JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
181
MELALUI MODEL BELAJAR TWO STAY TWO STRAY (TSTS) MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI KELAS IV SD NEGERI 1 SUMBEREJO KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2014/2015 Oleh: Dwi Widyaningsih SD Negeri 1 Sumberejo, Durenan, Trenggalek
Abstrak. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan model belajar TSTS yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester II SDN 1 Sumberejo Tahun Pelajaran 2014/2015 terhadap materi Perkembangan Teknologi yang disampaikan oleh guru. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Two Stay Two Stray Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IV Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Perkekbangan teknologi Tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Peneliti disini sebagai guru Kelas IV dimana tempat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Maret sampai bulan April 2015. Pembelajaran IPS menjadi lebih aktif dan kondusif. Dalam pembelajaran multi metode kelas dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang mengerti. Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain. Tugas tuan rumah adalah menjelaskan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jadi tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri. Begitu seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu. Setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray maka prestasi belajar siswa dapat meningkat secara signifikan. Pada hasil nilai siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,20 dengan ketuntasan belajar siswa 60,00% mneingkat menjadi 87,20 dengan persentase ketunbtasan sebesar 88,00%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Kata kunci: IPS, Pendekatan Two Stay Two Stray, Prestasi Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/ SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa
yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. (Suryana, 2002) Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam
181
182
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri; (c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan; (b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (c) Sistem sosial dan budaya; (d) Perilaku Ekonomi dan kesejahteraan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 1 Sumberejo ini masih banyak menemui hambatan, diantaranya adalah: 1) Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi, sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi kesenjangan antara siswa yang pintar dan kurang pintar. Perolehan hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN1 Sumberejo sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu ≥75. Hal ini
juga diterangkan oleh guru mata pelajaran IPS yang bersangkutan. Bahwasannya hasil belajar siswa khususnya kelas IV pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setiap diadakan ulangan harian. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatan belajar IPS. Penggunaan istilah “model” barangkali lebih dikenal dalam dunia fashion. Sebenarnya dalam pembelajaran pun istilah “model” juga banyak dipergunakan. Mills (Suprijono, 2011), berpendapat bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. (Budimansyah, 2006) Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Untuk lebih menunjang keberhasilan dari pembelajaran kooperatif maka alternatif solusi yang dipilih adalah model pembelajaran tipe two stay-two stray (dua tinggal dua tamu). Model pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan teman satu kelompoknya ataupun dengan teman dalam kelompok lain, berinteraksi sosial dengan membagikan ide serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Lie, 2008). Melalui model
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadi dan kelompoknya serta saling keterkaitan dengan rekanrekan sekelompoknya. Model Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota kelompok lain.
183
Biasanya pembentukan kelompok dilakukan sebanya 4 orang satu kelompok, sesuai dengan pendapat Lie (2008) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor. Sedangkan kekurangan kelompok berempat adalah lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan. Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah; (3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda; (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kelebihan dari model Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut: (a) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan; (b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya; (c) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna; (d) Lebih berorientasi pada keaktifan; (e) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya; (f) Siswa dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis; (g) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa; (h) Kemampuan berbicara siswa dapat
183
184
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
ditingkatkan; (i) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar Sedangkan kekurangan dari model Two Stay Two Stray adalah: (a) Membutuhkan waktu yang lama; (b) Siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama sehingga siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok; (c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga); (d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. (Winataputra, 2001). Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain. Pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: (1) Persiapan, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masingmasing anggota 4 siswa dan setiap anggota
kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan jenis kelamin. (2) Presentasi Guru, pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. (3) Kegiatan Kelompok, pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. (4) Formalisasi, setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. (5) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan, pada tahap ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi. Model pembelajaran dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertemu antar kelompok untuk berbagi informasi. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray adalah (a) Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok; (b) Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang mengerti; (c) Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain; (d) Tugas tuan rumah adalah menjelaskan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut; (e) Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jadi tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri; (f) Begitu seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu; (g) Kesimpulan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendiskripsikan model belajar TSTS
185
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester II SDN 1 Sumberejo Tahun Pelajaran 2014/2015 terhadap materi Perkembangan Teknologi yang disampaikan oleh guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN Two Stay Two Stray Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IV Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Perkembangan Teknologi Tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Peneliti disini sebagai guru Kelas IV dimana tempat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Maret sampai bulan April 2015. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning); (2) Pelaksanaan (Action); (3) Observasi (Observation); (4) Refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Two Stay Two Stray, terhadap bidang studi IPS pokok bahasan Perkembangan Teknologi. Adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (a) Siswa enggan untuk bertanya/ mengemukakan pendapat; (b) Siswa kurang termotivasi dalam proses belajar; (c) Siswa malu bertanya. Untuk menunjang pemecahan
185
186
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
masalah dalam penelitian ini peneliti bersama mitra guru merencanakan/membuat kelengkapan dalam penelitian sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan Two Stay Two Stray; (2) Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas; (3) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), alat peraga berupa foto/gambar para tokoh; (4) Lembaran Angket; (5) Membuat alat evaluasi untuk mencatat dan menganalisa peningkatan kualitas hasil belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus; (6) Dokumentasi digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian; (3) Menyimpulkan dan memferifikasi. Karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris dan kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskuis tentang penerapan metode konstekstual dan diteruskan dengan meninjau materi yang akan disampaikan pada penelitian tindakan. Metode pengumpulan data yaitu dengan menggunakan (1) Tes, digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar siswa; (2) Observasi, dimaksudkan untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas atau respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran; (3) Angket, digunakan untuk mendetaksi sikap, minat, respon, dan motivasi siswa terhadap pembelajaran; (4) Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpul data yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal SDN 1 Sumberejo merupakan salah satu SD Negeri di desa Sumberejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. SD yang dipimpin oleh Ibu Sutiyah, S.Pd tetap eksis sebagai sekolah yang mendapat anemo masyarakat cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah murid kelas IV yang berjumlah 21 siswa. Pagu yang terpenuhi ini membuktikan bahwa sekolah ini mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat sekitarnya. Untuk terus memacu prestasi belajar siswa, guru kelas IV berupaya untuk menginovasi mode pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Pada tanggal 4 Maret 2015, peneliti mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada kepala sekolah. Kepala sekolah memberikan respon yang sangat baik terhadap permohonan yang diajukan oleh peneliti. Hal ini dapat dilihat pada lmapiran 2 yang berisi balasan permohonan penelitian Planning (Perencanaan) Setelah peneliti mendapatkan ijin penelitian, guru kelas IV menyusun format penelitian berupa catatan lapangan, format observais penelitian, format penilaian, RPP, LKS, tugas individu, dan angket. Action (Pelaksanaan) Pertemuan 1, meliputi: (1) Pada pukul 07.00 peneliti dengna didampingi oleh
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
kolaboartor penelitian memasuki ruangan. Peneliti melakukan kegiatan pendahuluan dengan mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersam. Guru menanyakan kondisi siswa; (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (3) Guru menggali pemahaman siswa dengan meminta siswa mengamati gambar berikut ini.
187
informasi yang telah diperolehnya; (13) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (14) Pukul 08.40 siswa diminta untuk membuat kesmimpulan dengan bimbingan guru; (15) Siswa diberi tugas individu Pertemuan 2, meliputi: (1) Pukul 07.00 WIB guru memasuki ruang kelas. Guru mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama; (2) Guru menanyakan kondisi siswa; (3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (4) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masing-masing yang telah ditentukan oleh guru; (5) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (6) Pukul 07.20 WIB, kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (7) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (8) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (9) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok maisng-masing; (10) Pukul 07.35 setipa kelompok kembali mendiskusikan hasil informasi yang telah diperolehnya; (11) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (12) Pukul 08.05 WIB, siswa diminta untuk membuat kesmimpulan dengan bimbingan guru; (13) Siswa diberi tugas individu Observation (Pengamatan) Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap aktivitas guru, menunjukkan bahwa untuk aktivitas guru secara umum sudah menunjukkan aktivitas
(4) Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan berikut: Apa kegiatan yang dilakukan pada gammbar diatas? Teknologi apa yang digunakan pada gambar; (5) Pukul 07.00 WIB siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masing-maisng yang telah ditentukan oleh guru; (6) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (7) Setelah pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalah yang terdapat pada LKS; (8) Setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (9) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (10) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (11) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok maisng-masing; (12) Pukul 07.45 WIB kelompok kembali mendiskusikan hasil
187
188
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
yang baik, meski masih ditemukan beberapa kelemahan dalam menerapkan metode pembelajaran multi model dalam pembelajaran IPS. Beberapa aktivitas guru yang masih memerlukan perbaikan adalah aktivitas guru dalam memotivasi siswa dalam kegiatan kooperatif siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, guru masih lebih dominan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran belum tercipta suasana yang menyenangkan, aktif dan kondusif. Untuk aktivitas siswa yang masih perlu perbaikan adalah keberanian siswa dalam memberikan ide, komunikasi siswa dalam kegiatan kelompok, kemampuan siswa untuk memprediksi dan menganalisis suatu permasalahan. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dari hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Ketuntasan belajar siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, ditambah dengan perencanaan perbaikan tindakan untuk mengatasi kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I. Action (Pelaksanaan) Pertemuan 1, meliputi: (1) Pukul 07.00 WIB peneliti memasuki ruang kelas
IV, kemudian mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama; (2) Guru menanyakan kondisi siswa; (3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (4) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masingmaisng yang telah ditentukan oleh guru; (5) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (6) Setelah pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalahan yang terdapat pada LKS; (7) Pukul 07.25, kegiatan diskusi dalam kelompok selesai dilanjutkan, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (8) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (9) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (10) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok maisng-masing; (11) Setiap kelompok kembali mendiskusikan hasil informasi yang telah diperolehnya; (12) Pukul 08.10 WIB, kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (13) Pukul 08.35 siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan bimbingan guru; (14) Siswa diberi tugas individu. Pertemuan 2, meliputi: (1) Pukul 07.00 WIB, guru kelas memasuki runag kelas, kemudian guru mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama; (2) Guru menanyakan kondisi siswa; (3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan TSTS; (4) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
kelompok masing-maisng yang telah ditentukan oleh guru; (5) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (6) Setelah pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalah yang terdapat pada LKS; (7) Pukul 07.15 kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (8) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (9) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (10) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok masingmasing; (11) Pukul 08.00 WIB kelompok kembali mendiskusikan hais informasi yang telah diperolehnya; (12) Pukul 08.15 WIB Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (13) Pukul 08.35 WIB, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan
189
bimbingan guru; (14) Siswa diberi tugas individu. Observation (Pengamatan) Observasi pada siklus II ini masih menggunakan format observasi yang sama pada format observasi pada siklus I. Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II terhadap aktivitas guru adalah guru telah mampu memperbaiki tindakan pembelajarannya. Perbaikan setiap tindakan yang dilakukan oleh peneliti berdampak semakin baiknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II, dapat direfleksikan bahwa kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat teratasi secara baik pada siklusI I. Dengan demikian prestasi belajarpun mengalami peningkatan dengan mendapatkan persentase ketuntasan belajar sebesar 88,00%. Dengan tercapainya ketuntasan belajar ini maka tidak diperlukan lagi perbaikan pembelajaran.
Tabel 1 Rekapitulasi Aktivitas Guru No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aktivitas Melakukan kegiatan aprsepsi dan motivasi Penguasaan materi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu Menggunakan dan memanfaatkan media secara efektif Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam pembelajaran Menjadi fasilitator dan motivator dalam pembelajaran Melakukan penilaian secara berkelanjutan Melakukan kegiatan refleksi pembelajaran Jumlah Rata-rata
Dari tabel di atas tampak bahwa guru menunjukkan perkembangan aktivitas yang baik. Hak ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 60.00% meningkat sebesar 20.00% menjadi 80,00% pada siklus II. Setelah dikonsultasikan pada tingkat aktivitas maka
P1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
Siklus I P2 Jumlah 2 4 3 5 2 4 2 4 2 4 2 5 2 5 2 5 3 6 3 6 48 60
P1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3
Siklus II P2 Jumlah 3 6 3 6 2 5 3 6 4 8 4 8 3 6 4 7 3 6 3 6 64 80
aktivitas guru termasuk dalam criteria sangat baik. Artinya setiap tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran guru dalam menerapkan metode yang digunakan yaitu pendekatan Two Stay Two Stray.
189
190
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
Tabel 2 Rekapitulasi Aktivitas Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aktivitas Sikap siswa saat guru melakukan apersepsi Kerjasama siswa dalam kelompok Tanggung jawab siswa dalam kelompok Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau pertanyaan Komunikasi siswa dalam kelompok Kemampuan siswa menghubungkan materi dengan kegiatan seharihari Ketepatan dan kecepatan siswa dalam menjawab persoalan yang diberikan oleh guru Komunikasi siswa dengan guru Komunikasi siswa dengan teman sebaya Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan Jumlah Rata-rata
Aktivitas siswa setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPS ternyata mampu meningkatkan kualitas aktivitas pembelajaran siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 61.25% meningkat sebesar
P1 3 3 2 3 2
Siklus I P2 Jumlah 2 5 3 6 2 4 3 6 3 5
P1 3 3 3 3 3
Siklus II P2 Jumlah 3 6 3 6 3 6 3 6 3 6
2
2
4
3
4
7
2
3
5
3
4
7
3 2 2
3 2 2
6 4 4 49 61.25
4 3 3
3 4 4
7 7 7 65 81.25
20.00% menjadi 81.25% pada siklus II. Dari perolehan persentase ini maka rata-rata aktivitas siswa adalah 81,25%, dan termasuk dalam criteria sangat baik. Artinya siswa mampu menerima dan melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Tabel 3 Perkembangan Pretasi Belajar Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Siswa Muh. Sahrul Agustin N Yeni Septiyo Ningsih Moh. Rafi Ardiyanto Elsaadila Aulia Muna Muh. Adi Saputra Sofi Coirika Mahfudah Ulul Ajimatul A’yun Amelia Carilina R Aprilia Fani Mujayanah Clarisa Eka Rahmawati Feriyo Fajar Aris Setiawan Febri Ryanto Karina Muh. Reza Hadi Q Maulidianing Wahyu Nia Kartika Putrid Neli Agustin Putrid Dina Dwicitra Ragil Pangestu Siti Ma’rifatul Falah Vira Ayu Wulan F Winda Aviola Febrianti Hengky Herianto Retno Wahyu Adinengtyas
Nilai 90 70 70 100 100 80 90 80 60 60 60 80 80 80 100 100 70 70 100 90 90 70 70 100 70
Tuntas T T T T T T T T T T T T T T T -
Ketuntasan Tidak tuntas TT TT TT TT TT TT TT TT TT TT
Nilai 80 70 100 100 90 90 90 80 90 80 80 90 100 80 90 80 70 100 100 90 80 70 100 100 80
Tuntas T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T
Ketuntasan Tidak tuntas TT TT TT -
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 Jumlah Rata-rata
2030 81.20
70.00
10 40.00
2180 87.20
22 88.00
3 12.00
87.20 88.00
90.00 80.00
15 60.00
191
81.20 67.20
60.00
60.00 50.00
RATA-RATA
40.00
KETUNTASAN
30.00
20.00
20.00 10.00 0.00 SEB SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa prestasi belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 81,20 dengan ketuntasan belajar siswa 60,00% meningkat menjadi 87,20 dengan persentase ketunbtasan sebesar 88,00%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 1.
dan kondusif. Dalam pembelajaran multi metode kelas dibagi dalam 5 kelompok. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang mengerti. Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain. Tugas tuan rumah adalah menjelaskan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyakbanyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jadi tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri. Begitu seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu Setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray maka prestasi belajar
Respon Siswa Untuk mengetahui respon siswa dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru, peneliti melakukan jajak pendapat siswa dengan menggunakan angket. Dalam angket ini terdapat 10 item. Dari hasil rekapitulasi angket diketahui babhwa siswa menunjukkan respon yang sangat positif dengan hasil sebesar 93,80 PENUTUP Kesimpulan Pembelajaran IPS menjadi lebih aktif
191
192
Dwi Widyaningsih, Melalui Model Belajar Two Stay Two Stray (TSTS)...
siswa dapat meningkat secara signifikan. Pada hasil nilai siklus I memperoleh nilai ratarata 81,20 dengan ketuntasan belajar siswa 60,00% mneingkat menjadi 87,20 dengan persentase ketunbtasan sebesar 88,00%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya DAFTAR RUJUKAN Budimansyah, Dasim. 2006. Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio. Bandung: PT. Genesindo Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo. Muhimat, M, 1994, PPKn Dan Kependudukan. Bandung: Ganeca Exact Ngalim Purwanto, MP, .1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya.
dalam memahami pokok bahasan. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan Two Stay Two Stray. Untuk team dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
Suprijono. 2011. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Jammars. Suryana, D, 2002, Belajar Aktif IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas. Winataputra, U.S. 2001. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Depdiknas. WJS. Poerwodarminto, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.