PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)
Disusun Oleh : Mohammad Arief Putranto 203093002033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI HUTAN INDUSTRI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KAWASAN HUTAN AKASIA PARUNG PANJANG, KPH BOGOR)
Disusun sebagai Prasyarat dalam Menyelesaikan Kurikulum Tingkat Akhir Pada Jurusan Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh : Mohammad Arief Putranto 203093002033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2010
Mohammad Arief Putranto 203093002033
ABSTRAK Mohammad Arief Putranto, Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, Kph Bogor), dibimbing oleh Zainul Arham, M.Si dan Zainuddin Bey Fananie, M.Sc. Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar dengan luas hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara menyeluruh agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan dan pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Data pengelolaan hutan yang dihasilkan oleh Perum Perhutani merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan data atribut seperti batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan data spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang dihasilkan maupun disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada saat itu. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi yang mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian dengan data spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian data dalam bentuk laporan menjadi lebih mudah. Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah Rapid Application Development (RAD). Pada akhirnya, sistem ini dapat memberikan keluaran kepada penggunanya berupa report data atribut dan data spasial kehutanan sebagai bahan acuan penyusunan RPKH Untuk ke depannya, aplikasi ini dapat dikembangkan lagi antara lain dengan melakukan integrasi dengan aplikasiaplikasi kehutanan lainnya yang berbasiskan GIS.
Kata Kunci : Visual Basic 6.0,Sistem Inventarisasi Hutan,Map Objects 2,RAD, UML, GIS V Bab + xx Halaman + … Halaman + … Daftar Pustaka (….-….) + Lampiran, 2010
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahiim Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Yang Maha Kuasa dan telah memberikan berkah dan anugerahNya kepada penulis sehingga penulis mampu melaksanakan tugas untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Shalawat serta salam tak lupa juga penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Skripsi ini penulis buat sebagai syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan jenjang Strata-1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga penulis berharap apa yang penulis teliti, yang dijelaskan di dalam skripsi ini, dapat dipergunakan dengan baik oleh semua pihak yang membutuhkan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di Program Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat lebih maju dan lulusannya dapat bekerja secara kooperatif dengan semua elemen informatika dari seluruh dunia. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini : 1. Bapak Dr. Syopiansyah jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 2. Bapak A’ang Subiyakto selaku ketua Program Studi Sistem Informasi. 3. Bapak Zainul Arham, S. Kom, M.Si selaku Dosen Pembimbing I 4.
Bapak Zainuddin Bey Fananie, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II
5. Bapak dan Ibu penguji yang memberikan kritik dan saran pada skripsi ini. 6. Dosen-Dosen Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengajarkan kepada penulis berbagai macam ilmu yang dapat penulis terapkan dalam penulisan skripsi ini. 7. Kedua orang tua penulis, Djoko Saptono dan Budiningsih Saraswati, yang telah memberikan dukungan moril, semangat dan materiil sehingga memperlancar proses penyusunan skripsi ini.
8. Kedua kakak dan adik penulis, Vira Nuri Putriningtyas S.Kom dan Annisa Ayuningtyas yang telah menjadi tempat penulis melepaskan penat dalam penyusunan Skripsi ini. 9. Teman-Teman seperjuangan TI-SI UIN 2003, terutama SI-05 atas dukungan kalian semua. 10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, baik penulisan maupun aplikasinya sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun skripsi ini lebih baik lagi.
Jakarta, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Halaman judul ............................................................................................ i Persetujuan pembimbing ............................................................................ ii Halaman pengesahan .................................................................................. iii Halaman pernyataan ................................................................................... iv Abstrak ....................................................................................................... v Kata Pengantar ........................................................................................... vi Daftar isi ...................................................................................................... viii Daftar gambar ............................................................................................. xii Daftar tabel ................................................................................................. xiv Daftar lampiran .......................................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 2 1.3. Batasan Masalah ............................................................................ 3 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 4 1.5. Metodologi Penelitian .................................................................... 6 1.6. Sistematika Penulisan .................................................................... 8
viii
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem ................................................................... 10 2.1.1 Pengertian Sistem ............................................................ 10 2.1.2 Pengertian Informasi........................................................ 12 2.1.3 Kualitas Informasi ........................................................... 13 2.2. Sistem Informasi ......................................................................... 14 2.2.1 Komponen Sistem Informasi .......................................... 14 2.3. Sistem Informasi Geografis.......................................................... 16 2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) .................. 16 2.3.2 Model Data ........................................................................ 17 2.3.3 Komponen Sistem Informasi Geografis ............................ 18 2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis ......................... 20 2.4. Hutan …………… ....................................................................... 21 2.4.1
Jenis Hutan ........................................................................ 22
2.4.2
Fungsi Hutan ..................................................................... 27
2.4.3
Pengelolaan Hutan ............................................................ 28
2.5. Inventarisasi Hutan ...................................................................... 29 2.6. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 31 2.7. Metode Pengembangan Sistem... ................................................. 32 2.7.1 Tahapan-tahapan RAD.. ...................................................... 33 2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD ...................................... 34 2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Sistem Lainnya .................. 35 2.8. Unified Modelling Language (UML) .......................................... 36
ix
2.8.1. Definisi ................................................................................ 36 2.8.2. Use Case Diagram .............................................................. 37 2.8.3. Class Diagram ..................................................................... 38 2.8.4. State Chart Diagram ........................................................... 38 2.8.5. Activity Diagram, ................................................................ 39 2.8.6. Sequence Diagram............................................................... 40 2.8.7. Collaboration Diagram ....................................................... 41 2.8.8. Component Diagram ........................................................... 42 2.8.9. Deployment Diagram .......................................................... 43 2.9. Flow Chart ................................................................................... 46 2.10. Perangkat Lunak Pengembangan Sistem ..................................... 47 2.10.1 Visual Basic 6.0 ................................................................ 47 2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0 .............................. 48 2.10.2 Map Object v2.2................................................................ 50 2.10.3 Ms. Sql Server 2000 .......................................................... 54 2.10.4 ArcView 3.3 ..................................................................... 62 2.11. Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan ................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Perangkat Penelitian ................................................... 66 3.1.1 Bahan Penelitian................................................................ 66 3.1.1.1Ringkasan Keadaan Umum KPH Bogor ............. 66 3.1.2
Perangkat Penelitian ....................................................... 74
x
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 75 3.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 75 3.3.1
Studi Pustaka ..................................................................... 75
3.3.2
Observasi........................................................................... 77
3.3.3
Wawancara ........................................................................ 78
3.3.4
Studi Literature ................................................................. 79
3.4. Metode Pengembangan Sistem .................................................... 79 3.4.1. Analisis (Requirement Planning) .................................... 80 3.4.2. Perancangan (User Design) ............................................. 81 3.4.3. Pengembangan (Construction) ........................................ 83 3.4.4. Implementasi (Cut Over) ................................................. 84
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Sekilas Tentang Perum Perhutani ................................................ 86 4.1.1. Visi Misi Perum Perhutani ............................................... 86 4.1.2. Tujuan Perum Perhutani................................................... 87 4.1.3. Struktur Organisasi Perum Perhutani ............................... 88 4.2. Analisis ........................................................................................ 90 4.2.1. Kegiatan Inventarisasi Hutan ........................................... 90 4.2.2. Alur Kerja Sistem Berjalan .............................................. 91 4.2.3. Identifikasi Masalah ........................................................ 93 4.2.4. Uraian Singkat Sistem yang Diusulkan .......................... 94 4.3. Perbandingan Sistem .................................................................... 98
xi
4.4. Studi Feasibilitas .......................................................................... 99 4.5. Perancangan Sistem yang Diusulkan .......................................... 100 4.5.1
Perancangan Aplikasi ....................................................... 100
4.5.2
Perancangan Basis Data ................................................... 132
4.5.3
Perancangan User Interface ............................................ 136
4.6. Pengembangan ............................................................................ 139 4.6.1. Bahasa pemrograman dan Komponen ............................ 139 4.6.2. Alur Kerja Pengembangan Sistem .................................. 140 4.7. Pengujian .................................................................................... 147 4.7.1. Whitebox (Pengujian Mandiri) ........................................ 147 4.7.2. Blackbox (Pengujian Lapangan) ..................................... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ................................................................................. 149 5.2. Saran ............................................................................................ 150
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 151 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Perbandingan Metode ................................................................
35
Tabel 2.2. Notasi UML...............................................................................
45
Tabel 2.3 Simbol Flowchart .......................................................................
46
Tabel 4.1 : Perbandingan Sistem ...............................................................
98
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Mandiri............................................................ 147 Tabel 4.2. Hasil Pengujian Lapangan ........................................................ 148
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Siklus Informasi ...................................................................
13
Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi.......................................
15
Gambar 2.3. Komponen SIG ....................................................................
18
Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG ..................................................
19
Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani.............
29
Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD .........................................................
34
Gambar 2.7. Contoh use case diagram .....................................................
37
Gambar 2.8. Contoh Class Diagram ........................................................
38
Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram .................................................
39
Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram ...................................................
40
Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram ................................................
41
Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram ........................................
42
Gambar 2.13. Contoh Component Diagram .............................................
43
Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram ............................................
44
Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0 ...........................................................
48
Gambar 2.16. Tampilan toolbox ...............................................................
49
Gambar 2.17. Interface Property ..............................................................
49
Gambar 2.18. Contoh program menggunakan MapObjects .....................
50
Gambar 2.19. Computer names selection .................................................
55
Gambar 2.20. Installation Selection .........................................................
56
Gambar 2.21. Instance Names ................................................................
56
Gambar 2.22. Setup type ...........................................................................
57
Gambar 2.23. Service Accounts ................................................................
58
Gambar 2.24. Enterprise Manager ...........................................................
59
Gambar 2.25. Query Analyzer .................................................................
60
Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer .................................
61
Gambar 2.27. Service Manager ................................................................
62
Gambar 3.1. Tahapan RAD ......................................................................
80
Gambar 3.2. Alur Penelitian .....................................................................
85
Gambar 4.1. Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani . . 90 Gambar 4.2: Bagan Sistem Berjalan ........................................................
91
Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan ...........................................................
96
Gambar 4.4. Use Case Diagram Sistem Inventarisasi Hutan ................... 102 Gambar 4.5 Use Case File(system) ........................................................... 103 Gambar 4.6 Use Case Data Management ................................................ 104 Gambar 4.7 Use Case Statistik ................................................................. 105 Gambar 4.8 Use Case Pencarian Data ...................................................... 106 Gambar 4.9 Login Activity Diagram ......................................................... 114 Gambar 4.10 Tambah Data Activity Diagram .......................................... 115 Gambar 4.11. Update Data Activity Diagram .......................................... 116 Gambar 4.12. Delete Data Activity Diagram ........................................... 117 Gambar 4.13. Search Data Activity Diagram ........................................... 118
Gambar 4.14. Statictic Query Activity Diagram ....................................... 120 Gambar 4.15. Sequence Diagram Login ................................................... 122 Gambar 4.16. Sequence Diagram Tambah Data ...................................... 123 Gambar 4.17. Sequence Diagram Update Data ........................................ 124 Gambar 4.18 Sequence Diagram Delete Data .......................................... 125 Gambar 4.19. Sequence Diagram Import Data ........................................ 126 Gambar 4.20. Sequence Pencarian Data .................................................. 127 Gambar 4.21. Sequence Diagram Pencarian Data Spasial ...................... 128 Gambar 4.22. Sequence Diagram Statistic Query .................................... 129 Gambar 4.23. Class Diagram Aplikasi ..................................................... 131 Gambar 4.24. Tabel Peta di dalam database ............................................ 133 Gambar 4.25. Tabel Compartment di dalam database ............................. 133 Gambar 4.26 Tabel subcompartment di dalam database ......................... 134 Gambar 4.27 Tabel subcompartment di dalam database ......................... 134 Gambar 4.28. Struktur basis data ............................................................. 128 Gambar 4.29: Rancangan Form Login ..................................................... 136 Gambar 4.30: Rancangan Form Utama .................................................... 136 Gambar 4.31: Rancangan Form Tambah Data ......................................... 137 Gambar 4.32: Rancangan Form Update Data ........................................... 137 Gambar 4.33: Rancangan Form Delete Data ............................................ 138 Gambar 4.34: Rancangan Form Survey Data atribut ............................... 138 Gambar 4.35: Rancangan Form Statistic Query ....................................... 139 Gambar 4.36: Create Form ...................................................................... 140
Gambar 4.37: Create Form ...................................................................... 140 Gambar 4.38: Pembuatan Form Login ..................................................... 141 Gambar 4.39: Database Connection Module ........................................... 141 Gambar 4.40: Contoh penulisan script/coding ......................................... 142 Gambar 4.41: Database Connection Parameter ...................................... 143 Gambar 4.42: Database Connection procedure ....................................... 143 Gambar 4.43: Contoh script query ............................................................ 144 Gambar 4.44: Pembuatan tampilan report ............................................... 145 Gambar 4.45: Melakukan kompilasi report ............................................. 146 Gambar 4.46: Mengintegrasikan report dengan sistem ............................ 146
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia tercatat memiliki luas hutan sebesar 138 juta hektar 1 dengan luas hutan sebesar itu maka diperlukanlah pengelolaan hutan secara menyeluruh
agar
tidak
terjadi
penyelewengan-penyelewengan
dan
pelanggaran-pelanggaran ilegal terhadap sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kekuasaan dalam melakukan pengelolaan hutan di Indonesia ada di tangan Perum Perhutani. “Tugas dan Wewenang Perum Perhutani adalah menyelengarakan
kegiatan
pengelolaan
hutan
berdasarkan
prinsip
perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan–undangan yang berlaku.” (Peraturan Pemerintah 30 tahun 2003 pasal 3 ayat 1) Dalam melakukan pengelolaan hutan yang beraneka ragam, Perum Perhutani memerlukan pemeriksaan dan pencatatan sampel dari suatu kawasan atau area. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap area tersebut (field checking/ground checking) yang biasa disebut risalah hutan dalam lingkup Perum Perhutani. Data pengelolaan hutan yang dihasilkan oleh Perum Perhutani merupakan data spasial (keruangan) seperti peta dan data atribut seperti 1
http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=555:menhut-mskaban-luas-hutan-di-indonesia-138-juta-hektar&catid=8:green-industry&Itemid=13 [23 oktober 2009, pukul 11.30 wib ]
1
batas wilayah, jenis tanah, curah hujan dan lain sebagainya, yang memerlukan cara pengolahan dan penyajian yang berbeda. Data atribut dan data spasial tersebut memerlukan suatu sinkronisasi agar data yang dihasilkan maupun disajikan akurat sesuai dengan keadaan keruangan pada saat itu. Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukanlah sebuah aplikasi yang mampu melakukan inventarisasi data atribut hutan, pensinkronisasian dengan data spasial serta perhitungan statistik sederhana sehingga penyajian data dalam bentuk laporan menjadi lebih mudah. Dari uraian singkat diatas penulis memutuskan untuk mencoba memberikan solusi untuk permasalahan tersebut dengan cara memberikan suatu usulan aplikasi inventarisasi hutan yang penulis susun dalam skripsi penulis yang berjudul “Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Industri Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, KPH Bogor)”. Dengan pendekatan metode pengembangan sistem RAD (Rapid Application Development) dan notasi UML (Unified Modeling Languange).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang ada adalah: 1. Bagaimana merancang suatu sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis ?
2
2. Bagaimana data spasial dan data atribut hasil pengolahaan hutan dapat dapat disajikan secara bersamaan ? 3. Bagaimana menyajikan data hasil pengolahan hutan ke dalam bentuk laporan ?
1.3
Batasan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya hanya pada: 1. Metode pengembangan sistem yang digunakan oleh penulis dalam membangun aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis ini adalah metode pengembangan sistem berorientasi
obyek
yaitu
metode
RAD
(Rapid
Application
Development) dengan menggunakan pemodelan sistem UML (Unified Modeling Language). 2. Sistem yang akan dirancang menggunakan Visual Basic 6.0 dan Map Object 2.2 sebagai bahasa pemrogramnnya, Sql Server 2000 sebagai DBMS (Database Management Systems) dan Arc View 3.3 sebagai tools pengolah data spasial. 3. Sistem yang akan dirancang merupakan sistem alternatif dari sistem yang sudah ada di Departemen Kehutanan. 4. Data spasial yang digunakan pada penulisan skripsi adalah data spasial hutan kelas acacia mangium yang terletak pada koordinat: 106° 26’ 03’’ BT sampai dengan 106° 35’ 16’’ BT dan 06° 20’ 59’’ sampai
3
dengan 06° 27’’ 01’’ LS. Data spasial ini didapatkan dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. 5. Bentuk laporan dari data pengolahan inventarisasi hutan merupakan standarisasi dari pihak Departemen Kehutanan. 6. Laporan yang dihasilkan dari sistem ini adalah laporan hasil registrasi (inventarisasi) tahunan petak dan anak petak, laporan per petak, dan laporan grafik maupun peta yang digunakan sebagai bahan pendukung pembuatan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan). 7. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi keamanan dari DBMS (Database Management Systems) yang dipakai. 8. Penulisan skripsi ini tidak membahas konfigurasi arsitektur jaringan yang dipakai oleh aplikasi ini.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan dalam skripsi ini adalah Membangun dan merancang perangkat lunak sistem informasi inventarisasi hutan berbasis sistem informasi geografis
1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan Khusus dari skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Menguraikan proses tata hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani.
4
2. Menganalisis gambaran alur proses inventarisasi hutan dan penyusunan RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) 3. Menjabarkan proses penentuan kelas hutan berdasarkan umur dan.proses inventarisasi hutan. 4. Memperoleh data potensi hutan serta lingkungannya secara lengkap, sebagai bahan penyusunan RPKH. 5. Mengembangkan proses atau alur kerja alternative sistem pengolahan data hasil inventarisasi. 6. Mengolah data hasil risalah hutan menjadi laporan untuk penyusunan RPKH.
1.4.3 Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis 1. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah 2. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1) Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Bagi Universitas 1. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan sebagai bahan evaluasi.
5
2. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak Departemen Kehutanan
c. Bagi Departemen Kehutanan 1. Memiliki aplikasi sistem informasi inventarisasi hutan alternatif 2. Mempunyai bahan evaluasi jika ingin mengembangkan kembali sistem informasi inventarisasi hutan yang telah dimiliki departemen kehutanan.
1.5
Metodologi Penelitian Dalam penulisan skripsi ini diperlukan data dan informasi yang lengkap guna mendukung kebenaran materi uraian dan permbahasan. Metodologi penelitian yang digunakan meliputi dua metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode pengembangan sistem: 1.5.1 Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Dilakukan dengan cara membaca dan mengumpulkan data-data teknis dari buku-buku, situs internet, serta artikel yang berhubungan
dengan
topik
yang
akan
dibahas
dalam
penyusunan skripsi ini.
6
2. Studi Lapangan a. Observasi Melakukan pengamatan dan terlibat langsung didalam kegiatan lapangan yang berhubungan dengan studi kasus yang dihadapi. b. Wawancara Mengumpulkan data-data dan informasi dengan cara interview atau wawancara yang dilakukan langsung dengan pihak yang bersangkutan sesuai dengan masalah yang diteliti. 3. Studi Literature Dilakukan dengan cara meneliti penelitian sejenis sebelumnya yang berhubungan dengan studi kasus ataupun penulisan peneltian yang dihadapi
1.5.2
Metode Pengembangan Sistem Dalam pembuatan aplikasi tersebut penulis menggunakan metode Rapid Application Development (RAD) sebagai metode pengembangan sistem dan menggunakan pemodelan sistem UML (Unified
Modeling
Language).
Metode
Rapid
Application
Development (RAD) memiliki 4 tahapan seperti yang pertama kali dikemukakan
oleh
James
Martin
(K.K.Aggarwal,2005:27),
tahapan-tahapan tersebut adalah :
7
1. Requirement Planning 2. User Design/User Description 3. Construction 4. Implementation (Cut Over)
1.6
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis menjabarkan penelitian Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis ini dalam lima (5) bab, berdasarkan pada sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I.
PENDAHULUAN Bab ini berisi pengantar berupa latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, serta manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini.
BAB II. LANDASAN TEORI Bab ini berisi pembahasan teori-teori yang digunakan sebagai panduan dasar dalam pengembangan sistem ini.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam mengembangkan sistem informasi berdasarkan
8
metodologi pengembangan sistem. Dan juga membahas tentang metodologi pengumpulan data.
BAB IV. ANALISA DAN PERANCANGAN Bab ini berisi analisis terhadap kebutuhan sistem, serta implementasi pengembangannya secara konkrit.
BAB V. PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta saran yang dapat membantu pengembangan sistem informasi ini di masa yang akan datang.
9
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Rober dan Michael sistem sebagai kumpulan elemen yang saling berinteraksi membentuk kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas yang jelas. (Prahasta, 2005:37) Definisi sistem menurut McLeod adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. (Al Fatta, 2007: 4). Sistem menurut Murdick dan Ross adalah seperangkat elemen yang digabungkan satu dengan yang lainnya untuk suatu tujuan bersama. (Al Fatta, 2007: 3). Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu mempunyai komponen–komponen, batas sistem, lingkungan luar sistem, penghubung, masukan, keluaran, pengolah dan sasaran atau tujuan. (Ladjamudin, 2005: 3-5).
10
Penjelasan ringkas dari sifat atau karakteristik yang dimiliki oleh sebuah sistem adalah sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 3-5). 1. Komponen Sistem Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan, dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. 2. Batasan Sistem Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya. Batas sistem ini menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut. 3. Lingkungan Luar Sistem Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. 4. Penghubung Sistem Merupakan media yang menghubungkan antara satu subsistem dengan sub sistem lainnya. Penghubung ini menyebabkan beberapa subsistem berintegrasi dan membentuk satu kesatuan. 5. Masukan Sistem Sesuatu yang dimasukkan ke dalam sistem yang berasal dari lingkungan.
11
6. Keluaran Sistem Suatu hasil dari proses pengolahan yang dikeluarkan ke lingkungan. 7. Pengolahan Sistem Bagian dari sistem yang merubah masukan menjadi keluaran. 8. Sasaran Sistem Sasaran sistem adalah suatu yang menyebabkan mengapa sistem itu dibuat atau ada. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuannya.
2.1.2 Pengertian Informasi Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan. (Wahyono, 2003:2) Menurut Kadir informasi adalah analisis dan sintesis terhadap data, atau informasi adalah data yang telah diorganisasikan ke dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seseorang, manajer, staff, atau orang lain di dalam suatu organisasi atau perusahaan. (Prahasta, 2005: 30-31) Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bahasa, mathematical, dan simbol-simbol pengganti lain yang disepakati oleh umum dalam menggambarkan objek, manusia, peristiwa,
12
aktivitas, konsep, dan objek-objek penting lainnya. Singkatnya data merupakan suatu kenyataan apa adanya (raw facts). (Prahasta, 2005 : 30 ). Untuk
memperoleh
informasi
yang
bermanfaat
bagi
penerimanya, perlu dijelaskan bagaimana siklus yang terjadi atau dibutuhkan dalam menghasilkan informasi. Siklus informasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Siklus Informasi (Ladjamudin, 2005: 11)
2.1.3 Kualitas Informasi Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh 3 hal pokok, yaitu relevancy, accuracy, dan timeliness. (Wahyono, 2003 : 7 ). 1. Relevansi (relevancy) Informasi dikatakan berkualitas jika relevan (memberikan manfaat) bagi pemakainya. 2. Akurasi (accuracy) Informasi dikatakan akurat jika informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya.
13
3. Tepat Waktu (Timeliness) Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data datangnya tepat waktu.
2.2
Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi. (Ladjamudin, 2005: 13) Menurut Budihar sistem informasi adalah suatu manusia-mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan. (Prahasta, 2005: 40)
2.2.1 Komponen Sistem Informasi Sebuah sistem informasi yang lengkap memiliki kelengkapan sistem sebagai berikut: (Ladjamudin, 2005: 15) 1. Hardware Bagian ini merupakan bagian perangkat keras sistem informasi, seperti komputer, printer, dan teknologi jaringan komputer. 2. Software Bagian ini merupakan perangkat lunak sistem informasi yang berguna untuk memerintahkan komputer melaksanakan tugas yang harus dilakukan sesuai dengan inputan dari user atau
14
pengguna. Software atau perangkat lunak digolongkan menjadi beberapa kelompok: • Sistem Operasi, seperti program Microsoft Windows, Linux, dan lain sebagainya. • Aplikasi, seperti Microsoft Office, Corel Draw, Arcview, dan lain sebagainya. • Utilitas, seperti anti virus. • Bahasa Pemrograman, seperti bahasa C, Borland Delphi, Java, VB dan lain-lain. 3. Data Merupakan komponen dasar dari informasi yang akan diproses lebih lanjut untuk menghasilkan informasi. 4. Prosedur Merupakan bagian yang berisikan dokumentasi prosedur atau proses-proses yang didalamnya terjadi dalam sistem. 5. Manusia Merupakan bagian utama dalam suatu sistem informasi. Komponen manusia antara lain: Clerical personnel, First level manager, staff specialist, management. (Wahyono,2003:19-21)
Hardware (Perangkat Keras)
Software (Perangkat Lunak)
Mesin
DATA
Procedures (Prosedur)
People (Manusia)
Manusia
Gambar 2.2. Lima Komponen Sistem Informasi (Ladjamudin, 2005: 15)
15
2.3
Sistem Informasi Geografis 2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG) Geografi berasal dari gabungan kata geo dan graphy. Geo berati bumi, sedangkan graphy berarti proses penulisan, sehingga geografi berarti penulisan tentang bumi. (BBPT, 2003: 10). Geografis merupakan bagian dari spasial (keruangan), mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi : permukaan dua atau tiga dimensi. Informasi
geografis
mengandung
pengertian
informasi
mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui. (Prahasta, 2005 : 49) Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi untuk masukan, manajemen data
16
(penyimpanan dan pemanggilan data), analisis dan manipulasi data dan keluaran. (Prahasta, 2005 : 55)
2.3.2 Model Data Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis (line) dan bentuk area (polygon). Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk kotak segi empat (grid)/sel, sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur.(Prahasta, 2005: 146) Model data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) beserta atribut-atributnya. (Prahasta, 2005:158)
17
2.3.3
Komponen Sistem Informasi Geografis
Gambar 2.3. Komponen SIG (Prahasta, 2005: 59)
Keterangan : 1. Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya. 2. Komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo, dan lain-lain. 3. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan. 4. Manajemen, merupakan komponen yang berkaitan dengan perkembangan dan penguaasaan teknologi.
18
Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan seluruh kesatuan cara kerja SIG yang merepresentasikan kondisi dunia nyata ke dalam komputer seperti pada peta yang mampu merepresentasikan keadaaan dunia nyata di atas kertas. Adapun proses untuk merepresentasikannya adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4. Subsistem-Subsistem SIG (Prahasta, 2005: 57)
1. Data Input : tahap ini mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Pada tahap ini pula mengkonversi atau mentransformasikan format-format data-data aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG. 2. Data Management : tahap ini, mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit. 3. Data Manipulation dan Analysis : pada tahap ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Pada tahap 19
ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 4. Data Output : tahap ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: table, grafik, peta dan lain-lain. (Prahasta, 2005: 57)
2.3.4 Kemampuan Sistem Informasi Geografis Secara jelas, kemampuan SIG juga dapat dilihat dari pengertian atau definisinya. Kemampuan-kemapuan SIG yang diambil dari beberapa definisi SIG adalah sebagai berikut: (Prahasta, 2005: 72) 1. Memasukkan dan mengumpulkan data geografi. 2. Mengintegrasikan data geografi. 3. Memeriksa, meng-update (meng-edit) data geografi. 4. Menyimpan dan memangil kembali data geografi 5. Merepresentasikan atau menampilkan data geografi 6. Mengelola data geografi 7. Memanipulasi data geografi 8. Menganalisa data geografi 9. Menghasilkan keluaran (output) data geografi dalam bentukbentuk: peta tematik (view dan layout), table, grafik (chart)
20
laporan (report), dan lainnya baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi berguna untuk berbagai kalangan untuk menjelaskan kejadian, merencanakan strategi, dan memprediksi apa yang akan terjadi.
2.4
Hutan Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan, binatang liar dan lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Beberapa definisi hutan yang lazim digunakan : 1. Hutan ialah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang disominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 tahun 1999). 2. Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri, dkk 1992). 3. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan (Soerianegara, dkk 1982).
21
2.4.1 Jenis Hutan Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Hutan di Indonesia dibagi menjadi 5 (lima) jenis 1 . Berikut di bawah ini adalah pembagian jenis-jenis hutan yang ada di Indonesia: A. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Iklim Berdasarkan iklimnya, hutan-hutan di Indonesia dikelompokkan menjadi hutan hujan tropika dan hutan monsun (monsoon forest). 1. Hutan Hujan Tropika Hutan hujan tropika adalah hutan yang terdapat didaerah tropis dengan curah hujan sangat tinggi. Hutan jenis ini sangat kaya akan flora dan fauna. Di kawasan ini keanekaragaman tumbuhtumbuhan sangat tinggi. Luas hutan hujan tropika di Indonesia lebih kurang 66 juta hektar. Hutan hujan tropika berfungsi sebagai paru-paru dunia. Hutan hujan tropika terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. 2. Hutan Monsun Hutan monsun disebut juga hutan musim. Hutan monsun tumbuh didaerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi, tetapi mempunyai musim kemarau yang panjang. Pada musim kemarau, tumbuhan di hutan monsun biasanya menggugurkan daunnya. Hutan monsun biasanya mempunyai tumbuhan sejenis,
1
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/hutan-jenis-dan-manfaatannya/#more-24 [ 13 Januari 2010, Pukul 11.30 wib ]
22
misalnya hutan jati, hutan bambu, dan hutan kapuk. Hutan monsun banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
B. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Variasi Iklim, Jenis Tanah, dan Bentang Alam 1. Kelompok Hutan Tropika • Hutan Hujan Pegunungan Tinggi • Hutan Hujan Pegunungan Rendah • Hutan Tropika Dataran Rendah • Hutan Subalpin • Hutan Pantai • Hutan Mangrove • Hutan Rawa • Hutan Kerangas • Hutan Batu Kapur • Hutan pada batu Ultra Basik
2. Kelompok Hutan Monsun • Hutan Monsun Gugur Daun • Hutan Monsun yang Selalu Hijau (Evergren) • Sabana
23
C. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Terbentuknya 1. Hutan Alam Hutan alam adalah adalah suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia 2. Hutan Buatan Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia.
D. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Statusnya Berdasarkan statusnya, hutan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Hutan negara, yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 2. Hutan hak, yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hak atas tanah, misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB). 3. Hutan adat, yaitu hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.
24
E. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Jenis Tanamannya 1. Hutan Homogen (Sejenis), yaitu hutan yang arealnya lebih dari 75 % ditutupi oleh satu jenis tumbuh-tumbuhan. Misalnya: hutan jati, hutan bambu, dan hutan pinus. 2. Hutan Heterogen(Campuran), yaitu hutan yang terdiri atas bermacam-macam jenis tumbuhan.
F. Jenis-Jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Fungsinya Berdasarkan pasal 6 undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, fungsi hutan di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Berdasarkan tiga fungsi tersebut, pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok, yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. 1. Hutan Konservasi Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang
mempunyai
fungsi
pokok
pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri atas kawasan hutan suaka alam dan kawasan hutan pelestarian alam. a. Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta
25
berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi
perlindungan
sistem
penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional, taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam 2. Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan 3. Hutan Produksi Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonservasikan (HPK).
26
2.4.2 Fungsi Hutan Hutan memiliki banyak fungsi bagi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi tapi dapat juga dilihat dari aspek lainnya. Adapun fungsi hutan 2 antara lain: a. Fungsi Ekonomi Sebagai penghasil kayu dan hasil hutan lainnya seperti rotan,
damar dan lain-lain Sebagai penghasil devisa bagi negara
b. Fungsi Ekologis mempertahankan kesuburan tanah mencegah terjadinya erosi mencegah terjadinya banjir sebagai tempat untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
c. Fungsi Klimatologis sebagai penghasil oksigen sebagai pengatur iklim
d. Fungsi Hidrolis sebagai pengatur tata air tanah sebagi penyimpan air tanah Mencegah intrusi air laut
2 http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=384&fname=materi4.html [ 13 Januari 2010, Pukul 11.49 Wib ]
27
2.4.3 Pengelolaan Hutan Pengelolaan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang perlu menjadi perhatian bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pemanfaatan nilai ekonomis hutan harus seimbang dengan upaya pelestarian lingkungan hidup sehingga hutan tetap dapat dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan. Berdasarkan UU No.41/1999 pasal 21, pengelolaan hutan meliputi: 1. Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan 2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan 3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan 4. Perlindungan dan konservasi alam
Kegiatan tata hutan merupakan kegiatan awal dalam kegiatan pengelolaan hutan. Kegiatan tata hutan ini dilakukan oleh perum perhutani, kegiatan tersebut meliputi: (Perum Perhutani, 2006 : 2) 1. Tata batas 2. Pembagian hutan 3. Inventarisasi hutan 4. Penyusunan rencana pengaturan kelestarian hutan
28
Gambar 2.5. Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani (perum perhutani,2006:4)
2.5
Inventarisasi Hutan Pengertian inventarisasi hutan 3 dalam arti luas (konseptual) adalah mencari dan menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi; pertumbuhan pepohonan didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah mencari dan menyajikan data potensi produksi hutan meliputi; luasan, volume kayu - standing stock, growing stock dan struktur tegakan yang ada didalamnya. Inventarisasi Hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang potensi hutan serta lingkungannya secara lengkap. Pada lingkup Perum Perhutani biasa disebut dengan risalah hutan (Perum Perhutani, 2006:2).
3
http://pohon-jati.blogspot.com/2009/03/inventarisasi-hutan.html [ 23 Oktober 2009, Pukul 21.49 Wib ]
29
Metode Inventarisasi hutan yang sering dipakai di Indonesia adalah sebagai berikut : (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009:2) A. Continous Strip Sampling (Sampling jalur sistematik) Metode sampling jalur sistematik adalah, metode pengambilan sampel dengan unit sampel berupa petak ukur jalur yang terdistribusi secara sistematik. Sistematik disini diartikan jalur tersebar merata dengan lebar jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya • Kebanyakan dilakukan diluar jawa • Populasi cukup luas, ragamnya banyak • Berbentuk jalur dengan lebar tertentu dan • mengikuti pola sejajar satu dengan yang lain. B. Line Plot Sampling (Sampling garis sistematik) • Mirip dengan sistem jalur • Sampling tidak harus nyambung • Garis antar jalur tidak sejajar dan tergantung • intensitas sampling.dan tergantung • intensitas sampling. C. Uniform systematic distribution (Sampling seragam dengan sebaran sistematik) • Kebanyakan dilakukan di jawa • Area sudah tertata dan areal tidak luas • Berbentuk sampel, jarak antar sampel berdekatan (seragam)
30
Setiap metode sampel ini mempunyai bentuk sampel yang berbedabeda, adapun bentuk sampel yang sering di pakai di Indonesia adalah sebagai berikut: (wasganis-phpl pembinaan hutan, 2009 : 2 ) 1. Lingkaran (circular plot; circular sampling plot ) 2. Empat persegi panjang / bujur sangkar (rectangular plot ) 3. Jalur ukur atau jalur coba (strip sampling / line sampling ) 4. Tanpa petak (Ploitless sampling) antara lain point sampling (metoda bitterlich) 5. Contoh pohon ( tree sampling ). 6. Petak ukur dalam jalur ( line plot sampling/strip plot sampling )
2.6
Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini penulis memerlukan data baik data primer maupun sekunder. endapatkan data yang valiuntuk md, penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji sumber teknis tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, makalah, dan sumber lainnya.(Dwiyanto,2008:2) b. Studi Literature Studi Literature 4 , yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain.
4
http://komunitasmahasiswa.info/tag/studi-literatur/ [ 2 Oktober 2009, Pukul 15.22 Wib ]
31
Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. Bagian ini akan dikaji lebih mendalam pada BAB II. c. Observasi Observasi adalah merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya (Jogiyanto, 2008:89) d. Wawancara Wawancara adalah komunikasi 2 (dua) arah untuk mendapatkan data dari responden. (Jogiyanto, 2008:65)
2.7
Metode Pengembangan Sistem Pada penelitian ini, penulis menerapkan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD) yang pertama kali dikembangkan oleh IBM yang dikemukakan oleh James Martin (K.K.Aggarwal, 2005:27). Rapid Aplication Development (RAD) merupakan model incremental dari proses pengembangan perangkat lunak yang menekankan pada sedikitnya atau siklus pengembangan yang pendek. Model RAD merupakan adaptasi yang cepat dari model sekuensial yang didapatkan RAD dari penggunaan pengembangan berbasiskan komponen.(Pressman,2001:32)
32
2.7.1 Tahapan-tahapan RAD Tahapan-tahapan Rapid Application Development (RAD) yang dijabarkan oleh K.K. Aggarwal (Software Engineering, 2005:28) adalah sebagai berikut: 1. Requirement Planning Requirement Planning (juga dikenal sebagai Concept Definition) terdiri dari pertemuan antara tim perencanaan dan klien pengguna. Rapat berfokus daftar persyaratan awal serta menetapkan cakupan proyek. Tim perencanaan mengidentifikasi fungsi-fungsi bisnis utama dan awalnya memecah mereka ke departemen-departemen atau pengguna akhir (seperti Produk, Penjualan, Perusahaan, Sales Person). 2. User Design/User Description Selama tahap User Design (juga dikenal sebagai User Description) tim analisis bertemu dengan pengguna akhir dalam rapat Joint Application Development (JAD). Selama rapat tim analisis memberikan hasil analisa secara lebih rinci, mengembangkan entitas yang dikembangkan dalam Requirement Planning menjadi model data (Entity Relationship Diagram), peraturan bisnis, mengembangkan rencana tes, dan menciptakan arus dan tata letak interface
(tampilan)
untuk
bagian-bagian
penting
sistem.
Dalam rangka menjaga iterasi pembangunan sesingkat mungkin, dan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari RAD,
33
persyaratan inti harus diidentifikasi dan ditargetkan untuk prototipe awal, dan kebutuhan sekunder harus diidentifikasi. 3. Construction fase atau tahapan ini menggabungkan tahapan desain, coding dan testing pada proses model waterfall. pada tahapan ini tim pengembang memberikan prototipe perangkat lunak kepada pengguna untuk mendapatkan masukan. 4. Implementation (Cut Over) Pada tahapan ini pengembang melakukan tiga kegiatan yaitu; testing kepada pengguna, instalasi sistem, dan pelatihan terhadap user.
Gambar 2.6. Tahapan-tahapan RAD (K.K.Aggarwal, 2005:28)
2.7.2 Alasan Penggunaan Metode RAD Dalam penelitian ini, penulis memutuskan untuk menggunakan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD), dengan alasan : a. Penelitian yang dilakukan masih berskala kecil. (pressman, 2001:32). Lingkup penelitian hanya di unit III perum perhutani.
34
b. Waktu pengembangan singkat hanya 60-90 hari. (pressman, 2001:32) c. Visual
Basic
mendukung
untuk
pengembangan
dengan
menggunakan metode pengembangan sistem RAD 5 .
2.7.3 Perbandingan Dengan Metode Pengembangan Sistem Lainnya Perbandingan metode RAD dengan metode pengembangan sistem lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1. Perbandingan Metode OPEN SDLC
RAD
OBJECTS
JAD
Prototyping
End user
SOURCE Kontrol
Formal
SIM
Lemah
Standar
Gabungan
Pengguna
Pengguna
Time
Panjang
Pendek
Menengah
Tergantung Project
Menengah
Pendek
Pendek
Pengguna
Banyak
Beberapa
Beberapa
Varies
Beberapa
Satu atau dua
Satu
Staff Sistem Informasi Manajemen
Banyak
Beberapa
Ratusan
Split
Beberapa
Beberapa
Tidak Ada
Transaksi
Keduanya
Keduanya
Keduanya
DSS
DSS
DSS
Minimal
Minimal
Lemah
Windows
Kritis
Kritis
Kritis
Penting
Terbatas
Internal
Pada obyek
Terbatas
lemah
Tidak ada
Integritas & Keamanan
Penting
Penting
Pada obyek
Terbatas
Lemah
Lemah
Reusability
Terbatas
Penting
Terbatas
Lemah
Tidak ada
Transaksi / DSS Interface Dokumentasi & Pelatihan Tidak diketahui Ada
Mungkin
(Sumber : Post dan Anderson, 2006:67) 5
http://www.webopedia.com/TERM/V/Visual_Basic.html [ 3 Oktober 2009, Pukul 10.43 Wib ]
35
2.8
Unified Modelling Language (UML) 2.8.1
Definisi UML didefinisikan sebagai notasi diagram untuk menggambarkan artefak dari Objects-Oriented Analysis Design (OOAD). Melalui UML kita dapat membayangkan, menentukan, membangun dan membuat dokumen aplikasi perangkat lunak. Ketika sistem perangkat lunak menjadi semakin besar dan semakin kompleks kita perlu mengelola kompleksitas itu, dalam arti, menyederhanakannya sehingga kita memiliki pemahaman yang lebih baik lagi. (Barclay dan Savage, 2004 : 3). Dengan
menggunakan
diagram-diagram
notasi
UML,
developer dapat melakukan pemrograman kode yang biasa dikenal dengan sebutan forward engineering 6 , yaitu proses tradisional mengubah abstraksi tingkat tinggi, desain logical dan implementasi mandiri ke dalam implementasi fisik dalam sebuah sistem. Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna tertentu, dan UML syntax mendefinisikan
bagaimana
bentuk-bentuk
tersebut
dapat
dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch OOD (Object-Oriented 6
http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/forward+engineering [ 22 November 20009, Pukul 11.49 Wib ]
36
Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering). (Dharwiyanti, 2003:2)
Diagram-diagram yang terdapat di dalam pemodelan UML dan digunakan penulis dalam pembuatan aplikasi ini adalah sebagai berikut : 1. Use Case Diagram Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. (Dharwiyanti, 2003:5)
Gambar 2.7. Contoh use case diagram (Dharwiyanti, 2003:5)
37
2. Class Diagram Class diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class diagram menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi).
(Dharwiyanti,
2003:5).
Class
diagram
menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class diagram memiliki tiga area pokok : 1. Nama (dan stereotype) 2. Atribut 3. Metoda
Gambar 2.8. Contoh Class Diagram (Dharwiyanti, 2003:5)
3. Statechart Diagram Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya
38
statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat
memiliki
lebih
dari
satu
statechart
diagram)
(Dharwiyanti,2003:7).
Gambar 2.9. Contoh Statechart Diagram (Dharwiyanti,2003:7)
4. Activity Diagram Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi ditrigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara
39
eksak atau tepat, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. (Dharwiyanti, 2003:7)
Gambar 2.10. Contoh Activity Diagram (Dharwiyanti, 2003:8)
5. Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respon dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang menjadi trigger aktivitas tersebut, proses
40
dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. (Dharwiyanti, 2003:8)
Main ui
Object1
Object1
Object2
Actor1 Message1 Message1 Message1 Message1 Message2 Message2 Message2 Message2
Message1
Gambar 2.11. Contoh Sequence Diagram (Sun Services, 2003:115)
6. Collaboration Diagram Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing objek dan bukan pada waktu penyampaian message. Setiap message memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama. (Dharwiyanti, 2003:9)
41
Gambar 2.12. Contoh Collaboration Diagram (Dharwiyanti, 2003:9)
7. Component Diagram Component hubungan
diagram
antar
menggambarkan
komponen
piranti
ketergantungan (dependency) di antaranya.
struktur
lunak,
dan
termasuk
Komponen piranti
lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code maupun binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul pada compile time, link time, maupun run time. Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan/atau package, tapi dapat
juga
dari
komponen-komponen
yang
lebih
kecil.
(Dharwiyanti, 2003:9)
42
Gambar 2.13. Contoh Component Diagram (Dharwiyanti, 2003:10)
8. Deployment Diagram Deployment/physical
diagram
menggambarkan
detail
bagaimana komponen di-deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan terletak (pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisik. Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar node (misalnya TCP/IP) dan
43
requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini. (Dharwiyanti, 2003:10)
Gambar 2.14. Contoh Deployment Diagram (Dharwiyanti, 2003:11)
Pada penelitian ini, penulis menggunakan perangkat lunak eDraw 5.0 dan Microsoft Visio 2007 dalam merancang aplikasi.
44
No
Tabel 2.2. Notasi UML Keterangan
Notasi
1
Class Diagram, digunakan untuk mengambarkan kelaskelas program. Terdiri atas nama kelas, atribute yaitu properties yang dimiliki oleh kelas, dan operation yaitu aktifitas yang dapat dilakukan oleh kelas tersebut
2
Relationship merupakan hubungan antar class. Dapat berupa one to one, one to many, maupun many to one Aktor merupakan pelaku-pelaku yang terlibat di dalam sistem.
3 4
Use case merupakan penjelasan kegiatan-kegiatan yang ada di dalam sistem
5
Initial node digunakan sebagai notasi awal dari proses yang dijalankan. Action merupakan notasi yang menggambarkan aksi yang terjadi di dalam suatu proses
6
7 8
Activity Final Node merupakan notasi yang melambangkan akhir dari sebuah proses Activity merupakan aktifitas yang ada di dalam sistem. Biasa digunakan pada proses yang melibatkan proses lainnya.
9
Activity dengan parameter biasa digunakan pada proses yang melibatkan proses lainnya serta mengambil parameter dari proses tersebut.
10
Lifeline merupakan state dari sebuah proses yang ada di dalam sistem. Nantinya, setiap bagian dari proses akan berhenti pada lifeline yang sesuai.
(Sun Services, 2003:1-225)
45
2.9
Flow Chart Flowchart merupakan bagan alir yang menggambarkan urutan logika dari suatu prosedur pemecahan masalah. Tujuan utama dari penggunaan flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian masalah secara sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan simbol-simbol standar. Dalam flowchart dikenal dua macam bentuk, yaitu flowchart dan program flowchart. Flowchart menggambarkan tahapan proses dari suatu sistem
termasuk
multimedia. Sedangkan program
flowchart menggambarkan urutan-urutan intruksi dari suatu program komputer (Ladjamudin, 2005 : 113), Simbol-simbol flowchart antara lain: Tabel 2.3 Simbol Flowchart SIMBOL
KEGUNAAN
Untuk menghubungkan antara simbol yang satu dengan simbol lainnya \Simbol Arus/Flow
Simbol yang menunjukan pengolahan yang dilakukan secara manual Simbol Manual Operation
Simbol Decission
Simbol Predefined Process
Simbol Terminal
Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban/aksi. Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan di dalam Simbol untuk permulaan atau akhir dari program.
46
Simbol untuk operasi dengan menggunakan mesin yang mempunyai keyboard
Simbol Keying Operation
Simbol untuk pemasukan data secara manual on-line keyboard
Simbol Manual Input.
(Ladjamudin, 2005: 113)
2.10 Perangkat Lunak Pengembangan Sistem 2.10.1 Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah sebuah bahasa dan lingkungan pemrograman yang dikembangkan oleh Microsoft yang di buat berdasarkan pada bahasa BASIC, Visual Basic adalah salah satu dari produk yang menyediakan mengembangkan
lingkungan antarmuka
pemrograman pengguna.
grafis Pemrogram
untuk dapat
menambahkan sejumlah besar kode hanya dengan menarik dan melepas kontrol, seperti tombol dan kotak dialog, dan kemudian menentukan tampilan dan perilaku mereka. Ledakan pemakaian Visual Basic ditandai dengan kemampuan Visual Basic untuk dapat berinteraksi dengan aplikasi lain di dalam sistem operasi Windows dengan komponen ActiveX Control. Dengan komponen ini memungkinkan penguna untuk memanggil dan menggunakan semua model data yang ada di dalam sistem operasi windows. Hal ini juga ditunjang dengan teknik pemrograman di dalam Visual Basic yang mengadopsi dua macam jenis 47
pemrograman yaitu Pemrograman Visual dan Object Oriented Programming (OOP). (kurniadi, 2001: 1-5)
2.10.1.1 Antar Muka Visual Basic 6.0 Interface antar muka Visual Basic 6.0, berisi menu, toolbar, toolbox, form, project explorer dan property seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.15. Antar muka VB 6.0 (kurniadi, 2001:11)
Pembuatan program aplikasi menggunakan Visual Basic dilakukan dengan membuat tampilan aplikasi pada form, kemudian diberi script program di dalam komponenkomponen yang diperlukan. Form disusun oleh komponenkomponen yang berada di [Toolbox], dan setiap komponen yang dipakai diatur propertinya lewat jendela [Property].
48
Menu pada dasarnya adalah operasional standar di dalam sistem operasi windows, seperti membuat form baru, membuat project baru, membuka project dan menyimpan project. Toolbox berisi komponen-komponen yang bisa digunakan oleh suatu project aktif. Komponen standar dalam toolbox dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.16. Tampilan toolbox (kurniadi, 2001:17) Property pada tampilan antar muka Visual Basic terletak di sebelah kanan, seperti gambar berikut:
Gambar 2.17. Interface Property (kurniadi, 2001:18)
49
2.10.2 Map Objects v2.2 MapObjects 7 adalah sebuah ActiveX control atau komponen tambahan yang memiliki kemampuan untuk mengautomatisasi objek yang dapat di pakai di dalam banyak lingkungan pemrograman berbasiskan Windows seperti Visual Basic, Visual Basic for Applications (VBA), Visual C++, Visual Studio.NET (VB.NET and C#),
Delphi,
Borland
C++
Builder,
Visual
FoxPro,
and
PowerBuilder.
Gambar 2.18. contoh program menggunakan MapObjects (http://www.geoprise.net/MapObjects.html) Beberapa kemampuan 8 dari MapObjects adalah sebagai berikut: • On-the-fly projection
Pengguna dapat menggabungkan data dari semua proyeksi ke proyeksi yang umum untuk dilihat dan dianalisis. Dan juga setiap lapisan peta dapat diekspor ke proyeksi baru. MapObjects sekarang terintegrasi dengan ESRI's ArcInfo projection engine.
7
http://www.geoprise.net/MapObjects.html [ 11 November 2009, Pukul 14.34 wib ] http://www.idasnet.com/idas_site/idasnet_eng/products/gis_software/esri/mapobjects.htm [ 12 November 2009, Pukul 15.10 wib ]
8
50
• Unparalleled data support
MapObjects menawarkan dukungan secara langsung terhadap sumber data yang luas, seperti: o Format standard GIS (ArcInfo coverages, ESRI shapefiles,
and ESRI GRID) o Format Computer-aided design (CAD) seperti: (DGN,
DXF, and DWG), CAD world files, dan AutoCAD 2000 DWG files o Akses ke database eksternal melalui ActiveX Data Objects
(ADO), Data Access Objects (DAO), dan Open Database Connectivity (ODBC) o Image katalog, dan berbagai format gambar seperti :
GeoTIFF, TIFF, JPEG, GIF, ERDAS, and MrSID o ESRI's ArcView StreetMap untuk geocoding o ArcSDE (ESRI's Spatial Database Engine) databases o Format yang umum digunakan oleh militer seperti: Vector
Product Format (VPF) dan ASRP/USRP. • Advanced data handling
MapObjects menyediakan penyaring spasial dan atribut yang kuat
untuk
mengoptimalkan
kinerja.
Sebagai
pilihan,
pengembang dapat mengakses program aplikasi ArcSDE antarmuka (API) langsung dari aplikasi MapObjects. Gambar
51
MapObjects juga mendukung transparansi, layar, dan output, serta rotasi dari kedua vektor dan data raster lapisan. • State-of-the-art geocoding capabilities
MapObjects memungkinkan untuk dilakukannya penyamaan alamat secara cepat dan akurat, termasuk alamat internasional dan
proses
penolakannya.
Dengan
dukungan
terhadap
StreetMap, anda dapat membaca, menampilkan dan geocode sebuah alamat jalan dari database StreetMap yang terkompresi
dengan baik. • Support for Web-based mapping
MapObjects
memiliki
built-in
compatibility
dengan
middleware ESRI's ArcIMS Web connectivity. Dengan begitu anda dapat menggunakan MapObjects untuk menaruh peta dinamis dan customizable di Internet menggunakan teknologi ArcIMS. • Enhanced GPS management
MapObjects mendukung pelacakan dinamis untuk titik, garis, poligon, persegi panjang, dan elipsis, sehingga mudah untuk mengelola kegiatan GPS. • Geometric functions
MapObjects mencakup geometri spasial yang kuat library untuk unions, intersections, and buffers.
52
• Run-time deployment utility
Setelah Anda berhasil membangun aplikasi Anda, penyebaran menjadi faktor kritis. MapObjects Run-time deployment utility membantu Anda untuk mendistribusikan aplikasi Anda dengan mudah dan efisien. • Versioning capabilities
MapObjects mendukung versioning untuk ArcSDE layer; kita dapat koneksi ke versi ArcSDE dan memungkinkan Anda untuk melihatnya. Selain itu, Anda dapat mengidentifikasi dan memilih versi yang didasarkan pada nama versi. • Helpful controls
MapObjects menawarkan bar legenda dan kontrol skala, termasuk kode sumber, yang dirancang untuk memudahkan Anda untuk mengembangkan aplikasi Anda. Ini didasarkan pada kontrol yang sama yang digunakan dalam perangkat lunak ArcExplorer, ESRI's GIS data browser. • Rich set of powerful mapping and GIS component tools
Peralatan ini memungkinkan Anda untuk menampilkan, query, dan menganalisa data peta dinamis. • Feature rendering using thematic methods
Anda dapat dengan mudah menambah nilai peta, klasifikasi kelas, symbol gradasi, kerapatan dot peta, dan grafik pie dan bar untuk aplikasi Anda.
53
• Feature attribute selection and query
Queries dapat dilakukan dengan standard SQL expressions.
2.10.3 Ms. Sql Server 2000 Microsoft SQL Server 9 adalah sebuah sistem manajemen basis data relasional (RDBMS) salah satu produk Microsoft. Bahasa query utamanya Transact-SQL yang merupakan implementasi dari SQL standar ANSI/ISO yang digunakan oleh Microsoft dan Sybase. Umumnya SQL Server digunakan di dunia bisnis yang memiliki basis data berskala kecil sampai dengan menengah, tetapi kemudian berkembang dengan digunakannya SQL Server pada basis data besar. Popularitas SQL Server akhir-akhir ini mulai menanjak dan setara dengan pesaing terdekatnya yaitu Oracle 9i dan Oracle 10g. Microsoft SQL Server dan Sybase/ASE dapat berkomunikasi lewat jaringan dengan menggunakan protocol TDS (Tabular Data Stream). Selain dari itu, Microsoft SQL Server juga mendukung ODBC (Open Database Connectivity), dan mempunyai driver JDBC untuk bahasa pemrograman Java.
SQL Server 2000 memiliki beberapa versi antara lain (Choirul Amri, 2003:1) : • SQL Server Personal Edition 9
http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_SQL_Server [ 14 November 2009, Pukul 15.15 wib ]
54
• SQL Server Developer Edition • SQL Server Enterprise Edition • SQL Server Standard Edition • SQL Server Desktop Engine • SQL Server for Windows CE Edition Masing masing versi memiliki perbedaan dalam hal ukuran database maksimum, RAM, jumlah koneksi, serta berbagai feature lainnya.
2.8.3.1 Instalasi Sql Server Pada saat memulai, Anda harus menentukan lokasi instalasi apakah di local computer, atau di komputer lain dalam jaringan.
Gambar 2.19. Computer names selection (Choirul Amri, 2003:2)
55
Selanjutnya pilih Create New Instance agar SQL Server membuat instalasi baru.
Gambar 2.20. Installation Selection (Choirul Amri, 2003:3)
Langkah berikutnya adalah menentukan komponen yang akan diinstal. Pilih server and Client Tools yang meliputi database engine sebagai inti SQL Server dan client tools yang berfungsi sebagai interface untuk mengatur dan setup SQL Server.
Gambar 2.21. Instance Names (Choirul Amri, 2003:3)
56
Apabila Anda belum memiliki instalasi SQL Server di komputer tersebut, pilih “Default”. Jika sudah ada SQL Server di komputer, Anda dapat membuat instance baru sehingga terdapat 2 SQL Server di komputer Anda. Tipe instalasi Typical sudah cukup mewakili untuk berbagai feature yang dibutuhkan dalam membuat aplikasi.
Gambar 2.22. Setup type (Choirul Amri, 2003:4)
Pada bagian service setting, pilih local system account. Artinya SQL Server menggunakan account system di OS untuk
menjalankan
servicenya.
Anda
dapat
juga
menggunakan account yang terdapat di domain/Active Directory maupun account user tertentu untuk menjalankan service tersebut.
57
Gambar 2.23. Service Accounts (Choirul Amri, 2000:4) Untuk mode Autentikasi, sebaiknya dipilih Windows Authentication yang lebih menjamin keamanan karena terintegrasi dengan Windows. Biasanya SQL Server di internet/Web Hosting menggunakan Mixed Mode, sehingga setiap user/pelanggan dapat membuat login di SQL Server tanpa harus memiliki login di sistem Windows. Selanjutnya proses instalasi akan mengcopy file ke komputer. Setelah proses selesai maka Anda sudah siap bekerja dengan SQL Server.
2.8.3.2 Interface (Antar Muka) Sql Server 2000 Ada 3 interface utama saat Anda bekerja dengan SQL Server: 1. Enterprise Manager Merupakan interface utama dan paling sering
58
digunakan oleh administrator database. Bagian ini mengandung sebagaian besar fungsi-fungsi pokok dalam mengatur database.
Gambar 2.24. Enterprise Manager (Choirul Amri, 2003:6)
Di dalam folder database ditampilkan berbagai database yang ada. Database master, model, msdb, dan tempdb merupakan default system database yang diperlukan agar SQL Server dapat berfungsi baik. Sedangkan NorthWind dan pubs adalah database sampel yang dapat digunakan untuk berlatih perintah SQL maupun administration job. Di dalam folder Security terdapat tool Login yang berisi daftar user di dalam database. Di bagian ini semua manajemen menyangkut user account dilakukan.
59
2.
Query Analyser Tool ini merupakan interface utama dalam melakukan pemrograman di SQL Server. Bahasa yang digunakan adalah Transact SQL (T-SQL). Anda dapat membuat perintah untuk mengambil data, sortir, manipulasi data serta melakukan perhitungan tertentu terhadap sekumpulan data dalam database. Script yang telah dibuat dapat disimpan sebagai View ataupun Stored Procedure, sesuai dengan kebutuhan dalam pembuatan aplikasi.
Gambar 2.25. Query Analyzer (Choirul Amri, 2003:7)
Di dalam Query Analyser juga tersedia tool lainnya, misalnya yang digunakan untuk menganalis performa sebuah query dan mencari alternatif agar
60
query tersebut dapat lebih dioptimalkan. Apabila toolbar Estimated Execution Plan diaktifkan maka ditampilkan estimasi waktu dan urutan eksekusi sebuah perintah.
Gambar 2.26. Contoh penggunaan Query Analyzer (Choirul Amri, 2003 : 9)
Query Analyser juga dapat digunakan untuk membuat script sebuah database maupun obyekobyek di dalamnya. Script ini selanjutnya dapat dijalankan di server lain untuk membuat database yang serupa, atau digunakan dalam sebuah aplikasi untuk mendukung pemrograman.
3.
Service Manager Digunakan untuk mengatur service yang ada di SQL Server, apakah akan dijalankan atau dimatikan. 61
Sebuah service juga dapat disetup agar berjalan otomatis sebagai Windows service, atau dijalankan secara manual.
Gambar 2.27. Service Manager (Choirul Amri, 2003:14).
Ada 3 service standar dalam setiap instalasi default SQL Server: •
Distributed Transaction Coordinator
•
SQL Server
•
SQL Server Agent
2.10.4 ArcView 3.3 Software ArcView merupakan salah satu perangkat lunak sistem informasi geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh para ahli yang tergabung dalam ESRI (Environmental Sistem Research Institute). (Nuarsa, 2005:5)
62
Dengan ArcView 10 , pengguna dapat memiliki kemampuankemampuan
untuk
melakukan
visualisasi,
meng-eksplorasi,
menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geografis, dan sebagainya Dari struktur data yang telah dibahas di atas, Arcview lebih memfokuskan pada struktur data vektor. Selain itu untuk menggambarkan dan juga menganalisa peta dan informasi spasial diperlukan tambahan aplikasi yaitu menggunakan Spatial Analyst 2.0a.. Kemampuan-kemampuan perangkat SIG ArcView sebagai berikut : 1. Pertukaran data: membaca dan menuliskan data dari dan ke dalam format perangkat lunak SIG lainnya. 2. Melakukan analisis statistik dan operasi-operasi matematis. 3. Menampilkan informasi (basis data) spasial maupun atribut. 4. Menjawab query spasial maupun atribut 5. Melakukan fungsi-fungsi dasar SIG 6. Membuat peta tematik
ArcView terdiri dari beberapa komponen : 1. Project Project merupakan suatu unit organisasi tertinggi di dalam ArcView
yang
mengelompokkan,
dapat dan
digunakan
untuk
mengorganisasikan
menyimpan, komponen-
10
http://www.esri.com/software/arcgis/arcview/index.html [ 14 November 2009, Pukul 15.17 wib]
63
komponen program: view, theme, table, chart, layout, dan script dalam satu kesatuan yang utuh. 2. Theme Merupakan kumpulan dari beberapa layer ArcView yang membentuk suatu tematik tertentu. 3. View Merupakan representasi grafis informasi spasial dan dapat menampung beberapa “layer” atau “theme” informasi spasial (titik, gatis, polygon dan citra raster). 4. Table Merupakan representasi data ArcView berisi fata atribut dari layer tertentu. 5. Chart Merupakan representasi grafis dari table data. 6. Layout Digunakan untuk menggabungkan semua dokumen (view, table, dan chart) 7. Script Merupakan bahasa semi pemrograman sederhana yang digunakan untuk mengotomasikan kerja ArcView.
64
2.11 Penelitian Sebelumnya yang Berhubungan Berdasarkan hasil pengamatan, penulis menemukan beberapa penelitian yang mengambil objek yang sama dengan yang penulis lakukan, yaitu sistem informasi kehutanan. Penelitian tersebut diantaranya adalah:
Sistem Informasi Perkayuan Di Bidang Usaha Hutan Produksi. Penelitian ini dilakukan oleh salah satu dosen jurusan Teknologi Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Viva Arifin). Keterlambatan sumber data atau informasi tentang
kehutanan
yang
tersebar
secara
wilayah
geografis,
pengumpulan data atau informasi memakan waktu dan biaya yang relatif tinggi, kondisi hutan yang jauh dari fasilitas pengumpulan data. membawa kegagalan pada sektor-sektor pembangunan kehutanan. tulisan ini mencoba mengembangkan konsep sistem informasi kehutanan untuk memberikan akses kepada pengusaha, orang industri, dan masyarakat dalam memperoleh informasi tentang kesempatan bisnis di hutan produksi. Batasan masalah pada penelitian ini adalah: bagaimana merancang konsep penyediaan data atau informasi kepada pihak terkait dalam hal ini adalah; pengusaha, negara dan masyarakat terkait dengan hutan produksi. dengan menggunakan database yang dikembangkan oleh diagram aliran data, diagram entitas hubungan dan elemen kamus data (Inforsains, Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi, Vol.I, No.1,2007).
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan dan Perangkat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Dalam penelitian perancangan aplikasi sistem inventarisasi hutan ini, ada beberapa bahan yang diperlukan diantaranya adalah: 1. Data hasil inventarisasi hutan kelas perusahaan accacia mangium (akasia) periode tahun 2000-2005, Kawasan Hutan Parung Panjang. Data ini tersedia di SPH I Bogor. 2. Data Spasial Kawasan Hutan Parung Panjang yang didapatkan di Unit III Perum Perhutani Bandung. 3. Draft bentuk laporan hasil inventarisasi.
3.1.1.1 Ringkasan Keadaan Umum KPH Bogor a. Letak Kesatuan
Pemangkuan
Hutan
(KPH)
Bogor
secara
administratif pemerintahan berada pada 3 (tiga) Daerah Tingkat II, yaitu: 1. Kabupaten bogor 2. Kabupaten Bekasi 3. Kabupaten Tangerang 66
KPH Bogor secara geografis terletak pada koordinat : 106° 20’ 28’’ BT sampai dengan 107° 17’ 09’’ BT dan 05° 55’ 24’’ sampai dengan 06° 48’ 00’’ LS. Sedangkan untuk kelas perusahaan Accacia Mangium terletak pada koordinat: 106° 26’ 03’’ BT sampai dengan 106° 35’ 16’’ BT dan 06° 20’ 59’’ sampai dengan 06° 27’’ 01’’ LS. Wilayah kerja KPH Bogor di bagi menjadi 1 (satu) Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH) yang terdiri dari 5 (lima) wilayah Bagian Kesatuan Pemagkuan Hutan (BKPH), yaitu: 1. BKPH Bogor – Jonggol 2. BKPH Jasinga – Leuwi Liang 3. BKPH Parung Panjang 4. BKPH Tangerang 5. BKPH Ujung Krawang Menurut Pengelolaan Kawasan Hutan Kelas Perusahaan Accia Mangium
berada
di
wilayah
kerja
Bagian
Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Parung Panjang yang terdiri dari 3 wilayah Resort Pemangkuan Hutan (RPH), yaitu; 1. RPH Tenjo 2. RPH Maribaya 3. RPH Jagabaya
67
b. Luas Luas wilayah total ring kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi sekitar 585.837,65 Ha. diantaranya berupa kawasan hutan seluas 90.840,71 Ha. dengan perincian sebagai berikut: 1. Kabupaten Bogo - Kawasan KPH Bogor
: 79.007,90 Ha. : 41.919,10 Ha.
Terdiri dari : • Hutan Produksi Tetap (HPTt)
: 20.088,70 Ha.
• Hutan Produksi Terbatas (HPTb) : 21.219,34 Ha. • Hutan Lindung
:
• Hutan Konservasi
:
611,06 Ha.
(Kawasan Hutan Konservasi masih diusulkan untuk dikelola oleh Perum Perhutani berupa Wana Wisata dan lokasi kerja sama penelitian yang masuk kedalam perluasan Taman Nasional) • Kawasan PHPA/Taman Nasional : 37.088,80 Ha. (Terdiri dari kawasan PHPA yang telah dikelola pada tahap awal seluas 17.115,50 Ha. ditambah perluasan Taman Nasional yang berasal dari Pengelolaan Perum Perhutani seluas 19.973,39 Ha.)
68
2. Kabupaten Tangerang
: 1.351,66 Ha.
3. Kabupaten Bekasi
: 10.481,15 Ha.
Penentuan Kelas Perusahaan (KP) di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor di lakukan dengan pertimbangan kesesuaian lahan dan jenis tanaman dominant yang terdiri dari: -
Kelas Perusahaan Accacia Mangium Kelas Perusahaan Meranti Kelas Perusahaan Pinus Kelas Perusahaan Payau Lain-lain/belum ditanam Jumlah
: : : : : :
5.397,24 Ha. 8.822,33 Ha. 9.438,80 Ha. 11.832,81 Ha. 18.260,73 Ha. 53.751,91 Ha.
c. Keadaan Lapangan 1. Topografi Kawasan hutan kelas perusahaan Acacia Mangium KPH Bogor memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari datar (0-8%) dan kemiringan curam (15-20%) terutama pada beberapa lokasi dekat batas hutan dan sungai secara umum memenuhi kriteria kawasan yang cocok untuk produksi kayu.
69
2. Iklim Ditinjau dari banyak curah hujan maka wilayah hutan KPH Bogor berdasarkan tipe iklim Schimdt & Ferguson terbagi dalam beberapa tipe curah hujan, yaitu: a. Bagian utara termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 1.000 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100 mm/bulan dan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 300 mm/bulan. b. Bagian tengah termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan tahunan sebesar 3.000 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100 mm/bulan dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebesar 540 mm/bulan. c. Bagian selatan termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan tahunan sebesar 4.000 mm/tahun, dengan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 200 mm/bulan dan curah hujan tertinggi pada bulan Februari sebesar 550 mm/bulan. Menurut Schimdt & Ferguson (1951), kriteria bulan basah, bulan lembab dan bulan adalah sebagai berikut; a. Bulan basah, dengan curah hujan : > 100 mm/bulan 70
b. Bulan lembab, dengan curah hujan : 60-100 mm/bulan c. Bulan kering, dengan curah hujan : < 60 mm/bulan Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka di tetapkan tipe iklim di Indonesia dengan mempergunakan rumus nilai Q adalah sebagi berikut: Jumlah rata-rata bulan kering Q=
x 100% Jumlah rata-rata bulan basah
Berdasarkan besarnya nilai Q tersebut maka tipe iklim terbagi menjadi: a.
Tipe iklim A, dengan nilai Q = 0.00 – 14.30%
b.
Tipe iklim B, dengan nilai Q = 14.30 – 33.30 %
c.
Tipe iklim C, dengan nilai Q = 33.30 – 60.00 %
d.
Tipe iklim D, dengan nilai Q = 60.00 – 100.00 %
e.
Tipe iklim E, dengan nilai Q = 100.00 – 167.00 %
f.
Tipe iklim F, dengan nilai Q = 167.00 – 300.00 %
g.
Tipe iklim G, dengan nilai Q = 300.00 – 700.00 %
h.
Tipe iklim H, dengan nilai Q = > 700.00 %
3. Penentuan Kelas Hutan Penentuan Kelas Hutan Tanaman Acacia Mangium berpedoman kepada petunjuk teknis yang baku, yaitu SK Direktur Jenderal Kehutanan No.143/Kpts/DJ/1974, tanggal 71
10 oktober 1974 Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan, khusus Kelas Perusahaaan Tebang Habis Jati. Serta Petunjuk Kerja Inventarisasi Sumber Daya Hutan Khusus Kelas Perusahaan Acacia Mangium yang diterbitkan Biro Perencanaan Dan Pengembangan Perusahaan PT. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Tahun 2001. Beberapa pertimbangan dalam penentuan kelas hutan antara lain: - Jenis tegakan tahun tanam - Penggunaan dan keadaam alam - Keluasan ideal - Volume standar untuk hutan alam - Bonita - KBD - Kombinasi (umur,KBD,DKN) - Fungsi kawasan - Efektivitas pengelolaan Berdasarkan hal ini diatas, semua hutan tanaman Acacia Mangium yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut dipisah-pisahkan kedalam Kelas Umur (KU), dengan masing-masing kelas umur mempunyai interval 1 (satu) 72
tahunan (Panca Warsa). Pertimbangan tersebut juga berlaku untuk kelas hutan lainnya diluar mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas. Untuk Kelas Umur (KU) ditentukan dengan batasan-batasan sebagai berikut: - Tanaman
Acacia
Mangium
yang
memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu dipisahkan ke dalam 10 (sepuluh) kelas umur (KU). - Tanaman Acacia Mangium dimasukan kedalam kelas hutan KU I (satu) sampai dengan X (sepuluh) jika tumbuhnya, kualitas batang dan Kepadatan Bidang Dasar
(KBD)
memberi
jaminan
perkembangan
selanjutnya yang masih memuaskan dengan umur < 10 (sepuluh) tahun dengan kriteria Kepadatan Bidang Dasar (KBD) > 0,50 atau KBD: 0,21 – 0,49 dengan DKN > 0,50. - Tanaman Acacia Mangium yang berumur > 10 tahun (diatas daur) dengan kondisi baik atau sudah waktunya untuk ditebang dimasukan ke dalam kelas hutan Masak Tebang (MT) dengan batasan KBD > 0.50, sedangkan jika tanaman tidak memuaskan atau tidak ada harapan mempunyai riap dimasukan ke dalam kelas hutan Miskin Riap (MR) dengan KBD: 0,21 – 0.49. 73
3.1.2 Perangkat Penelitian Perangkat yang digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah sebagai berikut: a. Hardware atau Perangkat keras: •
Intel Pentium IV 2,40 GHz
•
RAM 256 MB
•
Harddisk 20 GB
•
CD ROM
b. Software atau Perangkat lunak •
Windows XP SP 2
•
ArcView 3.3
•
Visual Basic 6.0
•
Microsoft SQL Server 2000
•
Map Objects 2.2
•
Data Dynamics Active Reports 2.0
74
3.2.
Waktu dan Lokasi Penelitian Berikut adalah deskripsi lokasi dan waktu penelitian dalam pengembangan aplikasi sistem inventarisasi hutan: Lokasi Penelitian
: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Seksi Perencanaan Hutan (SPH) I Bogor
Waktu Penelitian
: 20 Juni 2009 sampai 20 Agustus 2009
Alamat
: Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142. Tlp. (0251) 323482, fax. (0251)323484
3.3.
Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Studi Pustaka Pada tahapan pengumpulan data dengan cara studi pustaka, penulis mencari referensi-referensi yang relevan dengan objek yang akan diteliti. Pencarian referensi dilakukan di perpustakaan, toko buku, maupun secara online melalui internet. Informasi yang didapatkan digunakan dalam penyusunan landasan teori, metodologi penelitian serta pengembangan aplikasinya secara langsung. Adapun studi pustaka yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen teknis diantaranya adalah : 1. UU RI No. 41 tahun 1999, Tentang Kehutanan 2. UU No.41/1999 pasal 21, Tentang Pengelolaan hutan
75
3. PP 30/2003 Pasal 3 ayat 1, Tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). 4. SK Dirjen Kehutanan No. 143/Kpts/DJ/I/1974 Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan RPKH 5. Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan Penyusunan RPKH SPH I Bogor, Unit III Jawa Barat dan Banten, Perum Perhutani 6. Buku RPKH-PDE Kelas Perusahaan Accacia Mangium Untuk selengkapnya dapat dilihat pada daftar pustaka.
3.3.2. Observasi Guna mengumpulkan informasi mengenai kebutuhan sistem (system requirements) penulis melakukan pengumpulan data dengan cara observasi di tempat penelitian, Penulis melakukan observasi pada: Hari
: Jum’at 19 Juni 2009
Tempat
: Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Sistem yang berjalan tidak mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan data spasisal dengan data atribut secara langsung.
76
2. Alur kerja yang dilakukan masih mempunyai banyak kelemahan. 3. Kegiatan Pengolahan data hanya dilakukan oleh satu orang admin. 4. Perlu
dilakukan
penerapan
tekinologi
informasi
guna
mengatasi permasalahan proses alur kerja.
Selain system requirements, pada langkah ini penulis juga mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk pembangunan aplikasi. Data yang dimaksud adalah sample data peta pembagian lahan/kawasan hutan parung panjang (studi kasus dalam penelitian ini mengambil kelas perusahaan Accacia Mangium), contoh form pendataan inventarisasi hutan dan draft report inventarisasi. Yang semua bagian data tersebut merupakan standarisasi dari perum perhutani dan departmen kehutanan.
3.3.3. Wawancara Selain melakukan pengumpulan data dengan metode observasi dan studi pustaka, penulis juga melakukan pertemuan dan wawancara kepada pihak-pihak yang nantinya akan berhubungan dengan sistem yang akan dikembangkan ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah 1 (satu) orang dari BKPH parung panjang, 2 (dua) orang dari SPH I 77
Bogor (kepala SPH I Bogor dan administrator SISPDH-PDE). Hasil wawancara akan disajikan pada bagian Lampiran A-1 (wawancara dengan forester BKPH Parung Panjang), Lampiran A-2 (wawancara dengan Kepala SPH I Bogor) dan Lampiran A-3 (wawancara dengan Administrator SISDH-PDE). Hari
: Jum’at 19 Juni 2009
Narasumber
: 1. Kepala SPH I Bogor, 2. Administrator Aplikasi SISH- PDE
Tempat
: Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara tersebut adalah sebagi berikut: 1. Diperlukan proses bisnis alternatif yang dapat mempercepat proses pengolahan data di SPH I Bogor. 2. Perlu adanya aplikasi alternatif yang dapat mengintegrasikan data spasial dan data atribut secara bersamaan. 3. Proses pembuatan laporan terkendala maslah banyak nya data yang tidak sinkron.
78
3.3.4. Studi Literature Pada peneltian ini juga dilakukan pengumpulan data dengan cara studi literature, dengan cara meneliti berbagai macam laporan penelitian sejenis yang sesuai dengan obyek penelitian. Untuk ;ebih jelasnya bisa dilihat pada sub bab 2.9.
3.4.
Metode Pengembangan Sistem Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode Rapid Application Development (RAD). Pemilihan metode penelitian Rapid Application Development (RAD) ini dilakukan dengan alasan aplikasi yang akan dikembangkan merupakan aplikasi yang berskala kecil/ menengah, serta terfokus pada lingkup tertentu. Pemilihan metodologi ini juga dengan alasan bahwa aplikasi ini tidak membutuhkan proses komputasi yang kompleks karena pada prinsipnya aplikasi ini adalah aplikasi yang menitikberatkan pada database. Selain itu, pada pengembangan aplikasi yang dilakukan dengan menggunakan Visual Basic, juga lebih disarankan untuk menggunakan metodologi Rapid Application Development (RAD). Hal ini dikarenakan Visual Basic merupakan salah satu tools RAD yang handal untuk mengembangkan perangkat lunak.
79
Gambar 3.1. Tahapan RAD (sumber : K.K. Aggarwal, 2005 :28 ) Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian pengembangan aplikasi ini adalah:
3.4.1. Analisis (Requirement Planning) Tahap analisis dikenal juga sebagai tahap mendefinisikan rencana aplikasi (Requirement Planning). Pada fase ini, penulis melakukan : a. Pengamatan terhadap sistem yang sedang berjalan di SPH I Bogor mengenai pengisian dan pendistribusian data SISDH-PDE. b. Melakukan identifikasi masalah yang terjadi pada sistem yang sedang berjalan. c. Menentukan alur bisnis dan aplikasi serta wilayah persoalan data yang akan didukung oleh sistem yang akan dikembangkan serta ditentukan pula jangkauan atau batasan sistem.
80
Sistem ini sendiri diperuntukkan untuk pihak SPH I Bogor, sebagai pengontrol dan forester sebagai pengguna. Tahapan-tahapan yang lebih rinci dalam melakukan analisis dapat dilihat di bab IV sub bab 4.2.
3.4.2. Perancangan (User Design) Setelah mengetahui definisi aplikasi yang akan dibuat, yang meliputi analisis terhadap sistem, maka tahapan berikutnya adalah melakukan perancangan (design). Perancangan di sini dimaksudkan untuk membuat pemodelan terhadap aplikasi baru yang dapat mewakili dan menjadi aplikasi alternatif terhadap sistem yang berjalan saat ini di perum perhutani. Perancangan yang dimaksud meliputi perancangan
aplikasi,
perancangan
database
dan
perancangan
antarmuka (interface) atau perancangan Graphical User Interface (GUI).
a. Perancangan Aplikasi Untuk perancangan aplikasi, penulis menggunakan notasi alat bantu (tools) yaitu Unified Modelling Language (UML). Perancangan aplikasi yang penulis lakukan dengan menggunakan tools UML ini meliputi : 1. Penentuan Actor 81
2. Perancangan Use Case Diagram 3. Perancangan Use Case Scenario 4. Perancangan Activity Diagram 5. Perancangan Sequence Diagram 6. Perancangan Class Diagram 7. Spesifikasi proses yang diusulkan Dalam perancangan dengan UML ini, penulis menggunakan software eDraw 4.0 dan Microsoft Visio 2007. Perancangan aplikasi ini dalam bentuk UML dapat dilihat selengkapnya pada Bab IV point 4.3.1.
b. Perancangan Basis Data Seperti yang kita ketahui database merupakan jantung bagi aplikasi yang bersifat data-oriented. Data-data yang digunakan dalam suatu aplikasi akan disimpan ke dalam database. Namun, dalam implementasinya, akses ke database tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui kelas-kelas entity. Sehingga kelaskelas inilah yang akan menjadi representasi database sendiri dengan memetakan antara tabel-tabel yang ada pada database dengan kelas-kelas sendiri. Pada sisi pemrograman class entity ini diakses dengan menggunakan ActiveX Data Objects (DAO). Pada tahapan perancangan database ini penulis melakukan : 82
a. Penerjemahan class diagram ke dalam bentuk entity b. Penerjemahan entity ke dalam basis data c. Menampilkan struktur basis data Implementasi perancangan database dapat dilihat di bab IV pada point 4.3.2.
c.
Perancangan Tampilan Pada tahap ini, penulis melakukan perancangan terhadap user interface dari aplikasi ini. Perancangan yang dilakukan meliputi form-form yang ada di dalam sistem. Perincian mengenai rancangan tampilan dapat dilihat di Bab IV pada point 4.3.3.
3.4.3. Pengembangan (Construction) Pada tahapan development penulis melakukan pengembangan aplikasi berdasarkan tahapan-tahapan sebelumnya. Design database yang telah dibuat, diimplementasikan dan dikembangkan sehingga menjadi bentuk fisik, dalam hal ini penulis menggunakan database MS Sql Server 2000 dengan interface Entreprise Manager yang sudah terinclude di dalam MS Sql Server 2000. Setelah pengembangan database selesai dilakukan, pengembangan aplikasi juga dilakukan. Pada
proses
pengembangan
aplikasi,
penulis
melakukan
pengembangan aplikasi dengan mengacu pada design aplikasi yang 83
telah dilakukan. Karena aplikasi yang dikembangkan ini menggunakan Visual Basic, maka pada tahapan implementasi, yang penulis lakukan adalah meng-generate project dengan VB Visual Modeler lalu melakukan kostumisasi sesuai dengan rancangan dan proses bisnis yang
diinginkan
terhadap
project
yang
di-generate
dengan
menggunakan visual modeler tersebut. Setelah itu, penulis membuat report serta mengintegrasikan report tersebut dengan sistem. Implementasi dari tahap pengembangan ini dapat dilihat di bab IV pada sub bab 4.4.
3.4.4. Implementasi (Cut Over) Pada tahapan implementasi, penulis melakukan packaging and deployment terhadap aplikasi yang telah dikembangkan. Implementasi meliputi proses deployment file-file project ke komputer server, yang dalam hal ini adalah server database menggunakan MS Sql Server 2000, serta pengujian fungsional aplikasi yang meliputi tampilan data, pemasukan, perubahan, serta penghapusan data dengan memasukkan sample data yang didapatkan dari SPH I Bogor. Untuk pengujian ini, penulis menerapkan 2 (dua) macam pengujian yaitu secara whitebox dan secara blackbox. Perincian tahap pengujian dapat dilihat di bab IV pada sub bab 4.5.
84
Alur penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.2. Alur Penelitian
85
BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN
4.1
Sekilas Tentang Perum Perhutani Keberadaan Perum Perhutani sangatlah dibutuhkan oleh Indonesia karena merekalah yang mengatur dan melakukan manajemen sumber daya hutan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Perum Perhutani dalam operasionalnya berada di bawah koordinasi Kementerian Negara BUMN dan dengan bimbingan teknis dari Departemen Kehutanan.
4.1.1 Visi dan Misi Perum Perhutani a. Visi Menjadi
pengelola
hutan
lestari
untuk
sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. b. Misi 1. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari berdasarkan karakteristik wilayah dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
86
2. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta
sumberdaya
manusia
perusahaan
yang
modern,
profesional dan handal serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi petani hutan. 3. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara regional dan nasional, serta memberikan kontribusi
secara
aktif
dalam
penyelesaian
masalah
lingkungan regional, nasional dan internasional. (SK Nomor : 17/Kpts/Dir/2009 tanggal 9 Januari 2009).
4.1.2 Maksud dan Tujuan Perum Perhutani 1 4.1.2.1 Maksud a. Menyelenggarakan usaha di bidang kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. b. Menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari aspek ekologi, sosial, budaya, dan ekonomi, bagi perusahaan dan masyarakat, sejalan dengan
tujuan
pembangunan
nasional
dengan
1
(http://www.perumperhutani.com/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Itemid=2 9 [ 29 September 2009, Pukul 09.33 ] ).
87
berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang kehutanan.
4.1.2.2 Tujuan Turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kehutanan.
4.1.2.3 SUSUNAN DIREKSI DAN DEWAS PENGAWAS Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN nomor KEP-75/MBU/2008 Pemberhentian
dan
tanggal
28
April
Pengangkatan
2008
tentang
Anggota-Anggota
Direksi Perum Perhutani, maka susunan Direksi Perum Perhutani sebagai berikut : Plt. Direktur Utama • Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA Direktur Perencanaan & Pengelolaan Hutan • Ir. Haryono Kusumo Direktur Pemasaran & Industri • Ir. Achmad Fachrodji, MM Direktur Keuangan • ANS Kosasih, SE MM
88
Direktur SDM & Umum • Dr. Ir. Upik Rosalina Wasrin, DEA
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia nomor KEP-31/MBU/2004 tanggal 16 Maret 2004, nomor KEP-119/MBU/2006 tanggal 29 Nopember 2006, nomor KEP-69/MBU/2007 tanggal 30 April 2007 dan nomor KEP-151/MBU/2007 tanggal 19 Juli 2007, susunan Dewan Pengawas Perum Perhutani adalah : Ketua • DR. Ir. Muslimin Nasution, APU
Anggota • DR. Ir. Harianto • DR. Maurin Sitorus, SH • Dr. Ir. Boni Siahaan • Dr. Ir. Boen M. Purnama • Ir. Lex Laksamana Zainal, LAN • Dr. H. Soekarwo • Ir. Sri Puryono, KS, MS
Sekretaris • Drs. Hendradi Gunarso, M
89
4.2
Analisis (Requirement Planning) 4.2.1 Kegiatan Inventarisasi Hutan Kegiatan inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan tata hutan yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang potensi hutan dan lingkungan sekitarnya secara lengkap. Risalah hutan atau inventarisasi hutan dilakukan oleh pertugas yang mampu melaksanakan risalah hutan berdasarkan SK Kepala Biro Renbang Perusahaan. Adapun bagan dari kegiatan Tata Hutan adalah sebagai berikut
Gambar 4.1: Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani (Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan RPKH)
90
4.2.1 Analisis Alur Kerja Sistem Berjalan Analisis sistem yang sudah berjalan dan dilakukan oleh Perum Perhutani adalah sebagai berikut;
Gambar 4.2: Bagan Sistem berjalan (Data Diolah Penulis)
91
Keterangan: 1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan) untuk setiap wilayah kerjanya masing-masing. 2. Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan
Hutan)
oleh
BKPH,
setelah
itu
dilakukan
pengarsipan dokumen oleh KPH, dokumen pertama (1) di simpan oleh KPH dan dokumen kedua (2) diberikan kepada SPH (Satuan Perencanaan Hutan). 3. Data yang diperoleh oleh SPH kemudian diolah untuk mendapatkan dan menentukan peta batas wilayah. Hasil peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah terserbut kepada BKPH, hal ini dimaksudkan agar BKPH dapat melanjutkan proses selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. 4. Dokumen narasi yang telah dibuat dilakukan pengarsipan dokumen untuk BKPH itu sendiri, dan melakukan pendistribusian kepada RPH. 5. Pihak RPH yang telah mendapatkan dokumen narasi melakukan proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan
92
inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masingmasing RPH. 6. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. BKPH kemudian memberikan kepada KPH. Dan KPH memberikannya kepad SPH. 7. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE.
Hasil
data
pengolahan
inventarisasi
hutan
diperlukan sebagai bahan acuan untuk membuat dan menyusun RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan). 8. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH ditambahkan dengan peta yang kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH.
4.2.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian singkat serta flowchart sistem yang sedang berjalan di Perum Perhutani unit III, maka dapat diidentifikasikan kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan ini, yaitu : 1. Informasi mengenai data risalah hutan dan data hasil ground checking yang diarsipkan sangat rentan terhadap resiko kehilangan data yang dapat disebabkan oleh print-out yang hilang, rusak, basah, maupun robek.
93
2. Dari sisi ke-praktisannya, para pekerja KPH,BKPH dan RPH harus selalu membawa dokumen hasil risalah untuk melihat hasil inventarisasi hutan yang dimiliki masing-masing bagian. 3. SPH harus membagikan data-data ke seluruh bagian berupa hardcopy. Dari sisi ekonomi, hal ini dinilai lebih boros dibandingkan dengan sistem yang terkomputerisasi. 4. Untuk mencari data-data daerah tertentu, baik KPH, BKPH maupun RPH harus mencari dan meminta kepada SPH dokumen yang telah diarsipkan. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan semua pihak. 5. Pihak KPH akan kerepotan dalam mengumpulkan serta mengorganisir data dari BKPH dan RPH. 6. Adanya kemungkinan BKPH dan RPH tidak mendapatkan data peta batas wilayah yang sesuai, dan mereka memakai data yang lama untuk melakukan risalah. Dengan begitu data yang di dapatkan tidaklah sinkron dengan data yang ada di SPH.
4.2.3 Uraian Singkat Alur Kerja Sistem yang Diusulkan Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengimplementasian sistem yang telah berjalan tersebut, penulis bermaksud mengusulkan sebuah sistem alternatif untuk pengorganisasian dan pensinkronasisasian data atribut dan data spasial
dari
hasil
risalah
yang
berbasis
komputer.
Pada
94
pengembangannya, penulis melakukan studi kasus pada Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, dengan kelas perusahaan Acacia Mangium namun pada kenyataannya sistem yang diusulkan ini nantinya dapat juga diimplementasikan pada Perum Perhutani di unit dan kelas perusahaan yang berbeda. Usulan sistem yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Bagian SPH di dalam sistem ini berperan sebagai admin yang bertugas untuk menetapkan format siapa saja yang berhak melakukan akses ke dalam sistem, dalam hal ini adalah para user di BKPH dan KPH. Admin juga dapat melakukan pemasukan data atribut dan data spasial. 2. User di KPH dan BKPH merupakan user yang memiliki user account di dalam sistem, yang ditentukan oleh admin di SPH. User di KPH dan BKPH memiliki kewenangan untuk mengisi dan mengubah data atribut dan data spasial masing-masing daerah. 3. RPH berada pada tingkatan terbawah di dalam sistem. Setelah data dimasukkan, maka RPH dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan. 4. Data-data yang telah berada di dalam sistem juga dapat dibuat reportnya dalam format PDF, DOC maupun di cetak langsung. 5. Format pelaporan sudah diseragamkan dengan memakai format dari departemen kehutanan.
95
Gambar flowchart dari sistem yang penulis usulkan ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan (Gambar diolah penulis)
96
Keterangan : 1. Ground checking dilakukan oleh BKPH dan RPH, hasil dokumen ground checking diberikan kepada pihak KPH untuk dilakukan pengarsipan. 2. Setelah dilakukan pengarsipan. Dokumen tersebut di berikan kepada pihak SPH. Dokumen tersebut merupakan data yang akan diproses untuk menentukan dan membuat peta batas wilayah. 3. Peta batas wilayah yang sudah dibuat di distribusikan kepada KPH, BKPH, RPH. Dengan begitu kesalahan data di karenakan ridak adanya keseragaman peta dapat diminimalisir. 4. Pada proses penentuan dan pembuatan data peta batas wilayah, data tersebut juga diinputkan kedalam database inventarisasi hutan oleh pihak SPH. 5. Peta batas wilayah yang didapatkan oleh RPH merupakan bahan acuan bagi mereka untuk melakukan kegiatan inventarisasi hutan. Hasil pencatatan inventarisasi hutan dibuat atau dimasukan kepada form standard Perum Perhutani yang dinamakan tally sheet. 6. Setelah hasil risalah tersebut di dapatkan. Data tersebut kemudian diberikan kepada BKPH yang kemudian memberikannya kepada KPH.
97
7. Pihak KPH kemudian melakukan penginputan ke dalam database inventarisasi hutan sesuai dengan wilayah kerjanya masingmasing. 8. Data yang telah diinputkan kemudian diolah sebagai data penunjang penyusunan RPKH. RPKH yang telah jadi kemudian didistribusikan kepada KPH, BKPH, RPH. Pada sistem yang diusulkan ini, penulis menggunakan Unified Modelling Language (UML) dalam perancangannya. Diagramdiagram UML yang digunakan yaitu Use Case Diagram, Class Diagram, Activity Diagram, dan Sequence diagram.
4.3 Perbandingan Sistem Tabel 4.1 : Perbandingan sistem berjalan, penelitian sebelumnya dan sistem usulan
Kelemahan
Sistem Berjalan
Peneltian Sebelumnya
Sistem Usulan
-
-
Tidak terintegrasi dengan
Belum
data spasial
dengan aplikasi PDE
Tidak terintegrasi dengan
data
spasial -
Belum
hutan yang dimiliki client
oleh
server
Kelebihan
-
perum
perhutani
Sudah terintegrasi dengan
terintegrasi
aplikasi
PDE
hutan
lainnya
yang
dimiliki
oleh
perum perhutani
-
Adanya
data
customer
- Sudah terintegrasi
(sebagai bagian aplikasi
dengan
pemasaran hasil hutan)
spasial - Client
data
server
sehingga
dapat
mempercepat proses penginputan data
98
4.4 Studi Feasibilitas a.
Feasibilitas Ekonomi Jika ditinjau dari studi kelayakan sistem pada sisi ekonomi, sistem yang penulis kembangkan merupakan alternatif dari sistem yang
telah
berjalan,
kelebihan
sistem
ini
adalah
mampu
mensinkronisasikan data atribut dengan data spasial yang dimiliki oleh Perum Perhutani. Dengan mengimplementasikan sistem ini maka perubahan proses pekerjaan yang dilakukan oleh Perum Perhutani akan mampu menghemat kebutuhan dana operasional, Dari sisi ekonomis, hal ini menjadi salah satu faktor penghematan biaya.
4.2.2 Feasibilitas Teknis Dari sisi teknis, kinerja sistem yang penulis kembangkan telah dapat dibuktikan kestabilannya dalam menangani banyak data, yang dapat dilihat pada lampiran pengujian lapangan. Dengan memakai sistem ini pula maka
4.4.1
Feasibilitas Legal Pada pengembangan sistem ini, penulis melakukan penelitian pada Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, BKPH Parung Panjang. Oleh karena itu, legalitas sistem ini sendiri telah teruji di instansi yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran pengujian.
99
4.5
Perancangan Sistem yang Diusulkan 4.5.1 Perancangan aplikasi a. Penentuan Actor Pada sistem yang diusulkan ini, penulis memisahkan Actor menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu admin (SPH), forester, dan user. Wewenang masing-masing aktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Admin Admin merupakan aktor yang menempati tingkatan tertinggi pada sistem. Admin memiliki wewenang yaitu : 1. Memasukkan data atribut dan data spasial. 2. Melakukan perubahan data atribut dan data spasial. 3. Melakukan penghapusan data atribut dan data spasial yang tidak diperlukan. 4. Melihat (survey) data atribut dan data spasial yang telah tersimpan. 5. Melakukan
penambahan
user
account.
Melakukan
perubahan terhadap user account tertentu. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan status aktif tidaknya user account tersebut. 6. Melakukan penghapusan terhadap user account tertentu. 7. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu.
100
2. Forester Tingkatan forester merupakan tingkatan yang berada di bawah admin pada sistem. forester memiliki wewenang yaitu : 1. Memasukkan data atribut dan data spasial tertentu. Sesuai dengan wilayah kerjanya. 2. Melakukan perubahan pada data atribut dan data spasial yang telah dimasukkan selama user account nya masih dalam jangka waktu aktif. 3. Melihat (survey) data atribut dan data spasial yang telah tersimpan. 4. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu..
3. User Pada sistem ini, User merupakan tingkatan yang berada di bawah forester. Adapun wewenang yang dimiliki tingkatan User adalah : 1. Melihat (survey) data atribut dan data spasial tertentu yang telah tersimpan di dalam database. 2. Melakukan export atau menyimpan laporan yang berisikan informasi data atribut dan data spasial wilayah tertentu.
101
b. Perancangan Use Case Diagram Use Case Diagram digunakan untuk menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh sistem serta aktor-aktor yang akan berhubungan dengan proses-proses yang ada pada sistem.
Gambar 4.4 . Use Case Diagram Sistem Inventarisasi Hutan 102
1. Use Case File (System) <
> Save Master Map <> Update Master Map verifikasi account
<>
<<extend>> Tambah Master Map
Login
Delete Master Map
<>
<<extend>> <>
Search Master Map
<> Set Default Map
Admin
Pilih Map
File Forester Logout
Exit
User
Gambar 4.5 Use Case File(system)
103
2. Use Case Data Management
Gambar 4.6 Use Case Data Management 104
3. Use Case Statistik
Gambar 4.7 Use Case Statistik
105
4. Use Case Pencarian Data <> Berdasarkan Spasial Atribut
Identify Spasial Atribute
<> <>
Print
<<extend>> <>
View Spasial Atribute
Pencarian
Berdasarkan Atribut pilihan <>
Admin
Search Data <>
Forester
User
Berdasarkan Atribut Tahun Risalah/Petak/Anak Petak
Gambar 4.8 Use Case Pencarian Data
106
c. Use Case Scenario Use case scenario merupakan penjelasan yang lebih terperinci mengenai masing-masing use case yang terjadi di dalam sistem. a. Login Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Login Admin/forester/user Pengguna ingin masuk dan menggunakan sistem. Pengguna belum memasuki sistem Pengguna mengisi form login, verifikasi username, password, jenis user (user role), Pengguna memasuki sistem. Pengguna di dalam sistem, memilih Data Default Map yang ingin digunakan. Pengguna dapat memilih menu bar yang akan aktif sesuai jenis usernya,
b. Logout Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Pre condition Action Post condition
Logout Admin/forester/user Pengguna ingin keluar dari sistem. Dengan memilih sub menu logout Pengguna berada di dalam sistem Pengguna memilih sub menu logout Pengguna keluar dari sistem, pengguna dapat memilih login untuk dapat masuk kembali kedalam sistem, atau memilih exit untuk menutup aplikasi.
107
c. Exit Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition
Action
Post condition
Exit Admin/forester/user Pengguna selesai menggunakan sistem Pengguna sudah keluar dari sistem atau bisa juga masih didalam sistem. Pengguna mengklik exit untuk menutup aplikasi dan keluar dari sistem. Pengguna kelar dari sistem dan aplikasi tertutup
d. Set Default Map Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition
Action
Post condition
Set Default Map Admin/forester/user Pengguna melakukan pemilihan data peta yang akan dipakai. Login sebagai admin / forester/ user Form set default map tampil. Pilih data peta yang akan dipakai. Data peta telah terpilih
e. Tambah Master Map Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition
Action Post condition
Tambah Master Map Admin Admin ingin menambahkan data peta baru Login sebagai Admin Peta baru belum terdaftar di dalam database Form Master Map ditampilkan Save data Master Map baru. Peta baru dimasukan kedalam database.
108
f. Tambah Master Petak/Anak Petak Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Tambah Master Petak/Anak Petak Admin Admin ingin menambah Petak / Anak Petak baru Login sebagai Admin Form Tambah Master Petak/ Anak Petak ditampilkan. Save data Master Petak /Anak Petak baru. data Master Petak /Anak Petak baru di masukan kedalam database.
g. Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition
Action
Post condition
Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah Admin/forester Login sebagai admin atau forester Perlu dilakukan perubahan terhadap data master petak/anak petak/tahun risalah. Form Update Master Petak/ Anak Petak/ Tahun Risalah ditampilkan. Update Master Petak/Anak Petak/Tahun Risalah Data yang diubah telah tersimpan ke dalam database.
h. Import Data Petak/Anak Petak Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Import Data Petak/Anak Petak Admin Admin ingin menambahkan data master petak/anak petak. Login sebagai admin Form Import data Master Petak/ Anak Petak ditampilkan. Save Master Petak/Anak Petak 109
Post condition
Data Master Petak/Anak Petak ditambahkan ke dalam database
i. Delete Petak/Anak Petak/Tahun Risalah Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action Post condition
Delete Petak / Anak Petak / Tahun Risalah Admin Diperlukan penghapusan data Login sebagai Admin Pilih data yang ingin di hapus. Delete data dari database. Data terhapus dari database.
j. Tambah Data Tahun Risalah Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Tambah Data Tahun Risalah Admin/forester Perlu adanya penambahan data tahun risalah Login sebagai admin atau forester Form tambah data tahun risalah ditampilkan. Save data tahun risalah Data tahun risalah telah tersimpan kedalam database.
k. Import Data Tahun Risalah Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Import Data Tahun Risalah Admin/forester Perlu adanya penambahan data tahun risalah Login sebagai admin atau forester Form Import data Tahum Risalah ditampilkan. Save Data Tahun Risalah. Data Tahun risalah ditambahkan kedalam database.
110
l. Save User Account Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Save User Account Admin Admin ingin menambah user baru Login sebagai Admin Form manajemen user ditampilkan. Save user account baru. data user account baru di masukan kedalam database.
m. Update User Account Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Update User Account Admin Adanya perubahan dalam user account Login sebagai Admin Form manajemen user ditampilkan. Update user account. data user account di dalam database dirubah
n. Delete User Account Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Delete User Account Admin Perlunya penghapusan dalam user account yang terdafttar Login sebagai Admin Form manajemen user ditampilkan. Update user account. data user account di dalam database dirubah
o. Backup Data Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Backup Data Admin Perlu adanya pembackupan data 111
Pre condition Action Post condition
Login sebagai admin Form Backup Data ditampilkan. Backup Data yang diinginkan. Data-data di database telah terbackup.
p. Statistik Tahunan Petak Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Statistik tahunan Petak Admin/forester/user Pengguna ingin mengetahui statitik tahunan dari Petak Login sebagai admin / forester / user Form statistik tahunan petak ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
q. Statistik Tahunan Anak Petak Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger Pre condition Action
Post condition
Statistik Tahunan Anak Petak Admin/forester/user Pengguna ingin mengetahui statitik tahunan dari Anak Petak Login sebagai admin / forester / user Form statistik tahunan anak petak ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
r. Statistik Tahunan Etat Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Statistik Tahunan Etat Admin/forester/user Pengguna ingin mengetahui statitik tahunan dari Etat
112
Pre condition Action
Post condition
Login sebagai admin / forester / user Form statistik tahunan Etat ditampilkan. Memilih data atribut apa saja yang ditampilkan dan bisa melakukan pembuatan laporan Data statistik ditampilkan dan membuat laporan
s. Pencarian Berdasarkan Spasial Atribut (Peta) Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Pre condition Action
Post condition
Pencarian Berdasarkan Spasial Atribut (Peta) Admin/forester/user Pengguna ingin melakukan pencarian berdasarkan data spasial Login sebagai admin / forester / user Form Spasial Atribut ditampilkan. Melakukan pencarian dengan memilih daerah (spasial) yang diinginkan. Hasil pencarian berdasarkan data spasial
t. Pencarian Berdasarkan Data Tertentu Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Pre condition Action
Post condition
Pencarian Berdasarkan Data Tertentu Admin/forester/user Pengguna ingin melakukan pencarian berdasarkan data atribut tertentu Login sebagai admin / forester / user Form berdasarkan Atribut Tertentu ditampilkan. Melakukan pencarian dengan memilih atribut yang diinginkan. Hasil pencarian berdasarkan data atribut yang telah dipilih
113
u. Pencarian Data TahunRisalah/Petak/Anak Petak Nama Use case Aktor yang terlibat Trigger
Pre condition Action
Post condition
Pencarian Data TahunRisalah / Petak / Anak Petak Admin/forester/user Pengguna ingin melakukan pencarian berdasarkan data spasial Login sebagai admin / forester / user Form berdasarkan Tahun risalah / petak / anak petak ditampilkan Melakukan pencarian dengan memilih Tahun risalah / petak / anak petak yang diinginkan. Hasil pencarian berdasarkan data Tahun risalah / petak / anak petak yang dipilih
d. Perancangan Activity Diagram Mengingat adanya proses-proses yang memiliki kesamaan alur, maka pada sistem ini, penulis hanya memaparkan Activity diagram yang mungkin terjadi yaitu : 1. Activity Diagram untuk Login
Gambar 4.9. Login Activity Diagram
114
Activity diagram ini merupakan rancangan rangkaian proses yang akan terjadi ketika aktor memilih untuk melakukan login. Ketika tombol login ditekan atau ketika pengguna menjalankan aplikasi, maka sistem akan menampilkan form login. Aktor lalu dapat memasukkan Username, Password dan User role (jenis user) yang sesuai. Setelah itu sistem akan melakukan pengecekan terhadap imputan data yang dimasukkan oleh aktor meliputi kesesuaian Username dengan password, dan jenis user. Sebaliknya, jika terdapat kesesuaian antara Username, password, jenis user, maka login Username tersebut sukses dan aktor tersebut memiliki kewenangan sesuai dengan levelnya di dalam sistem.
2. Activity Diagram untuk Tambah Data
Gambar 4.10 Tambah Data Activity Diagram
115
Activity diagram diatas merupakan rancangan proses yang akan terjadi ketika actor akan memasukkan data Peta, Petak, Anak Petak, Tahun Risalah, User.. Setelah mengisi form Tambah Data (Input), sistem akan melakukan validasi. Jika ternyata validasi gagal dilakukan, maka actor harus kembali memasukkan data yang dimaksud kan dengan benar. Sebaliknya, jika validasi berhasil, Data baru akan tersimpan di dalam database.
3. Activity Diagram untuk Update Data
Gambar 4.11. Update Data Activity Diagram
Activity diagram ini merupakan rangkaian proses yang akan dilakukan oleh sistem ketika Actor akan mengubah data yang telah ada di dalam database. Dari list data yang ada, jika actor memilih untuk melihat detail data, maka akan ditampilkan detail data dengan terlebih dahulu melakukan
116
pencarian data, dengan menahan variabel kunci dari data yang dicari untuk dijadikan parameter. Jika data yang ingin diubah ditemukan, maka actor dapat memasukan data baru dana kemudian menekan tombol update. Jika tidak ditemukan akan timbul pesan kesalahan dan di harapkan actor memasukan parameter data yang benar. Setelah actor menekan tombol update, sistem akan melakukan validasi. Jika proses validasi gagal, maka actor harus mengulang lagi mengisi data. Namun jika validasi berhasil, maka proses selesai dan data tersebut ter-update.
4. Activity Diagram untuk Delete Data
Gambar 4.12. Delete Data Activity Diagram
Activity diagram ini merupakan rangkaian proses yang akan dilakukan oleh sistem ketika actor akan menghapus data yang telah ada di dalam database. Proses dilakukan dengan
117
melakukan pencarian data yang ingin dihapus. Jika data yang dicari ada maka akan ditampilkan. Untuk menghapus data, actor dapat menekan tombol delete.. Jika admin menekan tombol “delete”, maka data tersebut akan terhapus dari database. Dan muncul notifikasi proses delete berhasil.
5. Activity Diagram untuk Pencarian Data
Survey Data
Berdasarkan Spasial Atribut
Berdasarkan Atribut tertentu
Berdasarkan Tahun Risalah/ Petak/ Anak Petak
Pilih Peta
Pilih Atribut
Input Keyword
pilih (Identify) Spasial atribut
Input Keyword
Search Data Tampilkan Data
Match
Sukses
Not Match
Notifikasi Kesalahan
Batal
Gambar 4.13. Search Data Activity Diagram
118
Activity Diagram diatas menggambarkan proses yang terjadi ketika seorang actor melakukan pencarian terhadap data yang ada di database. Actor memilih terlebih dahulu berdasarkan apa ia akan melakukan pencarian. Dalam aktivitas ini terdapat 3 (tiga) scenario yang dapat dilakukan oleh actor. Scenario tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Jika actor memilih untuk melakukan pencarian berdasarkan spasial atribut maka ia diharuskan untuk memilih peta dan kemudian memilih daerah yang ingin ditampilkan. Jika data atribut dari daerah tersebut ada di dalam database maka data akan ditampilkan dan jika tidak ada maka akan timbul pesan kesalahan. 2. Apabila actor memilih berdasarkan atribut tertentu maka yang harus dilakukan setelah form pencarian ditampilkan adalah memilih atribut apa yang akan dijadikan parameter atau kunci utama pencarian. Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai, dapat menekan tombol “Search”. Setelah itu, sistem akan melakukan pencarian data yang relevan dengan kata kunci yang dimasukkan tersebut. Data yang didapatkan kemudian ditampilkan.
119
3. Jika actor memilih berdasarkan tahun risalah / petak / anak petak. Yang harus dilakukan adalah melakukan input kata kunci berdasarkan tahun risalah, petak dan anak petak. Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai, dapat menekan tombol “Search”. Setelah itu, sistem akan melakukan pencarian data yang relevan dengan kata kunci yang dimasukkan tersebut. Data yang didapatkan kemudian ditampilkan.
6. Activity Diagram untuk Statistic Query
Statistic Query
Statitistic Petak
Statistic Anak Petak
Pilih Peta
Pilih Atribut
pilih (Identify) Spasial atribut
Input Keyword
Search Data Tampilkan Data
Match
Sukses
Not Match
Notifikasi Kesalahan
Batal
Gambar 4.14. Statictic Query Activity Diagram
120
Activity Diagram diatas menggambarkan proses yang terjadi ketika seorang actor melakukan query data untuk statistik terhadap data yang ada di database. Actor memilih terlebih dahulu statistik apa yang ingin di tampilkan. Dalam aktivitas ini terdapat 2 (dua) scenario yang dapat dilakukan oleh actor. Scenario tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Jika actor memilih untuk melakukan query statistic tahunan petak, maka aca dan kemudian memilih daerah yang ingin ditampilkan. Jika data atribut dari daerah tersebut ada di dalam database maka data akan ditampilkan dan jika tidak ada maka akan timbul pesan kesalahan. 2. Jika actor memilih query statistic tahunan anak petak. Yang harus dilakukan adalah melakukan input kata kunci berdasarkan tahun risalah, petak dan anak petak. Setelah memasukkan kata kunci yang sesuai, dapat menekan tombol “Search”. Setelah itu, sistem akan melakukan pencarian data yang relevan dengan kata kunci yang dimasukkan tersebut. Data yang didapatkan kemudian ditampilkan.
121
e. Perancangan Sequence Diagram 1. Sequence Diagram untuk Login
Gambar 4.15. Sequence Diagram Login
Untuk melakukan login, seorang admin atau actor harus memasukkan username, password dan type user. Jika username dan/atau password yang dimasukkan salah, maka sistem akan menampilkan konfirmasi kesalahan kepada aktor. Namun, ketika masukan username, password dan user type yang dimasukkan sudah benar, maka sistem akan memberikan konfirmasi bahwa proses login telah berhasil. Dan akan masuk ke dalam Main Form sesuai dengan user typenya.
122
2. Sequence Diagram untuk Tambah Data
Gambar 4.16 Sequence Diagram Tambah Data
Untuk memasukkan data baru pada database, maka actor harus terlebih dahulu login sebagai admin ataupun forester (sesuai dengan kewenangan penambahan data yang ada di use case). Setelah berhasil login maka actor diharapkan untuk memilih dan menampilkan form tambah data, aktor harus memberikan masukan-masukan sesuai dengan fieldfield yang disajikan. Lalu sistem akan mengecek apakah masukan yang diberikan oleh aktor sudah sesuai atau tidak. Jika masih terdapat kesalahan dalam pemasukan data, maka sistem akan memberikan konfirmasi kesalahan kepada aktor sehingga aktor dapat mengisi ulang kembali. Jika masukan yang diberikan sudah tepat, maka sistem akan memberikan
123
konfirmasi bahwa input tersebut telah disimpan kedalam database.
3. Sequence Diagram untuk Update Data
Gambar 4.17. Sequence Diagram Update Data
Untuk melakukan perubahan (update) data, maka terlebih dahulu harus memilih form update data mana yang akan diubah datanya, setelah memilih form update actor harus melakukan pencarian terhadap data yang ingin dirubah. Untuk itu actor memasukan keyword data yang di maksud. Jika data ditemukan maka data akan ditampilkan, selanjutnya actor diharapkan mengisi field-field yang akan diubah. Jika terdapat kesalahan pada saat pengisian fieldfield tersebut, maka sistem akan memberikan konfirmasi
124
error kepada actor sehingga actor harus mengecek kembali masukan yang ia berikan. Setelah semua field terisi dengan benar, maka proses validasi perubahan data telah berhasil dilakukan. Sistem akan memberikan pemberitahuan bahwa perubahan data telah berhasil dilakukan dan data yang diubah akan tersimpan dalam database.
4. Sequence Diagram untuk Delete Data
Gambar 4.18 Sequence Diagram Delete Data
Untuk menghapus data yang telah tersimpan di dalam database, maka actor harus memilih form delete data dari data mana yang akan dihapus. Setelah memilih, actor memasukan input keyword dari data yang akan dihapus. Setelah data di tampilkan maka actor dapat menghapus data yang diiginkan.
125
5. Sequence Diagram untuk Import Data
Gambar 4.19. Sequence Diagram Import Data
Untuk memasukkan data baru pada database dengan cara import data, maka actor diharapkan untuk memilih dan menampilkan form import data, aktor harus mencari atau browse data yang ingin dimasukan. Setela data di dapatkan maka dilakukan pengecekan apakah data telash sesuai dengan menampilkannya, jika masih terdapat kesalahan dalam data yang akan diimport, maka sistem akan memberikan konfirmasi kesalahan kepada aktor sehingga aktor dapat mengisi ulang kembali. Jika masukan yang diberikan sudah tepat, maka sistem akan memberikan konfirmasi bahwa input tersebut telah disimpan kedalam database.
126
6. Sequence Diagram untuk Pencarian Data Atribut
Gambar 4.20. Sequence Pencarian Data Untuk pencarian, proses yang terjadi pada pencarian data atribut berdasarkan tahun risalah,petak dan anak petak sama dengan proses yang terjadi pada pencarian atau berdasarkan atribut tertentu, yang dapat diwakili dengan satu diagram diatas. Untuk melakukan pencarian, seorang aktor harus memasukkan kata kunci pencarian ke dalam field yang disajikan oleh sistem. Setelah mendapatkan kata kunci, sistem lalu melakukan pencarian ke database dan kemudian menyajikannya kepada aktor dalam bentuk list (daftar).
127
7. Sequence Diagram untuk Pencarian Data Spasial
Gambar 4.21. Sequence Diagram Pencarian Data Spasial
Untuk pencarian data spasial, proses yang terjadi pada pencarian data atribut berdasarkan data spasial, proses yang dilakukan adalah mencari peta yang ingin dicari data atributnya. Setelah memilih peta, untuk melakukan pencarian terhadap data spasial yang dimaksud, seorang aktor harus memilih daerah (yang ada dipeta) . setelah itu data akan ditampilkan. Penyajian data pada sequence ini berbeda dengan pada proses pencarian sebelumnya, data ditampilkan sesuai dengan data spasial yang dipilih oleh aktor.
128
8. Sequence Diagram untuk Query Statistic
Gambar 4.22. Sequence Diagram Statistic Query
Untuk pencarian, proses yang terjadi pada Statisic Query. Actor memilih form statistic query yang kemudian dilanjutkan dengan
memasukan
input
atribut
yang
dipilih
untuk
ditampilkan. Setelah hal tersebut dilakukan actor diharapkan untuk memilih tahun risalah dan tahun tanam untuk data yang akan ditampilkan. Pencarian dilakukan setelah actor menekan tombol search. Apabila data ditemukan maka data akan ditampilkan dalam bentuk list, data yang ditampilkan sesuai dengan pilihan atribut yang dilakukan oleh actor.
129
f. Spesifikasi Proses yang Diusulkan Dari proses-proses yang terjadi di dalam sistem ini dapat diterjemahkan ke dalam bentuk algoritma sederhana yaitu sebagai berikut : 1. Proses Login Input form login IF input form tidak cocok THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Login success END IF
2. Proses Tambah Data Input form silabus IF input form tidak tepat THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
3. Proses Update Data Tampil data GET keyword Search keyword GET Data keyword Edit form data IF input form tidak tepat THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
4. Proses Delete Data Tampil data GET keyword Search keyword If Delete data where data=keyword tidak tepat then Tampilkan konfirmasi error Else Simpan END IF
5. Proses Pencarian Data Input form pencarian data
130
IF data tidak ditemukan THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Simpan END IF
6. Proses Statistic query Input form statistic query Select atribut Select Keyword IF data tidak ditemukan THEN Tampilkan konfirmasi error ELSE Tampilkan Data END IF
g. Perancangan Class Diagram
Gambar 4.23. Class Diagram Aplikasi 131
Pada class diagram diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat lima class dengan empat class yang saling berhubungan, yaitu class compartment, subcompartment, peta dan tahunrisalah. Dalam implementasinya, class compartment, subcompartment, users, peta dan tahunrisalah itu disebut dengan entity yang tersimpan pada database. class ini merupakan representasi dari tabel-tabel yang ada di database.
4.5.2 Perancangan Basis Data a. Penerjemahan Class Diagram ke dalam Bentuk Entity Dari class diagram yang telah digambarkan pada bagian analisis, dapat diketahui bahwa class-class tersebut merupakan representasi dari entity-entity yang digunakan di dalam sistem. Pada class diagram terdapat 4 buah class yaitu class users, class compartment, class subcompartment, dan class tahunrisalah. Penerjemahan class-class tersebut ke dalam bentuk entity dapat dilihat di lampiran penerjemahan class:
132
b. Penerjemahan Entity ke dalam Basis Data Dari entity tersebut, dapat langsung diterjemahkan ke dalam bentuk tabel-tabel beserta field-field dan relation nya ke dalam basis data. 1. Entity peta Nama tabel : tb_peta Primary key : id_master
Gambar 4.24. tabel peta di dalam database
2. Entity compartment Nama tabel : tb_ compartment Primary key : id_comp
Gambar 4.25. tabel compartment di dalam database
133
3. Entity subcompartment Nama tabel : tb_ subcompartment Primary key : id_sub
Gambar 4.26 Tabel subcompartment di dalam database
4. Entity tahunrisalah Nama tabel : tb_ tahunrisalah Primary key : id_tahun
Gambar 4.27 tabel subcompartment di dalam database
134
c. Struktur Basis Data
Gambar 4.28. Struktur basis data
135
4.5.3 Perancangan User Interface a. Form login
Gambar 4.29: Rancangan Form Login
b. Form Utama
Gambar 4.30: Rancangan Form Utama
136
c. Form Tambah Data
Gambar 4.31: Rancangan Form Tambah Data
d. Form Update Data
Gambar 4.32: Rancangan Form Update Data
137
e. Form Delete Data
Gambar 4.33: Rancangan Form Delete Data
f. Form Survey Data Atribut
Gambar 4.34: Rancangan Form Survey Data atribut 138
g. Form Statistic Query
Gambar 4.35: Rancangan Form Statistic Query
4.6
Pengembangan Pada tahap ini dilaksanakanlah implementasi dari rancanganrancangan, baik rancangan basis data, rancangan aplikasi, maupun rancangan tampilan. 4.6.1 Bahasa Pemrograman dan Komponen Bahasa
pemrograman
dan
komponen-komponen
yang
digunakan dalam pengembangan aplikasi ini adalah : 1. Visual Basic 6.0 2. Reports : Data Dynamics Active Reports 2.0 3. MS SQL : MS SQL 2000 Developer Edition 4. GIS Component : MapObject V.2.2
139
4.6.2
Alur Kerja Pengembangan Sistem a. Create Form Hal yang pertama kali dilakukan adalah membuat form-form yang menjadi dasar bagi aplikasi, setelah membuat form sesuai dengan desain interface maka dibuatlah module dan class yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan embedding data dan references component.
Gambar 4.36: Create Form
Gambar 4.37: embedding data and references component.
140
b. Login & Authentication Setelah form dibuat maka dilakukan pembuatan Login dan Authentication. Hal ini sangatlah dibutuhkan dalam pengembangan karena koneksi dengan database server dilakukan dan diatur dalam module ini
Gambar 4.38: Pembuatan Form Login
Gambar 4.39: Database Connection Module
141
c. Sistem Informasi Data Untuk melihat list data, bagian tampilan diatur oleh component data grid yang berisi tabel hasil query entity tertentu. Query nya sendiri terdapat pada form yang bersangkutan. Ketika user mengakses form untuk menampilkan list data tertentu, maka form akan mengeksekusi (load) query. Setelah itu, query dieksekusi dengan melalui entity yang bersangkutan, ke dalam database. Hasilnya sendiri diorganisir dan ditampilkan oleh component data grid, data ditampilkan sesuai dengan parameter yang diinginkan. Form-form yang dibuat sebelumnya berisikan method-method yang dibutuhkan untuk pengorganisasian data. Mulai dari pengeksekusian query, penanganan relasi antar tabel, menangkap dan menahan hasil query, serta menyalurkannya ke bagian presentation tier, yang dalam hal ini adalah file-file berekstensi .frm dan frx .
Gambar 4.40: Contoh penulisan script/coding
142
d. Integrasi Report Sistem yang penulis kembangkan merupakan sistem yang memberikan keluaran kepada user berupa report yang berisi data tertentu yang dipilih oleh user. Untuk pembuatan report, dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Data Dynamics Active Report 2.0. Untuk membuat report, penulis melakukan : a. Membuat koneksi baru ke basis data Untuk membuat sebuah report dengan data yang diambil dari basis data, pertama-tama harus dibuat sebuah koneksi ke basis data yang digunakan. Parameter-parameter yang dibutuhkan adalah tipe basis data (mysql,oracle, MSSQL, dan lain-lain), user name, dan password serta nama basis data yang digunakan.
Gambar 4.41: Database Connection Parameter
Gambar 4.42: Database Connection procedure 143
b. Menentukan query yang akan dijalankan Setelah membuat koneksi, langkah selanjutnya adalah menentukan query yang akan dieksekusi. Karena penulis menggunakan basis data MS SQL, maka query yang dibuat juga menggunakan MS SQL. Setelah selesai membuat query, maka akan didapatkan field-field yang sesuai dengan query tersebut.
Gambar 4.43: Contoh script query Set rs_masterattrib = cn_masterattrib.Execute("select c.*,(select sum(t.luasbaku) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as AreaCompartment,(select COUNT(*) from tb_subcompartment where id_comp=c.id_comp GROUP by id_comp) as NumberOfSubCompartment,(select sum(t.luasbup) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalNonProductionArea,(select sum(t.jenmuda_an) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalYoungerForestArea,(select sum(t.luasteb_an) from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) where s.id_comp=c.id_comp) as TotalHarvestArea from tb_tahunrsl t inner join tb_subcompartment s on(t.id_sub=s.id_sub) left join tb_compartment c on(s.id_comp = c.id_comp)left join tb_peta p on(p.id_master=c.id_master) where c.id_comp = '" & Text93.text & "' and c.id_master = '" & id_master & "' ")
144
c. Menyusun tampilan report Setelah mendapatkan field-field yang dibutuhkan, maka langkah berikutnya adalah menyusun field-field tersebut sesuai dengan tampilan report yang diinginkan.
Gambar 4.44: Pembuatan tampilan report
d. Melakukan kompilasi report File report yang telah jadi harus disimpan dalam bentuk file berekstensi .dsx. Untuk menjalankannya, file tersebut harus dikompilasi terlebih dahulu menjadi file berekstensi .dsr yang nantinya akan dijalankan oleh sistem.
145
Gambar 4.45: Melakukan kompilasi report
e. Mengintegrasikan report dengan sistem yang ada. Pengintegrasian report dengan sistem yang ada dilakukan dengan penulisan coding di form dan button yang akan menjalankan perintah report.
Gambar 4.46: Mengintegrasikan report dengan sistem
146
4.7
Pengujian Setelah selesai melakukan pengembangan, maka aplikasi ini harus diuji coba yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat bekerja dengan baik dan apakah aplikasi ini dapat memenuhi tujuan yang ingin diperoleh sebelum diserahkan kepada end user. Pengujian dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu pengujian mandiri yang dilakukan oleh penulis sekaligus pengembang aplikasi, dan pengujian lapangan yang dilakukan oleh calon pemakai aplikasi ini. Sedangkan untuk pengujian yang dilakukan oleh calon pengguna aplikasi dilakukan dengan 2 metode yaitu white box dan black box. 4.7.1 Pengujian Mandiri Pada tahap ini, penulis melakukan uji coba terhadap sistem yang telah dikembangkan Pada pengujian mandiri yang dilakukan oleh penulis, penguji melakukan pengujian dengan metode white box yang hanya mengujikan fungsionalitas dari sistem dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.2. Hasil pengujian mandiri
No Modul 1 Login 2
Tambah data
3
Survey Data Atribut
Prasyarat Login sebagai actor Login sebagai admin, data sudah ada di database Data sudah ada di database
4
Survery Data
Login sebagai
Hasil yang diharapkan Dapat masuk kedalam sistem Dapat menambahkan Data
Hasil OK
Menampilkan hasil pencarian yang sesuai dengan kata kunci dan atribut yang dipilih Menampilkan hasil
OK
OK
OK
147
Spasial
5
Ubah Data
6
Hapus Data
7
Statistic Query
admin, Data sudah ada dalam database Login Login sebagai admin, Data sudah ada dalam database Login sebagai admin, data sudah ada di database Login sebagai admin, data sudah ada di database
pencarian yang sesuai dengan kata kunci dan daerah yang dipilih Dapat mengubah data sesuai dengan kunci dari atribut yang akan diubah
OK
Dapat menghapus data sesuai dengan kunci dari atribut yang akan dihapus
OK
Dapat melakukan perhitungan statistic dasar dan perhitungan etat.
OK
4.7.2 Pengujian Lapangan Pada tahap ini, pengujian dilakukan dengan 2 (dua) metode pengujian yaitu white box dan black box. Penulis meminta 3 (tiga) orang responden untuk melakukan uji coba terhadap aplikasi ini. Responden yang dipilih terdiri atas 1 (satu) orang bagian admin SISH-PDE, 2 (dua) orang dari forester. Secara ringkas, hasil pengujian yang di dapatkan adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Pengujian Lapangan No
Pengujian
A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3.
Pengujian Black Box Fitur aplikasi secara keseluruhan Fitur untuk Admin Fitur untuk forester Fitur untuk user Tampilan Aplikasi Pengujian White Box Kestabilan Aplikasi Keamanan Aplikasi Kesesuaian dengan Kebutuhan
Penilaian
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kawasan Hutan Akasia Parung Panjang, KPH Bogor ini setidaknya dapat mengurangi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan sistem informasi dan distribusi data inventarisasi hutan yang dialami oleh perum perhutani. Setelah melakukan serangkaian penelitian, seperti yang tertera pada bab III dan Bab IV, pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik dari rangkaian penelitian tersebut Penulis juga memberikan saran yang akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melanjutkan pengembangan penelitian ini.
5.1. Kesimpulan Dari penelitian dan tulisan yang telah penulis uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Aplikasi yang dikembangkan ini dapat memudahkan pihak perum perhutani dalam mengumpulkan dan mengorganisir data hasil inventarisasi hutan, dapat memudahkan forester dalam melakukan pendataan inventarisasi hutan, serta memudahkan mereka dalam mengakses data inventarisasi yang ada. Hal ini dapat dilihat dari respon yang diberikan oleh responden pada lampiran pengujian lapangan.
149
2.
Perancangan Sistem Inventarisasi Hutan Berbasis Sistem Informasi Geografis
dapat
dilaksanakan
sesuai
dengan
analisis
dan
perancangan yang telah dilakukan, sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan mengacu kepada hasil dari pengujian lapangan yang penulis lakukan yang dapat dilihat pada sub bab 4.5.2. 3.
Proses integrasi report, yang dibuat dengan menggunakan Active Report 2.0, dan Visual basic 6.0. Mengenai report dan integrasinya dapat dilihat pada sub bab 4.4.2. pada point (d).
5.2. Saran Aplikasi ini tentu saja masih belum sempurna. Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aplikasi ini agar menjadi lebih baik lagi, antara lain : 1.
Pengembangan juga dapat dilakukan dengan melakukan integrasi antara aplikasi ini dengan aplikasi-aplikasi lainnya yang dimiliki oleh Perum Perhutani sehingga dapat menjadi satu kesatuan sistem yang lebih kompleks.
2.
Selain di KPH Bogor, aplikasi ini dapat juga diterapkan di KPHKPH lainnya. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan menambahkan data kelas perusahaan lainnya, karena setiap kelas perusahaan mempunyai karakteristik data yang berbeda.
150
Lampiran A-1 (Wawancara dengan Forester)
Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2009 Tempat
: RPH Tenjo Bogor
Pertanyaan : 1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ? 2. Bagaimana proses inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ? 3. Masalah apa saja yang sering terjadi dalam proses tersebut ? 4. Langkah – langkah apa saja yang dilakukan dalam mengatasi masalah – masalah tersebut ?
Jawaban : 1. Prosedur pengolahan data nya adalah sebagai berikut BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan). Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) oleh BKPH, Data diberikan kepada SPH dan diolah menjadi peta batas wilayah. Peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah tersebut kepada BKPH, proses
selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. dan melakukan pendistribusian kepada RPH. Setelah itu adalah proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-masing RPH. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH. 2. Dilakukannya Ground checking untuk lengkapnya ada di buku pedoman inventarisasi hutan. 3. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat. 4. Sampai saat ini cara yang paling sering dilakukan biasanya semua forester di RPH dan BKPH mempunyai data cadangan untuk diserahkan kepada SPH akan tetapi yang jadi permasalahan kadang- kadang kami juga lupa untuk membuat data cadangan tersebut.
Lampiran A-2 (Wawancara dengan Kepada SPH I Bogor)
Hari / Tanggal
: Jum’at 19 Juni 2009
Tempat
: Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Pertanyaan : 1. Bagaimana sejarah perum perhutani ? 2. Apa fungsi dan tugas perum perhutani ? 3. Apakah proses pengolahan data inventarisasi hutan telah berjalan dengan baik ? 4. Masalah apa yang sering terjadi dalam proses tersebut ? dan langkah permecahan masalah apa yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut ? 5. Bagaimana keadan hutan akasia parung panjang ? 6. Bagaimana struktur organisasi perum perhutani ?
Jawaban : 1. Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya
diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di websitenya. Di www.perumperhutani.com 2. Ya karena peru, perhutani in berupa BUMN maka tujuannyaa dalah memupuk keuntungan. Dan menyelenggarakan pengelolaan hutan , lebih detail bisa dilihat di website nya juga 3. Bisa dikatakan cukup baik, walaupun masih ada yang perlu diperbaiki, sebagai contoh redudansi data yang tidak perlu. 4. Seperti yang saya bilang tadi, masalah utama adalah redudansi data yang mengakibatkan pengolahan data menjadi terhambat. Langkah yang paling baik kami lakukan saat ini adalah menyuruh pihak RPH dan BKPH untuk melakukan cek ulang terhadap data yang akan diberikan kepada kami. 5. Keadaan hutan akasia selengkapnya bisa dilihat di buku rencana pengaturan kelestarian hutan kelas perusahaan acacia mangium yang akan saya berikan kopiannya nanti. 6. Kalau struktur organisasi saya tidak hapal jadi, bisa dilihat di gambar yang ada di depan atau di websitenya juga ada.
Lampiran A-3 (Wawancara dengan Administrator SISDH-PDE)
Hari / Tanggal
: Jum’at 19 Juni 2009
Tempat
: Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142
Pertanyaan : 1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan ? 2. Masalah apa yang sering terjadi dan langkah apa yang dilakukan untuk mengatasinya ? 3. Bagaimana bentuk (format) penyimpanan data yang ada di perum perhutani ? dan Software apa yang dipunyai (dipakai) oleh perum perhutani ? 4. Bagaimana bentuk sistem yang diinginkan agar memperlancar proses tersebut ? 5. Input dan Output apa yang diharapkan dapat dicapai oleh sistem ? 6. User siapa saja yang akan menggunakan sistem ini ?
Jawaban : 1. Prosedurnya adalah forester melakukan ground checking yang hasilnya dikirimkan ke kami untuk dibuat peta batas wilayah, setelah itu dilakukan lah pembuatan dokumen narasi dan setelahnya adalah inventarisasi hutan yang dilakukan RPH. Data yang dikirimkan dir ph kami olah dengan aplikasi SISDH-
PDE. Setelah menjadi RPKH kami mendistribusikannya kepada KPH,BKPH dan RPH. 2. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat. 3. Bentuk penyimpanan data biasanya dilakukan dengan hardcopy maupun softcopy. Data softcopy biasanya adalah excel, .dbase, .dbf dan database dari aplikasi SISDH-PDE. Kami juga puny license untuk MS SQL server 2000, Windows XP, Visual Basic 6, Visual Fox Pro, dan lainnya 4. Bentuk sistem yang diinginkan kalo bisa client server tapi berbasis desktop, sehingga forester dapat langsung memasukan data nya sesuai dengan wilayah kerja. 5. Input data yang sinkron antara data spasial dan data atribut, serta outputnya adalah bahan acuan untuk penyusunan RPKH. 6. Biasanya user yang diharapkan untuk melakukan inputan
data adalah saya
sebagai admin, forester dan pihak ketiga yang hanya bisa melihat data tanpa bisa melakukan manipulasi terhadap data tersebut.