POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
USAHA PENYULINGAN MINYAK DAUN CENGKEH
BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email :
[email protected]
DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2 2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan................................ ............... 7 a. Profil Usaha ................................ ................................ ............... 7 b. Pola Pembiayaan ................................ ................................ ........ 7 3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 9 a. Pasar ................................ ................................ ........................ 9 b. Pemasaran ................................ ................................ .............. 10 4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 14 a. Lokasi Usaha ................................ ................................ ............ 14 b. Fasilitas Produksi dan Peralatan ................................ .................. 14 c. Bahan Baku ................................ ................................ ............. 16 d. Tenaga Kerja ................................ ................................ ........... 16 e. Teknologi................................ ................................ ................. 16 f. Proses Produksi ................................ ................................ ......... 18 g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................ ................. 18 h. Produksi Optimum ................................ ................................ .... 19 i. Kendala Produksi ................................ ................................ ....... 19 5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 20 a. Pemilihan Pola Usaha................................ ................................ . 20 b. Asumsi dan Parameter Perhitungan ................................ ............. 20 c. Biaya Operasional ................................ ................................ ..... 22 d. Kebutuhan Dana unuk Investasi dan Modal Kerja ........................... 24 e. Produksi dan Pendapatan ................................ ........................... 25 f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ...... 26 g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ................................ ...... 27 h. Analisa Sensitivitas ................................ ................................ ... 29 6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 31 a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ................................ 31 b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ .. 31 7. Penutup ................................ ................................ ..................... 32 a. Kesimpulan ................................ ................................ .............. 32 b. Saran ................................ ................................ ..................... 33 LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 34
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
1
1. Pendahuluan Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony, Rahmayati, 2000). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia. Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dunia. Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients). Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri. Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida. Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong, Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India. Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman penjajahan (Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena sebagian besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas. Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa daerah di Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
2
Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia, sebagian besar diekspor ke berbagai negara seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$ Nilai (Juta US$) No. Negara Tujuan 1999 2000 2001 1 Amerika Serikat 11,3 12,6 18,3 2 Singapura 17,5 10,5 14,2 3 Swiss 1 3,1 4 Perancis 3,7 3,5 3,5 5 Inggris 3,1 3,9 6 Spanyol 2,8 1,2 1 7 Jerman 1,1 1,3 8 Belanda 1,1 9 India 1 1,4 1,5 10 Jepang , 1 11 Lain-lain 9,1 3,8 6 Total 46,5 38,2 53,8 Sumber: BPEN, 2002 Salah satu sentra minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan Samigaluh. Di kecamatan tersebut terdapat kelompok usaha minyak atsiri yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) pengusaha kecil. Sebagian besar minyak atsiri yang dihasilkan adalah minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove stem oil), dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil).
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
3
Gambar 1.1. Cengkeh Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh kering. Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi, penyedap masakan dan wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol (90%), eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl salicylate, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene. Minyak tangkai cengkeh adalah minyak atsiri hasil penyulingan tangkai kuntum cengkeh. Jenis ini jarang ditemukan di Kecamatan Samigaluh. Jenis minyak cengkeh yang terakhir, minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah minyak atsiri hasil sulingan daun cengkeh kering (umumnya yang sudah gugur) dan banyak ditemukan di lokasi survai di Kecamatan Samigaluh. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen. Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan standar mutu tertentu yang lebih ketat. Tabel 1.2. Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991 Minyak Daun Cengkeh Karakteristik o Berat Jenis pada 15 C 1,03 - 1,06 Putaran Optik (ad) - 1o 35 Indeks Refraksi pd 20oC 1,52 - 1,54 (nd20) Kadar eugenol (%) 78 - 93 % Minyak pelikan Negatif Minyak lemak Negatif Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam dua volume Sumber : http://agribisnis.deptan.go.id Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
4
logam besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium atau drum timah putih. Alasan pemilihan jenis minyak daun cengkeh di wilayah Kecamatan Samigaluh adalah kemudahan operasi pengolahan dan modal yang rendah. Berdasarkan in-depth interview yang dilakukan dengan pengusaha setempat, daun cengkeh menghasilkan minyak atsiri yang tidak terlalu keras dibandingkan tangkai bunga cengkeh sehingga ketel yang digunakan tidak cepat rusak dan dapat menggunakan hanya satu ketel saja (bahan baku dan air dalam satu ketel) sehingga harganya lebih murah. Berbeda dengan minyak nilam yang memerlukan dua ketel terpisah, yang berisi air dan daun nilam dalam ketel terpisah, untuk menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang diinginkan. Saat ini, kualitas untuk minyak daun cengkeh tidak telalu ketat diberlakukan oleh pengusaha pengumpul yang membeli hasil penyulingan. Ini menyebabkan proses produksi minyak daun cengkeh tidak terlalu sulit. Perhatian pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh cukup baik. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan pelatihanpelatihan mengenai pengembangan usaha minyak atsiri termasuk minyak daun cengkeh untuk meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui peningkatan mutu, harga yang kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui pembinaan yang terintegrasi oleh instansi terkait. Saat ini sedang dipertimbangkan pembangunan industri pengolahan yang menggunakan bahan baku minyak atsiri di lingkup regional Kabupaten Kulon Progo agar masyarakat dan pemerintah dapat menikmati nilai tambah yang lebih besar dari pengolahan minyak atsiri. Jika minyak atsiri dapat diolah di wilayah lokal, para pengusaha minyak atsiri tidak perlu menjual produknya ke luar daerah. Selain bantuan teknis, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo juga telah memberikan pinjaman berupa penguatan modal melalui PT. Bank Pembangunan Daerah Yogyakarta (selanjutnya disebut BPD) sebagai bentuk perhatian pemerintah daerah terhadap potensi usaha minyak atsiri di wilayahnya. Pembuatan peta pewilayahan untuk usaha pengolahan minyak atsiri juga bermanfaat untuk memberikan informasi keberadaan usaha minyak atsiri yang umumnya terdapat di pedesaan dan berskala kecil. Pemerintah juga berusaha untuk menyediakan data dan informasi mutakhir yang akurat mengenai produksi, kebutuhan pasar, kecenderungan pasar dan informasi harga minyak atsiri. Industri minyak daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Setiap unit usaha dapat menyerap tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit penyulingannya dan seratus orang lebih sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh. Pekerjaan memungut/mengumpulkan daun cengkeh ini pada umumnya merupakan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
5
pekerjaan sambilan dan hasilnya dapat dijual dengan harga berkisar Rp 200Rp 350/kg. Tingkat harga sangat tergantung pada musim. Pada saat banyak daun cengkeh kering yang gugur, harga akan turun dan sebaliknya. Walaupun pada pengolahan minyak daun cengkeh sendiri penyerapan tenaga kerja relatif sedikit, namun setidaknya dapat memberikan kesempatan kerja bagi para pemuda yang sebelumnya tidak produktif. Di wilayah Kulon Progo, para pekerja usaha minyak daun cengkeh ini dibayar secara borongan (pekerja tidak tetap) dengan sistem bergilir (shift). Setidaknya dibutuhkan 3 orang pekerja untuk satu kali suling dengan satu ketel. Usaha minyak daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sisa daun yang telah disuling dapat dikeringkan dan digunakan sebagai bahan bakar dan abunya dapat digunakan sebagai pupuk. Sisa air limbah yang sudah dipisahkan secara sempurna dengan minyak daun cengkeh tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, polusi udara berupa asap yang ditimbulkan pada saat proses penyulingan sama sekali tidak dikeluhkan oleh warga sekitar lokasi penyulingan. Usaha penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan modal yang sebagian dapat diperoleh dari bank berupa pinjaman modal, baik modal investasi maupun modal kerja. Untuk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya disebut Bank BRI) di tingkat Kantor Unit, modal yang dapat diberikan adalah 25 juta rupiah ke bawah sedangkan keputusan pemberian kredit di atas 25 juta rupiah ditentukan oleh kantor cabang. Plafon dana yang berasal dari dana nasabah sendiri untuk modal investasi + 30% sedangkan untuk modal kerja + 50%.Tingkat bunga yang diberlakukan adalah tingkat bunga flat sebesar 18% per tahun.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
6
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan a. Profil Usaha Usaha minyak daun cengkeh adalah salah satu jenis minyak atsiri yang dapat dihasilkan dari tanaman cengkeh yang diperoleh melalui proses distilasi atau proses penyulingan daun cengkeh kering. Usaha ini relatif tidak memerlukan modal yang besar. Bahan baku utama untuk menghasilkan minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering. Daun cengkeh kering relatif mudah diperoleh pada musim kemarau karena perkebunan cengkeh di wilayah Kulon Progo dan sekitarnya cukup banyak. Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku atau setidaknya memiliki akses yang mudah untuk penyediaan bahan baku dan dekat dengan sumber air. Sumber air yang melimpah seperti di Kulon Progo memudahkan para penyuling memperoleh air untuk proses penyulingan dan terutama pada proses pendinginan atau kondensasi. Di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo terdapat 22 pengusaha minyak atsiri yang tergabung dalam kelompok pengusaha penyulingan minyak atsiri. Sebagian besar dari mereka menghasilkan minyak daun cengkeh sedangkan penyulingan tangkai atau putik cengkeh hanya dilakukan jika ada pesanan khusus dari pembeli. Minyak dari tangkai cengkeh memiliki sifat yang lebih keras sehingga mudah merusak lapisan ketel yang digunakan untuk menyuling. Pesanan dalam jumlah besar pada waktu tertentu kadang dapat dilakukan secara berkelompok. Dari 22 pengusaha minyak atsiri di lokasi survai, hanya satu pengusaha yang menghasilkan minyak atsiri jenis lain, yaitu minyak nilam. Modal untuk usaha minyak nilam ini relatif lebih besar karena ketel yang digunakan lebih baik dan lebih mahal. Khusus untuk minyak nilam ini memang sudah memiliki standar yang baku. Secara umum, teknologi yang digunakan tetap sama. Perbedaannya hanya pada pemisahan tangki air dan tangki bahan baku dan jenis bahan ketel yang lebih baik untuk menjaga mutu. Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman, yaitu kurang lebih enam bulan kerja dalam setahun. Pada saat musim kemarau daun cengkeh gugur dan kering, barulah penyulingan dapat dilakukan. Berbeda dengan penyulingan minyak nilam yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun. b. Pola Pembiayaan Pemberian kredit untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh di Kecamatan Samigaluh sudah dilaksanakan sejak tahun 1990. Pada tahun tersebut, banyak para pengusaha minyak daun cengkeh membutuhkan kredit sebagai tambahan modal untuk mengembangkan usahanya. Seluruh usaha minyak daun cengkeh di Samigaluh berskala kecil dengan pinjaman kredit
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
7
bervariasi dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 25 juta. Saat ini pelayanan pinjaman dari bank hanya diperoleh dari Bank BRI unit Samigaluh yang memang merupakan satu-satunya bank yang ada di wilayah tersebut. Karena sifat usahanya yang musiman, para pengusaha umumnya meminjam dalam jangka waktu yang pendek, 6 bulan, dengan tingkat suku bunga flat 18% per tahun. Bank BRI tidak memiliki skema pinjaman khusus untuk usaha minyak daun cengkeh. Jenis pinjaman lebih banyak ditentukan secara subyektif oleh bank dengan pendekatan secara personal. Jenis pinjaman seringkali ditentukan oleh karakter usaha nasabah yang semuanya dikelola secara perseorangan. Pada tahun 2003 terdapat 10 nasabah individu (pengusaha minyak atsiri) yang telah menjadi nasabah Bank BRI unit Samigaluh dengan jumlah pinjaman yang bervariasi dari Rp 5 juta sampai Rp 25 juta. Total kredit yang disalurkan kira-kira Rp 200.000.000,00. Untuk memperoleh informasi mengenai usaha pengolahan minyak daun cengkeh, bank memiliki hubungan dengan kelompok pengusaha kecil minyak daun cengkeh yang bersangkutan. Apabila usaha tersebut dianggap menguntungkan dan layak untuk diberi kredit maka bank akan mengucurkan kredit. Dari sejumlah nasabah tersebut, selama ini tidak ada kredit yang bermasalah. Pada saat tulisan ini disusun, para pengusaha sedang berusaha untuk dapat memperoleh pinjaman secara berkelompok dari bank lain dalam jumlah yang lebih besar. Beberapa pengusaha telah memperoleh bantuan dari pemerintah daerah yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten sebagai Dana Penguatan Modal melalui BPD dengan bunga yang lebih rendah. Untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh, Bank BRI memberikan plafon maksimum sebesar sebesar Rp 50 juta per debitur baik untuk investasi maupun modal kerja. Kewenangan memutuskan kredit untuk plafon hingga sebesar Rp 25 juta dimiliki oleh kantor unit dan untuk plafon di atas Rp 25 juta dimiliki oleh kantor cabang. Persyaratan jaminan berupa surat tanah yang berlaku atau barang bergerak. Persyaratan yang berlaku sesuai dengan pengajuan Kredit Umum Pedesaan (KUPEDES). Persyaratan KUPEDES Bank BRI secara umum adalah sebagai berikut: 1. Warga Negara Indonesia 2. Pengusaha menyertakan: a. Fotokopi KTP atau SIM b. Surat Keterangan Usaha 3. Jumlah Kredit sampai dengan Rp 50.000.000,- per nasabah 4. Jangka waktu kredit: a. KUPEDES INVESTASI maksimum 36 bulan b. KUPEDES MODAL KERJA maksimum 24 bulan c. KUPEDES GOLONGAN BERPENGHASILAN TETAP maksimum 60 bulan.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
8
3. Aspek Pemasaran a. Pasar Dalam aspek pemasaran akan dibahas aspek pasar dan pemasaran yang terkait dengan permintaan, penawaran, harga, persaingan dan pemasaran minyak daun cengkeh. 1. Permintaan Minyak daun cengkeh memiliki pasar yang sangat luas terutama di pasar internasional. Di wilayah Kulon Progo, permintaan minyak daun cengkeh oleh pedagang pengumpul, yaitu PT. Djasula Wangi di Solo, CV. Indaroma di Yogyakarta, dan PT. Prodexco di Semarang. Dari informasi yang terakhir dikumpulkan, permintaan minyak daun cengkeh selalu meningkat dan sering terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Permintaan dalam jumlah besar untuk waktu yang singkat biasanya diusahakan secara berkelompok. Tabel 3.1. Ekspor Minyak Daun Cengkeh Tahun Volume(ton) Nilai (ribu US$) 1986
1.093
3.348
1987
1.047
2.675
1988
646
1.455
1989
651
1.398
1990
707
1.660
1991
758
2.098
1992
n.a
n.a
1993
n.a
n.a
1994
622
1.905
1995
370
1.571
Sumber: BPS, beberapa tahun Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas. terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat- obatan. Begitu juga untuk industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium, Bergamot, Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Sebagian besar hasil produksi minyak daun cengkeh diekspor ke luar negeri seperti yang telah ditunjukkan pada Tabel 1.1. Perkembangan permintaan ekspor minyak daun
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
9
cengkeh Indonesia mengalami pasang surut seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1 2. Penawaran Dari segi penawaran, suplai minyak daun cengkeh relatif masih kurang. Masih diperlukan tambahan produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Selain Kabupaten Kulon Progo, sentra produksi pengolahan minyak daun cengkeh juga terdapat di Kabupaten Blitar dan Trenggalek. Produksi minyak daun cengkeh dari daerah Blitar cukup besar, dengan rata-rata setiap tahunnya mencapai 80 ton. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Pertambangan dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Blitar, produksi rata-rata 80 ton per tahun itu hanya dihasilkan oleh 5 unit industri yang semuanya tergolong industri kecil. Sentra produksinya berada di wilayah Kecamatan Doko. (http://www.kabblitar.go.id). Potensi usaha minyak daun cengkeh masih sangat luas di Indonesia terutama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber bahan baku. Saat ini, cengkeh telah dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia (Harris, 1990) sehingga potensi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak daun cengkeh sangatlah besar. 3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Tingkat persaingan minyak daun cengkeh Indonesia di pasar internasional terutama ditentukan oleh kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan Indonesia dan negara-negara pesaing, seperti Madagaskar, Tanzania dan Srilanka. Negara penghasil minyak atsiri bukan hanya berasal dari negaranegara berkembang saja, seperti Cina, Brasil, Indonesia, India, Argentina dan Meksiko melainkan juga negara maju, seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris. Perbedaannya, negara-negara berkembang lebih banyak memproduksi minyak atsiri menjadi bahan setengah jadi dan kemudian mengekspornya ke negara maju. Lain halnya yang dilakukan oleh negara maju. Meskipun mereka mengimpor bahan setengah jadi dari negara berkembang untuk diolah menjadi barang jadi, mereka mengekspornya sebagian kembali ke negara-negara lain termasuk negara berkembang dalam bentuk barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Namun demikian, peluang pasar minyak daun cengkeh masih terbuka luas terutama di pasar dunia yang volume permintaannya terus meningkat (lihat Tabel 1.1) b. Pemasaran Pemasaran minyak daun cengkeh dapat melalui para pedagang pengumpul maupun langsung ke pihak produsen barang jadi yang membutuhkan. Namun pada umumnya jalur penjualan ke pedagang pengumpul relatif lebih mudah. Harga yang ada di pasar perdagangan minyak daun cengkeh dalam negeri juga relatif stabil.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
10
1. Harga Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003. Pada awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp 29.500,- dan pada tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp 25.000,- per kilogram. Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun 2004. Fluktuasi harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak daun cengkeh bisa mencapai Rp 57.000,- per kilogram (data primer). Berdasarkan data primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha minyak daun cengkeh memperkirakan harga untuk kondisi breakeven point (BEP) atau impas adalah sekitar Rp 20.000,- per kilogram. Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup menjanjikan. 2. Jalur Pemasaran Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak berbeda dengan komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri, produsen menjual produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir. Barulah kemudian produk tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar perdagangan minyak daun cengkeh adalah untuk ekspor. Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang yang pertama kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi pemasaran yang terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual produk ke tengkulak, pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal ini, produsen memiliki posisi tawar yang lemah. Harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli. Situasi kedua, pihak pembeli yang mencari produsen. Pada situasi ini, produsen dapat memperoleh harga yang relatif lebih baik. Hal ini seringkali terjadi, terbukti dengan adanya pemesanan dengan uang muka terlebih dahulu oleh pembeli kepada produsen sementara minyak daun cengkeh masih pada proses produksi. Jalur pemasaran minyak daun cengkeh dari pengusaha pengolahan sebagian besar ditampung terlebih dahulu oleh para pengumpul. Dari survai di wilayah Kulon Progo, setidaknya ada tiga perusahaan pengumpul yang cukup besar, yaitu PT Djasula Wangi di Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT Prodexco di Semarang. Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker merangkap trader, dan pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak daun cengkeh dapat digambarkan sebagaimana terdapat pada Gambar 3.1. Pemasaran tersebut juga dapat menjadi lebih pendek. Produsen menjual minyak daun cengkeh pada pedagang kecil dan pedagang besar dan kedua jenis pedagang tersebut
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
11
langsung menjualnya pada eksportir, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 bagian bawah.
Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Minyak Daun Cengkeh 3. Kendala Pemasaran Kendala pemasaran yang utama pada minyak daun cengkeh ini adalah mata rantai perdagangan yang cukup panjang. Para pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh masih mengalami kesulitan untuk memasok langsung ke eksportir atau end-user. Akibat panjangnya rantai perdagangan ini adalah ketidakseragaman mutu yang ditetapkan. Faktor yang harus diperhatikan dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi. Secara umum, kendala pemasaran minyak daun cengkeh disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1. mutu yang rendah karena sifat usaha penyulingan minyak daun cengkeh yang umumnya berbentuk usaha kecil dengan berbagai keterbatasan modal dan teknologi,
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
12
2. pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga ditentukan pembeli) karena lemahnya posisi tawar pengusaha pengolah, dan 3. harga yang berfluktuasi (dalam dan luar negeri) akibat tidak terkendalinya produksi dalam negeri dan persaingan negara sesama produsen.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
13
4. Aspek Produksi a. Lokasi Usaha Minyak atsiri dapat diproduksi dengan berberapa cara, seperti penyulingan, ekstraksi dengan menggunakan pelarut dan metode pengempaan. Cara yang umum digunakan pengusaha kecil adalah dengan proses penyulingan atau hidrodestilasi yang relatif lebih murah dan menggunakan peralatan yang sederhana. Penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup suatu usaha. Semakin dekat lokasi usaha dengan sumber bahan baku atau input-input lainnya, maka usaha tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk hidup dan memperoleh profit yang lebih besar karena biaya transportasi dapat ditekan serendah mungkin. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh usaha pengolahan minyak daun cengkeh agar dapat berkelanjutan. Pertama, lokasi usaha yang berdekatan dengan lokasi sumber bahan baku. Dekat dalam hal ini berarti mudah untuk memperoleh bahan baku dengan harga yang normal (tidak terlalu mahal karena biaya transportasi yang tinggi). Kedua, dekat dengan sumber air. Air merupakan bahan input yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh. Air tersebut berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi dari uap menjadi cair yang terdiri dari minyak daun cengkeh dan air. Di daerah pedesaan tertentu, seperti Kecamatan Samigaluh, memiliki keuntungan dalam hal ini. Air melimpah dan mudah untuk dimanfaatkan dalam proses produksi. Ketiga, kemudahan memperoleh bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar harus cukup. Dalam penyulingan minyak daun cengkeh secara umum pembakaran (pemanasan) harus terus menerus dan tetap agar mutu hasil terjaga. Minyak daun cengkeh juga memiliki keuntungan yang dapat menghemat biaya bahan bakar. Proses pengolahan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang telah disuling sebelumnya dengan dikeringkan terlebih dahulu. Berdasarkan pengalaman para pengolah minyak daun cengkeh di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo, jumlah sisa daun sudah cukup untuk bahan bakar pengolahan berikutnya sehingga tidak perlu membeli bahan bakar tambahan seperti kayu bakar atau lainnya.
b. Fasilitas Produksi dan Peralatan Ada beberapa alat dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses pengolahan minyak daun cengkeh. Fasilitas produksi yang utama adalah ketel dari platbesi (plateser), tungku (Gambar 4.1) dan kondensor (Gambar 4.2.).
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
14
Gambar 4.1. Ketel dan Tungku Suling Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan bentuk spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Kolam pendingin yang digunakan oleh salah seorang responden seperti tampak pada Gambar 4.2. Kolam terdiri dari dua buah kolam dengan posisi yang berdekatan agar pipa yang digunakan tidak terlalu panjang. Peralatan lain yang diperlukan berupa 4 drum plastik berukuran 200 liter untuk menampung minyak daun cengkeh, garu, sendok, 5 jerigen, corong minyak, dan kain penyaring.
Gambar 4.2. Kolam Pendingin
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
15
c. Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Beberapa pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya dengan menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat melakukan proses produksi dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.
Gambar 4.3. Daun Cengkeh Kering yang Siap Diproses d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi relatif tidak terlalu banyak. Tenaga untuk proses produksi hanya membutuhkan 3 orang per proses penyulingan. Jika dalam 1 hari pengusaha melakukan 2 kali proses penyulingan maka diperlukan 6 orang pekerja tidak tetap per hari per ketel (diasumsikan pengusaha memiliki dua buah ketel). Para pekerja tersebut biasanya dibayar secara borongan untuk satu kali proses penyulingan. Proses penyulingan tersebut membutuhkan waktu antara 6 sampai 8 jam dan dalam satu hari dapat dilakukan 2 hingga 3 kali penyulingan per ketel. e. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan minyak daun cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional. Proses yang umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
16
Gambar 4.4. Penyulingan Sederhana Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku dan air yang dimasukkan dalam ketel seperti tampak pada Gambar 4.4 yang kemudian dipanaskan. Proses pemanasan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang disuling sebelumnya. Uap air dan uap minyak daun cengkeh akan mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor. Kondensor tersebut dapat berupa kolam seperti tampak pada Gambar 4.2. Semakin lama uap minyak daun cengkeh dan uap air berada dalam kolam pendingin, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Biasanya para penyuling di pedesaan menggunakan 2 kolam pendingin untuk proses kondensasi ini. Air kolam harus terus dijaga agar tetap berada pada suhu yang dingin. Kondensasi mengubah uap air dan uap minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa minyak daun cengkeh dan air yang ditampung dalam drum.
Gambar 4.5. Drum Penampung Hasil Proses Penyulingan Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki kelebihan tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis. Biaya yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh yang memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
17
konsumen. rendah.
Kelemahan utamanya adalah
kecepatan
penyulingan
yang
f. Proses Produksi 1. Penyiapan Bahan Baku Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah gugur, kering, masih utuh dan bersih. 2. Penyulingan Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling banyak digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh. Bahan baku diletakkan terpisah dengan air (Gambar 4.4). Untuk memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus diberi ruang yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel ditutup dan kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak daun cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam kolam pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu air. Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih memiliki panjang 10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik proses kondensasi yang terjadi. Di Samigaluh, seringkali pipa yang digunakan berbentuk memanjang, tidak melingkar (spiral) karena harganya yang relatif lebih murah. Pipa tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan baik. Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar. Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan lagi setelah beberapa lama. g. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan menghasilkan 35 kg minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat dilakukan 2 kali penyulingan, maka satu ketel dapat menghasilkan 70 kg minyak daun cengkeh per hari. Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan bahan baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-bahan lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua, proses produksi. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang digunakan dan waktu proses penyulingan. Ketel dengan
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
18
bahan anti karat akan menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu penyulingan yang lebih singkat juga mempengaruhi kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan. Ketiga, penanganan hasil produksi. Minyak daun cengkeh yang seharusnya ditampung dan disimpan dalam kemasan dari bahan gelas, plastik atau bahan anti karat lainnya akan menurun kualitasnya jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam berkarat. Minyak daun cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam. h. Produksi Optimum Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada kapasitas ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dapat menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh. Dengan menggunakan dua ketel dan dua kali proses suling per ketel maka dalam sehari dapat dihasilkan minyak daun cengkeh sebanyak 1,4 kwintal. i. Kendala Produksi Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim. Pada musim penghujan, pasokan bahan baku bisa dikatakan tidak ada sehingga para pengusaha tidak berproduksi. Hambatan yang kedua adalah kapasitas produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh di pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah besar pada waktu tertentu.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
19
5. Aspek Keuangan a. Pemilihan Pola Usaha Usaha kecil minyak daun cengkeh semakin berkembang karena tingkat teknologi yang digunakan sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya yang besar. Proses penyulingan tidak memerlukan mesin-mesin atau alatalat canggih yang menggunakan listrik. Jenis minyak daun cengkeh juga dipilih karena persyaratan atau standar kualitas yang ditetapkan pembeli relatif longgar sehingga memudahkan pengusahaannya. Pengusaha kecil dengan teknologi sederhana dapat memprosesnya dengan mudah. Tidak diperlukan mesin-mesin dengan ketrampilan khusus untuk usaha ini. b. Asumsi dan Parameter Perhitungan Analisis kelayakan investasi dan keuangan usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini digunakan untuk memperoleh gambaran finansial mengenai pendapatan dan biaya usaha, kemampuan usaha untuk membayar kredit, dan kelayakan usaha. Perhitungan ketiga hal tersebut memerlukan dasardasar perhitungan yang diasumsikan berdasarkan hasil survai dan pengamatan yang terjadi di lapangan. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan aspek keuangan disajikan pada Tabel 5.1.
No 1 2
3 4
5 6
Tabel 5.1. Asumsi Analisis Keuangan Asumsi Satuan Jumlah Keterangan Periode proyek 5 Periode proyek tahunan 5 tahun Termasuk dua kolam Luas tanah m2 350 pendingin 2 Luas kolam Pendingin m 60 Terdiri dari dua kolam Harga minyak daun Rp/Kg 25.000 cengkeh Tenaga kerja a. Tetap (dalam orang 2 keluarga) b. Tidak tetap (luar keluarga) Untuk satu kali suling - Penyulingan orang 3 per ketel Upah tenaga kerja Rp/Kg 1.750 borongan Harga bahan baku - Harga daun cengkeh
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
20
kering 7 Discount Rate 8 Hari Kerja 9 Kapasitas Usaha 10 Jumlah bahan baku
Persen 18 bulan/tahun 6 Kg/hari 140 Kg/Hari 5200 Sumber: Lampiran 1
Periode proyek diasumsikan selama 5 tahun dengan periode tahunan untuk menganalisis kelayakan usaha. Usaha diasumsikan beroperasi selama 6 bulan dalam satu tahun dengan hari kerja 25 hari dalam satu bulan. Usaha diasumsikan memerlukan lahan seluas 350 m2 dan menggunakan dua buah kolam pendingin dengan luas masing-masing 30 m2 (lebar 3 m, panjang 10 m dan tinggi/kedalaman 1 m). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha minyak daun cengkeh, harga minyak daun cengkeh dapat berubah dalam rentang Rp 23.000,00- 29.000,00 per kilogram. Namun dalam analisis keuangan, harga minyak daun cengkeh diasumsikan tetap selama periode proyek yaitu sebesar Rp 25.000,- per kilogram. Pengaruh perubahan harga akan dianalisis pada bagian analisis sensitivitas usaha. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 5 orang dengan rincian seperti tampak pada Tabel 5.1. Asumsi-asumsi harga dan umur ekonomis peralatan produksi juga seperti yang akan ditunjukkan oleh Tabel 5.2. Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh No
Jenis Biaya
1
Perijinan (HO)
2
Sewa tanah
3
Konstruksi kolam Unit pendingin (10x3x1)m
2
4
Kontruksi bangunan
1
5
Kontruksi tungku
2
6
Peralatan utama - Ketel
Satuan
Jumlah Fisik
Harga/ Satuan
Nilai / Rp
Umur Ekonomis
200.000 m2/thn
Unit
350
2
18.750
5.250.000
1
1.000.000
2.000.000
10
12.000.000 12.000.000 200.000
400.000
10.150.000 20.300.000
7 10
5
Peralatan lainnya - garu
Unit
2
15.000
30.000
5
- corong minyak
Unit
2
10.000
20.000
5
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
21
- sekop
Unit
2
12.000
24.000
5
8
Jerigen
Unit
5
17.000
85.000
5
9
Timbangan Unit 1 kwintal
1
400.000
400.000
10
10
Kain penyaring
1
125.000
125.000
5
35.714
2.500.000
10
110.000
440.000
10
11 Pipa 12
Drum plastik
unit m unit
70 4
Jumlah biaya investasi
43.774.000 Sumber : Lampiran 2
Dengan menggunakan ketel dari besi plat, untuk menyuling minyak daun cengkeh diperlukan biaya Rp 10.015.000,-, termasuk biaya transportasi sebesar Rp 400 ribu. Biaya transportasi ini muncul karena ketel dibeli oleh pengusaha dari luar kota (Purwokerto). Jika ingin memperoleh kualitas minyak daun cengkeh yang lebih baik, dapat digunakan ketel dengan bahan baja anti karat (stainless steel) yang harganya lebih kurang Rp 16.500.000,00. c. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya variabel (tidak tetap) yang besarnya tergantung pada jumlah minyak daun cengkeh yang diproduksi. Biaya operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga kerja, konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok), biaya pemeliharaan, biaya telepon, dan listrik. Dalam satu bulan diperlukan biaya operasional sebesar Rp 47.500.000,- kecuali pada awal usaha karena pengusaha harus membeli bahan bakar sebesar Rp 400.000,- dan di bulan keenam karena ada biaya pemeliharaan sebesar Rp 100.000,- berupa perbaikan ketel. Harga per kilogram daun cengkeh kering adalah Rp 300,-. Jika pengusaha memiliki 2 buah ketel dan masing-masing ketel dapat beroperasi 2 kali sehari dan hari kerja 25 hari per bulan, maka diperlukan biaya sebesar 1300 kg x 2 penyulingan x 2 ketel x 25 hari x Rp 300,00/kg= Rp 39.000.000,00 per bulan untuk memperoleh bahan baku daun cengkeh kering. Tenaga kerja tetap dengan gaji Rp 500.000,00 per bulan terdiri dari dua orang dengan waktu 6 bulan kerja per tahun. Pada prakteknya, tenaga kerja tetap ini biasanya adalah anggota keluarga sendiri termasuk pemilik. Tenaga kerja tidak tetap bersifat borongan yang diupah Rp 1.750,00 untuk setiap kilogram minyak daun cengkeh yang dihasilkan sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang digunakan. Dalam 1 (satu) hari, pengusaha menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh sehingga memerlukan Rp 6.125.000,- per bulan untuk membayar tenaga kerja
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
22
borongan. Uang makan dan rokok untuk tenaga kerja adalah Rp 4.000,00 sekali makan ditambah rokok dengan asumsi dibutuhkan 12 orang pekerja per hari. Biaya telepon dan listrik diasumsikan tetap sebesar Rp 100.000,dan Rp 15.000,- per bulan. Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Kecil Biaya Biaya Biaya Per Bulan No Jenis Biaya Satuan Per Bulan Per Bulan (Bulan 2(Bulan 1 ) (Bulan 6) 5) 1 Bahan Baku Daun
Rp
Bahan Bakar Awal
Rp
400.000
a. Tetap
Rp
1.000.000
1.000.000
1.000.000
b. Tidak tetap (borongan)
Rp
6.125.000
6.125.000
6.125.000
4
Konsumsi tenaga kerja
Rp
1.200.000
1.200.000
1.200.000
5
Biaya Telepon
Rp
150.000
150.000
150.000
Biaya Listrik
Rp
25.000
25.000
25.000
Biaya Pemeliharaan
Rp
100.000
Rp
47.900.000 47.900.000 47.900.000
2
39.000.000 39.000.000 39.000.000
3 Tenaga kerja
8
Jumlah
Sumber: Lampiran 3 Pada prakteknya, karena hasil suling dapat diperoleh tiap hari pada musim kemarau, penjualan hasil produk minyak daun cengkeh dapat dilakukan dalam hitungan minggu bahkan hari. Hasil penjualan tersebut digunakan pengusaha untuk membiayai kebutuhan operasional berikutnya. Dalam sehari, pengusaha dapat menghasilkan 140 kg minyak daun cengkeh senilai Rp 3.500.000,- sehingga jumlah biaya operasional yang cukup besar dalam satu tahun tersebut hanyalah gambaran biaya kumulatif per tahun yang sebenarnya dapat dipenuhi dari penjualan hari atau minggu sebelumnya atau kredit bank dari satu proses penyulingan ke penyulingan berikutnya.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
23
d. Kebutuhan Dana unuk Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana usaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh dapat dirinci berdasarkan biaya investasi dan biaya operasional. Para pengusaha kecil penyulingan minyak daun cengkeh biasanya membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu untuk meningkatkan kapasitas usaha (biaya investasi) dan biaya untuk pembelian bahan baku (biaya operasional). Biaya operasional (modal kerja) sebesar Rp 285.500.000,- adalah jumlah kumulatif biaya operasional dalam 1 tahun (6 bulan kerja) pertama. Pada kenyataannya, pengusaha kecil hanya membutuhkan modal awal untuk operasional selama seminggu atau sebulan tergantung permintaan konsumen dan kondisi pasar. Tabel 5.4. Kebutuhan Dana No
Rincian Biaya Proyek
1
Dana investasi yang bersumber dari
2
a. Kredit
25.000.000
b. Dana sendiri
18.774.000
Jumlah dana investasi
43.774.000
Dana modal kerja yang bersumber dari a. Kredit
3
Total Biaya (Rp)
25.000.000
b. Dana sendiri
260.500.000
Jumlah dana modal kerja
285.500.000
Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit
50.000.000
b. Dana sendiri
279.274.000
Jumlah dana proyek
329.274.000
Sumber: Lampiran 4 Dalam simulasi perhitungan, modal awal yang dibutuhkan adalah Rp 47.900.000,- untuk biaya operasi selama 1 bulan. Biaya operasional bulan berikutnya dapat dipenuhi dari penerimaan dari hasil penjualan minggu atau bulan sebelumnya. Sumber kredit adalah kredit komersial dari perbankan yang ketentuannya berbeda untuk masing-masing bank. Berdasarkan survai yang dilakukan, pinjaman berjangka 6 bulan yang diangsur per bulan dengan suku bunga flat
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
24
18 persen per tahun. Dengan bunga flat maka dalam satu bulan angsuran bunga yang harus dibayarkan adalah 1,5 persen. Berdasarkan hal tersebut pembiayaan angsuran pokok dan bunga ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Tahun Periode Tahun 0
Kredit
Angsuran Angsuran
Total
50.000.000
Saldo
Saldo
50.000.000 50.000.000
Tahun Bulan 1 1
8.333.333
750.000 9.083.333 50.000.000 41.666.667
Bulan 2
8.333.333
750.000 9.083.333 41.666.667 33.333.333
Bulan 3
8.333.333
750.000 9.083.333 33.333.333 25.000.000
Bulan 4
8.333.333
750.000 9.083.333 25.000.000 16.666.667
Bulan 5
8.333.333
750.000 9.083.333 16.666.667
Bulan 6
8.333.333
750.000 9.083.333
Tahun 1
25.000.000
8.333.333
8.333.333
0
25.000.000 25.000.000
Tahun Bulan 1 2
4.166.667
375.000 4.541.667 25.000.000 20.833.333
Bulan 2
4.166.667
375.000 4.541.667 20.833.333 16.666.667
Bulan 3
4.166.667
375.000 4.541.667 16.666.667 12.500.000
Bulan 4
4.166.667
375.000 4.541.667 12.500.000
8.333.333
Bulan 5
4.166.667
375.000 4.541.667
8.333.333
4.166.667
Bulan 6
4.166.667
375.000 4.541.667
4.166.667
0
Sumber: Lampiran 5 Pada tahun 0 pengusaha meminjam sebesar 50 juta rupiah yang terdiri dari modal investasi 25 juta rupiah dan modal kerja 25 juta rupiah sehingga harus mengangsur keduanya pada tahun pertama. Di awal tahun ke-2 hingga tahun ke-5, pengusaha meminjam kembali sebesar 25 juta rupiah tiap tahunnya berupa modal kerja dan membayar angsuran modal kerja sebesar Rp 4.541.667,- per bulan selama 6 bulan dari total pinjaman 25 juta rupiah. e. Produksi dan Pendapatan Minyak daun cengkeh dapat diproduksi per hari. Dari hasil survai yang telah dilakukan, pengusaha pada umumnya memiliki 2 ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dan dapat memproduksi 140 kg per hari senilai Rp 3.500.000,-. Dalam satu tahun (6 bulan kerja) akan dihasilkan 21 ton minyak daun cengkeh. Rincian pendapatan kotor ditunjukkan oleh Tabel 5.6. Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
25
Tabel 5.6. Produksi dan Pendapatan Tahun
Hasil Produksi Kg
Rupiah
1
21.000 525.000.000
2
21.000 525.000.000
3
21.000 525.000.000
4
21.000 525.000.000
5
21.000 525.000.000 Sumber: Lampiran 6
f. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point Hasil proyeksi rugi laba menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha ini sudah memperoleh laba sebesar Rp 151.805.677,- dengan profit margin usaha penyulingan minyak daun cengkeh mencapai 28,92 persen pada tahun pertama dan 33,33 persen pada tahun kedua hingga tahun kelima atau sebesar Rp 174.968.177,-. Hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa BEP rata-rata berdasarkan total biaya adalah Rp 16.495/kg pada tahun pertama dan Rp 15.198/kg pada tahun kedua hingga tahun keempat, dengan BEP rata-rata Rp 15.475,-. BEP produksi rata-rata dalam satu tahun adalah 3.429 kg. Proyeksi laba rugi secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Proyeksi Laba Rugi Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh No
Uraian
Tahun 1
Tahun 2-5
Jumlah
1
Pendapatan 525.000.000 525.000.000 2.625.000.000
2
Pengeluaran a. Biaya 285.500.000 285.500.000 1.427.500.000 operasional b. Penyusutan
6.405.086
6.405.086
32.025.429
c. Angsuran pokok
50.000.000
25.000.000
150.000.000
4.500.000
2.250.000
13.500.000
d. Bunga bank Jumlah
346.405.086 319.155.086 1.623.025.429
Laba sebelum pajak
178.594.914 205.844.914 1.001.974.571
e. Pajak
26.789.237
30.876.737
150.296.186
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
26
15% 3
Laba rugi
4
Profit margin %
151.805.677 174.968.177
851.678.386
28.92%
33.33%
32,44%
133.508.017
73.774.196
428.604.802
5.340
2.951
17.144
- Biaya operasional
13.595
13.595
67.976
- Total biaya
16.495
15.198
77.287
BEP (nilai penjualan) BEP (produksi minyak) BEP Rp/kg berdasarkan
Sumber: Lampiran 8
g. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek Proyeksi arus kas usaha penyulingan minyak daun cengkeh selama 5 tahun secara lengkap dapat ditunjukkan oleh Tabel 5.8. Berdasarkan proyeksi arus kas, jumlah inflow adalah Rp 525.000.000,- pada tahun pertama sampai tahun keempat. Pada tahun kelima ada tambahan berupa nilai sisa sebesar Rp 8.012.857,- sehingga total inflow menjadi Rp 533.012.857,-. Tabel 5.8. Proyeksi Arus Kas Usaha Minyak Daun Cengkeh No 1
Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2-3
Tahun 5
Inflow a. Pendapatan b. Dana sendiri
0 525.000.000 525.000.000 525.000.000 279.274.000
c. Kredit investasi
25.000.000
d. Kredit modal kerja
25.000.000
e. Nilai sisa Jumlah Inflow untuk IRR
8.012.857.14 329.274.000 525.000.000 525.000.000 533.012.857 0 525.000.000 525.000.000 533.012.857
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
27
2
Outflow a. Biaya investasi b. Biaya modal kerja
43.774.000
5.250.000
5.250.000
5.250.000
285.500.000
c. Biaya operasional
0 285.500.000 285.100.000 285.100.000
d. Angsuran pokok
0
50.000.000
25.000.000
25.000.000
e. Biaya bunga bank
0
4.500.000
2.250.000
2.250.000
f. Pajak 15%
0
26.789.237
30.876.737
30.876.737
Jumlah
329.274.000 372.039.237 348.476.737 348.476.737
Outflow untuk IRR
329.274.000 317.539.237 321.226.737 321.226.737
3
Total cashflow
0 152.960.763 176.523.263 184.536.120
4
Kumulatif cashflow
0 152.960.763 329.484.026 867.066.671
5
Cashflow untuk IRR
207.460.763 203.773.263 211.786.120 329.274.000 Sumber: Lampiran 9
Untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan minyak daun cengkeh, dapat dihitung nilai Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio, dan Net Present Value (NPV). Perhitungan PBP proyek tidak ditampilkan karena proyek telah menghasilkan keuntungan pada tahun pertama dilaksanakan. Payback Period (PBP) untuk kredit tidak dihitung karena kredit, baik untuk modal investasi maupun modal kerja, lunas dalam satu tahun (jangka waktu kredit 1 tahun). Nilai IRR sebesar 55,66 persen mengimplikasikan bahwa proyek ini layak sampai tingkat bunga mencapai 55,66 persen. Dengan menggunakan discount rate 18 persen, Net B/C ratio memiliki nilai 1,96. Karena Net B/C Ratio > 1 maka usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net Present Value juga bernilai positif, yaitu Rp 314.587.336,16 sehingga proyek layak dilaksanakan. Hasil proyeksi kelayakan usaha ditunjukkan pada Tabel 5.9.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
28
Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pengolahan Minyak Daun Cengkeh Kriteria Kelayakan Nilai IRR 55,66% Net B/C ratio DF 18% 1,96 Rp NPV DF 18% 314.587.336,16 Sumber: Lampiran 10 h. Analisa Sensitivitas Dalam analisis kelayakan proyek, banyak asumsi yang digunakan. Penggunaan asumsi ini memiliki ketidakpastian yang sudah diminimalkan berdasarkan nilai aktual yang terjadi di lapangan. Untuk menguji sensitivitas proyek terhadap perubahan asumsi pendapatan dan biaya operasional, digunakan beberapa skenario. Skenario 1. Usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya-biaya dan komponen lain tetap. Penerimaan dapat menurun jika terjadi penurunan hasil produksi dan permintaan konsumen. Skenario 2. Biaya operasional mengalami kenaikan yang mungkin dapat terjadi karena kenaikan harga bahan baku atau peralatan lainnya. Pada kondisi ini diasumsikan komponen lainnya termasuk pendapatan adalah tetap (konstan). Skenario 3. Skenario ketiga ini merupakan gabungan dari skenario 1 dan 2, yaitu diasumsikan pada saat bersamaan pendapatan mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan. Tabel 5.10. Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 1 Pendapatan Turun Kriteria Kelayakan 19% 20% IRR 18,38% 16,18% Net B/C ratio DF 18% 1,01 0,959 - Rp NPV DF 18% Rp 2.879.998,16 13.537.649,70 Sumber: Lampiran 12 dan 14 Tabel 5.11. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 2 Biaya Operasional Naik Kriteria Kelayakan 35% 36% IRR 18,32% 17,13% Net B/C ratio DF 18% 1,007 0,980 NPV DF 18% Rp 2.423.931,76 - Rp 6.495.022,65 Sumber: Lampiran 16 dan 18
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
29
Tabel 5.12. Hasil analisis Sensitivitas Usaha Skenario 3 Pendapatan Turun dan Biaya Operasional Naik Kriteria Kelayakan 12% 13% IRR 19,45% 16,06% Net B/C ratio DF 18% 1,033 0,956 NPV DF 18% Rp 10.898.352,06 - Rp 14.435.123,04 Sumber: Lampiran 20 dan 22 Berdasarkan Tabel 5.10 tampak bahwa pada skenario pertama dengan asumsi terjadi penurunan penerimaan, sampai penurunan hingga 19%, usaha minyak daun cengkeh ini masih layak untuk dilaksanakan. Pada saat pendapatan turun hingga 20%, usaha ini mulai tidak layak untuk dilaksanakan. Pada Skenario 2 (Tabel 5.11), ditunjukkan bahwa kenaikan biaya operasional hingga 35 persen masih layak untuk usaha ini dan tidak layak pada kenaikan biaya operasional hingga 36%. Perlu diketahui bahwa biaya operasional usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku yang merupakan 81 persen dari total biaya operasional. Pada skenario 3 yang diasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional hingga 13%, usaha ini sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR, Net B/C ratio, dan NPV secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.10, Tabel 5.11 dan Tabel 5.12.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
30
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi Usaha penyulingan minyak daun cengkeh merupakan merupakan komoditi yang dapat diunggulkan di pasar internasional. Meskipun kontribusinya relatif rendah dibandingkan komoditi yang lain, namun setidaknya ekspor minyak daun cengkeh ini telah memberikan pemasukan devisa di atas satu juta dolar per tahun sejak tahun 1988. Rendahnya nilai ekspor ini disebabkan karena rendahnya hasil produksi yang sangat dipengaruhi oleh musim. Dari sisi permintaan, permintaan minyak daun cengkeh masih tinggi sehingga peluang untuk mengembangkan dan membuka usaha penyulingan minyak daun cengkeh di daerah lain di Indonesia masih memiliki potensi pasar yang terbuka luas. Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi memiliki pengaruh ke belakang (backward effect) setidaknya pada usaha pembuatan peralatan dan petani cengkeh yang menjadi pemasok bahan baku. Usaha ini pun memiliki nilai tambah yang tinggi. Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi mereka. Dengan berkurangnya pengangguran secara langsung akan berdampak pada kondisi sosial masyarakat seperti penurunan tingkat kriminalitas.
b. Dampak Lingkungan Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut adalah air sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun cengkeh berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak berdampak buruk pada lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun kering sisa pembakaran yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Secara umum, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini termasuk usaha yang ramah lingkungan.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
31
7. Penutup a. Kesimpulan 1.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh pada umumnya dilakukan di wilayah pedesaan dengan teknologi sederhana dan berskala kecil.
2.
Usaha minyak daun cengkeh memiliki masa depan yang cerah. Peluang pasar komoditas minyak daun cengkeh, terutama untuk ekspor masih terbuka, sehingga secara langsung memberikan peluang bagi pengembangan dan peningkatan produksi minyak daun cengkeh.
3.
Berdasarkan kondisi alam di Indonesia, potensi usaha penyulingan minyak daun cengkeh dapat dilakukan di banyak wilayah di Indonesia terutama di wilayah pedesaan dengan sumber air yang cukup.
4.
Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para pengusaha penyulingan minyak daun cengkeh adalah masalah bahan baku yang sangat tergantung pada musim. Bahan baku berupa daun cengkeh kering hanya tersedia pada musim kemarau.
5.
Di daerah survai, terdapat dua macam pola pembiayaan usaha yaitu pembiayaan pemerintah daerah dan pembiayaan bank. Dari pemerintah daerah, terdapat program penguatan modal usaha kecil yang berupa kredit melalui BPD dengan bunga yang lebih rendah. Pembiayaan melalui bank dilaksanakan oleh Kantor Bank BRI Unit Samigaluh melalui pendekatan-pendekatan yang sifatnya personal.
6.
Tidak ada skema kredit khusus untuk usaha penyulingan minyak daun cengkeh. Bank memberikan kredit secara umum dengan bunga flat 18 persen per tahun. Kredit diberikan dengan jangka waktu 6 bulan dan diangsur per bulan. Pemilihan jangka waktu tersebut disesuaikan dengan masa kerja usaha penyulingan yang rata-rata adalah 6 bulan kerja per tahun.
7.
Usaha penyulingan minyak daun cengkeh memiliki Internal Rate of Return (IRR) yang cukup tinggi yaitu 55,66% yang berarti bahwa usaha ini masih layak dilaksanakan sampai tingkat bunga mencapai 55,66%. Net B/C ratio usaha ini juga lebih besar dari satu, yaitu 1,96 sehingga usaha ini dinyatakan layak. Kelayakan usaha usaha juga dapat dilihat dari Nilai NPV yang positif sebesar Rp 314.587.336,16.
8.
Berdasarkan analisis sensitivitas 1, usaha penyulingan minyak daun cengkeh masih layak hingga terjadi penurunan pendapatan sebesar 19%. Penurunan pendapatan sebesar 20% menyebabkan usaha penyulingan ini menjadi tidak layak dengan nilai IRR sebesar 16,18% , Net B/C ratio 0,959 dan NPV - Rp 13.537.649,70.
9.
Berdasarkan analisis sensitivitas 2, usaha penyulingan minyak daun cengkeh masih layak hingga terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 35%. Kenaikan biaya operasional sebesar 36% menyebabkan usaha penyulingan minyak daun cengkeh menjadi tidak layak dengan IRR
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
32
17,13 persen, Net B/C ratio 0,980 dan NPV - Rp 6.495.022,65. Sebagian besar biaya operasional tersebut (+81%) adalah berupa bahan baku daun cengkeh kering. 10. Berdasarkan analisis sensitivitas 3, usaha penyulingan minyak daun cengkeh masih layak hingga terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional sebesar 12% pada saat yang bersamaan. Perubahan sebesar 13% (pendapatan turun 13% dan biaya operasional naik 13%) menyebabkan usaha penyulingan minyak daun cengkeh menjadi tidak layak dengan IRR 16,06 persen, Net B/C ratio 0,956 dan NPV - Rp 14.435.123,04. 11. Munculnya usaha penyulingan minyak atsiri memberikan peluang kerja bagi masyarakat setempat, baik untuk pengusaha maupun para pekerjanya, sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya. 12. Usaha penyulingan daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran dan tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Limbah berupa abu daun cengkeh bahkan dapat digunakan sebagai pupuk b. Saran 1. Usaha minyak daun cengkeh di pedesaan masih dapat dikembangkan lagi di wilayah lain di Indonesia, terutama yang dekat dengan sumber bahan baku. 2. Untuk memperbaiki mutu minyak daun cengkeh, yang sangat penting dalam persaingan di masa yang akan datang, pengusaha perlu membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai minyak daun cengkeh dari pengolahan sampai pengemasannya. 3. Faktor yang harus diperhatikan dalam dalam upaya pemasaran minyak daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi. 4. Secara finansial dan dari kondisi di lapangan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini layak untuk dibiayai. Namun, pihak bank tetap harus memberikan kredit berdasarkan analisis usaha yang komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian.
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
33
LAMPIRAN
Bank Indonesia – Usaha Penyulingan Minyak Daun Cengkeh
34