PERBEDAAN EFEKTIVITAS DOSIS ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN KADAR AMONIA PADA AIR KOLAM LIMBAH USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR SYNTYA FUZIA RAHMAN 1) ANDIK SETIYONO2) YULDAN FATURAHMAN3) Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan Lingkungan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 1) Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan Lingkungan Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (
[email protected]) 2 ABSTRAK Usaha peternakan ayam akhir-akhir ini mulai sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa kotoran ayam dan bau yang kurang sedap. Penumpukan kotoran atau penyimpanan mengakibatkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat, nitrit dan gas sulfide. Mengetahui kadar amonia di kolam ikan limbah peternakan ayam peneliti melakukan eksperimen dengan zeolit, rata-rata kadar amonia sebelum perlakuan dosis zeolit adalah 0,53 mg/L sedangkan menurut Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 apabila melebihi 0,02 mg/L perlu dilakukan pngelolaan dan pengendalian kadar ammonia tersebut . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas zeolit terhadap penurunan kadar amonia di kolam ikan limbah peternakan ayam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen dengan menggunakan rancangan pretest-postteswith control grup design. Sampel penelitian ini air kolam di kolam ikan dengan jumlah sampel 24. Hasil penelitian didapatkan rata-rata persentase penurunan pada dosis zeolit 200 gr 95,17% kadar ammonia 0,025mg/L, dosis 300 gr 96,21% kadar amonia 0,020 mg/L, dosis 400 gr 97,35% kadar ammonia 0,014 mg/L. Hasil uji kruskal wallis perbedaan kadar ammonia pada perlakuan berbagai dosis zeolit nilai p= 0,000< α=0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan untuk mengetahui dosis yang efektif didapatkan dosis zeolit 400 gr dapat menurunkan kadar amonia sebelum 0,53 mg/L sesudah perlakuan dosis zeolit 400 gr 0,014 mg/L (97,35%) tidak melebihi Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001.
Kata kunci
: Zeolit, limbah dan kadar amonia
Kepustakan
: 26 ( 1983 – 2009 )
THE DIFFERENCES OF ZEOLITE EFFECTIVENESS DOSES TO DECREASE OF AMONIA LEVEL IN WASTE OF WATER POND POULTRY FARM BUSINESS SYNTYA FUZIA RAHMAN 1) ANDIK SETIYONO2) YULDAN FATURAHMAN3) Students of the Faculty of Environmental Health Specialisation Siliwangi University (
[email protected]) 1) Supervisor Environmental Health Division of Health Sciences University of Siliwangi (
[email protected]) 2
ABSTRACT Nowdays the poultry farm often blamed as participating businesses to pollute the environment. The waste of poultry farm, especially chicken manure and unpleasant smell. The result of this accumulation waste storage caused the process of decomposition by microorganisms forming ammonia gas, nitrate, nitrite and sulfide gas. To know the level of ammonia waste fish pond poultry researcher conducted experiment with zeolite, the average of ammonia level before treatment zeolite dosage is 0.53 mg / L, while according to the Government Regulation No. 82 in 2001 when exceeding 0.02 mg / L is necessary to manage and control the ammonia level. The purpose of this study is to determine differences in the effectiveness of the zeolite to decreased level of ammonia waste poultry farm pond fish. The method used in this research is experiment using prestest design - posttest design with control group. This research sample is water of pond fish with 24 sample. The results shows the average of percentage decrease in dosage of 200 gr 95.17% zeolite ammonia levels 0.025 mg / L, the dosage of 300 gr 96.21% ammonia levels 0,020 mg / L, the dosage 400 gr 97.35% 0.014 ammonia levels mg / L. Kruskal Wallis test shows the differences in the level of ammonia in the treatment of various dosage of zeolite value of p = 0,000 <α = 0.05 Ho is rejected but Ha is accepted. Whereas to determine the effective dosage found 400 g zeolite may reduce the level of ammonia before 0.53 mg / L after treatment dosage of zeolite is 400 gr 0,014 mg / L (97.35%) did not exceed government regulations no. 82 in 2001.
Keywords: zeolite, poultry and ammonia levels kepustakaan: 26 (1983 - 2009)
A. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam akhir-akhir ini mulai sering dituding sebagai usaha yang ikut mencemari lingkungan. Peternakan ayam merupakan suatu usaha yang berwawasan
lingkungan
dan
efisien,
apabila
tatalaksana
pemeliharaan,
perkandangan dan penanganan limbahnya selalu diperhatikan. Kasus pencemaran lingkungan oleh peternakan ayam yang menjadi pemicu permasalahan sebenarnya akibat dari pemukiman yang terus berkembang. Pembangunan peternakan ayam awalnya didirikan jauh dari pemukiman penduduk namun lama kelamaan di sekitar areal petemakan tersebut menjadi pemukiman. Hal tersebut terjadi karena perkembangan dan rencana tataruang yang tidak konsisten (Infovet, 1996), untuk itu perlu suatu perbaikan sistem pemanfaatan lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Pemerintah telah membuat kebijakan penggunaan suatu areal atau kawasan usaha peternakan (KUNAK) agar tidak saling mengganggu antara petemakan dan pemukiman. Kawasan tersebut juga harus senantiasa memelihara lingkungannya, antara lain dengan melakukan pengelolaan limbah serta pemantauan lingkungan secara terus menerus. Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan ayam terutama berupa kotoran ayam dan bau yang kurang sedap. Jumlah kotoran ayam yang dikeluarkan setiap harinya banyak, rata-rata per ekor ayam 0, 15 kg (Charles dan Hariono, 1991). Fontenot (1983) melaporkan bahwa rata-rata produksi buangan segar ternak ayam petelur adalah 0,06 kg/hari/ekor, dan kandungan bahan kering sebanyak 26%. Penumpukan kotoran atau penyimpanan mengakibatkan proses dekomposisi oleh mikroorganisme membentuk gas amonia, nitrat, nitrit dan gas sulfida. Gas-gas tersebutlah yang menyebabkan bau (Svensson, 1990; Pauzenga, 1991).Produksi amonia dalam kandang ternak adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Senyawa yang menimbulkan bau ini dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob seperti tumpukan kotoran yang masih basah. Survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 Maret tahun 2014 kadar amonia di kolam ikan tersebut adalah 0,5 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 kadar ammonia pada air kolam adalah 0,02 mg/L, apabila kadar ammonia di kolam ikan tersebut melebihi 0,02 mg/L perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian kadar ammonia tersebut .
A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan eksperimen semu (Quasi Eksperimen) dengan rancangan penelitian one grup pre post test design (desain sebelum dan sesudah satu kelompok). Populasi pada penelitian ini adalah air kolam limbah peternakan ayam petelur dengan kandungan ammonia lebih dari 0,02 mg/L di Desa Madiasari Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Banyaknya pengulangan dalam penelitian dapat ditentukan dengan rumus replikasi eksperimental sebagai berikut (Sudjana, 1996 : 172):
t(r-1) ≥ 15
Dimana : t = banyaknya perlakuan atau treatment r = banyaknya pengulangan atau replikasi dalam penelitian ini diketahui banyaknya perlakuan adalah 3 buah perlakuan. Jadi banyaknya pengulangan adalah 6 kali, dengan demikian jumlah sampel yang harus diambil adalah sebanyak 24 sampel. Perincian dari jumlah sampel tersebut adalah 6 buah sampel untuk sampel air tanpa perlakuan atau kontrol dan 18 sampel untuk sampel air yang mendapatkan perlakuan berbagai dosis zeolit. B. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran suhu air yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung yaitu tanggal 2 April tahun 2015. Suhu rata-rata air adalah 25,50C. Kisaran suhu ini masih berada dalam batas optimum untuk hidup ikan yaitu berkisar antara 22oC hingga 280C berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Nilai pH yang mengalami peningkatan sangat mempengaruhi konsentrasi amonia di dalam perairan. Nilai pH berkisar antara 7,18 – 7, 20, sedangkan kisaran nilai pH yang baik untuk hidup ikan adalah 6-8. Nilai amonia berbanding lurus dengan nilai pH. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kordi (2009) yang menyatakan bahwa presentase amonia dalam perairan akan semakin meningkat seiring meningkatnya pH air. Pada saat pH tinggi ammonium yang terbentuk tidak terionisasi dan bersifat toksik pada ikan.
Hasil penelitian kadar amonia pada air kolam berkisar antara 0,52 mg/L sampai 0,54 mg/L dengan rata-rata kadar amonia sebesar 0,53 mg/L sebelum perlakuan dengan menggunakan berbagai dosis zeolit. Setelah perlakuan menggunakan media zeolit dengan dosis zeolit 200 gr kadar amonia berkisar antara 0,024 mg/L sampai 0,027 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,025 mg/L atau terjadi penurunan sebesar 95,17%. Dosis 300 gr kadar amonia berkisar antara 0,18 sampai 0,022 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,020 mg/L atau terjadi penurunan sebesar 96,21%. Dosis 400 gr kadar amonia berkisar antara 0,012 sampai 0,016 mg/L dengan rata-rata sebesar 0,014 mg/L atau terjadi penurunan sebesar 97,35%. Analisis Bivariat a). Perbedaan Kadar Amonia Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Berbagai
Dosis Zeolit Tabel 4.1 Perbedaan Kadar Amonia Kontrol dan Perlakuan Berbagai Dosis Zeolit
Variabel
N
Mean Rank
Kontrol
6
21,50
Dosis Zeolit 200 gr
6
15,50
Dosis Zeolit 300 gr
6
9,50
Dosis Zeolit 400 gr
6
3,50
Total
36
P value
Ket
Ada 0,000
Perbedaan
Hasil uji kruskal wallis didapatkan nilai Probabilitas sebesar p = 0,000 yang berarti lebih kecil daripada α (0,05), artinya ada perbedaan kadar amonia kontrol dan kadar amonia sesudah perlakuan zeolit dengan dosis 200, 300 dan 400 gr. C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian Perbedaan Efektivitas Dosis Zeolit terhadap Kadar Amonia pada Air Kolam Limbah Peternakan Ayam
Petelur Di Kabupaten Tasikmalaya dan pembahasannya
dapat disimpulkan
sebagai : a. Kadar amonia pada air kolam limbah peternakan ayam petelur berkisar antara 0,52 mg/L sampai 0,54 mg/L. b. Terjadi penurunan rata-rata kadar amonia setelah penyaringan menggunakan media zeolit dengan dosis 200, 300 dan 400 gr masing-masing sebesar 95,17%, 96,21% dan 97,35%. c. Terdapat perbedaan rata-rata kadar amonia setelah perlakuan dengan menggunakan media zeolit dengan menggunakan media zeolit dengan dosis 200, 300 dan 400 gr (masing-masing sebesar 0,025 mg/L, 0,020 mg/L dan 0,014 mg/L) pada air kolam limbah peternakan ayam petelur, dengan nilai p 0,0001 d. Dosis zeolit 400 gr merupakan dosis zeolit paling efektif dengan rata-rata sebesar 0,014 mg/L atau terjadi penurunan sebesar 97,35% dengan menggunakan media zeolit terhadap kadar amonia pada air kolam limbah peternakan ayam petelur di Desa Madiasari Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. 2. SARAN a. Bagi Pengelola Peternakan Ayam Menggunakan zeolit sebagai salah satu usaha pengendalian kadar amonia di air kolam limbah peternakan ayam Desa Madyasari Kecamatan Cineam dan melakukan penggantian air kolam secara berkala. b. Bagi Masyarakat di dekat Peternakan Masyarakat yang bermukim di dekat peternakan tidak mengambil air dari sumur gali yang dekat dengan peternakan karena berpotensi ikut tercemar. c. Bagi Peneliti Lain Perlu dilakukan pengukuran kadar ammonia pada ikan agar dapat dilakukan pengelolaan sebelum dikonsumsi.
Daftar Pustaka 1. Charles, R.T.
dan B. Hariyono, Pencemaran LIngkungan oleh Limbah
Peternakan dan Pengelolaannya, FKG UGM, Yogyakarta, 1991. 2. Fontenot, J.P., W Smith, dan AL Sutton, Alternatif utilization of animal waste, J.Anim, Sci-57.221-223, 1983 3. Infovet, Membangun Peternakan yang Akrab Lingkungan, Informasi Dunia Kesehatan Hewan, 1996. 4. Kordi, M.G.H., Budidaya Perairan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung , 2009 5. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Kadar Maksimum Amonia pada Air Permukaan. 6. Pauzenga, Animal production in the 90’s in harmony with nature, A case study in the Nederlands, In: Biotechnology in the Feed Industry, Proc. Alltech’s Seventh Annual Symp, Nicholasville, Kentucky, 1991. 7. Sudjana, Desain Dan Analisis Eksperimen, Tarsito, Bandung, 1996. 8. Svenson, I., Putting The Lid On The Heaps Acid Enviio. Magazine.9:11-15, 1990. 9. Tim Dosen Manajemen Data, Modul Manajemen Data, Fakultas Kesehatan Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2013.