PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI
Oleh: DWI ATMOKO 106070002229
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh: Dwi Atmoko 10607002229
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh
Dwi Atmoko NIM: 106070002229
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Yunita Faela Nisa, M. Psi NIP: 19770608 200501 2003
Mulia Sari Dewi, M.Si, Psi NIP: 19780502 200801 2026
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H/2010 M i
Motto “Tiada kekayaan lebih utama daripada akal, tiada kepapanan lebih menyedihkan daripada kebodohan, tiada warisan lebih baik daripada pendidikan, dan tiada pembantu lebih baik daripada musyawarah”. (Muhammad Al Baqir)
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang, Tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup (Gloria Steinem)
iii
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) Desember 2010 C) Dwi Atmoko D) Perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. E) XIII + 62 Halaman ( belum termasuk lampiran) Human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampialn teknis praktis), merupakan konsep baru diajukan oleh Cote dan Levin (2000) dalam pengukuran prestasi belajar. Konsep ini diterjemahkan sebagai modal utama untuk berkembang. Pada penelitian ini, dilakukan uji beda antara human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dengan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling sebanyak 116 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta amgkatan 2007. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik statistik uji-t pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara human
capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan ketrampilan teknis praktis) dan prestasi belajar. Peneliti membedakan berdasarkan jenis kelamin. Diketahui bahwa untuk jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dalam memperoleh skor human capital skill, sedangkan untuk jenis kelamin perempuan lebih tinggi dalam pencapaian skor prestasi belajarnya. Sedangkan uji beda untuk variabel human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan inteligensi, didapati hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan human capital skill dan prestasi belajar berdasakan inteligensi mahasiswa Berdasarkan tabel hasil tabu silang inteligensi dengan prestasi belajar dapat dilihat mahasiswa yang memiliki kategori dibawah rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 3 kategorisasi sedang dan 14 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 8 kategorisasi sedang, 9 dan 58 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajarnya. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi diatas ratarata pada skor inteligensi memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 18 pada kategorisasi tinggi pada perolehan skor prestasi belajarnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki skor inteligensi pada kategorisasi superior memperoleh 1
iv
kategorisasi rendah, dan 12 kategorisasi tinggi pada skor perolehan prestasi belajarnya. Dari hasil penelitian ini didapati human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) yang dimiliki mahasiswa psikologi khususnya angkatan 2007 mayoritas dalam rentangan sedang. Menurut Cote dan Levin, (2000) ini merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat survive didalam kehidupan setelah lulus nanti. Oleh karena itu peneliti menganjurkan kepada pihak Fakultas Psikologi UIN untuk mengadakan seminar atau pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa agar ketika lulus nanti mampu bersaing dengan lulusan Universitas lain yang jauh lebih berkualitas. Sebagai saran teroritis, tentang pengukuran prestasi belajar hendaknya peneliti menyusun tes prestasi yang didasarkan pada perencanaan yang teliti, cara penulisan item yang telah mengikuti kaidah-kaidah yang standar guna meningkatkan efektivitas daya ukur item dan evaluasi yang kontinyu akan dapat menghasilkan tes prestasi yang mampu mencerminkan hasil capai para siswa dalam belajar. Untuk pengukuran variabel human capital skill hendaknya menggunakan alat ukur dengan aspek-aspek yang telah dijabarkan pada penelitian sebelumnya namun dengan memodifikasinya kembali. Hal ini semata-mata bertujuan agar validitas maupun reliabilitas alat ukur tetap terjaga dari bias budaya ataupun rentang waktu pada penelitian-penelitian sebelumnya.
F) Bahan Bacaan: 15 buku + 7 jurnal
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala limpahan keanugrehan dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. 2. Yunita Faela Nisa, M.Psi dan Mulya Sari, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas wawasan dan waktu yang telah diberikan. 3. Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si dan Solicha, M.Si, Rena Latifa, M.Psi selaku pembimbing informal dan Liany Luzfinda, M.Psi pembimbing akademik 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 5. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan waktunya untuk mengisi skala. 6. Keluarga terindah. Mama dan bapak yang telah mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya demi kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kakakku Dianah Manfaati beserta suami, beserta kedua ponakan tercinta Amanda dan Yasmin yang selalu memberikan hiburan pada peneliti ketika berada dirumah. 7. Kedua sahabat intelektualku, Adiyo Roebianto (beserta keluarga) dan Amirul Mu’minin yang tak henti memberi dukungan praktis maupun teoritis bagi peneliti. Realisasi mimpi-mimpi kita semakin dekat, Sorbone menunggu kita.
vi
8. Keluarga besar angkatan 2006, khususnya ‘uncommon bhe-s’, Ami, Hanny, Dara, Dhani, Amal, Hanny I, Fahria, Icha, Dina dll. Serta teman-teman mentor akademis yang telah menyempatkan waktunya untuk brainstorming bersama penulis. 9. Sahabat-sahabat diskusi Vila Consulting; Fajar, Adam, Obi, Iqbal, Dimas, Eza and the last but not least Ade Andesra yang selalu memberi inspirasi dengan konsep “the power of do nothing”. Sahabat-sahabat invisible; Fahmi Cebsa, Syamsul, Supadi, Haikel. 10. Sahabat-sahabat
PMII
khusunya
komisariat
Psikologi,
Iswahyudi,
Luqmansyah, Gartika N.E, dan crew “persahabatan” (Rajib, Eda, Deniel). 11. Adik-adik kelas angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yang senantiasa memberikan dukungan moril. Especially buat ‘sipit’ yang memberikan inspirasi baru dan membantu input data. 12. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mba Rini. 13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, 8 Desember 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Cover Pengesahan Oleh Panitia Ujian ............................................................................. i Lembar Pengesahan Pembimbing......................................................................... ii Motto..................................................................................................................... iii Abstrak .................................................................................................................. iv Kata Pengantar ...................................................................................................... vi Pernyataan Bukan Plagiat……………………………………………………….viii Daftar Isi ...............................................................................................................ix Daftar Tabel .......................................................................................................... xii Daftar Bagan .......................................................................................................xiii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ........................................................................ .1
1.2
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah....................... .7 1.2.1 Pembatasan masalah ..................................................... .7 1.2.2 Perumusan masalah...................................................... .8
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... .8 1.3.1 Tujuan penelitian .......................................................... .8 1.3.2 Manfaat penelitian ........................................................ .9 1.3.2.1 Manfaat teoritis...................................................... .9 1.3.2.2 Manfaat praktis ...................................................... .9
1.4 BAB II
Sistematika Penulisan ............................................................. .9
KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 11 2.1 Prestasi Belajar.......................................................................... 11 2.1.1 Pengertian prestasi belajar ............................................ 11 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ..... 13 2.1.3 Cara mengukur prestasi belajar .................................... 18 ix
2.2 Human Capital Skill.................................................................. 18 2.2.1 Pengertian human capital skill…………………………….18 2.2.2 Keterampilan memotivasi diri........................................ 19 2.2.3 Keterampilan mengelola diri......................................... 20 2.2.4 Ketrampilan teknis praktis ............................................ 21 2.2.5 Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang)…………………………………………...22 2.3. Kerangka Berfikir ................................................................... 24 2.4 BAB III
Hipotesis Penelitian ................................................................ 25
METODE PENELITIAN................................................................. 26 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 26 3.2 Populasi dan Sampel................................................................. 26 3.2.1 Populasi........................................................................... 26 3.2.2 Sampel ............................................................................ 27 3.3 Variabel penelitian.................................................................... 27 3.3.1 Identifikasi variabel ........................................................ 27 3.3.2 Definisi konseptual variabel ........................................... 28 3.3.3 Definisi operasional variabel .......................................... 29 3.4 Pengumpulan Data .................................................................... 30 3.4.1 Teknik pengumpulan data ............................................... 30 3.4.2 Instrumen Penelitian…………………………………….31 3.5 Uji Instrumen ............................................................................. 35 3.5.1 Uji validitas...................................................................... 35 3.5.2 Uji reliabilitas .................................................................. 35 3.6 Prosedur Penelitian ................................................................... 37 3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur............................................ 37 3.6.2 Persiapan pengambilan data ........................................... 38 3.8.3 Pelaksanaan pengambilan data ........................................ 39 3.8 Analisis Data.............................................................................. 39
x
BAB IV
HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian....................................... 40
4.2
Analisis Deskriptif .................................................................. 41 4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill ............................ 41 4.2.2 Kategorisasi skor prestasi belajar………………………49 4.2.3 Kategorisasi skor inteligensi…………………………...51
4.3 Hasil Uji Hipotesis................................................................... 56 BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...................................... 57 5.1
Kesimpulan ............................................................................. 57
5.2
Diskusi .................................................................................... 57
5.3
Saran ....................................................................................... 61 5.3.1
Saran Teoritis.............................................................. 62
5.3.2
Saran Praktis............................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cara mengukur Human Capital Skill.................................................................... 22 Tabel 3.1 Blue print skala Human Capital Skill (HCS)........................................................ 31 Tabel 3.2 Norma Pen-skoran ................................................................................................ 33 Tabel 3.3 Kaidah reliabilitas Guilford .................................................................................. 36 Tabel 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin............................................................. 40 Tabel 4.2 Persebaran skor keterampilan memotivasi diri ..................................................... 41 Tabel 4.3 Persebaran skor keterampilan mengelola diri ....................................................... 41 Tabel 4.4 Persebaran skor keterampilan teknis praktis......................................................... 42 Tabel 4.5 Persebaran skor human capital skill ..................................................................... 42 Tabel 4.6 Kategorisasi keterampilan memotivasi diri .......................................................... 44 Tabel 4.7 Kategorisasi keterampilan mengelola diri ............................................................ 46 Tabel 4.8 Kategorisasi keterampilan teknis praktis .............................................................. 47 Tabel 4.9 Kategorisasi human capital skill........................................................................... 48 Tabel 4.10 Kategorisasi skor prestasi belajar ....................................................................... 49 Tabel 4.11 Kategori responden pada variable prestasi belajar.............................................. 50 Tabel 4.12 Kategorisasi skor inteligensi ............................................................................... 51 Tabel 4.13 Uji beda human capital skill berdasarkan jenis kelamin ................................... 62 Tabel 4.14 Uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin .......………………………53 Table 4.15 Tabu silang human capital skill dengan prestasi belajar………………………..54 Tabel 4.16 Uji beda human capital skill berdasarkan inteligensi………………...................54 Tabel 4.17 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi……………………..................55 Tabel 4.18 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi………………………………..56 Tabel 5.1 Skor IQ mahasiswa ............................................................................................... 60
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... …………...24
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat, yang sejak dahulu hingga saat ini dan akan terus menerus penting hingga masa yang akan datang adalah pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang pertama dan paling utama dalam segi kehidupan, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, baik secara tertulis maupun tidak, karena setiap proses pendidikan merupakan langkah menuju pendewasaan intelektual seseorang. Dalam pengertian yang sempit, pendidikan berarti perbuatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2000). Pendidikan ditetapkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) tahun 2003 sebagai usaha dasar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Fokus utama dunia pendidikan adalah manusia. Dalam hal ini adalah peserta didik karena dengan adanya pendidikan peserta didik di dorong untuk 1
terlibat dalam proses merubah kehidupannya kearah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya, sehingga dapat berfungsi untuk peningkatan kualitas hidup pribadi dan masyarakat (Purwanto, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme International Student Assesment) yang melakukan penelitian di 57 negara termasuk Indonesia. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan menurunnya prestasi belajar di Indonesia. Hasil study tersebut menunjukkan bahwa: (1) Prestasi Indonesia dalam sains berada pada peringkat 50 dari 57 negara. Peringkat beberapa Negara di Asia berada diatas Indonesia, bahkan Thailand berada diperingkat 46; (2) Prestasi Indonesia dalam matematika berada pada peringkat 50 dari 57 negara, sedangkan Thailand berada diperingkat 44; (3) Dalam kemampuan membaca, siswa Indonesia berada pada peringkat 48 dari 56 Negara, dan Thailand berada diatas Indonesia, yaitu pada peringkat ke 44 (dalam Basuki, 2009). Realita yang terjadi di atas tentu menjadi cambuk bagi dunia pendidikan Indonesia saat ini. Menurut peneliti hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas SDM sebagai pelaku pendidikan yaitu siswa di Indonesia yang kurang mampu bersaing dengan Negara lain dalam mencapai prestasi yang diinginkan, sehingga pelaku pembelajaran yang dalam hal ini adalah siswa atau mahasiswa tidak mampu menunjukkan kualitas prestasi belajar yang sesuai yang diharapkan bersama. Padahal kita ketahui bersama, bahwasanya prestasi belajar merupakan cerminan atas keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Artinya jika 2
prestasi belajar tersebut buruk maka dapat diartikan pula hasil pembelajaran yang telah dilakukan juga kurang atau bahkan tidak berhasil. Saat ini parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah prestasi belajar. Adapun Winkel (1996) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Dalam kaitannya pada penelitian ini parameter keberhasilan yang hendak di ukur ialah prestasi belajar pada jenjang pendidikan tinggi. Ramsden, (1992) menyatakan keberhasilan belajar di perguruan tinggi ketika seorang mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan sebuah materi, serta mampu mengimplementasikan pengetahuan yang telah didapat selama proses belajar mengajar berlangsung. Harackiewicz dan kawan-kawan (2002) menyatakan bahwa pada intinya sukses tidaknya pembelajaran di perguruan tinggi dapat dilihat dari dua hal. Pertama adalah kemampuan mahasiswa dalam memahami materi yang tercermin dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Hal yang kedua adalah berkembangnya minat terhadap disiplin ilmu yang dipilih. Dengan adanya minat yang besar untuk memperdalam materi, mahasiswa akan terlibat secara mendalam pada tugas-tugas perkuliahan yang harus diselesaikan. Jika mahasiswa dapat memperoleh IPK yang tinggi dan minatnya bertambah terhadap materi-materi yang diberikan dalam perkuliahan, pembelajaran dapat dikatakan berhasil.
3
Dalam pembelajaran di perguruan tinggi, prestasi belajar di tiap semester biasanya di ukur hanya melalui skor IPK. Sebenarnya hasil pembelajaran berupa perubahan pola pikir, minat, pemahaman terhadap materi dan proses kognitif serta metakognitif yang dialami mahasiswa dapat terukur melalui nilai IPK jika dosen dapat memberikan nilai evaluasi yang tepat. Itupun membutuhkan kerjasama yang baik dengan mahasiswa, dimana mahasiswa pun harus mampu untuk fair dalam mencapai sebuah keberhasilan belajar. Dalam artian tak ada bentuk kecurangan atau ketidakjujuran ketika penilaian prestasi belajar sedang berlangsung.
Purwanti (2006) dan S. Pandia (2006) dalam penelitiannya mengajukan konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai pelengkap dalam penilaian prestasi belajar. Di dalamnya mencakup keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis. Konsep tersebut dianggap dapat mengantar mahasiswa menguasai seperangkat kemampuan dan sikap. Kemampuannya adalah kemampuan menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu, sedangkan sikapnya antara lain obyektif. Jujur, kritis, dan memiliki rasa ingin tahu.
Menurut (S. Pandia dan Purwanti, 2008), keterampilan memotivasi diri dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang merupakan tantangan yang didasarkan pada minat pribadi, dan bertujuan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki (Wollfolk, 1994). Keterampilan ini terdiri dari kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas tanpa kebutuhan akan insentif atau hukuman, kemampuan memilih aktifitas karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh
4
dari luar, dan kemampuan untuk menentukan sendiri aktivitas yang akan di lakukan (self determined).
Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk mengelola berbagai kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan yang harus dikelola tersebut terdiri dari kemampuan berkomunikasi secara lisan dan tulisan, kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan keterampilan memimpin.
Sedangkan keterampilan teknis praktis merupakan keterampilan praktis atau aplikatif sebagai perwujudan motivasi intrinsik, yang terdiri dari perilaku yang penuh inisiatif, inovatif, kreatif, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah, dan bekerja secara mandiri, kemampuan berorganisasi dan membuat perencanaan serta kemampuan menguasai prinsipprinsip matematis, tugas-tugas kuantitatif dan penyelesaian tugas-tugas teknis.
Keterampilan-keterampilan di atas dinyatakan sebagai modal dasar bagi para lulusan universitas dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, baik secara langsung yaitu keterampilan teknis, maupun secara tak langsung yaitu ketrampilan memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri. Keterampilan memotivasi diri dan keterampilan mengelola diri sebenarnya merupakan hasil yang paling penting dari pembelajaran di perguruan tinggi, karena terkait dengan kontribusi terhadap kemampuan beradaptasi dalam berbagai perubahan dunia yang serba cepat (S. Pandia dan Purwanti, 2008).
5
Dengan memiliki keterampilan teknis praktis yang baik, para lulusan perguruan tinggi nantinya akan dapat dengan mudah memasuki dunia kerja dan menyesuaikan diri dengan dunia kerja yang tentunya berbeda dengan dunia kampus. Dengan memiliki keterampilan memotivasi diri yang tinggi mahasiswa di harapkan dapat memilih keterampilan yang akan di kembangkan dan memilih cara yang tepat untuk mengembangkan ketrampilan tersebut.
Sedangkan dengan memiliki keterampilan mengelola diri yang baik mereka dapat membuat berbagai pilihan yang terkait dengan pengembangan diri. Nilai IPK tetap menjadi penting dalam pengukuran prestasi belajar perguruan tinggi karena secara umum nilai IPK mencerminkan hal-hal yang telah dicapai mahasiswa selama proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Untuk memperoleh pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi, nilai IPK-lah yang pertama kali dilihat.
Pengukuran prestasi belajar selalu berkaitan erat dengan inteligensi mahasiswa. Seperti yang dikemukakan oleh Syah (2004) bahwasanya inteligensi merupakan faktor esensial dalam memprediksi prestasi belajar. Seseorang yang memiliki IQ tinggi umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya seseorang dengan IQ rendah umumnya lebih sulit untuk belajar, sehingga prestasinya pun cenderung rendah.
Tak hanya masalah inteligensi, fenomena yang terjadi saat ini adalah dimana skor prestasi belajar perempuan lebih tinggi dari pada skor prestasi belajar laki-laki (Berk dalam Woolfolk, 2004) menjadi beberapa perdebatan dibeberapa
6
penelitian. Beberapa hasil penelitian pun menunjukkan perbedaan antara skor prestasi belajar perempuan dan skor prestasi belajar laki-laki
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik meneliti perbedaan human capital skill (yang mencakup keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis) dan prestasi belajar mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan masalah Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah skor Indeks Prestasi mahasiswa. 2. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964). Pengukuran human capital skill dalam penelitian ini, menggunakan teori yang telah dikemukakan oleh (Cote dan Levin, 2000) yang terdiri dari keterampilan
memotivasi
diri,
keterampilan
mengelola
diri,
dan
keterampilan teknis praktis. 3. Subjek pada penelitian adalah mahasiswa angkatan 2007 Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Dengan asumsi, mahasiswa angkatan 2007 telah 7
mendapatkan hampir seluruh bobot SKS yang telah ditetapkan oleh Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
1. 2. 2 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan jenis kelamin ? 2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin? 3. Apakah ada perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi? 4. Apakah ada perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan jenis kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 3. Untuk mengetahui perbedaan human capital skill berdasarkan inteligensi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. 4. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar berdasarkan inteligensi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
8
1.3.2 Manfaat penilitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Diharapkan dapat manambah pengetahuan dan rasa ingin tahu mahasiswa khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi serta mengembangkan banyak penelitian agar dapat mengimplementasikan didalam kehidupan sehari-hari. 1.3.2.2 Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana baru dalam pengukuran prestasi belajar, dengan mengajukan human capital skill sebagai pelengkap keberhasilan belajar yang optimal. 1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1
: Pendahuluan Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB 2
: Kajian Teori Dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian.
9
BAB 3
: Metode Penelitian Dalam bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB 4
: Hasil Penelitian Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
BAB 5
: Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga dimuat diskusi dan saran.
10
11
BAB 2 KAJIAN TEORI Berikut ini akan diuraikan berbagai literature yang terkait dengan variabel penelitian, yaitu, pengukuran prestasi belajar di perguruan tinggi dan human capital skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis).
2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Sumadi Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada mahasiswa pada akhir semester setelah pelaksanaan ujian akhir. Dalam bidang pendidikan, siswa dikatakan memiliki prestasi baik bila menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang baik. Pengertian prestasi belajar didalam kamus balai pustaka nasional, (2001) yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes (Dhona, 2001).
12
Menurut Ahmadi (1991) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Dengan demikian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Gagne (dalam Syah, 2004) menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Sedangkan Morgan (dalam Syah, 2004) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar itu adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai
pengukuran
kemampuan
serta
pemahaman
belajar
siswa
atas
pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010, personal communication). Atau singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan pengukuran pencapaian hasil belajar.
13
2.1.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam (Syah, 2004). Akan tetapi berdasarkan latar belakang penelitian, penulis hanya menjabarkan dua macam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yakni: 1) Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1. Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siwa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. 2. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) banyak faktor yang termasuk psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah: a. Inteligensi Reber (dalam Syah, 2004) Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
14
rangsangan atau menyesuaikankan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh lainnya. Akan tetapi, peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan ”menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia (Syah, 2004) Inteligensi terdiri dari keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Minat terhadap intelegensi sering kali difokuskan pada perbedaan dan penilaian individual (Santrock, 2009). Inteligensi
adalah
sebuah
kemampuan
dasar
yang
mempengaruhi kinerja disemua tugas yang berorientasi kognitif, mulai dari soal matematika, sampai menulis puisi atau menyelesaikan teka-teki (Woolfolk, 2009) b. Bakat Menurut Freeman 1963 (Shaleh, 2004) bakat adalah sifat-sifat yang memberi petunjuk akan adanya kemampuan yang dimiliki seseorang, yang dengan melalui latihan-latihan dapat direalisasi menjadi kemampuan-kemampuan yang nyata terutama dalam
15
bidang-bidang khusus, misalnya dalam bidang bahasa, seni musik, dan bidang teknik. Sedangkan Chaplin, 1972 & Reber, 1988 (dalam Syah, 2004) Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Sehubungan dengan hal di atas, bakat akan mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. c. Minat Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber 1988 (dalam Syah, 2004) minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Namun terlepas dari masalah tersebut, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Sedangkan minat secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang , aktivitas atau situasi yang menjadi
16
objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang (Shaleh, 2004) d. Motivasi Motivasi adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain ( cara untuk mencapai tujuan). Motivasi
terbagi
menjadi dua bagian, yang pertama motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya murid mungkin belajar keras menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid mungkin belajar menghadapi ujian karena ia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu (Santrock, 2009). 2)
Faktor eksternal Faktor ekternal siswa juga terdiri dari dua macam: 1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan mahasiswa
tersebut.
Lingkungan
sosial
yang
lebih
banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu
17
sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh seorang mahasiswa (Syah, 2004) Sebagai anggota masyarakat, mahasiswa tidak bisa lepas dari ikatan sosial. Sistem sosial tersebut mengingat perilaku siswa untuk tunduk pada norma-norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Demikian juga halnya dengan di perguruan tinggi, peraturan dan tata tertib yang harus mahasiswa taati (Djamarah, 2002). 2. Lingkungan non-sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan mahasiswa (Syah, 2004) Selain itu polusi seperti pencemaran udara dapat mengganggu pernafasan siswa, oleh karena itu keadaan suhu dan kelembaban udara berpengaruh terhadap siswa disekolah, pembangunan gedung sekolah yang tidak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas dan pabrik menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Kemudian sarana dan fasilitas mempunyai arti penting dalam pendidikan, gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
18
di sekolah (Djamarah, 2002). Faktor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa. 2.1.3 Cara mengukur prestasi belajar Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak perguruan tinggi yang bersangkutan. Prestasi belajar yaitu, hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport (Purwanto, 1992). Dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar mahasiswa dengan cara melihat nilai yang didapatkan mahasiswa setelah mengikuti Ujian Akhir Semester yang tertuang dalam IP (indeks prestasi) mahasiswa yang diperoleh dengan membagi jumlah nilai keseluruhan dengan bobot sks yang telah dicapai. 2. 2 Human Capital Skill Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964)
19
Human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan tekhnis (Cote dan Levin, 2000). Berikut ini akan dijelaskan masing-masing keterampilan tersebut. 2.2.1 Keterampilan memotivasi diri Keterampilan ini dapat disamakan dengan motivasi intrinsik yang merupakan tantangan yang didasarkan pada minat pribadi dan bertujuan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki (Woolfolk, 2004). Pengertian lain setelah menyimpulkan dari Cote dan Levin (2000), Purwanti dan S.Pandia (2008) yaitu keterampilan untuk mengasah (mengembangkan), berusaha untuk selalu mengupayakan perbaikan diri berdasarkan minat pribadi. Adapun ciri-ciri individu dengan motivasi intrinsik diantaranya: a. Tidak membutuhkan insentif atau ancaman hukuman karena aktivitas itu sendiri merupakan insentif. b. Aktivitas tertentu dipilih karena minat pribadi dan bukan karena pengaruh dari luar (internal of locus causality) c. Individu yang bersangkutan bebas menetukan aktivitas yang dipilih (selfdetermined) Adapun ciri lain yang disimpulkan dari Cote dan Levin (2000) yaitu, memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalah, merencanakan masa depan, tidak tergantung pada orang lain dan memiliki perilaku yang penuh dengan inisiatif.
20
2.2.2 Keterampilan mengelola diri Keterampilan ini merupakan keterampilan untuk mengelola berbagai kapasitas diri untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Keterampilan yang harus dikelola menurut Woolfolk (2004) adalah setiap tujuan atau sasaran hidup individu yang terjadi setelah individu menyelesaikan pendidikan (post education). Keterampilan mengelola diri merupakan keterampilan untuk membuat tujuan dan perencanaan berdasarkan kapasitasnya secara efektif. ( Cote & Levin (1997), Woolfolk (2004), Purwanti dan S Pandia (2008). Cote dan Levin (2000) menambahkan kemampuan untuk bekerja secara mandiri sebagai salah satu kriteria mengelola diri, dan mengajukan ketrampilan teknis praktis sebagai hal-hal yang harus dikelola diantaranya ketrampilan administrasi, kreatif dan penuh inovasi,
mampu
berkomunikasi
secara
lisan
maupun
tulisan,
mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan serta memiliki kemampuan memimpin (good leadership). Adapun ciri-ciri individu yang memiliki keterampilan mengelola diri menurut Woolfolk (2004), Purwanti dan S. Pandia (2008), yaitu; a. Dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan b. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan c. Dapat memberi penguatan pada diri sendiri (self-reinforcing) bila ada kemajuan. d. Mampu bekerja secara mandiri
21
e. Mampu membentuk beliefe, pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi rill f. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi.
2.2.3 Keterampilan teknis praktis S. Pandia dan Purwanti (2008) menganalogikan keterampilan teknis praktis yang diajukan oleh Cote dan Levin dengan istilah pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yang di ajukan oleh Matlin (2003) dan merupakan komponen perilaku (selain keterampilan dan sikap). Menurut Matlin (2003) pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Dengan demikian bila dikaitkan dengan dua keterampilan di atas, (memotivasi dan mengelola diri), maka keterampilan teknis praktis adalah keterampilan praktis atau aplikatif untuk berkembang ke arah yang lebih baik dan keterampilan praktis atau aplikatif sebagai perwujudan motivasi intrinsik (Pandia dan Purwanti, 2008) Keterampilan teknis merupakan keterampilan praktis atau aplikatif . Keterampilan tersebut meliputi: keterampilan berkomunikasi secara lisan dan tulisan, keterampilan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, keterampilan memimpin dan berorganisasi, mampu mengambil keputusan, memecahkan masalah, menguasai prinsip-prinsip matematis, dapat menyelesaikan persoalan teknik dan tugas-tugas kuantitatif, dan tingkah laku yang penuh inisiatif, inovatif dan kreatif (Cote & Levine, 2000).
22
Investasi modal manusia akan memberikan sumbangan baik kepada mahasiswa maupun kondisi ekonomi. Semakin tinggi ketrampilan teknis yang bersifat tak tampak perwujudannya (intangible non technical skill) semakin penting bagi pendidikan tinggi demi tercapainya tujuan, karena ketrampilanketrampilan tersebut berkontribusi bagi terbentuknya kemampuan untuk terus menerus beradaptasi sepanjang hidup dalam dunia yang perubahannya sangat tinggi (Lochart, 1978 dalam Cote dan Levin, 2000). Cote dan Levin (2000), mengemukakan ciri-ciri seseorang yang memiliki keterampilan teknis praktis, yaitu; a. Dapat berkomunikasi lisan dan tulisan b. Dapat memimpin dan berorganisasi c. Dapat mengambil keputusan dengan mengorganisasi materi yang beragam. d. Mampu memecahkan masalah e. Memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
2.2.4 Cara mengukur human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) Human capital skill diukur berdasarkan sebaran item dengan beberapa indikator-indikator yang telah diungkapkan pada penelitian sebelumnya. Pada tabel 2.1 dibawah ini dijabarkan tentang beberapa pernyataan yang mewakili berbagai indikator dari variabel dan sub-variabel yang diangkat menjadi independent variable (Cote dan Levin, 2000).
23
Tabel 2.1 KETERAMPILAN MEMOTIVASI DIRI
Mengelola Diri
TEKNIS PRAKTIS
CIRI-CIRI 1.Dapat memilih tugas sesuai minat dan kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di waktu luang. 2. Mau berusaha, khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas yang sulit 3. Dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menghadapi rintangan 4. Berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka 5. Menjalani pembelajaran dengan perasaan senang. 6. Memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan 1.Dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan. 2. Dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses belajar 3. Mampu bekerja secara mandiri 4. Mampu membentuk belief, pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil. 5. Mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi 1.Dapat berkomunikasi lisan dan tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi 2. Mampu mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah 3. Memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
24
2.3 Kerangka Berpikir Dalam pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguran tinggi (Azwar, 2002). Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa kita dapat mengukur prestasi belajar mahasiswa dari hasil atau nilai ulangan-ulangan harian dan berbagai macam jenis tes yang diadakan oleh pihak atau lembaga pendidikan yang bersangkutan. Dalam pembelajaran di perguruan tinggi, prestasi belajar di tiap semester biasanya di ukur hanya melalui skor IP (indeks prestasi). Purwanti (2006) dan Sembiring Pandia (2006) dalam penelitiannya mengajukan konsep human capital skill dari Cote dan Levine (2000) sebagai pelengkap dalam penilaian prestasi belajar. Human capital skill terdiri dari beberapa item indikator yang reliabel dalam pengukurannya, yaitu: keterampilan memotivasi diri (self-motivation skill), keterampilan mengelola diri (selfmanagement skill), dan keterampilan tehknik praktis (technical skill). Ini merupakan bagian dari prestasi akademis yang dapat diukur dengan sederhana dan reliable berdasarkan gambaran laporan setiap individu (self- report).(cf. Fallows, dalam Cote dan Levin, 2000) Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat perbedaan skor berdasarkan jenis kelamin dan intelegensi terhadap perolehan skor prestasi belajar yang diukur dari IP dan human capital skill.
25
Jenis Kelamin
Human capital skill Inteligensi
Jenis Kelamin Prestasi Belajar (IP)
Inteligensi
Keterangan : Tanda panah tidak berarti menunjukkan pengaruh, tapi hanya menjadi symbol yang menunjukkan bahwa variabel tersebut dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi.
2.4 Hipotesis Penelitian • H1
: Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan jenis kelamin mahasiswa.
• H2
: Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin mahasiswa.
• H3
: Ada perbedaan signifikan human capital skill berdasarkan inteligensi mahasiswa.
• H4
: Ada perbedaan signifikan prestasi belajar berdasarkan inteligensi mahasiswa.
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari beberapa subbab. Meliputi subjek penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisis data yang digunakan .
3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Azwar (2005) penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Metode yang digunakan yaitu metode deskripstif komparatif, karena pada penelitian ini berupaya untuk melihat adanya perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. 3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Sebuah populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Nazir, 1988). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 UIN Jakarta.
25
3.2.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007. Jumlah subjek penelitian sesuai dengan jumlah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2007 yaitu sebanyak 172 mahasiswa. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa mahasiswa yang mengundurkan diri dan ketika peneliti melakukan pengambilan data, ada beberapa mahasiswa yang tidak hadir dalam perkuliahan. Sehingga subjek penelitian yang didapat sebanyak 116 mahasiswa. Jumlah subjek penelitian ini dianggap memenuhi syarat penelitian, karena menurut Guilford dan Fruchter (1978), jumlah sampel minimal dalam melakukan penelitian yang baik adalah sebanyak 30 orang agar hasilnya dapat dianalisis secara statistik dengan menggunakan distribusi normal. Oleh karena itu jika jumlah sampel yang diharapkan tidak terpenuhi, maka jumlah minimal setidaknya harus tercapai. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh yaitu pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel. 3.3 Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir, 1999). Jadi variabel adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) variabel, yaitu:
26
Independent Variable (IV): 1. Human capital skill 2. Jenis Kelamin 3. Inteligensi Dependent Variable (DV): Prestasi belajar 3.3.1 Definisi Konseptual Definisi Konseptual merupakan suatu definisi dalam bentuk yang abstrak yang mengacu pada ide-ide lain atau konsep lain-yang bisa saja abstrak-untuk menjelaskan konsep pertama tersebut (M. Idrus, 2007). a. Prestasi belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan akibat adanya perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 1994) b. Human capital skill merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menunjukkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya sebagai pribadi yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Hal tersebut didapati melalui proses pendidikan (Gary S. Becker, 1964). Human
capital
skill
terdiri
dari
keterampilan
memotivasi
diri,
keterampilan mengelola diri, dan keterampilan tekhnis (Cote dan Levin, 2000).
27
3.3.2 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit analisis ke dalam kategorikategori tertentu dari tiap-tiap variabel (M. Idrus, 2007). a. Prestasi belajar dalam penelitian ini penulis mengukur prestasi belajar dengan melihat skor IP (Indeks Prestasi) mahasiswa. Skor IP diperoleh dengan membagi jumlah nilai keseluruhan dengan jumlah sks yang ditempuh. b. Human capital skill diungkap melalui sebaran item pada skala human capital skill (HCS), dengan beberap sub-variabel yang memiliki beberapa indikator, yaitu: a). Keterampilan memotivasi diri diungkap melalui sebaran item dengan beberapa indikator, yaitu dapat memilih tugas sesuai minat dan kemampuan terutama pada saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di waktu luang, mau berusaha (khusunya pada tugas atau materi atau aktivitas yang sulit), dapat bertahan dan tekun, khususnya saat menhadapi rintangan, berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), menjalani pembelajaran dengan perasaan senang, memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan. b). Keterampilan mengelola diri diungkap melalui sebaran item dengan beberapa indicator, yaitu; dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan, dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses belajar, mampu bekerja secara mandiri, mampu membentuk belief, pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi riil,
28
mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi. c). Keterampilan teknis praktis diungkap melalui sebaran item dengan beberapa indikator, yaitu; dapat berkomunikasi lisan dan tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi, mampu mengambil keputusan mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide yang variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif menyelesaikan tugas keteknikan.
3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik pengumpulan data Data dalam penelitian ini diambil melalui skala. Skala adalah daftar pernyataan yang akan mengungkap performansi yang menjadi karakter tipikal pada subjek yang akan diteliti, yang akan dimunculkan dalam bentuk responrespon terhadap situasi yang dihadapi (Azwar, 2005). Ada pun jenis skala yang digunakan adalah skala model Likert. Skala model Likert adalah metode penskalaan pernyataan individu yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai skalanya (Azwar, 2005). Subyek diberikan empat pilihan dalam berespon, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
29
3.4.2. Instrumen Penelitian a. Skala Human Capital Skill, diterjemahkan sebagai keterampilan utama untuk berkembang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dikemukakan oleh Cote dan Levin (1997, 2000) yang kemudian diadopsi dan dimodifikasi oleh Purwanti (2006), Sembiring Pandia (2006) dan Solicha (2008). Adapun dimensi-dimensi human capital skill yaitu; 1.Keterampilan memotivasi diri:a. dapat memilih tugas sesuai minat dan kemampuan terutama saat ada beberapa alternatif dan dilakukan di waktu luang, b. mau berusaha khususnya pada tugas-tugas atau materi dan aktivitas yang sulit, c. dapat bertahan dan tekun, khusunya
saat
menghadapi
rintangan,
d.
berkeinginan
mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka), e. menjalani pembelajaran dengan perasaan senang, f. memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan. 2.Keterampilan mengelola diri: a. dapat membuat perencanaan dan penetapan tujuan, b. dapat memonitor dan mengevaluasi kemajuan atau proses belajar, c. mampu bekerja secara mandiri, d. mampu membentuk beliefe pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi rill, e. mampu dan berani menunjukkan keunikan pribadi.
30
3.Keterampilan teknis praktis: a. dapat berkomunikasi lisan dan tulisan, dapat memimpin dan berorganisasi, b. mampu mengambil keputusan, mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah, c. memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
Tabel 3.1 Blue Print Skala Human Capital Skill Adaptasi dari Cote & Levin (2000) No 1
2.
Domain Indikator Dimensi keterampilan a. Dapat memilih tugas sesuai memotivasi diri minat, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang b. Dapat memilih tugas sesuai kemampuan, terutama pada saat ada beberapa alternative dan dilakukan pada waktu luang c. Mau berusaha pada tugas atau aktifitas yang sulit d. Dapat bertahan dan tekun dalam menghadapi rintangan e. Berkeinginan mengembangkan diri (selalu ingin tahu dan terbuka) f. Menjalani pembelajaran dengan perasaan senang g. Memiliki harapan tentang kesuksesan dan kegagalan Dimensi keterampilan mengelola diri
Item 1*
7*, 26*
4* 10*,13*, 16* 20* 25* 24*
a. Dapat membuat perencanaan 2*, 5, 11, dan penetapan tujuan 14* b. Dapat memonitor dan 8*, 17* mengevaluasi kemajuan atau proses belajar 31
c. Mampu bekerja mandiri 21* d. Mampu membentuk belief 23* pemikiran dan pemahaman yang dijadikan pedoman untuk memahami situasi rill e. Mampu dan berani 22* menunjukkan keunikan pribadi 3.
Dimensi keterampilan teknis praktis
a. Dapat berkomunikasi secara lisan b. Dapat berkomunikasi secara tulisan c. Dapat memimpin dan berorganisasi d. Mampu mengambil keputusan, mengorganisasi materi dengan cara beragam, memiliki ide variatif dan orisinil serta dapat memecahkan masalah e. Memiliki tingkah laku penuh inisiatif, inovatif, fleksibel dan kreatif.
3* 6* 19* 9*,12*, 18*
15*
*item valid Skala human capital skill ini merupakan skala model Likert dengan metode summated ratings. Menurut Azwar (2008) metode summated rattings yaitu pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada suatu situasi yang menggambarkan dirinya, dengan memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penulis menggunakan skala sikap model Likert karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
32
1. Metodenya sederhana 2. Waktu membuatnya singkat 3. Informasi tentang jawaban subjek dapat lebih jelas dan tetap 4. Sikap yang ditampilkan subjek mudah diinterpretasikan, hanya dengan melihat jumlah skor total subjek, sikap positif atau menyetujui terhadap objek sikap akan terlihat dalam jumlah keseluruhan yang tinggi, sedangkan sikap yang negatif atau tidak menyetujui objek sikap akan rendah. Skor yang digunakan untuk setiap kategori ada penelitian ini berdasarkan pada norma berikut: Tabel 3.2 Skala Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Skor item 4 3 2 1
3.5. Uji Instrumen Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengetahui reliabilitas dan validitas pada masing masing alat ukur. Pengukuran uji validitas ini menggunakan rumus
33
Pearson product moment dan pengukuran reliabilitas menggunakan teknik Cronbach Alpha. Suatu penelitian yang reliabel, hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda. Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha mendekati satu. 3.5.1 Uji validitas Validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur (Sevilla dkk, 2006). Uji validitas digunakan untuk mengetahui
kelayakan
butir–butir
dalam
suatu
daftar
pernyataan
dalam
mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, item yang valid memiliki nilai validitas diatas 0,3. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil penghitungan SPSS 11.5 for Windows. Pada skala human capital skill dari 25 item terdapat 2 item yang tidak valid. 3.5.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumenn pengukuran (Sevilla dkk, 2006). Uji reliabilitas (keajegan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk–konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
34
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas dari item tersebut, maka digunakan rumus Alpha Cronbach dan perhitungan dengan menggunakan SPSS 11.5 for Windows.
________________
² Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
k
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σ b ²
: jumlah varians butir
σ1²
: varians total
Tinggi atau rendahnya reliabilitas yang dihasilkan dilihat dari kaidah reliabilitas Guilford dan pendapat Azwar (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitas yang mendekati 1,00 berarti semakin baik, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut terlihat di bawah ini:
35
Tabel 3.3 Kaidah Reliabilitas Guilford KOEFISIEN
KRITERIA
> 0,90
Sangat Reliabel
0,70 – 0,89
Reliabel
0,49 – 0,69
Cukup Reliabel
0,20 – 0,39
Tidak Reliabel
Reliabilitas untuk skala human capital skill adalah 0,866 yang berarti reliabel. 3.6. Prosedur Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, karena data tersebut belum tersedia dan harus dicari terlebih dahulu. Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data tersebut maka dilakukan penelitian lapangan dengan instrumen penelitian berupa skala. Adapun tahapan pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :
3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur Uji coba alat ukur dilakukan pada hari Rabu 20 Oktober 2010 dengan Mahasiswa ekstensi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki
36
karakteristik yang telah ditentukan. Langkah-langkah dalam mempersiapkan alat ukur untuk diuji coba, yaitu: a. Menyusun skala human capital skill dengan melihat dari beberapa penelitian sebelumnya sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. b. Menyusun alat ukur yang akan disebarkan kepada responden penelitian. Penyusunan terdiri dari pengaturan tampilan huruf dan halaman kuesioner dan skala, penulisan pengantar dan petunjuk pengisian c. Memperbanyak jumlah skala untuk uji coba dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan. 3.6.2 Persiapan pengambilan data Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pengambilan data, yaitu : a. Mengatur tampilan skala dengan merekonstruksi kalimat pada item-item yang tidak valid untuk kembali digunakan. b. Meminta nilai semester 6 dan data jumlah mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 di bagian informasi akademik Fakultas. d. Memperbanyak
jumlah
alat
ukur
untuk
mempersiapkan peralatan yang akan digunakan
37
pengambilan
data
dan
3.6.3 Pelaksanaan pengambilan data Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2010 dengan cara mendatangi setiap kelas secara bergantian dan memberikan kuesioner kepada responden. 3.5. Analisis Data Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan teknik statistik Uji-t, untuk melihat perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdarkan jenis kelamin. Sedangkan untuk melihat perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan inteligensi menggunakan teknik statistik chi-square.. Teknik statistik Uji-t dan chi-square menggunakan software SPSS 17,0 For Windows.
38
40
BAB 4 HASIL PENELITIAN Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil uji hipotesis. 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 116 mahasiswa psikologi UIN Jakarta angkatan 2007. Pada tabel 4.1 berikut ini digambarkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.1 Jumlah Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin
Persentase
23
Laki-laki
18,96%
93
Perempuan
81,04%
Total
116
100%
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek penelitian didominasi oleh perempuan. Jumlah subjek perempuan sebanyak 81,04% sedangkan jumlah subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18,96% dari jumlah keselurahan subjek penelitian.
41
4.2 Deskripsi Data 4.2.1 Kategorisasi skor human capital skill Berikut ini diuraikan penggolongan kategorik dan penyebaran skor human capital skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) responden. Adapun acuan yang dijadikan peneliti untuk membagi kategori tersebut adalah melalui rentang skor. Perolehan rentang skor tersebut didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.2 Variabel keterampilan memotivasi diri
MOTIVASI Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean 116 23.00 35.00 28.4655 116
Std. Deviation 2.64224
Dari hasil di atas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian sebesar 28.46 dan standar deviasi 2.64. Tabel 4.3 Variabel keterampilan mengelola diri
MANAGEMENT Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean 116 16.00 28.00 21.7672 116
Std. Deviation 2.33818
Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian sebesar 21.76 dan standar deviasi 2.33.
42
Tabel 4.4 Variabel keterampilan teknis praktis
N teknis praktis 116 Valid N (listwise) 116
Minimum 17.00
Maximum 28.00
Std. Mean Deviation 21.5431 2.25887
Dari hasil diatas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian sebesar 21.54 dan standar deviasi 2.25. Tabel 4.5 Human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri dan keterampilan teknis praktis)
N HUMAN CAPITAL SKILL Valid N (listwise)
Minimum 116
54.00
Maximum
Mean
92.00 71.9310
Std. Deviation 6.71238
116
Diketahui jumlah item untuk skala human capital skill 23 item. Didalam skala tersebut terdiri dari tiga variabel penelitian, yaitu keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis. Adapun jumlah item keterampilan memotivasi diri sebanyak 9 item, keterampilan mengelola diri sebanyak 7 item, dan keterampilan teknis praktis sebanyak 7 item. Peneliti membagi pengkategorian untuk ketiga variabel tersebut menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan acuan dalam pengkategorian tersebut peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut:
43
Jumlah item untuk keterampilan memotivasi diri 9 item. Penskoran diberikan rentang 1-4, sehingga skor terendah didapatkan 9 dan skor tertinggi 36, dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 27. Untuk item keterampilan mengelola diri sebanyak 7 item, dengan rentang pemberian skor 1-4 sehingga skor terendah didapatkan 7 dan skor tertinggi 28, dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 21. Sama halnya untuk keterampilan teknis praktis yang berjumlah 7 item didapat skor terendah 7 dan skor tertinggi 28, dengan jarak rentang skor pengurangan dari keduanya sebesar 21. Jumlah item keseluruhan untuk skala human capital skill (yang terdiri dari keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) 23 item. Penskoran diberikan dari rentang 1-4, sehingga skor terendah didapatkan 23 dan skor tertinggi 92, dengan jarak rentang skor yaitu pengurangan dari keduanya sebesar 69. Peneliti membagi kategori menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mendapatkan skor dari masingmasing kategori peneliti mencari terlebih dahulu standar deviasi dan mean teoritis dari ketiga variabel tersebut. Untuk mengetahui skor human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) yang diperoleh responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala human capital skill setelah diketahui nilai mean dan SD pada tabel 4.5 di atas. Berikut ini persebaran skor human capital skill : Namun sebelumnya peneliti membuat kategorik responden untuk menentukan tinggi, sedang, rendah pada tiap sub-variabel dari human capital skill
44
(keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis). Adapun rumus yang digunakan untuk mendapatkan rentangan yang sama yaitu : (Nilai maximum – Nilai minimum) 3 Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah. Pada variabel keterampilan memotivasi diri memiliki nilai maximum yaitu 35 dan nilai minimum 23. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan kategori, yaitu : (35 – 23) / 3 = 4 Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan memotivasi diri sebesar 4. Berikut ini Tabel 4.6 diuraikan kategori skor keterampilan memotivasi diri. Tabel 4.6 Kategori responden pada variabel keterampilan memotivasi diri Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
Rendah
23 – 26
52
44.83 %
Sedang
27 - 30
46
39.65 %
Tinggi
31 – 35
18
15.52 %
116
100 %
Jumlah
45
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan keterampilan memotivasi diri rendah sebanyak 52 subjek (44.83 %). Diketahui pula jumlah subjek dengan keterampilan memotivasi diri tingkat sedang sebanyak 46 subjek (39.65 %). Sedangkan subjek dengan keterampilan memotivasi diri pada kategori tinggi sebanyak 18 atau sekitar 15.52 % dari total sampel. Pada variabel keterampilan mengelola diri memiliki nilai maximum yaitu 32 dan nilai terendah 19. Maka dapat dihitung rentangan kategori yaitu: (Nilai maximum-Nilai minimum) 3 Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah. Pada variabel keterampilan mengelola diri memiliki nilai maximum yaitu 28 dan nilai minimum 16. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan kategori, yaitu : (28 – 16) / 3 = 4
Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan mengelola diri sebesar 4. Berikut ini Tabel 4.7 diuraikan kategori skor keterampilan mengelola diri.
46
Tabel 4.7 Kategori responden pada variabel keterampilan mengelola diri Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
Rendah
16 – 19
40
34.48 %
Sedang
20 - 23
62
53.45 %
Tinggi
24 – 28
14
12.07 %
116
100 %
Jumlah
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan keterampilan mengelola diri rendah sebanyak 40 subjek (34.48 %). Diketahui pula jumlah subjek dengan keterampilan mengelola diri tingkat sedang sebanyak 62 subjek (53.45 %). Sedangkan subjek dengan keterampilan mengelola diri pada kategori tinggi sebanyak 14 atau sekitar 12.07 % dari total sampel. Pada variabel keterampilan teknis praktis memiliki nilai maximum yaitu 28 dan nilai terendah 17. Maka dapat dihitung rentangan kategori yaitu: (Nilai maximum-Nilai minimum) 3 Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah. Pada variabel keterampilan teknis praktis memiliki nilai maximum yaitu 28 dan nilai minimum 17. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan kategori, yaitu :
47
(28 – 17) / 3 = 3.66 Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan teknis praktis sebesar 4 (pembulatan keatas). Berikut ini Tabel 4.8 diuraikan kategori skor keterampilan teknis praktis. Tabel 4.8 Kategori responden pada variabel keterampilan teknis praktis Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
Rendah
17 – 20
70
60.33 %
Sedang
21 - 24
35
30.17 %
Tinggi
25 – 28
11
9.50 %
Jumlah
116
100 %
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan keterampilan teknis praktis rendah sebanyak 70 subjek (60.33 %). Diketahui pula jumlah subjek dengan keterampilan teknis praktis tingkat sedang sebanyak 35 subjek (30.17 %). Sedangkan subjek dengan keterampilan teknis praktis pada kategori tinggi sebanyak 11 atau sekitar 9.50 % dari total sampel. Untuk ketiga independent variabel keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis (human capital skill) memiliki nilai maximum yaitu 98 dan nilai terendah 61. Maka dapat dihitung rentangan kategori yaitu:
48
(Nilai maximum-Nilai minimum) 3 Keterangan : 3 merupakan kategori tinggi, sedang, rendah. Pada variabel human capital skill (keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis) memiliki nilai maximum yaitu 92 dan nilai minimum 54. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan kategori, yaitu : (92 – 54) / 3 = 12.33 Dengan demikian rentangan skor pada variabel keterampilan teknis praktis sebesar 12 (pembulatan kebawah). Berikut ini Tabel 4.9 diuraikan kategori skor keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis (human capital skill). Tabel 4.9 Kategori responden pada variabel human capital skill Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
Rendah
54 – 66
25
21.55 %
Sedang
67 - 79
78
67.24 %
Tinggi
80 – 92
13
11.21 %
116
100 %
Jumlah
49
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan human capital skill rendah sebanyak 28 subjek (21.55 %). Diketahui pula jumlah subjek dengan human capital skill tingkat sedang sebanyak 78 subjek (67.24 %). Sedangkan subjek dengan human capital skill pada kategori tinggi sebanyak 13 atau sekitar 11.21 % dari total sampel. 4.2.2. Kategorisasi skor prestasi belajar Tabel 4.10 Kategorisasi skor prestasi belajar N prestasi belajar Valid N (listwise)
Minimum Maximum Mean 116 2.00 3.77 3.0742
Std. Deviation .36736
116
Dari hasil di atas dapat dilihat mean perolehan berdasarkan data penelitian sebesar 3.07 dan standar deviasi 0.36. Untuk variabel prestasi belajar memiliki nilai maximum yaitu 3.77 dan nilai terendah 2.00. Maka dapat dihitung rentangan kategori yaitu: (Nilai maximum-Nilai minimum) 3 Keterangan : 3 merupakan kategori cumlaude, amat baik, baik.
50
Pada variabel prestasi belajar memiliki nilai maximum yaitu 3.77 dan nilai minimum 2.00. Dengan rumus diatas maka dapat dihitung rentangan kategori, yaitu : (3.77 – 2.00) / 3 = 0.59 Dengan demikian rentangan skor pada variabel prestasi belajar sebesar 0.59. Berikut ini Tabel 4.11 diuraikan kategori skor prestasi belajar. Tabel 4.11 Kategori responden pada variabel prestasi belajar Kategori
Rentang Skor
Frekuensi
Persentase
Cumlaude
3.20 – 3.77
39
33.62 %
Amat baik
2.60 – 3.19
67
57.76 %
Baik
2.00 - 2.59
10
8.62 %
Jumlah
116
100 %
Berdasarkan penggolongan kategorik di atas dapat ditemukan subjek dengan prestasi belajar mencapai cumlaude sebanyak 39 subjek (33.62 %). Diketahui pula jumlah subjek dengan prestasi belajar predikat amat baik sebanyak 67 subjek (57.76 %). Sedangkan subjek dengan prestasi belajar tingkat baik sebanyak 10 atau sekitar 8.62 % % dari total sampel.
51
4.2.3. Kategorisasi skor inteligensi Tabel 4.12 Kategorisasi skor inteligensi Klasifikasi
Rentangan
Persentase
Frekuensi
Superior
120-139
9,48 %
13
Di atas rata-rata
110-119
16,37 %
20
Rata-rata
90-109
56,03 %
66
Di bawah rata-rata
80-89
14,65 %
17
Jumlah
116
Berdasarkan penggolongan di atas, diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki skor intelensi kategori superior sebanyak 13 mahasiswa, kategori di atas rata-rata sebanyak 20 mahasiswa, kategori rata-rata 66 mahasiswa, dan kategori di bawah rata-rata sebanyak 17 mahasiswa. 4.3 Hasil Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisa data t-test independent sample dan chi-square, namun untuk penghitungannya dibantu dengan software SPSS 17.0. 4.3.1. Uji beda human capital skill berdarkan jenis kelamin Dengan menggunakan teknik analisa data t-test Independent sample berdasarkan jenis kelamin terhadap human capital skill, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut:
52
Tabel 4.13 Uji beda human capital skill berdasarkan jenis kelamin Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2-
F VAR Equal variances
1.462
Sig.
T
.229 2.746
Df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
Lower
Upper
114
.007
4.14212
1.50864
1.15353
7.13072
2.488 30.331
.019
4.14212
1.66485
.74361
7.54064
000 assumed 01
Equal variances not assumed
Pada tabel diatas dapat dilihat pada kolom ke-6 dari kiri (p<0.05). Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara laki – laki dan perempuan dalam hal human capitall skill. Meskipun jumlah laki – laki dan perempuan tidak sama, namun mean perolehan laki – laki jauh lebih besar (M = 75.22, SD=7,35) ketimbang mean perolehan perempuan (M = 71.07, SD=6,25).
4.3.2. Uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin Untuk uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat hasil sebagai berikut:
53
Tabel 4.14 Uji beda prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference Sig. (2-
F ip Equal
Sig.
1.660
.200
T
Df
tailed)
Std. Error Mean Difference
Difference
Lower
Upper
-4.732
114
.000
-.40068
.08467 -.56840 -.23295
-3.848
27.663
.001
-.40068
.10412 -.61407 -.18728
variances assumed Equal varian ces not assu med
Pada tabel diatas dapat dilihat pada kolom ke-6 dari kiri (p<0.05). Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara laki – laki dan perempuan dalam hal prestasi belajar. Meskipun jumlah laki – laki dan perempuan tidak sama, namun mean perolehan laki – laki lebih kecil (M = 2.77. SD= 0,47) ketimbang mean perolehan perempuan (M = 3.14. SD= 0,33). Selanjutnya peneliti melakukan tabu silang antara varibel human capital skill dengan prestasi belajar. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
54
Tabel 4.15 Tabu silang human capital skill dengan prestasi belajar kategori ip
kategori hcs
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
rendah
0
2
16
18
sedang
1
9
75
85
Tinggi
0
2
11
13
1
13
102
116
Total
Dari tabel diatas dapat dilihat mahasiswa yang memiliki kategori rendah pada HCS (Human Capital Skill) memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 16 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi sedang pada HCS memperoleh 1 kategorisasi rendah, 9 kategorisasi sedang dan 75 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajarnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki kategorisasi tinggi pada HCS memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 11 pada kategorisasi tinggi pada perolehan skor prestasi belajarnya. 4.3.3. Uji beda human capital skill berdasarkan inteligensi Tabel 4.16 Uji beda human capital skill berdasarkan inteligensi
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 38.628(a) 42.132 7.133 116
30 30
Asymp. Sig. (2-sided) .134 .070
1
.008
Df
55
Dalam hal ini peneliti melakukan uji beda frekuensi human capital skill berdasarkan inteligensi. Dari hasil yang didapat (p>0.05) maka hipotesis nihil yang menyatakan ada perbedaan tiap frekuensi human capital skill berdasarkan inteligensi dapat diterima.
4.3.4. Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi Tabel 4.17 Uji beda prestasi belajar berdasarkan inteligensi
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 10.183(a) 8.000
6 6
Asymp. Sig. (2-sided) .117 .238
1
.819
Df
.053 116
Dalam hal ini peneliti melakukan uji beda frekuensi prestasi belajar berdasarkan inteligensi. Dari hasil yang didapat (p>0.05) maka hipotesis nihil yang menyatakan ada perbedaan tiap frekuensi prestasi belajar berdasarkan inteligensi dapat diterima.
Peneliti juga melakukan tabu silang pada variabel inteligensi dengan prestasi belajar, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
56
Tabel 4.18 Tabu silang inteligensi dengan prestasi belajar kategori ip Rendah kategori iq
Total
Sedang
Total
tinggi
dibawah rata-rata
0
3
14
17
rata-rata
0
8
58
66
diatas rata-rata
0
2
18
20
Superior
1
0
12
13
1
13
102
116
Dari tabel diatas dapat dilihat mahasiswa yang memiliki kategori dibawah rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 3 kategorisasi sedang dan 14 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 8 kategorisasi sedang, 9 dan 58 kategorisasi tinggi pada perolehan prestasi belajarnya. Mahasiswa yang memiliki kategorisasi diatas rata-rata pada skor inteligensi memperoleh 2 kategorisasi sedang dan 18 pada kategorisasi tinggi pada perolehan skor prestasi belajarnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki skor inteligensi pada kategorisasi superior memperoleh 1 kategorisasi rendah, dan 12 kategorisasi tinggi pada skor perolehan prestasi belajarnya.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian mengenai perbedaan human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi. Selanjutnya akan dikemukakan pula diskusi yang membahas hasil penelitian ini. 5.1 Kesimpulan Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi menyatakan bahwa: 1. Ada perbedaan yang signifikan human capital skill berdasarkan jenis kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2007. 2. Ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta angkatan 2007. 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan human capital skill berdasarkan inteligensi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta tahun angkatan 2007. 4. Tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar berdasarkan inteligensi mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta tahun angkatan 2007
5.2 Diskusi Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan uji beda variabel human capital skill dan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin dan inteligensi pada mahasiswa psikologi UIN Jakarta angkata 2007 sebanyak 116 orang,
57
diketahui bahwa pada subjek yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh skor human capital skillI tinggi. Namun perolehan skor prestasi belajarnya rendah.. Hal ini berbanding terbalik dengan subjek yang berjenis kelamin perempuan yang memperoleh skor human capital skill lebih rendah dari subjek laki-laki, namun memperoleh skor prestasi belajar yang lebih tinggi dari subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Perbedaan perolehan skor human capital skill dan prestasi belajar pada subjek laki-laki dan perempuan tentu menjadi diskusi tersendiri dalam penelitian ini. Didalam variabel human capital skill didalamnya terdapat sub-variabel keterampilan memotivasi diri yang didalam indikatornya terdapat sikap atau perilaku mandiri disertai tingkat inisiatif yang tinggi. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Brannon (2002) bahwa kemandirian dan inisiatif tampaknya lebih didorong pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Perempuan lebih sering ditunjukkan bergantung pada laki-laki dan sering digambarkan sedang berada dirumah (Brannon, dalam Woolfolk 2004)). Berarti hal tersebut berbanding lurus dengan hasil yang peneliti temukan. Untuk perolehan skor prestasi belajar, dalam penelitian ini didapati bahwasanya prestasi belajar perempuan lebih tinggi ketimbang prestasi belajar laki-laki. Sedangkan Bailey dalam Woolfolk (2004) mengungkapkan, ketika siswa mencapai perguruan tinggi laki-laki duakali lebih sering memprakarsai komentar dibandingkan perempuan. Sehingga anak perempuan secara rata-rata menerima perhatian dan instruksi 1800 jam lebih sedikit dibanding anak laki-laki. Oleh
58
karenanya prestasi belajar perempuan lebih rendah ketimbang prestasi belajar laki-laki. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan Berk dalam Woolfolk (2004) yang menyatakan bahwa anak perempuan mendapat skor yang lebih tinggi pada tes membaca dan menulis dan lebih sedikit anak perempuan yang membutuhkan remediasi dalam membaca ketimbang anak laki-laki. Akan tetapi anak laki-laki di Amerika menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding anak perempuan. Walaupun begitu tetapi anak laki-laki juga banyak yang keliru menjawab semua soal (Angier dan Chang, 2005). Beberapa penulis popular mengatakan bahwa anak laki-laki dan anak perempuan belajar dengan cara yang berbeda dan sekolah cenderung memberi reward pada perilaku pasif dan kooperatif anak perempuan (Gurian dan Henley, 2001). Sebagian besar peneliti mengatakan bahwa evolusi membuat keterampilan wanita lebih unggul dari pada laki-laki (Buss, 1995), tetapi yang lain mengaitkan keterampilan ini pada gaya bermain laki-laki yang lebih aktif dan partisipasi (Linn & Hyde, 1989) Di salah satu study mengarahkan sebagian besar pertanyaannya pada anak laki-laki, meskipun anak perempuan lebih sering bertanya dan menjawab pertanyaan secara sukarela. Beberapa peneliti menemukan bahwa sebagian guru cenderung menerima jawaban yang salah dari anak perempuan, dan mengatakan “yah, setidaknya kau telah berusaha”. Akan tetapi ketika anak laki-laki memberikan jawaban yang salah, guru lebih banyak mengatakan “berusahalah
59
lebih keras! Kamu pasti bisa..! pesan ini yang diulang berulang-ulang , sehingga dapat membangkitkan semangat anak-anak laki-laki, dan membangkitkan motivasi dalam diri mereka (Horgan, 1995). Maka tentunya hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang mendapati skor human capital skill laki-laki lebih besar daripada perempuan, namun tidak sejalan untuk perolehan skor prestasi belajarnya. Dari beberapa teori dan hasil penelitian sebelumnya, peneliti mendapati satu hal yang berbanding lurus dengan hasil penelitian ini. Peneliti juga melakukan analisis tambahan dengan melakukan tabu silang antara human capital skill dengan prestasi belajar. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa yang memiliki skor human capital skill sedang justru memperoleh skor prestasi belajar yang lebih tinggi ketimbang mahasiswa yang memiliki skor human capital skill tinggi yang hanya memperoleh skor prestasi belajar dalam kategori sedang. Tak hanya itu, peneliti juga melakukan tabu silang antara inteligensi dengan prestasi belajar. Diperoleh hasil bahwa mahasiswa yang memiliki skor inteligensi (IQ) pada kategori rata-rata, mayoritas banyak yang memperoleh skor prestasis belajar dalam kategori tinggi. Namun skor yang didapati oleh peneliti masih belum dapat dikatakan signifikan, karena tidak berbanding lurus dengan teori yang dikemukakan oleh Syah (2004) bahwasanya inteligensi merupakan faktor esensial dalam memprediksi prestasi belajar. Seseorang yang memiliki IQ tinggi umumnya lebih mudah belajar dan hasilnya cenderung baik. Sebaliknya seseorang dengan IQ
60
rendah umumnya lebih sulit untuk belajar, sehingga prestasinya pun cenderung rendah. Data skor IQ mahasiswa didapat dari hasil tes CFIT yang pernah dilakukan pada mahasiswa psikologi UIN Jakarta angkatan 2007. Adapun skor IQ mahasiswa yang dijadikan data penelitian didapati 14,65 % dalam rentangan di bawah rata-rata (80-89), 56,03 % dalam rentangan rata-rata (90-109), 16,37 % dalam rentangan di atas rata-rata (110-119), 9,48% dalam rentangan superior (120-139). Tabel 5.1 Gambaran Skor IQ Mahasiswa Psikologi UIN Jakarta Angkatan 2007 Klasifikasi Superior Di atas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata
Rentangan 120-139 110-119 90-109 80-89
Persentase 9,48 % 16,37 % 56,03 % 14,65 %
5.3 Saran Melalui analisis seluruh proses dan isi laporan, peneliti meraih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang akan menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain:
61
5.3.1 Saran Teoritis 1. Jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan agar sebaiknya jumlah partisipan lebih diperbanyak dan bervariatif, misalnya dengan mengikutsertakan sampel dari fakultas lain dengan karakteristik sampel yang sama. 2. Bila ada yang meneliti tentang prestasi belajar, hendaknya penyusunan tes prestasi didasarkan pada perencanaan yang teliti, cara penulisan aitem yang mengikuti kaidah-kaidah yang standar guna meningkatkan efektivitas daya ukur aitem, dan evaluasi yang kontinyu akan dapat menghasilkan tes prestasi yang mampu mencerminkan hasil capai para siswa dalam belajar secara lebih layak sehingga tes prestasi dapat memberikan manfaat maksimal bagi usaha pengukuran dalam membuat alat ukur prestasi belajar dan penilaian dalam bidang pendidikan. 3. Jika ada yang ingin melakukan penelitian yang sama, penulis menyarankan agar menggunakan alat ukur human capital skill dengan aspek-aspek yang telah dijabarkan pada penelitian sebelumnya namun dengan memodifikasinya kembali. Hal ini semata-mata bertujuan agar validitas maupun reliabilitas alat ukur tetap terjaga dari bias budaya ataupun rentang waktu pada penelitianpenelitian sebelumnya.
5.3.2
Saran praktis Berdasarkan hasil penelitian ini didapati human capital skill (keterampilan utama untuk berkembang) yang dimiliki mahasiswa
62
psikologi khususnya angkatan 2007 mayoritas dalam rentangan sedang. Menurut Cote dan Levin, (2000) ini merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat survive didalam kehidupan setelah lulus nanti. Oleh karena itu peneliti menganjurkan kepada pihak Fakultas Psikologi UIN
untuk
mengadakan
seminar
dan
pelatihan,
atau
dengan
mengoptimalkan pola belajar yang berpusat pada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa agar ketika lulus nanti mampu bersaing dengan lulusan Universitas lain yang jauhs lebih berkualitas.
63
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A & Supriyono, W. (1991). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Syaifuddin. (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Syaifuddin. (2002). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bungin, Burhan. (2005). Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Chaplin, J. P. (1981). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa Cote, J.E. & Levine, C.G. (2000). Attitude versus aptitude: is intellegence or motivation more important for positif higher-educational outcomes? Journal of Adolescent Researh, 15, 58-80 Cote, J.E. & Levine, C.G. (1997). Student motivation, learning environment, and human capital acquisition: toward an integrated paradigm of student development. Journal of Adolescent Research. May/June. Vol. 38 No. 3 Djamarah, S, B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Harackiewicz, J. M., Barron, K.E., Tauer, J.M., Carter, S.M., & Elliot, A.J. (2000). Short-term and long-term consequences of achievement goals: Predicting interest and performance overtime. Journal of Educational Psychology, 92, 316-330. Heru,Basuki,A.M. (2009). Pembelajaran yang berdasarkan perpaduan pandangan kontektualisme dengan model teori pendidikan (“input-environmentoutput”), Jurnal Psiko-Edukasi, Jakarta: Atmajaya Idrus, Muhammad. (2007). Metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: UII Press Nazir, Moh. (1988). Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Neneng Sumarni (2006). Hubungan antara manajemen waktu dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMUN 36 Jakarta. Skripsi Fak. Psikologi. Jakarta:UIN
64
Pedhazur, E.J. (1982). Mulitiple regression in behavioral research. (2nd ed.). New York : CBS College Publishing
Purwanto, M, N. (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Ramsden, P. (1992). Learning to teach in higher education. London: Routledge, Chapman and Hall. S.Pandia & Purwanti,M. (2008). Gambaran keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis mahasiswa psikologi UNIKA Atmajaya Jakarta, Report Research. Jakarta, UNIKA Atmajaya. S.Pandia,W.S. (2007). Peran orientasi tujuan, self efficacy, persepsi mengenai iklim kelas, dan pendekatan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa, Jurnal Psiko-Edukasi, Jakarta: Atmajaya Santrock, J, W. (2009). Educational psychology. Fourth edition. Americas: McGraw-Hill Sevilla, G. Suelo.(1993). An introduction to research methods. Jakarta: UI Press Shaleh, A, R, & Wahab, M, A. (2004). Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset Solicha, (2008), Sumbangan persepsi mahasiswa tentang pengajaran dosen, selfefficacy, dan penyesuaian akademik kepada human capital skills, Thesis S 2. Jakarta, Universitas Persada Indonesia YAI. Syah, M . (2004). Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tella, Adedeji. (2007). Impact of motivation on student’s academic achievement and learning outcome in mathematic among secondary school students in Nigeria. Eurasia Journal Mathematic Science and Tehnology Education, 149-156 Woolfolk, A.E. (2004). Educational psychology (7th Ed). Singapore: Allyn and Bacon
DAFTAR REFERENSI No 1
2
3
Nama Rujukan Sumber Syah, M . (2003’ ologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Halaman Skripsi Referensi 1,14-18 145-155
Syah, M. (2004). Psikologi 14-18 Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Djamarah, Syaiful, B. (2008). 14-18 Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Citra
132-138
175-205
2
4 Heru,Basuki,A.M.(2009).Pembelajar an yang Berdasarkan Perpaduan Pandangan Kontektualisme dengan Model Teori Pendidikan (“InputEnvironment-Output”), Jurnal Psiko-Edukasi, Jakarta: Atmajaya 5
Ramsden, P. (1992). Learning to 3 teach in higher education. London: Routledge, Chapman and Hall.
6
Harackiewicz, J. M., Barron, K.E., 3 Tauer, J.M., Carter, S.M., & Elliot, A.J. (2000). Short-term and long-term consequences of achievement goals: Predicting interest and performance overtime. Journal of Educational Psychology, 92, 316-330.
7
Cote, J.E. & Levine, C.G. (2000). 3,19-24 Attitude versus aptitude: is intellegence or motivation more important for positif highereducational outcomes? Journal of Adolescent Researh, 15, 58-80
8
E. & Levine, C.G. (2000). Attitude 3, 19-24 versus aptitude: is intellegence or motivation more important for positif higher-educational outcomes? Journal of Adolescent Researh, 15, 58-80
9
S.Pandia & Purwanti,M. (2008). 19-24 Gambaran Keterampilan Memotivasi
217
Paraf Pembimbing
Diri, Keterampilan Mengelola Diri, dan Keterampilan Teknis Praktis Mahasiswa Psikologi UNIKA Atmajaya Jakarta, Report Research. Jakarta, UNIKA Atmajaya. 10 a,W.S. (2007). Peran Orientasi Tujuan, 4 Self Efficacy, Persepsi Mengenai Iklim Kelas, dan Pendekatan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa, Jurnal Psiko-Edukasi, Jakarta: Atmajaya 11
Woolfolk, A.E. (2004). Educational 6, 19-20 Psychology (7th Ed). Singapore: Allyn and Bacon
186
12
Santrock, J, W. (2009). Educational 15 Psychology. Fourth edition. Americas: McGraw-Hill
135
13
Shaleh, A, R, & Wahab, M, A. (2004). 16 Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset
253
14
Nazir, Moh. 1988. Penelitian. Jakarta : Indonesia
15
Bungin, Burhan. (2005). Kuantitatif. Jakarta: Kencana
16
Azwar, Syaifuddin. (2008). 27-38 Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
17
Azwar, Syaifuddin. (2002). Tes 13, 63-64 Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
18
Pedazhur, Elahar J. (1973). Multiple 46 Regression ini Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart and Winston Adedeji. (2007). Impact of Motivation 59 on Student’s Academic Achievement and Learning Outcome in Mathematic among Secondary School Students in
19
Metode 27-40 Ghalia
271
Metlit 27
2-9
Nigeria. Eurasia Journal Mathematic Science and Tehnology Education, 149-156
20
21
Sevilla, G. Suelo.(1993). An 37 Introduction to Research Methods. Jakarta: UI Press Chaplin, J. P. (1981). Kamus 13 Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa
Jakarta, 24 November 2010
Dwi Atmoko 106070002229
Motivasi diri 1. Jika dihadapkan pada beberapa pilihan tugas, saya dapat memilih mengerjakan tugas sesuai dengan yang saya minati 2. Saya mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. 3. Saya tetap berusaha mengerjakan tugas-tugas yang sulit 4. Betapapu sulit tugas yang dihadapi, saya akan tetap menekuninya 5. Saya terbuka terhadap perubahan agar dapat terus mengembangkan diri saya 6. Saya menjalani pembelajaran dengan perasaan senang 7. Saya berharap kesuksesan dan kegagalan akan terus terjadi selama rentang pembelajaran dalam perkuliahan.
Mengelola diri 1. Dalam setiap pembelajaran saya mampu menetapkan perencanaan dan tujuan pembelajaran yang terukur 2. Setelah menjalani proses belajar, saya mengevaluasi baik hasil maupun proses pembelajaran tersebut 3. Saya terbiasa belajar secara mandiri 4. Dalam segala situasi yang saya hadapi, saya memiliki pemikiran dan keyakinan sendiri atas situasi tersebut 5. Saya tidak pernah takut dan malu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemapuan yang saya miliki
Teknis praktis 1. baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih tua, saya mampu berkomunikasi dengan baik 2. Tak hanya dengan lisan, saya juga mampu menyampaikan ide lewat tulisan. 3. saya mampu mengarahkan anggota kelompok dengan baik dalam sebuah roda oraganisasi 4. saya mampu menilai kelabihan dan kelemahan setiap alternative untuk membuat keputusan yang tepat dalam sebuah kelompok
5. dalam mengerjakan tugas, saya melakukan cara-cara berbeda yang umumnya dilakukan orang lain 6. Saya mampu mengkreasikan hal yang lama untuk menjadi sebuah hal baru yang menarik.
Assalamu’alaikum Wr,Wb. Semoga Anda selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik. Saya adalah Mahasiswa Program Sarjana Strata-1 (S1) Reguler Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang sedang mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh keterampilan memotivasi diri, keterampilan mengelola diri, dan keterampilan teknis praktis terhadap prestasi belajar mahasiswa”. Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk bisa berpartisipasi dalam penelitian ini. Bacalah instruksi dan setiap pernyataan dengan seksama, kemudian tentukan jawaban yang paling sesuai dengan gambaran diri anda sendiri. TIDAK ADA jawaban yang benar atau salah. Jawaban anda yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya sangat diharapkan, karena akan sangat bermanfaat bagi kualitas penelitian. Jawaban yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja. Atas bantuan dan kerja sama yang telah anda berikan saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat Saya
Dwi Atmoko
PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPASI Dengan ini saya secara sukarela menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini: (WAJIB DIISI)
Nama
:
NIM
:
PETUNJUK Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (x) dalam kotak didepan salah satu pilihan jawaban yang tersedia. STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
SS
: Sangat Setuju
No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9 10 11. 12. 13. 14. 15.
PERNYATAAN Jika dihadapkan pada beberapa pilihan tugas, saya lebih memilih mengerjakan tugas sesuai dengan yang saya minati Saya mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Saya tetap berusaha mengerjakan tugas-tugas yang sulit Betapapun sulit tugas yang dihadapi, saya akan tetap menekuninya Saya terbuka terhadap perubahan agar dapat terus mengembangkan diri saya Saya menjalani pembelajaran dengan perasaan senang Saya berharap kesuksesan dan kegagalan akan terus terjadi selama rentang pembelajaran dalam perkuliahan. Dalam setiap pembelajaran saya mampu menetapkan perencanaan dan tujuan pembelajaran yang terukur Setelah menjalani proses belajar, saya mengevaluasi baik hasil maupun proses pembelajaran tersebut Saya terbiasa belajar secara mandiri Dalam segala situasi yang saya hadapi, saya memiliki pemikiran dan keyakinan sendiri atas situasi tersebut Saya tidak pernah takut dan malu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang saya miliki Saya mampu mengkomunikasikan dengan baik pengetahuan yang saya miliki ketika presentasi didepan kelas. Tak hanya dengan lisan, saya juga mampu menyampaikan ide lewat tulisan. Saya mampu mengarahkan anggota kelompok dengan baik dalam
STS
TS
S
SS
16 17 18.
sebuah roda oraganisasi Saya mampu menilai kelebihan dan kelemahan setiap alternative untuk membuat keputusan yang tepat dalam sebuah kelompok Dalam mengerjakan tugas, saya melakukan cara-cara berbeda yang umumnya dilakukan orang lain Saya mampu mengkreasikan hal yang lama untuk menjadi sebuah hal baru yang menarik.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PERBEDAAN HUMAN CAPITAL SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN INTELIGENSI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 8 Desember 2010 Sidang Munaqasyah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2001
Anggota :
Dra. Netty Hartati, M. Si NIP.19531002 198303 2001
Solicha, M. Si NIP. 19720415 199903 2001
Mulia Sari Dewi, M.Si, Psi NIP. 19780502 200801 2026
Yunita Faela Nisa, M. Psi NIP. 19770608 200501 2003
i
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Atmoko NIM : 106070002229
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Keterampilan memotivasi Diri, Keterampilan Mengelola Diri, dan Keterampilan Teknis Praktis Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 8 Desember 2010
Dwi Atmoko NIM : 106070002229
viii