KE DAFTAR ISI
-I
ISSN 0216 - 3128
Herlan Martono, dkk.
PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI Herlan Martono,
Aisyah
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
ABSTRAK PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS T1NGGI. Telah dipelajari perbandingan pengolahan limbah cair aktivitas tinggi secara vitrifikasi dan super high temperature method untuk mendapatkan keunggulan dan kekurangan karakteristiknya. Pada proses vitrifikasi, limbah cair aktivitas tinggi dicampur dengan bahan pembentuk gelas yang dilelehkan pada titik leburnya, selanjutnya didinginkan sampai suhu kamar. Super high temperature method meliputi proses kalsinasi limbah cair aktivitas tinggi, sublimasi, reduksi, dan peleburan. Hasil proses vitrifikasi adalah gelas-limbah, sedangkan hasil proses super high temperature method adalah New Ceram. Pada super high temperature method tanpa penambahan bahan aditif untuk solidifikasi, sehingga reduksi volume besar. Konsekuensi hal ini adalah fasilitas pengolah, transportasi, dan disposal yang lebih kecil serta berkurangnya frekuensi handling. Jadi reduksi biaya fasilitas dan pengelolaan limbah besar. Pada penyimpanan sementara gelas-limbah hasil vitrifikasi dilakukan selama 30 - 50 tahun dengan sistem pendingin untuk menghindari terjadinya devitrifikasi. Pada super high temperature method, semua Cs menyublim pada 1000 DC,sehingga dapat mengurangi lama penyimpanan sementara selama 27 tahun.Pada super high temperature method praktis tidak ada limbah sekunder, sedangkan pada proses vitrifikasi timbul limbah sekunder dari hasil pengolahan gas buang. Dari segi proses, vitrijikasi lebih sederhana dan teknologi ini telah dilakukan di PTLR BA7/1N dalam skala laboratorium.
ABSTRACT COMPARATION
OF VITRIFICATION
AND SUPER
HIGH TEMPERATURE
METHOD
ON HIGH
LEVEL LIQUID WASTE TREATMENT. The comparation of high level liquid waste treatment by vitrification process and superhigh temperature method has been studied to find advantance and disadvantance for each method. For vitrification process, high level liquid waste was mixed by glass frit and melted at the melting point, then cooled up to room temperature. The steps of the process of super high temperature method are calcination of high level liquid waste, sublimation, reduction, and melting. The product of vitrification process is waste-glass, but the product of super high temperature method is New Ceram. Super high temperature method without aditif for solidification, so that volume reduction is high. So the facilities of treatment, transportation, and disposal are decreased, also reducing handling frequency. These make a sign(jicant reduction cost of waste managementlnterm storage for waste-gla.vs were conducted by covling ~~vsteell/j'vr]O - 50 years, tv avoid devitr(/ication. In the super high temperature method, due to the sublimation of c~, at 1000 0c, so decreasing life time of interm storage for 27 years. There is no see/lndary waste in the super high temperature method, but in the vitrification process arising secondary waste is treated by off gas treatment system. From process view, vitrification process is more simple complicated and this technology was being tested in Radioactive Waste Technology Center-BATAN in the laboratory scale.
PENDAHULUAN Cair Aktivitas Tinggi Limbah nya dihasilkan dari ekstraksi
(LCA T), siklus umum-I pelarut proses olah ulang bahan bakar nuklis bekas. Komposisi LCA T banyak mengandung hasil belah dan sedikit aktinida, dengan komposisi oksidanya seperti ditunjukkan pada TabellllJ• Volume LCAT I m3, aktivitas jenis LCA T adalah 4 x 105 Ci/m3, dengan proses vitrifikasi menjadi gelas limbah yang volumenya 110 liter dan dimasukkan ke dalam canister yang terbuat dari baja tahan karat AISI 304
L yang volumenya 118 liter. Radionuklida yang terkandung dalam geIas limbah tersebut memancarkan radiasi gamma yang tinggi, sehingga dapat menimbulkan panas yang suhunya melebihi 500°C. Suhu di atas 500°C (Tg: suhu transformasi gelas) dan dalam jangka lama dapat menimbulkan Kristalisasi dalam gelas limbah, yang dikenal dengan devitrifikasi. Radiasi alfa yang dipancarkan oleh aktinida dalam gelas limbah dapat mengakibatkan terjadinya reaksi inti, sehingga terjadi perubahan komposisi gelas limbah.
Prosiding PPI - PDJPTN2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
2
ISSN 0216 - 3128
Herlan Martono, dkk.
Tabel 1. Komposisi Limbah Cair Aktivitas Tinggi yang berbentuk Oksida dari Bahan bakar bekas PWR, fraksi bakar 45.000 MWD/MTU, pengkayaan uranium 4,50%, panas peluruhan 38 MW/MTU dan pendinginan 4 tahun III Oksida Pd~ SrONa20 NiO Rb20 Se02 TC20? Y203 Mo03 RU02 Rh203 Zr02 U02 Cr203 P20S Fe203 Np02
% Berat 2,20 1,45 0,11 0,85 0,81 7,19 1,68 3,81 0,95 2,56 6,99 0,56 4,12 0,74 1,67 16,48 9,05 1,47
Oksida
0.24 %0,15 0.14 Berat 1,22 2,58 0,84 3,91 0,04 12,32 0,05 0,52 4,19 2,05 6,77 1,93 0,18 0,11 0,07
BaO CdO SnOAg20 Cs20 GdZ03 PuOz Nd203 Pm203 Pr6011 La203 Ce02 Sb203 Te02 Am203 Sm203 EU203 CmZ03
Adanya devitrifikasi dan perubahan komposisi gelas limbah harus dihindari karena mengakibatkan kenaikkan laju pelindihan radionuklida dari gelas limbah. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya devitrifikasi dapat dilakukan dengan penyimpanan semen tara gel as limbah dalam canister di interim storage yang harus dilengkapi dengan sistem pendingin selama 30 - 50 tahun [2.3.4]. Devitrifikasi dapat juga dihindari dengan menentukan kandungan hasil belah dalam gelaslimbah 10 % 121.Untuk memperkecil terjadinya perubahan komposisi dilakukan dengan menurunkan kandungan unsur aktinida dalam gelas limbah yaitu dengan menurunkan kandungan limbahnya. Perubahan komposisi dapat ditentukan dari perubahan densitas dan kuat tekan 141.Masalah dalam vitrifikasi adalah volume dan tenaga panas besar, serta biaya untuk pengelolaan limbah sekunder mahal. Super High Tempereture Method (SHTM) merupakan proses pengolahan LCAT dengan pemisahan - pemadatan (pemisahan kondisioning) tanpa penambahan bahan aditif, sehingga reduksi volumenya besar. Metode ini relatif baru, yang
beberapa tahun terakhir ini dikembangkan di USA, Jepang, Perancis, dan Rusia. Metode ini belum dioperasikan dalam skala industri. Tahap pertama proses ini adalah kalsinasi yang merubah unsurunsur dalam larutan asam nitrat pad a 700°C dalam udara menjadi oksida. Cesium yang menyublim pada pemanasan 1000 °C selama 2 jam adalah 98 %, pada 900°C selama 2 jam adalah 90 %, dan pada 800°C selama 5 jam adalah 90 % 151, Sublimasi dilakukan dalam gas argon. Pengall1bilan Cs dan Ba dapat ll1engurangi waktu pcndinginan selama 30 tahun, sedangkan pengall1bilan Cs, 8a, Sr, dan Y dapat ll1engurangi waktu pendinginan selama 45 tahun. Super High Temperatur Method menghasilkan limbah padat aktivitas tinggi yang kOll1pak mengandung aktinida (solid high active waste containing actinides) dengan pell1isahan Cs (40 % high thermal power fission product) dan hasil belah logall1 ll1ulia hanya dengan sedikit penall1bahan senyawa titanium nitrida (TIN). Bahan dilelehkan pad a 1600 °C. Reduksi unsur-unsur golongan platina dalam hasil belah berbentuk logam ingot. Residu yang tidak direduksi berbentuk oksida ingot.
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
3
ISSN 0216 - 3128
Her/an Martono, dkk.
Proses Vitrifikasi
Logam ingot dan oksida ingot merupakan komposisi Iimbah aktivitas tinggi yang paling kompak dari senyawa hasil belah titanat 'yang membantu sebagai matriks. Logam hasil belah dan oksida menjadi padat tanpa penambahan atau pencampuran dengan bahan matriks seperti gelas, bitumen, polimer, dan semen.
Proses vitrifikasi LCA T dengan gelas borosilikat ditunjukkan pada Gambar 1[II. Pemanas melter dihidupkan sehingga suhu gelas Iimbah mencapai 600°C. Gelas limbah dalam melter sampai tinggi di atas elektrode selalu ada walaupun melter tidak dioperasikan.
PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVIT AS TINGGI
Bah Air
Pend •• ngin
MELT
Air
Ke Pengolahan
Penyer
Gam bar 1. Bagan proses vitrifikasi Hal ini digunaka~ untuk start up pada pemanasan me Iter dengan sistem Joule heating Pada suhu 600°C, elektrode dihidupkan sehingga gelas - Iimbah dapat menghantarkan arus listrik yang menimbulkan panas. Pad a saat itu pengumpanan bahan pembentuk gelas (glass frit) dan LCA T dimulai. Perbandingan bahan pembentuk gelas borosilikat dan LCAT 3/1 dimasukkan ke dalam melter dengan laju pengumpanan 9 kg/jam. Komposisi umpan 6,75 kg/jam bahan pembentuk gelas dan 2,25 kg/jam (16, J0 liter/jam) LCA T. Kapasitas pengumpanan 300 kg. Pelelehan bahan pembentuk gelas dan LCA T diJakukan pada suhu 1150 °C selama 2 jam. Pada vitrifikasi perlu penambahan bahan gelas 10
LCA T dengan gelas borosilikat
(I)
kali hasil belah. Gas yang keluar dari me Iter diolah dengan sistem penanganan gas buangan, yang meliputi alat air film cooler, submerged bed scrubber (S8S), venturi scrubber, water scrubber, high efficiency mist eliminator (HEME), ruthenium adsorber, dan filter HEPA. Lelehan gelas -limbah hasil vitrifikasi dituang dari melter ke canister pad a suhu 1000°C. Pengelasan tutup canister dilakukan, kemudian dekontaminasi dilakukan. Tahap selanjutnya pemeriksaan fisik canister dilakukan untuk melihat kerusakan canister yang meliputi perubahan dimensi dan kebocoran hasil las. Selanjutnya canister disimpan di tempat penyimpanan sementara dengan sistem pendingin.
Prosiding PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· BATAN Yogyakarta, 10 Jull 2006
-------------------------~
--
ISSN 0216-3128
4 Proses Super High Temperature
Method
Her/an MartOlIO, dkk.
penambahan sedikit TIN. Limbah aktivitas tinggi berfungsi sebagai matriksnya sendiri tanpa pencampuran' bahan matriks gelas. Teknologi baru ini perlu dipertimbangkan kelayakannya dibandingkan teknologi yang telah dioperasikan dalam skala industri. Reduksi volume limbah aktivitas tinggi dengan proses SHTM sekitar 1/10 dibandingkan teknologi vitrifikasi [5].
Fasilitas ini lebih kecil daripada vitrifikasi, karena tidak adanya penambahan bahan matriks dan reduksi volume hasil besar sehingga kapasitas penyimpanan lebih kecil pula. Proses pengolahan LCA T dengan SHTM ditunjukkan pada Gambar 2 [5,6]. Proses ini bertujuan menghasilkan solid high active waste containing actinides dengan pemisahan Cs dan logam mulia menggunakan
Cerobong '~'."
..
1
·
·
·
»-·
· ··
· ··..· ··
· ··..·······:· ..·..·:-:-··..f
_ <_ _.... _.r';"~
~ ~
flop'
0 ••••••••
~
:
~
I'cnangkap Cs Rb
Scrubber
r
,
.
"'- ~Ot
~
·
·..·:;:>
·
·
Tc
'-"
·..· · · ·
· ·..·
i ,
Reduction
LCAT
Logam
Gambar 2. Diagram proses super high temperature met/rod LCA T
Tahap proses SHTM meliputi kalsinasi, sublimasi, reduksi, dail peleburan. Larutan nitrat dari hasil belah, aktinida, dan produk korosi dikalsinasi pada suhu 700°C, sehingga menjadi HBOx, AnOx, dan CPOx (HB = hasil belah, An = aktinida, dan CP = produk korosi). Uap air dan gas NOx yang keluar diserap dengan scrubber. Proses sublimasi oksida hasil kalsinasi dilakukan pada suhu 1000 °C dalam media gas argon. Unsur Cs dan Rb menguap pada suhu terse but. Pengaruh waktu perlakuan terhadap sublimasi Cs ditunjukkan pad a Gambar 3. Pada suhu 1000 °C, selama I jam, sekitar 90 % Cs dapat diuapkan. Oksida logam alkali tanah dan oksida lain dari unsur seperti Ru, Te perlu diperhatikan karena titik didihnya rendah. Unsur Ru menyublim dalam bentuk RU04' Unsur Te tidak menyublim dan menyatu dengan Pd membentuk senyawa [5].
[5,6.].
80 60 10 100 .. .•.. :0- (II ~ •.. 40 c: 70 90 50 .. 20 30 ~ C) .5 (II ;:].-. U 1/1
Q) 1/1
'iij0 0 :is
1 234 Waktu Pengolahan
Gambar
3. Pengaruh Cs 15,61
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
5 (Jam)
waktu terhadap
6
sublimasi
Oksida unsur platina, unsur transisi, dan unsur non logam direduksi dengan unsur - unsur seperti B, AI, Si, dan Ti. Logam dan oksida hasil belah mempunyai titik leleh yang tinggi. Reduksi oksida golongan platina (RU02, RhOJ, dan Pd~) menjadi logam Ru, Rh, dan Pd terjadi pada 1000 DC dalam media gas argon. Reduksi dilakukan dengan TIN, menurut reaksi sebagai berikut : MOx
+ TIN --------->
5
ISSN 0216-3128
Herlan Manono, dkk.
M + TiOy +
Z
LCA T dilakukan dengan penukar ion sehingga diperoleh hasil belah dan Zr, Mo, Pd dan Fe. Hasil belah disolidifikasi dengan bahan pembentuk gelas. Unsur Zr, Mo, Pd dan Fe disolidifikasi dengan semen. Proses vitrifikasi ini mereduksi volume 1,6 kali dibandingkan vitrifikasi LCA T [7]. Solidifikasi LCA T dengan bahan kristal secara peleburan dilakukan, karena bahan kristalin lebih stabil.
N2
PEMBAHASAN
dimana M adalah Ru, Rh, dan Pd.
Kuantitas limbah dinyatakan dalam berat, volume dan banyaknya LCA T. Berat dan volume berpengaruh terhadap skala fasilitas pengolahan dan frekuensi handling. Berat dan volume limbah yang besar perlu peralatan yang besar seperti me Iter untuk pengolahan LCAT atau dengan menambah jumlah melter. Pada proses vitrifikasi perlu penambahan bahan gelas 10 kali hasil belah, sedangkan pada SHTM sedikit / tanpa penambahan aditif. Pada proses vitrifikasi, solidifikasi semua hasil belah dalam matriks gelas sedangkan pad a SHTM sebagai matriks adalah hasil belah yang dilelehkan sebagai oksida hasil belah. Jika jumlah LCA T direduksi dengan 1/10, frekuensi handling berkurang 1/10 pada pengolahan. Perbandingan beberapa karakteristik SHTM dan hasil vitrifikasi ditunjukkan pada Tabel 2 [5].
Oksida lain yang tereduksi menjadi logam adalah Mo, Te, Se, dan produk korosi (5.6]. Partikel logam yang kecil terdispersi dalam oksida hasil belah yang tidak tereduksi. Untuk memisahkan logam dan oks ida, semua bahan harus dilebur. Oksida dan logam dilelehkan pada 1600 DC dalam media gas argon, sehingga fase oksida dan logam dipisahkan menjadi lapisan atas oksida ingot dan lapisan bawah logam ingot. Oksida dipadatkan menjadi padatan yang mono lit dengan reduksi volume yang tinggi. Unsur-unsur grup platina direcovery sebagai ingot kira-kira ,90 %. Hasil proses SHTM dikenal sebagai New Ceram (Nuc]ear Rare Earth Waste Ceramics). Pemisahan dan solidifikasi mineral dengan pelelehan dikembangkan juga di Rusia dengan konsep yang berbeda dengan Jepang. Pengolahan Tabel 2. Perbandingan beberapa 0,0983 3,061 -1000 120 IIton 185 U -500 SHTM 45 canister/ton Plant 4,1240 Vitrifikasi Satuan 0,0102 2,7 8,6 0,05]8 0,042 0,0485 0,050 5,28 ],295 Karakteristik g/cmJ kg/ton U <
karakteristik
Dari data di atas menunjukkan bahwa pad a SHTM frekuensi untuk penyimpanan, dan disposal juga berkurang. Fasilitas SHTM untuk pengo!ahan, penyimpanan sementara, dan disposal kecil dibandingkan vitrifikasi. Hal ini mengakibatkan reduksi biaya pengelolaan cukup besar. Dari segi laju pelindihan hasi] proses SHTM memenuhi persyaratan, hampir sama dengan proses vitritikasi. Ini menunjukkan bahwa kualitas New Ceram cukup baik dan karena densitasnya besar maka merupakan most compact HA W. Gas buangan Cesium dapat dimanfaatkan untuk sumber radiasi
SHTM dan hasil vitrifikasi
[5]
I!g cm'2 harj"
gamma, sehingga praktis tidak menimbulkan limbah sekunder. Pada sistem penanganan gas buangan proses vitrifikasi tidak timbul adanya uap Cs. Gas yang ada dalam sistem penanganan gas buangan adalah NOx, volatil Ru, dan partikel. Faktor dekontaminasi untuk setiap peralatan dalam sistem penanganan gas buangan dari proses vitrifikasi adalah: Untuk NOx submerbed bed scrubber 2, venturi scrubber ]. Untuk Ru submerged bed scrubber > 50, venturi scrubber 3 , water scrubber 50, dan penyerap Ru 1000. Untuk partikel submerged bed scrubber 5, venturi scrubber ]0,
Prosiding PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
ISSN 0216 - 3128
6
Her/an Martono, Aisyalt
water scrubber 5, high efficiency mist eliminator>
pelepasan pana~ setelah Cs dipisahkan, dicapai pada
100. Penyerapan Ru ditekan dengan adanya bennacam-macam reduktan seperti fonnaldehid, asam fonniat, dan gula karena akanmenekan oksidasi Ru. Pada proses suhu tinggi Ru dalam gas buangan sebagai RU04 dan di atas 800°C sebagai RuG). Fraksi Ru dalam bentuk uap yang 15 %. Pad a meninggalkan melter adalah vitrifikasi perlu adanya penanganan limbah sekunder.
penyimpanan sementara setelah 23 talmn. Hal ini menghemat biaya penyimpanan sementara yang sangat mahal selama 27 tahun. Thennal power (tenaga panas) ratio untuk pendinginan selama 50 tahun ditunjukkan pada Gambar 5 [5].
1-
3000 -
.
2500
Pada proses vitrifikasi dalam lelehan gelas limbah unsur Cs sukar untuk menguap. Hal ini juga ditunjukkan oleh profil suhu dalam melter yang memungkinkan Cs tertahan dalam lelehan gelas, sehingga hasil gelas limbah mengandung Cs. Profil suhu dalam melter pada proses vitrifikasi yang dioperasikan pada 1150 °C, setelah selesai pengumpanan ditunjukkan pada Gambar 4 [I].
s• 2000
•
•;;~~~.. 1000 .0 ~ 1500
A. I§
__
Ln total
-e-
An total
-to-
Sr+Y
__
Cs+Ba
___
Spentfuel
500
20
40
60
60
100
Waktu Pendlngln.n (t.hun)
E ••
850 ---------------. 800 750 700 650 600 550· 500 450 . 400 350
;;
300
_ E E -; ,>
g' .a
Gambar
Thermal power ratio pendinginan Iimbah aktivitas tinggi selama 50 tahun 151
KESIMPULAN
~ 250 IS! 200· c 150 i= 100
Reduksi volume pad a proses SHTM jauh lebih besar dibandingkan proses vitrifikasi. Hal ini akan menurunkan tTekuensi pengelolaan (pengolahan, penyimpanan sementara, dan disposal). Skala fasilitas yang diperlukanpun lebih kecil, sehingga reduksi biaya cukup besar.
50
o 400 500 600 700 800 900 100 110 120 000 Suhu (OC)
Gambar
5.
4. Profil suhu di tengah meller
[I].
Sebagian besar hasil belah, seperti Cs mempunyai titik didih sangat rendah 668°C. Cesium oksida dalam kalsinasi LCA T diuraikan pada suhu tinggi dan cesium menyublim. Dengan proses pemisahan kondisioning, untuk menguapkan 90 % Cs pada 800°C diperlukan waktu 5 jam, pad a 900°C selama 2 jam, dan pada 1000 °C selama I jam. Laju sublimasi terbesar terjadi pad a suhu yang tinggi. Oleh karena itu sublimasi dilakukan pad a suhu 1000 DC. Demikian pula reduksi juga dilakukan pada suhu 1000 DC. Hal ini sangat menguntungkan pada penyimpanan sementara hasil solidifikasi atau imobilisasi. Pada penyimpanan sementara hasil vitrifikasi dilakukan dengan sistem pendingin selama 50 tahun untuk menghindari terjadinya kri&talisasi gelas. Untuk mencapai kondisi yang sarna dengan
Pada SHTM Cs yang menyublim dapat dimanfaatkan sebagai sumber radiasi gamma. Pada proses ini praktis tidak menimbulkan limbah sekender. Gas Cs sukar keluar dari me Iter, karena terhalang lelehan hasil vitrifikasi dan suhu serta pemanasan yang belum cukup dibandingkan pada SHTM. Pada proses vitrifikasi ada hasil pengolahan gas buangan yaitu Nox, Ru, dan partikel yang merupakan Iimbah sekender. Adanya Cs yang terpisah dari LCA T, mengakibatkan pengurangan penyimpanan sementara hasil solidifikasi selama 27 tahun. Proses vitrifikasi lebih sederhana disbandingkan SHTM. Kemudahan proses menunjukkan bahwa proses vitrifikasi lebih sederhana dibandingkan SHTM, karena hanya meliputi pelelehan dan pendinginan. Proses SHTM melibatkan suhu yang lebih tinggi dibanding proses vitrifikasi. Teknologi vitrifikasi untuk pengolahan limbah cair aktivitas tinggi simulasi dalam skala
Prosiding PPI • PCIPTN 2005 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006
ISSN 0216 - 3128
Her/an Marlono, Aisyah
laboratorium telah dikuasai di PTLR BATAN, sehingga untuk persiapan ke skala industri lebih mudah walaupun masih perlu adanya bantuan teknik dari negara maju.
DAFT AR PUST AKA I. MARTONO H., Characterization of Waste-Glass and Treatment of High Level Liquid Waste, PNC-Japan, NBS, 1988. 2. IAEA., Characteristic of Solidified High Level Waste Products, Technical Report Series No. ] 87, IAEA,Vienna,1979. 3. IAEA., Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Form, Technical Report Series No. 257, IAEA, Vienna, 1985. 4. MENDEL J.E., The Fixation of High Level Waste in Glasses, PNL Richland, Washington 99352, 1985. 5. HORIE MISATO, Super High Temperature Method, Waste Management Seminar, Arizona, USA,2000 6.
HORIE MISATO, The Study of Partition and Solidification With Super High Temperature Method, Tokai Works, Japan, ]990.
7. DZEKUN E.E. et.all, Alternative Technique for High Level Radioactive Waste Partitioning, Moscow, Rusia, 1995 8. SOBOLEV I.A, et. All, Synthetic Melted Rock Type Materials, PNC TN 8420, Japan, 1995.
TANYAJAWAB M. Yazid
7
mengolah limbah aktivitas rendah di Korea. Oleh karena reduksi volume tinggi dan aspek keselamatan tinggi maka biaya disposal menjadi lebih murah karena harga lahan di Korea tinggi sekali . Secara keselamatan proses ini lebih murah dibnading sementasi di Korea. Demikian pula SHTM dibanding vitrifikasi yang melibatkan panas rata-rata hampir sam a, tapi pada vitrifikasi menambahkan bahan pembentuk gelas 10 kali berat nuklida hasi/ belah . Bahan yang ditambahkan (kapasitas yang diproses) dan frekuensi handling meningkat sehingga SHTM yang tanpa penambahan adit[! menjadi ekonomis prosesnya . - Untuk menyerap Cs digunakan air. Sukirno - Limbah yang divitrikasi limbah apa yang cocok untuk proses ini? - Waktu presentasi disebutkan Cs yang ada dipisahkan kenapa? Padahal Cs-137 misalnya yang harus dilihat satau dimobilisasi dengan proses tersebut. Herlan Martono - Limbah cair aktivitas tinggi dari proses olah ulang bahan bakar nuklir bekas (hasi/ belah yang terkontaminasi aktivida). Proses ini digunakan untuk mengolah limbah aktivitas rendah di Korea. Semua redionuklida larut dalam gelas, kecuali Najika melebihi 10% berat. Mo dan Pu jika melebihi 4% berat. - Pada vitrifikasi Cs dilihat oleh gelas. Oleh karena Cs ini mengakibatkan panas tinggi maka memperpanjang lama penyimpanan sementara. Untuk itu proses SHTM menghi/angkan Cs agar lama penyimpanan sementara dapat lebih pendek (berkurang 27 tahun). Penyimpanan sementara hasi/ vitrijikasi selama 50 tahun dengan sistem pendingin untuk menghindari devitrifikasi. Terjadinya devitrifikasi menaikkan laju pelindihan radionuklida dalam gelas.
- Teknologi SHTM dikabarkan lebih ekonomis, tapi baru ditinjau dari segi pasca pengolahan. Bagaimana dengan cost prosesnya apa sudah dipertimbangkan?
Prayitno
- Bagaimana teknologi menyulitkan?
- Fenomena yang terjadi didalam vitrifikasi dalam mengubah Cs da]am aktivitas tinggi.
untuk menyerap Cs yang
Herlan Martono - Pada saat ini peni/aian ekonomis tidak hanya dari segi proses saja, tetapi termasuk transportasi dan disposalnya. Sebagai contoh vitr[fikasi proses mahal digunakan untuk
- Bagaimana komponen lain yang tidak didukung dibawah suhu vitrifikasi dan diatas vitrifikasi, bagaimana cara penanganannya? Bagaimana penanganannya apabila pelucutan dari proses pendinginan penyimpanan?
Prosldlng PPI - PDIPTN 2006 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - SATAN Yogyakarta. 10 Juli 2006
terjadi tanpa
-8
ISSN 0216-3128
Herlan Martono - Unsur-unsur yang bukan pemben/uk kerangka gelas, maka unsur-unsur seperti Cs terperangkap didalam kerangka gelas. - Unsur lain juga seperti gambaI' no. I, kecuali Si dan B sebagai pembentuk kerangka gelas.
Her/all Mar/olio, Ai.\yah
- Pada pendinginan dalam penyimpanan sementara tidak ada radionuklida yang lerll/ClIl. Pendinginan dilakukan dengan udara pendinginan. Pada akhir sistem pendingi udara ada HEPAfilter.
KE DAFTAR ISI
Prosiding PPI - PDIPTN 2005 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2006