PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang
: a. bahwa malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian, sesuai dengan situasi malaria di Kabupaten Aceh Timur yang mengalami kemajuan dalam kinerja program, telah memberikan dampak pada penurunan kasus malaria; b. bahwa dalam rangka efektifitas dan keberhasilan target eliminasi malaria di Kabupaten Aceh Timur menuju Aceh Timur bebas malaria Tahun 2014, perlu disusun pedoman eliminasi malaria; c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465/SJ/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di Indonesia; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Eliminasi Malaria di Kabupaten Aceh Timur;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 10.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3347); 12.Qanun Provinsi Aceh Nomor 4 Tahun 2010 tentang Kesehatan (Lembaran Daerah Aceh Tahun 2011 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Aceh Nomor 30); 13.Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 2 Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Aceh Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 40);
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Aceh adalah unsur penyelenggaraan Pemerintahan Aceh yang terdiri atas Gubernur dan Perangkat Daerah Aceh. 2. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Timur. 3. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas Bupati dan perangkat daerah Kabupaten Aceh Timur. 4. Bupati adalah Bupati Aceh Timur. 5. Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UPT. PKM adalah fasilitas kesehatan masyarakat yang ada di kecamatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat. 6. Dunia Usaha adalah semua usaha termasuk Rumah Sakit Swasta, Klinik Pelayanan Kesehatan Swasta dan Praktek Pelayanan Kesehatan Swasta. 7. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium spesies yang selanjutnya disebut Plasmodium sp, yang ditularkan oleh vector nyamuk Anopheles spesies yang selanjutnya disebut Anopheles sp. 8. Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria dalam satu wilayah geografis tertentu. 9. Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat provinsi. 10.Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten adalah suatu wadah koordinasi lintas program dan lintas sektor tingkat Kabupaten. 11.Kelompok Kerja Eliminasi Malaria yang selanjutnya disingkat Pokja adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai tugas melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria. 12.Sertifikasi Eliminasi Malaria adalah suatu kegiatan dalam penilaian untuk menyatakan suatu daerah telah mencapai eliminasi malaria yang dilakukan oleh Tim Internal dan Tim eksternal. 13.Indikator eliminasi malaria adalah ukuran untuk menyatakan suatu wilayah telah mencapai eliminasi malaria, dimana tidak ditemukan lagi penularan malaria setempat dalam suatu wilayah geografis tertentu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan dijamin adanya pelaksanaan surveilans yang baik.
14.Vector malaria adalah nyamuk anopheles betina. 15.Surveilans adalah suatu rangkaian proses pengamatan secara terus menerus, sistematik dan berkesinambungan melalui pengumpulan, analisa, interprestasi, dan diseminasi data malaria dalam upaya memantau peristiwa malaria agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan yang efektif dan efisien. 16.Mikroskopis adalah pemeriksaan darah menggunakan mikroskop. 17.Rapid Diagnostic Test yang selanjutnya disingkat RDT adalah suatu alat pemeriksaan/diagnosis penyakit secara cepat. 18.Annual Parasite Incidence yang selanjutnya disingkat API adalah angka kesakitan per seribu penduduk dalam 1 (satu) tahun yang diperoleh dari jumlah sediaan darah positif dibandingkan dengan jumlah penduduk 0 dinyatakan dalam /00 (permil). 19.Slide Positivity Rate yang selanjutnya disingkat SPR adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang positif dari seluruh specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis. 20.Annual Blood Examination Rate yang selanjutnya disingkat ABER adalah persentase dari specimen atau sediaan darah yang diambil dan diperiksa secara laboratorium/mikroskopis dari seluruh jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu. 21.Indoor Residual Spraying yang selanjutnya disingkat IRS adalah penyemprotan dinding rumah menggunakan bahan insektisida yang aman bagi manusia untuk memutus rantai penularan nyamuk malaria. 22.Praeliminasi adalah mengurangi jumlah fokus aktif dan penularan setempat di suatu wilayah sehingga pada akhir tahap tersebut tercapai API <1 per 1000 penduduk berisiko 23.Pemberantasan malaria adalah mengurangi beban penyakit sampai pada tingkat dimana tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat 24.Masyarakat Akademis adalah seluruh civitas akademika baik tenaga pengajar maupun mahasiswa yang mengkonsentrasikan dirinya dalam pendalaman ilmuilmu kesehatan dan kedokteran. BAB II TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS ELIMINASI MALARIA Pasal 2 Tujuan umum eliminasi malaria adalah: a. terwujudnya masyarakat yang sehat dan terbebas dari malaria di Kabupaten pada Tahun 2014; dan b. Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat mewujudkan strategi operasional dalam rangka penyusunan program/kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelaksanaan program eliminasi malaria.
Pasal 3 Tujuan khusus eliminasi malaria adalah: a. Pemerintah Kabupaten melalui UPT. PKM dan RSUD Idi wajib melakukan pemeriksaan sediaan darah mikroskopis malaria dan memberikan pengobatan yang tepat sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan, terjangkau dan gratis; b. Pemerintah Kabupaten wajib menekan angka kematian karena malaria; c. pada Tahun 2013, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh wilayah kerja UPT. PKM; d. pada Tahun 2014, menurunkan angka kesakitan malaria < 1/1.000 penduduk per tahun pada seluruh gampong; dan e. terwujudnya sistem pelayanan kesehatan dan jejaring kerja yang mampu mengeliminasi malaria di Kabupaten pada Tahun 2014. BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI ELIMINASI MALARIA Bagian Kesatu Kebijakan Pasal 4 Kebijakan eliminasi malaria adalah: a. dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten serta mitra kerja lainnya (lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat) yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat; b. Pemerintah Kabupaten melakukan langkah proaktif dan responsif serta membangun jejaring kerja dan kemitraan dalam upaya eliminasi malaria di Kabupaten; c. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melakukan pembinaan dan peningkatan sumber daya dengan melakukan bimbingan teknis serta kendali mutu dan pelatihan di Kabupaten; d. Pemerintah Kabupaten berkewajiban melaksanakan operasional kegiatan eliminasi malaria dan penguatan sistem dalam hal pendanaan dan sumber daya manusia di Kabupaten; dan e. Pemerintah Kabupaten berkewajiban meningkatkan komitmen, koordinasi dan jejaring kerja dengan berbagai elemen.
Bagian Kedua Strategi Pasal 5 Strategi eliminasi malaria adalah: a. peningkatan sistem pengamatan kasus (surveilans) malaria; b. peningkatan upaya promosi kesehatan dalam eliminasi malaria; c. penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria; d. peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan dan pengendalian malaria yang berkualitas dan terintegrasi; e. pengendalian faktor resiko lingkungan terhadap eliminasi malaria; f. peningkatan komitmen Pemerintah Kabupaten terhadap eliminasi malaria; dan g. peningkatan pembiayaan dalam program eliminasi malaria. BAB IV TARGET, SASARAN DAN INDIKATOR Bagian Kesatu Target Pasal 6 (1) Pada Tahun 2013, seluruh sarana pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kabupaten mampu melakukan pemeriksaan parasit malaria bagi semua penderita malaria klinis. (2) Pada Tahun 2013, pelayanan kesehatan swasta berperan aktif dalam pemeriksaan parasit malaria secara mikroskopis dan setiap terdapat kasus wajib melaporkan 2 X 24 jam ke UPT. PKM wilayah kerjanya, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi. (3) Pada Tahun 2013, Rumah Sakit dalam Kabupaten wajib melaporkan setiap ada kasus malaria positif dalam waktu 2 X 24 jam ke Dinas Kesehatan Kabupaten, untuk keperluan penyelidikan epidemiologi. (4) Pada Tahun 2013, seluruh UPT. PKM melakukan stratifikasi dan pentahapan eliminasi per gampong berdasarkan data hasil pemeriksaan laboratorium secara mikroskopis atau RDT. (5) Pada Tahun 2013, seluruh gampong di Kabupaten menjadi gampong endemis rendah (Low Case Incidence). (6) Pada tahun 2014, seluruh gampong sudah mencapai eliminasi.
Bagian Kedua Sasaran Pasal 7 (1) Pada Tahun 2013, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Darul Aman b. Idi Rayeuk c. Idi Timur d. Peureulak Barat e. Idi Tunong f. Peudawa g. Darul Ikhsan h. Peureulak i. Peureulak Timur; j. Sungai Raya; k. Ranto Peureulak; l. Rantau Selamat; dan m. Keude Geurubak. (2) Pada Tahun 2014, UPT. PKM sasaran eliminasi malaria adalah: a. Simpang Ulim; b. Madat; c. Pante Bidari; d. Nurussalam; e. Alue Ie Mirah; f. Perkebunan Inti; g. Lokop; h. Peunaron; i. Birem Bayeun; j. Simpang Jernih; k. Matang Pudeng; l. Darul Falah; dan m. Julok. Bagian Ketiga Indikator Pasal 8 Kabupaten dinyatakan sebagai daerah tereliminasi malaria bila tidak ditemukan lagi kasus penularan setempat di seluruh Kabupaten selama 3 (tiga) tahun berturut-turut serta dijamin dengan kemampuan pelaksanaan surveilans yang baik.
BAB V PENTAHAPAN TEKNIS KEGIATAN MALARIA MENUJU PENCAPAIAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN TAHUN 2014 Pasal 9 (1) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2013 adalah: a. untuk Kabupaten yaitu: 1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk; 2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk; 3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 10% (sepuluh persen) pada penduduk beresiko malaria; 4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena malaria; 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar; 7) lebih dari 90% (sembilan puluh persen) bangunan mendapat IRS/kelambu pada gampong fokus A; 8) menurunkan 50% (lima puluh persen) jumlah gampong fokus A dan B dari data Tahun 2012; 9) 70% (tujuh puluh persen) tempat perindukan potensial pada gampong fokus A dan B dipetakan dan ditanggulangi; 10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 3 (tiga) bulan sekali; 11)60% (enam puluh persen) dari jumlah UPT. PKM sudah masuk kategori eliminasi; dan 12)40% (empat puluh persen) dari jumlah UPT. PKM masuk kategori praeliminasi. b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk; 2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 3% (tiga persen); 4) ABER UPT. PKM ≥ 10% (sepuluh persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen); 7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi;
8) 90% (sembilan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)90% (sembilan puluh persen) penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. c. untuk UPT. PKM pra eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM > 1/1.000 penduduk; 2) 90% (sembilan puluh persen) gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 4% (empat persen); 4) ABER UPT. PKM ≥ 10% (sepuluh persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 95% (sembilan puluh lima persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 95% (sembilan puluh lima persen); 7) 80% (delapan puluh persen) kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi; 8) 80% (delapan puluh persen) kasus malaria positif yang diobati dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) 80% (delapan puluh persen) dari gampong fokus C dan D memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)80% (delapan puluh persen) dari penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. (2) Hasil yang harus dicapai sampai akhir Tahun 2014 adalah: a. untuk Kabupaten yaitu: 1) mempertahankan API Kabupaten < 1/1.000 penduduk; 2) mempertahankan SPR Kabupaten < 5/1.000 penduduk; 3) meningkatkan ABER Kabupaten sampai 15% (lima belas) pada penduduk beresiko malaria; 4) mempertahankan tidak ada angka kematian karena malaria; 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada tersangka malaria harus 100% (seratus persen) pada UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan kasus malaria positif dari UPT. PKM, Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta diobati 100% (seratus persen) sesuai standar;
7) tidak ada lagi gampong fokus A dan B; 8) seluruh UPT. PKM memiliki gampong stratifikasi; 9) 100% (seratus persen) tempat perindukan potensial dipetakan dan ditanggulangi; 10)melakukan pertemuan tim koordinasi eliminasi malaria kabupaten tiap 6 (enam) bulan sekali; dan 11)100% (seratus persen) dari jumlah UPT. PKM sudah masuk kategori eliminasi. b. untuk UPT. PKM kelompok eliminasi yaitu: 1) API UPT. PKM < 1/1.000 penduduk; 2) seluruh gampong di wilayah kerja UPT. PKM API < 1/1.000 penduduk; 3) SPR UPT. PKM < 1% (satu persen); 4) ABER UPT. PKM ≥ 15% (lima belas persen); 5) cakupan konfirmasi laboratorium pada penderita suspect malaria mencapai 100% (seratus persen) pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta; 6) cakupan pengobatan malaria sesuai standar pada UPT. PKM dan pelayanan kesehatan swasta mencapai 100% (seratus persen); 7) seluruh kasus positif malaria terkonfirmasi laboratorium dilakukan penyelidikan epidemiologi; 8) seluruh kasus malaria positif diobati dan dilakukan pengawasan lanjutan sesuai dengan prosedur tetap; 9) seluruh gampong memiliki kader malaria yang terintegrasi dengan Posyandu; dan 10)seluruh penderita demam yang datang dari luar wilayah kerja dilakukan penjaringan malaria dalam waktu 1 X 24 jam bekerjasama dengan Pemerintahan Gampong. BAB VI PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN DAN ORGANISASI TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 10 Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kedua Kedudukan Pasal 11 Tim Koodinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Ibu kota Kabupaten.
Bagian Ketiga Organisasi Pasal 12 (1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten terdiri dari Penanggung Jawab, Penasehat, Ketua Umum, Ketua Pelaksana, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Pokja. (2) Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pokja I (Informasi, Data dan Pengamatan), Pokja II (Penggerakan Masyarakat dan Kemitraan), Pokja III (Pengobatan dan Pelayanan), Pokja IV (Pengendalian Lingkungan), dan Pokja V (Edukasi dan Sumber Daya Manusia). (3) Anggota masing-masing Pokja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah paling banyak 8 (delapan) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 7 (tujuh) orang anggota operasional. (4) Sekretariat Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten berkedudukan di Bappeda Kabupaten berkoordinasi dengan Bagian Kesejahteraan Rakyat Setdakab. Aceh Timur. BAB VII TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB TIM KOORDINASI ELIMINASI MALARIA KABUPATEN Pasal 13 (1) Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten bertugas dan bertanggung jawab: a. melakukan koordinasi pencegahan dan penanggulangan malaria secara lintas sektoral dan menyeluruh dalam upaya mencapai eliminasi malaria Kabupaten pada Tahun 2014 sejalan dengan eliminasi malaria Aceh; b. mengadakan rapat evaluasi minimal 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun mengenai perkembangan program eliminasi malaria Kabupaten; c. melakukan upaya program penyuluhan pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masingmasing sektor (Bappeda Kabupaten, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kabupaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten, Dinas Pendidikan Kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten, Dinas Syari’at Islam Kabupaten dan Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten); d. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria;
e. melakukan pengawasan kebijakan eliminasi malaria Kabupaten; f. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis tentang cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis; g. melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis eliminasi malaria Kabupaten; h. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria di Kabupaten; i. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 2 (dua) kali setahun yang disampaikan kepada Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten, yang diteruskan kepada Gubernur Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh setelah mendapat persetujuan Bupati; dan j. membuat laporan tertulis 1 (satu) kali setahun yang disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jenderal Otonomi Daerah dan Menteri Kesehatan c.q. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan setelah mendapat persetujuan Bupati. (2) Pokja bertugas dan bertanggung jawab: a. melakukan upaya program pencegahan dan penanggulangan malaria pada unit kerja masingmasing sektor; b. melakukan kerjasama dan mengadakan konsultasi dengan organisasi masyarakat yang terkait dengan pencegahan dan penanggulangan malaria; c. menyusun strategi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis cara pencegahan dan penanggulangan malaria sesuai pentahapan teknis; d. mengembangkan dan menerapkan sistem data dan informasi eliminasi malaria; dan e. membuat dan menyampaikan laporan tertulis 3 (tiga) kali setahun yang disampaikan kepada Ketua Umum Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten. BAB VIII PEMBENTUKAN, PERAN, TUGAS, PELAPORAN, DAN PEMBIAYAAN KADER GAMPONG KABUPATEN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 14 Kader malaria adalah Kader Posyandu yang bekerja sama dengan bidan di gampong yang sudah terlatih tentang eliminasi malaria Kabupaten.
Bagian Kedua Peran Kader Pasal 15 (1) Melakukan pemetaan tempat perindukan nyamuk (breeding place). (2) Mengajak dan membantu masyarakat dalam pengendalian nyamuk (vector). (3) Kader malaria gampong wajib menemukan kasus demam secara dini dilingkungannya dan melaporkan 1 X 24 jam kepada bidan di gampong atau pelayanan kesehatan terdekat. (4) Melakukan pemantauan pemakaian kelambu dan melaporkan ke bidan di gampong. Bagian Ketiga Tugas Pasal 16 Tugas bulanan kader gampong adalah: a. membuat jadwal kunjungan rumah untuk 1 (satu) bulan sesuai dengan kriteria wilayah lingkungan binaannya; b. memberikan informasi secara aktif ke masyarakat mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk (vector) dan peran kader di lingkungan masing-masing; c. bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik; d. menghadiri pertemuan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh UPT. PKM minimal 1 (satu) tahun sekali; dan e. membuat laporan bulanan dan menyerahkan laporan kepada bidan di gampong dan diteruskan kepada petugas malaria pada UPT. PKM. Pasal 17 Tugas harian kader gampong adalah: a. mengunjungi rumah penduduk sesuai dengan stratifikasi gampong fokus C dan D; b. memberitahukan kepada bidan di gampong apabila terdapat penderita yang demam dan membantu bidan di gampong mengambil darah jari penderita demam; c. membantu bidan di gampong mengambil darah ulang pada penderita malaria sesuai hari yang telah ditentukan; d. mencatat kasus malaria yang ditemukan berdasarkan nama, umur, jenis kelamin, dan alamat lengkap; dan e. mencatat penduduk yang baru datang dari luar lingkungannya yang menderita demam dalam waktu 1 X 24 jam.
Bagian Keempat Pelaporan Pasal 18 Kader malaria gampong melaporkan hasil kerjanya per minggu ke bidan di gampong di masing-masing wilayah kerjanya. Bagian Kelima Pembiayaan Pasal 19 (1) Juru malaria gampong (kader gampong/Posyandu) dapat diberikan insentif berdasarkan kemampuan keuangan daerah. (2) Pembiayaan pelatihan kader gampong dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait. BAB IX PERAN, TUGAS, PELAPORAN BIDAN DI GAMPONG Bagian Kesatu Peran Bidan di Gampong Pasal 20 (1) Memberikan informasi secara aktif ke masyarakat mengenai malaria, pencegahan, pengendalian nyamuk (vector) dan peran kader dilingkungan masing-masing. (2) Bekerjasama dan membantu tokoh masyarakat untuk pengendalian nyamuk, pembersihan tempat perindukan, pengaliran genangan air dan pengawasan jentik. Bagian Kedua Tugas Bidan di Gampong Pasal 21 (1) Melakukan pengawasan, pemantauan dan pembinaan terhadap kader malaria gampong. (2) Menindaklanjuti tersangka malaria sesuai prosedur tetap. (3) Membuat peta siaga malaria gampong. (4) Bila ditemukan peningkatan jumlah vector, bidan di gampong wajib berkoordinasi kepada Keuchik dan pengelola program malaria UPT. PKM.
Bagian Ketiga Pelaporan Pasal 22 (1) Bidan di gampong menyampaikan laporan ke pengelola program malaria UPT. PKM sebulan sekali paling lambat tanggal 3 (tiga) setiap bulannya. (2) Melaporkan tersangka malaria kepada pengelola program malaria UPT. PKM dalam waktu 1 X 24 jam. BAB X PERAN SERTA MASYARAKAT, DUNIA USAHA DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN Pasal 23 (1) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat perseorangan maupun kelompok bertanggung jawab dalam usaha pencegahan penularan malaria di daerahnya masing-masing. (2) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya, dunia usaha serta masyarakat bertanggung jawab dalam usaha pengendalian vector dan tempat-tempat perindukan nyamuk di daerahnya masing-masing. (3) Pemerintah Kabupaten dan jajarannya dapat memberdayakan masyakarat dalam usaha surveilans aktif dan migrasi pada kasus dan vector, seperti yang diatur dalam petunjuk teknis. (4) Masyarakat, dunia usaha dan perkantoran berkewajiban menerima petugas berwenang untuk melakukan pengendalian dan pencegahan di sekitar tempat tinggalnya, sebagai upaya perlindungan terhadap penularan malaria di daerahnya. (5) Apabila menderita demam, masyarakat berkewajiban memeriksakan diri kepada petugas berwenang untuk dipastikan secara laboratorium, apakah masyarakat menderita malaria atau tidak. (6) Apabila pendatang menderita demam, maka pengelola dunia usaha atau sektor pariwisata dan masyarakat berkewajiban memberitahukan kepada penderita untuk memeriksakan diri kepada petugas berwenang, untuk dipastikan secara laboratorium apakah masyarakat menderita malaria atau tidak, sebagai pencegahan penyebab penularan malaria di Kabupaten yang berasal dari kasus luar (import). (7) Masyarakat bersedia diperiksa darah jarinya oleh petugas berwenang apabila pada jarak 500 (lima ratus) meter dari tempat tinggalnya terdapat penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium yang berstatus kasus lokal. (8) Masyarakat berhak mendapatkan pemeriksaan laboratorium malaria dan pengobatan malaria secara gratis pada tempat pelayanan kesehatan pemerintah. (9) Perusahaan yang mempekerjakan pekerja yang berasal dari luar Kabupaten wajib melakukan skrining test
dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut, sebagai upaya pencegahan terhadap penularan malaria. (10) Perusahaan wajib melakukan skrining test terhadap semua pekerjanya secara berkala dengan bekerja sama dengan UPT. PKM yang ada di wilayah kerja perusahaan tersebut. (11) Apabila hasil skrining test sebagaimana dimaksud pada ayat 9 dan ayat10 menunjukkan positif terkena malaria, maka perusahaan tersebut segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten. (12) Perusahaan bertanggung jawab terhadap kesehatan pekerjanya. BAB XI PERAN SERTA RUMAH SAKIT DAN MASYARAKAT AKADEMIS DALAM ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN Pasal 24 (1) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten, serta Rumah Sakit Swasta yang berada di Kabupaten berperan serta dalam upaya pelayanan diagnosis malaria, pengobatan, penanganan dan pencegahan di lingkungan Rumah Sakit sesuai dengan standar World Health Organizations dan Kementerian Kesehatan. (2) Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten dan Rumah Sakit Swasta bertanggung jawab mencatat, menyimpan dan melaporkan upaya pelayanan malaria harian untuk kasus positif malaria bulanan dan tahunan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dengan tembusan kepada Bupati. (3) Masyarakat akademis bertanggung jawab untuk mengikuti kurikulum standar pelayanan diagnosis, pengobatan dan pencegahan malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan. (4) Masyarakat akademis terlibat secara aktif dalam eliminasi malaria dengan melakukan penelitian dan penilaian secara akademis. BAB XII PEREDARAN OBAT MALARIA Pasal 25 (1) Pemerintah Kabupaten menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat malaria sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan di pelayanan kesehatan pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten dan Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten. (2) Dinas Kesehatan Kabupaten berwenang untuk mengatur dan mengawasi peredaran dan penjualan obat malaria di apotek, depot obat maupun kios berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII SISTEM DATA DAN INFORMASI ELIMINASI MALARIA Pasal 26 (1) Pemerintah Kabupaten berwenang mengelola sistem data dan informasi eliminasi malaria yang berkedudukan di Bappeda Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kabupaten. (2) Pelaporan kegiatan yang berhubungan dengan eliminasi malaria dan penderita malaria wajib disampaikan secara rutin oleh pelayanan kesehatan pemerintah, swasta, maupun instansi lainnya sesuai dengan petunjuk teknis. BAB XIV KERJASAMA ANTARDAERAH Pasal 27 (1) Mengingat keterbukaan pergerakan penduduk Kabupaten maupun luar Kabupaten yang keluar dan masuk Kabupaten, maka perlu adanya kerja sama antardaerah dalam hal pemberitahuan kasus malaria dan tindakan pencegahan penularan malaria. (2) Apabila terdapat penduduk Kabupaten yang menderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium, yang ditularkan dari luar Kabupaten maupun sebaliknya, maka Dinas Kesehatan Kabupaten berkewajiban untuk mengirimkan surat pemberitahuan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten lain dengan tembusan kepada Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Kabupaten, Tim Koordinasi Eliminasi Malaria Aceh apabila dalam Provinsi Aceh, dan tembusan kepada Gubernur Aceh serta Kementerian Kesehatan apabila kasus malaria ditularkan diluar Provinsi Aceh. BAB XV PEMBIAYAAN Pasal 28 (1) Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya Peraturan ini dibebankan pada APBN, APBA, APBK Aceh Timur dan sumbangan pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat pada masing-masing instansi terkait. (2) Pemerintah Kabupaten wajib menyediakan pembiayaan operasional dan pemenuhan kebutuhan logistik obat dan nonobat program malaria bagi masyarakat di wilayah kerjanya.
BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Pelaksanaan eliminasi malaria di Kabupaten mengacu kepada Peraturan ini, Peraturan Gubernur Aceh tentang Eliminasi Malaria di Aceh dan pedoman pelaksanaan upaya pengendalian malaria di Indonesia. Pasal 30 Petunjuk teknis eliminasi malaria Kabupaten sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 31 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Aceh Timur. Ditetapkan di Idi pada tanggal 12 November 2012 M 27 Zulhijjah 1433 H BUPATI ACEH TIMUR, ttd HASBALLAH BIN M. THAIB Diundangkan di Idi pada tanggal 14 November 2012 M 29 Zulhijjah 1433 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ttd SYAIFANNUR BERITA DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2012 NOMOR 42 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR,
ISKANDAR, SH Pembina (IV/a) Nip. 19720909 200212 1 009
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA KABUPATEN ACEH TIMUR
DI
PETUNJUK TEKNIS ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN ACEH TIMUR BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Angka kejadian malaria dilaporkan sekitar 500 (lima ratus) juta orang dengan kematian 1 (satu) juta orang setiap tahun, terutama di Afrika. Di Indonesia terdapat 424 (empat ratus dua puluh empat) kabupaten endemis malaria dari 576 (lima ratus tujuh puluh enam) kabupaten yang ada, diperkirakan 45% (empat puluh lima persen) penduduk Indonesia beresiko tertular malaria. Terdapat 15 (lima belas) juta kasus malaria dengan 38.000 (tiga puluh delapan ribu) kematian setiap tahunnya. Berkenaan dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Repubik Indonesia Nomor : 293/MENKES/SK/IV/2009 Tanggal 28 April 2009 dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 40 Tahun 2010 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia, menjadikan program eliminasi malaria sebagai program resmi Pemerintah Indonesia dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia. Dimana Kabupaten Aceh Timur ditargetkan dapat mencapai tahap eliminasi pada Tahun 2014. 2. Geografi dan Kependudukan Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Aceh yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) kecamatan dengan luas wilayah 6.040,6 (enam ribu empat puluh koma enam) km2 dari luas wilayah Provinsi Aceh dan Kota Idi sebagai Ibukota kabupaten, Kabupaten Aceh Timur terletak pada posisi 04009”21,08” lintang utara sampai dengan 04006”02,16” lintang utara dan 97015”22,07” bujur timur sampai dengan 97034”43,22” bujur timur. Batas wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah sebelah utara dengan Kabupaten Aceh Utara dan selat malaka, sebelah timur dengan Selat Malaka dan Kota Langsa, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Utara, dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Tengah. Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009 sebesar 358.280 (tiga ratus lima puluh delapan ribu dua ratus delapan puluh) jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 164.174 (seratus enam puluh empat ribu seratus tujuh puluh empat) jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 167.926 (seratus enam puluh tujuh ribu sembilan ratus dua puluh enam) jiwa (sumber BPS Aceh Timur). Komponen penduduk dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, proporsi terbesar penduduk Kabupaten Aceh Timur adalah perempuan (sex ratio 100 : 97,77).
3. Sarana (Tabel 1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Kabupaten Aceh Timur Tahun 2009 GAMPONG POSKESDES POLINDES POSYANDU SIAGA
NO.
KECAMATAN
GAMPONG
1. 2. 3.
Birem Bayeun Rantau Selamat Sungai Raya Ranto Peureulak Serba Jadi Peunaron Simpang Jernih Peureulak Timur Peureulak Peureulak Barat Peudawa Idi Tunong Idi Rayeuk Darul Ihsan Idi Timur Banda Alam Darul Aman Nurussalam Darul Falah Julok Indra Makmu Pante Bidari Simpang Ulim Madat JUMLAH
27 14 13
27 14 13
23
23
17 5 8
17 5 8
20
20
54 17 25 48 16 16 45 42 37 8 5 10 13 23 26 512
54 17 25 48 16 16 45 42 37 8 5 10 13 23 26 512
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
8 1 3 2 2 3 3 2 3 7 2 4 5 3 1 2 2 6 2 4 6 2 73
1 1
44 17 13
-
30
-
36 14 8
2
20
1 1 2 1 1 1 2 1 14
64 19 25 58 16 19 45 42 37 14 14 18 20 23 26 622
4. Tujuan 4.1. Tujuan Umum Terwujudnya masyarakat di Kabupaten Aceh Timur yang sehat dalam lingkungan dan terbebas dari malaria pada Tahun 2014 secara bertahap sesuai dengan prosedur, standar, norma dan mekanisme yang berlaku. 4.2. Tujuan Khusus a. pada Tahun 2013 sebanyak 13 (tiga belas) UPT. PKM yang mencapai tahap eliminasi malaria; b. pada Tahun 2014 seluruh gampong dalam Kabupaten Aceh Timur bebas penularan kasus malaria lokal/setempat; dan d. pada Tahun 2014 semua UPT. PKM di Kabupaten Aceh Timur sudah tereliminasi penyakit malaria.
5. Visi dan Misi 5.1. Visi Masyarakat di Kabupaten Aceh Timur bebas dari penyakit malaria pada Tahun 2014. 5.2. Misi a. masyarakat di Kabupaten Aceh Timur mandiri dan mampu mencegah penyakit malaria; b. semua petugas kesehatan di Kabupaten Aceh Timur mampu menangani pengendalian malaria; c. semua fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta memiliki sarana dan prasarana untuk penanganan malaria; dan d. lintas sektor dan swasta berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria.
BAB II RUANG LINGKUP MALARIA 1. Pengertian Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh sekelompok parasit yang disebut Plasmodium dan ditularkan melalui nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit malaria. Parasit tidak dapat hidup sendiri, akan tetapi harus mendapat makanan dari organisme lain untuk hidup dan berkembang. Parasit malaria (Plasmodium) hidup di dalam sel darah merah manusia. 2. Jenis Parasit Plasmodium Penyebab Malaria Ada banyak jenis Plasmodium, semuanya menyebabkan malaria pada manusia dan hewan. Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu: a. Plasmodium falciparum; b. Plasmodium vivax; c. Plasmodium ovale; d. Plasmodium malariae; dan e. Plasmodium knowlesi. Yang paling sering ditemukan di Kabupaten Aceh Timur yaitu P.falciparum dan P.vivax. P.malariae pernah dilaporkan di Kabupaten Aceh Timur tetapi jumlahnya tidak banyak. Jenis P. falciparum, P. vivax dan P. knowlesi dapat menyebabkan malaria berat. Seorang penderita dapat terinfeksi lebih dari 1 (satu) jenis plasmodium yang disebut infeksi campuran. 3. Cara Penularan Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang telah terinfeksi parasit malaria (gametosit). Tidak semua nyamuk dapat menularkan malaria. (Gambar 1) Anopheles minimus, nyamuk malaria di Indonesia
Malaria tidak dapat ditularkan secara kontak langsung antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. Cara penularan penyakit malaria dapat melalui:
a. gigitan nyamuk dari penderita malaria; b. transfusi dari donor yang darahnya mengandung parasit malaria; dan c. plasenta (ari-ari) dari ibu yang darahnya mengandung parasit malaria. (Gambar 2) Siklus Hidup Parasit di Dalam Tubuh Nyamuk dan Manusia
(Gambar 3) Proses Penularan Malaria
Penjelasan gambar 2 dan gambar 3, yaitu: a. nyamuk anopheles betina menggigit manusia yang sakit malaria disertai masuknya gametosit jantan dan betina parasit ke tubuh nyamuk anopheles; b. di dalam usus nyamuk tersebut terjadi perkawinan antara gametosit jantan dan betina, sehingga berubah menjadi zigot, ookinet dan ookista; c. kemudian ookista pecah dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk dan siap disuntikkan ke manusia lainnya;
d. nyamuk tersebut tidak sakit malaria, akan tetapi bisa menularkan malaria kepada manusia sehat sekitar penderita; e. parasit berkembang biak di dalam tubuh nyamuk memerlukan waktu sekitar 14 (empat belas) hari, tergantung pada suhu dan spesies parasit; f. nyamuk anopheles betina yang mengandung sporozoit tadi menggigit manusia sehat lainnya; g. sporozoit masuk ke dalam darah manusia sehat. Sporozoit berada dalam darah hanya 30 (tiga puluh) menit kemudian masuk ke dalam hati dan mengalami multiplikasi; h. setelah lebih dari 1 (satu) minggu (7 sampai dengan 12 hari), pada manusia sehat tersebut mulai timbul gejala malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat dan sakit kepala. Hal ini disebabkan pecahan sel hati yang terinfeksi parasit dan mengeluarkan bentuk merozoit; i. selanjutnya merozoit masuk ke sel darah merah dan bentuknya menjadi bulat, yang dinamakan tropozoit; j. tropozoit ini membelah intinya sehingga berubah menjadi skizon; k. skizon bertambah besar dan berkembang, bagian inti menjadi jelas dan dikelilingi oleh plasma, akhirnya sel darah merah pecah dan parasit keluar dalam bentuk merozoit; l. karena sel darah merah banyak yang pecah, maka penderita malaria akan pucat (kurang darah/anemia); m. merozoit ini akan menyerang sel darah merah lagi dan mengulangi fase skizogoni. n. pada infeksi P. Vivax dan P. ovale, parasit dapat bersembunyi dan bertahan hidup di hati manusia, selanjutnya dapat keluar dari hati menuju sel darah merah dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Hal ini disebut kambuh/relaps; o. P. falsiparum biasanya melepaskan gametosit beberapa hari setelah onset demam, sementara P. vivax melepaskan gametosit ke aliran darah pada saat penderita mengalami demam; p. Gametosit merupakan faktor penting dalam proses penularan malaria dari satu orang ke orang lainnya. Sehingga pemeriksaan segera terhadap darah penderita demam menjadi penting, untuk melihat apakah ada gametosit dalam darah penderita atau tidak dan untuk melihat apakah penderita sudah siap menularkan malaria ke orang lain atau belum; dan q. P. vivax menjadi tantangan dalam mencapai eliminasi malaria, karena memiliki hipnozoit dan pelepasan gametosit bersamaan dengan demam. 3.1. Kebiasaan Menggigit Nyamuk Anopheles Kebiasaan menggigit nyamuk anopheles adalah pada malam hari, dimulai pada senja hari sampai dengan fajar (jam 6 sore sampai dengan jam 6 pagi). 3.2. Faktor Penyebab Penularan Malaria di Masyarakat Ada 5 (lima) faktor yang menyebabkan penularan penyakit malaria terjadi di masyarakat, yaitu: a. vektor: nyamuk anopheles betina sebagai penyebab menularnya penyakit malaria hidup di lingkungan masyarakat; b. tempat berkembang biak: nyamuk anopheles membutuhkan genangan air yang tidak mengalir atau air yang mengalir perlahan
sebagai tempat berkembang biak untuk meletakkan telur-telurnya. Beberapa tempat perindukan anopheles, misalnya: 1. kolam-kolam kecil, parit-parit, lubang-lubang dan kanal-kanal yang airnya tidak mengalir; 2. rawa-rawa, waduk dan sawah dengan air sepanjang tahun (sawah bertingkat); 3. lagun (terjadi dari percampuran air tawar dengan air laut); 4. arus air beraliran lambat di sepanjang tepi sungai; 5. genangan air yang terjadi akibat air sungai yang mengering (di musim kemarau); 6. tambak ikan/udang yang tidak terpelihara; 7. jejak kaki binatang, jejak ban traktor yang terisi air di pinggiran hutan; 8. mata air; dan 9. aliran air yang lambat. c. parasit: parasit malaria dalam tubuh manusia sehingga nyamuk yang menggigit akan terinfeksi oleh parasit tersebut; d. iklim: suhu rata-rata paling sedikit 18-20C dengan kelembaban diatas 60% (enam puluh persen) bagi nyamuk agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak parasit, sehingga parasit menjadi infektif; dan e. populasi manusia: nyamuk anopheles tidak dapat terbang lebih jauh dari 2 (dua) km. Penularan terjadi pada penduduk (manusia) yang bertempat tinggal dalam jarak tersebut, kecuali penderita import (penderita yang mendapat penularan dari luar wilayah yang jauh). 3.3. Kelompok Beresiko Tertular Malaria Semua orang dapat berisiko tertular penyakit malaria, akan tetapi ibu hamil dan anak usia dibawah 5 (lima) tahun (balita) merupakan kelompok yang paling beresiko jika tertular malaria. 3.4. Dampak Malaria Pada Ibu Hamil a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Pada ibu hamil yang terkena malaria dapat beresiko mengalami: kekurangan darah (anemia); demam; keringat dingin; mual; lemas; tidak sadar atau pingsan; kejang-kejang; keguguran (aborsi); kelahiran mati; berat bayi lahir rendah; dan kelahiran prematur (tidak cukup umur).
4. Siklus Nyamuk Anopheles (Gambar 4) Siklus Hidup Nyamuk Anopheles Telur diletakkan di atas permukaan air
Pupa bernafas melalui permukaan air
Larva bernafas melalui permukaan air
Nyamuk anopheles tidak butuh banyak air untuk berkembang biak. Mereka bisa meletakkan telur-telurnya di air yang dalamnya hanya 1 (satu) cm. Penjelasan gambar 4, yaitu: a. nyamuk dewasa betina memerlukan darah untuk proses pematangan telur; b. setelah menghisap darah, nyamuk dewasa betina akan meletakkan telurnya pada permukaan air; c. setelah 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) hari telur menetas menjadi jentik nyamuk; d. jentik membesar selama 7 (tujuh) sampai dengan 14 (empat belas) hari dengan memakan bahan-bahan makanan yang ada di permukaan air; e. setelah cukup besar, jentik menjadi pupa yang tidak makan, akan tetapi hanya berubah bentuk menjadi dewasa; f. setelah 1 (satu) atau 2 (dua) hari, nyamuk dewasa keluar dari pupa; g. nyamuk dewasa betina mulai mencari darah untuk telurnya, 1 (satu) atau 2 (dua) hari setelah terlepas dari pupa; dan h. nyamuk anopheles hidup selama 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) minggu dan mampu terbang sejauh 2 (dua) km. 5. Gejala, Tanda dan Cara Mendeteksi Malaria Gejala-gejala malaria dibedakan menjadi malaria ringan dan malaria berat. Malaria berat jika tidak dirawat segera dapat menimbulkan kematian. Penderita malaria yang berasal dari daerah endemis rendah seperti Provinsi Aceh lebih banyak menunjukkan gejala malaria klasik atau dikenal dengan trias klasik, yaitu: a. stadium dingin: merasa sangat dingin, nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari berwarna kebiruan, kulit kering dan pucat, bulu-bulu berdiri, kadang muntah. Pada anak-anak dapat terjadi kejang. Lama gejala ini 15 (lima belas) menit sampai dengan 1 (satu) jam; b. stadium panas: muka memerah, kulit kering dan panas, sakit kepala menghebat, mual dan muntah, denyut nadi penuh dan cepat, rasa sangat haus, demam sampai 41ºC atau lebih. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam; dan
c. stadium berkeringat: keringat berlebihan, suhu turun kembali sampai normal, biasanya penderita tertidur lelap dan bangun dengan rasa lemah, tetapi gejala lain tidak ada. Lama gejala ini 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) jam. Lamanya gejala klasik ini adalah 8 (delapan) sampai dengan 12 (dua belas) jam. Diantara gejala klasik terdapat periode bebas demam yang lamanya tergantung dari spesies parasit, yaitu: a. P. falciparum (12 jam); b. P. vivaks (36 jam); c. P. malariae (72 jam); dan d. P. knowlesi (24 jam). 6. Eliminasi Malaria Eliminasi malaria adalah suatu kegiatan menghentikan penularan setempat dalam satu wilayah geografis tertentu dan merupakan kelanjutan dari program pengendalian malaria yang berhasil dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan karena malaria. Hal ini berarti tidak ada kasus baru melalui penularan setempat (indeginous), akan tetapi kasus import dapat tetap ada, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan untuk mengatasinya. Tujuan program eliminasi ini adalah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria. Sebagai bagian penting persyaratan program eliminasi, harus teridentifikasi dan terpetakan tempat-tempat penularan malaria dari tingkat gampong sampai dengan nasional. Kabupaten Aceh Timur disebut eliminasi/bebas malaria apabila dalam 3 (tiga) tahun berturut-turut dan seterusnya tidak ditemukan kasus penularan setempat (lokal) di suatu gampong hingga tingkat kota, yang dibuktikan dengan sistem pencarian dan pelacakan kasus malaria yang baik. 7. Distribusi Malaria di Kabupaten Aceh Timur Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan dan mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan Tahun 2005 sebanyak 1.127 (seribu seratus dua puluh tujuh) kesakitan klinis dengan AMI sebesar 7,41 (tujuh koma empat puluh satu) serta 133 (seratus tiga puluh tiga) orang positif falcifarum dan 2 (dua) orang positif vivax. Pada Tahun 2006, angka kesakitan klinis sebanyak 798 (tujuh ratus sembilan puluh delapan) kasus dengan AMI 2,52 (dua koma lima puluh dua) dan dengan positif 197 (seratus sembilan puluh tujuh) kasus dengan AMI 0,62 (nol koma enam puluh dua). Pada Tahun 2007, angka kesakitan malaria pun meningkat, yaitu dari klinis 2.242 (dua ribu dua ratus empat puluh dua) terdapat kasus positif 634 (enam ratus tiga puluh empat) kasus. Sedangkan pada Tahun 2008, terjadi penurunan kasus baik yang klinis maupun yang positif. Jumlah kasus klinis sebanyak 194 (seratus sembilan puluh empat) kasus dan kasus positif sebanyak 63 (enam puluh tiga) kasus. Pada Tahun 2009 terdapat 3.470 (tiga ribu empat ratus tujuh puluh) kasus klinis dan 98 (sembilan puluh delapan) kasus positif malaria. Sedangkan pada Tahun 2010 terdapat 58 (lima puluh delapan) kasus positif.
(Gambar 5) Trend Angka Kesakitan Malaria Tahun 2006-2010
Dari Grafik diatas terlihat tidak terbentuk suatu pola tertentu, dimana kasus menjadi naik atau turun. Hal ini disebabkan karena jika terdapat kegiatan pencarian kasus secara aktif seperti MBS atau MFS maka kasus akan naik dan sebaliknya jika petugas hanya menunggu saja penderita malaria secara pasif di UPT. PKM, maka kecenderungan kasus akan turun. (Gambar 6) Kasus Malaria Positif dan API Tahun 2010
Dari grafik terlihat UPT. PKM yang memiliki API diatas 1 (satu) yaitu UPT. PKM Alue Ie Mirah 1,54 (satu koma lima puluh empat) dan Lokop 1,71 (satu koma tujuh puluh satu).
(Gambar 7) SPR Tahun 2010 di Kabupaten Aceh Timur
Dari grafik diatas terlihat angka SPR yang paling besar terdapat pada UPT. PKM Lokop yaitu 34,9% (tiga puluh empat koma sembilan persen) artinya dari 100 (seratus) sediaan darah diperiksa, maka terdapat sekitar 35 (tiga puluh lima) orang yang menderita malaria. (Gambar 8) Penurunan indikator insidensi Malaria Tahun 2006-2010
Dari grafik terlihat angka AMI makin meningkat dari tahun ke tahun. Ini artinya petugas kesehatan di UPT. PKM mulai aktif dalam menjaring penderita demam, sehingga hampir semua penderita demam diperiksa darahnya. Dengan demikian diharapkan tidak ada penderita malaria yang tidak terdeteksi, sehingga semua penderita malaria bisa diobati dengan benar, sebagai salah satu upaya memutus rantai penularan.
BAB III TATALAKSANA MALARIA 1. Surveilans Dalam Eliminasi Surveilans malaria adalah kegiatan yang terus menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan data yang diperoleh dari deteksi pasif dan aktif, pengolahan, analisis dan interpretasi data malaria, termasuk dari pelacakan kasus (investigasi kasus) untuk menghasilkan informasi yang akurat, dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi setempat, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus. 1.1. Surveilans Pasif Surveilans pasif adalah salah satu upaya penemuan penderita malaria secara pasif oleh petugas kesehatan melalui pelayanan kesehatan di suatu unit pelayanan kesehatan dengan cara menunggu kunjungan penderita dengan gejala malaria klinis. Dalam program eliminasi malaria, sistem surveilans pasif ini harus diperkuat untuk memastikan seluruh kasus malaria baru terlaporkan dengan cepat (dalam waktu 24 jam), sehingga data tersebut bisa diolah, dianalisis dan dilakukan respons segera untuk mencegah terjadi penularan malaria. 1.2. Surveilans Aktif Surveilans aktif adalah pencarian tersangka penderita malaria secara aktif di suatu daerah fokus malaria tertentu melalui kunjungan dari rumah ke rumah sesuai dengan kriteria daerah fokus. Surveilans aktif merupakan kegiatan surveilans yang diterapkan bagi daerah-daerah yang sudah baik melaksanakan program pengendalian malaria dan siap memasuki tahap pra-eliminasi dan eliminasi malaria.
(Gambar 9) Alur Penemuan Penderita Oleh Juru Malaria Lingkungan JML mengunjungi rumah warga sesuai jadwal
JML mengunjungi penduduk yang datang dan kembali ke Kabupaten Aceh Timur
penderita dengan gejala akut demam menggigil secara berkala dan sakit kepala
JML membuat peta lingkungan
JML mengambil darah penderita dan membuat SD
JML mengirimkan SD ke UPT. PKM
JML menyarankan untuk memeriksakan diri ke petugas kesehatan JML bersama Petugas Kesehatan memberikan obat malaria JML mengawasi penderita minum obat malaria
Petugas UPT. PKM + Dinkes melaksanakan kontak survei
1.3. Surveilans Migrasi Surveilans migrasi adalah pencarian kasus yang dilaksanakan oleh juru malaria lingkungan atau petugas kesehatan kepada penduduk yang menunjukkan gejala klinis malaria, yang baru datang dari daerah endemis malaria. Alur pencarian penderita terdapat pada gambar 9 diatas. 1.4. Surveilans Vektor Surveilans vektor sangat penting dalam mencapai eliminasi malaria, terutama pada daerah fokus aktif. Kegiatan ini bertujuan untuk memandu cara pengendalian dan mengevaluasi dampak dari kegiatan pengendalian vektor. Kegiatan ini terdiri dari: a. pemetaan seluruh tempat perindukan nyamuk potensial di daerah fokus; b. pengumpulan data kepadatan larva dan nyamuk dewasa setiap bulan; c. pemantauan perubahan lingkungan yang menyebabkan peningkatan vektor; dan d. pemantauan tingkat resistensi vektor malaria terhadap insektisida. 1.5. Sistem Surveilans Malaria di Kabupaten Aceh Timur Prinsip surveilans eliminasi malaria terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: a. mengumpulkan data dari penemuan penderita pasif dan aktif; b. menganalisis dan menginterpretasikan data termasuk hasil pelacakan kasus/penyelidikan epidemiologi; dan c. memberikan respon cepat yang sesuai, termasuk terapi radikal dan penanggulangan fokus. (Gambar 10) Alur Sistem Data dan Informasi Eliminasi Malaria Kabupaten Aceh Timur
(Gambar 11) Alur surveilans malaria diKabupaten Aceh Timur Surveilans Malaria di A.Timur? Absen sekolah Juru Malaria Desa, Kader kesehatan Melaporkan Feedback
Puskesmas Praktek Swasta
Manual report
Report
Feedback
Pelabuhan
Dinkes A.Timur
Apotik, toko obat (OTC)
WEB
Report
Feedback
Dinkes Prov NAD
a. b. c. d. e. f.
a. b. c.
Kendali mutu lab
Keterangan gambar 10 dan 11, yaitu: penderita demam datang ke UPT. PKM/Juru Malaria Lingkungan, kemudian akan dilakukan pemeriksaan laboratorium; hasil diagnosis dicatat dan dilaporkan kepada petugas surveilans UPT. PKM; apabila ditemukan kasus malaria positif, maka petugas surveilans UPT. PKM mencatat dan mengirimkan laporan kasus ke Dinas Kesehatan pada hari yang sama atau dalam waktu 1 x 24 jam; data dari JML dan pelayanan rutin UPT. PKM dilaporkan ke UPT. PKM; laporan dari praktek swasta, apotek, toko obat, kesehatan pelabuhan, rumah sakit dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur memilah data berdasarkan wilayah kerja UPT. PKM, apabila terdapat kasus malaria positif terkonfirmasi yang dilaporkan di luar UPT. PKM, maka tim penyelidikan epidemiologi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur akan memberikan umpan balik kepada UPT. PKM setempat untuk dilaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, pelacakan kasus dan penanggulangan fokus. Indikator surveilans dalam rangka eliminasi malaria, yaitu: kelengkapan; ketepatan/akurasi; dan kecepatan waktu, antara lain: 1) waktu antara kasus terdiagnosis malaria di UPT. PKM, praktek swasta dan rumah sakit dengan notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; 2) waktu antara notifikasi kasus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dengan dimulainya kegiatan pelacakan kasus oleh Tim PE UPT. PKM dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur; dan 3) waktu antara hasil PE dan tindakan penanggulangan fokus.
2. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Fokus Oleh Petugas Kesehatan 2.1. Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan rutin penyelidikan yang dilakukan pada semua kasus malaria positif dengan konfirmasi laboratorium berdasarkan laporan penemuan kasus secara pasif di unit pelayanan kesehatan maupun berdasarkan laporan penemuan kasus secara aktif (kunjungan rutin JML dari rumah ke rumah) atau berdasarkan hasil survey tertentu (Mass Fever Survey, Mass Blood Survey, dan lain-lain), untuk mengetahui asal penularan, waktu terjadinya penularan dan sejauh mana penularan kasus malaria terjadi serta kelompok yang terkena resiko. Penyelidikan epidemiologi malaria dilakukan oleh tim dari UPT. PKM atau Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur, dimana kasus malaria positif berasal. Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur terdiri atas petugas surveilans, penanggung jawab malaria atau petugas mikroskopis. 2.2. Metode Dalam Melakukan Penyelidikan Epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan setelah ditemukan penderita positif malaria terkonfirmasi hasil pemeriksaan mikroskopis. Data penderita positif dimasukkan ke dalam sistem data dan informasi eliminasi malaria. Tim dan petugas UPT. PKM ditemani oleh JML setempat akan melaksanakan wawancara dan pengambilan darah jari bagi seluruh anggota keluarga penderita malaria dan semua penduduk disekitar rumah penderita (berjarak ± 500 meter). 2.3. Tindak Lanjut Penemuan Kasus Malaria Apabila ditemukan suatu kasus malaria positif terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka petugas kesehatan UPT. PKM melakukan penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kasus sebagai berikut: a. mewawancarai penderita dan keluarga, apakah ada riwayat bermalam ke daerah endemis, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Aceh Timur; b. perlu dilihat apakah keluarga penderita memiliki kelambu berinsektisida, apabila: 1) rumah penderita tidak memiliki kelambu berinsektisida, maka petugas UPT. PKM memberikan kelambu kepada keluarga tersebut beserta brosur cara pemakaian dan perawatan kelambu; dan 2) keluarga sudah memiliki kelambu berinsektisida tetapi tidak digunakan, maka anjurkan keluarga untuk menggunakan kelambu. c. tanyakan apakah rumah penderita sudah mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir. Apabila rumah penderita tidak mendapat penyemprotan IRS dalam 6 (enam) bulan terakhir, maka petugas UPT. PKM melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur;
d. tanyakan kebiasaan penderita dan anggota keluarga dalam perlindungan diri dari gigitan nyamuk, seperti penggunaan repelen, kawat kassa pada ventilasi, dan lain-lain; e. apabila terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1 (satu), penanganannya yaitu: 1) bekerjasama dengan JML untuk memastikan penderita malaria minum obat hingga tuntas dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan; 2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama kepada seluruh anggota keluarga; 3) penyuluhan/pemberian informasi mengenai perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk bila bepergian; 4) pemberitahuan silang kepada Dinas Kesehatan asal penularan penderita; 5) mengambil dan membuat sediaan darah pada anggota seluruh rumah dan tetangga penderita dalam jarak 500 (lima ratus) meter sekitar rumah penderita; 6) apabila ditemukan kasus positif malaria kedua, maka kasus kedua tersebut diwawancara untuk mengetahui apakah pada penderita kedua terdapat riwayat bermalam ke daeran endemis dalam 14 (empat belas) hari terakhir tingkat 1; 7) apabila pada penderita kedua tidak terdapat riwayat bermalam ke daerah endemis tingkat 2; 8) setelah ditemukan penderita malaria terkonfirmasi laboratorium kedua, petugas melakukan pemeriksaan vektor dengan memeriksa tempat perindukan nyamuk, apakah ditemukan jentik/larva anopheles atau tidak; 9) mengambil titik koordinat pada tempat-tempat perindukan nyamuk positif jentik anopheles dan rumah penderita malaria positif dengan GPS; dan 10) melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur. f. apabila tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya yaitu: 1) memeriksa sediaan darah jari pada seluruh masyarakat yang tinggal sekitar 500 (lima ratus) meter dari rumah penderita; 2) terapi penderita malaria positif dengan ACT+Primakuin bekerjasama dengan JML untuk pengawasan minum obat dan pemeriksaan darah jari ulangan sesuai dengan jadwal yang ditentukan; 3) memetakan vektor dan tempat perindukan nyamuk positif larva anopheles dengan GPS dalam jarak 500 (lima ratus) meter; 4) memetakan cakupan kelambu berinsektisida/IRS setiap rumah dengan GPS; 5) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk; 6) apabila terdapat tempat perindukan nyamuk yang mengandung jentik anopheles, lakukan kegiatan untuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk dengan cara yang sesuai (lihat Bab VII pencegahan dan pengendalian vektor); dan
7) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida tahan lama pada rumah-rumah yang dilakukan skrining pengambilan darah jari. g. apabila terdapat kasus kedua, maka dalam hal ini perlu ditanyakan apakah terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria atau tidak, apabila terdapat riwayat bermalam di daerah endemis, maka kasus ini dikategorikan tingkat 1, jika tidak terdapat riwayat bermalam di daerah endemis malaria, maka kasus kedua ini dikategorikan tingkat 2, penanganannya sama seperti diatas; h. apabila terdapat kasus malaria positif lebih dari 3 yang terkonfirmasi hasil pemeriksaan laboratorium, maka dikategorikan tingkat 3 (adanya penularan setempat), penanganannya yaitu: 1) IRS untuk seluruh gampong dengan cakupan > 90% (sembilan puluh persen); 2) pemberian/pengaktifan penggunaan kelambu berinsektisida untuk seluruh gampong dengan cakupan penggunaan > 95% (sembilan puluh lima persen); dan 3) bekerjasama dengan JML dan ketua lingkungan atau petugas kesehatan gampong setempat, memberikan penyuluhan atau pengetahuan kepada penderita, keluarga penderita dan masyarakat mengenai pentingnya pencegahan malaria dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk.
(Gambar 12) Alur Penyelidikan Epidemiologi Oleh Tim UPT. PKM/Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur Laporan UPT. PKM/RS
Laporan dari skrining unit transfusi darah
Laporan JML/Mantri/Bidan/ Praktek Swasta
Penderita malaria positif terkonfirmasi pemeriksaan mikroskopis
wawancara penderita dan keluarga yang tinggal satu rumah
Tidak ada riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari terakhir
Mengambil dan membuat sediaan darah keluarga dan tetangga jarak 500 m sekitar
Periksa tempat perindukan nyamuk dalam jarak 500 m sekitar rumah penderita
Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita positif dan tempat perindukan positif
Terdapat riwayat bermalam ke gampong endemis di Kabupaten Aceh Timur maupun di luar Kabupaten Aceh Timur dalam waktu 14 hari terakhir
Tidak ada kasus kedua
Belum terjadi penularan malaria setempat
Ada riwayat bermalam ke desa endemis
Tidak ada riwayat bermalam ke desa endemis
Ada kasus malaria positif >3
Terjadi penularan malaria setempat
(Skema 1) Kunci Klasifikasi Kasus Malaria Bagaimana Cara Kasus Tertular
Melalui Darah
Melalui Nyamuk Dimana Kasus Tertular
Kasus Induksi
Di Lingkungan Tempat Tinggal
Di Luar Lingkungan Tempat Tinggal
Jenis Parasit Penyebab
Kasus Impor
P. Vivax/ P. Ovale
P. Falsiparum/ P. Malarie
Kapan Tertular Lama (6 Bulan3 Tahun Lalu)
Kasus Kambuh
Kurang Dari 6 Bulan
Dari Siapakah Kasus Tertular
Dari Kasus Impor
Kasus Introduksi
Dari Kasus Lokal
Kasus Indigenus
(Skema 2) Daerah Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi
Keterangan: : Rumah tetangga : Rumah penderita malaria
2.4. Pengertian Daerah Fokus Menurut WHO Fokus adalah suatu daerah/lokasi yang pernah terdapat banyak kasus malaria maupun masih terdapat kasus malaria serta memiliki faktor-faktor epidemiologi yang menunjang terjadinya penularan malaria baik secara terus menerus maupun intermiten. Fokus menurut WHO dapat diklasifikasikan menjadi fokus residu aktif, fokus residu nonaktif, fokus bersih, fokus potensial baru, fokus aktif baru, fokus endemik atau fokus palsu (pseudofocus). 2.5.Klasifikasi Fokus di Kabupaten Aceh Timur Untuk mempermudah operasionalisasi program malaria di Kabupaten Aceh Timur pada bulan Mei 2011, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Timur mengklasifikasikan gampong menjadi 4 (empat) kelompok. Dimana dasar pengklasifikasian adalah data kasus malaria selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, yaitu data Tahun 2008 sampai dengan 2010, data vektor hasil survei Tahun 2008, data cakupan pengendalian vektor seperti IRS, dan kelambu Tahun 2008 sampai dengan 2010. Berdasarkan data tersebut, didapatkan definisi operasional dan kunci klasifikasi seperti tabel dibawah ini: (Tabel 3) Kunci Klasifikasi dan Definisi Operasional NO. KUNCI KLASIFIKASI 1. ada penularan setempat, kontrol buruk 2.
ada penularan setempat, kontrol baik
3.
tidak ada penularan setempat, ada kasus impor
4.
tidak ada penularan setempat, tidak ada kasus impor
DEFINISI OPERASIONAL Tidak ada penularan setempat: tidak ditemukan kasus indigenous selama 3 tahun berturut-turut Kontrol yang baik: a. >90% konfirmasi dengan mikroskop; b. >90% ACT + Primaquine untuk kasus terkonfirmasi positif; c. cakupan penggunaan kelambu atau IRS > 80%; d. Sensitivity & Specificity Mikroskopis > 80%; dan e. > 90% kasus dilakukan PE. Kasus impor: kasus malaria terkonfirmasi yang setelah dilakukan PE terbukti berasal dari luar Kabupaten Aceh Timur.
2.6. Penanggulangan Daerah Fokus Penanggulangan fokus adalah suatu tindakan/kegiatan yang dilakukan pada daerah fokus malaria untuk mencegah dan membatasi penularan malaria dari rumah penderita ke lokasi sekitarnya, sehingga dapat menghilangkan penularan malaria setempat. Penanggulangan fokus dilakukan apabila kasus malaria positif terkonfirmasi laboratorium sudah dilakukan penyelidikan epidemiologi dan terbukti sebagai:
a. kasus setempat (indigenous); b. telah terjadi penularan malaria didaerah tersebut; dan c. ditemukan tempat perindukan nyamuk anopheles positif di daerah fokus. 2.7. Cara Penanggulangan Fokus a.
b.
c.
d.
e.
f.
Adapun cara penanggulangan fokus yaitu: petugas UPT. PKM memberikan pengobatan malaria yang radikal kepada semua penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium, dengan juru malaria lingkungan membantu mengawasi penderita minum obat malaria sesuai dengan petunjuk petugas UPT. PKM; petugas UPT. PKM bekerja sama dengan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Timur melaksanakan penyemprotan IRS dalam jarak 500 (lima ratus) meter dari rumah sumber penularan, dengan cakupan > 90% (sembilan puluh persen) untuk bangunan yang disemprot dan luas permukaan yang disemprot; petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan membagikan kelambu berinsektisida kepada masyarakat yang bertempat tinggal 500 (lima ratus) meter dari rumah sumber penularan (apabila masyarakat tersebut belum mempunyai kelambu berinsektisida); apabila ditemukan tempat perindukan nyamuk, petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat menggerakkan masyarakat melakukan gerakan 8 M (lihat Bab VII pencegahan dan pengendalian vektor); petugas UPT. PKM bersama juru malaria lingkungan bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat memberikan informasi mengenai malaria, pencegahan dan pengendalian tempat perindukan; dan alur penanggulangan fokus sebagai berikut:
(Skema 3) Alur Penanggulangan Fokus Malaria Penderita malaria positif terkonfirmasi laboratorium
Tingkat 1 Kasus Impor
Bekerjasama dengan JML untuk memantau penderita minum obat malaria. Anggota keluarga yang tinggal satu rumah menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Penderita malaria impor diberikan penyuluhan mengenai cara – cara perlindungan diri bila bepergian ke daerah endemis malaria. Pemberitahuan silang ke Dinas Kesehatan asal penularan penderita.
Tingkat 2 Kasus Lokal
Skrining darah jari anggota keluarga penderita dan tetangga jarak 500 m sekitar penderita. Pemberian terapi obat malaria ACT pada penderita positif yang pertama dan yang ditemukan pada skiring. Bekerjasama dengan JML untuk memantau seluruh penderita minum obat malaria. Menilai cakupan pengunaan kelambu berinsektisida dan IRS pada fokus. Seluruh masyarakat di daerah fokus menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Periksa vektor dan tempat perindukan nyamuk dalam jarak 500 m sekitar rumah penderita. Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita malaria dan tempat perindukan nyamuk positif. Melakukan IRS apabila cakupan IRS dan kelambu rendah, pada daerah fokus. Pemberian informasi ke masyarakat/ penyuluhan. Gerakan 8 M.
Tingkat 3 Penularan Setempat
Pemberian informasi ke masyarakat/ penyuluhan. Bekerjasama dengan JML untuk memantau penderita minum obat malaria. IRS untuk seluruh desa. Seluruh masyarakat di daerah fokus menggunakan kelambu berinsektisida dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk lainnya. Mengambil titik koordinat GPS rumah penderita malaria dan tempat perindukan nyamuk positif. Surveilans vektor bulanan Gerakan 8M.
3. Cara Mendeteksi Malaria Malaria sering diketahui dari gejala-gejala yang dialami penderita seperti demam, menggigil, sakit kepala, mual atau muntah, dan lain-lain. Akan tetapi untuk mengetahui pasti malaria atau tidak, harus diperiksa darah jari manusia yang mempunyai gejala dengan mikroskop (pemeriksaan gold standar). Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk malaria adalah: a. metode immunochromatographi menggunakan alat diagnosis cepat (RDT), khusus untuk kasus-kasus darurat atau malaria berat, daerah terpencil, atau bila pemeriksaan mikroskop tidak tersedia; b. diagnosa dengan menggunakan mikroskop pendar (fluorochromes); c. diagnosa menggunakan asay antibody (Antibody detection by ELISA serology); dan d. Polymerase Chain Reaction (PCR) yang digunakan pada daerah yang sudah mencapai eliminasi malaria untuk melihat genotipe parasit. Pemeriksaan huruf b dan c biasa dilakukan di laboratorium besar untuk kepentingan penelitian.
4. Persiapan Pengambilan Darah Untuk pemeriksaan darah malaria dengan mikroskop, sediaan darah tebal dan tipis dibuat pada kaca sediaan yang sama. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan darah, yaitu: a. slide/kaca sediaan yang bersih dan terbungkus rapi; b. penusuk/lancet yang steril (bukan jarum hypodermis atau lancet yang hanya direndam dalam alkohol); c. methanol 70% (tujuh puluh persen); d. kapas kering/kain kassa; e. pensil bermata lunak; f. formulir registrasi atau pencatatan; g. surat pengantar sediaan darah; dan h. balpoin. Cara-cara menyiapkan kaca sediaan sebagai berikut: 1. kaca sediaan harus bersih tidak berdebu, tidak berlemak atau mengandung alcohol; 2. kaca sediaan harus jernih, tidak kusam atau bergaris-garis; 3. kaca sediaan yang baru harus dicuci dengan cara memasukkan ke dalam baskom, lalu tuangkan larutan sabun deterjen 0,5% (nol koma lima persen) (1 sendok makan penuh bubuk deterjen dicampur dengan air 1 (satu) liter), untuk kaca sediaan baru direndam beberapa jam saja; 4. kaca sediaan dibilas dengan air sampai semua sisa sabun terbuang; 5. lap kaca sediaan dengan kain lembut dan bersih; 6. keringkan kaca sediaan yang sudah dilap dengan posisi miring; 7. bungkuslah kaca sediaan yang sudah kering dengan kertas kwarto (A4) yang tipis, 1 (satu) lembar kertas untuk membungkus 15 (lima belas) sampai dengan 20 (dua puluh) kaca sediaan; 8. tangan tidak boleh menyentuh kaca sediaan bagian tengah; dan 9. simpan ditempat yang kering. Setelah kaca sediaan siap pakai, petugas menuliskan keterangan mengenai pasien, yang dicatat dalam formulir registrasi UPT. PKM, selanjutnya beri kode sesuai kode UPT. PKM atau rumah sakit. Apabila sediaan darah berasal dari JML/mantri/bidan/praktek swasta, dalam hal ini perlu dilihat surat pengantar sediaan darah dan kaca sediaan, apakah sesuai atau tidak. (Gambar 13) Cara membungkus kaca sediaan kering
4.1. Cara Pengambilan Darah Adapun cara pengambilan darah adalah: 1. dengan posisi telapak tangan kiri pasien menghadap keatas, pilih jari ketiga dari ibu jari (pada bayi, ibu jari kaki dapat digunakan, pada orang dewasa dan anak-anak ibu jari tidak boleh digunakan); 2. gunakan sarung tangan; 3. bersihkan jari dengan kapas alkohol; 4. keringkan jari menggunakan kapas yang bersih; 5. tusuk ujung jari dengan lancet, sambil menekan dengan lembut ujung jari; 6. buang lancet ke dalam kaleng/botol; 7. Keluarkan tetesan darah pertama dan hapus dengan kapas kering; 8. Pegang ujung kaca sediaan, tekan sedikit ujung jari dan keluarkan satu tetes darah, kira-kira sebesar ini, ke bagian tengah kaca untuk sediaan darah tipis; 9. Tekan sedikit lagi, ambil dua atau tiga tetes yang lebih besar untuk sediaan darah tebal; dan 10. Hapus sisa darah dari ujung jari dengan menggunakan kapas. (Gambar 14) Cara pengambilan Darah
4.2. Cara Membuat Sediaan Darah Tipis dan Sediaan Darah Tebal 1. cara membuat sediaan darah tipis yaitu: a. gunakan kaca sediaan bersih sebagai “penggeser”, tetesan darah berada pada permukaan yang rata dan keras; b. sentuh tetes darah dengan penggeser, biarkan darah bergerak sepanjang ujung kaca penggeser; dan c. Dengan tegas, tolak penggeser ke depan, jaga agar sudutnya tetap 450 (empat puluh lima derajat), pastikan penggeser tetap menempel dengan kaca sediaan selama proses penggeseran.
(Gambar 15) Cara Membuat Sediaan Darah Tipis
2. cara membuat sediaan darah tebal yaitu: a. gunakan sudut kaca penggeser, campurkan 3 (tiga) tetes darah dengan cepat dan merata, sebarkan dengan gerakan memutar 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) gerakan; b. beri label dengan pinsil, tulis pada bagian putih diujung sediaan; c. biarkan sediaan darah tebal mengering pada tempat yang datar dan terlindung dari debu, lalat dan sengatan panas; dan d. bungkus sediaan darah yang sudah mengering dengan formulir catatan pasien dan kirim ke laboratorium secepat mungkin. (Gambar 16) Cara Membuat Sediaan Darah Tebal
5. Cara Mengirimkan Sediaan Darah Ke UPT. PKM Cara mengirimkan sediaan darah ke UPT. PKM yaitu: a. sediaan darah yang sudah dibuat dibiarkan kering dan bebas debu; b. letakan mendatar di tempat yang rata atau kotak penyimpanan kaca sediaan, atau letakan di map kaca sediaan; dan c. apabila sudah kering, susun kaca sediaan dalam kotak sediaan atau dalam map kaca sediaan atau dibungkus dengan tisu/kertas.
Gambar 22. Cara pengeringan sediaan darah yang sudah dibuat Diletakkan di atas meja sampai kering Diletakkan di map kaca sediaan sampai kering
Diletakkan di atas kotak kaca sediaan sampai kering
PENGOBATAN DAN PENANGANAN LANJUTAN CARA MEMBERIKAN OBAT MALARIA
Setiap penderita demam harus diperiksa darah jarinya menggunakan mikroskop. Hasil pemeriksaan darah jari yang dibaca oleh petugas mikroskopis puskesmas, dengan hasil positif malaria, diberikan obat oleh dokter/bidan/perawat swasta menggunakan pengobatan standar Departemen Kesehatan dan WHO terbaru. Penderita malaria diberikan obat-obatan yang sesuai dengan jenis Plasmodium-nya. Ibu menyusui dapat diberikan ACT, tetapi tidak boleh diberikan Primakuin, tetrasiklin dan doksisklin.
Tabel 6. Pengobatan malaria Lini I bagi penderita umum (bukan ibu hamil) JENIS HARI PLASMODIUM
JENIS OBAT
JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK UMUR ATAU BERAT BADAN
Umur
0-1 bln
2-11 bln
12-59 bln
5-9 th
10-14 th
> 15 th
Berat Badan
0-4 kg
4-10 kg
10-20 kg
20-40 kg 40-60 kg >60 kg
P.f dan P.v
1-3
DHP
1/4
½
1
1½
2-3
4
P.f dan P.v
1-3
Artesunate
1/4
½
1
2
3
4
P.f dan P.v
1-3
Amodiakuin
1/4
½
1
2
3
4
P. falsiparum P. vivax
1
Primakuin
-
-
¾
1½
2
2-3
1-14
Primakuin
-
-
¼
½
¾
1
Dosis obat: Dihydroartemisinin
= 2-4 mg /kgBB
Piperaquin
= 16-32 mg/kgBB
Primakuin untuk P.falsiparum= 0,75 mg/kgBB Primakuin untuk P.vivax
= 0,25 mg/kgBB
Amodiakuin basa
= 10 mg/kgBB
Artesunate
= 4 mg/kgBB
Tabel 7. Pengobatan malaria bagi penderita malaria pada ibu hamil UMUR JENIS LAMANYA KEHAMILAN PLASMODIUM HARI MINUM OBAT
JENIS OBAT
Berat Badan
JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK UMUR ATAU BERAT BADAN 40-60 kg
Diatas 60 kg
0 – 3 bulan pertama
P.f dan P.v
7
KINA
1½
2
4 – 9 bulan (sampai melahirkan)
P.f dan P.v
1–3
Artesunate
3
4
P.f dan P.v
1–3
Amodiakuin
3
4
P.f dan P.v
1–3
DHP
2–3
4
Tabel 8. Pengobatan malaria Lini II bagi penderita umum (bukan ibu hamil) JENIS PLASMODIUM
HARI
JENIS OBAT Umur
JUMLAH TABLET MENURUT KELOMPOK 0-11 bln
Berat Badan 0-10 kg
1-4 th
5-9 th
10-14 th
> 15 th
10-20 kg
20-40 kg
40-60 kg
>60 kg
P.f dan P.v
1-7
Kina
*)
3x½
3x1
3x1½
3x2
P.falsiparum
1-7
Doksisiklin
-
-
-
2 x 50mg
2x 100mg
P. falsiparum
1
Primakuin
-
¾
1½
2
2-3
1-14
Primakuin
-
¾
½
¾
1
P. vivax
Alternatif apabila tidak ada doksisiklin P.falsiparum
1-7
Tetrasiklin
-
-
-
4x4 mg/kg BB
4 x 250 mg
P.falsiparum
1-7
Clyndamicin
-
-
-
2x10 mg/kg BB
2x10 mg/kg BB
*) untuk anak usia dibawah 1 tahun, pemberian Kina harus dihitung berdasar berat badan. Dosis obat: Kina
= 30 mg /kgBB/hari diberikan 3 kali per hari.
Doksisiklin dosis dewasa
= 4 mg / kgBB/hari diberikan 2 kali per hari.
Doksisiklin dosis anak 8 – 14 thn
= 2 mg/kgBB/hari
Tetrasiklin
= 4 -5 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali per hari.
Clyndamicin
= 10 mg/kgBB/kali diberikan 2 kali per hari.
Ingat! Primakuin tidak boleh diminum oleh ibu hamil, ibu menyusui, bayi dibawah 1 tahun dan penderita defisiensi G6PD.
PENDERITA MALARIA DIPERIKSA ULANG DARAHNYA Setelah penderita mendapatkan obat-obat malaria dari petugas kesehatan. Petugas Puskesmas akan menuliskan tanggal pemeriksaan darah ulangan bagi penderita positif malaria seperti pada tabel dibawah ini. JML dapat mengambil darah lagi penderita malaria,atau penderita disuruh datang kembali ke Puskesmas tersebut pada: Gambar 28. Prosedur penanganan lanjutan penderita malaria Untuk P. falsiparum, P. vivax dan jenis lainnya
Hari 0 Hari pertama diperiksa darah dan terdiagn osis malaria
H3
H7
H 14
H 28
Hanya untuk P. vivax
H 42
Periksa darah jari dengan mikroskop. Hitung kepadatan parasit. Periksa keadaan klinis penderita malaria Periksa suhu badan dengan termometer
H 90 Seperti pemeriksaan pada H 3 – H 28.
PENDERITA DINYATAKAN BERHASIL PENGOBATAN MALARIAefektif apabila sampai dengan hari ke-28 setelah pemberian obat, Pengobatan ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari ke-4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari ke-7. PENDERITA DINYATAKAN GAGAL PENGOBATAN MALARIAtidak efektif setelah pemberian obat apabila: Pengobatan a. Dalam 28 hari setelah pemberian obat gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau b. Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum hari ke 14 (kemungkinan resisten) ganti pengobatan dari lini I menggunakan lini II. c. Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke 15 sampai hari ke 28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru) gunakan kembali pengobatan lini I, dan penderita dipantau dengan ketat. KEAMANAN OBAT MALARIA Obat malaria aman bagi manusia, baik orang tua, anak – anak maupun balita. Obat malaria yang ada diKabupaten Aceh Timur seperti ACT/DHP, Kina, Primakuin juga digunakan oleh seluruh negara di dunia.
EFEK SAMPING OBAT MALARIA Obat malaria ACT, efek samping yang paling sering adalah mual dan muntah. Karena itu sangat dianjurkan untuk meminum obat ini segera setelah makan untuk mengurangi efek samping tersebut. Ingatkan penderita malaria untuk makan lebih dahulu baru kemudian meminum obat ini. Jika penderita takut dengan efek samping, bisa meminum dosis pertama di depan petugas kesehatan. Apabila jika ada keluhan-keluhan lain seperti dibawah ini: Tabel 9. Keluhan penderita setelah minum ACT dan anjuran petugas: KELUHAN PENDERITA MALARIA
ANJURAN PETUGAS KESEHATAN ● Mandi dengan air hangat atau dingin. Hindari menggunakan air yang sangat panas. ● Hindari menggunakan sabun/deterjen beraroma kuat atau beraroma parfum.
GATAL (setelah minum ACT)
● Gunakan losion atau pelembab lainnya (misalnya jeli minyak) pada kulit setelah mandi pada saat kulit masih basah.
● Jaga kuku jari tetap pendek untuk menghindari penggarukan. Penggosokan juga mempengaruhi kulit sama halnya dengan penggarukan. Keluhan gatal bersifat sementara anjurkan tetap minum obat hingga tuntas. REAKSI ALERGI Anjurkan segera kembali ke Puskesmas (Setelah minum ACT) Ganti dengan jenis ACT yang lain atau gunakan obat malaria lini II
PERUT MULAS
Minum ACT dengan gula Minum ACT sesudah makan untuk mengurangi mulas Kurangi konsumsi kafein, karena dapat menyebabkan iritasi/mulas yang lebih buruk Hindari makanan berminyak atau makanan yang digoreng saat minum ACT
Banyak pasien yang mengalami rasa pahit, mual, muntah dan/atau mulas saat minum ACT. Pada kebanyakan orang, gejala-gejala ini berkurang setelah dosis pertama atau kedua
YANG HARUS DILAKUKAN JIKA PENDERITA MALARIA MUNTAH SETELAH MINUM OBAT Jika muntah-muntah terjadi dalam 30 menit pertama setelah minum obat, penderita tersebut harus mengulangi meminum dosis obat tersebut Anjurkan pasien untuk minum air yang banyak untuk menghindari dehidrasi. YANG HARUS DILAKUKAN JIKA PENDERITA MALARIA MENOLAK MINUM OBAT MALARIA Jika penderita menolak minum obat malaria yang diberikan oleh dokter/bidan/perawat, sebaiknya petugas memberitahukan kegunaan obat malaria yang dapat membunuh parasit dalam darah penderita, dan penderita malaria tersebut tidak menjadi sumber penularan penyakit malaria bagi tetangga atau warga desanya. Apabila penderita takut minum obat malaria, bisa minum dosis pertama obat malaria di depan petugas puskesmas, dan hari kedua sampai hari berikutnya didepan JML. OBAT YANG HARUS DIBERIKAN PADA DIAGNOSIS POSITIF PLASMODIUM VIVAKS
PENDERITA
G6PD
DI
Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dapat diketahui melalui anamnesis, dengan adanya keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dll), maka pengobatanya diberikan pada penderita defisiensi enzim ringan dan sedang, sebagai berikut: Tabel 10. Pengobatan malaria vivaks penderita defisiensi G6PD Lama minggu Jenis obat 8 Primakuin Hari I – 3 DHP Hari I – 3 Artesunate + Amodiakuin
Jumlah tablet perminggu menurut kelompok umur 0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 > 15 Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun ¾ 1½ 2¼ 1/4 ½ 1 1½ 2–3 1/4 ½ 1 2 3
Tahun 3 4 4
Apabila penderita vivaks dengan defisiensi enzim G6PD berat, maka Primakuin merupakan kontraindikasi. Bila status defisiensi G6PD sudah diketahui, maka penderita diawasi dan dimonitor secara ketat.
Ingat! Obat malaria harus diminum dengan tuntus dan sesuai dosis. Pengobatan harus radikal (ditambahkan Primakuin) PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR
3 (TIGA) CARA PENCEGAHAN MALARIA Menghindari gigitan nyamuk dengan perlindungan diri. Mengendalikan lingkungan tempat hidup nyamuk/vektor malaria. Mengendalian nyamuk dengan musuh alami (predator) atau bahan kimiawi. CARA MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK MALARIA Tidur didalam kelambu berinsektisida yang paling efektif dan murah. Tutup pintu dan jendela dengan kawat atau kasa nilon untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Hindari pergi keluar setelah hari gelap. Jika pergi di malam hari: Gunakan pakaian pelindung yang menutupi lengan dan kaki. Gunakan krim kimia penangkal nyamuk pada kulit yang tidak tertutup pakaian. Gunakan obat nyamuk bakar (khususnya saat duduk di luar) yang mengeluarkan asap. Asap tersebut mengusir nyamuk atau membunuhnya ketika mereka terbang melewati asap itu. Semprot ruangan dengan insektisida sebelum tidur setiap malam. Oleh karena semprotan insektisida tersebut hanya efektif untuk beberapa jam, metode ini harus digunakan dengan kombinasi tindakan pencegahan lainnya, misalnya pintu dan jendela yang dipasang kasa. Gunakan obat nyamuk bakar. Asap dari obat nyamuk itu akan membunuh atau mengusir nyamuk. Membunuh nyamuk secara fisik di dalam rumah dengan cara menepuknya. Penyemprotan rumah oleh petugas (IRS: indoor residual spraying) CARA MENGENDALIKAN LINGKUNGAN TEMPAT HIDUP NYAMUK Pengendalian tempat perkembangbiakan vektor terhadap dengan cara 8 M:
dapat dilakukan
Menimbun genangan air Mengeringkan genangan air Menutup genangan air Mengalirkan air tergenang Menfungsikan genangan air Memberi insektisida (obat anti jentik) pada genangan air yang besar. Mencegah timbulnya genangan air baru. Menebar ikan pemakan jentik, seperti Ikan kepala timah, Guppy/Wader Ceto, Gambusia affinis, Mujair, Nila merah, Grass carp. Jumlah ikan yang ditebarkan: Jumlah rata-rata ikan kepala timah yang ditebar 2-5 ekor/100 m2 atau 200-500 ekor/ha.
KELAMBU BERINSEKTISIDA EFEKTIF MENCEGAH MALARIA Kelambu berinsektisida mengurangi kontak manusia dengan nyamuk dengan cara membunuhnya jika nyamuk menempel di kelambu. Kelambu diproses untuk menyimpan insektisida pada seratnya di pabrik pembuatannya, sehingga kelambu jenis ini bisa bertahan lebih lama daripada kelambu yang dicelupkan insektisida dengan tangan.
Kelambu biasa dan tidak dirawat dengan insektisida juga efektif tetapi orang yang tidur di dalamnya bisa digigit nyamuk melalui lubang – lubang kelambu tersebut jika dia tidur tepat di pinggir kelambu. Manfaat-manfaat lain kelambu berinsektisida tahan lama termasuk: Membunuh tuma Membunuh kepinding Membunuh kecoa Membunuh kutu Membunuh kalajengking Mencegah laba-laba dan serangga lainnya menganggu tidur. PERBEDAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA DENGAN KELAMBU BIASA Tabel 11. Perbandingan antara Kelambu Biasa dengan Kelambu yang Diberi Insektisida KELAMBU BIASA
Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk
Tidak membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu
Tidak mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu
Tidak membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa
Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi
KELAMBU BERINSEKTISIDA
Memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk
Membunuh atau menangkal nyamuk yang menyentuh kelambu
Mengurangi jumlah nyamuk di dalam maupun di luar kelambu
Membunuh serangga lainnya seperti tuma, laba-laba, kutu kasur dan kecoa
Aman digunakan untuk ibu hamil, anak-anak dan bayi
KELAMBU BERINSEKTISIDA AMAN BAGI MANUSIA Kelambu berinsektisida aman untuk semua orang-bayi, ibu hamil, anakanak, orang dewasa, hewan ternak seperti ayam, kambing, semua-kecuali untuk nyamuk dan ikan! Karena kelambu berinsektisida tidak aman untuk ikan, kelambu ini tidak boleh dicuci di aliran air atau sungai. BAGAIMANA BILA ANAK-ANAK MEMASUKKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA KE DALAM MULUTNYA? Cucilah mulut anak segera untuk membuang rasanya. Apabila muncul rasa gatal atau pedih, anjurkan keluarga untuk membawa si anak ke Puskesmas.
CARA PEMAKAIAN KELAMBU BERINSEKTISIDA 1. Sebelum menggunakan kelambu pertama kali, angin-anginkan selama 24 jam (1 hari). Pastikan kelambu itu tidak terkena sinar matahari secara langsung. 2. Pastikan kelambu itu dimasukkan di bawah kasur atau alas tidur. 3. Jika ada lubang di kelambu, pastikan anda menjahitnya segera. 4. Jika siang hari, naikkan kelambu tersebut supaya tidak dimainkan atau robek saat sedang tidak digunakan. 5. Gunakan kelambu berinsektisida setiap malam. 6. Jauhkan api, lilin, pemantik dan lampu minyak tanah dari kelambu dan jangan merokok dekat dengan kelambu, karena kelambu mudah terbakar. 7. Pada kelambu yang dicelup sendiri, berikan kembali insektisida yang resmi/terdaftar setiap 4-6 bulan. CARA PERAWATAN DAN PENCUCIAN KELAMBU BERINSEKTISIDA
Gunakan air dingin dan cucilah kelambu perlahanlahan dengan sabun. Cuci kelambu dengan mencelupkannya, dan jangan menyikat kelambu tersebut. Jangan meredamnya. Jangan disikat dan dikucek. Sabun atau bubuk deterjen biasa bisa digunakan. Keringkan kelambu di tempat teduh – di dalam rumah ataupun di bawah pohon, dll. Kelambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Cuci kelambu setiap 3-4 bulan sekali. Kotoran, debu atau asap tidak mempengaruhi kualitas insektisida. CARA JML MENGAKTIFKAN MASYARAKAT MENGGUNAKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA
Juru malaria lingkungan berperan penting dalam pemantauan penggunaan kelambu oleh masyarakat, sehingga masyarakat mau tidur dibawah kelambu setiap malamnya. Pemantauan kelambu ini dilaksanakan bersamaan kunjungan rumah pada setiap bulannya. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan cakupan penggunaan kelambu di masyarakat Kabupaten Aceh Timur lebih dari 80%, sehingga masyarakat bisa terlindungi dari penyakit malaria. Apabila ada rumah yang tidak mempunyai kelambu, JML melaporkan ke KJML/petugas puskesmas. Apabila masyarakat tidak mau menggunakan kelambu, JML dapat menerangkan manfaat dan kegunaan kelambu bagi masyarakat. Ibu hamil dan balita harus diutamakan menggunakan kelambu saat tidur.
MANFAAT DENGAN TIDUR MENGGUNAKAN KELAMBU BERINSEKTISIDA Mengurangi resiko anemia dan kematian ibu hamil akibat penyakit malaria. Untuk bayi baru lahir, pemakaian kelambu berinsektisida secara tidak langsung akan membantu dalam hal: 1. Mengurangi terjadinya berat lahir rendah 2. Menurunkan terjadinya anemia pada bayi baru lahir 3. Mengurangi risiko terjadinya kematian bayi baru lahir 4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan selama dalam kehamilan dan beberapa minggu pertama kehidupan bayi baru lahir Manfaat penggunaan kelambu bagi masyarakat, antara lain: 1. Biaya pemakaian kelambu lebih murah dibandingkan dengan biaya pengobatan bila terkena malaria. 2. Jumlah penderita dan kematian karena malaria menurun. 3. Anak-anak dapat tumbuh sehat karena terhindar dari malaria. 4. Meningkatkan produktivitas serta status ekonomi masyarakat. KEGIATAN KHUSUS SEHINGGA ACEH TIMUR BISA MENCAPAI BEBAS/ ELIMINASI MALARIA 1. Memburu parasit di dalam darah manusia seluruh Kabupaten Aceh Timur, baik penduduk asli maupun pendatang melalui upaya pencarian penderita demam secara aktif oleh JML. 2. Penyelidikan epidemiologi bagi kasus malaria positif terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium, baik penderita yang berasal dari penemuan JML, laporan Puskesmas, laporan Rumah Sakit, laporan dari praktek swasta maupun pengobatan alternatif. 3. Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas/Dinas Kesehatan untuk mengetahui sumber penularan dan asal kasus serta apakah telah terjadi penularan malaria diwilayah Kabupaten Aceh Timur. 4. Melakukan tindakan dan intervensi fokus yang sesuai dengan hasil penyelidikan epidemiologi. 5. Memasukkan semua data penderita malaria ke dalam sistem data dan informasi eliminasi malaria berikut dengan titik geografis dari rumah penderita, baik penderita yang berasal dari pencarian JML, laporan Puskesmas, laporan Rumah Sakit maupu dari praktek swasta. 6. Bersama JML memantau tempat-tempat perindukan nyamuk di wilayah kerja masing-masing Puskesmas. 7. Mengobati penderita malaria segera dalam 2 hari pertama sejak demam, dengan menggunakan obat-obat malaria terbaru dan sesuai standar (ACT/DHP dan Primakuin). 8. Menghilangkan proses penularan malaria di tingkat lingkungan melalui upaya penggerakan masyarakat dalam pengendalian lingkungan tempat perkembangbiakan nyamuk malaria. 9. Menyebarluaskan informasi dan perubahan perilaku pada masyarakat dan pemerintah mengenai tujuan eliminasi malaria. 10. Melindungi masyarakat dari penularan malaria melalui pengaktifan kembali penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur. 11. Bersama JML mengawasi mobilitas penduduk yang datang dan pergi kedaerah Endemis. 12. Bersama TNI/POLRI mengawasi pasukan yang mobilisasi dari daerah Endemis. 13. Bersama BPOM mengawasi penjualan obat malaria (tidak di jual bebas).
PESAN-PESAN UTAMA BAGI MASYARAKAT SEHINGGA ACEH TIMUR BISA MENCAPAI BEBAS/ELIMINASI MALARIA 1. Jika masyarakat demam baik penduduk asli maupun pendatang, periksakan darah dan badan segera ke JML atau pusat kesehatan. 2. Jika menderita malaria, minum obat malaria tuntas sesuai dosis dan hari yang dianjurkan. 3. Bersihkan genangan air, sehingga tidak menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk malaria. 4. Lindungi anak, ibu hamil dan keluarga dari gigitan nyamuk dengan tidur dibawah kelambu berinsektisida. PERBEDAAN KEGIATAN DAN INDIKATOR PADA FASE-FASE PROGRAM MALARIA Seperti dalam pedoman WHO tahun 2007, bahwa program malaria terdiri dari 4 fase yaitu: fase pengendalian/kontrol; fase pra eliminasi; fase eliminasi dan fase pemeliharaan dari infeksi reintroduksi. Lihat gambar 1.
SPR < 5 % pada kasus demam
Sertifikasi WHO Kasus lokal 0 3 thn
Pengendalian
Pra-eliminasi
Re-orientasi program
Pembebasan
Re-orientasi program
Pemeliharaan
Tabel 2. Profil fase-fase program malaria DESKRIPSI Misi utama
Tujuan epidemiologi
Daerah operasional
PENGENDALIAN Menurunkan angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) Menurunkan beban malaria
Populasi yang luas
Indikator transisi SPR < 5% pada kasus suspek malaria
PRAELIMINASI Menghentikan penularan setempat.
ELIMINASI Menghentikan penularan setempat.
PEMELIHARAAN Mencegah timbulnya kasus penularan setempat.
Menurunkan jumlah fokus aktif menjadi nol.
Menurunkan jumlah fokus aktif menjadi nol.
Mencegah timbulnya kasus setempat yang ditularkan dari kasus impor.
Menurunkan jumlah kasus setempat menjadi nol. Fokus
Menurunkan jumlah kasus setempat menjadi nol. Fokus, kasus per individu (kasus lokal dan impor) < 1 kasus per Kasus 1.000 penduduk penularan beresiko per setempat nol. tahun
Kasus per individu (kasus impor). Sertifikasi Bebas Malaria
Lebih jelasnya lihat tabel 2 mengenai perbedaan misi, tujuan epidemiologi dan daerah operasional program malaria di setiap fasenya. Indikator transisi berarti: Apabila suatu daerah dalam fase pengendalian malaria sudah berhasil menurunkan angka malaria dan dalam satu tahun diantara semua penderita demam yang diperiksa darah jarinya dengan mikroskop atau RDT, terdapat kurang dari 5% yang positif malaria, maka daerah tersebut siap masuk ke dalam fase pra eliminasi. Apabila suatu daerah dalam fase pra eliminasi sudah berhasil menurunkan angka positif malaria yang terkonfirmasi pemeriksaan laboratorium mikroskopis dibawah 1 kasus per seribu penduduk dalam satu tahunnya, maka daerah tersebut siap masuk ke dalam fase eliminasi. Apabila suatu daerah dalam fase eliminasi sudah berhasil memastikan tidak ada penularan malaria di wilayah kerjanya selama tiga tahun berturut – turut, yang dibuktikan dengan sistem pelacakan dan surveilan yang baik dan terpercaya, maka daerah tersebut siap masuk ke fase pemeliharaan dan proses mendapatkan sertifikasi dari WHO untuk tingkat negara atau oleh badan penilai independen. Apabila suatu daerah yang sudah berhasil menjaga daerahnya dari penularan malaria setempat dan sudah dinyatakan bebas malaria oleh WHO atau badan penilai independen, tetap harus memelihara dari kemungkinan terjadinya infeksi yang berasal dari kasus malaria impor (yang penularannya terjadi di luar daerah tersebut).
INDIKATOR YANG DIUKUR UNTUK MELIHAT KEMAJUAN PROGRAM MENUJU ELIMINASI MALARIA Beberapa indikator utama yang harus dicapai dalam fase pra eliminasi dan eliminasi seperti dibawah ini, lebih lengkapnya bisa dilihat pada tabel 3. 100 % kasus demam (suspek malaria) yang diperiksa laboratorium mikroskopis. 100 % kasus malaria positif diobati dengan terapi radikal (ACT + Primakuin). 100% supervisi kendali mutu dilakukan oleh gold standard secara berjenjang dan berkala. 100% kasus malaria positif dilakukan penyelidikan epidemiologi dan investigasi kasus (survei kontak). 100% kasus malaria positif dilakukan pemeriksaan darah ulang pada H + 3, H + 7, H +14, H+21, H + 28 (untuk P.falsiparum) dan ditambah H+90 (pada P.vivax). 100 % kasus positif malaria yang telah diklasifikasi menurut kasus (akibat penularan setempat, import dari luar daerah, kambuh dan lain2) setiap tahun 100% desa fokus malaria yg telah diklasifikasikan menurut fokus yang baru atau fokus yang lama dan ditanggulangi setiap tahun. Tabel 3. Kerangka monitoring dan evaluasi untuk fase pra-eliminasi dan eliminasi malaria KOMPONEN Legislasi, komitmen politik
KEGIATAN Komitmen Politik
Kerjasama regional/ lintas daerah Kebijakan kesehatan
Epidemiologi
Stratifikasi
Investigasi fokus
INDIKATOR Pedoman eliminasi malaria diresmikan oleh pemerintah. Regulasi/Peraturan Daerah tersedia. Tersedianya pendanaan lokal untuk program malaria. Tersedianya kesepakatan lintas batas. Adanya bukti kerjasama lintas daerah/provinsi/negara. Kebijakan pengobatan malaria. Kebijakan diagnosis dan pengobatan malaria gratis bagi penderita. Regulasi peredaran obat anti malaria. Tersedianya pemetaan stratifikasi malaria per desa/lingkungan. Jumlah fokus aktif terlaporkan per tahun. Proporsi fokus terlaporkan
Surveillans
Sistem surveillans malaria.
Keterlibatan sektor swasta.
Pencatatan, pelaporan beban malaria.
Tatalaksana kasus
Diagnosis
Pengobatan Pengendalian vektor
IRS
Pengendalian jentik
Surveillans entomologi
Larvasiding
yang diinvestigasi lengkap. Proporsi fokus terlaporkan diklasifikasi secara benar. Jumlah kasus di fokus. Total penduduk beresiko di fokus. Ketepatan waktu (timeliness): waktu antara diagnosis, pelaporan, dan investigasi. Kelengkapan (completeness): proposi kasus terlapor ke sistem database surveilans. Tersedianya protokol bagi fasilitas kesehatan swasta. Proporsi fasilitas kesehatan swasta terlaporkan ke sistem database surveilans. Total jumlah kasus terlaporkan per tahun. Proporsi kases terlaporkan yang diinvestigasi penuh. Jumlah kasus yang diklasifikasi. Proporsi kasus terkonfimasi dengan pemeriksaan laboratorium (Mikroskop atau RDT). Proporsi kasus terkonfimasi dengan pemeriksaan mikroskop). Berjalannya sistem supervisi kendali mutu (Quality control/ quality assurance) pemeriksaan mikroskopis. Proporsi kasus malaria mendapat terapi radikal sesuai standar. Jumlah dan proporsi rumah berisiko yang mendapat IRS. Jumlah dan proporsi fokus aktif terlaporkan yang mendapat IRS. Proporsi tempat perindukan nyamuk potensial yang dilakukan kegiatan pengendalian jentik lainnya. Proporsi tempat perindukan potensial positif jentik.
BAGAIMANA WILAYAH INTERVENSI PROGRAM MALARIA? Gambar 4. Wilayah Intervensi Perfase Program Malaria
Populasi yang luas
Fokus – fokus Fokus dan individu Individu kasus impor) (lokal dan kasus impor)
Keterangan: : fase pengendalian : fase praeliminasi : fase eliminasi : fase pencegahan reintroduksi/pemeliharaan BUPATI ACEH TIMUR, ttd Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR,
ISKANDAR, SH Pembina (IV/a) Nip. 19720909 200212 1 009
HASBALLAH BIN M.THAIB