PERBANYAKAN DENGAN STEK DAN PRODUKSI TANAMAN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans) DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
ANISA PUSPITASARI A24100106
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi dengan Stek dan Produksi Tanaman Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) dengan Penggunaan Pupuk Organik, adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Anisa Puspitasari NIM A24100106
ABSTRAK ANISA PUSPITASARI. Perbanyakan dengan Stek dan Produksi Tanaman Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) dengan Penggunaan Pupuk Organik. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ. Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama bertujuan untuk mengetahui jumlah buku stek dan media pupuk organik terbaik untuk ditanam di lahan. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak Faktorial. Percobaan ke-2 bertujuan untuk mengetahui produksi hasil tanaman terbaik dengan menggunakan pupuk organik. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak. Percobaan pertama menggunakan perlakuan bahan stek 2, 3, dan 4 buku, campuran tanah dengan perlakuan pupuk kandang yaitu kotoran ayam, kotoran sapi, campuran kotoran ayam dan arang sekam, campuran kotoran sapi dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1 (v/v). Percobaan ke-2 dengan perlakuan pupuk kandang kotoran ayam (10 ton ha-1), kotoran sapi (10 ton ha-1), campuran kotoran ayam (10 ton ha-1) dan arang sekam (2 ton ha-1), dan campuran kotoran sapi (10 ton ha-1) dan arang sekam (2 ton ha-1). Hasil percobaan pertama pada pembibitan menunjukkan bahwa perlakuan stek 3 buku dapat digunakan pada semua media yang merupakan perlakuan terbaik pada pembibitan, sedangkan pada percobaan ke-2 penanaman di lahan dengan pemberian kotoran sapi 10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 atau kotoran ayam dengan arang sekam 2 ton ha-1 memberikan produksi pucuk tertinggi sampai 10 Minggu Setelah Tanam. Kata kunci : dandang gendis, pembibitan, produksi, pupuk organik, stek batang
ABSTRACT ANISA PUSPITASARI. Plant Propagation using Cutttings and Production of Clinacanthus nutans with the Organic Fertilizer. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ.
This research consisted of two experiments. The first experiment aimed to find the number of nodes of stem cutting and organic media to produced plants to be planted in the field. This research used Randomized Complete Block Factorial Design. The second experiment objective was to find the highest shoot production using organic fertilizer. This research used Randomized Complite Block Design. The first experiment used cuttings 2, 3, and 4 nodes and manure treatment i.e : soil mixed with chicken manure, cow manure, chicken manure and rice-hull charcoal, cow manure and rice-hull charcoal 1:1:1 (v/v). The second experiment used chicken manure (10 tons ha -1), cow manure (10 tons ha -1),chicken manure (10 tons ha -1) and rice-hull charcoal (2 tons ha -1), cows manure (10 tons ha -1) and rice-hull charcoal (2 tons ha -1). The results of the first experiment showed that 3 node cuttings is the best treatment for producing plant in the nursery, while in the second experiment cow manure 10 tons ha-1 with rice-hull charcoal 2 tons ha-1 or 10 ton ha-1 chicken manure with rice-hull 2 ton ha-1 produced the highest shoot weight 10 weeks after planting. Key words: Clinacanthus nutans, cuttings, nursery, organic fertilizer, production
PERBANYAKAN TANAMAN DENGAN STEK DAN PRODUKSI TANAMAN DANDANG GENDIS (Clinacanthus nutans) DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK
ANISA PUSPITASARI A24100106
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOM DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Skrips
: Perbanyakan dengan Stek dan Produksi Tanaman Dandang Gendis ( Clinachantus nutans ) dengan Penggunaan Pupuk Organik.
Nama
: Anisa Puspitasari
NIM
: A24100106
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, M.Sc.A.gr. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan jumlah buku stek dan pupuk organik untuk meningkatkan pertumbuhan dandang gendis, sehingga dapat meningkatkan produksi yang maksimal saat panen. Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, percobaan pertama dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo Dramaga Bogor, dan percobaan ke-2 dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik Cikarawang IPB, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Barat, Jawa Barat. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dorongan yang tulus, baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna nantinya bagi yang memerlukan.
Bogor, Juni 2014 Anisa Puspitasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
ABSTRACT
iv
PRAKATA
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Dandang Gendis
2
Budidaya Dandang Gendis
3
Pupuk organik
3
METODE PENELITIAN
4
Tempat dan Waktu Penelitian
4
Bahan dan Alat
4
Prosedur Analisis Data
5
Prosedur Percobaan
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pembibitan Percobaan 2. Produksi Dandang Gendis
8 8 17
SIMPULAN
21
SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
21
RIWAYAT HIDUP
24
DAFTAR TABEL 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh,
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16. 17. 18. 19.
tinggi tunas, dan jumlah cabang pada perlakuan buku stek dan pupuk kandang Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang terhadap persentase tumbuh (%). Tinggi tunas (cm) pada tiga perlakuan buku stek Tinggi tunas (cm) pada lima perlakuan pemupukan Jumlah cabang pada perlakuan jumlah buku stek Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah tanaman Bobot basah tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering tanaman Bobot kering tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek Rekapitulasi hasil sidik ragam luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju asimilasi bersih. Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap tiga perlakuan buku stek Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap lima perlakuan pemupukan Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh, tinggi tanaman dan jumlah cabang pada perlakuan pupuk kandang Tinggi tanaman (cm) pada lima perlakuan pupuk kandang Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah, bobot kering, dan luas daun tanaman Bobot kering (g) tanaman pada lima perlakuan pupuk kandang Persentase (%) bobot kering pada lima perlakuan pupuk kandang
9 10 10 11 12 12 13 13 14 14 15 15 16
18 18 19 19 20 21
DAFTAR GAMBAR 1. Stek batang 2. Tanaman dandang gendis
5 5
PENDAHULUAN Latar Belakang Dandang gendis merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai nama latin Clinacanthus nutans lindau dan nama daerah Kitajam (Sunda), Gendis atau Dandang gendis (Jawa Tengah). Dandang gendis di Thailand dikenal dengan istilah Phayayor (Lusia 2006). Sebagian besar tanaman mengandung ratusan jenis senyawa kimia, baik yang telah diketahui maupun yang belum diketahui jenis dan khasiatnya. Senyawa kimia merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan obat, sebagai hasil pengkajian menunjukkan bahwa tanaman daerah tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai obat (Sukara 2000). Perbanyakan yang paling baik untuk tanaman dandang gendis adalah dengan perbanyakan secara vegetatif menggunakan stek batang. Stek batang dikerjakan dengan cara menanam sebagian batang untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru (Warjito dan Abidin 1989). Sofyan (2008) menyatakan regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor internal yaitu tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan, salah satu faktor internal yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh, faktor internal yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keunggulan dibandingkan, dengan pupuk lainnya. Selain menyediakan hara bagi tanaman, pupuk kandang juga mampu memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah, serta ramah lingkungan (Alviana dan Susila 2009). Pupuk kandang yang baik contohnya adalah ayam petelur, ayam petelur sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas) (Sulistiyanti et al. 2003). Pupuk kandang sapi dapat menstimulasi peningkatan pertumbuhan dan dapat menyebabkan penyerapan hara yang lebih optimal, pemakaian pupuk kotoran sapi adalah salah satu cara untuk memperbaiki sifat kimia tanah, terutama meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara seperti N, P, K ,Ca, Mg, dan S untuk unsur hara makro dan mikro seperti Fe, Cu, Mo (Lubis et al. 1986). Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar. Arang sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksin atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta merupakan sumber kalium bagi tanaman (Septiani 2012). Melati et al. (2008) menyatakan bahwa arang sekam diduga mengandung unsur K yang relatif tinggi, selain itu arang sekam mengandung silikat yang berperan sebagai unsur hara mikro yang meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit tumbuhan melalui pengerasan jaringan. Saleh (2010) menyatakan penggunaan
2
campuran arang sekam dapat dipertimbangkan untuk pembibitan karena kandungan beberapa unsur hara makro seperti N dan P relatif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan media pasir.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari perbedaan jumlah buku stek dan pengaruh pupuk organik terhadap peningkatan produksi pertumbuhan dandang gendis. Hipotesis Hipotesis percobaan I 1. Terdapat jumlah buku pada stek batang yang terbaik untuk perbanyakan dandang gendis. 2. Terdapat jenis perlakuan pupuk organik terbaik untuk perbanyakan dandang gendis. 3. Terdapat interaksi antara jumlah buku stek batang dengan jenis pupuk organik yang terbaik. Hipotesis percobaan II 1. Terdapat jenis pupuk organik yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi dandang gendis tertinggi untuk perbanyakan dandang gendis.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Dandang Gendis Dandang gendis merupakan tanaman semak belukar yang sering dijadikan sebagai tanaman pagar dan dikenal oleh masyarakat sebagai obat kencing manis, susah buang air kecil, dan disentri. Tumbuhan dandang gendis termasuk perdu dengan tinggi ± 2.5 m, umumnya tumbuh di dataran rendah, batang berkayu, tegak, beruas dan berwarna hijau, daun tanaman ini tunggal berhadapan dan berbentuk lanset, panjang 8−15 cm, lebar 4−6 cm, bertulang menyirip, berwarna hijau, bunga majemuk berbentuk malai, di ketiak daun dan diujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2−3 cm, berwarna merah muda. Tanaman memiliki buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat, termasuk dalam famili Acanthaceae (Yuniarti 2008). Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan secara tradisional tidak menimbulkan efek samping, selain itu ramuan tumbuh-tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, serta proses pengolahan obat tradisional pada umumnya sangat sederhana (Pudjarwoto et al. 1992). Ekstraksi pendahuluan daun dandang gendis dengan berbagai pelarut menunjukkan bahwa ekstrak tersebut mengandung komponen dari golongan alkaloid, flavonoid, dan terpenoid (Suharty 2004). Amic et al. (2003) menyatakan salah satu kandungan kimia pada ekstrak Dandang gendis, yaitu flavonoid
3 diketahui mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menangkap molekul radikal bebas atau sebagai antioksidan alami. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian tentang uji fitokimia bahwa fraksi aktif ekstrak daun Dandang gendis positif terhadap beberapa senyawa salah satunya adalah golongan flavonoid, dan ekstrak Dandang gendis berpotensi sebagai antikanker (Sofyan 2008). Budidaya Dandang Gendis Pemeliharaan tanaman Dandang gendis diantaranya, membutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan terutama pupuk dasar. Tanaman ini tumbuh di tempat yang cukup matahari, cara perbanyakan yang paling baik salah satunya menggunakan stek batang, keuntungan menggunakan perbanyakan vegetatif dengan stek batang diantaranya lebih cepat tumbuh, sifat turunan sesuai dengan induk, dapat digabung sifat-sifat yang diinginkan, sedangkan kelemahannya, perakaran kurang baik, lebih sulit di kerjakan karena membutuhkan keahlian tertentu, dan jangka waktu berubah menjadi pendek (Sitompul 1987). Stek merupakan salah satu cara perbanyakan vegetatif, stek adalah pemotongan atau pemisahan bagian dari tanaman (akar, batang, daun dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Berdasarkan pengertian ini, maka stek dapat digolongkan berdasarkan bagian tanaman yang dipotong, yaitu stek akar, stek batang dan stek daun, teknik perbanyakan melalui stek merupakan cara yang sederhana dan mudah diaplikasikan oleh para petani sehingga teknik perbanyakan ini diharapkan dapat diperoleh tanaman yang sempurna, yaitu tanaman yang telah mempunyai akar, batang dan daun dalam waktu yang relatif singkat (Wudianto 2002). Pupuk organik Pupuk organik merupakan hasil dari perubahan atau peruraian bagian dari sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur, pupuk organik mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Ketersediaan unsur tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Pupuk organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan mempunyai kadar persenyawaan C organik yang tinggi, misalnya hidrat arang (Murbandono 2000). Terdapat beberapa jenis bahan organik salah satunya adalah pupuk kandang, pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur dengan sisa makanan atau yang berasal dari kotoran cair (urin), penggunaan pupuk kandang merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi sayuran dan juga untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk kandang atau pukan, seperti halnya bahan organik lain, terdiri dari masa heterogen dari senyawa organik dalam berbagai keadaan rombakan (Harjadi 1989).
4
Pupuk kandang kotoran ayam Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, 0.80% P,0.40% K dan kadar air 55% (Lingga 1986). Pupuk kandang kotoran sapi Sebagian besar peternak menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk organik (dengan cara menumpuk kotoran sapi tersebut atau dimasukkan dalam tanah berlubang). Komposisi unsur hara pada pupuk kandang sapi padat terdiri atas campuran N 0.40%, P2O5 0,88% dan K2O 10%. Pupuk digunakan jika tidak terjadi lagi penguraian oleh mikroba (Lingga 1986). Arang sekam Arang sekam padi memiliki fungsi mengikat logam dan menggemburkan tanah, sehingga bisa mempermudah akar tanaman menyerap unsur hara, salah satu cara memperbaiki media tanam yang mempunyai drainase buruk adalah dengan menambahkan arang sekam pada media tersebut. Hal tersebut akan menurunkan berat volume tanah (bulk density), sehingga tanah banyak memilki pori-pori dan tidak padat. Kondisi tersebut akan meningkatkan ruang pori total dan mempercepat drainase air tanah (Kusuma et al. 2013).
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian terdiri atas dua percobaan dan dua tempat. Percobaan pertama dilakukan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo dan percobaan ke-2 dilakukakan di kebun Percobaan Organik IPB, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Barat, Jawa Barat, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga April 2014. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit Dandang gendis yang berasal dari Bogor yang diperbanyak dengan cara stek batang, pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam dan sapi, polybag ukuran 50 cm x 50 cm, tanah, dan arang sekam. Peralatan yang digunakan pada penelitian adalah alat ukur, timbangan, sprayer, gunting stek, cangkul, kored, alat tulis, dan oven.
5
Gambar 1 Stek batang
Gambar 2 Tanaman Dandang gendis
Prosedur Analisis Data Penelitan terdiri dari dua percobaan. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor yaitu jumlah buku stek batang dan jenis pupuk organik. Taraf masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut: Perlakuan jumlah buku stek batang: 1. stek batang dengan dua buku 2. stek batang dengan tiga buku 3. stek batang dengan empat buku Perlakuan jenis pupuk organik: 1. Tanpa pupuk 2. Tanah dan kotoran ayam 1:1(v/v) 3. Tanah dan kotoran sapi 1:1 (v/v) 4. Tanah, kotoran ayam dan arang sekam 1:1:1 (v/v) 5. Tanah, kotoran sapi, dan arang sekam 1:1:1(v/v) Tiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan. Masing-masing perlakuan terdiri atas 10 tanaman per polybag, sehingga populasi Dandang gendis seluruhnya adalah 450 tanaman. Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam percobaan pertama adalah: Yijk = µ +αi + βj + (αβ)ij + ρk + εijk
6
Keterangan : Yijk µ αi βj (αβ)j ρk Εijk
i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4, 5 k = 1, 2, 3 = Pengaruh perlakuan jumlah buku stek ke-i dan kelompok pupuk organik ke-j dan kelompok ke-k = Nilai rataan umum hasil pengamatan. = Pengaruh perlakuan jumlah buku stek ke-i = Pengaruh kelompok jenis pupuk organik ke-j = Pengaruh interaksi jumlah buku stek ke-i dan kelompok jenis pupuk organik ke-j = Pengaruh aditif kelompok = Pengaruh galat percobaan perlakuan jumlah buku stek ke-i kelompok pupuk ke-j
Pada percobaan ke-2, tanaman yang berumur 5 MST (Minggu Setelah Tanam) selama fase pembibitan, dipindahkan ke lahan dengan luas 60 m2. Rancangan yang digunakan pada percobaan ke-2 adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu perlakuan jenis pupuk organik sebagai media. Perlakuan tersebut sama dengan percobaan pertama : 1. Tanpa pupuk 2. Kotoran ayam 10 ton ha-1 3. Kotoran sapi 10 ton ha-1 4. Kotoran ayam (10 ton ha-1) dan arang sekam( 2 ton ha-1) 5. Kotoran sapi (10 ton ha-1) dan arang sekam (2 ton ha-1) Model matematika yang digunakan untuk analisis statistika dalam percobaan ke-2 ini adalah: Yij = µ + βi + Pj + εij Keterangan : i = 1, 2, 3, 4, 5 k = 1, 2, 3 Yij = Pengaruh perlakuan pupuk organik kelompok ke-i dan kelompok ke-j µ = Nilai rataan umum hasil pengamatan. Βi = Pengaruh perlakuan jumlah pupuk organik ke-i Pj = Pengaruh kelompok ke-j Εik = Pengaruh galat percobaan perlakuan pupuk organik ke-i dan kelompok ke-j Tiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman. Jarak tanam yang digunakan adalah 0.5 m x 0.5 m sehingga populasi tanaman Dandang gendis adalah 150 tanaman. Apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata, pada taraf kesalahan 5% maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multipe Range Test (DMRT) untuk membandingkan nilai tengah tiap parameter yang diamati antar perlakuan (Gomez dan Gomez 1995).
7 Prosedur Percobaan Persiapan media Media yang digunakan sesuai dengan perlakuan. Setelah itu tanaman yang telah dibibitkan dengan stek batang, dipindahkan ke lahan yang telah siap tanam. Pembibitan Bibit yang digunakan adalah bibit hasil pembibitan dari hasil stek batang, jumlah bibit yang digunakan sebanyak 450 bibit. Bibit yang digunakan merupakan bibit yang segar dan tidak terserang hama penyakit, bentuk pertumbuhan normal, dan tidak cacat. Penanaman Setiap bibit yang telah dibibitkan dengan tumbuh daun baru, batang baru dan akar, kemudian dipindahkan ke lahan yang telah siap tanam, dengan perlakuan masing-masing. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian adalah penyiraman, pemupukan, penyiangan, pengendalian organisme pengganggu tanaman. Aplikasi penyiraman dilakukan setiap hari, pengendalian hama dan penyakit dilakukan setiap dua minggu sekali. Pengamatan percobaan I Pengamatan yang diamati pada percobaan pertama adalah karakter morfologi tanaman yang terdiri atas tinggi tunas baru yang terpanjang, jumlah cabang dengan menghitung cabang yang tumbuh pada batang utama, bobot basah ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik bobot yang diamati adalah, bobot akar, batang dan luas daun. Bobot kering ditimbang setelah daun dioven pada suhu 85°C selama 48 jam. Masing-masing perlakuan diambil dari 2 tanaman contoh setiap kali pengamatan. a) Pada penelitian ini dilakukan pengamatan destruktif yang dilihat melalui laju tumbuh relatif dan laju asimilasi basah yang dihitung pada 4, 6, dan 8 MST. LTR yaitu menunjukkan peningkatan bobot kering dalam suatu interval waktu, dalam hubungannya dengan bobot asal, perhitungan menggunakan rumus berikut (South 1995):
Keterangan: W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1 W2 = bobot kering tanaman pada waktu t2 b) Rata-rata laju asimilasi bersih (Net Assimilation Rate/LAB). LAB merupakan hasil bersih dari hasil asimilasi per satuan luas daun dan waktu. Laju rata-rata asimilasi bersih dihitung dengan rumus sebagai berikut :
8
Keterangan: W1 = bobot kering tanaman pada waktu t1 W2 = bobot kering tanaman pada waktu t2 A1 = luas daun total pada waktu t1 A2 = luas daun total pada waktu t2
Pengamatan pada percobaan II Pengamatan pada percobaan ke-2 dilakukan setelah 5 MST tanaman yang dibibitkan dipindahkan ke lahan dengan masing-masing 10 tanaman per baris. Pengamatan yang dilakukan yaitu tinggi tanaman yang di ukur dari atas tanah sampai pangkal atas, jumlah cabang, dan bobot panen. Frekuensi panen adalah satu kali, untuk memenuhi kriteria panen 30cm dipanen dan 30cm disisakan, panen dilakukan pada 8 dan 10MST.
HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1. Pembibitan Penanaman bibit Dandang gendis dilakukan pada musim penghujan, dan ternaungi oleh pohon kopi dengan persentase rata-ratanya ± 35% yang menyebabkan dampak yang positif pada tanaman, dilihat dari sedikitnya tanaman yang mati dan pertumbuhan yang sempurna yang mulai terlihat pada 2 MST. Hama yang sering muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp) yang mulai terlihat pada 3 MST yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun. Hama ini mengakibatkan daun menggulung dan rontok baik sebagian dengan masih tersisanya tulang daun, maupun total. Cara pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan. Sedangkan gulma yang sering muncul di sekitar tanaman adalah Mimosa pudica, Ageratum conyzoides dan Boreria alata. Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang hanya terjadi pada 4 dan 5 MST yang berpengaruh terhadap persentase tumbuh di pembibitan, Tabel hasil rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1. Persentase pertumbuhan pada pembibitan yang dilakukan selama 5 minggu menunjukkan perlakuan buku stek berpengaruh nyata pada 4 dan 5 MST, sedangkan pupuk kandang berpengaruh sangat nyata pada 2 hingga 5 MST terhadap persentase tumbuh. Pada pengamatan persentase tumbuh terjadi interaksi terhadap perlakuan buku stek dan pupuk kandang, hal ini menunjukkan perlakuan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pada saat pembibitan, yang di tunjukkan pada 4 dan 5 MST (Tabel 2).
9 Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh, tinggi tunas, dan jumlah cabang pada perlakuan buku stek dan pupuk kandang Umur tanaman (MST)
2 3 4 5 2 3 4 5 2 3 4 5
Interaksi Pupuk kandang dan Koefisien keragaman (%) Buku stek - - - - - - - - - - - - - Persentase Tumbuh - - - - - - - - - - ** tn tn 18.63 ** tn tn 6.48 ** * * 5.58 ** * ** 4.87 - - - - - - - - - - - - - Tinggi Tunas - - - - - - - - - - - - - - ** tn tn 43.22 ** * tn 21.86 ** ** tn 15.40 ** * tn 15.18 - - - - - - - - - - - - - - Jumlah Cabang - - - - - - - - - - - - - ** tn tn 24.86 tn tn tn 7.86 ** ** tn 12.87 ** ** tn 12.71
Pupuk Kandang
Buku Stek
Keterangan : tn = Tidak nyata (Tidak berpengaruh nyata), (*) berpengaruh nyata pada taraf 5%, (**) berpengaruh sangat nyata pada taraf kesalahan 1%.
Pengamatan pertumbuhan pada pembibitan diantaranya pengamatan terhadap tinggi tunas yang dimulai pada 1 sampai 5 MST. Perlakuan stek menunjukkan peningkatan nilai sebesar 12.8% pada 2 MST, sedangkan pada 5 MST terjadi peningkatan sebesar 13.14% dari perlakuan stek 2 buku pada stek 3 buku (Tabel 3). Perlakuan pemupukan menunjukkan kotoran ayam dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil yang terbaik dengan nilai tengah 1.02 pada 2 MST, pada perlakuan tanpa pemupukan terjadi peningkatan 54.54% terhadap perlakuan pemupukan kotoran sapi pada 5 MST (Tabel 4).
10
Tabel 2 Interaksi perlakuan jumlah buku stek dan pupuk kandang terhadap persentase tumbuh (%). Buku Persentase Tumbuh (%)
Pupuk Kandang
2
3
4
Rata-rata
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tanpa pemupukan Tanah dan Ayam Tanah dan Sapi Tanah Ayam dan Arang Sekam Tanah Sapi dan Arang Sekam Rata-rata
76.67 (61.74b)
100.00 (90.04a)
93.33 (77.79b)
90.00 (76.52b)
96.67 (83.89a)
100.00 (90.04a)
90.00 (78.96a)
95.56 (84.29a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
100.00 (90.04a)
94.67 (83.15b)
100.00 (90.04a)
96.67(85.37ab)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -5 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 3 4 Tanpa 83.33 (66.17b) 100.00 (90.04a) 93.33 (77.74b) 92.22 (77.98b) pemupukan Tanah dan 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 90.00 (78.96a) 96.67 (86.34a) Ayam Tanah dan 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) Sapi Tanah Ayam dan Arang 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) Sekam Tanah Sapi dan Arang 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) 100.00 (90.04a) Sekam Rata-rata 96.67 (85.26b) 100.00 (90.04a) 96.67 (85.36b) Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom, baris, atau kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.Nilai ( ) menunjukkan hasil transformasi √(x+5)
Tabel 3 Tinggi tunas (cm) pada tiga perlakuan buku stek Jumlah buku
Umur tanaman (MST)
2 Buku
3 Buku
4 Buku
2 3 4 5
0.78ab 1.52b 2.40b 4.49b
0.88a 1.77a 2.79a 5.08a
0.59b 1.21c 2.25b 4.30b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT
11 Tabel 4 Tinggi tunas (cm) pada lima perlakuan pemupukan Jenis pupuk Umur tanaman (MST)
Tanpa pemupukan
Kotoran Ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Ayam dan Arang sekam
Kotoran Sapi dan Arang Sekam
2 3 4 5
0.31c 0.76c 1.78c 3.25c
0.65b 1.35b 2.06c 3.91c
0.97ab 1.67a 2.56b 4.71b
1.02a 1.93a 3.01a 5.55a
0.79ab 1.81a 3.00a 5.72a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Hasil uji lanjut pada parameter tinggi tunas menunjukkan perlakuan media kotoran ayam atau sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter tinggi tanaman 2 hingga 5 MST. Hal ini dipengaruhi dengan penambahan arang sekam yang memberi tambahan unsur hara makro dan mikro. Arang sekam atau sekam bakar dibuat dari sekam padi yang dibakar. Arang sekam padi ini bersifat mudah mengikat air, tidak cepat lapuk, tidak cepat menggumpal, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksin atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman serta merupakan sumber kalium bagi tanaman. Sama halnya dengan penelitian Rusli (2009) mengenai tanaman kentang yang menunjukkan adanya sejumlah unsur makro dan mikro dalam arang sekam serta sifat arang sekam yang mudah mengikat air yang akan mempertahankan kelembaban tanah lebih lama akan meningkatkan penyerapan usur hara oleh tanaman. Hasil uji lanjut pada parameter jumlah cabang, stek 2 buku menunjukkan peningkatan sebesar 2.1% pada stek 3 buku yang terjadi pada 5 MST pada parameter jumlah cabang perlakuan stek 3 buku menunjukkan nilai tengah tertinggi. Hal ini karena pemakaian stek 3 buku yang mempunyai panjang ± 25 cm yang ternyata mampu mendukung pertumbuhan bibit dandang gendis sangat baik. (Tabel 5). Jumlah cabang pada perlakuan pemupukan, menunjukkan hasil tertinggi pertumbuhannya terlihat pada perlakuan campuran kotoran sapi, kotoran ayam ditambah arang sekam dan kotoran sapi ditambah arang sekam, dengan menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 4 dan 5 MST. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1993) bahwa unsur hara yang tersedia selama pertumbuhan tanaman akan berperan dalam pembentukan batang dan pelebaran daun sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil, pada perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan peningkatan hasil sebesar 27.27% pada perlakuan kotoran ayam yang terjadi pada 5 MST (Tabel 6).
12
Tabel 5 Jumlah cabang pada perlakuan jumlah buku stek Jumlah Buku
Umur tanaman (MST)
2 Buku
3 Buku
4 Buku
2 3 4 5
0.9a 0.9a 1.3b 1.4b
0.9a 0.9a 1.4a 1.6a
0.9a 0.9a 1.2b 1.4b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Tabel 6 Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan Jenis Pupuk Umur tanaman (MST)
Tanpa pemupukan
Kotoran Ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Ayam dan sekam
Kotoran Sapi dan Sekam
2 3 4 5
0.6b 0.9a 1.1c 1.1c
0.9a 0.9a 1.2bc 1.4b
1.0a 1.0a 1.4a 1.7a
1.0a 1.0a 1.4ab 1.6ab
1.0a 1.0a 1.5a 1.6ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Bobot Basah Tanaman Bobot basah tanaman yaitu kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktorfaktor lingkungan lainnya, bobot basah pada perlakuan buku stek berpengaruh nyata, perbedaan yang terlihat dari bobot basah hanya pada perlakuan buku stek. Stek 3 buku yang menunjukkan nilai tengah tertinggi yaitu 2.86 g. Hasil sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil uji lanjut terhadap parameter bobot basah daun terdapat peningkatan nilai dari stek 2 buku sebesar 121.70% pada stek 3 buku pada perlakuan bobot basah daun 4 MST, sedangkan pada bobot basah daun 8 MST terjadi peningkatan sebesar 152.78% dari stek 2 buku pada stek 3 buku, kemudian terjadi peningkatan dari parameter bobot basah batang pada 6 MST sebesar 93.17% dari stek 2 buku pada stek 4 buku. Perbedaan yang terlihat dari bobot basah hanya pada perlakuan buku stek. Perlakuan bobot basah batang stek 3 buku menunjukkan nilai tengah tertinggi yaitu 6.22 g pada 6 MST. Perlakuan pada bobot basah daun 4 dan 8 MST juga menunjukan perlakuan stek 3 buku dengan nilai tertinggi. Hasil dapat dilihat pada Tabel 8.
13 Tabel 7 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah tanaman No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Bobot Basah akar 4 MST Bobot Basah akar 6 MST Bobot Basah akar 8 MST Bobot Basah batang 4 MST Bobot Basah batang 6 MST Bobot Basah batang 8 MST Bobot Basah daun 4 MST Bobot Basah daun 6 MST Bobot Basah daun 8 MST
Uji F tn tn tn tn ** tn ** tn *
Koefisien Keragaman (%) 12.761 15.941 21.461 16.631 17.041 25.961 15.931 24.921 33.331
Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata;(*) berpengaruh nyata pada taraf 5%.
Tabel 8 Bobot basah tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek Bobot Basah
Akar Batang Daun Akar Batang Daun Akar Batang Daun
Jumlah buku 2 3 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - 0.22 0.15 0.30 7.91 5.68 7.23 1.29b 2.86a 1.86b - - - - - - - - - - - - - - - - - - -6 MST - - - - - - - - - - - - - 0.37 0.499 0.54 5.13b 6.22b 9.91a 3.27 4.54 6.27 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 8 MST - - - - - - - - - - - - - 1.09 1.37 1.75 6.62 13.21 12.73 5.02b 12.69a 14.79a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Bobot Kering Tanaman Bobot kering yaitu distribusi akumulasi bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun yang dapat mencerminkan produktivitas tanaman. Hasil sidik ragam bobot kering tanaman dapat dilihat pada Tabel 9. Bobot kering tanaman menunjukkan hasil yang sama dengan perlakuan bobot basah tanaman, dimana bobot kering batang 6 MST pada stek 3 buku menunjukkan peningkatan nilai sebesar 75.75% dari stek 2 buku, bobot kering daun 4 MST pada stek 4 buku menunjukkan peningkatan hasil sebesar 182.35% dari stek 2 buku, dan pada bobot kering 8 MST pada stek 4 buku terdapat peningkatan nilai 354.83% dari stek 2 buku. Bobot basah dan bobot kering tanaman menunjukkan perlakuan stek 3 buku mendapat nilai terbaik. Hasil dapat dilihat pada Tabel 10.
14
Tabel 9 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot kering tanaman No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Parameter Bobot Kering akar 4 MST Bobot Kering akar 6 MST Bobot Kering akar 8 MST Bobot Kering batang 4 MST Bobot Kering batang 6 MST Bobot Kering batang 8 MST Bobot Kering daun 4 MST Bobot Kering daun 6 MST Bobot Kering daun 8 MST
Uji F tn tn tn tn ** tn * tn *
Koefisien Keragaman (%) 10.721 12.611 13.291 21.371 23.101 27.461 11.671 20.981 36.301
Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata pada taraf 5%.
Tabel 10 Bobot kering tanaman (g) pada tiga perlakuan buku stek Bobot Kering Akar Batang Daun Akar Batang Daun Akar Batang Daun
Jumlah buku 2 3 4 - - - - - - - - - - - - - - - 4 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.08 0.07 0.28 1.92 1.60 2.10 0.17b 0.48a 0.28b - - - - - - - - - - - - - - - -6 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.05a 0.11a 0.21a 1.32b 1.48b 2.04a 0.66 0.61 1.16 - - - - - - - - - - - - - - - - 8 MST - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.13 0.33 0.13 1.58 2.61 2.90 0.62b 1.99b 2.82a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Pada parameter luas daun perlakuan yang berpengaruh nyata yaitu perlakuan buku stek, dan perlakuan pupuk kandang. Hasil Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji lanjut DMRT yang berpengaruh nyata hanya terdapat pada parameter luas daun. Pengamatan luas daun 4 MST menunjukkan peningkatan hasil sebesar 46.15% dari stek 2 buku pada stek 3 buku sedangkan pada luas daun 8 MST terdapat peningkatan hasil 112.26% dari stek 2 buku pada stek 3 buku. Perlakuan pemupukan menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada 8 MST, perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan peningkatan hasil sebesar 234.76% pada perlakuan kotoran ayam dengan campuran arang sekam, sedangkan pengamatan terhadap laju tumbuh relatif dan laju asmilasi bersih tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata baik pada perlakuan buku stek maupun perlakuan pemupukan. Hasil uji lanjut dapat di lihat pada Tabel 12.
15 Tabel 11 Rekapitulasi hasil sidik ragam luas daun, laju tumbuh relatif, dan laju asimilasi bersih. No
Parameter
Uji F
1 2 3 4 5 6 7
Luas Daun 4 MST Luas Daun 6 MST Luas Daun 8 MST Laju Tumbuh Relatif Minggu 4-6 Laju Tumbuh Relatif Minggu 6-8 Laju Asimilasi Bersih Minggu 4-6 Laju Asimilasi Bersih Minggu 6-8
* tn * tn tn tn tn
Koefisien Keragaman (%) 16.671 28.571 28.191 7.541 6.871 9.611 9.351
Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata pada taraf 5%.
Tabel 12 Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap tiga perlakuan buku stek Umur tanaman (MST)
Jumlah buku 2
Buku
3 Buku
3
Buku
2
4 8 4-6 6-8 4-6 6-8
- - - - - - - - - - - - - - - - Luas daun (cm ) - - - - - - - - - - 0.65b 0.95ab 1.39a 2.69b 5.71a 6.09a - - - - - - - - - - - - - - - - Laju tumbuh relatif (g) - - - - - - 0.671 0.711 0.731 0.731 0.741 0.711 - - - - - - - - - - - - - - - - Laju asimilasi bersih ( )0.691 0.721
0.691 0.761
0.751 0.721
Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) , angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Hasil uji lanjut DMRT yang berpengaruh nyata hanya terdapat pada parameter luas daun, dimana pada 4 dan 8 MST berpengaruh terhadap perlakuan buku stek, stek 4 buku menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 8 MST, hal ini disebabkan karena pengaruh penyimpanan tanaman yang cukup lama, dimana pada saat penanman destruktif pengamatan dimulai pada 4 MST. Jadi untuk perlakuan stek 4 buku diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga perakaran tumbuh dengan sempurna seperti pendapat Warjito dan Abidin (1989) bahwa kondisi perakaran yang baik akan dapat dihasilkan dengan medium yang cukup peredaran udaranya serta kelembabannya. Hasil dapat dilihat pada Tabel 13.
16
Tabel 13 Luas daun, laju tumbuh relatif, laju asimilasi bersih terhadap lima perlakuan pemupukan Umur tanaman MST
4 8 4-6 6-8 4-6 6-8
Jenis pupuk Tanpa pemupukan
Kotoran Ayam
Kotoran Sapi
Kotoran Ayam dan sekam
Kotoran Sapi dan Sekam
- - - - - - - - - - - - - - - - - Luas daun (cm2) - - - - - - - - - - - - - - - - 9.00 10.51 9.35 9.85 10.95 2.56b 4.32b 5.96ab 8.57a 2.73b - - - - - - - - - - - - - - - - - Laju tumbuh relatif (g) - - - - - - - - - - - 0.73 0.68 0.70 0.71 0.70 0.72 0.71 0.75 0.72 0.72 - - - - - - - - - - - - - - - - - -Laju asimilasi bersih ( )- - - - - 0.701 0.731
0.751 0.721
0.691 0.751
0.721 0.711
0.691 0.761
Keterangan : (1) hasil transformasi;√(x+5) , angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
Hasil uji lanjut terhadap stek 3 buku mendapatkan hasil yang terbaik pada parameter tinggi tunas, jumlah cabang, bobot basah, bobot kering dan luas daun hal ini diduga karena persedian fotosintat (karbohidrat) optimum untuk pertumbuhan stek. Sama halnya dengan pernyataan Hartmann dan Kester (1978) bahwa bahan stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan membentuk akar dan tunas, stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan membentuk akar dan tunas. Menurut Harjadi (1989) terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi keberhasilan stek, yaitu asal stek (posisi stek pada tanaman induk), panjang stek, dan lingkungan (media pengakaran, suhu, dan kelembaban, cahaya). Selain ketersediaan bahan makanan yang cukup untuk pertumbuhan stek, diduga keadaan lingkungan (media pengakaran, suhu dan kelembaban cahaya) dan pemilihan bahan stek yang baik juga merupakan salah satu faktor keberhasilan tumbuhnya stek. Sama halnya dengan penelitian Febriana (2009) pada tanaman buah naga bahwa pertumbuhan stek cukup baik, karena kondisi persedian fotosintat pada sel (karbohidrat) masih optimum untuk pertumbuhan stek namun ada sebagian kecil stek yang mengalami kematian atau mengering dikarenakan gagalnya stek dalam tahap inisiasi perakaran. Hasil uji lanjut luas daun 8 MST menunjukkan perlakuan pupuk kandang yang berbeda nyata, terhadap kotoran ayam dan sekam dengan menunjukkan nilai tengah tertinggi yaitu 8.57. Hal ini dapat disebabkan karena curah hujan pada saat penanaman destruktif tidak terlalu tinggi, dan kandungan unsur hara makro dan mikro kurang pada saat penanaman destruktif sehingga dibutuhkannya kandungan hara yang lebih seperti kandungan yang tersedia pada campuran arang sekam dan ayam sehingga mencukupi unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Rusli (2009) menyatakan arang sekam memiliki berbagai unsur makro seperti N, P, K dan unsur mikro seperti Si, Mg, Ca serta unsur lainnya yang diperlukan oleh tanaman, arang sekam juga berfungsi sebagai bahan pengikat air yang menjaga kelembaban tanah, adapun kelembaban tanah yang cukup, maka serapan beberapa unsur hara
17 yang diperlukan oleh tanaman akan berlangsung lebih baik, serapan N dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban tanah, sedangkan menurut pendapat Dwidjoseputro (1993) kotoran ayam dapat menyuplai unsur hara oleh tanaman untuk proses pembelahan dan perkembangan sel oleh jaringan tanaman, unsur hara yang tersedia selama pertumbuhan tanaman akan berperan dalam pembentukan batang dan pelebaran daun sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil. Percobaan 2. Produksi Dandang Gendis Bibit yang dipindahkan pada percobaan ke-2 adalah bibit dengan perlakuan stek 3 buku karena bibit 3 buku menunjukkan pertumbuhan yang terbaik. Tanaman dandang gendis belum dapat di budidayakan sampai dengan fase generatif hal ini diduga karena tanaman ini mempunyai fase vegetatif yang dominan terhadap fase generatif, seperti pendapat Harjadi (1979) tanaman akan sangat vegetatif karena karbohidrat akan digunakan untuk perkembangan akar, daun dan batang, sehingga pembungaan dan pembuahan tidak akan terjadi karena karbohidtrat yang tersisa sedikit untuk perkembangan kuncup, bunga, buah dan biji, karbohidrat lebih banyak digunakan dari pada penumpukkannya. Hama yang sering muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp), yang mulai terlihat pada 2 MST yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun, dan daun berlubang akibat hama belalang. Cara pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan. Gulma yang sering muncul di sekitar tanaman adalah Ageratum conyzoides, dan Emilia sancifolia. Persentase tumbuh dan parameter jumlah cabang pada tanaman dandang gendis di lahan tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap perlakuan pemupukan. Sedangkan pada parameter tinggi tanaman terlihat berpengaruh nyata terhadap perlakuan pemupukan terlihat pada 1, 2, 3, dan 7 MST. Rekapitulasi sidik ragam dapat di lihat pada Tabel 14 Tinggi tanaman pada lima perlakuan pemupukan menunjukkan kotoran ayam atau kotoran sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil yang tidak nyata. Hasil uji lanjut DMRT pada parameter tinggi tanaman menunjukkan perlakuan kotoran sapi dan arang sekam dapat menstimulasi peningkatan pertumbuhan tanaman yang menunjukkan nilai tengah tertinggi, kotoran sapi mempunyai kandungan P yang tinggi, untuk meningkatkan unsur hara, seperti dinyatakan Lubis et al. (1986) kotoran sapi membantu memperbaiki sifat kimia tanah terutama meningkatkan unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S untuk unsur hara mikro seperti Fe, Zn, Mn, B, Cu dan M, meningkatkan KTK tanah, meningkatkan daya pegang tanah terhadap air, dan membantu meningkatkan mutu dan kualitas hasil. Rusli (2009) menyatakan adanya sejumlah unsur hara makro dan mikro dalam arang sekam serta sifat arang sekam yang mengikat air yang akan mempertahankan kelembaban tanah lebih lama yang akan meningkatkan penyerapan usur hara oleh tanaman, sehingga tanaman akan lebih baik tumbuhnya, serapan N dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban tanah (Tabel 15), sedangkan pada perlakuan jumlah cabang tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata tetapi terlihat peningkatan pertumbuhan jumlah cabang setiap minggunya (Tabel 16).
18
Tabel 14 Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel persentase tumbuh, tinggi tanaman dan jumlah cabang pada perlakuan pupuk kandang MST
Pupuk Kandang Koefisien keragaman (%) - - - - - - - - Persentase Tumbuh (%)- - - - - - - - tn 5.36 tn 5.36 tn 5.36 tn 7.29 tn 8.71 tn 10.67 tn 10.67 - - - - - - - - - - -Tinggi Tanaman - - - - - - - - - - * 14.98 * 13.07 * 13.67 tn 15.27 tn 16.94 tn 13.69 * 14.39 - - - - - - - - - - Jumlah Cabang - - - - - - - - - - - - tn 11.0 tn 11.5 tn 9.5 tn 11.7 tn 13.6 tn 13.6 tn 11.1
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Keterangan : tn = Tidak nyata (Tidak berpengaruh nyata), (*) berpengaruh nyata pada taraf 5 %, (**) berpengaruh sangat nyata pada taraf kesalahan 1 %.
Tabel 15 Tinggi tanaman (cm) pada lima perlakuan pupuk kandang
Umur tanaman (MST) 1 2 3 4 5 6 7
Jenis pupuk Kotoran Tanpa Kotoran Kotoran Ayam dan pemupukan Ayam Sapi Arang sekam 21.5b 24.46b 27.80ab 30.46 34.68 38.01 41.29a
18.66b 20.96b 23.07b 26.49 30.08 34.87 34.34ab
20.19b 22.35b 24.02b 25.37 28.08 30.98 26.10b
21.78b 24.18b 25.64b 29.21 32.32 34.85 34.16ab
Kotoran Sapi dan Arang Sekam 29.11a 32.02a 34.54a 26.75 38.72 41.79 39.83a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
19 Tabel 16 Jumlah cabang pada lima perlakuan pemupukan Umur tanaman (MST) 1 2 3 4 5 6 7
Jenis pupuk Kotoran Tanpa Kotoran Kotoran Ayam dan pemupukan Ayam Sapi Arang sekam 1.6 1.8 1.9 2.0 1.8 1.9 1.9 2.0 2.0 1.9 1.9 2.0 2.7 2.4 2.2 2.7 3.0 2.8 2.4 3.3 3.0 2.8 2.4 3.3 3.5 3.6 2.9 4.1
Kotoran Sapi dan Arang Sekam 2.0 2.0 2.0 3.0 3.2 3.2 3.4
Hasil sidik ragam hanya menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap perlakuan bobot kering tanaman, pada perlakuan bobot basah tanaman pada panen pertama tidak menunjukkan hasil yang nyata terhadap perlakuan pupuk kandang, hal ini diduga karena air yang tersedia pada daun juga diserap oleh batang. Hasil rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rekapitulasi hasil sidik ragam bobot basah, bobot kering, dan luas daun tanaman No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Parameter Bobot basah daun panen 1 Bobot basah batang panen 1 Bobot kering daun panen 1 Bobot kering batang panen 1 Bobot basah daun panen 2 Bobot basah batang panen 2 Bobot kering daun panen 2 Bobot kering batang panen 2 Luas daun panen 1 Luas daun panen 2
Keterangan :
Uji f tn tn ** ** tn tn tn tn tn tn
Koefisien Keragaman (%) 30.081 34.731 0.56 0.07 22.61 28.87 20.22 28.06 23.37 35.21
(1) hasil transformasi√(x+5); (tn) tidak berpengaruh nyata; (*) berpengaruh nyata pada taraf 5 %.
20
Bobot kering tanaman merupakan hasil akumulasi karbohidrat yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman selama masa hidup tanaman tersebut, adapun karbohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman merupakan sisa hasil fotosintesis yang telah dikurangi dengan laju respirasi (Djumali 2011). Pada panen pertama menunjukkan pengaruh yang sangat nyata baik pada daun dan batang. Hal ini karena serapan air yang diterima daun dan batang pada saat bobot basah menurun menyesuaikan kadar air yang hilang. Panen dilakukan dua kali untuk mengikuti kriteria panen yaitu pada tanaman berumur 8 dan 10 MST, hasil yang dipanen adalah daun dan batang. Tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan unsur hara yang cukup selama pertumbuhan sejak pembibitan sampai menjelang panen. Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik sehingga memberikan hasil yang baik. Pada 8 atau 10MST perlakuan kotoran ayam atau kotoran sapi dengan campuran arang sekam menunjukkan hasil yang terbaik, hal ini diduga karena pada kotoran sapi dan kotoran ayam memiliki unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, dengan penambahannya arang sekam sangat membantu pertumbuhan tanaman, karena arang sekam dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah, dan memberikan unsur hara K sehingga tanaman tumbuh dengan baik. Seperti penelitian Soemeinaboedhy dan Tejowulan (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan berbagai macam arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah, penggunaan jenis arang sebagai pupuk organik mempunyai keuntungan ganda, karena selain dapat menyediakan unsur hara juga dapat sebagai pembenah tanah. Sama halnya dengan pernyataan Kusuma et al. (2013) bahwa arang sekam dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Kondisi tanah yang baik menyebabkan akar dapat tumbuh dengan baik. Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan akar adalah adanya ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah adalah ruang yang dapat ditembus oleh akar dan berisi udara untuk respirasi akar, yang sangat diperlukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Hasil dapat di lihat pada Tabel 18. Tabel 18 Bobot kering (g) tanaman pada lima perlakuan pupuk kandang
Bobot kering
Batang panen Daun panen Bobot Total Panen Batang panen Daun panen Bobot total Panen
Kotoran Kotoran Ayam dan Sapi dan Arang Arang sekam Sekam - - - - - - - - - - - - - - -Panen (8 MST)- - - - - - - - - - - - - - 6.70a 1.49d 3.47c 1.26e 3.57b 4.86c 3.40d 2.77e 6.93b 9.93a 11.56 4.89 6.24 8.19 13.50 - - - - - - - - - - - - - - - Panen (10 MST)- - - - - - - - - - - - - 18.14 25.37 13.26 20.67 19.74 37.01 43.00 28.69 45.52 35.47 55.15 68.37 41.95 66.19 55.21
Tanpa pemupukan
Kotoran Ayam
Kotoran Sapi
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata menurut uji DMRT.
21 Tabel 19 Persentase (%) bobot kering pada lima perlakuan pupuk kandang Persentase panen
Tanpa pemupukan
Kotoran Ayam
Batang panen 1 Daun panen 1 Batang panen 2 Daun panen 2
57.95 42.04 32.89 67.10
30.47 69.52 37.10 62.89
Kotoran Sapi
Kotoran Ayam dan Arang sekam
Kotoran Sapi dan Arang Sekam
55.60 44.39 31.60 68.39
15.38 84.61 31.22 68.77
26.44 73.55 35.75 64.24
Tanaman dandang gendis adalah tanaman tahunan yang dapat dipanen berulang-ulang. Pada percobaan, pemanenan hanya dilakukan satu kali, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai sistem pemanenan.
SIMPULAN Pembibitan dandang gendis dengan memakai tanah, campuran tanah dan kotoran ayam, campuran tanah dengan kotoran ayam, campuran tanah dengan kotoran ayam atau sapi dengan penambahan campuran arang sekam dengan komposisi 1:1:1 (v/v) dengan stek 3 buku memberikan hasil yang terbaik. Produksi sayuran dandang gendis sampai 10 MST memakai pupuk kotoran sapi dengan 10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 atau ayam 10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 memberikan produksi yang terbaik.
SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjut memakai pupuk organik setelah 10 MST untuk produksi sayuran dandang gendis. Untuk mendapatkan produksi tanaman yang lebih maksimal diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap sistem pemanenan.
DAFTAR PUSTAKA Alviana VF, Susila AD. 2009. Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annum L) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. J Agron Indonesia 37 (1):28-33. Amic D, Beslo D, Trinajstic N, Davidovic. 2003. Structure-Radical Scavenging Activity Relationships of Flavonoids. Croatia Chem Acta 76(1): 55-61. Djumali. 2011. Karakter Agronomi yang Berpengaruh Terhadap Hasil dan Mutu Rajangan Kering Tembakau Temanggung. Bull Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri. Vol; 3(1): 17-29. Dwidjoseputro H. 1993. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Gramedia.
22
Gomez KA, Gomez AA.1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Jakarta (ID) : UI Pr. hal 13–16. Febriana S. 2009. Pengaruh Konsentrasi ZPT dan Panjang Stek terhadap Pembentukan Akar dan Tunas pada Stek Apokad. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Medityama Sarana Perkasa. Harjadi SS. 1989. Dasar Dasar Hortikultura. Bogor (ID): PAU-IPB. Hartmann HT, Kester. 1978. Plant Propagation. Principles and Practice. Prentice Hall of India. New Delhi : p. 702 Kusuma AH, Izzati M, Saptiningsih E. 2013. Pengaruh penambahan arang dan abu sekam dengan proporsi yang berbeda terhadap permeabilitas dan porositas tanah liat serta pertumbuhan kacang hijau (Vigna radiata L). Bull Anatomi dan fisiologi Vol.21(1): 1-9 Lingga P. 1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Lubis AM, Amrah AG, Pulung MA, Nurhayati H, 1986 Pupuk dan pemupukan. Universitas Islam Nusantara Medan, Media Pr. Hlm 278. Lusia O. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan PertimbanganManfaat dan Khasiatnya. Majalah Ilmu Kefarmasian Kefarmasian, Vol;3(1): 7-10. Melati M, Aisyah A, Riniawati D. 2008. Aplikasi pupuk organik dan residunya untuk produksi kedelai panen muda. Bul. Agronomi Indonesia. Vol ; 37(1): 55−61 Murbandono LHS. 2000. Membuat Kompos. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya Pudjarwoto T, Simanjuntak CH, Nur IP. 1992. Daya Anti mikroba Obat Tradisional Diare Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropatogen. Cermin Kedokteran 76(1): 45-47 Rusli. 2009. Subsitusi Arang Sekam pada Teknologi Pemupukan Kentang di Lahan Panjang Kabupaten Solok. Di dalam Irwansyah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura; 2008 Agt 21. Lembang, Indonesia (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Hlm 1-10. Saleh I. 2010. Pengaruh metode pemupukan dan kombinasi komposisi media tanam dengan pengapuran terhadap pertumbuhan cabe jawa (Piper retrofactrum Vahl.). [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Septiani D. 2012. Pengaruh pemberian arang sekam padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens ). Seminar program studi hortikultura. Politeknik Negri Lampung. Sitompul SM. 1987. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University Pr. Sofyan D. 2008 Inhibisi fraksi aktif daun dandang gendis (Clinachantus nutans) pada pertumbuhan Saccharomyes cerevisiae sebagai uji potensi antikanker [skripsi]. Bogor [ID]: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. South DB. 1995. Relative growth rates: a critique. South African Forestry J. 73:43-48 Soemeinaboedhy N, Tejowulan RS. 2007. Pemanfaatan berbagai macam arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah. Agroteksos Vol: (17) 2: 144-122 Suharty NS. 2004. Isolasi terpenoid dari daun Clinachanthus nutans. [Internet] (diunduh pada 2013 Oktober 14). Tersedia pada http://digilib.itb.ac.id
23 Sukara E. 2000. Sumber daya alam hayati dan pencarian bahan baku obat (Bioprospekting). Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor : 31-37. Sulistiyanti, Badrun I, Idris.2003. Pengaruh pemberian pupuk kandang ayam .J pertanian. 9(2): 111-117. Suradal. 2014. Pembuatan arang sekam sebagai media. [ Internet]. 2014 April 02; (diunduh pada 2014 Juni 10). Tersedia pada http://Yogya.litbang.go.id. Warjito, Abidin Z. 1989. Pengaruh Stek Batang Berasal Dari Tanaman Induk yang Berbeda Umur di Lapangan dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang. Bull Peneletian Hortikultura. Vol: (18) 4. Wudianto R. 2002. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta (ID) : PT Gramedia. Yuniarti T. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta (ID) : Media Pr. Hal. 80
24
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 1 Februari 1992, dari pasangan Dede Suanda dan Tatat Setiatin. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SD 1 Cikatomas pada tahun 2003, lulus dari SMP 1 Cikatomas pada tahun 2007 dan lulus dari SMA Negeri 1 Cikatomas pada tahun 2010, dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakutas Pertanian IPB. Guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbanyakan dengan Stek dan Poduksi Tanaman Dandang Gendis (Clinachanthus nutans lindau) dengan Penggunaan Pupuk Organik” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Sandra Arfin Aziz, MS.