawak komodo sisa fauna purba di Pulau Komodo, burung maleo yang sangat langka terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Persebaran makhluk hidup di Indonesia terletak antara zona Oriental, zona Australasia, serta zona Peralihan, sehingga memiliki keunikan dan mempunyai banyak tumbuhan dan hewan langka. Sumber :
Kistinnah, Idun, Lestari, Endang Sri. 2006. Biologi Buku Sekolah
Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hasil Kegiatan Problem Based Instruction 1. Meriview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah masalah dari artikel tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………. b. Buatlah hipotesis dari hasil rumusan masalah yang telah dibuat pada nomor 1.a!
125
……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………..………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………. 2. Menyusun Strategi Ujilah hipotesis yang telah Anda buat dengan mencari literatur yang relevan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………… 3. Menerapkan Strategi Hubungkanlah informasi yang Anda peroleh dengan hipotesis dan rumusan masalah yang telah Anda buat dan tariklah alternativ kesimpulan yang dapat Anda ajukan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ….………………………………………………………………………………… ……….…………………………………………………………………………… …………….……………………………………………………………………… ……………………. 4. Membahas dan Mengevaluasi Hasil
126
Dari alternativ kesimpulan tersebut, buatlah satu kesimpulan dari permasalahan di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Lembar Kerja Siswa II Indikator
:
1. Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 2. Mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati. 3. Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Tujuan Pembelajaran : 1. Mampu menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 2. Mampu
mengidentifikasi
peran
dan
aktivitas
manusia
terhadap
keanekaragaman hayati. 3. Mampu menganalisis usaha pelestarian keanekaragaman hayati.
DISKUSIKAN
Di muka bumi ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, termasuk manusia. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan makhluk hidup lain, misalnya manusia akan membutuhkan pasangan hidup dari jenisnya, manusia juga sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan atau bahan tempat tinggalnya, dan masih banyak peranan tumbuhan dan hewan bagi kehidupan manusia.
127
Beraneka ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan. Sumber pangan, setiap hari kita membutuhkan makanan dan minuman agar kita memperoleh energi untuk aktivitas hidup kita. Manusia tidak dapat membuat makanannya sendiri. Manusia memperoleh makanan dari makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan dan hewan. Sumber sandang, manusia hidup selalu membutuhkan pakaian, walaupun pakaian yang dikenakan penduduk di dunia memiliki bentuk, model, dan bahan yang berbeda-beda. Bahan pakaian yang dimanfaatkan manusia antara lain berasal dari berbagai jenis tumbuhan atau hewan, misalnya kapas, pisang abaka, ulat sutera, bulu dan biri-biri. Sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga, pintu atau jendela serta beberapa perabotan di rumah sebagian besar komponen barang-barang itu terbuat dari bahan besi, plastik, atau kayu. Bahan kayu berasal dari tumbuhtumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga antara lain jati, mahoni, sonokeling, bangkirai, sengon, kruing, ulin, kelapa, dan bambu. Sumber Pendapatan, saat ini banyak orang yang berwirausaha dengan mengembangkan usaha di bidang keanekaragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhan. Berbagai hewan dikembangkan manusia sebagai sumber pendapatan, misalnya dengan memelihara ayam petelur, pedaging, sapi perah, usaha perikanan air
tawar,
dan
sebagainya.
Selain
hewan,
banyak
pula
orang
yang
menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha pembudidayaan tanaman, seperti tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman perkebunan, dan lain-lain. Sumber plasma nutfah, plasma nutfah atau sering disebut gen merupakan substansi atau sumber sifat keturunan makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan jenis unggul baru. Di Indonesia terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya banyak jenis tumbuhan maupun hewan yang
128
memiliki sifat-sifat unggul seperti perakarannya kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekeringan, maupun tahan terhadap air asin. Sumber keilmuan, kehidupan manusia sangat tergantung dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikembangkan manusia melalui usaha pertanian, sedangkan hewan dikembangkan melalui kegiatan peternakan. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mengupayakan
perkembangbiakan
secara
vegetative
(buatan)
seperti
mencangkok, menempel, menyambung, merunduk, dan stek. Jika ingin mencangkok suatu tanaman, terlebih dahulu kita harus menguasai ilmu pengetahuan tentang morfologi dan anatomi tumbuhan karena tidak semua jenis tanaman dapat dicangkok. Sumber keindahan, berbagai tanaman dan hewan dapat menjadi sumber keindahan. Tanaman hias, seperti anggrek, mawar, aneka jenis bonsai, serta yang saat ini banyak digemari adalah tanaman gelombang cinta dan anturium. Tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai hiasan karena dapat menjadikan pemandangan sekitar terlihat indah dan asri. Selain tanaman yang dapat dimanfaatkan keindahannya, hewan pun dapat dimanfaatkan pula untuk keindahan. Hewan yang dapat dimanfaatkan keindahannya misalnya burung beo dapat dinikmati keindahan suaranya dan burung merak serta burung cendrawasih dinikmati keindahan warna tubuhnya. Tanaman dan hewan juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan obatobatan tradisional. Banyak jenis tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan bahan obat-obatan seperti jahe, kencur, temulawak, temu giring, adas, sirih, mengkudu, remujung, tempuyung, mahkota dewa, buah merah, dan sebagainya. Keanekaragaman hayati yang ada di permukaan bumi ini bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, artinya setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama dalam hal jumlahnya. Dalam kenyataannya, keanekaragaman hayati di negara kita mengalami perubahan yang cenderung berkurang dan mungkin pada suatu ketika tinggal memiliki beberapa jenis tumbuhan atau hewan saja. Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila aktivitas manusia
129
dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut merugikan, sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disebut menguntungkan.
Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi alam. Pembukaan hutan, sering kita memperoleh informasi dari membaca koran atau menonton televisi, bahwa setiap musim kemarau, khususnya di luar Jawa, banyak hutan ditebang atau sengaja dibakar oleh manusia. Penebangan atau pembakaran hutan banyak dilakukan manusia untuk diambil kayunya, membuka lahan perkebunan, membuat lahan pemukiman, maupun untuk lahan budi daya. Penebangan atau pembakaran hutan menyebabkan hilangnya atau musnahnya keberadaan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan di tempat itu. Tempat tinggal mereka menjadi rusak atau musnah, akibatnya, banyak hewan pindah dan menyerbu pemukiman penduduk hanya untuk memperoleh makanan. Bila keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan punahnya tumbuhan dan hewan serta habitat yang berubah. Pengurukan lahan basah, biasanya dilakukan dengan mengalihfungsikan lahan sawah atau rawa menjadi lahan pemukiman atau menjadi kompleks perdagangan. Alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya berbagai jenis makhluk hidup yang semula menempati lahan basah tersebut. Keadaan tersebut akan lebih parah apabila terjadi pengurukan lahan sawah, karena menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber bahan pangan bagi kehidupan manusia. Sementara aktivitas yang menguntungkan adalah pelesatarian menggunakan suaka margastwa dan taman nasional. Hasil Kegiatan Problem Based Instruction 1. Meriview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah masalah dari artikel tersebut!
130
……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……… b. Buatlah hipotesis dari hasil rumusan masalah yang telah dibuat pada nomor 1.a! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………..………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………. 2. Menyusun Strategi Ujilah hipotesis yang telah Anda buat dengan mencari literatur yang relevan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………… 3. Menerapkan Strategi Hubungkanlah informasi yang Anda peroleh dengan hipotesis dan rumusan masalah yang telah Anda buat dan tariklah alternativ kesimpulan yang dapat Anda ajukan! ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
131
….………………………………………………………………………………… ……….…………………………………………………………………………… …………….……………………………………………………………………… ……………………. 4. Membahas dan Mengevaluasi Hasil Dari alternativ kesimpulan tersebut, buatlah satu kesimpulan dari permasalahan di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……….
DISKUSIKAN Invasi Spesies Acacia nilotica pada Taman Nasional Baluran - Jawa Timur Taman Nasional Baluran (TNB) adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu gunung Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan. Kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha. Zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha). Zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha. Zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.
132
Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Kondisi yang terjadi di Taman Nasional Baluran, masuknya spesies asing dan berubah menjadi invasif. Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain, spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. Introduksi spesies asing (eksotik) baik yang sengaja diintroduksi maupun tidak sengaja dapat berkembang tidak terkendali. Mereka meninggalkan faktorfaktor yang mempengaruhi populasi dan penyebarannya. Pada habitat yang baru mungkin hanya sedikit predator atau penyakit sehingga populasinya berkembang tak terkendali. Spesies asli mungkin tidak mampu berkompetisi terhadap ruang dan makanan dibandingkan dengan spesies asing tersebut. Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. Jenis-jenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. Perubahan ekosistem savana di Baluran menjadi padang akasia, akan mempengaruhi pola-pola suksesi dan kebakaran, juga tutupan lahan. Savana yang tadinya ditutupi rumput, sekarang ditutupi akasia, tentunya akan mengubah pola dan bentuk kebakaran yang menjadi salah satu tahapan dalam proses suksesi di ekosistem savana (Dr. Titiek Setyawati - Direktur RBIS-SEA Indonesia). Serangan jenis invasif juga banyak terjadi di kawasan hutan lainnya, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan). Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflora sp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung
133
gunung). Di Taman Nasional Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional. Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Penguasaan habitat ini dapat dilakukan baik oleh jenis tumbuhan asing (invasive alien species/IAS) maupun lokal. Invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli. Sumber : Berbagai sumber. Hasil Kegiatan Problem Based Instruction 1. Meriview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah masalah dari artikel tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……… b. Buatlah hipotesis dari hasil rumusan masalah yang telah dibuat pada nomor 1.a! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
134
…………..………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………………. 2. Menyusun Strategi Ujilah hipotesis yang telah Anda buat dengan mencari literatur yang relevan! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …………… 3. Menerapkan Strategi Hubungkanlah informasi yang Anda peroleh dengan hipotesis dan rumusan masalah yang telah Anda buat dan tariklah alternativ kesimpulan yang dapat Anda ajukan! ……………………………………………………………………………………… .…………………………………………………………………………………… …….……………………………………………………………………………… ……………. 4. Membahas dan Mengevaluasi Hasil Dari alternativ kesimpulan tersebut, buatlah satu kesimpulan dari permasalahan di atas! ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
135
Kunci Jawaban LKS Problem Based Instruction LKS I 1. Mereview dan Menyajikan Masalah a. Rumusan Masalah 1) Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati? 2) Apakah spesies di suatu tempat sama dengan spesies di tempat lain? 3) Terdapat berapa tingkatan keanekaragaman hayati? b. Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah 1) Keanekaragaman hayati adalah perbedaan berbagai spesies meliputi perbedaan warna, bentuk,dll. 2) Tidak spesies di suatu tempat berbeda dengan spesies di tempat lain hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dan lingkungan. 3) Terdapat tiga tingkat keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman gen, jenis dan spesies. 2. Menyusun Strategi Berdasarkan litaratur, keanekaragaman hayati adalah perbedaan sifat dalam suatu jenis dengan jenis spesies lainnya. Keanekaragaman hayati memiliki tiga tingkatan meliputi gen, jenis dan spesies. 3. Menerapkan Hipotesis Keanekaragaman hayati dibagi menjadi tiga tingkatan meliputi gen, jenis dan
spesies.
Setiap
keanekaragaman
memiliki
ciri
khas
tertentu,
keanekaragaman gen misalnya perbedaan yang disebabkan oleh gen misalnya: mangga harum manis dengan mangga simana lagi. Keanekaragaman jenis ditandai dengan persamaan bentuk tetapi perbedaan spesies misalnya kelapa dengan aren. Keanekaragaman ekosistem meliputi interaksi antara biotik dan abiotik misalnya eksositem savana dan taiga.
4. Membahas dan Mengevalusia Hipotesis
136
Keanekaragaman hayati memiliki berbagai tingkatan, untuk menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati dibutuhkan upaya yang harus dilakukan berbagai pihak salah satunya mempelajari tingkatannya melalui ilmu taksonomi dan konservasi. Artikel 2 1. Mereview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah masalah dari artikel 1) Di mana letak Indonesia? 2) Berdasarkan letak geografis, terbagi menjadi berapa wilayah persebaran biodiversity di Indonesia? 3) Faktor apa yang mempengaruhi keanekaragaman hayati di Indonesia? b. Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah 1) Indonesia terletak Indonesia terletak di antara dua zona, yaitu zona Oriental dan Australia sehingga terdapat pengaruh keanekaragaman hayati khas Indonesia berdasarkan letak wilayah Indonesia. 2) Indonesia dibagi menjadi tiga zona persebaran meliputi asiatis, australia dan peralihan sehingga terdapat perbedaan kekhasan spesies di berbagai wilayah. 3) Terdapat pengaruh letak geografis, kondisi tanah, kondisi iklim dan kemiringan tanah terhadap kekhasan spesies. 2. Menyusun Strategi Berdasarkan sumber sekunder, Indonesia merupakan negara ketiga mega biodiversity di dunia setelah Brasil, Zaire. Keanekaragaman disetiap daerah berbeda kekhasannya hal ini dikarenakan berbagai faktor diantaranya letak geografis, kondisi tanah dan kondisi iklim. Zona persebaran keanekaragaman di Indonesia di bagi menjadi tiga meliputi asiatis, australia dan peralihan. 3. Menerapkan Hipotesis Keanekaragaman diberbagai daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Indonesia memiliki keanekaragaman paling khas sesuai dengan zonanya. Pada zona Zona Oriental (Wilayah Barat Indonesia), meliputi wilayah barat
137
Indonesia, yaitu Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Bali yang terdapat hutan hujan tropik yang didominasi oleh pohon tinggi, membentuk kanopi hutan. Jenis-jenis hewan pada zona ini memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Asia yang terdiri atas banyak spesies mamalia berukuran besar seperti gajah, banteng, badak, dan harimau dan terdapat berbagai jenis kera seperti orang utan, bekantan, tarsius, dan loris hantu. Zona Australasia (Wilayah Timur Indonesia), meliputi wilayah timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua. Pada zona ini terdapat hutan dengan pohon-pohon yang rendah dan berada di daerah datar seperti matoa dan Ficus (famili beringin). Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua. Zona Peralihan (Wilayah Tengah Indonesia), merupakan wilayah yang terdapat keanekaragaman hayati berasal dari zona Oriental dan zona Australasia. Zona ini meliputi wilayah tengah Indonesia, yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada wilayah ini terdapat pohon eukaliptus dan hewan oposum yang lebih mirip dengan tumbuhan dan hewan dari zona Australasia. Selain itu, di Indonesia bagian tengah terdapat hewan khas Indonesia, misalnya anoa (mirip lembu dan hidup liar) di Sulawesi, babirusa dengan taring panjang dan melengkung terdapat di Sulawesi dan Maluku bagian barat, biawak komodo sisa fauna purba di Pulau Komodo, burung maleo yang sangat langka terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. 4. Membahas dan Mengevalusi Hipotesis Berbagai keanekaragaman ini menjaga keseimbangan alam untuk itu perlu dilestarikan baik secara in-situ maupun ex-situ dan dipelajari lebih lanjut tingkat keanekaragaman beserta pengaruhnya lewat berbagai kajian ilmu.
138
Kunci Jawaban LKS Problem Based Instruction LKS II 1. Mereview dan Menyajikan Masalah a. Rumuskanlah Masalah dari Artikel 1) Apa saja peran dari keanekaragaman hayati? 2) Apa dampak dari berkurangnya keanekaragaman hayati? 3) Apa yang menyebabkan berkurang dan membaiknya keanekaragaman hayati? b. Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah 1) Terdapat peran dari keanekaragaman hayati yaitu untuk pemenuhan kebutuhan pangan hingga kebutuhan rekreasi. 2) Terdapat dampak dari kurangnya keanekaragaman hayati yaitu terganggunya keseimbangan alam, punahnya beberapa spesies dan kebakaran hutan. 3) Penyebab berkurangnya keanekaragaman hayati adalah faktor alam dan ulah manusia dan yang membaiknya keanekaragaman hayati bisa melalui pelestarian in situ dan ex situ. 2. Menyusun Strategi Berdasarkan sumber sekunder, keanekaragaman hayati berperan amat penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusai karena manusia merupakan makhluk heterotrof yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tetapi membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 3. Menerapkan Hipotesis Manfaat dari keanekaragaman hayati yang amat banyak bagi kesejahteraan makhluk hidup seringkali di eksploitasi oleh manusia baik melalui
pembalakan
hingga
pertanian
monokultur
sehingga
keanekaragaman yang beragam bisa punah dan kebutuhan manusia akan terganggu jika hal ini terjadi.
139
4. Membahas dan Mengevalusi Hipotesis Untuk menjaga agar keanekaragaman tetap seimbang dan dapat terus memenuhi kebutuhan hidup manusia, diperlukan aturan yang jelas mengenai pengelolaan sumber daya alam ini. Cara pelestarian lain bisa melalui edukasi kepada masyarakat dan menerapkan aturan tegas serta sangsi bagi pihak-pihak yang mengeksploitasi keanekaragaman hayati secara berlebihan. Artikel 2 1. Mereview dan Menyajikan Masalah a. Rumusan masalah dari artikel 1) Apa saja tipe vegetasi yang ada di Taman Nasional Baluran? 2) Apa akibat dari invasi suatu spesies? 3) Bagaimana kondisi taman nasional baluran saat ini? 4) Apa yang dimaksud invasi? 5) Apakah invasi merupakan suatu ancaman? b. Hipotesis berdasarkan rumusan masalah 1) Terdapat perbedaan tipe vegetasi berdasarkan letak wilayah. Di taman nasional baluran terdiri tipe vegetasinya meliputi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. 2) Terdapat pengaruh jenis-jenis spesies invasif terhadap penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. 3) Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. 4) Invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-
140
banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. 5) Invasi merupakan ancaman selain kerusakan habitat. 2. Menyusun Strategi Berdasarkan literatur, invasi terjadi tidak hanya di taman nasional baluran tetapi di beberapa taman nasional lain seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan). Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflora sp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung gunung). Di Taman Nasional Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional. Akibat dari invasi adalah terhambatnya perkembangan spesies lokal atau bahkan dapat mengakibatkan spesies lokal punah. 3. Menerapkan Hipotesis Keunikan spesies asing seringkali menyebabkan berbagai pihak terbaik untuk mengembangkannya di taman nasional dan berbagai penangkaran. Akan tetapi, keunikan tersebut menyebabkan beberapa spesies asing yang dibiakan justru menjadi invasive dan menyerang spesies lokal sehingga bisa mengakibatkan spesies lokal punah. 4. Membahas dan Mengevalusi Hipotesis Untuk memelihara spesies asing diperlukan upaya pasti dari pemerintah dan kementrian terkait bahwa spesies itu tidak akan menjadi penganggu spesies lokal, tidak cepat berkembang dan membawa zat racun sehingga spesies lokal mnjadi musnah karena jika suatu spesies sudah invasif akan sulit menanganinya.
141
Lampiran 4
K
GEN
JENIS
EKOSISTEM Kompetensi Inti: Menganalisis data hasil
observasi
tentang
berbagai
tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis,
142
Peta Konsep
Sumber : Kistinnah, Idun, Lestari, Endang Sri. 2006. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
143
Lembar Kerja Siswa I Indikator
:
1. Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati 2. Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies dan ekosistem 3. Mengidentifikasi
keanekaragaman
hayati
di
Indonesia
berdasarkan
keanekaragaman pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem berdasarkan karakteristik wilayahnya 4. Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu Tujuan Pembelajaran : 1. Mampu menjelaskan keanekaragaman hayati. 2. Mampu membedakan keanekaragaman hayati tingkat gen, spesies dan ekosistem berdasarkan cirinya. 3. Mampu mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia pada tingkat gen, spesies dan ekosistem. 4.
Mampu memerinci tumbuhan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu.
Di lingkungan sekitar, banyak sekali jenis-jenis tumbuhan dan hewan. Jika diperhatikan dengan saksama, ternyata setiap jenis makhluk hidup yang ada di sekitar kita mempunyai ciri tersendiri, meliputi variasi ukuran, bentuk, jumlah, dan warna yang berbeda-beda sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup. Berikut ini disajikan artikel mengenai keanekaragaman hayati. Diskusikan bersama teman sekelompok Anda mengenai artikel tersebut, kemudian kerjakan LKS berdasarkan petunjuk yang tertera di LKS.
144
DISKUSIKAN
Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi baik flora dan faunanya.
Keanekaragaman
hayati
tersebut
harus
dimanfaatkan
untuk
kesejahteraan masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Apakah setiap tempat yang berada di lingkungan sekitar kita memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang sama? Anda bisa membuat perbandingan dengan melakukan pengamatan pada keragaman jenis tumbuhan di tempat panas dan di tempat teduh. Contohnya, tumbuhan jenis rumput-rumputan karena tumbuhan ini dapat tumbuh di mana-mana dan mudah Anda jumpai. Di tempat yang panas pada kondisi tanah lapang terbuka, biasanya terdapat rumput yang berdiri tegak seperti rumput teki. Keadaan tumbuhan menjadi seperti itu disebabkan tanah terbuka dan terkena intensitas sinar matahari yang tinggi sehingga menyebabkan ketersediaan air dan kelembapan udara rendah. Adapun di tempat yang teduh pada tanah di bawah pohon yang rindang akan ditemukan jenis rumput-rumputan yang tumbuh menjalar di permukaan tanah dan berdaun lebar. Kondisi ini, disebabkan di tempat teduh terkena intensitas sinar matahari yang rendah, sehingga menyebabkan ketersediaan air dan kelembapan udara tinggi. Kenyataan itu menunjukkan bahwa di sekitar lingkungan tempat tinggal Anda maupun tempat-tempat lain di negara Indonesia dapat dijumpai jenis makhluk hidup yang beraneka ragam. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dari makanan, bentuk tubuh, ukuran tubuh, warna tubuh, cara berkembang biak, dan cara beradaptasi. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati (biodiversitas)
145
dianggap sebagai keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah.
Tingkat Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati di Indonesia, misalnya jenis harimau di Sumatra akan berbeda dengan jenis harimau di Jawa atau di tempat lain. Walaupun di kedua wilayah tersebut sama-sama terdapat harimau loreng, namun jenisnya berbeda baik bentuk, ukuran tubuh, maupun warna bulunya. Kedua jenis harimau yang berasal dari tempat yang berbeda dapat memiliki bentuk, ukuran, dan warna beragam. Terjadinya keragaman harimau tersebut dapat disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan sifat bawaan (gen) yang diwariskan dari induk pada keturunan yang jenisnya dapat beragam, sedangkan faktor lingkungan merupakan hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungan tak hidup (abiotik). Lingkungan sekitar makhluk hidup terdiri atas komponen fisik (seperti sinar matahari, suhu, iklim, udara, kelembapan, air dan tanah) dan komponen kimia (seperti kandungan mineral, keasaman, dan salinitas). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati dapat
dibedakan
menjadi
tiga
tingkat,
yaitu
keanekaragaman
gen,
keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. Gen merupakan benang kromosom (pembawa sifat). Setiap makhluk hidup tersusun atas benang kromosom yang berbeda. Adanya keragaman susunan benang-benang kromosom gen pada setiap jenis makhluk hidup akan memberikan tampilan, baik bentuk, ukuran, dan warna yang belum tentu sama. Makhluk hidup di muka bumi ini meskipun termasuk spesies yang sama, namun tidak ada satu pun individu yang persis sama dengan individu lain sehingga terbentuklah variasi gen. Variasi gen tidak hanya terjadi pada spesies yang sama, tetapi juga terjadi antarspesies. Variasi sifat-sifat bawaan pada setiap jenis makhluk hidup yang ditentukan oleh gen dan disebut genotipe. Selain keanekaragaman makhluk hidup
146
ditentukan oleh keanekaragaman gen pembawa sifat (genotipe) juga dipengaruhi oleh keanekaragaman lingkungannya (fenotipe). Anggota suatu jenis makhluk hidup dapat melakukan perkawinan hanya dengan sesama anggota jenisnya dan menghasilkan keturunan yang subur. Keturunan tersebut selanjutnya melakukan perkawinan dan menghasilkan keturunan lagi, begitu seterusnya. Perkawinan juga dapat terjadi antarspesies, tetapi tidak secara alami misalnya, perkawinan antara keledai dan kuda, perkawinan tersebut tidak bisa terjadi secara alami karena harus ada campur tangan manusia. Meskipun kedua hewan antarspesies tersebut mampu berkembang biak bersama dan menghasilkan keturunan baru (bagal), tetapi tidak mampu berkembang biak lagi (steril). Perkawinan tidak bisa terjadi pada dua spesies yang berbeda, walaupun kedua spesies itu nyaris sama (serupa). Ekosistem merupakan hubungan timbal balik (interaksi) antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia) yang tinggal di suatu lingkungan, adapun komponen abiotik meliputi lingkungan fisik dan kimia di sekitar makhluk hidup. Lingkungan fisik terdiri atas sinar matahari, iklim, cuaca, suhu, udara, angin, kelembapan, air, dan tanah sedangkan lingkungan kimia terdiri atas kandungan mineral, kandungan keasaman, dan salinitas. Komponen penyusun ekosistem sangat beragam sehingga interaksi antarkomponen biotik maupun interaksi komponen biotik dengan abiotik beragam pula. Keragaman interaksi komponen penyusun ekosistem tersebut akan membentuk keanekaragaman ekosistem. Masing-masing ekosistem memiliki ciri fisik, kimia, maupun biologis tersendiri, sehingga flora dan fauna yang terdapat di dalam suatu ekosistem tertentu tidak akan sama dengan ekosistem lainnya. Misalnya, flora dan fauna ekosistem hutan hujan tropik berbeda dengan ekosistem padang rumput, berbeda pula dengan ekosistem padang pasir.
Sumber : Kistinnah, Idun, Lestari, Endang Sri. 2006. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
147
DISKUSIKAN
Indonesia terletak di antara dua zona, yaitu zona Oriental dan Australia. Zona Oriental meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Sumatra, Bali, Jawa, dan Kalimantan sehingga pada zona ini hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan memiliki kemiripan dengan yang terdapat di Benua Asia. Di wilayah Timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua, termasuk zona Australia, sehingga hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga memiliki kemiripan dengan Benua Australia. Zona peralihan, yaitu yang terdapat di wilayah tengah antara zona Asia dan Australia, misalnya Sulawesi dan Nusa Tenggara, pada tempat ini hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhannya mempunyai kemiripan antara Australasia dan Oriental. Di dunia ini terdapat enam zona persebaran makhluk hidup (biogeografi), yaitu zona Neotropik, zona Neartik, zona Etiopia, zona Paleartik, zona Oriental, dan zona Australasia. Indonesia merupakan negara kepulauan karena memiliki lebih dari 17.000 pulau yang membentang dari ujung barat Pulau Sabang sampai ujung timur Pulau Merauke, panjang jaraknya sekitar 5.100 km, karena Indonesia terletak di daerah tropik yang berada di antara zona Oriental dan zona Australasia, maka memiliki sederet habitat yang luas, meliputi hutan basah dan hutan kering, rawa permanen, padang rumput, gurun pasir, sampai gunung bersalju. Kekayaan habitat tersebut memunculkan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, memiliki keunikan tersendiri, selain itu juga memiliki tumbuhan dan hewan langka, serta tumbuhan dan hewan endemik. Keberadaan Keanekaragaman Hayati yang Tinggi Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) maupun daerah kutub (iklim kutub), misalnya Indonesia memiliki hutan hujan tropik. Sebagai perbandingan, dalam luas areal yang sama, jika pada hutan hujan tropik
148
ditemukan sekitar 300 jenis pohon, maka pada hutan iklim sedang hanya ditemukan satu atau dua jenis pohon. Oleh karena itu, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, selain Brasil dan Zaire. Keanekaragaman hayati tersebut berupa kekayaan jenis hutan dengan flora yang beragam. Diperkirakan di Indonesia terdapat jenis pohon palem terbanyak di dunia, lebih dari 400 jenis pohon yang bernilai komersial (ekonomis) dan sekitar 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Selain itu, Indonesia juga memiliki sekitar 4.000 jenis dari sekitar 12.000 jenis paku-pakuan di dunia, sekitar 4.000 sampai 12.000 jenis dari sekitar 47.000 jenis jamur di dunia, serta memiliki sekitar 3.000 jenis dari sekitar 15.000 jenis lumut dan lumut hati di dunia. Kekayaan jenis tumbuhan tersebut merupakan penyedia habitat yang luas bagi tempat tinggal hewan (fauna). Hewan yang berada di dalam habitat tersebut terdiri atas berbagai jenis, mulai dari invertebrata terkecil sampai herbivora terbesar. Indonesia merupakan negara yang menempati peringkat pertama dalam jumlah jenis Mamalia dunia, yaitu sekitar 515 jenis, di antaranya terdapat 185 jenis endemik dan kupu-kupu serta burung sekitar 121 jenis, peringkat ketiga untuk reptil sekitar 600 jenis, peringkat keempat untuk burung sekitar 1.520 di antaranya terdapat lebih dari 380 jenis endemik dan berada pada peringkat kelima untuk amfibi sekitar 270 jenis.
Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Keanekaragaman Hayati Di negara kita Indonesia terdapat banyak keragaman flora dan fauna. Kawasan Nusantara merupakan suatu rangkaian kepulauan yang memiliki ciri-ciri geografi yang sangat kompleks sehingga kehidupan hewan dan tumbuh-tumbuhan mengikuti pula pertumbuhan dan perubahan yang terjadi. Selain itu kehidupan hewan dan tumbuhan juga dipengaruhi pula oleh perubahan cuaca. Coba, perhatikan tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar rumah Anda dengan tumbuhtumbuhan yang ada di hutan. Terdapat perbedaan antara keduanya bukan? Timbulnya keanekaragaman yang ada di berbagai tempat di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: iklim, faktor tinggi dan rendahnya permukaan tanah, kondisi tanah.
149
Jenis-Jenis Flora di Indonesia Tahukah Anda bahwa jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat di Indonesia mencapai 25.000 spesies, yaitu sekitar 10% jenis flora di dunia. Seperti yang telah Anda pelajari ada beberapa faktor geografis yang mempengaruhi keanekaragaman hayati, sehingga menyebabkan flora di Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah. Wilayah Indonesia Bagian Barat, mencakup Jawa Barat, Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya. Di wilayah ini terdapat banyak curah hujan sehingga memiliki hutan lebat yang terdapat banyak pohon besar dan kecil dengan ketinggian kira-kira 60 meter, berdaun rindang dengan mahkota daunnya bertingkat-tingkat, serta suasana di dalamnya lembap karena banyak didapati beragam tumbuh-tumbuhan. Wilayah Indonesia Bagian Timur, pada wilayah ini terdapat hutan musim yang memiliki ciri pada musim kemarau daun-daun tanaman berguguran, pohonpohonnya lebih rendah daripada pohon hutan hujan tropis, pohon-pohonnya lebih jarang, ketinggian pohonnya sekitar 12-35 m. Contohnya pohon jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wilayah Indonesia Bagian Tengah, di wilayah ini terdapat daerah padang rumput yang diselingi oleh semaksemak, daerah ini dinamakan savana. Di Pulau Flores, Sumbawa, dan Timor terdapat hutan dengan rumput-rumputan pendek akibat curah hujan sedikit. Daerah ini cukup baik untuk usaha peternakan. Di Pulau Jawa, pantai timur Sumatra, dan Pantai Riau terdapat hutanhutan bakau karena di daerah ini banyak dijumpai dataran rendah dan pantai yang berlumpur. Pohon bakau memiliki akar yang menjulang ke atas permukaan air. Pada waktu air laut surut akar menjulang ke atas dan pada waktu air laut pasang akar terendam. Pohon ini berguna menahan erosi dan kikisan ombak air laut. Sampai saat ini, hutan tropik di Indonesia mempunyai kekayaan jenis flora dan fauna terutama yang masih liar, baik hewan atau tumbuhan yang menyimpan sifat-sifat unggul seperti mempunyai perakaran kuat, tahan terhadap penyakit, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi, belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal.
150
Jenis-Jenis Fauna di Indonesia Tahukah Anda negara kita memiliki keanekaragaman jenis fauna, yaitu ada 8.000 jenis reptil di dunia sehingga 25% di antaranya terdapat di Indonesia. Jenis organisme lain berupa fauna bertulang belakang 20%, serangga 20%, dan cacing 10%. Terdapat pula bermacam-macam jenis burung, ikan, dan amfibi.
Keunikan Keanekaragaman Hayati di Indonesia Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa persebaran makhluk hidup di Indonesia terletak di antara zona Oriental, zona Australasia, serta zona Peralihan sehingga memiliki keunikan tersendiri. Zona Oriental (Wilayah Barat Indonesia), meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Bali yang terdapat hutan hujan tropik yang didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae. Famili Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi, membentuk kanopi hutan, dan menghasilkan biji bersayap. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae, antara lain kayu kruing (Dipterocarpaceae), kayu meranti (Shorea spp), kayu kapur (Dryobalanops aromatica), dan kayu garu (Gonystylus bancanus), sedangkan tumbuhan hutan hujan tropik dicirikan dengan kanopi rapat dan banyak tumbuhan yang memanjat (liana) seperti pohon mangga (Mangifera indica), pohon durian (Durio zibethinus) dan pohon suku (Artocarpus). Jenis-jenis hewan pada zona ini memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Asia yang terdiri atas banyak spesies Mamalia berukuran besar seperti gajah, banteng, badak, dan harimau dan terdapat berbagai jenis kera seperti orang utan, bekantan, tarsius, dan loris hantu. Zona Australasia (Wilayah Timur Indonesia), meliputi wilayah timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua. Pada zona ini terdapat hutan dengan pohonpohon yang rendah dan berada di daerah datar seperti matoa dan Ficus (famili beringin). Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung
151
di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua dan sedikit di Maluku. Daerah di wilayah Indonesia Timur terkenal sebagai dunia burung. Ada 28 jenis burung berbulu, misalnya burung cendrawasih, kakaktua berjambul, dan kasuari. Zona Peralihan (Wilayah Tengah Indonesia), merupakan wilayah yang terdapat keanekaragaman hayati berasal dari zona Oriental dan zona Australasia. Zona ini meliputi wilayah tengah Indonesia, yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada wilayah ini terdapat pohon eukaliptus dan hewan oposum yang lebih mirip dengan tumbuhan dan hewan dari zona Australasia. Selain itu, di Indonesia bagian tengah terdapat hewan khas Indonesia, misalnya anoa (mirip lembu dan hidup liar) di Sulawesi, babirusa dengan taring panjang dan melengkung terdapat di Sulawesi dan Maluku bagian barat, biawak komodo sisa fauna purba di Pulau Komodo, burung maleo yang sangat langka terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Persebaran makhluk hidup di Indonesia terletak antara zona Oriental, zona Australasia, serta zona Peralihan, sehingga memiliki keunikan dan mempunyai banyak tumbuhan dan hewan langka.
Tumbuhan dan Hewan Langka Adakah di daerah tempat tinggal Anda tanaman seperti sawo kecik, sukun berbiji, matoa, sagu, atau kluwak? Tumbuh-tumbuhan itu termasuk tumbuhan langka. Tumbuhan itu termasuk langka karena populasinya sudah berkurang. Selain tumbuhan langka, di negara kita terdapat juga hewan langka. Tahukah Anda nama-nama hewan langka itu? Hewan-hewan langka di Indonesia, antara lain Harimau Sumatra, Macan kumbang, Babirusa (Babyrousa babyrussa), dll. Tumbuhan dan Hewan Endemik di Indonesia Indonesia memiliki banyak tumbuhan dan hewan endemik, artinya tumbuhan dan hewan itu hanya terdapat di wilayah Indonesia, dan tidak terdapat di negara lain.
152
Tumbuhan Endemik di negara kita terdapat bunga yang langka, yaitu bunga Rafflesia arnoldi. Anda dapat melihat bunga ini di Kebun Raya Bogor. Tumbuhan ini tidak terdapat di negara lain. Rafflesia merupakan jenis bunga yang sangat besar. Di Kalimantan terdapat anggrek hitam (Coelogyne pandurata), di Nusa Tenggara terdapat kayu cendana (Santalum album) dan di Sulawesi terdapat kayu eboni (Diospyros spp). Hewan Endemik di Indonesia sebagai berikut: di Sumatra terdapat harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), orang utan (Pongo pygmaeus abelli) dan Siamang (Hylobates syndactylus). Di Kalimantan terdapat kera belanda (Nasalis larvatus), burung rangkong (Buceros rhinoceros) dan orang utan (Pongo pygmaeus pygmaeus). Di Jawa terdapat macan tutul jawa (Panthera pardus), banteng (Bos javanicus) dan badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus). Di Nusa Tenggara/Pulau Komodo terdapat komodo (Varanus komodoensis). Di Sulawesi terdapat babirusa (Babyrousa babyrussa), anoa (Bubalus depressicornis) dan burung maleo (Macrocephalon maleo).
Sumber : Kistinnah, Idun, Lestari, Endang Sri. 2006. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
153
Perintah/Pertanyaan Pengarah 1. Dari wacana tersebut, temukan pokok-pokok permasalahan yang terkandung di dalamnya! 2. Dari tiap pokok permasalahan yang kamu temukan itu, rumuskan menjadi pertanyaan-pertanyaan atau rumusan-rumusan masalah yang memudahkan kamu untuk menemukan jawabannya! 3. Sebelum menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, temukan dugaan atau kemungkinan jawaban-jawaban atas permasalahan tersebut. Rumuskan jawaban-jawaban sementara kamu ini menjadi langkah-langkah solusi, yang kemungkinannya merupakan jawaban permasalahan yang terlah kamu rumuskan tersebut! 4. Dari sekian kemungkinan jawaban itu, temukan satu jawaban yang kemungkinan paling tepat untuk pokok-pokok permasalahan tersebut! 5. Menggunakan buku teks atau buku sumber yang kamu miliki, serta suumber internet, temukan jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan yang telah kamu rumuskan pada nomer 2 tersebut. Ingat, gunakan waktu yang disediakan! 6. Tuliskan jawaban-jawaban kamu di tempat yang disediakan!
Hasil Kegiatan Creative Problem Solving 1. Objective Finding a. Tuliskan
pokok-pokok
permasalahan/persoalan
yang
telah
Anda
identifikasi: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… b. Tuliskan rumusan-rumusan pertanyaan berdasarkan wacana di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
154
2. Data Finding Tuliskan fakta-fakta yang kalian temukan dalam artikel tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 3. Problem Finding Tuliskan pokok masalah yang paing penting berdasarkan wacana di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 4. Idea Finding a. Tuliskan sejumlah gagasan kalian yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… b. Berdasarkan wacana di atas, tulislah hasil diskusi kalian mengenai perilaku yang harus dilakukan untuk membentuk sikap positif generasi muda Indonesia! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 5. Solution Finding Tuliskanlah kemungkinan berbagai macam solusi yang terpikih untuk menyelesaikan permasalahan tersebut! ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
155
6. Acceptance Finding Diskusikan
tindakan
apa
yang
akan
kamu
lakukan
untuk
mengimplementasikan solusi tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 7. Pertanyaan setelah memecahkan masalah (setelah mengerjakan soal no. 1 - 6) a. Apakah Anda yakin bahwa jawaban yang telah anda kemukakan benar?..........,alasan:…………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ……………….. b. Apakah Anda merasa puas bahwa jawaban Anda benar?................., alasan…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………... c. Berdasarkan hasil pemecahan masalah yang kamu kemukakan, adakah rencana perbaikan diri?....... alasan…………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….. 8. Cari masalah lain terkait keanekaragaman hayati bersama teman sekelompokmu lalu diskusikan serta tuliskan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut!
156
Lembar Kerja Siswa II Indikator
:
1. Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 2. Mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati. 3. Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Tujuan Pembelajaran : 1. Mampu menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. 2. Mampu mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati. 3. Mampu menganalisis usaha pelestarian keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati, merupakan perbedaan dan variasi makhluk hidup. Keanekaragaman tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan meliputi keanekaragaman gen, spesies dan ekosistem. Berikut ini disajikan artikel mengenai “Peran dan Aktivitas Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati dan Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati”. Diskusikan bersama teman sekelompok Anda mengenai artikel tersebut, kemudian selesaikan lembar kerjas siswa II ini sesuai dengan petunjuk penyelesaian LKS. Selamat mengerjakan.
157
DISKUSIKAN
Di muka bumi ini, tidak ada satu pun makhluk hidup yang bisa hidup sendiri, termasuk manusia. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan makhluk hidup lain, misalnya manusia akan membutuhkan pasangan hidup dari jenisnya, manusia juga sangat membutuhkan tumbuhan dan hewan sebagai sumber makanan atau bahan tempat tinggalnya, dan masih banyak peranan tumbuhan dan hewan bagi kehidupan manusia. Beraneka ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan. Sumber pangan, setiap hari kita membutuhkan makanan dan minuman agar kita memperoleh energi untuk aktivitas hidup kita. Manusia tidak dapat membuat makanannya sendiri. Manusia memperoleh makanan dari makhluk hidup lain, yaitu tumbuhan dan hewan. Sumber sandang, manusia hidup selalu membutuhkan pakaian, walaupun pakaian yang dikenakan penduduk di dunia memiliki bentuk, model, dan bahan yang berbeda-beda. Bahan pakaian yang dimanfaatkan manusia antara lain berasal dari berbagai jenis tumbuhan atau hewan, misalnya kapas, pisang abaka, ulat sutera, bulu dan biri-biri. Sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga, pintu atau jendela serta beberapa perabotan di rumah sebagian besar komponen barang-barang itu terbuat dari bahan besi, plastik, atau kayu. Bahan kayu berasal dari tumbuhtumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
158
bangunan dan alat-alat rumah tangga antara lain jati, mahoni, sonokeling, bangkirai, sengon, kruing, ulin, kelapa, dan bambu. Sumber Pendapatan, saat ini banyak orang yang berwirausaha dengan mengembangkan usaha di bidang keanekaragaman hayati, baik hewan maupun tumbuhan. Berbagai hewan dikembangkan manusia sebagai sumber pendapatan, misalnya dengan memelihara ayam petelur, pedaging, sapi perah, usaha perikanan air
tawar,
dan
sebagainya.
Selain
hewan,
banyak
pula
orang
yang
menggantungkan sumber pendapatannya dari usaha pembudidayaan tanaman, seperti tanaman buah-buahan, sayuran, tanaman hias, tanaman perkebunan, dan lain-lain. Sumber plasma nutfah, plasma nutfah atau sering disebut gen merupakan substansi atau sumber sifat keturunan makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan jenis unggul baru. Di Indonesia terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi, di antaranya banyak jenis tumbuhan maupun hewan yang memiliki sifat-sifat unggul seperti perakarannya kuat, tahan terhadap hama dan penyakit, tahan terhadap kekeringan, maupun tahan terhadap air asin. Sumber keilmuan, kehidupan manusia sangat tergantung dari tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikembangkan manusia melalui usaha pertanian, sedangkan hewan dikembangkan melalui kegiatan peternakan. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk meningkatkan hasil pertanian adalah dengan mengupayakan
perkembangbiakan
secara
vegetative
(buatan)
seperti
mencangkok, menempel, menyambung, merunduk, dan stek. Jika ingin mencangkok suatu tanaman, terlebih dahulu kita harus menguasai ilmu pengetahuan tentang morfologi dan anatomi tumbuhan karena tidak semua jenis tanaman dapat dicangkok. Sumber keindahan, berbagai tanaman dan hewan dapat menjadi sumber keindahan. Tanaman hias, seperti anggrek, mawar, aneka jenis bonsai, serta yang saat ini banyak digemari adalah tanaman gelombang cinta dan anturium. Tanaman-tanaman tersebut dimanfaatkan sebagai hiasan karena dapat menjadikan pemandangan sekitar terlihat indah dan asri. Selain tanaman yang dapat dimanfaatkan keindahannya, hewan pun dapat dimanfaatkan pula untuk
159
keindahan. Hewan yang dapat dimanfaatkan keindahannya misalnya burung beo dapat dinikmati keindahan suaranya dan burung merak serta burung cendrawasih dinikmati keindahan warna tubuhnya. Tanaman dan hewan juga dapat dijadikan sebagai sumber bahan obatobatan tradisional. Banyak jenis tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan bahan obat-obatan seperti jahe, kencur, temulawak, temu giring, adas, sirih, mengkudu, remujung, tempuyung, mahkota dewa, buah merah, dan sebagainya.
Peran manusia terhadap keanekaragaman hayati Keanekaragaman hayati yang ada di permukaan bumi ini bukanlah sesuatu yang bersifat kekal, artinya setiap saat dapat mengalami perubahan, terutama dalam hal jumlahnya. Dalam kenyataannya, keanekaragaman hayati di negara kita mengalami perubahan yang cenderung berkurang dan mungkin pada suatu ketika tinggal memiliki beberapa jenis tumbuhan atau hewan saja. Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila aktivitas manusia dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut merugikan, sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disebut menguntungkan.
Aktivitas Manusia Terhadap Keanekaragaman Hayati Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi alam. Pembukaan hutan, sering kita memperoleh informasi dari membaca koran atau menonton televisi, bahwa setiap musim kemarau, khususnya di luar Jawa, banyak hutan ditebang atau sengaja dibakar oleh manusia. Penebangan atau pembakaran hutan banyak dilakukan manusia untuk diambil kayunya, membuka lahan perkebunan, membuat lahan pemukiman, maupun untuk lahan budi daya.
160
Penebangan atau pembakaran hutan menyebabkan hilangnya atau musnahnya keberadaan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan di tempat itu. Tempat tinggal mereka menjadi rusak atau musnah, akibatnya, banyak hewan pindah dan menyerbu pemukiman penduduk hanya untuk memperoleh makanan. Bila keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan punahnya tumbuhan dan hewan serta habitat yang berubah. Pengurukan lahan basah, biasanya dilakukan dengan mengalihfungsikan lahan sawah atau rawa menjadi lahan pemukiman atau menjadi kompleks perdagangan. Alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya berbagai jenis makhluk hidup yang semula menempati lahan basah tersebut. Keadaan tersebut akan lebih parah apabila terjadi pengurukan lahan sawah, karena menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber bahan pangan bagi kehidupan manusia. Sementara aktivitas yang menguntungkan adalah pelesatarian menggunakan suaka margastwa dan taman nasional.
Sumber : Kistinnah, Idun, Lestari, Endang Sri. 2006. Biologi Buku Sekolah Elektronik Kelas X. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
161
DISKUSIKAN
Invasi Spesies Acacia nilotica pada Taman Nasional Baluran - Jawa Timur Taman Nasional Baluran (TNB) adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). Nama dari Taman Nasional ini diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaitu gunung Baluran. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan. Kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha. Zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha). Zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha. Zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Vegetasi dan Satwa Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Tumbuhan khas tersebut adalah:
162
Widoro bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), pilang (Acacia leucophloea), asam jawa (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), salam (Syzygium polyanthum), kepuh (Sterculia foetida). Di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia, di antaranya adalah: Banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk burung langka. Kondisi yang terjadi di Taman Nasional Baluran, masuknya spesies asing dan berubah menjadi invasif. Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain, spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. Introduksi spesies asing (eksotik) baik yang sengaja diintroduksi maupun tidak sengaja dapat berkembang tidak terkendali. Mereka meninggalkan faktorfaktor yang mempengaruhi populasi dan penyebarannya. Pada habitat yang baru mungkin hanya sedikit predator atau penyakit sehingga populasinya berkembang tak terkendali. Spesies asli mungkin tidak mampu berkompetisi terhadap ruang dan makanan dibandingkan dengan spesies asing tersebut. Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. Jenis-jenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. Perubahan ekosistem savana di Baluran menjadi padang akasia, akan mempengaruhi pola-pola suksesi dan kebakaran, juga tutupan lahan. Savana yang
163
tadinya ditutupi rumput, sekarang ditutupi akasia, tentunya akan mengubah pola dan bentuk kebakaran yang menjadi salah satu tahapan dalam proses suksesi di ekosistem savana (Dr. Titiek Setyawati - Direktur RBIS-SEA Indonesia). Serangan jenis invasif juga banyak terjadi di kawasan hutan lainnya, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan). Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflora sp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung gunung). Di Taman Nasional Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional. Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Penguasaan habitat ini dapat dilakukan baik oleh jenis tumbuhan asing (invasive alien species/IAS) maupun lokal. Invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli. Sumber : Berbagai sumber.
164
Perintah/Pertanyaan Pengarah 1. Dari wacana tersebut, temukan pokok-pokok permasalahan yang terkandung di dalamnya! 2. Dari tiap pokok permasalahan yang kamu temukan itu, rumuskan menjadi pertanyaan-pertanyaan atau rumusan-rumusan masalah yang memudahkan kamu untuk menemukan jawabannya! 3. Sebelum menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, temukan dugaan atau kemungkinan jawaban-jawaban atas permasalahan tersebut. Rumuskan jawaban-jawaban sementara kamu ini menjadi langkah-langkah solusi, yang kemungkinannya merupakan jawaban permasalahan yang terlah kamu rumuskan tersebut! 4. Dari sekian kemungkinan jawaban itu, temukan satu jawaban yang kemungkinan paling tepat untuk pokok-pokok permasalahan tersebut! 5. Menggunakan buku teks atau buku sumber yang kamu miliki, serta suumber internet, temukan jawaban-jawaban pertanyaan-pertanyaan yang telah kamu rumuskan pada nomer 2 tersebut. Ingat, gunakan waktu yang disediakan! 6. Tuliskan jawaban-jawaban kamu di tempat yang disediakan!
Hasil Kegiatan Creative Problem Solving 1. Objective Finding a. Tuliskan
pokok-pokok
permasalahan/persoalan
yang
telah
Anda
identifikasi: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… b. Tuliskan rumusan-rumusan pertanyaan berdasarkan wacana di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
165
2. Data Finding Tuliskan fakta-fakta yang kalian temukan dalam artikel tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 3. Problem Finding Tuliskan pokok masalah yang paing penting berdasarkan wacana di atas! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 4. Idea Finding a. Tuliskan sejumlah gagasan kalian yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… c. Berdasarkan wacana di atas, tulislah hasil diskusi kalian mengenai perilaku yang harus dilakukan untuk membentuk sikap positif generasi muda Indonesia! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 5.Solution Finding Tuliskanlah kemungkinan berbagai macam solusi yang terpikih untuk menyelesaikan permasalahan tersebut! ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
166
6.Acceptance Finding Diskusikan
tindakan
apa
yang
akan
kamu
lakukan
untuk
mengimplementasikan solusi tersebut! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 7.Pertanyaan setelah memecahkan masalah (setelah mengerjakan soal no. 1 6) a. Apakah Anda yakin bahwa jawaban yang telah anda kemukakan benar?..........,alasan:…………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. b. Apakah Anda merasa puas bahwa jawaban Anda benar?................., alasan…………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………... c. Berdasarkan hasil pemecahan masalah yang kamu kemukakan, adakah rencana perbaikan diri?....... alasan…………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….. 8.Cari masalah lain terkait keanekaragaman hayati bersama teman sekelompokmu
lalu
diskusikan
serta
tuliskan
bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut!
167
Kunci Jawaban LKS Creative Problem Solving LKS I 1. Objective Finding Pokok-pokok permasalahan: 1) keanekaragaman hayati (biodiversitas) dianggap sebagai keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. 2) Keanekaragaman hayati meliputi flora dan fauna. 3) keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. 4) Faktor penyebab keanekaragaman meliputi gen dan lingkungan. 5) Keanekaragaman tingkat gen meliputi variasi yang berbeda dari setiap individu. Variasi ini dipengaruhi oleh keragaman susunan benang-benang kromosom gen pada setiap jenis makhluk hidup. 6) Keanekaragaman spesies ditandai dengan tidak spesies yang dikawinkan tidak dapat menghasilkan keturunan . 7) Keanekaragaman ekosistem dibentuk dari interaksi komponen penyusun ekosistem, hasilnya perbedaan flora dan fauna dalam suatu ekosistem. Rumusan- rumusan pertanyaan: 1) Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati? 2) Siapa saja yang termasuk bagian dari keanekaragaman hayati? 3) Terdapat berapa tingkatan dalam keanekaragaman hayati, meliputi apa saja? 4) Faktor apa saja yang mempengaruhi keanekaragaman hayati? 5) Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman tingkat gen? 6) Bagaimana mengetahui keanekaragaman spesies? 7) Bagaimana keanekaragaman ekosistem terbentuk?
168
2. Data Finding 1) Keanekaragaman makhluk hidup dapat terlihat dari makanan, bentuk tubuh, ukuran tubuh, warna tubuh, cara berkembang biak, dan cara beradaptasi. 2) Kedua jenis harimau yang berasal dari tempat yang berbeda dapat memiliki bentuk, ukuran, dan warna beragam. 3) Terjadinya keragaman dapat disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan sifat bawaan (gen) yang diwariskan dari induk pada keturunan yang jenisnya dapat beragam, sedangkan faktor lingkungan merupakan hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungan tak hidup (abiotik). 4) Lingkungan sekitar makhluk hidup terdiri atas komponen fisik (seperti sinar matahari, suhu, iklim, udara, kelembapan, air dan tanah) dan komponen kimia (seperti kandungan mineral, keasaman, dan salinitas). 5) keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem. 3. Problem Finding Keanekaragaman hayati merupakan segala bentuk perbedaan yang dapat diamati baik secara morfologi maupun anatomi dan fisiologi pada makhluk hidup serta lingkungannya. Keanekaragaman hayati sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut memberi pengaruh terhadap berbagai keanekaragaman yang terjadi di muka bumi, termasuk perbedaan warna kulit, bentuk hidung, dll. 4. Idea Finding Keanekaragaman hayati adalah berbagai variasi yang dapat dibagi tingkatannya mejadi tiga, meliputi: gen, spesies dan ekosistem. Keanekaragaman hayati, dipengaruh
oleh
berbagai
faktor
yaitu,
gen
dan
lingkungan.
Jumlah
keanekaragaman spesies yang beragam di dunia dapat dikelompokkan dengan mudah menggunakan binomial nomenklatur (sistem tata nama ganda).
169
Mengetahui tingkatan keanekaragaman hayati memudahkan pengelompokkannya. Sehingga, perilaku yang harus dilakukan sebagai generasi muda Indonesia dalam menyikapi permasalahan perubahan iklim dan banyaknya keanekaragaman hayati langkah yang dapat dilakukan adalah mempelajari tingkat keanekaragaman hayati, menjaga faktor lingkungan dan tidak melakukan perkawinan antar spesies karena dapat menyebabkan depopulasi (penurunan populasi). 5. Solution Finding Agar mudah mengenali berbagai spesies dan kelompoknya, tentunya kita harus mempelajari bagaimana sistem tata nama binomial mengelompokkan spesies di muka bumi. Hal lain yang harus dilakukan adalah menjaga keseimbangan faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati. 6. Acceptance Finding Promosi keindahan dan manfaat keanekaragaman hayati dapat membuat banyak orang tertarik mempelajarinya, seminar bagi masyarakat secara luas tentang pentingnya keanekaragaman. Pemerintah harus lebih menekankan pentingnya keseimbangan keanekaragaman. Sebagai generasi muda tindakan untuk mengimplementasikan solusi tersebut adalah mempelajari lebih lanjut dan menyeluruh tentang konsep keanekaragaman hayati.
1. Objective Finding Pokok-pokok permasalahan: 1) Indonesia terletak di antara dua zona, yaitu zona Oriental dan Australia. 2) Di dunia ini terdapat enam zona persebaran makhluk hidup (biogeografi), yaitu zona Neotropik, zona Neartik, zona Etiopia, zona Paleartik, zona Oriental, dan zona Australasia. 3) Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, selain Brasil dan Zaire. 4) Keanekaragaman hayati meliputi tiga bagian berdasarkan faktor geografis. 5) Zona Oriental (Wilayah Barat Indonesia), meliputi wilayah barat Indonesia, yaitu Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Bali yang terdapat hutan
170
hujan tropik yang didominasi oleh pohon tinggi, membentuk kanopi hutan, dan menghasilkan biji bersayap seperti : kayu kruing (Dipterocarpaceae), kayu meranti (Shorea spp), kayu kapur (Dryobalanops aromatica), dan kayu garu (Gonystylus bancanus), sedangkan tumbuhan hutan hujan tropik dicirikan dengan kanopi rapat dan banyak tumbuhan yang memanjat (liana) seperti pohon mangga (Mangifera indica), pohon durian (Durio zibethinus) dan pohon suku (Artocarpus). Jenis-jenis hewan pada zona ini memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Asia yang terdiri atas banyak spesies Mamalia berukuran besar seperti gajah, banteng, badak, dan harimau dan terdapat berbagai jenis kera seperti orang utan, bekantan, tarsius, dan loris hantu. 6) Zona Australasia (Wilayah Timur Indonesia), meliputi wilayah timur Indonesia, yaitu Maluku dan Papua. Pada zona ini terdapat hutan dengan pohon-pohon yang rendah dan berada di daerah datar seperti matoa dan Ficus (famili beringin). Jenis-jenis hewannya memiliki kemiripan dengan jenis hewan di Benua Australia, terdiri atas Mamalia berukuran kecil atau hewan berkantung seperti kuskus, bandicot, oposum, dan kanguru jenis berkantung dan musang berkantung di Maluku bagian timur dan Irian Jaya. Jenis burungnya memiliki beragam warna seperti burung cendrawasih yang terdapat banyak di Papua. 7) Zona Peralihan (Wilayah Tengah Indonesia), merupakan wilayah yang terdapat keanekaragaman hayati berasal dari zona Oriental dan zona Australasia. Zona ini meliputi wilayah tengah Indonesia, yaitu Sulawesi dan Nusa Tenggara. Pada wilayah ini terdapat pohon eukaliptus dan hewan oposum yang lebih mirip dengan tumbuhan dan hewan dari zona Australasia. Selain itu, di Indonesia bagian tengah terdapat hewan khas Indonesia, misalnya anoa (mirip lembu dan hidup liar) di Sulawesi, babirusa dengan taring panjang dan melengkung terdapat di Sulawesi dan Maluku bagian barat, biawak komodo sisa fauna purba di Pulau Komodo, burung maleo yang sangat langka terdapat di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe.
171
8) Timbulnya keanekaragaman yang ada di berbagai tempat di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: iklim, faktor tinggi dan rendahnya permukaan tanah, kondisi tanah. Rumusan- rumusan pertanyaan: 1) Di mana letak Indonesia? 2) Terdapat berapa zona persebaran makhluk hidup, sebutkan! 3) Apakah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity? 4) Berdasarkan letak geografis, terbagi menjadi berapa wilayah persebaran biodiversity di Indonesia? 5) Bagaimana karakteristik tumbuhan dan hewan pada zona oriental? 6) Bagaimana karakteristik tumbuhan dan hewan pada zona australis? 7) Bagaimana karakteristik tumbuhan dan hewan pada zona peralihan? 8) Faktor apa yang mempengaruhi keanekaragaman hayati di Indonesia? 2. Data Finding 1) Indonesia terletak di daerah tropik yang berada di antara zona Oriental dan zona Australasia, maka memiliki sederet habitat yang luas, meliputi hutan basah dan hutan kering, rawa permanen, padang rumput, gurun pasir, sampai gunung bersalju. 2) Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) maupun daerah kutub (iklim kutub), misalnya Indonesia memiliki hutan hujan tropik. 3) Diperkirakan di Indonesia terdapat jenis pohon palem terbanyak di dunia, lebih dari 400 jenis pohon yang bernilai komersial (ekonomis) dan sekitar 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Selain itu, Indonesia juga memiliki sekitar 4.000 jenis dari sekitar 12.000 jenis paku-pakuan di dunia, sekitar 4.000 sampai 12.000 jenis dari sekitar 47.000 jenis jamur di dunia, serta memiliki sekitar 3.000 jenis dari sekitar 15.000 jenis lumut dan lumut hati di dunia.
172
4) Indonesia merupakan negara yang menempati peringkat pertama dalam jumlah jenis Mamalia dunia, yaitu sekitar 515 jenis, di antaranya terdapat 185 jenis endemik dan kupu-kupu serta burung sekitar 121 jenis, peringkat ketiga untuk reptil sekitar 600 jenis, peringkat keempat untuk burung sekitar 1.520 di antaranya terdapat lebih dari 380 jenis endemik dan berada pada peringkat kelima untuk amfibi sekitar 270 jenis. 5) Keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan letak geografis dikelompokkan menjadi tiga wilayah meliputi australis, orientalis dan peralihan. 3. Problem Finding Indonesia merupakan negara biodiversity terbesar setelah Brazil dan Zaire. Memiliki banyak spesies endemik dan hewan langka. Keanekaragaman Indonesia tersebar di 3 zona wilayah dengan karekteristik yang berbeda pada setiap zona. Indonesia merupakan negara yang kekayaan alamnya melimpah karena memiliki iklim yang baik untuk menjadi tempat hidup berbagai flora dan fauna. 4. Idea Finding Keanekaragaman dikelompokkan menjadi 3 zona meliputi australis, asiatis dan peralihan. Masing-masing zona memiliki kekhasan dan keunikan. Agar spesies dapat dijadikan sumber belajar dan untuk melestarikan spesies tersebut bisa dilakukan dengan spesiasi atau melestarikan spesies di luar habitat aslinya. Polisi hutan dan departemen kehutanan harus menjaga kelestarian dan keseimbangan keanekaragaman dengan membuat kebijakan yang melindungi hutan serta ekosistem lainnya. 5. Solution Finding Agar keanekaragaman yang begitu besar dan banyak tidak punah mengingat di Indonesia terdapat berbagai spesies langka dan endemic perlu ditanamkan kepada setiap masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian keanekaragaman dengan tidak memburu hewan dan melakukan penebangan hutan untuk kepentingan pribadi. 6. Acceptance Finding
173
Menanamkan pentingnya keseimbangan keanekaragaman hayati terhadap kehidupan manusia harus dimulai dari lembaga dan institusi sekolah kemudian digencarkan melalui peraturan pemerintah agar keanekaragaman diberbagai wilayah dengan kekhasannya masing-masing tidak punah. Kunci Jawaban LKS Creative Problem Solving LKS 2 1. Objective Finding Pokok-pokok permasalahan: 1) Beraneka ragam jenis tumbuhan dan hewan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, antara lain, sebagai sumber pangan, sumber sandang, bahan bangunan untuk tempat tinggal, sumber pendapatan, sumber plasma nutfah, sumber bahan obat-obatan, sumber keilmuan, dan keindahan. 2) keanekaragaman hayati di negara kita mengalami perubahan yang cenderung berkurang dan mungkin pada suatu ketika tinggal memiliki beberapa jenis tumbuhan atau hewan saja. 3) Perubahan keanekaragaman hayati sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, bencana alam, maupun seleksi alam. Apabila aktivitas manusia dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati disebut merugikan, sebaliknya jika aktivitas manusia dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disebut menguntungkan. 4) Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi alam. 5) Sementara
aktivitas
yang
menguntungkan
menggunakan suaka margastwa dan taman nasional. Rumusan- rumusan pertanyaan:
adalah
pelesatarian
174
1) Apa saja peran dari keanekaragaman hayati? 2) Apa dampak dari berkurangnya keanekaragaman hayati? 3) apa yang menyebabkan berkurang dan membaiknya keanekaragaman hayati? 4) Sebutkan 3 aktivitas yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati! 5) Sebutkan 3 aktivitas yang menguntungkan terhadap keanekaragaman hayati! 2. Data Finding 1) Manfaat keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan, yaitu manusia adalah makhluk yang tak dapat membuat makanannya sendiri sehingga membutuhkan tumbuhan dan hewan untuk memenuhi kebutuhan primernya. Sumber sandang, bahan pakaian yang dimanfaatkan manusia antara lain berasal dari berbagai jenis tumbuhan atau hewan, misalnya kapas, pisang abaka, ulat sutera, bulu dan biri-biri. Sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga, pintu atau jendela serta beberapa perabotan di rumah sebagian besar komponen barang-barang itu terbuat dari bahan besi, plastik, atau kayu. Bahan kayu berasal dari tumbuhtumbuhan. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bangunan dan alat-alat rumah tangga antara lain jati, mahoni, sonokeling, bangkirai, sengon, kruing, ulin, kelapa, dan bambu, dll. 2) Jumlah keanekaragaman hayati akan terus berkurang disebabkan oleh aktivitas manusia yang bersifat merugikan, misalnya pembukaan hutan, pengurukan lahan basah, pertambangan, pencemaran lingkungan, dan seleksi alam. 3) Penebangan atau pembakaran hutan banyak dilakukan manusia untuk diambil
kayunya,
membuka
lahan
perkebunan,
membuat
lahan
pemukiman, maupun untuk lahan budi daya. Penebangan atau pembakaran hutan menyebabkan hilangnya atau musnahnya keberadaan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan di tempat itu. Tempat tinggal mereka
175
menjadi rusak atau musnah, akibatnya, banyak hewan pindah dan menyerbu pemukiman penduduk hanya untuk memperoleh makanan. 4) Pengurukan lahan basah, biasanya dilakukan dengan mengalihfungsikan lahan sawah atau rawa menjadi lahan pemukiman atau menjadi kompleks perdagangan. Alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya berbagai jenis makhluk hidup yang semula menempati lahan basah tersebut. Keadaan tersebut akan lebih parah apabila terjadi pengurukan lahan sawah, karena menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber bahan pangan bagi kehidupan manusia. 5) Sementara
aktivitas
yang
menguntungkan
adalah
pelesatarian
menggunakan suaka margastwa dan taman nasional. 3. Problem Finding Kepunahan keanekaragaman hayati memerlukan waktu yang lama tetapi, karena beberapa faktor yang meliputi kondisi alam dan ulah manusia maka proses penuranan dan kerusakan keanekaragaman hayati bisa menjadi lebih cepat. Penuran itu akan berdampak pada kehidupan semua spesies karena antara satu spesies dengan spesies lain saling bergantung dan terhubung. 4. Idea Finding Keanekaragaman hayati memiliki berbagai manfaat dari mulai pangan hingga kebutuhan belajar dan keindahan. Keanekaragaman di setiap tempat memiliki perbedaan disesuaikan dengan faktor genetik dan lingkungan. Indonesia merupakan negara ke tiga mega biodiversity terbesar dengan kekhasan flora dan faunanya. 5. Solution Finding Keanekaragaman hayati memiliki berbagai kekhasan berdasarkan letak daerahnya. Selain banyak kekhasan, keanekaragaman hayati memiliki banyak manfaat baik dalam segi pangan hingga obat-obatan sehingga diperlukan aturan tegas dalam pengelolaannya agar keanekaragaman khas tersebut tidak hilang, habis dan punah. 6. Acceptance Finding
176
Manfaat yang banyak dari keanekaragaman hayati akan menarik minat beberapa orang untuk mengekploitasinya sehingga harus ada upaya khusus agar keanekaragaman tersebut terus lestari. 1. Objective Finding Pokok-pokok permasalahan 1) Taman nasional baluran terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. 2) Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering. Tumbuhan khas tersebut adalah:
Widoro
bukol (Ziziphus rotundifolia), mimba (Azadirachta indica), pilang (Acacia leucophloea), asam jawa (Tamarindus indica), gadung (Dioscorea hispida), kemiri (Aleurites moluccana), gebang (Corypha utan), api-api (Avicennia sp.), kendal (Cordia obliqua), salam (Syzygium polyanthum), kepuh (Sterculia foetida). 3) Di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia, di antaranya adalah: Banteng (Bos javanicus javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), kancil (Tragulus javanicus pelandoc), kucing bakau (Prionailurus viverrinus). Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk burung langka. 4) Kondisi yang terjadi di Taman Nasional Baluran, masuknya spesies asing dan berubah menjadi invasif. Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain, spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. 5) Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif
177
lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. Jenisjenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. 6) Perubahan ekosistem savana di Baluran menjadi padang akasia, akan mempengaruhi pola-pola suksesi dan kebakaran, juga tutupan lahan. Savana yang tadinya ditutupi rumput, sekarang ditutupi akasia, tentunya akan mengubah pola dan bentuk kebakaran yang menjadi salah satu tahapan dalam proses suksesi di ekosistem savanna 7) Serangan jenis tumbuhan 177nvasive merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. Rumusan- rumusan pertanyaan: 1) Apa saja tipe vegetasi yang ada di Taman Nasional Baluran? 2) Berapa banyak tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Baluran? 3) Berapa banyak hewan yang terdapat di Taman Nasional Baluran? 4) Kondisi apa yang sedang terjadi di taman nasional baluran? 5) Siapa yang menginvasi taman nasional baluran dan bagaimana efeknya? 6) Apa akibat dari invasi suatu spesies? 7) Apa yang dimaksud invasi? Apakah invasi merupakan suatu ancaman? 2. Data Finding 1) Taman Nasional Baluran (TNB) adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Indonesia (sebelah utara Banyuwangi). 2) Kawasan TN Baluran ditetapkan memiliki luas sebesar 25.000 Ha. Sesuai dengan peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona yang terdiri dari: zona inti seluas 12.000 Ha. Zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha).
Zona
pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha. Zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.
178
3) Taman Nasional ini memiliki sekitar 444 jenis tumbuhan dan di antaranya merupakan tumbuhan asli yang khas dan mampu beradaptasi dalam kondisi yang sangat kering dan di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia. 4) Acacia nilotica menjadi tanaman yang sangat agresif perkembangannya sehingga mendesak ruang tumbuh bagi spesies lain, spesies ini diintroduksi pertama kali dari Afrika sebagai tanaman pagar. 5) Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh Acacia nilotica. 6) Serangan jenis invasif juga banyak terjadi di kawasan hutan lainnya, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Lampung terinvasi oleh jenis Merremia peltata (mantangan). Jenis Austroeuptorium inulaefolium (kirinyuh) sangat invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama dengan Passiflora sp (markisa), Eupatorium sordidum (bunga aster), Cestrum aurantiacum, Eupatorium riparium (teklan), Brugmansia suaveolens (kecubung gunung). Di Taman Nasional Ujung Kulon juga ada masalah dengan Arenga obstusifolia (lankap), yang sebenarnya jenis lokal tetapi pertumbuhan sangat cepat dan mendominasi kawasan taman nasional. 7) Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Proses invasi merupakan bentuk kompetisi antar jenis untuk menguasai suatu habitat secara luas. 3. Problem Finding Invasi terjadi karena suatu kompetisi. Spesies selalu berkompetisi dengan spesies lain untuk mendapatkan sumber daya sebanyak-banyaknya sehingga salah satu caranya adalah dengan tumbuh dan berkembang biak secepat mungkin. Hal ini cukup mengeliminasi spesies asli dari kompetisi memperebutkan sumber daya. Selain dengan tumbuh dan berkembang dengan cepat, mereka juga melakukan interaksi yang kompleks dengan spesies asli. Serangan jenis tumbuhan invasif merupakan ancaman terbesar kedua terhadap biodiversitas setelah kerusakan habitat. Pada Taman Nasional Baluran, lebih dari 50% savana sudah diinvasi oleh
179
Acacia nilotica. Selain invasi jenis akasia, serangan jenis gulma invasif lainnya juga merusak ekosistem alami savana di kawasan Baluran. Jenis-jenis invasif tersebut menyebabkan penurunan populasi banteng karena mengganggu pertumbuhan rumput lokal sebagai pakan utama banteng. 4. Idea Finding Invasi merupakan ancaman terbesar selain kerusakan habitat. Invasi terjadi karena, spesies asli tidak mampu berkompetisi dengan spesies asing sehingga spesies asing menguasai hampir sebagian besar wilayah dan akhirnya mendominasi seperti yang terjadi di beberapa taman nasional. Invasi ini akan berakibat terhadap keseimbangan keanekaragaman, sehingga perlu diketahui bagaimana penangan terbaik agar spesies asing tidak menganggu habitat spesies lokal. 5. Solution Finding Permasalahan invasi spesies harus ditangani dengan baik dan sungguh-sungguh oleh berbagai pihak yang terlibat. Langkah yang harus dilakukan sebelum suatu spesies masuk ke dalam taman nasional harus dipastikan bagaimana reproduksi spesies tersebut dan bagaimana dampak dari penangkaran atau penanaman spesies tersebut terhadap spesies lokal. Jika, langkah ini dilakukan maka kasus dominasi spesies yang terjadi di taman nasional baluran tidak akan terulang di berbagai taman nasional lain. 6. Acceptance Finding Invasi spesies butuh penangan khusus. Akan tetapi, langkah yang saat ini bisa dilakukan adalah mengedukasi masyarakat bahwa tidak semua spesies unik dan berasal dari luar negara dapat dipelihara, karena beberapa spesies akan menggangu kehidupan spesies lokal karena kecepatan reproduksi atau dihasilkannya zat yang menghambat tumbuhan lokal untuk tumbuh dan berkembang.
Lampiran 5 Rubrik Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen I No. 1A.
1B.
2.
3.
Kriteria Penilaian Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam menuliskan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada artikel. Jika siswa cukup tepat dan cukup sesuai dalam menuliskan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada artikel. Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam menuliskan permasalahan-permasalahan yang terdapat pada artikel. Jika siswa menuliskan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam artikel namun tidak tepat dan tidak sesuai. Jika siswa tidak menuliskan permasalahan yang terdapat dalam artikel (tidak menjawab) Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan tepat. Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan cukup tepat. Jika siswa dapat membuat hipotesis namun kurang tepat. Jika siswa membuat hipotesis namun tidak tepat (salah). Jika siswa tidak membuat hipotesis (tidak menjawab). Jika siswa secara rinci menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat. b) Jika siswa cukup rinci dalam menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat. c) Jika siswa kurang rinci dalam menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat. d) Jika siswa hanya menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat dan tidak menuliskan data/informasi tersebut. e) Jika siswa tidak menuliskan data/informasi dan juga tidak menuliskan sumber literatur (tidak menjawab) a) b) c) d) e) a) b) c) d) e) a)
a)
Jika siswa dapat membuat keterkaitan yang tepat dan rinci antara permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan data/informasi yang diperoleh dari literatur. b) Jika siswa cukup tepat dalam mengaitkan permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan data/informasi yang diperoleh dari literatur. c) Jika siswa kurang tepat dalam mengaitkan permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan data/informasi yang diperoleh dari literatur. d) Jika siswa tidak tepat dalam mengaitkan permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan data/informasi yang diperoleh dari literatur. e) Jika siswa tidak membuat keterkaitan antara permasalahan yang terdapat dalam artikel dengan data/informasi yang didapat dari
Skor 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
180
No. 4.
Kriteria Penilaian literatur (tidak menjawab). a) Jika siswa dapat memberikan pendapatnya sendiri beserta data/informasi dari berbagai sumber yang mendukung solusi yang diberikan. b) Jika siswa dapat memberikan pendapatnya sendiri beserta data/informasi dari berbagai sumber yang cukup mendukung solusi yang diberikan. c) Jika siswa hanya dapat memberikan data/informasi dari berbagai sumber namun tidak menyertakan pendapatnya sendiri mengenai solusi yang diberikan. d) Jika Jika siswa hanya dapat memberikan pendapatnya sendiri namun tidak menyertakan data/informasi dari berbagai sumber mengenai solusi yang diberikan. e) Jika siswa tidak memberikan pendapat dan data/informasi atas solusi yang diberikannya (tidak menjawab).
Skor 4 3 2 1 0
181
Lampiran 6 Rubrik Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen II No. 1A.
a) b) c) d) e)
1B.
2.
a) b) c) d) e) a) b) c)
3.
d) e) a) b)
Skor 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3
182
Kriteria Penilaian Jika siswa dapat dengan tepat dan sesuai dalam menuliskan pokok permasalahan dalam artikel serta merumuskan masalah dengan idenya Jika siswa cukup tepat dan cukup sesuai dalam menuliskan pokok permasalahan dalam artikel serta merumuskan masalah tetapi idenya kurang relevan Jika siswa kurang tepat dan kurang sesuai dalam menuliskan pokok permasalahan dalam artikel serta membuat rumusan masalah tetapi idenya tidak sesuai dengan pokok masalah Jika siswa menuliskan pokok permasalahan dalam artikel namun tidak tepat dan tidak sesuai serta tidak menuliskan rumusan masalah berdasarkan idenya Jika siswa tidak menuliskan pokok permasalahan dalam artikel (tidak menjawab) dan tidak membuat rumusan masalah berdasarkan idenya Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan tepat dan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan Jika siswa dapat membuat hipotesis dengan cukup tepat tetapi kurang sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan Jika siswa dapat membuat hipotesis namun kurang tepat dan tidak sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan Jika siswa membuat hipotesis namun tidak tepat (salah) dan tidak sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan Jika siswa tidak membuat hipotesis (tidak menjawab) Jika siswa secara rinci menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat kemudian menggabungkan dengan idenya Jika siswa cukup rinci dalam menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat tetapi ide yang digabungkan kurang sesuai dengan informasi yang didapat Jika siswa kurang rinci dalam menuliskan data/informasi yang didapat dari literatur dan menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat dan ide yang digabungkan dengan informasi tidak sesuai Jika siswa hanya menuliskan sumber dari data/informasi yang didapat dan tidak menuliskan data/informasi tersebut. Jika siswa tidak menuliskan data/informasi dan juga tidak menuliskan sumber literatur (tidak menjawab) Jika siswa dapat dapat menuliskan dengan tepat pokok permasalahan utama dalam artikel dan menuliskan dalam bahasa ilmiah yang mudah dipahami Jika siswa dapat menuliskan dengan cukup tepat pokok permasalahan utama dalam artikel dan menuliskan dalam bahasa ilmiah yang kurang mudah dipahami
No. c)
4A.
d) e) a) b) c)
4B.
d) e) a) b) c)
5.
6.
d) e) a) b) c) d) e) a) b) c) d) e)
Kriteria Penilaian Jika siswa kurang tepat dalam menuliskan pokok permasalahan utama dalam artikel dan menuliskan dalam bahasa ilmiah yang sukar dipahami Jika siswa tidak tepat dalam menuliskan pokok permasalahan utama dalam artikel Jika siswa tidak menuliskan pokok permasalahan utama dalam artikel (tidak menjawab) Jika siswa memberikan gagasan berupa solusi yang logis dan relevan untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan ide orisinil yang sesuai dengan pokok permasalahan Jika siswa memberikan gagasan berupa solusi yang logis dan relevan untuk menyelesaikan permasalahan cukup tepat berdasarkan ide orisinil tetapi kurang sesuai dengan pokok permasalahan Jika siswa memberikan gagasan berupa solusi yang logis dan relevan untuk menyelesaikan permasalahan namun kurang tepat dan bukan menggunakan ide orisinil Jika siswa memberikan gagasan berupa solusi yang logis dan relevan untuk menyelesaikan permasalahan namun tidak tepat Jika siswa tidak memberikan solusi (tidak menjawab) Jika siswa menuliskan prilaku positif dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan permasalahan pada artikel dengan tepat berdasarkan ide orisinil Jika siswa menuliskan prilaku positif dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan permasalahan pada artikel cukup tepat berdasarkan gagasan siswa dibantu dengan sumber literatur Jika siswa menuliskan prilaku positif dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan permasalahan pada artikel kurang tepat berdasarkan generalisasi literature yang siswa pahami Jika siswa menuliskan prilaku positif dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan permasalahan pada artikel namun tidak tepat Jika siswa tidak menuliskan gagasan (tidak menjawab) Jika siswa dapat memberikan solusi dari hasil diskusi yang telah dilakukan dengan tepat dan menggabungkan dengan idenya Jika siswa dapat memberikan solusi dari hasil diskusi yang telah dilakukan dengan cukup tepat dan menggabungkan dengan idenya Jika siswa memberikan solusi dari hasil diskusi yang telah dilakukan namun kurang tepat dan tidak digabungkan dengan idenya Jika siswa memberikan solusi dari hasil diskusi yang telah dilakukan namun tidak tepat Jika siswa tidak dapat memberikan solusi dari hasil diskusi yang telah dilakukan (tidak menjawab) Jika solusi yang diajukan untuk memecahkan masalah jelas dan dapat diaplikasikan oleh siswa dan masyarakat sekitar Jika solusi yang diajukan untuk memecahkan masalah jelas namun sulit diaplikasikan oleh siswa dan masyarakat sekitar Jika solusi yang diajukan untuk memecahkan masalah kurang jelas dan sulit diaplikasikan oleh siswa dan masyarakat sekitar Jika solusi yang diajukan untuk memecahkan masalah tidak jelas dan tidak dapat diaplikasikan Jika siswa tidak mengajukan solusi pemecahan masalah (tidak menjawab)
Skor 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0 4 3 2 1 0
183
Lampiran 7 Kisi-Kisi Instrumen Tes Satuan Pendidikan
: Madrasah Aliyah Negeri 3 Tangerang
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Smester
: X/1
Bentuk Soal
: Uraian
Kompetensi Dasar
: 3.2 Menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis dan ekosistem) di Indonesia
Indikator pembelajaran 3.2.1 3.2.2 3.2.3 3.2.4 3.2.5 3.2.6 3.2.7
Menjelaskan pengertian keanekaragaman hayati Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Mengidentifikasi keanekaragaman hayati di Indonesia berdasarkan keanekaragaman pada tingkat gen, spesies, dan ekosistem berdasarkan karakteristik wilayahnya. Memerinci tumbuhan dan hewan khas Indonesia yang memiliki nilai tertentu Menganalisis peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan manusia. Mengidentifikasi peran dan aktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati Menganalisis usaha-usaha pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.
184
No. 1.*
Indikator Soal Membuat identifikasi permasalahan dan rumusan masalah terkait keanekaragaman hayati berdasarkan data keanekaragaman hayati yang terdapat di Banten.
Komponen Pemecahan Masalah Merumuskan Masalah
Soal
Hasil identifikasi: Tangerang merupakan bagian dari provinsi Banten. Banten adalah sebuah provinsi paling barat di Pulau Jawa, Indonesia. Di Banten, faunanya berukuran besar dengan warna tidak menarik, seperti badak jawa. Sementara flora yang terdapat di kawasan hutan Banten meliputi: segon, durian, jati, tangkil dan mahoni. Hasil identifikasi juga menunjukkan Keanekaragaman tingkat gen meliputi :Areuy jajamian, areuy kijahe, areuy jajaatan. Keanekaragaman tingkat spesies meliputi : Kucing dan macan. Keanekaragaman
Skor
4
Rubrik
Jika hasil identifikasi siswa sesuai dengan teori dan rumusan masalah yang dituliskan relevan
3
Jika hasil identifikasi siswa sesuai dengan teori namun rumusan masalah yang dituliskan tidak relevan
2
Jika hasil identifikasi siswa kurang sesuai dengan teori dan rumusan masalah yang dituliskan tidak relevan
1
Jika hasil identifikasi siswa tidak sesuai
185
Tangerang adalah salah satu bagian dari provinsi Banten yang merupakan daerah dataran tropis. Banten, terletak di ujung Barat Pulau Jawa memiliki kekayaan dan kekhasan keanekaragaman hayati. Salah satu kekayaan dan kekhasan keanekaragaman hayati Provinsi Banten yang menjadi bagian dari perlindungan dan kekayaan alam dunia (the world heritage) adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). Selain Badak Jawa, Cagar Alam Rawa Danau di Kabupaten Serang dan Taman Nasional Gunung Halimun – Salak di perbatasan Jawa Barat dengan Banten Selatan, merupakan kawasan – kawasan endemis yang kaya dengan keanekaragaman hayati. Saat ini orientasi pembangunan dan aktivitas ekonomi masyarakat, lebih diarahkan pada pembangunan dan pengembangan sektor jasa dan industri. Tentu saja, pembangunan ini memengaruhi berbagai aspek tidak hanya ekonomi tetapi juga lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari data yang diuraikan oleh green peace Indonesia, bahwa populasi badak di kawasan cagar alam telah menurun dan beberapa keanekaragaman hayati lainnya juga mengalami penurunan. Selain itu, eksploitasi sumber daya hutan di Banten, tidak saja telah mengancam eksistensi keanekaragaman yang ada di kawasan tersebut, tetapi juga telah merusak fungsi hutan dalam menjaga tata air, sehingga ketika musim hujan tiba, kawasan – kawasan permukiman,
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Alternatif Jawaban
persawahan dan tata guna lahan lainnya di hilir daerah aliran sungai (DAS) tergenang air. Sementara ketika musim kemarau, terjadi kelangkaan air di kawasan yang sangat luas, yang tidak saja menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih, tetapi juga berdampak pada sektor pertanian karena saluran – saluran irigasi debit airnya menjadi sangat rendah atau bahkan menjadi kering. Pengembangan industri di wilayah Utara Provinsi Banten, serta pengelolaan lingkungan yang tidak dilakukan dengan baik juga telah mengganggu dan merusak ekosistem laut. Pelaksanaan pembangunan memang tidak dapat dihindari, tetapi tanpa daya dukung lingkungan yang memadai, maka pembangunan tidak akan tercapai dengan baik. Oleh sebab itu, dibutuhkan usaha bersama dari berbagai pihak untuk melestarikan keanekaragaman hayati di Banten agar pembangunan dapat berlangsung tanpa merusak keseimbangan keanekaragaman hayati. Flora dan fauna yang terdapat di kawasan konservasi Provinsi Banten memiliki karagaman yang tinggi. Keanekaragaman hayati ini tidak terlepas dari berbagai tipe ekosistem yang membentuk kawasan konservasi tersebut. Berbagai tipe ekosistem tersebut diantaranya ekosistem perairan laut, pesisir pantai dan daratan/terestrial. Berbagai flora dan fauna (dilindungi maupun tidak dilindungi) yang
ekositem meliputi: Ekosistem perairan laut, pesisir pantai dan daratan/terrestrial. Rumusan Masalah: 1. Apa penyebab rusaknya keanekaragaman hayati di Banten? 2. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan keanekaragaman hayati di Banten? 3. Apakah Banten memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi? 4. Dll, terkait dengan isi artikel.
Skor
Rubrik dengan teori dan rumusan masalah yang dituliskan tidak relevan.
0
Jika siswa tidak menjawab.
186
Soal
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
dominan di Banten dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Sumber : Berbagai Sumber. Uraian di atas menjelaskan tentang keanekaragaman hayati di Banten dengan kekhasanya. Lakukanlah identifkasi lebih lanjut mengenai keanekaagaman tingkat gen, spesies dan ekositem yang terdapat di Banten, kemudian simpulkan hasil identifikasi dan contoh hasil identifikasi Anda dan buatlah rumusan masalah berdasarkan hasil identifikasi Anda! 2.
Merumuskan Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000 km dan memiliki lebih dari 17.000 pulau
Dampak dari penangkapan ikan yang
4
Jika siswa dapat menuliskan 3 dampak
187
Membuat identifikasi permasalahan dan rumusan
No.
Indikator Soal masalah terkait keanekaragaman hayati berdasarkan artikel kerusakan terumbu karang.
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
yang dikelilingi oleh terumbu karang. Diperkirakan sekitar 51% terumbu karang di Asia Tenggara dan 18% dari terumbu karang di dunia berada di Indonesia. Sebagian besar dari terumbu karang ini bertipe terumbu karang tepi (fringing reef), berdekatan dengan garis pantai dan mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati kelautan tertinggi di dunia. Ketergantungan yang tinggi negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia terhadap sumber daya laut menyebabkan nelayan ingin menagkap ikan dalam jumlah banyak melalui cara yang mudah yaitu dengan cara merusak (destructive fishing). Beberapa praktek penangkapan ikan dengan cara merusak antara lain penggunaan pukat harimau (trawl), penggunaan bom (dynamite fishing), dan penggunaan racun potas (cyanide fishing). Penggunaan dynamite dan cyanide fishing selain dapat menghabiskan populasi ikan, juga mengakibatkan kerusakan ekosistem di sekitarnya (terumbu karang) dan membahayakan keselamatan nelayan. Aktivitas destructive fishing ini mengancam 88% terumbu karang Asia Tenggara. satu contoh
kasusnya
yaitu di
merusak di antaranya: Terumbu karang akan mati 2. Biota laut dan keseimbangan ekositem laut terganggu 3. Ikan akhirnya mati karena rusaknya terumbu karang 4. dll, yang berkaitan dengan penangkapan ikan yang merusak Rumusan Masalah: 1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan bom ikan terhadap kerusakan keanekaragaman hayati biota laut? 2. Apa saja teknik penangkapan ikan yang merusak? 3. dll, yang berkaitan dengan artikel.
Rubrik penggunaan bom ikan terhadap biota laut sesuai dengan isi artikel dan rumusan masalah relevan
1.
3
Jika siswa dapat menuliskan 2 dampak penggunaan bom ikan terhadap biota laut sesuai dengan isi artikel dan rumusan masalah relevan
2
Jika siswa dapat menuliskan 1 dampak penggunaan bom ikan terhadap biota laut sesuai dengan isi artikel dan rumusan masalah relevan
188
Salah
Skor
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu yang terletak di sebelah utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta memiliki 110 buah pulau. Kepulauan Seribu terkenal dengan keindahan terumbu karang dan ikan-ikannya. Hal ini tentu saja menarik perhatian komunitas sekitar untuk menangkap ikan-ikan cantik itu dan menjualnya di Jakarta. Pencari ikan hias menyelam di sekitar terumbuterumbu karang untuk mencari ikan hias (biasanya jenis anemone). Untuk menangkap anemone, mereka menyemprotkan potas yang disimpan dalam botol aqua ke anemone yang berada di terumbu karang.
Skor
Rubrik
1
Jika siswa dapat menuliskan 1 dampak penggunaan bom ikan terhadap biota laut namun tidak sesuai dengan isi artikel dan rumusan masalah tidak relevan
0
Jika siswa tidak menjawab
189
Bagaimanakah pengaruh potas dalam kerusakan terumbu karang? Dalam air laut, potas akan terurai menjadi sodium dan ion potassium. Pada manusia, potas dapat menghentikan transportasi haemoglobin, begitu pula pada ikan. Bila air di sekitar ikan tecemar oleh potas, maka suplai oksigen pada ikan semakin berkurang dan menyebabkan ikan tersebut pingsan. Sehingga tidak berapa lama mereka kembali menyelam, dan tinggal memunguti ikan ikan hias yang pingsan. Penyemprotan potas berulang kali pada terumbu karang juga mengakibatkan terjadinya pemutihan dan kematian terumbu karang. Setiap penyemprotan potas akan menjangkau area terumbu karang seluas 4 x 4 meter. Lamakelamaan terumbu karang akan mati. Tak ada ikan lagi, karena ikan ikan membutuhkan terumbu
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
karang sebagai rumah dan habitatnya. Kasus lainnya berada di Teluk Kiluan, Lampung yang terletak di titik pertemuan antara arus Samudra Hindia dengan perairan Selat Sunda. Pada bulan Februari-April 2009, marak terjadi penangkapan lobster menggunakan bom ikan dan potas di Teluk Kiluan. Kapal pengebom ikan beroperasi dengan cara berhenti di depan perairan Teluk Kiluan. Dari kapal besar, nakhoda kapal akan menurunkan perahu jukung yang berisi pendayung, pencari ikan, dan pengebom ikan. Ketika sumber ikan sudah ditemukan, pengebom akan turun menyelam dan mengebom terumbu karang sehingga ikan dan terumbu karang mati. Ikan yang biasanya dicari adalah ikan kerapu dan simba. Potas digunakan untuk menangkap lobster. Potas disemprotkan ke lubang-lubang pada terumbu karang tempat lobster tinggal. Akibat kegiatan menggunakan bom ikan, wilayah terumbu karang di perairan Teluk Kiluan rusak. Wilayah terumbu karang di perairan Teluk Kiluan diperkirakan seluas lima hektar. Sekitar separuhnya kini rusak akibat kegiatan pengeboman ikan.
190
Di Sulawesi Selatan, kerusakan terumbu karang akibat bom ikan juga terjadi. Saat ini, sekitar 55% terumbu karang di Sulawesi Selatan telah rusak akibat bom ikan. Cara penangkapan ikan seperti ini telah merusak ekosistem yang ada
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
di bawah permukaan laut, termasuk terumbu karang Taman Nasional Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Taman laut Takabonerate merupakan taman laut ketiga terindah di dunia yang memperoleh piagam penghargaan dunia pada pertemuan Internasional Kelautan (World Ocean Conference) di Manado, Sulut, 11 – 15 Mei 2009. Tidak hanya terumbu karangnya yang rusak, melainkan jutaan spesies biota laut yang unik bisa terancam akibat pemboman ikan ilegal itu. Dengan banyaknya penangkapan ikan dengan cara merusak, terumbu karang yang kondisinya menurun akan kehilangan nilai karena menjadi kurang produktif. Suatu terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan hasil perikanan rata-rata 20 ton per tahun. Hasil suatu terumbu karang yang rusak akibat destructive fishing hanya 5 ton per tahun. Meskipun hanya sebagian yang rusak, terumbu karang tidak dapat pulih ke tingkat produktivitas tinggi. Terumbu karang Indonesia adalah suatu dasar bagi struktur ekonomi dan sosial di kawasan ini, namun keadaannya dalam kondisi sangat terancam.
191
Sumber: http://dimastrikrisnanto.web.unej.ac.id/2015/09/1 5/kerusakan-ekositem-bawah-laut-akibat-bomikan/
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
Uraian pada wacana dua menjelaskan, bagaimana penangkapan ikan yang merusak. Identifikasi berdasarkan uraian yang ada pada wacana dua, tiga dampak dari penangkapan ikan yang merusak terhadap keanekaragaman ekosistem laut. Kemudian tuliskan satu rumusan masalah!
3.*
Meneliti dan mengklasifika si data yang disajikan berdasarkan artikel keanekaraga man hayati
Mengembang kan Jawaban Sementara
Perhatikan artikel berikut ini! Keanekaragaman hayati adalah suatu hubungan antara spesies dengan ekosistem. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
4
Jika siswa menjawab benar dan memberikan alasan logis dan sesuai dengan isi artikel, mengapa pernyataan pada artikel tersebut salah.
3
Jika siswa menjawab benar dan memberikan alasan namun tidak terkait dengan isi artikel.
192
Hubungan ini kemudian menciptakan berbagai perbedaan baik yang dapat diamati tanpa menggunakan mikroskop hingga perlu mikroskop untuk mengetahuinya. UU No. 5 tahun 1994, menyatakan bahwa keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya
1. Salah, karena keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keseluruhan variasi, baik bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada tingkat gen, spesies, ataupun dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu ekosistem. Jadi, tidak hanya mencakup ekosistem saja. 2. Salah, karena meskipun keanekaragaman
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek Ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan penjelasan undang-undang, keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman yang memiliki satu tingkatan karena berhubungan dengan ekosistem. Maka tingkat keanekaragaman hayati hanya mencakup ekosistem.
hayati merupakan hubungan antara faktor genetik dan lingkungan. Namun, keanekaragaman ini tidak hanya mencakup ekosistem karena tingkat keanekaragaman hayati ada tiga, yaitu: gen, jenis dan ekosistem. 3. dll, yang berkaitan dengan pertanyaan.
Sumber https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x2/keanekaragaman-hayati/pengertian-tingkatkeanekaragaman-hayati/
:
Skor
Jika siswa menjawab benar namun tidak memberikan alasan.
1
Jika siswa menjawab salah namun memberikan alasan.
0
Jika siswa tidak menjawab
Mencari penyebab permasalahan
Mengembang kan Jawaban Sementara
Hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan). Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat berlipat ganda, baik manfaat yang secara langsung maupun manfaat secara
Minyak bawang dalam bumbu mie instan, shampoo dan sabun mandi merupakan penyebab WWF melarang penggunaan kebutuhan sehari-hari tersebut secara berlebihan. Penggunaan
4
Jika siswa dapat mengemukakan penyebab permasalahan dengan logis dan sesuai denga nisi artikel
193
2
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan, menurut Anda apakah pernyataan tersebut benar? Jika iya, kemukakan alasannya! Jika tidak, berilah penjelasan yang benar tentang keanekaragaman hayati! 4.*
Rubrik
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai sumber berbagai jenis barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah, bunga, danlainlain, yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi hampir semua kebutuhan manusia. Manfaat hutan yang tidak langsung meliputi: (a) Gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna, (b) Bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO2 serta penghasil oksigen, (c) Fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutan dan plasma nutfah yang dikandungnya, (d) Sumber bahan obat-obatan, (e) Ekoturisme, (f) Bank genetik yang hampir-hampir tidak terbatas, dan lain-lain (Jayapercunda, 2002).
kelapa sawit ini, akan berdampak pada penanaman monokultur. Kebijakan yang tidak menguntungkan ini dapat menyebabkan hutan berubah fungsi menjadi hutan industry dan mengalami eksploitasi. Selain itu, dapat menyebabkan berbagai spesies kehilangan tempat tinggalnya akibat penanaman monokultur dan keseimbangan alam akan terganggu.
Rubrik
3
Jika siswa dapat mengemukakan penyebab permasalahan dengan logis namun tidak terkait isi artikel
2
Jika siswa mengemukakan penyebab permasalahan namun kurang logis dan terkait isi artikel
1
Jika siswa mengemukakan penyebab permasalahan namun kurang logis dan tidak terkait isi artikel
0
Jika siswa tidak
194
Hutan Indonesia merupakan hutan tropis yang terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Dengan luas 1.860.359,67 km2 daratan, 5,8 juta km2 wilayah perairan dan 81.000 km garis pantai, Indonesia ditempatkan pada urutan kedua setelah Brazil dalam hal tingkat keanekaragaman hayati (Ministry of Environment, 2009). Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi Indonesia meliputi: 10 persen spesies tanaman berbunga, 12 persen spesies mamalia, 16 persen
Skor
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal spesies reptil dan amfibi, 17 persen spesies burung, serta 25 persen spesies ikan yang terdapat di dunia. Sejak akhir 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan alam sebagai penopang pembangunan ekonomi nasional, dan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi sistem yang dominan dalam memanfaatkan hasil hutan dari hutan alam. Dalam pelaksanaannya, HPH telah mendahului sebagai penyebab degradasi hutan alam. Degradasi ini semakin besar ketika pada tahun 1990 pemerintah mengundang investor swasta untuk melakukan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan iming-iming sejumlah insentif. Ditambah lagi tingginya laju penanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh perkebunan dengan mengkonversi hutan (Kartodihardjo, 2000).
Skor
Rubrik menjawab
195
Sektor kehutanan mengalami pertumbuhan yang hebat dan menggerakkan ekspor bagi perekonomian pada 1980-an dan 1990-an. Ekspansi besar-besaran di sektor produksi kayu lapis dan pulp-dan-kertas menyebabkan permintaan terhadap bahan baku kayu jauh melebihi kemampuan pasokan legal. Dampaknya, ekspansi industri diimbangi dengan mengorbankan hutan melalui praktik kegiatan kehutanan yang tidak lestari sama sekali. Pada tahun 2000, sekitar 65 persen dari pasokan total industri pengolahan kayu berasal dari kayu yang dibalak secara ilegal. HTI yang dipromosikan
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
secara besarbesaran dan disubsidi agar mencukupi pasokan kayu bagi industri pulp yang berkembang pesat malah mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Jutaan hektare (ha) hutan alam ditebang habis untuk dijadikan areal HTI. Sayangnya dari seluruh lahan yang telah dibuka, 75 persen tidak pernah ditanami. Sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi serta kurangnya penegakan hukum memperparah deforestasi di Indonesia (FWI/GFW, 2001). Sumber : Forest Watch Indonesia World Wide Foundation (WWF) Indonesia, merupakan lembaga non-profit yang bergerak di bidang lingkungan dan pelestariannya. Baru-baru ini, WWF merilis pernyataan bahwa masyarakat harus meminimalisir penggunaan mie instan, karena bumbu mie instan dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati. Masyarakat juga diminta meminimalisir penggunaan shampo dan sabun mandi. Menurut Anda, apa yang menyebabkan WWF melarang penggunaan berbagai kebutuhan sehari-hari tersebut secara berlebihan? Kaitkan dengan artikel di atas!
196
No. 5.*
Indikator Soal Membuat hipotesis berdasarkan artikel yang disajikan
Komponen Pemecahan Masalah Membuat Hipotesis
Soal Jessie J, setelah menyelesaikan konser di Indonesia, mengunjungi Kebun Raya Bogor. Kemudian, Jessie tertarik membeli jeruk limo. Di rumah Jessi ternyata memiliki jeruk nipis. Jessi tertarik menyilangkan kedua tanaman jeruknya. Setelah enam tahun Jessie tetap tidak mendapati jeruknya berbuah. Soal
Skor
Rubrik
Jeruk yang dimiliki Jessi J merupakan tingkat keanekaragaman jenis. Hal ini ditandai dengan tidak berbuahnya jeruk setelah dilakukan persilangan.
4
Jika hipotesis yang dikemukakan logis dan relevan dengan pertayaan
3
hipotesis yang dikemukakan logis namun kurang relevan dengan pertanyaan
2
Jika, hipotesis yang dikemukakan kurang logis namun relevan dengan pertanyaan
1
Jika, hipotesis yang dikemukakan kurang logis dan kurang relevan
Buatlah hipotesis Anda, berdasarkan kasus yang dialami oleh Jessi J, dilihat dari tingkat keanekaragaman!
197
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik dengan pertanyaan
6.*
Mengidentika si teori berdasarkan gambar yang disajikan
Menguji jawaban sementara
Perhatikan gambar di bawah ini!
Menurut hasil identifikasi Anda keempat gambar tersebut menunjukkan keanekaragaman hayati pada tingkatan apa?
1. Keempat gambar yang telah disajikan menunjukkan keanekaragaman genetik, berdasarkan kajian pustaka keanekaragaman genetik dapat ditunjukkan dengan adanya variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam satu jenis atau spesies makhluk hidup. Keanekaragaman gen dapat menyebabkan variasi antar individu sejenis. 2. dll, jawaban yang mungkin muncul
0
Jika siswa tidak membuat hipotesis
4
Jika hasil identifikasi siswa benar, sesuai dengan wacana yang disajikan dan didukung oleh teori dari sumber sekunder
3
Jika hasil identifikasi benar, sesuai dengan wacana yang disajikan namun tidak didukung dengan sumber sekunder
198
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
tentang identifikasi
7.*
Menyusun jawaban berdasarkan bukti yang diajukan
Menguji Jawaban Sementara
Penyebab pemuliaan tanaman dikembangkan, karena kebutuhan pangan yang meningkat seiring dengan terus bertambahnya populasi
Jika hasil identifikasi kurang tepat namun sesuai dengan wacana dan didukung sumber sekunder
1
Jika hasil identifikasi kurang tepat, kurang sesuai dengan wacana dan tidak didukung sumber sekunder.
0
Jika siswa tidak menjawab
4
Jika alasan yang diuraikan siswa logis dan relevan dengan pertayaan
199
Saat ini, kebutuhan pangan meningkat, karena jumlah populasi penduduk terus mengalami peningkatan. Permasalahan peningkatan populasi ini berimbas pada harus tersedianya kebutuhan pangan yang cepat dan
2
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
bermutu. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, di tengah maraknya perkembangan pengetahuan dan teknologi maka terciptalah pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya. Pelaku kegiatan ini disebut pemulia tanaman. Pemuliaan tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.
penduduk. Dampaknya, akan tercipta tanaman yang tahan dalam kondisi tidak menguntungkan.
3
Jika alasan yang diuraikan siswa, logis namun kurang relevan dengan pertanyaan
Produk pemuliaan tanaman adalah kultivar dengan ciri-ciri yang khusus dan bermanfaat bagi penanamnya. Dalam kerangka usaha pertanian (agribisnis), pemuliaan tanaman merupakan bagian awal/hulu dari mata rantai usaha tani dan memastikan tersedianya benih atau bahan tanam yang baik dan bermutu tinggi.
2
Jika alasan yang diuraikan siswa, kurang logis namun relevan dengan pertanyaan
Sumber: http://miftahularifin.blogspot.co.id/2011/ 12/pemuliaan-tanaman.html
1
Jika alasan yang diuraikan siswa, kurang logis dan kurang relevan dengan pertanyaan
0
Jika siswa tidak menjawab
200
Soal
No. 8.*
Indikator Soal Menganalisis data dan menentukan langkah pencegahan kepunahan harimau sumatra, berdasarkan data dari artikel yang disajikan
Komponen Pemecahan Masalah Menguji jawaban sementara
Soal
Untuk mencegah kepunahan harimau sumatra dapat dilakukan berbagai upaya pembenahan kebijakan, menghindari eksploitas berlebihan dan mencegah pemburuan.
Skor
Rubrik
4
Jika, keputusan yang dikemukakan logis, realistis dan relevan
3
Jika, keputussan yang dikemukakan logis, realistis namun kurang relavan
2
Jika, keputusan yang dikemukakan logis, kurang realistis dan kurang relevan
1
Jika, keputusan yang dikemukakan kurang logis, realistis dan
201
Luas daratan Indonesia hanya 1,3 persen dari luas daratan permukaan bumi, keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya luar biasa tinggi, meliputi 11 persen spesies tumbuhan dunia, 10 persen spesies mamalia, dan 16 persen spesies burung. Sebagian besar dari spesies ini berada di dalam hutan-hutan Indonesia. Sekitar 17.000 pulau di Indonesia terbentang antara kawasan Indomalaya dan Australasia; Kepulauan Indonesia memiliki tujuh kawasan biogeografi utama dan keanekaragaman tipe-tipe habitat yang luar biasa. Banyak pulau yang terisolasi selama ribuan tahun, sehingga tingkat endemiknya tinggi. Sebagai contoh, dari 429 spesies burung endemik lokal, 251 di antaranya adalah spesies unik yang terdapat di suatu pulau tertentu saja. Sebagian besar serangga Indonesia juga tidak ditemukan di tempat lain, dan sebagian berada terbatas pada puncak-puncak pengunungan tertentu. Tiga lokasi utama yang merupakan pusat kekayaan spesies di Indonesia adalah Irian Jaya (tingkat kekayaan spesies dan endemisme tinggi), Kalimantan (tingkat kekayaan spesies tinggi, endemisme sedang), dan Sulawesi (tingkat kekayaan spesies sedang, endemisme tinggi). Indonesia juga menjadi rumah bagi beberapa mamalia yang paling disayangi di dunia, yaitu orangutan, harimau, badak, dan gajah.
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Skor
Rubrik
relevan 0
Jika siswa tidak menjawab
202
Sejak awal tahun 1930, tiga subspesies harimau: Harimau Bali, Harimau Jawa, dan Harimau Sumatera; menyebar di beberapa wilayah negara. Dari ketiga subspesies ini, Harimau Bali (Panthera tigris balica) menjadi punah pada akhir tahun 1930-an dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) punah pada tahun 1970-an. Saat ini, yang masih tersisa hanya subspesies dari Sumatera. Karena pola hidup harimau yang soliter dan nokturnal, hampir mustahil untuk melakukan sensus yang akurat terhadap Harimau Sumatera. Subspesies ini diyakini berjumlah sekitar 400-500 ekor, sebagian besar hidup di lima taman nasional di Sumatera. Suatu sensus informal pada tahun 1978 memperkirakan jumlah harimau di pulau ini sekitar 1000 ekor. Meskipun harimau mampu hidup di berbagai habitat, fragmentasi hutan dan pembangunan pertanian di pulau ini dan juga permintaan pasar terhadap berbagai produk yang berasal dari harimau mempunyai andil terhadap penurunan populasi spesies ini (Tiger Information Center, 2001). Nasib spesies mamalia lainnya juga tidak jauh lebih baik. Badak Sumatera dan Badak Jawa keduanya termasuk spesies terancam punah dalam kategori kritis menurut Daftar Merah – IUCN. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah mamalia besar yang paling langka di dunia, jumlahnya diperkirakan hanya 54-60 ekor pada tahun 1995, dan sebagian besar hidup di satu kawasan lindung, yaitu Taman Nasional Ujung
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
Kulon. Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diketahui terdapat di Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Dari semua populasi yang ada, jumlah badak telah merosot lebih dari 50 persen selama dekade yang lalu. Hanya sekitar 400 badak diketahui terdapat di Indonesia. Fragmentasi dan konversi habitat secara khusus juga telah menghancurkan spesies primata. The Primate Specialist Group dari IUCN baru-baru ini telah menetapkan dua spesies, yaitu Orangutan Sumatera (Pongo pygmaeus) dan Owa Jawa (Hylobates moloch), sebagai spesies yang menduduki peringkat tertinggi pada daftar 25 primata yang terancam punah. Owa Jawa yang berjumlah antara 300-400 ekor sekarang terpencar di hutan-hutan yang masih tersisa di Jawa. Di Sumatera, orangutan hanya terdapat di propinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Seperti kondisi mamalia yang paling terancam punah, kehilangan habitat dan fragmentasi merupakan penyebab utama penurunan populasi. Namun, perburuan untuk memperoleh makanan dan untuk tujuan olah raga, perdagangan
203
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
4
Jika analisis yang dikemukakan oleh siswa logis dan relevan dengan pertanyaan
3
Jika analisis yang dikemukakan oleh siswa logis namun kurang relevan dengan pertanyaan
binatang peliharaaan ilegal, dan pengelolaan yang tidak efektif di berbagai taman nasional juga telah memberikan andil terhadap penurunan populasi (IUCN, 2001).
Sumber : Forest Watch Indonesia dan Mogabay Indonesia Berdasarkan artikel di atas buatlah keputusan yang dapat dilakukan untuk mencegah kepunahan harimau sumatra! 9.
Membuat analisis dan membuat keputusan untuk memecahkan masalah
Menguji jawaban sementara
Saat ini, kantung plastik dalam tiap pembelajaan di mini market, akan dikenakan biaya 200,00. Beberapa pihak setuju, tetapi ada juga pihak yang menganggap bahwa 200 rupiah ini adalah bentuk kezaliman. Berikut gambar mengenai plastik dan kebijakan plastik berbayar.
Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ide yang dapat diterapkan adalah melakukan edukasi pada masyarakat tentang permasalahan sampah plastik dan mengajak perusahaan untuk lebih perduli terkait pengelolaan dan penggunaan sampah plastik.
204
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Terdapat masalah terkait penerapan kebijakan plastik berbayar. Analisis apa saja yang menyebabkan perbedaan pendapat tersebut! Serta putuskanlah dua ide, yang dapat menjadi alternatif penyelesaian masalah ini.
10, *
Menguji jawaban sementara
Kepulauan Indonesia dipisahkan menjadi dua bagian oleh suatu garis maya. Seorang pakar biologi dari Inggris, Alfred Russel Wallace,
Indonesia dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan garis Walace dan Weber. Daerah oriental dihuni
Rubrik
2
Jika analisis yang dikemukakan oleh siswa kurang logis namun relevan dengan pertanyaan
1
Jika analisis yang dikemukakan oleh siswa kurang logis dan kurang relevan dengan pertanyaan
0
Jika siswa tidak menjawab
4
Jika siswa menyebutkan ke 3 zona dengan
205
Menganalisis data berdasarkan persamaan
Skor
No.
Indikator Soal dan perbedaan yang disajikan
Komponen Pemecahan Masalah
Alternatif Jawaban
mendeskripsikan garis ini pertama kali pada akhir tahun 1850-an (Wallace, 1859). Wallace mengamati bahwa burung burung yang ada di satu pulau tidak terdapat di pulau lainnya yang jaraknya hanya 40 km. Ia kemudian menemukan bahwa pola yang menakjubkan ini juga berlaku bagi spesies tumbuhan dan binatang lainnya yang jumlahnya tidak terhitung. Misalnya, pohonpohon Dipterocarpaceae yang merupakan spesies yang sangat umum di hutan-hutan dataran rendah Indonesia menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok di antara dua kawasan yang terpisahkan oleh Garis Wallace. Lebih dari 287 spesies ditemukan di Pulau Kalimantan, sementara hanya 7 spesies terdapat di 80 km ke arah timur Sulawesi, pada ketinggian yang sama. Garis ini, yang sekarang menggunakan nama Alfred Wallace, dibuat berdasarkan dangkalan laut dalam yang memotong antara Bali dan Lombok, dan ke arah utara memisahkan Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi. Hanya sedikit spesies yang ditemukan di satu sisi Garis Wallace dapat ditemukan di sisi lainnya. Wallace menyatakan teorinya bahwa spesies yang ada di sebelah barat Bali berasal dari Asia, sebaliknya spesies yang ada di sebelah timur Bali tampaknya berasal dari Australia. Pembagian spesies yang menarik ini merupakan salah satu sumber utama keanekaragaman hayati Indonesia yang menakjubkan. Bahkan isolasi kepulauan
oleh spesies berukuran besar dengan warna bulu burung tidak menarik. Daerah peralihan dihuni oleh hewan dan tumbuhan unik perpaduan antara zona asia dan Australia. Daerah Australis dihuni oleh mamalia berukuran kecil, berkantung dan burung memiliki warna bulu menarik.
Skor
Rubrik tepat, menyebutkan ciri khas masingmasing spesies di tiap zona.
3
Jika siswa menyebutkan ke 3 zona dengan tepat, namun kurang tepat dalam menyebutkan ciri khas masingmasing spesies
2
Jika siswa hanya menyebutkan zona tanpa menyebutkan ciri khas masingmasing spesies di setiap zona
1
Jika jawaban siswa tidak terkait dengan zona dan
206
Soal
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal Indonesia yang begitu panjang, yang terbentang lebih dari 4.800 kilometer, telah menciptakan kisaran spesies yang sangat beragam. Indonesia menduduki urutan ke lima negara terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman tumbuhan, mamalia, burung, dan reptilia (CI, 2001).
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik ciri khas spesies
0
Jika siswa tidak menjawab
Sumber : Conservation International. 2001. Online at: http://www.conservation.org (January 9, 2001). Wallace, Alfred Russel. 1859. “On the Zoological Geography of The Malay Archipelago” (S53, 1859). Paper presented to the Linnean Society on 3 November and published in their Zoological Proceedings in 1860.
207
Kemukakanlah penyebab perbedaan jenis hewan dan tumbuhan di tiap wilayah dan ciri-ciri hewan serta tumbuhan yang hidup dalam wilayah tersebut, kaitkan dengan garis Wallace dan Weber pada gambar!
No. 11. *
Indikator Soal Menganalisis data berdasarkan gambar yang disajikan dan menentukan kebenaran data berdasarkan keteraturan pola yang dikemukakan dalam teori
Komponen Pemecahan Masalah Menguji jawaban sementara
Soal
Berdasarkan gambar di atas, variasi apa yang tampak dan apa penyebabnya?
Alternatif Jawaban Dari gambar di atas variasi yang tampak adalah variasi warna dan variasi bentuk mahkota bunganya. Pada gambar A tampak mahkota bunganya lebih besar berwarna oranye dan pada gambar B, mahkota bunganya berwarna merah dan putih pada helaian mahkotanya, sedangkan pada gambar C, lembaran mahkota bunganya bertumpuk lebih banyak dan berwarna putih, sedangkan pada gambar D, mahkotanya bertumpuk lebih banyak dan berwarna ungu. Genetik dari parental yang menyebabkan hal tersebut.
Skor
Rubrik
4
Jika hubungan data dengan hipotesis yang disimpulkan oleh siswa tepat, sesuai dengan teori dan relevan
3
Jika hubungan data dengan hipotesis yang disimpulkan oleh siswa tepat, sesuai dengan teori namun kurang relevan
2
Jika hubungan data dengan hipotesis yang disimpulkan oleh siswa kurang tepat, belum sesuai dengan teori dan relevan
208
No.
12. *
Indikator Soal
Menganilisis data dengan mencari hubungan data dengan hipotesis berdasarkan data dan grafik yang disajikan
Komponen Pemecahan Masalah
Menguji jawaban sementara
Soal
Rumusan masalah:
Skor
Rubrik
1
Jika hubungan data dengan hoptesis yang disimpulkan oleh siswa kurang tepat, belum sesuai dengan teori dan kurang relevan
0
Jika siswa tidak menjawab
4
Jika rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan logis dan relevan dengan data yang disajikan
3
Jika rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan logis namun
Apakah terdapat pengaruh deforestasi terhadap keanekaragaman hayati? Hipotesis: Terdapat pengaruh deforestasi terhadap keseimbangan keanekaragaman hayati.
209
Deforestasi mulai menjadi masalah penting di Indonesia sejak awal 1970-an ketika penebangan hutan secara komersil mulai dibuka secara besarbesaran. Melalui survei pada tahun (1990) dihasilkan data tutupan hutan pada tahun 1985 sebesar 119 juta ha atau mengalami penurunan luas tutupan hutan sebesar 27 persen. Pada tahun 1997, hasil analisis Global Forest Watch menyebutkan bahwa tutupan hutan Indonesia sebesar 95 juta ha. Mengenai kondisi hutan dalam periode tahun 2000- 2006 telah dipublikasikan berbagai versi perkiraan kerusakan hutan di Indonesia. Departemen Kehutanan menyatakan angka laju kerusakan hutan Indonesia
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
adalah 2,83 juta ha per tahun dalam kurun waktu 1997-2000 (Departemen Kehutanan, 2005). Food and Agricultural Organization (FAO) dalam buku State of the World's Forests, menempatkan Indonesia di urutan ke-8 dari sepuluh negara dengan luas hutan alam terbesar di dunia, dengan laju kerusakan hutan mencapai 1,87 juta ha per tahun dalam kurun waktu 2000-2005. Penelitian CIFOR dalam Kanninen, M. et.al. (2009) menyebutkan bahwa deforestasi dan degradasi biasanya disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Penyebab deforestasi yang berbeda-beda (langsung dan tak langsung, intra dan ekstra-sektoral) berinteraksi satu sama lain dengan cara yang sangat kompleks dan bervariasi.
kurang relevan dengan data yang disajikan
2
Jika rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan kurang logis namun relevan dengan data yang disajikan
1
Jika rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan kurang logis dan kurang relevan dengan data yang disajikan
0
Jika siswa tidak menjawab
210
Penyebab langsung paling utama dari deforestasi dan degradasi hutan meliputi: ekspansi pertanian, ekstraksi kayu dan pembangunan infrastruktur. Sementara penyebab utama tidak langsung dari deforestasi meliputi: faktor-faktor ekonomi makro, faktor tata kelola, dan faktor lain seperti faktor budaya, faktor demografi dan faktor teknologi. Tutupan hutan sebagai salah satu tolok ukur kondisi hutan terus berkurang sejalan dengan intervensi dan eksploitasi yang dilakukan oleh manusia. FWI (2001) melaporkan beberapa temuan yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang mengalami kehilangan hutan tropis yang tercepat di dunia. Untuk lebih memahami
Rubrik
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
Tutupan hutan sebagai salah satu tolok ukur kondisi hutan terus berkurang sejalan dengan intervensi dan eksploitasi
4
Jika siswa membuat keputusan yang tepat beserta alasan dan sesuai
mengenai deforestasi, disajikan gambar di halaman selanjutnya mengenai laju deforestasi.
Berdasarkan wacana di atas, Anda diberitahu penyebab deforestasi dan dari grafik yang disajikan deforestasi tersebut tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Buatlah rumusan dan hipotesis masalah terkait deforestasi dan keanekaragaman hayati
13. *
Menguji jawaban sementara
Berdasarkan data yang dipaparkan pada wacana 10, buatlah analisis deforestasi di Indonesia! Kaitkan dengan Pasal 18 UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatur dan menetapkan angka “kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran
211
Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah disajikan
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. Luas kawasan hutan dan penutupan hutan yang harus dipertahankan adalah minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas daerah aliran sungai dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional”.
yang dilakukan oleh manusia. FWI (2001) melaporkan beberapa temuan yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang mengalami kehilangan hutan tropis yang tercepat di dunia. Sebaran deforestasi menunjukkan bahwa Kalimantan adalah daerah dengan tingkat deforestasi tertinggi dan Papua merupakan daerah dengan tutupan hutan terbesar dan laju deforestasi rendah. Jika mengacu pada pasal 18 tentang angka tutupan hutan tersebut, maka luas tutupan hutan di pulau Sumatera, Bali-Nusa Tenggara dan Jawa tidak terpenuhi.
Skor
Rubrik dengan isi artikel yang dianalisis
Jika siswa membuat keputusan yang tepat namun memberikan alasan yang tidak sesuai dengan isi artikel yang dianalisis
2
Jika siswa membuat keputusan namun kurang tepat dan memberikan alasan yang tidak sesuai dengan isi artikel yang dianalisis
1
Jika siswa hanya memberikan keputusan tanpa
212
3
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik alasan
14. *
Menyajikan data yang diperoleh dan menarik kesimpulan
Menerapkan kesimpulan
Berdasarkan pendapat Anda, samakah fenotip individu suatu spesies yang hidup di tempat berbeda?
Fenotif individu pada satu spesies yang hidup pada tempat yang berbeda akan mempunya fenotif yang berbeda pula karena dipengaruhi oleh gen dan lingkungan.
0
Jika siswa tidak manjawab
4
Jika pendapat yang diberikan sesuai dengan teori, logis dan relevan
3
Jika pendapat yang diberikan sesuai dengan teori, logis tetapi tidak relevan
2
Jika pendapat yang diberikan tidak sesuai dengan teori, kurang logis dan relevan
213
No.
15. *
Indikator Soal
Memberikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan
Komponen Pemecahan Masalah
Menerapkan Kesimpulan
Soal
Pembukaan lahan dengan menggunakan cara membakar yang tidak terkendali dan merusak erat kaitannya dengan pembangunan industri kelapa sawit di Indonesia karena empat alasan pokok berikut ini:
1. Menanamkan pentingnya keseimbangan alam terhadap kehidupan manusia. 2. Membuat kebun sederhana di sekitar lingkungan sekolah untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekolah. 3. Membuat kebijakan yang berpihak pada perlindungan hutan, flor dan fauna. 4. dll jawaban terkait pelestarian keanekaragaman hayati.
Skor
Rubrik
1
Jika hanya memberikan pendapat tanpa didukung teori
0
Jika siswa tidak menjawab
4
Jika siswa dapat memberikan alasan yang logis dan dapat dipertanggungjawabkan
3
Jika alasan yang diberikan cukup logis dan dapat dipertanggungjawabkan
2
Jika alasan yang diberikan kurang logis dan kurang dapat
214
• Kebakaran menurunkan kualitas lahan hutan dan dengan demikian mendukung usaha untuk memiliki kawasan hutan permanen (seperti hutan produksi) secara legal untuk diklasifikasikan kembali sebagai kawasan-kawasan hutan yang tersedia untuk konversi bagi perkebunan. Dengan semakin terbatasnya ketersediaan lahan yang tidak diklasifikasikan sebagai hutan dan yang cocok untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit, membakar hutan kemudian menjadi suatu cara yang bermanfaat untuk meningkatkan persediaan lahan yang ada.
Alternatif Jawaban
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal • Di kawasan yang telah dialokasikan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit, membakar hutan adalah suatu cara yang hemat biaya untuk membuka lahan. Menurut salah satu perusahaan yang beroperasi di Kalimantan Tengah (Agro Indomas), pembukaan lahan dengan alat-alat mekanis membutuhkan biaya yang dua kali lipat lebih mahal daripada melakukan pembakaran. • Buah kelapa sawit harus diolah dalam 24 jam setelah dipanen, sehingga banyak perusahaan lebih senang jika lokasi perkebunan letaknya sedekat mungkin dengan fasilitas pengolahan dan
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik dipertanggungjawaban
1
Jika alasan yang diberikan tidak logis dan tidak dapat dipertanggung jawabkan
0
Jika siswa tidak menjawab
jalur-jalur transportasi yang dapat membawa hasil panennya ke berbagai fasilitas ini. Namun, kawasan-kawasan seperti ini yang lebih mudah diakses umumnya telah padat dan diolah oleh
215
penduduk lokal. Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk
No.
Indikator Soal
Komponen Pemecahan Masalah
Soal
Alternatif Jawaban
Skor
Rubrik
asli. • Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.
Keterangan: Tanda bintang (*) menunjukkan soal yang valid dan digunakan dalam penelitian.
216
217
Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI GURU KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) Nama Observer : Materi Pokok
: Keanekaragaman Hayati
Hari/ Tanggal
:
Pertemuan ke
:1
Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai model Problem Based Insctruction dalam pembelajaran yang diamati. A. Kegiatan Guru No
Tahapan
1.
Pembukaan
2. 3.
Apersepsi Motivasi
4.
Penerapan Model Problem Based Instruction
5. Penutup
Uraian Kegiatan Guru Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih (merumuskan masalah). Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (membuat hipotesis). Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, penggabungan data, menguji hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya serta memberi kesimpulan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
Keterlaksanaan Ya
Tidak
Keterangan
218
LEMBAR OBSERVASI GURU KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) Nama Observer : Materi Pokok
: Keanekaragaman Hayati
Hari/ Tanggal
:
Pertemuan ke
:2
Petunjuk: Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai model Problem Based Insctruction dalam pembelajaran yang diamati. B. Kegiatan Guru No
Tahapan
1.
Pembukaan
2. 3.
Apersepsi Motivasi
4.
Penerapan Model Problem Based Instruction
5. Penutup
Uraian Kegiatan Guru Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih (merumuskan masalah). Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (membuat hipotesis). Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, penggabungan data, menguji hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya serta memberi kesimpulan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
Keterlaksanaan Ya
Tidak
Keterangan
219
Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI GURU KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Nama Observer : Materi Pokok
: Keanekaragaman Hayati
Hari/Tanggal
:
Pertemuan
:1
Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai keterlaksanaan model creative problem solving (CPS) di dalam pembelajaran yang diamati. A. Kegiatan Guru No.
Tahapan
1.
Pembukaan
2.
Apersepsi
3.
Motivasi
Uraian Kegiatan Guru Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa.
Objective
Guru meminta siswa mengamati dan
Finding
mengidentifikasi masalah. Guru meminta siswa mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi). Guru meminta siswa mendaftarkan fakta terkait
Data Finding
artikel yang disajikan. Guru meminta siswa menyimpulkan hal-hal penting terkait keanekaragaman hayati.
4.
Guru meminta siswa menuliskan pokok masalah yang penting berdasarkan artikel. Problem
Guru meminta siswa melakukan diskusi untuk
Finding
menemukan permasalahan-permasalahan lain yang menarik untuk dicari berkaitan dengan keanekaragaman hayati
Keterlaksanaan Ya
Tidak
Keterangan
220
Keterlaksanaan No.
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru meminta siswa menghasilkan sebanyak
Problem
mungkin masalah dalam bentuk pernyataan
Finding
masalah yang sesuai dengan lembar kerja siswa mengakomodasi berpikir divergen dan konvergen. Guru memberi pengarahan siswa untuk mengerjakan LKS. Guru meminta siswa untuk menentukan permasalahan mana yang dianggap menarik. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan
Idea Finding
masalah tersebut. Guru meminta siswa untuk mendaftar berbagai solusi pemecahan masalah melalui diskusi kelompok. Guru meminta siswa memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi memecahkan masalah yang dapat dilakukan. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai solusi permasalahan berdasarkan ide yang telah
Solution Finding
dikemukakan. Guru meminta siswa mengkomunikasikan solusi tersebut kepada kelompok lain. Guru meminta siswa merencanakan tindakan untuk mengimplementasikan solusi tersebut.
Acceptance Finding
Guru meminta siswa mempresentasikan permasalahan dan solusi-solusi permasalahan yang telah dirancang. Guru meminta siswa untuk berdiskusi untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dipresentasikan.
5.
Penutup
Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
Ya
Tidak
Keterangan
221
Nama Observer
:
Materi Pokok
: Keanekaragaman Hayati
Hari/Tanggal
:
Pertemuan
:2
Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada jawaban yang saudara/i anggap sesuai keterlaksanaan model creative problem solving (CPS) di dalam pembelajaran A. Kegiatan Guru No.
Tahapan
1.
Pembukaan
2.
Apersepsi
3.
Motivasi
Uraian Kegiatan Guru Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa.
Objective
Guru meminta siswa mengamati dan
Finding
mengidentifikasi masalah. Guru meminta siswa mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi). Guru meminta siswa mendaftarkan fakta terkait
Data Finding
artikel yang disajikan. Guru meminta siswa menyimpulkan hal-hal penting terkait keanekaragaman hayati. Guru meminta siswa menuliskan pokok masalah
4.
yang penting berdasarkan artikel. Problem Finding
Guru meminta siswa melakukan diskusi untuk menemukan permasalahan-permasalahan lain yang menarik untuk dicari berkaitan dengan keanekaragaman hayati. Guru memberi pengarahan siswa untuk mengerjakan LKS
Idea Finding
Guru meminta siswa untuk menentukan permasalahan mana yang dianggap menarik.
Keterlaksanaan Ya
Tidak
Keterangan
222
No.
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru meminta siswa mengemukakan berbagai gagasan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru meminta siswa untuk mendaftar berbagai
Idea Finding
solusi pemecahan masalah melalui diskusi kelompok. Guru meminta siswa memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi memecahkan masalah yang dapat dilakukan. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai
4.
solusi permasalahan berdasarkan ide yang telah Solution Finding
dikemukakan. Guru meminta siswa mengkomunikasikan solusi tersebut kepada kelompok lain. Guru meminta siswa merencanakan tindakan untuk mengimplementasikan solusi tersebut. Guru meminta siswa mempresentasikan
Acceptance
permasalahan dan solusi-solusi permasalahan yang
Finding
telah dirancang. Guru meminta siswa untuk berdiskusi untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dipresentasikan
5.
Penutup
Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
Keterlaksanaan Ya
Tidak
Keterangan
223
Lampiran 10 LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN SISWA MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) & CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) Berilah tanda (√) pada kolom yang disediakan jika komponen pembelajaran kemampuan pemecahan masalah ini muncul! Komponen No.
Pelaksanaan
Kemampuan
Perilaku siswa yang di
Pemecahan
nilai
Masalah Menentukan pokok masalah 1.
Merumuskan Masalah
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan ide untuk mengendalikan masalah Mengklarifikasi data yang telah disajikan dengan menafsirkan data tersebut benar/tidak melalui sebuah argumen yang jelas.
2.
Membuat Hipotesis
Sintesis argumen didapat dari berbagai data sekunder Membuat hipotesis berdasarkan data yang telah disajikan dan data pendukung lainnya Mengidentifikasi dan mengevaluasi kesesuaian data yang telah didapatkan
3.
Menguji Jawaban Sementara
dengan hipotesis yang telah diajukan Menafsirkan dan mengklasifikasikan data atau bukti yang didapatkan
Kelompok ( Ya
)
Tidak
Kelompok ( Ya
)
Tidak
224
Komponen No.
Pelaksanaan
Kemampuan
Perilaku siswa yang di
Pemecahan
nilai
Kelompok ( Ya
)
Tidak
Kelompok ( Ya
)
Tidak
Masalah 4.
Mengambil Kesimpulan
5.
Menerapkan Kesimpulan
Mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan menarik kesimpulan Menerapkan kesimpulan dan membuat generalisasinya.
Keterangan: 1. Ya Lebih atau sama dengan 50% dalam satu kelompok melakukan hal tersebut. Jika kelompok terdiri dari 5 anggota maka minimal 3 anggota kelompok melakukan hal tersebut. 2. Tidak Kurang dari 50% dalam satu kelompok yang melakukan hal tersebut. Jika kelompok terdiri dari 5 anggota maka minimal 2 anggota kelompok melakukan hal tersebut.
Tangerang,
(
Observer
2016
)
225
Lampiran 11 Lembar Hasil Wawancara Guru Wawancara dilakukan dengan Ibu Diah Rachmawati. M, Pd selaku guru biologi MA Negeri 3 Tangerang pada hari Sabtu tanggal 03 September 2016. Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan. Pewawancara
: Model Pembelajaran apa yang biasa ibu gunakan di kelas?
Narasumber
: Model yang digunakan biasanya disesuaikan dengan materi pembelajaran, tergantung materi yang saya ajarkan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu, harus disesuaikan juga dengan alokasi waktu. Nggak mungkin saya ngajar menggunakan model KPS kalau waktu belajarnya hanya 2 kali ketemu, komponen KPSnya belum terlihat biasanya dengan dua kali ketemu itu. Jadi, kadang praktikum kadang presentasi kadang pakai model belajar jigsaw, NHT atau TGT. Intinya model apapun disesuaikan sama tujuan, waktu dan kelengkapan alat di kelas. Materi yang kira-kira akan sulit dipelajari ya pakai model yang bisa bikin siswa lebih ngerti. Saya nggak mungkin bawa viruskan dan untuk biakin virus juga butuh waktu lumayan. Jadi, modelnya bisa sembari nonton video tentang virus. Intinya, model belajar juga harus ganti-ganti biar siswa nggak bosan belajar biologi. Inkuiri sih yang paling sering diterapkan karena cendrung lebih mudah diaplikasikan ke siswa juga.
Pewawancara
: Untuk materi keanekaragaman hayati, model pembelajaran apa yang biasa ibu gunakan?
Narasumber
: Untuk materi keanekaragaman hayati, biasanya saya menggunakan pendekatan lingkungan dengan cara siswa mengamati keanekaragaman hayati di lingkungan sekolah. Karena, di sinikan masih banyak sawah di belakang sekolah juga masih ada danau kecil dan sawah jadi ya enak belajar langsung. Kadang pakai model lain dengan diskusi hasil pengamatan dan kadang ekpositori tapi siswa yang diminta menjelaskan di depan kelas ya apa saja hasil pencariannya tentang keanekaragaman hayati.
Pewawancara
: Apakah sebelumnya ibu pernah menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dan Creative Problem Solving (CPS) dalam proses pembelajaran?
Narasumber
: Belum, sejauh ini belum sempat karena jam mengajar saya padat dari kelas X sampai XII saya yang mengajar kurang lebih 38 jam ya. Kalau menggunakan model pembelajaran itu harus runtut langkahnya. Sesuai sama sintaks. Belum lagi, harus membuat instrumen yang juga sesuai, memakan banyak waktu. Jadi, saya menggunakan model pembelajaran konstruktif namun dengan pendekatan saintifik. Hanya pembelajaran PBI dan CPS itukan fokusnya memecahkan masalah. Jadi, belajar biasapun anak-anak sudah diajarkan untuk memecahkan masalah dalam diskusi misalnya. Sintaknya saja yang tidak sepenuhnya sesuai.
Pewawancara
: Untuk kelas yang saya gunakan dalam penelitian yaitu kelas X MIA 1 dan X MIA 2, menurut ibu bagaimana kedua kelas ini kemampuan pemecahan masalahnya?
226
Narasumber
: Kemampuan pemecahan masalah memiliki alat ukur sendiri ya mbak, jadi saya juga belum pernah membuat instrumen dan alat ukurnya. Belum bisa jelasin juga mana yang lebih baik. Hanya kalau pembelajaran di kelas MIA 1 cendrung lebih aktif dalam hal bertanya dan mencari tahu. Cendrung lebih tinggi curiousitynya.
Pewawancara
: Bagaimana dengan soal yang digunakan dalam ulangan harian dan ujian kenaikan kelas?
Narasumber
: Bentuk soal biasanya hanya isian singkat, pilihan ganda. Karena, kalua essay siswakan isinya bebas ya jadi harus koreksinya lebih jeli dan lebih lama. Tidak masalah sih, tapi karena padatnya jam mengajar saya juga harus mengkoreksi jawaban dari kelas X sampai XII jadi diputuskan yang isianya tertutup saja biar lebih mudah mengkoreksi. Hanya, kalau ulangan harian baru bisa variasi soalnya atau quiz. Waktu saya lebih banyak tanpa dateline pengumpulan nilai untuk ditulis di rapot.
Pewawancara
: Bagaimana dengan isi soalnya bu, apakah menggunakan indikator berpikir tingkat rendah (c1 - c3) atau sudah menggunakan indikator tingkat tinggi (c4 – c6)?
Narasumber
: Sejauh ini masih C1 – C4 mbak, masih analisis kalau untuk kelas X. Jadi, masih lebih sering pakai Low Order Thinking (LOT) tapi kalau kelas XI – XII meskipun soalnya pilihan ganda dan fill in sudah ada C5-C6 walaupun komposisinya masih disesuaikan ya mbak sama tujuan pembelajaran tadi.
227
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu menjadi lebih paham tentang materi keanekaragaman hayati?
Narasumber
: Iya, saya jadi lebih paham tentang materi tersebut
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah penggunaan LKS dalam proses pembelajaran, dimana kamu diminta untuk mencari permasalahan dalam suatu artikel hingga kamu mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut dapat melatih kemampuan pemecahan masalah kamu?
Narasumber
: Apakah sebelumnya guru biologi pernah melakukan pembelajaran dengan cara/model pembelajaran yang saya lakukan di kelas kamu?
: Tentu, karena saya mencari sendiri semuanya. Menganalisis hingga membuat kesimpulan makanya saya rasa LKS membantu walaupun saya tetap harus mencari tambahan informasi juga dari internet.
Pewawancara
: Tidak, saat pembelajaran ruang lingkup biologi dan keselamatan kerja di laboratorium pembelajaran dilakukan dengan cara diskusi, guru juga mencatat dan meminta siswa menghafal cabang ilmu biologi.
: Apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu mengaitkannya dengan permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari kamu?
Narasumber
: Iya, seru aja jadi tahu Banten itu bukan cuma tentang Banteng tapi banyak spesies yang saya baru tahu itu ada di Banten dan khasnya Banten. Dulu mana kenal saya sama Areuy jajamian baru tahu pas di kasih soal terus nyari bentuknya kaya apa. Seru aja jadinya.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan?
Narasumber
: Iya sesuai dengan materi
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan membuat kamu menjadi lebih aktif dalam pembelajaran?
Lampiran 12 Lembar Hasil Wawancara Siswa Wawancara dilakukan kepada 4 orang siswa, yaitu 2 orang siswa dari kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen II dan 2 orang siswa dari kelas X MIA 2 sebagai kelas eksperimen I. Wawancara yang dilakukaan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang telah dilakukan di kelas tersebut. Berikut Hasil wawancara yang telah dilakukan. Siswa 1 (Kelas X MIA 2) Pewawancara
Narasumber
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan di kelas kamu dapat meningkatkan rasa ingin tahu kamu terhadap biologi?
Narasumber
: Bisa, karena seru saya diminta memecahkan masalah. Jadi, suka ngerasa kaya detective menganalisa dulu ini inti masalahnya apa sih dari artikel. Terus jadi, semakin penasaran dan nambah ilmu baru juga. Sekalian meningkatkan kemauan baca.
228
Narasumber
: Iya. Aktif mencari sumber lain dan bekerjasama dengan teman sekelompok untuk menemukan solusinya.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan dapat membuat minat belajar kamu menjadi lebih meningkat?
Narasumber
: Iya. Jadi seru, dikasih kesempatan untuk tampil di depan kelas itu biasa karena biasanya belajar juga seperti itu. Tapi, jadi ahli dalam sebuah kasus itu keren. Jadi, lebih paham sama apa yang lagi dipelajari.
Pewawancara
Narasumber
Siswa 2 (Kelas X MIA 2) Pewawancara : Apakah sebelumnya guru biologi pernah melakukan pembelajaran dengan cara/model pembelajaran yang saya lakukan di kelas kamu? Narasumber
: Belum pernah, biasanya menampilkan video. Diskusi dan mencatat.
Pewawancara
: Pada saat proses pembelajaran, ketika kamu diminta memberikan solusi, apakah solusi yang kamu berikan benar-benar merupakan solusi yang asli (orisinil)?
: Menurut kamu, apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan di kelas kamu dapat meningkatkan rasa ingin tahu kamu terhadap biologi?
Narasumber
: Solusi dari masalah biasanya hasil mengembangkan dari solusi yang sudah ada. Istilahnya saya cuma modifikasi aja. Diperbaiki yang kira-kira kurang pas kalau udah pas ya ditambahin aja.
: Iya, karena saya harus mencari tahu sebelum bisa menjawab soal di LKS bahkan waktu isi soal tes di lembar pre dan post sempet bingung dan mikir dulu ini arah soalnya kemana sih, tapi jadi lebih penasaran.
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu menjadi lebih paham tentang materi keanekaragaman hayati?
Narasumber
: Jelas, soalnya saya harus tahu dulu keanekaragaman itu apa baru bisa menjawab soal.
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah penggunaan LKS dalam proses pembelajaran, dimana kamu diminta untuk mencari permasalahan dalam suatu artikel hingga kamu mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut dapat melatih kemampuan pemecahan masalah kamu?
Narasumber
: Iya, karena saya harus mencari banyak bacaan di internet dan dari artikel yang sudah ada di LKS jadi saya mikir gimana solusi terbaiknya buat masalah itu.
Pewawancara
: Apakah kamu mengalami kesulitan saat diminta untuk membuat kesimpulan?
Narasumber
: Sedikit, kesimpulankan katanya harus terkait juga sama rumusan masalah, hipotesis, dan hal lainnya ya. Jadi, suka bingung ini udah bener atau belum ya kesimpulannya soalnya takut kurang sesuai saja sama hipotesis yang diajukan dan rumusan masalahnya.
229
Pewawancara
Narasumber
: Apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu mengaitkannya dengan permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari kamu? : Iya, saya baru paham kalau ada alasan kenapa di Indonesia itu ada yang spesiesnya gede ada yang kecil. Dulu waktu SMP mikirnya genetik kali ternyata wilayah dan iklim bisa mempengaruhi juga. Jadi, belajar banyak aja kalau Tuhan nyiptain semuanya udah sesuai porsinya.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan?
Narasumber
: Sesuai karena didukung LKS juga biar lebih paham. Selama belajar di kelas juga nggak bosen.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan membuat kamu menjadi lebih aktif dalam pembelajaran?
Narasumber
: Iya, karena harus diskusi biar jawabannya nggak melantur.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan dapat membuat minat belajar kamu menjadi lebih meningkat?
Narasumber
Pewawancara
Narasumber
: Nggak, saya kan bukan ahlinya jadi masih gabungan ide saya dan ide oranglain.
Pewawancara
: Apakah kamu mengalami kesulitan saat diminta untuk membuat kesimpulan?
Narasumber
:Kayanya lebih gampang karena tinggal dirangkum dari rumusan sampai data dan fakta lalu ditarik kesimpulan. Jadi, nggak ada sulitnya sih.
Siswa 3 (Kelas X MIA 1) Pewawancara
: Apakah sebelumnya guru biologi pernah melakukan pembelajaran dengan cara/model pembelajaran yang saya lakukan di kelas kamu?
Narasumber
: Belum. Belajarnya biasa presentasi kelompok.
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan di kelas kamu dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan minat kamu terhadap biologi?
Narasumber
: Iya, karena baru dicoba.
Pewawancara
: Iya, padahal saya paling males baca. Ya ampun saya sukanya ngitung cuma berasa seru aja pas ngerjain soalsoalnya jadi tertantang buat tahu saya sebagus apa sih kemampuan berpikir ilmiahnya.
: Menurut kamu, apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu menjadi lebih paham tentang materi keanekaragaman hayati?
Narasumber
: Iya, saya diminta mencari sendiri jawaban dari masalah tanpa bantuan guru. Baru diakhir saya diberi arahan jawaban saya itu benar atau tidak.
: Pada saat proses pembelajaran, ketika kamu diminta memberikan solusi, apakah solusi yang kamu berikan benar-benar merupakan solusi yang asli (orisinil)?
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah penggunaan LKS dalam proses pembelajaran, dimana kamu diminta untuk mencari permasalahan dalam suatu artikel hingga kamu mampu
230
mencari solusi dari permasalahan tersebut dapat melatih kemampuan pemecahan masalah kamu? Narasumber
Pewawancara
Narasumber
: Iya, pasti bisa. Saya dituntut selesaikan masalah di LKS jadi pasti saya mikir sendiri karena proses mikir sendiri itu jadi lebih kelatih kemampuan memutuskan solusi mana yang bisa dipakai. Logis dan nggak asal bunyi. : Pada saat proses pembelajaran, ketika kamu diminta memberikan solusi, apakah solusi yang kamu berikan benar-benar merupakan solusi yang asli (orisinil)? : Pakai solusi sendiri. Tapi, karena digabung sama pendapat teman sekelompok jadi solusinya juga begitu aja. Kaya nggak berkembang.
Pewawancara
: Pada saat proses pembelajaran, ketika kamu diminta memberikan solusi, apakah solusi yang kamu berikan benar-benar merupakan solusi yang asli (orisinil)?
Narasumber
: Saya bisa kasih solusi buatan saya tapi saya malah milih gabungin solusi dari banyak data biar lebih baik.
Pewawancara
: Apakah kamu mengalami kesulitan saat diminta untuk membuat kesimpulan?
Narasumber
: Tidak.
Siswa 4 (Kelas X MIA 1) Pewawancara
: Apakah sebelumnya guru biologi pernah melakukan pembelajaran dengan cara/model pembelajaran yang saya lakukan di kelas kamu?
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan?
Narasumber
: Diskusi, presentasi dan kadang nonton video.
Narasumber
: Sudah karena keanekaragaman hayati materinya lebih kearah harus ngapal saya pikir, eh dengan model ini malah jadi paham konsep.
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah pembelajaran yang sudah saya lakukan di kelas kamu dapat meningkatkan rasa ingin tahu kamu terhadap biologi?
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan membuat kamu menjadi lebih aktif dalam pembelajaran?
Narasumber
: Iya, karena modelnya seru. Teman sekelompoknya juga asik mau sama-sama kerja bareng.
Narasumber
: Iya, karena diajak buat mikirin solusi terbaiknya dalam diskusi kelompok.
Pewawancara
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan dapat membuat minat belajar kamu menjadi lebih meningkat?
: Menurut kamu, apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu menjadi lebih paham tentang materi keanekaragaman hayati?
Narasumber
: Iya you hear you’re forget, you do you’re remember.
Narasumber
: Iya, karena materi belajarnya dikemas dengan baik.
Pewawancara
: Menurut kamu, apakah penggunaan LKS dalam proses pembelajaran, dimana kamu diminta untuk mencari
231
permasalahan dalam suatu artikel hingga kamu mampu mencari solusi dari permasalahan tersebut dapat melatih kemampuan pemecahan masalah kamu? Narasumber
: Iya. Saya soalnya mencari solusi juga jadi pasti terlatih untuk memecahkan masalah.
Pewawancara
: Apakah dengan pembelajaran yang telah dilakukan dapat membuat kamu mengaitkannya dengan permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari kamu?
Narasumber
: Bisa dikaitkan.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan?
Narasumber
: Sesuai. Masalah penurunan keanekaragaman hayati itu dekat dan harus dipikirkan juga bukan cuma soal limbah. Ini soal saya bisa makan atau nggak 5 tahun ke depan, saya bisa punya akses udara bersih atau nggak. Hal-hal yang keliatannya sepele ternyata penting.
Pewawancara
: Apakah model pembelajaran yang dilakukan dapat membuat minat belajar kamu menjadi lebih meningkat?
Narasumber
: Iya karena model ini bikin saya diskusi sama temen dalam satu kelas soal pentingnya keanekaragaman hayati.
Pewawancara
: Pada saat proses pembelajaran, ketika kamu diminta memberikan solusi, apakah solusi yang kamu berikan benar-benar merupakan solusi yang asli (orisinil)?
Narasumber
: Solusi saya gabungan sih antara pribadi dan sumber sekunder.
Pewawancara
: Apakah kamu mengalami kesulitan saat diminta untuk membuat kesimpulan?
Narasumber
: Tidak, karena saya menyimpulkan bareng sama temen dalam kelompok.
232
Lampiran 13 Data Nilai Pretest Pemecahan Masalah Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I No.
Nama
No 1
No 2
No 3
No 4
No 5
No 6
No 7
No 8
No 9
No 10
No 11
No 12
No 13
Total
Nilai
1
A
2
1
2
1
3
1
2
2
1
1
0
0
0
16
30,77
2
B
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
0
13
25,00
3
C
1
2
1
1
2
2
2
2
1
1
1
1
1
18
34,62
4
D
1
1
1
1
1
1
3
1
0
0
0
0
0
10
19,23
5
E
1
1
0
1
1
1
2
1
1
0
1
3
1
14
26,92
6
F
1
1
1
1
1
3
2
3
1
1
1
2
2
20
38,46
7
G
1
3
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
18
34,62
8
H
2
1
1
1
2
3
1
3
1
0
0
0
1
16
30,77
9
I
2
2
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
13
25,00
10
J
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
10
19,23
11
K
2
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
12
23,08
12
L
2
3
4
1
3
4
4
2
2
2
0
2
0
29
55,77
13
M
2
3
1
1
3
1
3
1
1
2
1
1
1
21
40,38
14
N
2
3
0
1
3
2
1
0
1
2
1
2
1
19
36,54
15
O
1
3
1
1
1
1
4
2
2
2
1
2
1
22
42,31
16
P
1
1
1
1
1
2
1
1
0
0
0
0
0
9
17,31
17
Q
2
1
1
1
3
1
2
0
2
1
1
2
1
18
34,62
18
R
1
1
1
1
1
1
2
1
2
1
0
1
1
14
26,92
19
S
1
3
1
1
2
3
4
4
2
4
1
2
2
30
57,69
20
T
2
1
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
18
34,62
21
U
2
1
1
1
2
4
4
0
4
1
0
2
0
22
42,31
22
V
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
16
30,77
23
W
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
1
18
34,62
24
X
1
2
1
1
2
2
2
1
1
1
1
4
1
20
38,46
233
No.
Nama
No 1
No 2
No 3
No 4
No 5
No 6
No 7
No 8
No 9
No 10
No 11
No 12
No 13
Total
Nilai
25
Y
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
1
18
34,62
26
Z
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
16
30,77
27
AA
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
8
15,38
28
BB
1
1
1
1
2
1
0
1
1
1
1
2
0
13
25,00
29
CC
3
1
4
1
1
3
2
1
1
4
1
2
2
26
50,00
30
DD
1
1
1
1
2
4
4
1
3
1
1
2
1
23
44,23
31
EE
2
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
10
19,23
32
FF
2
1
2
1
1
1
1
1
0
0
0
2
1
13
25,00
33
GG
2
1
1
1
1
1
1
2
1
0
1
1
0
13
25,00
34
HH
1
0
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
13
25,00
35
II
2
1
1
1
1
4
2
1
1
3
1
1
2
21
40,38
36
JJ
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
10
19,23
37
KK
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
11
21,15
38
LL
2
0
1
0
1
4
1
0
1
0
1
1
0
12
23,08
N MAX MIN SD MEDIAN MODUS VARIAN MEAN
38 57,69 15,38 10,34 30,77 25,00 107,05 31,53
234
Kelas Eksperimen II A
No 1 1
No 2 4
No 3 2
No 4 4
No 5 4
No 6 4
No 7 2
No 8 2
No 9 2
No 10 1
No 11 1
No 12 3
No 13 4
2
B
1
1
4
2
3
1
2
1
1
2
1
1
3
C
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
4
D
1
2
1
1
1
1
1
1
1
4
5
E
1
1
2
1
1
1
1
2
2
6
F
2
1
1
1
3
1
2
1
7
G
1
1
1
1
1
2
1
8
H
2
3
1
1
3
3
9
I
3
3
2
1
2
10
J
1
1
1
1
11
K
1
1
1
12
L
1
1
13
M
2
14
N
15
No.
Nama
Total
Nilai
1
34
65,38
1
21
40,38
1
1
14
26,92
2
1
1
18
34,62
1
1
2
1
17
32,69
1
1
2
2
1
19
36,54
1
3
2
1
1
1
17
32,69
2
1
1
2
1
1
2
23
44,23
2
2
2
2
2
1
2
2
26
50,00
3
1
2
1
1
3
2
1
4
22
42,31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
25,00
1
1
2
3
4
3
2
4
1
2
2
27
51,92
1
1
2
2
2
3
1
2
1
1
1
2
21
40,38
1
2
2
1
2
2
3
3
2
1
3
1
3
26
50,00
O
1
2
2
1
1
3
3
2
1
1
1
1
1
20
38,46
16
P
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
15
28,85
17
Q
1
4
4
1
2
4
1
1
2
1
2
1
1
25
48,08
18
R
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
25,00
19
S
1
1
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
30,77
20
T
2
2
1
1
4
1
1
1
1
1
1
1
1
18
34,62
21
U
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
25,00
22
V
1
1
1
1
1
3
2
1
1
4
1
1
2
20
38,46
23
W
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
13
25,00
24
X
2
3
3
1
2
2
4
4
3
4
2
2
2
34
65,38
25
Y
1
1
1
3
2
1
2
1
2
2
1
2
3
22
42,31
26
Z
1
1
1
1
3
2
4
1
1
2
2
2
1
22
42,31
27
AA
2
2
2
2
3
4
3
4
2
1
4
2
3
34
65,38
235
BB
No 1 1
No 2 2
No 3 1
No 4 1
No 5 1
No 6 1
No 7 1
No 8 1
No 9 1
No 10 1
No 11 1
No 12 1
No 13 2
29
CC
1
3
1
1
2
2
1
3
2
2
2
2
30
DD
1
1
2
1
2
1
1
1
2
1
1
31
EE
1
1
1
1
3
1
1
2
1
1
32
FF
2
1
1
1
1
2
2
1
1
33
GG
1
1
1
1
2
2
2
1
34
HH
1
1
1
1
1
1
1
35
II
3
1
1
1
2
4
36
JJ
1
2
1
1
3
4
No.
Nama
28
Total
Nilai
15
28,85
1
23
44,23
2
1
17
32,69
1
1
1
16
30,77
3
1
2
1
19
36,54
1
2
2
2
2
20
38,46
1
1
1
1
1
1
13
25,00
2
1
3
2
1
1
2
27
51,92
1
1
1
2
1
0
1
19
36,54
N MAX MIN SD MEDIAN MODUS VARIAN MEAN
36 65,38 25,00 11,31 37,50 25,00 128,04 39,10
236
Lampiran 14 Data Nilai Posttest Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I
A
No 1 2
No 2 4
No 3 2
No 4 1
No 5 4
No 6 4
No 7 2
No 8 2
No 9 2
No 10 1
No 11 2
No 12 2
No 13 2
2
B
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
C
2
2
1
1
2
1
3
2
2
1
4
4
D
1
2
1
2
2
2
1
1
1
1
5
E
2
3
1
4
4
4
4
2
2
6
F
3
1
1
3
1
2
2
2
7
G
2
1
3
1
2
2
4
8
H
3
3
4
4
4
2
9
I
3
1
1
4
1
10
J
1
1
2
1
11
K
3
1
2
12
L
3
3
13
M
2
14
N
15
No.
Nama
Total
Nilai
1
30
57,69
1
16
30,77
2
1
24
46,15
1
1
1
17
32,69
1
2
2
1
32
61,54
2
1
4
2
1
25
48,08
1
1
1
4
4
4
30
57,69
2
3
4
4
3
2
1
39
75,00
1
4
2
1
1
1
2
4
26
50,00
1
2
1
1
1
1
2
2
17
32,69
4
1
1
2
2
1
1
1
2
4
25
48,08
3
1
4
4
2
2
4
4
4
2
4
40
76,92
3
3
1
3
1
3
1
1
3
2
2
2
27
51,92
2
3
1
1
1
4
3
2
2
1
1
2
1
24
46,15
O
3
4
1
2
2
4
4
2
3
4
4
3
1
37
71,15
16
P
1
2
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
16
30,77
17
Q
2
4
1
1
4
3
3
2
3
4
4
2
1
34
65,38
18
R
2
1
4
1
3
1
4
3
2
1
3
2
4
31
59,62
19
S
2
4
1
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
44
84,62
20
T
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
16
30,77
21
U
2
2
1
4
4
4
3
2
4
3
4
3
4
40
76,92
22
V
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
3
1
17
32,69
23
W
2
1
1
2
3
3
4
1
1
1
3
2
4
29
53,85
1
237
X
No 1 2
No 2 0
No 3 1
No 4 4
No 5 4
No 6 2
No 7 1
No 8 2
No 9 2
No 10 1
No 11 2
No 12 2
No 13 2
25
Y
2
3
1
3
4
3
2
2
2
2
4
3
26
Z
2
4
1
4
3
4
4
2
4
3
4
27
AA
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
28
BB
2
2
1
1
2
1
2
0
1
29
CC
2
1
1
3
4
4
1
2
30
DD
3
3
2
1
2
4
4
31
EE
2
1
1
1
1
3
32
FF
2
1
2
1
1
33
GG
2
2
1
4
34
HH
1
1
1
35
II
2
2
36
JJ
3
37
KK
38
LL
No.
Nama
24
Total
Nilai
25
48,08
2
33
63,46
2
1
38
73,08
2
1
1
17
32,69
1
1
2
2
18
34,62
3
4
4
3
4
36
69,23
2
3
4
4
2
2
36
69,23
2
1
1
2
3
4
1
23
44,23
2
1
1
2
2
1
4
1
21
40,38
1
1
2
2
2
1
1
2
2
23
44,23
1
1
3
2
1
2
1
1
2
1
18
34,62
1
1
2
3
1
1
1
1
2
4
1
22
42,31
3
1
3
1
1
1
1
2
1
1
2
2
22
42,31
2
4
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
21
40,38
2
1
1
2
1
2
4
2
1
1
4
2
1
24
46,15
N MAX MIN SD MEDIAN MODUS VARIAN MEAN
38 84,62 30,77 15,53 48,08 32,69 241,16 51,21
238
Kelas Eksperimen II A
No 1 3
No 2 4
No 3 3
No 4 2
No 5 1
No 6 4
No 7 4
No 8 4
No 9 4
No 10 2
No 11 4
No 12 4
No 13 3
2
B
1
1
1
1
3
2
3
1
3
2
3
3
3
C
1
1
1
1
4
2
2
1
3
1
1
4
D
2
3
3
1
1
2
2
1
2
1
5
E
4
1
3
1
4
2
4
1
2
6
F
2
1
1
1
4
4
2
2
7
G
1
1
1
1
4
0
2
8
H
1
1
4
1
4
4
9
I
3
4
4
2
4
10
J
4
1
4
1
K
2
1
3
L
1
1
M
2
N
No.
Nama
1
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Total
Nilai
42
80,77
2
26
50,00
1
1
20
38,46
4
1
2
25
48,08
3
4
1
4
34
65,38
4
3
4
3
1
32
61,54
1
1
1
2
1
2
18
34,62
4
0
4
1
4
4
4
36
69,23
1
4
4
2
4
2
3
4
41
78,85
4
4
4
2
2
4
4
2
4
40
76,92
2
1
4
4
1
4
4
0
1
1
28
53.85
1
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
41
78.85
1
4
4
4
4
4
2
2
0
4
3
0
34
65.38
3
4
3
2
1
4
4
4
4
2
4
4
3
42
80.77
O
2
4
1
1
1
4
3
0
2
0
0
1
0
19
36.54
P
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
16
30.77
Q
3
3
1
1
3
4
3
2
2
1
1
1
1
26
50.00
R
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
26.92
S
2
1
1
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
17
32.69
T
3
1
1
4
1
4
2
3
1
2
1
2
1
26
50.00
U
1
1
1
3
1
1
1
0
1
1
1
2
1
15
28.85
V
2
1
1
1
4
3
4
1
4
4
1
1
1
28
53.85
W
2
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
17
32.69
X
2
1
3
2
4
4
4
2
4
4
2
3
4
39
75.00
239
No. 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama
No 1
No 2
No 3
No 4
No 5
No 6
No 7
No 8
No 9
No 10
No 11
No 12
No 13
Total
Nilai
Y
1
1
1
4
4
4
1
2
4
2
4
3
4
35
67.31
Z
3
4
3
1
3
4
4
1
4
1
1
4
1
34
65.38
AA
1
1
1
3
4
4
4
1
1
4
4
4
3
35
67.31
BB
3
1
1
4
1
2
1
2
3
3
4
1
1
27
51.92
CC
2
4
4
1
4
4
4
4
4
2
4
4
3
44
84.62
DD
1
1
1
1
1
4
3
2
1
1
2
3
1
22
42.31
EE
4
1
4
1
1
4
1
1
3
3
2
3
3
31
59.62
FF
1
1
2
1
1
2
2
1
2
4
4
4
1
26
50.00
GG
1
1
1
1
3
4
2
2
4
1
1
2
2
25
48.08
HH
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
1
1
1
17
32.69
II
2
1
3
4
4
4
3
2
4
4
4
3
4
42
80.77
JJ
2
4
0
1
4
4
4
2
4
4
4
4
3
40
76.92
N MAX MIN SD MEDIAN MODUS VARIAN MEAN
36 84,62 26,92 17,84 53,85 50 318,60 56,30
240
Lampiran 15 Hasil N – Gain Pemecahan Masalah Eksperimen 1 No 1
Kode A
Pretest 30,77
Posttest 57,69
N-Gain 0,39
Kategori Sedang
2
B
25,00
30,77
0,08
3
C
34,62
46,15
4
D
19,23
5
E
6
Rata-rata
31,53
51,21
0,30
Median
30,77
48,08
0,29
Rendah
Modus
25,00
32,69
0,17
0,18
Rendah
varians
107,05
241,16
0,032
32,69
0,17
Rendah
Max
57,69
84,62
0,64
26,92
61,54
0,47
Sedang
Min
15,38
30,77
-0,06
F
38,46
48,08
0,16
Rendah
7
G
34,62
57,69
0,35
Sedang
8
H
30,77
75,00
0,64
Sedang
9
I
25,00
50,00
0,33
Sedang
10
J
19,23
32,69
0,17
Rendah
11
K
23,08
48,08
0,33
Sedang
12
L
55,76
76,92
0,48
Sedang
13
M
40,38
51,92
0,19
Rendah
14 15
N O
36,54 42,31
46,15 71,15
0,15 0,50
Rendah Sedang
16
P
17,31
30,77
0,16
Rendah
17
Q
34,62
65,38
0,47
Sedang
18
R
26,92
59,62
0,45
Sedang
19
S
57,69
84,62
0,64
Sedang
20
T
34,62
30,77
-0,06
Rendah
21
U
42,31
76,92
0,60
Sedang
22
V
30,77
32,69
0,03
Rendah
0,29
Rendah
23
W
34,62
53,85
24
X
38,46
48,08
0,16
Rendah
25
Y
34,62
63,46
0,44
Sedang
26
Z
30,77
73,08
0,61
Sedang
27
AA
15,38
32,69
0,20
Rendah
28
BB
25,00
34,62
0,13
Rendah
29
CC
50,00
69,23
0,38
Sedang
30
DD
44,23
69,23
0,45
Sedang
0,31
Sedang
31
EE
19,23
44,23
32
FF
25,00
40,38
0,21
Rendah
33 34 35 36 37 38
GG HH II JJ KK LL
25,00 25,00 40,38 19,23 21,15 23,08
44,23 34,62 42,31 42,31 40,38 46,15
0,26 0,13 0,03 0,29 0,24 0,30
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang
Persentase N-Gain Eksperimen I (%) Sedang
0,00 47,37
Rendah
52,63
Tinggi
Sedang
241
Hasil N-Gain Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen II No
Kode
Pretest
Posttest
N-Gain
Kategori
1
A
65,38
80,77
0,44
Sedang
2
B
40,38
50,00
0,16
Rendah
Rata-rata
39.10
56.30
0.30
3
C
26,92
38,46
0,16
Rendah
Median
37.50
53.86
0.24
50.00
0.10
4
D
34,62
48,08
0,21
Rendah
Modus
25.00
5
E
32,69
65,38
0,49
Sedang
Varians
128.04
318.60
0.043
6
F
36,54
61,54
0,39
Sedang
Max
65.38
84.62
0.72
7
G
32,69
34,62
0,03
Rendah
Min
25.00
26.92
-0.03
8
H
44,23
69,23
0,45
Sedang
9
I
50,00
78,85
0,58
Sedang
10
J
42,31
76,92
0,60
Sedang
Persentase N-Gain Eksperimen (%) 2.78 Tinggi
11
K
25,00
53,85
0,38
Sedang
Sedang
44.44
12
L
51,92
78,85
0,56
Sedang
Rendah
52.78
13
M
40,38
65,38
0,42
Sedang
14
N
50,00
80,77
0,62
Sedang
15
O
38,46
36,54
-0,03
Rendah
16
P
28,85
30,77
0,03
Rendah
17
Q
48,08
50,00
0,04
Rendah
18
R
25,00
26,92
0,03
Rendah
19
S
30,77
32,69
0,03
Rendah
20
T
34,62
50,00
0,24
Rendah
21
U
25,00
28,85
0,05
Rendah
22
V
38,46
53,86
0,25
Rendah
23
W
25,00
32,69
0,10
Rendah
24
X
65,38
75,00
0,28
Rendah
25
Y
42,31
67,31
0,43
Sedang
26
Z
42,31
65,38
0,40
Sedang
27
AA
65,38
67,31
0,06
Rendah
28
BB
28,85
51,92
0,32
Sedang
29
CC
44,23
84,62
0,72
Tinggi
30
DD
32,69
42,31
0,14
Rendah
31
EE
30,77
59,62
0,42
Sedang
32
FF
36,54
50,00
0,21
Rendah
33
GG
38,46
48,08
0,16
Rendah
34 35 36
HH II JJ
25,00 51,92 36,54
32,69 80,77 76,92
0,10 0,60 0,64
Rendah Sedang Sedang
Sedang
Lampiran 16 Hasil Persentase Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah pada Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I No.
Kode
4
4
4
1
K1
%
2
3
4
4
4
4
4
4
4
K2
%
5
6
7
8
9
4
4
10
K3
%
4
4
11
K4
%
12
13
K5
%
Jumlah
Nilai
A
2
2
50.00
4
2
1
7
58.33
4
4
2
2
2
1
15
62.50
2
2
50.00
2
2
4
50.00
30
57.69
2
B
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
1
1
1
1
1
6
25.00
3
3
75.00
1
1
2
25.00
16
30.77
3
C
2
2
50.00
2
1
1
4
33.33
2
1
3
2
2
1
11
45.83
4
4
100.00
2
1
3
37.50
24
46.15
4
D
1
1
25.00
2
1
2
5
41.67
2
2
1
1
1
1
8
33.33
1
1
25.00
1
1
2
25.00
17
32.69
5
E
2
2
50.00
3
1
4
8
66.67
4
4
4
2
2
1
17
70.83
2
2
50.00
2
1
3
37.50
32
61.54
6
F
3
3
75.00
1
1
3
5
41.67
1
2
2
2
2
1
10
41.67
4
4
100.00
2
1
3
37.50
25
48.08
7
G
2
2
50.00
1
3
1
5
41.67
2
2
4
1
1
1
11
45.83
4
4
100.00
4
4
8
100.00
30
57.69
8
H
3
3
75.00
3
4
4
11
91.67
4
2
2
3
4
4
19
79.17
3
3
75.00
2
1
3
37.50
39
75.00
9
I
3
3
75.00
1
1
4
6
50.00
1
1
4
2
1
1
10
41.67
1
1
25.00
2
4
6
75.00
26
50.00
10
J
1
1
25.00
1
2
1
4
33.33
1
2
1
1
1
1
7
29.17
2
2
50.00
2
1
3
37.50
17
32.69
11
K
3
3
75.00
1
2
4
7
58.33
1
1
2
2
1
1
8
33.33
1
1
25.00
2
4
6
75.00
25
48.08
12
L
3
3
75.00
3
3
1
7
58.33
4
4
2
2
4
4
20
83.33
4
4
100.00
2
4
6
75.00
40
76.92
13
M
2
2
50.00
3
3
1
7
58.33
3
1
3
1
1
3
12
50.00
2
2
50.00
2
2
4
50.00
27
51.92
14
N
2
2
50.00
3
1
1
5
41.67
1
4
3
2
2
1
13
54.17
1
1
25.00
2
1
3
37.50
14
46.15
15
O
3
3
75.00
4
1
2
7
58.33
2
4
4
2
3
4
19
79.17
4
4
100.00
3
1
4
50.00
37
71.15
16
P
1
1
25.00
2
1
1
4
33.33
1
2
1
1
1
1
7
29.17
2
2
50.00
1
1
2
25.00
16
30.77
17
Q
2
2
50.00
4
1
1
6
50.00
4
3
3
2
3
4
19
79.17
4
4
100.00
2
1
3
37.50
34
65.38
18
R
2
2
50.00
1
4
1
6
50.00
3
1
4
3
2
1
14
58.33
3
3
75.00
2
4
6
75.00
31
59.62
19
S
2
2
50.00
4
1
4
9
75.00
4
4
3
3
4
4
22
91.67
3
3
75.00
4
4
8
100.00
44
84.62
20
T
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
1
1
1
2
1
7
29.17
1
1
25.00
2
1
3
37.50
16
30.77
242
1
No.
Kode
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
K1
%
2
3
4
K2
%
5
6
7
8
9
10
K3
%
11
K4
%
12
13
K5
%
Jumlah
Nilai
21
U
2
2
50.00
2
1
4
7
58.33
4
4
3
2
4
3
20
83.33
4
4
100.00
3
4
7
87.50
40
76.92
22
V
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
1
1
1
1
1
6
25.00
2
2
50.00
3
1
4
50.00
17
32.69
23
W
2
2
50.00
1
1
2
4
33.33
3
3
4
1
1
1
13
54.17
3
3
75.00
2
4
6
75.00
28
53.85
24
X
2
2
50.00
0
1
4
5
41.67
4
2
1
2
2
1
12
50.00
2
2
50.00
2
2
4
50.00
25
48.08
25
Y
2
2
50.00
3
1
3
7
58.33
4
3
2
2
2
2
15
62.50
4
4
100.00
3
2
5
62.50
33
63.46
26
Z
2
2
50.00
4
1
4
9
75.00
3
4
4
2
4
3
20
83.33
4
4
100.00
2
1
3
37.50
38
73.08
27
AA
1
1
25.00
2
1
2
5
41.67
1
2
1
1
1
1
7
29.17
2
2
50.00
1
1
2
25.00
17
32.69
28
BB
2
2
50.00
2
1
1
4
33.33
2
1
2
0
1
1
7
29.17
1
1
25.00
2
2
4
50.00
18
34.62
29
CC
2
2
50.00
1
1
3
5
41.67
4
4
1
2
3
4
18
75.00
4
4
100.00
3
4
7
87.50
36
69.23
30
DD
3
3
75.00
3
2
1
6
50.00
2
4
4
2
3
4
19
79.17
4
4
100.00
2
2
4
50.00
36
69.23
31
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
3
2
1
1
2
10
41.67
3
3
75.00
4
1
5
62.50
23
44.23
32
EE FF
2
2
50.00
1
2
1
4
33.33
1
2
1
1
2
2
9
37.50
1
1
25.00
4
1
5
62.50
21
40.38
33
GG
2
2
50.00
2
1
4
7
58.33
1
1
2
2
2
1
9
37.50
1
1
25.00
2
2
4
50.00
23
44.23
34
HH
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
1
3
2
1
2
1
10
41.67
1
1
25.00
2
1
3
37.50
18
34.62
35
II
2
2
50.00
2
1
1
4
33.33
2
3
1
1
1
1
9
37.50
2
2
50.00
4
1
5
62.50
22
42.31
36
JJ
3
3
75.00
3
1
3
7
58.33
1
1
1
1
2
1
7
29.17
1
1
25.00
2
2
4
50.00
22
42.31
37
KK
2
2
50.00
4
1
1
6
50.00
1
1
1
1
2
1
7
29.17
2
2
50.00
2
2
4
50.00
21
40.38
38
LL
2
2
50.00
1
1
2
4
33.33
1
2
4
2
1
1
11
45.83
4
4
100.00
2
1
3
37.50
24
46.15
Rata-Rata
51.97
46.49
50.88
63.16
52.96
243
Presentase Posttes Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen I
KODE
Komponen
Soal
Skor
K1
Merumuskan Masalah
1
4
K2
Membuat Hipotesis
3
12
K3
Menguji Jawaban
6
24
K4
Mengambil Kesimpulan
1
4
K5
Menerapkan Kesimpulan
2
8
Jumlah
52
N
38
Komponen
%
Merumuskan Masalah
51.97 46.49 50.88 63.16 52.96 53.09
Membuat Hipotesis Menguji Jawaban Mengambil Kesimpulan Menerapkan Kesimpulan Rata-rata
244
Hasil Persentase Ketercapaian Komponen Pemecahan Masalah pada Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen II No.
Kode
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
K1
%
2
3
4
K2
%
5
6
7
8
9
10
K3
%
11
K4
%
12
13
K5
%
Jumlah
Nilai
A
3
3
75.00
4
3
2
9
75.00
1
4
4
4
4
2
19
79.17
4
4
100.00
4
3
7
87.50
42
80.77
2
B
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
3
2
3
1
3
2
14
58.33
3
3
75.00
3
2
5
62.50
26
50.00
3
C
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
4
2
2
1
3
1
13
54.17
1
1
25.00
1
1
2
25.00
20
38.46
4
D
2
2
50.00
3
3
1
7
58.33
1
2
2
1
2
1
9
37.50
4
4
100.00
1
2
3
37.50
25
48.08
5
E
4
4
100.00
1
3
1
5
41.67
4
2
4
1
2
3
16
66.67
4
4
100.00
1
4
5
62.50
34
65.38
6
F
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
4
4
2
2
4
3
19
79.17
4
4
100.00
3
1
4
50.00
32
61.54
7
G
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
4
0
2
1
1
1
9
37.50
2
2
50.00
1
2
3
37.50
18
34.62
8
H
1
1
25.00
1
4
1
6
50.00
4
4
4
0
4
1
17
70.83
4
4
100.00
4
4
8
100.00
36
69.23
9
I
3
3
75.00
4
4
2
10
83.33
4
1
4
4
2
4
19
79.17
2
2
50.00
3
4
7
87.50
41
78.85
10
J
4
4
100.00
1
4
1
6
50.00
4
4
4
2
2
4
20
83.33
4
4
100.00
2
4
6
75.00
40
76.92
11
K
2
2
50.00
1
3
2
6
50.00
1
4
4
1
4
4
18
75.00
0
0
0.00
1
1
2
25.00
28
53.85
12
L
1
1
25.00
1
1
4
6
50.00
4
4
4
4
4
4
24
100.00
2
2
50.00
4
4
8
100.00
41
78.85
13
M
2
2
50.00
1
4
4
9
75.00
4
4
4
2
2
0
16
66.67
4
4
100.00
3
0
3
37.50
34
65.38
14
N
3
3
75.00
4
3
2
9
75.00
1
4
4
4
4
2
19
79.17
4
4
100.00
4
3
7
87.50
42
80.77
15
O
2
2
50.00
4
1
1
6
50.00
1
4
3
0
2
0
10
41.67
0
0
0.00
1
0
1
12.50
19
36.54
16
P
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
1
1
1
1
1
6
25.00
2
2
50.00
1
2
3
37.50
16
30.77
17
Q
3
3
75.00
3
1
1
5
41.67
3
4
3
2
2
1
15
62.50
1
1
25.00
1
1
2
25.00
26
50.00
18
R
1
1
25.00
1
2
1
4
33.33
1
1
1
1
1
1
6
25.00
1
1
25.00
1
1
2
25.00
14
26.92
19
S
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
1
1
3
1
1
2
9
37.50
1
1
25.00
1
1
2
25.00
17
32.69
20
T
3
3
75.00
1
1
4
6
50.00
1
4
2
3
1
2
13
54.17
1
1
25.00
2
1
3
37.50
26
50.00
21
U
1
1
25.00
1
1
3
5
41.67
1
1
1
0
1
1
5
20.83
1
1
25.00
2
1
3
37.50
15
28.85
22
V
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
4
3
4
1
4
4
20
83.33
1
1
25.00
1
1
2
25.00
28
53.85
245
1
No.
Kode
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
K1
%
2
3
4
K2
%
5
6
7
8
9
10
K3
%
11
K4
%
12
13
K5
%
Jumlah
Nilai
23
W
2
2
50.00
1
1
1
3
25.00
2
2
1
1
1
1
8
33.33
1
1
25.00
1
2
3
37.50
17
32.69
24
X
2
2
50.00
1
3
2
6
50.00
4
4
4
2
4
4
22
91.67
2
2
50.00
3
4
7
87.50
39
75.00
25
Y
1
1
25.00
1
1
4
6
50.00
4
4
1
2
4
2
17
70.83
4
4
100.00
3
4
7
87.50
35
67.31
26
Z
3
3
75.00
4
3
1
8
66.67
3
4
4
1
4
1
17
70.83
1
1
25.00
4
1
5
62.50
34
65.38
27
AA
1
1
25.00
1
1
3
5
41.67
4
4
4
1
1
4
18
75.00
4
4
100.00
4
3
7
87.50
35
67.31
28
BB
3
3
75.00
1
1
4
6
50.00
1
2
1
2
3
3
12
50.00
4
4
100.00
1
1
2
25.00
27
51.92
29
CC
2
2
50.00
4
4
1
9
75.00
4
4
4
4
4
2
22
91.67
4
4
100.00
4
3
7
87.50
44
84.62
30
DD
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
1
4
3
2
1
1
12
50.00
4
4
100.00
3
1
4
50.00
22
42.31
31
4
4
100.00
1
4
1
6
50.00
1
4
1
1
3
3
13
54.17
2
2
50.00
3
3
6
75.00
31
59.62
32
EE FF
1
1
25.00
1
2
1
4
33.33
1
2
2
1
2
4
12
50.00
2
2
50.00
4
1
5
62.50
26
50.00
33
GG
1
1
25.00
1
1
1
3
25.00
3
4
2
2
4
1
16
66.67
4
4
100.00
2
2
4
50.00
25
48.08
34
HH
1
1
25.00
2
2
1
5
41.67
2
2
1
1
1
1
8
33.33
1
1
25.00
1
1
2
25.00
17
32.69
35
II
2
2
50.00
1
3
4
8
66.67
4
4
3
2
4
4
21
87.50
1
1
25.00
3
4
7
87.50
42
80.77
36
JJ
2
2
50.00
4
0
1
5
41.67
4
4
4
2
4
4
22
91.67
4
4
100.00
4
3
7
87.50
40
76.92
55.90
50.00
Rata-Rata
50.00
45.60
62.04 61.11 Presentase KPM Kelas Eksperimen II
KODE
Komponen
Soal
Skor
K1
Merumuskan Masalah
1
4
K2
Membuat Hipotesis
3
12
K3
Menguji Jawaban
6
24
K4
Mengambil Kesimpulan
1
4
K5
Menerapkan Kesimpulan
2
8 52
N
36
%
Merumuskan Masalah
50.00
Membuat Hipotesis
45.60
Menguji Jawaban
62.04
Mengambil Kesimpulan
61.11
Menerapkan Kesimpulan
55.90
Rata-rata
54.93
246
Jumlah
Komponen
Lampiran 17 Hasil Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I Sub Konsep Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati No.
Kode 4 1
4 2
4 4
4 5
4 8
4 9
4 11
Jml
%
4 3
4 6
4 7
4 10
4 12
4 13
Jml
%
Jumlah
Nilai
A
2
4
1
4
2
2
2
17
60.71
2
4
2
1
2
2
13
54.17
30
57.69
2
B
2
1
1
1
1
1
3
10
35.71
1
1
1
1
1
1
6
25.00
16
30.77
3
C
2
2
1
2
2
2
4
15
53.57
1
1
3
1
2
1
9
37.50
24
46.15
4
D
1
2
2
2
1
1
1
10
35.71
1
2
1
1
1
1
7
29.17
17
32.69
5
E
2
3
4
4
2
2
2
19
67.86
1
4
4
1
2
1
13
54.17
32
61.54
6
F
3
1
3
1
2
2
4
16
57.14
1
2
2
1
2
1
9
37.50
25
48.08
7
G
2
1
1
2
1
1
4
12
42.86
3
2
4
1
4
4
18
75.00
30
57.69
8
H
3
3
4
4
3
4
3
24
85.71
4
2
2
4
2
1
15
62.50
39
75.00
9
I
3
1
4
1
2
1
1
13
46.43
1
1
4
1
2
4
13
54.17
26
50.00
10
J
1
1
1
1
1
1
2
8
28.57
2
2
1
1
2
1
9
37.50
17
32.69
11
K
3
1
4
1
2
1
1
13
46.43
2
1
2
1
2
4
12
50.00
25
48.08
12
L
3
3
1
4
2
4
4
21
75.00
3
4
2
4
2
4
19
79.17
40
76.92
13
M
2
3
1
3
1
1
2
13
46.43
3
1
3
3
2
2
14
58.33
27
51.92
14
N
2
3
1
1
2
2
1
12
42.86
1
4
3
1
2
1
12
50.00
14
46.15
15
O
3
4
2
2
2
3
4
20
71.43
1
4
4
4
3
1
17
70.83
37
71.15
16
P
1
2
1
1
1
1
2
9
32.14
1
2
1
1
1
1
7
29.17
16
30.77
17
Q
2
4
1
4
2
3
4
20
71.43
1
3
3
4
2
1
14
58.33
34
65.38
18
R
2
1
1
3
3
2
3
15
53.57
4
1
4
1
2
4
16
66.67
31
59.62
19
S
2
4
4
4
3
4
3
24
85.71
1
4
3
4
4
4
20
83.33
44
84.62
20
T
2
1
1
1
1
2
1
9
32.14
1
1
1
1
2
1
7
29.17
16
30.77
247
1
Sub Konsep Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati No.
Kode 4 1
4 2
4 4
4 5
4 8
4 9
4 11
Jml
%
4 3
4 6
4 7
4 10
4 12
4 13
Jml
%
Jumlah
Nilai
21
U
2
2
4
4
2
4
4
22
78.57
1
4
3
3
3
4
18
75.00
40
76.92
22
V
2
1
1
1
1
1
2
9
32.14
1
1
1
1
3
1
8
33.33
17
32.69
23
W
2
1
2
3
1
1
3
13
46.43
1
3
4
1
2
4
15
62.50
28
53.85
24
X
2
0
4
4
2
2
2
16
57.14
1
2
1
1
2
2
9
37.50
25
48.08
25
Y
2
3
3
4
2
2
4
20
71.43
1
3
2
2
3
2
13
54.17
33
63.46
26
Z
2
4
4
3
2
4
4
23
82.14
1
4
4
3
2
1
15
62.50
38
73.08
27
AA
1
2
2
1
1
1
2
10
35.71
1
2
1
1
1
1
7
29.17
17
32.69
28
BB
2
2
1
2
0
1
1
9
32.14
1
1
2
1
2
2
9
37.50
18
34.62
29
CC
2
1
3
4
2
3
4
19
67.86
1
4
1
4
3
4
17
70.83
36
69.23
30
DD
3
3
1
2
2
3
4
18
64.29
2
4
4
4
2
2
18
75.00
36
69.23
31
2
1
1
1
1
1
3
10
35.71
1
3
2
2
4
1
13
54.17
23
44.23
32
EE FF
2
1
1
1
1
2
1
9
32.14
2
2
1
2
4
1
12
50.00
21
40.38
33
GG
2
2
4
1
2
2
1
14
50.00
1
1
2
1
2
2
9
37.50
23
44.23
34
HH
1
1
1
1
1
2
1
8
28.57
1
3
2
1
2
1
10
41.67
18
34.62
35
II
2
2
1
2
1
1
2
11
39.29
1
3
1
1
4
1
11
45.83
22
42.31
36
JJ
3
3
3
1
1
2
1
14
50.00
1
1
1
1
2
2
8
33.33
22
42.31
37
KK
2
4
1
1
1
2
2
13
46.43
1
1
1
1
2
2
8
33.33
21
40.38
38
LL
2
1
2
1
2
1
4
13
46.43
1
2
4
1
2
1
11
45.83
24
46.15
No
Keanekaragaman Hayati Pelestarian Keanekaragaman Hayati Rata-rata
Pretest (%) 51,79 50,55 51,17
248
1. 2.
Sub-Konsep
Kelas Eksperimen II Sub Konsep Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati No.
Kode 4 2 4
4 4 2
4 5 1
4 8 4
4 9 4
4 11 4
78.57
4 3 3
4 6 4
4 7 4
4 10 2
4 12 4
4 13 3
Jumlah
Nilai
A
2
B
1
1
1
3
1
3
3
13
46.43
1
2
3
2
3
2
13
54.17
26
50.00
3
C
1
1
1
4
1
3
1
12
42.86
1
2
2
1
1
1
8
33.33
20
38.46
4
D
2
3
1
1
1
2
4
14
50.00
3
2
2
1
1
2
11
45.83
25
48.08
5
E
4
1
1
4
1
2
4
17
60.71
3
2
4
3
1
4
17
70.83
34
65.38
6
F
2
1
1
4
2
4
4
18
64.29
1
4
2
3
3
1
14
58.33
32
61.54
7
G
1
1
1
4
1
1
2
11
39.29
1
0
2
1
1
2
7
29.17
18
34.62
8
H
1
1
1
4
0
4
4
15
53.57
4
4
4
1
4
4
21
87.50
36
69.23
9
I
3
4
2
4
4
2
2
21
75.00
4
1
4
4
3
4
20
83.33
41
78.85
10
J
4
1
1
4
2
2
4
18
64.29
4
4
4
4
2
4
22
91.67
40
76.92
11
K
2
1
2
1
1
4
0
11
39.29
3
4
4
4
1
1
17
70.83
28
53.85
12
L
1
1
4
4
4
4
2
20
71.43
1
4
4
4
4
4
21
87.50
41
78.85
13
M
2
1
4
4
2
2
4
19
67.86
4
4
4
0
3
0
15
62.50
34
65.38
14
N
3
4
2
1
4
4
4
22
78.57
3
4
4
2
4
3
20
83.33
42
80.77
15
O
2
4
1
1
0
2
0
10
35.71
1
4
3
0
1
0
9
37.50
19
36.54
16
P
2
1
1
1
1
1
2
9
32.14
1
1
1
1
1
2
7
29.17
16
30.77
17
Q
3
3
1
3
2
2
1
15
53.57
1
4
3
1
1
1
11
45.83
26
50.00
18
R
1
1
1
1
1
1
1
7
25.00
2
1
1
1
1
1
7
29.17
14
26.92
19
S
2
1
1
1
1
1
1
8
28.57
1
1
3
2
1
1
9
37.50
17
32.69
20
T
3
1
4
1
3
1
1
14
50.00
1
4
2
2
2
1
12
50.00
26
50.00
21
U
1
1
3
1
0
1
1
8
28.57
1
1
1
1
2
1
7
29.17
15
28.85
Jml
%
22
Jml
%
20
83.33
42
80.77
249
1
4 1 3
Sub Konsep Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati No.
Kode 4 2 1
4 4 1
4 5 4
4 8 1
4 9 4
4 11 1
22
V
23
W
2
1
1
2
1
1
1
9
32.14
1
2
1
1
1
2
8
33.33
17
32.69
24
X
2
1
2
4
2
4
2
17
60.71
3
4
4
4
3
4
22
91.67
39
75.00
25
Y
1
1
4
4
2
4
4
20
71.43
1
4
1
2
3
4
15
62.50
35
67.31
26
Z
3
4
1
3
1
4
1
17
60.71
3
4
4
1
4
1
17
70.83
34
65.38
27
AA
1
1
3
4
1
1
4
15
53.57
1
4
4
4
4
3
20
83.33
35
67.31
28
BB
3
1
4
1
2
3
4
18
64.29
1
2
1
3
1
1
9
37.50
27
51.92
29
CC
2
4
1
4
4
4
4
23
82.14
4
4
4
2
4
3
21
87.50
44
84.62
30
DD
1
1
1
1
2
1
2
9
32.14
1
4
3
1
3
1
13
54.17
22
42.31
31
4
1
1
1
1
3
2
13
46.43
4
4
1
3
3
3
18
75.00
31
59.62
32
EE FF
1
1
1
1
1
2
4
11
39.29
2
2
2
4
4
1
15
62.50
26
50.00
33
GG
1
1
1
3
2
4
1
13
46.43
1
4
2
1
2
2
12
50.00
25
48.08
34
HH
1
2
1
2
1
1
1
9
32.14
2
2
1
1
1
1
8
33.33
17
32.69
35
II
2
1
4
4
2
4
4
21
75.00
3
4
3
4
3
4
21
87.50
42
80.77
36
JJ
2
4
1
4
2
4
4
21
75.00
0
4
4
4
4
3
19
79.17
40
76.92
1. 2.
4 6 3
4 7 4
4 10 4
4 12 1
4 13 1
Nilai
4 1 2
No
50.00
4 3 1
Jumlah
Jml
%
14
Sub-Konsep Keanekaragaman Hayati Pelestarian Keanekaragaman Hayati Rata-rata
Jml
%
14
58.33
28
53.85
Pretest (%) 52,98 60,19 56,58
250
Lampiran 18 Hasil N-Gain Ketercapaian Belajar (Pemecahan Masalah) Sub-Konsep Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I No.
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Pelestarian keanekaragaman Hayati
1
Pretest 35.71
Posttest 60.71
N-Gain 0.39
Pretest 25.00
Posttest 54.17
N-Gain 0.39
2
25.00
35.71
0.14
25.00
25.00
0.00
3
35.71
53.57
0.28
33.33
37.50
0.06
4
17.86
35.71
0.22
20.83
29.17
0.11
5
25.00
67.86
0.57
29.17
54.17
0.35
6
32.14
57.14
0.37
45.83
37.50
-0.15
7
35.71
42.86
0.11
33.33
75.00
0.63
8
35.71
85.71
0.78
25.00
62.50
0.50
32.14
46.43
0.21
16.67
54.17
0.45
25.00
28.57
0.05
12.50
37.50
0.29
11
28.57
46.43
0.25
16.67
50.00
0.40
12
46.43
75.00
0.53
66.67
79.17
0.38
13
42.86
46.43
0.06
37.50
58.33
0.33
14
39.29
42.86
0.06
33.33
50.00
0.25
15
39.29
71.43
0.53
45.83
70.83
0.46
16
17.86
32.14
0.17
16.67
29.17
0.15
17
35.71
71.43
0.56
33.33
58.33
0.38
18
25.00
53.57
0.38
29.17
66.67
0.53
19
50.00
85.71
0.71
66.67
83.33
0.50
20
39.29
32.14
-0.12
29.17
29.17
0.00
21
35.71
78.57
0.67
50.00
75.00
0.50
22
28.57
32.14
0.05
33.33
33.33
0.00
251
9 10
N Gain Kelas Eksperimen 1
23
35.71
46.43
0.17
33.33
62.50
0.44
24
32.14
57.14
0.37
45.83
37.50
-0.15
25
35.71
71.43
0.56
33.33
54.17
0.31
No.
26
28.57
82.14
0.75
33.33
62.50
0.44
1.
Sub-Konsep Keanekaragaman Hayati
27
17.86
35.71
0.22
12.50
29.17
0.19
28
28.57
32.14
0.05
20.83
37.50
0.21
2.
Pelestarian Keanekaragaman Hayati
29
32.14
67.86
0.53
70.83
70.83
0.00
30
35.71
64.29
0.44
54.17
75.00
0.45
31
21.43
35.71
0.18
16.67
54.17
0.45
32
21.43
32.14
0.14
29.17
50.00
0.29
33
32.14
50.00
0.26
16.67
37.50
0.25
34
25.00
28.57
0.05
25.00
41.67
0.22
35
28.57
39.29
0.15
54.17
45.83
-0.18
36
25.00
50.00
0.33
12.50
33.33
0.24
37
25.00
46.43
0.29
16.67
33.33
0.20
38 RataRata
21.43
46.43
0.32
29.17
45.83
0.24
30,92
51.79
0.31
32.35
50.55
0.27
Rata-rata
N-Gain
Kategori
0,31
Sedang
0,27
Rendah
0,29
Rendah
252
Kelas Eksperimen II No.
Sub Konsep Keanekaragaman Hayati
Sub Konsep Pelestarian keanekaragaman Hayati
Pretest 64.29
Posttest 78.57
N-Gain 0.40
Pretest 66.67
Posttest 83.33
N-Gain 0.50
2
35.71
46.43
0.17
45.83
54.17
0.15
3
25.00
42.86
0.24
29.17
33.33
0.06
4
32.14
50.00
0.26
37.50
45.83
0.13
5
32.14
60.71
0.42
33.33
70.83
0.56
6
39.29
64.29
0.41
33.33
58.33
0.38
7
32.14
39.29
0.11
33.33
29.17
-0.06
8
42.86
53.57
0.19
45.83
87.50
0.77
9
50.00
75.00
0.50
50.00
83.33
0.67
10
35.71
64.29
0.44
50.00
91.67
0.83
11
25.00
39.29
0.19
25.00
70.83
0.61
12
39.29
71.43
0.53
66.67
87.50
0.63
13
39.29
67.86
0.47
41.67
62.50
0.36
14
50.00
78.57
0.57
50.00
83.33
0.67
15
32.14
35.71
0.05
45.83
37.50
-0.15
16
28.57
32.14
0.05
29.17
29.17
0.00
17
46.43
53.57
0.13
50.00
45.83
-0.08
18
25.00
25.00
0.00
25.00
29.17
0.06
19
35.71
28.57
-0.11
25.00
37.50
0.17
20
42.86
50.00
0.13
25.00
50.00
0.33
21
25.00
28.57
0.05
25.00
29.17
0.06
22
25.00
50.00
0.33
54.17
58.33
0.09
23
25.00
32.14
0.10
25.00
33.33
0.11
24
60.71
60.71
0.00
70.83
91.67
0.71
25
39.29
71.43
0.53
45.83
62.50
0.31
253
1
N Gain Kelas Eksperimen II
26
35.71
60.71
0.39
50.00
70.83
0.42
27
67.86
53.57
-0.44
62.50
83.33
0.56
28
28.57
64.29
0.50
29.17
37.50
0.12
No.
29
50.00
82.14
0.64
37.50
87.50
0.80
1.
Sub-Konsep Keanekaragaman Hayati
30
32.14
32.14
0.00
33.33
54.17
0.31
31
35.71
46.43
0.17
25.00
75.00
0.67
2.
Pelestarian Keanekaragaman Hayati
32
28.57
39.29
0.15
45.83
62.50
0.31
33
32.14
46.43
0.21
45.83
50.00
0.08
34
25.00
32.14
0.10
25.00
33.33
0.11
35
53.57
75.00
0.46
50.00
87.50
0.75
36 RataRata
35.71
75.00
0.61
37.50
79.17
0.67
37.60
52.98
0.25
40.86
60.19
0.35
Rata-rata
N-Gain
Kategori
0,25
Rendah
0,35
Sedang
0,29
Sedang
254
Lampiran 19 Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I Pertemuan Ke-1 Kelompok
1
2
12
24
20
1A
B
6
6
75.00
12
12
100
18
18
75.00
20
20
100
N
6
6
75.00
12
12
100
18
18
75.00
20
20
P
6
6
75.00
12
12
100
18
18
75.00
20
S BB HH II
6 6 6 6
6 6 6 6
75.00 75.00 75.00 75.00
12 12 12 12
12 12 12 12
100 100 100 100
18 18 18 18
18 18 18 18
75.00 75.00 75.00 75.00
D
2
2
25.00
6
6
50.00
6
6
T
2
2
25.00
6
6
50.00
6
U
2
2
25.00
6
6
50.00
AA DD KK LL
2 2 2 2
2 2 2 2
25.00 25.00 25.00 25.00
6 6 6 6
6 6 6 6
E
8
8
100
12
G
8
8
100
K
8
8
100
K1
%
K2
%
%
%
Jumlah
Nilai
36
36
100
92
92.00
100
36
36
100
92
92.00
20
100
36
36
100
92
92.00
20 20 20 20
20 20 20 20
100 100 100 100
36 36 36 36
36 36 36 36
100 100 100 100
92 92 92 92
92.00 92.00 92.00 92.00
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
42
42.00
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
42
42.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
42
42.00
50.00 50.00 50.00 50.00
6 6 6 6
6 6 6 6
25.00 25.00 25.00 25.00
10 10 10 10
10 10 10 10
50.00 50.00 50.00 50.00
18 18 18 18
18 18 18 18
50.00 50.00 50.00 50.00
42 42 42 42
42.00 42.00 42.00 42.00
12
100
24
24
100
5
5
25.00
9
9
45.00
58
58.00
12
12
100
24
24
100
5
5
25.00
9
9
45.00
58
58.00
12
12
100
24
24
100
5
5
25.00
9
9
45.00
58
58.00
2
K4
%
36
K5
1B
K3
3
4
255
3
8
Nama Siswa
Kelompok 3
4
5
6
Nama Siswa
8
K1
12
Jumlah
Nilai
25.00
9
45.00
58
58.00
5
25.00
9
9
45.00
58
58.00
5
5
25.00
9
9
45.00
58
58.00
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
24
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
24
24
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
50.00
24
24
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
6
50.00
24
24
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
6
6
50.00
24
24
100
10
10
50.00
9
9
25.00
57
57.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
25.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
2
25.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
2
2
25.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
W
2
2
25.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
EE
2
2
25.00
3
3
25.00
6
6
25.00
10
10
50.00
18
18
50.00
39
39.00
O
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
Q
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
R
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
V
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
CC
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
FF
4
4
50.00
6
6
50.00
12
12
50.00
10
10
50.00
18
18
50.00
50
50.00
8
100
12
Y
8
8
100
12
GG
8
8
100
F
8
8
I
8
L
K3
100
2 24
24
12
100
24
12
12
100
100
6
6
8
100
6
8
8
100
M
8
8
Z
8
8
JJ
8
A
2
C
%
K4
100
3 5
5
24
100
5
24
24
100
50.00
24
24
6
50.00
24
6
6
50.00
100
6
6
100
6
8
100
2
25.00
2
2
H
2
J
Rata-Rata (%)
61.84
63.16
61.84
%
36
%
1B 12
%
20
K5
X
K2
24
4 9
1A 8
%
55.26
54.47
56.89
256
Pertemuan Ke-2 Kelompok
1A
B
8
N P 1
12
K2
%
1B 8 8 8
100 100 100
12 12 12
12
100
12
100
12
100 100
100 100 100 100
12 12 12 12
12 12 12 12
D
8
8
100
12
12
100 100 100 100
12
100
12
100 100
8 8
8 8
100 100
12 12
AA DD KK LL
8 8 8 8
8 8 8 8
100 100 100 100
12 12 12 12
12 12 12 12
E
2
2
25.00
12
12
2
2
25.00
12
24
K3
%
2
8 8 8 8
G
12
100 100 100 100 100 100
100
100
100
100
100
100
24 24 24 24
100 100 100 100
100
24
100
100 100 100 100
100
100
100
100
24 24 24 24
100 100 100 100
100
24
100
100 100 100 100
100
100
24 24
100 100
100
24
100
100 100 100
24 24 24
24 24
24
2 2
25.00 25.00
12 12
12 12
Y
2
2
25.00
12
12
100 100
12
100
24
100
24
100
100
24
100
100
2
25.00
12
F
8
8
100
12
12
100
I
8
8
100
12
12
100
K4
%
36
K5
%
Jumlah
Nilai
4 20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20 20 20 20
20 20 20 20
100
20
20 20 20
9 9 9 9
9 9 9 9
25.00 25.00 25.00 25.00
73 73 73 73
73.00 73.00 73.00 73.00
20
100 100 100 100
36
36
100
100
100
20
100
36
36
100
100
100
20
100
36
36
100
100
100
20 20 20 20
20 20 20 20
100
36 36 36 36
36 36 36 36
100 100 100 100
100 100 100 100
100 100 100 100
20
20
36
36
100
94
94.00
36
36
100
94
94.00
36 36
36 36
100 100
94 94
94.00 94.00
20 20
20
20
100 100 100 100 100 100
20 20
20 20
20
20
100 100
36
36
100
94
94.00
20
100
36
36
100
94
94.00
20
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
257
2 2 2
20 3
K X GG
4
8
%
8 8 8 8
U
3
8
K1
S BB HH II T
2
8
Nama Siswa
Kelompok
8
Nama Siswa
1A
L
8
M Z 4
JJ A
5
8 8 4
%
12
K2
%
1B 8 8 8 8 4
100 100 100 100 50.00
12 12 12 12 12
12
100
12
100
12
100
12
100
12
100
C
4
4
50.00
12
12
H
4
4
50.00
12
12
100
12
100
12
100
12
100
W EE O Q R V
4 4 4 8 8 8 8
4 4 4 8 8 8 8
50.00 50.00 50.00 100 100 100 100
12 12 12 12 12 12 12
24
K3
12 12 12 12
100 100 100 100
100
100
100
100
24
100
100
24
100
100
24
100
100
24
100
100
24
100
100
100
100
100
100
100
100
24
100
100
24
100
100
24
100
100
24
100
100 100 100
24 24
24 24 24
CC
8
8
100
12
12
100
24
FF
8
8
100
12
12
100
24
100
80.26
100
20
K4
%
3
100
Rata-Rata
%
2
100
J
6
8
K1
100
36
K5
%
Jumlah
Nilai
4 20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
100
9
9
25.00
69
69.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20
20
100
9
9
25.00
73
73.00
20 20 20 20 20
20 20 20 20 20 20 20
100
63.29
80.66
258
Rata-Rata Persentase Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah pada LKS PBI Kelas Eksperimen I Kode K1 K2 K3 K4 K5
Komponen Pemecahan Masalah Merumuskan Masalah Membuat Hipotesis Menguji Jawaban Mengambil Kesimpulan Menerapkan Kesimpulan Rata-Rata
Kelas Eksperimen I (LKS PBI) Pertemuan Pertemuan Rata-rata ke-1 ke-2 (%) 61,84 80,26 71,05 63,16 100 81,58 61,84 100 80,92 55,26 100 77,63 54,47 63,29 58,88 59.31 88,71 74,01
259
Kelas Eksperimen II Pertemuan Ke-1 Kelompok
1
2
3
4
8
12
8
20
1A
1B
4A
4B
5
F
4
8
12
100
3
3
25.00
20
20
100
12
0
J
4
8
12
100
3
3
25.00
20
20
100
12
O
4
8
12
100
3
3
25.00
20
20
100
SS DD FF
4 4 4
8 8 8
12 12 12
100 100 100
3 3 3
3 3 3
25.00 25.00 25.00
20 20 20
20 20 20
M
4
8
12
100
6
6
50.00
5
P
4
8
12
100
6
6
50.00
U
4
8
12
100
6
6
W X Y
4 4 4
8 8 8
12 12 12
100 100 100
6 6 6
D
4
8
12
100
R
4
8
12
T
4
8
Z
4
EE
K1
%
12
K2
%
20
K4
%
%
5
17
43.00
0
5
17
12
0
5
100 100 100
12 12 12
0 0 0
5
25.00
3
5
5
25.00
50.00
5
5
6 6 6
50.00 50.00 50.00
5 5 5
12
12
100
100
12
12
12
100
12
8
12
100
4
8
12
II
4
8
A
4
H
4
16
K5
%
Jumlah
Nilai
4
4
25
56
56.00
43.00
4
4
25
56
56.00
17
43.00
4
4
25
56
56.00
5 5 5
17 17 17
43.00 43.00 43.00
4 4 4
4 4 4
25 25 25
56 56 56
56.00 56.00 56.00
2
10
15
38.00
4
4
25
33
33.00
3
2
10
15
38.00
4
4
25
33
33.00
25.00
3
2
10
15
38.00
4
4
25
33
33.00
5 5 5
25.00 25.00 25.00
3 3 3
2 2 2
10 10 10
15 15 15
38.00 38.00 38.00
4 4 4
4 4 4
25 25 25
33 33 33
33.00 33.00 33.00
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
100
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
12
100
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
12
12
100
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
100
12
12
100
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
12
100
12
12
100
20
20
100
3
8
20
31
78.00
16
16
100
82
82.00
2
6
50.00
6
6
50.00
20
20
100
12
2
10
24
60.00
16
16
100
78
78.00
2
6
50.00
6
6
50.00
20
20
100
12
2
10
24
60.00
16
16
100
78
78.00
2
K3
3
6
260
4
Nama Siswa
Kelompok
4
5
6
4
8
N
1A 4
1B 2
6
AA
4
2
BB
4
JJ
Nama Siswa
K1
%
12
K2
20
20
4B 2
Nilai
16
16
100
78
78.00
60.00
16
16
100
78
78.00
24
60.00
16
16
100
78
78.00
10
24
60.00
16
16
100
78
78.00
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
12
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
25.00
12
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
5
25.00
12
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
5
5
25.00
12
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
100
5
5
25.00
12
8
20
40
100
12
12
75.00
81
81.00
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
6
50.00
6
2
6
50.00
4
2
6
C
4
8
G
4
II
K4
%
5 10
24
60.00
16
Jumlah
6
%
8
%
50.00
K3
12
K5
2 6
% 50.00
3 20
20
100
4A 12
6
50.00
20
20
100
12
2
10
24
6
6
50.00
20
20
100
12
2
10
50.00
6
6
50.00
20
20
100
12
2
12
100
12
12
100
5
5
25.00
12
8
12
100
12
12
100
5
5
25.00
4
8
12
100
12
12
100
5
5
L
4
8
12
100
12
12
100
5
CC
4
8
12
100
12
12
100
HH
4
8
12
100
12
12
B
4
4
8
66.67
6
6
E
4
4
8
66.67
6
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
K
4
4
8
66.67
6
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
Q
4
4
8
66.67
6
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
V
4
4
8
66.67
6
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
GG
4
4
8
66.67
6
6
50.00
10
10
50.00
3
6
10
19
47.50
8
8
50.00
46
46.00
Rata-Rata (%)
86.11
62.50
66.67
60.83
62.50
62.67
261
Pertemuan Ke-2 Kelompok
1
2
3
4
Nama Siswa
4
8
12
8
20
1A
1B
4A
4B
5
F
1
8
9
75.00
12
12
100
20
20
100
12
8
J
1
8
9
75.00
12
12
100
20
20
100
12
O
1
8
9
75.00
12
12
100
20
20
100
SS DD FF
1 1 1
8 8 8
9 9 9
75.00 75.00 75.00
12 12 12
12 12 12
100 100 100
20 20 20
20 20 20
M
4
8
12
100
12
12
100
20
P
4
8
12
100
12
12
100
U
4
8
12
100
12
12
W X Y
4 4 4
8 8 8
12 12 12
100 100 100
12 12 12
D
1
8
9
75.00
R
1
8
9
T
1
8
Z
1
EE
K1
%
12
K2
%
20
K4
%
%
20
40
100
8
20
40
12
8
20
100 100 100
12 12 12
8 8 8
20
100
12
20
20
100
100
20
20
12 12 12
100 100 100
20 20 20
12
12
100
75.00
12
12
9
75.00
12
8
9
75.00
1
8
9
II
1
8
A
4
H
16
%
Jumlah
Nilai
16
16
100
97
97.00
100
16
16
100
97
97.00
40
100
16
16
100
97
97.00
20 20 20
40 40 40
100 100 100
16 16 16
16 16 16
100 100 100
97 97 97
97.00 97.00 97.00
8
20
40
100
16
16
100
100
100
12
8
20
40
100
16
16
100
100
100
100
12
8
20
40
100
16
16
100
100
100
20 20 20
100 100 100
12 12 12
8 8 8
20 20 20
40 40 40
100 100 100
16 16 16
16 16 16
100 100 100
100 100 100
100 100 100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
12
100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
12
12
100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
75.00
12
12
100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
9
75.00
12
12
100
20
20
100
12
8
20
40
100
16
16
100
97
97.00
8
12
100
6
6
50
10
10
50.00
12
2
10
24
60.00
12
12
75.00
70
70.00
4
8
12
100
6
6
50
10
10
50.00
12
2
10
24
60.00
12
12
75.00
70
70.00
N
4
8
12
100
6
6
50
10
10
50.00
12
2
10
24
60.00
12
12
75.00
70
70.00
AA
4
8
12
100
6
6
50
10
10
50.00
12
2
10
24
60.00
12
12
75.00
70
70.00
3
6
262
K5
2
K3
Kelompok 4
5
6
Nama Siswa
4
8
1A
1B
BB
4
8
12
100
6
6
50.00
10
10
JJ
4
8
12
100
6
6
50.00
10
K1
%
12
K2
%
2
20
12
8
20
4A
4B
5
50.00
12
2
10
50.00
12
K3
%
3
K4
%
10
24
60.00
2
10
24
16
K5
%
Jumlah
Nilai
12
12
75
70
70.00
60.00
12
12
75
70
70.00
6
C
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
G
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
II
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
L
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
CC
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
HH
4
8
12
100
12
12
100
20
20
100
3
6
10
19
48.00
12
12
75
66
66.00
B
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
E
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
K
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
Q
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
V
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
GG
4
4
8
66.67
9
9
75.00
15
15
75.00
6
8
15
29
72.50
12
12
75.00
71
71.00
Rata-Rata (%)
86.11
87.50
87.50
80.00
87.50
83.50
263
Rata-Rata Persentase Ketercapaian Indikator Pemecahan Masalah pada LKS CPS Kelas Eksperimen II Kode K1 K2 K3 K4 K5
Komponen Pemecahan Masalah Merumuskan Masalah Membuat Hipotesis Menguji Jawaban Mengambil Kesimpulan Menerapkan Kesimpulan Rata-Rata
Kelas Eksperimen I (LKS CPS) Pertemuan Pertemuan Rata-rata ke-1 ke-2 (%) 86.11 86.11 86.11 62.50 87.50 75.00 66.67 87.50 77.08 60.83 80.00 70.42 62.50 87.50 75.00 62,67 83,50 73,08
264
265
Lampiran 20 Data Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I Pertemuan ke-1 No
Komponen Pemecahan Masalah
1.
Perilaku Siswa yang dinilai
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
√
×
√
√
√
√
83,33
%
Menentukan pokok Merumuskan Masalah
2.
masalah Mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan ide untuk mengendalikan masalah Mengklarifikasi data yang
58,33
×
×
×
√
√
×
33,33
×
×
×
√
√
√
50
telah disajikan dengan menafsirkan data tersebut benar/tidak melalui sebuah argumen yang Membuat
jelas. Sintesis argumen
Hipotesis
didapat dari berbagai data
75
sekunder Membuat hipotesis berdasarkan data yang telah disajikan dan data
√
√
√
√
√
√
100
×
√
×
√
√
×
50
pendukung lainnya Mengidentifikasi dan 3.
mengevaluasi kesesuaian data yang telah Menguji Jawaban Sementara
didapatkan dengan hipotesis yang telah
33,35
diajukan Menafsirkan dan mengklasifikasikan data atau bukti yang didapatkan
×
×
×
×
√
×
16,67
266
No 4.
Komponen Pemecahan Masalah Mengambil Kesimpulan
5.
Menerapkan Kesimpulan
Perilaku Siswa yang dinilai
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
%
√
√
×
√
√
√
83,33
83,33
×
×
×
×
×
×
0
0
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
%
√
√
√
√
√
√
100
Mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan menarik kesimpulan Menerapkan kesimpulan dan membuat generalisasinya.
Pertemuan ke-2 No
Komponen Pemecahan Masalah
1.
Perilaku Siswa Yang dinilai Menentukan pokok
Merumuskan Masalah
2.
masalah Mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan ide untuk mengendalikan masalah Mengklarifikasi data
58,33
√
×
×
×
×
×
16,67
√
×
×
√
√
√
66,67
yang telah disajikan dengan menafsirkan data tersebut benar/tidak melalui sebuah argumen Membuat
yang jelas. Sintesis
Hipotesis
argumen didapat dari
83,33
berbagai data sekunder Membuat hipotesis berdasarkan data yang telah disajikan dan data
√
√
√
√
√
√
100
√
×
×
√
√
√
66,67
pendukung lainnya 3.
Menguji
Mengidentifikasi dan
Jawaban
mengevaluasi kesesuaian
Sementara
data yang telah didapatkan dengan hipotesis yang telah diajukan
33,35
267
No
3.
Komponen Pemecahan Masalah
Perilaku Siswa Yang dinilai
Menguji
Menafsirkan dan
Jawaban
mengklasifikasikan data
Sementara
atau bukti yang
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
×
×
×
×
×
×
0
√
√
√
√
√
√
100
100
×
×
×
×
√
√
33,33
33,33
%
didapatkan 4.
Mengambil Kesimpulan
5.
Menerapkan Kesimpulan
Mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan menarik kesimpulan Menerapkan kesimpulan dan membuat generalisasinya.
Rata-Rata Persentase Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen I Komponen Kemampuan Kode Pemecahan Masalah K1 Merumuskan Masalah K2 Membuat Hipotesis K3 Menguji Jawaban Sementara K4 Mengambil Kesimpulan K5 Menerapkan Kesimpulan Rata-Rata (%)
Kelas Eksperimen PBI Pertemuan Pertemuan Rata-rata Ke-1 ke-2 (%) 58,33
58,33
58,33
75,00 33,35
83,33 33,35
79,16 33,35
83,33
100
91,65
0
33,33
16,65
50,00
61,66
55,83
268
Kelas Eksperimen II Pertemuan ke-1 No
Komponen Pemecahan Masalah
1.
Perilaku Siswa yang dinilai
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
√
√
√
√
√
√
100
%
Menentukan pokok Merumuskan Masalah
2.
masalah Mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan ide untuk mengendalikan masalah Mengklarifikasi data
75
×
×
×
√
√
√
50
√
×
×
×
√
×
33, 33
yang telah disajikan dengan menafsirkan data tersebut benar/tidak melalui sebuah argumen Membuat
yang jelas. Sintesis
Hipotesis
argumen didapat dari
66,65
berbagai data sekunder Membuat hipotesis berdasarkan data yang telah disajikan dan data
√
√
√
√
√
√
100
×
√
×
√
√
×
50
pendukung lainnya Mengidentifikasi dan 3.
mengevaluasi kesesuaian data yang telah Menguji Jawaban Sementara
didapatkan dengan hipotesis yang telah
25
diajukan Menafsirkan dan mengklasifikasikan data atau bukti yang
×
×
×
×
×
×
0
√
√
√
×
×
√
66, 67
didapatkan 4.
Mengevaluasi hubungan Mengambil
antara bukti dan hipotesis
Kesimpulan
dan menarik kesimpulan
66,67
269
No 5.
Komponen Pemecahan Masalah Menerapkan Kesimpulan
Perilaku Siswa yang dinilai
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
%
×
×
×
×
×
×
0
0
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
%
√
√
√
√
√
√
100
Menerapkan kesimpulan dan membuat generalisasinya.
Pertemuan Ke-2 No
Komponen Pemecahan Masalah
1.
Perilaku Siswa yang dinilai Menentukan pokok
Merumuskan Masalah
2.
masalah Mencetuskan banyak gagasan, jawaban dan ide untuk mengendalikan masalah Mengklarifikasi data
91,65
√
×
√
√
√
√
83, 33
√
×
√
×
√
√
66, 67
yang telah disajikan dengan menafsirkan data tersebut benar/tidak melalui sebuah argumen Membuat
yang jelas. Sintesis
Hipotesis
argumen didapat dari
83,35
berbagai data sekunder Membuat hipotesis berdasarkan data yang telah disajikan dan data
√
√
√
√
√
√
100
√
√
×
√
√
×
66, 67
pendukung lainnya Mengidentifikasi dan 3.
mengevaluasi kesesuaian data yang telah Menguji
didapatkan dengan
Jawaban
hipotesis yang telah
Sementara
diajukan
50
Menafsirkan dan mengklasifikasikan data yang didapatkan
×
√
×
×
√
×
33, 33
270
No 4.
Komponen Pemecahan Masalah Mengambil Kesimpulan
5.
Menerapkan Kesimpulan
Perilaku Siswa yang dinilai
K. 1
K. 2
K. 3
K. 4
K. 5
K. 6
%
%
√
√
√
√
√
√
100
100
×
×
√
√
√
×
50
50
Mengevaluasi hubungan antara bukti dan hipotesis dan menarik kesimpulan Menerapkan kesimpulan dan membuat generalisasinya.
Rata-Rata Persentase Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Komponen Kemampuan Kode Pemecahan Masalah K1 Merumuskan Masalah K2 Membuat Hipotesis K3 Menguji Jawaban Sementara K4 Mengambil Kesimpulan K5 Menerapkan Kesimpulan Rata-Rata (%)
Kelas Eksperimen CPS Pertemuan Pertemuan Rata-rata Ke-1 ke-2 (%) 75,00
91,65
66,65
83,35
25,00
50,00
66,67
100
0
50,00
46,64
75,00
83,32 75,00 37,50 83,33 25,00 60,82
271
Lampiran 21 Data Lembar Observasi Aktivitas Guru Kelas Eksperimen I dan II Kelas Eksperimen I Pertemuan Ke- 1 No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
1.
Pembuka an
2.
Apersepsi
Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih (merumuskan masalah). Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (membuat hipotesis). Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, penggabungan data, menguji hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya serta memberi kesimpulan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
3. Motivasi
4.
Penerapa n Model Problem Based Instructio n
5. Penutup Rata-rata
Observer I
II
III
%
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
×
×
33,33
√
√
√
100
√
√
√
100
√
×
√
66,67
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100 90%
272
Pertemuan Ke-2
No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
1.
Pembuka an
2.
Apersepi
Mengkondisikan kesiapan kelas dan kesiapan siswa. Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih (merumuskan masalah). Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (membuat hipotesis). Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, penggabungan data, menguji hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya serta memberi kesimpulan. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
3. Motivasi
4.
Penerapa n Model Problem Based Instructi on
5. Penutup Rata-rata
Observer I
II
III
%
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100
√
√
√
100 100%
273
Kelas Eksperimen II Pertemuan Ke-1 No
1.
2.
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
Pembuka
Mengkondisikan kesiapan kelas
an
dan kesiapan siswa.
Apersepi
Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan
3.
Motivasi
pembelajaran. Guru memotivasi siswa.
Objective
Guru meminta siswa mengamati
Finding
dan mengidentifikasi masalah.
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
Guru meminta siswa mengumpulkan data (eksperimen/eksplorasi). Data
Guru meminta siswa mendaftarkan
Finding
fakta terkait artikel yang disajikan. Guru meminta siswa menyimpulkan hal-hal penting terkait keanekaragaman hayati. Guru meminta siswa menuliskan pokok masalah yang penting berdasarkan artikel. Guru meminta siswa melakukan
4.
diskusi untuk menemukan permasalahan-permasalahan lain Problem Finding
yang menarik untuk dicari berkaitan dengan keanekaragaman hayati. Guru meminta siswa menghasilkan sebanyak mungkin masalah dalam bentuk pernyataan masalah yang sesuai dengan lembar kerja siswa mengakomodasi berpikir divergen dan konvergen.
274
No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru Guru memberi pengarahan siswa untuk mengerjakan LKS.
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
Guru meminta siswa untuk menentukan permasalahan mana yang dianggap menarik. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai gagasan 4.
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru meminta siswa untuk mendaftar berbagai solusi pemecahan masalah melalui Idea
diskusi kelompok.
Finding
Guru meminta siswa memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi memecahkan masalah yang dapat dilakukan. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai solusi
Solution Finding
permasalahan berdasarkan ide yang telah dikemukakan. Guru meminta siswa mengkomunikasikan solusi tersebut kepada kelompok lain. Guru meminta siswa merencanakan tindakan untuk
Accepta nce Finding
mengimplementasikan solusi tersebut. Guru meminta siswa mempresentasikan permasalahan dan solusi-solusi permasalahan yang telah dirancang.
275
No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
Guru meminta siswa untuk berdiskusi untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dipresentasikan. 5.
Penutup
Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
Pertemuan Ke-2 No
1.
2.
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
Pembuka
Mengkondisikan kesiapan kelas
an
dan kesiapan siswa.
Apersepi
Guru mengajukan beberapa pertanyaan. Guru mengkomunikasikan tujuan
3.
Motivasi
pembelajaran. Guru memotivasi siswa.
4.
Objective
Guru meminta siswa mengamati
Finding
dan mengidentifikasi masalah.
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
Guru meminta siswa mengumpulkan data Data Finding
(eksperimen/eksplorasi). Guru meminta siswa mendaftarkan fakta terkait artikel yang disajikan.
Data Finding
Guru meminta siswa menyimpulkan hal-hal penting terkait keanekaragaman hayati. Guru meminta siswa menuliskan pokok masalah yang penting
Problem Finding
berdasarkan artikel. Guru meminta siswa melakukan diskusi untuk menemukan permasalahan-permasalahan lain yang menarik untuk dicari
276
No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
berkaitan dengan keanekaragaman hayati.
Guru meminta siswa menghasilkan sebanyak mungkin masalah dalam bentuk pernyataan masalah yang sesuai dengan lembar kerja siswa
4.
mengakomodasi berpikir divergen dan konvergen. Guru memberi pengarahan siswa untuk mengerjakan LKS. Guru meminta siswa untuk menentukan permasalahan mana yang dianggap menarik. Guru meminta siswa Idea
mengemukakan berbagai gagasan
Finding
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru meminta siswa untuk mendaftar berbagai solusi pemecahan masalah melalui diskusi kelompok. Guru meminta siswa memodifikasi gagasan tentang bagaimana strategi
4
memecahkan masalah yang dapat dilakukan. Guru meminta siswa mengemukakan berbagai solusi Solution Finding
permasalahan berdasarkan ide yang telah dikemukakan. Guru meminta siswa mengkomunikasikan solusi tersebut kepada kelompok lain.
277
No
Tahapan
Uraian Kegiatan Guru
Observer
%
I
II
III
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
√
√
√
100%
Guru meminta siswa merencanakan tindakan untuk Accepta nce Finding
mengimplementasikan solusi tersebut. Guru meminta siswa mempresentasikan permasalahan
Accepta nce Finding
dan solusi-solusi permasalahan yang telah dirancang. Guru meminta siswa untuk berdiskusi untuk mencari solusi terbaik atas permasalahan yang dipresentasikan.
5.
Penutup
Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Menutup pelajaran dengan salam.
278
Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II Kelas Eksperimen I No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
AA P D J EE JJ KK K LL B I BB FF GG HH E R A H V Z C G Q T W Y N F X M II O U DD CC L S
Skor Pretest 8 9 10 10 10 10 11 12 12 13 13 13 13 13 13 14 14 16 16 16 16 18 18 18 18 18 18 19 20 20 21 21 22 22 23 26 29 30
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
15.38 17.31 19.23 19.23 19.23 19.23 21.15 23.08 23.08 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 25.00 26.92 26.92 30.77 30.77 30.77 30.77 34.62 34.62 34.62 34.62 34.62 34.62 36.54 38.46 38.46 40.38 40.38 42.31 42.31 44.23 50.00 55.77 57.69
-1.560 -1.374 -1.189 -1.189 -1.189 -1.189 -1.003 -0.817 -0.817 -0.631 -0.631 -0.631 -0.631 -0.631 -0.631 -0.445 -0.445 -0.073 -0.073 -0.073 -0.073 0.298 0.298 0.298 0.298 0.298 0.298 0.484 0.670 0.670 0.856 0.856 1.042 1.042 1.228 1.785 2.343 2.529
0.059 0.085 0.117 0.117 0.117 0.117 0.158 0.207 0.207 0.264 0.264 0.264 0.264 0.264 0.264 0.328 0.328 0.471 0.471 0.471 0.471 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.617 0.686 0.749 0.749 0.804 0.804 0.851 0.851 0.890 0.963 0.990 0.994
0.026 0.053 0.158 0.158 0.158 0.158 0.184 0.237 0.237 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.395 0.447 0.447 0.553 0.553 0.553 0.553 0.711 0.711 0.711 0.711 0.711 0.711 0.737 0.789 0.789 0.842 0.842 0.895 0.895 0.921 0.947 0.974 1.000
0.0330 0.0320 0.0406 0.0406 0.0406 0.0406 0.0262 0.0298 0.0298 0.1307 0.1307 0.1307 0.1307 0.1307 0.1307 0.1192 0.1192 0.0819 0.0819 0.0819 0.0819 0.0932 0.0932 0.0932 0.0932 0.0932 0.0932 0.0510 0.0409 0.0409 0.0381 0.0381 0.0435 0.0435 0.0308 0.0155 0.0167 0.0057
279
Jumlah Mean STDV MAX MIN VARIANS
1198,08 31,53 10,347 57,69 15,38 107,06
L Hitung L Tabel
0,1307 0,1437
L hitung < L tabel = 0,1307 < 0,1437, sehingga data pretest kelompok eksperimen I PBI berdistribusi normal.
280
Kelas Eksperimen II
Kode
Skor Pretest
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
1
K
13
25.00
-1.246
0.106
0.139
0.0325
2
R
13
25.00
-1.246
0.106
0.139
0.0325
3
U
13
25.00
-1.246
0.106
0.139
0.0325
4
W
13
25.00
-1.246
0.106
0.139
0.0325
5
HH
13
25.00
-1.246
0.106
0.139
0.0325
6
C
14
26.92
-1.076
0.141
0.167
0.0258
7
P
15
28.85
-0.906
0.182
0.222
0.0398
8
BB
15
28.85
-0.906
0.182
0.222
0.0398
9
S
16
30.77
-0.736
0.231
0.278
0.0470
10
EE
16
30.77
-0.736
0.231
0.278
0.0470
11
E
17
32.69
-0.566
0.286
0.361
0.0756
12
G
17
32.69
-0.566
0.286
0.361
0.0756
13
DD
17
32.69
-0.566
0.286
0.361
0.0756
14
D
18
34.62
-0.397
0.346
0.417
0.0708
15
T
18
34.62
-0.397
0.346
0.417
0.0708
16
F
19
36.54
-0.227
0.410
0.500
0.0896
17
FF
19
36.54
-0.227
0.410
0.500
0.0896
18
JJ
19
36.54
-0.227
0.410
0.500
0.0896
19
O
20
38.46
-0.057
0.477
0.583
0.1059
20
V
20
38.46
-0.057
0.477
0.583
0.1059
21
GG
20
38.46
-0.057
0.477
0.583
0.1059
22
B
21
40.38
0.113
0.545
0.639
0.0938
23
M
21
40.38
0.113
0.545
0.639
0.0938
24
J
22
42.31
0.283
0.611
0.722
0.1107
25
Y
22
42.31
0.283
0.611
0.722
0.1107
26
Z
22
42.31
0.283
0.611
0.722
0.1107
27
H
23
44.23
0.453
0.675
0.778
0.1030
28
CC
23
44.23
0.453
0.675
0.778
0.1030
29
Q
25
48.08
0.793
0.786
0.806
0.0194
30
I
26
50.00
0.963
0.832
0.861
0.0289
31
N
26
50.00
0.963
0.832
0.861
0.0289
32
L
27
51.92
1.133
0.871
0.917
0.0453
33
II
27
51.92
1.133
0.871
0.917
0.0453
34
A
34
65.38
2.322
0.990
1.000
0.0101
35
X
34
65.38
2.322
0.990
1.000
0.0101
36
AA
34
65.38
2.322
0.990
1.000
0.0101
No
281
Jumlah Mean STDV MAX MIN VARIANS
1407,69 39,10 11,317 65,38 25,00 128,06
L Hitung L Tabel
0,1107 0,1437
L hitung < L tabel = 0,1107 < 0,1437, sehingga data pretest kelompok eksperimen II CPS berdistribusi normal.
282
Lampiran 23 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
B P T D J V AA BB HH FF KK II JJ EE GG C N LL F K X I M W A G R E Y Q CC DD O Z H L U S
Skor Posttest 16 16 16 17 17 17 17 18 18 21 21 22 22 23 23 24 24 24 25 25 25 26 27 28 30 30 31 32 33 34 36 36 37 38 39 40 40 44
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
30.77 30.77 30.77 32.69 32.69 32.69 32.69 34.62 34.62 40.38 40.38 42.31 42.31 44.23 44.23 46.15 46.15 46.15 48.08 48.08 48.08 50.00 51.92 53.85 57.69 57.69 59.62 61.54 63.46 65.38 69.23 69.23 71.15 73.08 75.00 76.92 76.92 84.62
-1.317 -1.317 -1.317 -1.193 -1.193 -1.193 -1.193 -1.069 -1.069 -0.697 -0.697 -0.574 -0.574 -0.450 -0.450 -0.326 -0.326 -0.326 -0.202 -0.202 -0.202 -0.078 0.046 0.169 0.417 0.417 0.541 0.665 0.789 0.912 1.160 1.160 1.284 1.408 1.532 1.655 1.655 2.151
0.094 0.094 0.094 0.116 0.116 0.116 0.116 0.143 0.143 0.243 0.243 0.283 0.283 0.326 0.326 0.372 0.372 0.372 0.420 0.420 0.420 0.469 0.518 0.567 0.662 0.662 0.706 0.747 0.785 0.819 0.877 0.877 0.900 0.920 0.937 0.951 0.951 0.984
0.079 0.079 0.079 0.184 0.184 0.184 0.184 0.237 0.237 0.289 0.289 0.342 0.342 0.395 0.395 0.474 0.474 0.474 0.553 0.553 0.553 0.579 0.605 0.632 0.684 0.684 0.711 0.737 0.763 0.789 0.842 0.842 0.868 0.895 0.921 0.974 0.974 1.000
0.0150 0.0150 0.0150 0.0677 0.0677 0.0677 0.0677 0.0943 0.0943 0.0467 0.0467 0.0590 0.0590 0.0683 0.0683 0.1014 0.1014 0.1014 0.1327 0.1327 0.1327 0.1101 0.0871 0.0643 0.0225 0.0225 0.0048 0.0101 0.0217 0.0298 0.0349 0.0349 0.0320 0.0257 0.0161 0.0226 0.0226 0.0157
283
Jumlah Mean STDV MAX MIN VARIANS
1946,15 51,21 15,530 84,62 30,77 241,17
L Hitung L Tabel
0,1327 0,1437
L hitung < L tabel = 0,1327 < 0,1437, sehingga data posttest kelompok eksperimen I PBI berdistribusi normal.
284
Kelas Eksperimen II
Kode
Skor Posttest
Xi
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
1
R
14
26.92
-1.646
0.050
0.028
0.0221
2
U
15
28.85
-1.538
0.062
0.056
0.0064
3
P
16
30.77
-1.431
0.076
0.083
0.0071
4
S
17
32.69
-1.323
0.093
0.167
0.0737
5
W
17
32.69
-1.323
0.093
0.167
0.0737
6
HH
17
32.69
-1.323
0.093
0.167
0.0737
7
G
18
34.62
-1.215
0.112
0.194
0.0823
8
O
19
36.54
-1.107
0.134
0.222
0.0881
9
C
20
38.46
-1.000
0.159
0.250
0.0912
10
DD
22
42.31
-0.784
0.216
0.278
0.0613
11
D
25
48.08
-0.461
0.322
0.462
0.1391
12
GG
25
48.08
-0.461
0.322
0.333
0.0109
13
B
26
50.00
-0.353
0.362
0.444
0.0825
14
Q
26
50.00
-0.353
0.362
0.444
0.0825
15
T
26
50.00
-0.353
0.362
0.444
0.0825
16
FF
26
50.00
-0.353
0.362
0.444
0.0825
17
BB
27
51.92
-0.245
0.403
0.472
0.0692
18
K
28
53.85
-0.138
0.445
0.528
0.0825
19
V
28
53.85
-0.138
0.445
0.528
0.0825
20
EE
31
59.62
0.186
0.574
0.556
0.0180
21
F
32
61.54
0.293
0.615
0.583
0.0320
22
E
34
65.38
0.509
0.695
0.667
0.0279
23
M
34
65.38
0.509
0.695
0.667
0.0279
24
Z
34
65.38
0.509
0.695
0.667
0.0279
25
Y
35
67.31
0.617
0.731
0.722
0.0090
26
AA
35
67.31
0.617
0.731
0.722
0.0090
27
H
36
69.23
0.724
0.766
0.750
0.0155
28
X
39
75.00
1.047
0.853
0.778
0.0748
29
J
40
76.92
1.155
0.876
0.833
0.0427
30
JJ
40
76.92
1.155
0.876
0.833
0.0427
31
I
41
78.85
1.263
0.897
0.889
0.0078
32
L
41
78.85
1.263
0.897
0.889
0.0078
33
A
42
80.77
1.371
0.915
0.972
0.0575
34
N
42
80.77
1.371
0.915
0.972
0.0575
35
II
42
80.77
1.371
0.915
0.972
0.0575
36
CC
44
84.62
1.586
0.944
1.000
0.0564
No
285
Jumlah Mean STDV MAX MIN VARIANS
2026,92 56,30 17,849 84,62 26,92 318,60
L Hitung L Tabel
0,1391 0,1437
L hitung < L tabel = 0,1391 < 0,1437, sehingga data posttest kelompok eksperimen II CPS berdistribusi normal.
286 Lampiran 24 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Kelas Eksperimen I No
Kode
N-Gain (Xi)
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
1
T
-0.06
-1.9942
0.02307
0.0263
0.0032
2
V
0.03
-1.5091
0.06564
0.0789
0.0133
3
II
0.03
-1.4831
0.06902
0.0789
0.0099
4
B
0.08
-1.2336
0.10868
0.1053
0.0034
5
BB
0.13
-0.9461
0.17205
0.1579
0.0142
6
HH
0.13
-0.9461
0.17205
0.1579
0.0142
7
N
0.15
-0.8164
0.20714
0.1842
0.0229
8
F
0.16
-0.7890
0.21505
0.2632
0.0481
9
X
0.16
-0.7890
0.21505
0.2632
0.0481
10
P
0.16
-0.7529
0.22577
0.2632
0.0374
11
D
0.17
-0.7312
0.23233
0.3158
0.0835
12
J
0.17
-0.7312
0.23233
0.3158
0.0835
13
C
0.18
-0.6768
0.24926
0.3421
0.0928
14
M
0.19
-0.5805
0.28080
0.3684
0.0876
15
AA
0.20
-0.5189
0.30193
0.3947
0.0928
16
FF
0.21
-0.5160
0.30291
0.4211
0.1181
17
KK
0.24
-0.2987
0.38259
0.4474
0.0648
18
GG
0.26
-0.2286
0.40960
0.4737
0.0641
19
JJ
0.29
-0.0642
0.47440
0.5263
0.0519
20
W
0.29
-0.0173
0.49310
0.5263
0.0332
21
LL
0.30
0.0151
0.50604
0.5526
0.0466
22
EE
0.31
0.0689
0.52747
0.5789
0.0515
23
K
0.33
0.1557
0.56185
0.6316
0.0697
24
I
0.33
0.2023
0.58014
0.6316
0.0514
25
G
0.35
0.3116
0.62233
0.6579
0.0356
26
CC
0.38
0.4893
0.68770
0.6842
0.0035
27
A
0.39
0.5131
0.69607
0.7105
0.0145
28
Y
0.44
0.8058
0.78983
0.7368
0.0530
29
R
0.45
0.8413
0.79992
0.7895
0.0104
30
DD
0.45
0.8459
0.80119
0.7895
0.0117
31
Q
0.47
0.9703
0.83404
0.8421
0.0081
32
E
0.47
0.9885
0.83853
0.8421
0.0036
33 34 35 36 37 38
L O U Z S H
0.48 0.50 0.60 0.61 0.64 0.64
1.0141 1.1351 1.6952 1.7580 1.8993 1.9133
0.84472 0.87183 0.95498 0.96063 0.97124 0.97215
0.8684 0.8947 0.9211 0.9474 1.0000 1.0000
0.0237 0.0229 0.0339 0.0133 0.0288 0.0279
287
Jumlah
11,29
L Hitung
0,1181
Mean
0,30
L Tabel
0,1437
Standar Deviasi
0,179
Maksimum
0,64
Minimum
-0,06
Varians
0,03
L hitung < L tabel = 0,1181 < 0,1437, sehingga data N-Gain Kelas eksperimen I (PBI) berdistribusi normal. Kelas Eksperimen II No
Kode
N-Gain (Xi)
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
1
O
-0.03
-1.5111
0.06538
0.0278
0.0376
2
R
0.03
-1.2496
0.10573
0.1389
0.0332
3
P
0.03
-1.2432
0.10690
0.1389
0.0320
4
S
0.03
-1.2397
0.10754
0.1389
0.0314
5
G
0.03
-1.2354
0.10834
0.1389
0.0306
6
Q
0.04
-1.1972
0.11562
0.1667
0.0510
7
U
0.05
-1.1311
0.12901
0.1944
0.0654
8
AA
0.06
-1.1107
0.13334
0.2222
0.0889
9
W
0.10
-0.8953
0.18531
0.2778
0.0925
10
HH
0.10
-0.8953
0.18531
0.2778
0.0925
11
DD
0.14
-0.7093
0.23906
0.3056
0.0665
12
GG
0.16
-0.6476
0.25862
0.3889
0.1303
13
C
0.16
-0.6403
0.26099
0.3889
0.1279
14
B
0.16
-0.6244
0.26617
0.3889
0.1227
15
D
0.21
-0.4194
0.33745
0.4444
0.1070
16
FF
0.21
-0.3907
0.34799
0.4444
0.0965
17
T
0.24
-0.2842
0.38813
0.4722
0.0841
18
V
0.25
-0.2151
0.41484
0.5000
0.0852
19
X
0.28
-0.0879
0.46499
0.5278
0.0628
20
BB
0.32
0.1257
0.55000
0.5556
0.0056
21
K
0.38
0.4039
0.65686
0.5833
0.0735
22
F
0.39
0.4466
0.67243
0.6111
0.0613
23
Z
0.40
0.4740
0.68226
0.6389
0.0434
24
EE
0.42
0.5515
0.70937
0.6944
0.0149
25
M
0.42
0.5635
0.71345
0.6944
0.0190
26
Y
0.43
0.6281
0.73503
0.7222
0.0128
27
A
0.44
0.6796
0.75163
0.7500
0.0016
28
H
0.45
0.6968
0.75703
0.7778
0.0207
29
E
0.49
0.8690
0.80757
0.8056
0.0020
30
L
0.56
1.2118
0.88720
0.8333
0.0539
31
I
0.58
1.2896
0.90140
0.8611
0.0403
288 No
Kode
N-Gain (Xi)
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
32
J
0.60
1.3952
0.91852
0.9167
0.0019
33 34 35 36
II N JJ CC
0.60 0.62 0.64 0.72
1.3957 1.4664 1.5627 1.9675
0.91859 0.92873 0.94094 0.97544
0.9167 0.9444 0.9722 1.0000
0.0019 0.0157 0.0313 0.0246
Jumlah
10,69
L Hitung
0,1303
Mean
0,30
L Tabel
0,1437
Standar Deviasi
0,217
Maksimum
0,72
Minimum
-0,03
Varians
0,05
L hitung < L tabel = 0,1303 < 0,1437, sehingga data N-Gain kelas eksperimen II (CPS) berdistribusi normal.
289
Lampiran 25 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 1. Menentukan Fhitung 2
Fhitung =
varians terbesar S1 = 2 varians terkecil S2
Fhitung =
128,064 107,057
Fhitung = 1,196 2. Menentukan derajat kebebasan (db) db = n-1 db1 = 38-1 = 37 db2 = 36-1 = 35 3. Menentukan Ftabel Untuk db penyebut 35 dan pembilang 37 pada taraf signifikan 5% (0,05) dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Sehingga dicari dengan rumus (=FINV(0,05;37;35)), didapatkan nilai Ftabel sebesar 1,747. 4. Menarik Kesimpulan Fhitung < Ftabel yaitu 1,196 < 1,747, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest kedua kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki varians yang homogen.
290
Lampiran 26 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 1. Menentukan Fhitung 2
Fhitung =
varians terbesar S1 = 2 varians terkecil S2
Fhitung =
318,599 241,168
Fhitung = 1,321 2. Menentukan derajat kebebasan (db) db = n-1 db1 = 38-1 = 37 db2 = 36-1 = 35 3. Menentukan Ftabel Untuk db penyebut 35 dan pembilang 37 pada taraf signifikan 5% (0,05) dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Sehingga dicari dengan rumus (=FINV(0,05;37;35)), didapatkan nilai Ftabel sebesar 1,747. 4. Menarik Kesimpulan Fhitung < Ftabel yaitu 1,321 < 1,747, sehingga dapat disimpulkan bahwa data posttest kedua kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki varians yang homogen.
291
Lampiran 27 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 1. Menentukan Fhitung 2
Fhitung =
varians terbesar S1 = 2 varians terkecil S2
Fhitung =
0,05 0,03
Fhitung = 1,478 2. Menentukan derajat kebebasan (db) db = n-1 db1 = 38-1 = 37 db2 = 36-1 = 35 3. Menentukan Ftabel Untuk db penyebut 35 dan pembilang 37 pada taraf signifikan 5% (0,05) dari daftar tabel distribusi F tidak didapat. Sehingga dicari dengan rumus (=FINV(0,05;37;35)), didapatkan nilai Ftabel sebesar 1,747. 4. Menarik Kesimpulan Fhitung < Ftabel yaitu 1,478 < 1,747, sehingga dapat disimpulkan bahwa data N-Gain kedua kelas eksperimen I dan eksperimen II memiliki varians yang homogen.
dsg 278,80
Lampiran 28
dsg 16,6973
Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan data berikut: Data Kelas Eksperimen I N Mean (Xbar) SD (Standar Deviasi) Varians
(t-hitung = 131, karena tanda minus hanya menunjukkan arah)
38 51,21 15,53
Kelas Eksperimen II 36 56,30 17,85
241,168
318.599
2. Menentukan thitung
thitung
X1 - X 2 dsg
1 1 n1 n 2
thitung
51,21- 56,30 1 1 16,6973 38 36
1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
dsg
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
thitung
- 5,09 16,6973 0,054
dsg
(38 - 1) 241,168 (36 - 1) 318,599 38 36 - 2
thitung
- 5,09 16,6973. 0,2325
thitung
- 5,09 3,8834
dsg
8923,21 11150,96 72
4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 1,31 < 1,99, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan model pembelajaran PBI dan CPS pada konsep keanekaragaman hayati.
thitung 1,31 292
dsg
(37) 241,168 (35) 318,599 72
3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99.
Lampiran 29 Hasil Uji Hipotesis Per Komponen Pemecahan Masalah 1. Merumuskan Masalah Berdasarkan data berikut: Data Kelas Eksperimen I
2. Menentukan thitung
thitung
Kelas Eksperimen II 36 50,00
N 38 Mean 51,97 (Xbar) SD 14,68 23,90 (Standar Deviasi) Varians 215,6 571,4 1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
dsg
dsg 388,56 dsg 19,712
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
(38 - 1) 215,6 (36 - 1) 571,4 dsg 38 36 - 2 (37) 215,6 (35) 571,4 72
dsg
7977,2 19999 72
1 1 n1 n 2 51,97 - 50,00 thitung 1 1 19,712 38 36 1,97 thitung 19,712 0.054 1,97 thitung 19,712.0,2325 1,97 thitung 4,585 dsg
thitung 0,42 3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel
4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 0,42 < 1,99, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada komponen merumuskan masalah kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan CPS. 2. Membuat Hipotesis Berdasarkan data berikut: Data Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II 36 45,60
N 38 Mean 40,49 (Xbar) SD 15,82 17,54 (Standar Deviasi) Varians 250,1 307,5 1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
dsg
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
dsg
(38 - 1) 250,1 (36 - 1) 307,5 38 36 - 2
293
dsg
X1 - X 2
(=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99.
dsg dsg
(37) 250,1 (35) 307,5 72 9253,7 10762,5 72
dsg 278,0 dsg 16,673 2. Menentukan thitung
thitung
X1 - X 2
1 1 n1 n 2 40,49 - 45,60 thitung 1 1 16,673 38 36 - 5,11 thitung 16,673 0,054 - 5,11 thitung 16,673. 0,2325 - 5,11 thitung 3,877 dsg
thitung 1,31
4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 1,31 < 1,99, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada komponen membuat hipotesis kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan CPS. 3. Mengembangkan Jawaban Sementara Berdasarkan data berikut: Data
N Mean (Xbar) SD (Standar Deviasi) Varians
Kelas Eksperimen I 38 50,88
Kelas Eksperimen II 36 62,04
20,51
21,63
420,6
468,0
1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
dsg
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
dsg
(38 - 1) 420,6 (36 - 1) 468,0 38 36 - 2
dsg
(37) 420,6 (35) 468,0 72
dsg
15562,2 16380 72
dsg 443,64 dsg 21,06 2. Menentukan thitung
thitung
X1 - X 2
1 1 n1 n 2 50,88 - 62,04 thitung 1 1 21,06 38 36 - 11,16 thitung 21,06 0,054 - 11,16 thitung 21,06. 0,2325 dsg
294
(t-hitung = - 0,05, karena tanda minus hanya menunjukkan arah)
3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99.
thitung
- 11,16 4,896
thitung 2,27 (t-hitung = 2,27, karena tanda minus hanya menunjukkan arah) 3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99. 4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 2,27 < 1,99, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada komponen mengembangkan jawaban sementara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan CPS.
N
38
dsg
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2
dsg
(38 - 1) 903,3 (36 - 1) 1301,6 38 36 - 2
dsg
(37) 903,3 (35) 1301,6 72
dsg
33422,1 45556 72
dsg 1096,91 dsg 33,119
63,16 - 61,11
1 1 38 36 2,05 thitung 33,119 0,054 2,05 thitung 33,119. 0,2325 2,05 thitung 7,702 thitung 0,26 33,119
3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel (=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99.
2. Menentukan thitung
thitung
X1 - X 2 dsg
Kelas Eksperimen II 36
thitung
1 1 n1 n 2
4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 0,26 < 1,99, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada komponen mengambil kesimpulan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah
295
4. Mengambil Kesimpulan Berdasarkan data berikut: Data Kelas Eksperimen I
Mean 63,16 61,11 (Xbar) SD 30,05 36,08 (Standar Deviasi) Varians 903,3 1301,6 1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan CPS. 5. Menerapkan Kesimpulan Berdasarkan data berikut: Data Kelas Eksperimen I N Mean (Xbar) SD (Standar Deviasi) Varians
dsg
38 52,96
Kelas Eksperimen II 36 55,90
20,43
27,14
417,5
736,5
(n 1 - 1)V1 (n 2 - 1)V2 n1 n 2 - 2 (38 - 1)417,5 (36 - 1) 736,5 38 36 - 2
(37) 417,5 (35) 736,5 dsg 72 dsg
15447,5 25777,5 72
thitung
X1 - X 2
1 1 n1 n 2 52,96 - 55,90 thitung 1 1 23,928 38 36 - 2,94 thitung 23,928 0,054 - 2,94 thitung 23,928.0,2325 - 2,94 thitung 5,565 dsg
4. Menarik Kesimpulan Maka dapat diketahui bahwa ttabel < thitung, yaitu 0,52 < 1,99, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa pada komponen menerapkan kesimpulan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah diajarkan dengan model pembelajaran PBI dan CPS.
thitung 0,52 (t-hitung = 0,52, karena tanda minus hanya menunjukkan arah) 3. Menentukan db (derajat kebebasan) db = n1 + n2 – 2 db = 38 + 36 – 2 db = 74 – 2 db = 72 ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan db (derajat kebebasan) 72 tidak didapatkan dari tabel. Sehingga dicari dengan rumus Excel
296
dsg 572,56
(=TINV(0,05;72)) dan didapatkan nilai ttabel sebesar 1,99.
2. Menentukan thitung
Data Pretest 1. Menentukan dsg (Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2)
dsg
dsg 23,928
307
Lampiran 31
308
Lampiran 32
309
Lampiran 33
310
Lampiran 34
311
LAMPIRAN 35
312
313
Lampiran 36
314
315
316
Lampiran 37 Dokumentasi Penelitian
Kelas Eksperimen I Pertemuan Pertama
Kelas Eksperimen I Guru Memfasilitasi Kegiatan Diskusi Siswa Guna Menyelesaikan Masalah Yang Disajikan Dalam LKS
Kelas Eksperimen I Siswa Mengerjakan Posttest
Kelas Eksperimen I Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Terkait Model Dan Tujuan Pembelajaran
Kelas Eksperimen I Siswa Bersama Kelompoknya Menyelesaikan Permasalahan Yang Disajikan Guru Di LKS Melalui Diskusi Dan Eksplorasi
317
Siswa Kelas Eksperimen II Mengamati Penjelasan Guru
Produk Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen II (Poster)
Kegiatan Diskusi pada Kelas EKsperimen II
Guru memfasilitasi diskusi pada kelas eksperimen II
Diskusi Antara Anggota Kelompok Pada Kelas Eksperimen II