PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH BERPASANGAN DENGAN PASSING BAWAH KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING BAWAH DALAM PERMAINAN BOLA VOLI (Eksperimen pada Siswa Ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/ 2015) oleh; Aria Ardiansyah Rochim; 1 H. Agus Mulyadi, M.Pd.;2 H. Gumilar Mulya, M.Pd.;3 dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing I) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Dosen (Pembimbing II) Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang perbandingan latihan passing bawah berpasangan dengan ke dinding terhadap keterampilan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015 sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 20 orang. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan uji statistik, ternyata secara empirik latihan passing bawah berpasangan dengan ke dinding sama efektifnya terhadap keterampilan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. Berdasar pada hasil penelitian tersebut di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut. Para pelatih, guru, dan pembina olahraga bola voli hendaknya selalu memperhatikan teknik dasar khususnya passing bawah karena passing bawah dalam permainan bola voli merupakan salah satu faktor penentu kemenangan. Kata Kunci: Latihan, Passing Bawah Berpasangan, Passing Bawah ke Dinding Bola voli
1
2
A. PENDAHULUAN Salah satu cabang olahraga permainan yang paling dikenal dan digemari masyarakat Indonesia adalah permainan bola voli. Hal ini terbukti dengan banyaknya perkumpulan bola voli baik di kampung, desa, kecamatan, maupun di kota-kota besar, bahkan di sekolah-sekolah pun ada tim bola voli di setiap tingkat kelas dan juga tim yang mewakili sekolah. Selain itu sering pula kita saksikan pertandingan-pertandingan permainan bola voli yang diselenggarakan baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Sesuai dengan namanya, permainan bola voli pada awalnya merupakan olahraga rekreatif. Namun bila dilihat dari kenyataan di atas, selain merupakan olahraga rekreatif dewasa ini permainan bola voli juga merupakan olahraga kompetitif. Hal ini sejalan dengan pendapat Mamun dan Subroto (2001: 35) “Dalam perkembangannya, sekarang permainan bola voli telah menjadi olahraga kompetitif resmi yang selalu diperlombakan dalam setiap pesta olahraga. Orientasi pembinaannya lebih mengarah pada pencapaian prestasi. Akan tetapi nilai rekreasi tidak akan hilang bahkan akan selalu melekat”. Oleh karena orientasi pembinaannya lebih mengarah pada pencapaian prestasi, maka unsur-unsur dalam permainan bola voli mengalami perubahan. Menurut sejarahnya, perkembangan bola voli menyangkut empat hal pokok, yaitu: 1) teknik, 2) peraturan permainan, 3) sarana dan perlengkapan, dan 4) bentuk permainan. Dari keempat hal pokok di atas, unsur yang harus dimiliki atau dikuasai oleh pemain bola voli adalah teknik dan peraturan permainan. Teknikteknik dasar bola voli yang harus dikuasai oleh pemain bola voli menurut Mamun dan Subroto (2001: 51), adalah “1) servis, 2) passing, 3) umpan, 4) spike, 5) bendungan, dan 6) receive”. Setiap teknik tersebut mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda. Dan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Oleh karena itu setiap teknik tersebut terdiri atas beberapa jenis. Misalnya passing menurut Mamun dan Subroto (2001: 51), “berfungsi untuk menerima/memainkan bola yang datang dari daerah lawan atau teman seregu”. Passing menurut Mamun dan Subroto (2001: 53) terdiri atas 1) pass-bawah dan pass atas normal, 2) pass-bawah dan pass-atas ke depan pada bola rendah, 3) pass-bawah dan pass-atas bergeser diagonal 45 derajat ke depan, 4) pass-bawah dan pass-atas pada bola jauh di samping badan, 6) pass-bawah dan pass-atas dengan bergerak mundur, 7) pass-bawah dan pass-atas dengan bergerak mundur 45 derajat, pass-bawah dan pass-atas ke belakang.
3
Dalam konteks pendidikan, olahraga bola voli merupakan bagian dari mata rantai materi pendidikan jasmani atau dengan kata lain olahraga bola voli merupakan salah satu jenis olahraga permainan yang merupakan bagian dari materi pendidikan jasmani secara keseluruhan. Menurut Mamun dan Subroto (2001: 40). Pendidikan jasmani diarahkan pada dua sasaran utama, yaitu pertama pemberian pendidikan gerak bagi anak agar kemampuan geraknya berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan usianya; kedua, memanfaatkan aktivitas jasmani sebagai arena atau wahana pendidikan untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada pada setiap diri anak ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Materi yang harus diberikan dalam pembelajaran permainan bola voli adalah semua hal yang menyangkut teknik keterampilan dasar dalam permainan bola voli. Sesuai dengan sasaran kedua, pelaksanaan pembelajaran permainan bola voli bisa dilaksanakan melalui program intrakurikuler dan program ekstrakurikuler. Dengan program tersebut, diharapkan siswa yang memiliki bakat dan potensi dalam permainan bola voli memperoleh kesempatan mengembangkannya sehingga ia mencapai prestasi yang memuaskan dalam hal permainan bola voli tersebut. Sesuai dengan perkembangan usianya dan sesuai dengan tingkat kesulitan dari setiap teknik dasar permainan bola voli, serta sesuai dengan kesanggupan fisiknya untuk melakukan gerakan fisik, teknik passing yang sering dilakukan oleh para siswa sekolah menengah adalah teknik passing bawah. Namun demikian masih banyak siswa sekolah menengah pertama yang tidak berani melakukan gerakan passing ini pada saat dia bermain bola voli, walaupun sebenarnya teknik pass bawah itu adalah salah satu teknik dasar yang dominan karena merupakan kunci
untuk bertahan, menerima, dan
memainkan bola yang datang dari daerah lawan atau teman seregu. Atau dengan kata lain passing itu sangat dominan karena ia merupakan kunci untuk mempertahankan hidupnya suatu permainan. Untuk mengatasi hal seperti itu diperlukan suatu teknik atau metode pelatihan atau pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik gerakan passing dan karakteristik siswanya itu sendiri. Berkaitan dengan upaya meningkatkan keterampilan passing Suharno (1979: 3031) mengemukakan bahwa “cara-cara melatih seseorang pemain bola voli melakukan passing di antaranya latihan pass berpasangan atau latihan pass ke dinding”. Dalam hal ini penulis berpraduga bahwa hasil latihan dari kedua bentuk latihan tersebut terhadap
4
keterampilan passing bawah pada siswa sekolah menengah, tentunya akan berbeda. Dengan demikian pengaruh dari kedua bentuk latihan tersebut terhadap keterampilan passing bawah akan berbeda pula. Bertolak dari paparan di atas, penulis tertarik untuk mencobakan bentuk latihan passing bawah dengan cara berpasangan dengan ke dinding pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. Penulis berharap hasil latihan passing bawah dengan bentuk latihan seperti yang dikemukakan di atas akan lebih baik, dan ini merupakan salah satu upaya penulis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran permainan bola voli di sekolah menengah pertama.
B. PROSEDUR PENELITIAN Metode Penelitian Hampir semua penelitian mempunyai hipotesis yang perlu diuji kebenarannya secara empiris karena hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah penelitian. Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang penulis ajukan, penulis melakukan penelitian melalui ujicoba atau eksperimen untuk melihat suatu hasil (keterampilan passing bawah) sebagai akibat melakukan latihan passing bawah berpasangan dan ke dinding. Oleh karena itu metode penelitian yang penulis gunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode eksperimen. Pengertian metode eksperimen diungkapkan Prof. Dr. Sugiyono (2014: 107) sebagai berikut.”Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan (treatment)”. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam suatu penelitian eksperimen diperlukan adanya suatu faktor yang diujicobakan. Faktor yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah latihan passing bawah berpasangan dan ke dinding. Kedua bentuk metode latihan itu diharapkan dapat memberikan suatu hasil yang dapat menunjukkan hubungan kausal dari variabel-variabel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis menghadapi dua kelompok subjek yang diteliti, yaitu kelompok A yang diberi latihan passing bawah berpasangan dan kelompok B yang diberi latihan passing bawah ke dinding selama 18 pertemuan termasuk pretest dan postest.
5
Variabel Penelitian Menurut Arikunto (1988: 99) variabel adalah “objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Selanjutnya Arikunto (1988: 101) menjelaskan bahwa “variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab variabel bebas atau independen variabel (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat dari dependen variabel (Y). Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat, yaitu Variabel bebasnya adalah latihan : 1. Passing bawah berpasangan 2. Passing bawah ke dinding Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam upaya memperoleh data dalam sebuah penelitian. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah tes. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurhasan (1999: 1.3) yang mengemukakan bahwa “Sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau objek”. Data yang diperoleh dari tes dalam proses pendidikan mencakup ranah kognitif, afektif, dan motorik. Data atau informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun melalui tes khusus. Menurut Nurhasan (1999: 1.4) data/informasi yang bersifat motorik dapat dihimpun antara lain melalui tes kemampuan gerak dasar, tes kemampuan fungsional, tes cardio vaskuler, dan tes keterampilan. Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dari eksperimen ini, maka instrumen pengumpulan data yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini ialah Tes Keterampilan Bola Voli yang dikeluarkan oleh Pusat Kesegaran Jasmani Departemen”. Butir tes yang digunakan adalah keterampilan passing bawah dengan validitas 0,733 dan reliabilitas 0,758. tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan dalam melakukan pass-bawah selama 60 detik. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kelompok subjek yang akan di jadikan objek penelitian. Pengertian populasi menurut Arikunto (2013 : 173) Mengemukakan bahwa “populasi
6
adalah keseluruhan subjek penelitian” sedangkan populasi menurut Sugiyono (1999: 72) adalah “Generalisasi yang terdiri objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulan”. Sebelum menetapkan sampel penelitian terlebih dahulu harus menentukan tujuan dari penyelidikan dan memperhatikan apakah populasi pada umumnya dianggap homogen atau heterogen seperti misalnya umur, jenis kelamin dan sebagainya yang dianggap perlu untuk penyelidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015 yang berjumlah 40 orang. Menurut Arikunto (2013 : 174) Mengemukakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti”. Karena tidak semua populasi akan diteliti, maka sampelnya diambil sebanyak 20 orang. Penentuan sampel ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Arikunto (2013 : 183) Mengemukakan bahwa “sampel bertujuan atau purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan dari atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu. Sejalan dengan Arikunto, Menurut Sugiyono (2012:117) pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan berdasarkan kriteria–kriteria atau pertimbangan tertentu. Rancangan Pengolahan Data Setelah data berupa skor hasil tes diperoleh, maka skor tersebut disusun, diolah dan dianalisis kebermaknaannya. Untuk itu penulis menggunakan suatu pendekatan statistika yang sesuai dengan data yang diperoleh. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam mengolah data tersebut, dapat penulis paparkan di bawah ini: 1. Membuat distribusi frekuensi, langkah-langkahnya adalah : a. Menentukan rentang (R = skor tertinggi – skor terendah) b. Menentukan kelas interval (K = 1 + 3,3 log n) c. Menentukan panjang interval (P = R ) K
2. Menghitung skor rata-rata (mean) dari masing-masing data, rumus yang digunakan adalah :
7
fi ci X = o + P fi
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : X = nilai rata-rata yang dicari
= sigma atau jumlah fi = frekuensi ci = deviasi atau simpangan o = titik tengah skor yang membuat tanda kelas dh nilai c = 0 P = panjang kelas interval
3. Menghitung standar deviasi atau simpangan baku, rumus yang digunakan adalah : S = P
n fi ci 2 ( fi ci) 2 n (n 1)
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : S = standar deviasi yang dicari n
= jumlah sampel (n = fi)
P = panjang kelas interval fi = frekuensi ci = deviasi atau simpangan 4. Menghitung varians dari masing-masing tes, rumus yang digunakan adalah :
n fi ci 2 ( fi ci) 2 S2 = P2 n (n 1)
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : S2 = varians yang dicari P2 = panjang kelas interval dikuadratkan n
= jumlah sampel (n = fi)
fi = frekuensi ci = deviasi atau simpangan 5. Menguji normalitas data dari setiap tes melalui penghitungan statistik 2(Chi– kuadrat), rumus yang digunakan adalah :
8
2 =
k
i 1
(Oi Ei) 2 Ei
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : 2 = Chi–kuadrat (lambang yang menyatakan nilai normalitas) Oi = frekuensi nyata atau nilai observasi/pengamatan Ei = frekuensi teoretik atau ekspektasi, yaitu luas kelas interval dikalikan dengan jumlah sampel (n). Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi chi–kuadrat (2) dengan taraf nyata = 0,05 dan dk = k – 3. Apabila 2 (1 – ), (k – 3) atau 2 tabel dari daftar chi– kuadrat (2) lebih besar atau sama dengan hasil penghitungan statistika 2, maka data-data dari setiap tes itu berdistribusi normal dapat diterima, untuk harga 2 lainnya ditolak. 6. Menguji homogenitas dari data setiap tes melalui penghitungan statistik F, rumus yang digunakan adalah : F =
Varians terbesar Varians terkecil
Kriteria pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata = 0,05 dan dk = n – 1. Apabila nilai Fhitung lebih kecil atau sama dengan Ftabel distribusi atau F F ½ (v1, v2), maka data dari kelompok tes itu homogen.
F ½ (v1, v2)
didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½ . Sedangkan derajat kebebasan (dk) v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan dk penyebut = n. 7. Menguji diterima atau ditolaknya hipotesis melalui pendekatan uji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak (uji t`). Apabila data tersebut berdistribusi normal dan homogen, maka rumus yang digunakan adalah :
X1 X 2
t S
S =
1 1 n1 n 2
(n1 1) S12 (n 2 1) S22 n1 n 2 2
9
Arti tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : t` = nilai signifikansi yang dicari X 1 = skor rata-rata dari tes awal atau variabel I X 2 = skor rata-rata dari tes akhir atau variabel II
S = simpangan baku gabungan n
= jumlah sampel
S 12 = varians sampel tes awal atau variabel I S22 = varians sampel tes akhir atau variabel I
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis (Ho) jika –t (1 – )< t < t (1 – ), dimana – t (1 – ) didapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1 – n2 – 2 dan peluang (1 – ½ ). Taraf nyata () = 0.05 atau tingkat kepercayaan 95%. Untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penghitungan secara statistik sebagaimana diungkapkan di atas, ternyata secara empirik latihan passing bawah berpasangan sama efektifnya dengan latihan passing bawh ke dinding untuk meningkatkan keterampilan melakukan passing bawah. Latihan passing bawah berpasangan dan latihan passing bawah ke dinding dalam penelitian ini dilakukan secara sistematis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip latihan yang benar. Hal ini akan memberi dampak atau pengaruh yang positif terhadap keterampilan melakukan passing bawah dalam permainan bola voli. Latihan passing bawah berpasangan merupakan salah satu metode latihan yang menekankan pada latihan kerjasama yang mendukung terciptanya prestasi berbagai cabang olah raga, termasuk di dalamnya permainan bola voli. Karena itu latihan passing bawah berpasangan bisa digunakan sebagai penunjang latihan teknik dasar dan taktik. Jika seseorang melakukan kegiatan dengan sistematis dan berulang-ulang serta menambah beban setiap kali melakukannya, maka dalam diri pelakunya akan terjadi perubahan terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukannya. Misalnya jika seseorang melakukan gerakan passing bawah secara sistematis dan berulang-ulang serta menambah beban latihan makin hari makin meningkat maka keterampilan melakukan gerakan passing bawah orang tersebut akan meningkat.
10
Latihan passing bawah berpasangan dan latihan passing ke dinding merupakan bentuk latihan yang dapat meningkatkan keterampilan passing bawah. Namun demikian, kedua bentuk latihan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula. Perbedaan ini tentunya akan menimbulkan efek yang berbeda pula terhadap hasil latihannya. Keuntungan latihan passing ke dinding adalah arah bolanya ditentukan sendiri sehingga baik tidaknya pengembalian bola tergantung dari arah atau tinggi rendahnya bola pada saat melakukan passing pertama karena sudut datang sama dengan sudut pantul. Siswa bisa melakukan passing bawah sesuai dengan arah yang diinginkannya karena ia sendiri yang menentukan datangnya bola. Gerakan passing bawah yang dilakukannya akan sesuai dengan gerakan pada waktu ia melakukan umpan. Dengan demikian siswa tersebut dapat melakukan passing bawahnya secara berulang-ulang. Kelemahan latihan passing ke dinding adalah jika siswa melakukan passing bawah yang pertama salah, maka arah bolanya tidak kembali pada siswa tersebut. Hal ini akan berakibat pengulangan gerak passing bawah
yang dilakukannya kurang
intensif. Siswa harus mengambil bola hasil pass-nya yang arahnya tidak terarah kepada siswa sehingga waktu aktif latihan siswa tersebut tidak efektif. Keuntungan dari latihan passing bawah berpasangan adalah siswa dapat melakukan passing bawah sesuai dengan bola yang di pass oleh temannya. Tinggi rendahnya bola maupun jarak antara siswa dengan pasangannya, akan menyerupai permainan bola voli yang sebenarnya. Dalam hal ini secara tidak langsung siswa tersebut sedang berlatih mengambil posisi yang berubah-ubah sesuai dengan tinggi rendahnya bola yang diberikan pasangannya. Kelemahan dari latihan passing bawah berpasangan adalah arah bola ditentukan oleh temannya sehingga apabila pengembalian bola dari temannya salah maka aktivitas belajar/ latihannya pun tidak efektif. Dalam hal ini siswa tidak akan dapat melakukan gerakan passing bawah secara berulang-ulang, karena bola yang diberikan temannya tidak terjangkau. Siswa yang sudah memiliki keterampilan passing dengan baik akan merasa jenuh sehingga peningkatan keterampilannya akan terhambat jika mendapat pasangan yang kurang terampil. Dalam penelitian ini, kelemahan-kelemahan dari kedua bentuk latihan tersebut teratasi dengan cara pelatih selalu memperhatikan dan memberi arahan kepada siswa
11
tentang pelaksanaan latihan yang benar. Dalam pelaksanaannya, siswa terlihat senang dan bersemangat melakukannya sehingga waktu latihan efektif dan pengaruh dari latihan tersebut terlihat positif. Keterampilan passing bawah siswa peserta latihan secara kasat mata terlihat meningkat. Dengan demikian kedua bentuk latihan tersebut efektif digunakan sebagai upaya meningkatkan keterampilan passing bawah siswa, dengan catatan pelatih atau guru harus memberikan perhatian yang maksimal, sebagai upaya mengurangi kelemahan dari kedua bentuk latihan tersebut. D. PENUTUP Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang diperoleh melalui tes keterampilan passing bawah dengan menggunakan tes passing bawah yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir, penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh yang berarti latihan passing bawah berpasangan terhadap keterampilan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. 2. Terdapat pengaruh yang berarti latihan passing bawah ke dinding terhadap keterampilan passing bawah dalam permainan bola voli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. 3. Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang berarti antara latihan passing bawah berpasangan dengan ke dinding terhadap keterampilan passing bawah dalam permainan bolavoli pada siswa ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 10 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2014/ 2015. Kedua bentuk latihan tersebut sama efektifnya. Saran Berdasarkan hasil penelitian seperti yang dikemukakan di atas, penulis mengajukan beberapa saran kepada semua pihak yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut. 1. Para pelatih, guru, dan pembina olahraga bola voli hendaknya selalu memperhatikan teknik dasar khususnya passing bawah karena passing bawah dalam permainan bola voli merupakan salah satu faktor penentu kemenangan.
12
2. Latihan yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan melakukan passing bawah ini adalah latihan passing berpasangan yang ditambah dengan latihan passing bawah ke dinding. Karena itu, kedua latihan tersebut hendaknya dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka memilih metode latihan untuk meningkatkan keterampilan passing bawah, supaya latihan yang dilakukan tidak sia-sia. 3. Yang berminat akan masalah dalam penelitian ini, hendaknya menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan cara menerapkannya dalam melaksanakan pelatihan dan melakukan penelitian lebih lanjut dengan objek yang ditelitinya lebih luas dan bervariasi. E. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara. Bachtiar, dkk. 2001. Permainan Besar II Bola Voli dan Bola tangan. Universitas Terbuka.
Jakarta
Badriah, Dewi, Laelatul. 2002. Fisiologi Olahraga dalam Perspektif Teoretis dan Praktik. Bandung: Pustaka Ramadhan. Bompa, Tudor O. 1983. Theory and Methadology of Training. Kandal / Hunt Pusblishing Company : Dubugue, Lowa. Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma. Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik (Diktat). Bandung. Mamun, Amung dan Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola Vol. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga. Maryanto, Amir. 1998. Pedoman Melatih Bola voli. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta. Noer, Hamidsyah H. 1996. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Dikdasmen. Nurhasan dan Abdul Narlan. 1999. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas .2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sudjana, Nana. 1989. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
13
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suharno. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakrta: FPOK IKIP Yogyakarta. Suhendro, Andi, dkk. 2001. Dasar-dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. Surakhmad, Winarno. 1998. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito.