PERBANDINGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SUBYEK KARENA PERBEDAAN DURASI EDUKASI HIDUP SEHAT R. Suhadi, Dewi. M.A., S.K., Haryanti V.A.
ABSTRACT A quasi-experimental study was done to compare the changes of the subjects’ total cholesterol level due to the different length of the duration of the Therapeutic-Life-Changes (TLC) education. The education was held with direct verbal teaching. The variable was 3 months (as Phase One) continued up to 9 months (as Phase Two). The subjects were 40±5 years and were not under the medication of chronic disease. In Phase One, the 20 and 18 subjects signed the informed-consent and participated in treatment and control groups; in Phase Two some subjects dropped out, the subjects reduced to 18 and 14 for treatment and control group respectively. The study results showed that the basal conditions of the age, sex, body mass index, blood pressure, fasting blood glucose, and total cholesterol level were not significantly different between groups. There were more subjects in the treatment group persisted in the study. The cholesterol levels were 207.8, 200.5, and 203.7mg/dl in the treatment group vs 200.5, 206.1, and 199.7mg/ dl in the control group for the early, Phase One, and Phase Two observation respectively (p>0.05). The cholesterol level Phase One decreased 4.5mg/dl significantly different compared to control (p=0.03), but it decreased 1.2mg/dl in Phase Two compared to control (p= 0.56). Conclusion: the prolonged duration of the TLC education did not give the better cholesterol level among the subjects. Keywords : Therapeutic Life-Changes, cholesterol level, education duration R. Suhadi adalah Dosen Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Alamat Korespondensi: Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY 55282. Email:
[email protected]
19
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
1.
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular termasuk serangan jantung dan stroke merupakan penyakit dengan prevalensi terbesar di dunia. Strategi primer terapi penyakit kardiovaskular harus dapat mengobati faktor risiko kardiovaskular terutama hipertensi, intoleransi glukosa, dan hiperlipidemia serta penanganan penyakit kardiovaskular tersebut (Brookes, 2004). Peningkatan kadar kolesterol (hiperlipidemia) darah merupakan faktor risiko penting penyakit tersebut. Usaha untuk mengontrol kadar kolesterol dapat dengan strategi farmakologi dan non-farmakologi. Metode Therapeutic Lifestyle Changes (TLC) merupakan bagian strategi penatalaksanaan non farmakologi hiperlipidemia. Dalam metode ini pengaturan pola makan, seperti mengurangi kalori dari lemak dan karbohidrat, menambah serat alami, pengaturan pola hidup seperti latihan/olah raga rutin (Lieberman, 2009), dan berhenti merokok dapat memperbaiki kadar kolesterol. Contoh TLC yang terbukti bermanfaat adalah serat alami psyllium 10-15g/hari, yang dapat menurunkan LDLkolesterol 5%-20% dan makan ikan setiap minggu yang akan mengurangi kematian karena penyakit jantung. Metode yang sama untuk penanganan tekanan darah dalam standar JNCVII juga sangat dianjurkan dalam kasus hiperlipidemia (Talbert, 2005). Kolesterol total merupakan salah satu parameter dalam hiperlipidemia selain LDL dan HDL kolesterol, serta trigliserida. Klasifikasi kolesterol total normal adalah <200mg/dl, dalam batas tinggi bila 200-239mg/dl, dan dikategorikan tinggi bila >240mg/dl (NCEP-ATP III). Edukasi mempengaruhi perilaku subyek baik pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmojo, 2003). Edukasi hidup sehat akan mempengaruhi perilaku subyek dalam mengatur pola hidupnya. Pengaturan pola hidup merupakan strategi terapi non-farmakologi, terutama untuk subyek berisiko penyakit kardiovaskular. Pendekatan untuk pemahaman ketaatan (adherence) dapat dilakukan terhadap karakteristik pasien, karakteristik sosio-demografi, pengetahuan pasien, interaksi pasien dengan tenaga kesehatan, dan kepercayaan pasien. (Horne, 2001).
20
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
1.1 Tujuan Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan ada atau tidak pengaruh signifikan perbedaan durasi edukasi hidup sehat terhadap kadar kolesterol subyek. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi subyek dan klinisi dalam mencegah penyakit kardiovaskuler.
1.2 Landasan Teori Edukasi mempengaruhi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) seseorang (Notoadmojo, 2003). Edukasi hidup sehat dapat mengubah perilaku kesehatan subyek. Per ubahan tersebut dikategorikan sebagai TLC, dampak dari TLC salah satunya mengubah kadar kolesterol seseorang. Penurunan kadar kolesterol tersebut dapat menur unkan risiko penyakit kardiovaskular. Perilaku manusia merupakan hasil interaksi segala macam pengalaman, serta hasil interaksi dengan stimulus yang berasal dari luar dan dalam dirinya (Sar wono, 1997). Durasi interaksi dipercaya akan mempengaruhi perubahan perilaku sehingga durasi edukasi hidup sehat pada subyek akan mempengaruhi kadar kolesterol total subyek. Berdasarkan uraian di atas disusunlah hipotesis penelitian seperti di bawah ini.
1.3 Hipotesis Ada perbedaan perubahan kadar kolesterol subyek karena durasi edukasi hidup sehat.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Gambar 1. Bagan Rancangan Penelitian Pengaruh Durasi Edukasi Hidup Sehat terhadap Kadar Kolesterol Subyek
21
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan Non-Randomzed Pretest-posttest Control Group Design (Pratiknya, 2007). Skema penelitian seperti dalam Gambar 1.
2.2 Variabel-variabel Variabel bebas penelitian ini adalah durasi pemberian edukasi hidup sehat yaitu 3 bulan vs 9 bulan. Variabel tergantung penelitian adalah kadar kolesterol subyek penelitian dalam satuan mg/dl berdasarkan hasil uji laboratorium, sedangkan variabel pengacau meliputi adanya informasi sumber lain yang mungkin diterima subyek uji selama penelitian dan pola hidup termasuk pola makan subyek yang berbeda-beda.
2.3 Subyek dan Bahan METODE SAMPLING
Gambar 2. Bagan Jumlah Subyek Penelitian Pengaruh Perbedaan Durasi Edukasi Hidup Sehat terhadap Kadar Kolesterol Pasien
Subyek menandatangani informed-consent dan dibagi ke dalam kelompok edukasi maupun non-edukasi. Tahap awal, jumlah subyek penelitian masing-masing kelompok sebanyak 20 orang. Metode sampling yang digunakan adalah Quota Sampling (Sevilla et.al., 1993). Dalam perjalanan penelitian, terdapat 2 subyek kontrol yang diekslusi 22
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
tidak hadir dalam pemeriksaan darah Tahap I. Pemilihan subyek dilakukan secara purposive untuk memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi subyek adalah berumur 40 ± 5 tahun dan memiliki Body Mass Index atau BMI >23 kg/m2, yaitu standar overweight untuk orang Asia. Kriteria eksklusi subyek adalah tidak terdiagnosis penyakit yang berhubungan kardiovaskular maupun menggunakan obat dengan indikasi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi bias penelitian ini. Tahap II subyek berkurang menjadi 18 untuk kelompok edukasi dan 14 untuk kelompok non-edukasi karena beberapa subyek tidak bersedia melanjutkan penelitian.
2.4 Tempat Edukasi hidup sehat dilakukan di rumah-rumah subyek di RW 03, RW 04, RW 05, RW 06, dan Kompleks Taman Cemara Dusun Krodan, Maguwohardjo, Sleman, DIY. Pengambilan sampel darah untuk kadar kolesterol total dilakukan di kampus USD sedangkan analisis sampel dilakukan di laboratorium Prodia Yogyakarta.
2.5 Definisi Operasional Tabel 1: Faktor Risiko dan Kriteria untuk Penetapan Sindrom Metabolik No
Faktor Risiko Kardiovaskuler
Kriteria Sindrom Metabolik
1
Lingkar Pinggang Pr. Lingkar Pinggang Laki
> 80cm > 90cm
2
BMI (Body Mass Index)
> 23 kg/m2
3
Tekanan darah
> 130/80mmHg
4
Kolesetrol total
> 200mg/dl
5
Kadar gula darah puasa
< 100mg/dl
6
Rasio lingkar pinggang-pinggul perempuan Rasio lingkar pinggang-pinggul laki-laki
> 0,85 > 0,9
Pemberian edukasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemberian infor masi penyakit kardiovaskuler yang disebabkan faktor hipertensi, diabetes, kolesterol, kegemukan, dan pola hidup. Edukasi tidak dilakukan secara bersamaan, melainkan bergiliran satu atau beberapa subyek bersamaan. Kriteria sindrom metabolik yang digunakan dalam penelitian merupakan modifikasi dari kriteria NCEP ATP III dari NHLBI-NIH disesuaikan dengan kondisi 23
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
penelitian. Selanjutnya kriteria ini disebut faktor risiko kardiovaskuler seperti Tabel 1.
2.6 Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian berupa leaflet-leaflet edukasi tentang hidup sehat, olah raga dan makan sehat, parameter faktor-faktor risiko dan usaha mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular, satu set alat untuk mengukur tekanan darah, timbangan badan, dan meteran baju, serta alat periksa gula darah dan total kolesterol yang disiapkan oleh Laboratorium Prodia.
2.7 Cara Kerja Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama antara November 2007 sampai dengan April 2008. Tahap kedua berlangsung antara bulan Juni sampai dengan Oktober 2008. Penelitian kolesterol ini merupakan bagian dari kelompok penelitian yang mengamati lingkar pinggang, darah tinggi, glukosa darah puasa, dan kolesterol total. Penelitian tahap I dikerjakan oleh 5 orang dan dilanjutkan tahap II oleh 4 orang peneliti lapangan. Perijinan melalui 2 lembaga, yaitu: 1) Ethical clearance diberikan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokeran UGM Yogyakarta dan 2) BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Pemerintahan Daerah) Kabupaten Sleman DIY. Penelitian ini merupakan bagian penelitian besar yang secara bersamaan mengukur risiko penyakit kardiovaskular karena faktor BMI, lingkar pinggang, tekanan darah, gula darah, dan kolesterol. Pengukuran tahap awal kolesterol dilakukan sebelum edukasi (Tahap Awal), bulan ke-3 edukasi (Tahap I), dan bulan ke-9 (Tahap II). Edukasi tahap I diberikan sebanyak 3 seri, setiap seri edukasi berjarak kurang lebih ½ -1 bulan sementara edukasi tahap II sebanyak 4 seri edukasi yang isinya sama dengan seri I, dan ditambah dengan sesi review (rangkuman). Materi edukasi disusun dalam bentuk leaflet yang berbeda-beda.
2.8 Analisis Data Data baseline dan data yang terkumpul kecuali jenis kelamin, diuji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov, selanjutnya data diuji dengan
24
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
uji T/Mann-Whitney. Untuk jenis kelamin diuji dengan uji chi-square. Analisis data dilakukan untuk 2 fokus, yaitu: 1) perbedaan antara kelompok perlakuan (edukasi) dan kelompok kontrol (non-edukasi); 2) perbedaan kadar kolesterol subyek pada pengamatan Tahap I dan Tahap II.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Awal Subyek Tabel 2: Data Awal Subyek Edukasi (Kelompok Perlakuan) dan Non-Edukasi (Kontrol) Data Umur (tahun) Jenis Kelamin P (orang) L (orang) BMI(kg/m2) Tekanan Darah Sistolik(mmHg) Tekanan Darah Diastolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Kelompok Edukasi (Perlakuan)
Kelompok Non-edukasi (Kontrol)
39,8 ± 3,1
40,2 ± 3,7
p= 0,67
12 8
10 8
p= 0,76
26,7 ± 3,6
27,7 ± 3,2
p= 0,39
117,5 ± 14,8 82,5 ± 10,2
114,4 ± 15,7 78,6 ± 9,3
p= 0,54* p= 0,23
Keterangan
Gula Darah Puasa (mg/dl)
100,5 ± 26,4
92,4 ± 10,5
p= 0,24**
Kolesterol Total (mg/dl)
207,8 ± 36,1
200,5 ± 24,8
p= 0,48
Catatan: Sebaran data awal tekanan darah sistolik dan gula darah, data tidak normal, diuji dengan dengan 2 jenis statistik. * Hasil uji dengan non-parametrik statistik Mann Whitney p=0,58 ** Hasil uji dengan non-parametrik statistik Mann Whitney p=0,79
Faktor-faktor yang umur, jenis kelamin, BMI, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol pada tabel di atas dapat saling berinteraksi dan dapat mempengaruhi kadar kolesterol subyek. Uji statistik (Tabel 2) menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada keadaan awal untuk parameter tersebut antara subyek perlakuan dan subyek kontrol. Diharapkan hasil akhir kadar kolesterol hanya
25
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
karena pengaruh edukasi yang diberikan pada kelompok subyek perlakuan. Tabel 3: Perbandingan Banyaknya Faktor Risiko Kardiovaskular antara Subyek Kelompok Perlakuan dan Kontrol Faktor Risiko
Subyek Kel. Edukasi (Perlakuan)
Subyek Kel. Non-edukasi (Kontrol)
Awal
Tahap I
Tahap II
Awal
Tahap I
Tahap II
<2
0
2
1
3
2
2
2
3
3
3
2
3
4
3
10
4
4
7
5
2
4
3
7
8
5
4
3
5
3
4
1
1
3
2
6
1
0
1
0
1
1
20
20
18
18
18
14
3,5
3,4
3,4
2,9
3,3
3,1
Catatan: Tidak ada perbedaan jumlah faktor risiko secara bermakna antara subyek kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol p>0,05.
Gambar 3. Perubahan Kadar Kolesterol (mg/dl) pada Subyek Edukasi dan Non-edukasi pada 3 Tahap Pengamatan (Awal, Tahap I, dan Tahap II)
26
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
Pada Tabel 3, hasil pengukuran kadar kolesterol menunjukkan bahwa pada saat edukasi Tahap I terjadi penurunan faktor risiko pada beberapa subyek kelompok edukasi. Bila pada Tahap Awal tidak ada pasien yang memiliki kurang dari 2 faktor risiko dan ada 1 subyek dengan 6 faktor risiko tetapi setelah edukasi Tahap I terdapat perbaikan, yaitu terdapat 2 subyek yang memiliki <2 faktor risiko dan subyek dengan 6 faktor risiko sudah tidak ada lagi, meskipun peningkatan tersebut tidak bermakna signifikan secara statistik. Rata-rata faktor risiko kelompok perlakuan relatif konstan tetapi kelompok kontrol relatif fluktuatif. Tabel 4: Pengaruh Durasi Edukasi Hidup Sehat terhadap Kadar Kolesterol Subyek Perlakuan dan Kontrol
Tahap
Kadar Kolesetrol Total (mg/dl) pada Subyek Kelompok Edukasi (Perlakuan)
Non-edukasi (Kontrol)
Keterangan
Awal
207,8±36,1
N=20
200,5±24,8
N=18
p=0,48
Tahap I
200,5±32,2
N=20
206,1±24,5
N=18
p=0,52
Tahap II
203,7±36,9
N=18
199,7±32,8
N=14
p=0,88
Penurunan kadar kolesterol Tahap I terhadap Tahap Awal lebih besar dibandingkan dengan Tahap II dikurangi Tahap Awal, walaupun secara statistik penurunan kadar kolesterol tersebut tidak berbeda bermakna (Tabel 5 p= 0,603). Kejenuhan adalah alasan utama berkurangnya dampak edukasi. Meskipun materi edukasi sudah dibuat bervariasi, tampaknya motivasi subyeklah yang lebih penting dalam menentukan kegairahan mengikuti penelitian ini. Perilaku kesehatan pasien dalam hal ketaatan bukan suatu ilmu pasti tetapi suatu trial and error (Edlin, 2008). Bila ditinjau dari angka partisipasi subyek dan pengamatan antusiasme subyek dari hasil wawancara. Jumlah subyek Kelompok Perlakuan menurun 2 orang, sedangkan subyek Kelompok Kontrol berkurang 4 orang. Hal ini berarti, Kelompok Perlakuan yang bertahan untuk edukasi Tahap II hingga selesai lebih banyak dibandingkan Kelompok Kontrol. Pada Tahap II edukasi, beberapa subyek menjadi tidak peduli pada materi yang diberikan dengan alasan sibuk dan mempersingkat waktu edukasi. Namun demikian, beberapa subyek Kelompok Perlakuan pada durasi yang diperpanjang (Tahap II) menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu 5 subyek berhasil
27
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
mencapai kadar kolesterol normal dan 4 subyek berhasil menurunkan kadar kolesterol meskipun belum mencapai kadar normal. Dari hasil diskusi langsung dengan subyek Kelompok Perlakuan, diketahui ada subyek yang menyatakan sudah rutin berolahraga setiap hari apapun cuacanya dan terdapat 1 subyek yang berhenti merokok sama sekali. Tabel 5: Selisih Kadar Kolesterol Tahap I dengan Tahap Awal vs Selisih Kadar Kolesterol Tahap II dengan Kadar kolesterol Tahap Awal Kelompok
Kolesterol Pengamatan I - Awal
Kolesterol Pengamatan II - Awal
Keterangan
Edukasi (Perlakuan)
-4,5 ± 16,3
-1,2 ± 20,0
p= 0,603
Dari Gambar 3 terlihat bahwa edukasi Tahap I secara bermakna menurunkan kolesterol dibandingkan Kelompok Kontrol (p=0,03). Hal ini tidak terjadi pada edukasi Tahap II, meskipun kadar kolesterol rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kontrol namun perbedaannya tidak signifikan. Alasannya yang dapat diberikan adalah subyek mengalami kejenuhan terhadap edukasi yang diberikan. Resistensi subyek juga dilihat dari angka partisipasi subyek dan antusiasme subyek. Subyek Perlakuan menurun 2 peserta, sedangkan subyek Kontrol berkurang 4 orang. Kelompok edukasi yang bertahan untuk edukasi Tahap II lebih banyak dibandingkan Kelompok Non-edukasi. Pada tahap II edukasi pada beberapa subyek, subyek menjadi tidak peduli pada materi yang diberikan dan lebih sering menggunakan alasan sibuk untuk mempersingkat waktu edukasi. Namun demikian, pada subyek tertentu hasil edukasi pada durasi yang diperpanjang (Tahap II) diperoleh hasil yang menggembirakan, 5 subyek berhasil mencapai kadar kolesterol, total normal dan 4 subyek berhasil menurunkan kadar kolesterol meskipun belum mencapai kadar normal. Dari hasil diskusi langsung dengan subyek Edukasi, diketahui ada subyek yang menyatakan sudah rutin berolahraga setiap hari apapun cuacanya dan ada 1 subyek yang berhenti merokok sama sekali. Hasil penelitian ini dipengaruhi juga faktor waktu pengambilan data periode pengamatan II. Pada saat pengambilan data II bertepatan dengan pasca liburan Idul Fitri. Menurut pengakuan responden mereka kesulitan mengatur pola makan yang mungkin berdampak pada kadar kolesterol terukur.
28
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
signifikasi
p=0,03
p=0,56
Gambar 4. Perbandingan Selisih Kadar Kolesterol Tahap I dan Kadar Kolesterol Tahap II dengan Kadar Kolesterol Keadaan Awal
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Penelitian menunjukkan bahwa: 1.
Kadar kolesterol Tahap Awal, Tahap I, dan Tahap II sebagai berikut 207,8; 200,5; dan 203,7mg/dl untuk Kelompok Perlakuan, dan 200,5; 206,1; dan 199,7mg/dl untuk Kelompok Kontrol, kadar kolesterol tiap tahap berbeda tidak bermakna (p>0,05).
2.
Edukasi menurunkan kadar kolesterol total berbeda bermakna (p=0,03) antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol, yaitu kadar Tahap Awal dikurangi Tahap I sebesar (mean: -4,5mg/dl) banding (mean +8,5mg/dl), penurunan kadar kolesterol Tahap II dibandingkan Tahap Awal sebesar (mean -1,2mg/dl) dan (mean +2,9mg/dl) tidak berbeda bermakna antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol (p=0,56).
29
Jurnal Penelitian Vol. 14, No. 1, November 2010
3.
Durasi edukasi hidup sehat yang diperpanjang tidak memberikan perbaikan terhadap kadar kolesterol selisih kadar kolesterol Tahap Awal, justru sebaliknya.
4.2 Saran Mengingat penting untuk mengontrol kadar kolesterol subyek baik dengan obat maupun tanpa obat, pemberian edukasi pada masyarakat perlu diberikan untuk meningkatkan kepatuhan dan terapi tanpa obat. Edukasi hidup sehat perlu diberikan terus menerus karena penyakit kardiovaskular merupakan penyakit degeneratif seumur hidup. Bila akan dilakukan edukasi jangka panjang, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menemukan metode yang lebih kreatif dalam memberikan edukasi masyarakat yang tidak menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat dan yang dapat meningkatkan motivasi subyek uji. Diusulkan adanya edukasi melalui media televisi dan media elektronik lainnya untuk masyarkat yang belum terjangkau media internet.
30
R. Suhadi, Dewi, M.A., S.K., Haryanti V.A., Perbandingan Kadar ....
DAFTAR PUSTAKA Brookes, L. 2004a. “The Updated WHO/ISH Hyper tension G uid e l i n e s ”. A vai l ab l e at : w w w . m e d s c a p e . c o m / viewprogram/3005_author. Downloaded: 2004.
Edlin, M. 2008. “Lack of Education Af fects Behavioral H e a l t h Medication Compliance”. avail.at: h t t p : / / managedhealthcareexecutive.modernmedicine.com/ mhe/Phar macy+Benefit/Lack-of-education-af fectsbehavioral-health-medica/Ar ticleStandard/Ar ticle/ detail/489468. Downloaded December 2009.
Horne, R. Compliance Adherence and Concordance in Pharmacy Practice ed. Taylor KMG & Harding G. 2001. Taylor & Francis Inc. eBook ISBN 0-203-30315-6 Master e-book ISBN p 149-162.
Lieberman, J. A. 2009. “Therapeutic Exercise”. Avail.at. http:// emedicine.medscape.com/article/324583-over view. Downloaded: Desember 2009.
“National Institute of Health, National Heart, Lung, and Blood Institute (NIH-NHLBI), National Cholesterol Education Program ATP III Guidelines at a Glance Quick Desk Reference”. Avail.at. http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/cholesterol/ atglance.pdf.
Notoatmodjo, S. 2003. “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. 114115. PT. Jakar ta: Rhineka Cipta.
Pratiknya, A. W. 2007. “Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan”. 134-136, Ed.1, Cetakan ke-4. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sar wono. 1997. “Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya”. 111-132, Cetakan ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Press. Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalon, T. E., Regala, B. P., dan Uriate, G. G. 1993. “Pengantar Metodologi Penellitian”. diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi I, 163. Jakarta: UI Press. Tarbelt, L. 2005. H y p e r l i p i d e m i a . “ P h a r m a c o t h e r a p y A Pathophysiologic Approach”. Sixth Edition, 429-430, Edited by J.T.DiPiro, McGraw-Hill Comp. Inc.
31