PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH DENGAN PENDEKATAN INCOME STATEMENT APPROACH DAN VALUE ADDED APPROACH (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto Program Studi Ekonomi Islam, Fak. Syariah IAIN Walisongo Semarang Email:
[email protected] Abstract Purpose of this study was to obtain empirical evidence regarding differences in the financial performance of Islamic banking with the income statement approach to value added seen from the ratio of ROA, ROE, the ratio between the total net income to total earning assets, NPM, and BOPO. The study population was listed Islamic bank in Indonesia with the bank during the study period from 2003 to 2010. Analytical methods used are t test different. Based on the results of hypothesis testing showed that the average ratio of ROA, ROE, the ratio between the total net income to total earning assets, NPM, and BOPO differ significantly between the income approach to valueadded approach. Likewise, the overall performance. Keywords: income approach, value-added approach, performance, Islamic banks Abstrak Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah dilihat dari rasio ROA, ROE, rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan BOPO. Populasi penelitian adalah bank syariah yang terdaftar di bank Indonesia dengan periode penelitian selama tahun 2003 – 2010. Metode analisis yang digunakan adalah uji beda t. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rata-rata rasio ROA, ROE, rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan BOPO berbeda secara signifikan antara pendekatan laba rugi dengan pendekatan nilai tambah. Demikian juga dengan kinerja secara keseluruhan. Kata kunci: pendekatan laba rugi, pendekatan nilai tambah, kinerja, bank syariah Latar Belakang Terbitnya UU No. 10/1998 tentang Perbankan, yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 7/1992, memicu perkembangan perbankan syariah. UU yang memberi peluang diterapkannya Dual Banking System dalam perbankan nasional ini dengan cepat telah mendorong dibukanya divisi syariah di sejumlah bank konvensional
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
47
(Nasrullah, 2004). Secara umum yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional ada dua hal. Pertama, hubungan antara bank dan nasabah. Hubungan bank syariah dan nasabah tercakup dalam perjanjian (akad) yang menempatkan bank syariah dan nasabah sebagai mitra sejajar dengan hak (manfaat), kewajiban dan tanggungjawab (risiko) yang berimbang. Kedua, bahwa bank syariah beroperasi berdasarkan konsep muamalah Islam yang menganjurkan keadilan dan keterbukaan serta melarang tindakan yang tidak sesuai dengan syariah Islam (Winiharto, 2004). Adanya persaingan antar bank membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan sebuah bank. Dampak positifnya adalah memotivasi agar bank saling berpacu menjadi yang terbaik. Sedangkan dampak negatifnya adalah kekalahan dalam persaingan dapat menghambat laju perkembangan bank yang bersangkutan (Wahyudi, 2005). Langkah strategis yang dapat ditempuh oleh bank dalam rangka memenangkan persaingan, salah satunya adalah dengan cara meningkatkan kinerja keuangan. Peningkatan kinerja keuangan mempunyai dampak yang luar biasa kepada usaha menjaga kepercayaan nasabah agar tetap setia menggunakan jasanya. Prinsip utama yang harus dikembangkan oleh bank syariah dalam meningkatkan kinerja keuangan adalah kemampuan bank syariah dalam melakukan pengelolaan dana (Wahyudi, 2005). Penilaian kinerja keuangan bank syariah dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan. Salah satunya dengan menganalisis tingkat profitabilitas bank syariah yang bersangkutan, dengan menggunakan rasio Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif. Kaitannya dengan kinerja keuangan bank syariah, dengan belum dimasukkannya laporan nilai tambah sebagai laporan keuangan tambahan dalam laporan keuangan bank syariah, maka selama ini analisis kinerja keuangan bank syariah hanya didasarkan pada neraca dan laporan laba rugi saja. Hal ini menyebabkan hasil analisis belum menunjukkan hasil yang tepat, karena laporan laba rugi merupakan laporan yang lebih memperhatikan kepentingan direct stakeholders (pemilik modal), berupa pencapaian profit yang maksimal, dengan mengesampingkan kepentingan dari pihak lain (karyawan, masyarakat, sosial dan pemerintah). Sehingga profit yang diperoleh distribusinya hanya sebatas kepada direct stakeholders (pemilik modal) saja. Sementara dengan laporan nilai tambah kemampuan bank syariah dalam menghasilkan profitabilitas dihitung dengan juga memperhatikan kontribusi pihak lain seperti karyawan, masyarakat, pemerintah dan lingkungan. Sehingga profit yang diperoleh dalam distribusinya tidak hanya sebatas pada direct stakeholders saja melainkan juga kepada indirect stakeholders (Wahyudi, 2005). Mengacu pada penelitian sebelumnya (Wahyudi, 2005; Rindawati, 2003; Rahmawati, 2010; dan Sulistri, 2010), bahwa pendekatan nilai tambah lebih menekankan pada pendistribusian bagi hasil secara adil, sedangkan pendekatan laba
48
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
rugi hanya kepada pemilik modal saja. sehingga berdasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menambahkan beberapa variabel untuk diuji lebih lanjut, yaitu rasio NPM dan BOPO. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengkaji kinerja keuangan perbankan syariah jika dihitung dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah dan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah jika dihitung dengan pendekatan laba rugi dan nilai tambah dilihat dari rasio ROA, ROE, rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan BOPO. Telaah Pustaka Laporan Keuangan Bank Syariah Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan keuangan atas kegiatan komersial dan/atau sosial. Laporan keuangan kegiatan komersial meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, Misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan perubahan ekuitas), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Di samping itu juga termasuk, skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, Misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis (PSAK Akuntansi Syariah, par 7). Definisi laporan keuangan dalam akuntansi bank syariah adalah laporan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank Islam itu dari masalah investasinya, apakah ekonomi atau sosial (Muhammad, 2005). Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan (pengguna laporan keuangan) dalam pengambilan keputusan ekonomi yang rasional, seperti (Muhammad, 2005): Shahibul maal/pemilik dana, Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana, Pembayar zakat, infak, dan shadaqah, Pemegang saham, Otoritas pengawasan, Bank Indonesia, Pemerintah, Lembaga penjamin simpanan, dan Masyarakat Syariah Enterprise Theory (SET): Tuhan sebagai Pusat Penekanan dalam Islam adalah bahwa pertumbuhan ekonomi harus mengarah pada keadilan sosial dan distribusi yang lebih adil dari kekuasaan dan kekayaan. Konsep Islam tentang persaudaraan, kesetaraan dan keadilan menyiratkan adanya kebijakan redistribusi dan transfer sumber daya di antara berbagai kelompok di masyarakat. Sebuah Value added Statement menunjukkan bagaimana manfaat dari upaya perusahaan yang sedang bersama antara karyawan, pemegang saham, pemerintah
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
49
dan perusahaan itu sendiri, mungkin akan sangat berguna bagi umat Islam. Distribusi kekayaan antara sektor masyarakat yang berbeda, menurut definisi, masalah kepentingan sosial dan inilah karakteristik dari Value added Statement yang mendukung akuntabilitas dalam Islam. Dengan demikian, laporan nilai tambah dapat dianggap sejalan dengan konsep keadilan dan kerja sama yang menyebarkan Islam daripada laporan laba rugi (Sulaiman, 2001). Syariah Enterprise Theory (SET) menurut Triyuwono (2003) dikembangkan berdasarkan pada metafora zakat yang berkarakter keseimbangan. Dalam syariah Islam, bentuk keseimbangan tersebut secara konkrit diwujudkan dalam salah satu bentuk ibadah, yaitu zakat. Zakat secara implisit mengandung nilai egoistik-altruistik, materispiritual, dan individu-jamaah. Konsekuensi dari nilai keseimbangan ini menyebabkan SET tidak hanya peduli pada kepentingan individu (dalam hal ini pemegang saham), tetapi juga pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu, SET memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders yang luas. Menurut SET, stakeholders meliputi Tuhan, manusia, dan alam. Tuhan merupakan pihak paling tinggi dan menjadi satu-satunya tujuan hidup manusia. Dengan menempatkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi, maka tali penghubung agar akuntansi syariah tetap bertujuan pada membangkitkan kesadaran ke-Tuhan-an para penggunanya tetap terjamin. Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi akuntansi syariah. Intinya adalah bahwa dengan sunnatullah ini, akuntansi syariah hanya dibangun berdasarkan pada tata-aturan atau hukum-hukum Tuhan. Stakeholder kedua dari SET adalah manusia. Di sini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu direct-stakeholders dan indirect–stakeholders. Direct-stakeholders adalah pihak-pihak yang secara langsung memberikan kontribusi pada perusahaan, baik dalam bentuk kontribusi keuangan maupun non-keuangan. Karena mereka telah memberikan kontribusi kepada perusahaan, maka mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Sementara, yang dimaksud dengan indirect-stakeholders adalah pihak-pihak yang sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada perusahaan, tetapi secara syariah mereka adalah pihak yang memiliki hak untuk mendapatkan kesejahteraan dari perusahaan. Golongan stakeholder terakhir dari SET adalah alam. Alam adalah pihak yang memberikan kontribusi bagi mati-hidupnya perusahaan sebagaimana pihak Tuhan dan manusia. Perusahaan eksis secara fisik karena didirikan di atas bumi, menggunakan energi yang tersebar di alam, memproduksi dengan menggunakan bahan baku dari alam, memberikan jasa kepada pihak lain dengan menggunakan energi yang tersedia di alam, dan lain-lainnya. Namun demikian, alam tidak menghendaki distribusi kesejahteraan dari perusahaan dalam bentuk uang sebagaimana yang diinginkan manusia. Wujud distribusi kesejahteraan berupa kepedulian perusahaan terhadap kelestarian alam, pencegahan pencemaran, dan lain-lainnya. Penjelasan singkat di atas secara implisit dapat dipahami bahwa SET tidak
50
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
mendudukkan manusia sebagai pusat dari segala sesuatu sebagaimana dipahami oleh antroposentrisme. Tapi sebaliknya, SET menempatkan Tuhan sebagai pusat dari segala sesuatu. Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, manusia di sini hanya sebagai wakil-Nya (khalitullah fil ardh) yang memiliki konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Tuhan. Tentu saja konsep SET sangat berbeda dengan ET yang menempatkan manusia – dalam hal ini stockholders–sebagai pusat. Dalam konteks ini kesejahteraan hanya semata-mata dikonsentrasikan pada stockholders. SET juga berbeda dengan Enterprise Theory yang meskipun stakeholders-nya lebih luas dibanding dengan ET, tetapi stakeholders di sini tetap dalam pengertian manusia sebagai pusat. Laporan Nilai Tambah Syariah Sebagai konsekuensi menerima SET, maka akuntansi syariah tidak lagi menggunakan konsep income dalam pengertian laba, tetapi menggunakan nilai tambah. Dalam pengertian yang sederhana dan konvensional, nilai tambah adalah selisih lebih dari harga jual keluaran yang terjual dengan costs masukan yang terdiri dari bahan baku dan jasa yang dibutuhkan (Baydoun & Willett, 1994; Collins, 1994; Wurgler, 2000, dalam Triyuwono, 2003). Value added Statement (VAR) atau Laporan Nilai Tambah berkaitan juga dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikan. Value added Statement ini sebenarnya menutupi kekurangan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, karena semua laporan ini gagal memberikan informasi total produktivitas dari perusahaan. VAR berusaha untuk mengisi kekurangan ini ditambah dengan memberikan informasi tentang kompensasi yang diberikan kepada pegawai dan mereka yang berkepentingan (stakeholders) lainnya terhadap informasi perusahaan. Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR menekankan pada upaya menghasilkan kekayaan. Karena laba pemegang saham, biasanya hanya menggambarkan hak atau kepentingan pemegang saham saja bukan seluruh tim yang ikut terlibat dalam kegiatan perusahaan. Value added adalah kenaikan nilai kekayaan yang dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah. Value added tidak sama dengan laba. Kesadaran akan pentingnya VAR ini sejalan dengan peralihan penekanan tujuan manajemen dari pertama-tama memaksimalkan profit kepada pemilik modal, ke memaksimalkan nilai tambah kepada stakeholders. Masyarakat yang semakin menyadari pentingnya keadilan sosial juga merupakan salah satu penyebab munculnya VAR ini karena dianggap lebih adil dan lebih demokratis. VAR ini merupakan alternatif pengganti laporan laba rugi dalam akuntansi konvensional. Dimana Baydoun dan Willet menjelaskan bahwa VAR merupakan laporan keuangan yang lebih menerapkan prinsip full disclosure dan didorong dengan
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
51
kesadaran moral dan etika. Karena prinsip full disclosure paling tidak mencerminkan kepekaan manajemen terhadap proses aktivitas bisnis terhadap pihak-pihak yang terlibat didalamnya, sehingga kepekaan itu diwujudkan dalam informasi akuntansi melalui distribusi pendapatan yang lebih adil. Artinya bahwa dengan VAR perusahaan telah merubah mainstream tujuan akuntansinya dari decision making yang kabur bergeser ke pertanggungjawaban sosial. Konsep VAR merupakan salah satu bukti pelaporan yang menggambarkan nilai-nilai Islam. Beberapa kegunaan dari VAR ini yaitu (Harahap, 2006): 1) Konsep ini dinilai objektif sehingga dianggap sebagai informasi yang absah sebagai dasar menghitung penghargaan dalam nilai uang. 2) Pertambahan nilai kotor merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui angka reinvestasi (laba ditahan dan penyusutan). 3) Laporan ini dianggap dapat menjembatani kepentingan akuntansi dan ekonomi dengan mengungkapkan jumlah kekayaan dalam pengukuran pendapatan nasional. 4) Pertambahan nilai bersih bisa menjadi dasar distribusi kekayaan bukan pertambahan nilai kotor saja. 4) Pertambahan nilai bersih sangat cocok menjadi dasar perhitungan bonus produktivitas tenaga kerja dengan memberikan penyisihan pada perubahan modal. 5) Dengan mengurangkan biaya penyusutan akan menghindari double counting yang bisa terjadi jika ada pertukaran aktiva antara dua perusahaan. 6) Pertambahan nilai bersih sangat menguntungkan bagi konsep laba untuk semua. Ini akan mendorong spirit team atau sense of belonging dalam perusahaan. Masing-masing pihak mengetahui kontribusinya dalam proses peningkatan kekayaan perusahaan. 7) Mestinya remunerasi karyawan tidak hanya berasal dari gaji tetapi juga kenaikan kekayaan, ini konsep baru dalam dunia bisnis modern. Informasi untuk kepentingan ini disupplay oleh VAR. 8) Dapat menjadi media peramalan yang baik bagi peristiwa ekonomi yang dapat mempengaruhi kesehatan perusahaan. Namun disamping keunggulannya ada juga beberapa keterbatasan VAR yaitu (Harahap, 2006): 1) Tidak semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan pertambahan nilai itu merasa senang bekerjasama dengan yang lain. Tidak jarang justru ada konflik, sehingga laporan ini justru bisa menimbulkan atau mempertajam konflik. 2) Ada kemungkinan dengan adanya VAR ini manajemen salah tanggap seolah ingin memaksimasi pertambahan nilai. Padahal sikap ini bisa menimbulkan inefisiensi. 3) Kesalahan penafsiran terhadap pertambahan nilai dapat menimbulkan kepalsuan pendapat. 4) Kenaikan pertambahan nilai dianggap kenaikan laba. 5) Kenaikan pertambahan nilai per unit dianggap otomatis bermanfaat bagi pemegang saham. 6) Seolah dianggap bisa mengidentifikasi distribusi yang adil atas perubahan pertambahan nilai. 7) Pertambahan nilai yang tinggi untuk tenaga kerja per unit dianggap merupakan prestasi ekonomi yang baik. 8) Share tenaga kerja yang besar atas pertambahan nilai tidak berhak mendapatkan gaji yang tinggi. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu tentang konsep kinerja keuangan
52
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
perbankan syariah. Penelitian Wahyudi (2005) kinerja keuangan bank syariah membuktikan bahwa kinerja keuangan bank yang dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai tambah menghasilkan nilai rasio yang lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan pendekatan lainnya. Hal ini disebabkan adanya perbedaan konstruksi dan konsep dari teori akuntansi kedua pendekatan tersebut. Penelitian Rindawati (2003) tentang analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio ROA, ROE, LDR dan BOPO antara perbankan syariah dan perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini dibuktikan bahwa kualitas ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional, yang artinya kemampuan perbankan syariah dalam memperoleh laba berdasarkan aset dan modal yang dimilki masih dibawah perbankan konvensional. Selain itu kinerja perbankan syariah lebih buruk dibandingkan kinerja perbankan konvensional, serta perbankan syariah memilki rasio LDR yang secara signifikan lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan perbankan konvensional. Penelitian Rahmawati (2008) tentang analisis komparasi kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional. Hasil penelitian membuktikan bahwa dilihat dari rasio likuiditas dan efisiensinya bank konvensional menunjukkan kinerja yang lebih baik, dari rasio solvabilitas kinerja bank syariah lebih baik, sedangkan dari rasio rentabilitas kedua bank menunjukkan kinerja yang baik. Penelitian Sulistri (2010) tentang analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perbankan syariah tahun 2003-2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbankan syariah mempunyai nilai yang baik jika ditinjau dari rasio likuiditas dan rentabilitas, sedangkan jika dilihat dari rasio CAMEL kinerja keuangan perbankan syariah masih menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Kerangka Pemikiran Analisis kinerja keuangan bank syariah dapat ditinjau dari aspek besar atau kecilnya rasio kinerja keuangan bank syariah yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan rasio perbandingan antara total laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan BOPO. Analisis kinerja keuangan bank syariah didasarkan pada laporan keuangan, yang meliputi neraca dan laporan laba rugi yang disajikan oleh manajemen bank syariah. Neraca dan laporan laba rugi bank syariah disusun menggunakan pedoman PSAK Akuntansi Syariah. Jika ditinjau secara seksama PSAK Akuntansi Syariah tidak sepenuhnya sesuai dengan karakteristik bank syariah. Hal ini tampak pada laporan keuangan bank syariah yang masih bersifat stakeholders oriented. Kondisi ini tidak selaras dengan pendapat para pakar akuntansi syariah, bahwa tujuan laporan keuangan bisnis syariah tidak sebatas pada direct stakeholders saja melainkan kepada indirect stakeholders. Hal ini untuk memenuhi tujuan dari akuntansi syariah yaitu pemenuhan kewajiban kepada Allah, lingkungan sosial, individu oleh pihak yang terlibat dalam
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
53
kegiatan ekonomi dan membantu mencapai keadilan. Oleh sebab itu upaya untuk mengetahui kinerja keuangan lembaga ekonomi syariah termasuk dalam hal ini adalah Bank Syariah, tidak cukup hanya didasarkan pada Laporan Laba Rugi saja tetapi juga perlu didasarkan pada Laporan Nilai Tambah, agar diketahui secara riil kinerja keuangan yang telah dihasilkan. Kerangka pemikiran disajikan pada gambar 1. Gambar 1 Kerangka Pemikiran Kinerja Keuangan Bank Syari’ah (ROA, ROE, TOTAL LABA BERSIH, TOT AKTIVA PROD, NPM, BOPO)
Income Statemen Approach (ISA) Uji Beda Value Added Statement (VAA)
Pengembangan Hipotesis Hipotesis 1 (H1): Perbedaan Rasio ROA ROA merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan asset (Sulistri, 2010). Dalam penelitian Rindawati (2003) kualitas ROA bank syariah lebih rendah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal. Berbeda dengan penelitian Rahmawati (2008) yang membuktikan kinerja ROA bank syariah tergolong cukup baik meskipun mengalami penurunan. Wahyudi (2005) juga membuktikan rasio ROA dengan menggunakan pendekatan laba rugi pada kondisi yang sehat. Sedangkan rasio ROA dengan menggunakan pendekatan nilai tambah menunjukkan peningkatan, hal ini dikarenakan dalam perhitungan nilai tambah dipengaruhi adanya harga pokok input dan depresiasi. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 1 : Terdapat perbedaan rasio ROA pada perbankan syariah, berdasarkan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hipotesis 2 (H2): Perbedaan Rasio ROE ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total modal. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik (Rahmawati, 2008). Dalam penelitian Rindawati (2003) kualitas ROE bank syariah lebih rendah jika 54
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
dibandingkan dengan bank konvensional. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal. Berbeda dengan penelitian Rahmawati (2008) yang membuktikan kinerja ROE bank syariah tergolong cukup baik meskipun mengalami penurunan. Wahyudi (2005) membuktikan rasio ROE dengan menggunakan pendekatan laba rugi pada kondisi yang sehat. Wahyudi (2005) juga membuktikan rasio ROE dengan menggunakan pendekatan nilai tambah menunjukkan peningkatan. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Harahap (2003) yaitu ROE bank syariah dikejar sampai akhirat, sedangkan sistem akuntansi konvensional ROEnya hanya dikejar untuk tahun ini saja. Jadi kesimpulannya, ekonomi Islam itu menguntungkan dalam dua hal yakni rentang waktunya berdimensi dunia akhirat, dan juga menguntungkan buat keadilan kepada rakyat secara keseluruhan. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 2 : Terdapat perbedaan rasio ROE pada perbankan syariah, berdasarkan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hipotesis 3 (H3): Perbedaan Rasio Total Laba Bersih dengan Total Aktiva Produktif Value added Statement dalam akuntansi konvensional disebut Laporan Laba Rugi. Akan tetapi, dari keduanya terdapat perbedaan. Value added Statement lebih menekankan pada distribusi nilai tambah yang diciptakannya kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya (Muhammad, 2005). Laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2002). Nilai tambah tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan nilai tambah mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders (Harahap, 2006). Rasio total laba bersih dengan total aktiva produktif digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva produktif. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 3 : Terdapat perbedaan rasio total laba bersih dengan total aktiva produktif pada perbankan syariah, berdasarkan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hipotesis 4 (H4): Perbedaan Rasio NPM Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih sebelum pajak (net income) ditinjau dari sudut operating income-nya. Semakin tinggi rasio NPM suatu bank, hal itu menunjukan hasil yang semakin baik. Sebaliknya jika hasil rasio NPM semakin rendah, maka menunjukkan hasil yang semakin buruk (Sulistri, 2010). Penelitian Sulistri (2010) yang menghitung rasio NPM berdasarkan pendekatan laba bersih membuktikan bahwa kemampuan bank syariah dalam menghasilkan laba bersih mengalami peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah pendapatan dan laba. Sedangkan jika rasio NPM dihitung berdasarkan pendekatan nilai tambah, maka perhitungannya pun berbeda. Value added tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan nilai
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
55
tambah mengukur kenaikan kekayaan bagi seluruh stakeholders (Harahap, 2006). Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 4 : Terdapat perbedaan rasio NPM perbankan syariah, berdasarkan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hipotesis 5 (H5): Perbedaan Rasio BOPO BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya, karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan pendapatan yang diterima (Sulistri, 2010). Penelitian Wahyudi (2005) dan Rahmawati (2008) membuktikan bahwa kinerja BOPO bank syariah pada kondisi yang baik. Namun Rindawati (2003) menunjukkan kualitas BOPO bank syariah lebih rendah dibandingkan dengan bank konvensional. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik BOPO adalah 92 persen, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal. Jika kualitas BOPO dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai tambah maka tidak terdapat perbedaan karena jumlah pendapatan diperhitungkan kembali dalam Laporan Nilai Tambah. Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 5 : Terdapat perbedaan BOPO perbankan syariah, berdasar pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Hipotesis 6 (H6): Perbedaan secara Keseluruhan Penelitian kinerja keuangan bank syariah dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang diterbitkan. Salah satunya dengan menganalisis tingkat profitabilitas bank syariah yang bersangkutan, dengan menggunakan rasio ROA, ROE, rasio perbandingan total laba bersih dengan total aktiva produktif, NPM, dan rasio BOPO. VAR berkaitan juga dengan Human Resources Accounting dan Employee Reporting terutama dalam hal informasi yang disajikan. Kalau laporan keuangan konvensional menekankan informasinya pada laba maka VAR menekankan pada upaya menghasilkan kekayaan. Value added adalah kenaikan nilai kekayaan yang dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditur, dan pemerintah. Value added tidak sama dengan laba. Laba menunjukkan pendapatan bagi pemilik saham sedangkan nilai tambah mengukur kenaikan bagi seluruh stakeholders (Harahap, 2006). VAR menggantikan Laporan Laba Rugi karena laporan nilai tambah itu lebih adil dan lebih sesuai dengan nilai dan konsep Islam (Harahap, 2003). VAR inilah yang kalau dalam akuntansi konvensional disebut Laporan Laba Rugi. Akan tetapi, dari keduanya terdapat perbedaan. VAR lebih menekankan pada distribusi nilai tambah yang diciptakannya kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya (Muhammad, 2005).
56
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
Sehingga hipotesis yang digunakan adalah: H 6 : secara keseluruhan, terdapat perbedaan kinerja keuangan perbankan syariah, berdasarkan pendekatan laba rugi dan nilai tambah. Metodologi Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Kinerja keuangan bank syariah dengan pendekatan laba rugi adalah gambaran mengenai prestasi atau kemampuan kinerja bank syariah dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Sedangkan kinerja keuangan bank syariah dengan pendekatan nilai tambah adalah gambaran mengenai prestasi atau kemampuan kinerja bank syariah dalam menghasilkan nilai tambah. 1) Rasio ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Laba bersih adalah laba (atau rugi) yang diperoleh bank setelah dikurangi dengan pajak. Nilai tambah adalah kenaikan nilai kekayaan yang degenerate atau dihasilkan dengan penggunaan yang produktif dari seluruh sumber-sumber kekayaan perusahaan oleh seluruh tim yang ada termasuk pemilik modal, karyawan, kreditur, dan pemerintah. Total aktiva adalah total aktiva yang dimiliki oleh bank baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. 2) Rasio ROE adalah perbandingan antara pendapatan bersih dengan rata-rata modal atau investasi para pemilik bank. Total modal adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua kewajiban dan dana syirkah temporer. 3) Rasio total laba bersih dengan total aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. 4) Rasio NPM adalah gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba. Pendapatan adalah total penghasilan yang didapat oleh bank. 5) Tingkat efisiensi, yang diwakili oleh rasio BOPO. Pendapatan dan biaya operasional merupakan penerimaan dan pengeluaran yang diperoleh oleh suatu bank atas kegiatan operasional yang telah dilakukannya. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Syariah yang disusun dalam bentuk tahunan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, dan catatan atas laporan keuangan. Sementara sampel yang digunakan adalah laporan keuangan selama tiga periode yaitu periode tahun 2003-2010.
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
57
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Bank Indonesia, yang merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi keuangan yang didapat dari laporan keuangan yang diterbitkan oleh manajemen Bank Syariah yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan kualitas aktiva produktif, dan catatan atas laporan keuangan . Metode Analisis Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis uji beda t-test. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel. Apabila t hitung yang diperoleh lebih besar dari t tabel berarti t hitung signifikan artinya hipotesis diterima. Sebaliknya apabila t hitung yang diperoleh lebih kecil dari t tabel berarti t hitung tidak signifikan artinya hipotesis ditolak. Selain itu pengujian ini bisa dilakukan dengan melihat p-value dari masingmasing variabel. Apabila p-value < 5 persen maka hipotesis diterima dan apabila pvalue > 5 persen maka hipotesis ditolak (Ghozali, 2005). Hasil dan Pembahasan Analisis Statistik Deskriptif Hasil analisis statistik deskriptif ISA dan VAA disajikan pada tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian dengan ISA N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA_K 26 2.33 3.12 2.8665 .19549 ROE_K 26 .05 3.37 .3927 .62359 NPM_K 26 2838.00 57309.00 2.6224E4 15585.377 BOPO_K 26 83.72 118.24 89.6273 7.16414 Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian dengan VAA N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA_S 26 1.25 2.59 1.8596 .33473 ROE_S 26 15.49 54.06 26.4267 10.41557 NPM_S 26 12.08 1505.00 4.3910E2 444.75129 BOPO_S 26 67.61 85.79 78.7285 4.06930
58
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
Pengujian Hipotesis Analisis Rasio ROA Rata-rata rasio ROA pada ISA adalah 2,8665 sedangkan pada VAA sebesar 1,8596. Pada tabel 3 disajikan hasil pengujian H1. Tabel 3 Independent Sample T-Test untuk Rasio ROA Levene's Test t-test F Sig. t df Sig. Mean Diff. 6.365 .015 13.245 50 .000 1.00692 Equal variances assumed 13.245 40.277 .000 1.00692 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa F hitung levene test sebesar 6,365 dengan probabilitas 0,015. karena probabiltas < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian antara ISA dan VAA berbeda secara statistik. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variances not assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variances not assumed adalah 13,245 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 1 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ROA dengan perhitungan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Analisis Rasio ROE Pada tabel 4 disajikan hasil pengujian hipotesis H2. Tabel 4 Independent Sample T-Test untuk Rasio ROE Levene's Test t-test F Sig. T df Sig. Mean Diff 33.879 .000 -12.722 50 .000 -26.03398 Equal variances assumed -12.722 25.179 .000 -26.03398 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 1-2, rata-rata rasio ROE pada income statement approach sebesar 0,3927 sedangkan pada Value added approach sebesar 26,4267. Dari tabel 4, berdasarkan levene’s test, terlihat bahwa probabilitasnya sebesar 0,000 < 0,05 sehingga angka statistik yang digunakan adalah equal variances not assume. Terlihat bahwa nilai t pada equal variances not assumed adalah -12,722 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 2 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ROE dengan pendekatan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Analisis rasio Total Laba Bersih dengan Total Aktiva Produktif Pada tabel 5 disajikan hasil pengujian hipotesis H3.
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
59
Tabel 5 Independent Sample T-Test untuk Laba Bersih/Aktiva Produktif Levene's Test t-test F Sig. t Df Sig. Mean Diff. 2.060 .157 2.601 50 .012 .010 Equal variances assumed 2.601 29.364 .014 .010 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 1-2, rata-rata rasio perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif pada income statement approach adalah 0,02 sedangkan pada Value added approach sebesar 0,01. Berdasarkan tabel 3, F hitung levene test sebesar 2,060 dengan probabilitas 0,157. Karena probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua varian antara ISA dan VAA sama. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variances assumed. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variances assumed adalah 2,601 dengan probabilitas 0,012 < 0,05 maka H 3 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif dengan pendekatan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Analisis Rasio NPM Pada tabel 6 disajikan hasil pengujian hipotesis H4. Tabel 6 Independent Sample T-Test untuk Rasio NPM Levene's Test t-test F Sig. t Df Sig. Mean Diff. 60.024 .000 8.432 50 .000 25784.480 Equal variances assumed 8.432 25.041 .000 25784.480 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 1-2, rata-rata NPM pada income statement approach sebesar 26223,5769 sedangkan pada Value added approach sebesar 439,0967. Nilai probabilitas signifikansi levene test sebesar 0,000 < 0,05 sehingga nilai statistik yang digunakan adalah equal variances not assume. Dari tabel 6, terlihat bahwa nilai t pada equal variances not assumed adalah 8,432 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 4 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio NPM dengan pendekatan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Analisis Rasio BOPO Pada tabel 7 disajikan hasil pengujian H5.
60
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
Tabel 7 Independent Sample T-Test untuk Rasio BOPO Levene's Test t-test F Sig. t Df Sig. 20.288 .000 63.788 50 .000 Equal variances assumed 63.788 25.000 .000 Equal variances not assumed
Mean Diff. 89.62231 89.62231
Dari tabel 1-2, nilai rata-rata rasio BOPO pada income statement approach sebesar 89,6273 sedangkan pada value added approach sebesar 78,7285. Berdasarkan tabel 7, nilai probabilitas signifikansi levene’s test sebesar 0,000 < 0,05 sehingga disimpulkan variannya berbeda antara ISA dengan VAA. Oleh karena itu angka statistik yang digunakan adalah equal variance not assume. Berdasarkan tabel 7, terlihat bahwa nilai t pada equal variances not assumed adalah 63,788 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 5 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio BOPO dengan pendekatan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Analisis Kinerja Keseluruhan Setelah diperoleh hasil dari rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya adalah menganalisis kinerja bank secara keseluruhan dengan menjumlahkan rasio masingmasing bank yang sebelumnya telah diberi bobot nilai yang sudah ditentukan. Variabel tersebut diberi nama “Kinerja”. Hasil pengujian hipotesisnya disajikan pada tabel 8. Tabel 8 Independent Sample T-Test untuk Kinerja Keseluruhan Levene's Test t-test F Sig. t df Sig. Mean Diff. 60.039 .000 8.454 50 .000 25849.08553 Equal variances assumed 8.454 25.040 .000 25849.08553 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa nilai probabilitas signifikansi uji levene’s sebesar 0,000 < 0,05 sehingga disimpulkan variannya berbeda antara ISA dengan VAA. Oleh karena itu angka statistik yang digunakan adalah equal variance not assume. Nilai t pada equal variances not assumed adalah 8,454 dengan probabilitas signifikansi 0,000 < 0,05 maka H 6 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja keseluruhan dengan pendekatan ISA dan VAA berbeda secara signifikan. Pembahasan Hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap ROA selama periode penelitian, dari dua pendekatan tersebut, secara kuantitatif VAA memiliki rasio Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
61
ROA yang lebih tinggi walaupun terdapat selisih kecil dibandingkan dengan ISA. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan, sehingga semakin tinggi nilai ROA mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai tingkat keuntungan yang besar dalam memanfaatkan aset yang dimiliki. Hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Selain itu berdasarkan analisis deskriptif terhadap ROE selama periode penelitian, Value Added Approach memiliki rasio ROE yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Income statement approach. Rasio ROE merupakan indikator penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden, sehingga semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,012 < 0,05. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif selama periode penelitian, pendekatan Value added approach memiliki rasio lebih tinggi dibandingkan dengan Income statement approach. Hipotesis keempat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPM antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Berdasarkan analisis deskriptif terhadap NPM selama periode penelitian, pendekatan VAA memiliki rasio NPM yang lebih rendah dibandingkan dengan ISA. Rasio NPM digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih ditinjau dari sudut operating income-nya, sehingga semakin tinggi rasio NPM suatu bank menunjukkan hasil yang semakin baik. Hipotesis kelima menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada rasio BOPO antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Hipotesis keenam menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kinerja keseluruhan antara ISA dan VAA pada tahun 2003 sampai dengan 2010 karena tingkat signifikansinya 0,000 < 0,05. Secara kuantitatif VAA memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan ISA. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Wahyudi (2005) yang juga meneliti tentang ISA dan VAA dengan mengambil objek penelitian BSM. Dalam penelitian Wahyudi hanya menggunakan tiga variabel yaitu ROA, ROE, dan perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif, sedangkan dalam penelitian ini ditambahkan variabel NPM dan BOPO. Secara kuantitatif ketiga variabel yang telah
62
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
dibuktikan oleh Wahyudi juga memperoleh hasil yang sama yaitu antara ISA dan VAA mempunyai perbedaan dimana rasio yang diperoleh dengan ISA lebih rendah daripada menggunakan VAA. Selain itu untuk variabel tambahan, rasio NPM dan BOPO terbukti mempunyai perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Value added approach diketahui perolehan nilai tambah (laba) bank syariah tahun 2003-2010 lebih besar jika dibandingkan perolehan laba bersih yang menggunakan income statement approach. Perbedaan nilai yang begitu besar ini disebabkan adanya perbedaan konsep kepemilikan dan konsep teori dalam akuntansi yang digunakan. Seperti yang dijelaskan oleh Triyuwono (2003) bahwa dua arus utama pemikiran dalam akuntansi syariah telah sampai pada pemikiran diametris antara Syariah Enterprise Theory (SET) dan Entity Theory (ET), sehingga perhitungan Laporan Laba Rugi menggunakan ET sedangkan Laporan Nilai Tambah menggunakan SET. SET memiliki cakupan akuntabilitas yang lebih luas dibandingkan dengan ET. Akuntabilitas yang dimaksud adalah akuntabilitas kepada Tuhan, manusia, dan alam (Triyuwono, 2003). Konsekuensi dari SET sebagai dasar dari pengembangan teori akuntansi syariah adalah pengakuan income dalam bentuk nilai tambah, bukan income dalam pengertian laba (profit) sebagaimana yang digunakan dalam ET. Tujuan laporan laba rugi lebih menekankan pada kepentingan stakeholders, hal ini tampak jelas ditunjukkan pada konstruksi laporan laba rugi. Dalam konstruksi laporan laba rugi dapat dilihat bahwa item seperti hak pihak ketiga atas bagi hasil, ZIS, pajak yang merupakan pihak yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi terhadap perolehan laba, merupakan item yang diperlakukan sebagai beban sehingga berfungsi mengurangi pendapatan. Selain itu masih ada satu item lagi yakni karyawan sebagai pihak yang secara langsung telah memberikan andil bagi pencapaian laba juga diperlakukan sebagai beban. Berbeda dengan nilai tambah yang menggunakan konsep SET. Konsep nilai tambah memiliki kepedulian yang besar pada stakeholders yang luas, yaitu Tuhan, manusia, dan alam. Kepedulian ini diwujudkan dengan kesediaan manajemen untuk mendistribusikan nilai tambah kepada semua pihak yang terlibat dalam perolehan nilai tambah, yaitu pemerintah (melalui pajak), karyawan (melalui gaji), pemilik modal (melalui deviden), infak, shadaqah, dana yang diinvestasikan kembali, dan lingkungan sekitar. Laba dalam konsep nilai tambah merupakan total pendapatan, baik yang bersumber dari pendapatan operasional, pendapatan non operasional maupun revaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa konsep nilai tambah sangat memperhatikan nilai keadilan. Dimana semua pihak berhak merasakan setiap nilai tambah yang dihasilkan, tidak memandang apakah berasal dari operasi utama atau bukan. Tidak demikian dengan konsep laba rugi, dimana pihak ketiga hanya berhak terhadap pendapatan yang diperoleh dari operasi utama, pendapatan selain itu tidak berhak. Dari hasil interpretasi tersebut, dapat disimpulkan adanya perbedaan penerapan teori yang digunakan dalam Laporan Laba Rugi dan Laporan Nilai Tambah. Laporan
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
63
Laba Rugi menggunakan Entity Theory (ET) yang menekankan pendapatan operasi utamanya untuk dibagihasilkan dan hanya dikhususkan untuk pemilik modal, sedangkan Laporan Nilai Tambah menggunakan Syariah Enterprise Theory (SET) yang lebih menerapkan prinsip keadilan dimana nilai tambah akan didistribusikan kepada semua pihak yang terlibat dalam menghasilkan nilai tambah tersebut. Penutup Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis uji statistic Independent Sample T-Test yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kinerja keuangan yang diwakili oleh ROA, ROE, perbandingan laba bersih dengan aktiva produktif, NPM dan BOPO pada tahun 2003-2010 menunjukkan antara ISA dan VAA terdapat perbedaan yang signifikan. 2) Secara keseluruhan kinerja perbankan syariah yang diukur dengan pendekatan ISA dan VAA mempunyai perbedaan yang signifikan. 3) Terdapat perbedaan antara ISA dan VAA, yaitu VAA lebih mengutamakan prinsip keadilan dalam mendistribusikan nilai tambah kepada pemilik modal, karyawan, kreditor, dan pemerintah (Harahap, 2006). Sehingga dalam penelitian ini diperoleh nilai tambah (laba) yang lebih tinggi dibandingan dengan laba yang diperoleh berdasarkan income statement approach. Keterbatasan Penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan, antara lain: 1) Bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini hanya terbatas pada bank syariah saja, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. 2) Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tujuh tahun (2003-2010) dan menggunakan data triwulan sehingga kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena yang sesungguhnya. Saran Adanya Value added Statement telah memberikan informasi yang lebih jelas bagi pemakai laporan keuangan. Value added Statement memberikan informasi yang berkaitan dengan pendistribusian bagi hasil yang diperoleh oleh bank. Oleh sebab itu, ada baiknya Bank Syariah bersedia menerbitkan Value added Statement sebagai tambahan laporan keuangan yang diterbitkan. Penelitian ini hanya menggunakan 5 rasio dalam mengukur kinerja perbankan, maka sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain itu, sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak sampelnya, agar hasilnya lebih tergeneralisasi. Selain itu peneliti yang akan datang juga menambah jangka waktu tahun analisis agar lebih tahu besar peningkatan atau penurunan dari masing-masing rasio.
64
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011
Daftar Pustaka Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPPS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Harahap, Sofyan S, 2003, Krisis Akuntansi Kapitalis dan Peluang Akuntansi Syariah, Pustaka Quantum, Jakarta. Harahap, Sofyan S. 2006, Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Pustaka Quantum, Jakarta. Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Nasrullah, 2004, “Akuntansi Yang Islami (Syariah) Sebagai Model Alternatif Dalam Pelaporan Keuangan”, Jurnal Bank Indonesia. Rahmawati, Isna, 2008, Analisis Komparasi Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Islam STAIN Surakarta-SEM Institute, Yogyakarta. Rindawati, Ema, 2003, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sulaiman, Maliah, 2001, “Testing a Model of Islamic Corporate Financial Report: Some Experimental Evidence”, IIUM Journal of Economics and Management 9, no. 2 (2001): 115-39 Sulistri, Enik, 2010, Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (2003-2003), Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta. Triyuwono, Iwan, 2003, “Mengangkat ‘Sing Liyan’ untuk Formulasi Nilai Tambah Syariah”, Simposium Nasional Akuntansi X. Wahyudi, Muhammad, 2005, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Menggunakan Pendekatan Laba Rugi dan Nilai Tambah, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, Semarang. Winiharto, Teguh Eko, 2004, Memahami Bagi Hasil Simpanan Di Bank Syariah, http://ibfi-trisakti.blogspot.com/2010/05/memahami-bagi-hasil-simpanan-dibank.html. diakses tanggal 24 September 2004.
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dengan Menggunakan Income Statement Approach dan Value Added Approach (Studi pada Bank Syariah di Indonesia)
Suwanto
65
Halaman ini sengaja dikosongkan
66
JURNAL DINAMIKA EKONOMI & BISNIS
Vol. 8 No. 1 Maret 2011