Bambang Suhardi
Bambang Suhardi
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri
ISBN XXX-XXX-XXX-X Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
untuk SMK
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Bambang Suhardi
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI Untuk SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
i
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI Untuk SMK Penulis Ilustrasi, Tata Letak Perancang Kulit
: Nur Wahyu Rochmadi : :
Ukuran Buku
:
410 SUH p
SUHARDI, Bambang. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri: Untuk SMK/oleh Bambang Suhardi. ---- Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
ii
KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Jakarta, Direktur Pembinaan SMK
iii
KATA PENGANTAR Hanya karena petunjuk Allah SWT buku ini dapat diwujudkan. Penerapan ilmu Ergonomi dalam dunia industri di Indonesia masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan kurang membudayanya penerapan ergonomi, salah satunya karena masih minimnya buku-buku ergonomi berbahasa Indonesia. Kondisi ini menyebabkan terhambatnya sosialisasi pembudayaan penerapan Ergonomi di masyarakat. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mencoba menulis buku perancangan sistem kerja dan ergonomi industri. Dalam penulisan buku ini penulis mencoba mengkaitkan ilmu ergonomi dengan perancangan sistem kerja di industri. Sehingga pembaca diharapkan bisa melihat peranan ilmu ergonomi dalam dunia kerja. Buku ini disusun untuk dipergunakan bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam penyajiannya, penulis berusaha untuk menulis secara sistematis dan banyak menggunakan gambargambar sehingga pembaca menjadi lebih tertarik untuk mempelajari buku ini. Buku ini disusun menjadi 2 jilid, dimana jilid 1 terdiri dari 5 bab dan jilid 2 terdiri dari 4 bab. Penulis menyadari bahwa buku perancangan sistem kerja dan ergonomi inustri ini masih perlu disempurnakan, untuk itu berbagai kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan buku ini. Semoga buku ini bisa memberikan banyak manfaat bagi semua pihak. Solo, 2008
Bambang Suhardi
iv
DAFTAR ISI
Halaman iii iv v x xiv
Kat Sambutan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAGIAN I Bab I SISTEM PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS 1.1 Pendahuluan 1.2 Konsep Dasar Sistem Produksi 1.2.1 Input 1.2.2 Proses Transformasi 1.2.3 Output
I-1 1 2 3 5 5
1.3 Produktivitas Kerja 1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas 1.5 Cara Mengukur Produktivitas Kerja 1.6 Rangkuman 1.7 Soal
Bab II ANALISA PERANCANGAN KERJA 2.1 Pendahuluan 2.2 Peta Kerja
6 11 12 13 14
II – 1 15 15
2.2.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan 2.2.2 Peta Aliran Proses 2.2.3 Peta Proses Regu Kerja
2.3 Pengukuran Kerja 2.4 Penentuan Ukuran Sampel 2.5 Rangkuman 2.6 Soal
Bab III ERGONOMI
16 24
28 29 32 35 35
III – 1
3.1 Pendahuluan 3.2 Ergonomi
36 37
3.2.1 Ruang Lingkup Ergonomi 3.2.2 Resiko Karena Kesalahan Ergonomi 3.2.3 Identifikasi Resiko
v
38 38 40
3.2.4 Cumulative Trauma Disorder 3.2.5 Sikap Tubuh 3.2.6 Posisi Kerja 3.2.7 Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
3.3 Konsep Antropometri
41 44 45 50
51
3.3.1 Alat Ukur Antropometri 3.3.2 Cara Pengukuran 3.3.3 Data Antropometri 3.3.4 Antropometri pada Posisi Duduk 3.3.5 Persentile 3.3.6 Data Antropometri untuk Perancangan Produk
3.4 Rangkuman 3.5 Soal
52 54 56 62 70 72
73 73
Bab IV TELAAH METODE
IV – 1
4.1 Pendahuluan 4.2 Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan 4.2.1 Tubuh Manusia dan Gerakan-gerakannya 4.2.2 Tata Letak Tempat Kerja dan Gerakan-gerakan 4.2.3 Perancangan Peralatan dan Gerakan-gerakan
4.3 Penerapan Ekonomi Gerakan 4.3.1 Eliminasi Kegiatan 4.3.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja 4.3.3 Penyederhanaan Kegiatan
4.4 Studi Gerakan untuk Menganalisa Kerja 4.5 Perbaikan dengan Ekonomi Gerakan 4.5.1 Mengurangi Jumlah Gerakan 4.5.2 Lakukan Gerakan Bersamaan Waktunya 4.5.3 Mempermudah Gerakan
4.6 Contoh Aplikasi Perbaikan Kerja 4.6.1 Penyederhanaan 4.6.2 Penggabungan 4.6.3 Penghapusan 4.6.4 Penataan Tempat Kerja 4.6.5 Pemborosan Karena Proses
4.7 Rangkuman 4.8 Soal
77 78 79 80 81
84 84 85 85
86 105 106 115 121
124 124 125 128 129 135
136 137
Bab V WAKTU SET UP
V-1
5.1 Pendahuluan 5.2 Pengurangan Waktu Set Up 5.3 Teknik Kecepatan Set Up 5.3.1 Pisahkan Kegiatan Set Up Eksternal dan Internal 5.3.2 Memperbaiki Kegiatan Set Up Internal 5.3.3 Memperbaiki Kegiatan Set Up Eksternal
5.4 Rangkuman 5.5 Soal
138 139 140 140 141 146
148 148
vi
BAGIAN II Bab VI MATERIAL HANDLING
VI – 1
6.1 Pendahuluan 6.2 Peralatan Material Handling
149 150
6.2.1 Conveyor 6.2.2 Cranes dan Hoists 6.2.3 Truck
150 152 154
6.3 Manual Material Handling
156
6.3.1 Manual Material Handling Menurut OSHA 6.3.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat 6.3.3 Pemindahan Material Secara Teknis 6.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi MMH 6.3.5 Cara Mengangkat Beban 6.3.6 Faktor Resiko Kecelakaan Kerja MMH 6.3.7 Penanganan Resiko Kerja MMH
157 161 163 164 166 171 171
6.4 Metode Analisa Postur Kerja OWAS 6.5 Material Handling Bahan Kimia Berbahaya 6.6 Rangkuman 6.7 Soal
172 181 182 183
Bab VII LINGKUNGAN KERJA FISIK 7.1 Pendahuluan 7.2 Temperatur
VII – 1 184 184
7.2.1 Lingkungan Kerja Panas 7.2.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja 7.2.3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas 7.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas
7.3 Kebisingan
185 187 188 190
192
7.3.1 Seberapa Keras Suara yang Terlalu Keras? 7.3.2 Anatomi Telinga Manusia 7.3.3 Suara di Tempat Kerja 7.3.4 Jenis Kebisingan 7.3.5 Nilai Ambang Batas 7.3.6 Pengaruh Kebisingan 7.3.7 Sumber Kebisingan 7.3.8 Pengukuran Kebisingan 7.3.9 Mengendalikan Tingkat Kebisingan
7.4 Pencahayaan
193 193 194 197 199 200 201 203 205
209
7.4.1 Definisi dan Istilah yang Dipakai 7.4.2 Hukum Kuadrat Terbalik 7.4.3 Jenis-jenis Sistim Pencahayaan 7.4.4 Komponen Pencahayaan 7.4.5 Dampak Penerangan yang Tidak Baik 7.4.6 Merancang Sistem Pencahayaan 7.4.7 Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja 7.4.8 Pemasangan Lampu Penerangan
vii
210 212 213 217 220 220 222 224
7.5 Getaran
225
7.5.1 Pengaruh Getaran 7.5.2 NAB Getaran 7.5.3 Pengendalian Getaran
7.6 Bau-bauan 7.7 Radiasi Non Ionisasi
226 226 227
228 229
7.7.1 Gelombang Mikro 7.7.2 Sinar Ultraviolet 7.7.3 Sinar Infra Merah 7.7.4 Sinar Laser
229 230 231 231
7.8 Ventilasi
232
7.8.1 Prinsip Sistem Ventilasi 7.8.2 Tempat Kerja Berbahaya 7.8.3 Permasalahan Ventilasi di Industri
7.9 Bahan Berbahaya Beracun 7.9.1 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya 7.9.2 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya 7.9.3 Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang 7.9.4 Label Bahan Kimia 7.9.5 Lembar Data Keselamatan Bahan
7.10 Rangkuman 7.11 Soal
232 233 233
242 243 244 246 249 250
252 252
Bab VIII ALAT PELINDUNG DIRI 8.1 Pendahuluan 8.2 Bahaya di Tempat Kerja 8.3 Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja 8.4 Aktivitas Kerja di Industri 8.5 Pemilihan APD di Perusahaan 8.6 Jenis-jenis APD 8.6.1 Alat Pelindung Kepala 8.6.2 Hats/Cap 8.6.3 Kacamata 8.6.4 Goggles 8.6.5 Perisai Muka 8.6.6 Alat Pelindung Telinga 8.6.7 Alat Pelindung Pernapasan 8.6.8 Alat Pelindung Tangan 8.6.9 Alat Pelindung Kaki 8.6.10 Pakaian Pelindung 8.6.11 Sabuk Pengaman 8.6.12 Alat Pelindung untuk Pekerjaan Las 8.6.13 Alat Pelindung Lutut 8.6.14 Back and Lumbar Support Belts
8.7 Pemeliharaan APD 8.8 Rangkuman 8.9 Soal
VIII – 1 254 254 256 256 259 260 261 262 263 264 265 267 271 257 278 281 282 284 288 289
290 290 291
viii
Bab IX STASIUN KERJA KOMPUTER 9.1 Pendahuluan 9.2 Gangguan Kesehatan Pemakaian Komputer 9.2.1 Gangguan pada Bagian Mata dan Kepala 9.2.2 Gangguan pada Lengan dan Tangan 9.2.3 Gangguan pada Leher, Pundak dan Punggung
9.3 Cara Menanggulangi Gangguan Kesehatan/Kelelahan 9.3.1 Menghindari CTS 9.3.2 Menghindari Kelelahan
9.4 Peralatan pada Stasiun Kerja Komputer 9.4.1 Mouse 9.4.2 Layar Komputer 9.4.3 Keyboard 9.4.4 Meja Komputer
IX – 1 192 193 194 194 196
196 196 196
206 207 207 208 209
9.5 Sikap Kerja Tidak Benar 9.6 Pengaturan Stasiun Kerja Komputer
210 212
9.6.1 Tempat Kerja 9.6.2 Keyboard 9.6.3 Mouse 9.6.4 Monitor 9.6.5 Kursi 9.6.6 Penopang Kaki 9.6.7 Bantalan Punggung 9.6.8 Pemegang Dokumen 9.6.9 Tudung Pelindung
213 214 217 220 221 223 224 225 225
9.7 Pandangan Menyilaukan 9.8 Cara Berkomputer 9.9 Kebisingan dan Radiasi 9.10 Rangkuman 9.11 Soal
226 228 228 229 230
Daftar Pustaka Daftar Istilah
236 239
ix
DAFTAR GAMBAR 1.1 1.2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20 3.21 3.22 3.23 3.24 3.25 3.26 3.27 3.28 3.29 3.30 3.31 4.1 4.2
Bagan Input Output A. Kurva Kenaikan Produktivitas B. Kurva Penurunan Biaya Aktivitas Sistem Kerja Stasiun Kerja 1 Stasiun Kerja 2 Stasiun Kerja 3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 2 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 3 Peta Aliran Proses Merakit Steker Peta Aliran Proses Membungkus Steker Peta Aliran Proses Memasukkan Kotak Kecil dalam Dos Besar Peta Proses Regu Kerja Contoh CTD Sikap Tubuh Paling Baik Bad: Arm above Shoulder (Sikap Tubuh Tidak Baik) Posisi Kerja Mendongak Posisi Kerja Menjangkau Posisi Kerja Menunduk Pekerjaan Membungkuk Pekerjaan Dengan Jongkok Pekerjaan Dengan Berlutut Mengambil Benda Dengan Jari Gerakan Meremas Goniometer Untuk Mengukur Sudut Jenis-jenis Antropometer Kursi Antropometeri Mengukur Lebar Telapak Tangan Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan Board di Sudut Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan untuk Merancang Produk Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki Antropometri Fungsional/Dinamis Antropometri Fungsional Posisi Kerja Tulang Duduk dalam Posisi Duduk Potongan Tulang Duduk pada Bagian Posterior Dimensi Antropometri untuk Perancangan Kursi Tempat Duduk Terlalu Tinggi Tempat Duduk Terlalu Rendah Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar Landasan Tempat Duduk Terlalu Sempit Sandaran Punggung Nordic Body Map Tahapan dalam Telaah Metode Kerja Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan & Kaki Guna Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja
x
4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 6.15 6.16 6.17 6.18 7.1 7.2
Dimensi Standard dari Normal dan Maksimum Area Kerja dalam 3 Dimensi Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5 Buah Mur Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja Pekerja Sedang Mencari Peralatan Obeng Aktivitas Memilih Obeng Aktivitas Memegang Gerakan Menjangkau Gerakan Membawa dengan Beban Gerakan Memegang untuk Memakai Gerakan Tangan Melepas Mur Gerakan Mengarahkan Mur dan Clamp Merakit Melepas Rakit Kode Warna Menghindari Kesalahan Menangani Beberapa Mesin Sekaligus Pergantian Cetakan dengan Cepat Set Up Cepat pada Mesin Injeksi Plastik Menghapuskan Transportasi yang Tidak Perlu Lembar Periksa Petunjuk Kerja Maupun Alat Kerja Tersedia Alat Bantu Kerja Berada di Dekat Lokasi Kegiatan Alat Kerja Digantung Tempat Khusus untuk Setiap Benda Kontrol Visual Penerapan Kontrol Visual untuk Standard Produksi Penerapan Kontrol Visual pada Penataan Alat Kerja Kontrol Visual untuk Material Handling Pengurangan Kegiatan Penyetelan Penerapan Standarisasi Alat Bantu Penerapan Operasi Set Up Paralel di tempat Kegiatan Kegiatan Set Up Paralel pada Mesin Kempa Perbaikan Cara Bongkar Pasang Penataan Tempat Kerja Kereta Khusus untuk Cetakan Conveyor Crane Hoists Hand Truck Fork Lift Truck AGV Kegiatan Mengangkat/Menurunkan Kegiatan Mendorong/Menarik Kegiatan Memutar Kegiatan Membawa Kegiatan Menahan Cara Mengangkat yang Salah Cara Mengangkat yang Benar Postur Tubuh Bagian Belakang Postur Tubuh Bagian Lengan Postur Tubuh Bagian Kaki Ukuran Beban Posisi Sikap Pekerja Pekerja Mengawasi Tungku Peleburan Logam Mengambil Cairan Logam dari Tungku
xi
7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17 7.18 7.19 7.20 7.21 7.22 7.23 7.24 7.25 7.26 7.27 7.28 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 8.10 8.11 8.12 8.13 8.14 8.15 8.16 8.17 8.18 8.19 8.20 8.21 8.22 8.23 8.24 8.25 8.26 8.27 8.28
Termometer Ruangan Digital Struktur Telinga Manusia Mesin Penyerut Kayu Aktivitas Memotong Besi Kegiatan Menggerinda Jenis Kebisingan Belokan Tajam akan Menambah Kebisingan Aliran Penambahan Sudut Kemiringan Pembelokan Aliran Sound Level Meter Noise Dosimeter Penggantian Riveting dengan Welding Lampu Pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar Lampu Halogen Tungsten Lampu Neon Diagram Alir Energi Lampu Neon Pencahayaan Siang Hari dengan Polycarbon Atrium dengan Kubah FRP Kombinasi Lampu Utama dan Tambahan Lampu Dipasang di Atas Pekerja Pemasangan Canopyhood Ventilasi Sistem Slot Ductwork Pipa Membelok Bentuk Pipa Cabang Ventilasi di Pabrik Fan Peleburan Logam Pande Besi Pekerjaan Las Menggerinda Pekerja Memakai Helm APD Helm APD Hats/Cap Pekerja Memakai Kacamata APD Kacamata Pekerja Memakai Goggles APD Goggles Pekerja Memakai Perisai Muka APD Perisai Muka Pekerja Memakai Pelindung Telinga Ear Plugs Sekali Pakai Reusable Plug Macam-macam Ear Muff Pekerja Memakai Masker Pekerja Memakai Respirator APD Respirator Bagian-bagian Respirator dan Cara Pemakaian Sarung Tangan Mekanik General Purpose Gloves Sarung Tangan untuk Pekerjaan Kimia Pekerja Memakai Sepatu APD Sepatu Pekerja Memakai Pakaian Pelindung Model Pakaian Pelindung
xii
8.29 8.30 8.31 8.32 8.33 8.34 8.35 8.36 8.37 8.38 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 9.10 9.11 9.12 9.13 9.14 9.15 9.16 9.17 9.18 9.19 9.20 9.21 9.22 9.23 9.24 9.25 9.26 9.27 9.28 9.29 9.30 9.31 9.32 9.33 9.34 9.35 9.36
Safety Harneses Roofers and Construction Fall Protection Kits Anchorage Connectors Carabiners Sarung Tangan untuk Pekerjaan Las Perisai Muka Kacamata Las Model Jaket Las Model Pelindung Lutut Back and Lumbar Support Belts Perangkat Komputer Carpal Tunnel Syndrome Aktivitas yang Menyebabkan CTS Gerakan Tangan untuk Menghindari CTS Gerakan Bahu Bernafas dan Mengontrol Sikap Tubuh Penarikan Leher Rangkulan Bertekanan pada Punggung Bagian Tengah Perputaran dan Peregangan Pergelangan Tangan Kepalan dan Regangan Jari Regangan Punggung Bagian Bawah Gerakan Melingkar, Melentur dan Menunjuk pada Mata Kaki Penyembunyian Mengejapkan Mata Pemfokusan Kembali Mouse Monitor Keyboard Meja Komputer Posisi Kerja Membungkuk Posisi Kerja Duduk Tegak dengan Kepala Menunduk Letak Keyboard Terlalu Jauh Letak Keyboard Terlalu dekat Keyboard QWERTY Orang Gemuk dengan Keyboard QWERTY Keyboard Split Posisi Papan Keyboard Perluasan Peregangan Tangan yang Tidak Diinginkan Posisi Pergelangan Tangan yang Baik Posisi Monitor Terhadap Mata Posisi Duduk yang Baik Penopang Kaki Bantalan Punggung Pemegang Dokumen Tudung Monitor Sumber Silau
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 1.2 2.1 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 5.1 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 7.10 8.1
Beberapa Contoh Sistem Produksi Jasa dan Manufaktur Ukuran Produktivitas Nilai Z Tabel Resiko Persentil dan Perhitungan Kuesioner Nordic Body Map Elemen Gerakan Therbligs Uraian Gerakan Menulis Penilaian Gerakan Derajat Kesukaran Gerakan Dua Tangan Secara Bersamaan Perbaikan Proses Pengeboran Pemilahan Kegiatan External dan Internal Set Up Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Skor Bagian Belakang (Back) Skor Bagian Lengan (Arms) Skor Bagian Kaki (legs) Skor Berat Beban OWAS Empat Level Sikap Kerja Kategori Tindakan Kerja OWAS Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per hari Kerja Reflektan sebagai Persentase Cahaya Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan NAB Frekuensi Radio/Gelobang Mikro Waktu Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet yang Diperkenankan Gejala dan Penyebab Dosis: Apa yang Mempengaruhi Resiko Lembar Data Keselamatan Bahan Bahaya di Tempat Kerja
xiv
BAB I SISTEM PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
1.1 Pendahuluan Banyak hal telah dilakukan manusia dalam usahanya untuk meningkatkan produktivitas kerja. Dengan peningkatan produktivitas tersebut mengakibatkan banyak industri yang mengganti tenaga manusia dengan mesin dan peralatan produksi yang lebih modern. Kondisi ini banyak terjadi pada negara-negara maju. Untuk negara berkembang, pengertian mengenai produktivitas selalu dikaitkan dan diarahkan pada segala usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Semua usaha untuk meningkatkan produktivitas dilakukan tanpa dikaitkan dengan penanaman modal. Modal ini digunakan untuk membeli mesin dan peralatan yang lebih modern, sehingga produktivitas kerja bisa meningkat secara spektakuler. Masalah produktivitas pada dasarnya tidak bisa terlepas dengan sistem produksi, yaitu sistem dimana faktor-faktor: Manusia sebagai tenaga kerja (tenaga kerja langsung dan tidak langsung). Modal / kapital yang terdiri dari: mesin, perkakas bantu, bahan baku, bangunan pendukung, dan lain-lain. Dikelola dengan suatu cara yang terorganisasi dengan baik, lebih produktif karena dikelola secara efektif dan efisien.
1 Bab I
Untuk meningkatkan produktivitas , maka kita tidak bisa terpaku pada salah satu faktor saja. Meskipun teknologi yang dimiliki sudah modern tapi kalau tidak didukung dengan sumberdaya manusia yang terampil, maka produktivitas juga belum tentu meningkat bahkan sebaliknya. Untuk memahami persoalan yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas di sektor industri ini maka perlu dipahami dulu tentang apa yang dimaksud dengan sistem produksi dan produktivitas. Siswa setelah membaca bab ini diharapkan memahami konsep dasar sistem produksi, arti produktivitas kerja dan bisa mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dan memahami cara mengukur produktivitas kerja pada suatu industri.
1.2 Konsep Dasar Sistem Produksi Sistem produksi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk mengolah atau mengubah sejumlah masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai tambah. Pengolahan yang terjadi bisa secara fisik maupun nonfisik. Sedangkan nilai tambah adalah nilai dari keluaran yang bertambah dalam pengertian nilai guna atau nilai ekonomisnya. Proses produksi ini bisa digambarkan dalam bentuk bagan input output (gambar 1.1). Gambar 1.1 menunjukkan bahwa elemenelemen utama dalam sistem produksi adalah: input, proses transformasi dan output. Proses transformasi akan mengubah masukan/input menjadi keluaran/output. Proses ini biasanya dilengkapi dengan kegiatan umpan balik untuk memastikan bahwa keluaran yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Tidak menutup kemungkinan bahwa proses transformasi ini juga dipakai sebagai pengendali sistem produksi agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional yang berperan penting menunjang kontinuitas operasional sistem produksi ini. Komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari:
2 Bab I
material, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi , tanah, dan lain-lain. Elemen fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan. Elemen fungsional berkaitan dengan manajemen dan organisasi.
1.2.1 Input Dalam sistem produksi terdapat beberapa input sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
8.
Tenaga kerja. Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orang-orang yang terlibat dalam sistem produksi dianggap sebagai input tenaga kerja. Mesin. Untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi, maka sebuah sistem produksi membutuhkan mesin. Material. Agar sistem produksi dapat menghasilkan produk manufaktur, diperlukan material atau bahan baku. Modal. Operasi sistem produksi membutuhkan modal. Fasilitas peralatan, mesin produksi, bangunan pabrik, gudang dan lain-lain dianggap sebagai barang modal. Metoda. Aktivitas sistem produksi untuk mengubah material menjadi barang jadi memerlukan teknologi. Teknologi tersebut harus bisa dioperasikan. Cara untuk mengoperasikan teknologi disebut dengan metoda. Energi. Mesin-mesin produksi dan aktivitas pabrik lainnya membutuhkan energi untuk menjalankan aktivitas itu. Berbagai macam bahan bakar, minyak pelumas, tenaga listrik, air untuk keperluan pabrik, dll, dianggap sebagai input energi. Informasi. Dalam industri modern, informasi telah dipandang sebagai input. Berbagai macam informasi tentang: kebutuhan pelanggan, kuantitas permintaan pasar, perilaku pesaing, dll, dianggap sebagai input informasi. Manajerial. Sistem industri modern yang berada dalam lingkungan pasar global yang sangat kompetitif
3 Bab I
9.
membutuhkan: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan yang efektif untuk meningkatkan performansi sistem itu secara terusmenerus. Tanah. Sistem produksi manufaktur membutuhkan lokasi untuk mendirikan pabrik, gudang, dan lain-lain.
INPUT: Manusia OUTPUT:
Mesin Material
Barang / Jasa
Modal Metoda Energi
PROSES TRANSFORMASI
Limbah Informasi
Informasi Manajerial Tanah
Umpan Balik
Gambar 1.1 Bagan Input Output
4 Bab I
1.2.2 Proses Transformasi Proses transformasi dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Contoh proses transformasi, bayangkan sebuah pabrik perakitan mobil yang menggunakan bahan baku dalam bentuk parts dan komponen. Material ini secara bersama-sama dengan peralatan modal, tenaga kerja, energi, informasi, manajerial, dan lain-lain, ditransformasikan menjadi mobil. Hasil transformasi ini berupa sebuah mobil. Suatu tugas atau aktivitas dikatakan memiliki nilai tambah apabila penambahan beberapa input pada tugas itu akan memberikan nilai tambah produk sesuai dengan keinginan konsumen. Contoh dari tugas yang memiliki nilai tambah: 1. Pengoperasian peralatan bor untuk mengubah sepotong logam tanpa cacat. 2. Pengujian material untuk meyakinkan bahwa material itu sesuai standar yang ditetapkan. 3. Menerbangkan sebuah pesawat terbang dengan baik.
1.2.3 Output Output dari proses dalam sistem produksi dapat berupa barang atau jasa yang disebut sebagai produk. Selain produk hasil output dari sebuah sistem produksi adalah limbah dan informasi. Pengukuran karakteristik output sebaiknya mengacu kepada kebutuhan pelanggan dalam pasar. Berikut ini beberapa contoh sistem produksi jasa dan manufaktur.
5 Bab I
Tabel 1.1 Beberapa Contoh Sistem Produksi Jasa dan Manufaktur No 1
Sistem Bank
2
Rumah Sakit
3
Rumah Makan
4
Transportasi Udara
5
Manufaktur
Input Karyawan, fasilitas gedung dan peralatan, kantor, modal, energi, informasi, manajerial, dll Dokter, perawat, karyawan, fasilitas gedung dan peralatan medik, laboratorium, modal, energi, informasi, manajerial, dll Koki, pelayan, bahan, peralatan, ruangan, bumbu, modal, energi, informasi, manajerial dll Pilot, pramugari, tenaga mekanik, karyawan, pesawat terbang, fasilitas gedung dan peralatan kantor, energi, informasi, manajerial, dll Karyawan, fasilitas gedung dan peralatan pabrik, material, modal, energi, informasi, manajerial, dll
Output Pelayanan finansial bagi nasabah Pelayanan medik bagi pasien, dll
Pelayanan makanan, hiburan kenyamanan, dll Transportasi udara bagi orang dan barang dari satu lokasi ke lokasi lain Barang jadi, limbah, dll
Catatan: istilah sistem produksi dalam industri manufaktur serupa dengan sistem produksi pada industri jasa
1.3 Produktivitas Kerja Pengertian produktivitas secara umum adalah rasio antara output dibagi dengan input. Sementara pendekatan dalam studi produktivitas sering kali hanya menekankan pada aspek ekonomi tertentu saja. Kenyataannya studi produktivitas juga mencakup aspek-aspek non ekonomi, yang kadang-kadang lebih besar peranannya dalam peningkatan produktivitas. Aspek-
6 Bab I
aspek non ekonomi, seperti manajemen dan organisasi, kualitas kerja, perlindungan dan keselamatan kerja, motivasi, dan lain sebagainya yang berperan dalam menggerakkan, mendorong dan mengkoordinasikan para individu atau kelompok individu lainnya yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pada setiap unit ekonomi untuk bekerja lebih efektif dan efisien. Kesadaran akan peningkatan produktivitas semakin meningkat karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan kontribusi positif dalam perbaikan ekonomi. Pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kehidupan hari kemarin dan kehidupan hari esok harus lebih dari hari ini, merupakan suatu pandangan yang memberi dorongan pemikiran ke arah produktivitas. Manfaat positif apakah yang bisa dicapai dengan terjadinya peningkatan produktivitas dari suatu aktivitas produksi. Agar bisa memberikan suatu ilustrasi yang jelas, Gambar 1.2. a dan 1.2.b menunjukkan hal-hal positif tersebut.
Gambar 1.2 a. Kurva Kenaikan Produktivitas
7 Bab I
Gambar 1.2. b Kurva Penurunan Biaya
Gambar 1.2 a dan 1.2.b memperlihatkan bahwa adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan kurva P akan menyebabkan terjadinya penurunan biaya produksi perunitnya seperti yang ditunjukkan oleh kurva C. Produktivitas adalah rasio output per input. Bilamana output dalam hal ini adalah berupa unit keluaran yang dihasilkan oleh proses produksi dan semua masukan yang diperlukan dikonversikan dalam unit satuan moneter (rupiah), maka: Pi = Total output selama periode t1 / Total input selama periode t1 ....1.1
Dengan formulasi ini, peningkatan produktivitas akan terjadi bilamana output berhasil naik (bertambah besar) atau tetap dan di sisi lain input dalam hal ini bisa lebih ditekan lagi seminimal
8 Bab I
mungkin. Dengan demikian arah kurva P akan cenderung naik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.2 a. Naiknya produktivitas (Unit/Rp) ternyata akan membawa konsekuensi terhadap penurunan biaya produksi per unitnya (Rp/Unit). Formula Ci = 1/Pi sehingga: Total biaya input yang dikeluarkan selama periode ti Ci = ---------------------------------------------------------------------Total output yang dikeluarkan selama periode ti
.....1.2
Berdasarkan formulasi ini, maka arah kurva C akan cenderung turun bilamana produktivitas bisa dinaikkan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.2 b. Dampak akibat kenaikan produktivitas menyebabkan penurunan biaya per unitnya akan mampu meningkatkan daya saing output yang dihasilkan oleh industri. Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian, produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi. Secara umum produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara keluaran terhadap masukan, atau rasio hasil yang diperoleh terhadap sumber daya yang dipakai. Produktivitas = Output / Input
...........................................1.3
Jika dalam rasio itu masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung seluruhnya maka disebut produktivitas total. Rumus yang digunakan untuk menghitung produktivitas total sebagai berikut: Output Produktivitas total = -------------------------------------------------(tenaga kerja + mesin + material,dsb)
........1.4
9 Bab I
Produktivitas total digunakan untuk mengukur perubahan efisiensi dari kegiatan operasi. Untuk mengukur perubahan produktivitas total dalam suatu periode waktu, semua faktor yang berkaitan dengan kuantitas keluaran dan masukan yang dipakai selama periode tadi diperhitungkan. Faktor-faktor itu meliputi manusia, mesin, modal, material, dan energi. Jika yang dihitung sebagai masukan hanya komponen tertentu saja maka disebut produktivitas parsial. Rumus yang digunakan sebagai berikut: Produktivitas parsial (misalnya tenaga kerja) Keluaran Produktivitas = -------------------------Biaya tenaga kerja
Keluaran atau ---------------------- ......1.5 jam kerja orang
Produktivitas perusahaan akan meningkat jika: 1. Keluaran meningkat tapi masukan tetap atau menurun. 2. Keluaran tetap tetapi masukan menurun 3. Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi perbedaan keluaran lebih besar dari kenaikan masukan. Produktivitas dapat diukur dalam berbagai bentuk. Tabel 1.2 menunjukkan contoh ukuran produktivitas dalam berbagai bentuk: Tabel 1.2 Ukuran Produktivitas No 1 2 3 4 5 6
Ukuran Produktivitas Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Material Jumlah Produksi / Jumlah Penggunaan Energi Jam Kerja Aktual / Jam Kerja Standar Jam Kerja Setup Produksi / Jam Kerja Aktual Produksi Jumlah Produk Cacat / Jumlah Produksi
10 Bab I
1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pada hakikatnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh dua faktor utama: a.
Faktor Teknis: merupakan faktor yang berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis.
b.
Faktor Manusia: merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia di dalam menyelesaikan pekerjaan. Faktor ini meliputi: sikap mental, motivasi, disiplin, dan etos kerja.
Pada industri yang bersifat mekanisasi atau otomatisasi dalam proses produksinya, maka faktor teknis yang paling berpengaruh dalam upaya peningkatan produktivitas. Industri yang bersifat otomatisasi ini maka penelitian produktivitas akan ditekankan pada aspek teknis. Sedangkan untuk industri yang masih bersifat padat karya, maka upaya peningkatan produktivitas harus ditekankan pada aspek manusianya.
Contoh: Untuk industri pengecoran logam di daerah Ceper, Klaten yang bersifat padat karya, maka upaya peningkatan produktivitas kerjanya dilakukan dengan cara mengembangkan kemampuan dari tenaga kerjanya. Sedangkan untuk industri yang bersifat otomatisasi misalnya PT. Astra Honda Motor, peningkatan produktivitas kerja lebih difokuskan pada aspek teknis, dengan jalan memperbaharui teknologi yang dimilikinya.
11 Bab I
1.5 Cara Mengukur Produktivitas Kerja Suatu kelompok kerja terdiri dari 8 tenaga kerja, pada bulan pertama mampu menghasilkan produk sebesar 900 unit. Dalam satu bulan mereka bekerja selama 25 hari, dan tiap hari bekerja selama 8 jam. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sebesar 400 unit. Bulan berikutnya mereka hanya bekerja selama 20 hari dalam satu bulan. Namun mereka mampu menghasilkan produk sebesar 1000 unit. Bahan baku yang digunakan meningkat menjadi 500 unit. Tingkat produktivitas kelompok kerja di atas dapat dilakukan pengukuran sebagai berikut: a. Produktivitas pada bulan pertama Produktivitas dilihat dari tenaga kerja saja adalah:
Pr oduktivitas
900 8
112,5
Produktivitas dilihat dari jumlah jam kerja yang dipakai
Pr oduktivitas
900 8 x 25 x8
0.562
Produktivitas total
Pr oduktivita s
900 8 400
Pr oduktivitas
900 1600 400
2 , 205 atau
0,45
b. Produktivitas pada bulan kedua Produktivitas dilihat dari tenaga kerja saja adalah:
12 Bab I
Pr oduktivitas
1000 8
125
Produktivitas dilihat dari jumlah jam kerja yang dipakai
Pr oduktivitas
1000 8 x 20 x8
0,781
Produktivitas total
Pr oduktivitas
1000 8 500
Pr oduktivitas
1000 1280 500
1,96 atau
0,562
1.6 Rangkuman Dalam sistem produksi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian input, proses transformasi, dan output. Input terdiri dari manusia, mesin, material, modal, metoda, energi, informasi, manajerial, dan tanah. Proses transformasi merupakan sebuah aktivitas yang terintegrasi dari komponen input dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk. Output dari sistem produksi berupa barang atau jasa, informasi, dan limbah. Produktivitas adalah rasio antara output dibagi dengan input. Produktivitas ada dua, yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial. Produktivitas total dipakai untuk mengukur perubahan efisiensi dari kegiatan operasi. Produktivitas parsial jika input yang dimasukkan hanya komponen tertentu saja. Pada dasarnya ada dua factor yang bisa mempengaruhi produktivitas kerja. Faktor tersebut adalah faktor teknis dan faktor manusia. Faktor teknis sangat berpengaruh pada
13 Bab I
peningkatan produktivitas untuk industri yang bersifat otomatisasi, sedangkan aspek manusia sangat berperan pada industri yang bersifat padat karya.
1.7
Soal
1. Sebutkan komponen input pada industri pengecoran logam. 2. Sebutkan komponen output pada industri perakitan sepeda motor. 3. Faktor apa sajakah yang paling dominan mempengaruhi produktivitas kerja pada industri padat karya, misalnya industri konveksi. 4. PT. Paijem memiliki data output yang dihasilkan dan input yang dipakai (dalam juta rupiah) selama tahun 2007, sebagai berikut: Output total (nilai produksi) = 1500 Input: - Input tenaga kerja = 200 - Input material = 200 - Input modal = 300 - Input energi = 100 - Input lain-lain = 100 Hitung produktivitas total dan produktivitas parsial untuk masing-masing input.
14 Bab I
BAB II ANALISA PERANCANGAN KERJA
2.1 Pendahuluan Pada proses produksi, perancangan stasiun kerja dan metode kerja bukan hal mudah. Kesalahan dalam perancangan maupun metode kerja akan berdampak buruk pada proses secara keseluruhan. Evaluasi perancangan harus dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan metode terbaik. Salah satu cara untuk mengevaluasi metode kerja adalah dengan menggunakan peta kerja dan pengukuran waktu standar. Dengan mempelajari bab ini, para siswa diharapkan mengetahui bentuk peta kerja, khususnya peta tangan kiri dan tangan kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja. Selain itu siswa memahami fungsi dari masing-masing peta kerja tersebut. Kemampuan lain para siswa diharapkan mampu menghitung waktu standar dengan menggunakan studi waktu.
2.2 Peta Kerja Pendekatan tradisional yang sering digunakan untuk menganalisis metode kerja adalah peta kerja. Peta kerja merupakan suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Dengan peta kerja kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk proses sampai menjadi produk. Beberapa peta kerja yang sering digunakan untuk analisis metode kerja, yaitu: peta tangan kiri dan tangan kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja.
2.2.1 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan 15
Untuk memperjelas peta tangan kiri dan tangan kanan ini, maka perlu diperhatikan proses perakitan steker di bawah ini. Pada proses perakitan ini dibagi menjadi tiga stasiun kerja. Masing-masing stasiun kerja mempunyai tugas yang berbeda. Gambar 2.1 ini memperlihatkan aliran proses produksi, yang dimulai dari stasiun kerja 1 menuju stasiun kerja 2 dan terakhir di stasiun kerja 3.
Gambar 2.1 Aktivitas Sistem Kerja Sumber: Madyana, 1996
Gambar 2.2 memperlihatkan aktivitas pada stasiun kerja 1. Aktivitas pada stasiun kerja 1 ini adaah operator akan merakit steker.
16
Gambar 2.2 Stasiun Kerja 1 Sumber: Madyana, 1996
Keterangan: 1. Kotak Baut 2. Kotak Badan Steker 3. Kotak Kaki Steker 4. Kotak Badan Steker 5. Kotak Mur 6. Kotak Komponen Produk Cacat
Operator pada stasiun kerja 2 akan melakukan pekerjaan memasukkan steker ke dalam doos kecil. Proses kerja seperti pada gambar di bawah ini.
17
Gambar 2.3 Stasiun Kerja 2 Sumber: Madyana, 1996
Setelah proses selesai dilakukan pada stasiun kerja 2, maka tahapan berikutnya adalah masuk ke stasiun kerja 3. Pada stasiun kerja 3 ini, operator akan memasukkan doos kecil ke dalam doos besar. Cara kerja pada stasiun ini seperti terlihat pada gambar 2.4 berikut ini
18
Gambar 2.4 Stasiun Kerja 3 Sumber: Madyana, 1996
Keterangan: 1. Doos Besar Kosong 2. Label 3. Lem Perekat 4. Doos Isi 6 Steker 5. Doos Besar Sedang Diisi 6. Doos Besar Berisi Steker
Pada stasiun kerja 3 operator yang bertugas ada 2 orang. Operator 1 memasang label pada doos kecil sekaligus memasukkan doos kecil ke dalam doos besar. Operator 2 mengangkat doos besar untuk dibawa ke gudang. Sistem perakitan steker di atas dapat dipecah menjadi tiga peta tangan kiri dan tangan kanan. Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan pekerjaan.
19
Dengan peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. Pada dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan ini mempunyai kegunaan yang lebih khusus, yaitu: 1. Menyeimbangkan gerakan mengurangi kelelahan.
kedua
tangan
dan
2. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga mempersingkat waktu kerja. 3. Alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada perakitan steker ini ada tiga buah, yaitu: 1. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 1 dengan pekerjaan merakit steker ( gambar 2.5 ). 2. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 2 dengan pekerjaan membungkus steker dalam kotak kecil ( gambar 2.6 ). 3. Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 3 dengan pekerjaan memasukkan kotak kecil dalam dos besar ( gambar 2.7 ).
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN PEKERJAAN
: Merakit steker
20
Departemen :I Nomor Peta : SEKARANG ( ) : USULAN ( ) DIPETAKAN OLEH : TANGGAL DIPETAKAN : Tangan Kiri Ambil tutup steker, rakit Pegang, arahkan Pegang, arahkan Ambil mur Pegang, arahkan Letakkan steker pada conveyor
Jarak cm 50
Waktu detik 2
LAMBANG
Jarak cm 50
Waktu detik 2
50
3,5
3,5 6,9 50
1,9 5,7
50
2
6,9 25
1,9 5,7 2
TOTAL 150 22 125 Ringkasan Waktu tiap siklus : 22 detik Jumlah produk tiap siklus :1 Waktu untuk membuat satu produk : 22 detik
Tangan Kanan Ambil kaki steker, rakit Ambil tutup steker, rakit Ambil baut, pasang Ambil obeng Kencangkan baut Tunggu
22
Gambar 2.5 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 1 Sumber: Madyana, 1996
Peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 1 ini menunjukkan ternyata jarak perpindahan yang dilakukan tangan kiri sebesar 150 cm dan waktu yang dipergunakan 22 detik. Tangan kanan melakukan perpindahan sebesar 125 cm dan waktu yang dipergunakan 22 detik. Waktu 22 detik pada tangan kanan ini terdiri dari aktivitas bekerja dan aktivitas untuk menunggu. Jadi pembagian kerja antara tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 1 bisa dikatakan hampir seimbang. PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN PEKERJAAN Departemen
: Membungkus steker dalam kotak kecil : II
21
Nomor Peta : SEKARANG ( ) : USULAN ( ) DIPETAKAN OLEH : TANGGAL DIPETAKAN : Tangan Kiri Ambil kotak Buka kotak Pegang Pegang Pegang Tutup kotak Tunggu
Jarak cm 46
Waktu detik 3 2,4 1,9 5,8 11 3,2 0,6
LAMBANG
Jarak cm 61 25 58 42
TOTAL 46 27,9 186 Ringkasan Waktu tiap siklus : 27,9 detik Jumlah produk tiap siklus :1 Waktu untuk membuat satu produk : 27,9 detik
Waktu detik 3 2,4 1,9 5,8 11 3,2 0,6
Tangan Kanan Ambil sekat Buka kardus Ambil sekat Pasang sekat Ambil steker Tutup kotak Letakkan di ban
27,9
Gambar 2.6 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 2 Sumber: Madyana, 1996
Ringkasan dari peta tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 2 adalah sebagai berikut. Total jarak jangkauan yang dilakukan oleh tangan kiri sebesar 46 cm sedangkan tangan kanan sebesar 186 cm. Sedangkan pembagian waktu kerja untuk kedua tangan bisa dikatakan seimbang. Waktu kerja untuk tangan kiri 27,9 detik dan tangan kanan 27,9 detik. Meskipun ada waktu sebesar 0,6 detik di tangan kiri untuk menunggu tangan kanan selesai meletakkan kardus ke ban berjalan. PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN PEKERJAAN Departemen Nomor Peta
: Memasukkan kotak kecil ke dalam dos besar : III :
22
SEKARANG ( ) : USULAN ( ) DIPETAKAN OLEH : TANGGAL DIPETAKAN : Tangan Kiri Jarak Waktu LAMBANG Jarak cm detik cm Ambil kotak 40 2 40 kecil Buka kotak 4,5 besar Ambil kotak 30 2 30 kecil Pegang 1,3 label Pegang 2,5 label Pegang 1,5 label Tempel label 3 Masukkan 20 3 20 ke kotak besar Ulangi 3 kali 13,3 x 3 Tutup kotak 4 besar Bawa kotak 50 2 50 besar Letakkan 2 kotak besar TOTAL 140 67,7 140 Ringkasan Waktu tiap siklus : 76,7 detik Jumlah produk tiap siklus :1 Waktu untuk membuat satu produk : 76,7 detik
Waktu detik 2 4,5 2
Tangan Kanan Ambil kotak besar Buka kotak besar Ambil label
1,3
Ambil lem
2,5
Label diolesi lem Mengembalikan lem Label ditempel Masukkan kotak kecil ke kotak besar Ulangi 5 kali
1,5 3 3 13,3 x 5 4 2 2
Tutup kotak besar Bawa kotak besar Letakkan kotak besar
76,7
Gambar 2.7 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Departemen 3 Sumber: Madyana, 1996
Pekerjaan yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan pada departemen 3 adalah memasukkan doos kecil ke dalam doos besar. Total jarak yang ditempuh oleh tangan kiri sebesar 140 cm sedangkan untuk tangan kanan 140 cm. Lamanya waktu kerja untuk kedua tangan tidak sama. Tangan kiri selama 67,7 detik sedangkan tangan kanan 76,7 detik.
23
2.2.2 Peta Aliran Proses Peta aliran proses adalah sebuah peta yang menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun aliran material. Peta ini memperlihatkan bagian proses yang tidak produktif, seperti delay, penyimpanan sementara, dan untuk mengetahui panjang pendeknya jarak yang ditempuh. Contoh peta aliran proses ada pada gambar 2.8, 2.9, dan 2.10. Gambar 2.8 menggambarkan peta aliran proses untuk jenis pekerjaan merakit steker. Pada peta aliran proses bagian ini terdiri dari aktivitas operasi dan transportasi. Perinciannya sebagai berikut: aktivitas operasi sebanyak 5 kegiatan sedangkan aktivitas transportasi hanya sekali. Dengan memperhatikan peta aliran proses pada bagian ini bisa disimpulkan bahwa aktivitas merakit steker ini cara kerjanya sudah benar. Gambar 2.9 menggambarkan peta aliran proses membungkus steker. Pada peta ini terdiri dari 7 aktivitas operasi. Semua kegiatan pada bagian ini termasuk kategori kegiatan produktif. Berarti cara kerja membungkus steker ini termasuk cara kerja yang sudah benar. Gambar 2.10 adalah peta aliran proses yang menggambarkan aktivitas memasukkan doos kecil ke dalam doos besar. Pada kegiatan ini terdiri dari aktivitas operasi sebanyak 9. Cara kerja pada bagian ini sangat efektif, sebab semua aktivitas yang terjadi merupakan aktivitas yang produktif.
24
Gambar 2.8 Peta Aliran Proses Merakit Steker Sumber: Madyana, 1996
25
Gambar 2.9 Peta Aliran Proses Membungkus Steker Sumber: Madyana, 1996
26
Gambar 2.10 Peta Aliran Proses Memasukkan Kotak Kecil dalam Dos Besar Sumber: Madyana, 1996
27
2.2.3 Peta Proses Regu Kerja Peta ini digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melakukan pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja. Peta ini merupakan kumpulan dari peta aliran proses dimana tiap peta aliran proses tersebut menunjukkan satu seri kerja dari seorang operator. Berikut gambar peta proses regu kerja.
Gambar 2.11 Peta Proses Regu Kerja Sumber: Madyana, 1996
28
Fungsi utama dari peta proses regu kerja adalah untuk meminimumkan waktu menunggu.
2.3 Pengukuran Kerja Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan lamanya sebuah pekerjaan bisa diselesaikan. Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut, serta menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan pengaturan tempat kerja tertentu. Penentuan waktu standar merupakan masukan penting bagi perencanaan proses produksi. Salah satu cara yang sering digunakan untuk menentukan waktu standar adalah dengan cara studi waktu. Studi waktu dilaksanakan dengan menggunakan alat jam henti ( stop watch ) untuk mengamati waktu tugas. Waktu standar dihitung berdasarkan pengamatan terhadap seorang pekerja yang melaksanakan siklus tugasnya berulang-ulang. Setelah ditetapkan, waktu standar itu diberlakukan bagi seluruh pekerja lain yang melaksanakan pekerjaan serupa. Pekerja yang dipilih adalah pekerja yang mengerti benar ( terlatih ) tentang tugas yang sedang diamati dan bekerja dengan menggunakan metode yang sesuai.
Tahap dalam Studi Waktu Tahap-tahap dalam menentukan waktu standar, sebagai berikut: 1. Tentukan pekerjaan yang akan diamati dan beri tahu pekerja yang dipilih tentang tujuan studi. Langkah ini diperlukan agar pekerja yang diamati ataupun penyelianya tidak curiga, melainkan malah membantu kelancaran pengamatan.
29
2. Tentukan jumlah siklus kerja ( ukuran sampel, n ) yang akan diamati. Jumlah siklus kerja tergantung pada standar deviasi dari waktu yang diamati, ketelitian, dan tingkat kepercayaan yang diinginkan. 3. Catat seluruh hasil pengamatan dan hitung rata-rata waktu yang diamati. _
X
¦X
i
n
.............................................. 2.1
4. Tetapkan peringkat kinerja ( PR, performance rating ) pekerja yang bersangkutan, lalu hitung waktu normal ( NT, normal time ) dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
NT
_ PR X. 100
.............................................. 2.2
dimana: PR = peringkat kinerja ( dalam persen ) Peringkat kinerja diperlukan untuk penyesuaian waktu yang diperoleh dari pengamatan terhadap satu orang pekerja menjadi waktu normal yang berlaku bagi seluruh pekerja. Peringkat kinerja untuk rata-rata pekerja sebesar 100%. Pekerja yang memiliki keterampilan / kecakapan lebih dari rata-rata pekerja lainnya memiliki peringkat kinerja di atas 100%. Pekerja yang keterampilannya di bawah rata-rata memiliki peringkat kinerja di bawah 100%. Peringkat kinerja ini hanya berlaku untuk satu jenis kegiatan, tidak diberlakukan secara umum. Dengan demikian, bisa saja untuk satu jenis kegiatan, seorang pekerja mempunyai peringkat kinerja di bawah rata-rata karyawan lain, tetapi untuk jenis kegiatan yang lain peringkatnya di atas rata-rata.
30
Waktu normal diartikan sebagai waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja yang berpengalaman untuk menyelesaikan elemen-elemen tugas yang penting, dan bekerja pada kecepatan normal. 5. Tetapkan faktor kelonggaran ( AF, allowance factor ). Faktor kelonggaran diperlukan untuk mencakup interupsi / penundaan yang terjadi karena keperluan pribadi pekerja ( untuk minum, ke kamar kecil atau istirahat karena letih ) atau penundaan yang tidak bisa dihindari ( seperti mesin / peralatan rusak, material terhambat, atau gangguan listrik ). Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari waktu tugas:
AF
1 A ..................................................... 2.3
dimana: A = toleransi kelonggaran ( dalam persen ) Untuk faktor kelonggaran yang dinyatakan sebagai persentase dari waktu kerja:
AF
1 ............................................ 2.4 (1 A )
6. Selanjutnya hitung waktu standar ( ST, standard time ) dengan rumus: ST = NT x AF ............................................... 2.5 Waktu standar ini yang selanjutnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan produksi dan penentuan sistem insentif baik bagi karyawan yang berprestasi maupun untuk keperluan perencanaan lain.
2.4 Penentuan Ukuran Sampel ( n ) 31
Ukuran sampel ( jumlah siklus kerja ) bergantung pada standar deviasi dari waktu yang diamati, ketelitian ( maksimum penyimpangan ) dari nilai sebenarnya, dan tingkat kepercayaan yang diinginkan. Analisis studi waktu biasanya menggunakan pengamatan pendahuluan dengan sejumlah sembarang sampel, selanjutnya menggunakan pendekatan statistik sehingga n dapat dicari dengan rumus, sebagai berikut: 2
n
ª Z .s º « _ » ................................................ 2.6 «¬ a. X »¼
di mana: Z = tingkat kepercayaan yang diinginkan s = standar deviasi dari data pengamatan a = ketelitian yang diinginkan ( dalam % dari nilai rata-rata ) _
X
= rata-rata hitung dari data pengamatan
Apabila ketelitian yang diinginkan dinyatakan dalam unit waktu, persamaan tersebut menjadi: 2
n
ª Z .s º «¬ e »¼ ................................................ 2.7
di mana: e = ketelitian ( dalam unit waktu ) Nilai Z diperoleh dari distribusi normal. Nilai Z yang biasa dipakai, seperti berikut ini. Tabel 2.1 Nilai Z Tingkat Kepercayaan ( % ) 90 95 99
Nilai Z 1,645 1,960 2,575
Sedangkan standar deviasi dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini:
32
_
s
( X i X )2 ..................................................... 2.8 n 1
di mana: s = standar deviasi Xi = nilai pengamatan _
X n
= rata-rata nilai pengamatan = jumlah pengamatan
Contoh 1 Seorang analis studi waktu akan mengamati waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu. Dari pengamatan pendahuluan diperoleh data bahwa rata-rata hitung waktu tugas 6,6 menit dengan standar deviasi 1,1 menit. Tingkat kepercayaan yang diinginkan 95%. Apabila maksimum kesalahan ditentukan sebesar r 10% dari rata-rata waktu pengamatan, jumlah sampel yang diperlukan dapat dihitung, sebagai berikut. 2
n
ª Zs º « _» = «¬ a X »¼
ª1,96 x1,1º « 0,1x6,6 » ¬ ¼
2
= 10,67
Angka 10,67 dibulatkan menjadi 11
Contoh 2 Hasil pengamatan terhadap lama suatu tugas selama lima siklus berturut-turut menghasilkan data sebagai berikut: 10, 9, 10, 11, 10 menit. Apabila peringkat kinerja dari pekerja yang bersangkutan 110% dan toleransi kelonggaran ditetapkan sebesar 20% dari waktu tugas, waktu standar untuk tugas itu dapat dihitung, sebagai berikut: _
X
= ( 10 + 9 + 10 + 11 + 10 ) / 5 = 10 menit
33
_
NT ST
= X x PR/100 = 10 x ( 110/100) = 11 menit = NT x ( 1 + A ) = 11 x ( 1 + 0,2 ) = 13,2 menit
Pekerja yang bersangkutan dapat menyelesaikan setiap siklus tugas rata-rata selama 10 menit. Waktu yang diperlukan oleh pekerja itu lebih cepat dari rata-rata pekerja lain karena pekerja itu mempunyai kinerja yang lebih baik dari rata-rata pekerja lain. Waktu normal untuk tugas tersebut 11 menit, artinya rata-rata pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan dalam 11 menit. Untuk menjadikan sebagai waktu standar, perlu dimasukkan faktor kelonggaran, sehingga waktu standar menjadi 13,2 menit untuk setiap siklus.
Contoh 3 Apabila toleransi kelonggaran dalam contoh 2 di atas bukan berupa persentase dari waktu tugas melainkan dalam bentuk keperluan personal 30 menit/hari, untuk perawatan mesin 10 menit/hari, dan untuk hal-hal lainnya 8 menit/hari, dan bila waktu kerja per hari selama 8 jam, maka perhitungan waktu standarnya, sebagai berikut:
A
ST
(30 10 8)menit / hari 480menit / hari NT 1 A
0,1
11 12menit / unit 1 0,1
2.5 Rangkuman Bab II ini membahas mengenai peta kerja dan pengukuran kerja. Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas.
34
Peta kerja yang dipelajari meliputi: peta tangan kiri dan tangan kanan, peta aliran proses, dan peta regu kerja. Peta tangan kiri dan tangan kanan ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat bekerja dan saat menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Peta aliran proses menggambarkan urutan operasi, baik gerakan pekerja maupun aliran material. Peta ini juga memperlihatkan bagian proses yang tidak produktif, seperti delay, dan penyimpanan sementara. Sedangkan peta regu kerja adalah menggambarkan satu seri kerja dari seorang operator dibandingkan dengan operator lainnya. Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, dengan tingkat kecepatan berlanjut dan menggunakan cara kerja dan peralatan tertentu. Salah satu cara dalam pengukuran kerja ini adalah dengan studi waktu.
2.6 Soal 1. Sebutkan fungsi dari peta kerja di bawah ini: a. Peta tangan kiri dan tangan kanan b. Peta aliran proses c. Peta regu kerja 2. Buat peta tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan aktivitas membongkar karburator sepeda motor? 3. Dari pengamatan pendahuluan diperoleh data bahwa rata-rata hitung waktu tugas 10 menit dengan standar deviasi 1,5 menit. Tingkat kepercayaan yang diinginkan 90 %. Jika maksimum kesalahan ditentukan sebesar 20% dari rata-rata waktu pengamatan, tentukan jumlah sampel yang diperlukan.
35
BAB III ERGONOMI
3.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi. Bab ini akan membahas tiga sub bab, yaitu ergonomi, antropometri dan metode pengolahan data. Sub bab ergonomi meliputi pembahasan gambaran umum ergonomi, ruang lingkup ergonomi dalam dunia kerja, resiko yang timbul akibat kesalahan ergonomi, identifikasi resiko yang berkaitan dengan Cummulative Trauma Dissorder, sikap tubuh, posisi kerja, mengenali penyebab keluhan muskuloskeletal serta pengendalian ergonomi untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Sub bab antropometri akan membahas definisi antropometri, alat ukur yang dipergunakan, cara-cara pengukuran, data-data antropometri yang digunakan dalam perancangan produk, dan persentil.
36 Bab III
Dengan mempelajari bab ini diharapkan para siswa memahami dan mampu menerapkan ergonomi dalam dunia kerja. Selain itu siswa diharapkan mengetahui kegunaan datadata antropometri dalam merancang produk.
3.2 Ergonomi Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimaloptimalnya (Nurmianto, 1996). Pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis dari segala informasi yang releven yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan, yaitu: a. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia. b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia. c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya kondisi-kondisi kerja yang membuat nyaman kerja manusia. Memperhatikan hal-hal tersebut maka penelitian dan pengembangan ergonomi akan memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, anatomi anthropologi, faal, dan teknologi.
37 Bab III
3.2.1 Ruang Lingkup Ergonomi Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup besar. Semua bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya. 2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja. 3. Peralatan apa yang mereka gunakan. 4. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja.
3.2.2 Resiko Karena Kesalahan Ergonomi Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak menajemen perusahaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh pihak pekerja sendiri, karena pekerja tidak hati-hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor penyebab yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan mengangkat benda kerja di atas 50 Kg tanpa menggunakan alat bantu. Kondisi ini bisa menimbulkan cidera pada pekerja.
38 Bab III
Untuk menghindari cedera, pertama-tama yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah. Setelah jenis pekerjaan tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah menghilangkan cara kerja yang bisa mengakibatkan cidera. Tabel 3.1. Tabel Resiko FAKTOR RESIKO Pengulangan yang banyak
DEFINISI Menjalankan gerakan yang sama berulangulang
JALAN KELUAR Desain kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara ulangan, atau menggilirnya dengan pekerjaan lain
Beban berat
Beban fisik yang berlebihan selama kerja (menarik, memukul, mendorong). Semakin banyak day yang harus dikeluarkan, semakin berat beban bagi tubuh
Mengurangi gaya yang diperlukan untuk melakukan kerja, mendesain kembali cara kerja, menambah jumlah pekerja pada pekerjaan tersebut, menggunakan peralatan mekanik.
Postur yang kaku
Menekuk atau memutar bagian tubuh
Mendesain cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga postur tubuh selama kerja lebih nyaman
Beban statis
Bertahan lama pada satu postur sehingga menyebabkan kontraksi otot
Mendesain cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada satu postur, memberi kesempatn untuk mengubah posisi
39 Bab III
Tabel 3.1 Lanjutan FAKTOR RESIKO Tekanan
DEFINISI Tubuh tertekan pada suatu permukaan atau tepian
JALAN KELUAR Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan, atau memberikan bantalan
Getaran
Menggunakan peralatan yang bergetar Dingin mengurangi daya raba, arus darah, kekuatan dan keseimbangan. Panas menyebabkan kelelahan Termasuk bekerja dengan irama mesin, istirahat yang tidak cukup, kerja monoton, beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam satu waktu
Mengisolasi tangan dari getaran
Dingin atau panas yang ekstrim
Organisasi kerja yang buruk
Atur suhu ruangan, beri insulasi pada tubuh
Beban kerja yang layak, istirahat yang cukup, pekerjaan yang bervariasi, otonomi individu
3.2.3 Identifikasi Resiko Apakah pekerjaan anda membuat anda melakukan hal dibawah ini berulang-ulang:
Membengkokkan dan/atau memutar pergelangan tangan?
Menahan siku jauh dari badan?
Meraih di belakang tubuh anda?
Mengangkat atau melempar sesuatu diatas bahu?
40 Bab III
Mengangkat sesuatu dari bawah lutut?
Menggunakan jepitan jari?
Bekerja dengan leher tertekuk?
Memotong daging dengan keras?
Mengangkat barang berat?
Menggunakan satu jari atau jempol untuk mengoperasikan alat?
Menggunakan alat dengan ujung tang keras dan tajam?
Menggunakan alat yang bergetar?
Menggunakan peralatan tangan seperti palu?
Bekerja dalam ruangan yang dingin?
Jika anda menjawab ”ya” pada salah satu pertanyaan di atas, anda mungkin berada dalam resiko untuk mengalami kelainan karena mengalami trauma yang terus menerus (cumulative trauma disorder – CTD).
3.2.4 Cumulative Trauma Disorder (CTD) CTD dapat diterjemahkan sebagai kerusakan trauma kumulative. Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakankerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Hal ini sebagai akibat penumpukan cedera kecil yang setiap kali tidak sembuh total dalam jangka waktu tertentu yang bisa pendek dan bisa lama, tergantung dari berat ringannya trauma setiap hari, yang diekspresikan sebagai rasa nyeri, kesemutan, bengkak dan gejala lainnya.
41 Bab III
Gejala CTD biasanya muncul pada jenis pekerjaan yang monoton, sikap kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Biasanya gejala yang muncul dianggap sepele atau dianggap tidak ada. Trauma pada jaringan tubuh antara lain disebabkan: over exertion, over stretching, dan over compressor. CTD dapat digolongkan sebagai penyakit akibat kerja, apabila dapat dibuktikan terdapat pemaparan dari dua atau lebih faktor resiko ergonomi di tempat kerja. Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu: 1. Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal. 2. Gaya yang melebihi kemampuan jaringan. 3. Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal. 4. Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit. Beberapa contoh CTD: a. Tendinitis, adalah tendon yang meradang. Gejala yang muncul: sakit, bengkak, nyeri tekan, lemah di tempat yang terpapar (siku, bahu). Gambar 3.1 merupakan contoh CTD. b. Rotator cuff tendinitis, satu atau lebih dari empat rotator cuff tendonitis pada bahu meradang. Gejala yang muncul: sakit, gerakan terbatas pada bahu. c. Tenosynovitis, pembengkakan pada tendon dan sarung yang menutupi tendon. Gejalanya: pembengkakan, nyeri tekan, sakit pada tempat yang terpapar (siku, tangan, lengan). d. Carpal tunnel syndrome, tekanan yang terlalu berat pada syaraf medianus yang melalui
42 Bab III
pergelangan tangan. Gejalanya: mati rasa, kesemutan, pegal, dan sakit pada pergelangan tangan. e. Tennis elbow, peradangan pada tendon di siku. Gejala yang muncul: sakit, sedikit bengkak, dan lemah. f.
White finger, pembuluh darah di jari-jari rusak. Gejalanya pucat di jari-jari, mati rasa, dan perasaan seakan jari terbakar.
Gambar 3.1 Cumulative Trauma Disorder
43 Bab III
3.2.5 Sikap Tubuh Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja. Sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang yang mempunyai ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang terlalu tinggi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap hasil kerjanya. Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikap secara alamiah dan bergerak optimal. Berikut ini sikap tubuh yang baik dan tidak baik.
Best: Arm by Side Elbow at 900
Better: Arm Below Shoulder
Gambar 3.2 Sikap Tubuh Paling Baik
44 Bab III
Sedangkan gambar 3.3 berikut ini menggambarkan sikap tubuh yang tidak baik. Karena tangan dipaksa untuk menjangkau benda yang berada di ketinggian.
Gambar 3.3 Bad: Arm above Shoulder
3.2.6 Posisi Kerja Gambar 3.4 menggambarkan seorang pekerja yang bekerja dengan posisi kepala mendongak. Cara kerja seperti pada gambar diperbolehkan dengan syarat waktu kerja tidak melebihi 2 jam per harinya. Kondisi kerja ini bisa mengakibatkan rasa sakit pada leher, tangan dan bahu.
45 Bab III
Gambar 3.4 Posisi Kerja Mendongak
Gambar 3.5 menggambarkan pekerja sedang memotong ranting pohon dengan posisi tangan yang dipaksakan untuk menjangkau ke depan.
Gambar 3.5 Posisi Kerja Menjangkau
46 Bab III
Posisi kerja seperti gambar 3.5 akan mengakibatkan rasa sakit pada siku dan bahu. Sedangkan bekerja dengan menundukkan leher atau membungkukkan punggung melebihi sudut 300 (gambar 3.6 dan gambar 3.7) diperbolehkan asal jam kerja tidak melebihi 2 jam per harinya. Cara kerja ini akan mengakibatkan rasa sakit pada leher dan tulang belakang.
Gambar 3.6 Pekerjaan Menunduk
Gambar 3.7 Pekerjaan Membungkuk
47 Bab III
Gambar 3.8 menggambarkan seorang pekerja yang bekerja dengan cara jongkok. Posisi kerja dengan jongkok ini juga akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada diri pekerja. Kondisi kerja ini diperbolehkan asal tidak melebihi 2 jam per harinya. Gambar 3.9 memperlihatkan pekerja yang menyelesaikan pekerjaan dengan cara berlutut. Cara kerja ini diperbolehkan dengan syarat waktu kerja tidak melebihi 2 jam per harinya.
Gambar 3.8 Pekerjaan Dengan Jongkok
Gambar 3.9 Pekerjaan Dengan Berlutut
48 Bab III
Pekerjaan dengan menggunakan kekuatan tangan yang cukup besar, seperti mengambil benda dengan menjepit dan memencet benda kerja ini juga ada batasannya. Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan tangan secara terus menerus ini dipersyaratkan tidak lebih dari 2 jam per harinya. Untuk pekerjaan mengambil benda kerja dengan cara menjepit ini batasannya adalah berat tidak melebihi 2 pounds. Sedangkan untuk memencet/meremas batasannya tidak lebih dari 10 pounds beratnya.
Gambar 3.10 Mengambil Benda Dengan Jari
Gambar 3.11 Gerakan Meremas
49 Bab III
3.2.7 Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan muskuloskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Kuesioner nordic body map ada pada lampiran bab 3.
3.2.8 Pengendalian Ergonomi Pengendalian ergonomi dipakai untuk menyesuaikan tempat kerja dengan pekerja. Pengendalian ergonomi berusaha mengatur agar tubuh pekerja berada di posisi yang baik dan mengurangi resiko kerja. Pengendalian ini harus dapat mengakomodasi segala macam pekerja. Pengendalian ergonomi dikelompokkan dalam tiga katagori utama, yang disusun sesuai dengan metoda yang lebih baik dalam mencegah dan mengendalikan resiko ergonomi. 1. Pengendalian teknik adalah metoda yang lebih diutamakan karena lebih permanen dan efektif dalam menghilangkan resiko ergonomi. Pengendalian teknik yang bisa dilakukan adalah memodifikasi, mendesain kembali atau mengganti tempat kerja, bahan, obyek, desain tempat penyimpanan dan pengoperasian peralatan. 2. Pengendalian administratif. Pengendalian ini berhubungan dengan bagaimana pekerjaan disusun, seperti:
50 Bab III
Jadwal kerja Penggiliran kerja dan waktu istirahat Program pelatihan Program perawatan dan perbaikan
3. Cara kerja. Pengendalian cara kerja berfokus pada cara pekerjaan dilakukan, yakni : menggunakan mekanik tubuh yang baik menjaga tubuh untuk berada pada posisi netral
3.3 Konsep Antropometri Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, yaitu: 1. Umur, Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. 2. Jenis kelamin (sex), Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul. 3. Suku bangsa (etnik), Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
51 Bab III
4. Sosio ekonomi, Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang. 5. Posisi tubuh (posture), Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
3.3.1 Alat Ukur Antropometri Peralatan yang digunakan untuk mendapatkan data-data antropometri adalah sebagai berikut:
Gambar 3.12 Goniometer Untuk Mengukur Sudut
Goniometer ini dipakai untuk mengukur lekukan-lekukan tubuh manusia. Sedangkan gambar 3.13 memperlihatkan berbagai macam antropometer. Alat ini dipakai untuk mengukur bagianbagian tubuh manusia.
52 Bab III
Gambar 3.13 Jenis-jenis Antropometer
Kursi antropometri seperti pada gambar 3.14 ini dipakai untuk mengukur data-data antropometri manusia dalam posisi duduk. Data yang diperoleh biasanya dipakai untuk merancang kursi dan ketinggian meja kerja serta untuk perancangan fasilitas kerja yang berhubungan dengan manusia pemakainya. Orang yang akan diukur data antropometrinya harus duduk di kursi ini.
53 Bab III
Gambar 3.14 Kursi Antropometri
3.3.2 Cara Pengukuran Secara umum deskripsi dari pengukuran data antropometrik terdiri dari setidaknya tiga buah tipe terminology dasar yaitu : 1. Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari tubuh yang menjadi dasar pengukuran titik atau bidang. 2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari suatu dimensi tubuh. 3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh subyek dalam pengukuran, seperti posisi duduk. Berikut ini cara-cara pengukuran yang sering digunakan:
54 Bab III
Gambar 3.15 Mengukur Lebar Telapak Tangan
Gambar 3.16 Penggunaan Antropometer Papan Kepala Bergeser (Sliding Head Board)
55 Bab III
Gambar 3.17 Penggunaan Antropometer Dengan Sistem Grid dan Board di Sudut
3.3.3 Data Antropometri Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis, yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan bergerak. Secara umum data antropometri yang sering digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja ada pada gambar 3.18
A. Antropometri Struktural Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat
56 Bab III
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
Gambar 3.18 Ukuran Tubuh Manusia yang Sering Digunakan Untuk Merancang Produk
57 Bab III
Gambar 3.19 di bawah ini memperlihatkan antropometri struktural. Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.
Gambar 3.19 Antropometri Struktural Posisi Berdiri dan Duduk
58 Bab III
Dimensi Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki Penerapan data ini untuk merancang terali untuk keamanan, jeruji, panel visual dan pencapaian panel, peralatan rekreasi, pengaturan dan peralatan tempat penyimpanan sepatu di rumah, dan sebagainya.
Gambar 3.20 Antropometri Struktural Kepala, Wajah, Tangan dan Kaki
59 Bab III
B. Antropometri Fungsional Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
a
60 Bab III
b Gambar.3.21 (a,b) Antropometri Fungsional/dinamis
Posisi Kerja Data ini berfungsi untuk merancang ruang mekanik dan utilitas, ruang latihan fisik, ruang terapi fisik, dan area sejenis lainnya.
61 Bab III
Gambar 3.22 Antropometri Fungsional Posisi Kerja
3.3.4 ANTROPOMETRI PADA POSISI DUDUK Dinamika posisi duduk dapat lebih mudah digambarkan dengan mempelajari mekanika sistem penyangga dan keseluruhan struktur tulang yang terlibat di dalam geraknya. Sumbu penyangga dari batang tubuh yang diletakkan dalam posisi duduk adalah sebuah garis pada bidang datar koronal, melalui titik terendah dari tulang duduk (ischial tuberosities) di atas permukaan tempat duduk. Gambar berikut memperlihatkan tuberosities.
62 Bab III
Gambar 3.23 Tulang Duduk (Ischial Tuberosities) dalam Posisi Duduk
Gambar 3.24 Potongan Tulang Duduk Pada Bagian Posterior
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75% dari keseluruhan berat badan hanya disangga oleh daerah seluas 4 inci persegi atau 26 cm persegi dari tulang duduk ini. Kondisi ini memperjelas bahwa berat badan yang diterima, disebarkan hanya pada daerah yang kecil saja. Akibatnya, terjadi tegangan yang sangat besar pada daerah pantat di bawahnya.
63 Bab III
Tekanan-tekanan ini menimbulkan perasaan lelah dan tidak nyaman. Bertahan pada posisi duduk dalam jangka waktu yang lama tanpa mengubah-ubah posisinya, di bawah kondisi tekanan kompresi yang terjadi, dapat menyebabkan kurangnya aliran darah pada suatu daerah, gangguan pada sirkulasi darah, menyebabkan nyeri, sakit dan rasa kebal. Suatu perancangan tempat duduk harus diupayakan sedemikian rupa sehingga berat badan yang disangga oleh tulang duduk tersebar pada daerah yang cukup luas. Alas yang tepat pada landasan tempat duduk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Harus diupayakan agar subyek yang sedang duduk di atas tempat duduk tersebut dapat mengubah-ubah posisi atau postur tubuhnya untuk mengurangi rasa ketidaknyamanannya. Kondisi ini mendasari diperlukannya data antropometri yang tepat. Berikut ini data-data antropometri untuk perancangan kursi.
Gambar 3.25 Dimensi Antropometri untuk Perancangan Kursi
64 Bab III
Keterangan: A B C D E F G H I
= Tinggi lipatan dalam lutut = Jarak pantat-lipatan dalam lutut = Tinggi siku posisi istirahat = Tinggi bahu = Tinggi duduk normal = Rentang antar siku = Rentang panggul = Rentang bahu = Tinggi lumbar
Tinggi Tempat Duduk Salah satu pertimbangan dasar dalam perancangan suatu tempat duduk adalah tinggi permukaan bagian atas dari landasan tempat duduk diukur dari permukaan lantai. Jika suatu landasan tempat duduk terlalu tinggi letaknya, bagian bawah paha akan tertekan seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.26 Tempat Duduk Terlalu Tinggi
65 Bab III
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu tinggi dapat menyebabkan paha tertekan dan peredaran darah terhambat. Sebagai, tambahan pula, telapak kaki tidak dapat menapak dengan baik di atas permukaan lantai yang mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh. Jika, letak suatu landasan tempat duduk terlalu rendah seperti gambar berikut ini.
Gambar 3.27 Tempat Duduk Terlalu Rendah
Landasan tempat duduk yang letaknya terlalu rendah dapat menyebabkan kaki condong terjulur ke depan, menjauhkan tubuh dari keadaan stabil. Sebagai tambahan pula, pergerakan tubuh ke depan akan menjauhkan punggung dari sandaran sehingga penopangan lumbar tidak terjaga dengan tepat. Bagi orang yang bertubuh tinggi akan dapat lebih merasa nyaman walau menggunakan kursi dengan landasan tempat duduk yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang bertubuh pendek menggunakan kursi yang landasan duduknya terlalu tinggi.
66 Bab III
Secara antropometrik, tinggi lipatan dalam lutut haruslah menjadi ukuran pada data yang digunakan untuk menentukan tinggi landasan tempat duduk. Rentang data terkecil, misal data persentil ke-5, akan menjadi pedoman yang tepat karena data ini mencakup bagian populasi mereka yang berukuran tubuh paling kecil. Alasannya jelas, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, bahwa tinggi duduk yang dapat mengakomodasi mereka dengan ukuran tinggi lipatan lutut paling pendek, juga dapat mengakomodasi mereka dengan ukuran tinggi lipatan lutut yang lebih tinggi.
Kedalaman Tempat Duduk Pertimbangan dasar lain dari perancangan sebuah kursi adalah kedalaman landasan tempat duduk (jarak yang diukur dari bagian depan sampai bagian belakang sebuah tempat duduk). Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu besar, bagian depan dari permukaan atau ujung dari tempat duduk tersebut akan menekan daerah tepat di belakang lutut, memotong peredaran darah di bagian kaki, seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.28 Landasan Tempat Duduk Terlalu Lebar
67 Bab III
Tekanan pada jaringan-jaringan akan menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan. Bahaya lebih besar ialah terjadinya penggumpalan darah jika subyek tidak mengubah posisi tubuhnya. Untuk menghindarkan ketidaknyamanan pada bagian kaki, subyek akan memajukan posisi pantatnya dan hal ini menyebabkan bagian punggungnya tidak dapat bersandar sehingga stabilitas tubuh melemah dan tenaga otot yang diperlukan menjadi semakin besar sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan. Hasilnya adalah kelelahan, ketidaknyamanan dan sakit di bagian punggung. Bila kedalaman landasan tempat duduk terlalu sempit, seperti pada gambar di bawah ini, akan menimbulkan situasi yang buruk. Kondisi ini dapat menimbulkan perasaan terjatuh atau terjungkal dari kursi. Sebagai akibatnya, kedalaman landasan tempat duduk yang terlalu sempit akan menyebabkan berkurangnya penopangan pada bagian bawah paha.
Gambar 3.29 Landasan Tempat Duduk Terlalu Sempit
Secara antropometri, jarak dari pantat ke lipatan dalam lutut merupakan pedoman penentuan kedalaman tempat duduk yang tepat.
68 Bab III
Sandaran Punggung Fungsi utama dari sandaran punggung adalah untuk mengadakan penopangan bagi daerah lumbar, atau bagian kecil dari punggung, yaitu bagian bawah yang berbentuk cekung dimulai dari bagian pinggang sampai pertengahan punggung. Konfigurasi dari sandaran punggung harus dapat menyokong sesuai profil dari tulang belakang, terutama pada daerah lumbar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.30, namun harus diperhatikan supaya tidak membuatnya terlalu pas untuk menghindarkan pemakai mengubah-ubah posisinya. Keseluruhan tinggi sandaran punggung dapat bervariasi sesuai dengan jenis dan maksud pemakaian suatu kursi. Sebuah kursi untuk sekertaris lebih cocok bila penopang lumbarnya hanya pada suatu daerah kecil saja. Kursi santai akan lebih cocok bila sandarannya mencapai bagian belakang kepala ataupun tengkuk. Perlu diingat untuk menyediakan ruang tambahan bagi penonjolan daerah pantat. Jarak bersih ini dapat berupa daerah terbuka berbentuk ceruk antara permukaan tempat duduk dan penopang lumbar. Bantalan yang empuk pada bagian ini akan mengakomodasi penonjolan bagian pantat ini.
Gambar 3.30 Sandaran Punggung
69 Bab III
Sandaran Lengan Sandaran lengan ini memiliki beberapa fungsi. Sandaran ini menopang berat dari lengan dan membantu pemakai ketika akan duduk atau bangkit dari tempat duduknya. Jika suatu kursi digunakan untuk suatu kegiatan tertentu, misalnya bagi seseorang yang bertugas dengan putaran-putaran tuts yang sensitif atau panel kontrol, maka sandaran tangan tersebut dapat berfungsi untuk menjaga agar lengan tetap stabil sepanjang pelaksanaan pekerjaannya. Tinggi siku pada posisi istirahat adalah pengukuran antropometri yang tepat sebagai pedoman bagi penentuan tinggi sandaran lengan.
Bantalan Tujuan dari pemberian bantalan pada dasarnya adalah sebagai upaya penyebaran tekanan, sehubungan dengan berat badan pada titik persinggungan antar permukaan dengan daerah yang lebih luas. Bahayanya, seorang perancang seringkali beranggapan bahwa makin empuk, dalam, dan lembut suatu bantalan, akan semakin besar kenyamanan yang dihasilkannya. Padahal bukan demikian kenyataannya. Seringkali justru sebuah kursi yang tampaknya terlalu empuk justru dapat menyebabkan kelelahan, ketidaknyamanan dan rasa sakit.
3.3.5 Persentil Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh, persentil ke-95 akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran tersebut, sedangkan persentil ke-5 akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka persentil ke-95 akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan persentil ke-5 sebaliknya akan menunjukkan ukuran “terkecil”. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
70 Bab III
yang ada, maka diambil rentang 2.5-th dan 97.5-th persentil sebagai batas-batasnya. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri ada pada tabel berikut. Tabel 3.2 Persentil dan Perhitungan Persentil
Perhitungan
Ke-1
x 2.325 V x
Ke-2,5
x 1.96 V x
Ke-5
x 1.645 V x
Ke-10
x 1.28 V x
Ke-50 Ke-90
x x 1.28 V x
Ke-95
x 1.645 V x
Ke-97,5
x 1.96 V x
Ke-99
x 2.325 V x
Contoh Perhitungan Persentil Dari hasil pengukuran tubuh manusia Indonesia (dewasa, laki-laki, usia antara 18 – 45 tahun) diperoleh data dengan distribusi normal, tinggi rata-rata 165 cm dan standard deviasi 6,5 cm. Berapakah ukuran persentil 90.
Jawab 90-th ukuran = X
1 , 28 V x
= 165 + 1,28 (6,5) = 173,32 cm
71 Bab III
3.3.6 Data Antropometri Untuk Perancangan Produk Penggunaan data antropometri dalam penentuan ukuran produk harus mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk yang dirancang bisa sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sebagai berikut : 1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim. Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu :
a. Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.
b. Tetap digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada). Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan yaitu:
a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile terbesar misalnya 90-th, 95-th, atau 99-th percentile.
b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan percentile terkecil misalnya 1-th, 5-th, atau 10-th percentile 2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu (adjustable). Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th sampai dengan 95-th.
72 Bab III
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh manusia atau dalam rentang 50-th percentile.
3.4 Rangkuman Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Jadi ergonomi adalah aturan-aturan mengenai keserasian dalam mengerjakan sebuah pekerjaan. Ergonomi memerlukan dukungan dari berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, antropometri, antropologi, faal, anatomi, dan teknologi. Pengendalian ergonomi ada tiga kelompok utama untuk mengendalikan resiko. Pengendalian itu adalah sebagai berikut: x Pengendalian teknik x Pengendalian administratif x Cara kerja Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri ini digunakan sebagai dasar pertimbangan ergonomis dalam perancangan produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia.
3.5 Soal a. Sebutkan 4 macam produk rancangan fasilitas kerja yang saudara bisa identifikasikan melanggar prinsip-prinsip ergonomi. b. Untuk mendapatkan data antropometri tinggi tubuh manusia Indonesia (laki-laki, umur 20 – 30 tahun), telah dilakukan pengukuran terhadap 30 mahasiswa yang
73 Bab III
memberikan data pengukuran sebagai berikut (dalam cm): 169
165
170
167
168
165
170
164
164
165
167
170
169
165
167
164
173
165
171
174
175
165
157
160
160
164
165
170
175
180
160
160
165
165
170
185
Berdasarkan data tersebut hitunglah berapa ukuran persentil 5, persentil 50, persentil 95?
74 Bab III
Lampiran Bab 3 Nordic Body Map Nordic Body Map ini dipakai untuk mengetahui keluhankeluhan yang dirasakan oleh para pekerja. Kuesioner ini diberikan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan. Tabel 3.3 Kuesioner Nordic Body Map No
Bagian Tubuh
Ya
0
Sakit pada leher bagian atas
1
Sakit pada leher bagian bawah
2
Sakit pada bahu kiri
3
Sakit pada bahu kanan
4
Sakit pada lengan atas bagian kiri
5
Sakit pada bagian punggung
6
Sakit pada lengan atas bagian kanan
7
Sakit pada daerah pinggang ke belakang
8
Sakit pada daerah pinggul ke belakang
9
Sakit pada daerah pantat
10
Sakit pada siku kiri
11
Sakit pada siku kanan
12
Sakit pada lengan bawah bagian kiri
13
Sakit pada lengan bawah bagian kanan
14
Sakit pada pergelangan tangan kiri
15
Sakit pada pergelangan tangan kanan
16
Sakit pada telapak tangan bagian kiri
17
Sakit pada telapak tangan bagian kanan
18
Sakit pada paha kiri
19
Sakit pada paha kanan
Tidak
75 Bab III
20
Sakit pada lutut kiri
21
Sakit pada lutut kanan
22
Sakit pada betis kiri
23
Sakit pada betis kanan
24
Sakit pada pergelangan kaki kiri
25
Sakit pada pergelangan kaki kanan
26
Sakit pada telapak kaki kiri
27
Sakit pada telapak kaki kanan
Gambar 3.31 Nordic Body Map
76 Bab III
BAB IV TELAAH METODE
4.1 Pendahuluan Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran pokok dan efektifitas ini adalah mencari, mengembangkan dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien; dengan tujuan akhir adalah waktu penyelesaian pekerjaan akan bisa Iebih singkat/cepat. Dengan telaah metode kerja - atau bahasa asingnya lazim disebut dengan istilah “methods analysis” - maka hal ini dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-komponen kerja seperti manusia (operator), mesin dan/atau fasilitas kerja lainnya, material Iingkungan kerja fisik akan berinteraksi. Hubungan ini ditunjukkan seperti gambar 4.1. Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik, diperlukan sistem kerja yang baik pula, oleh karena itu sistem kerja tersebut harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan karya yang diinginkan. Dengan mempelajari bab ini para siswa diharapkan bisa menerapkan cara kerja yang benar sesuai dengan prinsip ekonomi gerakan. Selain itu para siswa diharapkan bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan cara kerja berdasarkan prinsip ekonomi gerakan.
77 Bab IV
Telaah Metode
x x x x
Pekerja Material Mesin & Peralatan Lingkungan Fisik Kerja
BEBERAPA ALTERNATIF SISTEM KERJA
PILIH
Efektif Efisien
SISTEM KERJA
Gambar 4.1 Tahapan Dalam Telaah Metode Kerja
4.2 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Prinsip ekonomi gerakan bisa dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Secara ringkas prinsip ekonomi gerakan, ini akan membahas: x
Tubuh manusia dan gerakan-gerakannya.
x
Tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya.
x
Perancangan peralatan dan gerakan-gerakannya.
78 Bab IV
4.2.1 Tubuh Manusia dan Gerakan-Gerakannya Ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh manusia: Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan kerja Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang bersamaan
Gambar 4.2 Distribusi Beban Kegiatan Kerja antara Tangan dan Kaki Guna Mengoperasikan Suatu Peralatan Kerja Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000
Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.
79 Bab IV
Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakkan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Sebaiknya memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaan, yaitu dengan mengurangi kerja otot. Hindari gerakan patah-patah karena akan mempercepat menimbulkan kelelahan.
Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus.
Gerakan balistik akan lebih cepat dan menyenangkan serta lebih teliti dan pada gerakan yang dikendalikan. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika
memungkinkan irama kerjanya alamiah.
4.2.2. Tata Letak Tempat Kerja dan GerakanGerakannya Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung: Tempat-tempat tertentu yang tidak sering dipindah-pindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin). Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari. Berikut contoh meletakkan material benda kerja yang memungkinkan gerakan kerja normal dan standard jangkauan dan pekerja yang umum dipergunakan didalam mengatur penempatan material atau peralatan kerja (Gambar 4.3).
80 Bab IV
Penyimpanan bahan/parts yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan prinsip gaya berat (gravitasi). Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai dirancang dengan menggunakan mekanisme yang baik. Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik. Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dan lain-lain) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman. Di sini prinsip-prinsip anthropometri mutlak harus dipelajari pada saat akan merancang fasilitas kerja tersebut. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa, sehingga berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan. Tipe dan tinggi kursi harus sedemikian rupa, agar sikap atau postur tubuh badan menjadi baik. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan. temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lain-lain yang berkaitan dengan persyaratan ergonomis harus pula diperhatikan benarbenar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.
4.2.3 Perancangan Peralatan dan Gerakan-Gerakan Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual), apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja. Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam pekerjaan sekaligus, baik yang sejenis maupun yang berlainan, Gambar 4.4
81 Bab IV
Gambar 4.3 Dimensi Standard dari Normal dan Maksimum Area Kerja dalam Tiga Dimensi
Sebaiknya penggunaan perkakas pembantu (jig & fixture) atau alat-alat yang digerakan dengan kaki ditingkatkan. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa, agar mempunyai lebih dari satu kegunaan. Peralatan sebaiknya dipasang sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.
82 Bab IV
Pendistribusian beban disesuaikan dengan kekuatan jaritangan ataupun kaki. Roda tangan, palang dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan dengan tenaga yang minimum.
Gambar 4.4 Multiple Spindle Air Operated yang Mampu Mengencangkan 5 Buah Mur Sekaligus dalam Satu Langkah Kerja Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2000
Untuk mencari hal-hal yang akan diperbaiki atau mencari ideide perbaikan dalam ekonomi gerakan, dapat dilakukan pencarian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, misalnya sebagai berikut: Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan untuk mencari ide perbaikan:
83 Bab IV
Bagaimana kalau proses produksi dibalikkan Bagaimana kalau proses produksi dipermudah Apakah pekerjaan dapat disatukan Apakah Jig dapat disatukan Apakah dapat dihentikan Apakah bisa bekerja dengan menggunakan dua tangan Apakah dapat dihilangkan.
4.3 Penerapan Ekonomi Gerakan Penerapan ekonomi gerakan dalam suatu stasiun kerja atau aktivitas bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti: eliminasi kegiatan, kombinasi gerakan atau aktivitas kerja, dan penyederhanaan kegiatan.
4.3.1 Eliminasi Kegiatan x
Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan, dll)
x
Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan. Letakkan segala fasilitas kerja dan material/komponen pada lokasi yang tetap (hal ini akan bisa rnenyebabkan gerakangerakan kerja yang otomatis).
x
Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya) sebagai “holding device”, karena hal ini merupakan aktivitas
84 Bab IV
tidak produktif yang menyebabkan kerja kedua tangan tidak seimbang. x
Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau fixed position. Demikian pula sebisa mungkin untuk menggunakan tenaga mesin (mekanisasi) seperti rower tools, power feeds. Material handling equipment, dll untuk menggantikan tenaga otot.
x
Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time) dengan membuat perencanaan/penjadwalan kerja sebaik-baiknya. Idle/delay time bisa ditolerir bilamana hal tersebut diperuntukkan secara terencana guna melepaskan lelah.
4.3.2 Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja x
Gantikan/kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu, tidak patah-patah serta cenderung membentuk sebuah kurva.
x
Kombinasikan beberapa aktivitas/fungsi yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang “multi purpose”
x
Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan simetris akan memberi gerakan yang paling efektif. Bilamana kegiatan dilaksanakan secara kelompok maka diupayakan agar supaya terjadi beban kerja yang merata di antara anggota kelompok.
4.3.3 Penyederhanaan Kegiatan x
Laksanakan setiap aktivitas/kegiatan kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan minimal.
85 Bab IV
x
Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja (peralatan kerja, material, dIl) dengan meletakkannya dalam tempat yang tidak berubah-ubah.
x
Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dll. Hindari pula gerakan-gerakan yang membahayakan dan melanggar prinsip-prinsip keselamatan atau kesehatan kerja berubah-ubah.
x
Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang normal. Hal ini akan menyebabkan gerakan tangan berada pada jarak yang sependek-pendeknya.
x
Sesuaikan letak dan gandles, pedals, levers, buttons, dll dengan memperhatikan dimensi- tubuh manusia (anthropometri) dan kekuatan otot yang dibutuhkan.
4.4 Studi Gerakan untuk Menganalisa Kerja Studi gerakan yang lebih dikenal dengan ´´motion study´´ adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tujuan dari studi ini ingin diperoleh gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Gerakan standar ini adalah gerakan-gerakan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kegiatan untuk mengamati kondisi pekerjaan yang ada. Studi mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan yaitu studi yang menitik-beratkan pada penerapan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Orang-orang yang berjasa dalam mengembangkan studi gerakan ini adalah Frank dan Lillian Gilberth. Gilberth telah mengawali studi gerakan manual dan memgembangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi gerakan yang sampai sekarang masih dipertimbangkan sebagai landasan pokok untuk melakukan studi gerakan. Disamping itu Gilberth juga berhasil menciptakan teknik-teknik perekaman gambar-gambar detail yang dikenal sebagai micromotion studies (bermanfaat di dalam usaha mempelajari gerakan kerja manual yang dilakukan secara cepat dan berulang-ulang). Frank dan Lillian Gilberth
86 Bab IV
menciptakan simbol-simbol yang dikenal dengan nama 'Therbligs'. Elemen gerakan therbligs ini terdiri dari 17 gerakan dasar. Berikut ini penjelasan mengenai gerakan-gerakan dasar tersebut. Elemen gerakan dan simbol secara lengkap ada pada tabel 4.1.
Mencari (Search) Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi obyek. Pada gerakan ini yang bekerja adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. Tujuan dari analisa therblig ini adalah untuk menghilangkan sedapat mungkin gerak yang tidak perlu. Mencari merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan.
Gambar 4.5 Pekerja Sedang Mencari Peralatan Obeng
Untuk mengurangi atau menghilangkan waktu untuk mencaricari maka seorang perancang kerja harus memperhatikan beberapa pertanyaan berikut:
87 Bab IV
Sudah jelaskah ciri-ciri obyek yang akan diambil? Pemasangan label dan warna-warna tertentu diharapkan akan mempermudah proses mencari obyak. Apakah tata letak (layout) area kerja sudah diatur sebaikbaiknya sehingga mampu mengeleminir proses mencari? Pengaturan letak material, peralatan atau fasilitas kerja lainnya harus ditempatkan sedemikian rupa dan tidak berubah-ubah sehingga tidak ada waktu terbuang untuk mencari (gerakan tangan otomatis tanpa harus menggerakkan mata). Dapatkah dipakai tempat obyek yang tembus pandang? Dengan tempat tembus pandang, obyek akan terlihat dengan jelas sekalipun dilihat dari luar. Dengan demikian akan mempermudah pencarian. Apakah pencahayaan untuk area kerja yang ada sudah memenuhi persyaratan ergonoinis yang seharusnya ? Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam gerakan mencari karena menentulcan terlihat tidaknya obyek secara jelas. Sudah tetapkah tempatnya? Obyek yang sudah ditempatkan secara tetap akan memudahkan pencariannya. Hal ini kadangkadang dapat menghilangkan gerakan mencari karena bila obyek sudah tertentu tempatnya, tangan dengan sendirinya akan langsung mengambil obyek tanpa harus mencari-cari terlebih dahulu.
Memilih (Select) Memilih adalah elemen Therbligs yang merupakan gerakan kerja menemukan/memilih suatu obyek di antara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Elemen Therbligs ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir bila obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. Elemen memilih biasanya mengikuti langsung elemen therbligs mencari (search). Batas antara memulai memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembaharuan pakerjaan di antara dua gerakan tersebut yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata. Gambar 4.6 memperlihatkan aktivitas memilih.
88 Bab IV
Tabel 4.1 Elemen Gerakan Therbligs
89 Bab IV
Gambar 4.6 Aktivitas Memilih Obeng
Untuk menghindarkan elemen gerakan memilih ini maka beberapa pertanyaan berikut ini bisa dipakai pedoman motion analysis yaitu: Apakah obyek-obyek (part) yang berbeda ditempatkan dalam tempat yang sama ? Gerakan memilih dapat dihilangkan bila obyek yang berbeda diletakkan secara terpisah tidak tercampur lagi. Dapatkah permukaan wadah diperluas? Makin luas permukaan wadah akan makin memudahkan pemilihan karena tangan akan lebih leluasa bergerak dan memudahkan mata membantu pelaksanaan elemen gerakan ini. Apakah obyek yang sama telah memenuhi persyaratan interchangeability ? Part atau obyek seharusnya standard
90 Bab IV
sehingga tidak ada perbedaan antara obyek yang satu dengan lain. Di sini mereka memiliki kemampuan untuk dipertukarkan (interchange ability) tanpa ada pengerjaan tambahan. Dapatkah dipakai tempat yang tembus pandang? Selain berguna untuk memudahkan mencari, tempat yang tembus pandang juga akan memudahkan elemen gerakan memilih. Hal ini terjadi karena obyek dapat terlihat dari luar meskipin obyek yang dipilih berada di bawah dalam satu tumpukan. Dapatkah dipergunakan suatu tempat material (rack atau tray) yang mampu mengatur posisi obyek sedeinikian rupa sehingga tidak menyulitkan pada saat mengambil tanpa harus memilih lagi?.
Memegang (Grasp) Memegang adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. Memegang adalah termasuk elemen Therbligs yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang biasanya dapat dihilangkan akan tetapi dalam beberapa hal bisa diperbaiki. Gambar 4.7 merupakan aktivitas memegang.
Gambar 4.7 Aktivitas Memegang
91 Bab IV
Untuk memperbaiki elemen gerak memegang ini beberapa pertanyaan di bawah ini bisa dipakai sebagai berikut : Dapatkah beberapa obyek dipegang sekaligus pada saat yang bersamaan ? Jika hal ini memungkinkan maka waktu kerja yang ada akan bisa dihemat dan pekerjaan bisa diselesaikan lebih cepat. Dapatkah obyek tersebut digelincirkan? Bila obyek dapat digelincirkan, tangan tidak usah membawa secara penuh ke tempat kerja selanjutnya, sehingga memegang lebih bersifat kontak-kontak antara tangan dengan obyek dari pada memegang sepenuhnya. Dapatkah obyek yang akan dipegang diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan usaha gerakan memegang ? Letak yang teratur memungkinkan pemegangan obyek lebih mudah dibandingkan kalau letak dan obyek tersebut berserakan. Dapatkah dipergunakan peralatan-peralatan pembantu (vacuum, magnet, rubber fingertip, dan lain-lain). Untuk mempermudah gerakan-gerakan memegang obyek ? Bila ada peralatan yang dapat dipakai untuk mengganti fungsi tangan, untuk memegang, maka perbaikan akan dipenoleh untuk elemen gerakan ini karena dengan demikian kerja anggota badan bisa dikurangi, sehingga datangnya kelelahan dapat ditunda lebih lama lagi.
Menjangkau/membawa tanpa beban (Transport Empty) Menjangkau adalah elemen gerak Therbligs yang menggambarkan gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban atau hambatan (resistence) baik gerakan menuju atau menjauhi obyek atau lokasi tujuan lainnya dan berakhir segera disaat tangan berhenti bergerak setelah mencapai obyek tujuannya. Elemen gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang (grasp). Waktu yang diperIukan untuk melaksanakan elemen gerak menjangkau akan sangat tergantung dengan jarak gerakan tangan yang dilakukan kearah obyek yang dituju dan tipe gerakan menjangkaunya. Seperti halnya dengan elemen
92 Bab IV
gerakan memegang (grasp), maka elemen menjangkau ini dapat diklasifikasikan sebagai elemen Therbligs yang efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja yang ada. Meskipun demikian masih bisa dimungkinkan untuk diperbaiki dengan cara memperpendek jarak jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap untuk obyek yang harus dicapai selama siklus berlangsung.
Gambar 4.8 Gerakan Menjangkau
Membawa Dengan Beban (Transport Loaded) Elemen gerakan membawa adalah juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya saja di sini tangan bergerak dalam kondisi membawa beban (obyek). Elemen gerakan ini diawali dan diakhiri pada saat yang sama dengan elemen gerakan menjangkau (reach) hanya saja di sini tangan dalam kondisi membawa beban (obyek). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu gerakannya pun hampir sama yaitu jarak perpindahan tangan, tipe gerakan dan berat ringan beban dibawa oleh tangan.
93 Bab IV
Gambar 4.9 Gerakan Membawa Dengan Beban
Elemen gerakan membawa biasanya didahului oleh elemen gerakan memegang (grasp) dan dilanjutkan oleh elemen gerakan melepas (release) atau mengarahkan (position). Elemen gerak membawa termasuk Therbligs yang efektif yang sulit sekali dieliminir dari siklus kerja yang berlangsung. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen gerak ini bisa dihemat dengan cara mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus dipindahkan, dan memperbaiki tipe pemindahan beban dengan rnenggunakan prinsip gravitasi atau memakai peralatan material handling lainnya Elemen gerakan menjangkau atau membawa dapat diperbaiki dengan mengikuti pedoman-pedoman berikut ini: Dapatkah jarak perpindahan obyek diperpendek ? Penyusunan tata letak bahan sangat berpengaruh pada jarak tempuh ini.
94 Bab IV
Harus diusahakan agar obyek yang paling sering dipakai diletakkan paling dekat. Apakah cara yang terbaik sudah dipakai ? Membawa atau memindahkan obyek dari satu lokasi ke lokasi yang lain bisa dilaksanakan dengan berbagai cara baik - secara manual maupun menggunakan peralatan material handling (conveyor, crane, kereta dorong dan lain-lain). Apakah anggota badan - seharusnya digerakkan sudah tepat ? Dengan hanya menggerakkan anggota badan yang diperlukan, jari-jari, pergelangan tangan, bahu, kaki dan lain-lain), diharapkan tidak akan’terjadi pemborosan tenaga sehingga waktu dapat pula dihemat. Dapatkah waktu dikurangi dengan mengangkut sekaligus banyak? Dengan mengangkat sekaligus beberapa obyek maka waktu yang diperlukan untuk memindahkan per unit obyek lebih kecil. Dapatkah perubahan arah gerak yang mendadak dihindari ? Perubahan arah gerak mengakibatkan pertambahan jarak yang harus dilakukan oleh tangan, dengan demikian waktu gerakpun akan bertambah. Selain itu ada pula faktor kelambatan yang diakibatkan oleh perubahan arah gerak tadi. Dapatkah obyek yang harus dipindahkan ini digelincirkan (manfaat prinsip gravitasi) ?. Bila obyek dapat bergerak sendiri atau berguling (tergelincir) karena pengaruh gravitasi, maka tenaga yang seharusnya digunakan untuk memindahkan obyek ini dapat dihemat. Tenaga yang diperlukan di sini mungkin hanya dibutuhkan untuk mendorong obyek tersebut.
Memegang Untuk Memakai (Hold) Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa menggerakkan obyek yang dipegang tersebut; perbedaannya dengan memegang yang terdahulu adalah pada perlakuan pada obyek yang dipegang. Pada memegang, pemegangan dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian.
95 Bab IV
Gambar 4.10 Gerakan Memegang untuk Memakai
Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Gerakan ini sering dijumpai pada pekerjaan perakitan, satu tangan memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan pekerjaan memasang. Satu contoh lain adalah pada waktu melakukan pekerjaan memasang buah kancing, tangan kiri tidak bergerak memegang kancing sedangkan tangan kanan bekerja menggerakgerakkan jarum. Dalam hal ini tangan kiri melakukan elemen gerak memegang untuk memakai. Untuk melakukan perbaikan sehubungan dengan therblig diatas, pertanyaan-pertanyaan berikut ini bisa dipakai sebagai pedoman: Dapatkah pemegangan dilakukan oleh peralatan? Dengan mengganti tangan oleh peralatan dalam therblig ini berarti ada kemungkinan untuk meningkatkan produktivitas kerja karena
96 Bab IV
tangan yang tadinya dipakai untuk memegang sekarang dapat melakukan pekerjaan lain. Contoh pemakaian jig. Dapatkah diusahakan suatu penyangga tangan? Bila tidak memungkinkan memakai peralatan sebagai alat pemegang, maka tangan harus diusahakan tidak cepat mengalami kelelahan. Tangan dapat dibantu dengan alat penyangga.
Melepas (Release Load) Elemen gerak melepas terjadi pada saat tangan operator melepaskan obyek yang dipegang sebelumnya. Dengan demikian elemen gerak ini diawali sesaat jari-jari tangan membuka lepas dan obyek yang dibawa dan berakhir secara begitu semua jari jelas tidak menyentuh atau memegang obyek lagi.
Gambar 4.11 Gerakan Tangan Melepas Mur
Bila dibandingkan dengan elemen-elemen gerak Therbligs lainnya, gerakan melepas merupakan gerakan yang relatif singkat. Elemen gerak melepas ini biasanya didahului oleh gerakan
97 Bab IV
menjangkau (reach). Elemen gerak melepas termasuk elemen Therbligs yang efektif dan bisa diperbaiki dengan memperhatikan peranyaan-pertanyaan berikut : Dapatkah gerakan ini dilaksanakan bersamaan dengan gerakan membawa (move) ? Di sini obyek dibawa dan sekaligus dilepas sehingga dengan demikian akan dapat mengefisiensikan waktu. Apakah tempat obyek setelah dilepas telah dirancang dengan baik? Bila faktor kehati-hatian untuk melepas dapat dihilangkan pada waktu melepas, waktu yang diperlukan untuk therblig ini akan menjadi lebih singkat. Hal ini tercapai misalnya dengan memberi landasan yang lunak (busa) pada tempat obyek setelah dilepas, sehingga dengan demikian pekerja tidak usah terlalu hati-hati untuk melepaskan obyek yang dipegangnya.
Dapatkah peralatan dipakai untuk melepas? Fungsi tangan untuk melepas dapat diganti oleh suatu alat misalnya dengan pelontar mekanis.
Mengarahkan (Position) Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu lokasi tertentu. Gerakan mengarahkan ini biasanya didahului oleh elemen gerakan (move) dan diikuti oleh gerakan merakit (assembling) atau melepas (release). Gerakan dimulai sejak tangan memegang/mengontrol obyek tersebut kearah lokasi yang dituju dan berakhir pada saat gerakan berakhir atau melepas/memakai dimulai. Waktu yang diperlukan untuk gerak mengarahkan ini juga dipengaruhi oleh kerja mata, karena selama tangan mengarahkan obyek, mata tentu mengontrol (elemen mencari paling tidak ikut berperan pula di sini) agar obyek dapat dengan mudah ditempatkan pada lokasi yang telah ditetápkan. Elemen gerak mengarahkan ini termasuk elemen therblig yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan menghilangkannya.
98 Bab IV
Gambar 4.12 Gerakan Mengarahkan Mur & Clamp
Waktu untuk mengarahkan sering bisa diefisienkan dengan memperhatikan pedoman-pedoman berikut ini : Apakah pengarahan diperlukan? Untuk obyek-obyek yang tidak memerlukan pengarahan, misalnya karena boleh diletakkan secara tidak beraturan, proses pengarahan sebaiknya dihilangkan karena dengan tidak adanya elemen gerak mengarahkan, elemen gerak membawa akan menjadi lebih singkat. Apakah obyek yang akan dipegang telah diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengarahan? Bila obyek telah diletakkan sedemikian rupa sehingga untuk pengarahan tidak diperlukan gerak yang banyak, maka akan diperoleh penghematan waktu kerja karena berkurangnya waktu pengarahan. Dapatkah dipakai peralatan sebagai penuntun obyek yang akan ditempatkan? Dengan adanya penuntun, diharapkan waktu untuk pengarahan dapat dikurangi. Penuntun disini
99 Bab IV
adalah salah satu peralatan yang termasuk perkakas pembantu (jig).
Mengarahkan Sementara (Pre-Position) Elemen gerak mengarahkan awal adalah elemen kerja therbligs yang mengarahkan obyek pada suatu tempat sementara sehingga pada saat kerja mengarahkan obyek benar-benar dilakukan maka obyek tersebut dengan mudah akan bisa dipegang dan dibawa kearah tujuan yang dikehendaki. Elemen therbligs ini sering terjadi bersamaan dengan therblig yang diantaranya adalah membawa (move) dan melepaskan (release). Untuk mengurangi waktu kerja mengarahkan awal bisa dilakukan dengan merancang peralatan pembantu untuk memegang (holding device) perkakas kerja atau obyek pada arah gerakan kerja yang semestinya. Berikut ini uraian perbedaan antara therblig mengarahkan dengan therblig mengarahkan sementara. Tabel 4.2 Uraian Gerakan Menulis Langkah Dalam Penulisan
Nama Gerakan
Mengambil pulpen
Menjangkau
Memegang pulpen
Memegang
Membawa pulpen ke kertas
Membawa
Mengarahkan pulpen untuk menulis
Mengarahkan
Menulis
Menamai
Mengembalikan pulpen ke tempatnya
Membawa
Memasukkan pulpen ke dalam tempatnya
Mengarahkan sementara
Melepaskan pulpen
Melepas
Menggerakkan kembali tangan ke kertas
Menjangkau (transport empty)
100 Bab IV
Memeriksa (Inspect) Elemen therblig ini termasuk cara kerja untuk menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Gerakan kerja dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung. Elemen dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan benda kerja dan lain-lain. Aktivitas yang prinsipnya memeriksa obyek kerja untuk dibandingkan dengan standard yang ada. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan memeriksa ini akan bergantung kepada kecepatan operator menemukan perbedaan antara obyek dengan performansi standard yang dibandingkan. Elemen kerja ini terrnasuk dalam elemen Therbligs yang tidak efektif dan dapat dihindari dengan mengikuti petunjukpetunjuk berikut: Dapatkah gerakan ini dilakukan sekaligus bersamaan dengan therblig yang lain? Dengan adanya kombinasi operasi antara pemeriksaan dengan gerak yang lain, berarti waktu pemeriksaan secara tersendiri dapat dihindarkan. Dapatkah dipakai suatu alat yang dapat memeriksa beberapa obyek sekaligus? Apakah penambahan cahaya dapat mempercepat pemeriksaan? Apakah jarak obyek yang diperiksa sudah tepat dari mata operator? Jarak penglihatan manusia sangat terbatas kemampuannya. Jarak yang lebih dekat atau lebih jauh dari jarak optimal bagi seseorang akan mengakibatkan ketidak jelasan penglihatan bagi orang tersebut, dan pada saatnya akan mengakibatkan kerusakan pada mata. Apakah dapat dimanfaatkan peralatan khusus untuk inspeksi yang dapat membantu atau menggantikan fungsi bagian tubuh (tangan, mata, dan lain-lain ?) Adanya lensa pembesar, peralatan elektronik ataupun mekanik untuk pemeriksaan, dan lain-lain akan bisa diaplikasikan guna melakukan pemeriksaan secara lebih mudah dan teliti.
101 Bab IV
Merakit (Assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek tersebut sudah tergabung secara sempurna.
Gambar 4.13 Merakit
Mengurai Rakit (Diassembly) Elemen gerak ini merupakan kebalikan dari elemen therblig merakit (assemble). Di sini dilakukan gerakan memisahkan atau menguraikan dua obyek yang tergabung satu menjadi obyek-obyek terpisah. Gerakan mengurai rakit biasanya diawali oleh elemen memegang (grasp) dan dilanjutkan dengan membawa (move) atau melepas (release). Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas obyek telah selesai yang dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan berakhir di saat obyek telah terurai sempurna (biasanya terus diikuti dengan gerakan Therblig Iainnya yaitu membawa atau melepas).
102 Bab IV
Gambar 4.14 Melepas Rakit
Memakai (Use) Memakai adalah elemen gerakan therblig dimana salah satu atau kedua tangan digunakan untuk memakai/mengontrol suatu alat/obyek untuk tujuan-tujuan tertentu selama kerja berlangsung. Lama waktu yang dipergunakan untuk gerakan ini tergantung pada jenis pekerjaan atau kecakapan operator untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Merakit, mengurai rakit dan memakai dapat diperbaiki dengan mempertanyakan hal-hal berikut ini: Dapatkah dipakai perkakas bantu (Jig & Fixture)? Pemakaian alat-alat ini akan meringankan dan memudahkan kerja tangan. Dengan demikian diharapkan produktivitas kerja akan meningkat.
103 Bab IV
Dapatkah aktivitas pekerjaan dilakukan oleh peralatan secara otomatis? Dapatkah melakukan perakitan dengan beberapa unit sekaligus? Bila keadaan ini memungkinkan, maka akan mempersingkat waktu kerja. Apakah mesin atau peralatan kerja telah dijalankan secara efisien sesuai dengan kapasitas dan spesifikasi yang dimiliki?. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, maka pekerjaan harus dilakukan dalam kondisi yang optimal. Mesin perkakas misalnya harus dijalankan pada pemilihan kecepatan potong (cutting speed), pemakanan (feed) dan kondisi-kondisi pemotongan lainnya yang seoptimal mungkin.
Kelambatan Yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay) Kelambatan yang dimaksudkan disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya bekerja. Misalnya operator mesin drill, menurut ketentuan cara kerja yang ditetapkan, sebagai akibat dari sifat pekerjaannya hanya memungkinkan satu tangan bekerja. Gangguan-gangguan yang terjadi seperti padamnya listrik, rusaknya alat dan lain-lain menyebabkan kelambatan juga. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasi.
Kelambatan Yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay) Setiap waktu menganggur (idle time) yang terjadi pada siklus kerja yang berlangsung merupakan tanggung jawab operator baik secara sengaja maupun tidak sengaja akan diklasifikasikan sebagai kelambatan yang bisa dihindarkan. Kegiatan ini menunjukkan situasi yang tidak produktif yang dilakukan oleh operator (merokok, mengobrol, mondar-mandir tanpa tujuan jelas, dan lain-lain) sehingga perbaikan/penanggulangan yang perlu dilakukan lebih ditujukan kepada operatornya sendiri tanpa harus mengubah proses operasi kerjanya.
104 Bab IV
Merencanakan (Plan) Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru. Cara untuk memperbaiki adalah dengan jalan melatih atau training terhadap karyawan baru.
Istirahat Untuk Menghilangkan Lelah (Rest To Overcome Fatigue) Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara periodik. Waktu untuk memulihkan kondisi badan dan kelelahan fisik akibat kerja berbeda-beda, tidak saja tergantung pada karakteristik pekerjaan yang ada tetapi juga tergantung individu pekerjanya. Untuk memperbaiki elemen-elemen therblig yang diklasifikasikan sebagai nilai bisa dilaksanakan dengan memperhatikan faktor-faktor ergonomi yang secara signifikan berpengaruh besar terhadap performans kerja manusia.
4.5 Perbaikan Dengan Ekonomi Gerakan Melakukan pekerjaan dengan gerakan gerakan yang lebih efisien adalah merupakan dasar utama perbaikan yang harus dipraktekkan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Untuk memperdalam pengertian dan mempermudah penerapannya, maka berikut ini akan dijelaskan secara sederhana disertai contoh-contoh berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
105 Bab IV
4.5.1 Mengurangi Jumlah Gerakan Aktivitas yang bisa dikerjakan dalam perbaikan ekonomi gerakan yang berkaitan dengan mengurangi jumlah gerakan adalah:
A. Mengenai Cara Gerakan Menghapus Gerakan yang Tidak Perlu
Tabel 4.3 Penilaian Gerakan Macam Gerakan
Penilaian Gerakan
Gerakan yang diperlukan dalam pekerjaan:
Memang diperlukan, tapi terus dipikirkan, bisakah dihilangkan dengan cara proses tertentu, urutan atau penggabungan gerakan.
Angkut, Tangan kosong, Pegang, Pakai, Gabungkan, Uraikan, Letakkan, Lepas
Terus dipikirkan, bisakah dilakukan lebih mudah dan cepat
Gerakan bantu yang cenderung memperlambat kerja: Cari, Temukan, Siapkan, Pilih, Pikir, Periksa
Gerakan tidak perlu atau tidak kerja
Merupakan kerja psikologis. Jadi perlu dipikirkan, agar tata letak, pemakaian jig atau mesin sedemikian rupa, sehingga pekerja tidak perlu mempertimbangkan perlunya melakukan gerakan-gerakan tersebut Merupakan gerakan yang hanya memperlambat. Segera pikirkan perubahan cara kerja, pemakaian jig dan sebagainya.
106 Bab IV
Satukan perhitungan dengan menggunakan kotak penghitung
Menghilangkan pelengkungan terminal dengan menggunakan tangan kiri
Mengurangi / Memperkecil Gerakan Mata Mata berfungsi untuk memastikan benda-benda yang memberikan reaksi terhadap tubuh kita, ia bergerak melalui gerakan tangan atau kaki. Jadi jika wilayah gerakan mata terlalu besar
107 Bab IV
akibatnya akan memperlambat gerakan yang lain. Gerakan mata terbagi dua; “pandangan langsung “memastikan benda tanpa mengatur fokus pandang” dan “pandangan tidak langsung” memastikan “benda tanpa mengatur fokus pandang”. Jika banyak gerakan pandang langsung akan menimbulkan keterlambatan gerakan. Maka posisi benda perlu diatur dalam wilayah dimana benda bisa dilihat dengan pandangan tak langsung. Jika benda-benda bisa dilihat dengan pandangan tak langsung, maka kepala, tubuh dan lainlainnya akan bergerak mengikuti, akibatnya waktu bekerja menjadi lebih cepat. Kurangi wilayah penglihatan dengan penggunaan cermin
Menggabungkan Dua atau Lebih Gerakan Menjadi Satu Gerakan Suatu gerakan yang memiliki lebih dari satu tujuan secara bersamaan merupakan gerakan rasional dan memperpendek waktu kerja. Berikut ini aktivitas untuk penggabungan gerakan:
108 Bab IV
Kurangi pengecapan dengan menggabungkan dua stempel
Sinkronkan pemotongan dua kawat timah dengan memakai mata pisau yang lebih panjang.
109 Bab IV
B. Mengenai Tempat Kerja Beberapa perbaikan yang bisa dilakukan berkaitan dengan tempat kerja adalah sebagai berikut: Meletakkan Material atau Peralatan di Tempat Tertentu di Depan Pekerja Jika benda yang diperlukan ada di depan pekerja, di tempat yang sudah ditentukan, dan dalam wilayah jangkauan tangannya, maka pekerja tidak perlu mencari-cari lagi.
Contoh:
Lokalisir kembali seal stock untuk mengurangi gerakan tubuh
110 Bab IV
Meletakkan Material dan Peralatan pada Tempatnya Material dan peralatan harus diusahakan untuk ditempatkan pada tempat yang mudah diambil, diarahkan dan mudah dibawa atau pada kepentingan yang mudah dijangkau. Contoh:
Pemakaian holder akan mempermudah pemegangan tang/ gunting
111 Bab IV
Peletakan Material atau Peralatan pada Tempat yang Urutannnya Sama dengan Urutan Langkah Kerja Gerakan mencari atau mengangkut bisa dieliminir apabila material dan peralatan telah ditempatkan menurut urutan cara kerja. Sehingga pekerja tidak kebingungan lagi dalam mencari material atau peralatan.
C. Jig dan Mesin Menggunakan Tempat Material untuk Mempermudah Pengambilan Material Tempat material akan berbeda tergantung kepada bentuk atau berat material. Gerakan “mengambil pada umumnya merupakan gerakan tambahan, jadi harus dipikirkan cara termudah untuk melakukannya. Untuk itu, waktu menjulurkan tangan atau rnenggenggam, hendaknya benda itu bisa terambil secara gampang tanpa memerlukan perhatian dan penyesuaian lagi, karena benda itu selalu berada didepan pekerja.
112 Bab IV
Lebih mudah mengambil part yang keluar dari saluran
Lebih mudah mengambil part tipis dengan papan bergelombang
Menggabungkan Dua atau Lebih Suatu Alat Menjadi Satu Dengan menggabungkan alat-alat yang tingkat pemakaiannya tinggi dapat mengurangi frekuensi penanganan alat atau gerakan mencari alat tersebut.
113 Bab IV
Contoh: Gabungkan alat-alat yang sering dipakai; gunting kaleng dengan pembuka tutup botol Gabungkan alat berbentuk sama; bolpoint warna-warni Gabungkan alat yang diperlukan dalam kerja; pensil dengan penghapus, palu dengan pengungkit paku
Menggunakan Mekanisme yang Sedikit Gerakannya untuk Pemasangan pada Jig Gerakan pemasangan pada jig merupakan gerakan ikutan. Karena itu hendaknya dipilih alat pemasangan yang sederhana pemakaiannya dan memuaskan hasilnya. Contoh Daftar perbandingan waktu (jig pada mesin). Cara Pasang Jig
Waktu ( 1/10.000 menit )
Pasang dengan mur
787
Pasang dengan skrup kupu
569
Pasang dengan clamp
191
Sederhanakan pengencangan dengan mengubah sebuah skrup menjadi sebuah clamp
114 Bab IV
Buat Mekanisme Agar Menjalankan Mesin Dapat Dilakukan Dengan Satu Gerakan Pengoperasian mesin biasa dilakukan memakai tombol atau tuas (level). Tapi ada yang memerlukan banyak gerakan ada juga yang sedikit saja tergantung dan mekanisme yang dipakai. Perlu dipikirkan mekanisme yang sederhana yang tidak banyak memrlukan waktu. Misalnya, jenis tombol model rotasi (tuas, lever) merupakan jenis yang bisa diubah jadi tombol model tekan.
Contoh jenis tombol
4.5.2 Lakukan Gerakan Bersamaan Waktunya Sering terihat salah satu tangan menggantikan alat pemegang yang sebenarnya sia-sia. Perlu dipikirkan perbaikan keadaan, tempat ker ja dan jig agar kedua belah tangan bisa dipakai bersamaan waktunya. Begitu juga akan efektif bila ada alat yang dipergunakan dengan memakai kaki.
115 Bab IV
A. Mengenai Cara Gerakan Kedua Tangan Mulai dan Berakhir Secara Bersamaan Sebelah tangan yang menganggur bukan saja suatu kesiasiaan tetapi juga menyebabkan beban yang tak seimbang bagi sebelah tangan lainnya, ini penyebab ketidakseimbangan gerakan. Jadi sedapat mungkin usaha penggunaan kedua tangan bersamaan waktunya. Dilihat dan segi ekonomi gerakan, diluar waktu istirahat sebetulnya kedua belah tangan tidak dalam keadaan istirahat. Pada saat “diam” hendaknya dicari alasan nya yang tepat dan jelas, perbaiki sebab-sebab dan usahakan penyamaan waktu gerakan kedua belah tangan. Perlu diusahakan agar gerakan tangan tidak terganggu akibat tangan lain yang diam. Berikut ini diperlihatkan daftar kesukaran gerakan bersamaan kedua belah tangan. Kita perlu memikirkan cara termudah dengan melihat daftar ini.
Tabel 4.4 Derajat Kesukaran Gerakan Dua Tangan Secara Bersamaan Kosong
Angkut
Pegang
Siapkan
Gabung
Uraikan
Lepas
Kanan Kiri Kosong Angkut Pegang Siapkan Gabung Uraikan Lepas
116 Bab IV
Keterangan warna:
Sukar
Perlu latihan
Kedua tangan mampu bersamaan
Sisipkan Parts Dengan Kedua Tangan
Periksa Parts Dengan Kedua Tangan
117 Bab IV
Gerakan Kedua Tangan Ke arah Berlawanan, Simetris Dilihat dan kemudahannya, gerakan badan berulang mengikuti jejak gerakan yang sama adalah gerakan yang alamiah, jika arah gerakannya berlawanan atau simetris maka akan diperoleh keseimbangan dan timbul irama gerakan. Kemudian, akan hilang selisih waktu gerakan dan bisa dicegah timbulnya kekeliruan kerja. Rekatkan part dengan kedua tangan.
Gabungkan baut dan washer dengan kedua tangan dengan memakai sponge board
118 Bab IV
B. Mengenai Tempat Kerja Letakkan Tempat Part Sedemikian, Agar Dua Tangan Bisa Bergerak Bersamaan. Penempatan parts secara simetris memungkinkan kedua tangan bekerja
C. Mengenai Jig dan Mesin Menggunakan Alat Pemegang Benda, bila ada Gerakan Memegang Benda untuk Waktu yang Lama
Gunakan kaki untuk pekerjaan sederhana atau pekerjaan yang memerlukan tenaga
119 Bab IV
Memikirkan Jig yang Memungkinkan Penggunaan Kedua Tangan Bersamaan Perlu ada pengaturan letak di wilayah kerja, agar kedua tangan dapat bergerak bersamaan, dan jig yang tidak menimbulkan adanya tangan yang menganggur. Bersamaan dengan itu perlu dipikirkan jig yang pemasukan materialnya mudah serta kedudukan jig yang sesuai dengan keadaan fisik pekerja.
120 Bab IV
Lengkungkan terminal washer dengan kedua tangan dan memakai jig khusus
4.5.3 Mempermudah Gerakan Mempermudah gerakan adalah mengusahakan agar dalam gerakan itu sedapat mungkin dihilangkan gerakan ‘mengontrol’, berhati-hati atau ‘menghentikan gerakan’ atau juga ‘ menyesuaikan posisi’ dan sebagainya. Paling umum adalah mengusahakan agar tidak perlu memegang benda-benda berat. Kita perlu secara aktif menggunakan perlengkapan pemegang alat atau pemegang parts, atau menggunakan stopper serta memanfaatkan gaya berat, spring dan juga tekanan udara. A. Mengenai Cara Gerakan
Perbaikan aturan prosedur kerja menjadikannya lebih mudah untuk menggulung pita gelas.
121 Bab IV
Perbaikan prosedur kerja menjadikannya lebih mudah untuk mencantumkan pita insulasi.
122 Bab IV
Menggunakan Gaya Berat Atau Tenaga/Gaya Lain. Membuat ujung palu memiliki sifat magnetis dapat menghilangkan gerakan ‘memegang paku’ oleh tangan, adalah merupakan contoh pemanfaatan gaya/tenaga lain yang sering digunakan. Contoh yang lainnya : pemanfaatan spring (pegas), tekanan hidraulis, tekanan udara (atmosfir). Contoh penggunaan gaya magnit Memegang, menggantungkan, mengangkut benda-benda logam besi dengan magnit. Contoh pemakaian tekanan udara dan hidraulis Menghimpit, mengangkat benda, menggerakkan mesin. Atau juga menghembus sampah dengan tekanan udara atau menghisapnya dengan tabung vakum.
B. Mengenai Tempat Kerja Membuat Ketinggian Tempat Kerja yang Tepat Tinggi meja kerja berbeda-beda tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Artinya, penting kita mempertimbangkan jenis pekerjaan yang memerlukan tenaga besar, pekerjaan yang memerlukan lengan atau jari dan sebagainya. Berdasarkan jenis pekerjaan itulah kita menentukan tinggi meja kerja. Jika melakukan kerja sambil duduk, perlu kita perlukan sandaran dan tempat menaruh kaki.
123 Bab IV
4.6 Contoh Aplikasi Perbaikan Kerja Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk perbaikan kerja. Cara yang dipakai antara lain: penyederhanaan, penggabungan , penghapusan, penataan tempat kerja, metode penyimpanan, kontrol visual. Penjelasan masing-masing metode ada di bawah ini.
4.6.1 Penyederhanaan Kasus: di sebuah operasi pemasangan, seorang operator memasang dua komponen yang berbeda. Karena komponen itu mirip satu sama lain, seringkali terjadi kekeliruan pemasangan. Pemecahan sederhana dapat dikembangkan untuk mengurangi kerancuan pemasangan komponen itu. Setiap kotak tempat komponen dicat dengan warna yang berbeda. Warna yang dipakai pada wadah komponen sesuai dengan warna yang tertera di lembar perintah kerja.
124 Bab IV
Gambar 4.15 Kode Warna Menghindari Kesalahan
4.6.2 Penggabungan Kasus: suatu proses pengolahan logam dijalankan dengan menggunakan dua mesin, masing-masing dilayani oleh seorang operator. Tugas operator hanyalah memasang dan mengambil benda kerja ke/dari mesin, tugas mengerjakan produk pada dasarnya dilakukan oleh mesin otomatis ini. Karena satu mesin dilayani oleh satu operator, maka pemanfaatan waktu operator menjadi kurang efektif. Mereka menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengawasi bagaimana mesin itu bekerja mengolah benda kerja tanpa memberi nilai tambah apapun. Supaya kondisi ini menjadi lebih baik, maka mesin perlu ditata ulang. Letak kedua mesin didekatkan, sehingga operator dapat melayani kedua mesin sekaligus dan tetap menghasilkan volume kerja yang sama pada saat dilayani dua operator.
125 Bab IV
Gambar 4.16 Menangani Beberapa Mesin Sekaligus
Kasus: pada suatu kegiatan penyetelan mesin karena pergantian produksi (set up); cetakan (die) yang lama harus dipindahkan sebelum cetakan baru digunakan. Pelaksanaannya memerlukan 4 langkah untuk pemasangan yang sempurna. Sebuah rencana baru disusun, yaitu dengan menggabungkan kegiatan pemindahan cetakan lama dan kegiatan pemasangan cetakan baru dengan menggunakan kereta rel yang dirancang khusus. Metode baru ini menghapuskan 3 langkah operasi dan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk set up secara drastis.
126 Bab IV
Gambar 4.17 Pergantian Cetakan dengan Cepat
Kasus: gagasan yang dikembangkan untuk set up operasi mesin cetakan injeksi plastik. Cetakan yang akan menggantikan cetakan terpasang dipanaskan lebih dulu dengan panas yang berasal dari mesin. Metode ini menghemat waktu karena dengan pemanasan awal tidak diperlukan lagi proses penyesuaian panas cetakan baru. Namun untuk itu perlu dicari teknik yang memadai agar penanganan mudah. Salah satu pemecahan adalah dengan menempatkan cetakan pengganti persis di bawah cetakan terpasang menggunakan ikatan rantai. Selanjutnya, pada saat penggantian dilakukan, satu gerakan ke atas mesin derek cukup untuk menarik dan melepas cetakan terpasang sekaligus menempatkan cetakan pengganti pada posisi yang tepat.
127 Bab IV
Gambar 4.18 Set-up Cepat pada Mesin Injeksi Plastik
4.6.3 Penghapusan Kasus: pada aktivitas pemindahan barang antar proses yang berurutan, usaha yang tidak perlu sering terbuang percuma, seperti untuk penanganan barang, mengambil, mengangkut, dan meletakkan pada kereta dorong. Pemborosan ini dapat dihilangkan dengan merangkai proses yang berurutan agar terjadi aliran produksi satu demi satu, melewati satu pos kerja ke pos kerja berikutnya. Gambar di bawah ini memperlihatkan penghapusan kegiatan penanganan barang dan transportasi yang tidak perlu. Penghapusan ini bukan hanya sekedar menghemat waktu produksi tetapi juga mengurangi persediaan antar proses, mengurangi kebutuhan tempat persediaan maupun waktu ancang-ancang produksi secara drastis.
128 Bab IV
Gambar 4.19 Menghapuskan Transportasi yang Tidak Perlu
4.6.4 Penataan Tempat Kerja Pemeliharaan tempat kerja erat kaitannya dengan penataan tempat kerja yang lebih baik. Apa yang kita ingin capai bukan hanya lantai yang bersih dan rak-rak yang rapi. Sasaran utama kegiatan ini justru untuk mengurangi biaya produksi. Sebagai contoh, dalam mengatur cetakan, menumpuk begitu saja cetakan yang ada, adalah tidak masuk akal. Lebih baik jika cetakan yang paling sering dipakaii disimpan dekat mesin untuk memudahkan pengambilannya. Penataan tempat kerja ternyata mempunyai basis ekonomi.
129 Bab IV
Lantai, peralatan dan mesin dibersihkan bukan sekedar untuk memperbaiki penampilan. Lebih dari itu, dengan permukaan yang bersih, masalah potensial seperti kebocoran oli atau keretakan mesin akan lebih mudah terlihat dan tindakan perbaikan dapat dilakukan sedini mungkin.
Lembar Periksa untuk Pemeliharaan dan Penataan Tempat Kerja Untuk lantai, mesin, alat bantu kerja, instrumen, cetakan, komponen dan dokumen, daftar periksa ini dapat digunakan. Penataan: Menata barang-barang pada tempat yang telah ditetapkan. Kerapihan: Menetapkan penempatan barang dengan sistem alamat menggunakan garis batas, kode warna dan sebagainya Kebersihan: Menyapu, mengepel dan memelihara pada kondisi yang terbaik Keselamatan Kerja: Perhatian terhadap keselamatan kerja dan kemudahan kerja terkait dengan pribadi pekerja. Disiplin: Usahakan agar tindak disiplin dapat teramati semua orang, sehingga kebiasaan baik dapat ditingkatkan. Penyederhanaan: Singkirkan barang yang tidak perlu sehingga terjadi penyederhanaan lingkungan kerja.
Gambar 4. 20 Lembar Periksa
Metode Penyimpanan Gunakan rak atau wadah untuk menyimpan berbagai alat maupun lembar instruksi operator yang berkaitan pada mesin
130 Bab IV
Gambar 4.21 Petunjuk Kerja maupun Alat Kerja Tersedia
Simpan alat kerja dekat tempat penggunaan
Gambar 4.22 Alat Bantu Kerja Berada di dekat Lokasi Kegiatan
131 Bab IV
Gantunglah alat-alat yang sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau agar tidak menghabiskan waktu untuk mengambil dan mengembalikan.
Gambar 4.23 Alat Kerja Digantung
Tentukan tempat untuk menyimpan barang persediaan, kereta dorong, dan lain-lain
Gambar 4.24 Tempat Khusus Untuk Setiap Benda
132 Bab IV
Kontrol Visual Kontrol visual ini diperlukan untuk mengetahui kesalahankesalahan yang terjadai pada aktivitas proses produksi.
Bila ada penyimpangan terhadap standar, maka hal ini harus tampak bagi semua orang agar tindakan perbaikan dapat dilakukan.
Gambar 4.25 Kontrol Visual
Contoh Penerapan Identifikasi dari kondisi-kondisi operasi. Indikator jarum, meteran, alat ukur, katup pengontrol dan berbagai alat lain, diberi tanda tertentu untuk menunjukkan kondisi operasi yang normal sehingga setiap orang dapat memahaminya. Meteran dengan indikator jarum untuk mengukur tekanan diberi kode warna untuk menunjukkan mana daerah kondisi operasi normal. Katup pengontrol diberi label kartu untuk mengungkapkan bagaimana katup harus dipasang pada kondisi normal. Lebih jauh lagi, nama orang yang bertanggung jawab dan nomor telepon ditempel agar semua orang yang melihat timbulnya masalah dapat melapor secepatnya.
133 Bab IV
Gambar 4.26 Penerapan Kontrol Visual untuk Standard Produksi
Bila alat kerja disimpan pada lokasi menurut selera masingmasing operator, maka yang biasa terjadi adalah kebingungan dan hilangnya waktu bagi yang ingin menggunakannya, karena mereka harus mencarinya lebih dahulu.
Gambar 4.27 Penerapan Kontrol Visual pada Penataan Alat Kerja
134 Bab IV
Gambar 4.28 Kontrol Visual Untuk Material Handling
4.6.5 Pemborosan karena Proses Metode pengolahan produksi dapat menjadi sumber dari pemborosan yang seharusnya tidak perlu ada. Sebagai contoh, pada suatu operasi pembuatan benda kerja dengan proses cetak tuang. Tenaga kerja tambahan mungkin dibutuhkan untuk mengikir dan menghaluskan permukaan hasil produksi. Pada dasarnya, tenaga tambahan untuk penyelesaian akhir ini dapat saja dihilangkan, yaitu bila fasilitas produksi berupa cetakan selalu terpelihara dengan baik, lagi pula kehalusan permukaan cetakan sudah dipertimbangkan pada saat merancang produk maupun prosesnya. Suatu contoh dari perbaikan operasi pengeboran untuk menghilangkan pemborosan karena proses digambarkan pada peraga berikut.
135 Bab IV
Tabel 4. 5 Perbaikan Proses Pengeboran No 1
Waktu Operasi
Uraian Bor tangan
2
Bor tangan dengan penjepit benda
3
Bor mesin stasioner dengan tuas
4
Penggunaan tangan hanya untuk memasang dan membongkar benda kerja Penerapan perkakas pelempar benda (ejection/unloading) Penerapan otomatisasi loadingunloading
5 6 7
?
Perubahan desain, misalnya tidak lagi diperlukan lubang
Catatan Kerja operator Kerja mesin
4.7 Rangkuman Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Sasaran adalah mencari, mengembangkan dan menerapkan metode kerja yang lebih efektif dan efisien dengan tujuan untuk mencari waktu penyelesaian pekerjaan menjadi lebih cepat. Salah satu metode adalah dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan. Prinsip ini dipakai untuk menganalisa gerakangerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan
136 Bab IV
bisa juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Prinsip ekonomi gerakan ini akan membahas: tubuh manusia dan gerakan-gerakannya, tata letak tempat kerja dan gerakan-gerakannya serta perancangan peralatan dan gerakan-gerakannya. Penerapan ekonomi gerakan dalam suatu stasiun kerja atau aktivitas bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti: eliminasi kegiatan, kombinasi gerakan atau aktivitas kerja, dan penyederhanaan kegiatan. Motion study adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Ada 17 elemen gerakan dasar yang disebut dengan therbligs. Perbaikan dengan ekonomi gerakan bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: mengurangi jumlah gerakan, lakukan gerakan bersamaan waktunya, mempermudah gerakan
4.8 Soal Apakah yang dimaksud dengan penyederhanaan kerja? Apakah yang dimaksud dengan elemen-elemen Therbligs itu? Uraikan elemen-elemen gerakan pada saat membuka mur pada baut?
137 Bab IV
BAB V WAKTU SET-UP
5.1 Pendahuluan Setiap perusahaan/industri dituntut untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan permintaan konsumen dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan konsumen. Konsumen menghendaki waktu penyelesaian order yang cepat dan waktu pengiriman yang singkat. Untuk memenuhi hal tersebut, perusahaan harus meningkatkan kecepatan pelayanannya. Jika suatu perusahaan tidak meningkatkan kecepatan pelayanannya, maka perusahaan tersebut tidak dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Karena konsumen akan lebih memilih perusahaan yang memberikan pelayanan dengan cepat. Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan terhadap konsumen, perusahaan harus mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain adalah waktu setup, waktu proses, kondisi mesin dan lain-lain. Waktu setup dan waktu proses sangat mempengaruhi waktu siklus pembuatan suatu produk. Untuk meningkatkan kecepatan pelayanan, perusahaan harus bisa meminimalisasi waktu set-up dan waktu proses, sehingga permintaan konsumen dapat terpenuhi dan kepuasan konsumen akan tercapai. Bab ini akan membahas pengurangan waktu set-up, teknik kecepatan set-up. Setelah mempelajari bab ini para siswa diharapkan mampu untuk mempercepat waktu set-up.
138 Bab V
5.2 Pengurangan Waktu Set-Up Kebanyakan operator, spesialis set-up, dan supervisor, tidak menyukai kegiatan set-up yang biasanya dilakukan pada saat penggantian jenis produk atau produk change over. Perancang mesin, pembuat perkakas, perekayasa peralatan dan cetakan serta para insinyur rekayasa produk tidak banyak memberikan perhatian pada kegiatan set-up secara umum. Celakanya, hal ini berlangsung terus menerus walaupun variasi permintaan pasar telah menjadi semakin rumit. Karena banyaknya variasi produk untuk memenuhi berbagai selera, industri seringkali bersaing dengan menawarkan pilihan produk yang cukup beragam. Walaupun jumlah variasi produk meningkat, total volume untuk satu jenis produksi tidak harus meningkat secara proporsional pula. Oleh karena itu jelas, ukuran lot produksi untuk setiap jenis produk sebaiknya dikurangi. Di masa kompetisi seperti ini, mempercepat waktu set-up adalah suatu keharusan. Dengan mempersingkat waktu set-up, ada peluang untuk mengurangi ukuran lot dan tingkat persediaan, di samping juga mengurangi lead time produksi. Dampaknya, operasi pabrik menjadi fleksibel dan mampu menanggapi setiap perubahan pasar. Menurunkan ukuran lot juga akan memudahkan pengendalian prioritas kerja. Inilah alasan utama yang mendasari mengapa kita harus melakukan pengurangan waktu set-up. Peningkatan kapasitas bukanlah alasan utama untuk menurunkan waktu set-up. Tetapi justru pengaruhnya pada bisnis secara menyeluruh. Tabel 5.1 Pemilahan Kegiatan External dan Internal Set-Up Kegiatan External Set-Up Persiapan cetakan, alat bantu dan sebagainya Pemindahan cetakan
Kegiatan Internal Set-Up Bongkar dan pasang pada mesin Penyetelan lokasi, ketinggian, tekanan dan sebagainya
139 Bab V
Bagaimana, kemudian kita dapat mengurangi waktu set-up?
Langkah pertama, adalah memisahkan pekerjaan set-up yang harus diselesaikan selagi mesin berhenti (internal set-up) terhadap pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi (external set-up). Langkah kedua, adalah mengurangi internal set-up dengan mengerjakan lebih banyak external set-up (contohnya persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan dll) Langkah ketiga, adalah mengurangi internal set-up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian, menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu, dan sebagainya. Langkah keempat, adalah mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set-up, baik internal maupun eksternal.
Proyek pengurangan waktu set-up yang baik dilaksanakan dengan melibatkan operator, teknisi, tim perawatan, dan petugas pengendalian kualitas akan meningkatkan semangat mereka. Waktu set-up kurang dari 10 menit, dalam banyak kasus biasanya dapat dicapai, bila secara serius diusahakan.
5.3 Teknik Kecepatan Set-Up Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi waktu set-up ini. Cara-cara tersebut antara lain:
5.3.1 Pisahkan Kegiatan Set-Up Eksternal dan Internal Dalam mengkaji kegiatan set-up, kita seringkali menemukan kesalahan umum yang biasa dilakukan orang, yaitu ketidak mampuan membedakan kegiatan set-up internal dan
140 Bab V
eksternal. Dalam banyak hal, keduanya dicampur aduk dan diperlakukan sebagai kegiatan set-up internal. Oleh karenanya, langkah pertama yang penting adalah melihat kembali kegiatan set-up secara menyeluruh dan merinci setiap komponen kegiatannya sehingga kegiatan set-up internal maupun eksternal dapat dipisahkan.
5.3.2 Memperbaiki Kegiatan Set-Up Internal Walaupun kegiatan set up eksternal dan internal telah dipisahkan, masih ada saja beberapa kegiatan set-up internal yang ternyata terbukti dapat dikerjakan secara eksternal. Sebagai contoh, kegiatan pemanasan cetakan untuk mesin cetak tuang atau mesin injeksi plastik ternyata dapat dialihkan dari set-up internal menjadi set-up eksternal sehingga produksi menjadi makin efektif. Mengurangi kegiatan penyesuaian atau penyetelan adalah cara lain untuk mengurangi kegiatan internal set-up. Dalam beberapa kasus kegiatan penyetelan dapat mencapai 40% sampai 50% dari waktu set-up secara menyeluruh. Kuncinya bukan sekedar mengurangi penyetelan tetapi bila mungkin justru melenyapkannya sama sekali, yaitu dengan menerapkan berbagai gagasan baru yang kreatif. Gambar berikut menunjukkan dua contoh.
Gambar 5.1 Pengurangan Kegiatan Penyetelan
141 Bab V
Gambar 5.2 menunjukkan dua contoh praktis, yaitu tentang cara melenyapkan kegiatan penyetelan yang dilakukan dengan membakukan (standarisasi) alat bantu. Contoh pertama, waktu set-up mesin numerical control (NC) dan mesin computer numerical control (CNC) telah dikurangi dari beberapa jam menjadi beberapa menit. Hal ini dicapai setelah dipersiapkan landasan benda kerja yang koordinat X-Y nya telah ditentukan. Pada contoh kedua , alat bantu mesin produksi injeksi plastik di salah satu pabrik menerapkan cassete set-up, yaitu dengan menyiapkan landasan cetakan yang berbentuk cassete yang praktis dan mudah dibongkar pasang.
Gambar 5.2 Penerapan Standarisasi Alat Bantu
Operasi paralel adalah cara lain untuk mengurangi internal set-up, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar di bawah ini. Petugas set-up seringkali harus mondar-mandir selama kegiatan set-up untuk berbagai keperluan. Dengan tambahan petugas, khususnya selama periode internal set-up, waktu set-up dapat dikurangi. Di samping itu, operasi secara
142 Bab V
paralel juga meningkatkan semangat kerja kelompok dan kerja sama.
Gambar 5.3 Penerapan Operasi Set-Up Paralel di Tempat Kegiatan
Jaringan kerja dapat membantu dalam mengembangkan kegiatan set-up paralel. Dengan jaringan kerja ini bisa diketahui urutan aktivitas sebuah kegiatan. Selain itu dengan jaringan kerja bisa diketahui waktu penyelesaian aktivitas atau kegiatan tersebut. Gambar berikut ini mengungkapkan bagaimana menerapkan teknik ini. Pada kasus ini, waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan set-up internal (waktu mesin tidak beroperasi) dikurangi dari 57 menit menjadi 10 menit, padahal jam orang yang digunakan tidak bertambah. Metode jaringan kerja juga membantu menemukan lintasan kritis selama kegiatan set-up internal sehingga membantu usaha analisis guna mengurangi waktu lintasan kritis.
143 Bab V
Sebelum dilakukan perbaikan (Total waktu internal set-up 57 menit) 1 2 3 4 5 6 7
Mesin Dihentikan Langkah Ke 1 2 3 4 5 6 7
Mesin Dijalankan Kegiatan Operasi Mencari cetakan baru Memindahkan cetakan baru Memindahkan cetakan bekas Memasang cetakan baru Menyiapkan material baru Menyetel Mengembalikan cetakan bekas
Internal/ External I
Waktu (menit) 3
Pelaksana
I
10
Operator
I
2
Operator
I
2
Operator
I
10
Operator
I I
20 10
Operator Operator
Operator
Setelah dilakukan perbaikan (Total waktu internal set-up: 10 menit) 1
Instruksi set-up
2
5
4
6a
3 mesin dihentikan
6b
7
asisten
operator mesin dijalankan kembali
144 Bab V
Langkah Ke 1 2 5 4 6a 3 6b 7
Kegiatan Operasi Mencari cetakan baru Memindahkan cetakan baru Menyiapkan material baru Memasang cetakan baru* Penyetelan cetakan** Memindahkan cetakan bekas* Menyetel kembali** Mengembalikan cetakan bekas
Internal/ External E
Waktu (menit) 3
Pelaksana
E
10
Asisten
E
10
Asisten
I
2
Asisten
I I
7 2
Operator Operator
I E
8 10
Operator Asisten
Asisten
Catatan: *, ** kegiatan dilakukan serempak oleh operator dan asisten
Gambar 5.4 Kegiatan Set-Up Paralel pada Mesin Kempa
Metode jepit dan cengkam benda kerja (clamping) dapat diperbaiki untuk mengurangi waktu bongkar/pasang. Contohnya, mengurangi jumlah baut, penyamaan bentuk kepala baut, baut dengan ulir pendek dan sebagainya.
145 Bab V
Gambar 5.5 Perbaikan Cara Bongkar Pasang
5.3.3 Memperbaiki Kegiatan Set-Up Eksternal Penataan tempat kerja adalah kunci untuk mengurangi kegiatan set-up eksternal. Dalam penilaian kembali kegiatan setup, seringkali terungkap banyaknya waktu yang terbuang untuk mencari alat kerja, cetakan maupun berbagai alat bantu lainnya. Penetapan sistem alamat penempatan dan penerapan kode warna untuk setiap lokasi penyimpanan, adalah langkah pertama yng sangat mendasar. Di samping mengurangi kegiatan mencari, perbaikan ini juga mengurngi terbuangnya waktu dan usaha untuk kegiatan pindah memindahkan cetakan serta peralatan. Seringkali pula cetakan yang tidak dipakai disimpan didekat mesin sehingga mengurangi keleluasaan gerak. Dengan penataan tempat kerja yang baik, keadaan seperti ini dapat dihilangkan (Gambar 5.6).
146 Bab V
Penggunaan kereta dorong khusus yang dirancang dengan menerapkan roller conveyor di atasnya ternyata sangat membantu. Kereta dorong cetakan ini di samping mengurangi waktu kegiatan set-up eksternal, juga mengurangi penggunaan mesin pengangkat barang atau derek (Gambar 5.7).
Gambar 5.6 Penataan Tempat Kerja
Gambar 5.7 Kereta Khusus untuk Cetakan
147 Bab V
5.4 Rangkuman Dalam era yang serba cepat ini, industri harus bisa berpacu dengan waktu. Konsumen menghendaki pelayanan yang serba cepat dan produk yang berkualitas tinggi. Pihak industri harus selalu mengantisipasi perubahan ini kalau mau bersaing. Salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen adalah dengan cara mengurangi waktu siklus pembuatan produk. Pengurangan waktu siklus pembuatan produk ini bisa dilakukan dengan cara mempercepat waktu set-up. Waktu set-up adalah waktu yang diperlukan untuk mengganti mesin apabila terjadi pergantian produk yang akan dibuat. Teknik mempercepat waktu set-up ada 3 cara, yaitu: memisahkan kegiatan set-up eksternal dan internal, memperbaiki kegiatan set-up internal, memperbaiki kegiatan set-up eksternal.
5.5 Soal Apa yang dimaksud dengan kegiatan set-up internal. Apa yang dimaksud dengan kegiatan set-up eksternal. Sebutkan ada berapa cara teknik untuk mempercepat kegiatan set-up dan masing-masing beri contoh.
148 Bab V
BAB VI MATERIAL HANDLING
6.1 Pendahuluan Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses produksi adalah bergeraknya material dari satu tingkat ke tingkat proses produksi berikutnya. Hal ini terlihat sejak material diterima di tempat penerimaan, kemudian dipindahkan ke tempat pemeriksaan dan selanjutnya disimpan di gudang. Pada bagian proses produksi juga terjadi perpindahan material yang diawali dengan mengambil material dari gudang, kemudian diproses pada proses pertama dan berpindah pada proses berikutnya sampai akhirnya dipindah ke gudang barang jadi. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan Material Handling. Aktivitas material handling di industri biasanya dilakukan dengan menggunakan alat/mesin atau menggunakan tenaga manusia. Pada bab ini akan dibahas mengenai material handling dengan menggunakan alat dan manual material handling. Pada bab ini pembahasan mengenai penanganan material handling B3 tidak dibahas secara mendalam, karena buku ini dipakai oleh siswa sekolah menengah kejuruan jurusan teknik mesin. Dengan mempelajari bab ini para siswa diharapkan paham akan macammacam peralatan material handling dan mengetahui penggunaan dari peralatan tersebut sesuai dengan jenis industrinya. Selain itu para siswa diharapkan mampu untuk melakukan manual material handling secara benar.
149 Bab VI
6.2 Peralatan Material Handling Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga yang berbeda. Semua peralatan material handling diklasifikasikan ke dalam tiga tipe utama yaitu: Conveyor (ban berjalan), Crane (derek), dan trucks (alat angkut/kereta).
6.2.1 Conveyor Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap.
Keuntungan Conveyor : a. Kapasitas tinggi sehingga memungkinkan untuk memindahkan material dalam jumlah besar. b. Kecepatan dapat disesuaikan. c. Penanganan dapat digabungkan dengan aktivitas lainnya seperti proses dan inspeksi. d. Serba guna dan dapat ditaruh di atas lantai maupun di atas operator. e. Bahan dapat disimpan sementara antar stasiun kerja. f. Pengiriman/pengangkutan bahan secara otomatis dan tidak memerlukan bantuan beberapa operator. g. Tidak memerlukan gang.
Kerugian Conveyor : a. Mengikuti jalur yang tetap sehingga pengangkutan terbatas pada area tersebut. b. Kerusakan pada salah satu bagian conveyor akan menghentikan aliran proses. c. Conveyor ada pada tempat yang tetap, sehingga akan mengganggu gerakan peralatan bermesin lainnya.
150 Bab VI
Pada lingkungan industri, terdapat beberapa tipe conveyor yang biasa dipergunakan, antara lain belt conveyor, roller conveyor, screw conveyor, chain conveyor, dan sebagainya. Gambar berikut ini merupakan contoh conveyor.
Gambar 6.1 Conveyor
151 Bab VI
6.2.2 Cranes dan Hoists Cranes (derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas.
Keuntungan: a. Dimungkinkan untuk mengangkat dan memindahkan benda. b. Keterkaitan dengan lantai kerja/produksi sangat kecil. c. Lantai kerja yang berguna untuk kerja dapat dihemat dengan memasang peralatan handling berupa cranes.
Kerugian Cranes dan Hoists a. Membutuhkan investasi yang besar. b. Pelayanan terbatas pada area yang ada. c. Crane hanya bergerak pada arah garis lurus dan tidak dapat dibuat berputar/belok. d. Pemakaian tidak dapat maksimal sesuai yang diinginkan karena crane hanya digunakan untuk periode waktu yang pendek setiap hari kerja. Tipe cranes dan hoists juga banyak macamnya. Tipe cranes terdiri dari: jib crane, bridge crane, gantry crane, tower crane, stacker crane, dan sebagainya. Berikut ini gambar dari crane.
152 Bab VI
Gambar 6.2 Crane
Beberapa contoh hoists ditunjukkan pada gambar 6.4 di bawah ini:
Gambar 6.3 Hoists
153 Bab VI
6.2.3 Trucks Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material dengan berbagai macam jalur yang ada. Termasuk dalam kelompok truck antara lain, forklift trucks, fork trucks, trailer trains, automated guided vehicles (AGV), dan sebagainya.
Keuntungan: a. Perpindahan tidak menggunakan jalur yang tetap, oleh sebab itu dapat digunakan di mana-mana selama ruangan dapat untuk dimasuki trucks. b. Mampu untuk loading, unloading dan mengangkat kecuali memindahkan material. c. Karena gerakannya tidak terbatas, memungkinkan untuk melayani tempat yang berbeda.
Kerugian: a. Tidak mampu menangani beban yang berat. b. Mempunyai kapasitas yang terbatas setiap pengangkutan. c. Memerlukan gang d. Sebagian besar trucks harus dijalankan oleh operator e. Trucks tidak bisa melakukan tugas ganda. Beberapa macam jenis truck industri ada pada gambar 6.4, gambar 6.5 dan gambar 6.6
154 Bab VI
Gambar 6.4 Hand Truck
Gambar 6.5 Fork Lift Truck
155 Bab VI
Gambar 6.6 Automated Guided Vehicles (AGV)
6.3 Manual Material Handling Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jjarang terjadi otomasi sempurna di dalam industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di berbagai tempat kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri adalah Manual Material Handling (MMH). Definisi Manual Material Handling (MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang.
156 Bab VI
Selama ini pengertian MMH hanya sebatas pada kegiatan lifting dan lowering yang melihat aspek kekuatan vertikal. Padahal kegiatan MMH tidak terbatas pada kegiatan tersebut diatas, masih ada kegiatan pushing dan pulling di dalam kegiatan MMH. Kegiatan MMH yang sering dilakukan oleh pekerja di dalam industri antara lain : 1. Kegiatan pengangkatan benda (LiftingTask) 2. Kegiatan pengantaran benda (Caryying Task) 3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task) 4. Kegiatan menarik benda (Pulling Task) Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut : ª
Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
ª
Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
ª
Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
6.3.1 Manual Material Handling Menurut OSHA Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Berbeda dengan pendapat di atas menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu :
157 Bab VI
1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering) Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 6.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
158 Bab VI
Gambar 6.8 Kegiatan Mendorong/Menarik
3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
Gambar 6.9 Kegiatan Memutar
159 Bab VI
4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
Gambar 6.10 Kegiatan Membawa
5. Menahan (Holding) Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis)
Gambar 6.11 Kegiatan Menahan
160 Bab VI
6.3.2 Batasan Beban yang Boleh Diangkat Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Batasan angkat tersebut, yaitu: a.
Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.
b.
Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg
c.
Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.
d.
Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
e.
Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg
Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Inggris, pada tahun 1982 juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkatan material/benda kerja.
161 Bab VI
Tabel 6.1 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkat Batasan Angkat (Kg) Dibawah 16 16 - 34
34 - 55
Diatas 55
Tindakan Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan perantaraan alat bantu tertentu Sebaiknya Operator yang terpilih dan terlatih. Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih. Harus dibawah pengawasan supervisor Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah pengawasan ketat
Berikutnya lembaga the National Occupational Health and Safety Commission (Worksafe Australia) pada bulan Desember 1986 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman. Tabel 6.2 Tindakan yang Harus Dilakukan Sesuai Dengan Batas Angkatnya Level 1 2
Batas Angkat (Kg) = 16 16 – 25
3
25 – 34
4
> 34
Tindakan Tidak diperlukan tindakan khusus Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan pada metode angkat Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job redesign Harus dibantu dengan peralatan mekanis
162 Bab VI
6.3.3 Pemindahan Material Secara Teknis Beberapa penyelesaian secara teknis untuk pemindahan material secara manual adalah sebagai berikut: 1. Pindahkan beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirancang dengan menggunakan roller (ban berjalan) 2. Gunakan meja yang dapat digerakkan naik turun untuk menjaga agar bagian permukaan dari meja kerja dapat langsung dipakai untuk memasukkan lembaran logam ataupun benda kerja lainnya kedalam mesin. 3. Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi 4. Berikan peralatan yang dapat mengangkat, misalnya; pada ujung belakang truk untuk memudahkan pengangkatan material, dengan demikian tidak diperlukan lagi alat angkat (crane). 5. Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat. 6. Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat benda pada ketinggian permukaan pinggang. 7. Berilah tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya.
163 Bab VI
6.3.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi MMH Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Karakteristik Pekerja Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari: a.
Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, antropometri, dan postur tubuh.
b.
Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan dan proprioceptive.
c.
Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis.
d.
Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi
e.
Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll
f.
Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH.
g.
Status kesehatan
h.
Aktivitas dalam waktu luang
164 Bab VI
2. Karakteritik Material Karakteristikmaterial atau bahan, meliputi: a.
Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen inersia benda.
b.
Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak, silinder, dll.
c.
Distribusi beban, ukuran letak unit CG dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu atau dua tangan.
d.
Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak.
e.
Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi CM
3. Karakteristik Tugas/Pekerjaan Karakeristik tugas ini meliputi kondisi pekerjaan manual material handling yang akan dilakukan. Terdiri dari : a.
Geometri tempat kerja, termasuk didalamnya jarak pergerakan, langkah yang harus ditempuh, dll.
b.
Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk frekuensi pekerjaan yang dilakukan.
c.
Kompleksitas pekerjaan, termasuk didalamnya ketepatan penempatan, tujuan aktivitas maupun komponen pendukungnya.
d.
Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau bauan, juga daya tarik kaki.
165 Bab VI
4. Sikap Kerja Penanganan manual material handling juga melibatkan metode kerja atau sikap dalam menyelesaikan pekerjaan/tugas. Pengamatan meliputi pada : a. Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan, cara/postur saat memindahkan. b.
Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik, keberadaan tenaga medis, maupun utilitas kerjasama tim.
c.
Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi, rotasi kerja maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan.
Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang dilakukan NIOSH (NIOSH, 1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua -pertiga dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang (lifting loads activity).
6.3.5 Cara Mengangkat Beban Dalam sistem kerja angkat dan angkut, sering dijumpai nyeri pinggang sebagai akibat kesalahan dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu mengenai teknik maupun berat/ukuran beban. Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi
166 Bab VI
pembebanan setempat yang berlebihan di daerah pinggang dan inilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja. Berikut ini cara mengangkat beban yang salah.
a
b
167 Bab VI
c
d
Gambar 6.12 Cara Mengangkat yang Salah (a - d)
Gambar 6.13 tersebut menggambarkan cara kerja mengangkat galon air yang salah. Dengan posisi mengangkat tersebut bisa menimbulkan cedera pada punggung. Sebab ada hentakan ketika mengangkat galon (posisi c). Sedangkan urutan cara mengangkat galon yang benar ada pada Gambar 6.14 berikut ini.
168 Bab VI
a
b
c
d
169 Bab VI
e Gambar 6.13 Cara Mengangkat yang Benar (a - e)
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin timbul saat Mengangkat beban yaitu: Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas Kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan Gerakan cepat dan tiba-tiba. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring.
170 Bab VI
Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.
6.3.6 Faktor Resiko Kecelakaan Kerja MMH Faktor resiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Faktor resiko digunakan untuk menganalisa tugas manual (manual task ). Manual task atau manual material handling memiliki interaksi yang kompleks antara pekerja dan lingkungan kerja. Faktor resiko kemudian dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu : 1. Tekanan langsung kepada tubuh. Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular, postur/sikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaran peralatan dan lama waktu kerja. 2. Kontribusi faktor resiko yang secara langsung mempengaruhi tuntutan kerja Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika komponen ini di desain ulang pengaruh dari tekanan dapat dikurangi. 3. Memodifikasi faktor resiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap kerja sehingga akibat dari faktor resiko dapat dikurangi.
6.3.7 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH (1981) ada enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manual material handling yang tidak tepat, yaitu :
171 Bab VI
1. 2. 3. 4. 5.
6.
Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik dari data medis. Observasi pekerjaan yang dicurigai da n untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan. Evaluasi tingkat resiko pengangkatan dengan menghitung nilai AL dan MPL dan membandingkannya dengan berat beban yang diangkat. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas dengan pengecekan kesehatan.
6.4. Metode Analisa Postur Kerja OWAS OWAS merupakan sebuah metode analisa postur kerja dengan melakukan evaluasi postur kerja yang mengakibatkan cedera musculoskeletal (Karhu dkk, 1981). Metode ini mulai berkembang pada awal tahun tujuh puluhan di perusahaan Ovako Oy Finlandia (sekarang Fundia Wire). Metode ini mulai dikembangkan pertama kali oleh Karhu Dkk, yang didasarkan pada klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari sikap kerja yang dikombinasikan dengan pengamatan dari tugas selama bekerja. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap/postur kerja yang berpotensi
172 Bab VI
menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan kerja yang menjadi perhatian adalah cedera musculoskeletal. Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil data postur, beban/tenaga, dan fase kerja. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkodean berdasar data tersebut. Evaluasi penilaian didasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang ada. Kemudian dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil. Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh bagian belakang (back ), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap postur tubuh tersebut terdiri dari 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan, dan 7 postur kaki. Berat beban yang dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung skala 3 point.
Bagian Belakang (Back )
Gambar 6.14 Postur Tubuh Bagian Belakang (Back )
173 Bab VI
Tabel 6.3 Skor Bagian Belakang (Back) Pergerakan
Skor
Lurus/tegak
1
Bungkuk ke depan
2
Miring ke samping
3
Bungkuk ke depan dan miring ke samping
4
Bagian Lengan (Arms)
Gambar 6.15 Postur Tubuh Bagian Lengan (Arms)
Tabel 6.4 Skor Bagian Lengan (Arms) Pergerakan
Skor
Kedua tangan di bawah bahu
1
Satu tangan pada atau di atas bahu
2
Kedua tangan pada atau diatas bahu
3
174 Bab VI
Bagian Kaki (Legs)
Gambar 6.16 Postur Tubuh Bagian Kaki (Legs)
Tabel 6.5 Skor Bagian Kaki (Legs) Pergerakan Duduk Berdiri dengan kedua kaki lurus Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut Berdiri atau jongkok dengan satu lutut Berlutut pada satu atau dua lutut Berjalan atau bergerak
Skor 1 2 3 4 5 6 7
175 Bab VI
Beban (Load)
Gambar 6.17 Ukuran Beban (Load)
Tabel 6.6 Skor Berat Beban OWAS Beban/Load
Skor
< 10 kg
1
< 20 kg
2
> 20 kg
3
Dibawah ini adalah perihal penjelasan tentang klasifikasi sikap agar membedakan sikap masing-masing klasifikasi. 1.
Sikap Punggung x
Membungkuk Penilaian sikap kerja diklasifikasikan membungkuk jika terjadi sudut yang terbentuk pada punggung minimal sebesar 200 atau lebih. Begitu pula sebaliknya jika perubahan sudut kurang dari 200 , maka dinilai tidak
176 Bab VI
membungkuk. Adapun posisi leher dan kaki tidak termasuk dalam penilaian batang tubuh (punggung). 2.
Sikap Lengan x x
3.
Yang dimaksud sebagai lengan adalah dari lengan atas sampai tangan. Penilaian terhadap posisi lengan yang prlu diperhatikan adalah posisi tangan.
Sikap Kaki x x
x
x
x
x
Duduk Pada sikap ini adalah duduk dikursi dan semacamnya. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus Pada sikap ini adalah kedua kaki dalam posisi lurus/tidak bengkok dimana beban tubuh menumpu kedua kaki. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus Pada sikap ini adalah beban tubuh bertumpu pada satu kaki yang lurus (menggunakan saru pusat gravitasi lurus), dan satu kaki yang lain dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh lantai). Dalam hal ini kaki yang menggantung untuk menyeimbangkan tubuh dan bila jari kaki yang menyentuh lantai termasuk sikap ini. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini adalah keadaan poatur setengah duduk yang yelah umum diketahui yaitu keadaan lutut ditekuk dan beban tubuh bertumpu pada kedua kaki. Lutut dikategorikan ditekuk jika sudut yang terbentuk adalah d 1500. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk Pada sikap ini dalam keadaan ini berat tubuh bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk (menggunakan pusat gravitasi pada satu kaki dengan lutut ditekuk). Berlutut pada satu atau kedua lutut Pada sikap ini dalam keadaan satu atau kedua lutut menempel pada lantai.
177 Bab VI
x
4.
Berjalan Pada sikap ini adalah gerakan kaki yang dilakukan termasuk gerakan ke depan, belakang, menyamping, dan naik turun tangga.
Berat beban x
Dalam hal ini yang membedakan adalah berat beban yang diterima dalam satuan kilogram (Kg). Berat beban yang diangkat lebih kecil atau sama dengan 10 Kg (W d 10 Kg ), lebih besar dari 10 Kg dan lebih kecil atau sama dengan 20 Kg (10 Kg W d 20 Kg ), lebih besar dari 20 Kg (W t 20 Kg ).
Hasil dari analisa sikap kerja OWAS terdiri dari empat level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja. Tabel 6.7 Empat Level Sikap Kerja KATEGORI : KATEGORI :
1
KATEGORI :
3
KATEGORI 4:
2
Pada sikap ini tidak masalah pada sistem musculoskeletal. Tidak perlu perbaikan. Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu perbaikan dimasa yang akan datang. Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu perbaikan segera mungkin. Pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini.
Berikut ini merupakan tabel kategori tindakan kerja OWAS secara keseluruhan, berdasarkan kombinasi klasifikasi sikap dari punggung, lengan, kaki, dan beban berat.
178 Bab VI
Tabel 6.8 Kategori Tindakan Kerja OWAS
Back Arms 1
2
3
4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 4
2 2 1 1 1 2 2 3 1 2 2 3 3 4
3 1 1 1 3 3 4 1 3 3 3 4 4
1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2
2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 3 3
3 3 1 1 1 3 3 3 1 1 1 3 4 4
1 1 1 1 2 2 3 1 1 2 2 3 3
2 1 1 1 2 3 3 1 1 3 2 3 3
5
4 3 1 1 1 3 3 3 2 2 3 3 4 4
1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4
2 2 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4
3 2 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4
1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4
2 2 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4
1 1 1 1 2 3 4 1 3 4 4 4 4
2 1 1 1 2 3 4 1 3 4 4 4 4
3 1 1 1 2 4 4 1 3 4 4 4 4
1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2
7
Legs
2 1 1 1 3 3 3 1 1 1 3 3 3
3 Load 1 1 2 3 4 4 X 1 1 1 4 4 4
179 Bab VI
Tabel di atas menjelaskan mengenai klasifikasi posturpostur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4, yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem musculoskeletal (sikap kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara langsung/saat ini.
Contoh Gerakan
Gambar 6. 18 Posisi Sikap Pekerja
180 Bab VI
Kode Sikap Punggung : 4 Bungkuk ke depan dan Menyamping. Kode Sikap Lengan : 1 Kedua lengan berada di bawah bahu Kode Sikap Kaki : 3 Berdiri bertumpu pada satu kaki Kode Berat Beban : 1 Berat beban 3,5 Kg Kode Sikap OWAS : 4 1 3 1
6.5 Material Handling Bahan Kimia Berbahaya Keamanan pengangkutan bahan kimia berbahaya sangat penting, agar terhindar dari malapetaka bagi tenaga kerja, kerusakan harta maupun kerugian jiwa termasuk alat angkutan. Dalam kegiatan transportasi bahan kimia berbahaya, bahaya utama adalah bahaya kebakaran dan ledakan. Dalam pengangkutannya perlu dipertimbangkan faktor-faktor antara lain: a. Pengaturan muatan secara keseluruhan. b. Pengaruh gerakan alat pengangkutan dalam cuaca yang tidak baik. c. Pengaruh perubahan suhu. d. Kelembaban terhadap keselamatan bahan kimia yang diangkut dan lain-lain. Dalam pengangkutan bahan kimia berbahaya, pengemudi ataupun setiap orang yang terlibat dalam proses pengangkutan harus dibekali pengetahuan tentang bahaya bahan kimia yang diangkut dan upaya pencegahannya, tindakan bila terjadi kebocoran, kebakaran atau kecelakaan dan alamat untuk meminta pertolongan.
181 Bab VI
Penyimpanan dan pembuangan sisa bahan kimia berbahaya tidak sama dengan pembuangan bahan buangan lainnya. Bahan kimia berbahaya yang akan dibuang hendaknya diolah terlebih dahulu, dikemas dalam drum, botol, kaleng, truk, tangki atau lainnya dengan tanda dan label yang jelas.
6.6 Rangkuman Masalah utama yang sering terjadi di industri adalah aktivitas perpindahan material dari satu proses menuju ke proses berikutnya. Perpindahan tersebut dikenal dengan nama material handling. Jenis peralatan material handling diantaranya: conveyor, crane, hoist, dan truk. Masing-masing alat material handling tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Manual material handling adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan barang. Faktor-faktor yang mempengaruhi manual material handling yaitu: Karakteristik pekerja Karakteristik material Karakteristik tugas Sikap kerja
182 Bab VI
6.7 Soal Apa yang dimaksud dengan material handling, manual material handling. Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian conveyor dalam aktivitas material handling. Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian crane dan hoist dalam aktivitas material handling. Sebutkan kerugian dan keuntungan pemakaian truk dalam aktivitas material handling.
183 Bab VI
BAB VII LINGKUNGAN KERJA FISIK
7.1 Pendahuluan Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti: kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti: kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, ventilasi. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari bab ini, para siswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.
7.2 Temperatur Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19-23°C dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/det dan pada musim panas suhu ideal antara 22-24°C dengan kecepatan udara antara 0,15-0,4 m/det serta kelembaban antara 40-60% sepanjang tahun. Sedangkan untuk negara dengan dua musim seperti Indonesia. rekomendasi tersebut perlu mendapat
184
koreksi. Sedangkan kaitannya dengan suhu panas lingkungan kerja, Grandjean (1993) memberikan batas toleransi suhu tinggi sebesar 35-40°C; kecepatan udara 0,2 m/det; kelembaban antara 40-50%; perbedaan suhu permukaan < 4°C.
7.2.1 Lingkungan Kerja Panas Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dan luar tubuh dengan kehilangan panas dan dalam tubuh. Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan. Berikut ini aktivitas-aktivitas kerja pada lingkungan kerja yang panas, yaitu aktivitas kerja pada industri pengecoran logam.
Gambar 7.1 Pekerja Mengawasi Tungku Peleburan Logam
185
Pada gambar 7.1 tersebut seorang pekerja sedang mengawasi tungku peleburan logam. Kondisi ini menyebabkan pekerja terpapar panas. Kondisi kerja pada gambar 7.2 juga tidak berbeda jauh dengan kondisi kerja pada gambar 7.1. Pekerja pada kondisi ini juga selama jam kerja terpapar panas.
Gambar 7.2 Mengambil Cairan Logam dari Tungku
Pekerja di lingkungan panas dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquid tetapi lebih sering minum. Tablet garam juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seorang tenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar 50% waktu kerja pada tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan 10% setiap hari.
186
7.2.2 Pengaruh Temperatur Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Gangguan perilaku dan performansi keja seperti, terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian dan lain-lain. 2. Dehidrasi. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <1,5% gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering. 3. Heat Rash Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi ini pekerja perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat. 4. Heat Syncope atau Fainting Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. 5. Heat Cramps Keadaan ini terjadi karena pekerja berkeringat terlalu banyak dan minum air terlalu banyak. Gejala otot yang kejang dan sakit. Cara menanggulangi adalah dengan minum cairan elektrolit (garam) seperti: gatorade, pocari sweet. 6. Kelelahan karena panas Penyebab adalah turunnya volume air darah karena dehidrasi (terlalu banyak berkeringat dan tidak cukup
187
minum). Gejala : lemah lesu, lelah, kantuk; berkeringat dingin dan pucat; banyak berkeringat; pusing; mual; dan pingsan. Cara mengatasi, jika pekerja sadar, istirahatkan di tempat yang sejuk; beri minum yang mengandung elektrolit. Jika pekerja pingsan, segera cari bantuan medis. Jangan diberi minum jika pekerja pingsan. 7. Stroke karena panas Penyebab karena tubuh kepanasan sebab pekerja tidak dapat berkeringat. Kondisi ini dapat mematikan. Gejala kulit kering dengan bercak merah panas atau tampak kebiru-biruan, kehilangan orientasi (bingung), kejang-kejang, pingsan, suhu tubuh yang cepat naik. Penanggulangan: cari bantuan medis segera, pindahkan yang bersangkutan ke tempat yang sejuk, copot alat-alat pelindung yang dipakainya, gunakan handuk basah atau air dan kipas untuk mendinginkannya sambil menunggu paramedis.
7.2.3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37° C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38° C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja . Pengukuran suhu lingkungan kerja bisa menggunakan termometer ruangan digital. Termometer ruangan ini mempunyai ketelitian sampai 0.1°C .
188
Gambar 7.3 Termometer Ruangan Digital
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut: - r 49 °C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30 derajat Celcius: aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik. - r 30 °C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik. - r 24 °C: Kondisi optimum - r 10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul. Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbedabeda, tergantung di daerah bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup di daerah panas berbeda kemampuan beradaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelidiki pengaruh terhadap produktifitas para pekerja penenunan kapas, yang
189
menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur 750F – 800F (240C - 270C)
7.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi 2. Mengurangi beban panas radiasi dengan cara: ¾ Menurunkan temperatur udara dan proses kerja yang menghasilkan panas. ¾ Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas. ¾ Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas 3. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis (mechanical cooling). Cara ini telah terbukti secara dramatis dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan. 4. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40°C) dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas. 5. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara:
190
¾ Melakukan shift pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari. ¾ Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan. ¾ Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja 6. Pakaian pelindung Pakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian pendingin dapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan. 7. Air Karena mekanisme ’haus’ atau keinginan minum tubuh terkadang tidak cukup dirangsang oleh hilangnya cairan tubuh melalui keringat, penting untuk menjadwalkan minum sekitar setengah gelas tiap setengah jam. 8. Pendidikan Pekerja harus diajari bagaimana mengenali gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan bagaimana melakukan pertolongan pertama pada kasus tersebut. Mereka harus tahu mengapa penyakit dapat timbul dan bagaimana mencegahnya. 9. Penyesuaian Proses ini berarti membiarkan tubuh secara bertahap menyesuaikan diri dengan panas. Proses ini menyebabkan suhu tubuh yang lebih rendah saat bekerja dan istirahat, keringat yang lebih banyak, detak jantung yang lebih lambat dan konsumsi oksigen yang lebih rendah. Karena hasil dari proses ini dapat hilang dengan cepat, pekerja harus mengalaminya lagi jika kembali dari libur yang lebih panjang dari seminggu.
191
7.3 Kebisingan Apakah kebisingan? Apakah pembicaraan dengan teman dan keluarga termasuk kebisingan? Apakah musik termasuk kebisingan? Apakah mesin pabrik yang bekerja dengan kecepatan tinggi termasuk kebisingan? Yang membedakan antara musik dengan suara pabrik adalah apakah suara tersebut diinginkan. Pada kebanyakan kasus musik adalah suara yang diinginkan, sedangkan suara pabrik adalah suara yang tidak diinginkan. Kendati musik adalah suara yang diinginkan dalam intensitas tinggi dapat merusak pendengaran seperti suara pabrik. Efek kebisingan terhadap kesehatan tergantung dari kerasnya suara dan apakah suara tersebut diinginkan atau tidak. Kualitas suara ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi suara dinyatakan dengan jumlah getaran tiap detik, atau Hertz (Hz). Sedang intensitas suara merupakan besarnya tekanan suara, yang dalam pengukuran sehari-hari dinyatakan dalam perbandingan logaritmis dan menggunakan satuan desibel (dB). Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut sebagai infrasonik, sedang di atas 20.000 Hz merupakan gelombang ultrasonik. Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz, dapat didengar oleh telinga manusia. Untuk komunikasi percakapan secara normal, diperlukan frekuensi antara 250 – 3000 Hz. Rangsang suara yang berlebihan atau tidak dikehendaki (bising), yang dijumpai di pabrik atau tempat-tempat yang ramai akan mempengaruhi fungsi pendengaran. Berbagai faktor seperti intensitas, frekuensi, jenis atau irama bising, lama pemajanan serta lama waktu istirahat antar dua periode pemajanan, sangat menentukan dalam proses terjadinya ketulian atau kurang pendengaran akibat bising. Demikian juga faktor kepekaan tiap pekerja, seperti umur, pemajanan bising sebelumnya, kondisi kesehatan, penyakit telinga yang pernah diderita, perlu pula dipertimbangkan dalam menentukan gangguan pendengaran akibat bising.
192
7.3.1 Seberapa Keras Suara yang Terlalu Keras? Cara sederhana untuk menentukan apakah tingkat suara yang ada di tempat kerja terlalu keras adalah: Jika anda harus berteriak atau berbicara keras dari jarak rentangan tangan untuk dapat dimengerti oleh lawan bicara anda. Jika telinga anda berdengung jika anda meninggalkan lokasi kerja. Jika anda kesulitan menangkap pembicaraan biasa setelah kerja Jika anda merasa pusing atau mengantuk karena kebisingan Jika rekan kerja anda juga memiliki masalah yang sama atau telah diperiksa dokter didiagnosa mengalami gangguan pendengaran.
7.3.2 Anatomi Telinga Manusia Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian luar (outer ear), bagian tengah (middle ear) dan bagian dalam (inner ear). Ketiga bagian telinga tersebut memiliki komponen-komponen berbeda dengan fungsi masing-masing dan saling berkelanjutan dalam menanggapi gelombang suara yang berada di sekitar manusia. Tulang berbentuk spiral di bagian dalam telinga disebut cochlea yang dilapisi sel rambut yang halus. Gelombang bunyi dihantarkan dari telinga bagian luar ke telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Pada telinga bagian dalam, gelombang tekan menggerakkan sel rambut, yang lalu mengirim signal ke otak, melalui jaringan syaraf, tentang suara yang didengar telinga.
193
Kebisingan dengan intensitas tinggi akan merusak sel rambut di bagian dalam telinga dan mengurangi kemampuan telinga untuk mendengar dan menghantarkan informasi ke otak. Jika sel rambut ini rusak, tidak dapat diperbaiki, sehingga kehilangan pendengaran yang terjadi akan permanen.
Gambar 7.4 Struktur Telinga Manusia
7.3.3 Suara di Tempat Kerja Suara dalam pembahasan Kesehatan dan Keselatan Kerja akan difokuskan pada potensi gelombang suara sebagai salah satu bahaya lingkungan potensial bagi pekerja di tempat kerja beserta teknik-teknik pengendaliannya.
Sumber Suara Beberapa jenis sumber suara di dalam lingkungan kerja: a. Suara mesin
194
Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian pula karakteristik suara yang dihasilkan. Contoh sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti: Mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin diesel, generator Mesin-mesin produksi Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu
Gambar 7.5 Mesin Penyerut Kayu
b. Benturan antara alat kerja dan benda kerja Proses menggerinda permukaan metal dan umumnya pekerjaan penghalusan permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat, pengelingan, memalu dan pemotongan seperti proses penggergajian kayu dan metal cutting. Kondisi ini akan menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji bundar (circular blades) dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB – 120 dB. Gambar di bawah ini memperlihatkan proses benturan
195
antara alat kerja dan benda kerja. Gambar 7.6 adalah proses memotong besi. Proses ini sangat bising sekali, apalagi kalau pekerja tidak memakai alat pelindung diri.
Gambar 7.6 Aktivitas Memotong Besi
Sedangkan gambar 7.7 merupakan aktivitas menggerinda logam. Menggerinda ini merupakan cara untuk menghaluskan permukaan logam. Kondisi kerja menggerinda ini juga menimbulkan suara yang bising.
Gambar 7.7 Kegiatan Menggerinda
196
c. Aliran material Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi material di tempat kerja, apalagi yang berkaitan dengan proses penambahan tekanan dan pencampuran sedikit banyak akan menimbulkan kebisingan di tempat kerja.
7.3.4 Jenis Kebisingan Suara bisa berubah menjadi salah satu bahaya apabila menimbulkan gangguan secara: a. Fisik (menyakitkan telinga pekerja) b. Psikis (mengganggu komunikasi)
konsentrasi
dan
kelancaran
Pada kondisi ini suara sudah berubah menjadi polutan. Polutan tersebut dikenal dengan nama kebisingan. National Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH) mendefinisikan status suara di mana suara berubah menjadi polutan apabila: 1. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dB. 2. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam Kebisingan di lingkungan kerja dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebisingan tetap dan kebisingan tidak tetap.
197
Kebisingan Tetap
Kebisingan
Kebisingan Tidak Tetap
Gambar 7.8 Jenis Kebisingan
Kebisingan Tetap dalam prakteknya akan dibagi menjadi dua macam kebisingan, yaitu: ¾ Kebisingan dengan frekuensi terputus Kebisingan ini berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam. Misal, suara mesin, suara kipas, dan sebagainya. ¾ Broad band noise Kebisingan dengan frekuensi terputus dan broad band noise sama-sama digolongkan dengan kebisingan tetap. Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi. Kebisingan Tidak Tetap dalam prakteknya dibagi menjadi tiga macam kebisingan, yaitu: ¾ Kebisingan fluktuatif Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu
198
¾ Intermittent noise Merupakan kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contohnya kebisingan lalu lintas. ¾ Impulsive noise Kebisingan ini ditimbulkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.
7.3.5 Nilai Ambang Batas Kebisingan dapat menyebabkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang pada pendengaran. Untuk menanggulangi kebisingan di pabrik, beberapa negara menetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan. Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Berikut ini batas waktu pemaparan kebisingan per hari yang direkomendasikan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia pada tahun 1999. Tabel 7.1 Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Batas Waktu Pemaparan Per Hari Kerja 8 4 2 1 30 15 7,5 3,75 1,88
Jam
Menit
Intensitas
Kebisingan Dalam dBA 85 88 91 94 97 100 103 106 109
199
Batas Waktu Pemaparan Per Hari Kerja 0,94 28,12 14,06 7,03 3,52 1,76 0,88 0,44 0,22 0,11
Intensitas
Detik
Kebisingan Dalam dBA 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139
7.3.6 Pengaruh Kebisingan Secara umum pengaruh kebisingan ini dapat dibagi menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB): a. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi Pada kondisi ini terjadi kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan.
200
b. Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah Tingkat kebisingan intensitas rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Dampak dari kebisingan ini secara fisiologis tidak merusak pendengaran. Namun, kondisi ini sering menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya. Stress ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stress karena kebisingan ini akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut: Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur Gangguan reaksi psikomotor Kehilangan konsentrasi Gangguan komunikasi antara lawan bicara Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja.
7.3.7 Sumber Kebisingan Suara atau bunyi ini diukur dengan satuan yang disebut desibel. Satuan desibel diukur dari 0 hingga 140, atau bunyi terlemah yang manusia masih bisa mendengar hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga manusia. Kata desibel biasa disingkat ´dB´ dan mempunyai 3 skala : A, B, dan C. Skala yang terdekat dengan pendengaran manusia adalah skala A atau `dBA´. Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja:
201
Percakapan biasa ( 45 – 60 dB ) Bor listrik ( 88 – 98 dB ) Suara anak ayam di peternakan ( 105 dB ) Gergaji mesin ( 110 – 115 dB ) Musik rock metal ( 115 dB ) Sirene ambulans ( 120 dB ) Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan ( 140 dB ) Pesawat terbang jet ( 140 dB ) Sumber kebisingan yang berasal dari industri antara lain: Industri perkayuan Pekerjaan pemipaan Pertambangan batu bara dan logam.
Gambar 7.9 Belokan Tajam (90o) akan Menambah Kebisingan Aliran
202
Pipa yang dibuat dengan belokan tajam seperti pada gambar 7.9 ini akan menimbulkan suara yang bising. Kebisingan ini terjadi karena ada benturan aliran. Kondisi tidak berbeda juga terjadi pada gambar 7.10, dimana ada penambahan sudut kemiringan. Dengan semakin banyak sudut kemiringan, maka suara bising akan menjadi lebih kuat.
Gambar 7.10 Penambahan Sudut Kemiringan Pembelokan Aliran
7.3.8 Pengukuran Kebisingan Untuk mengukur tingkat kebisingan ini, ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu: Pengukuran Langsung Pada pengukuran ini digunakan alat Sound Level Meter. Alat ini dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40 – 130 dBA pada frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran Sound
203
Level Meter di pasang pada ketinggian ± (140 – 150 m) atau setinggi telinga.
Gambar 7.11 Sound Level Meter
Pengukuran pada Penerima Suara Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa rerata intensitas suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Hal ini didasarkan pengalaman bahwa tidak seluruh waktu kerja, pekerja bekerja pada tempat yang sama melainkan sering berpindah-pindah tempat. Sehingga pekerja juga tidak menerima suara dari satu sumber suara yang tinggi. Dengan demikian jenis pengukuran ini lebih dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh pemaparan kebisingan orang per orang. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah dosimeter. Dosimeter adalah alat yang dipakai untuk mengukur tingkat kebisingan yang dialami pekerja selama shiftnya. Alat ini dapat mengukur selama shift 8, 10, 12 jam, atau berapapun lamanya. Dosimeter dipasang pada sabuk pinggang dan sebuh mikrophone kecil dipasang dekat telinga. Dosimeter mengukur jumlah bunyi yang didengar pekerja selama shiftnya. Meter tingkat suara dan dosimeter akan memberikan hasil berupa angka yang dapat dibandingkan dengan aturan batas maksimum
204
( 85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu – batasnya akan lebih rendah untuk waktu kerja yang lebih lama). Desibel diukur pada skala khusus, yang disebut skala logaritma, dimana setiap penambahan 3 desibel berarti intensitas suara berlipat dua. Berarti, peningkatan dari 90 dBA ke 93 dBA berarti suaranya dua kali lebih keras daripada 90 dBA, peningkatan dari 90 dBA ke 96 dBA berarti suaranya empat kali lebih keras daripada 90 dBA. Hal penting untuk diingat adalah peningkatan kecil pada desibel berarti peningkatan besar pada kerasnya suara dan makin parahnya kerusakan yang dapat diakibatkannya pada telinga.
Gambar 7.12 Noise Dosimeter
7.3.9 Mengendalikan Tingkat Kebisingan Jika tingkat kebisingan diatas 85 dBA untuk shift selama 8 jam, 40 jam per minggu, hukum mengharuskan perusahaan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang ada.
205
a. Pengendalian Teknik di sumber suara adalah cara yang paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Tindakan yang harus dilakukan pertama-tama adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik yang dapat dikerjakan adalah sebagai berikut: 1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan dari bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan, mengganti peralatan yang lama dengan peralatan baru yang mempunyai desain lebih baik. 2. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan pelumas pada semua bagian bergerak. 3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja, atau menutupinya. 4. Memasang peredam getaran dengan menggunakan bantalan karet agar bunyi yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dikurangi; dengan mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban berjalan. 5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi di tempat tersebut Implementasi prinsip-prinsip pengendalian bahaya untuk resiko yang disebabkan oleh kebisingan. Penggantian (substitution) 1. Mengganti mesin-mesin lama dengan mesin baru dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah.
206
2. Mengganti ”jenis proses” mesin (dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah) dengan fungsi proses yang sama, contohnya pengelasan digunakan sebagai penggantian proses riveting (gambar 7.13). Proses riveting ini akan mengakibatkan pelat kerja ketika mendapat getaran akan mengeluarkan bunyi yang berisik. Pelat yang digabung menjadi bergetar.
Gambar 7.13 Penggantian Riveting dengan Welding
Pemisahan (separation) 1. Pemisahan fisik Memindahkan mesin (sumber kebisingan)ke tempat yang lebih lebih jauh dari pekerja. 2. Pemisahan waktu (time separation) Mengurangi lamanya waktu yang harus dialami oleh seorang pekerja untuk berhadapan dengan kebisingan. Rotasi pekerjaan dan pengaturan jam kerja termasuk dua cara yang biasa digunakan. b. Pengendalian administratif untuk kebisingan adalah dengan cara: 1.
mengurangi
efek
Larangan memasuki kawasan dengan tingkat kebisingan tinggi tanpa alat pengaman.
207
2.
Larangan/peringatan untuk terus mengenakan personnel protective equipment selama berada di dalam tempat dengan tingkat kebisingan tinggi.
3.
Dengan menggilir pekerja supaya waktu pemajanan dan tingkat kebisingan yang diterima oleh pekerja masih sesuai dengan nilai ambang batas. Misalnya seorang pekerja terkena pemaparan yang terdiri dari berbagai intensitas dan waktu yang berbeda, maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
C1 T1
C2 T2
...
Cn Tn
...........7.1
yang hasilnya tidak melebihi 1 di mana: C = total waktu pemaparan pada tingkat suara tertentu T = total waktu yang diperkenankan Contoh: Seorang pekerja bekerja pada 91 dBA selama 3 jam, pada 88 dBA selama 2 jam, 94 dBA selama 1 jam, dan 100 dBA selama 0,5 jam. Jika dihitung, maka angka pemaparan kumulatif adalah:
3 2
2 4
1 1
0 ,5 0 , 25
= 5 lebih dari 1 Karena angka pemaparan kumulatif lebih dari 1, atau melebihi batas yang diperkenankan, maka
208
perlu dilakukan pengaturan waktu pemaparan. Secara administratif dapat diatur agar pekerja tersebut hanya bekerja di tempat dengan kebisingan 91 dBA selama 0,25 jam, 88 dBA selama 0,5 jam, 94 dBA selama 0,15 jam, dan 100 dBA selama 0,10 jam, sehingga pemaparan kumulatif menjadi:
0,25 2
0,450 0,115 00,,10 25
= 0,8 kurang dari 1 Pengendalian secara administratif ini dapat dipertimbangkan penggunaannya, akan tetapi sangat terbatas dalam praktek pelaksanaannya. c. Pemakaian alat pelindung diri. Langkah yang paling baik untuk melindungi pendengaran adalah melalui pengendalian secara teknis. Akan tetapi, cara ini tidak selalu dapat dilakukan, sehingga alternatif terakhir diperlukan pemakaian alat pelindung telinga. Tergantung dari jenis, bahan dan cara pemakaiannya, alat pelindung telinga tersebut dapat mengurangi kebisingan sampai 30 dBA.
7.4 Pencahayaan Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis Gelombang tersebut memiliki yang nilainya dapat dibedakan spektrum elektromagnetisnya.
satu bagian berbagai jenis yang terbang ke angkasa. panjang dan frekuensi tertentu, dari energi cahaya lainnya dalam
Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:
209
Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi semakin putih jika suhu naik.
Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik dari elemen yang ada.
Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui padatan tertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.
Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap, biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut fluorescence atau phosphorescence.
7.4.1 Definisi dan Istilah yang Dipakai Dalam pencahayaan ada beberapa istilah yang harus dipahami. Istilah-istilah yang sering dipakai, yaitu: Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu candela. Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata “pengamat standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm. Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata yang dicapai pada suatu bidang kerja yang
210
datar per watt pada pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam lux/W/m². Perbandingan Efficacy Beban Terpasang: Merupakan perbandingan efficacy beban target dan beban terpasang. Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya. Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah ratarata tingkat lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per meter persegi. Tinggi mounting: Merupakan tinggi peralatan atau lampu diatas bidang kerja. Efficacy cahaya terhitung: Perbandingan keluaran lumen terhitung dengan pemakaian daya terhitung dinyatakan dalam lumens per watt. Indeks Ruang: Merupakan perbandingan, yang berhubungan dengan ukuran bidang keseluruhan terhadap tingginya diantara tinggi bidang kerja dengan bidang titik lampu. Efficacy Beban Target: Nilai efficacy beban terpasang yang dicapai dengan efisiensi terbaik, dinyatakan dalam lux/W/m². Faktor pemanfaatan (UF): Merupakan bagian flux cahaya yang dipancarkan oleh lampulampu, menjangkau bidang kerja. Ini merupakan suatu ukuran efektivitas pola pencahayaan.
211
Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi (m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas lingkaran dengan jari-jari r adalah 4ʌr2, maka lingkaran dengan jari-jari 1m memiliki luas 4ʌm2, dan oleh karena itu flux cahaya total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4ʌ1m. Jadi flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan intensitas I adalah: Flux cahaya (lm) = 4ʌ × intensitas cahaya (cd) ... 7.1
Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk 1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya menghasilkan cahaya suram 100 lux.
7.4.2 Hukum Kuadrat Terbalik Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-jari). E =I/d2
................................................. 7.2
Dimana E = Emisi cahaya I = Intensitas cahaya D = jarak
212
Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah: E1 d1² = E2 d2²
................................................... 7.3
Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kena cahaya – kawat lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus dari lampu pijar yang permukaannya seperti es. Contoh Jika seseorang mengukur 10 lm/m² dari sebuah cahaya bola lampu pada jarak 1 meter, berapa kerapatan flux pada jarak setengahnya? Penyelesaian: E1m = (d2 / d1)² * E2 = (1,0 / 0,5)² * 10 = 40 lm/m²
7.4.3 Jenis-Jenis Sistim Pencahayaan Bagian ini menjelaskan berbagai jenis dan komponen sistim pencahayaan.
Lampu Pijar (GLS) Lampu pijar bertindak sebagai ‘badan abu-abu’ yang secara selektif memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif
213
dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan khusus seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk mengimbangi kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting. Gas yang terdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan sekering tidak begitu halnya.
Gambar 7. 14 Lampu Pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar
Ciri-ciri:
Efficacy – 12 lumens/Watt Indeks Perubahan Warna – 1A Suhu Warna - Hangat (2.500K – 2.700K) Umur Lampu – 1-2.000 jam
214
Lampu Tungsten – Halogen Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen bergabung pada dinding bola lampu membentuk molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara tajam.
Gambar 7.15 Lampu Halogen Tungsten
Ciri-ciri:
Efficacy – 18 lumens/Watt Indeks Perubahan Warna – 1A Suhu Warna – Hangat (3.000K-3.200K) Umur Lampu – 2-4.000 jam
215
Kekurangan: Kelebihan:
Lebih mahal IR meningkat UV meningkat Masalah handling Lebih kompak Umur lebih panjang Lebih banyak cahaya Cahaya lebih putih (suhu warna lebih tinggi)
Lampu Neon Lampu neon, 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar standar dan dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV pada 253,7nm dan 185nm. Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan elektron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini menyebabkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak.
216
Gambar 7.16 Lampu Neon
Gambar 7.17 Diagram Alir Energi Lampu Neon
7.4.4 Komponen Pencahayaan Luminer/ Reflektor Elemen yang paling penting dalam perlengkapan cahaya, selain dari lampu, adalah reflector. Reflektor berdampak pada banyaknya cahaya lampu mencapai area yang diterangi dan juga pola distribusi cahayanya. Reflektor biasanya menyebar (dilapisi cat atau bubuk putih sebagai penutup) atau specular
217
(dilapis atau seperti kaca). Tingkat pemantulan bahan reflektor dan bentuk reflektor berpengaruh langsung terhadap efektifitas dan efisiensi fitting. Tabel berikut menggambarkan reflektan sebagai persentase cahaya. Tabel 7.2 Reflektan sebagai Persentase Cahaya Bahan Warna Putih
Reflektan (%) 100
Alumunium, kertas putih
80 – 85
Warna gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau
60 – 65
muda, biru pastel, pink, pale, krim Hijau lime, abu-abu plae, pink, orange dalam,
30 – 35
bluegrey Biru langit, kayu pale
40 – 45
Pale oakwood, semen kering
30 - 35
Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau daun, coklat
20 – 25
Biru gelap, merah purple, coklat tua
10 - 15
Hitam
0
Tabel berikut menyajikan karakteristik kinerja luminer yang umum digunakan:
218
Tabel 7.3 Karakteristik Kinerja Pencahayaan dari Luminer yang Umum digunakan Jenis Lampu
Penerapan
Umur (Jam)
Rumah, restoran, penerangan umum
1000
Lapisan w.r.t yang baik
Kantor, pertokoan, rumah sakit, rumah
5000
60
Sangat baik
Hotel, pertokoan, rumah, kantor
8000 – 10.000
44 - 57
50
Cukup
Penerangan umum di pabrik, garasi, tempat parkir mobil, penerangan berlebihan
5000
Lampu halogen
18 - 24
20
Baik sekali
Peraga, penerangan berlebihan, arena pameran, area konstruksi
2000 – 4000
Sodium tekanan tinggi (HPSV) SCN
67 121
90
Cukup
Penerangan umum di pabrik, gudang, penerangan jalan
6000 – 12.000
Lampu pijar
Lampu neon
Lampu kompak
Merkuri tekanan (HPMV)
neon
Lum / Watt Kisaran RataRata 8 - 18 14
Indeks Perubahan Warna Baik sekali
46 - 60
50
40 - 70
tinggi
-
219
7.4.5 Dampak Penerangan yang Tidak Baik Penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan: 1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja. 2. Kelelahan mental. 3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata. 4. Kerusakan indra mata dan lain-lain. Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, termasuk: 1. Kehilangan produktivitas 2. Kualitas kerja rendah 3. Banyak terjadi kesalahan 4. Kecelakan kerja meningkat
7.4.6 Merancang Sistem Pencahayaan Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya. Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 to 200 lux. Hal ini merupakan pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat pencahayaan yang benar. CIE (Commission International de
220
l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan (Tabel diberikan dibawah). Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam kebanyakan konteks, kualitas dibaca sebagai perubahan warna. Tergantung pada jenis tugasnya, berbagai sumber cahaya dapat dipilih berdasarkan indeks perubahan warna. Tabel 7.4 Area Kegiatan dan Tingkat Penerangan Tingkat Area Kegiatan Penerangan (Lux) Pencahayaan umum 20 Layanan penerangan yang untuk ruangan dan minimum dalam area area yang jarang sirkulasi luar ruangan, digunakan dan/atau pertokoan di daerah terbuka, tugas-tugas atau halaman tempat visual sederhana penyimpanan 50 Tempat pejalan kaki dan panggung 70 Ruang boiler 100 Halaman trafo, ruangan tungku 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan 200 Layanan penerangan yang minimum dalam tugas 300 Meja dan mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan Pencahayaan umum membuat arsip untuk interior 450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesin dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis 1500 Pekerjaan mesin dan di atas meja yang sangat halus, perakitan mesin presisi kecil
221
Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat
3000
dan instrumen; komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan. Bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat) Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran
7.4.7 Pendekatan Aplikasi Penerangan di Tempat Kerja Aplikasi penerangan di tempat kerja, secara umum dapat dilakukan melalui empat pendekatan yaitu: 1. Desain tempat kerja untuk menghindari masalah penerangan Kebutuhan intensitas penerangan bagi pekerja harus selalu dipertimbangkan pada waktu mendesain bangunan, pemasangan mesin-mesin, alat dan sarana kerja. Desain instalasi penerangan harus mampu mengontrol cahaya kesilauan, pantulan dan bayang-bayang serta untuk tujuan kesehatan dan keselamatan kerja 2. Identifikasi dan penilaian problem dan kesulitan penerangan. Agar masalah penerangan yang muncul dapat ditangani dengan baik, faktor-faktor yang harus diperhitungkan adalah: sumber penerangan, pekerja dalam melakukan pekerjaannya, jenis pekerjaan yang dilakukan dan lingkungan kerja secara keseluruhan. 3. Penggunaan pencahayaan alami siang hari Manfaat dari pemakaian cahaya alami pada siang hari sudah dikenal dari pada cahaya listrik, namun cenderung terjadi peningkatan pengabaian terutama pada ruang kantor modern yang berpenyejuk dan perusahaan komersial seperti hotel, plaza perbelanjaan dll.
222
Sebuah rancangan yang bagus yang memadukan kaca atap dengan bahan FRP bersamaan dengan langit-langit transparan dan tembus cahaya dapat memberikan pencahayaan bagus bebas silau; langit-langit juga akan memotong panas yang datang dari cahaya alami.
Pemakaian atrium dengan kubah FRP pada arsitektur dasar dapat menghilangkan penggunaan cahaya listrik pada lintasan gedung-gedung tinggi.
Cahaya alam dari jendela harus juga digunakan. Walau begitu, hal ini harus dirancang dengan baik untuk menghindari silau. Rak cahaya dapat digunakan untuk memberikan cahaya alami tanpa silau.
Gambar 7.18 Pencahayaan Siang Hari dengan Polycarbon
223
Gambar 7.19 Atrium dengan Kubah FRP
7.4.8 Pemasangan Lampu Penerangan Berikut ini ada beberapa pemasangan lampu penerangan yang tepat dan tidak menimbulkan silau serta bayang/bayang pada bidang kerja.
Gambar 7. 20 Kombinasi Lampu Utama dan Tambahan
224
Gambar 7.21 Lampu Dipasang di Atas Pekerja
7.5 Getaran Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Alat untuk mengukur getaran dinamakan vibrasi meter. Getaran mekanis dibedakan berdasar jenis pajanannya. Terdapat 2 bentuk, yaitu: 1. Getaran seluruh badan Akibat goncangan dari mesin, kendaraan atau traktor 2. Getaran alat lengan atau gerakan pada tangan dan lengan
225
7.5.1 Pengaruh Getaran Secara umum getaran yang diterima pekerja akan mengakibatkan gangguan pada saat bekerja. Pengaruh getaran itu adalah sebagai berikut: Gangguan kenikmatan dalam bekerja Mempercepat terjadinya kelelahan Gangguan kesehatan Sedangkan bagian tubuh dari pekerja yang terpapar getaran meliputi seluruh badan dan pada bagian lengan dan tangan. Pengaruh getaran pada seluruh badan akan mengakibatkan: Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran Kerusakan organ pada bagian dalam. Pengaruh getaran pada lengan dan tangan dapat menimbulkan: Sakit kepala, dan sakit pada persendian dan otot lengan Indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya Terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan
7.5.2 Nilai Ambang Batas (NAB) Getaran Untuk mengetahui pengaruh getaran terhadap kesehatan kerja, maka perlu diketahui nilai ambang batas dari getaran ini. Cara untuk mengetahui nilai ambang batas dilakukan dengan mengukur getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan NAB yang diijinkan. Berikut ini NAB getaran berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999.
226
Tabel 7.5 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan Jumlah Waktu Pemajanan per Hari Kerja 4 jam - < 8 jam 2 jam - < 4 jam 1 jam - < 2 jam < 1 jam
Nilai Percepatan Pada Frekuensi Dominan m/det2 Gram 4 6 8 12
0,4 0,61 0,81 1,22
7.5.3 Pengendalian Getaran Pengendalian getaran pada industri ada beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pengendalian Teknis Memakai peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan peredam) Menambah peredam diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet. Merawat peralatan dengan teratur dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan. Meletakkan peralatan dengan teratur alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya. Menggunakan remote control, tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh. 2. Pengendalian Administrasi Dengan cara mengatur waktu kerja, misalnya: Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, tetapi bergantian, dari A, B, dan C.
227
A B C
A B C
A B C
Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku 3. Pengendalian Medis Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2 – 3 tahun sekali. 4. Pemakaian Alat Pelindung Diri Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
7.6 Bau-bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja. Baubauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman. Contoh bau di industri, misalnya bau asap pembakaran batubara, bau limbah industri yang menyengat, dan sebagainya. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi kepekaan penciuman. Untuk mengatasi masalah bau ini perlu dipasang AC dan ventilasi supaya terjadi pertukaran udara. Dengan adanya pertukaran udara / sirkulasi dalam ruangan tersebut baik, maka bau-bauan tersebut bisa dihilangkan minimal bisa dikurangi.
228
7.7 Radiasi Non-Ionisasi Radiasi non-ionisasi adalah radiasi dengan energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron atau molekul tetapi energi tersebut tidak cukup untuk membentuk ion baru. Radiasi ini berupa gelombang-gelombang elektromagnetik seperti gelombang-gelombang mikro, ultraviolet, sinar infra merah, dan sinar laser.
7.7.1 Gelombang Mikro Istilah gelombang mikro dipergunakan untuk spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 3 x 10- 3 sampai 3 x 108 meter atau frekuensi antara 1 x 10- 3 sampai 3 x 1013 Hertz. Kegunaan gelombang ini untuk televisi ,gelombang radio, radar atau kegunaan peralatan industri. Gelombang mikro dapat berpengaruh terhadap tenaga kerja yang bekerja di daerah sumber radiasi. Radiasi gelombang mikro yang pendek (< 1 cm) akan diabsorbsi oleh permukaan kulit sehingga kulit seperti terbakar. Gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat menembus ke jaringan kulit yang lebih dalam. Pada frekuensi tertentu dapat berpengaruh terhadap sistem saraf sentral. Penanganan dengan cara menggunakan NAB. Sehingga dengan mengetahui NAB maka pihak industri bisa mengatur jam kerja karyawan. Berikut ini tabel NAB.
229
Tabel 7.6 Nilai Ambang Batas Frekuensi Radio/Gelombang Mikro Frekuensi
Power Density (nW/cm2)
30 kHz – 100 kHz 100 kHz – 3 MHz 3 MHz – 30 MHz 30 MHz – 100 MHz 100 MHz – 300 MHz 300 MHz – 3 GHz 3 GHz – 15 GHz 15 GHz – 300 GHz
-
Kekuatan Medan Listrik (V/m) 614
Kekuatan Medan Magnet (A/m) 163
Rata-rata Waktu Pemajanan (menit) 6
1
614 1842/f 61,4 61,4
16,3/f 16,3/f 16,3/f 0,163
6 6 6 6
f/300 10 10
-
-
6 6 616.000/f1,2
7.7.2 Sinar Ultraviolet Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 240 nm – 320 nm. Sumber sinar ultraviolet selain sinar matahari, juga dihasilkan pada kegiatan pengelasan, lampu-lampu pijar, pengerjaan laser, dan lain-lain. Pengaruh sinar ultraviolet di lingkungan kerja terutama terhadap kulit dan mata. Pada kulit dapat mengakibatkan erythema, yaitu bercak merah yang abnormal pada kulit. Sedangkan pada mata dapat mengakibatkan fotoelektrika. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari kemungkinan mata terpapar sinar ultraviolet atau menggunakan kaca mata yang tidak tembus sinar tersebut.
230
Tabel 7.7 Waktu Pemajanan Radiasi Sinar Ultra Violet yang Diperkenankan Masa Pemajanan per hari 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam
Iradiasi Efektif ( E eff) – W/cm2 0,1 0,2 0,4 0,8
30 menit 15 menit 8 menit 5 menit 1 menit
1,7 3,3 5 10 50
30 detik 10 detik 1 detik 0,5 detik 0,1 detik
100 300 3000 6000 30000
7.7.3 Sinar Infra Merah Sinar infra merah dihasilkan dari benda-benda pijar seperti dapur atau tanur atau bahan-bahan pijar lainnya. Sinar ini menyebabkan katarak pada lensa mata. Untuk mencegah gangguan pada mata, antara lain memakai kaca mata kobalt biru pada waktu menuangkan cairan logam pijar.
7.7.4 Sinar Laser Sinar laser adalah emisi energi tinggi yang dihasilkan dari kegiatan pengelasan, pemotongan, pelapisan, alat-alat optis, pembuatan mesin-mesin mikro dan operasi kedokteran. Bahan yang digunakan, untuk menghasilkan sinar laser antara lain, berupa bahan laser gas (helium – Neon, Argon, CO2, N2+) laser kristal padat (ND3, C23+) dan laser semikonduktor. Pengaruh utama dari sinar laser terhadap kesehatan pekerja yaitu terhadap mata dan kulit. Dapat menyebabkan
231
kerusakan mata yang berupa efek termis pada retina, sehingga terjadi kerusakan retina dan mengakibatkan kebutaan. Untuk mencegah kelainan kulit, maka batas aman radiasi yaitu 1,0 W/cm2, sedangkan untuk keselamatan mata, batas radiasi dianggap aman sebesar 0,001 W/cm2 pada diameter pupil 3 mm dan 0,002 W/cm2 pada diameter pupil 7 mm.
7.8 Ventilasi Ventilasi industri atau pertukaran udara di dalam industri merupakan suatu metode yang digunakan untuk memelihara dan menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan proses produksi atau kenyamanan pekerja. Ventilasi ini juga digunakan untuk menurunkan kadar suatu kontaminan di udara tempat kerja sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan kerja.
7.8.1 Prinsip Sistem Ventilasi Prinsip sistem ventilasi yang digunakan dalam suatu industri adalah membuat suatu proses pertukaran udara di dalam ruang kerja. Pertukaran udara dicapai dengan cara memindahkan udara dari tempat kerja dan mengganti dengan udara segar yang dilakukan secara bersama-sama. Pertukaran udara secara mekanik dilakukan dengan cara memasang sistem pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply system) dengan menggunakan fan. Exhaust system dipasang untuk mengeluarkan udara beserta kontaminan yang ada di sekitar ruang kerja, biasanya ditempatkan di sekitar ruang kerja atau dekat dengan sumber dimana kontaminan dikeluarkan. Supply system dipasang untuk memasukkan udara ke dalam ruangan, umumnya digunakan untuk menurunkan tingkat konsentrasi kontaminan di dalam lingkungan kerja.
232
7.8.2 Tempat Kerja Berbahaya Terdapat beberapa tempat kerja yang dalam proses kegiatan di lokasi tersebut merupakan sumber bahaya. Bahaya tersebut timbul akibat debu yang dihasilkan dari aktivitas proses produksi dan temperatur panas. Lokasi kerja tersebut yaitu: Tempat peleburan, penuangan dan pengecoran logam. Tempat penimbangan bahan cat, penuangan larutan, pengadukan bahan cat, dan tempat pencucian tangki-tangki kotor pada industri cat. Tempat-tempat solder dan pengelasan pada industri elektronik. Tempat pengisian, pengangkutan bahan dengan menggunakan conveyor pada industri semen. Tempat pengecatan pada industri otomotif. Tempat-tempat pengerjaan logam seperti gerinda logam, pemotongan logam dan penghalusan permukaan logam. Tempat dimana bahan-bahan beracun dikerjakan.
yang
sangat
Tempat-tempat pengerjaan kayu, penggergajian.
7.8.3 Permasalahan Ventilasi di Industri Banyak industri kurang memperhatikan sistem ventilasi dalam menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan kebutuhan proses produksi maupun kenyamanan pekerja. Jika pemasangan sistem ventilasi tidak tepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau bahkan dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja.
233
Permasalahan yang berkaitan dengan sistem ventilasi di dalam industri, dimana kondisi lingkungan kerja tidak sesuai dengan kebutuhan proses produksi dan kenyamanan pekerja, disebabkan karena:
A. Tidak ada perlengkapan sistem ventilasi Dengan tidak adanya perlengkapan sistem ventilasi pada suatu mesin/peralatan waktu proses sedang berlangsung, maka pengenceran terhadap kontaminan atau panas yang ditimbulkan oleh sumber akan berlangsung secara alami. Pertukaran udara secara alami disebabkan kekuatan angin yang masuk melalui lubang jendela/pintu, pengaruh pertukaran udara lewat ventilasi atap, atau karena kecepatan dan arah angin. Pancaran debu, uap logam, ataupun gas sukar untuk dikendalikan hanya dengan pertukaran udara secara alami.
B. Sistem ventilasi yang ada kurang memadai a. Pemilihan tipe ventilasi tidak tepat dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Contoh, pada suatu proses dipasang canopyhood dengan tujuan agar kontaminan yang dipancarkan dari sumber dapat dikeluarkan dan tidak mencemari tenaga kerja. Karena cara kerja dari pekerja yang salah, yaitu di bawah canopyhood dan dekat dengan sumber kontaminan seperti pada gambar A, maka selama pekerja melakukan pekerjaan akan selalu terpapar oleh kontaminan yang dipancarkan oleh sumber. Tipe ventilasi yang cocok seperti pada gambar B.
234
Gambar 7.22 Pemasangan Canopyhood
b. Pemasangan sistem ventilasi yang tidak tepat. Contoh gambar C menunjukkan pemasangan sistem ventilasi tipe slot yang dipasang di bawah tangki proses pencelupan yang berisi solven yang mudah menguap (amyl acetate). Tujuan dari pemasangan sistem ventilasi tipe ini untuk mengamankan lingkungan tempat kerja dari bahaya kebakaran/ledakan. Namun ditinjau dari kesehatan dan keselamatan kerja, tipe ini tidak memadai, karena tenaga kerja akan terpapar oleh amyl acetate. Untuk itu maka sistem pemasangan ventilasi slot tersebut harus dipasang di atas dan sejajar dengan permukaan tangki seperti gambar D.
235
Gambar 7.23 Ventilasi Sistem Slot
c. Pemasangan sistem ventilasi yang tidak sempurna Apabila udara yang dikeluarkan ke tempat terbuka dari suatu sistem ventilasi mengandung sejumlah kontaminan, sedang sistem ventilasi tanpa dilengkapi dengan alat pembersih seperti scrubber, cyclone, bag house filter dan lain-lain, kemungkinan udara tersebut sebagian akan masuk kembali dan mencemari lingkungan kerja. Demikian pula yang jatuh di luar industri, meskipun dalam jumlah kecil namun lama kelamaan akan mengendap dan menumpuk yang akhirnya menyebabkan gangguan kesehatan C. Perencanaan Pipa-Pipa (ductwork) yang Tidak Baik a. Beberapa industri telah memasang sistem ventilasi pada proses-proses tertentu yang diperkirakan sebagai sumber dipancarkannya kontaminan, dengan pipa yang berbentuk segi empat seperti pada gambar E, sedang bentuk pipa yang baik adalah pipa bulat seperti pada gambar F.
236
Gambar 7.24 Ductwork
b. Ada pipa-pipa yang harus dibuat membelok (elbow) yang belum banyak diperhatikan dalam pemasangannya seperti terlihat pada gambar G. Bentuk elbow yang baik bila jari-jari elbow lebih besar dari diameter duct, seperti pada gambar H.
Gambar 7.25 Pipa Membelok
c. Pada pembuatan pipa-pipa cabang, banyak yang berbuat kekeliruan, seperti pada gambar I. Bentuk pipa-pipa cabang yang baik bila sudut antara pipa induk dengan pipa cabang sebesar 300 atau kurang seperti pada gambar J.
237
Gambar 7.26 Bentuk Pipa Cabang
D. Pemilihan Fan Banyak perusahaan memasang fan yang tidak tepat, baik bentuk maupun tenaga yang diperlukan. Akibatnya kekuatan hisap di dalam duct sangat kecil, demikian pula capture velocity, sehingga sistem ventilasi ini tidak dapat menghisap seluruh kontaminan yang dipancarkan dari sumber, bahkan kontaminan yang ada dihamburkan ke luar dan mencemari udara lingkungan kerja. Pemilihan Sistem Ventilasi di Industri Beberapa contoh tipe sistem ventilasi yang dapat digunakan untuk keperluan operasi di dalam suatu industri. A. Comfort Ventilation Pertukaran udara adalah merupakan suatu cara dimana bagian dalam suatu ruangan dipanaskan atau didinginkan, atau mengubah kelembaban udara, untuk mengendalikan suatu proses atau membuat keadaan menjadi nyaman.
238
Pertukaran udara untuk membuat keadaan menjadi nyaman dikenal sebagai comfort ventilation. Contoh penggunaan air condition untuk meningkatkan perasaan nyaman dan enak selama bekerja. Rasa nyaman dalam hal ini, dipandang suatu keharusan dari pada suatu kebutuhan. B. Dilution Ventilation Beban panas yang tinggi, pancaran gas atau uap atau kontaminan lain di dalam suatu ruangan dapat dikendalikan dengan cara memasukkan udara segar ke dalam ruangan tersebut (terjadi pengenceran), dan menghisap ke luar udara kontaminan dari lingkungan kerja. Cara ini disebut dilution ventilation. Cara ini sangat baik untuk mengendalikan beban panas, sering kali dapat digunakan dan berhasil dengan baik untuk mengendalikan uap bahan kimia organik di udara tempat kerja, atau dari larutan-larutan yang menguap pada suhu kamar. C. Local Exhaust Ventilation Tujuannya untuk mengeluarkan udara kontaminan dari sumber tanpa memberi kesempatan kepada kontaminan untuk mengadakan difusi dengan udara di dalam lingkungan kerja. Umumnya local exhaust ventilation ditempatkan sangat dekat dengan sumber emisi. Penggunaannya lebih menguntungkan dibandingkan dengan dilution ventilation. Dengan menghisap ke luar kontaminan dari lingkungan kerja dan mengendapkan kontaminan dalam suatu kolektor, berarti membuat local exhaust ventilation ditempatkan sangat dekat dengan sumber emisi. Penggunaannya lebih menguntungkan dibandingkan dengan dilution ventilation. Dengan menghisap ke luar kontaminan dari lingkungan kerja dan mengendapkan kontaminan dalam suatu kolektor, berarti membuat pabrik lebih bersih. D. Exhausted Enclosure Kecepatan yang sangat tinggi dari kontaminan yang dipancarkan dari suatu sumber dan merupakan bahan yang
239
sangat beracun harus dikendalikan dengan proses isolasi, dan selanjutnya untuk ventilasi pada ruang tersebut dilakukan menggunakan pengendalian jarak jauh. Tenaga kerja yang sewaktu-waktu masuk ke ruangan tersebut perlu menggunakan alat pelindung diri dilengkapi breathing apparatus. E. Clean Room Ventilation Beberapa proses industri harus mengusahakan agar debu di dalam ruangan kerja tetap dalam keadaan biasa seperti keadaan di luar ruangan adalah merupakan suatu masalah. Pada pembuatan gyroscopes misalnya, dan juga penggunaan instrumen lain yang memerlukan akurasi tinggi dikerjakan di dalam ruangan yang bersih Sistem pertukaran udara dari beberapa kamar yang saling berhubungan dipasang filter yang mempunyai efiksiensi tinggi untuk memberi udara segar yang ditempatkan sedekat mungkin dengan tempat kerja. Filter mungkin akan menutup salah satu dinding (sisi ruangan) atau atap ruangan, dan dibuat lubang di salah satu sisi atau di lantai ruangan untuk mengeluarkan kontaminan.
Gambar 7.27 Ventilasi di Pabrik
240
Sedangkan gambar di bawah ini adalah contoh dari fan yang ada di pabrik.
a
b
c
Gambar 7.28 Fan (a, b, c)
241
7.9 Bahan Berbahaya Beracun (B3) Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahanbahan yang pada suatu kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan). Bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Mudah meledak Bahan kimia ini terdiri padatan atau cairan, atau campurannya sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relatif singkat disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta suara yang keras. 2. Mudah terbakar Jika bahan kimia mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu, akan menghasilkan nyala api. Tingkat bahaya ditentukan dari titik bakarnya. Makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya. 3. Beracun Merupakan bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit, dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui injeksi. Sifat racun dari bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering tergantung pada jumlah bahan tersebut yang masuk ke dalam tubuh. 4. Korosif Terdiri dari senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat lainnya. Mengakibatkan kerusakan pada logamlogam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali mengakibatkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan sistem pernafasan.
242
5. Oksidator Bahan yang sangat reaktif memberikan oksigen. Sering menyebabkan terjadinya kebakaran dengan bahanbahan lainnya. 6. Reaktif Bahan kimia yang mudah bereaksi dengan bahan lain. Proses ini diikuti pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi. Sifat reaktif dari bahan kimia ini dibedakan menjadi dua jenis: Reaktif terhadap air. Mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Reaktif terhadap asam. Menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun serta bersifat korosif. 7. Radioaktif Bahan kimia yang memiliki kemampuan untuk memancarkan sinar radioaktif seperti: sinar alfa, beta, gamma, netron. Berbahaya bagi tubuh. Suatu bahan kimia dikatakan berbahaya apabila memiliki satu atau lebih sifat-sifat bahaya yang terdapat dalam bahan kimia tersebut.
7.9.1 Penanganan Bahan Kimia Berbahaya Cara penanganan zang sering dilakukan adalah melalui pemahaman sifat-sifat fisik, kimia dan racun dari suatu bahan. Untuk memudahkan pengenalan dan penanggulangan resiko bahaya yang mungkin terjadi, maka kita perlu mengetahui:
243
A. Data Bahan Kimia Data ini meliputi: nama bahan, penggunaan, uraian bahaya, uraian penanganan, sifat bahan, rumus kimia, sifat fisik, korosifitas, reaksi-reaksi bahaya, informasi bahan mudah terbakar, reaktifitas, sifat racun, sifat biologis, pengaruh pajanan dan informasi radiasi. Kriteria utama dalam pengenalan sifat bahan kimia adalah NAB, daerah konsentrasi mudah terbakar (LEL dan UEL), titik nyala, titik bakar, titik didih dan tingkat bahaya dengan mengacu pada standar NFPA (National Fire Protection Agency).
B. Tanda dan Label Bahan Kimia Berbahaya Tanda dan label ini diperlukan apabila bahan-bahan kimia berbahaya dikemas dalam kemasan, atau diangkut menggunakan alat transportasi. Pemasangan tanda dan label pada kemasan bahan kimia berbahaya merupakan salah satu tindakan pencegahan.
7.9.2 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya Usaha-usaha yang bisa dilakukan untuk menyimpan bahan kimia berbahaya adalah sebagai berikut: 1. Bahan mudah meledak Tempat penyimpanan bahan kimia mudah meledak, udara dalam ruangan harus baik dan bebas dari kelembaban. Tempat penyimpanan harus terletak jauh dari bangunan lainnya, dan jauh dari keramaian untuk menghindarkan pengaruh korban apabila terjadi ledakan. Ruangan harus terbuat dari bahan yang kokoh dan tetap dikunci sekalipun tidak digunakan. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api.
244
Penerangan tempat ini harus terbuat dari penerangan alami atau listrik anti ledakan. 2. Bahan yang mengoksidasi Bahan ini kaya oksigen, membantu dan memperkuat proses pembakaran. Beberapa dari bahan ini membebaskan oksigen pada suhu penyimpanan, sedangkan yang lain masih perlu pemanasan. Jika wadah dari bahan ini rusak, isinya mungkin bercampur dengan bahan yang mudah terbakar dan merupakan sumber terjadinya nyala api. Risiko ini dapat dicegah dengan membuat tempat penyimpanan secara terpisah dan diisolasi. Penyimpanan bahan kimia yang mengoksidasi kuat dekat cairan yang mudah terbakar, sangat berbahaya. Untuk keamanannya, harus menjauhkan semua bahan yang dapat menyala dari bahan-bahan yang mengoksidasi. Tempat penyimpanan harus sejuk dan dilengkapi dengan pertukaran udara yang baik serta bangunan tahan api. 3. Bahan kimia mudah terbakar Hidrogen, propane, butana, etilene, asetilene, hidrogen sulfida, gas arang batu dan etana merupakan gas yang mudah terbakar. Asam sianida dan sianogen dapat terbakar dan beracun. Bahan kimia cair yang mudah menyala dikelompokkan atas titik nyalanya. Tempat penyimpanan harus cukup sejuk, dengan tujuan mencegah nyala jika uapnya tercampur udara. Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas dan terhindar dari bahaya kebakaran. Dalam penyimpanannya, harus dipisahkan dari bahan oksidator kuat atau dari bahan yang dapat terbakar sendiri. Instalasi listrik tempat penyimpanan harus dihubungkan ke tanah dan diperiksa secara berkala.
245
4. Bahan kimia beracun Kemasan bahan kimia beracun tidak mungkin dibuat sempurna, sehingga terjadi kebocoran-kebocoran, dan uap bahan kimia beracun yang masuk ke udara perlu pertukaran udara yang baik. Tempat penyimpanan bahan kimia ini harus sejuk dengan pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung, jauh dari sumber panas dan harus dipisahkan dengan bahan kimia lainnya. 5. Bahan kimia korosif Bahan kimia yang bersifat korosif antara lain asam florida, asam klorida, asam nitrat, asam semut dan asam perklorat. Bahan ini dapat merusak kemasannya dan bocor keluar atau menguap ke udara. Bahan yang menguap ke udara dapat bereaksi dengan bahan organik atau bahan kimia lainnya, yang bereaksi keras dengan uap air dan menimbulkan kabut asam yang mengganggu kesehatan tenaga kerja. Bahan ini harus didinginkan diatas titik bekunya. Tempat penyimpanan bahan kimia ini harus terpisah dari bangunan lainnya, terbuat dari dinding dan lantai yang tahan korosi dan tidak tembus serta dilengkapi fasilitas penyalur tumpahan. n faBAGAIMANA BAHAN KIMIA DAPAT MASUK KE
7.9.3 Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Efek dari bahan kimia beracun terhadap tubuh dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) ataupun jangka panjang (kronis). Efek yang akut tampak seketika setelah anda keracunan bahan kimia. Efeknya ada yang ringan, seperti gatalgatal di hidung atau tenggorokan atau berat seperti kerusakan mata atau pingsan karena menghirup asap beracun. Gangguan kesehatan dari efek yang kronis timbul bertahun-tahun kemudian. Efek ini biasanya ditimbulkan oleh kontak dengan bahan berbahaya dalam waktu yang lama. Efeknya biasanya permanen.
246
Beberapa jenis bahan kimia menyebabkan efek yang akut dan kronis sekaligus. Contohnya, menghirup uap pelarut akan menyebabkan kantuk seketika. Jika seseorang menghirup uap pelarut tersebut dalam waktu yang lama (beberapa tahun) dapat mengakibatkan rusaknya hati. Tabel 7.8 Gejala dan Penyebab Gejala KEPALA: pusing, kantuk
Penyebab Pelarut, cat, ozon, asap (termasuk rokok)
Mata: merah, berair, gatal, rasa lelah
Asap, gas dan uap, debu, radiasi ultraviolet, cat, cairan pembersih
HIDUNG & bersin-bersin, tenggorokan
TENGGOROKAN: batuk, radang
Asap, ozon, pelarut, debu, cat, cairan pembersih
DADA & PARU-PARU: asma, batuk, sesak napas, kanker paruparu
Debu logam, debu asap, pelarut, cat, cairan pembersih
PERUT: mual, muntah, sakit perut
Debu logam, pelarut, cat, menghirup timbal dalam waktu lama
KULIT: merah, kanker kulit
gatal,
Pelarut, radiasi, chromium, nikel, detergen dan cairan pembersih, cat
SYARAF: tegang, emosi, lesu, tremor
Berhubungan dengan pelarut atau timbal dalam waktu lama,
ALAT REPRODUKSI: PRIA: mengurangi jumlah sperma, merusak sperma WANITA: merusak siklus menstruasi, keguguran, merusak sel telur atau bayi dalam kandungan
Timbal, tluena dan pelarut lainnya, radiasi, etil oxida
kering,
247
Tabel 7.9 Dosis: Apa yang Mempengaruhi Resiko Faktor yang menentukan apakah pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia akan sakit
Contoh
Kadar racun dari bahan kimia
Semakin beracun suatu bahan, semakin besar kemungkinan gangguan kesehatan, bahkan untuk dosis kecil. Metil alkohol yang dapat menyebabkan kebutaan, lebih beracun dibandingkan dengan etil alkohol, yang digunakan untuk minuman beralkohol
Jumlah bahan kimia yang terkontak dengan pekerja (di udara atau tersentuh kulit atau mulut)
Aseton adalah pelarut yang juga dipakai sebagai penghilang cat kuku. Dalam jumlah besar, zat ini dapat membahayakan pekerja
Berapa lama pekerja berhubungan dengan bahan kimia tersebut
Seseorang mungkin menggunakan bahan kimia yang sama selama setengah jam sehari, yang lain selama 8 jam sehari. Seseorang mungkin menggunakan selama sebulan.
Bagaimana proses masuknya bahan kimia ke dalam tubuh
Beberapa jenis bahan kimia seperti pestisida paration sangat beracun dan dapat masuk ke tubuh melalui kulit, pernapasan, atau saluran pencernaan. Asbes paling berbahaya jika terhirup. Misalnya, sebuah rumah menggunakan asbes sebagai insulasi, namun asbes tersebut tidak diganggu dan menjadi debu di udara, dia tidak akan menyebabkan sakit
Faktor individu (keturunan, ukuran tubuh, umur, perokok atau bukan, peminum atau bukan, alergi, pengaruh bahan kimia lain)
Timbal lebih berbahaya pada anak kecil dibandingkan pada orang dewasa karena efeknya pada pertumbuhan otak dan
248
syaraf. Apabila dua orang bekerja dengan asbes dan salah satunya perokok, maka si perokok lebih mudah terserang kanker paruparu dibanding yang lain
7.9.4 Label Bahan Kimia Apa yang diinformasikan label bahan kimia? Label bahan kimia hanya perlu mencantumkan informasi: 1. Identitas produk, seperti nama dagang bahan tersebut. 2. Peringatan bahaya termasuk jenis bahaya apa yang ditimbulkannya (contoh: dapat merusak paru-paru atau ginjal). 3. Nama dan alamat dari pembuat. Beberapa label mungkin menyertakan informasi tambahan, menggunakan kata-kata ”awas” atau ”berbahaya bila terhirup” Contoh:
NATRIUM HIDROKSIDA SODA API RACUN ! BERBAHAYA ! DAPAT MENYEBABKAN LUKA BAKAR MEMATIKAN JIKA TERHIRUP Jangan terkena mata, kulit, atau pakaian. Hindari menghirup debunya. Simpan di tempat rapat. Gunakan ventilasi yang cukup. Cuci tangan setelah bekerja
EFEK JIKA TERLALU BANYAK KONTAK : Jika termakan akan
249
menyebabkan gatal atau luka di mulut. Jika tersentuh kulit atau mata akan menyebabkan gatal atau luka parah. PERTOLONGAN PERTAMA : Jika tertelan, jangan dipaksakan muntah; jika penderita sadar, beri banyak minum. Diikuti dengan minum cuka encer, sari buah, atau putih telur yang dicampur air. Jika tersentuh, segera basuh mata atau kulit dengan air selama 15 menit, sambil melepaskan baju dan sepatu yang terkena. Cuci pakaian tersebut sebelum digunakan kembali. CAS NO.[1310.73.2]
NATRIUM HIDROKSIDA Banyak informasi yang seringkali tidak terdapat pada label bahan kimia, yakni : 1. Apa yang harus dilakukan jika bahan kimia tersebut tumpah 2. Bagaimana menyimpannya dengan aman 3. Bagaimana melindungi diri sendiri dari efek yang membahayakan kesehatan Ingat : Semua produk kimia di tempat kerja seharusnya mempunyai label. Jika bahan tersebut dituangkan ke tempat yang lebih kecil dan dibawa ke bagian lain, bahan tersebut harus diberi label.
7.9.5 Lembar Data Keselamatan Bahan Lembaran ini berisi informasi tentang karakteristik dan tingkat keselamatan dari bahan kimia yang dipakai di tempat kerja. Informasi tersebut biasanya ditulis oleh pemasok atau pembuat bahan kimia. Apa yang bisa saya dapatkan dari lembaran data keselamatan bahan? Lembaran ini dibagi dalam beberapa bagian. Tiap bagian berisi berbagai informasi tentang suatu bahan kimia. Tabel di bawah ini menunjukkan informasiinformasi yang bisa didapat dari lembaran tersebut.
250
Tabel 7.10 Lembar Data Keselamatan Bahan Pertanyaan
Apa yang dicari
Siapa yang membuat? Bahan apa ini?
Nama perusahaan pembuat x Daftar isi x Siapa yang membuat x Efek terhadap tubuh x Gejala bahaya kanker x Pertolongan pertama x Bahaya kebakaran dan ledakan x Bahan-bahan lain yang tidak boleh tercampur dengannya x Stabilitas bahan
Apakah bahan ini dapat mengganggu kesehatan?
Apakah bahan berbahaya?
ini
Bagaimana cara melindungi diri dari efek bahan tersebut?
x x x
Bagaimana menggunakannya?
x
x x Dimana didapatkan keterangan lanjut?
bisa lebih
x
Peralatan pelindung yang harus digunakan Cara mengukur efek Cara menggunakan Penggunaan dan penyimpanan yang aman Prosedur jika tumpah dan kebakaran Cara pembuangan Nama dan nomor telepon
Bagian dari lembaran data Bagian I Identitas isi
Data bahaya terhadap kesehatan
Bahaya kebakaran dan ledakan Data reaktivitas
Peringatan khusus Cara mengukur Peringatan khusus Prosedur jika tumpah
Peringatan untuk penggunaan dan penyimpanan. Prosedur jika tumpah
Bagian I
251
7.10 Rangkuman Pada tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja. Faktor tersebut antara lain: temperatur, kebisingan, pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, B3, dan ventilasi. Faktor-faktor tersebut bisa secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menurunkan tingkat produktivitas kerja. Karena faktor-faktor tersebut bisa menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk itu lingkungan kerja perlu dirancang secara nyaman, supaya pekerja bisa bekerja secara optimal dan produktif.
7.11 Soal Mengapa temperatur bisa mengakibatkan penurunan produktivitas kerja. Sebutkan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh temperatur yang sangat panas. Ada berapa cara untuk mengendalikan lingkungan kerja yang panas. Sebutkan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja yang bising. Apa yang dimaksud dengan pengendalian teknik untuk mengurangi tingkat kebisingan. Bagaimana caranya memanfaatkan pencahayaan alami. Apa yang dimaksud dengan getaran.
252
Sebutkan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh getaran dari mesin. Sebutkan gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh tingkat penerangan yang tidak memadai di tempat kerja. Apa yang dimaksud dengan ventilasi.
253
BAB VIII ALAT PELINDUNG DIRI
8.1 Pendahuluan Dalam suatu aktivitas industri, paparan dan risiko bahaya yang ada di tempat kerja tidak selalu dapat dihindari. Usaha pencegahan terhadap kemungkinan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja harus senantiasa diupayakan. Apabila beberapa alternatif pengendalian (secara teknik dan administratif) mempunyai beberapa kendala, pilihan untuk melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung diri adalah suatu keharusan. Alat pelindung diri (APD) adalah ” seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/kecelakaan”. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh, akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun pengendalian administratif. Bab ini akan membahas mengenai bahaya di tempat kerja, evaluasi bahaya di tempat kerja, aktivitas kerja di industri, pemilihan APD di tempat kerja, jenis-jenis APD serta perawatan APD secara umum.
8.2 Bahaya di Tempat Kerja Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai pekerja, baik secara fisik maupun mental.
254 Bab VIII
Bahaya terhadap keselamatan adalah yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan luka secara langsung. Contoh: benda-benda panas dan lantai yang licin.
Bahan kimia berbahaya adalah gas, uap, cairan, atau debu yang dapat membahayakan tubuh. Contoh: bahan-bahan pembersih dan pestisida.
Ancaman bahaya lainnya adalah hal-hal berbahaya, yang belum termasuk dalam kategori diatas, yang dapat melukai atau mengakibtkan sakit. Bahaya ini terkadang tidak tampak jelas karena tidak mengakibatkan masalah kesehatan dalam waktu dekat. Contoh: kebisingan, penyakit menular, gerakan yang berulang-ulang. Tabel 8.1 Bahaya di Tempat Kerja
BAHAN KIMIA BERBAHAYA Pelarut/pembersih Asam/bahan yang menyebabkan iritasi Debu (asbes, silika, kayu) Logam berat (timah hitam, arsenik, air raksa) Polusi udara
Pestisida Resin
ANCAMAN BAHAYA LAINNYA Kebisingan Radiasi
Listrik Kebakaran/ledakan
Gerakan yang berulang-ulang Posisi tubuh yang tidak nyaman
Mesin-mesin tanpa pelindung Mengangkat bendabenda yang berat
Panas / dingin
Pengaturan tempat kerja (berantakan, penyimpanan barang yang tidak baik) Kendaraan bermotor
Penyakit menular Stres / pelecehan Beban kerja / irama kerja
BAHAYA TERHADAP KESELAMATAN
255 Bab VIII
8.3 Evaluasi Bahaya di Tempat Kerja Aktivitas utama dalam mengevaluasi bahaya di tempat kerja adalah : a.
Pengamatan di lokasi terhadap proses produksi dan cara kerja.
b.
Wawancara dengan pekerja dan supervisor.
c.
Survai terhadap lingkungan kerja, peralatan, dan pekerja.
d.
Penelaahan terhadap dokumen yang diperlukan dari perusahaan.
e.
Pengukuran dan monitor terhadap efek bahaya bagi pekerja.
f.
Pembandingan dari hasil monitor terhadap peraturan yang ada dan/atau merekomendasikan petunjuk mengenai batas-batas yang harus diikuti untuk meningkatkan keselamatan kerja
8.4 Aktivitas Kerja di Industri Berikut ini aktivitas-aktivitas kerja di industri yang rawan terhadap kecelakaan kerja. Kondisi rawan kecelakaan kerja ini bisa terjadi karena lingkungan kerja yang berisiko misalnya lingkungan kerja yang sangat panas, menggunakan alat-alat yang berbahaya serta tidak adanya alat pelindung diri pada industri yang bersangkutan. Lingkungan kerja seperti pada gambar di bawah ini sangat rawan terhadap kecelakaan kerja. Pada gambar tersebut diperlihatkan para pekerja pada industri pengecoran logam. Pekerja pada industri ini bekerja tanpa memakai alat pelindung diri, padahal kondisi kerjanya berkaitan dengan benda-benda yang sangat panas.
256 Bab VIII
Gambar 8.1 Peleburan Logam
Pekerja sedang bekerja di tungku peleburan logam. Kondisi kerja yang cukup panas dan logam yang meleleh ini juga sangat menyilaukan mata. Sementara pekerja tidak memakai APD seperti: sarung tangan, sepatu, dan kacamata.
Gambar 8.2 Pande Besi
257 Bab VIII
Pekerja pande besi ini juga rawan terkena kecelakaan kerja. Misalnya tangan terkena api atau percikan bara. Kondisi kerja seperti ini mengharuskan pekerja untuk memakai APD supaya bisa menghindarkan dari bahaya yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Gambar 8.3 Pekerjaan Las
Sedangkan gambar 8.3 menunjukkan seorang pekerja sedang mengelas. Pekerjaan las ini rawan terhadap bahaya panas dan api dari las juga sangat menyilaukan mata. Oleh karena itu pekerja harus memakai sarung tangan dan perisai muka. Gambar 8.4 menggambarkan seorang pekerja sedang menggerinda besi. Resiko bahaya yang ditimbulkan dari pekerjaan ini adalah suara yang bising. Suara bising yang terus menerus bisa mengakibatkan gangguan pendengaran pada pekerja tersebut. Supaya pekerja bisa menghindari resiko, maka pekerja ketika melakukan pekerjaannya harus memakai tutup telinga.
258 Bab VIII
Gambar 8.4 Menggerinda
8.5 Pemilihan APD di Perusahaan Langkah-langkah yang penting diperhatikan sebelum menentukan APD yang akan digunakan adalah: 1. Inventarisasi potensi bahaya yang dapat terjadi Langkah ini sebagai langkah awal agar APD yang digunakan sesuai kebutuhan. 2. Menentukan jumlah APD yang akan disediakan Jumlah tenaga kerja yang terpapar langsung menjadi prioritas utama. Dalam menentukan jumlah bergantung pula pada jenis APD yang digunakan sendiri-sendiri atau APD yang dapat dipakai bergiliran. 3. Memilih kualitas/mutu dari APD yang akan digunakan Penentuan mutu akan menentukan tingkat keparahan kecelakaan/penyakit akibat kerja yang dapat terjadi. Penentuan mutu suatu APD dapat dilakukan melalui proses pengujian di laboratorium.
259 Bab VIII
APD yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuanketentuan sebagai berikut: Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya. Berbobot ringan. Dapat dipakai secara fleksibel (tidak membedakan jenis kelamin). Tidak menimbulkan bahaya tambahan. Tidak mudah rusak. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada. Pemeliharaan mudah. Penggantian suku cadang mudah. Tidak membatasi gerak. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan. Bentuknya cukup menarik.
8.6 Jenis-Jenis APD Jenis-jenis APD yang paling banyak dan sering dipakai di perusahaan. Peralatan APD ini, misalnya: helm, topi, kacamata, perisai muka, dan lain sebagainya. Berikut ini penjelasan APD dan gambarnya.
260 Bab VIII
8.6.1 Alat Pelindung Kepala Topi pelindung (helm). Berguna untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh, pukulan, benturan kepala, dan terkena arus listrik.
Gambar 8.5 Pekerja Memakai Helm
Sedangkan model helm atau topi pengaman ini, banyak sekali jenisnya. Gambar di bawah ini memperlihatkan jenis-jenis helm
261 Bab VIII
Gambar 8.6 APD Helm
8.6.2 Hats/Cap Berguna untuk melindungi kepala (rambut) dari kotoran debu mesin-mesin berputar. Biasanya terbuat dari katun.
Gambar 8.7 APD Hats/Cap
262 Bab VIII
8.6.3 Kacamata Berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik, kilatan cahaya atau sinar yang menyilaukan. Digunakan pada tingkat bahaya yang rendah.
Gambar 8.8 Pekerja Memakai Kacamata
Macam-macam bentuk kacamata ada pada gambar di bawah
Gambar 8.9 APD Kacamata
263 Bab VIII
8.6.4 Goggles Digunakan untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan kimia. Bahan dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion.
Gambar 8.10 Pekerja Memakai Goggles
Gambar di bawah ini memperlihatkan berbagai bentuk goggles yang ada di pasaran.
264 Bab VIII
Gambar 8.11 APD Goggles
8.6.5 Perisai Muka Digunakan untuk melindungi mata atau muka. Dapat dipasang pada helm atau pada kepala langsung. Dapat pula dipegang dengan tangan.
265 Bab VIII
Gambar 8.12 Pekerja Memakai Perisai Muka
Berikut ini macam/macam APD perisai muka. Biasanya APD perisai muka banyak dipakai untuk pekerjaan las.
266 Bab VIII
Gambar 8.13 APD Perisai Muka
8.6.6 Alat Pelindung Telinga Berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga. Alat pelindung ini ada dua yaitu: ear plug dan ear muff.
Gambar 8.14 Pekerja Memakai Pelindung Telinga
267 Bab VIII
APD telinga ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: ear plug dan ear muff.
Sumbat telinga (Ear Plug) Dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB. Dibedakan oleh dua jenis, yaitu: Ear plug sekali pakai (disposable plug) Terbuat dari kaca halus (glass down), plastik yang dilapisis glass down, lilin yang berisi katun wool, busa plyurethane. Ear plug jenis ini biasanya disediakan beberapa buah untuk satu periode bagi seorang pekerja.
Gambar 8.15 Ear Plugs Sekali Pakai
268 Bab VIII
Reusable Plug Terbuat dari plastik yang dibentuk permanen atau karet. Untuk jenis ini ear plug dicuci setiap selesai digunakan dan disimpan dalam tempat yang steril. Kelebihan ear plug dibandingkan ear muff adalah mudah untuk dibawa dan disimpan karena kepraktisannya. Ear plug tidak mengganggu apabila digunakan bersama-sama dengan kacamata dan helm.
Gambar 8.16 Reusable Plug
269 Bab VIII
Tutup Telinga (Ear Muff) Alat ini dapat melindungi bagian luar telinga (daun telinga) dan alat ini lebih efektif dari sumbat teling, karena dapat mengurangi intensitas suara hingga 20 s/d 30 dB. Terbuat dari cup yang menutupi daun telinga. Agar tertutup rapat, pada tepi cup dilapisi dengan bantalan dari busa.
Gambar 8.17 Macam-macam Ear Muff
270 Bab VIII
8.6.7 Alat Pelindung Pernapasan Berguna untuk melindungi pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan. Alat pelindung pernapasan ini ada dua, yaitu: masker dan respirator.
Masker Masker untuk melindungi debu/partikel-partikel yang lebih besar yang masuk ke dalam pernapasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
Gambar 8.18 Pekerja Memakai Masker
271 Bab VIII
Respirator Respirator, berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap dan gas.
Gambar 8.19 Pekerja Memakai Respirator Gambar di bawah ini memperlihatkan jenis-jenis respirator yang ada di pasaran.
272 Bab VIII
Gambar 8.20 APD Respirator
Sedangkan bagian-bagian respirator ada pada gambar 8. 21 di bawah ini.
273 Bab VIII
Gambar 8. 21 Bagian-Bagian Respirator dan Cara Pemakaian
274 Bab VIII
8.6.8 Alat Pelindung Tangan Berguna untuk melindungi tangan dan bagian-bagiannya dari benda-benda tajam/goresan, bahankimia (padat/larutan), benda-benda panas/dingin atau kontak arus listrik. Sarung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi tangan dari paparan bahan kimia dan arus listrik), kulit (melindungi tangan dari benda tajam, goresan), kain/katun (melindungi tangan dari benda panas/dingin atau goresan). Sarung tangan untuk mengurangi dari paparan getar yang tinggi adalah sarung tangan kulit yang dilengkapi dengan bahan peredam getar (busa).
Sarung Tangan untuk Mekanik Sarung tangan ini dipakai untuk pekerjaan permesinan. Berikut ini beberapa model sarung tangan untuk mekanik:
Gambar 8.22 Sarung Tangan Mekanik
275 Bab VIII
General Purpose Gloves Jenis dari general purpose gloves ini banyak sekali, diantaranya sebagai berikut:
Gambar 8.23 General Purpose Gloves
Sarung Tangan untuk Pekerjaan Kimia Pemakaian sarung tangan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan zat-zat kimia memerlukan bahan yang khusus.
276 Bab VIII
Sarung tangan ini harus mampu melindungi tangan dari zat-zat kimia tersebut. Bahan harus tidak tembus, berikut ini model dari sarung tangan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan zat-zat kimia.
Gambar 8.24 Sarung Tangan untuk Pekerjaan Kimia
277 Bab VIII
8.6.9 Alat Pelindung Kaki Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagiannya dari benda-benda terjatuh. Benda-benda tajam/potongan kaca, larutan kimia, benda panas dan kontak listrik. Dapat terbuat dari kulit yang dilapisi asbes atau Cr (bagi pekerja pengecoran logam/baja) Sepatu keselamatan kerja yang dilengkapi dengan baja di ujungnya dan sepatu karet anti hantaran listrik.
Gambar 8.25 Pekerja Memakai Sepatu
Berikut ini model sepatu keselamatan kerja yang bisa dipakai oleh para pekerja.
278 Bab VIII
279 Bab VIII
Gambar 8. 26 APD Sepatu
280 Bab VIII
8.6.10 Pakaian Pelindung Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan api, panas, suhu, dingin, cairan kimia, dan minyak. Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi alumunium. Bentuknya dapat berupa apron (menutupi sebagian tubuh yaitu mulai dada sampai lutut), celemek atau pakaian terusan dengan celana panjang dan lengan panjang.
Gambar 8.27 Pekerja Memakai Pakaian Pelindung
Berikut ini model pakaian pelindung
281 Bab VIII
Gambar 8.28 Model Pakaian Pelindung
8.6.11 Sabuk Pengaman Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat tempat tinggi. Alat ini terdiri dari tali pengaman dan harus dapat menahan beban seberat 80 kg. Berikut ini beberapa gambar sabuk pengaman dan carabin.
Gambar 8.29 Safety Harneses
282 Bab VIII
Sedangkan gambar di bawah ini merupakan perlengkapan yang lainnya.
Gambar 8.30 Roofers and Construction Fall Protection Kits
Gambar 8.31 Anchorage Connectors
283 Bab VIII
Gambar 8.32 Carabiners
8.6.12 Alat Pelindung Untuk Pekerjaan Las Peralatan pelindung yang dipakai pada pekerjaan las yaitu: sarung tangan, perisai muka, kacamata las, dan jaket. Berikut ini gambar dari peralatan tersebut.
Sarung Tangan Sarung tangan dipakai untuk melindungi tangan dari panas. Berikut ini sarung tangan untuk pekerjaan las.
284 Bab VIII
Gambar 8.33 Sarung Tangan Untuk Pekerjaan Las
Perisai Muka Alat ini dipakai untuk melindungi muka dari percikan api dan melindungi mata dari silau. Berikut ini beberapa model perisai muka.
285 Bab VIII
Gambar 8.34 Perisai Muka
286 Bab VIII
Kacamata Las Kacamata las dipakai untuk melindungi mata dari percikan api dan silau dari sinar api las. Model kacamata las seperti gambar di bawah ini.
Gambar 8.35 Kacamata Las
Jaket Jaket dipakai untuk menahan panas pada tangan dan tubuh akibat panas pengelasan. Berikut ini model jaket untuk pekerjaan las.
287 Bab VIII
Gambar 8.36 Model Jaket Las
8.6.13 Alat Pelindung Lutut / Knee Pads Berguna untuk melindungi tempurung lutut dari benturan ketika bekerja. Berikut ini gambar pelindung lutut
Gambar 8.37 Model Pelindung Lutut
288 Bab VIII
8.6.14 Back and Lumbar Support Belts Alat ini dipakai untuk melindungi pinggang dan tulang belakang. Alat ini dipakai ketika pekerja mengangkat atau mendorong beban. Berikut ini beberapa alat back and lumbar support belts.
Gambar 8.38 Back and Lumbar Support Belts
289 Bab VIII
8. 7 Pemeliharaan APD Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan: 1. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama untuk helm, kaca mata, ear plug, sarung tangan kain/kulit/karet 2. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm. 3. Mengganti filter/cartridge nya untuk respirator.
8.8 Rangkuman Dalam suatu aktivitas industri, paparan atau risiko bahaya yang ada di tempat kerja tidak selalu dapat dihindari. Oleh karena itu langkah yang paling aman adalah memakai APD. APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai pekerja, baik secara fisik maupun mental. Jenis-jenis APD banyak macamnya, antara lain alat pelindung kepala, alat pelindung mata dan muka, alat pelindung telinga, alat pelindung pernapasan, alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, pakaian pelindung, sabuk pengaman, alat pelindung untuk pekerjaan las, alat pelindung lutut, dan back and lumbar support belts. Alat pelindung kepala terdiri dari helm dan topi. Alat pelindung mata dan muka terdiri dari: kacamata, goggles, perisai muka. Alat pelindung telinga ada dua macam, yaitu ear plug dan ear muff. Alat pelindung pernapasan ada dua, masker dan respirator. Alat pelindung tangan adalah sarung
290 Bab VIII
tangan. Alat pelindung untuk pekerjaan las meliputi: sarung tangan, perisai muka, jaket, dan kacamata las.
8.9 Soal Apakah alat pelindung diri itu. Sebutkan potensi bahaya pada industri pengecoran logam. Sebutkan potensi bahaya pada pekerjaan pengelasan. Alat pelindung diri apa saja yang dibutuhkan pada pekerjaan las. Alat pelindung diri apa saja yang dibutuhkan mekanik pada lomba balap mobil formula 1.
291 Bab VIII
BAB IX STASIUN KERJA KOMPUTER
9.1 Pendahuluan Pemakaian komputer saat ini sudah jauh berbeda dibandingkan dengan 7 hingga 10 tahun yang lalu. Hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri telah memanfaatkaan dukungan teknologi dan perangkat komputer dengan karakteristik masing-masing. Faktor kecepatan, kemudahan dan efisiensi menjadi daya tarik untuk memanfaatkan teknologi komputer.
Gambar 9.1 Perangkat Komputer
Frekuensi dan durasi/waktu interaksi kita dengan komputer akan semakin bertambah. Frekuensi dan durasi
192
Bab IX
interaksi ditentukan juga dengan jenis pemakaian, pekerjaan atau profesi dari pemakai komputer tersebut. Meningkatnya interaksi antara pekerja dengan perangkat komputer di satu sisi menggembirakan. Karena penyelesaian pekerjaan dengan komputer akan menjadi efektif dan efisien. Pemakaian komputer di samping menguntungkan, juga harus diwaspadai dampaknya terhadap kesehatan. Meskipun kesehatan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi bagi orang yang memiliki intensitas pemakaian komputer tinggi, komputer menjadi faktor penyebab gangguan kesehatan paling tinggi. Bab ini akan membahas gangguan kesehatan akibat pemakaian komputer yang salah, cara-cara mengatasi gangguan kesehatan tersebut dan panduan penataan workstation komputer sesuai kaidah ergonomi. Dengan mempelajari bab ini para siswa mengetahui ancaman kesehatan akibat penggunaan komputer yang salah, mengetahui cara mengatasi gangguan kesehatan, dan mengetahui peralatan-peralatan pada komputer yang sesuai dengan kaidah ergonomi.
9.2 Gangguan Kesehatan Pemakaian Komputer Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh intensitas pemakaian komputer cenderung pada gangguan atau cidera tingkat rendah. Cidera ini muncul dalam jangka waktu yang lama akibat proses yang salah dan berulang dalam waktu lama ketika menggunakan komputer. Gangguan kesehatan yang umum terjadi meliputi gangguan saraf, gangguan penglihatan, cidera otot dan pergelangan, dan lain-lain. Gangguan tersebut rata-rata diakibatkan kurangnya aliran darah serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus menerus dan berulang. Gangguan kesehatan akibat pemakaian komputer yang salah dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
193
Bab IX
9.2.1 Gangguan Pada Bagian Mata dan Kepala Gangguan pada bagian mata dan kepala sering disebut dengan computer vision syndrome, mulai dari nyeri atau sakit kepala, mata kering dan iritasi, mata lelah, hingga gangguan yang lebih serius dan lebih permanen. Gangguan pada mata yang lebih serius seperti kemampuan fokus mata menjadi lemah, penglihatan kabur (astigmatisma, myopi, presbyopi), pandangan ganda, hingga disorientasi warna.
9.2.2 Gangguan Pada Lengan dan Tangan Gangguan pada bagian lengan dan telapak tangan mulai nyeri pada pergelangan tangan karena gangguan pada otot tendon di bagian pergelangan, nyeri siku, hingga cidera yang lebih serius seperti Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS yaitu terjepitnya syaraf di bagian pergelangan yang menyebabkan nyeri di sekujur tangan. CTS harus segera diatasi sebelum terlambat, karena pada stadium lanjut tindakan operasi harus dilakukan. Berikut ini gambar CTS.
Gambar 9.2 Carpal Tunnel Syndrome
194
Bab IX
Penyebab CTS adalah sebagai berikut: Pekerjaan berulang-ulang. Pemakaian tenaga berlebihan Tekanan terus-menerus
Getaran Berikut ini beberapa aktivitas mengetik dengan keyboard yang bisa menyebabkan CTS.
Gambar 9.3 Aktivitas yang Menyebabkan CTS
195
Bab IX
9.2.3 Gangguan Pada Leher, Pundak dan Punggung Kelompok gangguan lainnya berupa nyeri pada bagian leher, pundak, punggung dan pinggang. Nyeri di bagian ini sering pula mengakibatkan gangguan nyeri di bagian paha dan betis.
9.3 Cara Menanggulangi Gangguan Kesehatan/Kelelahan Ada beberapa cara/latihan yang bisa dikerjakan untuk menghindari gangguan kesehatan seperti menghindari CTS dan untuk menghindari kelelahan.
9.3.1 Menghindari CTS CTS ini terjadi pada daerah tangan, maka aktivitas untuk menghindari CTS juga berkaitan dengan daerah tangan. Gambar 9.4 berikut ini menunjukkan gerakan-gerakan yang dilakukan tangan untuk menghindari CTS.
9.3.2 Menghindari Kelelahan Tenaga kerja yang bekerja dengan menggunakan komputer sering merasa lelah dan cepat bosan. Kondisi ini kalau tidak segera diatasi bisa menurunkan produktivitas kerja. Rasa lelah muncul karena tenaga kerja bekerja secara monoton. Pekerja bekerja menghadap ke layar monitor komputer secara terus menerus. Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi dan mengurangi rasa lelah yang dialami oleh operator komputer.
196
Bab IX
Gambar 9.4 Gerakan Tangan Untuk Menghindari CTS
197
Bab IX
Rasa Lelah pada Bahu Rasa lelah pada bahu ini terjadi karena operator bekerja dengan kondisi bahu yang statis. Kondisi statis mengakibatkan bahu menjadi tegang dan akhirnya muncul rasa lelah dan sakit pada kedua bahu.
Cara Mengatasi Angkat kedua bahu sampai mendekati telinga, tahan dan ulangi. Lakukan gerakan ini beberapa kali, kemudian pelan-pelan gerakan bahu secara melingkar pada satu arah, kemudian lakukan sebaliknya (gambar 9.5)
Gambar 9.5 Gerakan Bahu
Supaya bahu terasa lebih rileks maka operator komputer perlu melakukan gerakan sebagai berikut: 1. Duduk dengan punggung lurus pada kursi.
198
Bab IX
2. Bernafas secara teratur akan mengangkat bahu pada setiap tarikan nafas. 3. Kemudian hembuskan nafas akan membuat bahu menjadi rileks.
Gambar 9.6 Bernafas dan Mengontrol Sikap Tubuh
Rasa Lelah pada Leher Operator komputer sering mengalami rasa sakit di leher dan kepala. Kondisi ini terjadi karena operator terus menerus melihat layar monitor.
Cara Mengatasi Gerakan kepala ke arah belakang sampai posisi dagu tegak sejajar dengan lantai. Cara ini baik untuk otot sekitar leher,
199
Bab IX
untuk membantu leher dan bahu berada dalam keadaan lurus (gambar 9.7)
Gambar 9.7 Penarikan Leher
Rasa Lelah pada Punggung Bagian Tengah Operator komputer sering mengalami rasa lelah dan sakit pada posisi punggung bagian tengah. Rasa lelah ini semakin cepat terjadi apabila operator menggunakan kursi dan meja komputer yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomi. Misalnya meja yang terlalu tinggi atau kursi yang terlalu rendah.
Cara Mengatasi Tarik punggung dengan siku. Sama artinya dengan menekan tulang belikat bersama-sama. Tahan sebentar, kemudian bentangkan kedua lengan di sekitar badan seperti hendak merangkul (gambar 9.8)
200
Bab IX
Gambar 9.8 Rangkulan Bertekanan Pada Punggung Bagian Tengah
Rasa Lelah pada Pergelangan Tangan Aktivitas pekerjaan dengan menggunakan komputer sering menimbulkan rasa sakit pada pergelangan tangan. Kondisi ini terjadi karena posisi keyboard tidak sejajar dengan tangan.
Cara Mengatasi Pertama-tama, gerakan tangan secara melingkar dengan pelan, pertama di satu arah, kemudian sebaliknya. Berikutnya, regangkan lengan bawah dengan menggerakkan telapak tangan menurun kemudian naik (Gambar 9.9)
Gambar 9.9 Perputaran dan Peregangan Pergelangan Tangan
201
Bab IX
Rasa Lelah pada Jari Tangan Operator komputer sering mengalami rasa sakit pada jarijari tangan. Hal ini disebabkan penggunaan jari tangan untuk menekan tut keyboard.
Cara Mengatasi Kepalkan jari dan tahan untuk beberapa detik, kemudian regangkan jari tersebut. Ulangi beberapa kali, dan selesaikan mengguncangkan tangan dan jari dengan lemah lembut ( gambar 9.10)
Gambar 9.10 Kepalan dan Regangan Jari
Rasa Lelah pada Pinggang Operator komputer yang duduk dalam jangka waktu cukup lama akan mengalami rasa sakit pada pinggang.
Cara Mengatasi Berdiri dengan kaki meregang secara terpisah pada suatu jarak yang nyaman, dan letakkan tangan pada punggung
202
Bab IX
bagian bawah. Regangkan secara lemah lembut dengan arah melengkung, tahan dan kembali memposisikan badan tegak lurus (gambar 9.11)
Gambar 9.11 Regangan Punggung Bagian Bawah
Rasa Lelah pada Pergelangan Kaki Posisi duduk statis yang dilakukan operator komputer mengakibatkan rasa lelah pada pergelangan kaki. Kondisi ini kalau dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan kesemutan pada kaki.
Cara Mengatasi Gerakkan kaki melingkar dengan perlahan-lahan. Lakukan pada satu arah dan kemudian sebaliknya. Gerakkan kaki dengan gerakan menunjuk dan lenturkan. Ulangi pada satu kaki lainnya (gambar 9.12)
203
Bab IX
Gambar 9.12 Gerakan Melingkar, Melentur dan Menunjuk pada Mata Kaki
Gangguan pada Mata Masalah yang sering dialami oleh operator komputer adalah gangguan pada mata. Operator komputer dalam melakukan pekerjaan banyak menggunakan mata untuk melihat obyek pada layar monitor komputer. Rasa tidak nyaman pada mata meliputi rasa pedih, gatal dan pandangan jadi kabur.
Cara Mengatasi Penyembunyian Tutupkan tangan pada mata serta tahan selama satu menit. Istirahat ini melindungi mata dari cahaya.
204
Bab IX
Gambar 9.13 Penyembunyian
Mengejapkan Sering mengejapkan mata akan membantu mata menjadi lembab. Gerakan mengejapkan mata juga dapat membantu mencegah rasa gatal dan membantu membersihkan mata.
Gambar 9.14 Mengejapkan Mata
205
Bab IX
Pemfokusan Kembali Mengubah pemandangan di layar pada suatu obyek sejauh 20 kaki
Gambar 9.15 Pemfokusan Kembali
9.4 Peralatan Pada Stasiun Kerja Komputer Peralatan yang dipergunakan pada stasiun kerja komputer ini meliputi: mouse, keyboard, layar / monitor, meja komputer. Masing-masing dari peralatan tersebut jenisnya bermacam-macam.
206
Bab IX
9.4.1 Mouse Mouse ini merupakan alat untuk menggerakkan kursor. Bentuk mouse ini juga mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk itu untuk mengakomodasikan kenyamanan bagi pengguna. Berikut ini gambar mouse yang banyak beredar di pasar Indonesia serta gambar mouse yang beredar di pasar luar negeri.
Gambar 9.16 Mouse
9.4.2 Layar Komputer Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk menampilkan obyek yang akan ditampilkan. Obyek tersebut bisa tulisan, angka, ataupun gambar. Bentuk layar komputer juga terus mengalami perubahan. Gambar berikut memperlihatkan bentuk layar monitor.
207
Bab IX
Gambar 9.17 Monitor
9.4.3 Keyboard Keyboard adalah peralatan untuk input. Perkembangan bentuk keyboard saat ini juga mengikuti kaidah-kaidah ergonomi.
Gambar 9.18 Keyboard
208
Bab IX
9.4.4 Meja Komputer Meja komputer ini merupakan peralatan untuk meletakkan layar monitor, CPU, keyboard dan printer.
a
b
Gambar 9.19 Meja Komputer (a, b)
209
Bab IX
9.5 Sikap Kerja Tidak Benar Operator komputer sering bekerja dengan posisi tubuh tidak sesuai dengan prinsip ergonomi. Akibatnya operator komputer ini akan merasa cepat lelah. Kondisi ini kalau dibiarkan dalam jangka waktu yang cukup lama akan berdampak pada kesehatan. Berikut ini beberapa postur kerja tidak sesuai dengan kaidah ergonomi.
Gambar 9.20 Posisi Kerja Membungkuk
Posisi kerja seperti gambar di atas, menurut prinsip ergonomi adalah cara kerja yang salah. Posisi kerja ini mengakibatkan rasa sakit pada tengkuk, bahu dan punggung. Gambar 9.21 di bawah ini memperlihatkan posisi kerja yang dipaksakan untuk duduk tegak. Dengan posisi duduk tegak tapi letak monitor ada di bawah, menyebabkan operator harus memaksa kepala untuk menunduk. Dalam waktu yang lama, akan menimbulkan rasa sakit pada leher.
210
Bab IX
Gambar 9.21 Posisi Kerja Duduk Tegak dengan Kepala Menunduk
Letak keyboard yang terlalu jauh ini mengakibatkan posisi tangan ketika mengetik harus menjangkau ke depan (gambar 9.22). Kondisi ini mengakibatkan rasa lelah pada lengan bagian atas.
Gambar 9.22 Letak Keyboard Terlalu Jauh
211
Bab IX
Keyboard terlalu dekat menyebabkan rasa lelah pada lengan atas karena waktu mengetik lengan atas harus menggantung selain itu posisi lengan bawah menjadi tidak alamiah.
Gambar 9.23 Letak Keyboard Terlalu Dekat
9.6 Pengaturan Stasiun Kerja Komputer Mengoperasikan komputer dengan menerapkan prinsipprinsip ergonomi merupakan cara yang tepat dalam menghindari ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan ini pada akhirnya akan menimbulkan gangguan kesehatan. Berikut ini panduan cara kerja dan pengaturan tempat maupun perangkat kerja yang akan menghindarkan dari ketidaknyamanan mengoperasikan komputer.
212
Bab IX
9.6.1 Tempat Kerja Bagaimana mengatur elemen atau komponen tempat kerja sehingga sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor paling penting untuk mendapatkan kondisi kerja yang nyaman. Pikirkan dan tentukan bagaimana layout dan posisi terbaik perangkat kerja yang diperlukan. Bagaimana memanfaatkan tempat kerja secara efektif. Langkah ini akan dapat menghemat waktu dan tenaga dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pastikan bahwa: Cukup tempat di meja untuk menata posisi yang paling nyaman untuk CPU, monitor, keyboard, mouse, printer, penyangga buku, dan piranti lainnya. Atur meja dengan mempertimbangkan bagaiamana perangkat itu akan digunakan. Perangkat paling sering digunakan seperti mouse, tempatkan di posisi paling mudah dijangkau. Atur pencahayaan ruang kerja secara optimal. Cahaya terlalu kuat mengakibatkan tampilan monitor tidak tajam. Cahaya rendah potensi menyebabkan gangguan pada mata. Hindari lampu yang menyorot langsung ke monitor karena akan memunculkan pantulan di layar. Usahakan posisi sejajar terhadap jendela, jangan berhadapan atau membelakangi. Buku, laporan, atau bahan cetakan yang diperlukan dalam bekerja sebaiknya diletakkan di dekat monitor. Bisa di bawah atau disampingnya.
213
Bab IX
9.6.2 Keyboard Sebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer. Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai berikut: Posisikan keyboard sehingga lengan anda dalam posisi relaks dan nyaman, lengan bagian depan dalam posisi horizontal. Pundak dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat ke atas.
Pergelangan tangan harus lurus, tidak menekuk ke atas atau ke bawah.
Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser ke kiri kanan sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang dimaksud. Jangan memukul tombol, tekan tombol secara halus sehingga tangan dan jari tetap relaks. Perimbangkan untuk memanfaatkan keyboard ergonomik yang dirancang untuk dapat diatur sesuai ukuran jari dan posisi lengan. Manfaatkan fitur shortcut dan macro untuk melakukan suatu aktivitas di komputer. Misal; Ctrl + C untuk menyimpan. Shortcut / macro akan mampu mengurangi aktivitas penekanan tombol. Seperti penjelasan di atas, postur dan posisi yang salah dalam pemakaian keyboard maupun mouse potensi menyebabkan gangguan CTS.
214
Bab IX
Gambar 9.24 Keyboard QWERTY
Keyboard paling baik bagi kebanyakan orang adalah keyboard standar QWERTY yang ada di semua komputer. Lay out keyboardnya membuat kebanyakan pengguna memencet tombol tanpa menyimpangkan pergelangan tangan antara satu dengan yang lain. Operator komputer dengan bahu yang besar atau gemuk sekali mungkin kesulitan dalam menggunakan keyboard QWERTY. Karena jenis tubuh ini cenderung memaksa siku untuk keluar, hal ini akan mengubah posisi netral pergelangan tangan (gambar 9.25).
215
Bab IX
Gambar 9.25 Orang Gemuk dengan Keyboard QWERTY
Untuk pekerja dengan jenis tubuh ini, keyboard alternatif seperti keyboard split mungkin sangat tepat. Sebelum mengganti keyboard, yakinkan bahwa alternatif tersebut akan mengurangi penyimpangan pergelangan tangan (gambar 9.26)
Gambar 9.26 Keyboard Split
216
Bab IX
Pergelangan tangan harus lurus seperti menggambar garis-garis khayal melalui pusat siku, meluas melalui ujung jari dan pergelangan tangan. Garis-garis khayal harus paralel dengan lantai. Papan keyboard harus menghilangkan legs dan harus pada ketinggian tertentu agar dapat menjaga lengan bawah paralel dengan lantai (gambar 9.27)
Gambar 9.27 Posisi Papan Keyboard
9.6.3 Mouse Tempatkan mouse dekat dan di permukaan yang sama dengan keyboard, sehingga dapat diraih dan digunakan tanpa harus meregangkan tangan ke posisi yang berbeda.
217
Bab IX
Pegang mouse secara ringan dan klik dengan tegas. Gerakkan mouse dengan lengan, jangan hanya dengan pergelangan. Jangan tumpukan pergelangan atau lengan bagian depan di meja ketika menggerakkan mouse . Untuk jenis rolling-ball mouse, bersihkan secara periodik karena mouse yang kotor akan mengganggu pergerakan kursor dan menyebabkan pergelangan tangan menjadi tegang. Pertimbangkan untuk menggunakan scroll-point mouse, sehingga gerakan scrolling di layar dapat lebih mudah dilakukan. Gunakan optical mouse untuk memperoleh gerakan kursor yang lebih presisi. Pekerjaan di bidang CAD/grafis sebaiknya menggunakan mouse jenis ini. Usaha untuk mengarahkan kursor secara presisi akan cenderung meningkatkan ketegangan di otot lengan dan bahu.
Gambar 9.28 Perluasan Peregangan Tangan yang Tidak Diinginkan
Peralatan input non keyboard harus dipilih berdasarkan pada pekerjaan dan yang memberikan kenyamanan, sikap netral. Bayangkan, sebuah garis digambar melalui pusat pergelangan tangan. Garis ini harus paralel dengan lantai. Gambar 9.28 memeragakan perluasan pergelangan tangan yang tidak diinginkan.
218
Bab IX
Gambar 9.29 ini memeragakan sikap pergelangan yang baik dalam menggunakan mouse, trackball dan touchpad. Peralatan input harus dilokasikan segera di sebelah kanan atau kiri keyboard, pada ketinggian yang sama dengan keyboard dan masih dalam jangkauan yang dekat seperti keyboard.
Gambar 9.29 Posisi Pergelangan Tangan yang Baik
219
Bab IX
9.6.4 Monitor Posisi layar monitor sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan pantulan cahaya dari lampu, jendela atau sumber cahaya lain. Apabila tidak memungkinkan untuk mengatur posisi layar monitor, pertimbangkan untuk memasang filter di depan layar monitor. Untuk kenyamanan, atur monitor sehingga mata sama tingginya dengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cm di bawah bagian atas casing monitor. Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan leher dan pundak nyeri. Atur posisi sehingga jarak anda dan monitor berkisar 50 – 60 cm. Monitor yang terlalu dekat mengakibatkan mata tegang, cepat lelah, dan potensi gangguan penglihatan. Posisi monitor tepat lurus di depan anda, jangan sampai memaksa kepala anda menoleh untuk melihat layar. Sedikit tengadahkan monitor sehingga bagian atas monitor sedikit ke belakang. Atur level brightness dan contrast monitor senyaman mungkin. Jangan terlalu redup, jangan terlalu terang. Ketika kondisi cahaya di ruang berubah, sesuaikan lagi brightness dan contrast monitor. Bersihkan layar monitor secara periodik. Layar yang kotor akan menimbulkan efek pantulan dan tampilan buram. Apabila anda mengalami kesulitan untuk melihat tampilan layar dengan jarak 50 – 60 cm, coba besarkan tampilan atau resolusi layar. Apabila resolusi 1024 x 768 terlalu kecil, ubah ke 800 x 600. Atur warna dan ukuran font apabila perlu.
220
Bab IX
Gambar 9.30 Posisi Monitor Terhadap Mata
9.6.5 Kursi Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda. Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilih kursi yang nyaman, dapat diatur, dan memiliki penyangga punggung.
Pengaturan Kursi Paha anda dalam posisi horizontal dan punggung bagian bawah atau pinggang anda terdukung. Tanpa ini, punggung dan pinggang anda berpotensi mendapatkan gangguan.
221
Bab IX
Bila kursi kurang dapat diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu dengan diberi bantal. Telapak kaki harus dapat menumpu secara rata di lantai ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila tidak dapat maka kursi mungkin terlalu tinggi dan perlu memanfaatkan penyangga kaki. Kadang-kadang ubah posisi duduk selama bekerja karena duduk dalam posisi tetap dalam jangka lama akan mempercepat ketidaknyamanan.
Gambar 9.31. Posisi Duduk yang Baik
222
Bab IX
9.6.6 Penopang Kaki Kaki harus ditopang dan paha setidaknya paralel dengan lantai. Kondisi ini akan membantu menjaga paha dan lutut pada sudut 90 derajat. Jika kursi ditinggikan dan kaki tidak lagi menyentuh lantai, maka penopang atau ganjalan kaki direkomendasikan untuk membawa lantai tersebut menyentuh kaki. Sebaiknya ganjalan kaki dibuat dengan permukaan anti selip, yang mempunyai berat cukup agar posisinya tidak berubah-ubah. Cukup luas untuk mengakomodasi kedua kaki.
Gambar 9.32 Penopang Kaki
223
Bab IX
Tujuan penopang kaki ini adalah: a. Memberikan suatu sandaran untuk kaki bagi orang bertubuh pendek. b. Menyediakan variasi posisi untuk kaki pada saat berdiri c. Memberikan dukungan pada salah satu kaki dengan waktu tertentu sebagai variasi.
9.6.7 Bantalan Punggung Tujuan dari bantalan punggung ini untuk melindungi bagian bawah tulang belakang. Idealnya, perlindungan terhadap tulang belakang bagian bawah harus sudah menjadi bagian dari kursi itu sendiri. Pada desain kursi yang ergonomis, terdapat bagian kursi yang dapat digerakan secara memutar pada berbagai macam sudut.
Gambar 9.33 Bantalan Punggung
224
Bab IX
9.6.8 Pemegang Dokumen Pemegang dokumen dapat membantu dalam penempatan material yang tepat. Juga, menjaga obyek yang sering digunakan dalam jarak jangkauan yang nyaman.
Gambar 9.34 Pemegang Dokumen
9.6.9 Tudung Pelindung Pelindung ini untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan atau pantulan cahaya pada layar komputer. Tudung pelindung merupakan suatu metode untuk menangani sumber pantulan cahaya yang terjadi, karena alat ini mampu mengurangi kecerahan dan ketajaman gambar dari layar.
225
Bab IX
Gambar 9.35 Tudung Monitor
9.7 Pandangan Menyilaukan Pandangan menyilaukan yang terjadi pada layar monitor dapat juga menjadi suatu masalah jika hal ini menyebabkan mata membuat penyesuaian yang tidak disadari dari pemantulan itu. Memperkecil atau menghapuskan pandangan menyilaukan adalah penting, dan bisa dilakukan dengan beberapa cara. 1. Sedikit meningkatkan atau menurunkan atau memutar suatu monitor dapat menyebabkan pandangan menyilaukan berkurang banyak. 2. Lihat barang-barang yang menyebabkan pandangan menyilaukan dan memantulkan cahaya dalam bidang visi ( seperti bingkai gambar yang terbuat dari gelas/kaca, potongan yang besar barang-barang perhiasan, dan sebagainya) dan hilangkan barang-barang seperti itu. 3. Penutup jendela (kerai, korden) diperkenankan tetapi perlu disesuaikan ketika terjadi perubahan cahaya.
226
Bab IX
Gambar 9.36 Sumber Silau
Sumber gangguan cahaya meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jendela Cahaya dari belakang Lampu lantai Cahaya dari komputer lain Kaca Cahaya langit
227
Bab IX
9.8 Cara Berkomputer Berikut ini pedoman untuk bekerja dengan menggunakan fasilitas komputer. Variasi dalam bekerja dan istirahat atau break secara periodik. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kelelahan dan ketidaknyamanan. Ikuti aturan 20/20/20, yaitu setiap 20 menit bekerja, break selama 20 detik, dengan alihkan pandangan ke jarak r 6 meter. Mengambil napas merupakan fungsi yang otomatis, tetapi ketika berkonsentrasi di depan layar monitor cenderung sering menahan napas, terlebih apabila pekerjaan diburu waktu. Ambil beberapa detik untuk menarik napas panjang. Jangan lupa kedipkan mata saat memandang layar komputer. Ketika memandang layar monitor, kita cenderung lebih jarang berkedip daripada ketika kita bekerja dalam jarak dekat lainnya, misal: menulis surat di kertas, dan lainlain. Berkediplah dengan penuh dan sering. Bisa dipertimbangkan juga untuk memasang reminder atau pengingat di layar.
9.9 Kebisingan dan Radiasi Perangkat komputer merupakan perangkat elektronis yang telah didesain untuk digunakan di lingkungan perkantoran yang tenang. Standar kebisingan yang aman untuk pemakaian perangkat elektronik adalah 40-45 dB di jarak 1 m dari sumber. Untuk perangkat komputer saat ini, sumber kebisingan utama lebih pada CPU. Dahulu monitor CRT memegang peran penting sebagai sumber kebisingan, tetapi saat ini monitor hadir dengan sweep rate frekuensi tinggi (30 Khz atau lebih) hingga monitor LCD yang lebih tenang dan ramah. Kebisingan dari CPU
228
Bab IX
sebagian besar disebabkan suara colling fan baik cooling fan power unit, processor, display adapter dan piringan harddisk. Langkah antisipasi tentunya adalah pemilihan perangkat yang memenuhi standar kebisingan yang ditetapkan. Khususnya untuk perangkat CPU rakitan, perlu dicermati aspek ini. Untuk perangkat yang telah kita miliki, dapat dipertimbangkan untuk menata letak CPU sehingga dapat mengurangi tingkat kebisingannya. Radiasi dari perangkat komputer lebih pada komponen VDT atau Visual Display Terminal dalam hal ini monitor. Seperti halnya televisi, radiasi berupa gelombang elektromagnetik dihasilkan dari monitor, dari bagian CRT (Cathode ray tubes) dan komponen elektronis lainnya. Tetapi berdasarkan riset, kontribusi radiasi baik jenis ionizing maupun no-ionizing dari pemakaian perangkat VDT (monitor) selama rata-rata 8 jam/hari sangatlah kecil dibandingkan dengan kontribusi radiasi dari consumer product lainnya.
9.10 Rangkuman Sekarang ini pemakaian komputer sudah merambah ke segala bidang. Tidak ketinggalan bidang manufaktur juga menggunakan fasilitas komputer, misalnya mesin CNC. Perlu diperhatikan juga bahwa penggunaan komputer yang tidak tepat bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada pemakaian komputer ini meliputi: gangguan pada bagian mata dan kepala, gangguan pada lengan dan tangan, gangguan pada leher, pundak dan punggung. Cara yang paling efektif untuk mengurangi gangguan ini adalah dengan menerapkan prinsip ergonomi dalam mengatur stasiun kerja komputer ini.
229
Bab IX
9.11 Soal Sebutkan kesalahan-kesalahan yang selama ini saudara lakukan ketika mengoperasikan komputer. Apa yang saudara rasakan/keluhkan ketika mengoperasikan komputer. Apakah saudara sudah merasa nyaman menggunakan meja komputer saat ini. Apakah saudara merasa nyaman dengan bentuk keyboard komputer saat ini Coba sekarang terapkan prinsip-prinsip ergonomi untuk mengatur peralatan komputer yang anda miliki.
230
Bab IX
LAMPIRAN BAB 9 KURSI Tipe (pabrikan/jenis): ____________________ Tinggi Kursi Apakah tinggi kursi sudah sesuai?
Ya
Tidak
Bagaimana? ____________________________________ Alas Kursi 1. Apakah alas kursi condong ke belakang? Ya Tidak Ke depan ? Ya Tidak Bagaimana ?____________________________________ 2. Apakah tepi kursi bagian depan condong ke bawah ? Ya
Tidak
Sandaran Kursi 1. Apakah sandaran kursi condong ke belakang? ke depan?
Ya Ya
Tidak Tidak
(catatan: beberapa kursi, bagian alas dan sandaran terhubung) 2. Apakah tinggi sandaran kursi sudah sesuai ? Bagaimana ?______________________
Ya
tidak
3. Adakah penyesuaian tekanan pada sandaran kursi? Ya tidak Bagaimana ? ________________________ 4. Adakah peralatan yang dapat memberikan kenyamanan terpasang pada kursi ? Ya tidak
231
Bab IX
Sandaran Lengan Catatan : sandaran lengan dapat menjadi pilihan untuk orang-orang tertentu. Hati-hati, sebaiknya, sandaran lengan tidak menghalangi kursi jika didekatkan dengan meja atau keyboard. Apakah sandaran lengan tersedia pada kursi ?
Ya
tidak
Dapatkah sandaran lengan tersebut digerakkan?
Ya
tidak
Apakah sandaran lengan tersebut fleksibel ?
Ya
tidak
Stabilitas/Mobilitas Apakah dasar kursi anda mempunyai 5 cabang ?
Ya
tidak
Apakah cabang tersebut stabil?
Ya
tidak
Apakah cabang tersebut dapat diputar?
Ya
tidak
Apakah cabang tersebut dapat digerakkan dengan mudah ? Ya tidak Komentar tambahan :_____________________
232
Bab IX
Keyboard dan Papan Keybord Model/tipe : ________________________________________ Seberapa tebal keyboard bila diukur dari Tepi bawah __________________ Tepi atas ____________________ Dapatkah sudut perputaran papan keyboard disesuaikan? Ya Tidak Jika Ya, bagaimana caranya?_____________ Dimanakah keyboard Anda ditempatkan? 1. Permukaan meja? Ya Tidak Apakah tepi keyboard mengelilingi atau melapisi?_____ 2. Nampan keyboard yang dapat disesuaikan Bagaimana cara penyesuainnya? Pos
Neg
Komentar :_________________________________________ Monitor Model/tipe : ____________________________ Apakah tinggi monitor dapat disesuaikan ? Jika Ya, bagaimana caranya?___________
Ya
Tidak
Apakah sudut putaran monitor bisa disesuaikan ? Jika Ya, bagaimana caranya?___________
Ya
Tidak
Kendali pada monitor ? Tingkat kecerahan _____________ Kontras _____________________ Warna ______________________ Dapatkah monitor dipindahkan pada area kerja jika diperlukan ? Ya Tidak Komentar:......................................................................
233
Bab IX
234
Bab IX
235
Bab IX
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, David C., 1986, The Practice and Management of Industrial Ergonomics New Jersey : Prentice Hall Inc. A.M.,
Madyana., 1996, Analisis Perancangan Yogyakarta, Penerbit Universitas Atma Jaya
Kerja.,
Jilid
1,
Bridger, R. S., 1995, Introduction to Ergonomics. New York: McGrawHill Chaffin, Don B., Anderson, Gunnar B.J., 1991, Occupational Biomechanics, Second Edition, New York, John Wiley & Sons.Inc DHHS (NIOSH) Publication.1997, Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors : A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper Extremity, and Low Back, U.S. Department of Health And Human Services Fagarasanu, M and Kumar, S., 2002, Measurement instrument and Data Collection of Construct and Bias in Ergonomics Research, INDUSTRIAL ERGONOMICS. 30 (2002). Page 355-369. Herjanto, Eddy., 1999, Manajemen Produksi & Operasi, Edisi Kedua, Jakarta, Grasindo Kansal, A., Pennathur, A., Mital, A. 1999, Nonfatal Occupational injuries in The United States Part II - Back Injurtes. INDUSTRIAL ERGONOMICS. 25 (1999). Page 131-150. Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. and Vepsailanen, P., 1981, Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS Application, APPLIED ERGONOMICS. 12 (1981). Page 13-17. Kroemer, Karl H.E., Kroemer, Anne D., 2001, Office Ergonomics, New York, Taylor & Francis
236
Leclerc, A., Niedhammer, I., Sandret, N., Roy, O.H., 1999, Manual Material Handling and Related Occupational Hazards: A National Survey in France.,INDUSTRIAL ERGONOMICS. 24 (1999). Page 365-377 McCormick, E.J. and M.S, Sanders. Human Factors in Engineering and Design 7th ed. New York : McGraw-Hill Inc, 1993. Nurmianto, Eko.,1996, Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Jakarta, Guna Widya Panero, Julius., Zelnik, Martin., 2003, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta, Erlangga Pulat, B.M., Alexander, David C., 1992, Industrial Ergonomics Case Studies, Singapore, McGraw-Hill, Inc Pulat, B Mustafa., 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Oklahoma, School of Industrial Engineering University of Oklahoma Purnomo, Hari., 2004, Perencanaan & Perancangan Fasilitas, Yogyakarta, Graha Ilmu Suma’mur, P.K., 1984, Higine Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Masagung Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Jatmiko, Brury., 2005, Analisis Pengaruh Kebisingan, Temperatur dan Pencahayaan Terhadap Produktivitas Kerja Pengeleman Amplop Secara Manual, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Triyono, 2006, Analisis Sikap Kerja Pekerja Manual Material Handling UD. Tetap Semangat Dengan Metode OWAS, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Purwaningtyas, Yunita., 2007, Perancangan Sikap Kerja Manual Material Handling di Bagian Gudang PT. Sukoharjo Makmur Abadi Dengan Metode OWAS
237
dan Rula, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Handayani, Indri., 2007, Perancangan Kursi Operator Mesin Inspeksi Dengan Pendekatan Antropometri, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished Suhardi, Bambang., Astuti, R.D., Kuswidianto, Aries., 2007, Usulan Rancangan Meja dan Kursi Operator Bor Stasiun Handwork Dengan Pendekatan Antropometri, Surakarta, Penelitian Jurusan Teknik Industri UNS, Unpublished Sutalaksana dkk., 2006, Teknik Tata Cara Kerja, Bandung, Jurusan Teknik Industri ITB Suzaki, Kiyoshi., 1992, Tantangan Industri Manufaktur, Penerapan Perbaikan Berkesinambungan, Jakarta, PQM Consultants Tambunan, Sihar Tigor Benjamin., 2005, Kebisingan di Tempat Kerja (Occupational Noise), Yogyakarta, Penerbit Andi Tarwaka, Solichul Bakri, Lilik Sudiajeng. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktifitas. Surakarta: Uniba Press, 2004 Tim Penulis, 2003, Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Semarang, BP Undip Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Surabaya: Guna Widya 1995
238
Studi
Gerak
dan
Waktu.
DAFTAR ISTILAH Antropometri
= Pengetahuan yang menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh
Awkward posture
= Sikap kerja yang salah, canggung, di luar Kebiasaan, dan beresiko menimbulkan kecelakaan kerja
Brightness distribution
= Menunjukkan jangkauan dari luminansi dalam daerah penglihatan
Carpals
= Tulang pada pergelangan tangan
Cartilage
= Sambungan tulang rawan
Cervical
= Bagian tulang belakang paling atas berjumlah 7 ruas
Coccygeal
= Bagian tulang belakang paling bawah berjumlah 4 ruas
Coding postures
= Proses transformasi dari data video atau gambar menjadi kode sikap kerja sesuai dengan metode OWAS
Cumulative Trauma Disorder
= Penyakit yang timbul akibat akumulasi dari kerusakan kecil pada jaringan tubuh yang terjadi berulang-ulang
Ergonomi
= Suatu aturan atau norma dalam sistem kerja
Fibula
= Tulang betis
Femur
= Tulang paha
Glare
= Cahaya yang menyilaukan
Low back pain (LBP)
= Rasa nyeri pada bagian punggung bawah
239
Lux
= Satuan metric ukuran cahaya pada suatu permukaan
Manual material handling = Bentuk transportasi barang yang dikerjakan dengan tenaga manusia untuk melakukan pengangkatan, mendorong, menarik, dan membawa barang Material handling
= Kegiatan untuk melakukan pemindahan Barang
Musculoskeletal disorder
= Cedera pada otot, urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang disebabkan oleh aktivitas kerja
Musculoskeletal system
= Sistem gerak anggota tubuh yang tersusun oleh sistem otot dan sistem tulang
Metacarpals
= Tulang pada telapak tangan
Nilai Ambang Batas
= Intensitas suara tertinggi yang merupakan
Kebisingan
nilai rata-rata yang masih dapat diterima pekerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu
Patella
= Tempurung lutut
Pelvis
= Tulang pinggul
Persentil
= Nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut
Twisting
= Sikap kerja dengan posisi tulang belakang berputar ke samping kanan dan kiri
240
241
Bambang Suhardi
Bambang Suhardi
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI INDUSTRI
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri
ISBN XXX-XXX-XXX-X Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
untuk SMK
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 7.888,00
untuk Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional