PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH TERHADAP Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Dwitiya Kusuma NIM : 06 8114 148
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI KRIM ANTIACNE MINYAK CENGKEH DENGAN EMULGEL ANTIACNE MINYAK CENGKEH TERHADAP Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh : Dwitiya Kusuma NIM : 06 8114 148
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 ii
iii
iv
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir (PKH 3:11)
Karya ini kupersembahkan untuk :
Papi, Mami, Koko, dan segenap Keluarga tercinta, Dia yang kusayang, Sahabat-sahabatku, Teman-teman Farmasi Angkatan 2006 dan Almamaterku yang kubanggakan v
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Perbandingan Daya Antibakteri Krim Antiacne Minyak Cengkeh dengan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh terhadap Staphylococcus epidermidis” ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm.). Selesainya penulisan laporan penelitian ini, tidak terlepas dari bantuan baik berupa bimbingan, dukungan, sarana, maupun finansial dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Indhra Ristanto dan Ita Tineke N. F., selaku orang tua penulis yang selalu menyayangi, berusaha, mendukung, dan percaya kepada penulis. 2. Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan dukungan, semangat, serta perhatian kepada penulis selama proses penelitian ini. 4. Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji penulis, serta kritik dan saran yang membangun penulis. 5. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas kesediaannya menguji penulis, serta kritik dan saran yang membangun penulis. vii
6. Dra. Lily Wijaya, M.Si., Apt. yang telah membantu dalam pengadaan minyak gagang cengkeh. 7. Adi Paramita Ristanto, SE., kakak penulis, atas sayang , kebersamaan, dan dukungan selama ini. 8. Totok Lasmono Hadi Purwanto, S.Farm., selaku partner kerja dan seseorang yang penulis kasihi, untuk sayang, dukungan, serta waktu yang telah diberikan untuk penulis. 9. Geraldine dan Monica Joycelene, untuk persahabatan kemarin, sekarang, dan selamanya. 10. Mas Sarwanto, Pak Mus, Mas Ottok, Mas Agung, serta laboran lainnya, atas semua bantuan selama penulis melakukan penelitian. 11. Mas Yuwono, Pak Timbul, serta karyawan lain, atas bantuan selama penulis melakukan penelitian. 12. Eka Hapsari, Reni Agustina, Irene Christina, Nisia Anggita, Ika Rahayu, Elisa Eka, teman-teman kos Dewi, serta Stephanie Puspita Sari, atas dukungan, bantuan, dan kebersamaan, serta persahabatan yang tak tergantikan. 13. Grace Felicyta K., Sihendra, Verysa Budianto, Nita Maharani, Maria Intan Josi, R.R. Kusumo Wardani, Octavianus Rico, Linawati Buntoro, Irene A., selaku teman seperjuangan di laboratorium lantai 1, atas bantuan, dukungan, saran, dan kebersamaannya. 14. Regina Citra D. dan Dewi Susanti, selaku teman seperjuangan di lantai 3, atas dukungan dan kebersamaannya.
viii
15. Teman-teman seperjuangan selama penelitian, atas kebersamaan, dukungan, berbagi suka dan duka selama penelitian dan penyusunan skripsi. 16. Teman-teman kelompok E4, Thomas Anggun. D. P., Prasetya Jati, Handayani, Vita Felicia, serta teman-teman FST 2006 atas kebersamaan dan dukungan, serta canda tawa selama ini, kenangan yang tidak akan terlupakan. 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam proses penelitian dan menyelesaikan laporan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dan berguna bagi penelitian selanjutnya. Harapan penulis, agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 29 Januari 2010 Penulis
ix
x
INTISARI Minyak cengkeh (clove oil) memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis yang merupakan salah satu bakteri penyebab jerawat. Sediaan krim dan emulgel merupakan suatu sistem emulsi, sehingga dapat dipakai untuk memformulasikan minyak cengkeh sebagai sediaan topikal antiacne. Penambahan gelling agent pada sediaan emulgel, semakin membatasi pelepasan minyak cengkeh yang terdapat pada fase minyak dalam sistem emulsi, sehingga diprediksi dapat mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis emulgel, sedangkan pada krim, minyak cengkeh hanya dibatasi oleh sistem emulsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berbeda bermakna atau tidak, daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis dengan parameter diameter zona hambat yang dihasilkan oleh sediaan topikal antiacne minyak cengkeh. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental analitik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik non-parametrik KruskallWallis dan post hoc Mann-Whitney, untuk mengetahui signifikansi perbedaan daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis pada media Muller Hinton Agar (MHA). Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diketahui bahwa daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda tidak bermakna dengan emulgel antiacne minyak cengkeh. Perbedaan yang tidak bermakna ini diprediksi karena adanya interaksi minyak cengkeh dengan basis, terkait dengan afinitasnya, sehingga mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis sediaan topikal antiacne minyak cengkeh. Kata kunci: minyak cengkeh, antiacne, krim, emulgel, S. epidermidis
xi
ABSTRACT Clove oil has an antibacterial activity against Staphylococcus epidermidis, which is one of many bacterias contributing to acne. Cream and emulgel are emulsion systems, so it can be used to formulate the clove oil antiacne topical preparations. The addition of gelling agent in emulgel may affect the release of clove oil from the dosage form, whether on creams, the release of clove oil may only be determined by clove oil phase. A study to compare the potential of antibacterial provided by antiacne of clove oil cream and antiacne of clove oil emulgel which were indicated from the diameter of inhibition area on the growth of S. epidermidis had been conducted.. This research was an experimental analytical study using non parametric statistic i.e. Kruskall-Wallis and Mann-Whitney as the post hoc, to compare the antibacterial potential of antiacne of clove oil topical preparations on S. epidermidis in Muller Hinton Agar (MHA) media. The result showed that the antibacterial potention of antiacne of clove oil cream and antiacne of clove oil emulgel were not significantly different. It might be due to the affinity of clove oil with the base, which could affect clove oil release from the antiacne of clove oil topical base preparation. Keywords : clove oil, anti acne, cream, emulgel, S. epidermidis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vi KATA PENGANTAR .............................................................................. vii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ x INTISARI................................................................................................... xi ABSTRACT................................................................................................ xii DAFTAR ISI............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xix BAB I PENGANTAR ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Keaslian Penelitian.......................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3 1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 3 2. Manfaat Praktis ......................................................................... 3 E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 xiii
1. Tujuan Umum ........................................................................... 4 2. Tujuan Khusus .......................................................................... 4 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................... 5 A. Jerawat (Acne)................................................................................. 5 B. Minyak Cengkeh ............................................................................. 6 1. Deskripsi Minyak Cengkeh....................................................... 6 2. Kandungan Kimia ..................................................................... 7 3. Kegunaan................................................................................... 7 C. Krim ................................................................................................ 8 D. Gel dan emulgel .............................................................................. 9 E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal ..................................................... 10 1. Viskositas ................................................................................ 10 2. Daya Sebar .............................................................................. 10 F. Uji Daya Antibakteri ..................................................................... 11 1. Metode Dilusi.......................................................................... 11 2. Metode Difusi ......................................................................... 12 G. Landasan Teori.............................................................................. 14 H. Hipotesis........................................................................................ 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 17 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... 17 B. Variabel Penelitian ........................................................................ 17 1. Variabel Utama ....................................................................... 17 2. Variabel Pengacau................................................................... 17 xiv
C. Definisi Operasional...................................................................... 18 D. Bahan dan Alat Penelitian............................................................. 19 E. Tata Cara Penelitian ...................................................................... 20 1. Identifikasi Bahan ................................................................... 20 2. Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh .................................. 20 3. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis.............................................................................. 21 4. Pembuatan Krim Antiacne Minyak Cengkeh.......................... 24 5. Pembuatan Emulgel Antiacne Minyak Cengkeh..................... 25 6. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh ... 26 7. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran .................................................................................. 26 F. Analisis Data ................................................................................. 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 28 A. Identifikasi Bahan ......................................................................... 28 B. Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh ........................................ 28 C. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis.. 29 D. Formulasi Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh................ 31 E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh ......... 35 F. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran ........................................................................................ 38 xv
BAB V KESIMPULAN............................................................................ 45 A. Kesimpulan ................................................................................... 45 B. Saran.............................................................................................. 45 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 46 LAMPIRAN.............................................................................................. 49 BIOGRAFI PENULIS .............................................................................. 70
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I
Kandungan kimia minyak cengkeh (Lis-Balchin, 2006) .......... 7
Tabel II
Formula kontrol basis krim antiacne dan krim antiacne minyak cengkeh ...................................................................... 24
Tabel III Formula kontrol basis emulgel antiacne dan emulgel antiacne minyak cengkeh........................................................ 25 Tabel IV Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV. Indaroma.............. 29 Tabel V
Rerata hasil pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ...................................................................... 35
Tabel VI Rerata pengukuran sifat fisik sediaan topikal antiacne........... 37 Tabel VII Hasil perhitungan distribusi data sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh............................................ 37 Tabel VIII Hasil pengukuran diameter zona hambat sediaan topikal antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 41 Tabel IX Hasil perhitungan distribusi data zona hambat sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 42
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Patofisiologi jerawat (acne) (Anonim, 2009)............................... 5
Gambar 2
Morfologi tanaman cengkeh (Anonim, 2002 a)........................... 6
Gambar 3
Struktur Carbopol....................................................................... 10
Gambar 4
Diagram hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak cengkeh terhadap S. epidermidis................................... 30
Gambar 5
Pengenceran sediaan krim antiacne minyak cengkeh ............... 33 a. menggunakan air .................................................................... 33 b. menggunakan minyak ............................................................ 33
Gambar 6
Pengenceran sediaan emulgel antiacne minyak cengkeh .......... 33 a. menggunakan air .................................................................... 33 b. menggunakan minyak ............................................................ 33
Gambar 7
Sediaan topikal antiacne minyak cengkeh................................. 35 a. Krim antiacne minyak cengkeh ............................................. 35 b. Emulgel antiacne minyak cengkeh ........................................ 35
Gambar 8
Uji daya antibakteria sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis................................................ 40
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Certificate of Analyse (CoA) Clove Stem Oil ......................... 49
Lampiran 2
Surat keterangan S. epidermidis.............................................. 50
Lampiran 3
Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV Indaroma............... 51
Lampiran 4
Uji daya antibakteri minyak cengkeh terhadap S. epidermidis.............................................................................. 53
Lampiran 5
Perhitungan nilai rHLB sistem emulsi .................................... 54
Lampiran 6
Sediaan topikal krim antiacne minyak cengkeh ..................... 55
Lampiran 7
Sediaan topikal emulgel antiacne minyak cengkeh................ 56
Lampiran 8
Pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ................................................................................... 57
Lampiran 9
Pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antiacne................. 57
Lampiran 10 Pengukuran diameter zona hambat sediaan topikal antiacne terhadap S. epidermidis ............................................ 58 Lampiran 11 Uji daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dengan metode difusi sumuran ................................. 59 Lampiran 12 Hasil perhitungan statistik sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh........................................................ 61 Lampiran 13 Hasil
perhitungan
statistik
perbandingan
daya
antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam ...................................... 63
xix
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Jerawat (acne) merupakan suatu proses peradangan kronik pada kelenjar pilosebasea. Faktor pendukung utama dari timbulnya jerawat adalah proses hiperkeratinisasi folikuler, yang menyebabkan terjadi penyumbatan pada folikel tersebut. Peningkatan sekresi sebum yang distimulasi oleh kelenjar pilosebasea pada folikel yang tersumbat ini, menyediakan lingkungan yang kondusif bagi flora alami kulit untuk berkembang biak, sehingga terjadi peradangan pada folikel tersebut (DiPiro, et.al., 2005). Cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.) merupakan salah satu jenis tanaman rempah yang banyak ditemukan di Indonesia. Dari beberapa bagian tanaman cengkeh, seperti kuncup bunga, gagang, dan daun, dapat diperoleh minyak atsiri dengan komponen utama golongan fenol, yaitu eugenol (87%) (Alma, Ertas, Nitz, Kollmannsberger, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gupta, Garg, Uniyal, dan Kumari (2008), minyak cengkeh (Oleum Caryophylli) memiliki kemampuan antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri patogen, salah satunya adalah S. epidermidis, yang merupakan salah satu jenis flora alami pada kulit pendukung terjadinya jerawat. Melalui penelitian Gupta et. al. (2008) diketahui bahwa minyak cengkeh mampu menghasilkan diameter zona hambat hingga 20 mm terhadap S. epidermidis dan Minimum Inhibition Concentration (MIC) dari minyak cengkeh adalah 2,5%. Kemampuan daya 1
2
antibakteri yang dimiliki oleh minyak cengkeh terhadap S. epidermidis, menjadikan minyak cengkeh memiliki potensi untuk diformulasikan menjadi suatu sediaan antiacne. Krim merupakan sediaan semisolid yang juga merupakan jenis dari sediaan ointment dengan konsistensi yang lebih halus (Jenkins, Francke, Brecht, dan Sperandio, 1957). Uniknya, krim terbentuk dari hasil emulsifikasi antara fase minyak dan fase air dengan bantuan emulsifying agent. Emulgel juga merupakan sistem semisolid modifikasi dari gel, yang terdiri dari suatu sistem emulsi yang ditambahkan gelling agent. Penambahan gelling agent pada sistem emulsi mengakibatkan pergerakan medium dispersi menjadi terbatas akibat adanya sistem matriks dari gelling agent (Allen, 2002), sehingga pelepasan bahan aktif yang ada dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi dan sistem matriks gelling agent. Berbeda halnya dengan krim, di mana pelepasan bahan aktifnya hanya dibatasi oleh keberadaannya di dalam emulsi. Dengan adanya pembatasan sistem pada kedua sediaan topikal tersebut, maka krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh diprediksi memiliki afinitas bahan aktif dengan basis sediaan yang berbeda, sehingga mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari basis ,yang akan mempengaruhi
efektivitas
sediaan
topikal
pertumbuhan bakteri pendukung jerawat.
antiacne
dalam
menghambat
3
B. Perumusan Masalah Apakah daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna dengan daya antibakteri emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis?
C. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian mengenai perbandingan daya antibakteri
krim antiacne minyak cengkeh
dengan emulgel antiacne minyak cengkeh belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang terkait yang pernah dilakukan adalah Kemampuan Pelepasan dan Daya Antibakteri Kloramfenikol dari Sediaan Krim dan Produk Paten Salep (Hartati, 1994).
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Menambah
khasanah
ilmu
pengetahuan
khususnya
mengenai
pengembangan formulasi dan perbandingan efektivitas sediaan topikal antiacne. 2. Manfaat praktis Menghasilkan krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh yang efektif dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis.
4
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mendapatkan bentuk sediaan topikal antiacne dengan bahan aktif yang berasal dari bahan alam yaitu minyak cengkeh yang memiliki efektivitas terapi lebih baik serta memenuhi karakter sebagai sediaan topikal. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dengan daya antibakteri emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A.
Jerawat (Acne)
Gambar 1. Patofisiologi jerawat (acne) (Anonim, 2009)
Jerawat (acne) disebabkan karena adanya hiperkeratinisasi folikuler, sehingga terjadi penumpukan keratin pada folikel yang dapat menyumbat folikel tersebut. Selain itu, terjadi sekresi sebum berlebih yang dikarenakan adanya stimulasi hormon androgen terhadap kelenjar sebasea, sehingga sebum terperangkap di dalam folikel (Dipiro, et.al., 2005). Terperangkapnya sebum di dalam folikel ini menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan flora alami kulit, sehingga mampu bertumbuh dengan baik, dan mengakibatkan terjadinya inflamasi pada folikel (Walters dan Roberts, 2008). Propionibacterium acnes dan S. epidermidis merupakan flora alami pada kulit dan merupakan mikrobia utama penyebab jerawat (Bialecka, et. al., 2005). Persentase keberadaan S. epidermidis di kulit sekitar 85-100 % menunjukan bahwa S. epidermidis merupakan flora alami yang ada di kulit (Pelczar dan Chan, 1988). 5
6
S. epidermidis merupakan salah satu jenis mikrobia patogen Gram Positif berbentuk bulat dengan ukuran berkisar 0,5-1,5 µm. S. epidermidis memiliki karakteristik produksi lapisan film pada dinding sel, yang merupakan hasil sekresi dari teichoic acid. Adanya pembentukan lapisan hasil sekresi tersebut menyebabkan mikrobia ini menjadi patogen (Anonim, 2009).
B.
Minyak Cengkeh
Minyak cengkeh merupakan minyak essensial yang berasal dari tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.), yang termasuk famili Myrtaceae. Sinonim nama tanaman cengkeh yaitu: Syzygium aromaticum,
Caryophyllus
aromaticus L., Eugenia aromatic (L.) Baill. (Anonim, 2002 b)
Gambar 2. Morfologi tanaman cengkeh (Anonim, 2002 a)
1. Deskripsi Minyak Cengkeh Minyak cengkeh merupakan minyak yang mudah menguap, yang berasal dari bunga kering tanaman cengkeh, berupa cairan berwarna kuning pucat dan menjadi semakin gelap serta kental karena penyimpanan, tidak larut
7
dalam air; larut 2 bagian dalam 70% alkohol; sangat larut dalam alkohol kuat, eter, asam asetat glasial.
1,035 – 1,060;
< -1010’ ;
1,530; titik
didih sekitar 2500C (Anonim, 1995 b). Minyak cengkeh dapat diperoleh dari kuncup bunga, gagang, maupun bagian daun cengkeh, di mana kandungan minyak cengkehnya berturut-turut adalah 15-18%, 4-6%, dan 2% (Lis-Balchin, 2006). 2. Kandungan Kimia Komponen utama dalam minyak cengkeh adalah eugenol, eugenol asetat, β-caryophyllene, dan α-humulene. Minyak cengkeh dari bagian tanaman cengkeh yang berbeda, memiliki kandungan minyak cengkeh dengan konsentrasi yang bervariasi. Tabel I. Kandungan kimia minyak cengkeh (Lis-Balchin, 2006) Kuncup bunga Gagang cengkeh Daun cengkeh cengkeh (%) (%) (%) Eugenol 82-88 85-90 75-90 Eugenol asetat 11-27 Kurang dari 5 Kurang dari 10 β-caryophyllene Kurang dari 16 2,5-3,5 15-19 α-humulene Kurang dari 2 0,3-0,4 1,5-2,5 3. Kegunaan Minyak cengkeh dapat diaplikasikan lokal dan eksternal untuk perawatan sakit gigi, dan infeksi minor pada mulut dan kulit. Minyak cengkeh juga digunakan sebagai antiseptik pada luka terbuka ringan dan dapat digunakan sebagai penurun demam, serta aroma terapi. Menurut penelitian Gupta, et al. (2008), minyak cengkeh juga memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis mikrobia patogen seperti,
8
S. aureus, S. epidermidis, Bacillus subtilis, B. cereus, Bacillus sp., Listeria monocytogenes, Micrococcus aerogenosa, Kleibsiella sp.. Pada penelitian Nassar et al. (2007) juga ditunjukkan bahwa minyak cengkeh memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan nilai aktivitas scavenging (kemampuan suatu agen dalam menangkap radikal bebas) sebesar 93%, yang hampir sama kemampuannya dengan pembandingnya yaitu butylated hydroxytoluene (BHT) (95%).
C.
Krim
Krim merupakan suatu bentuk semisolid yang memiliki satu atau lebih bahan aktif, yang terdispersi atau larut, baik dalam emulsi minyak dalam air (m/a) maupun air dalam minyak (a/m) (Allen, 2005). Pada beberapa sumber, krim dikatakan mirip atau merupakan bagian dari ointment (salep). Untuk krim jenis a/m merupakan water-washable base ointment, di mana cream akan mudah tercuci dengan air, sedangkan untuk krim jenis a/m, dikatakan merupakan bagian dari
oleaginous base ointment, di mana terdapat kandungan minyak dan
cenderung bersifat oklusif dan tahan lama pada kulit karena tidak mudah tercuci dengan air (Sagarin, Goulden, Klarmann, dan Powers, 1957). Beeswax atau white wax, atau cera album, merupakan agen stabilitator dan agen pengental yang biasa digunakan pada pembuatan sediaan topikal seperti krim. Beeswax terdiri dari 70-75% campuran macam-macam ester dari rantai lurus monohidrat alkohol dengan jumlah rantai atom karbon antara C24 sampai C36 (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009). Titik leleh dari beeswax yaitu 60-650C. Adanya
9
penambahan borax, akan mengemulsikan beeswax menjadi garam asam lemakborax dengan lemak alkohol (Anonim, 2004).
D.
Gel dan Emulgel
Gel merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari partikel inorganik berukuran kecil maupun partikel organik berukuran besar saling berikatan, yang membentuk suatu bangun tiga dimensi dan liquid berada di dalamnya (Zatz dan Kushla, 1996). Dengan demikian gel merupakan suatu sistem semirigid yang berasal dari fase terdispersi yang saling berikatan membentuk suatu tiga dimensi sehingga membatasi pergerakan dari medium pendispersi (Allen, 2005). Emulgel
merupakan
salah
satu
jenis
gel
yang
dibuat
dengan
mencampurkan emulsi dan gel pada perbandingan tertentu. Pada formula emulgel terdapat bahan tambahan yang digunakan agar membentuk bentuk sediaan yang stabil, yaitu: 1. Emulsifying agent digunakan untuk menghasilkan emulsi yang stabil, dengan menurunkan tegangan muka antar fase pendispersi dan fase terdispersi, yang pada umumnya memiliki perbedaan polaritas sehingga tidak dapat bercampur. (Pena, 1990). 2. Gelling
agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dengan
membentuk ikatan 3 dimensional yang akan membatasi kinetik dari fase pendispersi Carbomer merupakan salah satu jenis gelling agent untuk menghasilkan gel maupun emulgel dengan karakteristik tertentu. Secara kimia, Carbomer
10
merupakan polimer sintetik dengan bobot molekul tinggi dari asam akrilat (Rowe, Sheskey, & Quinn, 2009).
Gambar 3. Struktur Carbopol
Adapun mekanisme pengentalan yang terjadi pada carbomer adalah reaksi netralisasi pada bagian asam karboksilat ke bentuk garamnya sehingga dapat menghasilkan bentuk gel yang jernih dengan viskositas yang optimum pada pH 7 (Pena, 1990).
E.
Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal
1. Viskositas Viskositas merupakan suatu ketahanan suatu cairan untuk mengalir, di mana semakin tinggi viskositas, maka semakin besar pula ketahanannya (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993). Evaluasi mengenai viskositas merupakan karakteristik formulasi yang penting pada sediaan semisolid, karena viskositas suatu sediaan semisolid menentukan lama tinggal sediaan di kulit, sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002). 2. Daya sebar Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung
11
jawab dalam keefektifan dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semisolid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar yaitu: rigiditas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).
F.
Uji Daya Antibakteri
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kemampuan suatu agen dalam menghambat maupun membunuh bakteri tertentu. Ada beberapa metode dalam melakukan pengujian daya antibakteri, yaitu: 1. Metode dilusi Metode dilusi dapat digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM), yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan menentukan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh bakteri. Prinsip dari metode dilusi adalah pengenceran senyawa antibakteri dalam beberapa konsentrasi dalam media cair yang ditambahkan bakteri uji hingga didapat larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikrobia uji ataupun agen antibakteri. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).
12
2. Metode difusi Metode difusi mengukur aktivitas antibakteri berdasarkan pengamatan diameter zona jernih yang dihasilkan pada media karena adanya agen antibakteri yang berdifusi dari tempat awal pemberian. Metode ini dilakukan dengan menempatkan agen antibakteri pada media padat yang telah diinokulasikan biakan bakteri (Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 1995). Ada beberapa cara dalam melakukan metode difusi ini, yaitu: a. Cara sumuran Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian setelah memadat, dibuat sumuran dengan diameter tertentu dan tegak lurus dengan permukaan media, selanjutnya ke dalam sumuran ini dimasukkan agen antibakteri. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar sumuran (Pratiwi, 2008). b. Cara paper disc Cara ini dilakukan dengan menginokulasikan bakteri ke media kemudian setelah memadat, paper disc diletakan di atas media yang telah memadat, dan ditetesi dengan agen antibakteri, sehingga agen antibakteri meresap ke dalam paper disc. Daya antibakteri yang diukur adalah diameter zona jernih yang dihasilkan di sekitar disc (Pratiwi, 2008). Agen antibakteri yang diformulasikan ke dalam suatu bentuk sediaan topikal memiliki beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal tersebut. Kecepatan pelepasan agen antibakteri dari basis memegang peran penting terkait aktivitas terapetik dari agen
13
antibakteri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal di antaranya adalah: 1. Faktor fisika kimia Faktor fisika kimia yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal yaitu: a. Kelarutan dari agen antibakteri atau afinitas agen antibakteri terhadap pembawa Agen antibakteri yang sangat larut dalam basis dan memiliki afinitas kuat terhadap bahan pembawanya, menunjukkan koefisien difusi yang rendah, sehingga pelepasan agen antibakteri dari bahan pembawa menjadi lambat, demikian pula sebaliknya. b. Waktu difusi Berdasarkan persamaan Higuchi, dapat diketahui bahwa waktu difusi berbanding lurus dengan jumlah agen antibakteri yang dilepaskan dari basis.
Di mana: Q = Jumlah agen antibakteri yang dilepaskan C0 = Komposisi
agen
antibakteri
mula-mula
dalam
pembawa Dv = koefisien difusi agen antibakteri dalam pembawa t
= waktu difusi
14
c. Jenis basis sediaan topikal Jenis basis dari sediaan topikal memiliki sifat yang berbeda-beda, misalnya mengenai pH, viskositas, polaritas, dan lain-lain, sehingga dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis (Kavanagh, 1974). 2. Faktor biologis Faktor biologis yang dapat mempengaruhi pelepasan agen antibakteri dari basis sediaan topikal yaitu: a. Pertumbuhan bakteri dalam media Bakteri merupakan makhluk hidup bersel satu (uniseluler) yang memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel. Adanya agen antibakteri akan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. b. Aktivitas antibakteri Berdasarkan sifat toksisitas selektif, agen antibakteri dapat bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan dapat bersifat membunuh bakteri (bakteriosida) (Jawetz, et.al., 1995).
G.
Landasan Teori
Jerawat (acne) yang terjadi karena terjadinya hiperkeratinisasi folikuler, menyebabkan folikel tersumbat oleh keratin, menyebabkan sebum yang disekresikan oleh kelenjar sebasea terperangkap di dalam folikel, sehingga menciptakan lingkungan yang optimal bagi flora alami kulit seperti S. epidermidis untuk berkembang dan menyebabkan peradangan kronik (Dipiro, et. al., 2005).
15
Dengan demikian, untuk meminimalkan terjadinya jerawat, dapat dilakukan dengan meminimalisasi keberadaan flora alami kulit pendukung jerawat yang berkembang lebih cepat tersebut dengan menggunakan agen antibakteri. Berdasarkan penelitian Gupta, et al. (2008) minyak cengkeh (Oleum Caryophylli) memiliki daya antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri patogen , salah satunya adalah S. epidermidis, yang merupakan salah satu flora alami kulit pendukung terjadinya jerawat. Dengan demikian, minyak cengkeh memiliki potensi untuk diformulasikan menjadi sediaan antiacne. Krim
dan
emulgel
merupakan
sediaan
topikal
semisolid
yang
menggunakan proses emulsifikasi dalam membentuk sistemnya. Hal yang membedakan kedua sediaan ini adalah adanya penambahan gelling agent pada emulgel, sedangkan pada krim tidak terdapat penambahan bahan ini. Adanya penambahan gelling agent menyebabkan terbentuknya suatu matriks yang membatasi gerak dari emulsi, di mana bahan aktif ada di dalam sistem emulsi tersebut. Pada krim, bahan aktif terdapat pada sistem emulsi yang tidak dibatasi geraknya oleh matriks, sehingga diprediksi terdapat perbedaan afinitas bahan aktif antara basis krim dengan basis emulgel, sehingga dapat mempengaruhi pelepasan bahan aktif dari sediaan krim dan emulgel. Pengujian daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan bermakna atau tidak dari kemampuan krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat bakteri, di mana pada penelitian ini digunakan bakteri S. epidermidis yang merupakan bakteri pendukung terjadinya
16
jerawat. Adanya perbedaan afinitas bahan aktif, yang pada penelitian ini adalah minyak cengkeh, diperkirakan mempengaruhi pelepasan minyak cengkeh dari basis sediaan, sehingga mempengaruhi efektivitas sediaan topikal antiacne dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis. Penggunaan analisis statistik nonparametrik (i.e. Kruskall-Wallis) dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan kedua sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dalam menghambat pertumbuhan S. epidermidis, tanpa harus melihat normalitas distribusi data yang diperoleh, sehingga dapat diketahui kedua sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dalam kemampuannya sebagai antibakteri.
H.
Hipotesis
Daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna dengan daya antibakteri emulgel anti acne cream minyak cengkeh terhadap pertumbuhan S. epidermidis.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian
ini
termasuk
penelitian
eksperimental
analitik,
yaitu
membandingkan daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna atau tidak dengan emulgel antiacne minyak cengkeh melalui analisis statistik komparatif tidak berpasangan.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Utama a. Variabel bebas Bentuk sediaan krim antiacne dan emulgel antiacne. b. Variabel tergantung Diameter zona hambat terhadap S. epidermidis dan sifat fisik yang meliputi viskositas dan daya sebar. 2. Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali Konsentrasi pencampuran,
minyak wadah
cengkeh,
waktu
penyimpanan,
suhu
pencampuran, saat
kecepatan
pembuatan,
lama
penyimpanan sebelum pengujian daya hambat dan sifat fisik, suhu inkubasi, lama inkubasi, kepadatan S. epidermidis.
17
18
b. Variabel pengacau tidak terkendali Suhu ruangan dan kelembaban ruangan saat penyimpanan.
C. Definisi Operasional 1. Minyak cengkeh adalah minyak essensial yang berasal dari gagang tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata Thunb.) dan diperoleh dari CV Indaroma. 2.
Staphylococcus epidermidis adalah kultur murni bakteri uji S. epidermidis ATCC 12228 yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.
3. Krim antiacne minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil emulsifikasi dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat (acne), sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini. 4. Emulgel antiacne minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil emulsifikasi dan penambahan Carbopol 940 sebagai gelling agent dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat (acne), sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini. 5. Kontrol basis krim antiacne adalah sediaan semisolid hasil emulsifikasi tanpa bahan aktif minyak cengkeh sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini dan digunakan sebagai pembanding krim antiacne minyak cengkeh terhadap kemampuannya dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis. 6. Kontrol basis emulgel antiacne adalah sediaan semisolid hasil emulsifikasi dan penambahan Carbopol 940 sebagai gelling agent tanpa bahan aktif
19
minyak cengkeh dengan formula yang tercantum pada penelitian ini dan digunakan sebagai pembanding emulgel antiacne minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis. 7. Sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang meliputi daya sebar dan viskositas. 8. Daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh adalah kemampuan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh untuk menghambat atau membunuh S. epidermidis yang ditunjukan melalui diameter zona hambat yang dihasilkan dibandingkan dengan masing-masing kontrol basis sediaan topikal antiacne. 9. Diameter zona antimikrobial adalah parameter daya antibakteri berupa diameter area jernih yang dihasilkan agen antibakteri dibandingkan dengan kontrol negatif.
D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Bakteri uji S. epidermidis ATCC 12228 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Propinsi
D.I.
Yogyakarta
Balai
Laboratorium
Kesehatan
Yogyakarta, minyak cengkeh yang diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta, Carbopol 940 (kualitas farmasetis) sebagai gelling agent, Beeswax sebagai bodying agent, borax, gliserin sebagai humectant, NaOH sebagai basa, Tween 80 dan Span 80 sebagai emulsifying agent, aquades sebagai pelarut dan fase
20
air, media Nutrient Broth (Oxoid), Muller-Hinton Agar (Oxoid), minyak cengkeh (kontrol positif), etanol sebagai pelarut minyak cengkeh. 2. Alat Seperangkat alat gelas (Pyrex), cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, alat pembuat sumuran no.4 (diameter 0,8 cm), labu Erlenmeyer, pipet ukur, vortex, neraca, mixer, waterbath, viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), alat pengukur daya sebar.
E. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: a. Minyak cengkeh yang merupakan minyak essensial dari gagang tanaman cengkeh diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta dan telah diuji identitasnya. b. Kultur murni S. epidermidis ATCC 12228 diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta, Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji kemurniannya. 2. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi: a. Verifikasi indeks bias minyak cengkeh Indeks bias minyak cengkeh diukur dengan menggunakan hand refractometer. Minyak cengkeh diteteskan pada prisma utama, kemudian
21
prisma ditutup dan ujung refraktometer diarahkan ke arah cahaya terang, sehingga melalui lensa skala dapat dilihat dengan jelas. Nilai indeks bias minyak cengkeh ditunjukkan oleh garis batas yang memisahkan sisi terang dan sisi gelap pada bagian atas dan bawah. b. Verifikasi bobot jenis minyak cengkeh Bobot jenis minyak cengkeh diukur dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi, dengan menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air, pada suhu 250C. Piknometer diisi dengan minyak cengkeh, dan kondisikan suhu hingga 250C, kemudian piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi minyak cengkeh dikurangkan dengan bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak cengkeh merupakan perbandingan antara bobot minyak cengkeh dengan bobot air dalam piknometer, pada suhu 250C. 3. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis a. Penentuan konsentrasi minyak cengkeh Minyak cengkeh dibuat dalam beberapa seri konsentrasi yaitu 10, 15, 20, 25, 50, 75, dan 100 %, dengan pelarut etanol 96%. b. Pembuatan stok bakteri S. epidermidis Media Muller-Hinton Agar (MHA) suhu 45-500C dimasukkan ke dalam tabung reaksi sejumlah 5 ml, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit. Pada suhu 45-500C, tabung reaksi dimiringkan dan dibiarkan memadat. Diambil 1 ose biakan murni S.
22
epidermidis dan diinokulasikan secara goresan, inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C dalam inkubator. c. Pembuatan suspensi bakteri Diambil 1 ose koloni bakteri S. epidermidis dari stok bakteri, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi media Nutrient Broth (NB) steril, inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C dalam inkubator, selanjutnya kekeruhan suspensi bakteri S. epidermidis disesuaikan dengan standar 0,5 Mac Farland (1,5 x 108 CFU/mL) (Bonang dan Koeswardono, 1982). d. Pembuatan kontrol media Media MHA steril dituang ke dalam cawan petri, biarkan memadat, kemudian diinkubasi selama 24 hingga 48 jam dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, diamati dan dibandingkan dengan perlakuan. e. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji S. epidermidis Media MHA steril dengan suhu 45-550C, diinokulasikan suspensi bakteri uji dengan kepadatan dan jumlah yang sama dengan suspensi bakteri uji pada perlakuan, kemudian tuang ke cawan petri steril dan digoyang sehingga pertumbuhan bakteri dapat merata. Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi 24 hingga 48 jam, dengan suhu 370C. Setelah diinkubasi, diamati pertumbuhan bakteri uji melalui kekeruhan media dibandingkan dengan perlakuan.
23
f. Uji daya antibakteri minyak cengkeh terhadap S. epidermidis dengan metode difusi sumuran Cawan petri steril diisi hingga 1/3 tinggi cawan petri dengan media MHA steril dan biarkan memadat, layer ini merupakan layer pertama. Layer kedua dituang di atas lapisan pertama, hingga 3/4 tinggi cawan petri dengan media MHA yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri. Selanjutnya, dibuat 5 lubang sumuran dengan diameter 0,8 cm pada cawan petri yang telah berisi media MHA double layer yang telah padat. Keempat sumuran masing-masing diisi dengan 50 µl minyak cengkeh dengan konsentrasi yang berbeda (10, 15, 20, 25, 50, 75, 100 %) dan sumuran yang tersisa diisi dengan 50 µl etanol sebagai kontrol pelarut. Cawan petri dilapisi dengan menggunakan plastic wrab, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C, dan diamati serta diukur diameterzona hambat yang dihasilkan.
Konsentrasi dengan daya
antibakteri yang maksimal dipakai untuk pengujian daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh. Penelitian ini dilakukan 7 kali replikasi sesuai dengan replikasi dari sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang diformulasikan.
24
4. Pembuatan krim antiacne minyak cengkeh Formula standar krim dalam 100 g (Harry dan Wilkinson, 1973) R/
Beeswax 10,0 Mineral oil 20,0 Lanolin 3,0 Borax 0,7 Hydrogenated vegetable oil 25,0 Antioxidant 0,5 Sorbitan Stearate 5,0 Polysorbate 60 2,0 Water 33,8 Perfume, preservatives q.s Dari formula tersebut di atas dilakukan modifikasi sebagai berikut: Tabel II. Formula kontrol basis krim antiacne dan krim antiacne minyak cengkeh Material
Kontrol basis krim antiacne (g)
Minyak Cengkeh Beeswax Parafin cair Span 80 Tween 80 Gliserin Borax Aquades
19,0 16,0 13,2 16,8 2,0 1,0 32,0
Krim antiacne minyak cengkeh (g) 15,0 19,0 1,0 8,4 21,6 2,0 1,0 32,0
Cara pembuatan kontrol basis cream dan anti acne cream minyak cengkeh: Beeswax dilelehkan terlebih dahulu. Bahan-bahan yang merupakan fase minyak (minyak cengkeh, parafin cair., Span 80) dicampur dalam satu wadah, demikian halnya dengan fase air, kecuali aquades. Masing-masing wadah dipanaskan pada suhu 800C, kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam beeswax yang telah leleh dengan suhu pencampuran 800C dengan kecepatan pencampuran 200 rpm. Selanjutnya fase air dan aquades ditambahkan berturut-turut,
dan kecepatan pencampuran ditingkatkan
menjadi 400 rpm selama 20 menit.
25
5. Pembuatan emulgel antiacne minyak cengkeh Formula standar emulgel dalam 100 g (Mohamed, 2004) R/
Chlorphenesin 0,5 Carbopol 934 1,0 Liquid Parafin 5,0 Tween 20 0,6 Span 20 0,9 Propilenglikol 5,0 Etanol 2,5 Metil paraben 0,03 Propil paraben 0,01 Aquades ad. 100 Dari formula tersebut di atas dilakukan modifikasi sebagai berikut: Tabel III. Formula kontrol basis emulgel antiacne dan emulgel antiacne minyak cengkeh Material Kontrol basis emulgel Emulgel antiacne antiacne (g) minyak cengkeh (g) Minyak Cengkeh 15,0 Carbopol 940 2,0 2,0 NaOH 20 %b/v 0,5 0,5 Parafin cair 16,0 1,0 Span 80 14,1 3,6 Tween 80 15,9 26,4 Gliserin 2,0 2,0 Aquades 49,5 49,5 Cara pembuatan kontrol basis emulgel antiacne dan emulgel antiacne minyak cengkeh: Carbopol 940 dikembangkan dengan menggunakan sebagian aquades dari formula selama semalam, kemudian bahan-bahan yang merupakan fase minyak (minyak cengkeh, paraffin cair, Span 80) dicampur terlebih dahulu, demikian halnya dengan fase air, kecuali aquades. Campuran fase minyak ditambahkan ke dalam campuran fase air dengan kecepatan pengadukan 200 rpm. Sisa aquades dari formula ditambahkan ke dalam emulsi tersebut. pencampuran emulsi tersebut dilakukan selama 10 menit.
26
Emulsi selanjutnya ditambahkan ke dalam Carbopol 940 yang telah dikembangkan oleh sebagian aquades dari formula dengan kecepatan putar 400 rpm selama 10 menit. NaOH 20 %b/v ditambahkan dan pengadukkan dilanjutkan selama 5 menit. 6. Uji sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh Sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang diuji pada penelitian ini meliputi: a. Uji viskositas Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan Viscosimeter Rion seri VT 04. Sediaan dimasukan ke dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas sediaan diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Pengujian ini dilakukan 1 kali, yaitu 48 jam setelah sediaan selesai dibuat. b. Uji daya sebar Satu gram sediaan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas sediaan diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga kaca bulat dan pemberat, 125 g, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya. Pengujiaan ini dilakukan 1 kali, yaitu 48 jam setelah sediaan selesai dibuat 7. Uji daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis dengan metode difusi sumuran Dibuat 6 lubang sumuran dengan diameter 0,8 cm pada cawan petri yang telah berisi media MHA double layer yang telah padat. Masing-masing
27
sumuran diisi 100 mg krim antiacne minyak cengkeh; 100 mg kontrol basis krim antiacne; 100 mg emulgel antiacne minyak cengkeh ; 100 mg kontrol basis emulgel antiacne; 50 µl minyak cengkeh sebagai kontrol positif; 50 µl etanol sebagai kontrol pelarut. Cawan petri dilapisi dengan menggunakan plastic wrab, kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 370C. Diameter zona hambat yang dihasilkan diamati dan diukur pada jam ke-12, 24 dan ke48. F. Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang meliputi viskositas dan daya sebar, serta data daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis sediaan topikal antiacne. Analisis statistik digunakan untuk melihat signifikansi perbedaan dari data yang diperoleh tersebut. Pada distribusi data normal, digunakan analisis statistik parametrik (uji T tidak berpasangan atau ANOVA satu arah), sedangkan pada distribusi data tidak normal digunakan analisis statistik non-parametrik (Kruskall-Wallis atau Mann-Whitney).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Bahan Identifikasi bahan perlu dilakukan untuk menjamin bahwa bahan yang diuji sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga tidak membiaskan hasil penelitian. Pada penelitian ini, minyak cengkeh yang digunakan merupakan minyak essensial dari gagang tanaman cengkeh yang diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta serta telah diuji identitasnya, dengan Certificate of Analysis (CoA) terlampir (Lampiran 1). Kultur murni merupakan biakan bakteri yang berasal dari satu spesies bakteri atau perbanyakan 1 sel bakteri (Jutono, et. al., 1980). Pada penelitian ini, S. epidermidis ATCC 12228 digunakan sebagai bakteri uji, yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta, Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dan telah diuji kemurniannya. Surat keterangan identitas kultur S. epidermidis terlampir (Lampiran 2).
B. Verifikasi Sifat Fisik Minyak Cengkeh Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh yang dilakukan pada penelitian ini meliputi indeks bias dan bobot jenis dengan tujuan untuk memastikan identitas dari minyak cengkeh yang digunakan. Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari verifikasi sifat fisik minyak cengkeh:
28
29
Tabel IV. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV. Indaroma Teoritis Certificate of Sifat Fisik Verifikasi (Anonim, 1995 b) Analysis (CoA) Indeks bias
1,530
1,530
`1,523 ± 0,020
Bobot jenis
1,035-1,060
1,040
1,021± 0,014
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa rentang indeks bias dan bobot jenis minyak cengkeh yang diperoleh, berada dalam rentang teoritis berdasarkan pada United State Pharmacopeia: The National Formulary (1995). Dengan demikian, minyak essensial yang diperoleh dari CV Indaroma sesuai dengan CoA dan teroritis (Anonim, 1995 b), dan merupakan minyak essensial yang berasal dari tanaman cengkeh.
C. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis Bahan aktif yang digunakan pada formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh pada penelitian ini adalah minyak cengkeh yang berasal dari gagang tanaman cengkeh. Pada penelitian Gupta, et. al. (2008), minyak cengkeh memiliki daya antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri patogen, salah satunya adalah S. epidermidis. Adanya perbedaan kualitas minyak cengkeh yang digunakan, diprediksi mempengaruhi daya antibakteri minyak cengkeh terhadap S. epidermidis, sehingga perlu dilakukan pengujian konsentrasi minyak cengkeh yang akan digunakan dalam formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh pada penelitian ini.
30
Dari hasil yang diperoleh, didapat diameter zona hambat minyak cengkeh terhadap S. epidermidis (Lampiran 4) sebagai berikut:
Gambar 4. Diagram hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak cengkeh terhadap S. epidermidis Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 25% memiliki rerata zona hambat yang paling tinggi. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah, yaitu 15% dan 20%, rentang rerata diameter zona hambat (17,27 – 20,73 dan 16,14 – 19,20 mm) yang dihasilkan tidak berbeda bermakna dari rentang rerata diameter zona hambat minyak cengkeh konsentrasi 25% (18,05 – 27,29 mm) dilihat dari rentang rerata zona hambat yang dihasilkan tumpang tindih, sedangkan pada konsentrasi yang lebih rendah, yaitu 10%, didapat rerata diameter zona hambat minyak cengkeh lebih kecil dan apabila diformulasikan akan menghasilkan zona hambat yang lebih kecil. Selain itu, menurut Lis-Balchin (2006), minyak cengkeh memiliki sensitivitas dan bersifat iritatif pada konsentrasi 20% dalam salep, dimana dari 25 konsumen terdapat 2 konsumen yang mengalami sensitivitas maupun iritasi. Melalui pertimbangan ini,
31
maka dipilihlah konsentrasi 15% untuk formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.
D. Formulasi Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh Pada formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dalam penelitian ini, dipilih bentuk sediaan krim dan emulgel dengan mempertimbangkan bahan aktif yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak cengkeh yang bersifat lipoid, sehingga dipilih suatu bentuk sediaan yang merupakan sistem emulsi agar bahan aktif dapat diaplikasikan dengan nyaman oleh konsumen. Selain itu, kedua bentuk sediaan ini telah banyak digunakan di pasaran karena kenyamanan saat aplikasi. Sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang dibuat pada penelitian ini merupakan suatu sistem emulsi minyak dalam air (M/A). Selain lebih nyaman dipakai oleh konsumen, sistem M/A dipilih untuk formulasi sediaan topikal antiacne karena sistem M/A tidak bersifat oklusif (menutupi pori-pori kulit), sehingga diprediksi tidak memperburuk kondisi jerawat. Secara fisiopatologik, jerawat muncul akibat adanya hiperkeratolitik dan sekresi sebum yang berlebihan, sehingga sebum tersumbat di dalam pori-pori kulit, yang memungkinkan pertumbuhan baik untuk flora alami di kulit. Penggunaan sediaan topikal yang bersifat oklusif seperti pada sistem emulsi A/M, akan semakin menutupi pori-pori kulit karena fase minyak berada di medium dispers dan fase air merupakan fase terdispers (fase minyak di luar sistem), sehingga memperparah keadaan jerawat. Pada sediaan topikal dengan sistem M/A, fase minyak merupakan fase terdispersi
32
dan fase air merupakan medium dispersinya, sehingga pori-pori tidak tertutupi dan sediaan tidak memperparah penyumbatan yang telah ada. Pada formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh, dibuat juga kontrol basis sediaan topikal antiacne untuk masing-masing sediaan topikal antiacne minyak cengkeh. Kontrol basis sediaan topikal antiacne berperan sebagai pembanding kemampuan daya antibakteri dari sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis. Dengan kata lain, kontrol basis sediaan topikal antiacne merupakan faktor koreksi pengamatan daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh, sehingga dapat diketahui diameter zona antimikrobial yang dihasilkan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berasal dari bahan aktif sediaan topikal antiacne minyak cengkeh, bukan dari basisnya. Pada formulasi kontrol basis sediaan topikal antiacne, minyak cengkeh digantikan oleh parafin cair yang merupakan fase minyak pada sistem emulsi. Pertimbangan parafin cair untuk menggantikan posisi minyak cengkeh adalah untuk menyamakan jumlah fase minyak dan meminimalkan pengaruh faktor eksternal dalam formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh untuk melepaskan bahan aktif. Dalam memformulasikan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis sediaan topikal antiacne, nilai required Hydrophyl Lipophyl Balance (rHLB) digunakan untuk menentukan HLB campuran emulgator yang akan digunakan, sehingga dapat dihasilkan suatu sistem emulsi yang stabil. Nilai rHLB minyak cengkeh diasumsikan sama dengan rHLB minyak zaitun, dengan pertimbangan minyak zaitun sering digunakan sebagai fase minyak pada sediaan
33
topikal, dan minyak cengkeh diasumsikan sebagai pengganti fase minyak ini. Berdasarkan hasil perhitungan nilai rHLB didapat nilai rHLB dari kontrol basis cream, anti acne cream, kontrol basis emulgel, anti acne emulgel berturut-turut sebagai berikut: 10,3; 12,0; 10; dan 13,75 (Lampiran 5). Penentuan nilai rHLB sistem ini penting dilakukan dalam merancang sediaan topikal, untuk menentukan HLB surfaktan yang akan digunakan agar dihasilkan sediaan topikal yang stabil. Untuk memastikan karakteristik sistem emulsi yang diformulasikan, maka dilakukan pengujian tipe emulsi dengan metode pengenceran. Metode pengenceran ini relatif lebih praktis dan mudah, dengan cara melakukan pengenceran sediaan baik menggunakan air maupun minyak cengkeh. Berikut merupakan gambar hasil pengenceran sediaan:
Pemisahan fase air
a
b
Gambar 5. Pengenceran sediaan krim antiacne minyak cengkeh a. menggunakan air b. menggunakan minyak
Fase minyak tidak dapat bercampur dengan emulgel a
b
Gambar 6. Pengenceran sediaan emulgel antiacne minyak cengkeh a. menggunakan air b. menggunakan minyak
34
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa baik sediaan krim antiacne minyak cengkeh maupun sediaan krim antiacne minyak cengkeh tidak pecah ketika ditambahkan air, sedangkan ketika ditambahkan minyak, sistem emulsi menjadi pecah yang ditunjukkan dengan adanya pemisahan fase air dan minyak. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa sistem emulsi yang ada pada sediaan topikal antiacne minyak cengkeh memiliki karakteristik sistem emulsi M/A. Pada formulasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dalam penelitian ini digunakan emulgator Tween 80 dan Span 80 yang termasuk golongan surfaktan nonionik. Emulgator yang termasuk golongan nonionik menstabilkan sistem emulsi dengan menghasilkan lapisan film yang dapat menurunkan tegangan antar muka kedua fase. Akan tetapi, emulgator golongan nonionik ini kurang kuat dalam menstabilkan sistem emulsi, sehingga digunakan co-surfaktan yaitu penyabunan Beeswax-borax untuk membantu menstabilkan sistem emulsi. Minyak cengkeh yang merupakan bahan aktif dari sediaan topikal antiacne minyak cengkeh, berada dalam fase minyak dari sistem emulsi, sehingga penambahan Carbopol 940 sebagai gelling agent pada emulgel antiacne minyak cengkeh, membatasi pergerakan emulsi sehingga dapat mempengaruhi pelepasan bahan aktif. Pada krim antiacne minyak cengkeh, bahan aktif akan berinteraksi dengan fase minyak lain yang terdapat dalam sistem emulsi dan tidak dibatasi oleh matriks seperti halnya pada emulgel. Adanya interaksi dengan fase minyak lain yang terdapat dalam sistem emulsi dapat juga mempengaruhi pelepasan bahan aktif (dalam hal ini adalah minyak cengkeh) dari sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.
35
Berikut merupakan hasil formulasi sediaan anti acne cream (Lampiran 6) dan sediaan topikal anti acne emulgel (Lampiran 7):
a
b
Gambar 7. Sediaan topikal anti acne minyak cengkeh a. krim antiacne minyak cengkeh b. emulgel antiacne minyak cengkeh Penetapan pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh juga penting untuk diperhatikan agar tidak mengiritasi kulit, sehingga pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dibuat pada rentang pH kulit yaitu 4,5-6,5. Berikut merupakan hasil pengukuran pH sediaan topikal anti acne minyak cengkeh (Lampiran 8): Tabel V. Rerata hasil pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh Jenis Sediaan ± SD Anti acne cream 5,8 ± 0,13 Anti acne emulgel 5,2 ± 0,23 Dari hasil pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh di atas, dapat diketahui bahwa pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berada dalam rentang pH kulit, sehingga dapat meminimalkan resiko iritatif pada kulit.
E. Uji Sifat Fisik Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh Dalam penelitian ini, sifat fisik merupakan salah satu bagian evaluasi dari formulasi yang dilakukan, yang meliputi uji viskositas dan daya sebar.
36
Pengukuran sifat fisik dari sediaan topikal pada penelitian ini dilakukan satu kali, setelah 48 jam pembuatan sediaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi waktu bagi sediaan topikal dalam membentuk sistemnya dengan sempurna, dan diasumsikan pada waktu itu, energi geser yang ada akibat pencampuran telah hilang. Viskositas merupakan suatu tahanan dari suatu sediaan untuk mengalir, dimana semakin besar viskositas, maka semakin besar pula tahanannya untuk mengalir (semakin kental). Viskositas sediaan topikal dapat mempengaruhi aplikasi pada kulit, pelepasan senyawa aktif, dan pengeluaran sediaan dari wadah. Apabila sediaan topikal terlalu kental, maka aplikasi pada kulit akan sulit dilakukan dengan merata dan pergerakkan dari droplet-droplet semakin kecil sehingga fase minyak, di mana senyawa aktif pada sediaan topikal ini akan tertahan dan sulit dilepaskan. Namun, apabila terlalu encer aplikasi pada kulit atau jerawat juga akan sulit dilakukan, karena kontak dengan kulit tidak bertahan lama. Daya sebar sediaan topikal merupakan salah satu karakteristik penting dalam formulasi dan bertanggung jawab terhadap kemudahan aplikasi pada kulit serta penerimaan di konsumen. Pegujian daya sebar dilakukan berdasarkan rerata diameter terpanjang dari beberapa sisi. Daya sebar bekerja sama dengan viskositas dalam menjamin kemudahan aplikasi dan pemerataan saat aplikasi sehingga senyawa aktif yang terkandung dalam sediaan topikal dapat terpenetrasi dengan baik. Hasil pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh adalah sebagai berikut (Lampiran 9):
37
Tabel VI. Rerata pengukuran sifat fisik sediaan topikal anti acne Jenis Sediaan Viskositas (dPa.s) Daya Sebar (cm) 322,86 ± 35,46 3,86 ± 0,68 Krim antiacne minyak cengkeh Emulgel antiacne minyak cengkeh
292,86 ± 39,04
4,2 ± 0,17
Dari data di atas dapat diketahui bahwa viskositas sediaan topikal antiacne minyak
cengkeh
relatif
tinggi.
Pemilihan
rentang
viskositas
ini
mempertimbangkan untuk kemudahan dan kenyamanan konsumen dalam aplikasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ke tempat aplikasi, yaitu jerawat. Selanjutnya, dilakukan pengolahan data secara statistik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan viskositas maupun daya sebar dari jenis sediaan topikal antiacne minyak cengkeh. Berdasarkan hasil pengujiaan statistik yang dilakukan, didapat bahwa penyebaran distribusi data sifat fisik, baik pada viskositas maupun daya sebar jenis sediaan tidak normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p<0,05 yang diperoleh (Lampiran 11). Tabel VII. Hasil perhitungan distribusi data sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh Jenis Sediaan Krim antiacne minyak cengkeh Emulgel antiacne minyak cengkeh
Viskositas Kolmogorov- Shapiro-Wilk Smirnov
Daya sebar Kolmogorov- Shapiro-Wilk Smirnov
0,200
0,745
0,047
0,060
0,200
0,870
0,200
0,674
Dari data di atas dapat diketahui bahwa, untuk viskositas distribusi data normal, yang ditunjukkan dari nilai p>0,05, sehingga dilakukan analisis statistik parametrik uji T tidak berpasangan dan didapat nilai p=0,158 (p>0,05), sehingga dapat diketahui bahwa viskositas sediaan topikal antiacne minyak cengkeh tidak berbeda.
38
Pada data daya sebar sediaan topikal antiacne minyak cengkeh, diketahui bahwa distribusi data tidak normal yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05, sehingga data daya sebar dianalisis dengan menggunakan analisis statistik nonparametrik, Mann-Whitney. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai p=0,179 (p>0,05), sehingga dapat diketahui bahwa daya sebar sediaan topikal antiacne minyak cengkeh tidak berbeda. Dengan demikian, melalui pengujian sifat fisik sediaan topikal antiacne minyak cengkeh ini dapat diketahui bahwa sifat fisik krim antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dengan emulgel antiacne minyak cengkeh, sehingga dapat mendukung dalam pengamatan uji daya antimikrobial sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis.
F. Uji Daya Antibakteri Sediaan Topikal Antiacne Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis dengan Metode Difusi Sumuran Pengujian daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh S. epidermidis, yang merupakan salah satu bakteri pendukung terjadinya jerawat, dibandingkan dengan kontrol basis sediaan topikal antiacne. Selain itu, pengujian ini juga bertujuan untuk membandingkan kemampuan krim antiacne minyak cengkeh dengan emulgel antiacne minyak cengkeh dalam melepaskan bahan aktifnya dari basis untuk menghambat atau membunuh S. epidermidis.
39
Minyak cengkeh dengan kandungan kimia yang mengandung senyawa fenol relatif tinggi, akan berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan terbentuk kompleks protein. Akan tetapi, ikatan yang terjadi pada kompleks ini relatif lemah, sehingga akan segera terurai dan kemudian diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan denaturasi protein, dan pada akhirnya dapat menyebabkan sel bakteri lisis (Parwata dan Dewi, 2008). Minyak cengkeh yang tidak diformulasikan ke dalam bentuk sediaan topikal antiacne dapat langsung berdifusi dan berinteraksi langsung dengan bakteri uji dan menghambat atau membunuh S. epidermidis, sedangkan pada minyak cengkeh yang telah diformulasikan ke dalam bentuk sediaan topikal antiacne, kecepatan difusi lebih lambat. Hal ini dikarenakan adanya afinitas dari bahan aktif dengan basis sediaan topikal yang mempengaruhi pelepasan bahan aktif sehingga agar bahan aktif dapat berinteraksi dengan bakteri uji, bahan aktif harus dapat lepas dari basis terlebih dahulu. Pengujian daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dilakukan dengan metode difusi sumuran karena pada penelitian ini, sampel yang diuji berbentuk sediaan semisolid, sehingga tidak dapat bercampur dengan media ataupun berdifusi sempurna ke dalam paper disc. Dengan demikian metode difusi sumuran lebih efektif untuk pengujian daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh.
40
2
3 6
1
5
Keterangan gambar: 1. Kontrol positif (minyak cengkeh 15%) 2. Kontrol negatif (etanol 96%) 3. Kontrol basis emulgel antiacne 4. Emulgel antiacne minyak cengkeh 5. Kontrol basis krim antiacne 6. Krim antiacne minyak cengkeh
4
Gambar 8. Uji daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap S. epidermidis Pada pengujian daya hambat ini, dalam satu cawan petri terdapat 6 buah sumuran yang diisi dengan: (1) minyak cengkeh (15%); (2) etanol 96%; (3) kontrol basis emulgel antiacne; (4) emulgel antiacne minyak cengkeh; (5) kontrol basis krim antiacne; (6) krim antiacne minyak cengkeh. Pengisian keenam sumuran ini dengan perlakuan tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan perbedaan kondisi setiap perlakuan dalam satu replikasi. Suatu agen antibakteri dikatakan memiliki potensi daya antibakteri apabila agen antibakteri tersebut memiliki kemampuan dalam menghambat ataupun membunuh bakteri dibandingkan dengan kontrol negatifnya. Pada penelitian ini, sediaan topikal antiacne mengandung agen antibakteri dan potensi antibakteri dari sediaan topikal antiacne ini dilihat dengan membandingkannya dengan kontrol negatifnya yaitu kontrol basis sediaan topikal masing-masing (krim antiacne
41
minyak cengkeh dengan kontrol basis krim, dan emulgel antiacne minyak cengkeh dengan kontrol basis emulgel). Minyak cengkeh (15%) merupakan agen antibakteri yang tidak diformulasikan untuk melihat perbedaan efektivitas agen antibakteri ketika diformulasikan dengan tidak diformulasikan, dan potensi antibakterinya dibandingkan dengan etanol 96% sebagai kontrol pelarut. Pada penelitian ini, dilakukan 3 kali pengamatan, yaitu 12, 24, dan 48 jam. Pemilihan waktu pengamatan ini berdasarkan pada kurva pertumbuhan dari bakteri, yang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi efektivitas dari suatu agen antibakteri. Pada pengamatan 12 dan 24 jam merupakan fase awal dan akhir dari bakteri berada pada log phase, di mana pada log phase ini bakteri sedang aktif membelah. Pada pengamatan 48 jam bakteri telah masuk ke dalam stationary phase, sehingga pada fase ini bakteri tidak lagi membelah dan terjadi penumpukan metabolit toksin sekunder yang juga berbahaya bagi bakteri tersebut. Berikut merupakan hasil pengamatan uji daya antibakteri terhadap S. epidermidis (Lampiran 10): Tabel VIII. Hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap S. epidermidis Jenis Perlakuan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis emulgel antiacne Kontrol basis krim antiacne Kontrol positif (minyak cengkeh 15%) Kontrol negatif (etanol 96%)
Diameter rata-rata zona hambat ± SD (mm) 12 jam 24 jam 48 jam 9,93 ± 3,86 10,71 ± 3,60 11,14 ± 4,30 7,57 ± 2,76 7,64 ± 1,75 8,36 ± 2,66 0 0 0 1,93 ± 1,97 1,14 ± 2,04 1,43 ± 2,09 18,64 ± 5,41 18,71 ± 5,61 18,57 ± 6,21 0,14 ± 0,38 0,21 ± 0,57 0,14 ± 0,38
Dari hasil pengukuran diameter zona hambat terhadap S. epidermidis diketahui bahwa data sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis
42
sediaan topikal antiacne pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam, masing-masing terdistribusi tidak normal, yang ditunjukkan dengan nilai p<0,05. Tabel IX. Hasil perhitungan distribusi data zona antimikrobial sediaan topikal anti acne minyak cengkeh dan kontrol basis antiacne terhadap S. epidermidis Jenis Sediaan
12 jam Kolmogorov Shapiro-Smirnov Wilk
Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne
24 jam Kolmogorov Shapiro-Smirnov Wilk
48 jam Kolmogorov Shapiro-Smirnov Wilk
0,123
0,065
0,055
0,252
0,070
0,186
0,200
0,678
0,200
1,71
0,200
0,663
0,003
0,007
0,000
0,010
0,001
0,01
Dengan demikian, untuk menganalisis perbedaan zona hambat sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan kontrol basis sediaan topikal antiacne digunakan statistik non-parametrik, yaitu Kruskall-Wallis. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa daya hambat sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dan basis sediaan topikal antiacne berbeda yang ditunjukkan dengan nilai p berturut-turut untuk pengamatan 12, 24, dan 48 jam adalah 0,003; 0,001; dan 0,001 (p < 0,05). Dengan demikian perlu dilakukan post hoc Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok yang berbeda. Dari hasil pengujian Mann-Whitney, diketahui baik pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam, zona hambat krim antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dengan zona hambat yang dihasilkan oleh emulgel antiacne minyak cengkeh yang ditunjukkan dengan nilai p>0,05 (Lampiran 13), sedangkan apabila dibandingkan dengan kontrol basis sediaan topikal antiacne masing-masing, terdapat perbedaan
43
yang bermakna, sehingga dapat diketahui bahwa sediaan topikal antiacne minyak cengkeh memiliki daya antibakteri terhadap S. epidermidis yang menggambarkan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh yang diformulasikan pada penelitian ini memiliki efek. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kontrol basis krim antiacne menghasilkan zona hambat walau tidak sebesar sediaan topikal krim antiacne minyak cengkeh. Adanya zona hambat pada kontrol basis krim ini, diperkirakan karena adanya kandungan borax. Borax biasa digunakan juga sebagai bahan pengawet (preservative agent) (Rowe, et.al., 2009). Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa daya antibakteri krim antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dengan emulgel antiacne minyak cengkeh, sehingga bertentangan dengan hipotesis yang diambil, di mana daya antibakteri sediaan topikal antiacne minyak cengkeh berbeda bermakna. Secara teori, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelepasan bahan aktif yaitu faktor fisika kimia sediaan dan faktor biologis dari bakteri. Dari faktor fisika kimia meliputi kelarutan bahan aktif terhadap basis sediaan, lama difusi, serta viskositas. Faktor biologis dari bakteri meliputi pertumbuhan bakteri dan aktivitas antibakteri. Pada penelitian ini, viskositas sediaan topikal antiacne dan lama difusi bahan aktif telah dikontrol. Dari hasil yang didapat, viskositas krim antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dengan emulgel antiacne minyak cengkeh, dan lama difusi bahan aktif dikontrol melalui pengamatan yang dilakukan 3 kali, yaitu 12, 24, dan 48 jam. Dari faktor biologis bakteri,
44
pertumbuhan bakteri juga telah dikontrol dengan adanya kontrol pertumbuhan bakteri dan pertumbuhan bakteri yang merata dalam cawan petri. Dengan demikian, faktor yang diprediksi sebagai penyebab terjadinya perbedaan data dengan hipotesis yang diambil adalah mengenai kelarutan bahan aktif terhadap basis sediaan topikal antiacne. Pada emulgel antiacne minyak cengkeh memiliki kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan krim antiacne minyak cengkeh, karena basis pada emulgel yang menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent, bersifat lebih hidrofil dibandingkan dengan basis krim antiacne minyak cengkeh yang menggunakan Beeswax sebagai pembentuk sistem emulsi yang membedakan dari kedua formula sediaan topikal antiacne pada penelitian ini, sehingga kelarutan serta afinitas minyak cengkeh lebih lemah berada pada basis yang bersifat lebih hidrofil, sehingga mempengaruhi kecepatan difusi dari minyak cengkeh, di mana semakin cepat difusi bahan aktif, semakin banyak jumlah agen antibakteri yang dilepaskan (Kavanagh, 1974). Pengaruh kecepatan difusi tersebut ditunjukkan dari diameter zona hambat yang dihasilkan oleh emulgel antiacne minyak cengkeh pada pengamatan jam ke-12, lebih besar dibandingkan dengan krim antiacne minyak cengkeh, walaupun secara statistik tidak dikatakan berbeda.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Krim antiacne minyak cengkeh dan emulgel antiacne minyak cengkeh tidak berbeda dalam kemampuannya menghambat atau membunuh S.epidermidis.
B. SARAN 1. Perlu dilakukan studi tipe sediaan lain, seperti oleogel, untuk meningkatkan efektivitas daya antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri yang berhubungan dengan jerawat. 2. Perlu dilakukan optimasi formula dan proses pembuatan sediaan topikal antiacne minyak cengkeh untuk mendapatkan formula dan proses pembuatan yang optimum. 3. Perlu dilakukan uji iritasi sediaan topikal antiacne minyak cengkeh terhadap hewan uji untuk memastikan keamanannya.
45
DAFTAR PUSTAKA Alma, M. H., Ertas, M., Nitz, S., Kollmannsberger, H., 2007, Chemical Composition and Content of Essential Oil from the Bud of Cultivated Turkiish Clove (Syzygium aromaticum L.), BioResources, 2 (2), 265-269 Allen, L. V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd Ed., 301, 308-310, United State of America: American Pharmaceutical Association Allen, L. V., Popovich, N. G., Ansel, H. C., 2005, Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, 8th Ed., 381, 424, Lippincott Williams and Wilkins, USA. Anonim, 1995 a, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 6-8, 1030, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995 b, The United State Pharmacopeia: The National Formulary, 12250, USPC Inc., United State of America Anonim, 1998, Mayo Foundation for Medical Education and Reserch (MFMER), http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM01841, diakses tanggal 12 Januari 2010 Herbdata New Zealand, Anonim, 2002a, http://www.herbdatanz.com/clove_usd1926_picture_monograph.htm, diakses tanggal 15 Desember 2009 Anonim, 2002 b, Flos Caryophylli, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 2, 45-52, World Health Organization, Geneva Anonim, 2004, Snowdrift Farm Inc., http://www.snowdriftfarm.com/what_is_hlb.html, diakses tanggal 1 Januari 2010 Anonim, 2009, EMBL-EBI, http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Staphylococcus_epidermidis. html, diakses tanggal 30 Agustus 2009 Anonim, 2009, EMBL-EBI http://www.ebi.ac.uk/2can/genomes/bacteria/Staphylococcus_epidermidis. html, diakses tanggal 30 Agustus 2009 Bialecka, A., Mak. M., Biedron. R., Bobek. M., Kasprowicz. A., Marcinkiewicz. J., 2005, Different Pro-inflammatory and Immunogenic Potentials of 46
47
Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis: Implications for Chronic Inflammatory Acne, Arch Immunol Ther Exp (Warsz), 53 (1), 79-85 Bonang, G dan Koeswardono, E. S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran untuk Laboratorium dan klinik, 190, Gramedia, Jakarta Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., 2005, Pharmacotheraphy: A Pathophysiologic Approach, 6th ed., 17551757, The McGraw-Hill Companies, Inc., United State of America Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., & Singla, A., 2002, Spreading of Semisolid Formulation: An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-102, www. pharmtech.com, diakses tanggal 20 Agustus 2009 Gupta, C., Garg, A. P., Uniyal, R. C., Kumari, A., 2008, Antimicrobial Activity of Some Herbal Oils Against Common Food-Borne Pathogens, African Journal of Microbiology Research, 2, 258-261 Hartati, S., 1994, Kemampuan Pelepasan dan Daya Antibakteri Kloramfenikol dari Sediaan Krim dan Produk Paten Salep, Majalah Farmasi Indonesia, 5 (2), 81-86 Jawetz, E., Melnick, J., & Adelberg, E., 1995, Medical Microbiology, 20, 160,627-629, Kedokteran EGC, Jakarta Jenkins, G. L., Francke D. E., Brecht E. A., dan Sperandio G. J., 1957, Ointments and Ointment-type Preparations, The Art of Compounding, 338, McGrawHill Book Company, Inc., United State of America Jutono, Joedoro, S., Sri Hartadi, Siti Kabirun, S., Suhardi, dan Soesanto, 1980, Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum, 73, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Kavanagh, F., 1974, Microbiological Technology, Vol. 63, 1459-1462
Diffusion
Assay,
Pharmaceutical
Lis-Balchin, M., 2006, Aromatheraphy: A Guide for Healthcare Professionals, Edisi 1, 170-173, Pharmaceutical Press, London Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, ,Universitas Indonesia Press, Jakarta Nassar, M. I., Gaara, A. H., El-Ghorab, A. H., Farrag, A. H., Shen, H., Huq, E., et.al., 2007, Chemical Constituents of Clove (Syzygium aromaticum, Fam.
48
Myrtasceae) and Their Antioxidant Activity, Laporan Penelitian, University of Texas at Austin, Austin, United State of America Parwata, I. M. O. A. dan Dewi, P. F. S., 2008, Isolasi dan Uji AKtivitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galangal L.), Jurnal Kimia 2 (2), 100-104 Pratiwi, S. T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, 188-191, Erlangga, Jakarta Pelczar, M. J., dan Chan, E. C., 1988, Mikrobiota Normal Tubuh Manusia, DasarDasar Mikrobiologi, 249-251, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta Pena, L. E., 1990, Gel Dossage Forms: Theory, Formulation, and Processing. In Osborne, D. W., dan Amann, A. H., Topical Drug Delivery Formulations 381-387, Marcel Dekker Inc., New York. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., & Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., 110-113, 779-780, Royal Pharmaceutical Society, United State of America Sagarin, E., 1957, Cosmetic Science and Technology, 147-181, Interscience Publisher, Inc., London. Walters, H. A., & Roberts, M. S., 2008, Dermatologic, Cosmeceutic, and Cosmetic Development: Therapeutic and Novel Approaches, 162, 243, Informa Healthcare USA, Inc., New York. Zatz, J. L., dan Kushla, G. P., 1996, Gels, Lieberman, H. A., Rieger, M. M., Banker, G. S., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems, Volume 2, 399-415, Marcel Dekker Inc., New York
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analyse (CoA) Clove Stem Oil
49
50
Lampiran 2. Surat keterangan S. epidermidis
51
Lampiran 3. Verifikasi sifat fisik minyak cengkeh CV Indaroma a. Indeks Bias ns = np + 0,0003 (Tp + Ts) ns = np + 0,0003 (27 + 25) ns = np + 0,0003 (2) ns = np + 0,0006 Replikasi np 1 2 3 4 5 Rata-rata ± SD
1,550 1,497 1,525 1,532 1,510
ns
1,5506 1,4976 1,5256 1,5326 1,5106 1,5234 ± 0,020
b. Bobot jenis Bobot pikno (g) Bobot piknometer + air (g) Bobot air (g) Kerapatan air (250C) (g/ml) Volume air (ml)
1
2
3
4
24,2357
23,8867
23,2497
23,6086
34,2454
33,8506
33,2379
33,7078
10,0097
9,99639
9,9882
10,0992
0,99602
0,99602
0,99602
0,99602
10,0497
10,0037
10,0281
10,1396
52
Bobot piknometer (g) Bobot piknometer + minyak cengkeh (g) Bobot minyak cengkeh (g) Volume minyak cengkeh (ml) ρminyak cengkeh
1
2
3
4
24,2357
23,8867
23,2497
23,6086
34,6271
34,1505
33,2959
33,8455
10,3914
10,2638
10,0462
10,2369
10,0497
10,0037
10,0281
10,1396
1.038
1.027
1.006
1.014
Rata-rata kerapatan minyak cengkeh ± SD = 1,021± 0,014
53
Lampiran 4. Uji Daya Antibakteri Minyak Cengkeh terhadap S. epidermidis Konsentrasi (%)
Diameter zona antibakteri (mm) 1
2
3
Diameter zona hambat ± SD (mm)
10
17.0
16.0
14.0
15.67 ± 1.53
15
20.0
17.0
20.0
19.00 ± 1.73
20
16.0
18.0
19.0
17.67 ± 1.53
25
38.0
26.0
23.0
29.00 ± 7.94
Kontrol negatif (etanol)
0.0
17.0
0.0
5.67 ± 9.81
25
20.0
28.0
20.0
22.67 ± 4.62
50
17.0
19.0
19.0
18.33 ± 1.15
75
14.0
15.0
17.0
15.33 ± 1.53
100
20.0
17.0
19.0
18.67 ± 1.53
Kontrol negatif (etanol)
0.0
0.0
0.0
0.00
54
Lampiran 5. Perhitungan nilai rHLB sistem emulsi
a. Sediaan topikal basis cream anti acne minyak cengkeh
b. Sediaan topikal basis emulgel anti acne minyak cengkeh
c. Sediaan topikal cream anti acne minyak cengkeh
d. Sediaan topikal emulgel anti acne minyak cengkeh
55
Lampiran 6. Sediaan topikal krim antiacne minyak cengkeh
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
Replikasi 6
Replikasi 7
56
Lampiran 7. Sediaan topikal emulgel antiacne minyak cengkeh
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
Replikasi 6
Replikasi 7
57
Lampiran 8. Pengukuran pH sediaan topikal antiacne minyak cengkeh Kontrol basis cream
Replikasi
5 5.8 5.9 5.8 5.8 5.9 5 5,6 0,41
I II III IV V VI VII Rata-Rata SD
Anti acne cream
Kontrol basis emulgel
5 5.2 5.6 5.5 5.5 5.6 5.5 5,4 0,23
Anti acne emulgel
5.8 5.8 5.8 5.8 5.6 6 5.6 5,8 0,13
5.1 5 5.4 5.6 5 5.1 5.3 5,2 0,23
Lampiran 9. Pengukuran uji sifat fisik sediaan topikal antiacne a. Viskositas Replikasi I II III IV V VI VII SD
Kontrol basis cream 400 400 450 400 380 360 380 395,71 28,20
Kontrol basis emulgel 390 380 390 400 500 400 420 411,43 41,00
Anti acne cream 310 310 350 380 290 280 340 322,86 35,46
Anti acne emulgel 300 310 280 240 320 350 250 292,86 39,04
b. Daya sebar Rep I II III IV V VI VII SD
Kontrol basis cream Dv Dh 3,3 3,1 3,2 3,0 3,4 3,2 2,7 3,1 2,9 2,8 3,4 3,1 3,3 3,2 3,25 3,0 3,1 3,05 3,1 3,2 3,15 3,12 0,12
Kontrol basis emulgel Dv Dh 3,9 3,8 3,85 4,2 3,0 3,6 3,6 3,2 3,4 3,5 3,4 3,45 3,2 3,5 3,35 3,4 3,3 3,35 3,2 3,5 3,35 3,48 0,19
Anti acne cream Dv 5,0 4,4 3,3 3,5 3,8 3,6 3,5
Dh 5,1 4,5 3,5 3,3 3,5 2,8 3,5
5,05 4,45 3,4 3,4 3,65 3,2 3,5 3,81 0,68
Anti acne emulgel Dv 4,3 4,3 4,2 4,1 4,2 4,1 3,9
Dh 4,5 4,5 4,2 4,0 4,3 4,2 4,0
4,4 4,4 4,2 4,05 4,25 4,15 3,95 4,2 0,17
Lampiran 10. Pengukuran diameter zona antibakteri sediaan topikal antiacne terhadap S. epidermidis
Rep
I II III IV V VI VII Rata-Rata SD
Kontrol Positif (Minyak Cengkeh 15%) 12 24 48 Jam Jam Jam
Kontrol Negatif (etanol 96%) 12 24 48 Jam Jam Jam
Basis Emulgel 12 24 48 Jam Jam Jam
Emulgel 15% 12 24 48 Jam Jam Jam
Basis Cream 12 24 48 Jam Jam Jam
Cream 15% 12 24 48 Jam Jam Jam
9.5 13.5 24 17.5 21 22.5 22.5
9 13.5 22.5 17.5 22.5 23.5 22.5
7.5 12.5 23.5 19 22 22 23.5
0 0 1 0 0 0 0
0 0 1.5 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
4.5 4.5 14 10.5 12 12.5 11.5
5.5 6.5 16 11.5 12 12 11.5
5.5 5.5 17.5 12 12.5 12 13
0 0 4 0 2 4.5 3
0 0 0 0 0 5 3
0 0 2 0 0 5.5 2.5
4.5 4 7.5 7.5 8 12 9.5
5.5 5.5 9.5 7 7.5 9 9.5
4.5 5.5 12 7.5 9.5 9.5 10
18.64
18.71
18.57
0.14
0.21
0.14
0
0
0
9.93
10.71
11.14
1.93
1.14
1.43
7.57
7.64
8.36
5.41
5.61
6.21
0.38
0.57
0.38
0
0
0
3.86
3.6
4.3
1.97
2.04
2.09
2.76
1.75
2.66
58
Lampiran 11. Uji daya antimikrobial sediaan topikal antiacne minyak cengkeh dengan metode difusi sumuran
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Replikasi 4
Replikasi 5
Replikasi 6 59
Replikasi 7
60
Kontrol pertumbuhan bakteri uji
Kontrol media Muller-Hinton Agar
Staphylococcus epidermidis
(MHA)
61
Lampiran 12. Hasil perhitungan statistik sifat fisik sediaan topikal anti acne minyak cengkeh a. Viskositas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a)
JenisSediaan
Statistic df Sig. Krim antiacne minyak .213 7 .200(*) cengkeh Emulgel antiacne .150 7 .200(*) minyak cengkeh * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.952
7
.745
.966
7
.870
Analisis Uji T tidak Berpasangan Group Statistics
Viskositas
JenisSediaan Krim antiacne minyak cengkeh Emulgel antiacne minyak cengkeh
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
7
322.8571
35.45621
13.40119
7
292.8571
39.03600
14.75422
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F
Sig.
t-test for Equality of Means t
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Equal variances assumed Equal variances not assumed
.043
.839
Upper
1.505
12
.158
30.00000
19.93186
-13.42779
73.42779
1.505
11.891
.158
30.00000
19.93186
-13.47211
73.47211
62
b. Daya sebar Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a)
JenisSediaan
Statistic df Sig. Krim antiacne minyak .306 7 .047 cengkeh Emulgel antiacne .168 7 .200(*) minyak cengkeh * This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
Shapiro-Wilk Statistic
df
.817
7
.060
.944
7
.674
Analisis Uji Mann-Whitney
DayaSebar
JenisSediaan Krim antiacne minyak cengkeh Emulgel antiacne minyak cengkeh Total Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DayaSebar 14.000 42.000 -1.345 .179 .209(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
Ranks N Mean Rank
Sum of Ranks
7
6.00
42.00
7
9.00
63.00
14
Sig.
63
Lampiran 13.
Hasil perhitungan statistik perbandingan daya hambat
sediaan topikal anti acne pada pengamatan 12, 24, dan 48 jam a. Pengamatan 12 jam Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a)
JenisSediaan
Statistic Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
Sig.
.273
7
.123
.820
7
.065
.204
7
.200(*)
.944
7
.678
.401
6
.003
.702
6
.007
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Kruskall-Wallis
DiameterZonaAnt imikrobial
df
Ranks JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Test Statistics(a,b)
DiameterZona Antimikrobial Chi-Square 11.843 df 2 Asymp. Sig. .003 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: JenisSediaan
N
Mean Rank 7
14.93
7
11.71
6
3.92
20
64
Mann-Whitney
DiameterZonaAnt imikrobial
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Total
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
9.07
63.50
7
5.93
41.50
14
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 13.500 41.500 -1.415 .157 .165(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
DiameterZonaAnt imikrobial
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 1.000 22.000 -2.914 .004 .002(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
9.86
69.00
6
3.67
22.00
13
65
JenisSediaan DiameterZonaAnt Krim antiacne imikrobial minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
9.79
68.50
6
3.75
22.50
13
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 1.500 22.500 -2.833 .005 .002(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
b. Pengamatan 24 jam JenisSediaan
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic
Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
Sig.
.301
7
.055
.885
7
.252
.210
7
.200(*)
.866
7
.171
.427
7
.000
.652
7
.001
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction Kruskall-Wallis
DiameterZonaAnt imikrobial
df
Ranks JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
N
Mean Rank 7
16.43
7
12.57
7
4.00
21
66
Test Statistics(a,b) DiameterZona Antimikrobial Chi-Square 14.979 df 2 Asymp. Sig. .001 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: JenisSediaan Mann-Whitney
DiameterZonaAnt imikrobial
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Total
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
9.43
66.00
7
5.57
39.00
14
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 11.000 39.000 -1.738 .082 .097(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
DiameterZonaAnt imikrobial
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
11.00
77.00
7
4.00
28.00
14
67
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial .000 28.000 -3.209 .001 .001(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
JenisSediaan DiameterZonaAnt Krim antiacne imikrobial minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
11.00
77.00
7
4.00
28.00
14
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial .000 28.000 -3.209 .001 .001(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
c. Pengamatan 48 jam JenisSediaan
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic
Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne
df
Sig.
Shapiro-Wilk Statistic
df
Sig.
.293
7
.070
.870
7
.186
.238
7
.200(*)
.943
7
.663
.418
7
.001
.640
7
.001
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
68
Kruskall-Wallis
DiameterZonaAnt imikrobial
Ranks JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
N
Mean Rank 7
16.14
7
12.50
7
4.36
21
Test Statistics(a,b) DiameterZona Antimikrobial Chi-Square 13.549 df 2 Asymp. Sig. .001 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: JenisSediaan Mann-Whitney
DiameterZonaAnt imikrobial
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Krim antiacne minyak cengkeh Total
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 12.000 40.000 -1.613 .107 .128(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
Ranks N
Mean Rank
Sum of Ranks
7
9.29
65.00
7
5.71
40.00
14
69
DiameterZonaAnt imikrobial
Ranks N
JenisSediaan Emulgel antiacne minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Mean Rank
Sum of Ranks
7
10.86
76.00
7
4.14
29.00
14
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 1.000 29.000 -3.089 .002 .001(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
JenisSediaan DiameterZonaAnt Krim antiacne imikrobial minyak cengkeh Kontrol basis krim antiacne Total
Ranks N
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
DiameterZona Antimikrobial 1.500 29.500 -3.013 .003 .001(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: JenisSediaan
Mean Rank
Sum of Ranks
7
10.79
75.50
7
4.21
29.50
14
70
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Dwitiya Kusuma, dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1988 di Jakarta. Putri dari pasangan Indhra Ristanto dan Ita Tineke N. F., dan memiliki saudara kandung putra bernama Adi Paramita. Penulis telah menempuh pendidikan di TK Harapan Bunda Jakarta pada tahun 1993 sampai dengan 1994, SD Harapan Bunda Jakarta pada tahun 1994 sampai dengan 2000, SMP Santa Maria Jakarta pada tahun 2000 sampai dengan 2003, SMA Santa Ursula Jakarta pada tahun 2003 sampai dengan 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Penulis memiliki pengalaman bekerja sebagai asisten praktikum FTS semisolid-liquid (2009), Toksikologi Dasar (2009), FTS Solid (2008), Botani Dasar (2007). Selain itu, penulis juga mengikuti kegiatan di Universitas Sanata Dharma dalam bidang organisasi dan olahraga, diantaranya menjadi sekretaris BEMF Farmasi periode 2006-2007, pendamping kelompok pada Titrasi 2007, ketua eksternal pada PPnEC 2008, dan anggota UKF basket Sanata Dharma.