PERBEDAAN BURNOUT ANTARA TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT PADA PERAWAT DI RUANGAN CRITICAL CARE Togi Fitri Afriani Ambarita Abstrak Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif dengan menggunakan purposif sampling, yang meneliti mengenai perbedaan tingkat burnout pada perawat tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Burnout adalah suatu sindrom kelelahan kerja yang perlu diwaspadai kemunculannya pada individu yang bekerja dibidang pelayanan (human service), misalnya perawat di rumah sakit. Seorang perawat yang mengalami burnout akan menyebabkan turunnya kualitas pelayanan perawat terhadap pasien-pasien di rumah sakit, jika hal ini terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi pasien dan rumah sakit. Sindrom ini ditandai dengan 3 gejala utama yakni kelelahan emosional, depersonalisasi dan low personal accomplishment. Perkembangan dan kemunculan burnout juga dipengaruhi oleh faktor kepribadian pekerja (perawat). Jung mengemukakan pembagian tipe kepribadian berdasarkan orientasi sikap jiwa seseorang, yakni tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert. Tipe kepribadian introvert orientasinya lebih ke dalam diri, yakni tipe orang yang kemampuan sosialisasinya lebih rendah, sebaliknya tipe kepribadian ekstrovert yang orientasinya ke luar diri, orangnya lebih ramah dan mudah bergaul. Peserta penelitian melibatkan 45 perawat dari 4 rumah sakit swasta di Medan. Karakteristik sampel penelitian adalah perawat di ruangan critical care (ruangan perawatan intensif dan gawat darurat), minimal sudah bekerja selama satu tahun di ruangan tersebut, berumur 30 tahun kebawah, tipe kepribadian introvert atau tipe kepribadian ekstrovert. Uji reliablitas untuk Skala burnout (MBI) dan skala kepribadian dilakukan pada 50 orang sampel, dengan reliabilitas masing-masing sebesar 0.89 dan 0.91. Analisa data dilakukan dengan analisa statistik t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat burnout antara tipe kepribadian introvert dan tipe kerpibadian ekstrovert, yakni tipe kepribadian introvert lebih tinggi tingkat burnout dibandingkan tipe kepribadian ekstrovert. Jika dilihat per-dimensi, tingkatan burnout berbeda secara signifikan pada dimensi low personal accomplishment, sementara pada dua dimensi lainnya tingkat burnout juga lebih tinggi pada kepribadian introvert, namun tidak berbeda secara signifikan. Kata Kunci: burnout, tipe kepribadian introvert, tipe kepribadian ekstrovert, sindrom kelelahan kerja, perawat.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
100
PENDAHULUAN Di
indonesia,
pelayanan
rumah
Profesi
pelayanan,
seperti
sakit
perawat, pada dasarnya merupakan
dinyatakan dengan tingkat akreditas
suatu pekerjaan yang menghadapi
rumah sakit tersebut (Puageno, 2002).
tuntutan dan pelibatan emosional.
Akreditasi
Maslach
bahwa
sebuah
kualitas
merupakan rumah
pernyataan
Sutjipto
2001)
tersebut
menjelaskan bahwa pekerjaan yang
memenuhi standart minimal. Rumah
berorientasi melayani orang lain dapat
sakit
membentuk hubungan yang bersifat
yang
sakit
(dalam
sudah
terakreditasi
harapannya merupakan rumah sakit
asimetris
yang
penerima jasa pelayanan. Hubungan
sudah
mampu
memberikan
antara
pemberi
dan
layanan standart pada masyarakat
yang asimetris
yang sakit. Rumah sakit yang dapat
perawat
memberikan pelayanan yang baik
pelayanan, bantuan, dan dukungan
merupakan harapan dari setiap pasien
kepada klien atau pasien, sementara
yang sakit yang datang ke rumah sakit
itu
tersebut.
menerima
Salah
satu
indikator
dari
terlihat pada saat
memberikan
pasien
bersifat
perhatian,
pasif
pelayanan
hanya bahkan
menuntut untuk lebih diperhatikan
akreditasi adalah penilaian unjuk
atau
kerja staff rumah sakit (Aditama,
kebutuhannya. Bahkan tak jarang
1999). Perawat merupakan bagian
seorang
dari staff rumah sakit yang akan
pelayanannya yang terbaik kepada
dinilai unjuk kerjanya. Cara perawat
pasien, namun ia tidak mendapatkan
berinteraksi
memberikan
penghargaan apapun, karena pasien
pelayanan kepada pasien menentukan
menganggap memang demikianlah
kualitas
pelayanan
seharusnya. Hubungan yang tidak
kepuasan
yang
dalam
sebagai pelanggan.
medis
diperoleh
dan pasien
dilayani
sesuai
perawat
seimbang
tersebut
dengan
memberikan
dapat
menimbulkan ketegangan emosional (Sutjipto, 2001).
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
101
Kontak yang konstan dengan
konsep
burnout.
Freudenberger
pasien dapat menjadi stressor untuk
adalah seorang psikiatris yang bekerja
perawat itu sendiri. Situasi ini bahkan
dalam sebuah klinik amal untuk
dapat menyebabkan perawat menjadi
ketergantungan obat. Rata-rata staff
kebingungan
semua
yang bergabung dalam klinik amal
permintaan pasien, akibatnya dapat
tersebut kebanyakan relawan muda
menimbulkan
yang
melayani
kurang
efektifnya
identik
dengan
motivasi.
hubungan antara pasien dan perawat.
Freudenberger
Perawat
banyak anggota relawan tersebut
menjadi
marah-marah,
mengamati
menunjukkan sikap bahwa pasien
setelah
pantas menderita penyakitnya, atau
kehabisan
dia secara emosi menarik diri dari
motivasi
pasien. Fenomena perilaku perawat
dengan ditunjukkannya bermacam-
tersebut
macam sindrom emosi dan fisik.
dikenal
dengan
istilah
bekerja
selama
bahwa
energi dan
dan
1
tahun
kehilangan
komitmen,
disertai
burnout (Kalman & Waughfield,
Freudenberger
1987).
‘burnout’ untuk memberi label atas Perawat
yang
mengalami
memilih
kata
kondisi tersebut dimana kata ini
burnout akan menyebabkan kualitas
biasanya
pelayanan yang buruk sehingga para
menunjukkan
pasien menjadi tidak nyaman yang
penyalahgunaan obat (Schaufeli dan
kemudian akan menurunkan kualitas
Buunk, 1996).
pelayanan suatu rumah sakit.
digunakan efek
Penelitian
untuk
kronik
tentang
dari
burnout
Istilah burnout pertama kali
sendiri sebenarnya telah berlangsung
diutarakan dan diperkenalkan kepada
selama 25 tahun (Maslach, dkk, 2001)
masyarakat
sehingga
oleh
Herbert
menghasilkan
berbagai
Freudenberger pada tahun 1973 yang
ragam pengertian. Dalam Lexicon of
kemudian
Psikiatri & Mental Health
dikenal
sebagai
bapak
terms
penemu sindrom burnout. Tulisannya
(1994) dinyatakan bahwa sindrom
berpengaruh dalam memperkenalkan
burnout merupakan salah satu bentuk
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
102
reaksi ekstrim terhadap stres yang
lama dalam situasi yang menuntut
berkaitan dengan kerja, dimana istilah
secara emosional.
ini masih controversial, dan beberapa
oleh seseorang yang bekerja di sektor
pengarang memasukkannya sebagai
pelayanan sosial dalam waktu yang
kasus depresi klinis.
cukup lama. Menurut mereka, pada
Maslach dan Jackson (dalam Sutjipto,
2001)
meneliti
tentang
Burnout dialami
jenis pekerjaan tersebut, seseorang menghadapi
tuntutan
dari
klien,
burnout pada bidang pekerjaan yang
tingkat keberhasilan dari pekerjaan
berorientasi
rendah, dan kurangnya penghargaan
seperti
melayani
bidang
orang
kesehatan
lain
mental,
yang
adekuat
terhadap
kinerja
bidang pelayanan kesehatan, bidang
pemberi layanan. Situasi menghadapi
pelayanan sosial, bidang penegakan
tuntutan
hukum, maupun bidang pendidikan;
menggambarkan
dalam
menuntut
perkembangannya
telah
dari
penerima
layanan,
keadaan
secara
yang
emosional
memberikan sumbangan yang sangat
(emotionally demanding), sehingga
berarti dalam memahami burnout.
pada akhirnya dalam jangka panjang
Mereka menemukan bahwa burnout
tertentu seseorang akan mengalami
merupakan suatu pengertian yang
kelelahan,
multidimensional.
Maslach (dalam
memberikan sesuatu secara maksimal,
Sutjipto, 2001) mengartikan burnout
namun memperoleh apresiasi yang
sebagai
minimal.
sindrom
terdiri
atas
tiga
psikologis
yang
dimensi
yaitu
karena
ia
berusaha
Pada tahun 1998-1999, sebuah
kelelahan emosional, depersonalisasi,
penelitian
dan “low personal accomplishment”.
dilakukan oleh Aiken, dkk (2001) di
Sementara Aronson
(dalam
mendefinisikan
itu
Pines
Sutjipto, burnout
dan 2001)
sebagai
Eropah
mengenai
dan
Amerika,
burnout
terhadap
perawat di 5 negara yaitu USA, Kanada,
Inggris, Skotlandia,
dan
kelelahan secara fisik, mental, dan
Jerman. Hasil dari penelitian ini
emosional karena keterlibatan yang
adalah 30% – 40% perawat di semua
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
103
negara kecuali Jerman menunjukkan
juga
mempengaruhi
skor burnout yang tinggi.
burnout pada perawat.
munculnya
& Wagner (1992),
Disamping faktor situasional
menyatakan bahwa perawat yang
terdapat juga faktor individual yang
bekerja
Kidd
mudah
dengan terkena
pasien
kritis
mempengaruhi burnout, salah satunya
burnout,
yaitu
yaitu pengaruh kepribadian. Beberapa
perawat diruangan critical care
aspek
(misalnya intensive care unit dan
mempengaruhi
emergency room). Penelitian yang
burnout, misalnya orang tipe A, self-
dilakukan Krausz Koslowsky (dalam
esteem rendah (Schaufeli dan Buunk,
Sagie dan Krausz, 2003) menemukan
1996).
bahwa perawat di ruangan intensive
dilakukan oleh Phillippens, (2002)
care unit lebih mengalami burnout
mengenai pengaruh tipe kepribadian
dibandingkan
dari
introvert dan ekstrovert terhadap
departemen lain. Penelitian burnout
kelelahan ditempat kerja. Penelitian
lainnya dilakukan di Yunani oleh
ini
Adali dan assistennya
penelitian
(2002).
Penelitian
membandingkan diantara
perawat
perawat
Priami M
kepribadian
juga
kecenderungan
Sebuah
adalah
yang
penelitian
bagian
dari
tentang
yang
program
‘kelelahan
di
ini
tempat kerja’ oleh The Netherlands
tingkat
burnout
Organisation for Scientific Research.
yang
berbeda
Salah
satu
hasilnya
menyatakan
lingkungan kerja. Hasil penelitian
bahwa kelelahan dalam bekerja (yaitu
menunjukkan bahwa untuk kelelahan
kelelahan fisik dan mental) lebih
emosional lebih muncul signifikan
sering
pada perawat di ruangan emergency
kepribadian
room dibandingkan perawat yang
individu tipe kepribadian ekstrovert.
bekerja di intensive care unit dan
dialami
Konsep
individu introvert
tipe
tipe
daripada
kepribadian
ruangan internis. Penelitian tersebut
introvert dan ekstrovert pertama kali
menjelaskan bahwa faktor lingkungan
dikemukakan oleh Carl Gustav Jung (Naisaban, 2003). Ia mendefinisikan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
104
tipe kepribadian introvert sebagai
seorang perawat tergantung pada
individu yang karakteristik sikap jiwa
kemampuan
berorientasi
menyenangkan
pada
perasaan
dan
personalnya hati
untuk
pasiennya.
pemikiran diri sendiri (dalam Schultz
Dengan
dan Sydney, 1993). Tipe kepribadian
perawat tipe kepribadian introvert
ini dicirikan sebagai orang yang
akan lebih mudah merasakan tekanan
tertutup, pemalu dan menarik diri.
dalam pekerjaannya yang menuntut
Sebaliknya dengan tipe kepribadian
interaksi yang konstan dengan orang
ekstrovert
lain.
digambarkan
sebagai
kepribadian
Sebaliknya
demikian
perawat
individu yang karakteristik sikap jiwa
kepribadian
berorientasi pada orang lain atau hal-
orang yang bersifat lebih terbuka dan
hal diluar dirinya. Individu tipe
memiliki kemampuan sosialisasi yang
kepribadian
dicirikan
lebih baik sehingga tuntutan tugas
sebagai orang yang ramah, suka
untuk banyak berinteraksi dengan
bersosialisasi
pasien akan dilakukan dengan lebih
ekstrovert
Perawat
dengan
tipe
kepribadian introvert kurang mampu
ekstrovert
dengan
merupakan
mudah dibandingkan dengan perawat introvert.
menjalin relasi atau komunikasi yang
Adanya
perawat
yang
hangat dengan orang lain, bahkan
memiliki kemampuan sosialisasi yang
beberapa cenderung merupakan orang
rendah,
yang sulit bergaul. Sementara itu
ketidakmampuannya untuk menjalin
menjalin interaksi dan komunikasi
hubungan
yang baik dengan pasien merupakan
dengan
ketrampilan yang diharapkan dimiliki
perawat-perawat
perawat agar mampu memberikan
Bahkan
pelayanan
komunikasinya
pasiennya. menjelaskan
keperawatan Gunarsa lebih
lanjut
terhadap
ditunjukkan
yang pasien
menyenangkan dibenarkan di
mereka
rumah pun
dengan
sakit.
terhambat teman
sejawat.
bahwa
kemampuan perawat introvert dalam memberikan
ini
oleh
(1989)
kualitas pelayanan yang diberikan
Hal
dengan
mempengaruhi
pelayanan
kepada
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
105
pasien. Mereka biasanya kurang dapat
dengan status kepegawaian perawat di
berbasa-basi
rumah
kepada
pasien
dan
sakit
pemerintah
minim komunikasi dengan pasien.
pegawai
Kondisi pribadi seperti ini (yang
pemecatannya
dialami
lebih
perawat di swasta. Sementara di
berpotensi mengarahkan timbulnya
rumah sakit swasta, komplain dari
perasaan tidak nyaman dalam bekerja.
pasien karena kurang memuaskannya
Kondisi psikologis perawat introvert
pelayanan yang diberikan perawat
akan
mengalami
menyebabkan rumah sakit swasta
perawat
lebih mengawasi kualitas pelayanan
perawat
lebih
introvert)
mudah
ketidaknyaman
daripada
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
perawatnya.
Kondisi profesi keperawatan rumah
sakit
di
negeri
sebagai
Indonesia
membuat tidak
tingkat
sesederhana
Dengan
gambaran
kondisi tersebut tampaknya perawat di rumah sakit negeri cenderung
menunjukkan tingkat pelayanan yang
memberikan
berbeda antara rumah sakit instansi
semaksimal perawat di rumah sakit
swasta dan pemerintah. Berdasarkan
swasta
wawancara
burnout akan lebih muncul pada
dengan
para
pasien,
dikeluhkan bahwa sikap melayani
pelayanan
sehingga
peneliti
tidak
melihat
perawat di rumah sakit swasta.
para perawat di rumah sakit instansi
Berdasarkan latar belakang
pemerintah di kota Medan kurang
diatas maka peneliti menjadi tertarik
memuaskan.
untuk
menyukai
Para pelayanan
pasien
lebih
perawat
di
pada
melihat perbedaan burnout perawat
tipe
kepribadian
rumah sakit swasta daripada rumah
introvert dan ekstrovert di ruangan
sakit pemerintah. Perbedaan kualitas
critical care rumah sakit swasta.
pelayanan ini bisa saja berkaitan Metode Penelitian Subjek Subjek
penelitian
adalah
swasta di kota medan, yang bertugas
perawat yang bekerja di rumah sakit
di ruangan critical care, yakni
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
106
emergency room dan intensive care
kepribadian introvert dan 23 subjek
unit. Para perawat berusia dibawah
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
30 tahun. Pengalaman bekerja subjek
Teknik sampling yang digunakan
di ruangan critical care
adalah purposife sampling (Hadi,
minimum
satu tahun. Jumlah subjek penelitian
2000).
45 orang yakni 22 subjek dengan tipe Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan penelitian
dilakukan
menggunakan (Suryabrata,
data
2
skala
2000),
dalam dengan
psikologi
yakni
kelelahan
emosional,
depersonalisasi, dan low personal
skala
accomplishment (Maslach, 2001).
Maslach burnout inventory dan skala
Skala tipe kepribadian introvert dan
tipe
ekstrovert
kepribadian
yakni
menguraikan 3 dimensi dari burnout
introvert
dan
dikembangkan
peneliti
ekstrovert. Skala Maslach Burnout
berdasarkan indikator-indikator tipe
Inventory (MBI) digunakan untuk
kepribadian introvert dan ekstrovert
mengukur
(dalam Dale, 2000).
burnout.
Skala
ini
Metode Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian
ini
dianalisis
secara
perbedaan
burnout
kepribadian
introvert
antara
tipe
dan
tipe
statistik dengan metode korelasi t-test
kepribadian ekstrovert pada perawat
( Sudjana, 1989),
di ruangan critical care.
dengan tingkat
kepercayaan 95 % untuk melihat Hasil dan Pembahasan Hasil Subjek penelitian paling muda
Hampir keseluruhan subjek penelitian
berumur 22 tahun dan yang paling tua
sudah bekerja di ruangan critical care
berusia 30 tahun, dimana lebih dari
dengan kisaran waktu 1 – 7 tahun
setengah subjek penelitian berusia
(91,4%),
diantara 25 – 27 tahun (52,9 %).
penelitian sudah bekerja di ruangan
dimana
50
%
subjek
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
107
critical care selama 1 – 3 tahun.
introvert
Sebagian besar perawat, yakni 81%,
ekstrovert. Dengan signifikansi p =
di gaji dengan kisaran Rp. 500.000 –
0.180, dimana p > 0.05, l.o.s 0.05,
Rp. 1.000.000.
yang berarti tidak ada perbedaan yang
Hasil analisis data yakni, rata-
dan
signifikan.
tipe
kepribadian
Untuk
dimensi
rata skor burnout pada subjek dengan
depersonalisasi
tipe kepribadian introvert sebesar
perbedaan yang signifikan. Uji beda
75.23 dengan standart deviasi 7.578,
untuk skor dimensi depersonalisasi
dimana
antara tipe kepribadian introvert dan
lebih
tinggi
dari
tipe
juga
tidak
kepribadian ekstrovert yang nilai rata-
tipe
rata skor burnout sebesar 60.70
menghasilkan p = 0.51, dimana p >
dengan standart deviasi 5.414. Setelah
0.05,
dilakukan perhitungan dengan analisis
perbedaan tidak cukup signifikan.
t-test diperoleh nilai signifikansi p =
Untuk
0.036, berarti p <0,05 untuk l.o.s 0.05
accomplishment,
yang menunjukkan adanya perbedaan
menunjukkan
yang signifikan tingkat burnout antara
signikan
antara
tipe
kepribadian
tipe kepribadian intorvert dan tipe
introvert
dan
tipe
kepribadian
kerpibadian ekstrovert, yakni burnout
ekstrovert dengan signifikansi p =
pada perawat kepribadian introvert
0.002, untuk l.o.s 0,01, p < 0,01, yang
lebih tinggi dibandingkan kepribadian
artinya hipotesis di terima, yakni
ekstrovert.
perbedaan kedua skor signifikan.
Uji beda dengan t-test juga dilakukan
untuk
burnout.
Hasilnya
l.o.s
ekstrovert
0.05,
dimensi
yang
low hasil
berarti
personal uji
perbedaan
beda yang
A. Pembahasan
dimensi-dimensi menunjukkan
kepribadian
ada
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
terdapat
perbedaan
yang
bahwa; untuk dimensi kelelahan,
signifikan tingkat
tidak
perawat tipe kepribadian introvert
terdapat
perbedaan
yang
burnout pada
signifikan skor dimensi kelelahan
dibandingkan
perawat
tipe
emosional antara tipe kerpibadian
kepribadian ekstrovert, yakni lebih
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
108
tinggi pada perawat tipe kepribadian
Mereka merasakan seolah energi nya
introvert
habis, tidak mampu merasa pulih
dibandingkan
tipe
kepribadian ekstrovert. Jika dilihat
kembali
meski
berdasarkan
beberapa
saat.
dimensi burnout, ditemukan hanya
ditandai
dengan
dimensi yang ketiga yang berbeda
emosi-emosi negatif yakni perasaan
secara
frustasi,
skor
untuk
signifikan,
tiap-tiap
sementara
2
putus
telah
beristirahat
Kelelahan
emosi
berkembangnya
asa,
sedih,
tidak
dimensi lainnya ada perbedaan namun
berdaya, tertekan, apatis terhadap
tidak signifikan.
pekerjaan dan merasa terbelenggu
Maslach
seorang psikolog
oleh tugas-tugas dalam pekerjaan
sosial yang meneliti para pekerja
sehingga orang tersebut merasa tidak
dibidang
human
service
(dalam
mampu memberikan pelayanan secara
Schaufeli
dan
Buunk,
1996)
psikologis. Dalam penelitian ini skor
mendefenisikan burnout sbb:
kelelahan
“Burnout is a syndrom of emotional exhausation, depersonalization, and reduced personal accomplishment that can occur among individuals who do ‘people work’ of some kind”.
pada
tipe
kepribadian
introvert lebih besar dari kepribadian ekstrovert, namun perbedaannya tidak cukup signifikan. Sementara untuk
dimensi
depersonalisasi skor yang diperoleh Dalam menjelaskan sindrom burnout, ketiga dimensi ini yang diuraikan lebih lanjut oleh Maslach (1997, 2001).
utama kualitas dari burnout. Seorang yang sudah mengalami kelelahan akan merasa pekerjaannya sebagai
secara
lebih
besar
kepribadian
dibandingkan ekstrovert,
tipe namun
perbedaannya juga tidak signifikan. Kelelahan merupakan penentu
sesuatu
untuk tipe kepribadian introvert juga
yang
memberatkan
emosional
ataupun
baik fisik.
Dimensi
ini
ditandai
dengan
berkembangya sikap sinis. Seseorang yang merasakan kelelahan fisik dan emosional akibat pekerjaannya, akan kehilangan rasa antusias terhadap pekerjaan dan mulai mengembangkan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
109
emosi-emosi negatif (sikap sinis)
pekerjaannya,
terhadap
dimana
kemahiran atau kemampuan dalam
sebelumnya perasaan seperti ini tidak
melakukan atau menyelesaikan suatu
ada
pekerjaan.
pekerjaan,
dirasakan.
Seseorang
yang
yakni
rendahnya
Maslach
bersikap sinis dengan pekerjaannya
menjelaskan
biasanya akan berperilaku menjaga
dimensi ini, sebagai reaksi dari
jarak
dimensi
terhadap
orang-orang
pekerjaannya
yang
terlibat
dan dalam
lebih
(2001)
kelelahan,
lanjut
tentang
atau
dimensi
depersonalisasi, atau interaksi kedua
pekerjaannya. Individu tersebut akan
dimensi
meminimalkan keterlibatannya dalam
depersonalisasi. Pada penelitian ini,
pekerjaan,
kehilangan
perbedaan skor untuk dimensi ketiga
idealisme akan pekerjaan tersebut.
antara tipe kepribadian introvert dan
Sinisme
untuk
tipe kepribadian ekstrovert berbeda
melindungi diri sendiri dari kelelahan
secara signifikan, yakni lebih tinggi
dan kekecewaan. Individu merasa
pada kepribadian introvert daripada
lebih aman dengan perilaku tidak
ekstrovert.
peduli. Mereka kemudian kehilangan
tingginya sindrom burnout pada tipe
kepercayaan diri akan kemampuan
kepribadian
dirinya terutama dalam melakukan
berkaitan
pekerjaan yang hal ini menimbulkan
keefektifan perawat tipe introvert
ketidakefektifan dalam bekerja. Pada
dalam
kedua
keperawatannya. Perbedaan skor pada
bahkan
merupakan
tipe
cara
kepribadian
tingkat
kelelahan
dan
Ini menunjukkan lebih
introvert, dengan
terutama rendahnya
melakukan
depersonalisasi yang dirasakan tidak
dua
dimensi
berbeda secara signifikan, meski lebih
ditemukan
besar pada perawat introvert.
secara
pertama
namun
signifikan,
tugas
memang
tidak namun
berbeda pada
Pada dimensi ketiga yakni
dimensi ketiga ini, perbedaannya
personal
accomplishment”,
signifikan. Tampaknya pada perawat
berkaitan dengan tidak efektifnya
introvert, interaksi dimensi kelelahan
seseorang
dan dimensi depersonalisasi potensial
“low
dalam
melakukan
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
110
menyebabkan
perawat
introvert
ini
yakni
individu
yang
lebih
menjadi lebih tidak efektif dari pada
dipengaruhi oleh dunia subjektifnya,
perawat ekstrovert.
yaitu dunia di dalam dirinya sendiri.
Interaksi dimensi kelelahan
Orientasinya
terutama
dan depersonalisasi sebagai pemicu
dalam;
ketidakefektifan
tindakan-tindakannya
seseorang
dalam
pikiran,
tertuju
perasaan,
serta
terutama
bekerja digambarkan yakni ketika
ditentukan
seorang perawat yang merasakan
(subjektif). Penyesuaian dengan dunia
lelah
terhadap
luar kurang baik; jiwanya tertutup,
kemudian
sukar bergaul, sukar berhubungan
fisik
dan
mental
pekerjaannya, mengembangkan
penilaian
negatif
faktor
ke
dalam
diri
dengan orang lain (Suryabrata 1998).
pada pekerjaan dan pada dirinya,
Pada
tipe
kepribadian
bahwa dirinya kurang cakap dalam
introvert,
pekerjaannya, maka dalam kondisi
permasalahan (baik masalah pribadi
seperti ini akan sulit bagi perawat
atau kerja) akan cenderung “sibuk”
bekerja
Dengan
dengan pikiran maupun perasannya
demikian perawat tersebut akan sulit
sendiri, sehingga akan sulit bagi
berinteraksi secara efektif dengan
mereka untuk keluar jika berada
orang-orang yang dilayaninya.
dalam situasi perasaan yang menekan.
secara
Jika
efektif.
dilihat
dari
Mereka
saat
perlu
menghadapi
untuk
dibantu
kecenderungan kepribadian introvert,
mengatasi kesalahan persepsi yang
yakni
mereka kembangkan
pribadi
yang
mengelola
tentang diri
permasalahan lebih ke dalam diri
sendiri ketika mereka mengalami
sendiri,
sindrom burnout (depersonalisasi).
maka
bagaimana
bisa
burnout
menjelaskan lebih
mudah
Merupakan hal yang penting untuk
berkembang pada tipe kepribadian ini.
menggugah
Sebagaimana yang digambarkan Jung
berkomunikasi lebih terbuka dengan
(Suryabrata,
orang
1998;
Schultz
dan
Sydney 1993) tentang individu tipe
lain,
membicarakan
mereka
agar
terutama
mau
untuk
permasalahan-
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
111
permasalahan
yang
sifatnya
Berdasarkan
uraian
diatas
psikologis. Hal ini dapat membantu
dijelaskan bagaimana burnout bisa
individu
berkembang dengan lebih signifikan
ini
perkembangan tentang
menghempang pemikiran
dirinya,
berkembang
negatif
yang
ketika
pada
tipe
kepribadian
introvert
bisa
dibandingkan kepribadian ekstrovert.
mereka
Ini sesuai dengan hasil yang diperoleh
mengalami burnout.
dalam penelitian ini.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan
hasil
yang
hanya
dimensi
low
personal
diperoleh dapat disimpulkan bahwa
accomplishment
perawat
kepribadian
signifikan antara tipe kepribadian
introvert lebih rentan mengalami
introvert dan ekstrovert, sementara 2
burnout
perawat
dimensi lainnya meski skor pada tipe
dengan tipe kepribadian ekstrovert.
kepribadian introvert juga lebih besar,
Dimana dari ketiga simptom burnout,
namun
dengan
tipe
dibandingkan
berbeda
tidak
secara
signifikan.
Saran 1. Untuk rumah sakit di Indonesia, agar
memperhatikan
kesejahteraan
psikologis
para
perawat. Khususnya pada perawat yang cenderung menutup diri (kepribadian disediakan sebagai
introvert), media
wadah
agar
konseling
untuk
menghindari
perawat
terjebak dalam sindrom burnout yang dapat menyebabkan perawat kurang efektif. 2. Perlunya
dilakukan
penelitian
lebih lanjut tentang munculnya gejala
burnout
pada
profesi
membicarakan
perawat di Indonesia, dan profesi
permasalahan psikologis mereka,
pelayanan lainnya, misalnya guru.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
112
DAFTAR PUSTAKA Adali, E., & Priami, M. (2002, July – September). Burnout among nurses in intensive care unit, internal medicine wards and emergency departments in greek (hal 1 – 19). ICUs and Nursing Web Journal [online]. http://www.nursing.gr/burnou t.pdf Aditama, T. Y. (1999). Manajemen Administrasi Rumah Sakit, UI-Press Aiken, S. P., Clarke, D. M. & Sloane. (2001, Mei). Nurses' reports on hospital care in five countries [Online] Health Affairs 20(3), pp. 4353. www.ahcpr.gov/research/aug 01/ Altschul, A. & Sinclair, H. C. (1981). Psychology for Nurses. Edisi ke-5, London; Bailliére Tindall Dale, B. (2000, Mei). Your MyersBriggs Personality Inventory Results, www.ssc.cc.il.us/~bathgate/ M-B_Personality_Type.htm Gunarsa, S., & Gunarsa Y. (1989). Psikologi Perawatan, edisi ke-3, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta. Hadi,
S. (2000). Metodologi Research jilid 1, Jogjakarta: Andi Offset.
Hadi,
S. (2000). Metodologi Research jilid 2, Jogjakarta: Andi Offset.
Kalman, N. & Waughfield, C. G. (1987). Mental Helath Concept, edisi ke-2, Delmar Publishers.Inc Kerlinger, N.F. (2000). Asas-Asas Penelitian Behavioral, edisi ketiga, Yogyakarta: Gadjah Madah University Press Kidd, P. S., & Wagner, K. D. (1992). High Acuity Nursing; Preparing for Practice in Today’s Health Care Settings, Connecticut: Appleton & Lange Maslach, C., & Leiter, M. P. (1997). The Truth About Burnout, San Fransisco: Jossey-bass Maslach, C., Schaufeli W. B. & Leiter, M. P. (2001, Mei). Issue: Annual Job Burnout. www.AnnualReviews.org.[onl ine]. www.findarticles.com. Naisaban, L. (2003). Psikologi Jung, Jakarta: Grasindo Philippens, M. (2002, 11 September). Introvert persons are more likely to become tired at work. www.eurekalert.org/pupnews .php Puageno, R. A. (2002). Makna akreditasi RS bagi kepentingan publik. www.surya.co.id/02082002/h tml.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
113
Rab, H. Tabrani, Prof. Dr. (1998). Agenda Gawat Darurat (Critical Care), jilid 1, edisi 1, Bandung: Alumni Sagie, A. & Kraus, M. (2003).What aspect of the job have most effect on nurses?. Human Resource Management Journal, Vol 13 No.1, Schaufeli, W.M. & Buunk,B.P. (1996). Professional Burnout, dalam Schabrac, M.J. & Winnubst, J.A.M.(Vol Ed), Handbook of Work and Helath Psychology John. Wiley & Sons Schulz, D. & Sydney, E. (1993). Theories of Personality edisi
ke-5, California: Brooks Publishing Company Sudjana. (1989). Metode Statistika, Bandung: Tarsito Suryabrata, S. (1998). Psikologi Kepribadian, edisi ke-8, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologi, Yogyakarta: Andi Offset Sutjipto. (2001). Apakah anda Mengalami Burnout, dalam www.depdiknas.go.id, WHO. (1994). Lexicon of Psikiatri & Mental Health terms, edisi ke-2, Geneva.
Togi Fitri Afriani Ambarita adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen
114