PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA YANG DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW DENGAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (Kuasi Eksperimen di MTs PUI Bogor)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Irna Purnamasari 106016100559
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011M
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bapak dan ibuku tercinta, , Bpk Sofari dan ibu Acih yang senantiasa memberikan motivasi, curahan kasih sayang, yang selalu memberikan senyuman ketenangan dikala datang kegelisahan dan memberikan do’a restu yang tiada henti. Semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia menyayangi peneliti. Kakak, adik, keponakan kecilku Yogi dan Dede Ira serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberi dorongan baik moril maupun materil.
“AyAh dAn ibu sudAh menukAr seluruh jiwA semata untuk kebahagian aku Dan sampai saat ini belum tentu aku bisa menggAnti dengAn kebAhAgiAn untuk AyAh dAn ibu berduA”
ABSTRAK Irna Purnamasari (106016100559). “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dan Two Stay Two Stray.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik TSTS. Penelitian ini dilakukan di MTs PUI Bogor tahun pelajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen (eksperimen semu) dengan desain two group pre test pos test. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, siswa kelas VII-1 sebagai kelas Jigsaw sebanyak 35 orang dan siswa kelas VII-2 sebagai kelas TSTS sebanyak 35 orang. Pengambilan data menggunakan menggunakan instrumen tes berupa pilihan ganda dan instrumen non tes berupa Lembar observasi aktivitas siswa pada kelompok jigsaw dan TSTS. Analisis data menggunakan uji-t dan diperoleh nilai thitung sebesar 4,44 pada taraf signifikan α 0,05 dan diperoleh ttabel sebesar 2,00, maka thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik TSTS, dengan nilai rata-rata (mean) gain kelas VII-1 yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 0,59 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIII-2 yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik TSTS yaitu 0,46 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik TSTS. Kata kunci: pembelajaran kooperatif, teknik jigsaw, teknik two stay two stray, hasil belajar biologi.
ABSTRACT Purnamasari, Irna (106016100559). The Different of Students’ Achievement in Biology by Using Cooperative Learning between Jigsaw Technique And Two Stay Two Stray. Script, Majors Education IPA in Biological Education Study Program, Faculty of Science Tarbiyah and Teachership of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., 2011. The research was designed to know the different of Biology achievement by using cooperative learning technique between Jigsaw Tehnique and Two Stay Two Stray. The research was conducted at MTs PUI Bogor of the 2010/2011 academic year. This research used quasi experiment method with two group pretest and posttest design. The technique sample of the study was purposive sampling where 35 first year student of VII-1 were taken as the jigsaw class and 35 students of VII-2 as TSTS class. The data is taken by instrument used in this study were test in multiple choice and non test in observation sheet to osberve the students’ activities in jigsaw group and TSTS. The data analysis used in this study is t-test and the findings of thitung is 4.44 in significant α 0.05 and the findings of ttabel is 2.00, so thitung > ttabel and it can be concluded that there was comparison of Biology achievement of the students who taught by using jigsaw technique and the students who taught by using TSTS technique, the mean gain of VII-1 class which taught by using cooperative learning of jigsaw technique was 0.59 and the mean gain of VII-2 which taught by using cooperative learning of TSTS technique was 0.46, so it can be said that the students’ Biology achievement who taught by using jigsaw technique better than the students who taught by using TSTS technique. Key words: Cooperative learning, jigsaw technique, two stay two stray technique, and Biology achievement.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum, wr., wb.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhkuk lain. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada putus dan henti-hentinya. Sehingga penulis dapat menyelesesaikan skripsi ini dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Yang diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw dengan Two Stay Two Stray”. Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnah-nya. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini dan selalu ada saat peneliti kesulitan. 4. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Komaluddin, S.Pd selaku Kepala Sekolah MTs PUI Bogor yang telah memberikan izin untuk dapat melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. 6. Rekan-rekan Pendidikan Biologi angkatan 2006 yang memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. i
7. Keluarga Besar Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Sahabat-sahabatku tersayang: kembar Ina-Ani, Rahmat, Heri, Eka, Fauzy, Abang, Indah, Dede Supriyadi, Nurdin, Fitrhotul, terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini. 9. Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari ketebatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Akhir kata Wassalamu’alaikum, wr., wb.
Jakarta,
Maret 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI hal LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
E. Rumusan Masalah ......................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...............................
7
A. Kajian Teoritis ...........................................................................
7
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ....
7
a. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif..................
7
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................
8
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ........................ 9 2. Teknik Jigsaw ....................................................................... 10 a. Pengertian Teknik Jigsaw ............................................. 10 b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw ........................................................................... 12 iii
c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Jigsaw ................... 14 3. Teknik Two Stay Two Stray.................................................. 16 a. Pengertian Teknik Two Stay Two Stray ........................ 16 b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik TSTS .............................................................................. 17 c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik TSTS ...................... 19 4. Hasil Belajar ........................................................................ 20 a. Pengertian Belajar ......................................................... 20 b. Pengertian Hasil Belajar ................................................ 21 c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........ 24 d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar ................... 28 e. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar ......................... 29 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 31 C. Kerangka Pikir ......................................................................... 35 D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 38 A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 38 B. Metode dan Desain Penelitian................................................... 38 C. Populasi dan Sampel ................................................................ 38 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39 E. Instrumen Penelitian ................................................................. 40 F. Kalibrasi Instrumen .................................................................. 41 G. Teknik Analisis Data ................................................................ 44 H. Hipotesis Statistik .................................................................... 48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 49 A. Hasil Penelitian ......................................................................... 49 B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................ 51 C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 56
iv
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 60 A Kesimpulan .............................................................................. 60 B Saran ......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Pelaksanaan Teknik Jigsaw ............................................................. 14
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 38 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................. 40 Tabel 4. 1 Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS ................................................. 49 Tabel 4. 2 Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS ............................................... 49 Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain .................................................................. 50 Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas Jigsaw .................................................... 51 Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TSTS ...................................................... 52 Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas ............................................................ 53 Tabel 4.7 Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test” Kelompok Eksperimen Jigsaw dan TSTS ............................................................ 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw .................................... 66 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TSTS...................................... 86 Lampiran 3 LKS Jigsaw ...................................................................................... 106 Lampiran 4 LKS Two Stay Two Stray ................................................................ 119 Lampiran 5 Lembar Observasi Guru................................................................... 126 Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa ................................................................. 128 Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 130 Lampiran 8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ...................................................... 142 Lampiran 9 Prasyarat Uji Normalitas ................................................................. 143 Lampiran 10 Uji Normalitas Data ....................................................................... 153 Lampiran 11 Uji Homogenitas Data ................................................................... 157 Lampiran 12 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray .......................................................................................................159 Lampiran 13 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw ............... 161 Lampiran 14 Persiapan Uji Hipotesis (uji “t”) .................................................... 163 Lampiran 15 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 164
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang–undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Berdasarkan pernyataan tersebut maka tujuan pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan segala potensi yang ada pada manusia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan berbagai usaha dan strategi sehingga tercipta suatu proses belajar mengajar yang tepat dan efektif serta melibatkan semua aspek yang ada di dalamnya. Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita pada saat ini yaitu lemahnya proses pembelajaran. Padahal kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa (student active learning). Sementara metode yang diterapkan di sekolah masih konvensional. Hal ini menyebabkan anak kurang diarahkan perkembangannya dalam kemampuan berpikir. Mereka di dalam kelas hanya diarahkan untuk mampu menghafal informasi, otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi yang diingat tanpa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal serupa berlaku pada mata pelajaran sains yang tidak dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Guru sains berperan dan bertanggung jawab terhadap pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran sains sehingga dapat 1
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h.5
1
2
mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional. Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar guru seharusnya melakukan proses belajar yang terdiri dari perencanaan, pengalaman belajar, observasi, dan refleksi. 2 Pengalaman baru yang diperoleh siswa akan mengubah perilaku pembelajar menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Tetapi permasalahan tersebut tidak akan tercapai jika tidak melibatkan siswa dalam perencanaan dan proses pembelajaran. Siswa harus dilibatkan secara penuh agar termotivasi untuk ikut secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga tidak tertinggal dengan peserta didik yang lain.3 Pelibatan siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Sehingga terjadi interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa, materi pembelajaran, dan lingkungan). Situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan strategi pembelajaran yang tepat. Kriteria strategi pembelajaran tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif membawa maksud belajar bersama-sama dalam satu kumpulan kecil yang mempunyai tujuan sama. Siswa memiliki semangat bekerjasama untuk mencapai tahap pembelajaran yang maksimum bagi dirinya sendiri dan juga bagi kelompoknya.4 Pengelompokkan heterogenitas merupakan cir-ciri yang menonjol dalam model pembelajaran Cooperative Learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosial, ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning 2
Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. 2008),h. 7 3 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120 4 Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi..., h. 57
3
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. 5 Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa. Pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan kemampuan akademik, tetapi juga kemampuan sosial. Dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur kerjasama yang menyebabkan adanya saling ketergantungan antar kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugas kelompoknya. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok untuk saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Sehingga pembelajaran tersebut memicu siswa berlatih berperan aktif dan komunikatif. Kegiatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kelompoknya. Menurut Killen, Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua diantaranya, yaitu teknik jigsaw dan teknik two stay two stray. Dalam teknik jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Setelah mendiskusikan topik yang diberikan dengan kelompok ahli. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Karena teknik jigsaw dapat menuntut siswa untuk meningkatkan
rasa
tanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa tidak hanya mempelajari 5
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 41
4
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Menurut Silberman, seperti yang dikutip Sirih, H.M. dan Muhammad Ali, “jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan pengetahuan. Dalam setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap peserta didik adalah pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta didik lainnya.”6 Sedangkan dalam teknik two stay two stray terdapat dua tamu dan dua penerima tamu. Siswa yang berperan menjadi penerima tamu bertugas memberikan informasi kepada tamu yang datang kekelompoknya layaknya tuan rumah yang menginformasikan apa yang ada dirumahnya, sedangkan yang bertugas menjadi tamu berkunjung kekelompok lain untuk mendapatkan informasi lain. Setelah selesai mereka kemudian mendiskusikan kembali bersama kelompoknya. Teknik two stay two stray ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.7 Iqbal mengatakan bahwa dengan menerapkan model TSTS, para siswa tampak antusias, bahkan mereka ber’akting’ layaknya tamu yang hendak masuk ke rumah orang, ada yang pura-pura mengetuk pintu, ada yang mengucap salam dan lain-lain. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi
6
Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No.1, Pebruari 2007:19-29, h.23 7 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovavtif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 54
5
lebih menyenangkan, dan yang terpenting hal tersebut memungkinkan siswa untuk lebih mudah menyerap informasi secara lebih baik.8 Dalam
konsep
ekosistem
siswa
dituntut
untuk
memahami,
menjelaskan, menyebutkan, membedakan, memberikan contoh komponen ekosistem serta menggambarkan saling ketergantungan antar komponen ekosistem. Dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dan two stay two stray siswa dapat saling mengajarkan, member informasi serta mendiskusikan tuntutan dari konsep ekosistem tersebut. Sehingga, siswa diharapkan akan lebih memahami materi ekosistem. Penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dan teknik two stay two stray masih sedikit tetapi lebih banyak yang membandingkan teknik satu dengan teknik yang lain. Pada dasarnya jigsaw dan TSTS memiliki keunggulan masing-masing. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dengan Teknik Two Stay Two Stray”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: a. Proses belajar mengajar sains masih menggunakan metode konvensional. b. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) c. Guru di sekolah belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang bervariasi.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada hal berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan adalah teknik Jigsaw dan teknik Two Stay Two Stray. 8
Iqbal Ali, Model Pembelajaran One Stay One Stray di http://iqbalali.com/2010/02/17/model-pembelajaran-one-stay-two-stray-modifikasi/, Oktober 2010 jam 20.15 wib
akses dari Sabtu, 30
6
2. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yaitu C1, C2 dan C4. 3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep ekosistem
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam ini penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan Two Stay Two Stray?.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik
Jigsaw dengan teknik TSTS Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti, memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai model pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga ketika menjadi pendidik bisa diterapkan langsung. 2. Bagi pendidik, agar dapat menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan
guru
SMP/MTs
khususnya
yang
berkaitan
dengan
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran biologi dan dapat menjadikannya sebagai alternatif pembelajaran serta menjadi masukan yang berguna bagi pendidik dalam mendidik siswa. Sehingga dapat meningkatkan profesionalisme guru.
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu samalainnya sebagai satu kelompok satu tim. Istilah cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
1
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli orang lain. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang didasarkan pada faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dalam membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
1
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovavtif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 37
7
8
setiap anggota kelompok itu sendiri. Belajar kooperatif maksudnya membelajarkan siswa pada siswa lain atau tutor sebaya.2 Pada pembelajaran kooperatif tercipta suasana positif, hubungan harmonis antara pelajaran, sekolah dan guru, pembelajaran menyenangkan dan siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.3 Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok biasa. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur tersebut yaitu: saling gotong royong, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota dan evaluasi.4 Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif biasanya siswa mempelajari bagian kecil dari materi yang luas dan kemudian mengajarkannya kepada anggota kelompoknya. Sehingga terjadi transfer ilmu yang memungkinkan mereka memahami materi yang dipelajari secara lebih mendalam.5
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama dengan siswa
yang mempunyai latar belakang berbeda. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
2
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), h. 42 3 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia. 2008), h. 91 4 Anita Lie. Cooperative….h. 31 5 Jhon W. Santrock, Educational Psychology, (New York: McGraw-Hill, 2004), h. 322
9
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.6 Menurut Sri Sulastri dalam jurnalnya mengatakan bahwa ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yaitu: 7 1. Prestasi akademik. Pembelajaran kooperatif didalamnya mencakup berbagai tujuan sosial yaitu kerjasama, tatap muka dan sebagainya. Selain itu pembelajaran
kooperatif
juga
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan prestasi akademik. 2. Penerimaan akan keanekaragaman. Efek penting pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang lebih luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, dan kemampuan akademik. 3. Pengembangan keterampilan kooperatif mengajarkan siswa untuk kerjasama dan kolaborasi.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok, atau dalam mencapai tujuan pembelajaran peserta didik secara harmonis bekerjasama dengan teman kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya, pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut:8 6
Trianto., Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007),h. 42-44 7 Sri Sulastri, Model Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Kependidikan diakses dari http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009, h.23, 30 Oktober 2010 8 Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 41-42
10
1. Ketergantungan positif, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama. 2. Interaksi tatap muka, yaitu interaksi yang berlangsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. 3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. 4. Membutuhkan keluwesan. 5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: a) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma. b) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok. c) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. d) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif,
mencari
lebih
banyak
informasi,
dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
2. Teknik Jigsaw a. Pengertian teknik jigsaw Jigsaw dikembangkan dan diuii coba Elliot Aroson bersama teman-teman Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin.
11
Menurut
Lie
yang
dikutip
oleh
Yeti
Sulastri
dan
Diana
Rochintaniawati, dalam teknik ini guru harus memperhatikan pengetahuan
dan
pengalaman
siswa
serta
membantu
siswa
mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu agar bahan bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa juga harus bekerja sama dengan siswa lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.9 Menurut Arends pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.10 Kunci teknik jigsaw adalah interpedensi dimana tiap siswa tergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan agar dapat berkinerja dengan baik pada saat penilaian. 11 Jigsaw merupakan salah satu strategi alternatif yang melibatkan para siswa dalam belajar menulis. Strategi ini merupakan metode pengajaran
yang
mendengarkan,
efisien
interaksi,
yang
juga
mengajar,
mendorong dan
keterlibatan
kerjasama
dengan
memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan bagian yang penting untuk bermain dalam kegiatan kelas. Tujuan Jigsaw adalah
untuk
mengembangkan
kerjasama
dan
keterampilan
pembelajaran kooperatif kepada semua siswa, untuk membantu siswa 9
Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 CIMALAKA (Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. ISSN: 1412-0917 13 No. 1 April 2009), h. 2 diakses dari http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/april2009/Makalah%20Bu%20Yeti-Final.pdf 11 Desember 2010 jam 13.00 wib 10 Anonimus, Model Pembelajaran Kooperatif JigSaw (Tim Ahli), diakses dari http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/12/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/ 1 Desember 2010 jam 09.00 Wib 11 Robert E Salvin, Cooperative Learning teori, riset dan praktik, cet 1, terj. Dari Cooperative Learning: theory research and practice oleh Nurlita Yusron, (Bandung, Nusa Media, 2008), h. 237
12
mengembangkan kedalaman pengetahuan yang tidak mungkin jika dicoba dan dipelajari semua materi sendiri, dan untuk mengekspos pemahaman
siswa
pada
konsep
serta
mengungkapkan
kesalahpahaman. Dalam pembelajaran kooperatif teknik jigsaw kunci suksesnya adalah pengelompokkan dengan pelaksaan yang efektif dan efisien. kelompok jigsaw, pertama-tama berdiskusi di kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri dari empat sampai enam orang yang disebut dengan kelompok asal (home group) dan setiap anggota tim menjadi seorang ahli (expert group) tentang suatu topik. Kemudian terjadilah diskusi antar kelompok ahli. Setelah diskusi selesai kelompok ahli kembali ke pada kelompok asal untuk berbagi informasi. Setelah berbagi informasi dan diskusi, kelompok memiliki kesempatan untuk meninjau materi sebelum diberikan kuis.12
b. Langkah–langkah pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Dalam buku karangan Anita Lie menyebutkan beberapa langkah pembelajaran kooperatif teknik jigsaw, yaitu:13 1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian 2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang sisawa ketahui mengenai topik tersebut.
12
Kegiatan
brainstorming
ini
dimaksudkan
untuk
Carolyn Kessler, Cooperative Language Learning, (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Regents, 1992),h. 142-143 13 Anita Lie, Cooperative…, h. 69-70
13
mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. 3. Siswa dibagi berkelompok setiap kelompok beranggotakan 4 orang. 4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya. 5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka masing-masing. 6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bias saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. 7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. 8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas. Dalam makalah yang ditulis oleh Ahmad Noor Fatirul menyebutkan beberapa langkah teknik jigsaw:14 a. Siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. b. Materi diberikan dalam bentuk teks. c. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari bahan yang diberikan. Misalnya: Siswa akan mempelajari tentang Ekskresi, maka siswa akan mempelajari materi yang berbeda yaitu tentang paru-paru, hati, ginjal dan kulit.
14
Ahmad Noor Fatirul, Cooperative Learning, trimanjuniarso.wordpress.com, h. 38 25 November 2010
Makalah,
di
akses
dari
14
d. Anggota dari kelompok lain juga mempelajari hal yang sama. Kelompok tersebut kita sebut dengan kelompok ahli yaitu ahli paru, ahli hati, ahli ginjal dan ahli kulit. e. Selanjutnya anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang dipelajarinya dan didiskusikan dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan pada temen sekelompoknya. f. Pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individual tentang materi belajar. g. Jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur skoring yang sama dengan STAD yaitu Tim dan individu yang mendapat skor tinggi mendapat pengakuan dalam lembar pengakuan mingguan.
& $ @ & $ @ & $ @ & $ @
& $ @
$
$
$
& $ @
@ @ @
& & & & $ @
& $ @
& $ @
Gambar 2.1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw
Keterangan: A = Klasikal B = Kelompok asal C = kelompok ahli
c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Jigsaw Ada beberapa manfaat menggunakan teknik jigsaw dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut:15
15
Carolyn Kessler, Cooperative Language…, h.137
15
Pertama, teknik jigsaw mendukung pendekatan komunikatif dalam pengajaran karena memberikan pengalaman belajar yang sangat interaktif. Namun yang lebih penting, dalam proses pembelajaran teknik jigsaw yaitu mendorong siswa untuk bekerja sama. Setiap anggota kelompok harus bekerja sama sebagai sebuah tim untuk mencapai tujuan bersama, serta terjadi saling ketergantungan. Siswa bisa berhasil sepenuhnya dengan bekerja sama secara kompak sebagai sebuah tim. Teknik jigsaw merupakan cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi. Kedua, meningkatkan motivasi siswa. Terkait dengan teknik ini, para siswa mampu mencapai keberhasilan dengan mengajukan pertanyaan, mengajar satu sama lain, dan membantu satu sama lain untuk mengajar dalam kelompoknya. Manfaat afektif kerja sama dalam kelompok adalah meningkatan motivasi siswa. Sebagai contoh, jika kinerja kelompok dan individu adalah komponen dari penilaian akhir, individu termotivasi untuk belajar tidak hanya materi tetapi juga untuk mendorong semua anggota kelompok untuk memahami dasar pengetahuan. Sehingga siswa akan ikut berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran. Ketiga, menumbuhkan kesenangan dalam pembelajaran. di dalam kelas konvensional ada kebosanan daripada dalam kelas jigsaw. Sehingga pengalaman belajar dapat berubah dari tugas membosankan menjadi sebuah tantangan yang menarik. Karena jigsaw menuntut siswa untuk lebih interaktif. Dalam kelas Jigsaw, manfaat tambahan untuk guru dan siswa adalah ketersediaan bahan belajar di berbagai tingkat kesulitan. Tehnik ini memungkinkan guru untuk menggunakan beberapa teks atau sumber-sumber informasi pada tingkat perbedaan kesulitan konseptual linguistik atau dalam satu kelas.16
16
Carolyn Kessler, Cooperative Language…, h.138
16
Adapun kelemahan teknik jigsaw menurut Roy Killen yang dikutip oleh Abdul Khalid dan kawan-kawan dalam makalanya yaitu:17 1. Prinsip utama metode pembelajaran ini adalah “peer teaching” yaitu pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan konsepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didikusikan bersama dengan kelompok lain. Oleh karena itu dibutuhkan pengawasan guru agar tidak terjadi misskonsepsi. 2. Dirasa
sulit
meyakinkan
siswa
untuk
mampu
berdiskusi
menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri. 3. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimilki oleh pendidik dan biasanya butuh waktu lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tesebut. 4. Awal penggunaan metode biasanya sulit dikendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini berjalan dengan baik. 5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan “team teaching” 3. Teknik Two Stay Two Stray a. Pengertian teknik TSTS Teknik TSTS dikembangkan oleh spencer kagan dan dapat digunakan bersama dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini dapat digunakan dalam semua tingkatan usia didik. Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan individu-individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lain. Padahal dalam
17
Abdul Khalid dkk. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. (Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2009), h. 13 diakses dari http://blog.unila.ac.id 11 Desember 2010
17
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya.18 Pembelajaran teknik TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.19
b. Langkah–langkah pembelajaran kooperatif dengan teknik TSTS Dalam buku karangan Trianto menyebutkan beberapa langkah pembelajaran kooperatif teknik TSTS, yaitu:20 1. Siswa dibagi menjadi kelompok berempat 2. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. 3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok lain. 4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ketamu mereka. 5. Tamu mohon diri dan kembali keklompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Dalam buku karangan Anita Lie menyebutkan beberapa langkah teknik two stay two stray, yaitu:21 1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
18
Anita Lie, Cooperatif Learning…, h. 60 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 93-94 20 Sugiyanto, Model-model Pembelajaran …, h.55 21 Anita Lie, Cooperative…, h. 62 19
18
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain. 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Dalam makalah Ahmad Noor Fatirul menyebutkan beberapa langkah pembelajaran Teknik TSTS 22 1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa. 2. Setelah selesai, 2 orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok. 3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. 4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. Tahapan pembelajaran TSTS sebagai berikut:23 1. Persiapan Dalam tahapan persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalh membuat RPP, membuat silabus dan penilaian, menyiapkan tugas siswa dan embagi siswa kedalam beberapa kelompok.
22
Ahmad Noor Fatirul, Cooperative Learning, Makalah, di akses dari trimanjuniarso.wordpress.com, h. 40, 25 November 2010 23 Muhammad Rosi Prayud Putra, Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray, Skripsi, (Jember: Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, 2010), h. 17 diakses dari http://www.scribd.com/doc/33879464/PTK, 4 Desember 2010
19
2. Presentasi guru Pada tahap ini guru menyaimpaikan indicator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 3. Kegiatan kelompok Pada kegiatan pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Kelompook kecil terdiri dari empat orang, dua orang bertugas menjadi tamu dan dua orang bertugsas menjadi penerima tamu. 4. Formalisasi Mempersentasikan hasil diskusi kelompok untuk didiskusikan dengan kelompok lain. Guru mengarahkan dan membahas hasil diskusi supaya tidak terjadi miss conception. 5. Evaluasi kelompok dan penghargaan Mengevaluasi untuk mengetahui seberapa besar kemmapuan siswa dalam
memahami
materi
yang
telah
diperoleh
dengan
mengguanakan metode pembelajaran teknik TSTS. Kemudian masing-masing siswa
diberi
kuis
dan dilanjutkan dengan
memberikan penghargaan kepada kelompk yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi.
c. Kelebihan dan Kelemahan teknik TSTS Pembelajaran kooperatfi teknik Two Stay Two Stray memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. 24 Kelebihan TSTS adalah sebagai berikut: 1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan 2. Kecendrungan belajar siswa menjadi lebih bermakna 3. Membantu meningkatkan minat dan prestasi siswa
24
Muhammad Rosi Prayud Putra, Meningkatkan Keterampilan Menyimak…..h. 18
20
Adapun kelemahan atau kekurangan TSTS adalah sebagai berikut: 1. Membutuhkan waktu yang lama 2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok 3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan 4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
4. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Kata “belajar” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “ajar” dan mendapat imbuhan “ber-“ menjadi belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang paling fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.25 Dalam buku psikologi karangan Zikri Neni Iska mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.26 Menurut Hilgard yang dikutip oleh Nasution mengatakan bahwa: “Learning is the proses by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory or in natural environment) as distinguished from changes by factor not atributable to training” yang mengandung pengertian bahwa belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Edisi revisi, 2004), h. 89 26 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), h. 76
21
(apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar.27 Sementara menurut W. S. Winkel dalam Max Darsono yang dikutip oleh Ika Nurul Fattakhul Janah dalam skripsinya mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.
28
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
belajar mengakubatkan perubahan dalam berbagai aspek. Menurut Skinner belajar adalah suatu perubahan prilaku (behaviorisme), pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila tidak melakukan aktifitas belajar maka respon terhadap stimulus akan menurun.
b. Pengertian Hasil Belajar Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotorik.29 Ranah kognitif yaitu hasil belajar berdasarkan pemahaman konsep. Ranah afektif yaitu hasil belajar
27
Nasution, Didaktik Dasar-dasar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 35 Ika Nurul Fattakhul Janah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan Ctl ( Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006, (Skripsi, Semarang: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika, 2006), h. 6. diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/hashe307.dir/doc.pdf, 1 Oktober 2010 29 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 117 28
22
berdasarkan sikap dan ranah psikomotorik yaitu hasil belajar berdasarkan keterampilan/skill.
1. Ranah Kognitif Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh Bloom dan kawan-kawan dikategorikan lebih rinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni: hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).30 Hafalan (C1) jenjang hafalan (ingatan) meliputi kemampuan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajarinya. Pemahaman (C2) jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis
atau
sebaliknya,
meramalkan
berdasarkan
kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi), serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Penerapan (C3) yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan
menerapkan
prinsip,
aturan,
metode
yang
dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. Analisis (C4) jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang
dihadapi
menjadi
komponen-komponennya
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas. Sintesis (C5) yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagianbagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya merencanakan eksperimen, menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman), menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek, 30
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 15-17
23
peristiwa, dan informasi lainnya. Evaluasi (C6) kemampuan pada jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.
2. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, yang meliputi penerimaan (receiving), sambutan (responding), menilai (valuing), organisasi (organization) dan karakterisasi.31
3. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak,32 terdiri atas persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, dan krativitas.
Ketiga ranah tersebut sangat penting dilakukan evaluasi. Adapun tujuan adalah antara lain sebagai berikut: 33 1. Bagi siswa, a) Memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan sebagai pemandu dalam belajar yang selanjutnya, b) Memberikan motivasi dalam belajar, c) Membangun kepercayaan diri. 2. Bagi guru, a) Mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dalam pembelajaran, b) Memberikan informasi tentang kekmampuan, kebutuhan dan kesenangan siswa, c) Membandingkan kemajuan siswa dengan siswa yang lain, dan d) Melaporkan kepada orang
31
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h. 29-30. 32 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …, h. 30. 33 Ityanu Rahmatin, Pengaruh Pembelajaran Active Learning Metode Rotating Trio Exchange Terhadap Hasil Belajar Biologi, skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2009), h. 29-30. Tidak dipublikasikan
24
tua siswa, administrasi sekolah dan lembaga-lembaga yang memerlukannya. 3. Bagi orang tua, a) Memberikan informasi tentang perkembangan siswa dan b) Membantu dalam pembimbingan belajar dirumah. 4. Bagi sekolah, a) Memberikan informasi yang benar untuk mengevaluasi pembelajaran individu siswa, kelas dan sekolah, b) Membandingkan level prestasi siswa dalam skala nasional ataupun apapun. Menurut Howard Kingsley dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar mengajar mengatakan bahwa ada tiga macam hasil belajar yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan, 2)pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne dalam buku yang sama mengatakan bahwa ada lima tipe belajar yaitu: 1) verbal information, 2) intelektual skill, 3) cognitive strategy, 4) attitude, dan 5) motor skill. 34
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Kegiatan belajar mengajar siswa tekadang mengalami kesulitankesulitan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Berhasil atau tidak seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut yaitu: 1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar). Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah:
34
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), h. 45-46
25
a. Faktor Psikologis, Terdiri dari: bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognisi.35 Bakat adalah kemampuan untuk belajar.36 Menurut Sumardi Suryabrata yang dikutip oleh Ityanu Rahmatin Bakat adalah kualitas yang hanya dapat diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.37 Bakat baru akan tereralisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui belajar dan berlatih. Minat secara sederhana berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
38
Minat (interest) menurut psikologi adalah
kecendrungan untuk slalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang kepada sesuatu itu. Minat memiliki perasaan penting dalam kehidupan manusia karena sikap yang ditunjukkan oleh setiap individu itu dipengaruhi oleh minat yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut. Begitupun dengan kondisi belajar mengajar akan efektif jika ada minat dalam diri siswa yang belajar, sebab dengan adanya minat maka siswa tersebut akan melakukan sesuatu yang dimiliki olehnya. Misalnya, siswa yang menaruh minat terhadap pelajaran biologi, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang biologi.
35
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 89 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), cet I, h. 27 37 Ityanu Rahmatin, Pengaruh Pembelajaran Active Learning..., h. 30-31. tidak dipublikasikan 38 Muhibinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 133 36
26
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.39 Sedangkan IQ adalah alat tes ukur inteligensi.40 Orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi, umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik, sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan mengalami kesukaran dalam belajar. Bila seseorang memiliki intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses disbanding dengan orang yang memiliki “IQ” rendah. Motivasi berasal dari kata dasar motif. Menurut Suardiman motif diartikan sebagai
daya
upaya
yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Menurut Suardiman yang dikutip oleh Zikri Neni Iska motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Sedangkan motivasi dalam belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menjamin kelangsungan kegiatan bwelajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar.41
39
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1998), h. 52 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 94 41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 40 40
27
b. Faktor fisiologi Faktor-faktor
fisiologis
adalah
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
42
Misalnya kesehatan baik
kesehatan rohani maupun kesehatan jasmani. Kesehatan jasmani dan kesehatan rohani berpengaruh terhadap hasil belajar. Jika seseorang kesehatan jasmaninya misalnya pilek, demam, sakit gigi maka akan mengganggu konsentrasi belajarnya. Kesehatan rohani misalnya mengalami gangguan pikiran perasaan kecewa terhadap lawan jenis lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar). Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.43 Keluarga mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Perhatian, kasih sayang dan ekonomi keluarga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Sarana, prasarana, guru serta kurikulum sekolah juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Guru yang mempunyai metode mengajar yang kreatif, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak dan lain sebagainya. Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak44. Masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Jika lingkungannya baik maka akan baik pula belajar anak tersebut. Misalnya, jika anak bergaul dengan lingkungan yang tidak sekolah maka anak tersebut akan terbawa 42
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 85 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka, 2007), h. 59-60. 44 M. Dalyono, Psikologi…, h. 131 43
28
untuk malas sekolah tetapi jika anak bergaul dengan lingkungan pelajar dan rajin belajar maka anak tersebut akan terbawa atau terpengaruh juga.
d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar 1) Tujuan Belajar Dalam buku psikologi pendidikan ada beberapa tujuan belajar yaitu:45
Belajar adalah suatu usaha
Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku .
Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjaid baik misalnya kebiasaan merokok.
Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang dan sebagainya.
Belajar bertujuan uttuk mengubah keterampilan.
Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
2) Tujuan Penilaian Hasil Belajar a) Tujuan Umum
Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
Memperbaiki proses pembelajaran
Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
b) Tujuan Khusus
Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
Mendiagnosis kesulitan belajar
Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar penentuan kenaikan kelas
45
M. Dalyono, Psikologi…, h. 49-50
29
Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri
dan merangsang untuk melakukan usaha
perbaikan. c) Fungsi Penilaian Hasil Belajar Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut:
Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
e. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut: 1. Valid/sahih Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan
menggunakan
alat
yang
sesuai
untuk
mengukur
kompetensi. 2. Objektif Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan hubungan emosional. 3. Transparan/terbuka Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan.
30
4. Adil Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. 5. Terpadu Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. Bermakna Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua serta masyarakat 8. Sistematis Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 9. Akuntabel Penilaian
hasil
belajar
oleh
pendidik
dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10. Beracuan criteria Keberhasilan belajar menurut Yustini Yusuf dan Mariani Natalia dalam jurnal mengatakan bahwa keberhasilan proses dan keberhasilan belajar dikelas dipengaruhi antara lain oleh guru dan siswa. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru
31
berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar.46
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Suprapto Mukti Nugroho dalam jurnalnya yang berjudul ” Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004” mendapatkan hasil penelitian bahwa implementasi (penerapan)
remedial
teaching dengan teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.47 Yuli Purwanti Hasanah dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Unggaran” mendapatkan kesimpulan bahwa diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test kelompok A sebesar 45,714 dan kelompok B sebesar 44,315. Hasil uji-t diperoleh t hitung = - 0,85 < t tabel = 1,99. Hal ini berarti bahwa antara kelompok A dan kelompok B mempunyai kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi pokok klasifikasi makhluk hidup sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post-test kelompok A sebesar 69,01 dan kelompok B sebesar 64,14. Hasil uji-t data posttest diperoleh t hitung = 3,31 > t tabel = 2,88. Dengan demikian penerapan pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif
diterapkan pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup dibandingkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. 48
46
Yustini Yusuf dan Mariana Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekanbaru, laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan MIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru Jurnal Biogenesis Vol.2(1):8-11, 2005 47 Nugroho, Suprapto Mukti. Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, h. 49 48 Yuli Purwanti Hasanah. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatfi Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Popok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Unggaran, skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2007). Dipublikasikan. Diakses dari http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf, 6 November 2010
32
EFI
dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi
Antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD” mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD, dengan nilai ratarata (mean) gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIIIC yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD.49 Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi Di SMPN 2 Cimalaka” mendapatkan hasil penelitian bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh hasil tes siswa sudah memenuhi ketuntasan belajar dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 89,74% dan adanya peningkatan skor post tes siswa dibandingkan dengan pre tes dengan perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan adanya peningkatan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan skor gain ternormalisasi pembelajaran ini mempunyai nilai 0,44 yang tergolong kategori efektivitas sedang. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dikembangkan pada penelitian ini cukup efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran Biologi setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada konsep Reproduksi Vegetatif Alami Tumbuhan.50 49
Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar melalui Pendekatan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. .(skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2007). Dipublikasikan. Diakses dari http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf, 2 November 2010 50 Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi Di Smpn 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 13 No. 1 April 2009. h. 15. diakses dari
33
Aceng Haetami dan Supriadi dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Jigsaw
Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan” mendapatkan hasil penelitian bahwa maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat: (1) meningkatkan aktivitas belajar siswaa untuk setiap siklus : Siklus I (rerata = 65,1 %) dan Siklus II (Rerata = 89,0 %) ; (2) meningkatkan hasil belajar kimia siswa yang ditandai dengan : (a) meningkatnya rerata hasil belajar Kimia dari Siklus I (rerata 86,4) menjadi Siklus II (Rerata = 90,1) ; (b) meningkatnya jumlah siswa yang bernilai ≥ 70,37 (KKM) dari Siklus I (76,47 %) menjadi Siklus II (94,12 %). Tuntas tercapai setelah siklus II.51 Bahriyatul Azizah dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas II Man Suruh” mendapatkan kesimpulan bahwa rata-rata hasil pre test kelompok eksperimen sebesar 4,23 dan kelompok kontrol sebesar 4,11. Hasil uji t diperoleh thitung = 0,595 < ttabel = 1.99. Hal ini berarti bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi pokok bahasan jurnal khusus sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post test kelompok eksperimen sebesar 6,84 dan kelompok kontrol sebesar 6,04. hasil uji t data post test diperoleh thitung = 4,639 > ttabel = 1,99. hal ini berarti ada perbedaan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal khusus antara metode kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.52
51
Aceng Haetami dan Supriadi. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Diakses dari http://jurnal.unhalu.ac.id.pdf, 30 oktober 2010 52 Bahriyatul Azizah. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
34
Hariyatmi, Eli Herowati, dan Djumadi dalam penelitianya yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Semester II Smp Negeri 2 Kebakkramat
Kabupaten
Karanganyar
Tahun
Ajaran
2004/2005
Menggunakan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan STAD (Student Teams Achievement Division)” mendapat kesimpulan bahwa perbedaan hasil belajar biologi yang diperoleh dengan menggunakan strategi pembelajaran jigsaw yaitu aspek kognitif sebesar 69,9, aspek afektif sebesar 92 dan aspek psikomotor sebesar 88, sedangkan hasil belajar biologi yang diperoleh dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD yaitu aspek kognitif sebesar 66,4, aspek afektif sebesar 90 dan aspek psikomotor sebesar 86, dan strategi pembelajaran jigsaw lebih tinggi dalam pencapaian hasil belajar biologi dari pada strategi pembelajaran STAD.53 Devi Kusmiyati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model Kooperatif Learning Teknik Two Stay Two Stray pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil belajar Biologi (eksperimen di SMA Jami’iyyah Islamiyah, Pondok Aren) mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara mean kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan hasil uji hipotesis menggunakan perhitungan uji “t” sehingga Ha yang menyatakan terdapat pengaruh
yang signifikan
model pembelajaran
Cooperatif Learning teknik Two stay Two Stray terintegrasi nilai terhadap hasil belajar biologi siswa diterima.54 Tia Karina dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tingga Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Siswa Kelas Ii Man Suruh. skripsi, (Semarang: UNES, 2006). Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0110/00a3183e.dir/doc.pdf , 30 oktober 2010 53 Hariyatmi, dkk., “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Semester II Smp Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2004/2005 Menggunakan Strategi Pembelajaran JIGSAW DAN STAD (Student Teams Achievement Division). MIPA, Vol. 17, No. 1, Januari 2007: 17–32. diakses dari http://eprints.ums.ac.id/1248/1/3._HARIYATMI.pdf, 8 oktober 2010 54 Devi Kusmiyati, Pengaruh Model Kooperatif Learning Teknik Two Stay Two Stray pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil belajar Biologi, skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, ), Tidak dipublikasikan
35
Pada Konsep Cahaya (PTK di MTS Pembangunan UIN Jakarta) mendapat kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray dengan pendekatan nilai untuk meningkatkan hasil belajar siswa memberikan dampak positif dalam pembelajaran berupa peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan.55 Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan Two Stay Two Stray (TSTS) masing-masing memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa karena bersifat student center. Namun dari berbagai penelitian tersebut menyatakan bahwa teknik jigsaw lebih baik dari teknik STAD pada konsep tertentu.
C. Kerangka Pikir Belajar merupakan proses perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Belajar pada dasarnya merupakan pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid. Sedangkan pembelajaran biologi mempunyai tujuan agar siswa dapat menguasai konsep-konsep sains. Hal ini berarti bahwa pendidikan sains harus menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep sains, melainkan harus menjadikan siswa berpikir, bersikap dan bertindak berdasarkan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsip sains. Dari proses belajar yang selama ini dilakukan disekolah yang menggunakan metode konvensional membuat pemahaman siswa kurang. Sehingga hasil belajar yang didapat tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penentu hasil belajar salah satunya adalah strategi yang digunakan oleh guru. Strategi belajar membuat siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Strategi memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami makna atau materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru harus direncanakan secara matang. Strategi pembelajaran 55
Tia Karina, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tingga Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya (PTK di MTS Pembangunan UIN Jakarta), skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). Tidak dipublikasikan
36
dapat
mengguakan
metode
pembelajaran
yang
bervariasi
sehingga
menciptakan kelas yang lebih interaktif dan dinamis. Metode pembelajaran dapat mengoptimalkan proses belajar sehingga tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai dapat tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, seorang guru harus menggunakan metode yang tepat sebagai upaya mencapai keberhasilan pembelajaran. Metode
belajar
harus
membuat
siswa
aktif
dalam
proses
pembelajarannya, karena keaktifan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar. Selain itu, metode belajar harus dapat memfasilitasi siswa untuk berhasil mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Karena metode belajar melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang bersifat menantang dan sekaligus menyenangkan. Dengan demikian, metode belajar dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan beban psikologis siswa, sehingga akan mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar mengajar di kelas. Pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajarannya harus terjadi interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa, materi pembelajaran, dan lingkungan) Situasi ini dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran. Kriteria model belajar tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Cooverative Learning merupakan pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling bekerja sama dan saling menghargai. Pembelajaran kooperatif banyak sekali tekniknya diantaranya adalah Jigsaw dan Two Stay Two Stary. Dalam kedua teknik tersebut siswa dituntut untuk kerjasama dan berbagi informasi. Dalam teknik jigsaw kelompok terdiri 5-6 orang dan
dibagi
menjadi dua bagian yaitu kelompok ahli dan kelompok asal. Sedangkan teknik Two Stay Two Stray terdiri dari 4 orang dua diantaranya bertugas menjadi tamu dan dua diantaranya bertugas menjadi tuan rumah. Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan bahwa teknik jigsaw dan Two Stay Two Stray (TSTS) masing-masing
37
memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa karena bersifat student center. Tetapi dari penelitian diatas menyebutkan bahwa teknik jigsaw lebih baik daripada teknik TSTS. Oleh Karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih meningkat digunakan kedua teknik ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari kedua teknik ini.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan TSTS terhadap hasil belajar pada konsep ekosistem, dengan hasil penelitian penggunaan metode kooperatif teknik jigsaw lebih baik dibandingkan tipe Two Stay Two Stray (TSTS)”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs PUI yang bertempat di Jalan Pahlawan No. 57 Bogor Selatan dan waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap ajaran 2010/2011.
B. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu metode yang menguji sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independen (misalnya perlakuan, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tersebut. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group pre test pos test disajikan sebagai berikut:1
Tabel 3.1. Desain penelitian Kelas
Pretes
Perlakuan
Postest
Kelas Jigsaw
O
X1
O
Kelas TSTS
O
X2
O
Keterangan: O : Tes awal dan tes akhir untuk kelas jigsaw dan TSTS X1 : Perlakuan dengan teknik jigsaw X2 : Perlakuan dengan teknik TSTS
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi ialah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.2 Populasi target pada 1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 186
38
39
penelitian ini adalah seluruh siswa MTs PUI Bogor, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VII MTs PUI Bogor. 2. Sampel Sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi3. Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Purposive Sampling (sampel yang bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu
4
yaitu untuk mencari kelas yang
homogen. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 2 kelas dipilih berdasarkan pertimbangan guru karena siswa kelas VII-1 dan VII-2 mempunyai kemampuan yang beragam mulai dari rendah, sedang dan tinggi. Dan kelas VII-1 sebagai kelas jigsaw sebanyak 35 siswa, dan kelas VII-2 sebagai kelas TSTS sebanyak 35 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka penulis menggunakan instrumen tes berupa hasil belajar biologi berupa tes (tes pretes dan pos tes) dan non test (observasi atau pengamatan). Teknik pengumpulan data terdiri atas variabel penelitian, sumber data, serta prosedur pelaksanaan teknik Jigsaw dan TSTS. 1. Variabel Penenlitian Variabel menurut Anas Sudjiono adalah gejala yang dapat diubahubah.5 Berdasarkan judul yang diambil, maka terdapat variabel-variabel penelitian sebagai berikut: Variabel bebas (X) = Model Pembelajaran Kooperatif teknik jigsaw dan Two Stay Two Stray Variabel terikat (Y) = Hasil belajar Biologi siswa
2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 116 3 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian…, h. 119 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Satu Pendekatan Praktek), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 12, h. 109 5 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 36
40
2. Sumber Data Sumber data akan diperoleh dari data berupa skor tes hasl belajar Biologi yang dilakukan dengan pre test dan pos test pada konsep ekosistem dan melalui lembar observasi tentang pengamatan observer terhadap pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan TSTS.
E. Instrumen Penelitian 1. Tes Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.6 Tes disini dimaksudkan untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes yang digunakan adalah tes kognitif sebanyak 40 soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sub Konsep Komponen penyusun ekosistem Satuan-satuan dalam ekosistem Hubungan antar komponen ekosistem Pola-pola interaksi dalam ekosistem
C1 10*, 11*, 38*, 4, 3 1, 2, 30* 23*, 34*, 37* 20*, 21
Jenjang C2 6*, 9, 12, 40*, 31*, 33* 5, 7*, 8, 32 13*, 14, 22*, 24*, 25*, 26, 27*, 29*, 36, 39* 17*, 18, 19*, 35
Jumlah C4 11 7 15*, 16*, 28*
18
6
Keterangan: C1 : Ingatan (recalling) C2 : Pemahaman (comprehension) C3: penerapan (application) C4 : analisis (analysis) atau sintesis (syntesis)7
Nomor soal yang bertanda bintang (*) adalah nomor soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
6
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakrta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 142 7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 117 - 119
41
2. Lembar Observasi Obervasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.8 Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilaksanakan. Lembar observasi ini berkaitan dengan aktivitas atau kegiatan selama pembelajaran. Observasi ini akan dibantu oleh dua orang observer.
F. Kalibrasi Instrumen 1. Uji Validitas Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.9 Dengan kata lain validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.10 Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi adalah tes objektif, maka pengujian validitas menggunakan rumus korelasi point biseral dengan rumus sebagai berikut:
rpbis=
Mp Mt P SDt Q
Keterangan: rpbis
: Korelasi point biseral
Mp
: Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peseta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
: Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt
: Standar deviasi dari skor
P
: Proporsi test yang menjawab betul terhadap item yang sedang diuji validitas itemnya
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 220 9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 2009), h. 12 10 Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 287
42
Q
: Proporsi test yang menjawab salah terhadap item yang sedang diuji validitas itemnya
Kriteria pengujian: Jika r tabel > r hitung = soal tidak valid Jika r tabel < r hitung = soal valid Berdasarkan hasil perhitungan anates, diperoleh data bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 30 soal yang dinyatakan valid dan 10 soal yang yang tidak valid. Butir-butir soal yang valid tersebut adalah soal nomor 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 37, 38, 39, dan 40. Sedangkan butir soal yang tidak valid tersebut adalah 2, 4, 5, 9, 12, 18, 21, 32, 35 dan 36. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarktan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.11
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.12 Uji ini dilakukan dengan rumus Kuder Richadson atau yang dikenal dengan KR-20 yaitu:13
2 n St PiQi St n 1
rII = Keterangan: rII : Koefisien reabilitas tes n
: Banyaknya butri soal
St² : Varian total P
: proporsi tes yang menjawab benar
Q
: Proporsi test yang menjawab salah
PiQi: Jumlah dari hasil perkalian antara P dan Q 11
Lampiran 8 h. 142 Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, h. 16 13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 100-101 12
43
Dari hasil uji coba butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh reliabilitasnya adalah 0,77 termasuk dalam kriteria tinggi.
3. Taraf Kesukaran Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah atau sukar, digunakan rumus:14
I
B N
Keterangan: I
: Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab benar
N : Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud
dengan
ketentuan: Antara 0,00-0,30 Antara 0,31-0,71 Antara 0,71-1,00
Taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan model Anates. Berdasarkan perhitungan diperoleh soal kategori sedang berjumlah 23 yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 13, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39, soal kategori mudah berjumlah 8 yaitu nomor 11, 16, 17, 22, 24, 25, 27, dan 40, soal kategori sangat mudah berjumlah 6 yaitu nomor 1, 2, 3, 8, 12, dan 14, soal kategori sukar berjumlah 2 yaitu nomor 10 dan 15, soal kategori sangat sukar berjumlah 1 yaitu nomor 9.15
4. Daya Pembeda Soal Analisis daya pembeda menguji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah
14
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 103 15 Lampiran 8 h. 142
44
prestasinya). Cara menghitung daya pembeda dengan mengunakan rumus sebagai berikut: 16 D
Ba Bb Pa - Pb Ja Jb
Keterangan: D
: Daya pembeda
Ba : Kelas atas yang menjawab benar Bb : Kelas bawah yang menjawab benar Ja : Banyaknya siswa kelas atas Jb : Banyaknya siswa kelas bawah
Dengan ketentuan: 0,00-0,20: buruk 0,21-0,40: cukup 0,41-0,70: baik 0,71-1,00: baik sekali Dalam penelitian ini, daya pembeda masing-masing butir soal dihitung dengan Anates. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil daya
pembeda
terendah sebesar -0,11 dalam kategori buruk dan tertinggi sebesar 01,00 termasuk dalam kategori baik sekali.17
G. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Untuk mengetahui datanya terditribusi normal atau tidak maka digunakan lilieffors. Langkah-langkahnya sebagai berikut:18 a. Hipotesis b. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar c. Hitung nilai Z, dari masing-masing data berikut rumusnya:
Zi
Xi - X S
d. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z 16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, h. 213-214 Lampiran 8 h. 142 18 Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), h. 466 17
45
e. Hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih kecil atau saa dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka:
S Zi
banyaknyaZi, Z2,...,Zn yang Zt n
f. Hitung selisih f(Zi) – s(Zi), kemudian tentukan harga mutlak. g. Ambil harga L hitung yang paling besar kemudian bandingkan dengan nilai L tabel dari data tabel Liliefors. h. Tentukan kriteria pengujian Jika L hitung < L tabel, maka data tersebut terdistribusi normal Jika L hitung > L tab, maka data tersebut berdistribusi tidak normal
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui populasi data yang homogen atau tidak menggunakan uji fisher dengan rumus:19 F
S12 Variansterbesar n X 2 ( X ) 2 2 , di mana S Variansterkecil n( N 1) S22
Keterangan: F = Uji Fisher S1 = Variansi Terbesar S2 = variansi Terkecil
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis 2. Bagi data menjadi dua kelompok 3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya 4. Tentukan F hitung 5. Tentukan kriteria pengujian Jika Fhit < Ftab maka data tersebut homogen Jika Fhit > Ftab maka tersebut tidak homogen
19
HET Ruseefendi, Statistik Dasar untuk Pelatihan Pendidikan, (Bandung: CV Andira, 1998), h.295
46
3. Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelaaran kooperatif teknik jigsaw dan TSTS. Uji hipotesis ini digunakan untuk melihat perbedaan hasil tes siswa dari kelas jigsaw dan kelas TSTS. Apabila data homogen dan berdistribusi normal maka uji yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus “t” test. “t” test adalah satu tes statistik yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa di antara dua buah Mean Sampel yang diambil tidak terdapat perbedaan yang signifikan.20 Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunaan rumus uji t. yaitu:21
keterangan : to = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok Mx = Mean kelompok perlakuan teknik jigsaw My = Mean kelompok perlakuan teknik TSTS x
= Deviasi setiap x2 dari X1
y
= Deviasi setiap y2 dari mean Y1
Nx = Jumlah siswa kelompok Jigsaw Ny = Jumlah siswa kelompok TSTS
Kriteria Hipotesis, jika : to ≥ t-tabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak to ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi α 0,05 Namun, apabila data tidak homogen dan tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametrik Man-Whitney.22
20
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. grafindo Pesada, 2007), h.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 280
278
47
Adapun langkah-langkah pengujian hipitesis sebagai berikut: a) Rumuskan Hipotesis Ho, µa = µb Ha, µa ≠ µb µa : Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw µb : Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS b) Tentukan Uji Statistik23
t
X1 X 2 1 1 S n1 n2
X1 Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
X 2 Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS c) Tentukan Kriteria Pengujian Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan antara t hitung dan tabel. d) Lakukan Pengambilan Kesimpulan Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata: 1) Jika t Hitung ≤ t Tabel, maka Ho diterima 2) Jika t Hitung ≥ t Tabel, maka Ho ditolak
4. N-Gain Menurut Meltzer untuk mengetahui peningkatan skor pretes dan postes menggunakan rumus Normalized Gain. 22 23
HET Ruseefendi, Statistik Dasar…, h. 398 HET Ruseefendi, Statistik Dasar…, h. 315-316
48
N-Gain =
(skor posttest skor pretest) (skorideal skorpretest )
Menurut Hake Gain skor ternormalisasi menunjukan tingkat efektivitas perlakuan dari pada perolehan skor atau postes. Terdapat tiga kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi: g-tinggi : nilai (
)>0,7 g-sedang: nilai 0,7 e”()e”0,3 g-rendah : nilai ()<0,3
H. Hipotesis Statistik Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: Ho, µa = µb Ha, µa ≠ µb Keterangan: Ho
: Tidak terdapat perbedaan antara kelas jigsaw dan TSTS.
Ha
: Terdapat perbedaan antara kelas jigsaw dan TSTS.
µa
: Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw
µb
: Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest, posttest, dan nilai N-Gain dari kedua kelas. Gambaran tentang data-data ini meliputi nilai rata-rata, median, modus, dan nilai deviasi standar. Deskripsi data hasil pretest kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat pada table 4.1: Tabel 4. 1 Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Skor Minimal
12
16
Skor Maksimal
52
56
Mean
35,2
39,6
Median
55,6
45,25
Modus
26,48
34,75
Standar Deviasi
12,1
12,35
2. Deskripsi Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS Deskripsi data hasil posttest kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat pada tabel 4.2: Tabel 4. 2 Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Skor Minimal
52
40
Skor Maksimal
92
80
Mean
72,8
67
Median
74,49
74,5
49
50
Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Modus
70,1
30,75
Standar Deviasi
11,43
11,42
3. Deskripsi Normal Gain Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw normal gain terendah adalah sebesar 0.37 dan normal gain tertinggi adalah sebesar 0.87 dengan rata-rata sebesar 0.59 dan standar deviasi 0.12 Data yang ditunjukkan dari perhitungan kelas Jigsaw termasuk dalam kategori sedang. Pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Two Stay Two Stray normal gain terendah adalah sebesar 0.28 dan normal gain tertinggi adalah sebesar 0.7 dengan rata-rata sebesar 0.46 dan standar deviasi 0.09. Data yang ditunjukkan dari hasil perhitungan, kelas Two Stay Two Stray termasuk dalam kategori sedang. Normal gain tertinggi terdapat pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw normal gain terendah terdapat pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Two Stay Two Stray. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh skor normal gain pada kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat pada tabel 4.3: Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain Normal Gain
Kelas Jigsaw
Kelas TSTS
Terendah
0.37
0.28
Tertinggi
0.87
0.7
Rata-rata
0.59
0.46
Standar Deviasi
0.12
0.09
Kategori
Gain sedang
Gain sedang
51
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, setelah dilakukan pengolahan data diperoleh normalitas pretest dan posttest untuk kelas JIGSAW dan TSTS. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila kriteria Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.Uji normalitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran.1 Hasil dari perhitungan normalitas yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas Jigsaw Lo (Lhitung)
Α 0.05
Pretest
Posttest
0.0857
0.0993
Ltabel
Kesimpulan
0.1497
Ho diterima
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada kelas Jigsaw, diperoleh Lo (Lhitung) pretest sebesar 0.0857 dan Lo (Lhitung) posttest 0.0993, dengan jumlah sampel sebanyak 35 siswa dan pada taraf signifikasi 0.05, maka Ltabel sebesar 0.1497. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Lo pretest dan posttest lebih kecil dari L tabel atau Lhitung < Ltabel, yaitu 0.0857 dan 0.0993< 0.1497, maka hipotesis nol (Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas Jigsaw berdistribusi normal. Hasil dari perhitungan normalitas kelas TSTS yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.5:
1
lampiran 11, h. 153
52
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TSTS Lo (Lhitung)
Α 0.05
Pretest
Posttest
0.0857
0.0657
Ltabel
Kesimpulan
0.1497
Ho diterima
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada kelas TSTS diperoleh Lo (Lhitung) pretest sebesar 0.0857dan Lo (Lhitung) posttest sebesar 0.0657, dengan jumlah sampel sebanyak 35 siswa dan pada taraf signifikasi 0.05, maka Ltabel sebesar 0.1497. Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Lo pretest dan postest lebih kecil nilainya dibandingkan dengan L tabel atau Lhitung < Ltabel, yaitu 0.0857dan 0.0657< 0.1497, maka hipotesis nol (Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas TSTS berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk melihat perbedaan skor siswa yang menggunakan teknik Jigsaw dan yang menggunakan teknik Two Stay Two Stray. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan Uji Fisher. Untuk pengujian homogenitas terhadap kedua data yang menggunakan uji Fisher disajikan pada lampiran.2. Hasil yang diperoleh dari perhitungan uji homogenitas adalah sebagai berikut : Fhitung pretest kedua kelas
= 1.04
Fhitung postest kedua kelas
= 1.0015
Ftabel
= 1.74 Dari data di atas, dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel, maka hipotesis
nol (Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6:
2
lampiran 12, h.157
53
Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas Α
N
0.05
70
Fhitung Pretest
Posttest
1.04
1.0015
Ftabel
Kesimpulan
1.74
Ho diterima
3. Uji Hipotesis Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. untuk menentukan nilai thitung digunakan rumus berikut ini.
t
1 2 1 1 S n1 n2
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, maka didapat hasil sebagai berikut: thitung
= 4.44
ttabel
= 2.000 (α = 0.05 / 5%) Karena thitung > ttabel, maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum menggunakan metode pembelajaran dengan Jigsaw dan TSTS pada pelajaran IPA–Biologi konsep sistem ekosistem. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7: Tabel 4. 7 Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test” Kelompok Eksperimen Jigsaw dan TSTS Kelompok
Jumlah
Dk
Eksperimen
_
thitung
ttabel
Keputusan
4.44
2.00
Ha
x N-gain
Jigsaw
35
TSTS
35
68
0.59 0.46
diterima
54
Dari hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar 24.443, dengan dk (derajat kebebasan) sebesar 68 (35 + 35 – 2) tidak ada pada tabel sehingga menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh ttabel pada taraf signifikansi 0.05 sebesar 2.00.4 Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen Jigsaw dan TSTS thitung > ttabel (4.44 > 2.00). Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik Two Stay Two Stray.
4. Hasil Lembar Observasi Rekap data hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang observer dengan melihat apakah setiap tahapan dari setiap metode dilakukan oleh peneliti benar dan sesuai atau tidak
dengan tahapan masing–masing
metode tersebut. Hasil dari observasi yang dilakukan pada teknik jigsaw yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu pembentukan kelompok, pembagian materi, diskusi kelompok, membagi informasi dan evaluasi. Pada tahap pembagian materi siswa terlihat antusias untuk berkumpul dengan kelompok ahli masing-masing. Penerapan teknik jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan sebanyak 3 pertemuan, pada pertemuan pertama penerapan teknik jigsaw berdasarkan pengamatan (observasi) suasana kelas terlihat kurang kondusif hal ini terlihat dari alokasi waktu yang belum sesuai rencana belajar, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan, memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok. Pada penerapan teknik jigsaw pertemuan kedua dan ketiga pelaksanaan pembelajaran dengan teknik jigsaw suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari 3 4
lampiran 15, h. 164-165 ibid
55
pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan, yaitu dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dalam diskusi, baik mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai teman dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam kelompoknya. Pada tahapan diskusi kelompok ahli disini terlihat peran guru untuk membantu mereka, disini terjadi berbagi informasi. Pada tahap presentasi dan evaluasi terlihat kelompok ahli mana yang menyampaikan informasi secara benar serta terlihat kelompok terbaik sementara. Ketika eksperimen yang pertama siswa tidak terlalu antusias dengan teknik yang diberikan pada proses pembelajaran, setelah pertemuan selanjutnya baru terlihat antusias siswa. Begitu juga dengan hasil observasi yang dilakukan pada teknik TSTS yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu sharing dengan kelompok, berbagi informasi, kembali kekelompok asal, diskusi dengan kelompok asal. Pada awal penelitian, siswa yang menjadi sampel merasa kebingungan dengan adanya suatu teknik pembelajaran yang tidak biasa mereka dapatkan, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan dapat menyesuaikan diri dengan teknik ini. Penerapan teknik jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan sebanyak 3 pertemuan. Pada tahapan berbagi informasi misalnya, siswa terlihat antusias untuk menjalankan peran mereka masing-masing. Siswa yang bertugas menjadi tamu berperan seolah mereka bertamu kerumah orang secara sopan dan beradab. Siswa mengetuk pintu kemudian mengucapkan salam begitu juga sebaliknya, siswa yang berperan menjadi tuan rumah berperan seolah mereka tuan rumah sebenarnya. Pertukaran informasi terjadi pada tahap ini. Kemudian informasi yang didapatkan tersebut dibagikan kembali kekelompok
masing-masing
untuk
didiskusikan.
Kerjasama
kelompok, rasa percaya diri dan bimbingan dari guru muncul.
antar
56
Hasil dari lembar observasi yang diisi oleh observer tersebut, dapat disimpulkan hasilnya adalah peneliti telah menjalankan masing–masing metode sesuai dengan tahapannya dengan benar. Hasil pengamatan observer terhadap kedua kelas tersebut, yaitu pada kelas jigsaw menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses belajar baik dan aktif. Sedangkan pada kelas TSTS sikap siswa cukup baik dan cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang diajarkan melalui teknik Jigsaw dengan teknik Two Stay Two Stray, yaitu bahwa hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui teknik Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik Two Stay Two Stray. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya memahami materi secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok Two Stay Two Stray tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama. Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan termotivasi untuk meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan.
57
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran model cooperative learning teknik Jigsaw dan TSTS di MTs PUI Bogor. Penelitian ini dilakukakan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen, yaitu kelas VII-I berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik Jigsaw, dan kelas VII-II berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik TSTS. Guru yang berperan sebagai fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen jigsaw dan TSTS, apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan, secara bersama dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam menyampaikan materi ke siswa. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Biologi yang menggunakan Jigsaw dan TSTS. Untuk memperkuat hasil penelitian ini, seperti telah diuraikan sebelumnya, telah dilakukan pula uji statistik perbandingan terhadap nilai N-Gain kedua kelas yang menunjukkan kesimpulan yaitu terdapat perbedaan nilai N-Gain kedua kelas yang signifikan. N-Gain pada kelas Jigsaw lebih baik dari N-Gain pada kelas TSTS. Bahkan, dari nilai rata–rata N-Gain jauh berbeda antara kelas Jigsaw dan kelas TSTS. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas tersebut signifikan. Dari tabel hasil postest kelas Jigsaw dan kelas TSTS diperoleh nilai rata-rata yang berbeda (thitung = 4.44, ttabel (68) = 2.00), kelas Jigsaw 72.8 sedangkan kelas TSTS 67. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai siswa pada kelas Jigsaw lebih tinggi dibanding kelas TSTS, tampak bahwa pembelajaran menggunakan teknik Jigsaw lebih memberikan peningkatan hasil belajar yang tinggi terhadap konsep ekosistem dibandingkan menggunakan teknik TSTS. Pembelajaran
kooperatif
teknik
Jigsaw
menganut
sistem
kegotongroyongan selain itu juga mengandung sistem kemandirian siswa,
58
serta menuntut peran aktif siswa agar dapat bertanggung jawab terhadap bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif teknik TSTS materi yang diberikan dipelajari secara bersama dan dipecahkan bersama-sama. Ditinjau dari motivasi belajar, dengan metode kooperatif teknik Jigsaw yang diharapkan memberikan motivasi lebih pada siswa dengan variasi belajar dimana adanya sistem kegotongroyongan bagi siswa yang dapat mencegah timbulnya agresivitas siswa dalam situasi kompetisi dan keterasingan individu tanpa mengorbankan aspek kognitif Dalam pembelajaran kooperatif kerja sama dalam kelompok memegang kunci keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw diperlukan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri maupun pembelajaran siswa lain dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Siswa tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai materi untuk dirinya sendiri tetapi juga dituntut untuk dapat menjelaskan pada siswa lain dalam kelompoknya, sebab secara umum siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif teknik TSTS materi dipelajari secara bersama-sama sehingga terkadang ada siswa yang benar– benar berdiskusi semua, ada yang tidak hal ini mengakibatkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan tidak tersebar secara merata, hanya siswa yang aktif dan serius
dalam berdiskusi yang memiliki pemahaman yang lebih
terhadap materi yang disampaikan dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, sehingga menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama lain. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru dapat secara langsung membimbing setiap individu yang mengalami kesulitan belajar. Guru akan lebih mudah memberikan bantuan secara individu ketika mengajar atau membimbing siswa pada kelompok kecil. Pembelajaran ini mampu mengarahkan siswa untuk aktif dalam memahami materi yang
59
diajarkan yang pada akhirnya berdampak pada tingginya penguasaan siswa pada materi yang sedang dipelajari dan meningkatkan hasil belajar. Pada dasarnya kedua teknik dari pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan masing-masing, kedua teknik ini dapat merangsang siswa terlibat secara aktif untuk bekerja sama, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri secara bersama sama. Walaupun, masih terdapat siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran. Sesuai dengan dengan hasil penelitian Suprapto Mukti Nugroho yang menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.5
5
Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil rata-rata nilai posttest kelas eksperimen Jigsaw (72,8) dan kelas eksperimen TSTS (67), rata-rata N-gain kelas eksperimen Jigsaw (0,59) dan kelas eksperimen TSTS (0,46), dan uji-t diperoleh thitung > ttabel , yaitu 4,44 > 2,00 dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 70. maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik TSTS pada konsep ekosistem.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang. 1. Diharapkan Guru bidang studi khususnya Biologi dapat menerapkan pembelajaran Biologi menggunakan metode Cooperative Learning teknik Jigsaw dari pada Two Stay Two Stray jika harapannya hasil belajar. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pembelajaran teknik Jigsaw dan Two Stay Two Stray yang dilihat bukan hanya dari hasil belajar tetapi menggunakan variabel lain.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. Model Pembelajaran One Stay One Stray di akses dari http://iqbalali.com/2010/02/17/model-pembelajaran-one-stay-two-straymodifikasi/, Sabtu, 30 Oktober 2010 jam 20.15 wib Anonim, Model Pembelajaran Kooperatif JigSaw (Tim Ahli), diakses dari http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/12/model-pembelajarankooperatif-jigsaw/ 1 Desember 2010 jam 09.00 Wib Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Azizah, Bahriyatul. 2006. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas Ii Man Suruh. Skripsi. Semarang: UNES. Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0110/00a3183 e.dir/doc.pdf , 30 oktober 2010 Bungin, M. Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka. Departemen Agama RI. 2006.Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam. Devi Kusmiyati. 2008. Pengaruh Model Kooperatif Learning Teknik Two Stay Two Stray pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil belajar Biologi. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan. Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar melalui Pendekatan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dipublikasikan. Diakses dari http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf Fatirul, Ahmad Noor. Cooperative Learning, Makalah, di akses dari trimanjuniarso.wordpress.com, 25 November 2010
62
Feronika, Tonih. 2008. Buku ajar strategi pembelajaran kimia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. Haetami, Aceng dan Supriadi. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Diakses dari http://jurnal.unhalu.ac.id.pdf, 30 oktober 2010 Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariyatmi, Eli Herowati, dan Djumadi. “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Semester II Smp Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2004/2005 Menggunakan Strategi Pembelajaran JIGSAW DAN STAD (Student Teams Achievement Division). MIPA, Vol. 17, No. 1, Januari 2007: 17 – 32. diakses dari http://eprints.ums.ac.id/1248/1/3._HARIYATMI.pdf, 8 oktober 2010 Hasanah, Yuli Purwanti. 2007. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatfi Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Popok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Unggaran. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dipublikasikan. Diakses dari http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s. Janah, Ika Nurul Fattakhul. 2006. Upaya Meningkatkan hasil Belajar Fisika Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan CTL pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika. Diakses dari http://digilib.ac.id/gdsl/collect/skrispsi/archves/hashe307.dir/doc.fdf, 1 Oktober 2010. Junaedi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Edisi Pertama. Learning Assistance Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Surabaya: LAPIS-PGMI Karina, Tia. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tingga Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk
63
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya (PTK di MTS Pembangunan UIN Jakarta). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan. Kessler,Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Regents. Khalid, Abdul dkk. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. diakses dari http://blog.unila.ac.id 11 Desember 2010 Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Nasution. 1995. Didaktik Dasar-dasar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nugroho, Suprapto Mukti. Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005. Purbohadi, Dwijoko. Diakses dari http://www.ntlf.com/html/lib/bib/91-9dig.htm, 1 Oktober 2010. Purwanto, M. Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Putra, Muhammad Rosi Prayud. 2010. Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray. Pendidikan Guru dan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. diakses dari, 4 Desember 2010. Rahmatin, Ityanu. 2009. Pengaruh Pembelajaran Active Learning Metode Rotating Trio Exchange Terhadap Hasil Belajar Biologi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Tidak dipublikasikan Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. Ruseefendi, HET. 1998. Statistik Dasar untuk Pelatihan Pendidikan. Bandung: CV Andira.
64
Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman jaya. Sanjaya, Wina. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Santrok, Jhon W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill. Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No.1, Pebruari 2007 Salvin, Robert E. 2008. Cooperative Learning teori, riset dan praktik, cet 1, terj. Dari Cooperative Learning: theory research and practice oleh Nurlita Yusron. Bandung:Nusa Media. Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. --------------------. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjiono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovavtif. Surakarta: Yuma Pustaka. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sulastri, Yeti dan Diana Rochintaniawati. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi Di Smpn 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 13 No. 1 April 2009. h. 15. diakses dari Supriono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
65
------------------. 2009. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka. Z, Zurinal, Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakrta: UIN Jakarta Press. Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
66 Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 1 dan 2
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan Siswa mampu:
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
67
Menyebutkan pola interaksi organisme.
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
: Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
D. Model
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Bentuk interaksi antar organisme
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-I Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Inti
Alokasi
Guru
Guru mengabsen kehadiran
siswa
Guru melaksakan pretest untuk mengetahui hasil
waktu
Siswa Siswa
merespon 5 menit
panggilan guru
Siswa mendengarkan penjelasan guru
25 menit
68 belajar kognitif siswa (menjelaskan) sebelum adanya treatmen
Guru memberikan tes awal (pretest)
Siswa menjawab pretest
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penjelasan singkat tentang
10 menit
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan Penutup
Guru memberitahukan materi dan metode yang
Siswa memperhatikan penjelasan guru
digunakan untuk pertemuan selanjutnya
Peretmuan ke-II Kegiatan
Langkah Pendahluan
Alokasi
Guru
Siswa
Ice breaking: “guru tepuk
Siswa
konsentrasi”
memperhatikan dan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
Guru mengaitkan materi
Siswa mendengarkan penjelasan guru
sebelumnya yaitu tentang
Siswa merespon pertanyaan guru
organisasi kehidupan dengan bertanya “apa yang dimaksud dengan organisme?”
Apersepsi
Siswa mendengarkan
Guru memberikan
dan menjawab
apersepsi tentang
pertanyaan yang
ekosistem dengan
diberikan oleh guru.
bertanya “apakah semua makhluk hidup bisa hidup ditempat yang sama misalnya kodok dan ikan
waktu
69 hanya bisa hidup diair?”
Motivasi
Siswa termotivasi
Siswa
“Guru memotivasi siswa agar belajar dengan tekun dan rajin dan serius ketika pembelajaran berlangsung”
Guru menjelaskan mengenai pembelajaran
mendengarkan dan
teknik jigsaw
memperhatikan penjelasan guru
Inti
Guru membagi siswa ke
Siswa berkumpul
Tahap I:
dalam kelompok-
dengan masing-
pembentukan
kelompok asal yang
masing
kelompok
berjumlah 4 – 5 orang.
kelompoknya.
Tahap II:
pembagian materi
Guru membagikan LKS
kepada setiap siswa (tim
Siswa membentuk tim ahli
asal) dan membentuk tim ahli, Tahap III: diskusi
antar kelompok
Guru meminta siswa
Siswa berdiskusi
untuk berdiskusi tentang
membahas materi
materi yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masingmasing (tim ahli), agar saling membantu memahami materi yang diberikan bersama-sama.
Guru menginformasikan
Siswa
bahwa diskusi tim ahli
mendengarkan apa
selesai
yang diinformasikan guru
Tahap IV:membagi
informasi
Guru meminta masing-
masing siswa untuk
Siswa kembali ke tim asal
kembali ke tim asalnya.
Guru meminta tim ahli
Siswa dari tim ahli
70 untuk berbagi informasi
membagi informasi
dengan tim asal Tahap V:presentasi
Guru meminta setiap
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam
dari masing-masing
kelas.
anggota pada tim ahli.
Guru memberikan tes
Siswa menjawab
individu berupa kuis
kuis yang diberikan
kepada siswa, yang
guru.
hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerjasama dengan yang lain.
Guru meminta siswa
Siswa
untuk mengumpulkan tes
mengumpulkan tes
dan menukarkannya
dan menukarkannya
dengan siswa yang lain
dengan siswa yang lain
Guru memberikan skor
peningkatan individual
Siswa memperhatikan guru
Penutup
Guru mengumumkan
kelompok terbaik
Siswa memperhatikan
sementara
Guru melakukan refleksi
Siswa
tentang materi yang
memperhatikan
diberikan.
penjelasan guru
Guru memberikan informasi untuk
Siswa memperhatikan apa
71 pertemuan selanjutnya
yang diinformasikan guru
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
Spidol
H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen : Tes Tertulis Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya disebut …. a. Habitat c. Bioma b. Komunitas d. Biosfer 2. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut …. a. biosfer c. ekologi b. komunitas d. ekosistem 3. Sekumpulan harimau yang hidup dalam ekosistem hutan merupakan … a. Ekosistem c. Komunitas b. Individu d. Populasi Perhatikan soal cerita di bawah ini untuk menjawab soal no. 4 dan 5. Pada ekosistem kebun pada lingkungan sekitar sekolah MTs PUI Bogor yang kalian amati dengan luas 200m2 terdapat dua pohon mangga, sebatang pohon kelapa, dua ekor burung, lima ekor kumbang, tiga ekor jangkrik, lima ekor belalang, tujuh ekor capung dan dua puluh ekor semut. 4. Berdasarkan cerita di atas, ada berapa macam populasi yang dijumpai di tempat tersebut? a. 4 b. 5 c. 6 d. 7 5. Populasi apakah yang paling padat pada tempat tersebut? a. Pohon mangga c. Dua puluh ekor semut b. Sebatang pohon kelapa d. Dua ekor burung 6. Berikut ini merupakan contoh dari individu, kecuali… a. Sebatang pohon c. Sekelompok ikan b. Seorang nenek d. Seekor kura-kura 7. Komponen abiotik yang terdapat pada akuarium adalah............... a. Ikan c. Air b. Tanaman air d. Lumut
72 8. Gabungan sekelompok kuda, sekelompok singa dan sekelompok rusa di padang rumput, membentuk .... a. ekosistem c. populasi b. komunitas d. individu 9. Berikut yang termasuk komponen biotik adalah …. a. batu, ulat, air,kuda c. kuda, ulat, udara, semut b. batu, air, semut, udara d. semut , ulat, kecoa, ular 10. Seluruh populasi rumput dan belalang yang ada di sebidang kebun merupakan a. Komunitas c. Individu b. Ekosistem d. Biosfer Jawaban 1. A 2. A 3. D 4. D 5. C
6. 7. 8. 9. 10.
C C A D A
I. Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betul) x 100% 10 Mengetahui, Bogor,
Guru IPA
Peneliti
(Elin Marlina, S.Pd)
(Irna Purnamasari)
Januari 2010
73 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
:3
Alokasi Waktu
: 2 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan Siswa mampu:
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
Menyebutkan pola interaksi organisme.
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
74
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
: Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
D. Model
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Bentuk interaksi antar organisme
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Peretmuan ke-III Kegiatan
Langkah Pendahluan
Guru
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
pembelajaran
Guru mengaitkan materi
Alokasi
Siswa mendengarkan penjelasan guru
sebelumnya dengan bertanya
Siswa merespon pertanyaan guru
“Dalam ekosistem, tumbuhan tergolong produsen atau konsumen ?”
Apersepsi Guru memberikan apersepsi
Siswa mendengarkan
waktu
75
tentang dengan bertanya
dan menjawab
“apakah waduk jati luhur
pertanyaan yang
termasuk komponen buatan?”
diberikan oleh guru.
Motivasi “Guru memotivasi siswa agar belajar dengan tekun dan rajin dan serius ketika pembelajaran
Siswa termotivasi
Siswa berkumpul
berlangsung” Inti
Guru membagi siswa ke
Tahap I:
dalam kelompok-kelompok
dengan masing-
pembentukan
asal
masing kelompoknya.
kelompok Tahap II:
pembagian materi
Guru membagikan LKS
kepada setiap siswa (tim asal)
Siswa membentuk tim ahli
dan membentuk tim ahli, Tahap III: diskusi
antar kelompok
Guru meminta siswa untuk
Siswa berdiskusi
berdiskusi tentang materi
membahas materi
yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masing-masing (tim ahli), agar saling membantu memahami materi yang diberikan bersamasama.
Guru menginformasikan
bahwa diskusi tim ahli selesai
Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru
Tahap IV:membagi
informasi
Guru meminta masing-
masing siswa untuk kembali
Siswa kembali ke tim asal
ke tim asalnya.
Guru meminta tim ahli untuk
berbagi informasi dengan tim
Siswa dari tim ahli membagi informasi
asal Tahap V:presentasi
Guru meminta setiap
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam kelas.
dari masing-masing anggota pada tim
76 ahli.
Guru memberikan tes
individu berupa kuis kepada
Siswa menjawab kuis yang diberikan guru.
siswa, yang hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerjasama dengan yang lain.
Guru meminta siswa untuk
Siswa mengumpulkan
mengumpulkan tes dan
tes dan
menukarkannya dengan siswa
menukarkannya
yang lain
dengan siswa yang lain
Guru memberikan skor
peningkatan individual Penutup
Guru mengumumkan
Siswa memperhatikan guru
Siswa memperhatikan
Siswa memperhatikan
kelompok terbaik sementara
Guru melakukan refleksi tentang materi yang diberikan.
Guru memberikan informasi untuk pertemuan selanjutnya
penjelasan guru
Siswa memperhatikan apa yang diinformasikan guru
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
Spidol
77
H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen : Tes Tertulis Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1. Pada ekosistem lahan kosong MTs PUI Bogor terdapat beberapa jenis makhluk hidup : rumput, burung, capung, dan belalang, yang berfungsi sebagai produsen adalah ….. a. belalang
c. rumput
b. burung
d. capung
2. Perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut ..... a. rantai makanan
c. piramida makanan
b. jaring-jaring makanan
d. aliran energi
3. Kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut ….. a.
rantai makanan
b. jaring-jaring makanan
c. piramida makanan d. aliran energi
4. Berikut ini perpindahan yang benar ialah… a. matahari-herbivora-karnivora-omnivora b. matahari- produsen- konsumen I- konsumen II c. produsen- karnivora- herbivora- matahari d. produsen- matahari- konsumen- produsen 5. Dasar piramida di tempati oleh …… a. produsen
c. konsumen II
b. konsumen 1
d. konsumen III
6. Urutan perpindahan energi yang benar di bawah ini adalah …… a. matahari – tumbuhan – hewan b. matahari – hewan – tumbuhan c. tumbuhan – matahari – hewan d. tumbuhan – hewan – matahari 7. Perpindahan energi secara langsung terjadi dari ….. a. pengurai ke konsumen
c. produsen ke matahari
b. konsumen ke produsen
d. matahari ke produsen
8. Yang termasuk ekosistem buatan adalah ….. a. sawah
c. danau
b. sungai
d. rawa
9. Tumbuhan hijau yang tergolong autotrof, sebab… a. dapat membuat makanan sendiri b. tidak dapat membuat makanan sendiri
78 c. hidup menempel pada makhluk hidup lain d. hidup mengambil makanan makhluk hidup lain 10. Pada piramida di bawah ini, tumbuhan terletak pada bagian … a. I b. III c. II d. IV
Jawaban: 1. C 2. A 3. B 4. B 5. A
6. 7. 8. 9. 10.
A D A A D
I. Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betul) x 100% 10 Mengetahui, Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
79 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 4 dan 5
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan Siswa mampu:
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
Menyebutkan pola interaksi organisme.
80
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
: Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
D. Model
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Bentuk interaksi antar organisme
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Peretmuan ke-IV Kegiatan
Langkah Pendahluan
Guru
Alokasi Siswa
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan
pembelajaran
penjelasan guru
Guru mengaitkan materi sebelumnya dengan bertanya “masih ingat
Siswa merespon pertanyaan guru
waktu
81 urutan rantai makanan?”
Apersepsi Guru memberikan apersepsi tentang dengan
Siswa mendengarkan
bertanya “apakah ada
dan menjawab
yang tahu pengertian
pertanyaan yang
simbiosis?”
diberikan oleh guru.
Motivasi “Guru memotivasi siswa agar belajar dengan tekun
Siswa termotivasi
Siswa berkumpul
dan rajin dan serius ketika pembelajaran berlangsung” Inti
Guru membagi siswa ke
Tahap I:
dalam kelompok-
dengan masing-
pembentukan
kelompok asal
masing
kelompok
Tahap II:
kelompoknya.
pembagian materi
Guru membagikan LKS
kepada setiap siswa (tim
Siswa membentuk tim ahli
asal) dan membentuk tim ahli, Tahap III: diskusi
antar kelompok
Guru meminta siswa
Siswa berdiskusi
untuk berdiskusi tentang
membahas materi
materi yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masingmasing (tim ahli), agar saling membantu memahami materi yang diberikan bersama-sama.
Guru menginformasikan
Siswa
bahwa diskusi tim ahli
mendengarkan apa
selesai
yang diinformasikan guru
Tahap IV:membagi informasi
Guru meminta masingmasing siswa untuk
Siswa kembali ke tim asal
82 kembali ke tim asalnya.
Guru meminta tim ahli
untuk berbagi informasi
Siswa dari tim ahli membagi informasi
dengan tim asal Tahap V:presentasi
Guru meminta setiap
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam
dari masing-masing
kelas.
anggota pada tim ahli.
Guru memberikan tes
Siswa menjawab
individu berupa kuis
kuis yang diberikan
kepada siswa, yang
guru.
hasilnya digunakan untuk menentukan skor peningkatan individu. Pada tahap ini siswa tidak diperkenankan untuk saling memberitahu atau bekerjasama dengan yang lain.
Guru meminta siswa
Siswa
untuk mengumpulkan tes
mengumpulkan tes
dan menukarkannya
dan menukarkannya
dengan siswa yang lain
dengan siswa yang lain
Guru memberikan skor
peningkatan individual
Siswa memperhatikan guru
Penutup
Guru mengumumkan
kelompok terbaik
Siswa memperhatikan
sementara
Guru melakukan refleksi
Siswa
tentang materi yang
memperhatikan
diberikan.
penjelasan guru
83
Guru memberikan
Siswa
informasi untuk
memperhatikan apa
pertemuan selanjutnya
yang diinformasikan guru
Pertemuan ke-V Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Alokasi
Guru
Guru mengabsen kehadiran
siswa
Inti
waktu
Siswa Siswa
merespon 5 menit
panggilan guru
Guru memberikan tes akhir (post test) terkait konsep
Siswa menjawab post
25 menit
test
yang telah dipelajari siswa Penutup
Guru memberikan penjelasan singkat tentang
Siswa memperhatikan
10 menit
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
Spidol
H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen : Tes Tertulis Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1. Di bawah ini adalah contoh interaksi yang bersifat komensalisme adalah … a. Kupu-kupu dengan bunga b. Anggrek dengan pohon inangnya c. Tali putri dengan tanaman pagar d. Belalang dan burung pipit di sawah
84 2. Interaksi benalu dengan pohon mangga disebut ….. a. Mutualisme c. Parasitisme b. Komensalisme d. Predasi 3. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : 1) Burung 2) Rumput 3) Jangkrik Urutan yang benar agar membentuk suatu rantai makanan yaitu : a. 2) – 1) – 3) c. 3) – 2) – 1) b. 2) – 3) – 1) d. 1) – 2) – 3) Interaksi
Pengaruh terhadap simbion I
II
1
+
+
2
+
0
3
+
-
4
0
+
4. Dari table diatas simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor… a. 3 c. 4 b. 2 d. 1 5. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : 1) Ikan kecil 2) alga 3) gabus Urutan yang benar agar membentuk suatu piramida makanan yaitu : a. 2),3),1) c. 3),2),1) b. 2),1),3) d. 1).2),3) Jawaban: 1. B 2. C 3. D
4. A 5. B
I. Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betulx2) x 100% 10 Mengetahui, Bogor, Januari 2010 Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
ALUR PERPINDAHAN PELAKSANAAN TEKNIK JIGSAW Kelompok Asal (Home Group) HG 1
HG 2
HG 3
HG 4
HG 5
HG 6
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
3
6
3
6
3
6
3
6
3
6
3
111111
333333
555555
222222
444444
66666
Kelompok ahli I
Kelompok ahli II
Kelompok ahli III
85
86 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : VIII/1 Pertemuan
: 1 dan 2
Alokasi Waktu : 3 X 40 menit Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
:
Siswa mampu;
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
87
Menyebutkan pola interaksi organisme.
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
: Peta Konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
Bentuk interaksi antar organisme
D. Model : Pembelajaran kooperatif Pendekatan : Pendekatan konsep Metode : TSTS
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-I Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Guru
Guru mengabsen kehadiran
Murid
siswa
Guru melakukan pretest
Alokasi
Siswa merespon
Siswa mendengarkan penjelasan guru
belajar kognitif siswa
25 menit
(menjelaskan) sebelum adanya treatmen
Guru memberikan soal tes
5 menit
panggilan guru
untuk mengetahui hasil Inti
waktu
Siswa menjawab
88 awal (pretest)
pretest
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penjelasan singkat tentang
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan penutup
10 menit
Guru memberitahukan materi dan metode yang
Siswa memperhatikan
digunakan untuk pertemuan
penjelasan guru
selanjutnya
Pertemuan ke-II Kegiatan
Langkah Pendahluan
Alokasi
Guru
Ice breaking: “guru tepuk
Siswa
Siswa memperhatikan
konsentrasi”
dan mengikuti apa yang dilakukan oleh guru
Guru menjelaskan tujuan
Siswa mendengarkan
pembelajaran
Guru mengaitkan materi
penjelasan guru
Siswa merespon
sebelumnya yaitu tentang
pertanyaan guru
organisasi kehidupan dengan bertanya “apa yang dimaksud dengan organisme?”
Apersepsi
Siswa mendengarkan
Guru memberikan apersepsi
dan menjawab
tentang ekosistem dengan
pertanyaan yang
bertanya “apakah semua
diberikan oleh guru.
makhluk hidup bisa hidup ditempat yang sama misalnya kodok dan ikan hanya bisa hidup diair?”
Motivasi “Guru memotivasi siswa agar belajar dengan tekun dan rajin dan serius ketika
Siswa termotivasi
waktu
89 pembelajaran berlangsung”
Guru menjelaskan mengenai pembelajaran
teknik TSTS
Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru
Inti
Guru menjelaskan materi
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru Tahap
1:
Guru membimbing
Siswa memperhatikan
pembentukan
pembentukan kelompok,
penjelasan guru serta
kelompok
yang masing-masing
langsung
kelompok terdiri dari 4 orang
dengan
duduk kelompoknya
masing-masing
Guru memberikan LKS
Siswa mengerjakan
Tahap II:
mengenai komponen dalam
LKS bersama
Sharing
ekosistem kepada masing-
kelompoknya masing-
pendapat
masing kelompok
masing
dengan
kelompoknya masing-
Guru mengamati jalannya diskusi
masing
Guru berkeliling membantu
Siswa memperhatikan guru
siswa yang kesulitan sambil mengingatkan siswa untuk saling bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dibagi sesuai kesepakatan kelompok
Guru menginformasikan bahwa diskusi selesai dan tiap kelompok harus bertukar
Siswa mendengarkan
Tahap III:
informasi dengan kelompok
apa yang
16 siswa yang
yang lain
diinformasikan guru
stay dan 14
Guru membantu siswa saat
siswa yang
mobilisasi serta mengamati
stray
jalannya proses pertukaran
Tahap IV:
informasi berlangsung
Siswa bertukar informasi ada berperan
berbagi
yang menjadi penerima
informasi
tamu dan yang
90 berperan menjadi tamu kepada kelompok lain
Tahap V
Guru meminta siswa untuk
Siswa kembali kepada
kembali kepada
kelompoknya masing-
kelompoknya masing-masing
masing
Guru membimbing siswa
Tahap
untuk mendiskusikan
kembali
kembali informasi yang telah
Siswa mendiskusikan informasi yang
mereka dapatkan Tahap VI:
Guru memberikan kuis
Siswa mengerjakan
diskusi dengan
kepada masing-masing siswa
kuis yang diberikan
kelompok asal
Guru meminta siswa untuk
didapat
mengumpulkan kuis yang
kuis
sudah dikerjakan Penutup
Guru memberikan
Siswa mengumpulkan
Siswa memperhatikan
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi.
Guru melakukan refleksi
tentang materi yang diberikan.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Semua siswa
Guru memberikan applause
mengikuti guru
kepada semua siswa yang
(semua siswa tepuk
telah bekerja sama dengan
tangan)
baik.
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
91
Spidol
H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen : Tes Tertulis Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya disebut …. a. Habitat c. Bioma b. Komunitas d. Biosfer 2. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut …. a. biosfer c. ekologi b. komunitas d. ekosistem 3. Sekumpulan harimau yang hidup dalam ekosistem hutan merupakan … a. Ekosistem c. Komunitas b. Individu d. Populasi
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jawaban 1. A 2. A 3. D 4. D 5. C
Perhatikan soal cerita di bawah ini untuk menjawab soal no. 4 dan 5. Pada ekosistem kebun pada lingkungan sekitar sekolah MTs PUI Bogor yang kalian amati dengan luas 200m2 terdapat dua pohon mangga, sebatang pohon kelapa, dua ekor burung, lima ekor kumbang, tiga ekor jangkrik, lima ekor belalang, tujuh ekor capung dan dua puluh ekor semut. Berdasarkan cerita di atas, ada berapa macam populasi yang dijumpai di tempat tersebut? a. 4 b. 5 c. 6 d. 7 Populasi apakah yang paling padat pada tempat tersebut? a. Pohon mangga c. Dua puluh ekor semut b. Sebatang pohon kelapa d. Dua ekor burung Berikut ini merupakan contoh dari individu, kecuali… a. Sebatang pohon c. Sekelompok ikan b. Seorang nenek d. Seekor kura-kura Komponen abiotik yang terdapat pada akuarium adalah............... a. Ikan c. Air b. Tanaman air d. Lumut Gabungan sekelompok kuda, sekelompok singa dan sekelompok rusa di padang rumput, membentuk .... a. ekosistem c. populasi b. komunitas d. individu Berikut yang termasuk komponen biotik adalah …. a. batu, ulat, air,kuda c. kuda, ulat, udara, semut b. batu, air, semut, udara d. semut , ulat, kecoa, ular Seluruh populasi rumput dan belalang yang ada di sebidang kebun merupakan a. Komunitas c. Individu b. Ekosistem d. Biosfer
6. 7. 8. 9. 10.
C C A D A
92
I. Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betul) x 100% 10 Mengetahui, Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
:3
Alokasi Waktu
: 2 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan Siswa mampu:
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
Menyebutkan pola interaksi organisme.
94
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
: Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
D. Model
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Bentuk interaksi antar organisme
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Two Stay Two Stray
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-3 Kegiatan
Langkah Pendahuluan
Guru
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
pembelajaran
Guru mengaitkan materi sebelumnya dengan bertanya “Dalam ekosistem, tumbuhan tergolong
Alokasi
Siswa mendengarkan penjelasan guru
Siswa merespon pertanyaan guru
waktu
95
produsen atau konsumen ?”
Apersepsi Guru memberikan apersepsi
Siswa mendengarkan
tentang ekosistem dengan
dan menjawab
bertanya “apakah waduk jati
pertanyaan yang
luhur termasuk komponen
diberikan oleh guru.
buatan?”
Motivasi “Guru memotivasi siswa
agar belajar dengan tekun
Siswa termotivasi
dan rajin dan serius ketika pembelajaran berlangsung”
Inti
Guru menjelaskan materi
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru Tahap
1:
pembentukan
Guru membimbing
pembentukan kelompok,
kelompoknya masing-
kelompok Tahap II:
Siswa duduk dengan
masing
Guru memberikan LKS
Siswa mengerjakan
Sharing
mengenai macam-macam
LKS bersama
pendapat
ekosistem dan saling
kelompoknya masing-
dengan
ketergantungan antar
masing
kelompoknya
ekosistem kepada masing-
masing-
masing kelompok
masing
Guru mengamati jalannya diskusi
Guru berkeliling membantu siswa yang kesulitan sambil mengingatkan siswa untuk saling bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dibagi sesuai kesepakatan kelompok
Guru menginformasikan bahwa diskusi selesai dan
Siswa memperhatikan guru
96
Tahap III:
tiap kelompok harus bertukar
Siswa mendengarkan
16 siswa yang
informasi dengan kelompok
apa yang
stay dan 14
yang lain
diinformasikan guru
siswa yang
Guru membantu siswa saat
stray
berperan menjadi tamu dan
Tahap IV:
tuan rumah serta mengamati
berbagi
jalannya proses pertukaran
informasi ada berperan
informasi
informasi berlangsung
yang menjadi penerima
Siswa bertukar
tamu dan yang berperan menjadi tamu
Guru meminta siswa untuk kembali kepada
Tahap V
kepada kelompok lain
Siswa kembali kepada
kelompoknya masing-masing
kelompoknya masing-
Guru membimbing siswa
masing
Tahap
untuk mendiskusikan
kembali
kembali informasi yang telah
mereka dapatkan Tahap VI:
Siswa mendiskusikan informasi yang
Guru memberikan kuis kepada
didapat
diskusi dengan
masing-masing siswa
kelompok asal
Guru meminta siswa untuk
kuis yang diberikan
mengumpulkan kuis yang
didapat
sudah dikerjakan
Siswa mengerjakan
Siswa mengumpulkan kuis
Penutup
Guru memberikan penghargaan
Siswa memperhatikan
kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi.
Guru melakukan refleksi
tentang materi yang diberikan. Guru memberikan applause
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Semua siswa mengikuti guru
kepada semua siswa yang
(semua siswa tepuk
telah bekerja sama dengan
tangan)
baik.
97
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
Spidol
H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen
: Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1. Pada ekosistem lahan kosong MTs PUI Bogor terdapat beberapa jenis makhluk hidup : rumput, burung, capung, dan belalang, yang berfungsi sebagai produsen adalah ….. a.
belalang
c.
rumput
b.
burung
d.
capung
2.
Perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut .....
3.
4.
a.
rantai makanan
c.
piramida makanan
b.
jaring-jaring makanan
d.
aliran energi
Kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut ….. a.
rantai makanan
c.
piramida makanan
b.
jaring-jaring makanan
d.
aliran energi
Berikut ini perpindahan yang benar ialah… a. matahari-herbivora-karnivora-omnivora b. matahari- produsen- konsumen I- konsumen II c. produsen- karnivora- herbivora- matahari d. produsen- matahari- konsumen- produsen
5.
6.
Dasar piramida di tempati oleh …… a.
produsen
c.
konsumen II
b.
konsumen 1
d.
konsumen III
Urutan perpindahan energi yang benar di bawah ini adalah …… a.
matahari – tumbuhan – hewan
b.
matahari – hewan – tumbuhan
98
7.
8.
9.
c.
tumbuhan – matahari – hewan
d.
tumbuhan – hewan – matahari
Perpindahan energi secara langsung terjadi dari ….. a. pengurai ke konsumen
c. produsen ke matahari
b. konsumen ke produsen
d. matahari ke produsen
Yang termasuk ekosistem buatan adalah ….. a.
sawah
c.
danau
b.
sungai
d.
rawa
Tumbuhan hijau yang tergolong autotrof, sebab… a. dapat membuat makanan sendiri b. tidak dapat membuat makanan sendiri c. hidup menempel pada makhluk hidup lain d. hidup mengambil makanan makhluk hidup lain
10. Pada piramida di bawah ini, tumbuhan terletak pada bagian … a.
I
b.
III
c.
II
d.
IV
Jawaban: 1. 2. 3. 4. 5.
C A B B A
6. 7. 8. 9. 10.
A D A A D
I. Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betul) x 100% 10 Mengetahui, Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin MArlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
99 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 4 dan 5
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan Siswa mampu:
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof
Menjelaskan pembagian ekosistem
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
Menyebutkan pola interaksi organisme.
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
100 C. Materi Pembelajaran : Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam ekosistem
Biotik
Hubungan antar komponen
Satuan dalam ekosistem
Abiotik
Konsumen Autotrof
Lingkungan biotik
Rantai makanan Jarring-jaring makanan Piramida makanan
Produsen Heterotrof Pengurai
D. Model
Lingkungan abiotik
Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer
Bentuk interaksi antar organisme
Netral Predasi Kompetisi Simbiosis : - Mutualisme - Komensalisme - Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan : Pendekatan konsep Metode
: Two Stay Two Stray
E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-IV Kegiatan
Langkah Pendahuluan
Alokasi
Guru
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
Siswa mendengarkan
pembelajaran
Guru mengaitkan materi
penjelasan guru
Siswa merespon
sebelumnya dengan bertanya
pertanyaan guru
“masih ingat urutan rantai makanan”
Apersepsi
Siswa mendengarkan dan
Guru memberikan apersepsi
menjawab pertanyaan
tentang dengan bertanya
yang diberikan oleh guru.
“apakah diantara kalian ada yang tahu pengertian simbiosis?”
Motivasi
Siswa termotivasi
waktu
101 “Guru memotivasi siswa agar belajar dengan tekun dan rajin dan serius ketika pembelajaran berlangsung”
Inti
Guru menjelaskan materi
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru Tahap
1:
pembentukan
Guru membimbing
Siswa
pembentukan kelompok,
kelompoknya
kelompok Tahap II:
duduk
dengan masing-
masing
Guru memberikan LKS
Siswa mengerjakan LKS
Sharing
mengenai saling ketergantungan
bersama kelompoknya
pendapat
antara komonen biotik dan
masing-masing
dengan
biotik serta pola interaksi dalam
kelompoknya
ekosistem kepada masing-
masing-masing
masing kelompok
Guru mengamati jalannya
Siswa memperhatikan
diskusi
guru
Guru berkeliling membantu siswa yang kesulitan sambil mengingatkan siswa untuk saling bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang telah dibagi sesuai kesepakatan kelompok
Guru menginformasikan bahwa diskusi selesai dan tiap kelompok harus bertukar
Tahap III:
informasi dengan kelompok
16 siswa yang
yang lain
stay dan 14
Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru
Guru membantu siswa saat
siswa yang stray
berperan menjadi tamu dan tuan
Siswa bertukar informasi
Tahap IV:
rumah serta mengamati jalannya
ada berperan yang
berbagi
proses pertukaran informasi
menjadi penerima tamu
informasi
berlangsung
dan yang berperan menjadi tamu kepada kelompok lain
Tahap V Tahap kembali
Guru meminta siswa untuk
Siswa kembali kepada
kembali kepada kelompoknya
kelompoknya masing-
masing-masing
masing
Guru membimbing siswa untuk mendiskusikan kembali
Siswa mendiskusikan
102 informasi yang telah mereka
dapatkan
Tahap VI: diskusi dengan
informasi yang didapat
kelompok asal
Guru memberikan kuis kepada
yang diberikan didapat
masing-masing siswa
Siswa mengerjakan kuis
Guru meminta siswa untuk
Siswa mengumpulkan kuis
mengumpulkan kuis yang sudah dikerjakan
Penutup
Guru memberikan penghargaan
Siswa memperhatikan
kepada kelompok yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi.
Guru melakukan refleksi tentang materi yang diberikan.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
Guru memberikan applause
Semua siswa mengikuti
kepada semua siswa yang telah
guru (semua siswa tepuk
bekerja sama dengan baik.
tangan)
Pertemuan ke-V Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Alokasi
Guru
Guru mengabsen kehadiran
Siswa
siswa
Inti
Siswa merespon panggilan
waktu 5 menit
guru
Guru memberikan tes akhir
Siswa menjawab post test
25 menit
(post test) terkait konsep yang telah dipelajari siswa
Penutup
Guru memberikan penjelasan singkat tentang tes yang telah
Siswa memperhatikan
10 menit
penjelasan guru
dilakukan
F. Sumber belajar :
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
White board
Spidol
103 H. Evaluasi (Post tes) Jenis Instrumen : Tes Tertulis Bentuk
: Pilihan ganda
Soal! 1.
2.
3.
Di bawah ini adalah contoh interaksi yang bersifat komensalisme adalah … a.
Kupu-kupu dengan bunga
b.
Anggrek dengan pohon inangnya
c.
Tali putri dengan tanaman pagar
d.
Belalang dan burung pipit di sawah
Interaksi benalu dengan pohon mangga disebut ….. a.
Mutualisme
c.
Parasitisme
b.
Komensalisme
d.
Predasi
Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : 1) Burung 2) Rumput 3) Jangkrik Urutan yang benar agar membentuk suatu rantai makanan yaitu : a.
2) – 1) – 3)
c.
3) – 2) – 1)
b.
2) – 3) – 1)
d.
1) – 2) – 3)
Interaksi
4.
5.
Pengaruh terhadap simbion I
II
1
+
+
2
+
0
3
+
-
4
0
+
Dari table diatas simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor… a.
3
c.
4
b.
2
d.
1
Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini : 1) Ikan kecil 2) alga 3) gabus Urutan yang benar agar membentuk suatu piramida makanan yaitu : a.
2),3),1)
c.
3),2),1)
b.
2),1),3)
d.
1).2),3)
Jawaban: 1.
B
4.
A
2.
C
5.
B
3.
D
104 I.
Penilaian Menggunakan skala seratus Nilai= (Jumlah betulx2) x 100% 10 Mengetahui, Bogor, Januari 2010 Guru IPA
(Elin MArlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
ALUR PERPINDAHAN PELAKSANAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY
1b
1a
1b
1c
1d
4a
4a
4b
4c
4d
5a
5a
5b
5c
5d
8a
8a
8b
8c
8d 9a
1a
2b
3b
4b
6b
5b
7b
9a
8b
9b 9c
2a 2c
2b 2d
3a 2a
3c
3b 3d
6a 3a
6c
6b 6d
6a
7a
7b
7c
7d
7a
9b
105
106 Lampiran 3
LKS I Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal
:
Materi kelompok ahli
:
Indikator
:
1
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem Bace petunjuknye ye
Petunjuk umum
1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian masing-masing 2. Disukusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama kelompok ahli URAIAN MATERI
Satuan-Satuan dalam Ekosistem Perhatikan kebun sekolahmu. Kamu mungkin akan menemukan semut yang berderet, tanaman rumput yang bergerombol, ada juga satu tumbuhan jambu yang tumbuh dengan suburnya. Semut yang berderet, sebatang pohon, dan kesatuan antara keduanya dalam suatu lingkungan merupakan satuan dalam ekoistem. Dalam ekosistem dikenal juga satuan-satuan ekosistem yang terdiri dari individu, populasi, dan komunitas. Tahukah kamu, apa perbedaannya? 1. Individu Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup, melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, salvinia sp, ganggang dan hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup tersebut lebih dari satu. Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu.
107 Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia disebut individu. Seekor kuda Zebra yang berdiri sendiri mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri, disebut dengan individu. Jadi, individu adalah satuan makhluk hidup tunggal. 2. Populasi Sekumpulan makhluk hidup yang sejenis yang menempati suatu daerah tertentu dan dapat saling mengadakan interaksi disebut dengan populasi. Makhluk hidup dikatakan sejenis apabila mereka mempunyai persamaan bentuk tubuh dan mampu melakukan perkawinan yang dapat menghasilkan keturunan fertil. Pohon jambu yang hidup di halaman MTs PUI Bogor jumlahnya lebih dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan lain seperti pohon pala, dan pohon mangga . Semua Pohon jambu yang hidup di halaman tersebut disebut populasi Pohon jambu, semua pohon pala disebut populasi pohon pala, dan semua tumbuhan pohon mangga disebut populasi pohon. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di suatu daerah tertentu Kepadatan Populasi Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu daerah dengan luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Kepadatan popuasi = banyaknya individu sejenis Luas daerah yang ditempati Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini : a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan populasi meningkat, sedangkan kematian menyebabkan kepadatan populasi menurun. b. Perpindahan (migrasi). Migrasi yang menambah populasi disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang mengurangi populasi disebut migrasi keluar (emigrasi). 3. komunitas Populasi rumput, populasi pohon, populasi kuda Zebra, populasi semut, dan jerapah yang hidup bersama di lapangan rumput disebut komunitas. Jadi, komunitas adalah kumpulan dari populasi-polulasi yang berbeda dan hidup bersama di suatu tempat atau daerah tertentu. 4. Ekosistem Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem bersifat khusus. Artinya interaksi komunitas di lingkungan kutub berbeda dengan interaksi komunitas di lingkungan tropis. Komunitas yang dipengaruhi oleh lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula.
108 5. Biosfer Ekosistem-ekosistem yang terbentuk karena perbedaan letak geografis dan astronomis disebut bioma, dan keseluruhan ekosistem/bioma yang ada di bumi membentuk biosfer. Di bumi terdapat 6 bioma utama yaitu bioma gurun, padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Masing-masing bioma mempunyai sifat yang khas yang dipengaruhi oleh kondisi komponen abiotiknya.
INI KUBAWAKAN UNTUK MU
Komponen Abiotik
Komponen abiotik meliputi semua makhluk tidak hidup yang terdapat dalam ekosistem. Marilah kita mulai dengan tempat hidup suatu tumbuhan, yaitu tanah. Tanah terdiri dari butiranbutiran tanah yang mengandung unsur hara/unsur anorganik dan bahan organik. Tanah gembur yang banyak rongga udara akan mempermudah akar tumbuhan mendapat makanan. Kebutuhan makanan tidak hanya diperoleh dari dalam tanah, tetapi juga dari udara yang mengandung oksigen, nitrogen, hidrogen dalam bentuk uap air dan karbondioksida. Gas karbon dioksida digunakan tumbuhan dalam proses fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan dari proses ini dikeluarkan ke udara bebas untuk respirasi makhluk hidup. Sinar matahari menguapkan air, dan uap air pada ketinggian tertentu membentuk awan. Suhu dingin menyebabkan awan berkondensasi menjadi embun yang pada akhirnya turun sebagai hujan di atas permukaan tanah maupun di sungai dan mengalir ke laut. Air meresap ke dalam tanah sebagai air tanah kemudian diserap tumbuhan. Air diperlukan semua organisme untuk berlangsungnya proses-proses dalam tubuh. Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis yang menghasilkan zat makanan. Zat makanan merupakan energi kimia yang dibutuhkan oleh semua organisme untuk menghasilkan energi untuk melakukan proses proses kehidupannya.
109
Ini bagian siapa ya??
Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem. Berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer atau pengurai. a. Produsen Tumbuhan hijau mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan zat makanan melalui proses fotosintesis, sehingga disebut sebagai produsen. Organisme yang dapat membuat makanan sendiri disebut organisme autotrof. Gambaran reaksi kimia proses fotosintesis adalah sebagai berikut:
Gambar Siklus Air
110
Zat makanan yang terbentuk merupakan energi kimiawi yang tersimpan pada bagian daun, batang, akar atau buah. Hasil fotosintesis lainnya adalah berupa oksigen dilepas ke udara bebas dan digunakan oleh makhluk hidup lainnya. b. Konsumen Manusia dan hewan termasuk dalam golongan konsumen karena keduanya tidak dapat membuat makanan sendiri. Konsumen disebut juga organisme heterotrof, artinya organisme yang tergantung organisme lain untuk mendapatkan makanan. Berdasarkan jenis makanannya, organisme yang mendapatkan makanan dari tumbuhan saja disebut herbivora, organisme yang hanya makan hewan disebut karnivora. Organisme yang mendapatkan makanan dari tumbuhan maupun hewan disebut omnivora. c. Dekomposer atau Pengurai Apa yang terjadi pada sisa-sisa bagian pohon yang tumbang/mati setelah 1 minggu, 1 bulan atau lebih? Di permukaan batang tanaman yang mati akan terlihat jamur maupun bakteri yang melakukan pembusukkan. Di sinilah nampak peran dari dekomposer atau pengurai dalam menguraikan zat organik yang terdapat pada makhluk hidup yang sudah mati menjadi zat yang lebih sederhana, seperti mineral atau zat organik lain. Makhluk hidup yang berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur saprofit. Zat mineral atau zat hara hasil penguraian meresap ke dalam tanah yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubungan timbal balik yang harmonis antarkomponen biotik dan abiotik.
Iya Bener Seru ya kalo ngerjain bareng
111 Pertemuan 2
Aha jangan lupa pelajari dengan seksama,,,,
LKS 2 Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal : Materi kelompok ahli
:
Indikator
:
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
a. Petunjuk umum 1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian masing-masing 2. Diskusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama kelompk ahli b. Uraian materi
Macam-macam ekosistem Berdasarkan proses terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.
112 a. Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alamiah. Misalnya ekosistem hutan, laut, sungai, dan rawa. b. Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh manusia. Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan budidaya.
Uji Diri:
Saling Ketergantungan antar komponen Biotik dan Abiotik Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus. Komponen abiotik yang tidak tergantung dengan biotik antara lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara.
Saling ketergantungan antar komponen biotik dan biotik Rantai Makanan Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang.
113 Dari peristiwa makan dan dimakan di atas, akan terjadi perpindahan atau aliran energi dari produsen (rumput) ke konsumen I (tikus) hingga konsumen puncak (elang). Sebagai sumber energi utama dalam ekosistem adalah sinar matahari. Energi ini diubah oleh produsen menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa karbon (misalnya berupa karbohidrat, lemak, dan protein). Jika produsen dimakan konsumen, energi yang tersimpan dalam bahan makanan itu berpindah ke tubuh konsumen dan dapat diubah menjadi energi panas, energi gerak, dan sebagian disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang menyusun tubuh makhluk hidup. Ketika konsumen I dimakan konsumen II, terjadi lagi perpindahan energi. Demikian seterusnya dalam setiap peristiwa makan dan dimakan diikuti dengan perpindahan energi. Selama perjalanan itu, terjadi pengurangan energi sehingga tidak semua energi dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup
Gambar perpindahan energi Jaring-Jaring Kehidupan Pada kenyataannya, peristiwa makan dan dimakan terjadi dengan pola yang lebih rumit dari contoh rantai makanan di atas. Elang tidak hanya makan ular saja. Ular tidak hanya makan ayam, dan ayam juga tidak hanya makan belalang saja. Di alam, beberapa proses makan dan dimakan (rantai makanan) saling berkaitan membentuk sebuah jaringjaring makanan. Jika kamu memerhatikan jaring-jaring makanan, kamu akan menemukan bahwa jaring-jaring makanan selalu berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai. Bahan-bahan yang diuraikan itu akan kembali digunakan oleh produsen, sehingga daur materi dan energi tidak pernah terputus.
114
Piramida makanan Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energy terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik. Piramida makanan dalam ekosistem yang seimbang dapat dilihat dari gambar berikut:
Dalam ekosistem seringkali terdapat dua konsumen atau lebih yang menempati puncak piramida, sehingga ada piramida makanan dengan satu puncak dan piramida makanan dengan dua puncak. Piramida makanan dengan satu puncak berarti hanya terdapat satu jenis karnivora yang menempati puncak piramida. Piramida makanan dengan dua puncak berarti pada puncak piramida ditempati oleh dua jenis karnivora yang keduanya tidak saling memakan.
GOOD LUCK YA
115
LKS 3 Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal : Materi kelompok ahli
:
Indikator
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
a. Petunjuk umum 1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian masing-masing 2. Disukusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama kelompk ahli b. Uraian materi Aku dan dia berteman.qita saling menolong
a. Komensalisme Komensalisme adalah interaksi yang saling menguntungkan satu organisme tetapi tidak berpengaruh pada yang lain. Contoh Epifit yang tumbuh pada tumbuhan inang. Tumbuhan anggrek yang hidup menempel pada pohon (inang), memanfaatkan inang hanya
116 sebagai tempat fisik untuk hidup. Tumbuhan inang tidak mendapat tekanan (dirugikan) dengan adanya tumbuhan anggrek.Contoh lain:
Ikan hiu dan ikan remora b. Mutualisme Bentuk interaksi dimana kedua pasangan yang berinteraksi saling menguntungkan. Contoh umum mutualisme adalah penyerbukan yang dilakukan oleh serangga, burung jalak dan kerbau, semut dan kutu buah.
AHLI II
a. Parasitisme Hubungan di antara dua organisme, yang satu sebagai parasit dan yang lain sebagai inang. Parasit memperoleh keuntungan dari kehidupan bersama ini dengan mendapatkan bahan makanan, sedangkan inang tertekan (dirugikan). Contoh hubungan antara tanaman pagar dengan Tali putri (Cuscuta).
117
b. Netral Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling memengaruhi. Netralisme terjadi apabila nisianya berbeda. Namun sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada, sebab setiap organisme memerlukan komponen abiotik (udara, ruangan, air, dan cahaya) yang sama, sehingga timbul persaingan. Selain itu setiap organisme juga mengeluarkan zat sisa yang dapat mengganggu organisme lain. Contoh hubungan netral ini adalah hubungan antara kambing dan ayam yang dipelihara manusia dalam kandang yang berdekatan.
a. Kompetisi Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan, misalnya kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Hubungan kompetisi dapat terjadi antara individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda spesies. Contoh hubungan kompetisi yang berbeda spesies adalah hubungan antara banteng dan rusa yang menempati padang rumput yang sama. Contoh hubungan kompetisi dalam satu jenis adalah persaingan antara pejantan kumbang badak untuk memperebutkan betina ketika musim kawin tiba.
118
b. Predasi Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan organisme yang dimangsa. Contohnya adalah hubungan antara rusa dengan singa, ikan kecil dan ikan besar. Meskipun tampaknya kejam, hubungan predasi diperlukan untuk mengendalikan jumlah populasi mangsa. Kamu tentu tahu bahwa rusa dapat berkembang biak dengan cepat. Jika sebagian populasi rusa tidak dimakan oleh singa, maka rusa-rusa itu dapat kekurangan makanan.
Selamat Mengerjakan
119 Lampiran_4
LKS 1 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar
: 7.1.
Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem Indikator
:
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Perhatikan gambar dibawah ini!
Pertanyaannya adalah: 1. Berdasarkan gambar diatas, manakah yang dinamakan individu, populasi, komunitas dan ekosistem serta buatlah definisi dari individu, populasi, komunitas tersebut! 2. Buatlah ekosistem sawah dan sebutkan apa yang terdapat didalamnya! 3. Coba kalian tuliskan mana yang termasuk komponen biotik dan komponen abiotik dari gambar aquarium tersebut! 4. Apakah yang dimaksud dnegan komponen biotik dan abiotik sebutkan contohnya!
120
Nama kelompok:
Ayo diskusi Jangan berantem yach,,,
,
121
LKS 2 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem
Indikator
:
Menjelaskan macam-macam ekosistem
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
1. Sebutkan macam-macam ekosistem dan berikan contohnya (minimal 3)! Perhatikan gamba dibawah ini:
122
2. Dari gambar diataas manakah yang menunjukkan adanya saling ketergantungan antara komponen ………..dengan komponen …… 3. Dapatkah kalian memberikan contoh interaksi lain seperti pada gambar!
Selamat bekerja!
123 Kerjakan dengan benar ya
LKS 3 Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem
Indikator
:
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
Perhatikan gambar berikut: Kerbau dan burung jalak
Anggrek dengan inang
Kupu2 dan ikan
Tali putri dan benalu
Benalu dan pohon
Ikan hiu dan remora
Semut dan kutu buah
Tumbuhan paku dan pohon
124
1. Dari gambar diatas manakah yang termasuk simbiosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme…… Berikan contoh simbiosis seperti pada gambar! 2. Jika kalian berada didalam lapangan yang sangat luas. Didalam lapangan itu terdapat:
Burung Elang
Ular
Rumput hijau yang luas
Ayam
Ulat
Buatlah gambar rantai makanan, dan jelaskan perpindahan energi pada peristiwa tersebut berdasarkan pengamatanmu!
3. Dari gambar diatas manakah yang termasuk produsen dan konsumen tingkat 1 serta konsumen tingkat III. 4. Produsen disebut juga …………………… karena bisa membuat makanannya sendiri. 5. Lengkapilah gambar di bawah ini !
125
Selamat mengerjakan! Kelompok: Nama:
126 Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GURU Teknik Jigsaw Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem Kegiatan
Penilaian Catatan Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa 2 Guru memberikan sebuah game 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa 4 Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa 5 Guru menjelaskan mengenai pembelajaran teknik jigsaw Kegiatan Inti 6 Pada tahap pembentukan kelompok: Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 7 Pada tahap pembagian materi: Guru memberikan LKS kepada siswa 8 Pada tahap diskusi kelompok: Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang materi yang telah diberikan Guru menginformasikan bahwa diskusi tim ahli selesai
9
Pada tahap membagi informasi: Guru meminta masing-masing siswa untuk kembali ke tim asal Guru meminta tim ahli untuk berbagi informasi dengan tim asal
10
Pada tahap presentasi kelompok dan evaluasi: Guru meminta setiap perwakilan kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusi yang didapat Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tes Guru memberikan skor
Kegiatan Penutup 11 Guru mengumumkan kelompok terbaik 12 Guru melakukan refleksi 13 Guru memberikan informasi untuk pertemuan selanjutnya Bogor,
(
Januari 2011 Observer
)
127
LEMBAR OBSERVASI GURU Teknik Two Stay Two Stray Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem Kegiatan
Penilaian Catatan Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan 1. Guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa 2 Guru memberikan sebuah game 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa 4 Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa 5 Guru menjelaskan mengenai pembelajaran teknik TSTS Kegiatan TSTS 5 Guru menjelaskan materi 6 Tahap pembentukan kelompok: Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok 7 Tahap sharing dengan kelompok: Guru memberikan LKS Guru mengamati serta membimbing dalam berdiskusi Guru menginformasikan bahwa diskusi selesai 8 Tahap berbagi informasi: Guru membantu siswa ketika terjadi pertukaran informasi antara siswa tamu dan tuan rumah serta mengamati jalannya proses pertukaran informasi tersebut 9 Tahap kembali: Guru meminta siswa untuk kembali kepada kelompoknya 10 Tahap diskusi dengan kelompok asal: Guru membimbing siswa untuk mendiskusikan kembali informasi yang telah mereka dapatkan Guru memberikan tes berupa kuis Guru meminta siswa untuk mengumpulkan kuis Guru memberikan skor Kegiatan Penutup 12 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok 13 Guru melakukan refleksi terhadap materi yang diberikan 14 Guru memberikan applause kepada semua siswa Bogor,
Januari 2011 Observer
(
)
128 Lampiran 6 LEMBAR OBSERVASI SISWA Teknik Jigsaw Pertemuan ke : Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem
No.
Kegiatan
Penilaian Catatan Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam 2. Siswa memperhatikan dan mengikuti 3. Siswa mendengarkan pertanyaan guru dan menjawabnya 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan Inti 5. Pada tahap pembentukan kelompok: Siswa berkumpul dengan masing-masing kelompoknya. 6 Pada tahap pembagian materi: Siswa membentuk tim ahli 7 Pada tahap diskusi kelompok: Siswa berdiskusi membahas materi yang diberikan Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru Pada tahap membagi informasi: 8 Siswa kembali ke tim asal Siswa dari tim ahli membagi informasi 9 Pada tahap presentasi kelompok dan evaluasi: Siswa dari tim asal mempresentasikan hasil yang didapat dari masing-masing anggota pada tim ahli. Siswa menjawab kuis Siswa mengumpulkan tes Siswa memperhatikan guru Kegiatan Penutup 10 Siswa memperhatikan 11 Siswa memperhatikan penjelasan guru 12 Siswa memperhatikan apa yang diinformasikan guru Bogor,
Januari 2011 Observer
(
)
129 LEMBAR OBSERVASI SISWA Teknik Two Stay Two Stray Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem Kegiatan
Penilaian Catatan Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam 2. Siswa memperhatikan dan mengikuti 3. Siswa mendengarkan pertanyaan guru dan menjawabnya 4. Siswa mendengarkan penjelasan guru Kegiatan Inti 5 Siswa mendengarkan penjelasan guru 6 Tahap pembentukan kelompok: Siswa memperhatikan penjelasan guru serta langsung duduk dengan kelompoknya masing-masing 7 Tahap sharing dengan kelompok: Siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya Siswa memperhatikan guru Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru 8 Tahap berbagi informasi: Siswa bertukar informasi ada berperan yang menjadi penerima tamu dan yang berperan menjadi tamu kepada kelompok lain 9 Tahap kembali: Siswa kembali kepada kelompoknya masing-masing 10 Tahap diskusi dengan kelompok asal: Siswa mendiskusikan informasi yang didapat Siswa mengerjakan kuis yang diberikan Siswa mengumpulkan kuis Siswa mendengarkan Kegiatan Penutup 11 Siswa memperhatikan 12 Siswa memperhatikan penjelasan guru 13 Semua siswa mengikuti guru (semua siswa tepuk tangan) Bogor,
Januari 2011 Observer
(
)
130
Lampiran 7 KISIS-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Sekolah
: MTs PUI Bogor
Kelas
: VII
Mata Pelajaran
: Biologi
Semester
: 1 (satu)
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen ekosistem
Sub Konsep
Satuan-satuan dalam ekosistem
Komponen penyusun ekosistem
Indikator Soal Menyebutkan pengertian individu
Jenjang C1
Menyebutkan pengertian ekosistem
C1
Menyebutkan faktor yang memepengaruhi terjadinya proses fotosintesis
C1
Menyebutkan istilah autotrof
C1
Butir Soal Sebatang pohon bambu yang kita tanam di halaman merupakan contoh dari …. a. Populasi b. Individu c. Komunitas d. Habitat Seluruh populasi baik hewan maupun tumbuhan pada sebidang kebun merupakan …. a. Komunitas b. Ekosistem c. Individu d. Biosfer Faktor yang paling penting dalam fotosintesis adalah ….. a. Hidrogen, oksigen, dan karbon dioksida b. Oksigen, air dan cahaya matahari c. Hidrogen, oksigen dan air d. Karbon dioksida, hidrogen dan cahaya matahari Hewan tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga hewan
Jawaban
B
A
B
A
131
Satuan-satuan dalam ekosistem
Menjelaskan istilah ekosistem
C2
C2
Komponen penyusun ekosistem
disebut …. a. Autotrof b. Produsen c. Heterotrof d. Pengurai Perhatikan pernyataan berikut: 1. Makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya 2. Komunitas dan lingkungan abiotiknya 3. Makhluk hidup yang saling berinteraksi 4. Komunitas dan lingkungan biotiknya Ekosistem disusun oleh …. a. 1 dan 4 b. 3 dan 4 c. 1 dan 2 d. 2 dan 4 Perhatikan gambar berikut:
C
A
Menentukan komponen ekosistem
Satuan-satuan dalam ekosistem
Mengelompokkan contoh populasi
C2
Kelompok lingkungan biotik dalam ekosistem tersebut adalah .... (a) ikan, Hydrilla, dan semanggi (b) Ikan, air, dan semanggi (c) batu, Hydrilla, dan semanggi (d) batu, air, dan tanah Dalam sepetak sawah terdapat: 1. Sekelomok katak 2. Seekor belalang 3. Sekumpulan padi
B
132
4. 2 ekor ular
Komponen penyusun ekosistem
Memberikan contoh macammacam ekosistem
C2
Mengelompokkan contoh komponen biotik
C2
Sekelompok tanaman padi yang terdapat dalam sepetak sawah diatas merupakan … a. Individu b. Populasi c. Komunitas d. Ekosistem Yang termasuk ekosistem buatan adalah … a. Padang pasir b. Sungai c. Hutan d. Waduk Disebuah aquarium terdapat : 1) Ikan 2) Air 3) Siput 4) Tumbuhan air 5) Pasir 6) Kerikil Berdasarkan data diatas yang termasuk factor biotik adalah… a. 1,2,3 b. 1,2,5, c. 1,3,4 d. 2,5,4
D
A
133
Satuan-satuan dalam ekosistem
Memberikan contoh konsumen
C2
Mengidentifikasi contoh decomposer
C1
Mengelompokkan komponen biotik
C2
Hubungan antar komponen ekosistem Memberikan contoh interaksi antar komponen
Menentukan contoh interaksi antara komponen biotik terhadap abiotik
C2
C2
Yang merupakan konsumen adalah… a. Bakteri b. Jamur c. Tumbuhan d. Hewan Organisme yang berperan sebagai pengurai adalah … a. Jamur b. Paku c. Lumut d. Alga Berikut ini yang termasuk komponen abiotik adalah… a. batu, tanah, air, udara b. batu, air, semut, udara c. air, ulat, udara, tanah d. semut, ulat, kecoa, ular Perhatikan pernyataan berikut: 1) Belalang memerlukan rumput sebagai makanan 2) Kacang tanah menyuburkan tanaman 3) Jamur membusukkan bangkai hewan 4) Hewan jantan memerlukan betina untuk memperoleh keturunan Berikut contoh bahwa antar komponen saling ketergantungan adalah … a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 3 dan 4 d. 1 dan 4 Perhatikan pernyataan berikut: 1. Tanah yang dihuni cacing tanah menjadi subur 2. Tanah yang kurang air menjadi tandus 3. Akar pohon dapat menyerap dan menahan laju air hujan 4. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari Contoh komponen biotik yang mempengaruhi komponen abiotik adalah … a. 1 dan 2 b. 2 dan 4
B
A
A
D
C
134
c. 1 dan 3 d. 3 dan 4 D Menganalisis interaksi antara komponen abitik terhadap biotic berdasarkan gambar
C4
Menganalisis pengaruh perubahan jumlah organisme dalam ekosistem
C4
Apabila aquarium diletakkan di tempat gelap maka yang terjadi ialah… a. Semua organisme tidak akan terpengaruh b. Tumbuhan akan mati karena kekurangan oksigen c. Tumbuhan akan mati karena kekurangan karbondioksida d. Ikan akan cepat mati karena kekurangan oksigen Hubungan yang digambarkan dalam rantai makanan dapat juga diekspresikan sebagai piramid makanan. Perbedaan utamanya adalah; di dalam piramida makanan, seperti yang terlihat pada gambar, terdapat indikasi jumlah relatif individu dan jumlah energi yang terlibat pada setiap tingkat.
C
Pernyataan manakah yang paling baik menyimpulkan hubungan tersebut? a. Ketika puncak piramid dicapai, jumlah individu menurun tapi jumlah energinya meningkat. b. Ketika puncak piramid dicapai, jumlah individu meningkat, dan jumlah energi tetap sama dengan tingkatan lainnya. c. Pada dasar piramid, jumlah individu dan jumlah energi yang terlibat adalah paling besar.
135
Hubungan antar komponen ekosistem
Mendefinisikan simbiosis mutualisme
C2
Mendefinisikan simbiosis komensalisme
C2
Mendefinisikan simbiosis parasitisme
C2
Menyebutkan contoh simbiosis mutualisme
C1
d. Pada dasar piramid, jumlah individu dan jumlah enrgi yang terlibat adalah paling rendah. Untuk soal 17-18 Pengaruh terhadap simbion Interaksi I II 1 + + 2 + 0 3 + 4 0 + Simbiosis mutualisme ditunjukkan oleh nomor … a. 4 b. 1 c. 2 d. 3 Simbiosis komensalisme ditunjukkan oleh nomor … a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 Simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor …. a. 3 b. 2 c. 4 d. 1 1. 2. 3. 4. a. b. c. d.
Bunga dan kumbang Tanaman anggrek dengan pohon inang Tali putri dan pohon inang Ikan remora dan ikan hiu Simbiosis komensalisme terjadi antara… 1 dan 3 2 dan 4 1 dan 2 3 dan 4
B
B
A
B
136
Menyebutkan contoh simbiosis parasitisme
C1
Membuat rantai makanan
C2
Membuat rantai makanan
C2
Menunjukkan tingkat trofi produsen dalam jarring-jaring makanan
C2
Hubungan yang terjadi antara benalu dan pohon inang adalah .. a. Parasitisme b. Simbiosis c. Kompetisis d. Predasi Dalam ekosistem kebun terdapat: 1) Mamalia karnivora 2) Ulat pemakan daun 3) Laba-laba 4) Kumbang 5) Mamalia pemakan serangga Rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem tersebut adalah … a. 2,4,3,5,1 b. 1,2,3,5,4 c. 2,3,4,5,1, d. 3,4,5,2,1 1. Ikan besar 2. Ikan kecil 3. Fitoplankton 4. Zooplankton Urutan rantai makanan dalam ekosistem air yang benar adalah … a. 4, 3, 2, 1 b. 3, 4, 1, 2 c. 4, 3, 1, 2 d. 3, 4, 2, 1 Untuk pertanyaan 24-26: Perhatikan gambar jaring –jaring makanan berikut
A
A
D
A
137
Menunjukkan konsumen tingkat 1
C2
Menunjukkan konsumen tingkat II
C2
Menghubungkan tingkat trofi dalam piramida energy
C2
a. b. c. d.
Yang berperan sebagai produsen adalah … a. Tumbuhan atau rumput b. Kelinci c. Rubah d. Serangga Kelinci dan tikus bertindak sebagai … Produsen Konsumen II Konsumen I Pengurai Yang berperan sebagai konsumen tingkat dua adalah … a. Tikus dan rubah b. Burung dan rubah c. Katak dan burung d. Tikus dan kelinci Perhatikan gambar piramida makanan berikut:
C
C
B
138
Hewan herbivora akan menempati piramida tingkat … Produsen Konsumen I Konsumen II Konsumen III Jika konsumen tingkat 3 berkurang, maka akan mengakibatkan… a. Konsumen II bertambah b. Konsumen I bertmbah c. Konsume I dan II bertambah d. Produsen dan konsumen II bertambah 1. Produsen 2. Matahari 3. Konsumen Ururtan perpindahan materi dan energi yang benar adalah … a. 1, 2, 3 b. 1, 3, 2 c. 2, 1, 3 d. 3, 1, 2 Lapisan permukaan bumi yang merupakan berlangsungnya kehidupan disebut … a. Habitat b. Biosfer c. Bioma d. Biotik 1. Kelapa a. b. c. d.
Memprediksi perubahan jumlah organisme dalam ekosistem
C3
Mengidentifikasi perpindahan energi
C1
Satuan-satuan dalam ekosistem
Komponen penyusun
Menyebutkan pengertian biosfer
C1
Menentukan tumbuhan yang
C2
A
C
B
D
139
ekosistem
hidup dipantai
Satuan-satuan dalam ekosistem
Menjelaskan kebutuhan makhluk hidup
C2
Menjelaskan peranan pengurai
C2
Menyebutkan pengertian rantai Hubungan antar makanan komponen ekosistem
C1
Komponen penyusun ekosistem
Manusia dan lingkungan
Menjelaskan cara menangani sampah
C2
2. Jagung 3. Kangkung 4. Enau 5. Piang 6. Ganggang 7. Bakau 8. Pandan Tumbuhan yang bisa hidup di pantai adalah kelompok …. a. 1, 2, 3 b. 1, 4, 5 c. 1, 3, 6 d. 1, 7, 8 Belalang beraktivitas Di padang rumput, cacing tanah beraktivitas dilumpur berhumus dan ganggang banyak dijumpai di kolam. Hal ini menunjukkan setiap makhluk hidup memerlukan …. a. Daerah b. Makanan c. Lingkungan d. Habitat Jika semua mikroorganisme pengurai dimatikan, maka …….. a. Tumbuhan semakin subur b. Consumer akan semakin banyak c. Predator semakin banyak d. Sampah-sampah bertimbun Kumpulan peristiwa makan memakan yang saling berhubungan akan membentuk …. a. Piramida makanan b. Rantai makanan c. Ekosistem d. Jaring-jaring makanan Perhatiakn pernyataan berikut: 1. Di daur ulang 2. Dibuang disungai 3. Dikumpulkan lalu dibakar
D
D
B
B
140
Hubungan antar komponen ekosistem
Menjelaskan proses pada rantai makanan
C2
4. Ditimbun untuk dibuat kompos Tindakan paling tepat terhadap sampah anorganik dan organik adalah … a. 1 dan 2 b. 1 dan 4 c. 2 dan 3 d. 3 dan 4 Perhatikan gambar:
C1
Ketika rumput dimakan tikus, terjadi peristiwa makan dan dimakan dengan melibatkan energi. Maka dalam proses rantai makanan tersebut terjadi …. a. Siklus energi b. Penambahan energi c. Pengurai energi d. Perpindahan energy Perhatikan gambar dibawah ini:
D
Manusia dan lingkungan
Menyebutkan gambaran piramida
D
Gambaran diatas menunjukkan …… a. Arus energi b. Jaring-jaring makanan
141
Komponen penyusun ekosistem
Hubungan antar komponen ekosistem
Komponen penyusun ekosistem
Menyebutkan pengertian produsen
Memberikan contoh saling ketergantungan antar komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan individu sejenis
C1
C2
C2
c. Rantai makanan d. Piramida makanan Komponen biotik yang berperan sebagai penghasil makanan disebut …. a. Produsen b. Konsumen c. Herbivora d. Predator Perhatikan pernyataan-pernyataan dibawah ini: 1. Cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah 2. Penghijauan dapat mencegah terjadinya erosi 3. Tumbuhan memerlukan air untuk melakukan fotosintesis 4. Makhluk hidup memerlukan oksigen untuk bernafas Diantara pernyataan tersebut yang merupakan contoh ketergantungan komponen biotik terhadap abiotik yaitu …. a. a dan b b. c dan d c. a dan b a. b dan d Individu-individu dikatakan sejenis (satu spesises), bila …. a. Di alam berinteraksi untuk mencari makanan b. Di alam hidup bersama saling berdampingan c. Di alam hidup bersimbiosis d. Di alam berasal dari ras yang sama
A
B
D
142 LAMPIRAN 8 REKAPITULASI ANALISIS BUTIR SOAL Reabilitas Soal: 0,77 (tinggi) Tingkat Kesukaran Indeks Kategori 91.43 Sangat Mudah 85.71 Sangat Mudah 88.57 Sangat Mudah 51.43 Sedang 42.86 Sedang 68.57 Sedang 45.71 Sedang 91.43 Sangat Mudah 2.86 Sangat Sukar 22.86 Sukar 77.14 Mudah 94.29 Sangat Mudah 51.43 Sedang 85.71 Sangat Mudah 20 Sukar 82.86 Mudah 80 Mudah 37.14 Sedang
Daya Beda Indeks Kategori 22.22 Cukup 22.22 Cukup 33.33 Cukup 22.22 Cukup 11.11 Buruk 44.44 Baik 44.44 Baik 33.33 Cukup -11.11 Buruk 33.33 Cukup 55.56 Baik 22.22 Cukup 55.56 Baik 55.56 Baik 22.22 Cukup 44.44 Baik 44.44 Baik 11.11 Buruk
Validitas Indeks Kategori Valid 0.323 In Valid 0.246 Valid 0.43 In Valid 0.233 0.058 In Valid Valid 0.444 Valid 0.525 Valid 0.554 In Valid -0.132 Valid 0.388 Valid 0.536 In Valid 0.242 Valid 0.459 Valid 0.535 Valid 0.402 Valid 0.501 Valid 0.437 In Valid 0.21
19
34.29
Sedang
33.33
Cukup
0.379
Valid
Digunakan
20
34.29
Sedang
66.67
Baik
0.609
Valid
Digunakan
21
42.86
Sedang
-11.11
Buruk
-0.211
In Valid
22
82.86
Mudah
55.56
Baik
0.651
Valid
Digunakan
23
62.86
Sedang
66.67
Baik
0.51
Valid
Digunakan
24
82.86
Mudah
55.56
Baik
0.566
Valid
Digunakan
25
77.14
Mudah
55.56
Baik
0.642
Valid
Digunakan
26
62.86
Sedang
11.11
Buruk
0.368
Valid
Digunakan
27
71.43
Mudah
77.78
Baik Sekali
0.614
Valid
Digunakan
28
60
Sedang
100
Baik Sekali
0.672
Valid
Digunakan
29
51.43
Sedang
55.56
Baik
0.516
Valid
Digunakan
30
48.57
Sedang
88.89
Baik Sekali
0.722
Valid
Digunakan
31
68.57
Sedang
55.56
Baik
0.349
Valid
Digunakan
32
42.86
Sedang
0
Buruk
0.018
In Valid
33
51.43
Sedang
44.44
Baik
0.386
Valid
Digunakan
34
68.57
Sedang
66.67
Baik
0.575
Valid
Digunakan
35
65.71
Sedang
0
Buruk
0.089
In Valid
Tidak digunakan
36
48.57
Sedang
22.22
Cukup
0.204
In Valid
Tidak digunakan
37
68.57
Sedang
55.56
Baik
0.322
Valid
Digunakan
38
62.86
Sedang
88.89
Baik Sekali
0.652
Valid
Digunakan
39
65.71
Sedang
77.78
Baik Sekali
0.541
Valid
Digunakan
40
71.43
Mudah
77.78
Baik Sekali
0.631
Valid
Tidak digunakan
No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Keterangan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Tidak digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
143 Lampiran 9 Persyaratan Uji Normalitas
A Kelas Eksperimen Jigsaw a. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Jigsaw No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Responden P1 P2 L1 L2 P3 L3 P4 L4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 L5 P11 L6 L7
Nilai 48 52 40 36 44 52 36 36 32 32 36 24 28 24 16 36 44 24
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden L8 L9 L10 P 12 L11 L12 P13 P14 L13 L14 L15 P15 P16 P17 L16 P18 P19
Nilai 20 36 36 52 16 52 12 48 40 48 36 52 12 36 44 44 16
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 52 dan nilai minimum adalah 12. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini: 1. Urutkan data terkecil ke data terbesar 12,12,16,16,16,20,24,24,24,28,32,32,36,36,36,36,36,36,36,36,40,40,44,44,44,44,44 ,48,48,48,52,52,52,52,52 2. Rentangan (r) r = skor terbesar – skor terkecil r = 52– 12 r = 40 3. Menentukan banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35 K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 35 = 1 + 5, 095 = 6,095 = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) 𝑟 𝑖= 𝐾 40 𝑖= 6,09 = 6,56 = 7 (dibulatkan)
144 5. Menentukan distribusi frekuensi Interval 12-18. 19-25 26-32 33-39 40-46 47-53 Jumlah
Batas Kelas 11,5 18,5 25,5 32,5 39,5 46,5
Nilai Frekuensi Tengah (fi) (Xi) 5 15 4 22 3 29 9 36 6 43 8 50 35 195
fi. Xi
Xi²
fXi²
75 88 87 324 258 400 1232
225 484 841 1296 1849 2500 7195
1125 1936 2523 11664 11094 20000 48342
6. Menentukan rata-rata (mean) 𝑓𝑋𝑖 (𝐱) = 𝑛 𝟏𝟐𝟑𝟐 = 𝟑𝟓 = 𝟑𝟓, 𝟐 7. Menentukan Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. Me = b + p [1/2 n - F] f Dimana: b = batas bawah kelas median =25,5 p = panjang kelas =7 n = banyak data = 35 F = nilai frekuensi sebelum kelas median =5+4=9 f = nilai frekuensi kelas median =3 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut: 1/2𝑛 − 𝐹 𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝 𝑓 1/2.35 − 9 𝑀𝑒 = 25,5 + 7 3 𝑀𝑒 = 25,5 + 7(4,3) 𝑀𝑒 = 25,5 + 30,1 = 55,6 8. Menentukan modus Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo = b + p [ b1 ] b1+b2 Dimana: b = batas bawah kelas median p = panjang kelas b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 25,5 =7 = 3 – 4 = -1 = 3 – 9 =-6
145 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 𝑏1 𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝑝 𝑏1 + 𝑏2 −1 𝑀𝑜 = 25,5 + 7 −1 + (−6) 𝑀𝑜 = 25,5 + 0,98 = 26,48 9. Menentukan varians (Si2) 𝒏 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝑺𝒊𝟐 = 𝒏 𝒏−𝟏
=
𝟐
𝟑𝟓 𝟒𝟖𝟑𝟒𝟐 −(𝟏𝟐𝟑𝟐)
𝟑𝟓(𝟑𝟓−𝟏) 𝟏𝟔𝟗𝟏𝟗𝟕𝟎 − 𝟏𝟓𝟏𝟕𝟖𝟐𝟒 = 𝟏𝟏𝟗𝟎 𝟏𝟕𝟒𝟏𝟒𝟔 = 𝟏𝟏𝟗𝟎 = 𝟏𝟒𝟔, 𝟑𝟒𝟏𝟐
10. Menentukan simpangan baku (standar deviasi) 𝒏 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝟐 𝑺𝑫 = 𝒏 𝒏−𝟏 = 146,3412 = 12,1 b. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Jigsaw No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Responden P1 P2 L1 L2 P3 L3 P4 L4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 L5 P11 L6 L7
Nilai 84 88 88 76 76 88 72 72 68 72 72 60 72 68 52 72 80 68
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden L8 L9 L10 P 12 L11 L12 P13 P14 L13 L14 L15 P15 P16 P17 L16 P18 P19
Nilai 56 92 60 88 56 80 52 88 84 84 72 92 52 76 76 76 52
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 92 dan nilai minimum adalah 52. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini:
146 1. Urutkan data terkecil ke data terbesar 52,52,52,52,56,56,60,60,68,68,68,72,72,72,72,72,72,72,76,76,76,76,76,76,80,80,80 ,84,84,84,88,88,88,92,92 2. Rentang (r) r = data terbesar – data terkecil = 92 – 52 = 40 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35 K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 35 = 1 + 5, 095 = 6,095 = 6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) 𝑟 𝑖= 𝐾 40 𝑖= 6,09 = 6,56 = 7 (dibulatkan) 5. Menentukan distribusi frekuensi Nilai Batas Frekuensi Interval Tengah fi. Xi Xi² fXi² Kelas (fi) (Xi) 52-58 51.5 6 55 330 3025 18150 59-65 58.5 2 62 124 3844 7688 66-72 65.5 10 69 690 4761 47610 73-79 72.5 6 76 456 5776 34656 80-86 79.5 6 83 498 6889 41334 87-93 86.5 5 90 450 8100 40500 Jumlah 414 35 435 2548 32395 189938 6. Menentukan rata-rata (mean) 𝑓𝑋𝑖 (𝐱) = 𝑛
=
𝟐𝟓𝟒𝟖 𝟑𝟓
= 𝟕𝟐. 𝟖 7. Menentukan Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. Me = b + p [1/2 n - F] f Dimana: b = batas bawah kelas median = 65,5 p = panjang kelas =7 n = banyak data = 35 F = nilai frekuensi sebelum kelas median =6+2=8 f = nilai frekuensi kelas median = 10 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 1/2𝑛 − 𝐹 𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝 𝑓
147 𝑀𝑒 = 65,5 + 7
1/2.35 − 8 10
𝑀𝑒 = 65,5 + 7(1,35) 𝑀𝑒 = 65,5 + 9,45 = 74,49 8. Menentukan modus Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo = b + p [ b1 ] b1+b2 Dimana: b = batas bawah kelas median p = panjang kelas b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 65,5 =7 = 10 – 2 = 8 = 10 – 6 = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut: 𝑏1 𝑀𝑜 = 𝑏 + 𝑝 𝑏1 + 𝑏2 8 𝑀𝑜 = 65,5 + 7 8+4 𝑀𝑜 = 65,5 + 4,6 = 70,1 8. Menentukan varians (Si²) 𝒏 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝟐 𝑺𝒊𝟐 = 𝒏 𝒏−𝟏 35 189938 − 2548 2 𝑆𝑖 2 = 35(35 − 1) 6647830 − 6492304 = 1190 155526 = 1190 = 130,69 8. Menentukan Standar Deviasi (SD) 𝒏 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝟐 𝑺𝑫 = 𝒏 𝒏−𝟏 𝑆𝐷 = 130,69 𝑆𝐷 = 11,43
148 B Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray a. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Responden L1 L2 P1 L3 L4 P2 L5 P3 P4 L6 L7 P5 L8 P6 L9 P7 L10 P8
Nilai 16 16 40 32 56 36 40 40 20 20 48 36 48 28 52 32 24 24
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden P9 P10 P11 L11 L12 L13 L14 L15 P12 L16 P13 P14 P15 L17 L18 P16 P 17
Nilai 40 56 52 32 16 52 44 56 40 56 44 52 56 48 48 32 44
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 56 dan nilai minimum adalah 16. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini: 1. Urutkan data terkecil ke data terbesar 16,16,16,20,20,24,24,28,32,32,32,32,36,36,40,40,40,40,40,44,44,44,48,48,48,48,52,52 ,52,52,56,56,56,56,56 2. Rentang (r) 𝒓 = 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 − 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 𝒓 = 𝟏𝟔 − 𝟓𝟔 𝒓 =40 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35 𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛 = 1 + 3,3 log 35 = 1 + 5, 09 = 6,09 =6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) 𝑟 𝑖=𝐾 40 𝑖= 6,09 = 6,56 = 7 (dibulatkan)
149 5. Menentukan distribusi frekuensi Batas Frekuensi Interval Kelas (fi) 16-22 15,5 5 23-29 22,5 3 30-36 29,5 6 37-43 36,5 5 44-50 43,5 7 51-57 50,5 9 Jumlah 35
Nilai Tengah (Xi) 19 26 33 40 47 54 219
fi. Xi
Xi²
fXi²
95 78 198 200 329 486 1386
361 626 1089 1600 2209 2916 8851
1805 2028 6534 8000 15463 26244 60074
6.Menentukan rata-rata (mean) 𝑓𝑋𝑖 𝑋= 𝑛 1386 𝑋= 35 𝑋 = 39,6 7. Menentukan Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. Me = b + p [1/2 n - F] f Dimana: b = batas bawah kelas median = 29,5 p = panjang kelas =7 n = banyak data = 35 F = nilai frekuensi sebelum kelas median = 5 + 3 =8 f = nilai frekuensi kelas median =6 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 𝑀𝑒 = 29,5 + 7
1
2 35−8 6
= 29,5 + 7(2,25) = 29,5 +15,75 = 45,25 8. Menentukan modus Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo = b + p [ b1 ] b1+b2 Dimana: b = batas bawah kelas median p = panjang kelas b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 29,5 =7 =6–3=3 =6–5=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut: 3 𝑀𝑜 = 29,5 + 7 3+1 = 29,5 + 5,25 = 34,75
150 9. Menentukan varians (Si²) 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝟐 𝑺𝒊 = 𝒏 𝒏−𝟏 𝟑𝟓. 𝟔𝟎𝟎𝟕𝟒 − 𝟏𝟑𝟖𝟔 𝟐 𝟐 𝑺𝒊 = 𝟑𝟓(𝟑𝟓 − 𝟏) 𝟐𝟏𝟎𝟐𝟓𝟗𝟎 − 𝟏𝟗𝟐𝟎𝟗𝟗𝟔 = 𝟏𝟏𝟗𝟎 = 𝟏𝟓𝟐, 𝟔 10. Menentukan Standar Deviasi (SD) 𝟐
𝒏
𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒏 𝒏−𝟏 𝑆𝐷 = 152,6 𝑆𝐷 = 12,35 𝑺𝑫 =
𝒏
𝒇𝑿𝒊
𝟐
b. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Two Stay two Stray No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Responden L1 L2 P1 L3 L4 P2 L5 P3 P4 L6 L7 P5 L8 P6 L9 P7 L10 P8
Nilai 40 48 72 64 80 64 72 72 76 56 76 60 76 56 80 60 52 44
No 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden P9 P10 P11 L11 L12 L13 L14 L15 P12 L16 P13 P14 P15 L17 L18 P16 P 17
Nilai 68 80 76 64 44 80 72 80 68 80 72 64 80 72 76 60 68
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 80 dan nilai minimum adalah 40. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini. 1. Urutkan data terkecil ke data terbesar 40,44,44,48,52,56,56,60,60,60,64,64,64,64,68,68,68,72,72,72,72,72,72,76,76,76,76 ,76,80,80,80,80,80,80,80 2. Rentang (r) 𝑟 = 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 − 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑟 = 80 − 40 𝑟 = 40 3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛
151 = 1 + 3,3 log 35 = 1 + 5, 09 = 6,09 =6 (dibulatkan) 4. Panjang kelas interval (i) 𝑟 𝑖= 𝐾 40 𝑖= 6,09 𝑖 = 6,5681445 𝑖 = 7 (𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛) 5. Menentukan distribusi frekuensi Interval
Batas Kelas
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 Jumlah
39.5 46.5 53.5 60.5 67.5 74.5 342
6.
Nilai Frekuensi Tengah (fi) (Xi) 3 43 2 50 5 57 4 64 9 71 12 78 35 363
fi. Xi
Xi²
fXi²
129 100 285 256 639 936 2345
1849 2500 3249 4096 5041 6084 22819
5547 5000 16245 16384 45369 73008 161553
Menentukan rata-rata (mean) 𝑓𝑋𝑖 (𝐱) = 𝑛 𝟐𝟑𝟒𝟓 = 𝟑𝟓 = 𝟔𝟕 7. Menentukan Median (Me) Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini. Me = b + p [1/2 n - F] f Dimana: b = batas bawah kelas median =53,5 p = panjang kelas =7 n = banyak data = 35 F = nilai frekuensi sebelum kelas median =3+2=5 f = nilai frekuensi kelas median =5 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 1/2𝑛 − 𝐹 𝑓 1/2.35 − 5 𝑀𝑒 = 53,5 + 7 5 𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝
𝑀𝑒 = 53,5 + 7(3) 𝑀𝑒 = 53,5 + 21 = 74,5
152 8. Menentukan modus Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini. Mo = b + p [ b1 ] b1+b2 Dimana: b = batas bawah kelas median p = panjang kelas b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 53,5 =7 =5–2=3 =5–4=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut. 3 𝑀𝑜 = 25,5 + 7 3+1 𝑀𝑜 = 25,5 + 5,25 = 30,75 9. Menentukan varians (Si²) 𝒏 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒇𝑿𝒊 𝟐 𝟐 𝑺𝒊 = 𝒏 𝒏−𝟏 𝟑𝟓 𝟏𝟔𝟏𝟓𝟓𝟑 − 𝟐𝟑𝟒𝟓 = 𝟑𝟓 𝟑𝟓 − 𝟏 𝟓𝟔𝟓𝟒𝟑𝟓𝟓 − 𝟓𝟒𝟗𝟗𝟎𝟐𝟓 = 𝟏𝟏𝟗𝟎 155330 = 1190 = 130,5294
𝟐
10. Menentukan Standar Deviasi (SD) 𝒇𝑿𝒊𝟐 − 𝒏 𝒏−𝟏 = 130,5249 = 11,42
𝑺𝑫 =
𝒏
𝒇𝑿𝒊
𝟐
153 Lampiran 10 UJI NORMALITAS DATA Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji Liliefors, dengan rumus: Lo = F (Zi) – S (Zi) Proses perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut: 1. Data diurutkan dari terkecil hingga terbesar 2. tentukan nilai Zi, dari tiap-tiap data (kolom Zi) dengan rumus Zi = x - ‾x SD 3. Nilai Zi dikonsultasikan pada daftar F (Kolom Zt) 4. Untuk kolom S (Zi) S (Zi) = Nomor responden Jumlah responden 5. Kolom F (Zi) – S (Zi), merupakan harga mutlak dari selisih antara F (Zi) – S (Zi) 6. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk menentukan Lo 7. Apabila Lo hitung < Lo tabel, berarti data berdistribusi normal A. Hasil Tes Kelompok Eksperimen Jigsaw 1. Pretest Tabel Uji Normalitas Data Pre Test Kelompok Eksperimen Jigsaw No
Skor (xi)
f
Zn
Zi
Z tabel
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
1
12
2
2
-1.91
0.4719
0.0281
0.05714286
0.029042857
2
16
3
5
-1.58
0.4429
0.0571
0.14285714
0.085757143
3
20
1
6
-1.25
0.3944
0.1056
0.17142857
0.065828571
4
24
3
9
-0.92
0.3212
0.1788
0.25714286
0.078342857
5
28
1
10
-0.59
0.2224
0.2776
0.28571429
0.008114286
6
32
2
12
-0.26
0.1026
0.3974
0.34285714
0.054542857
7
36
9
21
0.06
0.0239
0.5239
0.6
0.0761
8
40
2
23
0.39
0.1517
0.6517
0.65714286
0.005442857
9
44
4
27
0.72
0.2642
0.7642
0.77142857
0.007228571
10
48
3
30
1.05
0.3531
0.8531
0.85714286
0.004042857
11
52
5
35
1.38
0.4162
0.9162
1
-0.0838
∑
35
Lo:0.085757143
154 Cara menghitung: Zi = x - x SD S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa n Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka: 0,886 0,886 Ltabel (Lt); = = = 0,1497 𝑛 35 Karena Lo < Lt (0.0857< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal.
2. Posttest Tabel Uji Normalitas Data Post Test Kelompok Eksperimen Jigsaw No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ∑
Skor (x) 52 56 60 68 72 76 80 84 88 92
f
Zn
Zi
Z tabel
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
4 2 2 3 7 6 3 3 3 2 35
4 6 8 11 18 24 27 30 33 35
-1.81 -1.46 -1.11 -0.41 -0.06 0.27 0.62 0.97 1.32 1.67
0.4649 0.4279 0.3665 0.1591 0.0239 0.1064 0.2324 0.334 0.4066 0.4525
0.0351 0.0721 0.1335 0.3409 0.4761 0.6064 0.7324 0.834 0.9066 0.9525
0.11428571 0.17142857 0.22857143 0.31428571 0.51428571 0.68571429 0.77142857 0.85714286 0.94285714 1
0.079185714 0.099328571 0.095071429 0.026614286 0.038185714 0.079314286 0.039028571 0.023142857 0.036257143 0.0475 Lo:0.09932857
Cara mengitung: Zi = x - x SD S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa n Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka: 0,886 0,886 Ltabel (Lt); = = = 0,1497 𝑛 35 Karena Lo < Lt (0.0993< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal.
155 B. Hasil Tes Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray 1. Pre Test Tabel Uji Normalitas Data Pre Test Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray No
Skor (xi)
f
Zn
Zi
Z table
F(Zi)
F(Zi) –S(Zi)
S (Zi)
1
16
3
3
-1.91
0.4719
0.0281
0.08571429
0.057614286
2
20
2
5
-1.58
0.4429
0.0571
0.14285714
0.085757143
3
24
2
7
-1.26
0.3962
0.1038
0.2
0.0962
4
28
1
8
-0.93
0.3238
0.1762
0.22857143
0.052371429
5
32
4
12
-0.61
0.2291
0.2709
0.34285714
0.071957143
6
36
2
14
-0.29
0.1141
0.3859
0.4
0.0141
7
40
5
19
0.03
0.012
0.488
0.54285714
0.054857143
8
44
3
22
0.35
0.1368
0.6368
0.62857143
0.008228571
9
48
4
26
0.68
0.2518
0.7518
0.74285714
0.008942857
10
52
4
30
1.00
0.3113
0.8113
0.85714286
0.045842857
11
56
5
35
1.32
0.4066
0.9066
1
0.0934 Lo:0.0962
∑
35
Cara menghitung: Zi = x - x SD S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa n Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka: 0,886 0,886 Ltabel (Lt); = = = 0,1497 𝑛 35 Karena Lo < Lt (0.0857 < 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal. 2. Post Test Tabel Uji Normalitas Data Post Test Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ∑
Skor (x) 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80
F
Zn
Zi
Z table
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
1 2 1 1 2 3 4 3 6 5 7 35
1 3 4 5 7 10 14 17 23 28 35
-2.36 -2.01 -1.66 -1.31 -0.96 -0.61 -0.26 0.08 0.43 0.78 1.13
0.4909 0.4778 0.4515 0.4049 0.3315 0.2291 0.1026 0.0319 0.1664 0.2823 0.3706
0.0091 0.0222 0.0485 0.0951 0.1685 0.2709 0.3974 0.5319 0.6664 0.7823 0.8706
0.02857143 0.08571429 0.11428571 0.14285714 0.2 0.28571429 0.4 0.48571429 0.65714286 0.8 1
0.019471429 0.063514286 0.065785714 0.047757143 0.0315 0.014814286 0.0026 0.046185714 0.009257143 0.0177 0.1294 Lo:0.065785714
156 Cara menghitung: Zi = x - x SD S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa n Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka: 0,886 0,886 Ltabel (Lt); = = = 0,1497 𝑛 35 Karena Lo < Lt (0.0657< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel berdistribusi normal.
157 Lampiran 11 Uji Homogenitas Data A. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: Fhitung = S 1² = Varians terbesar S 2² Varians terkecil Dengan langkah sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen 2. Kriteria pengujian a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians homogen b. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, yang berarti kedua varians tidak homogen 3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil). db1 = n – 1 = 35 – 1 = 34 db2= n – 1 = 35 – 1 = 34 4. Menentukan nilai Fhitung: Fhitung = S 1² = Varians terbesar S 2² Varians terkecil Diketahui : S Terbesar = 152,6 S Terkecil = 146,3 152,6 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 146,2 = 1,04 5. Menentukan nilai Ftabel Untuk db penyebut 34 dan db pembilang 34 (0.05:34,34) tidak terdapat pada tabel, maka digunakan db penyebut dan db pembilang yang terdekat, yaitu db penyebut 34 dan db pembilang 40 (0.05:34,40). Adapun Ftabel dengan db penyebut 34 dan db pembilang 40 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74. Karena Fhitung < Ftabel (1,04 < 1,74), ini berarti Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen. B. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok 1. Hipotesis Ho = Data yang memiliki varians homogen Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen 2. Kriteria pengujian a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians homogen b. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, yang berarti kedua varians tidak homogen 3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil). db1 = n – 1 = 35- 1 = 34 db2= n – 1 = 35 – 1 = 34
158 4. Menentukan nilai Fhitung: Fhitung = S 1² = Varians terbesar S 2² Varians terkecil Diketahui : S Terbesar = 130,7 S Terkecil = 130,5 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
130,7 130,5
= 1,0015 5. Menentukan nilai Ftabel Untuk db penyebut 34 dan db pembilang 34 (0.05:34,34) tidak terdapat pada tabel, maka digunakan db penyebut dan db pembilang yang terdekat, yaitu db penyebut 34 dan db pembilang 40 (0.05:34,40). Adapun Ftabel dengan db penyebut 34 dan db pembilang 40 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74. Karena Fhitung < Ftabel (1,0015 < 1,74), ini berarti Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen.
159
Lampiran 12 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray Pehitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini: N-gain = Nilai posttest – nilai pretest Skor ideal – nilai pretest Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut. g- tinggi
: nilai G ≥ 0,7
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G ≤ 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30
Nilai N-gain hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut ini: Tabel Nilai N-gain Kelas Eksperimen Two Stya Two Stray No
Nama Siswa
Nilai Pretest posttest
Gain (G)
Kategori
1
Abdul
16
40
0.28
Rendah
2
Agung
16
48
0.38
Sedang
3
Ane
40
72
0.53
Sedang
4
Aldi
32
64
0.47
Sedang
5
Alvin
56
80
0.54
Sedang
6
Astri
36
64
0.43
Sedang
7
Dede
40
72
0.53
Sedang
8
Debby
40
72
0.53
Sedang
9
Dini
20
76
0.7
Sedang
10
Dika
20
56
0.45
Sedang
11
Firman
48
76
0.53
Sedang
12
Hastuti
36
60
0.37
Sedang
13
Handika
48
76
0.53
Sedang
14
Heni
28
56
0.38
Sedang
15
Indra
52
80
0.58
Sedang
16
Indri
32
60
0.41
Sedang
17
Marwan
24
52
0.36
Sedang
18
Muthia
24
44
0.26
Rendah
19
Mega
40
68
0.46
Sedang
20
Norma
56
80
0.54
Sedang
21
Rahayu
52
76
0.5
Sedang
160
Nilai Pretes Postest
No
Nama Siswa
Gain (G)
Kategori
22
Rhamadan
32
64
0.47
Sedang
23
Riandi
16
44
0.33
Sedang
24
Renaldy
52
80
0.58
Sedang
25
Rendy
44
72
0.5
Sedang
26
Ricky
56
80
0.54
Sedang
27
Rima
40
68
0.46
Sedang
28
Roni
56
80
0.54
Sedang
29
Selvi
44
72
0.5
Sedang
30
Siti Juwanti
52
64
0.25
Rendah
31
Sumyati
56
80
0.54
Sedang
32
Sulton
48
72
0.46
Sedang
33
Yoga
48
76
0.53
Sedang
34
Yurizky
32
60
0.41
sedang
35
Vina
44
68
sedang
39.31
67.2
0.42 0.47
Rata-rata
sedang
161
Lampiran 13 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw Pehitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini: N-gain = Nilai posttest – nilai pretest Skor ideal – nilai pretest Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut. g- tinggi : nilai G ≥ 0,7 g-sedang : nilai 0,30 ≤ G ≤ 0,70 g-rendah : nilai G < 0,30 Nilai N-gain hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut ini: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Siswa Agil Zaelsy Sri Bachtiar
Bayu Indriyani Ari Resti Fahma Ramlan Randi Dina Umar Hani Dede Ade Hadi Lola Adelia Septi Yudistilawati Sulton Dani
Nilai Pretest Posttest 48 84 52 88 40 88 36 76 44 76 52 88 36 72 36 72 32 68 32 72 36 72 24 60 28 72 24 68 16 52 36 72 44 80 24 68 20 56 36 92 36 60 52 88 16 56
Gain (G) 0.69 0.75 0.8 0.62 0.57 0.75 0.56 0.56 0.52 0.58 0.56 0.47 0.61 0.58 0.43 0.56 0.64 0.57 0.45 0.87 0.37 0.75 0.47
Kategori sedang tingggi tingggi sedang sedang tingggi sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang tingggi sedang tingggi sedang
162
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Gain (G)
Umar Fariz Mulyana Risa Nico Silva Feni Yolanda Gatot Rian Faradilla Chika
Nilai Pretest Postest 52 80 12 52 48 88 40 84 48 84 36 72 52 92 12 52 36 76 44 76 44 76 16 52
0.42
sedang sedang tingggi tingggi sedang sedang tingggi sedang sedang sedang sedang sedang
Rata-rata
35.42
0.60
sedang
Nama Siswa
73.25
0.58 0.45 0.77 0.73 0.69 0.56 0.83 0.45 0.62 0.57 0.57
Kategori
163
Lampiran 14 Persiapan Uji Hipotesis (Uji t) Tabel Perhitungan “t” test Nilai N-gain Kelompok Eksperimen Jigsaw Responden
N-gain Jigsaw
N-gain TSTS
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C D E F G H I ∑ ‾x SD
0.69 0.75 0.8 0.62 0.57 0.75 0.56 0.56 0.52 0.58 0.56 0.47 0.61 0.58 0.43 0.56 0.64 0.57 0.45 0.87 0.37 0.75 0.47 0.58 0.45 0.77 0.73 0.69 0.56 0.83 0.45 0.62 0.57 0.57 0.42 20.97 0.599142857 0.125143951
0.28 0.38 0.53 0.47 0.54 0.43 0.53 0.53 0.7 0.45 0.53 0.37 0.53 0.38 0.58 0.41 0.36 0.26 0.46 0.54 0.5 0.47 0.33 0.58 0.5 0.54 0.46 0.54 0.5 0.25 0.54 0.46 0.53 0.41 0.42 16.29 0.465428571 0.097568765
164
Lampiran 15 PENGUJIAN HIPOTESIS Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan “t” test, berikut langkah – langkah perhitungannya: a. Merumuskan hipotesis Ho = µ1 = µ2 Ha = µ1 ≠ µ2 Keterangan: Ho = Hipotesis nihil Ha = Hipotesis alternatif µ1 = Prestasi belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw µ2 = Prestasi belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS
b. Menentukan kriteria pengujian Jika thitung < ttabel, , maka Ho diterima Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) 35 + 35 – 2 = 68
c. Menentukan uji statistik Nilai N-gain kelompok eksperimen Jigsaw dan kelompok eksperimen TSTS. Eksperimen
Mean
Jigsaw
0.59 0.46
TSTS
SD dan Mean kelompok Jigsaw
N 35 35
Standar Deviasi 0.125143951 0.097568765
= 0.125143951dan 0,59
Sehingga varians, Sd = 0.125143951 S² = 0,015661 SD dan Mean kelompok TSTS Sehingga varians, Sd = 0,097568765 S² = 0,00952 𝑛1 − 1 𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22 𝑠 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2 2
𝑠2 =
35 − 1 0,01566 + 35 − 1 0,00952 35 + 35 − 2
= 0,097568765 dan 0,46
165
0,53244 + 0,3236844 68 0,8561244 𝑠2 = 68 𝑠2 =
𝑠 2 = 0,0126 𝑠 = 0,112
t
𝑡=
𝑡= 𝑡=
X1 X 2 1 1 S n1 n2 0,59 − 0,46 0,112
1+1 35 35 0,13
0,122 0,028 + 0,028 0,13 0,122 0,056
0,13 0,122(0,24) 𝑡 = 4,44 𝑡=
Setelah thitung diperoleh, kemudian menentukan ttabel dengan berkonsultasi pada tabel “t”. Dengan df sebesar 68 taraf signifikansi 0,05 tidak ada dalam tabel maka digunakan df yang mendekati yaitu 70 sebesar 2,00
d. Melakukan pengambilan kesimpulan Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen Jigsaw dan Two Stay Two Stray, thitung > ttabel (4,44 > 2,00), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik Two Stay Two Stray. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan sesudah menggunakan metode pembelajaran teknik Jigsaw dan TSTS terhadap hasil belajar biologi pada konsep sistem ekosistem