Techno.COM, Vol. 9, No. 4, November 2010: 235 - 239
PERANCANGAN E-COMMERCE PADA BISNIS JAMU BERBASIS PENGETAHUAN TRADISIONAL Sari Wijayanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Semarang Jl. Nakula I No. 5-11 Semarang Telp : (024) 3517261, Fax : (024)3520165 E-mail :
[email protected]
Abstrak
Indonesia is a country rich in nutritious plants. There are thousands of species of medicinal plants in Indonesia which is the second largest drug plant after Brazil. Proficiency concocting medicinal plants commonly known as herbal medicine of our ancestors passed down by generations from one generation to the next until our day. The tendency of market competition is getting tighter, demands high creativity and appropriate technologies, so as not excluded in business competition. E-commerce is a way of shopping or a trade online or direct selling that utilize Internet facilities where there are websites that can provide the service "get and deliver". E-commerce will change all marketing activities and also while cutting operational costs to trading activities (trading). System development method used is webengineering method which is a development method which is devoted in the development of web-based software. Kata kunci : herbal medicine business, e-commerce, webengineering.
yang jauh dengan harga penawaran yang bersaing.
1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman yang berkhasiat. Terdapat ribuan jenis tanaman obat di Indonesia yang merupakan tanaman obat kedua terbesar setelah Brazil. Dari ribuan jenis yang ada, baru sekitar 238 jenis tanaman obat saja yang baru dimanfaatkan (Saerang, 2007). Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang bangsa Indonesia terkenal pandai meracik obat tradisional atau yang lebih dikenal dengan nama jamu. Beragam tumbuh-tumbuhan tradisional, akar-akaran, dan bahan alami yang lainnya diracik sebagai ramuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Perkembangan teknologi telah menciptakan banyak kesempatan untuk siapapun agar dapat dengan mudah memperkenalkan dan menjual produk yang ingin diperkenalkan ataupun dijual. Internet telah memberikan banyak kemudahan untuk kita agar dapat mengenalkan produk tidak hanya di dalam tapi juga diluar negeri. Ecommerce merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan “get and deliver“. E-commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kegiatan trading (perdagangan) . Sehingga pasar dan perdagangan terbuka tanpa batas, serta peluang yang setara bagi pelaku-pelaku bisnis tidak mengenal apakah ia dari pengusaha besar,
Kecenderungan persaingan pasar yang semakin ketat, menuntut kreatifitas yang tinggi dan teknologi yang tepat, agar tidak tersisih dalam persaingan bisnis. Banyak pelaku bisnis yang tidak mampu menjual produknya dengan harga yg cukup tinggi hanya karena produknya di kampungnya dibeli murah oleh para pengepul. Hal ini tidak akan terjadi kalau saja pengusaha yang bersangkutan mau membuka cakrawala sedikit untuk mencoba menjualnya di lokasi
235
Techno.COM, Vol. 9, No. 4, November 2010: 235 - 239 menengah, ataupun kecil- siapa yang cepat akan menang. 2. TINJAUAN PUSTAKA Definisi dari “E-Commerce” sendiri sangat beragam, tergantung dari perspektif atau kacamata yang memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce secara sederhana mendifinisikan E-Commerce sebagai “mekanisme bisnis secara elektronis”. CommerceNet, sebuah konsorsium industri, memberikan definisi yang lebih lengkap, yaitu “penggunaan jejaring komputer (komputer yang saling terhubung) sebagai sarana penciptaan relasi bisnis”. Tidak puas dengan definisi tersebut, CommerceNet menambahkan bahwa di dalam E-Commerce terjadi “proses pembelian dan penjualan jasa atau produk antara dua belah pihak melalui internet atau pertukaran dan distribusi informasi antar dua pihak di dalam satu perusahaan dengan menggunakan intranet”. Sementara Amir Hartman dalam bukunya “NetReady” (Hartman, 2000) secara lebih terperinci lagi mendefinisikan E-Commerce sebagai “suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua buah institusi (B-to-B) maupun antar institusi dan konsumen langsung (B-to-C)”. Beberapa kalangan akademisi pun sepakat mendefinisikan E-Commerce sebagai “salah satu cara memperbaiki kinerja dan mekanisme pertukaran barang, jasa, informasi, dan pengetahuan dengan memanfaatkan teknologi berbasis jaringan peralatan digital”. Terlepas dari berbagai jenis definisi yang ditawarkan dan dipergunakan oleh berbagai kalangan, terdapat kesamaan dari masing-masing definisi, dimana E-Commerce memiliki karakteristik sebagai berikut: Terjadinya transaksi antara dua belah pihak; Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi; dan Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme perdagangan tersebut. 2.1. Konsep e-Commerce Saat ini belum ada definisi electronic commerce yang disepakati bersama sehingga sering terjadi kerancuan. Ada yang mengatakan bahwa e-
236
commerce adalah web site yang digunakan untuk berdagang (semacam storefront), ada yang dimaksud e-commerce adalah EDI, dan seterusnya. Sebagai cantoh, berikut ini adalah definisi e-commerce diambil dari (Baum, 1999): E-Commerce is a dynamic set of technologies, applications, and business process that link enterprises, consumers, and communities through electronic transactions and the electronic exchange of goods, services, and information. 2.2. Business to Business e-commerce Business to Business e-commerce memiliki karakteristik (Chan, 2002): a. Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan (relationship) yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut. b. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan (trust). c. Pertukaran data (data exchange) berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan d. kata lain, servis yang digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran e. data untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama. f. Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu parternya. Model yang umum digunakan adalah peer-to peer, dimana processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis. 2.2.1. Enterprise Portals Model bisnis ini merupakan jenis aplikasi yang paling menjadi primadona saat ini. Pertama kali diperkenalkan oleh Gartner Group pada tahun 1998, model ini merupakan pengembangan dari jenis consumer portal yang telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh situs-situs semacam Yahoo, AOL, dan Microsoft. Bedanya adalah jika consumer portals ditujukan untuk semua users yang terhubung ke internet, pada enterprise portal , akses hanya dibatasi pada orang-orang tertentu yang berada pada satu atau lebih domain.
Techno.COM, Vol. 9, No. 4, November 2010: 235 - 239 Isu-isu utama yang harus secara intensif dikaji dan dipertimbangkan jika ingin membangun sebuah enterprise portal adalah sebagai berikut: Portal merupakan gerbang utama dari pusat enterprise knowledge yang merupakan hasil dari pen golahan data dan informasi sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Mengingat bahwa pada implementasinya seorang user dihadapkan pada sebuah situs, maka desain situs tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah proses yang ada. Tengoklah bedanya situs B2C Yahoo.com dan Altavista.com dalam menampilkan hasil proses pencarian informasi.
237
2.2.2. Extranet Sistem extranet sebenarnya bukan merupakan sebuah konsep baru, karena telah cukup lama dikenal dalam dunia sistem informasi korporat setelah konsep lainnya, yaitu internet dan intranet diperkenalkan. Pada paradigma lama, extranet pada dasarnya merupakan sistem tambahan yang dimiliki oleh sebuah perusahaan sebagai konsekuensi dari terintegrasinya sistem internal dengan sistem eksternal perusahaan, yaitu sistem informasi perusahaan lain yang merupakan mitra kerja, seperti pemasok (suppliers) , vendor, dan lain sebagainya. 2.2.3. Virtual Markets Yang dimaksud dengan pasar virtual di sini pada dasarnya adalah implementasi sistem perdagangan elektronik (electronic trading systems) . Karena sifatnya yang B2B, maka pihak-pihak yang saling melakukan perdagangan adalah korporat atau perusahaan, bukan individu. Contohnya adalah NASDAQ Stock Exchange yang merupakan sebuah pasar besar di dunia maya. Alasan dipergunakannya teknologi internet adalah selain untuk meningkatkan efisiensi, dengan adanya keleluasaan tersebut, maka diharapkan frekuensi dan volume perdagangan akan meningkat secara signifikan, sehingga meningkatkan value dari pasar tersebut.
Gambar 1. Model Eterprise Portal Sumber: John Ryer, 1999 Value yang ditawarkan sebuah portal kepada penggun anya tidak hanya terb atas pada data, informasi, atau pengetahuan yang berkualitas saja, namun harus diperhitungkan aspekaspek lainnya. Misalnya bagaimana menindaklanjuti hasil penemuan informasi yang diinginkan, apakah dilanjutkan dengan proses tanya jawab (frequently asked questions) , menghubungi customer services , mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengannya, menawarkan produk-produk terkait dengan informasi yang dicari dan lain sebagainya. Artinya, komputer harus dapat “memperkirakan” permasalahan yang dihadapi users ketika yang bersangkutan melakukan pencarian terhadap sebuah informasi, sehingga seolah-olah komputer dapat berfikir dan menawarkan alternatif solusinya.
Secara prinsip, ada dua jenis virtual market yang telah diimplementasikan secara sukses di internet: internet stock trading system dan intenet ‘buying-selling’ integration system . Isu-isu yang berkaitan dengan sistem B2B ini adalah sebagai berikut: Dalam format free market , target utama dari sebuah sistem adalah untuk menciptakan efisiensi perdagangan, sehingga jika dengan adanya sistem B2B hal ini tidak tercapai, maka sistem yang ditawarkan akan “mati” dengan sendirinya karena tidak efektif. 3. METODE PENGEMBANGAN SISTEM : WEB ENGINEERING 3.1.Metoda methods)
Komunikasi
(communication
Analisa kebutuhan system diawali dengan pengumpulan data dan informasi menggunakan metode wawancara dengan beberapa pebisnis jamu berbasis pengetahuan tradisional yang ada di Semarang dan pengamatan penulis terhadap
Techno.COM, Vol. 9, No. 4, November 2010: 235 - 239 cara penjualan produk yang sedang berjalan yang masih dilakukan secara penjualan langsung sehingga adanya pertimbangan untuk dibangunnya system ini. 3.2.Metoda Analisis Kebutuhan (requirements analysis methods) Kegiatan pada tahap peracancangan perangkat lunak ini adalah kegiatan konseptual untuk menentukan persyaratan teknis, perancangan antar muka, kemasan perangkat lunak, output yang dihasilkan dan merancang bagiamana ecommerce ini bekerja sesuai dengan kebutuhan.
238
fungsi – fungsi yang dibutuhkan dalam sistem, dan model kebutuhan non fungsional yang merupakan spesifikasi – spesifikasi dan batasan batasan yang harus di implementasikan dalam sistem ini. Business Process Model Bisnis proses model merupakan sebuah model yang menggambarkan proses bisnis yang berjalan. Pada bagian ini menggambarkan alur bisnis dari kebutuhan user sampai dengan tujuan yang akan dicapai oleh proses ini.
3.3. Metoda Perancangan (design methods) Deskripsi Sistem Perangkat lunak bantu berbasis web ini bertopikkan e-commerce pada bisnis jamu berbasis pengetahuan tradisional. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu user untuk mendapatkan perkiraan penyakit yang diderita oleh user dengan memasukkan gejala-gejala yang dirasakan yang telah disediakan. User juga dapat bergabung dalam bisnis jamu berbasis pengetahuan tradisional ini. Yaitu dengan cara menjadi Service Store. Jika user menjadi sebuah service store maka user berhak untuk mendownload aplikasi yang fungsinya untuk menentukan formula atau resep yang paling tepat untuk suatu penyakit. Jadi selain memiliki beberapa formula atau resep yang telah ada, aplikasi tersebut dapat membentuk formula atau resep yang paling sesuai dengan kebutuhan user. Diagram model Kebutuhan Sistem menggambarkan kebutuhan terhadap sistem yang akan dikembangkan, yang ditangkap selama proses analisis. Berikut adalah Diagram Model Kebutuhan Sistem dan penjelasannya.
Gambar 2. Requirements Model Model Kebutuhan Sistem ini dibagi menjadi dua package, yaitu model kebutuhan fungsional yaitu
Gambar 3. Businnes Process Model Ketika uses mulai memasuki sistem ini, user bisa memilih 2 buah proses. Yaitu proses Join clinic Room atau langsung pada Sell jamu on-line. Pada proses Join clinic Room uses dapat mengetahui resep jamu yang sesuai dengan memasukkan gejala-gejala penyakit yang diinputkan oleh user. Resep jamu yang sesuai dengan gejala yang diinputkan user didapat dari herbal databases dan prescription database. Ketika goal dari proses ini tercapai, yaitu resep (recipies), maka goal selanjutnya yang diharapkan dari proses ini adalah take customer order. Selain itu, user juga bisa langsung masuk pada proses yang lain, yaitu proses Sell jamu on-line. Dimana telah ditawarkan produk-produk jamu yang telah tersedia. Proses ini juga mempunya goal yang sama dengan proses sebelumnya, yaitu Take customer order. Tapi pada proses ini tentunya tidak dapat mengenerate resep baru. Adapun proses yang ketiga adalah proses untuk memanage customer order. Yang mana goal yang ingin dicapai adalah terkirimnya jamu yang telah diorder oleh user.
Techno.COM, Vol. 9, No. 4, November 2010: 235 - 239
239
class Data Model Original_prescription
+PK_Herbal
Herbal «column» *PK Herbal_id: BIGINT Herbal_name: VARCHAR(100) Herbal_nameinlaten: VARCHAR(255) Herbal_image: VARCHAR(255) FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
0..*
(illness_id = illness_id) «FK»
«PK» + PK_Herbal(BIGINT) 1
Medical_record
+PK_Original_prescription +FK_Medical_record_Original_prescription «FK» 1
(Original_perception_id = Original_prescription_id)
«PK» + PK_Original_prescription(BIGINT, BIGINT, BIGINT)
+FK_Original_prescription_User
«FK» + FK_Medical_record_Original_prescription(BIGINT) + FK_Medical_record_Patient(VARCHAR) FK_Medical_record_User(VARCHAR) +FK_Medical_record_User + «PK» 0..* + PK_Medical_record(BIGINT)
0..*
0..* +PK_ILLness
+FK_Herbal_User
«column» *PK Medical_record_id: BIGINT Medical_record_date: DATETIME Medical_record_status: VARCHAR(255) 0..* FK patient_id: VARCHAR(25) FK Original_perception_id: BIGINT FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
0..*
«FK» + FK_Original_prescription_Herbal(BIGINT) + FK_Original_prescription_ILLness(BIGINT) +FK_Original_prescription_ILLness + FK_Original_prescription_User(VARCHAR)
«FK» + FK_Herbal_User(VARCHAR)
+PK_Herbal
+FK_Original_prescription_Herbal (herbal_id = «FK» Herbal_id)
1
«column» *PK Original_prescription_id: BIGINT *pfK illness_id: BIGINT *pfK herbal_id: BIGINT Original_prescription_status: BIGINT FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
1 +FK_Medical_record_Patient
ILLness
(LastUpDateBy = User_name)
«column» *pfK Patient_id: VARCHAR(25) +FK_Patient_behaviour_User Patient_bahaviour_devotionfreq: BIGINT Patient_behavior_controlfreq: BIGINT 0..* FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
«FK» (LastUpDateBy = User_name)
+FK_ILLness_User «FK» + FK_ILLness_User(VARCHAR)
(Herbal_id = Herbal_id) «FK»
«FK»
0..*
«PK» + PK_ILLness(BIGINT)
«FK» + FK_Patient_behaviour_Patient(VARCHAR) + FK_Patient_behaviour_User(VARCHAR)
(LastUpDateBy = User_name) «FK» (LastUpDateBy = User_name)
«FK»
«PK» + PK_Patient_behaviour(VARCHAR)
+FK_Herbal_detail_Herbal 0..* 1 +PK_User+PK_User +PK_User 1 +PK_User 1
Herbal_detail
1 +FK_Patient_behaviour_Patient
User
+PK_User
«FK» (LastUpDateBy = User_name)
«column» *pfK Herbal_id: BIGINT *pfK Herbal_component_id: BIGINT *pfK Herbal_function_id: BIGINT *PK Herbal_detail_tabooid: BIGINT FK LastUpdateBy: VARCHAR(100)
«column» *PK User_name: VARCHAR(100) User_status: BIGINT User_lastlogin: DATETIME 1 User_password: CHAR(41) «FK» (LastUpDateBy = User_name) 1
+FK_Herbal_detail_User
+PK_User
0..* «FK» (LastUpdateBy = User_name)
«FK» + FK_Herbal_detail_Herbal(BIGINT) + FK_Herbal_detail_Herbal_component(BIGINT) + FK_Herbal_detail_Herbal_function(BIGINT) + FK_Herbal_detail_User(VARCHAR)
+PK_User
1
(patient_id = Patient_id) «FK»
«FK»
«PK» + PK_User(VARCHAR) 1 +PK_User
0..*
0..*
+PK_User (LastUpDateBy = User_name) 1
(Patient_id = Patient_id)
1 +PK_User
«FK»
«PK» + PK_Herbal_detail(BIGINT, BIGINT, BIGINT, BIGINT) +FK_Herbal_detail_Herbal_component
0..*
Patient_behav iour
«column» *PK illness_id: BIGINT illness_name: VARCHAR(255) FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
0..*
+FK_Herbal_detail_Herbal_function
+FK_country_User 0..* country (LastUpdateBy = User_name) +FK_Herbal_function_User 0..*
«FK»
Herbal_function
(Herbal_function_id = Herbal_function_id)
+PK_Herbal_function «FK»
1
«column» *PK country_id: VARCHAR(5) country_name: VARCHAR(255) FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
+PK_Patient
«FK» + FK_country_User(VARCHAR) «PK» + PK_country(VARCHAR)
1
(Country_id = country_id)
«FK» + FK_Herbal_function_User(VARCHAR) «PK» + PK_Herbal_function(BIGINT) «FK» (LastUpDateBy = User_name)
Herbal_component
(Herbal_component_id = «FK» Herbal_component_id)
«column» *PK Herbal_component_id: BIGINT +PK_Herbal_component Herbal_component_name: VARCHAR(100) = FK LastUpDateBy: VARCHAR(100) 1
+PK_Patient 1
1 Patient
+PK_country
«column» *PK Herbal_function_id: BIGINT Herbal_function_desc: VARCHAR(255) FK LastUpDateBy: VARCHAR(100)
+FK_Herbal_component_User
«column» *PK Patient_id: VARCHAR(20) «FK» Patient_name: VARCHAR(55) 0..* Patient_gender: SMALLINT Patient_birthdate: DATE Patient_relegion: VARCHAR(50) Patient_address: TEXT Patient_city: VARCHAR(55) +FK_Patient_User Patient_zipcode: VARCHAR(7) Patient_province: VARCHAR(100) 0..* FK Country_id: VARCHAR(5) Patient_homeclimate: VARCHAR(50) Patient_phone: VARCHAR(21) Patient_disease1history: VARCHAR(100) Patient_desease2history: VARCHAR(100) Patient_desease3history: VARCHAR(100) Patient_desease4history: VARCHAR(100) FK LastUpdateBy: VARCHAR(100)
+FK_Patient_country
0..*
«FK» + FK_Herbal_component_User(VARCHAR)
«FK» + FK_Patient_country(VARCHAR) + FK_Patient_User(VARCHAR)
«PK» + PK_Herbal_component(BIGINT)
«PK» + PK_Patient(VARCHAR)
Gambar 4. Relasi Tabel 3.4. Metoda Testing (testing methods) Sebuah rancangan yang telah diimplementasikan menjadi sebuah sistem harus melalui suatu proses pengujian. Pengujian meliputi beberapa parameter yang akan menentukan standar aplikasi berbasis web yang telah dibuat. Tahap pengujian adalah suatu proses untuk menguji aplikasi berbasis web yang telah selesai dibuat. Hal ini bertujuan untuk menemukan kesalahan dan kemudian memperbaikinya. Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk melakukan pengujian, yaitu : 1. Pengujian fungsional dan operasional (fungsional and operational testing) Bertujuan untuk menguji masukan dan keluaran dari aplikasi ini. Hal ini dapat dilakukan dengan konsep pengujian white box. 2. Pengujian navigasi (navigation testing) Hal ini digunakan untuk melihat kesesuaian antara desain navigasi dengan navigasi yang ada di aplikasi. Navigasi berhubungan dengan link-link yang terdapat didalam aplikasi. 4. SIMPULAN Telah terbentuk sebuah desain untuk membentuk sebuah media e-commerce pada Bisnis Jamu yang nantinya dapat diimplementasikan sebagai salah satu upaya
meningkatkan penghasilan devisa baik negara mapun bagi perusahaan jamu. 5. DAFTAR PUSTAKA Chan, Caroline., & Swatman,P., 2002. Management and business issues for B2B ecommerce implementation, Proceedings of the 35th Hawaii International Conference on System Sciences Kartiwi, Mira., 2006. Case Strudies of Ecommerce adoption in Indonesia SMEs : The Evaluation of Strategic Use., Australasian Journal, Vo 4 No. 1, November 2000 Rao, Subba,. & Metts, Glenn,. 2003. Eletronic Commerce Develompment in Small and Medium Size Enterprise : a stage model and its implictions., Emerald, Business Process Management Journal, Vol 9. No. 1 2003, pp 1132