PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN GIGI ANTARA PESELANCAR DAN NON-PESELANCAR DI KABUPATEN BADUNG, BALI
Made Adinda Prajnaparamita NPM : 10.8.03.81.41.1.5.033
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014
Lembar Persetujuan Pembimbing
PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN GIGI ANTARA PESELANCAR DAN NON-PESELANCAR DI KABUPATEN BADUNG, BALI Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh : Made Adinda Prajnaparamita NPM : 10.8.03.81.41.1.5.033
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
drg. Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M.Kes NPK : 826 594 196
drg. I Putu Indra Prihanjana, M.Kes NPK : 828 207 372
Lembar Persetujuan Penguji dan Pengesahan Dekan Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara pembuatan skripsi dengan judul : “PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN GIGI ANTARA PESELANCAR DAN NON-PESELANCAR DI KABUPATEN BADUNG, BALI” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 8 Januari 2014. Maka atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 8 Januari 2014 Tim Penguji Skripsi FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar Ketua,
drg. Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M.Kes NPK : 826 594 196 Anggota :
Tanda Tangan
1. drg. I Putu Indra Prihanjana, M.Kes NPK. 828 207 372
…………………
2. drg. Gst Ayu Yohanna Lily,M.Kes.AAK NPK. 826 903 221
…………………
Mengesahkan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
P.A Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes., FISID NIP. 19590512 198903 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nyalah sehingga penelitian yang berjudul “Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali” dapat penulis selesaikan pada waktunya. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan yang begitu besar dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini tidak berlebihan jika penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Para sampel baik peselancar maupun non-peselancar di pantai Kuta, pantai Dream Land, pantai Double Six dan pantai Balangan yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. 2. I Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, drg., M.Kes., I Putu Indra Prihanjana, drg., M.Kes., dan Gusti Ayu Yohanna Lily, drg., M.Kes., AAK., selaku dosen pembimbing I, pembimbing II dan dosen penguji atas segala upaya dan bantuan beliau dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan koreksi dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
iv
3. Seluruh keluarga besar terutama kedua orang tua I Ketut Menda dan Ni Ketut Susantini, kakak dan adik saya Gde Ananda Purnama Putra dan Sattryartha Nyoman Narendra, serta Gungwah, anugrah terbesar dalam hidup saya yang telah memberikan restu dan yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan baik secara moril dan materi. 4. Sahabat-sahabat tercinta Day, Dian, Tek, Arik, Uter, Iko, Dewanti, Didiy, Indah Lestari, Karima, Indah, Dwita, Dek Ari, Opik, Putri, Nita, Gusadi, Danan, Riscapy, Patrik, Jayak, Gungsurya, Awan, Ade dan semua temanteman angkatan Cranter 2010 serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Sebagai akhir kata, penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Denpasar,
Januari 2014
Penulis
v
PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN GIGI ANTARA PESELANCAR DAN NON-PESELANCAR DI KABUPATEN BADUNG – BALI Abstrak Air laut yang diketahui mengandung garam dan mineral-mineral lainnya, merupakan salah satu faktor luar terjadinya karies yaitu faktor predisposisi yang menghambat terjadinya karies, sebab kandungan garam dalam air laut mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Peselancar yang acap kali bersentuhan dengan air laut memiliki kebutuhan perawatan gigi yang berbeda dengan kebutuhan perawatan gigi non-peselancar yang sangat jarang bersentuhan dengan air laut. Pengalaman dari seorang yang telah berhenti berselancar dimana lebih sering mengalami masalah kesehatan gigi dibanding saat dia masih bermain selancar dulu, dapat dipersepsikan adanya pengaruh air laut terhadap kesehatan gigi dan mulut mantan peselancar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan survei. Sampel sebanyak 60 orang yang diambil secara purposive sampling, quota sampling dan incidental sampling. Kebutuhan perawatan gigi dilihat dari Required Treatment Index (RTI) dan diuji dengan t-test independent. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar (p<0.05). Kelompok peselancar memiliki nilai RTI lebih rendah dibandingkan kelompok non-peselancar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kandungan air laut mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non peselancar di Kabupaten Badung, Bali. Kata kunci : air laut, peselancar, non peselancar, RTI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ...
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
7
A. Kebutuhan Perawatan Gigi .......................................................
7
B. Required Treatment Index ........................................................
8
C. Karies Gigi ...............................................................................
9
1. Definisi Karies Gigi .............................................................
9
2. Faktor Etiologi Karies ..........................................................
10
a. Faktor di Dalam Mulut ....................................................
10
1) Host .............................................................................
11
2) Substrat ........................................................................
13
3) Plak .............................................................................
13
4) Waktu ..........................................................................
15
b. Faktor di Luar Mulut .......................................................
15
1) Usia ...............................................................................
15
2) Jenis Kelamin................................................................
16
3) Tingkat Pendidikan ......................................................
16
4) Lingkungan. ..................................................................
17
5) Tingkat Ekonomi ..........................................................
17
6) Sosial Budaya .............................................................
17
7) Sikap dan Perilaku .......................................................
18
3. Klasifikasi Karies Gigi ........................................................
18
D. Air Laut ......................................................................................
20
1. Definisi Air Laut ................................................................
20
2. Kandungan Air Laut .............................................................
20
3. Manfaat Air Laut ................................................................
22
4. Efek Samping Air Laut ......................................................
24
E. Selancar ....................................................................................
25
1. Sejarah Selancar ...................................................................
25
2. Pengertian Selancar ..............................................................
27
BAB III HIPOTESIS ....................................................................................
28
BAB IV METODE PENELITIAN ...............................................................
31
A. Jenis Penelitian ...........................................................................
31
B. Identifikasi Variabel ....................................................................
31
C. Definisi Operasional ..................................................................
31
D. Subyek Penelitian ......................................................................
32
E. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................
32
F. Instrumen Penelitian ....................................................................
33
G. Alat dan Bahan ............................................................................
33
H. Jalannya Penelitian ......................................................................
34
I. Analisis Data ................................................................................
34
viii
BAB V HASIL PENELITIAN......................................................................
35
A. Analisis Sampel ..........................................................................
35
B. Uji Normalitas Data ....................................................................
39
C. Analisis Deskriptif ......................................................................
40
D. Analisis Inferensial .....................................................................
40
BAB VI PEMBAHASAN ...............................................................................
42
BAB VII PENUTUP .......................................................................................
46
A. Kesimpulan ..................................................................................
46
B. Saran ............................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
47
LAMPIRAN .....................................................................................................
50
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..........
35
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .........................
37
Tabel 5.3 Uji Normalitas Data Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 .
39
Tabel 5.4
Hasil Analisis Deskriptif Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 .
40
Tabel 5.5 Hasil Analisis Independent Sample T-Test Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan NonPeselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013................................................
41
x
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Rumus untuk menghitung nilai Required Treatment Index (RTI) ........................................................................
8
Gambar 2.2
Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies 11 ...........................................................
Gambar 2.3
Klasifikasi karies menurut Dr. G. V. Black.......................
20
Gambar 4.4
Rumus untuk menghitung nilai Required Treatment Index (RTI) .......................................................................
33
Gambar 5.5
Grafik Jenis Kelamin Non-Peselancar...............................
35
Gambar 5.6
Grafik Jenis Kelamin Peselancar .......................................
35
Gambar 5.7
Grafik Umur Non-Peselancar. ...........................................
37
Gambar 5.8
Grafik Umur Peselancar ....................................................
37
Gambar 5.9
Grafik Lama Berselancar ...................................................
40
Gambar 5.10 Grafik Frekuensi Berselancar/Minggu ..............................
40
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya dengan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Sebagaimana diketahui bahwa 70% permukaan bumi ditutup oleh perairan/lautan dan lebih dari 90% kehidupan biomassa di planet bumi hidup di laut. Oleh karena itu lautan merupakan bagian penting dari kelangsungan hidup manusia (Sudrajad, 2006). Hampir 70% wilayah negara Indonesia adalah wilayah laut. Indonesia memiliki wilayah laut seluas 3.288.683 juta km2. Selain itu, terdapat lebih kurang 18.110 pulau di Indonesia dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Hamparan luas laut biru mengelilingi Indonesia dengan segala kekayaan alam yang ada di dalamnya, membuat Indonesia juga dikenal dunia sebagai negara maritim atau negara kelautan (Ruhimat, Supriatna dan Kosim, 2006). Perairan laut Indonesia selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya dan penting antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, mangrove, bahan tambang seperti minyak bumi, dan daerah pesisirnya dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata yang menarik (Ruhimat, Supriatna dan Kosim, 2006). Pesisir merupakan wilayah pertemuan antara darat dan laut. Batas daratan yang termasuk wilayah pesisir adalah daratan yang basah ataupun kering yang
1
2
masih dipengaruhi pasang surut air laut, perembesan air asin dari laut dan aktivitas angin laut (Wirastuti, Natalia, 2006). Kawasan pesisir dan laut Indonesia merupakan tempat ideal bagi seluruh jenis aktivitas pariwisata bahari yang meliputi, kegiatan berjemur , kegiatan berenang, olahraga air (seperti berselancar, paraseling, wind surfing, dan paddle board), memancing dan kegiatan lainnya seperti diving, snorkeling, dan underwater photography. Untuk aktivitas berselancar, Indonesia merupakan lokasi yang tepat untuk dikunjungi, karena mempunyai banyak lokasi selancar terbaik yang dapat dikunjungi sepanjang tahun untuk peselancar pemula hingga kelas dunia (Soepomo, 2012). Karena itu tidak heran
bahwa
Indonesia
telah
banyak
melahirkan
peselancar-peselancar
profesional. Bali merupakan salah satu tempat surfing terbaik kelas dunia dan merupakan pusat berselancar di Indonesia. Di sebagian besar pantai Bali akan dengan mudah ditemui para peselancar mulai dari yang pemula sampai yang profesional. Salah satu pantai terbaik yang dimiliki Bali adalah Pantai Kuta. Pantai ini menawarkan gulungan gelombang yang terbaik dengan pasir pantai yang lembut dan juga terdapat banyak sekolah surfing (Trya, 2011). Selain Pantai Kuta yang terkenal, Bali juga memiliki banyak pantai lain dengan keistimewaan sendiri untuk berselancar, seperti Pantai Dream Land dimana pantai ini berbatasan langsung dengan tebing tebing tinggi dan curam yang menambah keelokan tempat ini. Ada juga Pantai Padang-padang yang berada tepat di depan Laut Hindia, ombak disini dikenal memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Ombak mencapai puncak maksimal hingga 12 feet.
3
Ombaknya yang membentuk pipa dengan kekuatan arus yang kencang dan besar menjadikannya hanya
boleh dicoba untuk
yang sudah berpengalaman
(Trya, 2011). Lahir dan besar di daerah pesisir membuat para peselancar tersebut sudah sangat terbiasa dengan berselancar sejak mereka masih kecil, bahkan mayoritas kegiatan sehari-hari mereka adalah berselancar. Mulai pagi hari hingga menjelang sang surya kembali ke peraduan pantai di Bali dipadati oleh para surfer yang baru belajar hingga yang sudah profesional. Kegiatan tersebut terus berlanjut setiap harinya dan membuat para peselancar ini juga selalu bersentuhan dengan air laut yang diketahui memiliki kandungan garam yang cukup tinggi. Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut (Sugiharyanto, 2007). Air laut yang diketahui mengandung garam dan mineral-mineral lainnya, merupakan salah satu faktor luar terjadinya karies yaitu faktor predisposisi yang menghambat terjadinya karies, sebab kandungan garam dalam air laut yang mampu meningkatkan system kekebalan tubuh sehingga menjadikan tubuh mampu melawan berbagai virus dan bakteri yang menyerang tubuh sehingga kesehatan tubuh terutama gigi dapat terjaga (Lucky, 2007). Selain adanya garam yang berkhasiat untuk menghambat karies, salah satu mineral yang terkandung dalam air laut adalah kalsium. Kalsium dalam air laut atau disebut juga zat kapur adalah zat mineral yang mempunyai fungsi dalam membentuk serta memperkuat tulang dan gigi, sehingga pertahanan rongga mulut
4
khususnya gigi terhadap serangan bakteri penyebab karies dapat dihindari (Ningharmanto, 2009). Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Akibat yang ditimbulkan oleh karies gigi ini bermacam-macam mulai dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena salah satu penyebab dari karies gigi adalah adanya aktivitas bakteri. Bakteri yang bersarang pada karies gigi itu bisa menembus ke pembuluh darah dan akhirnya mengumpul di jantung (Sena, 2012). Semboyan mencegah lebih baik daripada mengobati harus selalu diingat karena mulut adalah pintu gerbang utama masuknya segala macam benda asing ke dalam tubuh, menjaga kesehatan gigi dan mulut berarti langkah awal menjaga kesehatan tubuh. Di Indonesia, karies gigi masih menjadi masalah utama pada penyakit gigi dan mulut. Data yang dirilis Departemen Kesehatan (Depkes) dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menunjukkan prevalensi karies aktif yang belum dirawat secara nasional adalah 43,4% (Riskesdas, 2007). Karies gigi juga termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat (Sugito, 2000). Hasil laporan balai pengobatan gigi di Puskesmas Kuta I juga menunjukkan bahwa masih tingginya prevalensi karies gigi pada masyarakat setempat yaitu sebesar 665 kasus karies dalam kurun waktu tiga bulan (Laporan Triwulan I Puskesmas Kuta, 2013). Untuk melihat prevalensi karies dihitung dengan menggunakan rumus prevalensi karies dan penilaian status karies dengan skor Decay Missing Filling-
5
Tooth (DMF-T) serta diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Tetapi bisa juga dengan menggunakan Required Treatment Index (RTI), dimana RTI ini menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan yang membutuhkan perawatan seperti penumpatan/pencabutan (Magdarina, 2007). Kebutuhan perawatan gigi seperti penumpatan dari masing-masing individu tidaklah sama, dimana hal ini terkait dengan hasil RTI. Begitu pula kebutuhan perawatan gigi peselancar yang acap kali bersentuhan dengan air laut yang sesuai penjelasan di atas dapat menghambat terjadinya karies dibandingkan dengan kebutuhan perawatan gigi non-peselancar yang sangat jarang bersentuhan dengan air laut. Pengalaman dari seorang yang telah berhenti berselancar dimana lebih sering mengalami masalah kesehatan gigi yaitu karies dibanding saat dia masih bermain selancar dulu, dapat dipersepsikan adanya pengaruh air laut terhadap kesehatan gigi dan mulut mantan peselancar tersebut. Oleh karena itu, penulis tertarik mengetahui pengaruh air laut terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dengan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali ?
6
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali.
D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat yang tepat guna, di antaranya sebagai berikut : 1. Dapat menjadi motivasi bagi masyarakat khususnya peselancar dan nonpeselancar di Bali agar terus menjaga keadaan rongga mulutnya agar tetap bersih dan sehat sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik dan maksimal. 2. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memberikan informasi tambahan terutama bagi mahasiswa FKG UNMAS Denpasar mengenai adanya pengaruh air laut terhadap kesehatan rongga mulut. 3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dimana hasil ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca serta memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian bagi peneliti.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Perawatan Gigi Kebutuhan adalah keinginan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan atau yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebab jika kebutuhan tidak terpenuhi maka akan membawa efek negatif. Kebutuhan manusia akan selalu berubah-ubah dan berbeda-beda setiap individunya seiring dengan perkembangan zaman (Prishardoyo, Trimarwanto dan Shodiqin, 2005). Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Kebutuhan perawatan gigi dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket, pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi (Malik, 2008). Pada dasarnya, prinsip semua dokter gigi adalah mempertahankan gigi asli selama mungkin di dalam mulut kecuali pada kasus-kasus yang kemungkinan penyembuhannya sudah kecil. Oleh karena itu penambalan gigi merupakan perawatan yang dapat mempertahankan gigi asli selama mungkin di dalam mulut pasien (Mandasari, 2010). Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat. Apabila penambalan
7
8
dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung dilakukan penambalan. Apabila kelainannya sudah lebih besar, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak (Malik, 2008).
B. Required Treatment Index ( RTI) Required Treatment Index (RTI) adalah angka persentase dari jumlah gigi tetap yang karies terhadap angka DMF-T. RTI merupakan indikator penilaian yang menggambarkan besarnya kerusakan yang belum ditangani dan memerlukan penumpatan atau pencabutan (Magdarina, 2007). RTI dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
D
RTI = D
M
x 100% F
Gambar 2.1 Rumus untuk menghitung nilai Required Treatment Index (RTI)
Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah : 1. D = Decay adalah kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat ditambal. Bila terdapat lebih dari satu karies pada satu gigi, dihitung satu karies. 2. M = Missing adalah gigi permanen yang hilang karena karies atau gigi karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut. 3. F = Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies (Agtini, Sintawati dan Murwanto, 2005).
9
Untuk mengukur karies gigi biasanya digunakan Indeks Karies Gigi yaitu DMF-T untuk gigi tetap dan def-t untuk gigi sulung, karena indeks ini yang paling banyak digunakan dan diterima secara universal. Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang (Marlia, Boy dan Sukarsih, 2011) Tujuan pemeriksaan DMF-T adalah untuk melihat status karies gigi, perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan perawatan, membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari satu daerah dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan program, serta untuk memantau perkembangan status pengalaman karies individu (Riskedas, 2007). Indeks DMF-T adalah rata-rata jumlah kerusakan gigi per orang (baik yang masih berupa karies, dicabut maupun ditumpat) yang menunjukkan banyaknya kerusakan gigi yang pernah dialami seseorang baik berupa Decay (gigi karies atau gigi berlubang), Missing (gigi dicabut), dan Filling (gigi ditumpat) (Riskedas, 2007).
C. Karies Gigi 1. Definisi Karies Gigi Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan
10
bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (Kidd, Bechal, 2012). Karies adalah kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang diakibatkan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi. Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun (Fadhila, 2012). 2. Faktor Etiologi Karies Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu (Mahda, 2012). Menurut Suwelo (1992), ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya karies yaitu faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies dan terdapat faktor yang tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sosial budaya, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Silfia, 2011).
11
a. Faktor di Dalam Mulut Pada tahun 1960-an Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan dalam terbentuknya karies
yang digambarkan dalam teori
multifaktorial (gambar 2.2) (Kidd, Bechal, 2012).
Mikroorganisme
Host & Gigi
karies
Substrat
Waktu
Gambar 2.2 Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies baru akan timbul hanya apabila keempat factor penyebab tersebut bekerja simultan (Kidd, Bechal, 2012) 1) Host Anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies. Pit atau fisur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat retensi sisa makanan (Setiawan, 2009). Plak yang mengandung bakteri marupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan
12
perlekatan plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif, pemukaan akar yang terbuka yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium, tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper, permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan gigi tiruan jembatan (Kidd, Bechal, 2012). Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion flour. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali
(Kidd,
Bechal, 2012). Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies dalam beberapa cara. Kadar flour yang bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan flour tersebut dalam air minum atau makanan lain yang mengandung flour. Email
13
yang mempunyai kadar flour lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam. Akan tetapi, tersedianya flour di sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi (Kidd, Bechal, 2012). 2) Substrat Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut (Suwelo, 1992 cit. Rina, 2010). Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi, maka kemungkinan terjadinya karies juga cukup tinggi (Kidd, Bechal, 2012). Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email, yaitu < 5,5. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd, Bechal, 2012).
14
3) Plak Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies (Mahda, 2012). Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan
bakteri-bakteri
tertentu
pada
permukaan
gigi
(Kidd, Bechal, 2012) Bakteri yang mula-mula mendominan adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme (Kidd, Bechal, 2012). Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya Laktobasilus pada plak gigi (Mahda, 2012). Streptokokus
mutans
merupakan bakteri
yang paling banyak
ditemukan pada lesi karies gigi dan berperan penting dalam proses awal terjadinya karies gigi (Anthony, 2008). Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam
15
suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut (Kidd, Bechal, 2012). 4) Waktu Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian
sebenarnya
terdapat
kesempatan
menghentikan penyakit ini (Kidd, Bechal, 2012).
yang
baik
untuk
16
b. Faktor di Luar Mulut Faktor yang berhubungan tidak langsung dalam proses karies gigi yang berada di dalam mulut sebagai faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies antara lain : 1) Usia Usia digunakan dalam salah satu faktor predisposisi terjadinya karies yang terdiri dalam 3 fase umur, yaitu : a) Fase I gigi bercampur, disini molar 1 paling sering terkena karies karena gigi ini gigi yang paling pertama tumbuh. b) Fase II pubertas (remaja) umur antara 14-20 tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Inilah yang menyebabkan presentase karies lebih tinggi pada fase ini. c) Fase III antara 40-50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunya gusi sehingga sisa–sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan, sehingga pada akhirnya menjadi salah satu penyebab terjadinya karies (Sartika, 2008). 2) Jenis Kelamin Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Milham-Turkehem (1996 cit. Sartika 2008) diperoleh kesimpulan bahwa presentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat
17
dibanding anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut, sehingga gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor risiko terjadinya karies. 3) Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka prevalensi karies pada penduduk yang tidak tamat sekolah dasar sebesar 78% dan pada
penduduk
yang
tamat
sekolah
dasar
sebesar
67%
(Kusumawati, 2010). 4) Lingkungan Berdasarkan teori Blum, lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat. Lingkungan salah satunya berupa tempat tinggal, dimana masyarakat daerah pegunungan memiliki DMF-T rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan daerah pantai. Hal ini disebabkan karena masyarakat pantai lebih tinggi kadar flour air minumnya dibandingkan di daerah pegunungan (Setyohadi, Yuanita dan Susy, 2012). 5) Tingkat ekonomi Latar belakang ekonomi dapat menjadi penyebab tingginya angka kejadian karies gigi pada pada kelompok masyarakat tertentu.
18
Masyarakat dengan pendapatan yang rendah tidak dapat melakukan pemeriksaan ke dokter gigi (Suwelo, 1992 cit. Kusumawati, 2010). 6) Sosial Budaya Berdasarkan teori Blum, sosial budaya yaitu mata pencaharian merupakan faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut (Anitasari, Rahayu, 2005). Masyarakat yang tinggal di daerah pantai memiliki status kesehatan gigi dan mulut lebih baik. Banyak mata pencaharian yang dapat dilakukan di pantai baik yang berhubungan dengan air laut maupun tidak. Berselancar merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan air laut yang diketahui mengandung berbagai mineral yang dapat meningkatkan sistem imun, dimana para peselancar memiliki status kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik (Oldy, 2013). 7) Sikap dan Perilaku Perilaku mempengaruhi
memegang status
peranan
kesehatan
gigi
yang dan
penting mulut.
dalam
Frekuensi
membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi (Setyohadi, Yuanita dan Susy, 2012). 3. Klasifikasi Karies Gigi Karies bisa juga digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda
19
bergantung kepada keparahan karies yang dihadapi. Oleh karena itu karies disebut karies ringan jika yang terkena karies adalah daerah yang memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen. Dikatakan sedang jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior, dan dikatakan parah jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya bebas karies (Kidd, Bechal, 2012). Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies), karies terbagi atas karies superfisial, karies media, dan karies profunda. Karies Superfisialis adalah dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena. Karies Media adalah dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. Karies Profunda adalah dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa (Kusumawati, 2010). Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu: a.
Kelas I. Karies yang terjadi pada pit dan fissure semua gigi, baik anterior maupun posterior.
b.
Kelas II. Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior. Kavitas ini biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
c.
Kelas III. Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi anterior. Karies bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari
20
incisivus atau kaninus. Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk bulat dan kecil. d.
Kelas IV. Kelas ini merupakan lanjutan dari karies kelas III. Karies yang meluas ke incisal sehingga melemahkan sudut incisal edgenya dan dapat menyebabkan fraktur pada gigi.
e.
Kelas V. Karies yang terjadi pada permukaan servikal gigi. Lesi ini bisa terjadi pada permukaan fasial atau labial, namun lebih dominan terjadi pada permukaan fasial gigi. Kavitas pada kelas ini bisa mengenai sementum gigi.
f.
Kelas VI. Karies yang terjadi pada ujung-ujung cusp gigi posterior dan incisal edge (Kusumawati, 2010).
Gambar 2.3 Klasifikasi karies menurut Dr. G.V. Black
D. Air Laut 1. Definisi Air Laut Air laut atau bahari adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau (Untoro dkk., 2010).
21
Menurut Khosim dan Sriyanto (2008), air laut adalah air yang menutupi bagian dari muka bumi yang mempunyai salinitas yang cukup tinggi. 2. Kandungan Air Laut Air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut (Sugiharyanto, 2007). Rata-rata jumlah kadar garam pada air laut adalah 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut (1000 ml) terdapat 35 gr garam (Nursaiful, 2004). Kandungan garam di setiap laut berbeda kandungannya. Laut yang paling tawar adalah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya merupakan bagian dari laut Baltik. Laut yang paling asin adalah Laut Merah (dimana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit air masuk dari sungai-sungai). Air laut memiliki kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya Natrium, Kalium, Kalsium, dll. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam (Darmadi, 2010). Garam yang terkandung dalam air laut bukan hanya garam dapur, tetapi garam secara umum yang didefinisikan oleh ilmu kimia, yaitu persenyawaan antara unsur logam dan unsur bukan logam. Garam dapur
22
adalah salah satu contohnya. Garam dapur merupakan senyawa antara natrium (logam) dan klor (bukan logam) (Mikrajuddi,Saktiyono dan Lutfi, 2006). Pada umumnya, zat-zat garam yang utama yang terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat (8%), Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium (1%) dan sisanya kurang dari 1% terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Asam Borak, Strontium dan bahan-bahan mineral lainnya (Darmadi,2010). Kandungan mineral lainnya yang terdapat dalam air laut dan sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah kalium, selenium, molibdenium, dan yodium (Sembiring,Subroto, 2007). Keadaan pH air laut juga merupakan parameter penting yang perlu dipantau oleh karena juga dapat mempengaruhi keadaan rongga mulut. Tingkat pH pada air laut berkisar 7,6-8,4 yang masih dalam kategori normal yaitu pada angka 7 yang merupakan pH netral atau tidak asam dan tidak basa (Nursaiful, 2004). 3. Manfaat Air Laut Air laut memiliki komposisi yang sama dengan komposisi plasma darah manusia. Penggunaan air laut sebagai obat sudah mulai dilakukan sejak 4 abad Sebelum Masehi. Air laut juga memiliki 84 elemen vital yang juga ditemukan dalam tubuh manusia termasuk di antaranya vitamin, fluoride, garam mineral dan asam amino. Selain itu air laut juga kaya akan mikroorganisme
yang
menghasilkan
antibiotik,
antimicrobial
dan
antibacterial.
Tubuh manusia memiliki kemampuan alami unuk menyerap elemen-elemen tersebut (Oldy, 2013).
23
Salah satu keuntungan terbesar yang terdapat dalam air laut adalah kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit atau iritasi pada kulit. Mulai dari peradangan, psoriasis termasuk luka ringan karena kandungan garam dan potasium klorida di dalamnya (Oldy, 2013). Air laut juga memberikan kontribusi bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kandungan elemen vital dalam air laut memiliki kemampuan untuk membantu mekanisme penyembuhan tubuh serta menaikan sistem imunitas tubuh dan peredaran darah. Pori-pori kulit yang tersiram air laut akan menyerap mineral yang membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Selain itu juga membantu meningkatkan level oksigen pada aliran darah yang membantu tubuh dalam melawan radikal bebas. Ada pula zat iodin yang mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan aktivitas tiroid antiseptik alami yang membantu tubuh memerangi infeksi, membunuh parasit, bakteri dan jamur (Oldy, 2013). Meski memiliki nilai gizi dan komposisi yang sama, garam laut dipercaya lebih sehat daripada garam meja. Ada banyak manfaat yang bisa didapat dari mengonsumsi garam laut. Salah satunya adalah menyangkut sistem imun, dimana garam laut secara alami bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal itu menjadikan tubuh mampu melawan virus seperti, flu, demam, alergi serta penyakit autoimun lainnya (Eya, 2012). Kandungan zat dalam garam yang sudah diketahui banyak orang adalah natrium khlorida dan yodium. Kedua zat ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, bukan hanya kesehatan gigi saja. Selain dua zat
24
tersebut, garam juga mengandung flour dan phosphor yang berguna membantu pembentukan tulang serta gigi dan memberikan perlindungan pada email gigi dari serbuan gangguan serta bakteri pengganggu (Azalia, 2013). Ada beberapa literatur yang membahas tentang air garam dan manfaatnya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Air garam mempunyai dua pengaruh terhadap kelangsungan bakteri khususnya streptococcus mutans. Menurut Takada dan Fukushima (1986), pada konsentrasi sangat rendah air garam akan merangsang pertumbuhan bakteri. Namun sebaliknya, garam dalam bentuk murni dengan konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik karena terdapat unsur Natrium chloride di dalamnya yang merupakan golongan halogen. Halogen memiliki sifat oksidator yang kuat dan mampu mematikan bakteri (Firman, 2010). Kalsium dalam air laut juga memiliki peran sentral dalam pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga agar tulang dan gigi tetap kuat dan tidak mudah keropos (Oldy, 2013). Konsentrasi fluoride dalam air laut sekitar 1,2-1,4 mg / liter (WHO, 2004). Keuntungan mengkonsumsi air yang mengandung flour pada gigi dewasa akan menurunkan terjadinya karies gigi 40% sampai 65% (Prita, 2012). Mineral fluoride pada dasarnya bertujuan untuk mengembalikan mineral di gigi yang hilang akibat asam yang berasal dari plak bakteri dan gula. Tanpa penambahan mineral (remineralization) gigi menjadi mudah goyang. Pasta gigi yang mengandung fluoride akan membuat gigi menyerap fluoride tersebut. Selain itu, fluoride tersebut juga akan menghilangkan plak
25
yang mengandung bakteri di gigi. Seperti diketahui bakteri akan menghasilkan zat asam yang merusak gigi.
Pada beberapa kondisi, seperti orang yang
menderita mulut kering, penyakit gusi, sering menderita gigi berlubang, dan menggunakan kawat gigi, penggunaan fluoride dalam pasta gigi atau obat kumur sangat dianjurkan (Lusia, 2012). Kandungan kalsium ( Ca ) dalam air laut atau disebut juga zat kapur memiliki peran sentral dalam pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga agar tulang
dan
gigi
tetap
kuat
dan
tidak
mudah
keropos
(Ningharmanto, 2009). 4. Efek Samping Air Laut Secara umum air laut tidak memberi efek samping yang berarti. Namun dari bahan mineral yang terkandung didalamya yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut, terdapat efek samping yang berbeda-beda. Seperti natrium klorida yang memiliki efek samping ingin muntah
dan
dapat
menyebabkan
darah
tinggi
atau
hipertensi
(Harmandini, 2012). Kadar garam yang berlebihan di dalam tubuh akan dikeluarkan, hal ini juga mengakibatkan kalsium turut keluar. Jika terus berlangsung akan menyebabkan osteopeni, yaitu kepadatan tulang berkurang, termasuk kepadatan gigi (Asti, 2007). Tingkat asupan fluoride yang berlebih menyebabkan fluorosis tulang. Kelebihan fluoride selama perkembangan gigi, terutama pada tahap pematangan, juga dapat mengakibatkan gigi fluorosis, efek ini juga dapat
26
diatasi dengan paparan beberapa mineral seperti kalsium atau magnesium. Fluorosis gigi ringan muncul hampir tidak terdeteksi dimana ditandai dengan warna putih pada permukaan enamel. Karena kelebihan asupan fluoride, keparahan fluorosis gigi juga meningkat (Lepo, Snyder, 2000).
E. Selancar 1. Sejarah Selancar Olahraga selancar air atau surfing adalah olahraga yang tumbuh dan mulai berkembang di Amerika, sekitar tahun 1960-an tepatnyan di Hawaii. Karena daerah tersebut memiliki ombak yang pecah serta bertahap yang sangat cocok digunakan untuk olahraga selancar air (surfing) ini. Penyebaran olahraga selancar air ini dimulai dan dapat dirasakan di penjuru dunia sekitar tahun 1964 tanpa kecuali di Asia. Karena pesatnya penyebaran dan perkembangan olahraga ini, maka para peminat atau pelaku olahraga ini, atau yang lebih dikenal dengan sebutan surfer membuat sebuah asosiasi yang berskala internasional dengan nama ISA (International Surfing Association) yang berpusat di California, yang sampai saat ini sudah memiliki anggota lebih dari 70 negara (Lidinillah, 2011). Budaya selancar muncul akibat dari naik pamornya olahraga ini yang kemudian melahirkan gaya hidup sendiri dan tercermin dari berbagai produk, musik, fashion, majalah hingga film-film yang menggambarkan anak pantai yang serba santai. Para sosiolog Amerika pada pertengahan
27
tahun 50-an mencapnya sebagai budaya orang malas. Tetapi di era abad 19 awal olahraga ini mulai digemari oleh kalangan muda, rata-rata kalangan anak muda Eropa, contohnya: Amerika, Meksiko lebih memilih olah raga ini, sehingga olah raga ini menjadi populer dan lebih mendunia lagi (Darmadi, 2010). Seiring dengan perkembangan olahraga selancar air (surfing) yang sangat cepat, maka banyak pula munculnya perkumpulan-perkumpulan surfing dan para peminatnya di setiap negara yang memiliki pantai dan ombak yang dapat digunakan untuk berselancar,tak terkecuali Indonesia (Lidinillah, 2011). Pada tahun 70-an olahraga selancar air mulai dikenal di Indonesia, yang diperkenalkan oleh seorang warga negara Australia yang sedang membuat film tentang para peselancar atau surfer, dan pengambilan gambarnya dilakukan di Bali sehingga olahraga ini lebih dulu dikenal di Bali. Setelah itu tidak sedikit para masyarakat lokal Bali yang mulai mempelajari olahraga tersebut, karena ditunjang dengan kedudukan Indonesia yang memiliki banyak pulau dan pantai yang memiliki ombak yang ideal untuk olahraga ini, maka perkembangan dan penyebaran olahraga selancar air ini sangat cepat (Lidinillah, 2011). 2. Pengertian Selancar Selancar atau yang lebih ngetren disebut “surfing” adalah olahraga di atas permukaan air di mana ada seorang pengendara gelombang, yang disebut sebagai "peselancar". Gelombang yang cocok untuk berselancar
28
terutama ditemukan di laut, tetapi juga dapat ditemukan di danau atau sungai dalam bentuk gelombang berdiri (Darmadi, 2010). Selancar merupakan sebuah olahraga yang berlangsung di atas ombak yang tinggi. Olahraga ini dilakukan dengan menggunakan sebilah papan sebagai alat untuk bermanuver di atas ombak. Papan tersebut akan bergerak dengan menggunakan tenaga arus ombak di bawahnya dan arahnya dikemudikan seorang peselancar. Adrenalin akan terpacu karena tertekan
untuk
mengarahkan
papan
selancar
sekaligus
menjaga
keseimbangan. Mirip rodeo, tetapi pada olahraga ini peselancar menunggangi ombak liar (Bawantara, Ekaristi, 2009). Beberapa orang latihan surfing sebagai kegiatan rekreasi sementara yang lain membuatnya fokus utama kehidupan mereka (Darmadi, 2010).
BAB III HIPOTESIS
Karies tidak hanya disebabkan oleh faktor yang ada di dalam mulut atau yang langsung berhubungan dengan karies, tetapi juga ada faktor luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar tersebut antara lain adalah lingkungan dan sosial budaya (Pratiwi, 2013). Lingkungan yang salah satunya berupa tempat tinggal dan sosial budaya yaitu mata pencaharian dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat. Masyarakat daerah pegunungan memiliki DMF-T rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan daerah pantai. Hal ini disebabkan karena masyarakat pantai lebih tinggi kadar flour air minumnya dibandingkan di daerah pegunungan (Setyohadi, Yuanita dan Susy, 2012). Masyarakat yang tinggal di daerah pantai memiliki status kesehatan gigi dan mulut lebih baik. Banyak mata pencaharian yang dapat dilakukan di pantai baik yang berhubungan dengan air laut maupun tidak. Berselancar merupakan pekerjaan yang berhubungan dengan air laut yang diketahui mengandung berbagai mineral yang dapat meningkatkan sistem imun, dimana para peselancar memiliki status kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik (Oldy, 2013). Olahraga berselancar merupakan salah satu olahraga modern yang dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia baik dari kalangan dewasa, remaja bahkan anak-anak. Berselancar merupakan olahraga di atas permukaan air di mana ada seorang pengendara gelombang, yang disebut sebagai "peselancar".
29
30
Gelombang yang cocok untuk berselancar terutama ditemukan di laut. Beberapa orang latihan surfing sebagai kegiatan rekreasi sementara yang lain membuatnya fokus utama kehidupan mereka (Narendra, 2012). Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa para peselancar tersebut sudah sangat terbiasa bersentuhan dengan air laut. Pada umumnya, zat-zat garam yang utama yang terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat (8%), Magnesium (4%), Kalsium (1%), Potasium (1%) dan sisanya kurang dari 1% terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Asam Borak, Strontium dan Florida dan bahan-bahan mineral lainnya (Agus, 2005). Salah satu keuntungan terbesar yang terdapat dalam air laut adalah kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit atau iritasi pada kulit. Mulai dari peradangan, psoriasis termasuk luka ringan karena kandungan garam dan potasium klorida di dalamnya. Air laut juga kaya akan mikroorganisme yang menghasilkan memiliki
antibiotik,
kemampuan
antimicrobial alami
unuk
dan
antibacterial.
Tubuh
menyerap
elemen-elemen
manusia tersebut
(Oldy, 2013). Air laut yang asin disebabkan oleh tingginya kandungan garam, dimana air garam sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi. Menurut Takada dan Fukushima (1986), air garam mempunyai dua pengaruh terhadap kelangsungan bakteri khususnya bakteri utama penyebab karies gigi yaitu streptococcus mutans (Firman, 2010). Selain itu kandungan kalsium (Ca) dalam air laut atau disebut juga zat kapur memiliki peran sentral dalam pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga
31
agar
tulang
dan
gigi
tetap
kuat
dan
tidak
mudah
keropos
(Ningharmanto, 2009). Bertitik tolak dari pernyataan diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan survei.
B. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1.
Peselancar
2.
Non-Peselancar
3.
Required Treatment Index (RTI)
C. Definisi Operasional Definisi dari masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Peselancar adalah seseorang yang ahli dalam berselancar, memiliki frekuensi berselancar minimal lima kali dalam seminggu selama minimal setahun, mengetahui teknik dan trik dalam berselancar dan seringkali bersentuhan dengan air laut serta saat ini masih aktif berselancar. 2. Non-peselancar
adalah
seseorang
yang
pekerjaannya
tidak
ada
hubungannya dengan air laut dan melakukan aktivitas di pantai. 3. Required Treatment Index (RTI) adalah kebutuhan akan penambalan gigi yang dilihat dari besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani.
32
33
D. Subyek Penelitian Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali. 2. Besar sampel Besar sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang peselancar dan 30 orang non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik purposive sampling, dimana sampel yang digunakan berdasarkan pertimbangan tertentu. Kemudian menentukan besar sampel dengan teknik quota sampling karena pengambilan sampel dilakukan dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel, kemudian dengan patokan jumlah tersebut digunakan teknik insidental sampling dimana teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dapat dijadikan sebagai sampel. Pada pantai Kuta jumlah sampel peselancar adalah delapan orang dan sampel non-peselacar adalah delapan orang. Dilanjutkan pada pantai Dream Land jumlah sampel peselancar adalah tujuh orang dan sampel non-peselacar adalah tujuh orang. Kemudian pada pantai Double Six
34
jumlah sampel peselancar adalah delapan orang dan sampel non-peselacar adalah tujuh orang dan pada pantai Balangan jumlah sampel peselancar adalah tujuh orang dan sampel non-peselancar adalah delapan orang.
E. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 di pantai Kuta, pantai Dream Land, pantai Double Six dan pantai Balangan.
F. Instrumen Penelitian Instrument penelitian yang digunakan adalah RTI dengan rumus : (RTI) :
D DMF
x 100 % T
Gambar 4.4 Rumus untuk menghitung nilai Required Treatment Index (RTI) Angka DMF-T menggambarkan banyaknya riwayat karies yang diderita responden. Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah : 1. D = Decay
: Jumlah gigi permanen karies yang masih dapat ditambal
2. M = Missing
: Jumlah gigi permanen yang hilang/harus dicabut karena
karies 3. F = Filling
: Jumlah gigi permanen yang sudah ditambal
G. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah : 1. Alat oral diagnose ( kacamulut, sonde, pinset, eksavator) 2. Form status kesehatan gigi dan mulut
35
3. Alat tulis 4. Kapas 5. Alcohol 70% 6. Nerbechen 7. Hand gloves 8. Masker H. Jalannya penelitian Alur pada penelitian ini adalah : 1. Menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan saat penelitian. 2. Membagikan informed consent kepada masing-masing peselancar dan non-peselancar untuk mendapatkan kesediaan menjadi sampel. 3. Melakukan pemeriksaan intra-oral untuk mengetahui DMF-T pada sampel. Kemudian hasil pemeriksaan ditulis pada form status kesehatan gigi dan mulut. 4. Hasil pemeriksaan dimasukkan ke dalam tabel row data. 5. Menghitung kebutuhan perawatan gigi masing-masing sampel dengan rumus Required Treatment Indeks. 6. Data yang diperoleh dari kedua kelompok sampel kemudian dibandingkan dan dianalisis.
I. Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Uji Kolmogorov-Smirnov 2. Uji Statistik Parametrik T-Test Independen
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Sampel Responden pada penelitian ini berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 30 orang peselancar dan 30 orang non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 Agustus – 30 September di pantai Kuta, pantai Dream Land, pantai Double Six dan pantai Balangan. Sampel diperoleh dengan cara pendekatan observasional dengan metode survei. Karakteristik responden yang digunakan pada penelitian
ini
adalah
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan umur. Dikelompokkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin antara peselancar dan nonpeselancar sebagai berikut. Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan TOTAL
Kelompok Peselancar Non Peselancar 29 orang 15 orang (96,7%) (50%) 1 orang 15 orang (3,3%) (50%) 30 orang 30 orang (100%) (100%)
Total 44 orang (73,3%) 16 orang (26,7%) 60 orang (100%)
Berdasarkan Tabel 5.1, menunjukkan bahwa kelompok peselancar mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 orang (96,7%) dan perempuan
36
37
sebanyak 1 orang (3,3%). Sedangkan untuk kelompok non peselancar laki-laki sebanyak 15 orang (50%) dan perempuan sebanyak 15 orang (50%). Bila disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti grafik di bawah ini.
Jenis Kelamin Non Peselancar 50%
50%
Laki-laki
Perempuan
Gambar 5.5 Grafik Jenis Kelamin Non Peselancar. Grafik ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki pada non-peselancar sama besar dengan jumlah perempuan.
Jenis Kelamin Peselancar 3,3%
Laki-laki Perempuan
96,7%
Gambar 5.6 Grafik Jenis Kelamin Peselancar. Grafik ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki pada peselancar jauh lebih besar daripada jumlah perempuan.
38
Karakteristik responden berdasarkan umur, seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur 18-24 tahun 25-31 tahun 32-38 tahun 39-45 tahun > 45 tahun TOTAL
Kelompok Peselancar Non Peselancar 19 orang 13 orang (63,3%) (43,3%) 10 orang 7 orang (33,3%) (23,3%) 1 orang 4 orang (3,3%) (13,3%) 0 4 orang (0%) (13,3%) 0 2 orang (0%) (6,7%) 30 orang 30 orang (100%) (100%)
Total 32 orang (53,3%) 17 orang (28,3%) 5 orang (8,3%) 4 orang (6,7%) 2 orang (3,3%) 60 orang (100%)
Berdasarkan Tabel 5.2, umur responden untuk kelompok peselancar mayoritas berumur 18-24 tahun sebanyak 19 orang (63,3%), umur 25-31 sebanyak 10 orang (33,3%) dan umur 32-38 sebanyak 1 orang (3,3%). Untuk kelompok non peselancar mayoritas berumur 18-24 tahun sebanyak 13 orang (43,3%), umur 25-31 sebanyak 7 orang (23,3%), umur 32-38 sebanyak 4 orang (13,3%), umur 39-45 sebanyak 4 orang (13,3%) dan umur > 45 tahun sebanyak 2 orang (3,3%).
39
Bila disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat seperti grafik di bawah ini.
Umur Non Peselancar 6,7%
13,3%
18-24 tahun 43,3%
25-31 tahun
13,3%
32-38 tahun 23,3%
39-45 tahun > 45 tahun
Gambar 5.7 Grafik Umur Non Peselancar. Grafik ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel non-peselancar berumur 18-24 tahun sebesar 43,3% dan yang terendah berumur <45 tahun sebesar 6,7%.
Umur Peselancar 3,3%
0%
0% 18-24 tahun
33,3%
25-31 tahun 63,3%
32-38 tahun 39-45 tahun > 45 tahun
Gambar 5.8 Grafik Umur Peselancar. Grafik ini menunjukkan bahwa mayoritas umur untuk sampel peselancar adalah berkisar 18-24 tahun sebesar 63,3%, sedangkan yang terendah berkisar 32-28 tahun.
40
16,7% (5 orang)
Lama Berselancar
16,7% (5 orang)
5-10 tahun 11-15 tahun
67% (20 orang)
16-20 tahun
Gambar 5.9 Grafik Lama Berselancar. Grafik ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel sudah berselancar adalah selama 11-15 tahun sebanyak 20 orang (67%), diikuti oleh 5-10 tahun dan 16-20 tahun masing-masing sebanyak 5 orang (16,7%).
Frekuensi Berselancar/minggu 33,3% (10 orang)
30% (9 orang)
5 kali 36,7% (11 orang)
6 kali 7 kali
Gambar 5.10 Grafik Frekuensi Berlancar/Minggu. Grafik ini menunjukkan bahwa mayoritas frekuensi berselancar adalah 6 kali/minggu sebanyak 11 orang (36,7%), dan yang terendah adalah 5 kali/minggu sebanyak 9 orang (30%).
Pada penelitian ini hanya digunakan sampel yang telah memiliki gigi permanen. Range umur sampel adalah 16-48 tahun.
41
B. Uji Normalitas Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non peselancar. Kemudian di analisis untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan yaitu ada perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar di Kabupaten Badung, Bali. Analisis yang pertama adalah melakukan uji normalitas data yang merupakan hal lazim yang dilakukan sebelum sebuah metode statistik diterapkan. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov. Tabel 5.3 Uji Normalitas Data Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Peselancar N Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Non_peselancar
30
30
.3533
.5433
.36078
.34209
Absolute
.236
.128
Positive
.236
.128
Negative
-.164
-.109
1.294
.702
.070
.707
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel uji normalitas di atas didapatkan nilai Sig. atau signifikansi > 0,05, yang artinya data terdistribusi normal.
42
C. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif akan menjelaskan tentang gambaran hasil masingmasing variabel seperti pada tabel berikut. Tabel 5.4 Hasil Analisis Deskriptif Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 Group Statistics kode RTI
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.00
30
.3533
.36078
.06587
2.00
30
.5433
.34209
.06246
Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat ringkasan statistik dari kedua sampel dimana peselancar ditunjukkan dengan kode 1 dan non-peselancar ditunjukkan dengan kode 2. Peselancar memiliki rata-rata RTI sebesar 0,3533 lebih kecil dari non peselancar yang memiliki nilai rata-rata RTI sebesar 0,5433, dengan RTI terendah untuk peselancar adalah 0,00748 dan RTI tertinggi adalah 0,71408. Sedangkan RTI terendah untuk non-peselancar adalah 0,20121 dan RTI tertinggi adalah 0,88539 artinya bahwa kebutuhan perawatan gigi untuk peselancar lebih rendah dibandingkan dengan kelompok non peselancar yang membutuhkan perawatan gigi lebih tinggi, ini menunjukkan status kesehatan gigi peselancar lebih baik dari status kesehatan non-peselancar.
43
D. Analisis Inferensial Selanjutnya data tersebut di analisis dengan menggunakan teknik analisis yaitu uji parametric independent sample t-test menggunakan SPSS. Hasil uji SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5.5 Hasil Analisis Independent Sample T-Test Perbedaan Kebutuhan Perawatan Gigi antara Peselancar dan Non-Peselancar di Kabupaten Badung, Bali pada tanggal 1 Agustus – 30 September 2013 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F RTI
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.279
Sig. .600
t 2.093
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
df
Lower
Upper
58
.040
.19000
.09077 .00830
.37170
2.093 57.837
.040
.19000
.09077 .00829
.37171
Dari Levene‟s Test didapat nilai F dengan Equal variance assumed adalah 0,279 dengan nilai Sig. 0,600. Karena nilai Sig. > 0,05 maka kedua varians populasi adalah identik atau sama. Oleh karena tidak ada perbedaan dari kedua varians maka rata-rata populasi menggunakan T-test dengan dasar Equal variance assumed. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa nilai p adalah 0,040 ( p < 0,05), artinya terdapat perbedaan kebutuhan perawatan gigi yang signifikan antara peselancar dan non-peselancar.
BAB VI PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji didapatkan bahwa ada perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non peselancar. Hasil ini sesuai dengan pendapat Pratiwi (2013) yang mengatakan faktor yang mempengaruhi terbentuknya karies yaitu faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies dan faktor yang tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar salah satunya adalah lingkungan air laut yang memiliki kandungan garam yang tinggi serta beberapa kandungan mineral lainnya. Pendapat dari Narendra (2012), dimana beberapa orang latihan surfing sebagai kegiatan rekreasi sementara yang lain membuatnya fokus utama kehidupan mereka sehingga tak heran bila mereka selalu bermain dengan ombak. Dapat dikatakan bahwa orang yang selalu beraktifitas dan bersentuhan dengan air laut, secara tidak langsung organ mulutnya juga akan bersentuhan dengan air laut, sehingga dengan masuknya air laut ke mulut secara otomatis gigi sebagai organ mulut juga akan terkena air laut. Sugiharyanto (2007) mengatakan bahwa air laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Rata-rata jumlah kadar garam pada air laut adalah 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut (1000 ml) terdapat 35 gr garam.
44
45
Agus (2005) berpendapat bahwa pada umumnya, zat-zat yang utama yang terkandung dalam air laut adalah Klorida (55%), Natrium (31%), Sulfat (8%), Magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya kurang dari 1% terdiri dari Bikarbonat, Bromida, Asam Borak, Strontium dan bahan-bahan mineral lainnya. Sembiring dan Subroto (2007) menambahkan bahwa kandungan mineral lainnya yang terdapat dalam air laut dan sangat dibutuhkan oleh tubuh adalah kalium, selenium, molibdenium dan yodium Menurut Azalia (2013), kandungan zat dalam garam yang sudah diketahui banyak orang adalah natrium khlorida dan yodium. Kedua zat ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia, bukan hanya kesehatan gigi saja. Selain dua zat tersebut, garam juga mengandung flour dan phosphor yang berguna membantu pembentukan tulang serta gigi dan memberikan perlindungan pada email gigi dari serbuan gangguan serta bakteri pengganggu. Nursaiful (2004) mengatakan keadaan pH air laut juga merupakan parameter penting yang perlu dipantau oleh karena juga dapat mempengaruhi keadaan rongga mulut. Tingkat pH pada air laut berkisar 7,6-8,4 yang masih dalam kategori normal yaitu pada angka 7 yang merupakan pH netral atau tidak asam dan tidak basa. Hasil penelitian ini sesuai pula dengan pernyataan Oldy (2013) yang mengatakan bahwa air laut kaya akan mikroorganisme yang menghasilkan antibiotik,
antimicrobial
dan
antibacterial
sehingga
dapat
menurunkan
pertumbuhan bakteri jahat di dalam rongga mulut. Selain itu menurut Oldy (2013) salah satu keuntungan terbesar yang terdapat dalam air laut adalah
46
kemampuannya untuk menyembuhkan penyakit atau iritasi pada kulit. Mulai dari peradangan, psoriasis termasuk luka ringan karena kandungan garam dan potasium klorida di dalamnya. Ridho (2013) mengatakan air laut banyak mengandung zat-zat garam yang dapat membantu mengurangi karies gigi karena mengandung klorida dan kalsium yang berguna untuk gigi.
Kalsium juga memiliki peran sentral dalam
pertumbuhan tulang dan gigi serta menjaga agar tulang dan gigi tetap kuat dan tidak mudah keropos. Konsentrasi fluoride dalam air laut sekitar 1,2-1,4 mg / liter (Lennon,dkk, 2002). Menurut Prita (2012) keuntungan mengkonsumsi air yang mengandung flour pada gigi dewasa akan menurunkan terjadinya karies gigi 40% sampai 65%. Sedangkan menurut Lusia (2012) mineral fluoride pada dasarnya bertujuan untuk mengembalikan mineral di gigi yang hilang akibat asam yang berasal dari plak bakteri dan gula. Tanpa penambahan mineral (remineralization) gigi menjadi mudah goyang. Selain itu, fluoride tersebut juga akan menghilangkan plak yang mengandung bakteri di gigi. Seperti diketahui bakteri akan menghasilkan zat asam yang merusak gigi. Pada beberapa kondisi, seperti orang yang menderita mulut kering, penyakit gusi, sering menderita gigi berlubang, dan menggunakan kawat gigi, penggunaan fluoride dalam pasta gigi atau obat kumur sangat dianjurkan. Apapun yang berlebihan memiliki efek yang tidak baik, begitu pula dengan kandungan air laut. Menurut Asti (2007), kadar garam yang berlebihan di dalam tubuh akan dikeluarkan, hal ini juga mengakibatkan kalsium turut keluar.
47
Jika terus berlangsung akan menyebabkan osteopeni, yaitu kepadatan tulang berkurang, termasuk kepadatan gigi. Selain itu tingkat asupan fluoride yang berlebih menyebabkan fluorosis tulang. Kelebihan fluoride selama perkembangan gigi, terutama pada tahap pematangan, juga dapat mengakibatkan gigi fluorosis, efek ini juga dapat diatasi dengan paparan beberapa mineral seperti kalsium atau magnesium. Fluorosis gigi ringan muncul hampir tidak terdeteksi dimana ditandai dengan warna putih pada permukaan enamel. Karena kelebihan asupan fluoride, keparahan fluorosis gigi juga meningkat. Berdasarkan dari penjelasan dan hasil analisis pembahasan di atas bahwa air laut memiliki mikroorganisme yang menghasilkan antibiotik, antimicrobial dan antibacterial yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pengganggu dan memberikan perlindungan pada email gigi serta membantu meningkatkan kesehatan gigi dan mulut oleh karena beberapa kandungannya yang terbukti bermanfaat untuk mencegah terjadinya karies dan masalah gigi lainnya.
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan kebutuhan perawatan gigi antara peselancar dan non-peselancar, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan perawatan gigi peselancar lebih rendah daripada kebutuhan perawatan gigi non-peselancar. Air laut dapat menghambat pertumbuhan bakteri pengganggu dan memberikan perlindungan pada email gigi serta membantu meningkatkan kesehatan gigi dan mulut oleh karena beberapa kandungannya yang terbukti bermanfaat untuk mencegah terjadinya karies dan masalah gigi lainnya.
B. Saran 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai konsentrasi air laut yang berpotensi mencegah karies gigi dikaitkan dengan frekuensi berselancar dan keparahan karies gigi berdasarkan klasifikasi lokasi karies. 2. Diharapkan kepada para peselancar agar lebih memperhatikan kesehatan gigi terutama setelah selesai berselancar dengan meningkatkan perawatan terhadap gigi, begitu pula dengan non-peselancar agar lebih memotivasi diri untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. 3. Diharapkan kepada Pemerintah Kesehatan Kota khususnya Kabupaten Badung agar lebih memfasilitasi pelayanan kesehatan, baik dengan memberikan penyuluhan ataupun bakti sosial.
48
49
DAFTAR PUSTAKA Agtini, M. D. 2009, „Pola Status Kesehatan Gigi dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia Pada Tahun 1990-2007‟, Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, vol. 15, no. 3, hlm. 151. Agtini, M.D., Sintawati., Murwanto,T. 2005, „Status kesehatan gigi, performed treatment index dan required treatment index anak sekolah dasar di kabupaten cianjur, Karawangt dan Serang‟, Media Litbang Kesehatan, vol 15, no.4, hlm 26-33. Anitasari, S., Rahayu, N. E., 2005, Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan Palaran kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.), vol 38, no.2, hlm 88–90. Azalia. 2013, Desember 31-update terakhir, Manfaat Garam untuk Kesehatan Gigi [Homepage dari artikelkesehatan.com], [Online]. Available: http://artikelkesehatan.com/manfaat-garam-untuk-kesehatan-gigi.html [12 Juni 2013]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia 2008, Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta. Darmadi, 2010, Desember 23-update terakhir, Salinitas Laut [Homepage dari dhamadharma.wordpress], [Online]. Available: http://dhamadharma.wordpress.com/2010/02/11/salinitas-laut/ [12 Juni 2013]. Ekaristi, M., dan Bawantara, A. 2009, Jalan-jalan Bali, Ed. Ke-1, Gagas Media, Jakarta. Eya Ekasari 2012, Januari 5-update terakhir, 7 Manfaat Kesehatan dari Mengonsumsi Garam Laut [Homepage dari detik.com], [Online]. Available: http://detik.com/read/2012/07/26/091526/1975105/1135/7manfaat-kesehatan-dari-mengonsumsi-garam-laut [12 Juni 2013]. Fadhila, K.F. 2012, Kedalaman Dasar Ruang Pulpa dan Atap Ruang Pulpa Gigi Molar Pertama Permanen Rahang Atas dan Bawah pada Ras Deutero Melayu ( Usia 30-50 tahun ), Tesis, Universitas Jember, Jawa Timur. Firman. 2010, Pengaruh Larutan Air Garam Efektif Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans, Tesis, Universitas Hasannudin, Makassar.
50
Handaya, A. 2008, Daya antimikroba infusum jambu air Semarang (syzygium samarangense) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans, in vitro, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. Harmandini, F. 2012, Desember 31-update terakhir, Efek samping garam [Homepage dari kompas.com], [Online]. Available: http://kompas.com/read/2012/05/18/13101627/Efek-samping-garam [12 Juni 2013]. Khosim, A. dan Sriyanto. 2008, Geografi, Grasindo, Jakarta. Kidd, E.A.M. dan Bechal, S.J. 2012, Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, Penerjemah : Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Kusumawati, R. 2010, Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010, Tesis,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Lidinillah, M. 2011, Maret 27-update terakhir, Perkembangan Surfing di Indonesia [Homepage dari selancarair.wordpress.com], [Online]. Available: http://selancarair.wordpress.com/author/muiz29071991/page/6/ [12 Juni 2013] Lucky. 2007, Penentuan Komponen Kimiawi Produk Bubuk Penyedap Rasa Alami Berbahan Dasar Terasi Dengan Flavor Rempah, Tesis, Universitas Hasanuddin, Makassar. Lusia, A. 2012, Desember 31-update terakhir, Manfaat Flouride pada Pasta Gigi [Homepage dari kompas.com], [Online]. Available: http://kompas.com/read/2012/12/04/16570854/Manfaat.Fluoride.dalam.Pa sta.Gigi [12 Juni 2013]. Malik, I. 2008, Kesehatan Gigi dan Mulut, Tesis, Universitas Padjadjaran, Bandung. Mandasari, M. 2010, September 10-update terakhir, Ditambal atau Dicabut? [Homepage dari risatadental.wordpress], [Online]. Available: http://risatadental.wordpress.com/ [ 5 Desember 2013 ]. Marlia, L., Boy, H., Sukarsih. 2011 „Faktor-faktor resiko terjadinya karies baru pada siswa sekolah dasar pada siswa kelas VI di kecamatan Kotabaru Jambi tahun 2010 , Jurnal Poltekkes Jambi, vol 5, hlm 65-66. Mikrajuddi, Saktiyono dan Lutfi. 2006, IPA Terpadu, Erlangga, Jakarta. Nursaiful, A. 2004, Akuarium Laut, Penebar Swadaya, Depok.
51
Oldy. 2013, Desember 24-update terakhir, 7 Manfaat Air Laut [Homepage dari dailysylvia], [Online]. Available: http://www.dailysylvia.com/2013/02/06/7-manfaat-air-laut/ [12 Juni 2013]. Prishardoyo, B., Trimarwanto A., dan Shodiqin. 2005, Pelajaran Ekonomi. Grasindo. Jakarta. Rahmad, S. 2009, Pangan dan Gizi Hasil Ternak, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Ruhimat, M. Supriatna, N dan Kosim. 2006, Ilmu Pengetahuan Sosial, Grafindo, Jakarta. Sartika, D. 2008, Lamanya pemberian susu formula berpengaruh terhadap tingkat keparahan rampan karies pada gigi anak, Tesis, Universitas Hasanuddin, Makassar. Sembiring, N. dan Subroto, A. 2007, Terapi Sari Air Laut, PenebarPlus, Jakarta. Sena, B. 2012, Hubungan Karies Gigi Terhadap Penyakit Jantung, Tesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Setiawan, E. 2009, April 7-update terakhir, Karies Gigi : Penyebab dan Pencegahan [Homepage dari dental-puncture.com], [Online]. Available : http://dental-puncture.com/2009/11/karies-gigi-adalah-penyakit-infeksidan.html [ 10 Juni 2013 ]. Setyohadi R., Yuanita L. R., Laily, S. M., 2012, Desember 18-update terakhir, Hubungan Antara Tingkat Risiko Karies Dengan Kehamilan [Homepage dari http://old.fk.ub.ac.id], [Online]. Available: http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah%20susy.pdf [17 Desember 2013]. Silfia, A. 2011, Analisis faktor resiko karies dan hubungannya dengan indeks karies gigi pada anak SDN 214/IV Paal X kota Jambi tahun 2009, Jurnal Poltekkes Jambi, vol 4, hlm 58. Soepomo. 2012, Desember 28-update terakhir, Pariwisata Bahari Harapan “Blue Economy” Indonesia [Homepage dari opini.berita.upi.edu], [Online]. Available: http://opini.berita.upi.edu/2012/06/08/pariwisata-bahariharapan-blue-economy-indonesia/ [15 November 2013]. Sudrajad, A. 2006, „Tumpahan minyak di laut dan beberapa catatan terhadap kasus di Indonesia‟, Inovasi, vol.6, no. XVIII, hlm. 40. Sugiharyanto, 2007, Geografi dan Sosiologi, Ed. ke-1, Yudhistira, Jakarta.
52
Trya. 2011, Juni 6-update terakhir, 4 Tempat Surfing Terbaik di Indonesia [Homepage dari unik.ws], [Online]. Available : http://www.unik.ws/2013/01/4-tempat-surfing-terbaik-di-indonesia.html [12 Juni 2013]. Untoro, J. dan Tim Guru Indonesia 2010, Buku Pintar Pelajaran. Yudhistira. Jakarta. WHO. 2004, Fluoride in Drinking-Water. Background document for development of WHO Guidelines for Drinking-water Quality. WHO/SDE/WSH/03.04/96 Widyatmanti, W. dan Natalia, D. 2006, Geografi, Grasindo, Jakarta.
53
Lampiran 1 INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin : L / P Dengan ini menyatakan bersedia menjadi sampel dalam penelitian yang berjudul “PERBEDAAN KEBUTUHAN PERAWATAN GIGI ANTARA PESELANCAR DAN NON-PESELANCAR DI KABUPATEN BADUNG, BALI”. Penelitian ini dilakukan oleh MADE ADINDA PRAJNAPARAMITA, mahasiswa
FAKULTAS
KEDOKTERAN
GIGI
UNIVERSITAS
MAHASARASWATI DENPASAR. Segala hal yang menyangkut penelitian ini telah saya pahami dan akan saya ikuti sesuai prosedur yang akan dijelaskan oleh peneliti. Denpasar, Yang membuat pernyataan
(
)
54
Lampiran 2 TABEL INDEKS KARIES (PESELANCAR) Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : P / L Lama berselancar : Frekuensi berselancar dalam 1 minggu :
KETERANGAN
:
D : DECAY / TERKENA KARIES M : MISSING / HILANGNYA SUATU ELEMEN KARENA KARIES F : FILLING / DITUMPAT
55
Lampiran 3 TABEL INDEKS KARIES (NON-PESELANCAR) Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : P / L
KETERANGAN
:
D : DECAY / TERKENA KARIES M : MISSING / HILANGNYA SUATU ELEMEN KARENA KARIES F : FILLING / DITUMPAT
55
Lampiran 4 DATA HASIL PENELITIAN ( PESELANCAR ) D
RTI = D
M
x 100% F
No.
Nama
1. 2. 3. 4. 5.
I Made Widnyana Bayu Aji Pangestu Kadek Sunantra Dewa Mahayasa I Wayan Citta Carmantara Yudhistira Andi Putra Ni Kadek Diah Rahayu Dewi Benyamin Pabala Dion Perdamaian Wau Wayan Prayuda I Dw Gd Bagus Pastika Ketut Budiharta Komang Bella Utama Kadek Murdita Rama Ditya Nyoman Arya Adiguna Made Raditya Rondy Brazil Baadila Made Widiarta Komang Sujaya Dewa Made Ardika Made Dwi Wijaya Arya Putra Made Pujanata Komang Alit Made Randy Dinar Komang Satria Deky Pradipta Aang Aditya Made Kertaning Widnya Resa Arya
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Frekwensi Umur Jenis Lama Berselancar/ D (Tahun) Kelamin berselancar Minggu 34 L 19 tahun 6 kali 0 20 L 10 tahun 7 kali 1 28 L 17 tahun 7 kali 2 22 L 13 tahun 5 kali 2 25 L 14 tahun 5 kali 0
M
F
RTI
2 0 0 1 0
1 1 0 2 1
0 0,5 1 0,4 0
24 19
L P
13 tahun 5 tahun
6 kali 7 kali
0 3
0 0
1 2
0 0,6
28 29 21 24 27 25 23 23 24 24 27 26 26 23 27
L L L L L L L L L L L L L L L
12 tahun 16 tahun 12 tahun 13 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 13 tahun 10 tahun 11 tahun 17 tahun 13 tahun 13 tahun 11 tahun 16 tahun
5 kali 5 kali 5 kali 6 kali 6 kali 6 kali 7 kali 6 kali 6 kali 5 kali 6 kali 7 kali 7 kali 6 kali 7 kali
0 2 2 1 3 0 0 2 0 3 0 0 1 0 2
1 0 0 1 0 2 1 1 0 0 0 0 2 1 2
1 0 3 0 1 1 0 1 2 1 0 3 2 1 1
0 1 0,4 0,5 0,8 0 0 0,5 0 0,8 0 0 0,2 0 0,4
24 22 23 24 22 24 21
L L L L L L L
11 tahun 10 tahun 12 tahun 13 tahun 12 tahun 14 tahun 10 tahun
5 kali 7 kali 6 kali 6 kali 5 kali 7 kali 5 kali
1 1 2 0 0 1 3
0 0 1 1 0 0 0
0 4 1 0 2 4 1
1 0,2 0,5 0 0 0,2 0,8
19
L
10 tahun
7 kali
3
1
0
0,8
56
57
Lampiran 5 DATA HASIL PENELITIAN ( NON-PESELANCAR ) D
RTI = D
M
x 100% F
No.
Nama
Umur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
A.A. Oka Armitari Muryanto M.Bilal I.B. Raqhupati Ramananda Wayan Sukadana Prasetyo Anindita Desi Wulandari Sri Utami Ni Made Sugiati Avriliyanti Ni Ketut Simpen Ni Ketut Darmi Surya Candra Ni Made Wiwik Rahayu Angga Pramana Yudha I Made Adi Santosa I Gusti Bagus Oka Setiawan Dhyantari Sumadi Putri I Nyoman Arya Adiguna I Nyoman Tri Andika Yasa Putu Shinta Gandasari Sumartono Hariwibowo Komang Kariati Gde Ananda Purnama Putra Indah Lestari Made Denik Rahayu Sattryartha Nyoman Narendra Wayan Suarsana Komang Yanita Luh Putu Dewi Manganti
25 tahun 37 tahun 24 tahun 16 tahun 35 tahun 19 tahun 19 tahun 30 tahun 31 tahun 31 tahun 25 tahun 47 tahun 36 tahun 29 tahun 18 tahun 27 tahun 24 tahun 21 tahun 24 tahun 24 tahun 24 tahun 43 tahun 33 tahun 24 tahun 22 tahun 42 tahun 19 tahun
28. 29. 30.
48 tahun 35 tahun 44 tahun
Jenis Decay Missing Kelamin P 2 0 L 1 1 L 3 0 L 0 2 L 5 1 L 4 0 P 4 0 P 1 2 P 3 1 P 5 0 P 5 0 P 7 1 L 0 0 P 6 1 L 6 1 L 5 0 L 7 1 P 1 0 L 0 0 L 1 1 P 3 0 L 1 1 P 1 0 L 2 1 P 1 0 P 0 1 L 2 0 L P P
3 2 0
2 0 1
Filling
RTI
2 0 0 1 0 0 0 1 1 0 2 1 2 1 3 2 0 2 2 2 2 1 3 2 2 1 0
0,5 0,5 1 0 0,8 1 1 0,3 0,6 1 0,7 0,8 0 0,8 0,6 0,7 0,9 0,3 0 0,3 0,6 0,3 0,3 0,4 0,3 0 1
1 0 0
0,5 1 0
57
Lampiran 6
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Peselancar N Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Non_peselancar
30
30
.3533
.5433
.36078
.34209
Absolute
.236
.128
Positive
.236
.128
Negative
-.164
-.109
1.294
.702
.070
.707
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
58
59
Lampiran 7
Hasil Analisis Independent T-Test
T-Test
Group Statistics Kelompok Hasil
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Non Peselancar
30
.5433
.34209
.06246
Peselancar
30
.3533
.36078
.06587
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Hasil
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.279
Sig. .600
t 2.093
Sig. (2Mean tailed) Difference
df
Std. Error Difference
Lower
Upper
58
.040
.19000
.09077
.00830
.37170
2.093 57.837
.040
.19000
.09077
.00829
.37171
60
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Alat Penelitian
Bahan Penelitian
61
Sampel Menandatangani Informed Consent
Pemeriksaan Keadaan Gigi Peselancar
62
Pemeriksaan Keadaan Gigi Non Peselancar
63
Lampiran 9 RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Made Adinda Prajnaparamita
Tempat, Tanggal Lahir
: Denpasar, 12 Februari 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Alamat
: Jl. Raya Kuta Gang Sadasari II no 10 Kuta-Bali
Nomor Telepon
: 085 239 899 922
Riwayat Pendidikan
:
-
1999 – 2004
: SD Cipta Dharma Denpasar
-
2004 - 2007
: SMP Negeri 1 Denpasar
-
2007 - 2010
: SMA Negeri 1 Denpasar
-
2010 – sekarang
: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar