Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
PERBEDAAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN ANTARA ATLET DAYUG CANO DAN ATLET DAYUNG KAYAK DI SULAWESI SELATAN Oleh: H. ABRAHAM )*
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Populasi populasi pada penelitian ini adalah atlet dayung di Sulawesi Selatan. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah atle dayung cano dan kayak dengan perincian 10 orang atlet dayung cano dan 10 orang atlet dayung kayak. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis uji t pada taraf signifikan 95%. Berdasarkan hasil pengujian analisis perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan diperoleh nilai µcano = 12,3000 < µkayak = 16,3500. Sedangkan nilai tobservasi ( t0 ) = 4,680 > nilai ttabel ( tt ) = 1,73 dengan tingkat probabilitas ( P ) < 0,05, karena nilai tobservasi lebih besar dan probabilitas lebih kecil maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan daya tahan otot lengan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan. Kata Kunci:
Daya tahan otot lengan, dayung cano, dayung kayak
ABSTRACT This study is a kind of quasi-experimental research. The purpose of this study was to determine the difference between the arms muscular endurance athletes and athletes Cano paddle kayak paddle in South Sulawesi. Population in this study population was rower in South Sulawesi. Thus the sample used was Atle Cano and kayak paddle with the details of 10 people rowing athletes and 10 athletes Cano kayak paddle. Data analysis techniques used were t test analysis at 95% significant level. Based on the results of analytical testing arm muscle endurance difference between Cano rower kayak and rowing athletes in South Sulawesi values obtained μcano = 12.3000 <μkayak = 16.3500. While the value tobservasi (t0) = 4.680> TTable value (tt) = 1.73 probability level (P) < 0.05, because the probability tobservasi larger and smaller then Ho is rejected and H1 accepted. Thus there are significant differences between the arms muscular endurance athletes and athletes Cano paddle kayak paddle in South Sulawesi. And muscular endurance athletes kayak paddle arm is better than arm muscle endurance rower Cano in South Sulawesi. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
48
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 Keywords:
Arm muscle endurance, cano paddles, kayak paddles
PENDAHULUAN Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya olahraga itu sendiri, di samping adanya dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam menunjang perkembangan olahraga di negara kita. Dalam kehidupan modern ini suatu kenyataan bahwa ada empat dasar tujuan manusia melakukan kegiatan olahraga yaitu: (1) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga hanya untuk rekreasi, jadi segalanya dikerjakan dengan santai dan tidak formal, baik tempat maupun peraturannya; (2) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti misalnya anak – anak sekolah yang diasuh oleh guru olahraga. Kegiatan yang dilakukan formal, tujuannya guna mencapai sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melaui kurikulum tertentu; (3) Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani tertentu; dan (4) Mereka yang melakukan kegiatan olahraga tertentu untuk mencapai prestasi (Sajoto1988). Terkait dengan poin ke empat untuk mencapai prestasi tersebut maka perlu adanya pembinaan olahraga. Tujuan dari pembinaan olahraga itu sendiri untuk mengidentifikasikan calon atlet berpotensi, memilih jenis olahraga yang sesuai dengan potensi dan minatnya yang memperkirakan peluang untuk berhasil dalam program pembinaan sehingga dapat *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
mencapai prestasi yang diharapkan, salah satunya cabang olahraga dayung. Perubahan yang merupakan persyaratan bagi tercapainya kemajuan adalah sebuah karakteristik yang melekat di dalam olahraga modern. Praktekpraktek pembinaan olahraga prestasi yang berlandaskan sistem nilai progresif dan pragmatis adalah selaras dengan ungkapan yang mengatakan “tiada kemajuan tanpa ada perubahan, dan tiada perubahan tanpa ada pembaharuan”. Penambahan itu terjadi antara lain karena persaingan untuk tampil paling unggul, sehingga dapat dilihat adanya persaingan semakin tajam diantara atlet dari berbagai daerah dalam perkembangan kemajuan prestasi olahraga mereka. Dalam proses ini telah masuk berbagai kegiatan sebagai instrumental input, seperti; alat-alat olahraga yang canggih, metode berlatih yang mutahir didasarkn atas hasil litbang, perkembangan teori-teori ilmiah sebagai pendukung ilmu olahraga (sport sciences). Disamping itu juga harus diperhatikan mengenai cabang olahraga dayung dengan segala pembentukan prestasi atlet, akan bermuara pada totalitas pertumbuhan fisik dan psikis, untuk semua ini diperlukan profesionalisme penanganannya. Sistem pembinaan atlet berprestasi harus berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) olahraga. Hasil evaluasi terhadap kejuaraan olahraga tingkat dunia, menunjukkan bahwa atlet yang muncul sebagai juara atau yang mampu menampilkan prestasi yang 49
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 mengesankan adalah mereka yang memenuhi persyaratan cabang olahraga yang bersangkutan. Disamping fisik dan psikologis yang sesuai dengan cabang olahraga, potensi fisik yang menonjol, penguasaan teknik dan taktik yang sempurna, serta latihan yang terprogram merupakan aspek-aspek yang dapat membantu prestasi yang mengesankan tersebut. Pembinaan olahraga dayung di Sulawesi Selatan secara umum, khususnya di kota Makassar merupakan cabang olahraga yang diprioritaskan sebagai cabang olahraga yang diandalkan untuk menyumbangkan medali di setiap event-event bergensi dan melahirkan generasi untuk masuk anggota pelatnas. Dayung merupakan suatu aktifitas yang memerlukan tenaga. Pendayung harus mampu mengarahkan dan menghasilkan tenaga. Hal tersebut perlu ditekankan karena olahraga mendayung merupakan perpaduan antara atlet dan peralatan. Tujuan dari mendayung adalah meluncurkan perahu sejauh mungkin dan secepat mungkin. Tenaga yang dimiliki dengan perantara pengayuh yang menahan tahanan dari kaki berhubungan erat dengan perahu untuk membuat perahu melaju sejauh mungkin. Pencapaian hasil mendayung pada atlet dayung adalah kemampuan dalam menggerakkan dayung untuk melaju secara maksimal untuk mencapai garis finish. Gerak yang terjadi saat bergerak adalah bagaimana seorang atlet dapat menggerakkan lengan secara maksimal tanpa merasakan kelelahan yang berarti untuk mengayuh perahu. Untuk itu *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
seorang atlet dayung perlu ditunjang oleh daya tahan otot lengan. Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan latihan (Depkes,1996). Daya tahan menyatakan keadaan yang menekankan pada kapasitas melakukan kerja secara terus menerus dalam suasana aerobik. Secara umum daya tahan yang banyak dibahas adalah daya tahan otot. Berdasarkan penguraian masalah tersebut, maka perlu dikaji lebih mendalam tentang pembinaan atlet dayung di kota Makassar untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Untuk lebih terarah pada persoalan yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayug cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Daya Tahan Otot Salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting adalah daya tahan. Dengan daya tahan yang baik, performa atlet akan tetap optimal dari waktu ke waktu karena memiliki waktu menuju kelelahan yang cukup panjang. Hal ini berarti bahwa atlet mampu melakukan gerakan, yang dapat dikatakan, berkualitas tetap tinggi sejak awal hingga akhir pertandingan. Kekuatan dibutuhkan agar otot mampu membangkitkan tenaga 50
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 terhadap suatu tahanan. Sedangkan daya tahan diperlukan untuk bekerja dalam durasi yang panjang. Daya tahan otot sendiri merupakan perpaduan antara kekuatan dan daya tahan. Daya tahan fisik menghasilkan perubahanperubahan fisiologi dan biokimia pada otot, sehingga daya tahan secara umum bermanifestasi melalui daya tahan otot. Daya tahan termasuk satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam kegiatan olahrga. Harsono, (1988) meberikan defenisi tentang daya tahan sebagai berikut “Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu bekkerja untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlenihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.” Husain Argasasmita, (2001) mengemukakan bahwa “Daya tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktivitas oalhraga dalam waktu lama.” Kemampuan kondisi tubuh erat kaitannya dengan kemampuan organ tubuh, sehingga batas kemampuan organ tubuh melakukan aktivitas dalam waktu yang lama tanpa menimbukan kelalahan adalah daya tahan seseorang. Waktu dan aktivitas yang berbeda membutuhkan daya tahan yang berbeda. Pendapat Bompa, tentang klasifikasi daya tahan menurut kebuutuhan yang di kemukakan oleh Moch. Sajato, (1988), meliputi: Daya tahan umum (general endurance) adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas yang turut melinatkan banyak kelompok, otot sistem syaraf pusat, jantung dan pernapasan. Daya tahan ini disebut juga daya tahan (cardiorespiratory). *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Daya tahan khusus (spesifik endurance) merupakan daya tahan yang mengankut karakteristik setiap kegiatan, termasuk kegiatan karkteristik tiap cabng olahrga. Ciri dari daya tahan khusus misalnya waktu kerja yang lama, sedang dan singkat maupun daya tahan dari sesuatu otot sekelompok otot. Tanda-tanda kurangnya daya tahan adalah merasa lelah dan tidak cepat kembali pulih atau segar kembali setelah melakukan istirahat. Ini disebabkan oleh kurang sesuai dengan fungsi peredaran darah dalam melayani kebutuhan otot yang meningkat. Demikian pula proses penyerapan kurang memadai dibandiingkan kebutuhan. Kalau daya tahan merosot kemampuan teknik, sehingga gerakannya tidak ekonomis, dan efisien. Dengan demikain sendirinya prestasi ikut menurun pula. Daya tahan otot diperbesar dengan pengiriman darh yang mencukupi kebutuhan. Kemapuan otot untuk menyerap zat asam dibanding langsung dengan kapiler dan bentukan onostomesum pertukaran zat jauh lebih intensif. Ini terjadi karena pemanfaatan zat asam yang baik. Daya tahan dibedakan atas daya tahan aerobik dan daya tahan anaerobik. Daya tahan aerobik meliputi kegiatan yang menggunakan oksigen (O2) sebagai sumber energi. Sedangkan anaerobik menggunakan daya tahan Andonosin Triphosphat dan pospho Creation (ATP-PPC dan asam laktat(LA) sebagi sumber energy. Mengenai jenis daya tahan menurut berbagai pandangan yang telah dikemukkan pada hakekatnya mempunyai persaman dalam mengklasifikasikan daya tahan yaitu daya tahan umum ( General 51
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 Endurance), adalah daya tahan jantung dan paru-paru (cardiorespiratory endurance), sedangkan daya tahan khusus (spesifik) termasuk daya tahan otot (muscular endurance), yang juga tergolong dalam daya tahan anaerobic. Untuk mengembangkan kedua daya tahan terlebih dahulu perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan. Daya tahan dipengaruhi oleh beberapa factor, Bompa, (1983) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya tahan yaitu : The central nervus system, Atlhetic will power, Aerobic capacity, Anerobic capcity, and The speed reserve Daya tahan otot adalah kemampuan otot rangka atau sekelompok otot untuk meneruskan kontraksi pada periode atau jangka waktu yang lama dan mampu pulih dengan cepat setelah lelah. Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui metabolisme aerob maupun anaerob. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat daya tahan otot, antara lain: 1. Aktivitas fisik; Kekuatan dan ketahanan otot yang sudah dicapai dapat dipertahankan dengan latihan 1 kali seminggu. Setahun tanpa latihan 45 persen kekuatan masih dapat dipertahankan. Sedangkan bed rest selama 12 minggu dapat menurunkan kekuatan otot sebesar 40 persen.Namun demikian, istirahat yang cukup setiap malam dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat daya tahan otot. 2. Kualitas otot; Tiap unit mikroskopis otot mempengaruhi kontraksi otot yang ditimbulkan. *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
3.
4.
5.
6.
Dengan kontraksi optimal otot akan dapat beraktivitas lebih lama dibandingkan dengan ketika berkontraksi secara maksimal. Kontraksi Otot; Kontraksi berturut-turut secara maksimum akan mengurangi cadangan sumber energi dalam otot. Lamakelamaan hal tersebut menyebabkan kemampuan kontraksi otot menurun. Vascularisasi dan Innervasi; berfungsi menyalurkan oksigen dan nutrisi untuk metabolisme penghasil energi. Semakin banyak pasokan oksigen dan nutrisi, akan semakin banyak energi yang dihasilkan, sehingga otot dapat beraktivitas lebih lama. Rangsang diterima saraf sensorik, lalu dijalarkan ke pusat, kemudian ke saraf motorik untuk menggerakkan otot. Selama saraf masih mampu menghantarkan impuls, otot akan tetap mampu bergerak ketika ada rangsang. Kekuatan otot; Kombinasi antara kekuatan dan daya tahan akan menghasilkan daya tahan otot. Tingkat kekuatan otot berbanding lurus dengan tingkat ketahanan otot. Misalnya, atlet dengan bench-press maksimal 200 pon akan dapat melakukan pengulangan lebih banyak dengan beban 100 pon daripada atlet dengan bench-press maksimal 150 pon. Cadangan glikogen; Waktu untuk menuju kelelahan salah satunya ditentukan oleh seberapa banyak cadangan glikogen yang masih mampu diubah menjadi glukosa. Pada akhirnya, glukosa digunakan sebagai energi untuk melakukan aktivitas. 52
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 7. Berat badan; Berat badan yang rendah dapat menunjukkan massa otot yang rendah. Dengan demikian, metabolisme penghasil energi di otot akan lebih sedikit. Hal ini menyebabkan jumlah cadangan energi untuk aktivitas menjadi lebih kecil. 8. Usia; Pada orang-orang terlatih, ketahanan otot akan terus meningkat dan mencapai ketahanan otot maksimal di usia 20 tahun. Setelah itu, tingkat ketahanan otot akan menetap 35 tahun yang kemudian akan berangsur-angsur turun. 9. Jenis kelamin; Kekuatan otot perempuan kira-kira 2 per 3 lakilaki. Selain itu, otot perempuan lebih kecil daripada otot laki-laki. Saat awal pubertas, testosteron akan meningkatkan massa otot, sedangkan estrogen cenderung menambah jaringan lemak. Sehingga secara umum daya tahan otot perempuan lebih rendah dari laki-laki. 10. Nutrisi; Cadangan glikogen sebagian besar bergantung pada dukungan nutrisi yang tepat. Diet tinggi karbohidrat akan memberikan lebih banyak cadangan dalam otot dibanding diet campuran maupun tinggi lemak. Otot yang cepat lelah dikatakan mempunyai ketahanan yang rendah. Kelelahan otot merupakan akibat dari ketidak mampuan kontraksi dan metabolisme serat-serat otot untuk terus memberi hasil kerja yang sama. Ketidak mampuan tersebut disebabkan oleh gangguan pada: 1. Sistem saraf; Saraf tidak dapat mengirimkan impuls ke otot sehingga otot tidak berkotraksi. 2. Neuromuscular junction; Kelelahan semacam ini biasa terjadi pada fast *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
twitch fibers. Chemical transmitter yang berkurang mengakibatkan impuls tidak dapat diteruskan. 3. Mekanisme kontraksi; Kontraksi otot yang kuat dan lama dapat menyebabkan kelelahan otot. Kelelahan otot pada atlet berbanding lurus dengan penurunan kreatin fosfat, glikogen, dan ATP otot. Sedikitnya jumlah zat-zat tersebut mengakibatkan mekanisme kontraksi tidak dapat menghasilkan energi. 4. Sistem saraf pusat; Gangguan lokal sistem sensorik mempengaruhi pengiriman impuls ke susunan saraf pusat. Hal ini dapat menyebabkan hambatan ke sistem motorik sehingga kerja otot menurun.
Dayung Cano Mendayung adalah suatu kayuhan dayung yang ditarik secepat, sekuat mungkin dari start sampai finish yang dilakukan secara kontinyu, mendayung cano merupakan salah satu jenis perahu dalam cabang dayung. Jenis perahu ini sangat membutuhkan keterampilan keahlian dalam menjalankan perahu. Mendayung bukanlah sebuah pemainan, cenderung seperti membaca, skating, dancing atau bentuk lain dari sebuah gerakan seni. Stephen (1999) lebih lanjut dikatakan tentang gerak dayung yaitu. Gerakan mendayung dilakukan secara berirana terus menerus dan ada rasio yang baik antara fase dan fase istirahat untuk mencapi perlu didukung oleh kualitas biometrik biomotorik psikologis dan aspek pendukung lainnya. Dalam olimpic canoing racing, teknik dayungan 53
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 berkembang dari tahun ke tahun. Teknik yang mencolok dan terkenal yaitu dari negara Hungaria dan Jerman a. Teknik dayung gaya Hungaria Karakteristiknya adalah posisi belutut yang lebih tinggi, supaya teknik yang lebih baik dari si pendayung dan jangkauannyapun jauh. Daun dayung beputar kerap kurang dari 90 . Untuk meringankan putraran yang kecil dan teknik yang berbentuk J oleh karena itu dayung yang berada di udara denagn tangan yang lurus denagn melakukan putaran badan. Pada bersamaan tangan atas perlahan dating. Pada saat dayung masuk kedalam air bagian tangan yang berda di atas datang kebawah sejajar dengan pandangan mata ke arah tengah dada sesuai posisi dayung vertikal.tangan yang berada disebelah bawah dibengkokkan dan kepalan tangan sejajar dengan air, kaki bagian depan menenkan dan mendorong sehingga menambah kekuatan tarikan, teknik ini sesuai dengan segala bentuk postur dan kekuatan pendayung. b. Teknik dayung gaya Jerman Teknik gaya ini hampir sama dengan gaya hungaria, perbedaan teknik ini dari teknik hungaria ini terlihat dari posisi jongkok lebih tinggi dengan kekuatan penuh menarik dari tangan yang berada di bawah garis lurus. Gerakan tangan diatas kepala secara penuh dengan cara meluruskan tangan hingga melewati kepala. Pendayung yang menpunyai badan yang besar sangat menyokong penggunaan tehknik ini. Mengingat sukarnya teknik mendayung cano, maka menurut *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Ismail Karback, (1991) menguraikan dalam bebrapa posisi gerakan sesuai dengan tingkat kesulitannnya yaitu: “1) Reach, 2) Entry, 3) Vertical, 4) Recovery.” Sedangkan menurut phase gerakan dibagi menjadi empat macam phase gerakakn yaitu : “1) Power, 2) Helm 3) Exit posisi.” Dari penjelasan di atas maka posisi dan phase gerakan di gabung menjadi satu teknik urutan dayungan dari awal hingga akhir gerkan dayungan cano, yaitu : 1) ecovery, 2) Reach, 3) Entry, 4) Vertikal, 5) Power, 6) Helm, 7) Exit. Dayung Kayak Olahraga dayung merupakan suatu aktifitas yang memerlukan tenaga. Pendayung harus mampu mengarahkan dan menghasilkan tenaga. Hal tersebut perlu ditekankan karena olahraga mendayung merupakan perpaduan antara atlet dan peralatan. Tujuan dari mendayung adalah meluncurkan perahu sejauh mungkin dan secepat mungkin. Tenaga yang dimiliki dengan perantara pengayuh yang menahan tahanan dari kaki berhubungan erat dengan perahu untuk membuat perahu melaju sejauh mungkin. Bompa (1990) “mengemukakan cabang olahraga dayung yang tujuan akhir dan sasaran berlatih adalah pencapaian kecepatan dayung superior dituntut punya kemampuan daya tahan yang baik dan tahan terhadap kelelahan yang berlangsung lama”. Selanjutnya Bompa (1990) “mengemukakan karasteristik cabang dayung sebagai berikut : (1) tujuan latihannya adalah pencapaian kecepatan yang superior, (2) struktur keterampilan bersifat cyclis (3) intensitas 54
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 latihannya dari limit kecepatan sampai rendah, alternative, (4) kemampuan biometric”. Cox (1992) “mengemukakan bahwa mobility dalam kayak yang baik memudah pendayung kayak untuk menjangkau lebih jauh, menekuk, memutar badan membalik lebih mudah. Mobilitas daerah pinggang, pinggul dari bahu sangat penting untuk mendayung”. Dalam olahraga dayung aspek yang demikian adalah aspek biometric dan biomotorik selalu merupakan aspek yang berperan dalam mencapai prestasi puncak. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena 2 aspek tersebut saling berkaitan dalam pencapaian prestasi pendayung. Jangkauan yang jauh dalam setiap kayuhan erat kaitannya dengan aspek biometric, sedangkan seberapa cepat dan kuat kita melakukan kayuhan tersebut erat kaitannya dengan aspek biometric. Adapun teknik mendayung kayak lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Posisi awal mendayung sebagai berikut : - Posisi mendayung horisontal - Sejajar dengan bahu - Memutar pinggang semaksimal mungkin - Gerakan berikutnya yaitu reach ( jangkauan ) 2) Jangkauan ( reach ) - Pundak rileks, pinggang memutar maksimal - Lengan kedepan lurus - Berusaha mengjangkau kedepan - Sedangkan tangan yang lain ditekuk di samping badan sejajar dengan bahu. 3) Posisi menyentuh air ( entry ) *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Permukaan daun menghadap ke air - Membentuk sudut 45 derajat - Dilanjutkan dengan memasukkan dayung secara eksplosiv - Salah satu tungkai menekan ke injakan kaki 4) Posisi menarik ( pull ) - Bersamaan menarik daun dayung lengan yang satu melakukan dorongan kedepan ( push ) - Pundak, pinggang memutar seluas mungkin 5) Posisi saat dayung keluar dari permukaan air ( exit ) - Pergelangan tangan sedikit memutar untuk siap gerakan berikutnya - Recovery. Setiap atlet dayung harus ditunjang oleh kemampuan fisik. Aktivitas fisik pada atlet dayung lebih utama mempergunakan lengan untuk mendayung atau mengayuh perahu untuk dapat melaju dengan maksimal. Daya tahan otot lengan dapat dijadikan sebagai penentu dalam melakukan kayuhan pada atlet dayung. Daya tahan otot lengan yang dimiliki setiap atlet tentu berbeda demikian juga dengan nomor pada cabang olahraga dayung. Untuk itu atlet dayung cano dan kayak tentu ada perbedaan yang dimiliki pada daya tahan otot lengan. -
METODE PENELITIAN Pada dasarnya metode merupakan cara atau alat yang dipergunakan untuk mencari pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian 55
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 sehingga arah dan tujuan pengungkapan kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam penelitian sehingga betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sejalan dengan hal tersebut, Winarno Surahman (1982:86) menjelaskan bahwa: “Metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat bantu”. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Prosedur atau langkah-langkah tersebut nantinya akan menjadi pedoman penulis dalam pengujian hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan demikian pokok-pokok yang dibahas di dalam metodologi penelitian, yaitu: variabel dan desain penelitian, defenisi operasional variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data, aspekaspek tersebut di atas dibahas secara terperinci sebagai berikut: Arikunto (1992), mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan Sudjana (1989:48) bahwa : “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif”. Dalam penelitian ini variabel yang akan diselidiki terdiri atas, variabel bebas yaitu daya tahan otot lengan. Sedangkan variabel terikat yaitu atlet dayung cano dan kayak. Setiap penelitian tentunya selalu menggunakan obyek untuk diteliti atau diistilahkan dengan populasi. Populasi adalah keseluruhan dari individu yang *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
dijadikan obyek penelitian. Arikunto (1993) mengungkapkan bahwa “populasi sebagai keseluruhan subyek penelitian”. Populasi suatu penelitian harus memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama. Olehnya itu yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah atlet dayung di Sulawesi Selatan. Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi obyek penelitian. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah atle dayung cano dan kayak dengan perincian 10 orang atlet dayung cano dan 10 orang atlet dayung kayak. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan analisis deskriptif dengan cara mempersentasekan, serta dilanjutkan dengan uji-t pada taraf signifikan 95%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Untuk lebih jelasnya maka data hasil daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan secara deskriptif disajikan dalam tabel berikut : Tabel 1. Hasil data deskriptif statistik
N Sum Mean Stdv Varians Range Min Max
Atlet Dayung Cano 10 418,00 41,8000 4,36654 19,067 15,00 35,00 50,00
Atlet Dayung Kayak 10 486,00 48,6000 1,42984 2,044 4,00 47,00 51,00
56
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 Berdasarkan hasil deskriptif data hasil daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa: a. Daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan dari 10 jumlah atlet diperoleh nilai total 418,00 dengan rata-rata 41,8000 pada standar deviasi 4,36654 dan varians 19,067 dari nilai range 15,00 antara nilai minimum 35,00 dan maximum 50,00. b. Daya tahan otot lengan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan dari 10 jumlah atlet diperoleh nilai total 486,00 dengan rata-rata 48,6000 pada standar deviasi 1,42984 dan varians 2,044 dari nilai range 4,00 antara nilai minimum 47,00 dan maximum 51,00. Pengujian analisis yang digunakan untuk mengungkap masalah yang diteliti adalah uji t. uji t dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara variabel. Analisis uji t yang digunakan adalah analisis uji t tunggal (t test) pada taraf signifikan 95% atau = 0,05. Ada perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Hasil-hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil analisis tercantum pada tabel berikut: Tabel 2. Hasil analisis uji t-test Variabel Cano
t0
ttabel
P
α
4,680
1,73
0,000
0,05
Kayak
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
Berdasarkan hasil pengujian analisis perbedaan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan yang tercantum pada tabel di atas. Diperoleh nilai µcano = 12,3000 < µkayak = 16,3500. Sedangkan nilai tobservasi ( t0 ) = 4,680 > nilai ttabel ( tt ) = 1,73 dengan tingkat probabilitas ( P ) < 0,05, karena nilai tobservasi lebih besar dan probabilitas lebih kecil maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan daya tahan otot lengan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan daya tahan otot lengan atlet dayung cano di Sulawesi Selatan. Daya tahan otot merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan tenaganya selama bergerak tanpa adanya rasa kelelahan yang berarti. Daya tahan otot dapat disampakan dengan daya tahan aerobik. Daya tahan aerobik yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi CO2 dan H2O dalam kondisi aerobik. Sehingga beban pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan 57
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. Hal tersebut di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari: (1) beban otot statis (static muscle loads); (2) oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut); dan (3) bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah; (1) Kekuatan kerja otot. Kekuatan kerja otot bergantung pada; (a) posisi anggota tubuh yang bekerja, (b) arah gerakan kerja, (c) perbedaan kekuatan antar bagian tubuh, dan (d) usia; (2) Kecepatan dan ketelitian, dan (3) Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban. Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan antagonis. Uraian tersebut, dapat dijelaskan dalam melakukan gerakan mendayung pada atlet kayak, maka gerakan pada dayung *) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
kayak memiliki gerak yang lebih berat. Sebab gerak yang dilakukan secara silih berganti dari kiri ke kanan untuk mengayuh dayung untuk melawan hambatan air. Gaya yang diperoleh akan selalu berubahubah dengan adanya gerakan kayuhan dayung dari kiri ke kanan. Sedangkan gerakan mendayung pada atlet cano hanya lebih berfokus pada satu titik gaya, dimana gerakan kayuhan hanya pada satu sisi perahu. Sehingga gaya berat badan akan berada pada satu titik saat melakukan kayuhan. Oleh karena itu atlet dayung kayak akan membutuhkan kemampuan daya tahan otot lengan lebih baik dibandingkan dengan atlet dayung cano. PENUTUP Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasannya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini, sebagai berikut : Ada perbedaan yang signifikan daya tahan otot lengan antara atlet dayung cano dan atlet dayung kayak di Sulawesi Selatan. Dan atlet dayung kayak lebih baik dibandingkan dengan atlet dayung cano. Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan dan kesimpulan di atas maka dapat dikemukakan saran sebagai rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Salah satu upaya dalam membantu peningkatan daya tahan otot lengan adalah dengan memberikan beban yang ringan namun set dan repetisi yang banyak. 2. Bagi pelatih agar supaya atlet dayung yang dibina diberikan program latihan yang disesuaikan dengan tingkat usia. 58
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 3. Untuk PengProv, agar dalam pembinaan lebih berfokus untuk dapat memberikan fasilitas yang lebih memadai guna pencapaian hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1992. DasarDasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Dwijonowinoto, Kasiyo. 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP : Semarang Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Halim, Nur Ichsan. 2004. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: State University of Makassar Press. Harsuki. 2002. Perkembangan Olahraga terkini, kajian Para pakar. Jakarta: PT. Rajagrafindo KONI SUL SEL. 2004. Pedoman Pembinaan Olahraga di Sulawesi Selatan dalam Meningkatkan Prestasi Nasional dan Internasional. Makassar: Seminar Olahraga, KONI Sul Sel Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Depdikbud, Dikti PPLPTK Surakhman, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Penerbit Tarsito
*) Dosen Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNM
59