81
ANALISIS DAYA TAHAN AEROBIK DAN KAPASITAS VITAL PARU DENGAN KEMAMPUAN HYPOCIX PADA ATLET RENANG SULAWESI SELATAN Agus Ismail STKIP Mega Rezky Makassar
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui tingkat daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru dan kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan, (2) untuk mengetahui hubungan daya tahan aerobik terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan, (3) untuk mengetahui hubungan kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan, (4) untuk mengetahui hubungan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru secara bersama-sama terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan inferensial dalam bentuk korelasional dan regresi. Populasinya adalah seluruh perenang Sulawesi Selatan. Dengan sampel untuk laki-laki berjumlah 20 perenang dan perempuan berjumlah 18 perenang. Teknik yang digunakan yaitu teknik area random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa: (1) tingkat daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru dan kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri sulawesi Selatan berada pada kategori bervariasi yaitu kategori baik dan sedang (2) ada hubungan daya tahan aerobik terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi Selatan untuk kategori putra diperoleh korelasi hitung ( ro) = 0,751 dan kategori putri diperoleh korelasi hitung ( ro) = 0,626, (3) ada hubungan kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi Selatan untuk kategori putra diperoleh korelasi hitung ( ro) = 0,680 dan kategori putri diperoleh korelasi hitung ( ro) = 0,521, (4) ada hubungan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru secara bersama-sama terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi Selatan untuk kategori putra diperoleh R=0.700a, R Square = 0.489 dan kategori putri diperoleh R=0.642a, R Square = 0.412. Kata kunci: Daya Tahan Aerobik, Kapasitas Paru, Hypocix
82
PENDAHULUAN
Prestasi olahraga dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara internal dari dalam atlet yang terkait dengan aspek sosial, jasmani dan psikologi. Seperti dalam aspek sosial terjadi interaksi antara atlet dan pelatih, atlet dan atlet, bahkan antara pelatih dan pelatih. Dalam aspek jasmani terkait dengan faktor fisiologis (kemampuan dasar dalam hal aerobik dan anaerobik serta kemampuan teknik atau skill) dan anatomi seperti konstitusi tubuh yang termasuk dalam otot, tulang dan rangka. Pada aspek psikologis terkait dengan emosi, motivasi, intelegensi, percaya diri dan unsur psikologi yang lain. Sedangkan faktor eksternal terkait dengan unsur fasilitas pendukung latihan dan kompetisi serta situasi kompetisi. Renang merupakan cabang olahraga akuatik yang strategis dalam setiap multievent, karena selalu memperlombakan banyak nomor mulai dari jarak pendek sampai jarak jauh dengan empat gaya yaitu gaya bebas, gaya dada, gaya kupu-kupu dan gaya punggung. Oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian yang komprehensif dalam hal memaksimalkan prestasi olahraga renang yang berpotensi merebut banyak medali. Perenang Indonesia saat ini mulai menunjukkan prestasi yang baik, hal ini dibuktikan dengan terjadinya pemecahan rekor Sea Games untuk nomor estafet gaya
bebas. Ini sudah jelas terlihat bahwa kemampuan aerobik maupun kapasitas vital paru pada perenang Indonesia sudah berada pada titik di atas rata-rata. Sehingga para perenang tersebut mampu melakukan hypocix dalam jarak cukup jauh. Hypocix salah satu faktor untuk mencapai kemenangan seorang atlet renang. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian hypocix ini karena menganggap kemampuan hypocix sangat berguna dan belum terdapat penelitian mengenai hal uang demikian. Selanjutnya sangat berbeda dengan para perenang yang ada di Sulawesi selatan yang sangat susah untuk bersaing dengan perenang yang ada di pulau jawa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kejuaran nasional yang diikutinya. Di prediksi bahwa kemampuan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru masih sangat rendah sehingga tidak mampu melakukan hypocix yang jauh. Seorang atlet yang mempunyai daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru maka akan mampu melakukan hypocix yang jauh pula. Dikarenakan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru dapat mengkomsumsi oksigen yang dalam kapasitas yang besar. Berdasarkan observasi dilapangan fakta yang ada pada atlet renang tingkat kemampuan hypocix masih sangat rendah
83
yang disebabkan oleh rendahnya pada kemampuan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru yang berdampak pada renangan yang belum memuaskankan. Seorang atlet renang yang handal adalah seorang atlet renang yang mampu melakukan hypocix dalam waktu yang lama. Cabang olahraga renang yang menjadi fokus utama terletak pada kecepatan atau waktu tempuh. Kecepatan renang adalah kemampuan perenang untuk menghasilkan daya dorong dan mengurangi hambatan. Keberhasilan dalam renang dalam melakukan hypocix ditentukan daya tahan tubuh yang tinggi. Menurut Wilmore dan Costill dalam M.Sajoto (1995:122), menyatakan bahwa cardiorespyratory endurance tinggi dapat meningkatkan kemampuan prestasi dan mengurangi cidera. Keadaan cardiovascular yang baik akan menyuplai kebutuhan biologis tubuh pada waktu istirahat maupun saat kerja keras akan di perlancar. Kelancaran tersebut dimungkinkan apabila alat-alat peredaran darah yang mengalirkan darah, sebagai media penghantar untuk memberikan zat-zat makanan dan oksigen yang sangat diperlukan jaringan tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan sempurna dan efisien bila mana memperoleh latihan-latihan dengan dosis yang benar dan tepat. Bahkan menurut R. Boyke Mulyana (2006: 1) mengatakan bahwa: Para juara dunia dalam cabang olahraga renang melakukan hypocix untuk meningkatkan volume oksigen yang ada di paru. Seperti Melinea McQuaid (World
Champion 2003 World Xterra Championships), Simon Lessing (Trialette, European, World dan World Cup Champion 1998), Jan Rehula (Bronze Medallist, 2000 Olimpyc Games), dan rob barel (age 43, Netherlands Olimpyc Team, Sydney 2000). Maka daya tahan aerobik merupakan bagian yang sangat penting, karena dimana tubuh mampu untuk menghirup, mengangkut, membagikan dan menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya. Daya tahan aerobik merupakan faktor yang sangat penting, bahkan dominan bagi kerja yang berlangsung lama, atau kerja yang membutuhkan ketahanan. Rowell, Taylor dan Wang (1964) menyatakan bahwa :’’… the max VO2 is a useful criterion for assessing the over-all capacity of an individual to perform aerobic work’’, bahkan Cumming (1972) menyatakan bahwa: “Currently the most practical measurement of cardiorespiratory fitness, and an indirect measuremet of the capacity for continous work, is the maximal oxygen Upteke (VO2 max). Sehubungan dengan pendapat tersebut maka Wilmore (1982) menyatakan bahwa: VO2 max is regarded as the best criterion of cardiorespiratory endurance capacity or physical fitness” dan mendefinisikan VO2 max sebagai : the highest attainable oxygen comsumption valuein maximal or exhaustuive exercise”. “Tenaga aerobik adalah kemampuan tubuh untuk memperoleh oksigen dan disepakati sebagai cara yang terbaik untuk mengetahui kondisi kardiovaskuler”. Dengan
84
kondisi kasdiovaskuler yang baik, maka perenang mampu melakukan renang yang baik dengan melakukan hypocix. Kemampuan fisik dalam olahraga adalah semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan melalui kemampuan pribadi. Dengan semua kemampuan jasmani tentu saja terdiri dari elemen-elemen fisik yang tentu saja peranannya berbeda dari satu cabang ke cabang olahraga yang lain. Kualitas keadaan kemampuan fisik seseorang tergantung pada : perkembangan usia, bawaan organ secara genetik (jantung, peredaran darah dan otot), mekanisme pengendalian koordinasi sistem persyarafan pusat, kemampuan psikis untuk merealisasikan kemampuan fisik dan usia latihan. Sedangkan kapasitas vital paru yang lebih mudah dan lebih praktis daripada mengukur VO2 max. Peningkatan fungsi
paru dapat dilihat juga dengan pengukuran kapasitas difusi paru. Dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara kapasitas difusi dan kapasitas vital paru. Nilai kapasitas vital pria dewasa lebih tinggi 2025% daripada wanita dewasa. Hal ini antara lain disebabkan oleh perbedaan kekuatan otot pria dan wanita. Nilai kapasitas vital paru juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik, seperti umur, tinggi badan dan berat badan (Guyton & Hall, 1996). Atlet cabang olahraga yang banyak menggunakan otot tubuh bagian atas, nilai kapasitas vital parunya juga lebih tinggi daripada atlet cabang olahraga yang banyak menggunakan otot tubuh bagian bawah. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh melalui penelitian dengan judul Analisis Daya Tahan Aerobik Dan Kapasitas Vital Paru Dengan Kemampuan Hypocix Pada Atlet Renang Sulawesi Selatan.
LANDASAN TEORI
yang sangat penting dalam kinerja kompetitif untuk sebagian besar cabang olahraga, tetapi merupakan faktor yang sangat menentukan untuk kinerja atlet di dalam latihan dan kapasitas umum. Menurut Harsono (1988: 45) bahwa kegiatan aerobik adalah suatu keadaan dimana jantung seseorang mampu bekerja dengan mengatasi beban selama suatu kerja tertentu. Dengan melibatkan organ lain seperti paru-paru dan peredaran darah yakni jumlah kerja maksimal yang dapat dilakukan seseorang secara terus menerus dengan melibatkan kelompok otot-otot besar seperti
Daya Tahan Aerobik Istilah aerobik berasal dari bahasa yunani yaitu aerobik yang artinya hidup dengan udara. Dengan demikian di dalam kata aerobik selalu terkandung maksud hubungan antara kegiatan fisik dengan kebutuhan oksigen yang berasal dari udara untuk keperluan menunjang aktifitas tubuh kita. Daya tahan aerobik adalah kapasitas seseorang untuk menahan kelelahan. Daya tahan aerobik tidak hanya merupakan faktor
85
otot-otot kaki, lengan dan lainnya. Serta tergantung pada kemampuan menggunakan oksigen secara efisien. Makin banyak oksigen yang dipakai tubuh, berarti makin banyak pula kerja yang dilakukan. Kegiatan fisik seperti naik tangga, berlari dan lain-lain menuntut kenaikan pemakaian oksigen bagi otot-otot yang bekerja, dan mempercepat pengangkutan zat-zat sisa seperti asam laktat dan CO2 yang tidak berguna. Adapun untuk ciri-ciri dari sistim energi aerobik ditinjau dari intensitas, durasi, dan iramanya adalah sebagai berikut : 1. intensitas kerja sedang 2. Lama kerja lebih dari 3 menit 3. irama gerak (kerja) lancar dan terus menerus (kontinyu) 4. Selama aktivitas menhasilkan karbon dioksida + air (CO2+H2O) Aktivitas yang sumber energinya berasal dari sistim aerobik cenderung menggunakan power yang rendah dan berhubungan erat dengan ketahanan kardiorespirasi. Sedangkan aktivitas yang sumber energinya berasal dari sistim anaerobik cenderung menggunakan power yang tinggi dan berkaitan erat dengan power otot serta ketahanan otot. Sumbangan dan peranan energi dalam kinerja (penampilan) olahraga sangat penting dan dibutuhkan. Oleh karena itu setiap cabang olahraga memiliki karakteristik kebutuhan kebugaran otot dan kebugaran energi yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Dimana perbedaan kebutuhan predominan sumber energi tersebut jelas akan berpengaruh terhadap penyususnan
program latihan, penentuan sasaran, dan pemilihan metode latihan. Perkiraan predominan sistim energi tersebut cenderung berdasarkan pada energi digunakan untuk gerak teknik cabang olahraganya, bukan lamanya waktu pertandingan berlangsung. Pengertian Paru-Paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagain besar terdiri dari gelembung-gelembung (Alveoli). Alveoli terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 , pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Sedangkan banyaknya gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah. Paru ada dua buah : kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada dan memiliki tugas pokok sebagai pertukaran gas. Paru kanan terdiri dari 3 lobus sedangkan paru kiri 2 lobus. Paru merupakan bagain alat pernapasan yang tersusun dari rongga hidung (cavun nasi), rongga mulut (cavum ori), pahrink, larynk, trachea, bronchus, primryes, bronchiolus, ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan alveolus. Proses Pernapasan Sistem pernapasan atau disebut juga sistem respirasi yang secara harpiah berarti bernapas lagi. Yang mempunyai fungsi dalam penyediaan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh. Fungsi penyediaan oksigen dan pengeluaran karbondioksida merupakan fungsi vital bagi
86
kehidupan. Oksigen adalah bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi melalui pemecahan sumber energy secara aerobik, sedangkan karbondioksida merupakan bahan toksik yang harus segera dikeluarkan dari tubuh. Penumpukan karbondioksida dalam darah akan menurunkan PH darah, sehingga menimbulkan keadaan asidosis yang dapat mengganggu faal tubuh. Pernapasan pada dasarnya bertujuan untuk menghantarkan oksigen dari udara luar ke sel-sel di dalam tubuh serta mengangkut karbondioksida yang dihasilkan dalam pertukaran zat dalam sel-sel ke udara luar. Udara masuk ke dalam paru-paru melewati berturut-turut rongga hidung, faring, laring, trakhea, bronkus besar, bronkus kecil, bronkiolus sampai alveolus. Pernafasan terdiri dari berbagai macam antara lain pernapasan dada, pernapasan perut, pernapasan jaringan dan pernapasan paru-paru. Namun yang akan dikaji lebih mendalam adalah pernapasan yang terjadi dalam paru-paru. Pernapasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paruparu. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonary, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh (Syaifuddin 2006: 199).
Dalam bernapas setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda- beda, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital paruparu (Pearce. 1999: 221). Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah tidal volume dan volume cadangan ekspirasi ini adalah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisi sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (Guyton,1996: 347). Kapasitas rata-rata pada manusia muda kira-kira 4,6 liter, dan pada wanita dewasa kira- kira 3,1 liter, meskipun nilai itu lebih besar dari pada beberapa orang dengan berat badan yang sama dengan orang lain. Orang tinggi kurus biasanya memiliki kapasitas paru lebih besar dari pada orang gendut, dan seorang yang berlatih baik mungkin memiliki kapasitas vital 30-40% di atas normal yaitu 6-7 liter (Guyton,1996: 347). Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka peneliti menarik kesimpulan bahwa seorang perenang untuk dapat melakukan hypocix yang jauh perenang harus mempunyai daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru. Kemampuan Hypocix (HYPOXIA) Hypothermia didefinisikan sebagai keadaan suhu inti tubuh (rectal) yang lebih dari 35 derajat celcius. Hal ini dapat terjadi
87
secara tiba-tiba pada saat masuk kedalam air dingin atau beberapa waktu setelah pemaparan terhadap suhu dingin. Kata hypoxia berarti pengiriman oksigen rendah keseluruh tubuh. Hypoxia yaitu kekurangan oksigen pada berbagai organ tubuh. Dampaknya paling fatal adalah kerusakan jaringan pada otak, jantung, atau dua-duanya. Karena kekurangan oksigen pada otak bila lebih lama dan 5 menit, menyebabkan terjadinya kerusakan otot yang inversible. Proses metode hypoxia dengan singkat uraian sebagai berikut : ketika kita menarik napas dengan kandungan O2 yang rendah maka otak bereaksi terhadap perubahan ini dan mengintruksikan badan untuk meningkatkan pulmonary dan produksi sel darah merah. Darah merah mengirim oksigen ke jaringan-jaringan yang tergabung dengan bahan gizi untuk menghasilkan energy. Tubuh beradaftasi pada dua lingkungan yang secara tifikal dapat ditemukan pada ketinggian dengan total
tekanan udara dikurangi. Pada peristiwa hypoxia dapat terjadi asidosis metabolic maupun asidosis pernapasan. Kegagalan paru mengambil O2, pada peristiwa ini, menyebabkan terjadinya kekurangan oxygen dalam darah, maka dengan demikian menyebabkan terjadinya metabolisme anaerobic dan pembentukan asam laktat sehingga terjadi yang disebut asidosis metabolisme. Selanjutnya kegagalan paruparu membuang CO2 menyebabkan terjadinya asidosis pernafasan (respirasi asidosis). Kedua peristiwa tersebut akan mengganggu efesiensi berbagai system enzym tubuh dalam tubuh dengan segala akibatnya. Oleh karena itu, dari beberapa tinjauan teori tersebut diatas, Maka dapat disimpulkan bahwa hypocix dalam olahraga renang adalah kemampuan menahan napas dalam menyelam atau sambil melakukan gerakan renang tanpa mengambil oksigen.
METODE PENELITIAN
berjumlah 38 orang atlet renang yang terdiri dari 20 orang atlet renang putra dan 18 orang atlet renang renang putri yang sudah berada pada tingkat nasional artinya sudah pernah bertanding pada skala nasional. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu sampel yang diambil menurut area yang telah ditentukan.
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di stadion mini FIK UNM Makassar dan kolam renang FIK UNM Makassar. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet renang Sulawesi Selatan yang berjumlah 109 orang. Adapun sampel yang digunakan
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan jenis analisis korelasi serta
88
analisis regresi. Analisis deskriptif untuk menggambarkan data apa adanya yang meliputi data minimum dan maksimum, ratarata, dan standar deviasi. Sebelum dilakukan analisis deskriptif dan inferensial, maka dilakukan uji T-Score dengan menyamakan satuan yang ada pada data penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Deskriptif Data Daya Tahan Aerobik dan Kapasitas Vital Paru Terhadap Kemampuan Hypocix Pada Atlet Renang Putra dan Putri Sulawesi Selatan Analsis deskriptif (gambaran umum) data penelitian yang terdiri dari tes daya tahan aerobik, kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi selatan dapat dilihat secara jelas dalam rangkuman hasil deskriptif yang tercantum pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Daya Tahan Aerobik dan Kapasitas Vital Paru terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putra Sulawesi Selatan Varabel
Daya tahan aerobik (2,4 Km) ( menit/detik )
N x
µ
Sd
Range Min. Ma x.
1000 50.00 10.021 35
34
69
Kapasitas vital 20 paru Spirometer 1001 50.05 9.918 (mmltr)
37
35
72
Kemampuan hypocix (detik )
31
34
65
1001 50.05 9.875
Adapun rumus T- Score yang digunakan adalah:
.
= 50 + 10
(
)
.
selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan uji inferensial dengan bantuan komputer SPSS versi 17.00 dengan taraf signifikan 95 % atau α= 0,05 Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Analisis Deskriptif Data Daya Tahan Aerobik dan Kapasitas Vital Paru terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putri Sulawesi Selatan Varabel
Daya tahan aerobik (2,4 Km) (menit/detik)
N x
µ
Sd
Rang Min. Max. e
900
50.00 10.029 35
29
64
Kapasitas vital paru 18 899 Spirometer (mmltr)
49.94 10.044 32
33
65
Kemampuan hypocix (detik)
31.11 10.549 37
15
52
560
2. Hasil Uji Normalitas Data Suatu data penelitian yang akan dianalisis secara statistik harus memenuhi syarat-syarat analisis. Untuk itu setelah tes daya tahan aerobik, tes kapasitas vital paru serta kemampuan hypocix pada penelitian ini terkumpul, maka sebelum dilakukan analisis statistik untuk pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan yaitu normalitas dengan uji kolmogrovsimirnov Z pada nilai α 0,05 atau pada taraf signifikan 95 %. Dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test yang di lakukan, diperoleh hasil sebagaimana yang terlampir. Data hasil pengujian normalitas daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru pada atlet renang putra
89
dan putri Sulawesi Selatan. dirangkum dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Daya Tahan Aerobik dan Kapasitas Paru terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putra Sulawesi Selatan Variabel Daya tahan aerobik Kapasitas vital paru Kemampuan hypocix
Tabel 4.4.
Variabel Daya tahan aerobik Kapasitas vital paru Kemampuan hypocix
N
20
K– SZ
Sig.
Ket.
0,731
0,621
0,05
Normal
0,680
0,545
0,05
Normal
0,889
0,471
0,05
Normal
Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Daya Tahan Aerobik dan Kapasitas Vital Paru terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putri Sulawesi Selatan N
18
K– SZ
Sig.
Ket.
0,864
0,445
0,05
Normal
0,05
Normal
0,05
Normal
0,829 1.008
0, 624 0, 262
PEMBAHASAN 1. Hipotesis Pertama Bagaimana Tingkat Daya Tahan Aerobik, Kapasitas Vital Paru dan Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putra Dan Putri Sulawesi Selatan Hipotesis pertama tingkat daya tahan aerobik, kapasitas vital paru dan kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi Selatan untuk atlet renang putra
dengan berada pada kategori bervariasi yaitu berkategori baik dan berkategori sedang yang hasilnya dapat diketahui secara nyata. Berdasarkan dari data penelitian yang telah dilakukan maka dapat dibahasakan bahwa seorang atlet yang mempunyai daya tahan aerobik yang baik tetapi dalam hal kapasitas vital paru dan kemampuan hypocix berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan karakteristik seorang atlet renang tidak sama semuanya. Karena kemungkinan pengaruh atau faktor latihan yang kurang dalam melakukan setiap item latihan guna menuju peningkatan prestasi. Oleh karena itu, disarankan kepada para pelatih renang agar memperhatikan daya tahan aerobic serta kapasitas vital paru dalam rangka meningkatkan kemampuan hypocix. Dalam hal ini hypocix adalah kemampuan menahan napas dalam keadaan melakukan renangan. Seorang atlet yang malas melakukan hypocix maka akan menahan laju kedepan atau membuat hambatan sendiri yang akan berpengaruh pada kecepatan renang. 2. Hipotesis Kedua Hubungan Daya Tahan Aerobik terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putra dan Putri Sulawesi Selatan t
Hipotesis kedua untuk atlet renang putra diterima yaitu ada hubungan daya tahan aerobik terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang putra Sulawesi Selatan ini dibuktikan dari analisis Pearson Product Moment, dengan jumlah 20 sampel diperoleh nilai pearson correlation sebesar 0,751
90
dengan taraf signifikan 0,000 < α 0,05. Nilai statistik yang diperoleh dari hasil Analisis korelasi tesebut dapat menjelaskan bahwa nilai korelasi yang dihasilkan berada pada kategori sangat signifikan. Sehingga dari hasil perhitungan statistik tersebut dapat dikatakan bahwa antara variabel bebas yakni daya tahan aerobik (X1) berkorelasi dengan kemampuan Hipocix (Y) Atlet renang putra Sulawesi Selatan. Sedangkan Hipotesis pertama untuk atlet putri diterima yaitu ada hubungan daya tahan aerobik terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang putra Sulawesi Selatan ini dibuktikan dari analisis Pearson Product Moment, dengan jumlah 18 sampel diperoleh nilai pearson correlation sebesar 0,626 dengan taraf signifikan 0,005 < α 0,05). Nilai statistik yang diperoleh dari hasil Analisis korelasi tesebut dapat menjelaskan bahwa nilai korelasi yang dihasilkan berada pada kategori sangat signifikan. Sehingga dari hasil perhitungan statistik tersebut dapat dikatakan bahwa antara variabel bebas yakni daya tahan aerobik (X1) berkorelasi dengan kemampuan Hipocix (Y) Atlet renang putri Sulawesi Selatan. 3. Hipotesis Ketiga Hubungan Kapasitas Vital Paru terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang Putra dan Putri Sulawesi Selatan Hipotesis ketiga untuk atlet renang putra diterima yaitu ada hubungan kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix ini dibuktikan dari analisis Pearson Product Moment, dengan jumlah 20 sampel diperoleh
nilai pearson correlation sebesar 0,680 dengan taraf signifikan 0,001 < α 0,05). Nilai statistik yang diperoleh dari hasil Analisis korelasi tesebut dapat menjelaskan bahwa nilai korelasi yang dihasilkan berada pada kategori sangat signifikan. Sehingga dari hasil perhitungan statistik tersebut dapat dikatakan bahwa antara variabel bebas yakni kapasitas vital paru (X2) berkorelasi dengan kemampuan Hipocix (Y) Atlet renang putra Sulawesi Selatan. Hipotesis kedua untuk atlet renang putri diterima yaitu ada hubungan kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix ini dibuktikan dari analisis Pearson Product Moment, dengan jumlah 18 sampel diperoleh nilai pearson correlation sebesar 0,626 dengan taraf signifikan 0,005 < α 0,05). Nilai statistik yang diperoleh dari hasil Analisis korelasi tesebut dapat menjelaskan bahwa nilai korelasi yang dihasilkan berada pada kategori sangat signifikan. Sehingga dari hasil perhitungan statistik tersebut dapat dikatakan bahwa antara variabel bebas yakni daya tahan aerobik (X1) berkorelasi dengan kemampuan Hipocix (Y) Atlet renang putri Sulawesi Selatan. Dari hipotesis tersebut maka secara umum dapat disimpulkan ada hubungan antara kapasitas vital paru terhadap kemampuan hypocix pada atlet renang Sulawesi selatan baik kategori putra dan kategori putri. Dengan demikian dapat diterima kerena sistem aerobik (suplai oksigen) diperlukan untuk penyediakan energi yang lebih baik, terutama dalam melakukan hipocix dalam renang.
91
Metabolisme otot aerobik yang sempurna hanya dapat terjadi dengan menggunakan suplai oksigen yang memadai. Laju pemakaian oksigen tubuh adalah gambaran mutlak dari laju metabolisme aerobiknya. Pasokan oksigen yang cukup ke berbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan pada bagian yang paling terkecil sekalipun akan menunjang kerja seluruh sel dalam tubuh secara optimal. 4. Hipotesis Keempat Korelasi Ganda Daya Tahan Aerobik, Kapasitas Vital Paru (X1,X2) secara Bersama-Sama terhadap Kemampuan Hypocix pada Atlet Renang (Y) Putra dan Putri Sulawesi Selatan Bedasarkan pengujian hipotesis keempat atlet renang putra dari hasil pengujian analisis korelasi bahwa koefisien korelasi secara simultan dari 20 jumlah sampel menunjukkan nilai F secara, keseluruhan, sebesar 8.147 dengan nilai signifikan 0,003, karena nilai signifikan tersebut dibawah α 0.05, berarti ada hubungan secara signifikan daya tahan aerobik (X 1 ), kapasitas vital paru (X 2 ) dengan kemampuan hypocix (Y). Atau dapat dikatakan bahwa daya tahan aerobik (X 1 ), kapasitas vital paru (X 2 ) yang secara bersama-sama memiliki hubungan dengan kemampuan hypocix pada atlet renang putra Sulawesi Selatan. Sedangkan bedasarkan pengujian hipotesis ketiga atlet renang putri dari pengujian analisis korelasi bahwa
koefisien korelasi secara signifikan dari 18 jumlah sampel menunjukkan nilai F secara, keseluruhan, sebesar 5.245 dengan nilai signifikan 0,019, karena nilai signifikan tersebut dibawah α 0.05, berarti ada hubungan secara signifikan daya tahan aerobik (X 1 ), kapasitas vital paru (X 2 ) dengan kemampuan hypocix (Y). Atau dapat dikatakan bahwa daya tahan aerobik (X 1 ), kapasitas vital paru (X 2 ) yang secara bersam-sama memiliki hubungan dengan kemampuan hypocix pada atlet renang putri Sulawesi Selatan. Para perenang yang banyak mengikuti lomba renang dibawah permukaan air sampai sejauh mungkin atau sampai batas kemampuan. Berenang di bawah permukaan air, artinya selama melakukan akitifitas lomba tersebut perenang menahan napas. Kondisi seperti hal tersebut secara umum sangat aman asalkan tidak dilalui hiperventilasi, karena hiperventilasi dapat sangat memperpanjang waktu tahan napas. Merujuk pada hasil perhitungan dan analisis data penelitian, terkihat bahwa variabel-variabel yang menjadi kajian dalam penelitian yaitu : 1) Hubungan daya tahan aerobik, 2) Hubungan kapasitas vital paru dengan kemampuan hypocix. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis statistik infrensial, dan hasil analisis korelasi dalam
92
pengujian hipotesis, maka hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat daya tahan aerobik pada atlet putera berkategori sedang, pada atlet puteri berkategori baik. kapasitas vital paru pada atlet putera berkategori baik, pada atlet puteri berkategori baik dan kemampuan hypocix pada atlet renang putera dan puteri Sulawesi selatan berada pada kategori sedang. 2. Daya tahan aerobik berhubungan secara signifikan dengan kemampuan hypocix atlet renang putra dan putri Sulawesi selatan. 3. Kapasitas vital paru berhubungan secara signifikan dengan kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan. 4. Daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru berhubungan secara signifikan dengan kemampuan hypocix pada atlet renang putra dan putri Sulawesi Selatan. Saran Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan aerobik pada atlet renang Sulawesi Selatan maka dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada pelatih renang perlu meningkatkan kemampuan hypocix atlet renang Sulawesi Selatan dengan metode latihan 3:1 selanjutnya perlu juga memperhatikan daya tahan aerobik dan kapasitas vital paru dalam meningkatkan kemampuan hypocix.
2. Diharapkan kepada pelatih renang Sulawesi Selatan untuk tetap meningkatkan daya tahan aerobik, kapasitas vital paru dalam rangka peningkatan prestasi renang di Sulawesi Selatan dengan metode latihan yang mengarah kepada kemampuan hypocix baik metode latihan 3:1 maupun metode latihan renang dengan cruise intterval. 3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai renang diharapkan untuk tes daya tahan aerobik yang sesuai dengan karakteristik dengan cabang olahraga renang. 4. Kepada peneliti selanjutnya untuk memperbanyak variabel dan jumlah sampel yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
Cumming, G. R, 1972, Maximum Oxygen Uptake and Total Body Potassium in Children, in: Application Of Science and Medicine to Sport, Springfield: Charles c. Thomas Publishers. Don R. Kirkendall, Jonseph J. Gruber, dan Robert E. Johnson, 1980, Measurement And Evalution For Physical Educators, Iowa: wm c. Brown. Effendi, Hasjim. 1982. Fisiologi Kerja dan Olahraga serta Peranan Tes Kerja
93
( Exercise Test) untuk Diognostik Medan:. Alumni Ganong. W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku kedokteran, EGC.
Nurhasan, 1986. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. . 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani, PrinsipPrinsip dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.
Giriwijoyo, Santosa. 2007 edisi 1. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung. . 2007 edisi 7. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Guyton, 1990. Fisiologi Manusia mekanisme penyakit. Jakarta : EGC.
dan
Hairy, Junusul. 1989. Fisiologi Olahraga Jilit I. Jakarta: Depdikbud. 2003. Daya Tahan Aerobik. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga. Depertemen Pendidikan Nasioanal. Hannula,
Dick. 1995. Sukses Melatih Renang. Jakarta: Pustaka Insan Madani.
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma. Hines, Emmett. 2008. Fitness Swimming. Human Kinetics Montgomery, Jim, Chambers Mo. 2009. Mastering Swimming.USA: Human Kinetics. Mulyana. Boyke. R. 2006. Dampak Pelatihan Hypoxic dalam Renang. Bandung: Artikel.
Oktia Woro, 1999. Praktikum Kesehatan, Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan. Rowell, L.B., Taylor, H.L, and wang, Y., 1964, Limitations to Prediction of Maximal Oxygen Intake, J. Appl. Physiol. Sajoto,
M. 1995. Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Dahara Prize
Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Meteodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sugiyono.
2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
.
2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi, Jakarta: Buku Kedokteran, EGC.
94
Wilmore
JH, Bergfeld JA. 1979. A Comparison of Sports : Physiological and Medical Aspect. In : Strauss RH, editors. Sport Medicine and Physiology.
Philadelphia : W. B. Saunders Company Yuliani Handoyo Sri.1988. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.