ISSN 1410-1939
PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK [THE ROLE OF TABLET UREA AND VARIETY IN INCREASING RICE PRODUCTION IN SWAMPY AREA] Waluyo1, Juliardi I2, H. Pane2 dan Jumakir3 1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan. Jl. Kol H. Barlian,Km 6 Palembang. 2 Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) Sukamandi. Jl. Raya 9, Sukamandi Subang, Jawa Barat. 3 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jl. Samarinda, Kotabaru, Jambi. Abstract
This study was aimed at investigating the effect of various dosages of tablet urea and liquid supplement fertilizer application on the yield of rice grain in swampy area. This experiment used a split-plot design with 3 replications. As the main plot was rice varieties, i.e. Sei Lalan, Margasari, and Martapura. Meanwhile, the sub-plot was the dosages of nitrogen contained in tablet urea, i.e. 0 kg ha-1, 22.5 kg ha-1, 45 kg ha-1, 67, 5 kg ha1 , 90 kg ha-1, and 45 kg ha-1 + liquid supplement fertilizer. All nitrogen fertilizers were applied at 7 days after transplanting, and at the same time SP-36 and KCl were applied at the rate of 100 kg ha-1 each. The results showed that within 30 days after transplanting there was no interaction between varieties and nitrogen rate on the number of tiller and plant height. Rice plant grew well in farmer’s rice field as well as in experimental station. Key words: soil fertility, fertilization, rice, Oryza sativa.
PENDAHULUAN Lahan rawa lebak merupakan rawa yang terdapat di kanan dan kiri sungai besar dan anak-anak sungainya dengan topografi datar, tergenang air pada musim hujan namun kering pada musim kemarau. Pada kondisi ketinggian air kurang dari 30 cm sampai macak-macak inilah lahan lebak ditanami padi; sedangkan pada kondisi kering, lahan tersebut ditanami tanaman pangan lainnya. Dengan demikian penanaman padi dilakukan sekali dalam setahun. Lahan lebak di Sumatera Selatan sangat potensial dengan luasan sekitar 2 juta hektar (Badan Litbang Pertanian, 1990) di mana 79.200 hektar terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang baru diusahakan oleh petani (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir, 1996). Hidrologi lahan lebak untuk ditanami padi cukup baik; apalagi masyarakat berusahatani di lahan tersebut dengan hasil gabah berkisar antara 3 hingga 7 ton ha-1 tergantung jenis lahan lebaknya. Lahan lebak di Kabupaten OKI dibagi menjadi 3 jenis rawa berdasarkan genangan air maksimumnya, yaitu rawa lebak dalam (genangan air > 100
cm), tengahan (genangan air 50 – 100 cm) dan dangkal (genangan air < 50 cm). Budidaya tanaman padi di lahan rawa lebak tidak memerlukan pengolahan tanah. Penyiapan lahan dilakukan hanya dengan membersihkan gulma yang tumbuh selama musim hujan dengan cara menebas gulma dan menyingkirkan dari lahan tersebut. Benih disemaikan di lahan darat dan ditanam pindah pada umur 30 hari ataupun lebih tergantung pada kondisi air di lahan lebak. Penanaman padi dilakukan jika air dalam lahan lebak tersebut sudah dangkal ataupun macak-macak. Petani umumnya menanam padi di lahan lebak dengan padi lokal, karena varietas unggul untuk lahan lebak belum diperoleh. Varietas unggul baru yang diintroduksikan antara lain Sei Lilin, Sei Lalan, IR 42, Cisanggarung dan Kapuas yang merupakan varietas yang dianjurkan untuk lahan pasang surut. Selama ini adaptasi varietas tersebut di lahan lebak cukup baik di mana hasil gabah dapat mencapai kisaran 5 – 7 ton ha-1 (Waluyo et al., 1994). Pengusahaan lahan lebak untuk pertanaman padi tidak mempunyai waktu yang pasti akibat pengaruh ketinggian air yang tidak menentu, sehingga banyak petani menanam tanaman padi dengan
99
Jurnal Agronomi 10(2): 99-103
bibit yang terlalu tua (lebih dari 60 hari setelah sebar), sehingga berakibat pada rendahnya hasil gabah. Persemaian benih dilakukan saat air genangan pada lahan lebak masih tinggi, biasanya pada bulan Januari atau Februari. Benih disemaikan di lahan darat, kemudian setelah berumur 21 hari bibit dipindahkan ke tanah yang berair dangkal sebelum ditanam pindahkan ke lahan sawah lebak. Setelah sawah lebak mengalami pengeringan, biasanya pada waktu umur bibit 30 hari, bibit pindahkan ke lahan lebak. Umumnya petani lahan lebak di kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan tidak mengaplikasikan pupuk anorganik (urea, SP-36 ataupun KCl). Anjuran pemupukan yang tepat untuk tanaman padi rawa juga belum ada, sedangkan hasil penelitian pemupukan di IPPTP Kayu Agung menunjukkan bahwa pemberian pupuk urea, TSP dan KCl masing-masing 150 kg ha-1, 100 kg ha-1 dan 100 kg ha-1 memberikan hasil gabah cukup baik dan dosis pemupukan tersebut dianggap sebagai dosis anjuran untuk padi sawah lebak saat ini (Ismail et al., 1990). Pengelolaan hara di lahan lebak memerlukan cara yang berbeda dibanding lahan sawah beririgasi ataupun lahan tadah hujan. Kondisi air yang selalu tergenang dan sulit didrainase menyebabkan pemberian pupuk, terutama urea, seringkali tidak diserap tanaman secara efektif. Oleh karena itu pemberian urea dalam bentuk tablet merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketidakefektifan penggunaan pupuk N. Hal ini disebabkan pemberian urea tablet dilakukan hanya satu kali dan dibenamkan sehingga N dapat diserap tanaman lebih banyak, dan kehilangan N baik melalui nitrifikasi, denitrifikasi ataupun amonifikasi dapat ditekan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui takaran urea tablet dan pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) yang dapat meningkatkan hasil panen padi rawa lebak di tingkat petani maupun kebun percobaan.
BAHAN DAN METODA Penelitian pengelolaan hara di lahan lebak dilakukan di lahan petani di desa Tanjung Alai, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Sumatera Selatan pada MK 2005. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terbagi (split-plot).dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah varietas padi, yaitu Sei Lalan, Margasari dan Martapura. Sedangkan anak petak adalah dosis pemupukan N, yakni 0 kg ha-1, 22,5 kg ha-1, 45 kg ha-1, 67,5 kg ha-1, 90 kg ha-1, dan 45 kg ha-1 + pupuk pelengkap cair (PPC).
100
Pengolahan tanah tidak dilakukan dalam percobaan ini, namun dilakukan pembabatan gulma yang tumbuh di atas permukaan tanah. Tanaman padi ditanam pindah pada tanggal 26 Mei 2005 dengan umur bibit 18 hari setelah semai pada petak ukuran 5 m x 6 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 20 cm, dan 2-3 bibit ditanam per lubang tanam. Pupuk SP-36 dan KCl dengan takaran masing-masing 100 kg ha-1 dan 50 kg ha-1 diberikan pada 7 hari setelah tanam bersamaan dengan pemberian urea tablet. Pemberian pupuk pelengkap cair diberikan pada waktu periode bunting dan pada saat 50% tanaman berbunga dengan cara penyemprotan pada takaran 5 mL L-1 dengan volume semprot 400 L ha-1. Data yang diamati adalah hasil analisis tanah sebelum penelitian, hasil dan komponen hasil, tinggi tanaman dan jumlah anakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis tanah sebelum penelitian Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa kesuburan tanah di lokasi petani termasuk sedang sampai tinggi. Hal ini ditujukkan dari data kandungan bahan organik tanah yang tinggi (kandungan C-organik tanah tinggi), P-tersedia termasuk sedang, KTK tanah termasuk sedang, serta susunan kation termasuk rendah sampai sedang. Tanah telah mengalami pelapukan lanjut yang ditunjukkan oleh nisbah C/N yang rendah (Tabel 1) Tabel 1. Analisis tanah sebelum percobaan di lokasi Tanjung Alai (lebak tengahan), Kecamatan SP Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan MK 2005. Karakteristik tanah Tekstur tanah Liat (% ) Debu (% ) Pasir (% ) pH H2O pH KCl C-organik (% ) N-total (% ) Nisbah C/N P-tersedia (ppm) KTK (me/100 g) Ca (me/100 g) Mg (me/100 g) K (me/100 g) Na (me/100 g)
Nilai 8 18 74 4,6 4,0 9,4 1,1 9 16,1 22,5 3,5 0,9 0,4 0,6
Harkat Debu berpasir Masam Sangat tinggi Sangat tinggi Pelapukan lanjut Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang sedang
Waluyo et al.: Peranan Urea Tablet dan Varietas untuk Meningkatkan Produksi Padi Rawa Lebak.
Tanah dengan kesuburan sedang sampai tinggi memungkinkan diperolehnya hasil gabah yang tinggi karena suplai hara dari tanah cukup, yakni mampu mensuplai 60 – 70% kebutuhan hara bagi tanaman padi (Dobermann dan Fairhurst, 2000). Tinggi tanaman dan Jumlah anakan Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur 30 hari setelah tanam (hst) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara perlakuan varietas maupun pemberian pupuk urea tablet. Di samping itu, juga tidak terdapat adanya interaksi yang nyata antara perlakuan pemberian pupuk urea tablet dengan varietas yang digunakan. Rata-rata jumlah anakan sebanyak 11,6 buah dengan kisaran11,3 (Sei Lalan) – 12,1 (Margasari). Sementara itu pemberian pupuk urea tablet takaran N 45 kg ha-1 menghasilkan jumlah anakan tertinggi walaupun tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk N takaran 22,5 kg ha-1 maupun 90 kg ha-1 (Tabel 2). Hasil gabah Tidak ada interaksi antara perlakuan pemupukan dengan varietas padi yang digunakan. Hasil ga-
bah berkisar antara 4,95 – 5,04 ton ha-1 dengan rata-rata 4,96 ton ha-1 (Tabel 3). Hasil gabah tertinggi diperoleh pada varietas Sei Lalan (5,04 ton ha-1), diikuti varietas Martapura (4,96 ton ha-1) dan Margasari (4,95 ton ha-1). Sementara itu pemberian pupuk urea tablet secara statistik berbeda nyata di antara takaran urea yang diberikan. Hasil gabah tertinggi pada perlakuan pemberian N sebanyak 67,5 kg ha-1 adalah setara dengan pemberian 135 kg urea tablet (5,42 ton ha-1). Hubungan antara takaran N dengan hasil gabah dirumuskan sebagai berikut: Y =-0,0001 X2 + 0,0238 X + 4,2939 dimana R2 = 0,72. Berdasarkan persamaan tersebut di atas, hasil gabah tertinggi dicapai pada takaran N 119 kg ha-1 yang setara dengan urea tablet sebanyak 264 kg ha1 , di mana hasil gabah maksimum yang dapat dicapai dengan takaran hara N sebesar 119 kg ha-1 adalah sebesar 5,71 ton ha-1. Selanjutnya kurva respon hasil gabah terhadap pemupukan hara N disajikan pada Gambar 1.
Tabel 2. Anakan dan tinggi tanaman pada 30 HST pada berbagai pemberian urea tablet dan varietas padi di lahan lebak tengahan Tanjung Alai, kecamatan SP Padang, Sumatera Selatan MK 2005. Perlakuan N (kg ha-1) 0 22,5 45 45 + PPC 67,5 90
Tinggi tanaman ( cm) Sei Lalan Margasari 68,6 69,8 74,4 83,6 80,7 84,1 83,1 82,5 78,4 82,7 81,3 90,5
Martapura
71,9 87,2 85,1 87,7 80,8 87,3
Ratarata 70,1 81,7 83,3 84,4 80,6 86,4
Jumlah anakan Sei Lalan Margasari 8,4 8,9 10,5 10,8 12,3 13,7 13,5 12,6 11,4 12,8 11,7 13,9
Martapura
8,5 12,0 11,6 12,1 12,4 12,0
Ratarata 8,6 11,1 12,5 12,7 12,2 12,5
Tabel 3. Hasil dan komponen hasil pada berbagai pemberian urea tablet dan varietas padi di lahan lebak Tanjung Alai Kecamatan SP Padang Sumatera Selatan MK 2005. Perlakuan Varietas: Sei Lalan Margasari Martapura
Hasil gabah (ton ha-1) 5,04 a 4,95 a 4,96 a
Takaran pupuk urea tablet (kg ha-1): 0 4,28 b 22,5 4,73 ab 45 5,14 a 45 + PPC 5,10 ab 67,5 5,42 a 90 5,22 a
Jumlah malai per rumpun
Jumlah gabah per malai
Persentase gabah isi
Bobot 1000 butir (g)
12,8 a 13,8 a 14,8 a
194,5 a 194,8 a 208,7 a
91,8 a 93,2 a 94,2 a
23,0 a 17,7 b 20,1 ab
12,7 c 13,6 bc 13,9 ab 13,8 b 14,8a 14,0 ab
192,4 a 200,1 a 202,0 a 198,6 a 198,9 a 204,1 a
91,3 a 94,3 a 94,6 a 92,9 a 91,5 a 93,6 a
20,4 a 20,9 a 20,1 a 20,3 a 20,8 a 19,2 a
101
Jurnal Agronomi 10(2): 99-103
6
Hasil gabah (t/ha)
5
4
y = -0.0001x2 + 0.0238x + 4.2939 R2 = 0.7203
3
2
1
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Takaran N (kg/ha)
Gambar 1. Kurva respon pemupukan N dengan hasil gabah di sawah lebak tengahan Tanjung Alai, kecamatan SP Padang, Sumatera Selatan MK 2005. Pemberian pupuk pelengkap cair pada periode bunting dan berbunga 50% dengan takaran 5 mL L-1 ternyata tidak memberikan peningkatan hasil gabah yang nyata; bahkan lebih rendah daripada tidak diberi PPC dengan takaran N yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi telah mampu mendapatkan hara yang diperlukan dalam jumlah yang cukup dari dalam tanah. Pemberian PPC biasanya berpengaruh terhadap hasil gabah bila tanaman kurang mendapatkan hara yang cukup dari tanah. Di samping itu, pemberian PPC melalui penyemprotan (foliar spraying) diharuskan pada takaran semprot yang rendah (5 mL L-1) dengan volume semprot yang cukup tinggi (400 L) menyebabkan hara yang dikandung oleh PPC sangat kecil konsentrasinya, sehingga pengaruhnya tidak nampak. Suatu dilema pemberian hara melalui daun di mana kelebihan cara tersebut adalah hara segera diserap tanaman, namun hara yang masuk sangat kecil konsentrasinya sehingga jarang memberi pengaruh nyata terhadap hasil gabah. Di samping itu, bila PPC disemprotkan ke daun tanaman pada waktu stomata belum membuka (pagi hari) maka hara yang disemprotkan tersebut juga tidak tepat guna karena hilang melalui penguapan. Besarnya sumbangan hara N dari tanah berdasarkan hasil pengujian ini sebesar 43,7 kg ha-1, termasuk kategori sedang. Sumbangan hara N berasal dari tanah berkisar 41 – 62 kg ha-1 dengan rata-rata 52 kg ha-1 Sementara itu besar sumbangan hara P
102
dan K dari tanah masing-masing sebesar 11,7 kg ha-1 dan 63.7 kg ha-1. Sumbangan hara P dan K dari tanah termasuk kategori rendah. Pada kondisi normal besar sumbangan hara N. P dan K berasal dari tanah masing-masing 40-65 kg ha-1, 12-19 kg ha-1 dan 60-100 kg ha-1, tergantung dari pola perakaran tanaman padi, serapan hara dan efisiensi penggunaan hara (Dobermann dan Fairhurst, 2000) Hasil gabah sangat ditentukan oleh komponen hasilnya, terutama jumlah malai per rumpun. Jumlah malai per rumpun pada ketiga varietas yang digunakan berkisar 12,8 (Sei Lalan) – 14,8 buah (Martapura) tergolong normal. Sementara itu jumlah gabah per malai cukup lebat untuk ketiga varietas yang digunakan dengan kisaran 194,5 bulir (Sei Lalan) – 208,7 bulir (Martapura). Persentase gabah isi juga cukup bagus dengan kisaran 91,8 (Sei Lalan) sampai 94,2% (Martapura). Namun demikian, bobot 1000 butir agak rendah dengan kisaran 17,7 g (Margasari) – 23 g (Sei Lalan). Bobot 1000 butir yang rendah tersebut diduga karena pertanaman rebah saat periode pengisian gabah sehingga pengisian gabah tidak sempurna. Menurut Doberman dan Fairhurst (2000) untuk mendapatkan hasil gabah sebesar 8 ton ha-1 diperlukan persyaratan antara lain jumlah malai 385 per meter persegi, jumlah gabah per malai sebanyak 100 butir dengan gabah isi sebesar 90% dan bobot 1000 butir seberat 23 g. Oleh karenanya, sangat wajar bila hasil gabah di daerah tersebut tidak mencapai hasil optimal.
Waluyo et al.: Peranan Urea Tablet dan Varietas untuk Meningkatkan Produksi Padi Rawa Lebak.
KESIMPULAN Budidaya padi di sawah lebak memerlukan teknik khusus terutama dalam hal pemberian pupuk N. Pemberian urea tablet takaran N sebesar 67,5 kg ha-1 memberikan hasil gabah tertinggi yaitu 5,42 ton ha-1, di mana tidak berbeda nyata dengan pemberian urea tablet 90 kg ha-1. Berdasarkan hubungan antara hasil gabah dengan takaran N, diperoleh hasil gabah tertinggi dengan takaran N sebesar 119 kg ha-1 atau setara urea tablet sebanyak 264 kg ha1 . Hasil gabah yang dapat dicapai dengan takaran N tersebut sebesar 5,71 ton ha-1
DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian. 1990. Sistem Usahatani Lahan Pasang Surut dan Rawa. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Proyek Penelitian Lahan Pasang Surut dan Rawa, Palembang. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir. 1996. Laporan Tahunan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kayu Agung, Sumatera Selatan. Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice: Nutrient Disorder and Nutrient Management. Potash and Phosphate Institute, Canada. Ismail, I. G. I., I. Basa, S. Partohardjono dan T. Suhud. 1990. Tinjauan Hasil Penelitian Usahatani Lahan Pasang Surut di Sumatera Selatan. Risalah Seminar Hasil Penelitian, 17 hal. Proyek Penelitian Lahan Pasang Surut dan Rawa, Swamps II, Bogor. Waluyo, Suwarno dan M. Syarief. 1994. Uji Adaptasi Galur-Galur Harapan dan Varietas Padi di Lahan Lebak. Laporan Tahunan Hasil Penelitian Proyek ISDP Kayu Agung. Dinas Pertanian Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kayu Agung, Sumatera Selatan.
103
Jurnal Agronomi 10(2): 99-103
104