PERAWATAN ROOT COVERAGE PADA PASIEN PERIODONTITIS KRONIS DENGAN RESESI GINGIVA DENGAN MENGGUNAKAN FIXED SPLINTING (CASE REPORT) Achmad Arifin * Westy Agrawanty * Ernie Maduratna ** * Periodontics Residency Program, Faculty of Dentistry, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia ** Department of Periodontics, Faculty of Dentistry, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia Correspondence e-mail to:
[email protected]
ABSTRAK Perawatan kosmetik telah menjadi bagian integral dari kedokteran gigi termasuk perawatan periodontal. Salah satu yang umum digunakan prosedur perawatan periodontal estetika adalah penutupan permukaan akar gigi yang mengalami resesi gingiva. Penanganan kasus dengan resesi gingiva dengan etiologi yang kompleks terkait masalah maloklusi dan trauma oklusi diperlukan perawatan interdisipliner gabungan antara perawatan maloklusi dan prosedur bedah plastik periodontal disertai perbaikan host dari pasien sehingga memberikan hasil yang optimal. Tantangan saat ini adalah bagaimana terapi periodontal dengan multidisiplin ilmu dapat dilakukan dengan hasil estetik baik dan resesi gingiva minimal atau root coverage yang optimum. Tujuan dari laporan kasus ini adalah menginformasikan dan menjelaskan mengenai prosedur kerja, hasil klinis dan radiografis, serta kaitan estetik kedokteran gigi dan resesi gingival (root coverage) pada kasus bedah flap dengan fixed splinting (brackets) yang memerlukan estetik. Kasus pasien dengan riwayat DM yang terkontrol memiliki keluhan gigi goyang pada gigi depan atas merasa semakin panjang dan diikuti dengan gigi yang lain sejak sekitar 3 tahun pada elemen 15, 14, 13, 12, 11, 21, 35, 34, 33, 31, 41, 42, 43. Kemudian dilakukan perawatan oklusal adjusment, pemasangan fixed splinting (brackets) dan bedah flap. Pasien juga di terapi dengan HMT (tetracycline gel, antikolagenase tab) dan dilakukan Minor orthodontic movement terutama pada 21sebagai perawatan root coverage serta koreksi maloklusi dan trauma oklusi. Hasil klinis perawatan menunjukkan kondisi jaringan periodontal dan penutupan resesi gingiva yang baik dan pasien merasakan penampilannya lebih baik. Kata kunci: root coverage, resesi gingival, periodontitis kronis, fixed splinting, brackets
ABSTRACT Cosmetic treatments have become an integral part of dentistry including periodontal treatment. One commonly used procedure aesthetic periodontal treatment is closing tooth root surface gingival recession. Handling cases with gingival recession associated with a complex etiology of malocclusion problems and traumatic occlusion needed interdisciplinary combination of orthodontic treatment and periodontal plastic surgery procedures with improved host of the patient so as to provide optimal results. The challenge now is how periodontal therapy with multidisciplinary science can be done with good aesthetic results and minimal gingival recession or root optimum coverage. The purpose of this case report is to inform and explain the working procedures, clinical and radiographic results, and the relation of aesthetic dentistry and gingival recession (root coverage) in the case of surgical flap with fixed splinting ( orthodontic brackets ) which requires aesthetic. The case of a patient with a history of diabetes mellitus controlled dental complaints rocking on the upper front teeth was getting longer and followed with another gear since about 3 years in the elements 15, 14, 13, 1, 11, 21, 35, 34, 33, 31, 41, 42, 43. Then do occlusal adjusment treatment, splinting fixed installation (brackets) and surgical flap. Patients also in therapy with HMT (tetracycline gel, antikolagenase tab) and carried Minor orthodontic movement, especially at 21 as well as the treatment of root coverage correction of malocclusion and traumatic occlusion. Clinical results indicate the
condition of the periodontal care and good gingival recession closure and patients feel better appearance. Key words: root coverage, resesi gingival, periodontitis kronis, fixed splinting, brackets
PERAN FIBROBLAST GROWTH FACTOR-2 PADA REGENERASI JARINGAN PERIODONTAL (TELAAH PUSTAKA) Adisty Restu Poetri * Kwartarini Murdiastuti ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakultas KedokteranGigi UGM
ABSTRAK Latar belakang: Periodontitis merupakan suatu inflamasi pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya poket dan resesi gingiva. Tujuan utama terapi periodontal telah bergeser dari sekedar perbaikan menjadi regenerasi jaringan periodontal. Growth factor (GF) sudah dievaluasi efeknya dalam menginduksi regenerasi jaringan periodontal. Saat ini banyak penelitian untuk mengeksplorasi potensi aplikasi dan penggunaan fibroblast growth factor (FGF). Tujuan: Telaah pustaka bertujuan mengetahui peran basic fibroblast growth factor pada regenerasi jaringan periodontal. Tinjauan Pustaka: Fibroblast growth factor-2 memicu proliferasi fibroblas dan meningkatkan angiogenesis. Aktivitas FGF-2 berhubungan langsung dengan regenerasi jaringan periodontal. Kemampuan dalam merespon FGF-2 lebih tinggi pada sel ligamen periodontal yang belum berdiferensiasi dibanding sel yang sudah matang. FGF-2 secara signifikan meningkatkan ekspresi gen kolagen tipe-I pada fibroblas yang dikultur dari jaringan gingiva manusia dan berperan dalam pencegahan pembentukan jaringan parut atau bekas luka selama penyembuhan. Kesimpulan: Fibroblast growth factor-2 memiliki peran penting pada regenerasi jaringan periodontal, yaitu memicu proliferasi fibroblas, meningkatkan angiogenesis dan ekspresi gen kolagen tipe-I Kata kunci: Periodontitis, Regenerasi jaringan periodontal, Fibroblast Growth Factor-2
ABSTRACT Background: Periodontitis is defined as an inflammatory disease of the supporting tissue of the teeth caused by specific microorganisms, resulting in progressive destruction of the periodontal ligament and alveolar bone with pocket formation, recession, or both. The ultimate goal of periodontal therapy has moved from periodontal repair to periodontal regeneration. The importance of growth factor for periodontal regeration has examined. Researches have explored the potential applications and used of fibroblast growth factor (FGF).Objective: The aim of this paper is to review role of fibroblast growth factor-2 in periodontal regeneration. Discussion: Fibroblast growth factor-2 promotes proliferation of fibroblast and enhances angiogenesis. These activities are directly associated with periodontal tissue regeneration. The responsiveness to FGF-2 is higher in undifferentiated periodontal ligament cells than in mature periodontal ligament cells. FGF-2 significantly enhances the gene expression of type-I collagen in cultured fibroblast from human gingival tissue and indicating a significant role in prevention of scar formation during wound healing. Conclusion: Fibroblast growth factor-2 has an important role in periodontal regeneration, which promotes proliferation of fibroblast, enhances angiogenesis and the gene expression of type-I collagen. Key words: Periodontitis, Periodontal regeneration, Fibroblast Growth Factor-2
PERAN KATEKIN TEH HIJAU PADA PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL Aini Moeljono* Dahlia Herawati** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakutas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK Latar belakang: Kerusakan jaringan periodontal pada peridontitis kronis terjadi proses inflamasi yang terus menerus meningkatkan jumlah sitokin proinflamatori. Katekin dari teh hijau yang memiliki efek antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan dapat berfungsi untuk mencegah perkembangan kerusakan jaringan periodontal.Tujuan penulisan telaah pustaka adalah untuk mempelajari peran katekin pada sebagai anti bakteri, anti inflamasi dan antioksidan terhadap perawatan periodontitis.Telaah pustaka: Mekanisme aktivitas antibakteri komponen katekin merusak lipid bilayer membran bakteri sehingga terabsorbsi oleh membran bakteri, dan merusak fungsinya sehingga mengakibatkan kematian bakteri. Rantai alkyl tambahan EGCG (Epigallocathechin-3-gallate) mempercepat terjadinya absorbsi permukaan membran bakteri dengan meningkatkan lipofilitas. Mekanisme antiinflamasi katekin menghambat jalur sintesis siklooksigenase yang merupakan enzim mediator inflamasi dan terlibat dalam pelepasan asam arakhidonat. Penghambatan siklooksigenase dapat meringankan gejala inflamasi dan nyeri. Fungsi katekin sebagai antioksidan, membantu kinerja enzim superoxide dismutase (SOD) yang berfungsi menyingkirkan radikal bebas sehingga menghambat kerusakan pada membran sel. Kemampuan katekin teh hijau menangkap radikal bebas 100 kali lebih efektif daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.Diskusi: Perawatan periodontitis tidak hanya membunuh bakteri namun dapat juga dengan mengaktifkan imun host seperti efek anti inflamasi dan antioksidan pada katekin, agar jaringan periodontal menghambat progress kerusakan jaringan yang lebih lanjut.Kesimpulan: Katekin dapat berperan membunuh bakteri penyebab penyakit periodontal dan mampu menekan kerusakan yang lebih lanjut dengan meningkatkan imun host. Kata kunci: periodontitis, katekin, anti bakteri, anti inflamasi, antioksidan
ABSTRACT Background. Periodontal destruction in chronic periodontitis increasing proinflammatory cytokine. Green tea cathecins has antibacterial, anti inflamation and antioxidant to prevent periodontal tissue damage. Objective. The aim of this literature review is to determine the role of catechins as an anti- bacterial, antiinflammatory and antioxidant for periodontitis treatment.Literature Review. Bactericidal effect of catechin is to destruct the lipid bilayer membrane, caused missfunction and resulting the bacterial death. Alkyl chain of EGCG (Epigallocathechin - 3 - gallate) accelerates the membran bacterial absorption by increasing lipofility of the membran surface. Anti-inflammatory of catechin suppressing the synthesis of cyclooxygenase which is an inflammatory mediator that involved in the release of arachidonic acid. Inhibition of cyclooxygenase can relieve the symptoms of inflammation and pain. Antioxidant activity of catechins support the enzymes superoxide dismutase (SOD) action to get rid of free radicals. The antioxidant potential of green tea catechins is 100 times more effective than vitamin C and 25 times more effective than vitamin E.Discussion. Treatment of periodontitis not only kill bacteria but also activate host immune system such as anti-inflammatory and antioxidant in order to inhibit the progress of periodontal tissue destruction. Catechins have all those effect.Conclusion. Catechins may act to kill the bacteria that cause periodontal disease and suppressed further destruction by increasing host immune response. Keywords: periodontitis, cathechins, anti bacterial, anti inflammatory, antioxidant
PENUTUPAN PERFORASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU KIRI MANDIBULA DENGAN MINERAL TRIOXIDE AGGREGATE(MTA) MELALUI PROSEDUR BEDAH FLAP (LAPORAN KASUS) Eko Fibryanto Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
ABSTRAK Latarbelakang: Kesalahan prosedur dalam melakukan perawatan saluran akar dapat saja terjadi. Perforasi endodontic merupakan suatu kesalahan prosedur yang dapat terjadi secara iatrogenic atau patologis. Perforasi dapat terjadi di daerah sub gingiva, tengah akar atau apical gigi. Perforasi yang tidak dirawat dapat menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Kerusakan ini dapat dicegah dengan penutupan daerah perforasi menggunakan bahan Mineral Trioxide Aggregate (MTA). Tujuan: menjelaskan prosedur dan keberhasilan penutupan perforasi saluran akar dengan MTA melalui prosedur bedah. Kasus: wanita, 15 tahun, dirujuk karena rasa sakit di gigi belakang kiri bawah. Secara klinis, gigi 36 terlihat perforasi di 1/3 korona saluran akar mesial.Gigi tersebut peka terhadap perkusi. Radiograf menunjukkan gutaperca yang patah dan tertinggal di jaringan periodontal. Gigi non vital dan dilakukan perawatan saluran akar. Daerah perforasi ditutup dengan MTA melalui prosedur bedah flap. Restorasi akhir untuk gigi 36 adalah onlei resin komposit Adoro. Kesimpulan: Gigi dengan perforasi 1/3 korona saluran akar dapat dipertahankan dengan cara menutup daerah perforasi menggunakan MTA, walaupun melalui prosedur bedah flap. Kata Kunci: Perforasi, Perawatan saluran akar, Bedah flap, Mineral Trioxide Aggregate
ABSTRACT Background: Endodontic perforation in root canal treatment might be occurred. An endodontic perforation is an artificial opening in the tooth or its root, caused by iatrogenic error or pathologic process. Perforations could be categorized by location: sub gingival, midroot, or apical. Untreated perforations will damage the periodontal tissues. Perforations could be sealed with Mineral Trioxide Aggregate (MTA). Objective: to explain the technique and successful outcome of sealing root canal perforation with MTA by flap procedure. Case: female, 15 years old, got reffered because a painful tooth in left molar mandible. Clinically, tooth 36 had perforation on coronal thirdmesial root canaland had the tenderness to percussion. Radiograph shows a broken gutta-percha in periodontal tissue. The tooth was treated with root canal treatment and the perforation site was sealed with MTA by surgical flap procedure. Adoro composite resin was the final restoration. Conclusion: perforation on coronal third root canal could be sealed with MTA, through the surgical flap procedure. Key words: Perforation, Root canal treatment, Surgical flap, Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
TERAPI OZON UNTUK KEBERHASILAN PERAWATAN PERIODONTITIS KRONIS SEDANG Erwin Wijaya * Dahlia Herawati ** * Minat Studi Periodonsia, Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Klinik, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakutas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK Latar Belakang: Ozon bermanfaaat baik pada kondisi sehat maupun sakit. Ozon dapat berfungsi untuk membunuh bakteri maupun untuk meregenerasi jaringan. Periodontitis kronis memerlukan perlakuan khusus sebagai tambahan terapi. Tujuan Penulisan: ini adalah memempelajari keberhasilan terapi ozon sebagai perawatan periodontitis kronis sedang. Telaah Pustaka: Periodontitis melibatkan kehadiran dari plak bakteri yang menyebabkan reaksi inflamasi lokal pada host. Hal ini mengakibatkan edema, infiltrasi leukosit, dan pelepasan mediator inflamasi, menyebabkan pembentukan poket periodontal, terlepasnya jaringan ikat, dan resorpsi tulang alveolar, akhirnya menyebabkan kehilangan gigi. Ozon mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi sel membran bakteri. Ozon akan menghambat sistem kontrol enzim kemudian diblokir dan glikoprotein, glikolipid, dan asam amino bakteri juga ikut dipengaruhi oleh ozon. Bakteri akan mati karena disfungsi dari permeabilitas dinding sel atau karena sel lisis. O3 dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada penyembuhan luka melalui sintesis kolagen dan proliferasi fibroblast pada saat pembentukan jaringan granulasi dan remodeling jaringan saat fase awal penyembuhan luka. Keberhasilan terapi menggunakan ozonisasi udara, air, dan olive oil, sudah banyak dibuktikan. Diskusi: Ozonisasi olive oil sebagai tambahan perawatan pada periodontitis kronis sedang. Kesimpulan: Terapi ozon dapat menghentikan peradangan dan merangsang regenerasi pada periodontitis. Kata kunci: Periodontitis, Ozone, Ozone olive oil
ABSTRACT Background: Ozon has benefit either in healthy or sick condition. Ozon can kill bacteria and tissue regeneration. Chronic periodontitis need special treatment as adjunctive therapy. Objective: This study objective are to learn about ozone therapy for treatment moderate chronic periodontitis. Litetature study Periodontitis involves the presence of plaque bacteria that cause a local inflammatory reaction in the host. This resulted in edema, leukocyte infiltration, and release of inflammatory mediators, causing the formation of periodontal pockets, the release of connective tissue and alveolar bone resorption, eventually causing tooth loss. Ozone has the ability to oxidize the bacterial cell membrane. Ozone will inhibit the enzyme control system then blocked and glycoproteins, glycolipids, and amino acid bacteria also affected by ozone. The bacteria will die because of dysfunction of the permeability of the cell wall or due cell lysis. O3 can impact directly or indirectly on wound healing through collagen synthesis and fibroblast proliferation during granulation tissue formation and tissue remodeling at the initial phase of wound healing. The success of using ozonation treatment of air, water, and olive oil, has a lot to prove. Discussion: Ozonation of olive oil as an adjunct treatment in moderate chronic periodontitis. Conclusion: Ozone therapy can stop the inflammation and stimulate regeneration in periodontitis. Key words: Periodontitis, Ozone, Ozone olive oil
PERAN KOMBINASI PLATELET RICH PLASMA-KOLAGEN UNTUK REGENERASI TULANG PADA POKET INFRABONI (TELAAH PUSTAKA) Fransisca Kariyanto * Kwartarini Murdiastuti ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK Latar Belakang. Inovasi dalam bidang kedokteran gigi adalah penggunaan Platelet-rich plasma (PRP), yang merupakan konsentrasi autologus platelet manusia yang tinggi dalam volume kecil plasma. Aplikasi PRP dalam bentuk cairan ke sisi luka seringkali mengalami kehilangan yang signifikan jumlah PRP apabila tidak terbentuk gelatin melalui mekanisme pembekuan, dan salah satu aktivator yang aman digunakan adalah kolagen. Tujuan. mengetahuiperankombinasi PRP-kolagenuntukregenerasi tulang pada poket infraboni. Telaah pustaka. Platelet-rich plasma (PRP) adalah platelet auotologus konsentrasi tinggi pada volume kecil plasma. PRP dapat dengan mudah dipersiapkan dari darah pasien dengan sentrifugasi dan dipisahkan dari 3 lapisan, yaitu: plateletpoor plasma (PPP), PRP, dan sel darah merah. Komponen PRP yang berperan dalam regenerasi tulang adalah PDGF, VEGF, TGF-β1 dan TGF-β2, IGF-1, IL-1, IL-6, TNF-α, fibronectin, vitronectin, dan VGF. Aplikasi PRP dalam bentuk cairan ke sisi luka dalam kavitas oral seringkali mengalami kehilangan yang signifikan jumlah PRP apabila tidak terbentuk gelatin melalui mekanisme pembekuan. Trombin sebagai aktivator PRP telah dikenal secara luas dan thrombin yang umum digunakan adalah trombin sapi. Tetapi beberapa efek samping penggunaan trombin sapi menuntun pada pencarian alternatif aktivator PRP dalam aplikasi klinis, salah satunya dengan kolagen. Kesimpulan. Terapi kombinasi dengan menggunakan PRP-kolagen dapat meningkatkan terjadinya regenerasi tulang. Kata kunci: Platelet rich plasma, kolagen, regenerasi tulang, poket infraboni
ABSTRACT Background. Innovations in the field of dentistry on the use of Platelet-Rich Plasma (PRP), which is the high concentration of human platelets autologous in a small volume of plasma. The application of PRP in liquid form to the side of injury often make a significant loss of PRP if gelatin is not formed through the clotting mechanism, and one safe activator used is collagen. The Purpose. determine the role of the combination of PRP-collagen for bone regeneration in infraboni pockets.Literature review. Platelet-rich plasma (PRP) is a high concentration of platelets auotologus in a small volume of plasma. PRP can be easily prepared from the patient's blood by centrifugation and separated from three layers, namely: platelet-poor plasma (PPP), PRP, and red blood cells. PRP components that play a role in bone regeneration is PDGF, VEGF, TGF-β1 and TGF-β2, IGF-1, IL-1, IL-6, TNF-α, fibronectin, vitronectin, and VGF. The application of PRP in liquid form into the wound in the oral cavity often make a significant loss of PRP if gelatin is not formed through the clotting mechanism. Thrombin as activators of PRP has been widely known and commonly used thrombin is bovine thrombin. But some side effects of the use of bovine thrombin led to alternative research of PRP activator in clinical applications, one of them is with collagen.Conclusion.Combination therapy using PRP-collagen can increase bone regeneration. Key words: Platelet rich plasma, collagen, bone regeneration, infraboni pocket
PERAWATAN PERIODONTAL REGENERATIF DENGAN GAMACHA-GRAFT PADA KASUS DEFEK INFRABONI: EVALUASI KLINIS DAN RADIOGRAFIS (LAPORAN KASUS) Hendry Dwi Wijayanto * Dahlia Herawati ** * Program Studi Periodonsia, Program PendidikanDokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK Perawatan periodontal regeneratif mempunyai tujuan utama mendapatkan jaringan regeneratif dan proses yang berlangsung membentuk struktur jaringan yang fungsional melalui proses pertumbuhan serta diferensiasi sel sel baru. Periodontitis dengan kerusakan tulang infraboni (vertikal) dapat dilakukan terapi periodontal regeneratif dengan bedah flap dan bahan cangkok tulang (bonegraft). Bahan cangkok tulang terdapat 4 jenis yaitu autograft, allograft, xenograft danalloplastik-graft. Bahan cangkok tulang membentuk tulang melalui 3 mekanisme yaitu osteokonduksi, osteoinduksi dan osteogenesis. Gamacha-graft merupakan jenis alloplastik-graft yang berkomposisi karbonat apatit 70mg, termasuk biomimetic bonegraft dan produk pertama bonegraft di Indonesia yang dikembangkan oleh FKG-UGM Yogyakarta. Pada kasus ini, wanita berusia 41 tahun mengeluhkan keadaan gigi depan goyah dan keluar pus sejak 3 bulan yang lalu karena traumatik, tidak ada rasa nyeri. Setelah dilakukan rontgen periapikal terlihat terjadinya kerusakan tulang periapikal dengan arah vertikal. Penanganan untuk kasus ini dirancang dengan bedah flap dan aplikasiGamacha-graft. Perawatan periodontal regeneratif denganbedah flap dan gamacha-graft memberikan hasil yang memuaskan dalam penampakan klinis dan penampakan radiografis. Kata kunci: Periodontal Regeneratif, Gamacha-Graft, Defek Infraboni
ABSTRACT Regenerative periodontal treatment has the main goal to get regenerative tissue and processes that take place to form a functional network structure through the process of cell growth and differentiation of new cells. Periodontitis with bone damage infraboni (vertical) can be therapy with regenerative periodontal treatment, flap surgery and bone grafting material (bonegraft). There are 4 types of bonegraft material: autograft, allograft, xenograft and alloplastik-graft. Bone graft material to form bone through three mechanisms: osteokonduksi, osteoinduction and osteogenesis. Gamacha-graft is kind alloplastik-graft which is composed of carbonate apatite 70 mg, including biomimetic bonegraft and the first product in Indonesia, which was developed by the FKG-UGM. In this case, 41-year-old woman complained about the state of the front teeth out shaky and pussy since 3 months ago due to traumatic, no pain. After the X-ray, there is some periapical bone damage in the vertical direction. Treatment for this case is designed with a surgical flap and Gamacha-graft applications. Regenerative periodontal treatment with flap surgery and gamacha-graft give satisfactory results in the appearance of clinical and radiographic appearance. Key words: Periodontal Regenerative, Gamacha-Graft, Infrabony defects
HOST MODULATION THERAPY (HMT) PADA PERIODONTITIS (TELAAH PUSTAKA) Isniya Nosartika * Ahmad Syaify ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK Latar belakang. Bakteri merupakan faktor utama etiologi periodontitis, namun keparahan dan kerusakan jaringan pada periodontitis ditentukan juga oleh respon host terhadap inflamasi. Hal ini menimbulkan perlunya ditingkatkan pengetahuan tentang interaksi host dan bakteri pada periodontitis dengan cara memperbaiki respon host melalui host modulation therapy (HMT). Tujuan. Telaah pustaka ini secara singkat membahas penggunaan agen perioceutik yaitu penggunaan agen farmakoterapi termasuk terapi antimikroba dalam host modulation therapy (HMT) pada perawatan periodontitis. Pustaka. Digunakannya host modulating therapy (HMT) bertujuan untuk menghilangkan infeksi dengan melengkapi mekanisme pertahanan tubuh atau memodifikasi respon tubuh berupa proses inflamasi. Penggunaann perioceutik pada host modulation therapy adalah untuk mengembalikan keseimbangan antara, mediator pro inflamasi, enzim yang rusak, mediator antiinflamasi, dan enzim inhibitor.Penggunaan perioceutic menjadi penting ketika pasien rentan terhadap resiko seperti kelainan genetik, perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol, pasien yang tidak mampu menjaga kebersihan mulut secara memadai. Kesimpulan. Host modulation therapy (HMT) muncul sebagai konsep perawatan yang valid untuk pengelolaan periodontitis dan merupakan langkah maju yang signifikan bagi dokter gigi dan pasien. Kata kunci: host modulation, periodontitis, agen perioceutik, intra poket
ABSTRACT Backgraund. Bacteria are the primary etiologic factors of periodontal diseases, yet the extent and severity of tissue destruction seen in periodontitis is determined by the host immuno ‐inflammatory response to these bacteria. This increasing awareness and knowledge of the host ‐microbial interaction in periodontal pathogenesis has presented the treatment for periodontitis by means of targeting host response via host‐modulating therapy. Aim. This review highlights various host modulatory therapeutic agents for the treatment and management of periodontal diseases, which are an indispensable part of perioceutics and are used as an adjunct to the periodontal therapies. Review. The rationale behind host modulating therapy is to aid the host in its fight against infectious agents by supplementing the natural inherent defence mechanisms or to modify its response by changing the course of inflammatory systems.The purpose of host modulatory agents, which is an imperative part of perioceutic, is to restore balance between, on the one hand, pro ‐inflammatory mediators and destructive enzymes, and on the other hand, anti-inflammatory mediators and enzymeinhibitors. The use of perioceutics becomes obligatory when patients are unable to effectively reduce risks such as the risk presented by the patient’s genetics, smokers, diabetics who are poorly controlled, patients who are unable to maintain adequate oral hygiene. Conclusion. Host modulation therapy has emerged as a valid treatment concept for the management of periodontal disease and represents a significant step forward for clinicians and patients. Key words: host modulation, periodontitis, perioceutic agen, intra pocket
PROBIOTIK SEBAGAI ALTERNATIF TERAPI TAMBAHAN PADA PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL (TELAAH PUSTAKA) Laksmi Handayani Prammulat * Sri Pramestri Lastianny ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Speisalis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK Latar Belakang. Perawatan penyakit periodontal bertujuan untuk mengeliminasi patogen penyebab penyakit dan mencegah berulangnya penyakit. Salah satu caranya yaitu dengan pemberian antibiotik sebagai terapi tambahan. Namun, pemberian antibiotik tidak hanya mengeliminasi patogen penyebab penyakit tetapi juga flora normal sehingga dapat mengganggu keseimbangan mikroflora rongga mulut. Penggunaan probiotik sebagai terapi tambahan dapat digunakan sebagai alternatif karena dapat mengeliminasi patogen penyebab penyakit tanpa mengganggu keseimbangan mikroflora rongga mulut. Tujuan. Telaah pustaka ini bertujuan mempelajari peran probiotik sebagai alternatif terapi tambahan dalam perawatan penyakit periodontal. Telaah Pustaka. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host. Probiotik mampu melawan patogen penyebab penyakit melalui substansi antimikroba. Probiotik juga mampu bersaing dengan patogen untuk melekat pada mukosa serta memodifikasi lingkungan sekitar dengan mengubah pH yang dapat membahayakan keberadaan bakteri patogen tanpa mengganggu flora normal rongga mulut. Probiotik digunakan untuk modifikasi plak, menurunkan inflamasi gingiva, mengubah kedalaman poket dan meningkatkan perlekatan klinis. Penerapan penggunaan probiotik sebagai tambahan scaling root planing akan menghambat kolonisasi kembali patogen periodontal pada poket sehingga kesehatan periodontal dapat dicapai dan dipertahankan. Kesimpulan. Probiotik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan jaringan periodontal sehingga dapat digunakan sebagai alternatif terapi tambahan dalam perawatan penyakit periodontal. Kata kunci: Probiotik, antibakteri, terapi tambahan, penyakit periodontal
ABSTRACT Background. The goal of periodontal disease treatment is to eliminate the bacterial pathogen and to prevent disease recurrences. One of the treatment is antibiotic application as adjunctive therapy. Whereas, antibiotic application not only eliminate bacterial pathogen but also beneficial bacteria and can disturb oral microflora environment. Probiotic can be used as alternative adjunctive therapy because it can eliminate bacterial pathogen without disturbing oral microflora environment. Objective. The aim of this literature review is to understand the role of probiotic as adjunctive therapy in periodontal disease treatment. Literature review. Probiotics are live-microorganisms that when administered in adequate amounts confer health benefits upon the host. Probiotics have abilities against bacterial pathogen through antimicroba substances and compete with another pathogen to attach on the oral mucosa. Probiotics can modify oral environment by altering pH level without disturbing normal microflora but eliminate bacterial pathogen. Application of probiotics used for plaque modification, increase the clinical attachment, reduced gingival inflammation and pocket depth. Scaling root planning with probiotik as adjunctive therapy will inhibit re-colonization pocket periodontal pathogen that healthy periodontal can be achieved. Conclusion. Probiotics has many benefits for periodontal health that can be used as adjunctive therapy in periodontal disease treatment. Key words: probiotics, antibacterial, adjunctive therapy, periodontal disease
PENGARUH APLIKASI GEL ALOE VERA SEBAGAI TAMBAHAN SCALING DAN ROOT PLANING TERHADAP KADAR PROSTAGLANDIN E2 CAIRAN SULKUS GINGIVA PENDERITA PERIODONTITIS KRONIS Nithya Rosari Hermanto * Ahmad Syaify, Sudibyo ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK Periodontitis kronis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen periodontal sehingga terapi periodontitis kronis dilakukan dengan scaling dan root planning (SRP) untuk menghilangkan bakteri. Patogenesis periodontitis kronis dipengaruhi oleh respon inflamasi host. Infeksi bakteri menyebabkan sintesis sitokin proinflammatory yang bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dimulainya kehilangan perlekatan jaringan periodontal dan resorbsi tulang alveolar. Keterlibatan respon inflamasi host tersebut menyebabkan dikembangkannya suatu metode terap itambahan SRP dengan cara mengaplikasikan bahan terapetik kedalam poket periodontal untuk memodifikasi respon inflames host sehingga dapat mengoptimalkan efektifitas SRP. Aloe vera adalah salah satu bahan yang dikembangkan untuk bahan tambahan SRP karena memiliki kemampuan untuk menghambat sekresi Prostaglandin E 2 karena mengandung karboksipeptidase dan aloe emodin. Subjek penelitian adalah pasien dengan periodontitis kronis dengan kedalaman poket periodontal 3-5 mm. Terdapat 2 kelompok penelitian yaitu kelompok perlakuan dengan terapi scaling dan root planning disertai aplikasi gel Aloe vera serta kelompok control dengan terapi scaling dan root planing, masing-masing kelompok sebanyak 14 sampel. Pengambilan data Prostaglandin E 2cairansulkus gingiva dilakukan pada hari ke-0, ke-10, dan ke-30. Data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan penurunan kadar Prostaglandin E 2 pada kedua kelompok, dengan perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah aplikasi gel Aloe vera sebagai tambahan scaling dan root planning dapat menurunkan kadar Prostaglandin E2 cairan sulkus gingiva. Kata kunci: Periodontitis kronis, Aloe vera, Prostaglandin E2
ABSTRACT Chronic periodontitis is the inflammation of tooth supporting tissues caused by periodontopathic bacterial infection. Periodontal therapy aims to eliminate bacteria through scaling and root planing (SRP). The pathogenesis of chronic periodontitis is influenced by host inflammatory response. Bacterial infection causes proinflammatory cytokines secretion. When cytokines are released in long periods of time, they induce periodontal loss of attachment and alveolar bone resorption. The involvement of host inflammatory response encourages the development of adjunctive therapy to SRP by applying therapeutic substances into periodontal pocket. The purpose of this adjunctive therapy is to modify host inflammatory response which will increase the effectiveness of SRP. One of the substances developed for this purpose is Aloe vera, which possesses the ability to decrease Prostaglandin E2 secretion due to carboxypeptidase and aloe emodin contained in the plant. The subjects of this research were chronic periodontitis patients with periodontal pocket depth of 3-5 mm. The subjects were divided into 2 groups: test and control groups. There were 14 subjects in each group. The subjects in test group were treated by SRP and Aloe vera gel application while in control group the subjects were treated by SRP alone. Prostaglandin E2 data were retrieved on day 0, day 10, and day 30. Data was then analyzed using Kruskal Wallis test with 95 % significance. Kruskal Wallis test results showed a decrease of Prostaglandin E2 in both groups with a significant difference between test group and control group (p<0,05). The conclusion of this study was the application of Aloe vera gel as an adjunctive therapy to scaling and root planing was able to decrease gingival crevicular fluid Prostaglandin E2. Key words: Chronic Periodontitis, Aloe vera, Prostaglandin E2
PENANGANAN GINGIVAL ENLARGEMENT DAN HIPERPIGMENTASI PADA REGIO ANTERIOR RAHANG ATAS Pati Tangsupati * Dahlia Herawati ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi UGM ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi UGM
ABSTRAK PENDAHULUAN : Gangguan estetika merupakan hal yang paling sering dikeluhkan oleh pasien yang mengalami gingival enlargement dan hiperpigmentasi pada gingiva. Pembesaran gingiva pada umumnya disebabkan oleh proses inflamasi karena paparan plak. Pembesaran gingiva karena inflamasi dapat dirawat dengan scaling dan root planing (SRP), dapat juga dilakukan tindakan bedah yakni gingivektomi dan bedah flap, tergantung pada ukuran dan karakter jaringan. Hiperpigmentasi yang terjadi pada gingiva secara khusus dan rongga mulut secara umum, disebabkan oleh faktor endogen dan eksogen. Penggunaan obat-obatan, merokok, logam berat, faktor genetik, gangguan endokrin, dan inflamasi merupakan faktor etiologi terjadinya hiperpigmentasi. Faktor endogen yang paling sering menyebabkan hiperpigmentasi pada gingiva adalah penumpukan melanin. Masalah ini dapat ditangani dengan membuang pigmen dengan berbagai teknik seperti scraping dengan skalpel maupun bur, cryosurgery, electrosurgery, laser dan metode kimiawi. TUJUAN : Tujuan penulisan ini adalah untuk melaporkan pelaksanaan penanganan gingival enlargement dan depigmentasi dengan operasi gingivektomi dan depigmentasi untuk mengembalikan gingiva pada bentuk dan warna yang ideal sehingga memenuhi fungsi klinis dan estetis. LAPORAN KASUS : Pasien perempuan berusia 23 thn, mengalami gingival enlargement dan warna gusi kehitaman pada semua regio. Pembesaran terjadi akibat paparan plak (PI : 38,5%) sedangkan hiperpigmentasi terjadi karena faktor endogen, yakni pigmentasi oleh melanin. Teknik bedah gingivektomi digunakan dalam penanganan gingival enlargement sedangkan untuk penanganan hiperpigmentasi digunakan teknik depigmentasi dengan scraping dengan scalpel. Sebelum tindakan bedah dilakukan SRP dan DHE, setelah operasi, pasien diinstruksikan untuk menghindari paparan faktor risiko seperti asap rokok, dll. HASIL : Satu minggu pasca bedah, pasien dikontrol, tidak ada komplikasi pasca bedah, penyembuhan luka baik, warna gingiva nampak sudah lebih terang, tidak ada lagi warna kehitaman serta tidak tampak lagi pembesaran gingiva. Kata kunci: Gingival enlargement, hiperpigmentasi, gingivektomi, depigmentasi
ABSTRACT INTRODUCTION: Impaired aesthetic is most often expressed by patients with gingival enlargement and hyperpigmentation on the gingiva. Gingival enlargement is generally caused by inflammation due to exposure to plaque. Gingival enlargement that triggered by inflammatory procces can be treated with scaling and root planing (SRP), dentist can also performed surgically techniques namely gingivectomy and flap surgery, depending on the size and tissue characters. Gingival hyperpigmentation occurs in gingiva, caused by endogenous and exogenous factors. The use of drugs, smoking, heavy metals, genetic factors, endocrine disorders, and inflammatory are the etiologic factor. The most often endogenous factor cause hyperpigmentation of the gingiva is the accumulation of melanin. This problem can be addressed by removing pigments with various techniques such as scraping with a scalpel or bur, cryosurgery, electrosurgery, laser and chemical methods. PURPOSE: The purpose of this paper was to report the implementation of gingival enlargement and depigmentation treatment with gingivectomy and gingival depigmentation to restore the shape and color are ideal to meet the clinical and aesthetic functions. CASE REPORT: Female patients aged 23 years, suffered gingival enlargement and gum color black in all regions. Enlargement caused by exposure to plaque (PI: 38.5%), while hyperpigmentation occurs due to endogenous factors, namely by melanin pigmentation. Gingivectomy surgical techniques used in the treatment of gingival enlargement while for the depigmentation techniques used to treated hyperpigmentation by scraping with a scalpel. SRP and DHE performed before surgery. After surgery, the patient was instructed to avoid exposure to risk factors such as cigarette smoke, etc.
RESULTS: One week after surgery, the patient was controlled, there was no post-surgical complications, wound healing was going well, gingival color seemed so much brighter, no longer blackish color and was no longer gingival enlargement. Key words: gingival enlargement, hyperpigmentation, gingivectomy, depigmentation
FORMULASI SEDIAAN PATCH GINGIVA MUKOADESIF BETACAROTEN UNTUK RADIOPROTEKTOR RADIOGRAFI PANORAMIK Rurie Ratna Shantiningsih * Suwaldi ** Munakhir Mudjosemedi * Indwiani Astuti*** * Bagian Radiologi Dentomaksilofasial, Fakultas Kedokteran UGM ** Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi UGM *** Bagian Farmakologi Kedokteran, Fakultas Kedokteran UGM
ABSTRAK Salah satu efek dari paparan radiografi panoramik ternyata dapat menyebabkan timbulnya mikronukleus yang diyakini merupakan marker tahap awal terjadinya mekanisme karsinogenesis. Untuk mencegah terjadinya efek dari paparan radiasi, perlu dicari suatu bahan yang dapat berfungsi sebagai radioprotektor. Pada beberapa kasus β-carotene secara peroral terbukti dapat menurunkan jumlah mikronukleus. Untuk mendapatkan hasil dari pengobatan melalui mukosa mulut secara lokal, sistem pengangkutan obat harus didesain untuk dapat bertahan pada area yang dituju. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sediaan β-carotene secara lokal yang mampu digunakan sebagai radioprotektor untuk radiografi panoramik. Metode yang digunakan adalah dengan metode formulasi sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene dan dilakukan uji kemampuannya melewati membran mukosa hewan coba kelinci galur New Zealand secara in vivo dan ex-vivo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bahan obat β-carotene dapat menembus membran mukosa palatum kelinci secara ex-vivo dan dapat pula dibuat sebagai bentuk sediaan topikal berupa patch gingiva mukoadesif β-carotene. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dapat dibuat sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene yang diharapkan berfungsi sebagai radioproteksi dari paparan radiografi panoramik. Kata kunci: sediaan patch gingiva mukoadesif β-carotene, radioprotektor, radiografi panoramik
ABSTRACT One of the effects of panoramic radiography exposure is micronucleus apparently on oral mucosa which is believed as marker of early stage carcinogenesis mechanisms. It is necessary to find a material that can serve as radioprotector to prevent the effects of radiation exposure. In some cases, betacarotene in per oral reduced the number of micronucleus. To get the optimal result treatments, the drug delivery system was designed locally in oral mucosa by using gingival mucoadhesive patches. The aim of this study was to obtain betacarotene preparations locally which can be used as radioprotector for panoramic radiography. The methods in this research were drug formulations of betacarotene gingival mucoadhesive patch and performing its capability in-vitro and exvivo to penetrate through mucous membranes. The results of this study showed that betacarotene could be prepared as gingival mucoadhesive patch and it had capability to penetrate ex-vivo through mucous membrane of rabbit palate. The conclusion of this study is betacarotene gingival mucoadhesive patch could be prepared and it is supposed to function as radioprotection agent of panoramic radiography exposure. Key words: betacarotene gingival mucoadhesive patch, radioprotector, panoramic radiography
PENGARUH JENIS PELARUT TETRASIKLIN HIDROKLORIDA 250 MG/ML TERHADAP DEMINERALISASI PERMUKAAN AKAR GIGI PADA TERAPI PERIODONTAL REGENERATIF (TELAAH PUSTAKA) Shinta Ferronika * Ahmad Syaify ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada ** Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang. Perubahan patologis jaringan periodontal menyebabkan kehilangan perlekatan epithelium gingiva, sehingga terapi regeneratif periodontal dibutuhkan untuk membentuk perlekatan baru. Perlekatan baru membutuhkan bahan demineralisasi yang efektif untuk menghilangkan smear layer pada permukaan akar gigi. Salah satu bahan demineralisasi tersebut adalah Tetrasiklin Hidroklorida (Tetrasiklin HCl) 250 mg/ml yang dilarutkan dalam aquades atau saline.Tujuan.Telaah pustaka ini untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut Tetrasiklin HCl 250 mg/ml terhadapdemineralisasi permukaan akar gigi.Telaah Pustaka.Pada penyakit jaringan periodontal, bakteri dan metabolitnya menyebabkan terbentuknya smear layer yang menjadi barrier dalam perlekatan baru jaringan periodontal. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa prosedur pelarutan Tetrasiklin HCl 250 mg/ml pada permukaan akar gigi dilakukan dalam aquades atau cairan saline, dan keduanya memiliki pengaruh berbeda terhadap kondisi permukaan akar gigi. Tetrasiklin HCl merupakan bahan yang bersifat asam dan mengandung garam.Apabila dilarutkan dalam aquades yang bersifat netral maka Tetrasiklin HCl larut dengan mudah. Sedangkan apabila dilarutkan dalam cairan saline yang mengandung garam maka larutan menjadi jenuh dan membentuk kristal, sehingga terbentuk residu pada permukaan akar gigi.Kesimpulan.Terdapat residu pada pelarutan Tetrasiklin HCl 250 mg/ml dalam cairan saline. Kata kunci: periodontitis, terapi regeneratif periodontal, Tetrasiklin HCl 250 mg/ml, jenis pelarut, residu
ABSTRACT Background. Pathological changes in periodontal caused the loss of gingival epithelium attachment, however periodontal regenerative therapy is needed to form new attachment. The new attachment requires effective demineralization agent to remove smear layer on the root surfaces. One of the demineralized agent is Tetracycline Hydrochloride (Tetracycline HCl) 250 mg/ml dissolved in distilled water or saline.Objective.The aim of this literature review is to determine the effect of solvent type on Tetracycline hydrochloride 250 mg/ml to root surface demineralization.Literature Review. In periodontal disease, bacteria and its metabolites cause the formation of smear layer which becomes a barrier in a new attachment of periodontal tissue.Several studies have described that the dissolution procedure of Tetracycline HCl 250 mg/ml on the root surfaces in distilled water or saline solution, and both have a different effect on the condition of the root surfaces. Tetracycline HCl is an acidic agent and containing salt. When dissolved in distilled water (a neutral) then Tetracycline HCl dissolves easily. Whereas when dissolved in saline solution (a salt), the solution becomes saturated and crystallized, forming residues on the root surfaces.Conclusion. It is concluded that Tetracycline Hydrochloride 250 mg/ml dissolved in saline solution presenting residues. Key words: periodontitis, periodontal regenerative therapy, Tetracycline Hydrochloride 250 mg/ml, solvent type, residues
PENGARUH PENAMBAHAN CHLORHEXIDINE DIGLUCONATE 2% TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL SEMEN LUTING GIGI TIRUAN CEKAT Sri Budi Barunawati * Rifkifani Susanto Putra ** * Bagian Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ** Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK Pendahuluan Penyebab utama kegagalan gigi tiruan cekat (GTC) adalah terjadinya karies sekunder pada gigi penyangga. Sifat antibakteri semen berperan penting terhadap pengendalian karies pada GTC. Chlorhexidine pada konsentrasi tinggi dan rendah dapat mengurangi jumlah mikroorganisme pada plak dan saliva dalam jangka waktu tertentu tetapi dapat menurunkan sifat mekanis semen. Semen ionomer kaca modifikasi resin mempunyai ketahanan fraktur tinggi dan pelepasan fluor seperti semen ionomer kaca konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan chlorhexidine digluconate 2% terhadap kekuatan fleksural semen ionomer modifikasi resin. Metode Penelitian Enam belas subjek penelitian semen ionomer kaca modifikasi resin berbentuk balok dengan penambahan chlorhexidine digluconate 2 % dan enam belas subjek tanpa penambahan chlorhexidine digluconate 2 %, dibuat dengan menggunakan cetakan resin akrilik berbentuk o balok ukuran 30 mm x 8 mm x 2 mm. Subjek direndam di dalam distilled water di dalam inkubator suhu 37 C selama 24 jam kemudian dikeringkan dengan semprotan udara kering dan diposisikan pada alat three point bending dengan dua pendukung paralel yang berjarak 20 mm. Subjek diberi tekanan sampai patah dengan jarum berkecepatan 1 mm/min pada alat Universal Testing Machine. Dihitung kekuatan fleksural (Mpa). Data yang diperoleh masing-masing dianalisis dengan menggunakan uji t ( α = 0,05 ). Hasil penelitian menunjukkan rerata kekuatan fleksural semen ionomer kaca modifikasi resin dengan penambahan chlorhexidine digluconate 2 % (2,269 + 0,6954) lebih rendah dibandingkan tanpa penambahan chlorhexidine digluconate 2 % (7,681 + 1,0094). Penambahan chlorhexidine digluconate 2 % berpengaruh secara signifikan (p<0,05) terhadap kekuatan fleksural semen ionomer kaca modifikasi resin. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penambahan chlorhexidine digluconate 2 % mengurangi kekuatan fleksural semen ionomer kaca modifikasi resin. Kata kunci: chlorhexidine digluconate 2 %, kekuatan fleksural, semen ionomer kaca modifikasi resin
ABSTRACT Introduction The main cause of failure of fixed partial dentures (FPD) is the occurrence of secondary caries in the abutment. The antibacterial properties of cement plays an important role in the control of caries in FPD. Chlorhexidine at high and low concentrations have reduced the number of microorganisms in plaque and saliva in a certain period of time but it can degrade the mechanical properties of the cement. Resin Modified Glass Ionomer Cement has a high fracture resistance and release of fluoride as a conventional glass ionomer cement. The purpose of this study was to determine the effect of 2% chlorhexidine digluconate of the flexural strength of Resin Modified Glass Ionomer Cement. Methode Sixteen subjects research Resin Modified Glass Ionomer Cement with the addition of 2% chlorhexidine digluconate and sixteen subjects without the addition of 2% chlorhexidine digluconate, made using acrylic resin mold shaped beam size of 30 mm x 8 mm x 2 mm (LxWxH). Subject was soaked in distilled water in an incubator at 37°C for 24 hours. The subject then spray dried with air dry and have positioned in three-point bending apparatus with two parallel support within 20 mm .Subject was pressurized until it broke, the needle speed was 1 mm/min on a Universal Testing Machine tool. Flexural strength (MPa) was calculated. Data obtained respectively - each were analyzed using t-test (α = 0.05). The results showed that the average flexural strength of Resin Modified Glass Ionomer Cement with the addition of 2% chlorhexidine digluconate (2.269 + 0.6954) lower than that without the addition of 2% chlorhexidine digluconate (7.681 + 1.0094). The addition of 2% chlorhexidine digluconate has significant effect (p <0.05) on flexural strength of resin modified glass ionomer cement. The conclusion from this study is that the addition of 2% chlorhexidine digluconate reduce the flexural strength of Resin Modified Glass Ionomer Cement. Key words: chlorhexidine digluconate 2%, flexural strength, resin modified glass ionomer cement