STUDI AWAL PERBANYAKAN VEGETATIF NYAWAI (Ficus variegata) DENGAN METODE STEK Preliminary Research on Vegetative Propagation of Nyawai (Ficus variegata) by Cutting Arif Setiawan
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta email:
[email protected]
I. PENDAHULUAN Tanaman nyawai (Ficus variegata Blume), sebagai salah satu alternatif jenis cepat tumbuh (fast growing species), penting untuk dikembangkan lebih lanjut karena termasuk golongan pionir. Jenis ini merupakan salah satu spesies andalan baru Indonesia yang layak dikembangkan menjadi spesies hutan tanaman industri (Anonim, 2010). Jenis ini termasuk cepat tumbuh dengan daur hidup yang pendek, dan diharapkan kurang dari 10 tahun kayu tanaman ini sudah dapat dimanfaatkan (Kaban, 2008). Nyawai merupakan salah satu jenis dari marga Moraceae. Penyebarannya meliputi seluruh Asia Tenggara, India, Jepang, Cina, Taiwan, Australia dan Kepulauan Pasifik (Zhekun dan Gilbert, 2003). Dilaporkan oleh Sudrajat dan Pramono (2005), tanaman ini termasuk satu keluarga dengan beringin (Ficus benjamina) yang bijinya termasuk rekalsitran. Nyawai memiliki warna kayu yang cerah dan menarik, selain itu dengan adanya parenkim pita marginal berjarak rapat dan teratur memungkinkan jenis kayu ini dapat dibuat veneer kupas yang tipis, cocok untuk veneer muka kayu lapis. Kayu nyawai juga dapat digunakan sebagai bahan baku pulp kualitas sedang karena memiliki dinding serat tipis dan serat yang relatif pendek (Mandang dan Sudardji, 2001). Hendromono dan Komsatun (2008) melaporkan bahwa nyawai termasuk jenis pioner dan memiliki pertumbuhan cepat (fast growing). Pohonnya dapat mencapai tinggi sampai dengan 25 meter dan tinggi bebas cabang mencapai 15 meter. Rusmana (2013) mengatakan bahwa walaupun secara generatif nyawai ini mudah ditanam, tetapi juga perlu dilakukan penelitian mengenai pembiakan secara vegetatif melalui stek. Pembiakan secara vegetatif lebih disarankan untuk mempertahankan sifat genetik dari tanaman induk. Teknik perbanyakan secara vegetatif perlu dilakukan sebagai alternatif dikarenakan buah nyawai sangat disukai oleh hewan pengerat dan juga bijinya termasuk rekalsitran. Tujuan dari penulisan ini adalah menyebarluaskan informasi kepada pembaca mengenai teknik perbanyakan nyawai secara vegetatif, khususnya dengan metode stek. 21
Informasi Teknis Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 21-29
II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Bahan dan Alat Bahan dan peralatan yang digunakan untuk kegiatan perbanyakan vegetatif nyawai antara lain batang nyawai, pasir steril, ZPT (rhizatun), fungisida daconil, air bersih, sprayer jinjing, bak tabur plastik, gunting stek, pisau cutter, alat tulis, plastik sungkup, dan paranet intensitas 60%. B. Tempat Kegiatan Kegiatan perbanyakan vegetatif dengan metode stek dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH), Purwobinangun, Sleman, Yogyakarta. C. Rangkaian Pelaksaaan Kegiatan Stek Nyawai 1. Pemilihan pohon nyawai Kegiatan penelitian ini menggunakan cabang berasal dari pohon nyawai yang baru berumur 2 (dua) tahun. Pohon nyawai tersebut berasal dari populasi Kalimantan Timur yang ditanam pada Arboretum BBPBPTH Purwobinangun, Sleman, Yogyakarta. Materi cabang yang digunakan adalah dari cabang vertikal dan cabang lateral. Kriteria yang paling utama mendapatkan pohon nyawai untuk diambil cabangnya sebagai bahan stek adalah tidak busuk, sehat dan tidak terserang hama penyakit, sehingga diharapkan mendapat hasil stek dengan prosentase tumbuh yang tinggi (Gambar 1a). Posisi cabang yang dapat digunakan adalah bagian bawah tajuk karena selain memudahkan dalam mengambilnya juga umumnya memiliki kemampuan berakar lebih baik (Adinugraha, 2011). 2. Pemilihan batang stek Pemotongan cabang menjadi bahan stek sebaiknya minimal terdiri atas 2 ruas (Adinugraha, 2011). Diameter rata-rata batang stek nyawai yaitu 1-2 cm. Pemotongan batang stek dengan menggunakan gunting stek (Gambar 1b). Apabila potongan batang stek ada yang pecah, kemudian dirapikan menggunakan pisau cutter (Gambar 1c). Cabang nyawai bagian bawah digunakan sebagai materi stek batang, sedangkan bagian atas digunakan sebagai meteri stek pucuk.
22
Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus Variegata) dengan Metode Stek Arif Setiawan
a
b
c
Gambar 1. Proses pemilihan cabang nyawai (a), Pemotongan dengan gunting stek (b), merapikan potongan batang nyawai yang pecah dengan pisau cutter (c)
3. Teknik stek batang Batang nyawai yang akan distek direndam dalam larutan fungisida dengan perbandingan 1 gram fungisida dalam setiap liter air selama 2 menit untuk menghindari serangan jamur (Gambar 2a). Penanaman stek batang dilakukan pada media pasir steril dengan cara menancapkan secara tegak lurus. Pengaturan jarak antar stek minimal 5 cm untuk menghindari pertumbuhan akar agar tidak saling berbenturan. Setelah stek ditanam, kemudian media pasir dipadatkan dengan menggunakan jari tangan yang bertujuan menjaga supaya stek yang ditanam tetap kokoh dan tidak mudah goyang. Pemberian ZPT (zat pengatur tumbuh) berupa rhizatun pada pangkal stek dengan konsentrasi 1.000 ppm berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar (Pudjiono, 2010). Penting untuk diperhatikan dalam perbanyakan vegetatif adalah faktor kelembaban dan suhu (Rusmana, 2013). Salah satu cara untuk menjaga kelembaban dan suhu adalah pemberian sungkup dan naungan paranet dengan intensitas cahaya 60%. Gambar stek batang nyawai dapat dilihat pada Gambar 2b. 4. Teknik stek pucuk Materi stek pucuk yang dipilih adalah cabang tunas yang memiliki pertumbuhan ke arah vertikal (ortotropic), cabang tunas yang bersifat plagiotropic sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan bibit yang tumbuhnya mendatar seperti cabang (Adinugraha, 2011). Rangkaian teknik stek pucuk pada intinya hampir sama dengan stek batang yaitu sebagai berikut : 1. Materi stek pucuk direndam ke dalam larutan fungisida dengan perbandingan 1 gram fungisida dalam setiap liter air selama 2 menit untuk menghindari serangan jamur. 23
Informasi Teknis Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 21-29
2. Pelaksanaan stek pucuk dilakukan pada media pasir steril dengan cara menancapkan secara tegak lurus. 3. Setelah stek ditanam, media dipadatkan dengan menggunakan jari tangan bertujuan supaya stek yang ditanam tetap kokoh dan tidak mudah goyang. 4. Jarak antar tanaman minimal 5 cm diatur dengan rapi. 5. Untuk merangsang pertumbuhan akar dilakukan pemberian ZPT berupa rhizatun pada pangkal stek dengan konsentrasi 1.000 ppm. 6. Pemberian sungkup dan naungan paranet dengan intensitas cahaya 60% bertujuan untuk menjaga kelembaban dan suhu agar selalu stabil. Pembuatan stek pucuk pada media pasir steril tersaji pada Gambar 2c.
a
b
c
Gambar 2. Proses perendaman dengan fungisida (a), penanaman stek batang nyawai (b), penanaman stek pucuk nyawai (c)
5. Pemeliharaan rutin Pemeliharaan yang paling utama adalah penyiraman dan pemberantasan jamur. Penyiraman bertujuan untuk menjaga suhu dan kelembaban. Penyiraman sebaiknya dilakukan sehari sekali dengan menggunakan sprayer halus (Gambar 3). Penyiraman menggunakan sprayer halus berfungsi agar stek yang masih sangat rentan tidak mudah goyang dan roboh. Pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk pelaksanaan penyiraman agar air dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk fotosintesis (Hadiyan dan Setiawan, 2010). Pemberantasan jamur dilakukan seminggu sekali dengan menyemprotkan larutan fungisida dengan konsentrasi 1 gram/liter air. 24
Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus Variegata) dengan Metode Stek Arif Setiawan
Gambar 3. Proses penyiraman
D. Hasil Perbanyakan Vegetatif Nyawai 1. Stek batang Perbanyakan stek pucuk dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013. Dari hasil pengamatan perbanyakan stek batang mulai tumbuh tunas setelah 2 minggu. Tunas yang dihasilkan dari perbanyakan stek batang dengan jumlah yang bervariasi antara 1-6 tunas, sedangkan jumlah daun antara 1-12 helai (Gambar 4a). Pengamatan perakaran pada stek batang dilakukan setelah 2 bulan (Gambar 4b). Rerata jumlah tunas, daun, akar dan prosen jadi bibit tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah tunas, daun dan akar stek batang Jenis Media tanam Pasir steril
Rerata jumlah tunas setelah 2 bulan 2,46
Rerata jumlah daun setelah 2 bulan 4,31
Rerata jumlah akar setelah 2 bulan 18,52
Prosen jadi bibit setelah 2 bulan (%) 65
25
Informasi Teknis Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 21-29
a
b
Gambar 4. Stek batang yang sudah tumbuh tunas (a), stek batang yang sudah tumbuh akar (b)
2. Stek pucuk Sama halnya dengan perbanyakan stek batang, pengamatan stek pucuk juga dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013. Dari hasil pengamatan diketahui tunas hasil stek pucuk mulai tumbuh setelah 2 (dua) minggu dengan jumlah bervariasi antara 1-4 tunas dengan jumlah daun hanya ada 1 helai. Pada minggu keempat, tunas yang sudah ditumbuhkan kemudian mulai rontok. Perakaran tidak dapat diamati karena setelah 6 minggu batang stek mengering dan membusuk (Gambar 5a). Karakteristik dan sifat alami nyawai yaitu pada bagian ujung batangnya masih berlubang menyerupai batang kangkung, sehingga mudah sekali kering dan membusuk. Dugaan sementara karakteristik dan sifat alami nyawai inilah yang mengakibatkan kegagalan kegiatan stek pucuk tersebut. Perbedaan batang nyawai bagian ujung yang digunakan sebagai materi stek pucuk dan batang nyawai bagian bawah yang digunakan sebagai materi stek batang bisa dilihat pada Gambar 5b.
26
Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus Variegata) dengan Metode Stek Arif Setiawan
a
b
Gambar 5. Stek pucuk yang mengering dan membusuk (a), materi stek pucuk dan materi stek batang (b) Beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan stek pucuk dan stek batang adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan materi yang digunakan sebagai stek batang dan stek pucuk pada bagian tengah batangnya tidak berlubang sehingga tidak mudah kering dan membusuk, 2. Pisau cutter yang digunakan harus dalam kondisi yang benar-benar tajam sehingga pangkal batang stek yang akan ditanam tidak pecah, 3. Batang stek yang ditanam benar-benar kokoh dan tidak mudah roboh dengan cara memadatkan media pasir menggunakan jari tangan pada batang stek yang sudah ditanam, 4. Media pasir yang digunakan harus dalam kondisi yang benar-benar steril dengan dengan cara disangrai untuk menghindari serangan jamur dan penyakit lainnya yang bisa mempengaruhi keberhasilan kegiatan perbanyakan nyawai, 5. Stek yang ditanam tidak langsung terkena sinar matahari dengan cara memberikan peneduh berupa paranet karena materi stek yang ditanam masih dalam kondisi sangat rentan mengalami kekeringan dan kematian, 6. Kelembaban dan suhu agar selalu terjaga dengan membuatkan sungkup plastik, supaya suhu di dalam sungkup selalu lembab sehingga menjaga materi stek yang ditanam tidak mudah mengalami kekeringan. 27
Informasi Teknis Vol. 15 No. 1, Juli 2014, 21-29
III. KESIMPULAN Perbanyakan tanaman secara vegetatif mempunyai beberapa keunggulan antara lain untuk mempertahankan sifat genetik dari tanaman induk dan tidak tergantung dengan musim berbuah. Keberhasilan perbanyakan dipengaruhi beberapa faktor antara lain pemilihan bahan stek, teknik stek yang digunakan, kondisi kelembaban dan suhu, intensias cahaya/ sinar matahari serta cara sterilisasi media tanam. Dugaan sementara stek pucuk mengalami kegagalan karena karakteristik dan sifat alami nyawai yaitu pada bagian ujung batangnya masih berlubang menyerupai batang kangkung, sehingga mudah sekali kering dan membusuk.
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta sebagai institusi dan tempat penelitian, Liliek Haryjanto, S.Hut. M.Sc., selaku penanggung jawab kegiatan Penelitian Populasi Dasar untuk Kayu Pertukangan Daur Pendek Jenis Nyawai, dan Supriyanto sebagai tenaga harian di persemaian yang telah membantu proses kegiatan perbanyakan nyawai.
DAFTAR PUSTAKA Adinugraha, H.A. 2011. Teknik Pembibitan Tanaman Hutan. Informasi Tanaman Kehutanan. Rimba Lestari 30 Juni 2011. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Anonim. 2010. Rencana Penelitian Integratif (RPI) 2010-2014, Pemuliaan Tanaman Hutan. Departemen Kehutanan, hlm 371-419. Hadiyan, Y. dan Setiawan, A. 2010. Teknik Sederhana Menyemai Benih Suren (Toona sinensis). Informasi Teknis Vol. 8 No. 1, Juli 2010. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Hendromono dan Komsatun. 2008. Nyawai (Ficus variegata Blume dan Ficus sycomoroides Miq.) Jenis yang Berprospek Baik Untuk Dikembangkan di Hutan Tanaman. Mitra Hutan Tanaman. Vol. 3. No. 3: 122-130. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Diakses melalui http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3308123130. pdf pada tanggal 1 Nopember 2012. Kaban, M.S. 2008. Sambutan Menteri Kehutanan pada acara penanaman serentak seratus juta pohon dalam rangka peringatan seratus tahun kebangkitan nasional di seluruh Indonesia tanggal 28 Nopember 2008. Diakses melalui http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/ node/4951 pada tanggal 28 Maret 2011. 28
Studi Awal Perbanyakan Vegetatif Nyawai (Ficus Variegata) dengan Metode Stek Arif Setiawan
Mandang, Y.I. dan Sudardji, U. 2001. Anatomi dan Kualitas Serat Sembilan Jenis Kayu Kurang Dikenal Asal Kalimantan Timur. Buletin Penelititan Hasil Hutan. Vol. 19. No. 1: 41-67. Pudjiono, S. 2010. Perbanyakan Tanaman Merbau (Intsia bijuga O.Ktze) dan Upaya Pengembangannya. Informasi Teknis Vol. 8 No. 1, Juli 2010. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Rusmana. 2013. Teknik Produksi Bibit dan Prospek Pengembangan Hutan Tanaman Nyawai (Ficus variegata Blume.). Fokus Litbang 29 Januari 2013. Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru. Diakses melalui http://foreibanjarbaru.or.id/archives/471?cat=12 pada tanggal 12 November 2013. Sudrajat, D.J. dan Pramono, A.A. 2005. Beringin (Ficus benjamina L.). Atlas Benih Tanaman Hutan, Jilid V. (Edisi khusus andalan Jawa Barat). Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Bogor. Zhekun, Z and Gilbert, M.G. 2003. Moraceae. Flora of China 5: 21-73.
29