Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI Oleh: Rudi Rudiansyah
Abstrak Pendekatan Keterampilan Proses adalah salah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pebandingan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa antara yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses dengan Pendekatan Ekspositori. Berdasarkan data penelitian dengan taraf signifikansi 1%, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan model pembelajaran Pendekatan Ekspositori. Kata Kunci : Keterampilan proses, Pendekatan Ekspositori Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan kreatif A. Latar Belakang Masalah dan pemecahan masalah bagi siswa Menghadapi tantangan masa depan pada pendidikan adalah melalui dalam era globalisasi dan canggihnya pembelajaran matematika. Menurut teknologi komunikasi dewasa ini, Wahyudin (2008:65) (dalam Bukhori, menuntut individu untuk memiliki 2010:1) matematika dihadirkan sebagai berbagai keterampilan dan kemampuan. pemecahan masalah, komunikasi, Keterampilan dan kemampuan yang penalaran, dan sebagai koneksi baik harus dimiliki tersebut antara lain dalam matematika sendiri maupun adalah kemampuan kreatif dan dengan area-area keahlian lainnya. kemampuan pemecahan masalah. Agar kemampuan pemecahan Menurut Pomalato (2005: 2) (dalam masalah matematis siswa dapat berjalan Rian, 2010) “ada dua keterampilan yang dengan baik, maka diperlukan suatu harus dimilik seseorang dalam model belajar yang tepat, yang dapat menghadapi kompetisi di masa depan, meningkatkan kemampuan pemecahan yaitu keterampilan memecahkan masalah matematis siswa. Salah satu masalah dan keterampilan berpikir model pembelajaran yang erat kaitannya kreatif”. dengan pemecahan masalah dalam
ISSN 2086-4299
29
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
pembelajaran adalah pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses sebagai suatu pendekatan dalam proses pembelajaran mengarah pada pengembangan kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa (Hamalik, 2001:150). Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilanketerampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan itu sendiri menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Menurut Conny Semiawan (1990) (dalam Hamalik, 2001: 149) seluruh irama gerakan atau tindakan dalam proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses dalam upaya meningkat -kan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Yang Mendapatkan Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Pendekatan Ekspositori.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan pendekatan ekspositori?”. C. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: 1. Bagi Siswa Melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan dapat memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan memproseskan perolehan belajarnya dan menumbuhkan sikap positif siswa terhadap matematika. 2. Bagi Guru Khususnya guru matematika, sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, mendorong untuk mencoba model pembelajaran yang 30
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
belum pernah diterapkan dalam pembelajaran matematika, mengevaluasi dan lebih mengenal kelebihan dan kekurangan siswa. 3. Bagi Sekolah Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di sekolah, baik untuk mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya. 4. Bagi Mahasiswa Dapat menjadikan motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan penelitian lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah. 5. Bagi Peneliti Untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan fakta di lapangan terutama yang berkaitan dengan penerapan strategi belajar mengajar yang menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dan menambah wawasan tentang pembelajaran matematika yang mengarah pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, motivasi, dan prestasi belajar siswa, sekaligus dapat mempraktikkan dan menerapkannya dalam pembelajaran matematika.
D. Landasan Teori 1. Hakikat Matematika Istilah Matematika berasal dari bahasa latin Mathematica yang mulanya berasal dari bahasa Yunani Mathematike yang berarti Relating To Learning dengan akar kata Mathema yang berarti pengetahuan/ilmu (knowledge,science). Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
yang diperoleh dengan menalar. Hal ini sejalan dengan Ruseffendi (2006 : 260) yang mengatakan bahwa “Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”. Kemudian Brownell (dalam Ali, 2007 : 163) mengatakan bahwa ‘Matematika dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri atas ide, prinsip, dan proses sehingga keterkaitan antara aspek-aspek tersebut harus dibangun dengan penekanan bukan pada memori atau hapalan melainkan pada aspek penalaran atau intelegensi anak’. Soedjadi (2000) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai berikut: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Meskipun terdapat beraneka ragam definisi matematika, namun jika diperhatikan secara seksama, dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Soedjadi (2000) mengemukakan beberapa ciri-ciri khusus dari matematika, yaitu: 1. Memiliki objek kajian yang abstrak 2. Bertumpu pada kesepakatan 31
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
3. Berpola pikir deduktif, 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti, 5. Memperhatikan semesta pembicaraan, 6. Konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dapat dikatakan bahwa hakekat matematika adalah kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak, terstruktur dan hubungannya diatur menurut aturan logis berdasarkan pola pikir deduktif. 2. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah terjemahan dari “problem solving”. Pemecahan masalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Polya mengatakan pemecahan masalah adalah salah satu aspek berpikir tingkat tinggi, sebagai proses menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut. Hal senada dikatakan Gagne (dalam Ruseffendi, 2006 : 335) bahwa ‘Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibanding dengan tipe belajar lainnya’. Menurut Polya (dalam Sofyan, 2008 : 23) proses yang dapat dilakukan pada tiap langkah tentang bagaimana memecahkan masalah adalah sebagai berikut : 1. Memahami masalah 2. Membuat rencana pemecahan 3. Menjalankan rencana 4. Melihat kembali hasil 3. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses (Sagala, 2003:74).
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
Didalam kurikulum 1984, keterampilan proses didefinisikan sebagai suatu pendekatan mengajar yang memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar sehingga kesempatan untuk mengembangkan diri dan percaya diri dapat ditingkatkan. Dalam pendekatan seperti ini diharapkan konsep, hukum, teori dapat dirumuskan dan didefenisikan sendiri melalui proses yang dilakukannya. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar (Conny, 1992). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat dewasa ini. Berdasar pada penjelasanpenjelasan di atas, jika kita ingin membantu perkembangan diri siswa secara utuh, memenuhi tuntutan keilmuan agar siap menyongsong masa depannya, maka penerapan pendekatan keterampilan proses merupakan hal yang mendesak dan tidak dapat ditawartawar lagi. 4. Pendekatan Ekspositori Menurut Sagala (2003:78), pendekatan ekspositori (expository) menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena guru lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep, mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, memberi 32
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
kesempatan siswa untuk bertanya, dan kegiatan guru lainnya dalam pembelajaran ini. Dalam pendekatan ini menunjukkan bahwa guru berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya, karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas, sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah maupun demonstrasi. Pendekatan ekspositori membawa siswa dapat belajar bermakna sehingga bisa dikatakan pendekatan yang efektif dan efisien. Dalam pendekatan ekspositori ini Syamsudin Makmun (2003:233) (dalam Sagala, 2003:79) mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. 5. Hasil Penelitian yang Berkaitan Penelitian yang dilakukan oleh Ade Sepurohman (2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa pada kelas eksperimen yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang mendapatkan pengajaran dengan Pendekatan Ekspositori atau pembelajaran konvensional pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran. E. Operasionalisasi Variabel
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
Dalam penelitian ini, variabelvariabel yang digunakan sebagai berikut: 1. Variabel bebas : Pendekatan Keterampilan Proses dan Pendekatan Ekspositori. 2. Variabel terikat : Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. F. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs N 1 Garut Tahun Ajaran 2011/2012. Adapun untuk sampel diambil dua kelas secara acak dari seluruh populasi. Satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi digunakan sebagai kelas kontrol. Kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIII-C, sedangkan yang digunakan sebagai kelas kontrol adalah kelas VIIID. G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian. Adapun materi yang dijadikan bahan penelitian adalah tentang Lingkaran. H. Hasil Penelitian 1. Data Tes Awal (Pretest) a. Deskripsi Hasil Data Tes Awal Deskripsi hasil data tes awal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Deskripsi Hasil Data Tes Awal Eksperimen Kontrol Peserta Tes 28 24 Skor Terbesar 17 14 Skor Terkecil 4 6 Rata-rata 11,857 11,083 Persentase 23,714% 22,166% Deviasi Standar 3,493 2,145 33
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
Berdasarkan data di atas, sekilas tampak bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai kedua kelas dan selisih persentase kedua kelas yang tidak berbeda jauh hanya 1,548% saja. b. Analisis Data Hasil Tes Awal 1) Uji Normalitas Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal Eksperimen Kontrol 7,469 3,180 χ 2hitung 2 5,991 5,991 χ tabel Kriteria Tidak Normal Normal Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa data tes awal dari kedua kelas tersebut salah satunya tidak berdistribusi normal, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan Uji Mann-Whitney. 2) Uji Mann-Whitney Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen pada awal pembelajaran. Dengan menghitung daftar peringkat (rank) pada kedua kelompok, diperoleh jumlah R1= 802,5 dan jumlah R2= 575,5. Dengan mengambil nilai R,akan dicari Uhitung dan nilai Uhitung yang diambil adalah nilai Uhitung terkecil, jadi Uhitung = 275,5 dan mencari transformasi Zhitung, nilai Zhitung = - 1,120. Untuk Ztabel dengan taraf signifikansi 1% atau Z(0,5)(1-0,005) = Z(0,4975) =2,81, diperoleh nilai Ztabel = 2,81. Karena nilai Zhitung = 1,120 berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –Ztabel < Zhitung
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
kontrol adalah sama (tidak ada yang lebih baik). 2. Data Tes Akhir (Posttest) a. Deskripsi Hasil Data Tes Akhir Deskripsi hasil data tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Deskripsi Hasil Data Tes Akhir Eksperimen Kontrol Peserta Tes 28 24 Skor Terbesar 40 38 Skor Terkecil 31 28 Rata-rata 35,607 32,958 Persentase 71,214% 65,916% Deviasi Standar 2,470 2,629 Dari data di atas, tampak bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol hal tersebut dapat terlihat dari selisih persentase kedua kelas yang cukup signifikan yaitu 5,298%. b. Analisis Data Hasil Tes Akhir 1) Uji Normalitas Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Tes Akhir Eksperimen Kontrol 10,790 2,786 χ 2hitung 5,991 7,815 χ 2tabel Kriteria Tidak Normal Normal Berdasarkan Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data hasil tes akhir kelas eksperimen tidak berdistribusi normal sedangkan kelas kontrol berdistribusi normal. Karena data tes akhir dari kedua kelas tersebut ada yang berdistribusi tidak normal, maka untuk perhitungan selanjutnya digunakan Uji Mann-Whitney. 2) Uji Mann-Whitney Uji ini dilakukan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Dengan 34
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
menghitung daftar peringkat (rank) pada kedua kelompok, diperoleh jumlah R1 = 933,5 dan jumlah R2 = 464,5. Dengan mengambil nilai R, akan dicari Uhitung dan nilai Uhitung yang diambil adalah nilai Uhitung terkecil, jadi Uhitung = 144,5 dan mencari transformasi Zhitung, nilai Zhitung = -3,542. Untuk Ztabel dengan taraf signifikansi 1% atau Z(0,5)(1-0,005) = Z(0,4975) = 2,81, diperoleh nilai Ztabel = 2,81. Karena nilai Zhitung = - 3,542 berada di luar daerah penerimaan Ho, yaitu –Ztabel > Zhitung < Ztabel atau -2,81 > - 3,542 < 2,81, Dengan kata lain, ratarata hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang mendapatkan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan dengan yang mendapatkan Pendekatan Ekspositori, dengan taraf signifikansi 1%. 3) Indeks Gain Kelas Eksperimen Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang terjadi pada kelas eksperimen yakni kelas yang menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses, maka selanjutnya dianalisis data hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dengan menggunakan uji gain. Berikut adalah tabel data hasil perhitungannya: Tabel 5 Data Hasil Perhitungan Gain No
Siswa
Skor Maks
Pretest
Postest
Gain
1
E1
50
12
37
0,658
2
E2
50
10
34
0,600
3
E3
50
16
39
0,676
4
E4
50
16
40
0,706
5
E5
50
10
39
0,725
6
E6
50
16
36
0,588
7
E7
50
13
38
0,676
8
E8
50
15
36
0,600
9
E9
50
11
33
0,564
10
E10
50
13
34
0,568
11
E11
50
4
35
0,674
12
E12
50
10
31
0,525
13
E13
50
17
35
0,545
14
E14
50
13
37
0,649
15
E15
50
10
36
0,650
16
E16
50
17
33
0,485
17
E17
50
11
36
0,641
18
E18
50
11
39
0,718
19
E19
50
13
33
0,541
20
E20
50
9
33
0,585
21
E21
50
10
34
0,600
22
E22
50
13
40
0,730
23
E23
50
16
34
0,529
24
E24
50
14
36
0,611
25
E25
50
4
36
0,696
26
E26
50
11
36
0,641
27
E27
50
6
36
0,682
28
E28
50
11
31
0,513
Jumlah
332
997
17,375
Rata-rata
11,8571
35,6071
0,621
Dari tabel di atas diperoleh bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen rata-rata peningkatannya sebesar 0,621, maka termasuk dalam kategori sedang. 4) Analisis Tahap Pemecahan Masalah Tabel 6 Rata-rata Skor Setiap Tahap Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen Tahap Memaha mi Masalah Membuat Rencana Menjalan kan Rencana
Pretest Rata % -rata
Posttest Rata% rata
7,21 4
25,764 %
10,000
35,714%
3,67 9
13,139 %
17,250
61,607%
0,82 1
2,932%
6,357
22,703%
35
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
Melihat Kembali
0,21 4
0,764%
1,929
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
6,889%
Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor pretest-posttest setiap tahap pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan hal ini terlihat dari selisih persentase setiap langkah, rincian persentasenya sebagai berikut : 1) Memahami masalah 9,950%. 2) Membuat rencana pemecahan masalah 48,468%. 3) Menjalankan rencana pemecahan masalah 19,771%. 4) Melihat kembali 6,125%. Tabel 7 Rata-rata Skor Setiap Tahap Pemecahan Masalah Kelas Kontrol Tahap Memahami Masalah Membuat Rencana Menjalankan Rencana Melihat Kembali
Pretest Rata% rata
Posttest Rata% rata
7,417
30,904%
10,000
41,667%
3,333
13,887%
16,375
68,229%
0,208
0,867%
5,000
20,833%
0,083
0,346%
1,083
4,513%
Dari tabel di atas, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor pretest-posttest setiap tahap pemecahan masalah matematis siswa kelas kontrol mengalami peningkatan hal ini terlihat dari selisih persentase setiap langkah, rincian persentasenya sebagai berikut : 1) Memahami masalah 10,763%. 2) Membuat rencana pemecahan masalah 54,342%. 3) Menjalankan rencana pemecahan masalah 19,966%. 4) Melihat kembali 4,167%.
I. Pembahasan Selama pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti menemukan beberapa hal penting antara lain yaitu penerapan Pendekatan Keterampilan Proses pada pembelajaran matematika merupakan hal yang baru bagi siswa salah satu SMP di kabupaten Garut. Hal ini menciptakan suasana pembelajaran yang lain dari sebelumnya, karena pada umumnya selama ini siswa belajar dengan Pendekatan Ekspositori atau ceramah (pembelajaran konvensional). Siswa hanya menerima materi dari apa yang dijelaskan oleh guru saja dan guru lebih aktif dari pada siswa. Sedangkan pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran serta menumbuhkan sikap kreatif siswa. Siswa dilatih untuk mempresentasikan pemahamannya mengenai materi pembelajaran dalam kelompok. Siswa dapat lebih berani mengemukakan pendapat atau sanggahan atau pertanyaan dalam proses diskusi bersama temannya. Berdasarkan data hasil pretest menunjukkan bahwa rata-rata populasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama, yang artinya rata-rata kemampuan awal siswa pada kedua kelompok tersebut tidak berbeda secara signifikan. Terlihat dari persentase rata-rata nilai kedua kelas yang hanya berselisih 1,548% saja. Berdasarkan data hasil posttest, diperoleh peningkatan persentase ratarata nilai kedua kelas yang cukup signifikan.Untuk kelas eksperimen diperoleh persentase sebesar 71,214% dan untuk kelas kontrol sebesar 65,916%.Di lihat dari persentase kedua kelas jelas terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang cukup
36
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
signifikan dengan selisih sebesar 5,298%. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis antara siswa yang mendapatkan pendekatan keterampilan proses lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pendekatan ekspositori. J. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil analisis data, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses lebih baik dibandingkan Pendekatan Ekspositori terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis di salah satu SMP di kabupaten Garut. Hal ini terlihat dari selisih persentase rata-rata nilai kedua kelas yang cukup signifikan setelah dilaksanakannya test akhir yaitu sekitar 5,298%. Dari penelitian ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa pada test akhir, nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol, yaitu sebesar 35,607 nilai rata-rata untuk kelas eksperimen apabila dipersentasekan sekitar 71,214%, dan untuk kelas control nilai rata-ratanya sebesar 32,958 jika dipersentasekan sekitar 65,916%. Ini menunjukkan bahwa hasil test akhir kelompok eksperimen (kelompok yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses) lebih baik dari pada kelompok kontrol (kelompok yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Ekspositori). K. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
model pembelajaran Pendekatan Keterampilan Proses, maka dapat disampaikan oleh peneliti beberapa saran sebagai berikut : 1. Sebelum menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dalam proses belajar mengajar, sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya dengan matang sehingga dalam pelaksanaannya menjadi lebih mudah. 2. Pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses sangat memungkinkan dilaksanakan untuk materi matematika yang lainnya untuk mengembangkan kompetensi matematis siswa yang lainnya, seperti kemampuan penalaran, kemampuan komunikasi, kemampuan pemahaman konsep dan kompetensi lainnya. 3. Dalam kemampuan pemecahan masalah matematika, siswa harus lebih dibimbing dan diarahkan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah pada setiap aspek. 4. Pada Penelitian ini populasi yang diambil siswa kelas VIII di salah satu SMP di kabupaten Garut dengan sampel yang diambil sebanyak dua kelas, oleh karena itu sangat dimungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses dengan populasi dan jenjang yang lebih luas serta pokok bahasan yang berbeda. Demikianlah hasil penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skripsi. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya serta bagi pembaca pada umumnya. 37
Mosharafa http : jurnalmtk.stkip-garut.ac.id
L. Daftar Pustak Ali, M. (2007). Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian II Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung : Imtima. Bukhori. (2010). Perbandingan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Antara yang Mendapatkan Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dengan Model Pembelajaran Konvensional. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Dahrian, R. (2010). Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMA antara yang Mendapatkan Model Pembelajaran Treffinger dengan Konvensional. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rahadi, M. (2008). Modul Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan. STKIP Garut: Tidak diterbitkan.
Jurnal Pendidikan Matematika Volume 6, Nomor 1, Oktober 2015
Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dengan Metode Ekspositori pada bidang studi Matematika. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika STKIP Garut: Tidak diterbitkan. Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada Program Studi Pendidikan Matematika UPI – Bandung : Tidak diterbitkan. Sundayana, H. R. (2010). Komputasi Data Statistika. STKIP Garut: STKIP Garut Press (Tidak diterbitkan).
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Cetakan ketiga. Bandung : Tarsito. Saepurohman, A. (2009). Perbandingan Prestasi Belajar Siswa yang 38