PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh:
Yusran Khaidir NIM: 106011000725
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M/ 1434 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul: “Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 14 Januari 2013 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 14 Januari 2013
Panitia
Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Bahrissalim, MA NIP: 196803071998031002
..........................
...............................
Sekretaris (Sekretaris Jutrusan/Prodi) Drs. Sapiuddin Shiddiq, M.Ag NIP: 196703282000031001
...........................
...............................
Penguji I, Yudhi Munadi, M.Ag NIP: 197012031998031003
...........................
...............................
Penguji II, Dra. Hj. Eni Rosda Syarbaini, M.Si NIP: 195308131980032001
...........................
...............................
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof.Dr.H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA NIP: 195205201981031001
LEMBAR PERYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Yusran Khaidir
Tempat/Tgl. Lahir
: Praya, 03 Juli 1987
NIM
: 106011000725
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi
: Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Dosen Pembimbing
: Dr.H. Abdul Madjid Khon, M.Ag
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Seemua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syyarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau perupakan hasil juplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 November 2012
Yusran Khaidir NIM: 106011000725
i
ABSTRAK Yusran Khaidir: PERANAN TUAN GURU KYAI HAHI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting bagi manusia, karena melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan bermanfaat. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan. Tanpa pendidikan, diyakini manusia tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Disamping adanya peserta didik peranan seorang pendidik juga sangat penting dalam terlaksananya proses belajar mengajar, baik peranan secara langsung maupun secara tidak langsung. Peranan seorang pendidik dapat mengubah karakteristik peserta didik dengan system dan metode yang mereka gunakan dalam menyampaikan pelajaran. Metode dan system tersebut dapat berupa cara, strategi atau temuan-temuan baru yang dapat mempermudah peserta didik memahami pelajaran. Termasuk didalamnya suasana dan lingkungan yang mendukung. Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan yang mengelola beberapa lembaga pendidikan, dari TK, MD, SD, SMP dan SMA. Lembagalembaga tersebut bersifat umum namun didalamnya sarat dengan ilmu pengetahuan agama, itu dikarenakan lembaga-lembaga tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren. Ilmu agama yang mengakar dan mendarah daging di Nahdlatul Wathan Jakarta tak luput dari campur tangan pendiri Nahdlatul Wathan di Lombok NTB yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Beliau adalah ulama pembaharu dalam pendidikan di pulau Lombok dengan mengedepankan system klasikal pada Madrasah pertama yang beliau dirikan. Murid-murid beliau yang merantau ke Jakarta dan mengembangkan Nahdlatul Wathan sepenuhnya menggunakan metode yang beliau ajarkan, baik dalam mengucapkan salam, pemnghormatan terhadap guru di kelas, dan juga do’a-do’a, semua ciri khas Nahdlatul Wathan di Lombok ditemukan juga di Nahdlatul Wathan Jakarta. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, melalui para murid-murid beliau telah mampu mengembangkan pendidikan Islam di Jakarta melaui Nahdlatul Wathan. Terbukti dari telah berdirinya TK, MD, SD, SMP dan SMA Nahdlatul Wathan yang bernuansakan Islam serta berciri khas Nahdlatul Wathan.
ii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرّحمن الرّحيم Tiada kata dan bahasa yang pantas terucap, selain ucapan rasa tasyakkur yang teramat mendalam kehadirat Ilahi Rabbi kuasa tunggal kerajaan langit dan bumi yang kekuasaan-Nya tak berujung dan tak bertepi. Semua limpahan berbagai kenikmatan dan karunia-Nya yang tiada terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kami memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan serta berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan-kejahatan diri kami dan keburukan-keburukan perbuatan kami. Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada revolusioner dan reformer sejati, baginda Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat setianya dan tidak lupa kepada semua umatnya semoga kelak di hari yang telah ditentukan semua mendapatkan syafâ‘at darinya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami dan dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan, maupun pembiayaan dan sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai dengan dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat di atasi dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, seyogyanya penulis menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Dr. H Abdul Majid Khon, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam membuat skripsi ini. 4. Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis. 5. Dra. Djunaidatul Munawarah, M.Ag selaku dosen seminar proposal skripsi yang dengan tulus mengarahkan dan banyak memberi masukan dalam terwujudnya skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Drs. H. Muhammad Suhaidi, SQ selaku Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 9. Para Kepala Sekolah lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta (TK, MDI, SD, SMP, dan SMA), beserta para guru yang mengajar yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu namun hormat penulis selalu tercurah pada mereka. 10. Para Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta yang telah menjamu dan memperlakukan penulis dengan baik dan ramah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan penulis. 11. Terkhusus
Ibu
dan
Ayahku
tercinta,
bagaimana
mungkin
aku
melupakanmu. Engkau telah mengorbankan segalanya untukku dan selalu mencurahkan kasih sayang serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan secara moril, materil, semangat dan do’a buat penulis, maafkan atas segala hilaf dan kesalahanku, do’aku selalu menyertai kalian. 12. Buat sahabatku mang Uje yang selalu memberi informasi-informasi penting pada penulis, dan juga untuk WG Colection atas kekompakannya.
iv
13. Untuk anak-anak IRAQ yang terus bersama menikmati indahnya hidup dengan penuh semangat dan senyuman, salut untuk kalian. 14. Tak lupa seluruh teman-teman mahasiswa/i satu angkatan 2006 khususnya kelas C yang selalu bercanda tawa dan telah memberi warna warni kehidupan penulis. Terima kasih untuk semua dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini dan juga kepada semua teman-temanku yang tak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu. 15. Seluruh rekan-rekan keluarga besar Ikatan Alumni Nahdlatul Wathan Jakarta (IANW Jakarta) yang telah banyak memberikan inspirasi pada penulis. Tiada sanggup rasanya penulis membalas budi dan jasa mereka, hanya do’a yang terpanjat semoga segala perhatian, motivasi, inspirasi dan bantuannya di balas oleh Allah SWT sebagai amal kebaikan, jazakumullah khairan katsira. Akhirnya, dengan kepala tertunduk, penuh kesadaran diri, kerendahan hati, penulis menyadari, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Sempurna, Maha Perkasa, dan Maha Segala, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-rahasia di balik cipta, karsa, dan kehendak-Nya yang terhampar di segenap cakrawala ini yang belum terkuak dan tersentuh serta kita ketahui. Karena itulah saran dan kritik konstruktif dari semua pihak penulis sangat harapkan, agar tercipta suatu sinergi yang nantinya akan membuat pemikiran ini bisa lebih “disempurnakan” di masa yang akan datang untuk kemudian dapat bermanfaat bagi umat. Amin. Wallahulmuaffiku Wal Haadi Ilaa Syabilirrasyaad Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, September 2012 Penulis,
Yusran Khaidir
v
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEBAR PERNYTAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................................
v
DAFTAR TABEL .....................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Masalah Penelitian ..................................................................
7
C. Rumusan Masalah ....................................................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................
8
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Peranan ..................................................................
9
B. Pendidikan Islam .....................................................................
12
1. Pengertian Pendidikan Islam .............................................
12
2. Dasar Pendidikan Islam .....................................................
16
3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam .....................................
20
4. Tujuan Pendidikan Islam ...................................................
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
24
vi
B. Latar Penelitian .......................................................................
24
C. Metode Penelitian ....................................................................
24
D. Fokus Penelitian ......................................................................
25
E. Pertanyaan Penelitian ..............................................................
25
F. Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data ..........................
26
G. Analisa Data ............................................................................
27
H. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ......................
28
BAB IV SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA A. Profil Nahdlatul Wathan Jakarta .............................................
30
1. Latar Belakang Keberadaan ..............................................
30
2. Landasan Hukum ...............................................................
32
3. Visi dan Misi .....................................................................
34
4. Maksud dan Tujuan ...........................................................
34
5. Struktur Organisasi ............................................................
35
B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid......................................
37
1.
Latar Belakang Keluarga ..................................................
37
2.
Pendidikan ........................................................................
40
3.
Gaya Kepemimpinan ........................................................
45
4.
Guru-Guru ........................................................................
48
5.
Pemikiran dan Karya-Karyanya .......................................
50
6.
Kiprah Sosial Keagamaan ................................................
54
BAB V PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA A. Pengembangan Pendidikan Islam ............................................
55
1.
Taman Kanak-Kanak Nahdlatul Wathan Jakarta .............
56
2.
Madrasah Diniah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta ...
59
3.
Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta ........................
62
4.
Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta ..
66
5.
Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta ........
70
B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul
vii
Madjid .....................................................................................
75
1. Sarana dan Prasarana ........................................................
75
2. Guru ..................................................................................
78
3. Murid ................................................................................
80
4. Kurikulum .........................................................................
81
5. Metode Pembelajaran ........................................................
82
C. Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid ..........................................................................
84
1. Menempatkan Iman dan Taqwa Sebagai Visi Hidup .......
86
2. Menggerakkan Visinya dengan Semangat Keyakinan, Keikhlasan dan Istiqomah .................................................
87
3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh Syukur ...............................................................................
90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...............................................................................
94
B. Saran ........................................................................................
97
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
98
viii
DAFTAR TABEL
1.
Tabel Guru dan Karyawan TK Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
58.
2.
Tabel Guru dan Karyawan MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
61.
3.
Tabel Jumlah Siswa MDI Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
62.
4.
Tabel Guru dan Karyawan SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
64.
5.
Tabel Jumlah Siswa SD Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
65.
6.
Tabel Guru dan Karyawan SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
68.
7.
Tabel Jumlah Siswa SMP Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
70.
8.
Tabel Guru dan Karyawan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta, hal. 73.
9.
Tabel Jumlah Siswa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta, hal.
74.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Jika dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses pemberdayaannya. Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat atau suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh masyarakat bangsa tersebut. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai lampu penerang dalam kehidupan, karena dengan adanya pendidikan dapat mempermudah berlangsungnya kehidupan di dunia ini. Sama halnya dengan pendidikan Islam, pendekatan pendidikan Islam berlangsung melalui proses operasional menuju pada tujuan yang diinginkan, memerlukan model yang konsisten yang dapat mendukung nilai-nilai moralspiritual dan intelektual
yang melandasinya. Nilai-nilai
tersebut
dapat
diaktualisasikan berdasarkan kebutuhan dan perkembangan manusia yang dipadukan dengan pengaruh lingkungan kultural yang ada, sehingga dapat mencapai cita-cita dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di
1
2
segala aspek kehidupannya. Tetapi yang terjadi, kondisi pendidikan Islam mendapat sorotan yang tajam yang kurang menggembirakan dan dinilai menyandang keterbelakangan dan julukan-julukan yang lain, yang semuanya bermuara pada kelemahan yang dialaminya. Kelemahan pendidikan Islam dilihat justru terjadi pada sektor utama, yaitu pada konsep, sistem, dan kurikulum, yang dianggap mulai kurang relevan dengan kemajuan peradaban umat manusia dewasa ini atau tidak mampu menyertakan disiplin-disiplin ilmu lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Melihat kenyataan ini, maka pendidikan Islam perlu mendapat perhatian yang serius dalam menuntut pemberdayaan yang harus disumbangkannya, dengan usaha menata kembali keadaannya, terutama di Indonesia. Keharusan ini, tentu dengan melihat keterkaitan dan peranannya di dalam usaha pendidikan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, sehingga perlu ada terobosan seperti perubahan model dan strategi pelaksanaannya dalam menghadapi perkembangan zaman. Kurangnya pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam yang demikian itu,
tampaknya
perlu
segera
diatasi
dengan
cara
menumbuhkan
dan
mengembangkan ilmu pendidikan Islam melalui serangkaian kajian dan penelitian dari para tokoh-tokoh muslim. Seseorang akan disebut tokoh apabila ia membuat sejarah atau hidup dalam sejarah dengan mengubah keadaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tokoh yang akan kita kaji pada kesempatan kali ini yaitu Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang berbunyi:
”Sesungguhnya setiop orang akan menjadi cerita bagi generasi sesudahnya, maka jadikanlah dirimu cerita yang baik bagi orang-orang yang memahami sejarah”1 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah sosok seorang ulama dan 1
pembaharu yang mampu memberikan nuansa perubahan
Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004), h. vii.
3
dalam dunia pendidikan di Indonesia, khususnya di daeran Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Terbukti dari metode dan kurikulum yang beliau terapkan pada pesantren yang beliau kelola. Pada awalnya beliau menggunakan sistem halaqah2
dalam
penerapan
pembelajarannya,
namun
dengan
seiring
perkembangan zaman beliau mengubahnya dengan sistem klasikal. Perubahan tersebut dikarenakan pandangan beliau yang menganggap bahwa sistem halaqah pada saat itu kurang efektif dan efisien dengan kondisi masyarakat pada saat itu, sehingga beliau menggunakan sistem klasikal yang di anggap relefen dan mampu meningkatkan taraf pendidikan di pesantren. Dalam hal ini beliau mencoba memperkenalkan sistem pendidikan sebagaimana yang diperoleh di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah dengan sistem klasikalnya. Usaha-usaha Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mengembangkan Islam di pulau Lombok telah menempatkannya sebagai satu-satunya pemimpin NTB yang paling terkemuka hingga saat ini. Lalu Djelenga, penulis sejarah Lombok dalam salah satu tulisannya menguraikan setidak-tidaknya 6 (enam) alasan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk menyebut sosok Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai pemimpin Lombok yang paling terkemuka. Pertama, ia herhasil menghimpun pemimpin Sasak lainnya untuk menembus wilayah-wilayah yang menyekat pulau Lombok. Kedua, ia merupakan pemimpin yang pertama diterima dan dikenal luas oleh masyarakat Lombok dengan kemampuan/kekuatan kepemimpinannya sendiri. Ketiga, ia merupakan orang pertama yang merintis sistem pendidikan modern di Lombok. Keempat, ia merupakan orang Lombok yang pertama kali merintis sistem perjuangan tanpa kekerasan dengan cara modern melalui organisasi. Kelima, ia merupakan orang Sasak pertama yang memiliki tipikal kepemimpinan yang memberikan jasa dan hasil karyanya dapat menembus batas wilayah sampai seluruh nusantara bahkan manca negara, serta mengharumkan nama baik orang Sasak maupun pulau Lombok. Keenam, ia merupakan orang Sasak pertama dan utama yang telah memberikan andil bagi peningkatan sumber daya manusia orang Sasak di luar peran yang dilakukan 2
Halaqoh adalah sistem pendidikan yang masih tradisional, belum menggunakan kelas.
4
pemerintah.3 Setelah Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang biasa di sebut Maulana Syeikh meninggal dunia, diadakanlah musyawarah untuk menggantikan posisi beliau dalam organisasi dan kepemimpinan lembaga pendidikan yang telah beliau dirikan. Terpilihlah salah satu di antara kedua putri beliau Siti Rauhun dan Siti Raihanun untuk menjadi pengganti beliau, sebagai orang terdekat Maulana Syeikh sekaligus keturunannya. Karena kepergian beliau yang
mendadak
tersebut
menyebabkan
pola
pergantian
kepemimpinan
berlangsung secara mendadak pula, sehingga membawa perbedaan pendapat di antara pendukung generasi pewaris yaitu Siti Rauhun dan Siti Raihanun. Walaupun tidak ada pengganti yang mampu menyamai sekharismatik Maulana Syeikh namun pasti di antara kedua putrinya mewarisi karakteristikkarakteristik tertentu yang ada pada beliau, namun hal ini menimbulkan dualisme kepemimpinan di Nahdlatul Wathan yang biasa di singkat NW dikarenakan para pendukung kedua putri Maulana Syrkh ini tidak mau mengalah antara satu dengan yang lainnya untuk dinobatkan sebagai pengganti Maulana Syeikh dalam mengurus organisasi dan lembaga pendidikan
yang telah beliau tinggalkan,
semua ini dikarenakan fanatisme para pendukung putri beliau yang sehingga terjadi ketidakpercayaan kepemimpinan. Dengan kondisi seperti ini kemudian diadakanlah muktamar NW ke X di Praya Kabupeten Lombok Tengah yang dihajatkan untuk mencari solusi atas kemelut di Nahdlatul Wathan. Sehingga terpilihlah Siti Raihanun sebagai ketua PBNW di muktamar tersebut sebagai pengganti kepemimpinan Maulana Syeikh dalam mengurus organisasi dan madrasah-madrasah. Siti Rauhun sebenarnya tidak setuju akan hal tersebut karena menurutnya telah menyalahi anggaran dasar Nahdlatul Wathan yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, ala mazahibil imamis Syafi’i, yang dalam ajarannya tidak menghendaki seorang perempuan menjadi pemimpin dalam jamaah.4 3
Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 6, h. 4. Fathurrahman Muhtar, “Konflik dalam Pengelolaan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat”, (Tesis Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010), h. 3. 4
5
Namun Siti Raihanun sebagai pimpinan jamaah NW hasil muktamar X Praya, berusaha untuk mempertahankan eksistensi organisasi NW dan madrasahmadrasah yang ditinggalkan Maulana Syeikh. Namun emosional yang tidak stabil dari jamaah yang mendukung Siti Rauhun yang tidak mengakui kepemimpinan Siti Raihanun nenimbulkan perpecahan di kalangan Nahdlatul Wathan. Dengan melihat kondisi seperti ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Siti Raihanun memilih hijrah dari Pancor ke lokasi baru yang bernama Anjani kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur, sekitar 15 kilometer dari Pancor, sedangkan Rauhun tetap di Pancor Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur. Para pengikut setia Nahdlatul Wathan pun terbagi dalam dua kubu, sebagian ke kubu Nahdlatul Wathan yang terpusat di Pancor dan sebagian lagi ke kubu Nahdlatul Wathan yang berpusat di Anjani. Kubu Pancor di bawah otoritas Siti Rauhun dan Kubu Anjani di bawah otoritas Siti Raihanun. Madrasah-madrasah yang didirikan maulana Syeikh tersebut telah banyak menghasilkan lulusan-lulusan yang handal baik dalam bidang umum dan lebih khususnya lagi dalam bidang Agama jauh sebelum beliau wafat. Santri-santri yang telah lulus tersebut dengan sendirinya menyebarluaskan Nahdlatul Wathan dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah. Sampai saat ini Nahdlatul Wathan telah tersebar ke berbagai Propinsi, Nusantara dan bahkan Dunia. Namun semua lembaga pendidikan yang bernaung dibawah bendera Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh alumnus Darun Nahdlatain yaitu Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI )dan Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) dapat dikatakan dibawah otoritas salah satu kubu tersebut. Dalam hal ini lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dapat dikategorikan terbagi menjadi tiga golongan. Pertama, lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di bawah naungan organisasi dan berpengaruh bagi organisasi. Kedua, lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan tidak di bawah naungan organisasi dan tidak berpengaruh bagi organisasi. Ketiga, lembaga pendidikan tidak di bawah naungan organisasi namun berpengaruh bagi organisasi. Nahdlatul Wathan Jakarta adalah salah satu Yayasan Pendidikan dengan nuansa Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh Amumnus Darun Nahdlatain dan
6
satu-satunya berada di ibukota. Namun Yayasan Pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut tidak memihak pada salah satu kubu, namun memiliki hubungan yang harmonis kepada kedua belah kubu tersebut. Disinilah letak keunikan Nahdlatul Wathan Jakarta yang mungkin tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan lainnya di nusantara. Karena tidak sedikit para alumnus Nandlatul Wathan yang hanya memanfaatkan nama Nahdlatul Wathan untuk kepentingan sendiri bukan organisasi dan masyarakat. Nahdlatul Wathan di Jakarta berawal dari ketidaksengajaan para alumnus Darun Nahdlatain yang terdampar di Jakarta, namun sedikit demi sedikit Nahdlatul Wathan mampu berkembang dengan memiliki tanah sendiri dan mendirikan lembaga pendidikan di atas tanah milik sendiri di Jakarta. Sampai saat ini telah banyak lembaga pendidikan yang berkembang di atas tanah Nahdlatul Wathan baik yang bersifat formal dan non formal di antaranya: 1.
Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta
2.
Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta
3.
Majlis Ta’lim Nahdlatul Wathan Jakarta
4.
Madrasah Diniyah Islamiyah Nahdlatul Wathan Jakarta
5.
Taman Kanak-kanak Nahdlatul Wathan Jakarta
6.
Sekolah Dasar Nahdlatul Wathan Jakarta
7.
Sekolah Menengah Pertama Nahdlatul Wathan Jakarta
8.
Sekolah Menengah Atas Nahdlatul Wathan Jakarta
Melihat keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta baik dalam hubungan dengan Nahdlatul Wathan pusat di NTB dan pengembangannya dalam lembaga pendidikan yang dikembangkan tanpa campur tangan Organisasi. Penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam dalam kajian Ilmiyah mengenai keunikan Nahdlatul Wathan Jakarta, apakah dalam proses berkembangnya
terdapat
pengaruh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Didasarkan pada alasan di atas maka penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai kajian pendidikan yang berbasis keislaman dengan judul “Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam Perngembangan Pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta”. Semoga dengan mengambil judul ini
7
mampu memberi inspirasi dan dapat dikaji lebih dalam mengenai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Watan Jakarta sebagai sarana awal beliau dalam menyebar luaskan ilmu pengetahuan Islam pada masyarakat, khususnya di ibukota.
B. Identifikasi Masalah Dari literatur di atas dapat diambil beberapa permasalahan yang muncul, di antaranya: a.
Kualitas sumber daya manusia yang tidak diimbangi dengan ilmu pendidikan.
b.
Keunikan yang dimiliki Nahdlatul Wathan Jakarta.
c.
Perkembangan pendidikan melalui Nahdlatul Wathan Jakarta.
d.
Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Masalah yang diangkat mengenai peranan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung yakni beliau terlibat langsung dalam perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta,
secara tidak
langsung yakni melalui konsep-konsep dan teori-teori pendidikan yang beliau canangkan.
Adapun
mengenai
perkembangan
pendidikan
meliputi
penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta dan peranan beliau selaku pendiri. Melihat banyak hal yang terkait dengan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan Nahdlatul Wathan maka penulis membatasi permasalah pada skripsi ini: a.
Perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.
b.
Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.
C. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas penulis dapat merumuskan, masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah:
8
a.
Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.
b.
Bagaimana peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Mengetahui perkembangan pendidikan Islam di Nahdlatul Wathan Jakarta.
b.
Mengetahui peranan yang diberikan oleh Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta.
2. Kegunaan Penelitian a.
Segi Akademis Sebagai bahan rujukan, tambahan referensi atau pembandingan penelitian, selanjutnya bagi bidang study ilmu tarbiyah dan keguruan mengenai perkembangan pendidikan Islam yang dipelopori oleh seorang tokoh.
b.
Segi Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan pengatahuan dan referensi bagi pengurus Nahdlatul Wathan Jakarta dan lembaga yang ada di dalamnya dalam melanjutka cita-cita Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
BAB II ACUAN TEORETIK A. Pengertian Peranan Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Dan arti kata ”peranan” berasal dari kata ”peran” yang berarti mengambil bagian atau turun aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa.2 Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori orientasi maupun disiplin ilmu. Istilah peran diambil dari dunia teater, dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya seorang tokoh yang diharapkan untuk berperilaku secara tertentu yang kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat yaitu bahwa prilaku yang diharapkan dari padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang tersebut.3 Peran diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi penggunaannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 667. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besa…, h. 751. 3 Sarlito Wiraman Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 215.
9
10
peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat. Walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu orang dengan orang lain tersebut, akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut para ahli sosiologi seperti Raph Linton, peran yaitu ”the dynamics aspect of status” seseorang menjalankan peranannya manakala dia menjalankan hak dan kewajibannya yang merupakan statusnya. Sedangkan status itu sendiri adalah ”a collection of right and duties” suatu kumpulan hak dan kewajiban. Robert K. Merton mempunyai pandangan yang berbeda dengan linton dia memperkenalkan konsep perangkat peranan (role-set), yang didefinisikan sebagai ”complement of role relationship which persons have by virtue of occupying a particular status”. Pelengkap hubungan peranan yang dimiliki seseorang karena menduduki status sosial tertentu.4 Menurut Grass Massan dan A.W. Mc. Eachern mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut merupakan hubungan dari norma-norma sosial. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa peranan itu dapat ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan yang lain.5 Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).6 Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih menuju pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan sutu peranan.
4
Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473. N. Grass, W.S. Massan and A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 90. 6 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 212. 5
11
Peranan mencakup tiga hal, yaitu: 1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian peraturan-peraturan
yang
membimbing
seseorang
dalam
kehidupan
kemasyarakatan. 2.
Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Maka dapat dikatakan bahwa peranan adalah serangkaian hak dan kewajiban
yakni bersifat timbal balik dalam hubungan antar individu. Hak adalah kesempatan atau kemungkinan untuk bertindak yang sebaliknya menimbulkan kewajiban pada pihak lain untuk memungkinkan tindakan itu. Hak seseorang dimungkinkan dan dibatasi oleh kewajiban pihak lain untuk mematuhinya. Dari pengertian di atas seseorang atau kelompok dapat dikatakan berperan apabila telah menjalankan perannya, ketika menduduki karakteristik (posisi) dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. Penjelasan tersebut juga merupakan suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban, keharusankeharusan, yang dilakukan seseorang karena kedudukannya dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada, seperti seorang kyai yang harus memainkan peran yang dimilikinya dalam kedudukan masyarakat. Walaupun ada sedikit perbedaan dalam penjelasannya akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa peranan merupakan sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama yang menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan masyarakat.
B. Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” dimaksudkan untuk memberi warna tertentu dalam pendidikan yaitu, pendidikan yang bernuansa Islam, pendidikan
12
yang berlandaskan atas hukum-hukum Islam dan pendidikan yang berlandaskan pada dasar-daras Islam. Dari pernyataan diatas pertanyaan yang kemudian timbul adalah “apakah yang dimaksud dengan pendidikan yang bernuansa Islam? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu mari kita telusuri definisi pendidikan menurut para pekar pendidikan sehingga kita mampu penganalisis apa makna pendidikan itu sendiri sebelum masuk dalam pembahasan mengenai pendidikan menurut Islam. Berikut akan diuraikan beberapa definisi pendidikan menurut para ahli pendidikan, yaitu: a. Marimba mendefinisikan bahwa pendidikan itu adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. 7 Dalam hal ini pendidikan masih benuansa bimbingan yang bersifat membimbing dengan penuh kesadaran dari pendidik kepada
peserta didik dalam
perkembangan jasmani dan rohani agar terbentuknya pribadi yang baik dan terarah. Sehingga peserta didik tersebut mampu untuk menjadikan dirinya aikon yang baik dengan kepribadiannya dalam masyarakat. b. Menurut Ahmad Tafsir definisi yang dikemukakan oleh Marimba tersebut memang benar, definisi itu baik, mudah difahami dan mudah dijabarkan menjadi tujuan-tujuan pendidikan. Akan tetapi definisi yang dikemukakan tersebut masih terlalu sempit, belum mencakup seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Definisi tersebut masih terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. Lebih lanjut lagi Ahmad Tafsir mengomentari definisi tersebut bahwa pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengambangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa orang, pertanyan yang akan timbul selanjutnya adalah bagaimana kalau bimbingan itu dilakukan oleh diri sendiri? Atau oleh alam sekitar? Apakah
7
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. 6, h. 24.
13
tidak disebut pendidikan seandainya bimbingan itu dilakukan oleh kebudayaan dan sebagainya? 8 c. Menurut Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan di pakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.9 Pengertian ini mengarahkan agar peserta didik harus di biasakan dengan kebiasaankebiasaan yang baik agar mampu membiasakan dirinya berbuat baik dalam kehidupan. d. Herman H. Horne berpendapat. Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesama manusia dan dengan tabiat tertinggi dari kosmos.10 Dalam pengertian ini, maka proses tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia dan lingkungan sekitarnya. Dalam pengertian lain bahwa alam sekitarnya pun berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, dia berusaha untuk mengetahui bagaimana bumi berputar, mengapa ada siang dan malam, mengapa kapal terlihat kecil apabila berada jauh di tengah laut, dan bagaimana seluruh proses kehidupan di bumi. Dia juga belajar untuk mengetahui apa saja yang di perlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya, apa saja yang di senangi dan tidak disenangi dari dirinya, dan bagaimana bekerja sama dengan orang lain serta mempengaruhinya. Semua itu harus dilalukan agar ia merasa betah tinggal di bumi ini dengan orang lain sehingga tidak merasa terasingkan. e. Menurut pakar pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat 8
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan..., h. 24. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987), Cet. 1, h. 11. 10 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 11. 9
14
pelaku
pembangunan
tetapi
sering
merupakan
perjuangan
pula.
Peendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi drajat kemanusiaan.11 f. Pengertian pendidikan dengan agak lebih terperinci lagi cakupannya dikemukakan oleh Soegarda Poerbakawaca. Menurutnya, dalam arti umum mencangkup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalamannya,
pengetahuannya,
kecakapannya
serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Lebih lanjut ia menambahhkan bahwa corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak kehidupan. Karenanya jika corak kehidupan itu berubah, maka corak pendidikannya akan berubah pula, agar si anak siap untuk memasuki lapangan pendidikan itu.12 Dari beberapa rumusan pendidikan diatas apabila dipadukan maka akan terlihat bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana, memiliki tujuan dan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Pendidikan dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu terhadap orang yang belum memiliki ilmu atau secara umum dari orang yang memiliki pengalaman yang lebih luas terhadap orang yang belum memiliki pengalaman. Berhubung pengalaman lebih banyak dimiliki oleh orang yang lebih dahulu terlahir ke dunia atau dapat di katakana orang yang lebih tua maka pendidikan digambarkan sebagai pemberian pengetahuan atau pengalaman dari orang yang lebih tua terhadap orang yang lebih muda. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah pemberian pengetahuan dan pengalaman oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan, keteramilan dan pengalaman kepada peserta didik secara bertahap dan berkesinambungan. Dan diharapkan bahwa pengetahuan dan pengalaman 11
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet.
12
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 10.
IV, h. 9.
15
yang diberikan tersebut sebisa mungkin dapat menolong dan membantu peserta didik tersebut dalam perannya dalam masyarakat, dimana kelak ia akan hidup. Dalam hubungan ini, dapat dipastikan bahwa pendidikan itu tidak hanya menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Pendidikan juga tidak hanya merupakan suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang berlangsung ke arah sasarannya. Jadi pendidikan akan terus berlangsung sampai dimana kehidupan akan berakhir. Seperti hadits Rasulullah SAW yang mengatakan:
“Tuntutlah ilmu semenjak lahir sampai ke liang kubur”. Bilamana definisi-definisi mengenai pendidikan yang telah di kemukakan di atas dikaitkan dengan pengertian pendidikan Islam, maka akan kita ketahui bahwa pendidikan Islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangannya. Pendidikan Islam menurut Prof.Dr. Oman Muhammad al-Toumy al-Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan. Perubahan ini di landasi dengan nilainilai Islami.13 Pendidikan Islam itu lebih banyak ditujuakan pada perbaikan sikap, mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik dari keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah lakupribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.14
13 14
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 13. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. 2, h. 28.
16
Telah jelas bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian dari usaha membimbing. Mengarahkan dan menanamkan watak serta mengarahkan potensi hidup yang berupa komponen-komponen dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan yang signifikan di dalam kehidupan pribadinya. Sebagai mahluk individual dan social serta dalam hubungannya dengan alam sekitar di mana saja berada. Proses tersebut senantiasa berada di dalam nilai-nilai Islami, yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlak karimah. 2. Dasar Pendidika Islam Diibaratkan bagai pondasi sebuah pohon dan pondasi dalam sebuah bangunan. Jika pondasi dalam sebuah bangunan tersebut kuat, maka bangunan tersebut akan selalu berdiri tegak diatasnya, begitu juga apabila akar sebuah pohon itu subur dan kuat maka sebesar apapun pohon itu akan terus tumbuh dan berkembang. Apabila analogi tersebut dikaitkan dalam dunia pendidikan, maka dasar atau yang dijadikan acuan merupakan sumber kekuatan yang dapat menjembatani aktivitas yang dicita-citakan sehingga langkah pendidikan akan menjadi lebih terarah dan tepat pada sasaran serta bertahan dalam waktu yang lama. Islam merupakan agama yang Rahmatan Lil ’Alamin, segala sesuatu dalam kehidupan ini telah diatur dengan baik dan jelas dalam sebuah pedoman Islam yaitu Al-Qur’an. Pembahasan tentang pendidikan banyak dibahas didalamnya, karena pendidikan merupakan masalah yang pokok dalam sebuah kehidupan. Oleh karena itu, yang pertama yang dapat dijadikan landasan dasar dalam dunia pendidikan adalah Al-Qur’an, yang telah jelas kualitas dan kekuatannya. Selanjutnya yang dapat dijadikan landasan dasar ke dua dalam dunia pendidikan adalah Sunnah atau Hadits Nabi Muhammad SAW yang umumnya sebagai penjelas dari Al-Qur’an. a. Al-Qur’an Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT berupa wahyu yang di sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk dijadikan sebagai pedoman hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Di dalam al-Qur’an terkandung dua prinsip besar yaitu yang berhubungan
17
dengan masalah keimanan disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal di sebut Syari’ah. Al-Qur’an juga telah mengatur segala aktifitas manusia dalam kehidupannya baik sosial, politik, agama, budaya, hukum, dan terutama masalah pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan, ayat pertama yang turun yaitu menjelaskan tentang keimanan tetapi juga tentang pendidikan, yaitu surat al-Alaq ayat 1-5:
”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS Al-Alaq: 1-5) Dalam surat ini terdapat beberapa komponen pendidikan yang akan menunjang tercapainya tujuan pendidikan: 1) Komponen guru yaitu Allah SWT sebagai sumber ilmu pengetahuan. 2) Komponen murid yaitu Rasulullah SAW sebagai sasaran ilmu pengetahuan. 3) Komponen metode yaitu Iqra’ (bacalah) sebagai metode yang digunakan Allah SWT untuk memberikan pemahaman kepada Rasulullah SAW. 4) Komponen sarana dan prasarana yaitu Qalam (pena) sebagai alat yang digunakan Rasul untuk baca dan tulis. 5) Komponen kurikulum Allamal insana ma lam ya’lam (mengajarkan apa yang belum diketahui), kurikulum bukan hanya sejumlah mata pelajaran akan tetapi juga sebagai sumber belajar yang ada disekitarnya baik lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan semua yang belum diketahui dan dibutuhkannya.
18
b. Hadits Hadits atau sunnah merupakan perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah yang patut dijadikan contoh, karena Rasulullah merupakan manusia pilihan Allah dan beliau merupakan suri tauladan bagi umat manusia. Perkataan adalah setiap kata yang di ucapkan Nabi Muhammad SAW. Perbuatan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam sosialnya ataupun dalam ibadahnya. Pengakuan adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang di ketahui oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi beliau bembiarkannya tampa menegurnya. Sunnah merupakan sarana kedua setelah Al-Qur’an. Sebagaimana alQur’an, Sunnah juga berisikan tentang Aqidah dan Syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Aqram ibn Abi Al-Aqram, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerahdaerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.15 Karena sebab itulah sunnah dijadikan sember atau landasan kedua dalam dalam membentuk pribadi muslim yang bertakwa. Sunnah berupaya menjelaskan dengan lebih jelas dan terperinci perintah-perintah Allah dalam firmanNya yaitu Al-Qur’an, seperti tata cara shalat, wudu dan lain sebagainya. Hal ini untuk mempermudah umat muslim untuk menjalankan ibadahnya kepada Allah SWT. c. Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah Islam untuk mendapatkan atau menentukan suatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata 15
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 21.
19
belum di tegaskan hukumnya oleh al-Qurr’an dan al-Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-Qu’an dan al-Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukim Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah SAW wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang.16 Begitu pula dalam dunia pendidikan, seiring berkembangnya zaman yang semakin maju, terlihat pula kemajuan yang sangat signifikan baik dalam materi isi, kurikulun dan sistemnya. Oleh karena itu diperlukan ijtihad untuk memastikan kebenaran kurikulun dan sisten yang digunakan dalam pendidikan sehingga tidak keluar dari jalur keislaman yang telah diajarkan Rasulullah SAW. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam Secara garis besar ruang lingkup pendidikan islam terdiri dari bidang akidah, ibadah dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat memahami dan menunjang serta mendukung ke tiga bidang pokok di atas sehingga dalam pelaksanaan pendidikan tidak terdapat penyimpangan antara bidang yang satu dengan bidang yang lain dalam penerapannya. Menurut Zuhairini ajaran pokok Islam melituti masalah keimanan (akidah), keislaman (syari’ah), dan masalah akhlak, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Akidah adalah bersifat I’tiqad batin yang mengajarkan keesaan Allah SWT. Esa sabagai Tuhan yang mencipta dan mengatur seluruh alam raya ini. b. Syari’ah adalah hal-hal yang berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukumnya guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusian dengan sesama manusia dan
16
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 21.
20
manusia dengan mahluk ciptaan Tuhan lainnya serta mengatur hidup dan kehidupan manusia di dunia. c. Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amalan di atas mengajarkan tentang bergaul manusia dalam kehidupan.17 Adapun beberapa pendapat ulama tentang ruang lingkup pendidikan agama Islam yang diberikan terhadap anak didik ialah: a. Umar bin Khattab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang, berkuda, dan lain-lain. Semua ini diajarkan setelah anak mengetahui prinsip-prinsip agama Islam, menghafal al-Qur’an dan mempelajari sunnah. Umar dalam dalam hal ini lebih mengedepankan pendidikan yang mengarah pada melatih kemandirian seorang anak agar dapat menjalankan kehidupan dengan benar sesuai dengan aturan agama dan memiliki suatu keahlian. b. Ibnu Sina mengemukakan bahwa pendidikan anak sebaiknya dimulai dengan mempelajari al-Qur’an kemudian di ajarkan syair-syair pendek yang berisi tentang kesopanan setelah anak selesai menghafal al-Qur’an dan mengerti tata bahasa Arab di samping di beri petunjuk dan bimbingan agar mereka dapat mengamalkan ilmunya sesuai bakat kesediaannya. Penggambaran pendidikan yang di kemukakan oleh Ibnu sina tersebut merupakan motivasi yang terarah. Sebab suber hukum ajaran agama Islam adalah al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab. Sehingga anak hasur di ajarkan tata bahasa arab sehingga mampu memahami makna yang terkandung dalam al-Qur’an. c. Abu Thawan berpendapat, setelah anak tersebut hafal al-Qur’an hendaknya anak tersebut di ajarkan menulis, berhitung dan berenang.18 Abu Thawan dalam pendapatnya lebih simpel dan terarah. Yang ia kemukakan seakan menggabungkan antara pendapat Umar dan Ibnu Sina, 17
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet
VIII, h. 11. 18
Armai Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, (Jakarta: Ciputat Press, 2000), Cet. 1, h. 19.
21
yaitu seorang anak harus memiliki keahlian tertentu dalam hidup. Disamping itu seorang anak harus mulai belajar menulis dan mempelajari al-Qur’an yang merupakan sumber hukum utama agama Islam. 4. Tujuan Pendidikan Islam Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah, maka pendidikan Islam serata dengan pengembangan nalar dan penataan prilaku serta emosi manusia dengan landasan dinul Islam. Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah SWT dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara social. Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan tidak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya tercermin dalam ayat 162 surat al-An’am yang berbunyi:
”Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS al-An’am: 162)19 Dari ayat di atas di jelaskan bahwa hidup kita didunia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah sang pencipta. Dan ingatlah satu saat nanti kita akan mati. Jadi dapat di katakan bahwa tujuan hidup dan tujuan pendidikan islam adalah tujuan akhid dari hidup yaitu mencari ridho Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Mengenai hal ini dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa kapatuhan terhadap allah itu adalah yang utama. Karena ada ganjaran disetiap keingkaran yang kita lakukan, bila dalam hidup kita terdapat penyimpangan dan tidak taat pada Allah. Dalam ayat al-Qur’an yaitu surat al-Naml ayat 40 yang mengatakan:
19
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1968), Cet. 1, h. 33.
22
”Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".( al-Naml: 40) Selanjutnya
ia
mengatakan
bahwa
akan
menjadi
orang
yang
memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT untuk menenangkan dirinya dengan arti yang seluas-luasnya yang dapat di capai oleh manusia, itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin. Salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah dan tunduk patuh kepada Allah SWT serta mensucikan dirinya dari dosa dan kesalahan. Menjaga dirinya dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari, agar tercermin prilaku yang baik dalam masyarakat dan terhindar dari dosa dan fitnah. Dengan melakukan hal-hal tersebut menggambarkan tunduk dan patuhnya terhadap Allah SWT, menjalankan segala perintahnya dan menjauhkan dari segala larangannya. Menurut Zakiah Drajat ada beberapa tujuan pendidikan Islam, yaitu: 1) Tujuan umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi daan kondisi dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi
23
seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.20 2) Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.21 3) Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertenta yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang di kembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.22 4) Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah di persiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.23 Dalam tujuan ini peserta didik atau anak didik lebih dituntut untuk memiliki suatu kemampuan dan keterampilan
tertentu,
sehingga
mampu
kemampuannya sendiri.
20
Zakiah Darajat, Zakiah Darajat, 22 Zakiah Darajat, 23 Zakiah Darajat, 21
Ilmu Pendidikan Islam…, h. 30. Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31. Ilmu Pendidikan Islam…, h. 31-32. Ilmu Pendidikan Islam…, h. 32.
mengenal
dirinya
dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Yayasan Mi’rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta, yang berada di Jalan Raya Penggilingan Kampung Pisangan I Rt 01 Rw 03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu dari 20 Mei 2011 sampai dengan 30 Juli 2011.
B. Latar Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan. Pertama, Mewawancarai Murid-Murid Tuan Guru Kiyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang berada di lembaga pendidikan terdebut. Kedua, Mencari dan mempelajari datadata, dokumen, surat menyurat dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Ketiga, Melihat dan memantau lokasi secara langsung dan menyesuaikan hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan secara langsung.
C. Metode Penelitian Sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk keperluan perumusan landasan teori, penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, menganalisa bukubuku yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 24
25
Oleh karena itu, Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif analisis. Adapun jenis penelitian untuk memperoleh data-data lapangan peneliti menggunakan metode Penelitian lapangan (field research) dalam bentuk metode survei.
D. Fokus Penelitian Penelitian ini berbicara mengenai peranan seorang Ulama’ dalam pendidikan khususnya pendidikan yang bernuansa Islami. Pendidikan Islami yang di maksud dalam penelitian ini adalah pendidikan Islam yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta. Dalam penelitian ini akan berbicara mengenai sejauh mana Ulama’ tersebut berperan dalam pengembangan pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta. Pendidikan akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, terlebih Pendidikan Islam yang berorientasi pada pencapaian akhlakul karimah. Pendidikan yang Islami juga dapat memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu ummat, suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh ummat dan bangsa tersebut.
E. Pertanyaan Penelitian Penelitian ini di rangkum secara secara umum dalam beberapa aspek pertanyaan diantaranya: 1. Menerapkan nasihat-nasihat Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 2. Metode pembelajaran Nahdlatul Wathan Jakarta 3. Ciri khas Nahdlatul Wathan Jakarta 4. Kondisi santri atau pelajar di Nahdlatul Wathan Jakarta 5. Tantangan yang di hadapi dalam pengembangan pendidikan Islam 6. Dasar berdirinya Nahdlatul Wathan Jakarta 7. Model dan jenis lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta
26
8. Perkembangan pendidikan Islam 9. Gagasan-gagasan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 10. Kontribusi nyata Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Nahdlatul Wathan Jakarta
F. Prosedur Pengumpulan Data dan Perekaman Data Dalam hal ini, peneliti menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data karena dianggap tepat dalam mengungkapkan dan menguraikan data yang peneliti perlukan. Adapun ketiga teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Wawancara: suatu metode dengan cara tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.1 Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat mengenai peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta. Adapun responden yang akan diwawancarai yaitu pengurus yayasan, dewan asatidz, kepala lembaga dan tokoh masyarakat.
2.
Studi dokumentasi: mencari referensi-referensi berupa dokumen yang membahas judul terkait. Penulis mempelajari data yang telah didokumentasikan tersebut dalam penelitian diatas. Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan untuk menjelaskan teori-teori atau konsep-konsep yang berkaitan dengan peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dan perkembangan pendidikan pada saat itu.
3.
Observasi: mengamati langsung mengenai peranan yang diberikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Nahhdlatul Wathan Jakarta dalam perkembangan pendidikan Islam baik secara langsung
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, h. 1270.
27
ataupun
tidak
langsung.
Kemudian
dilakukan
pencatatan
dan
pendokumentasian dengan teliti.
G. Analisa Data Dalam menganalisa data-data yang didapat, peneliti menggunakan beberapa teknik analisa di antaranya data wawancara dan dokumentasi dengan proses sebagai berikut : a. Klasifikasi: merupakan suatu proses pengelompokan data berdasarkan penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan.2 Proses ini bertujuan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan pendapat yang terkait dengan pembahasan. b. Kategorisasi: merupakan suatu proses penyusunan data berdasarkan kategori, penggolongan, proses dari hasil pengelompokan unsur bahasa dan bagian pengalaman manusia yang digambarkan ke dalam kategori, cara untuk mengungkapkan makna dengan pelpagai potensi yang ada dalam bahasa.3 c. Interpretasi: merupakan suatu proses penyusunan data melalui cara pemberian pesan, kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap sesuatu atau tafsiran.4 Proses ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pendapat atau pandangan mengenai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam mengembangkan pendidikan Islam. Dalam hal ini penulis menganalisis data menggunakan metode deskriptif analisis yang tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau tulisan secara sistematis factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki untuk kemudian dikaji lebih mendalam dan lebih luas. Hali ini penting untuk mengetahui apakah jawaban yang dicatat logis dan sesuai antara satu dan yang lain. Hal ini juga di pandang perlu sebagai relevansi
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 574 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 516. 4 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa..., h. 439. 3
28
jawaban, contohnya apabila peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, langkah ini untuk mengetahui apakah pewawancara sudah menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Keseragaman kesatuan data yang merupakan jawaban responden harus menggunakan satuan ukuran yang seragam, jika tidak maka akan terjadi kesalahan dalam pengolahan data.
H. Pemeriksaan Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, kegiatan mengumpulkan data dan kemudian mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab apabila memperoleh data yang salah atau yang tidak sesuai, maka hasil pengolahannya pun akan salah atau tidak sesuai juga. Demikian pula halnya apabila memperoleh data yang tidak memenuhi persyaratan keabsahan (trustworthiness), maka akibatnya terjadi pengulangan pengumpulan data. Pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang telah dikumpulkan. Apabila peneliti sudah memperoleh data, maka peneliti memeriksakan kebenaran data yang telah diperolehnya itu kepada pihakpihak lain yang dapat dipercaya. Oleh karena itu keabsahan data perlu diperiksa, di antaranya: 1. Triangulasi hasil wawancara ketua Yayasan dengan
melakukan
perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mewawancarai asatis mengenai hasil wawancara tersebut. 2. Triangulasi hasil wawancara asatiz dengan
melakukan perbandingan,
pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mewawancarai kepala lembaga mengenai hasil wawancara tersebut. 3. Triangulasi hasil wawancara Kepala Lembaga dengan
melakukan
perbandingan, pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil wawancara tersebut dengan mengkaji dokumen, data dan foto-foto yang di peroleh mengenai hasil wawancara tersebut.
29
4. Triangulasi hasil dokumentasi dengan
melakukan perbandingan,
pengecekan kebenaran dan kesesuaian hasil data tersebut dengan pengamatan langsung mengenai hasil data tersebut.
BAB IV SEJARAH NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. Profil Nahddlatul Wathan Jakarta 1. Latar belakang keberadaan Berawal dari ketertarikan para santri Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadits Madjidiyah al-Syafi‟iyah Nahdlatul Wathan Pancor Lombok Timur Nusa Tenggara Barat tentang pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi. Para santri tersebut kemudian bermusyawarah dengan orang tua dan keluarga mereka mengenai restu, biaya dan persiapan-persiapan lainnya. Tampa mempertimbangkan segala resiko yang akan dialami, mereka berusaha mengumpulkan dana dari berbagai sumber. Ada yang menjual tanah milik keluarga, menjual tanah warisan, menggadaikan kebun dan sawah, serta masih banyak lagi usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mengumpulkan dana. Setelah dana terkumpul hari yang ditunggu-tunggupun tiba, dengan diiringi dan di lepas oleh orang tua dan keluarga mereka, 23 santri yang memenuhi kualifikasi tersebut kemudian berangkat dari Bandar udara Selaparang. Duapuluh menit kemudian ternyata pesawat Garuda F 27, mendarat di bandara Ngurah Rai Bali. Disinilah mereka mulai merasakan ada yang tidak beres. Rupanya bukan langsung terbang ke Arab Saudi,
30
31
ternyata hanya sampai di Ngurah Rai Bali. Semalam di Bali kemudian berangkat dengan bus malam keesokan harinya tanpa tujuan yang pasti. Dua hari di perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah terminal bus Pulo Gadung. Mereka terheran-heran dan bertanya-tanya, “mengapa kita di turunkan disini?”. Selanjutnya merekan di giring menuju tempat penampungan, rombongan yang sudah mulai lelah dalam perjalanan diberitahukan bahwa sekarang mereka berada di Jakarta. Di rumah penampungan itu mereka menunggu, sampai akhirnya pada minggu ketiga awal tahun 1980, kondisi persediaan keuangan mulai menipis. Tetapi belum ada kepastian keberangkatan ke Tanah Suci. Sambil menunggu ke 23 rombongan tersebut di anjurkan untuk mengikuti berbagai pendidikan nonformal, seperti kursus stir mobil, bahasa inggris, mengetik dan lain sebagainya. Dana kursusnya di tanggung oleh mereka masing-masing. Minggu berikutnya mereka mengalami permasalahan yang sangat berat, biaya hidup telah habis ketika mereka diusir dari penampungan. Mereka baru sadar bahwa penampungan yang dimaksudkan tadi adalah sebuah kontrakan. Merekapun kemudian meminta pertanggung jawaban kepada penanggung jawab. Akhirnya mereka dipindahkan ke Simpang Tiga di Penggilingan untuk menempati kontrakan yang baru. Kondisi kontrakan tersebut sangat memprikatinkan bahkan lebih kumuh dari sebelumnya, suasana ini membuat mereka tidak betah. Dengan kondisi seperti ini merekapun akhirnya lebih banyak menghabiskan waktunya di mushalla untuk beribadah dan mengaji. Melihat kegiatankegiatan yang mereka lakukan di mushalla menimbulkan ketertarikan pemimpin mushalla. Merekapun kemudian diajak untuk bersama-sama mengajar mengaji. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya perwakilan Nahdlatul Wathan di Jakarta. Allah telah menentukan, apapun yang mengawalinya, baik itu kepiluan maupun suatu yang memalukan, tetapi nyata sudah hikmah yang tak
32
terkira sehingga Nahdlatul Wathan Jakarta sedikit demi sedikit menjadi besar dan berkembang. Perwakilan
Nahdlatul
Wathan
di
Jakarta
tersebut
kemudian
berkembang menjadi sebuah yayasan yang bernama Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta. Secara embrio yayasan ini berdiri pada tahun 1980, dengan perjalanan panjang dan kisah yang mengharukan, adapun pesantren atau lembaga yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan dan juga didirikan oleh pendiri Nahdlatul Wathan. Diawali dengan mengajar mengaji Al-Qur`an dari rumah ke rumah, dengan sasaran anak-anak dan ibu-ibu yang ingin belajar mengaji, kegiatan ini kemudian berkembang menjadi sebuah Majlis Ta`lim, dengan peserta yang
cukup
banyak.
Melihat
perkembangan
yang
demikian
mengembirakan, muncul inisiatif menghimpun dana untuk membeli sepetak tanah yang luasnya kurang lebih 257 M2. Disinilah titik awal penamaan Nahdlatul Wathan itu di mulai, dan kegiatan-kegiatannya mulai terorganisir. Perkembangan ini didukung oleh beberapa factor, antara lain: a. Kedatangan
pelajar-pelajar
dari
pulau
Lombok
yang
hendak
melanjutkan Study di Jakarta. Mereka turut berpartisifasi mendukung kegiatan-kegiatan yang di selenggarakan. b. Dukungan masyarakat yang semakin nyata, khususnya membantu secara financial dengan menyerahkan putra-putrinya belajar mengaji. 2. Landasan hukum Dalam
perkembangan
memformalisasikan
kegiatan
selanjutnya, menjadi
muncul sebuah
gagasan
lembaga
untuk
pembinaan
keberagamaan yang resmi. Pengurus Besar Nahdlatul Wathan kemudian memberikan surat keputusan pendirian Majlis Ta`lim, yakni dengan surat keputusan
pengurus
Besar
Nahdlatul
Wathan
dengan
nomor
09/kpt/PBNW/1987 tanggal 4 juni 1987 bertepatan dengan tanggal 6 syawal 1407 H tentang pengesahan pembentukan Majlis Ta`lim Nahdlatul Wathan Pisangan I RW. 03 penggilingan Cakung Jakarta Timur.
33
Beselang hampir 2 tahun dari keluarnya SK Tentang Majlis Ta`lim diatas, para pendirinya berhasil memperluas areal pesantren dan bermaksud untuk mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur`an dan Taman Kanak-Kanak. Melihat perkembangan ini kemudian pengurus Besar Nahdlatul Wathan mengeluarkan Surat Keputusan dengan nomor 15/kpt/PBNW/1988 tanggal 1 Desember 1988 bertepatan dengan 21 Jumadil Awal 1409 H tentang pembentukan pengurus perwakilan Nahdlatul Wathan DKI Jakarta yang memberikan legalitas pormalnya sebagai perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta. Berbekal SK terebut, pengurus Perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta secara aktif membangun hubungan dengan pendiri Organisasi Nahdlatul Wathan. Hasilnya, setiap tahunnya Beliau memberikan bantuan untuk pembebasan tanah yang saat ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren. Dilain pihak para pengurus berusaha untuk mengembangkan lembaga yang sudah ada dan mendirikan lemabag-lembaga baru, seperti Panti Asuhan Nahdlatul Wathan pada tahun 1989, Taman Kanak-kanak pada tahun 1990, Sekolah Dasar Islam pada tahun 1992, SMP pada tahun 1998 dan SMA pada tahun 2002 serta lembaga lainnya. Namun pengelolaan lembaga-lembaga tersebut peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah pemerintahan Provinsi DKI Jakarta tidak dimungkinkan, maka pengurus kemudian mendirikan sebuah Yayasan bernama Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan sebagai pengelola pondok Pesantren Nahdlatul Wathan. Yayasan ini tercatat secara resmi para notaries Adam Kasdarmadji, SH dengan nomor 58 pada tanggal 7 April 1997. mengingat peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dari Departemen Hukum dan HAM maka akta pendirian Yayasan Mi`rajush Shibyan telah di rubah melaui notaris YULINA SIANIPAR, SH, MKn dengan nomor 1 tanggal 5 Juni 2007. Saat ini Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan terdaftar sebagai Badan Hukum, antara lain di:
34
a. Suku Dinas Bina Menta Spiritual dan kesos kota administratif Jakarta Timur dengan nomor 31.75.06.1003.790 b. Depatemen Hukum dan HAM Republik Indonesia 3. Visi dan Misi Sebagai sebuah lembaga profesional tentunya dalam menjalankan aktifitasnya mempunyai sebuah Visi Dan Misi sebagai acuan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun Visi Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan adalah “Li I`laai Kalimatillahi `Izzil Islam Wal Muslimin” menjunjung tinggi kalimat Allah dan mengangkat harkat martabat Islam dan kaum Muslimin. Sedangkan misinya: a.
Menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa dan masyarakat sekitarnya
b.
Mengembangkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama`ah ala mazhabil Imamisyi Syafi`i ra.
c.
Mengentaskan kemiskinan dan kebodohan.
4. Maksud dan Tujuan Maksud didirikannya Yayasan Mi`rajush Shibyan Nahdlatul Wathan Jakarta; a.
Membantu masyarakat dalam bidang pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial, dan dakwah yang memadai
b.
Sebagai mitra pemerintah dalam menunjang kegiatan pendidikan , sosial dan dakwah
c.
Memajukan dan mengembangkan Nahdlatul Wathan melalui jalur pendidikan formal dan non forma. Tujuan:
a.
Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, sosial dan dakwah yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
b.
berkembangnya Nahdlatul Wathan di Ibu Kota
35
5. Struktur Organisasi Badan Pembina: -
-
-
Pengawas Ketua
: Drs. H. M. Sukiman Azmi
Anggota
: Sdr. Ahmad Syauqi Fiellah, SE
Pembina Ketua
: H. Husni Abdul Hamid
Anggota
: Nyonya Siti Sodah, S.Ag
Pengurus Ketua
: H. M. Suhaidi, SAg
Sekretaris
: Drs. H Syahabuddin
Bendahara
: Drs. Ma`shum Ahmad
Adapun lembaga-lembaga yang dikelola oleh Yayasan Mi`rajush Shibyan Nadlatul Wathan Jakarta adalah sebagai berikut : Lembaga Formal 1. Taman Kanakkanak 2. Madrasah Diniyah Islamiyah 3. Sekolah Dasar
Lembaga Non Formal 1. Panti Asuhan
Usaha Kecil 1. Usaha
2. Majlis Ta`lim
Ekonomi
3. Ponpes Putra
Produktif 2. Pertanian 3. Toko Al-Abror
Islam 4. Sekolah Menengah Pertama 5. Sekolah Menengah Atas Dari table di atas terlihat perkembangan lembaga pendidikan yang bernaung di Nahdlatul Wathan Jakarta, terbukti dari berdirinya beberapa lembaga formal seperti TK, MDI, SD, SMP dan SMA. Lembaga non formal juga di kembangkan di dalamnya seperti Panti Asuhan, Pondok Pesantren Putra, dan Majlis Ta‟lim, ternyata perkembangan bukan hanya pada bidang pendidikan saja namun dalam bidang sosial ekonomi juga
36
terlihat ada kemajuan, termasuk didalamnya, usaha ekonomi produktif dan took al-abror serta pertanian. Daftar Nama-Nama Lembaga dan Bentuk Kerjasama Kelembagaan a. Departemen Sosial b. Bantua dan Pembinaan Panti Asuhan c. Defartemen Pendidikan Nasional Bantuan dan Pembinaan Teknis Pengembangan Pendidikan Formal d. Departemen Agama Bantuan dan Pembinaan Tekni Pengembangan Pondok Peasntren e. Yayasan Dharmais Bantuan Operasional panti Asuhan f. PT. Telkom Bantuan Pelatihan Computer Bagi anak Asuh Panti Asuhan g. PT. Nawilis Bantuan Pembelajaran Otomotif bagi siswa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta h. PT. Perdana Jaya Bantuan Pembelajaran Ototmotif Bagi Siwa SMA Nahdlatul Wathan Jakarta i. Badan Narkotik Provinsi DKI Jakarta Bantuan Penyuluhan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Bagi Siswa SMP dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta j. Puskesmas Kecamatan Cakung Bantuan Pemeriksaan kesehatan bagi Siswa Tanam Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta k. Mercy Corporatin Donasi Rutin berupa Beras, Tepung dan minyak sayur untuk Panti Asuhan l. Forum komunikasi Ulama dan Umara kecamatan Cakung Kegiatan shalat subuh berjama`ah antara Ulama &Umara Sekecamatan Cakung, Jakarta Timur
37
m. Perguruan Tinggi-Perguruan tinggi Objek Penelitian untuk Penyelesaian Tugas Akhir (Skripsi dan Disertasi) 1) Institut Pertanian Borobudur 2) Akademi Gizi Muhammad Huni Thamrin 3) Fakultas Sastra Arab Universitas Indonesia 4) Universitas Negeri Jakarta 5) Bina Sarana Informatika Jakarta 6) Universitas Islam Negri Jakarta Nahdlatul Wathan juga menjelajah bidang sosial kemasyarakatan dengan menjalin hubungan baik dengan beberapa perusahaan dan lembaga pemerintahan serta beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Semua itu dilakukan untuk menunjang kelangsungan pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan, dengan tujuan agar para siswa dan siswi yang bersekolah di Nahdlatul Wathan dapat diterima di perusahaan dan dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
B. Mengenal Pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1. Latar belakang keluarga Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddi Abdul Madjid dilahirkan di Kampung Bermi Pancor Lombok Timur pada tanggal 17 Rabi‟ul Awal 1315 H, nama kecil beliau adalah Muhammad Syaggaf dan berganti nama menjadi Haji Muhammad Zainuddin setelah menunaikan setelah menunaikan ibadah haji. Yang mengganti nama beliau adalah ayah beliau sendiri, yaitu Tuan Guru Haji Abdul Madjid. Nama itu diambil dari nama seorang ulama‟ besar, guru di Masjidil Haram, yang akhlak dan
38
kepribadiannya sangat menarik hati sang ayah, yaitu Syeikh Muhammad Zainuddin Serawak.1 TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid adalah anak bungsu yang lahir dari perkawinan antara Tuan Guru Haji Abdul Madjid dengan seorang wanita shalihah yang berasal dari desa Kelayu Lombok Timur, yang bernama Inaq Syam dan lebih dikenal dengan nama Hajjah Halimatus Sya‟diyah. Beliau memiliki saudara kandung sebanyak lima orang, diantaranya yaitu: Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Saudah, Haji Muhammad Shabur dan Hajjah Masyithah. Sejak kecil beliau terkenal sangat jujur dan cerdas. Kerena itu, tidak mengherankan kalau ayah bundanya memberikan perhatian khusus dan meumpahkan kecintaan serta kasih sayang demikian besar kepada beliau. Ketiaka beliau melawat ke tanah suci Makkah Al Mukarramah untuk melanjutkan studi, ayah bundanya ikut mengantar ke tannah suci. Ayahandanyalah yang mencarikan beliau guru, tempat beliau pertama kali belajar di Masjidil Haram, bahkan ibundanya, Hajjah Halimatus Sya‟diyah ikut mukim di tanah suci mengasuh dan mendampingi beliau sampai ibundanya yang tercinta itu berpulang ke rahmatullah tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Mu‟alla Makkah.2 Silsilah keturunan beliau yang lengkap tidak dapat dikemukakan secara utuh dikarenakan dokumen dan catatan silsilah keturunan beliau ikut terbakar ketika rumah orang tua beliau mengalami kebakaran. Namun yang jelas beliau terlahir dari keturunan keluarga yang terpandang dan garis keturunan terpandang pula yaitu keturunan Selaparang. Selaparang adalah nama Kerajaan Islam yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selama hayatnya telah menikah sebanyak tujuh kali. Dari ketujuh perembuan yang pernah
1
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal Terjemah Tuhfatul Atfal, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996), h. 9. 2 Mohammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004), h. 9-10.
39
dinikahinya itu, ada yang mendapinginya sampai wafat, ada yang wafat terlebih dahulu semasih ia hidup dan ada yang diceraikannya setelah beberapa bulan menikah. Disamping itu, ketujuh perempuan yang telah dinikahinya itu, berasal dari berbagai pelosok daerah di Lombok, dan dari berbagai latar belakang. Ada yang berasal dari keluarga biasa, ada pula yang berlatar belakang bangsawan, seperti istrinya yang bernama Hajjah Baiq3 Siti Zahriyah Makhtar, berasal dari desa Tanjung, Kecamatan Selong. Adapun nama-nama perempuan yang pernah dinikahi oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, adalah: Satu, Chasanah; Dua, Hajjah Siti Fatmah; Tiga, Hajjah Raihan; Empat, Hajjah Siti Jauhariyah; Lima, Hajjah Siti Rahmatullah; Enam, Hajjah Baiq Siti Zuhriyah Mukhtar; Tujuh, Hajjah Adniyah.4 TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Sulit sekali memperoleh keturunan, sehingga beliau pernah dianggap mandul padahal beliau sendiri sangat mengiginkan keturunan yang akan melanjutkan perjuangan beliau untuk mengembangkan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam. Dan pada akhirnya beliau dianugrahkan dua orang anak dari istri yang berbeda yaitu: a.
Hajjah Siti Rauhun daru Ummi Jauhariyah
b.
Hajjah Siti Raihanun dari Ummi Rahmatullah Karena dengan hanya memiliki dua orang anak tersebut beliau kerap
dipanggil dengan sebutan Abu Rauhun wa Raihanun. 2. Pendidikan Perjalanan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam menuntut ilmu pengetahuan diawali dengan pendidikan yang di lakukan di dalam lingkungan keluarga, yakni dengan belajar mengaj yaitu membaca Al-Qur‟an dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh
3
Baiq adalah gelar kebangsawanan bagi perempuan yang secara stratifikasi social masyarakat Lombok berada satu tingkat di atas masyarakat umum, dan dua tingkat di bawah strata tertinggi, yakni Datu Bini dan Denda. Biasanya gelar Baiq ditujukan kepada mereka yang belum menikah. Setelah menikah gelar tersebut berubah menjadi Mamiq Bini. 4 Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 125.
40
ayahnya, Tuan Guru Haji Abdul Madjid. Pendidikan yang diberikan oleh ayahnya tersebut dimulai semenjak beliau berusia 5 tahun dan kemudian memasuki pendidikan formal semenjak berusia 9 tahun. Sekolah formal yang beliau mesuki adalah sekolah umu yang pada saat itu disebut dengan Sekolah Rakyat Negara (Sekolah Gubernemen) di Selong Lombok Timur. Di sekolah tersebut beliau belajar selama 4 tahun hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya pada Sekolah Rakyat Negara pada tahun 1919 M, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk belajar ilmu pengetahuan agama yang lelbih luas lagi pada beberapa kyai local saat itu, antara lain Tuan Guru Haji Syarafuddin dan Tuan Guru Haji Muhammad Sa‟id dari Pancor serta Tuan Guru Haji Abdullah bin Amaq Dulaji dari Kelayu Lombok Timur. Dari beberapa kyai local ini, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin selain mempelajari ilmu-ilmu agama dengan menggunakan kitab-kitab Arab Melayu, juga secara khusus mempelajari ilmu-ilmu gramatika bahasa Arab, seperti ilmu Nahwu dan Syarf.5 Pola pengajaran yang dilakukan oleh kyai-kyai lokal ini masih bersifat klasik. Yaitu masih menggunakan system halaqoh, yang dalam pembelajarannya murid-murid duduk bersila dan sang guru memberi pengajaran dengan membacakan kitab yang dipelajari kemudian para murid masing-masing mebacanya saling bergantian satu persatu.. Pada saat ini system pengajaran seperti ini sering digunakan pada pondok pesantren yang berbasis salafi. Berhubung pada saat itu sangat janrang ditemukan system pengajaran yang bersifat klasikal atau menggunakan kelas-kelas sehingga para murid duduk di atas bangku dan sang guru mengajarkan menggunakan papan tulis sebagai media pengajaran. Apalagi pada saat itu berbeda dengan zaman yang dialami saat ini, yaitu pada saat itu apabila seorang murid ingin mempelajari suatu ilmu apalagi ilmu agama mesti ke rumah sang guru untuk meminta kepada guru tersebut untuk mengajarinya tentang ilmu pengetahuan yang ia miliki. 5
Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 134.
41
Namun pada saat ini sangatlah berbeda apabila seorang murid ingin menuntut ilmu, meka hanya tinggal meminta pada orang tuannya untuk memasukkannya pada pondok pesantren dan kemudian mendalami tentang ilmu agama dan berbagai macamnya didalamnya. Selanjutnya Muhammad Noor dan kawan-kawan dalam buku Visi Kebangsaan Relijius lebih jauh mengungkapkan bahwa Bagi Tuan Guru Haji Syarafuddin, Muhammad Saggaf merupakan murid yang istimewa. Keistimewaan tersebut mendorong gurunya untuk membebaskannya dari membanntu gurunya bekerja di sawah. Pada saat itu murid-murid yang mengaji di rumah seorang tuan guru tidak dipungut bayaran. Sebagai gantinya, mereka dihariskan berkerja disawah tuan guru tersebut. Berbeda dengan Muhammad Saggaf, karena keinginan kuat ayahnya agar ia menjadi murid yang pandai, ayahnya sanggup dengan membayar dengan 200 ikat padi setahun (sekitar 2 ton padi/gabah), sebagai ganti kewajiban bekerja disawah. Maksud ayahnya dengan kesediaan ini adalah agar anaknya tidak terganggu aktivitas belajarnya, sehingga ia berkonsentrasi pada pelajarannya. Menjelang musim haji pada saat itu sekitar tahun 1923 M, Muhammad Saggaf yang pada saat itu tengah berusia 15 tahun, berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk melanjutkan studinya, memperdalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan di antar langsung oleh kedua orang tuanya bersama tiga orang adiknya, yaitu: H. Muhammad Fishal, H. Ahmad Rifa‟i, dan seorang kemenakannya. Bahkan pada saat itu salah seorang gurunya ikut serta dalam rombangan itu, yaitu Tuan Guru Haji Syarafuddin dan beberapa anggota keluarga dekat lainnya. Beliau belajar di Tanah Suci Makkah selama 12 tahu. Di kota suci Makkah Al-Mukarramah beliau mula-mula belajar di masjidil Haram, ayahnya pun sangat selektif dalam mencarikan dan menentukan seorang guru yang akan mengajar dan mendidik putra kesayangannya itu. Ayahandanya meyakini bahwa seorang guru adalah sumber ilmu dan kebenaran serta menjadi contoh dan panutan bagi
42
muridnya dalam segala aspek kehidupan baik dalam pola berfikir dan berperilaku, sehingga ilmu dan didikan yang diperoleh sang murid berguna dan bermanfaat bagi kehidupan baik di dunia dan di akhirat. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan ayahnya sibuk mencarikannya seorang guru yang tepat dan cocok untuk mengajari dan mendidik anaknya. Kemudian bertemulah ayahnya dengan seorang syeikh yang belakangan dikenal dengan Syeikh Marzuki. Dari cara dan metode yang digunakan dalam mengajat Tuan Guru Haji Abdul Madjid merasa cocok jika syeikh tersebut menjadi guru bagi anaknya. Syaikh Marzuki adalah seorang keturunan Arab kelahiran palembang. Ia sudah lama tinggal di Makkah dan mengajar mengaji di Masjidil Haram. Ia fasih berbahasa Indonesia dan Arab. Kebanyakan muridnya berasal dari Indonesia. Ada yang berasal dari Palembang, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Lombok. Salah seorang murid Syeik Marzuki yang berasal dari Lombok bernama H. Abdul Kadir dari desa Mamben Lombok Timur. H. Abdul Kadir sudah setahun lebih belajar di Makkah pada waktu itu.6 Namun pada akhirnya TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, merasakan ke tidak cocokan terhadap Syeikh Marzuki karena merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu. Karena pada saat itu sang guru mengajarkan kitab gundul yang tidak memiliki baris sedangkan beliau masih murid baru dan dapat dikatakan masih awam dalam mempelajari kitab-kitab gundul yang tidak memiliki baris tersebut, sehigga beliau berfikiran ingin memulai pelajarannya dari awal agar mampu membaca dan memahami makna yang terkandung dalam kitab gundul tersebut. Setelah ayahnya pulang ke Lombok beliau langsung berhenti balajar mengaji pada Syeikh Marzuki. Dua tahun setelah terjadinya huru hara di Makkah karena perang ssaudara antara faksi Wahabi dengan kekuasaan Syarif Hussein, stabilitas keamanan relative terkendali. Pada saat itu Muhammad Zainuddin 6
Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan …, h. 136.
43
berkenalan dengan seorang yang bernama Haji Mawardi yang berasal dari Jakarta. Dari perkenalan itu beliau diajak untuk ikut belajar di sebuah madrasah legendaries di Tanah Suci, yakni Madrasah al-Shaulatiyah yang pada saat itu di pimpin oleh Syeikh Salim Rahmatullah putra Syeikh Rahmatullah, pendiri Madrasah al-Shaulatiyah. Madrasah ini adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam dunia pendidikan di Saudy Arabia. Gaungnya telah menggema ke seluruh dunia dan telah banyak mencetak ulama‟-ulama‟ besar dunia. Di Madrasah al-Shaulatiyah inilah beliau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan Islam dengan sangat rajin dan tekun di bawah bimbingan ulama‟-ulama‟ terkemuka kota Suci Makkah waktu itu. Pada hari pertama beliau masuk di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah beliau bertemu dengan Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath yang nantinya akan menjadi gurunya yang hubungannya paling dekat. Di sana juga ia bertemu Syeikh Sayyid Muhsin al-Musawa, diantara temannya sewaktu belajar syair pada Syeikh Sayyid Amin al-Kutbi, yang ternyata juga sebagai salah seorang guru di madrasah ini. Sudah menjadi tradisi di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah bahwa setiap murid baru yang masuk harus mengikuti tes untuk menentukan kelas yang tepat dan cocok untuk murid baru tersebut. Demikian juga halnya dengan Muhammad Zainuddin, beliau juga diuji terlehih dahulu. Dan secara kebetulan beliau diuji langsung oleh murid al-Shaulatiyah sendiri yaitu Syeikh Salim Rahmatullah bersama dengan Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath. Dan pada akhirnya Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath menentukan masuk di kelas III. Padahal beliau belum terlalu menguasai ilmu nahwusyaraf yang diajarkan di kelas II. Mendengar keputusan tersebut, kemudian beliau meminta untuk diperkenankan masuk di kelas II, dengan alasan iingin mendalami mata pelajjaran nahwu-sharaf. Walaupun pada awalnya Syeikh Hasan Muhammad al-Masyath bersikeras dengan keputusannya, namun argumentasi yang dikemukakan oleh Muhammad Zainuddin
44
membuatnya berfikir kembali. Kemudian Syeh Hasan pun mengabulkan permohonannya, dan resmilah beliau diterima di kelas II. Di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah Muhammad Zainuddin mulai tekun belajar. Ia ingin membuktikan kemampuannya menguasai ilmu dengan baik. Di malam dan sore hari beliau belajar kepada beberapa guru yang lain. Dirumah juga beliau manghabiskan waktunya untuk belajar. Salah satu bentuk ketekunannya dalam belajar adalah besarnya porsi waktu yang disediakan untuk membaca kitab-kitab mulai dari setelah shalat tahajjud sampai waktu shalat subuh tiba. Pernah suatu ketika beliau tertidur pada saat membaca kitab. Padahal di hadapannya terdapat sebuah lampu minyak sebagai alat penerang beliau dalam membaca. Tanpa beliau sadari surban beliau terlalap api dari lampu minyat tersebut dan terbakar. Mencium bau benda terbakar ibunya pun terbangun. Sementra beliau masih tertidur dengan lelapnaya, kemudian ibunya pun berteriak membangunkannya. Beliaupun terkejut dan terbangun. Kebiasaan beliau membaca dan belajar dalam kaktu yang cukup lama menyebabkan mata beliau mengalami gangguan. Meskipun demikian beliau masih tetap mampu mempertahankan kebiasaan membaca dan belajarnya tersebut sampai waktu yang cukup lama. Ketekunannya dalam belajar membuahkan hasil. Beberapa orang gurunya mengakui bahwa beliau tergolong murid yang cerdas. Syeikh Salim Rahmatullah sebagai kepala Madrasah al-Shaulatiyah selalu mempercayakan beliau untuk menghadapi Penilik Madrasah pemerintah Saudi yang sering kali datang ke madrasah itu. Penilik madrasah itu meenganut faham Wahabi. Dan beliaulah satu-satunya murid Madrasah alShaulatiyah yang dianggap menguasai faham Wahabi. Pertanyaan penilik itu biasanya menyangkut soal-soal hokum ziarah kubur, tawasul kepada anbiya‟ dan auliya‟, bernazar menyembelih kambing berbulu hitam atau putih dan sebagainya. Dan beliau selalu berhasil menjawab pertanyaan penilik itu dengan memuaskan.
45
Prestasi akademiknya sangat membanggakan. Ia berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum. Di samping itu, dengan kecerdasan yang luar biasa, ia berhasil menyelesaikan studinya dalam kurun waktu 6 tahun. Padahal waktu belajar normal adalah 9 tahun, yaitu mulai dari kelas I sampai dengan kelas IX. Dari kelas II, ia langsung ke kelas IV. Tahun berikutnya ke kelas VI, dan kemudian pada tahun-tahun berikutnya secara berturut-turut naik ke kelas VII,VIII dan IX.7 3. Gaya kepemimpinan Selain sebagai pejuang kemerdekaan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama kharismatik yang mencurahkan pemikiran dan perjuangannya untuk kepentingan umat. Rasa hormatnya kepada guru dan kepada orang yang telah berjasa pada dirinya selalu diwujudkan dengan mengabdikan nama-nama gurunya pada lembagalembaga yang dibangunnya.8 Dalam kehidupan sehari-hari TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak berperilaku layaknya ulama besar yang disegani oleh para santri dan masyarakat, beliau tidak menginginkan untuk di besar-besarkan oleh para santri dan masyarakat di sekitarnya. Alasannya apabila ada ulama besar berarti ada pula ulama kecil. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan antara orang yang dianggap besar dengan orang yang dianggap kecil. Kesenjangan tersebut dapat menghambat komunikasi antara atasan dengan bawahan dan antara kyai dengan santri. Karena itu, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah mempersulit semua santri dan masyarakat yang hendak bertemu. Sikap low profile tersebut membuat sikap sang kyai ini selalu dekat dengan semua santri, murid dan warga tanpa mengurangi kewibawaan dan kharismanya. Keluhan dan kesulitan
7
Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 142. Masnun, Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara barat, (Jakarta: Pustaka Al-Miqdad, 2007), h. 28. 8
46
santri dan muridnya selalu diperhatikan, didengar, dan dicarikan solusinya.9 Sebagai pendidik TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendambakan munculnya generasi baru yang memiliki potensi yang besar untuk menyambung estafet perjuangan beliau dalam mengembangkan organisasi Nahdlatul Wathan. Harapan tersebut sangat besar dan sering sekali disampaikan dalam berbagai kesempatan agar murid dan para santrinya memiliki ilmu pengetahuan lebih tinggi dari dirinya, sepuluh, seratus, bahkan seribu kali lipat dari ilmu yang beliau miliki. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merasa saying kepada semua santri, murid, dan para Pembina pesantren yang mempunyai keikhlasan dalam melanjutkan perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau sering mengatakan bahwa sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan nahdlatul Wathan. Sedang yang paling jahat diantara kamu disisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau sering mengatakan:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga Allah tetap mencurahkan keselamatan kepadamu, rahmt, keberkatan, ampunan, dan ridha-Nya. Wahai anak-anakku yang setia dan murid-muridku yang cerdik, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul 9
Harian Umum Suara Nusa, Kobarkan Semangat Kemerdekaan, (Mataram: tanggal 19 November 1997). Masnun, Tuan Guru…, h. 29.
47
Wathan dan sejahat-jahat kamu di sisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul Wathan. Karena itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersikap siaga, berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan Negara, siscaya kamu dengan kekuasaan Allah SWT, tergolong pejuang agama, orang shaleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang lain. Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu sekalian dan semoga Ia menganugrahkan kami, kamu sekalian, dan para simpatisan Nahdlatul Wathan kebahikan-kebajikan dan nikmat tambahan yang tiada taranya.10 Adapun dalam setiap gerak dan langkah beliau selalu mencerminkan keteladanan yang baik dan memberi keyakinan terhadap kesucian perjuangan beliau melalui Nahdlatul Wathan sebagai contoh nyata yang patut diteladani oleh para murid-muridnya. Sering kali beliau memberikan apresiasinya terhadap para santri dan para muridnya yang menunjukkan perkembangan positif dalam perjuangan Nahdlatul Wathan, baik melalui sikap, maupun ucapan beliau. Beliau selalu mendo‟akan untuk para murid dan santrinya agar menjadi orang yang taat pada Allah dan Rasul-Nya, berbuat baik pada kedua orang tua serta hormat terhadap guru. Beliau selalu menekankan agar setiap anak senantiasa selalu berbakti terhadap kedua orang tuanya. Sebagai pemimpin umat, beliau bersikap tegas, sportif dan konsekwen terhadap apa yang diputuskan. Prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan tetap dijunjung tinggi. Tetapi terhadap hal-hal yang prinsipil, perlu dilakukan kajian mendalam dengan mencari dalil-dalil naqli dan „aqli setelah mempertimbangkan untung dan ruginya serta aspek maslahat dan mafsadatnya, barulah diambil keputusan yang meyakinkan.11
10
Masnun, Tuan Guru…, h. 30. Abdullah Syafi‟i, “Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Menjadi Tauladan Bagi Umat Islam”, dalam Sinar Lima (Jakarta: Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 1995), h. 31-32. 11
48
Dalam melaksanakan misi dan tugas organisasi, selain memberikan bimbingan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menganjurkan agar murid-murid dan santri-santrinya
bersifat ikhlas, istiqamah, anamah,
syaja‟ah (keberanian) dan rela berkorban untuk kepentingan umat. Sebaliknya, Beliau membenci santri dan muridnya yang bersifat pesimis, apatis, pengecut, cari muka, dan ingkar janji.12 4. Guru-guru a. Guru yang Mengajarkan Al-Qur‟an dan Kitab Melayu di Lombok 1)
T.G.H. Abdul Madjid;
2)
T.G.H. Syarafuddin Pancor Lombok Timur;
3)
T.G.H. Abdullah bin Amak Dujali Kelayu Lombok Timur;
b. Guru di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah 1) Maulana Wa Murabbina Abu Barakat al-„Allamah al-Ushuli alMudadditsbal-Shufi al-Syeikh Hasan Muhammad al-Mahsyat alMaliki; 2) Al-„Allamah al-Syaikh Umar Bajunaid al- Syafi‟I; 3) Al-„Allamah al-Syaikh Muhammad Syaid al-Yamani al-Syafi‟I; 4) Al-„Allamah al-Kabir Mutaffanin Sibawaihi Zanamihi al-Syaikh Ali al-Maliki; 5) Al-„Allamah al-Syeikh Marzuqi al-Falimbani; 6) Al-„Allamah al-Syaikh Abu Bakar al-Falimbani; 7) Al-„Allamah al-Syeikh Hasan Jambi al-Syafi‟i; 8) Al-„Allamah al-Syeikh Abdul Qadir al-Mandili al-Syafi‟i; 9) Al-„Allamah al-Syeikh Muhtar Betawi al-Syafi‟i; 10) Al-„Allamah al-Syeikh Abdullah al-Bukhari al-Syafi‟i; 11) Al-„Allamah al-Muhadditsin al-Kabir al-Syeikh Umar Hamdan alMihrasi al-Maliki; 12) Al-„Allamah al-Muhadditsin al-Syaikh Abdus Sattar al-Syiddiqi Abdul Wahab al-Kutbi al-Maliki; 12
Masnun, Tuan Guru…, h. 32.
49
13) Al-„Allamah al-Kabir al-Syeikh Abdul Qodir al-Syibli al-Hanafi; 14) Al-„Allamah al-Adib al-Syeikh Muhammad Amin al-Kutbi alHanafi; 15) Al-„Allamah al-Syaikh Muhsin al-Musahwa al-Syafi‟i; 16) Al-„Allamah al-Falaqi Maulana al-Syaikh Khalifah al-Maliki; 17) Al-„Allamah al-Jalil al-Syaikh Jamal al-Maliki; 18) Al-„Allamah al-Syeikh al-Shalih Muhammad Shalih al-Kalantani al-Syafi‟i; 19) Al-„Allim al-„Allamah al-Syafi‟i Maulana Syaikh Mukhtar alMakhdum Al Hanafi; 20) Al-„Allamah al-Syeikh Salim Cianjur al-Syafi‟i; 21) Al-„Allamah al-Syeikh Syaikh al-Syayid Ahmad Dahlan Shadaqi al-Syafi‟i; 22) Al-„Allamah Mu‟arrikh al-Syeikh Salim Rahmatullah al-Maliki; 23) Al-„Allamah al-Syeikh Abdul Gani al-Maliki; 24) Al-„Allamah al-Syeikh al-Syayid Muhammad Arabi al-Tubani alJazairi al-Maliki; 25) Al-„Allamah al-Syeikh Umar al-Faruq al-Maliki; 26) Al-„Allamah al-Syeikh al-Wa‟id al-Syaikh Abdullah al-Faris; 27) Al-„Allamah al-Syeikh Malla Musa;13 Jika di klasifikasikan guru-gurunya berdasarkan latar belakang mazhab yang berbeda, maka akan terlihat katagorisasi mazhab sebagai berikut: a.
11 orang bermazhab Syafi‟;
b.
6 orang bermazhab Hanafi; dan
c.
11 orang bermazhab Maliki.14
Merdasarkan kategorisasi mazhab diatas terlihat jelas bahwa semua guru-guru beliau masih berada dalam satu landasan teologis yang sama, yakni faham Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah.15 Dengan kata lain, bahwa 13
Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 144-145. Muhammad Noor, dkk, Visi Kebangsaan…, h. 147. 15 Ahl al-Sunnah Wa al-Jama‟ah adalah faham teologis yang menekankan harmonitas antar dua variable, yaitu rasionalitas Mu‟tazillah dan predetermenisme Jabariah. Faham ini secara 14
50
tidak ada seorang pun gurunya yang menganut faham teologis yang berbeda, seperti Mu‟tazillah, Syi‟ah ataupun Wahabi. Guru-guru beliau tersebut juga menggambarkan bagaimana pola berfikir beliau dalam bidang-bidang keilmuan yang terapkan. Baik dalam ilmu fiqh, akhlak, tasawuf, falaq dan lain-lain. Guru-guru beliau tersebut juga mengukir pemikiran yang belau terapkan di Nahdlatul Wathan sehingga dapat di katakana bahwa guru-guru beliau tersebut juga berperan walau secara tidak langsung dalam pengembangan Nahdlatul Wathan khususnya bidang keilmuan dan pendidikan. 5. Pemikiran dan karya-karyanya Konsep pendidikan yang diajarkan adalah bahwa pendidikan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan (kognitif), tetapi juga pemupukan moral, melatih dan mempertinggi nilai-nilai kemanusiaan. Karena pendidikan adalah kewajiban manusia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Dalam hal ini, usaha yang ia pikirkan dan praktikkan adalah pengembangan pendidikan Islam melalui pesantren. Yakni, berusaha mengembangkan pesantren dengan menerima beberapa pemikiran alternatif
yang dapat
dijadikan
sebagai
masukan/kontribusi
bagi
pengembangan pesantren sejalan dengan perubahan zaman. Karena itu, menurut TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, pesantren mesti merubah orientasinya dengan tidak sekadar berorientasi pada pencarian ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu yang lain. Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, selain tergolong ulama yang berbobot dalam bidang keilmuan, beliau juga termasuk
penulis
dan
pengarang
yang
produktif.
Bakat
dan
kemampuannya tersebut tumbuh dan berkembang semenjak beliau belajar di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah. Akan tetapi karena kepadatan dan banyaknya acara kegiatan keagamaan dalam masyarakat yang harus di isai
teologis mengacu pada pemikiran Abu Hasan al-Asy‟ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Faham ini kemudian memasuki wilayah fiqh yang dapat di temukan pada pemikiran Imam Mazahib alArba‟ah, dan pada wilayah tasawuf dapat dilihat pada pemikiran sufistik Abu Hamid al-Gozali.
51
oleh beliau, sehingga peluang dan kesempatan beliau untuk mengarang dan memperbanyak tulisannya hampir tidak pernah ada. Itulah sebabnya pada beberapa kesempatan beliau mengungkapkan keadaan seperti ini kepada muridnya, bila mana beliau teringat pada kawan seperjuangan di Madrasah al-Shaulatiyah Makkah yang juga telah tergolong ulama‟ besar dan pengarang terkenal seperti Maulana Syeikh Zakaria Abdullah Bila, Maulana Syeikh Yasin Padang dan lain-lain. Mereka sekarang ini memiliki karya-karya besar dalam bidang tulis menulis dan karang-mengkarang. Dalam hal ini TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tidak pernah berkecil hati, walaupun kawan seperguruannya menonjol dalam bidang tersebut. Beliau menyadari akan hal ini, karena situasi dan kondisi kehidupan ummat dan masyarakat yang dihadapi sangat jauh berbeda, yaitu masyarakat Makkah di satu pihak dan masyarakat Indonesia di lain pihak. Beliau pernah mengatakan: “Seandainya aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup untuk menulis dan mengarang, niscaya aku akan mampu menghasilkan karangan dan tulisan-tulisan yang lebih banyak, seperti yang dimiliki Syeikh Zakaria Abdullah Bila, Syeikh Yasin Padang, Syeikh Ismail dan ulama‟-ulama lain tamatan Madrasah al-Shaulatiyah Makkah”.16 Dikarenakan sebagian besar dan seluruh waktu dan kehidupan beliau di manfaatkan dan dipergunakan untuk mengajar dan terus mengajar dan berdakwah keliling untuk membina umat dalam upaya menanamkan Iman dan Taqwa, sehingga dengan kegiatannya yang padat dan terus berkesinambungan sehingga membuat beliau tidak memiliki cukup banyak waktu untuk menulis dan mengarang. Dan bahkan beliau tidak pernah putus semangat untuk menghabiskan waktunya berjuang demi kepentingan umat, sebagaimana ucapan dan ikrar beliau sendiri “Aku wakafkan diriku untuk ummat”. Sekalipun dalam keadaan yang sangat sibuk seperti itu, beliau masih menyempatkan dirinya untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya 16
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal…, h. 15.
52
tersebut. Bagi beliau mengarang dan tulis menulis bukanlah suatu tugas dan pekerjaan yang sulit, karena hal ini merupakan kemampuan dasar yang di anugrahkan Allah SWT kepada beliau, bakat dan kemampuannya inilah yang terus dibawa sehingga tumbuh dan berkembang semenjak beliau bersekolah
di
Madrasah
al-Shaulatiyah
Makkah,
sehingga
tidak
mengherankan apabila beliau mendapatkan banyak pujian dari guru-guru beliau. Diantara karya tulis dan karangan-karangan beliau adalah:17 a. Dalam Bahasa Arab 1) Risalah Tauhid dalam bentuk soal jawab (Ilmu Tauhid) 2) Sullamul Hija Syarah Safinatun Naja (Ilmu Fiqh) 3) Nahdlatul Zainiyah dalam bentuk nadzam (Ilmu Faraidl) 4) At Tuhfatul Ampenaniyah Syarah Nahdlatuz Zainiyah (Ilmu Faraidl) 5) Al Fawakihul Ampenaniyah dalam bentuk soal jawab (Ilmu Faraidl) 6) Mi‟rajush Shiibyan Ila Sama‟i Ilmi Bayan (Ilmu Balaghah) 7) An Nafahat „Alat Taqriratis Saniyah (Ilmu Mushtalah Hadits) 8) Nailul Anfal (Ilmu Tajwid) 9) Nizib Nahdlatul Wathan (Da‟a dan Wirid) 10) Hizib Nahdlatul Banat (Do‟a dan Wirid kaum wanita) 11) Shalawat Nahdlatain (Shalawat Iftitah dan Khatimah) 12) Thariqat Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian) 13) Ikhtisar Hizib Nahdlatul Wathan (Wirid Harian) 14) Shalawat Nahdlatul Wathan (Shalawat Iftita) 15) Shalawat Miftahi Babi Rahmatillah (Wirid dan Do‟a) 16) Shalawat Mab‟utsi Rahmatan Lil „Alamin (Wirid dan Do‟a) 17) Dan lain-lainnya. b. Dalam Bahasa Indonesia dan Sasak 1). Batu Nompal (Ilmu Tajwid) 17
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Nadzam Batu Ngompal…, h. 16-17.
53
2). Anak Nunggal Taqrirat Batu Ngompal (Ilmu Tajwid) 3). Wasiat Renungan Masa I dan II (Nasihat dan petunjuk perjuangan untuk warga Nahdlatul wathan) c. Nasyid/Lahu Perjuangan dan Dakwah dalam Bahasa Arab, Indonesia dan Sasak 1). Ta‟sis NWDI (Anti ya Pancor biladi) 2). Imamunasy Syafi‟i 3). Ya Fata Sasak 4). Ahlan bi wafdizzairin 5). Tanawwarr 6). Mars Nahdlatul Wathani 7). Bersatulah Haluan 8). Nahdlatain 9). Pau gama‟ 10). Dan lain-lain. Dengan banyaknya karya yang telah beliau terbitkan mencerminkan ketinggian ilmu yang dimilikinya, sehingga oleh guru-gurunya TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendapat pujian dan kepercayaan yang besar. Di antaranya, ia pernah diberi kesempatan untuk memberikan kata pengantar dari gurunya Maulana Syaikh Hasan Muhammad alMahsyat. Dalam kata pengantar yang beliau tulis untuk kitab Baqi‟ah alMustarsyidin karya Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat sambil mengutip hadist Nabi Saw mengatakan: “Janganlah kamu mempelajari ilmu syariat dari seseorang kecuali dari orang yang baik riwayat hidupnya dan hatinya dan kamu sekalian telah menyelidiki atas keamanahannya”. Dari Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Mahsyat inilah, beliau pernah mendapatkan risalah/ijazah dengan seluruh isi kitabnya, “al-Irsyad bi al-Dzikr ba‟da Ma‟alim al-Ijazah wa al-Asnaf”. Dari sinilah, beliau menukil sebagian ucapan gurunya tentang kehidupan pribadinya yang mantap, tetapi tetap menganggap dirinya adalah orang yang hina dan fakir dalam pengetahuan agama.
54
Syaikh Muhammad al-Mahsyat pernah memberikan sanjungan kepada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Berikut kutipannya: “Demi Allah saya kagum kepada Zainuddin, kagum pada kelebihannya atas orang lain pada kebesaran yang tinggi dan kecerdsannya yang tiada tertandingi, jasanya bersih ibarat permata menunjukkan kebersihan ayah bundanya dan karya-karya tulisnya indah lagi menawan penaka bunga-bungaan yang tumbuh di lereng pegunungan. Di lapangan ilmu ia dirikan ma‟had, tetap dibanjiri thullab dab thalibat menuntut ilmu dan menggali kitab. Ia kobarkan semangat generasi muda menggapai mustawa dengan karyanya Mi‟raj al-Sibyan ila Sama‟i „Ilm al-Bayan. Semoga Alah memanjangkan usianya dan dengan perantarannya ia memajukan ilmu pengetahuan agama di Ampanan bumi Selaparang. Terkirimlah salam penghormatan harum semerbak bagaikan kasturi dari tanah Suci menuju “Rinjani” (Syaikh Muhammad Zainuddin Aabdul Madjid dalam Mi‟raj al-Sibyan ila Sama‟i „Ilm al-Bayan). Dengan demikian, TGKH Muhammad Zainuddin Adbul Madjid selain dikenal sebagai ulama yang memiliki kepedulaian yang tinggi terhadap dunia pendidikan Islam, ia juga mampu menuliskan pikiran-pikirannya untuk memberikan warisan yang paling berharga bagi penerus-penerusnya. 6. Kiprah sosial-keagamaan Melihat kondisi masyarakat Lombok pada saat itu yang masih terbelenggu oleh kebodohan dan keterbelakangan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
merasa tertantang untuk membenahi
masyarakatnya yang masih dalam jajahan Belanda, Jepang, Hindu Bali (Anak Agung Karangasem) melalui pencerdasan agama. Kepulangannya dari Mekah pada tahun 1934 ketika terjadi peperangan antara Raja Syarif Husein dengan Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman sehingga ia kembali ke Lombok untuk membuka pengajian pemula untuk masyarakat dengan system halaqah. Pondok Pesantren yang didirikan diberi nama Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (membela tanah air) sesuai dengan obsesinya untuk membela tanah air dari kaum penjajah. Dengan berbekal ilmu yang dimiliki, beliau mampu tampil sebagai seorang ulama yang mempunyai kompetensi besar dalam membentuk kader ulama. jenjang pendidikan
55
yang khusus untuk mencetak kader ulama diberi nama Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadits. Sebagai seorang Mujahid, TGKH Muhammad Zainuddin
Abdul
Madjid
berupaya
melakukan
inovasi
untuk
meningkatkan pengetahuan agama masyarakat. Itu sebabnya, beliau membuat rintisan dengan memperkenalkan system madrasah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama di NTB, membuka lembaga pendidikan khusus bagi wanita, mengadakan Syafatul Qubra, meciptakan hizib tarekat Nahdaltul Wathan, membuka sekolah umum di samping sekolah agama, menyususn nazham berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia. Berikut ini kiprah sosial-keagamaan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: a.
Pada tahun 1943 mendirikan Pesantren Al-Mujahidin
b.
Pada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDI
c.
Pada tahun 1943 mendirikan Madrasah NBDI
d.
Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok
e.
Pada tahun 1946 Pelopor Penggempuran Nica di Selong Lombok Timur
f.
Pada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Hajji dari negara Indonesia Timur
g.
Pada tahun 1948/1949 Anggota delegasi Negara Indonesia Timur ke Saudi Arabia
h.
Pada tahun 1950 Konsultan NU Sunda Kecil
i.
Pada tahun 1952 Ketua badan penasehat Masyumi Daerah Lombok
j.
Pada tahun 1953 Mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan
k.
Pada tahun 1953 Ketua Umum PBNW pertama
l.
Pada tahun 1953 Merestui terbentuknnya NU dan PSII di Lombok
m. Pada tahun 1954 Merestui terbentuknya PERTI Cabang Lombok n.
Pada tahun 1955 Anggota Konstituante RI hasil Pemilu I 1955
o.
Pada tahun 1964 Menjadi peserta KIAA (Konferensi Islam Asia Afrika) di Bandung
56
p.
Pada tahun 1964 Mendirikan Akademi Paedagogik NW
q.
Pada tahun 1965 Mendirikan Ma‟had Darul Qur‟an Wal Hadist Al Madjidiah Asy Syafi‟iyah Nadlatul Wathan
r.
Pada tahun 1972/1982 Anggota MPR RI hasil Pemilu II dan III
s.
Pada tahun 1971/1982 Penasehat Majelis Ulama‟ Indonesia Pusat
t.
Pada tahun 1974 Mendirikan Ma‟had Lil Banat
u.
Pada tahun 1975 Ketua Penasehat bidang Syara‟ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram
v.
Pada tahun 1977 Menjadi Rektor Universitas Hamzan Wadi
w. Pada tahun 1977 Mendirikan Universitas Hamzan Wadi x.
Pada tahun 1977 Mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas Hamzan Wadi
y.
Pada tahun 1978 Mendirikan STKIP Hamzan Wadi
z.
Pada tahun 1978 Mendirikan Sekolah Ilmu Syari‟ah Hamzan Wadi
aa. Pada tahun 1982 Mendirikan Yayasan Pendidikan Hamzan Wadi bb. Pada tahun 1987 Mendirikan Universitas Nahdlatul Nathan di Mataram cc. Pada tahun 1987 Mendirikan Sekolah Ilmu Hukum Hamzan Wadi dd. Pada tahun 1990 Mendirikan Sekolah Ilmu Da‟wah Hamzan Wadi ee. Pada tahun 1994 Mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) putra putri ff. Pada tahun 1996 Mendirikan Institut Agama Islam Hamzan Wadi Dari banyaknya kiprah yang telah beliau peroleh terlihat bahwa belau adalah salah seorang yang berpengaruh di pulau Lombok. Sehingga dapat di katakana bahwa beliau adalah seseorang yang berperan besar dalam mencerdaskan masyarakat
Lombok khususnya
dengan banyaknya
Madrasah-madrasah yang beliau dirikan sebagai lembaga pendidikan yang akan memberi kemajuan bagi sumber daya manusia di masa yang akan datang. Banyaknya kiprah yang telah beliau ukir juga menggambarkan betapa jelas tujuan beliau dalam menyebarkana Agama Allah melalui Nahdlatul Wathan dan pendidikan.
BAB V PERANAN TUAN GURU KYAI HAJI MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI NAHDLATUL WATHAN JAKARTA
A. Perkembangan Pendidikan Islam Nahdlatul Wathan Jakarta dari awal berdirinya sampai saat ini telah banyak mendirikan lembaga pendidikan yang bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai tingkat atas. Semua yang dilakukan dengan satu tujuan untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertaqwa sebagaimana selogan Nahdlatul Wathan yang sering di kumandangkan oleh warga Nahdlatul Wathan, yakni: Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa.1 Dalam mendirikan lembaga pendidikan KH Muhammad Suhaidi selaku Pimpinan
Nahdlatul Wathan Jakarta diberikan kebebasan oleh TGKH
Muhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau hanya menanyakan apa yang di ajarkan para santri, jama’ah dan majlis taklim disana. KH Muhammad Suhaidi diberikan keleluasaan untuk mendirikan lembaga apapun asalkan bermanfaat dan mampu menyebar luaskan Nahdlatul Wathan, dan selalu menggunakan ciri khas Nahdlatul Wathan. Sehingga dimanapun Nahdlatul Wathan berada selalu 1
Abdul hayyi Nu’man, dkk, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial dan Dakwah Islamiyah, (Lombok Timur: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan, 1988), h. 114.
57
58
menonjolkan ciri khasnya, seperti Sholawat Nahdlatain dan sebagainya. Dengan tujuan agar mudah di kenal masyarakat dan menjadi pembeda dengan organisasi yang lainnya. Berbicara mengenai lembaga pendidikan, pada saat awal mula ingin mendirikan lembaga pendidikan terjadi beberapa kendala. Salah satu kendala yang cukup rumit yaitu datang dari PBNW Pusat yang agak berat menerima lembaga pendidikan yang akan didirikan di Jakarta. Pada saat itu di Jakarta masyarakat lebih meminati lembaga pendidikan yang bersifat umum seperti SD, SMP & SMA bukan MDI, MTs & MA. Sehingga KH Muhammad Suhaidi berniat mendirikan lembaga pendidikan yang bernuansa umum yaitu Sekolah Dasar (SD) bukan Madrasah Diniah Islamiyah (MDI), dan melaporkannya pada PBNW Pusat. Pada saat itu PBNW Pusat keberatan dengan alasan bahwa TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak mau mendirikan SD beliau menginginkan Madrasah. Kemudian KH Muhammad Suhaidi menghadap kepada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dan mendiskusikannya, sehingga beliaupun menyetujuinya dengan mengatakan “Sekolah umum dan madrasah itu sama saja, kamu yang lebih tau, kalo memang itu yang bisa buat orang mengikuti kita ya sudah teruskan.”2 Karena sinyal yang diberikan itulah yang membuat KH Muhammad Suhaidi melanjutkan keinginannya tersebut dengan mendirikan SD, dan berupaya untuk memperjuangkan Nahdlatul Wathan melalui sekolah yang bersifat umum namun bernuansa Islami. Disamping mendirikan lembaga pendidikan formal Nahdlatul Wathan Jakarta juga mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat non formal. Penulis akan mencoba merincikan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Wathan Jakarta dan perkembangannya dari awal berdirinya sampai saat ini. Lembaga pendidikan yang akan diulas adalah lembaga pendidikan yang bersefat formal saja dan sekilas mengenai lembaga pendidikan non formal serta beberapa kegiatan, yang berupa dakwah Islamiyah yang merupakan kemajuan yang dilakukan Nahdlatul Wathan Jakarta. 2
Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta), (Jakarta: 07 Juni 2011).
59
Sampai saat ini telah banyak lembaga-lembaga pendidikan formal yang berdiri atas kerja keras KH Muhammad Suhaidi dari dukungan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid dan para asatiz di Jakarta, diantaranya: 1. Taman Kanak-Kannak (TK) Nahdlatul Wathan Jakarta a. Sejarah Singkat Berdirinya Pendidikan Islam memiliki kaitan yang sangat erat dengan Pondok Pesantren. Karena itu bila membicarakan Pondok Pesantren, berarti membicarakan suatu tempat yang sangat tepat untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Oleh karena TK Nahdlatul Wathan ini berada dalam naungan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarja, maka TK tersebut bernuansa Islami. Keberadaan TK ini diawali dari perbincangan para pengurus Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat itu, sehingga tercetuslah inisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan kanak-kanak yang bernuansa Islami. Masukan tersebut disambut gembira oleh masyarakat sekitar sehingga masyarakat memberi dukungan dengan keberadaannya karena pada saat itu masyarakat juga membutuhkan sarana pendidikan untuk anak-anak mereka sebelum masuk di Sekolah Dasar. TK Islam Nahdlatul Wathan ini berdiri pada tanggal 21 Januari 1990, berlokasi di Jl. Raya Penggilingan Kp. Pisangan I, Rt 01/03 Penggilingan Cakung Jakarta Timur. TK ini berada di bawah naungan Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta. Gedung TK adalah milik Yayasan bahkan saat ini sedang dalam proses pembangunan peningkatan gedung dikarenakan semakin banyaknya siswa-siswa yang mendaftar. Sampai saat ini keberadaanya TK Islam ini mengalami peninggatan baik dalam jumlah siswa dan jumlah kelas. Terbukti dari jumlah murid yang terdaftar sampai saat ini adalah 67 siswa yang terdiri dari 4 kelas dan sisanya sedang dalam proses
pembangunan,
walaupun
sebelumnya
sempat
terjadi
penurunan
diakibatkan banyaknya TK baru yang berdiri di daerah tersebut dengan menawarkan program baru yaitu program PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), namun saat ini TK NW telah mampu meningkatkan kualitasnya dan memperoleh kembali kepercayaan para wali murid dengan program-program yang di
60
laksanakan. Sehingga perkembangan jumlah murid setiap tahun kembali meningkat. Seiring dengan bertambah tingginya animo masyarakat terhadap pendidikan Nahdlatul Wathan Jakarta. Dengan kondisi demikian maka gedung TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta di tingkat. Tujuan pendidikan yang direalisasikan TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah menunjang tujuan pendidikan Nasional dan memberikan kesempatan pada masyarakat sekitar untuk dapat memberikan pendidikan pada anak-anak usia dini. b. Visi dan Misi 1) Visi Membentuk siswa menjadi anak soleh, cerdas, kreatif, mandiri, dan berakhlakul karimah. 2) Misi a) Membiasakan anak berprilaku yang mencerminkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa. b) Menumbuhkan rasa cinta tanah air c) Membimbing anak untuk mandiri d) Membimbing anak untuk kreatif dengan keterampilan dasar dan seni e) Membekali anak dengan kemampuan dasar untuk siap pada jenjang pendidikan selanjutnya c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan3 Tempat No.
Nama
Tanggal Lahir
1.
Mimin Mutoah
2.
Djumirah
3.
Marfuah, S.Pdi Siti
4.
Khairunnisa, S.Pdi
3
Banjar 30 - 05 - 1974 Tanon 10 - 06 - 1953 Jakarta 07 - 12 - 1975 Jakarta 23 - 09 - 1981
Jenis
Mulai
Kelamin
Mengajar
P
P
P
P
20 - 07 1998 25 - 07 1991 17 - 07 1995 01 - 08 2002
Documet TK Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
Ijazah
Jumlah
Terakhir
Jam
Kepala
PGTK
24
Guru
PGTK
24
Guru
S.1
24
Guru
S.1
24
Jabatan
61
5.
Ahmad, S.Pdi
Pancor 31 - 05 - 1971
12 - 07 -
L
1993
TU
S.1
-
Tabel diatas adalah table yang memberi gambaran jumlah guru dan kapasitas guru yang mengajar di lembaga tersebut, sehingga dapat menunjukkan perkembangan yang dialami oleh lembaga tersebut. Penerapan cirri khas Nahdlatul Wathan juga di pengaruhi oleh para guru yang mengajar di dalam lembaga tersebut. Terdapat beberapa guru yang menjadi murid langsung dari Maulana
Syeikh
dalam
lembaga
tersebut
sehingga
lembaga
tersebut
mengedepankan ciri khas Nahdlatul Wathan seperti do’a di awal memulai pelajaran dan mengakhiri pelajaran serta menghafal lagu-lagu perjuangan Nahdlatul Wathan. d. Kegitan Kurikuler Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Bidang TK Nahdlatul Wathan Jakarta dengan mengacu pada kalender pendidikan yang dikeluarkan departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan kurikulum yang dipakai di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah mengikuti kurikulum pendidikan Nasional. 1) Kegiatan Intra Kulikuler Kegiatan intra kulikuler adalah setiap kegitan yang terkandung dalam konten kurikulum dan telah diberi tambahan berupa pengayaan. Kegiatan intra kulikuler di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta meliputi menghafal surat-surat pendek, menghafal do’a-do’a, belajar Bahasa Inggris, melukis dan menari. 2) Kegiatan Ekstra Kulikuler Sebagai kegitan penunjang TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta memberikan kegiatan Ekstrakulikuler kepada siswanya, adapun kegiatan ektrakulikuler yang saat ini ada di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah Drum Band dan menari tradisional. 2. Madrasah Diniyah Islamiyah (MDI) Nahdlatul Wathan Jakarta a. Profil MDI MDI Nahdlatul Wathan Jakarta pada awalnya adalah Taman Pendidikan AlQur’an (TPA) Informal, namun saat ini telah berubah dan berkembang menjadi
62
lembaga formal di bawah naungan Depatemen Agama. Dengan kemajuan tersebut, perkembangan jumlah siswa terus meningkat. “Kami mulai dari nol untuk membangun semuanya ini, dari tidak punya kelas sampai sekarang alhamdulillah sudah punya kelas sehingga bisa menampung jumlah siswa yang terus meningkat jumlahnya setiap angkatan”4 tegas Kepala MDI ketika di wawancarai. Saat ini MDI Nanhdaltul Wathan Jakarta telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Depatemen Agama sejak tahun 2006. Awalnya masih menggunakan kurikulum sendiri sebelum munculnya program yang ditawarkan oleh pemerintah. Pada awalnya sebelum menjadi MDI, peserta didik hanya belajar Al-Qur’an. Namun sekarang setelah adanya program pemerintah yaitu MDI, pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik setara dengan pelajaran MI. Jadi tujuan MDI adalah untuk membantu mereka terutama pelajaran Agama mereka di sekolah formal yang kurang mendapat pelajaran agama. Maka Nahdlatul Wathan menyiapkan lembaga pendidikan Madrasah Diniah Islamiyah yang mana pelajaran mereka khusus pelajaran agama yaitu Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih dan Akhlak. TPA sebenarnya tidak hilang dan berganti seutuhnya menjadi MDI namun TPA masih menjadi bagian dari MDI tersebut dan diberi mana I’dadiyah atau kelas persiapan. Jadi peserta didik
yang dipersiapkan untuk masuk ke MDI
dididik terlebih dahulu di I’dadiyah
selama dua tahun, baru setelah itu bisa
berpindah ke tingkat Madrasah Diniyah. Untuk peserta didik yang berada di tingkat I’dadiyah mereka diajarkan menghapal surat–surat pendek dan membaca Iqra’. Jadi, persyaratan mereka bisa berpindah dari tingkat I’dadiyah ke tingkat MD adalah apabila peserta didik tersebut telah mampu membaca Al-Qur’an. Lama belajar peserta didik di MDI Nahdlatul Wathan Jakarta adalah selama empat tahun, dua tahun untuk I’dadiyah dan dua tahun untuk Madrasah Diniyah. Di kelas persiapan yaitu kelas I’dadiyah terdapat dua kelas. Untuk kelas 1 A dan 1 B Pra MDI, ini yang menjadi persiapan dan jumlah peserta didiknya adalah 59 orang. Adapun peserta didik MDI sekarang berjumlah 66 orang. Disamping itu di 4
Wawancara dengan Ahmad, (Kepala MDI Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz Pondok Pesantren Nandlatul Wathan Jakarta), (Jakarta: 20 Juli 2011).
63
MDI telah menggunakan ujian akhir. Ujian akhir
ini diselenggarakan oleh
Departemen Agama tahun pelajaran 2009 – 2010. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta terdapat empat tingkatan, dimulai dari kelas 1, kelas 2 kelas 3 dan kelas 4. Dikelas empat inilah yang di adakan ujian akhir sama seperti ujian fomal yang dilakukan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP dan SMA. Prestasi MDI juga terlihat saat tahun 2011 lalu Departemen Agama menyelenggarakan festival dengan tema festifal anak taqwa. Program Departemen Agama ini di kelola oleh KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah). Departemen Agama mengadakan program tersebut setiap tahunnya. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta turut berpartisipasi dalam festifal tersebut dan mendapat juara II di bidang Musabaqoh tilawatil Qur’an. Disamping itu ada juga program manasik haji. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta juga berpartisipasi dalam memperoleh tropi dengan jumlah peserta terbanyak. b. Visi dan Misi Karena tujuan atau visi dan misi MDI NW Jakarta adalah membentuk insaninsan Qur’ani yang berakhlakul karimah, dengan misi mengajarkan Al-Qur’an secara aktif dan menyenangkan. MDI Nahdlatul Wathan berbeda dengan MDI lain karena dalam pembelajarannya dipadukan antara doa, ikhtiar daam belajar dan di dalamnya juga terdapat program Hizib, itu masuk dalam Ekstra kurikuler yang di laksanakan setiap malam jum’at. Inilah yang membedakan antara MD atau TPA yang lain dengan MD Nahdlatul Wathan. c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan MD5 No 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Guru Ahmad, S.Pdi M. Syarbini, S.Ag Arif Usman, S.Pdi M. Husni Zaini, S.Pdi Saparuddin, S.Ag
5
L/ P
Tempat Tanggal Lahir
Pendidikan Terakhir SMA
TMT
MAPEL
S.1
L
Pancor
31/05/1971
V
16/02/1992
Fiqih
L
Lombok Timur
12/12/1970
V
12/07/1993
Aqd/Akh
L
Lombok
08/11/1977
V
13/10/2000
SKI
15/01/1976
V
15/06/1994
Tajwid
12/01/1972
V
07/08/1993
Qurdis
L L
Lombok Timur Lombok Timur
Documet MD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
64
6.
Ma'shum Ahmad, SQ.
L
Montong Renggi
12/05/1960
7.
Yeti Kustika
P
Jakarta
07/12/1982
8.
Mimin Mutha'ah
P
Banjar
30/05/1974 07/06/1977
V
03/01/1990
Qiroah
V
13/10/2001
Qiroah
V
15/06/1997
Qiroah
V
13/10/2003
Qiroah
V
03/01/1991
Hafalan
03/01/1991
Qiroah
03/01/1991
Qiroah
15/06/1998
Qiroah
9.
Husniati, S.Pdi
P
Lombok Timur
10.
Siti Rauhun, S.Pdi
P
Lombok
20/06/1966
11.
Syariah, QH.
P
DopangNB
27/12/1966
12.
Drs. M. Hilaluddin
L
Pancasari
20/11/1969
13.
Ruba'I, QH.
L
Lotim
15/07/1962
14.
Nurmayanti, S.Pdi
P
Jakarta
27/06/1986
V
03/10/2005
Qiroah
15.
Hamidi, S.Pdi
L
Lombok
01/12/1987
V
03/10/2011
B. Arab
V V V
Pengajar yang mengajar di lembaga tersebut sebagian besar adalah muridmurid Maulana Syeikh, sehingga lembaga tersebut banyak menerapkan metode dan strategi pendidikan yang pernah di ajarkan oleh Maulana Syeikh. Seperti do’a sebelum belajar, do’a mengakhiri belajar, shalawat dan hiziban, semua itu dipengaruhi oleh peranan Maulana Syeikh sebagai motivator dan pemberi wawasan yang dalam dengan didikan yang pernah di ajarkan. d. Tabel Jumlah Siswa MD 2011-20126 No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
I Pra MD
14
16
30
2.
II Pra MD
11
23
34
3.
I MD
12
18
30
4.
II MD
17
12
29
5.
III MD
10
9
19
6.
IV MD
7
4
11
71
82
153
Jumlah
Tabel diatas dapat menggambarkan jumlah siswa yang berada di lembaga tersebut, dari Pra MD I sampai MD IV, Pra MD adalah masa I’dadiyah atau masa sebelum dapat membaca A-Qur’an disana terdapat dua kelas. Kelas I Pra MD berjumlah 30 peserta didik, terdiri dari 14 peserta didik laki-laki dan 16 peserta didik perempuan. Kelas II Pra MD berjumlah 34 peserta didik, terdiri dari 11 6
Documet MD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
65
peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Kelas I MD berjumlah 30 peserta didik, terdiri dari 12 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan. Kelas II MD berjumlah 29 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan. Kelas II MD berjumlah 19 peserta didik, terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas IV MD berjumlah 11 peserta didik, terdiri dari 7 peserta didik laki-laki dan 4 peserta didik perempuan. 3. Sekolah Dasar (SD) Nahdlatul Wathan Jakarta a. Latar Belakang Keberadaan Mengingat pada awal keberadaannya SD Islam Nahdlatul Wathan Jakarta sekitar tahun 1992. Beberapa penghuni panti asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta sama sekali belum pernah bersekolah, ada yang pernah duduk di bangku sekolah kelas I SD namun hanya dua bulan. Sedang usia mereka sudah ada yang berumur 12 tahun. Kemudian para pengasuh panti asuhan Nahdlatul Wathan Jakarta mencoba untuk mendaftarkan anak-anak tersebut di salah satu SDN namun ternyata ditolak, dikarenakan umur yang telah kadaluarsa7. Akhirnya dengan kondisi seperti itu, ketua kordinnator bidang pendidikan perwakilan Nahdlatul Wathan Jakarta kemudian pada saat itu bermusyawarah dengan para pengasuh dan pengurus Nahdlatul Wathan Jakarta. Dan akhirnya kesepakatan tersebut menghasilkan sebuah keputusan yaitu mendirikan salah satu pendidikan formal yang bernuansa Islami dengan nama Sekolah Dasar Islam Nahdlatul Wathan Jakarta. Dari awal berdirinya pada 20 Juli 1992 sampai saat ini belum pernah ada pergantian kepala sekolah yang memimpin di SD Islam Nahdlatul Wathan tersebut. Kepala sekolah yang sampai saat ini masih di percayai untuk memimpin adalah H. Sofawi, S.Pdi.
7
2011).
Wawancara dengan Sofawi, (Kepala SD Nahdlatul Wathan Jakarta ), (Jakarta: 27 Juli
66
b. Visi dan Misi 1) Visi Unggul dalam prestasi yang didasari iman dan taqwa serta berbudi pekerti luhur. 2) Misi a) Menciptakan suasana belajar yang pakem. b) Menumbuhkan semangat keunggulan kepada seluruh warga sekolah. c) Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki. d) Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif. e) Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan. f) Aktif mengikuti perlombaan dalam berbagai bidang. g) Mengupayakan lulusan dengan nilai memuaskan. h) Memotivasi orang tua siswa dalam meningkatkan belajar siswa. i) Menanamkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. j) Memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi. c. Daftar Guru dan Karyawan8 Tempat No.
Nama
Tanggal Lahir
1.
2.
H. Sofawi,
Bumiayu
S.Pdi
13 – 09 - 1950
Muhasyim
Lombok
Asy’ari
05 – 12 - 1963
3.
Sukartini, S.Pd
4.
Yeti Kustika
5.
6.
7.
Jakarta 01 - 03 - 1960 Jakarta 07 - 12 - 1982
Ma’shum
Lombok
Ahmad, S.Pdi
12 - 12 - 1965
Sobikhin, S.Pdi
Tegal 15 - 07 - 1969
Tuti Alawiyah,
Jakarta
S.Pd
21 - 12 - 1971
Sarkiem
Sumedang
8. 8
Jenis
Mulai
Kelamin
Mengajar
L
L
P
P
L
L
P P
20 - 071992 20 - 071992
Jabatan
Terakhir
Kelas
Kepala
S.1 2002
-
TU
M.A 1983
-
S.1
VI
D.3 2003
I.A
S.1 1995
I s/d VI
18 - 07 -
Guru
1994
Umum
28 - 08 -
Guru
2009
Umum
01 - 09 -
Guru
1997
Agama
27 - 01 -
Guru
2000
Umum
15 - 07 -
Guru
1995
Umum
04 - 01-
Guru
Document SD Nahdlatul Wathan Tahun 2011
Ijazah
S.1
Bdg Study
S.1 2009
V
SPGN
I.B
67
23 - 06 - 1964 9.
Siti Rauhun,
Lombok
S.Pdi
20 - 06 - 1966
10.
Siti Sodah, S.Ag
11.
Husniati, S.Pdi
Mursidah
13.
Rusilawati Spd
15.
29 - 10 - 1973 Lombok 15 - 05 - 1977 Jakarta
12.
14.
Lombok
27 - 08 - 1970 Indramayu 28 - 01 - 1972
Muh. Husni
Lombok
Zaini S.pdi
15 - 01 - 1976
Ahmad, S.pdi
Lombok 31 - 05 - 1971
P
P
P
P
P
L
L
2001
Umum
15 - 07 -
Guru
2007
Umum
03 - 02 -
Guru
2003
Umum
25 - 02 -
Guru
2003
Umum
14 - 07 -
Guru
1995
Umum
20 - 07 -
Guru
1992
Umum
08 - 08 -
Guru
2004
Penjas
15 - 08 -
Guru
1999
Inggris
1984 S.1 2002
III.B
S.1 2001
II.A
S.1 1999
II.B
D.2 2009
III.A
S.1 2011
IV
S.1
I s/d VI
S.1 2003
I s/d VI
Daftar tabel di atas menggambarkan perkembangan pendidikan yang berlangsung di lembaga tersebut, dapat dilihat dari kualifikasi guru-guru atau standar guru-guru yang mengajar disana. Dari kualifikasi tersebut dapat di ukur kualitas guru yang mengajar di lembaga tersebut sebagai gambaran peningkatan mutu pendidikan di lembaga tersebut. Dilembaga tersebut terdapat 15 orang guru termasuk didalamnya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan TU. d. Tabel Jumlah Siswa SD 2011-20129 No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
I SD
36
27
63
2.
II SD
17
23
40
3.
III SD
27
18
45
4.
IV SD
22
23
45
5.
V SD
20
16
36
6.
VI SD
13
20
33
135
127
263
Jumlah
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di dalam lembaga tersebut dari kelas I sanpai dengan kelas VI. Kelas I berjumlah 63 peserta didik, terdiri dari 36 peserta didik laki-laki dan 27 peserta didik perempuan. Kelas 9
Documet SD Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
68
II berjumlah 40 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Kelas III berjumlah 45 peserta didik, terdiri dari 27 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan. Kelas IV berjumlah 45 peserta didik, terdiri dari 22 peserta didi laki-laki dan 23 peserta didik perempuan. Kelas VI berjumlah 33 peserta didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di lembaga tersebut adalah 263 terdiri dari 135 peserta didik laki-laki dan 127 peserta didik perempuan. e. Fasilitas Sejak pertama berdiri, keadaan fisik bangunan, sarana dan fasilitas di SD Islam Nahdlatul Wathan Jakarta tidak mengalami banyak perubahan, namun beberapa kelas masih menumpang di lembaga lain, itu dikarenakan jumlah siswa yang terus meningkat. Saat ini jumlah kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar ada 8 kelas. Adapun sarana dan fasilitas lain yang terdapat di TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sebagai berikut: a. Ruang Kelas Ruang kelas atau ruang belajar merupakan tempat berlangsungnya kediatan belajar mengajar yang jumlahnya ada 8 ruang dengan kondisi bangunan yang permanen. b. Ruang Kepala Sekolah Ruang kepala sekolah yang mnenyatu dengan ruang administrasi/Tata Usaha serta ruang guru tetapi di batasi oleh sekat, agar tidak tercampur dengan kegiatan adminidtrasi/Tata Usaha. c. Ruang PSB Ruang PSB merupakan ruang yang digunakan untuk menyimpan, memelihara, dan memanfaatkan kolehsi buku-buku, dan alat peraga, serta alat-alat pendidikan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar. PSB di SD Islam Nahdlatul Wathan Jakarta memiliki ruang baca yang cukup memadai. h. Ruang UKS Ruang UKS TK Islam Nahdlatul Wathan Jakarta terletak di sebelah lapangan olah raga dan dan sekarang telah menjadi klinik Nahdlatul Wathan Jakarta dan di fungsikan sebagai UKS bagi setiap lembaga yang bernaung di bawah Yayasan.
69
4. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nahdlatul Wathan Jakarta a. Latar Belakang SMP Nahdlatul Wathan Jakarta yang beralamatkan di Jalan Raya Penggilingan Cakung Jakarta Timur. Sekolah ini berdiri diatas lahan seluas 4000 m2 dengan gedung yang cukup sederhana, terdapat tujuh ruang kelas dengan empat rombongan belajar, ruang kepala sekolah, ruang guru, laboratorium, perpustakaan serta UKS. Sekolah tidak memiliki ruang serba guna dan mereka biasa menggunakan ruang kelas bila ada kegiatan khusus. Walau baru berdiri sekitar tahun 1998 namun jumlah meja, kursi, papan tulis dan sebagainya cukup memadai, dan cukup terpelihara dengan baik. Halaman sekolah cukup luas dan terpelihara, namun sangat disayangkan bahwa pagar halaman sekolah sidah rusak dan belum di perbaiki, sehingga cukup mengganggu keamanan dan kenyamanan belajar mengajar. Kantin sekolah juga belum ada. Pelaksanan pembelajaran disekolah ini cukup baik sebab disamping sebagian besar para gurunya memenuhi kwalifikasi (Sudah berijasah S.1), mereka juga selalu mencoba untuk memenuhi standar untuk setiap mata pelajaran. Para guru melaksanakan tugas dengan serius dan mereka juga mencoba mengembangkan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan. Mereka mengembangkan silabus dan RPP, hanya saja sebagian besar masih bersifat “mengambil dari pihak lain” (copy and paste) demi kemudahan sehingga tak banyak yang mereka buat sendiri10. Secara umum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah ini cukup baik sebab ada beberapa guru yang telah menggunakan pendekatan PAKEM/CTL dalam melaksanakan tugasnya. Mereka juga telah membuat silabus sesuai dengan standar yang ditentukan untuk membantu peserta didik mencapai standar kelulusan. Sebagian besar guru mempunyai perencanaan penilaian peserta didik namun belum memberikan feed back hasil penilaian pada peserta didik. Mereka menganggap bahwa pnilaian adalah hak guru dan tidak perlu memberitahu peserta didik dan orangtua mereka.
10
Badri HS, “Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pada SMP Nahdlatul Wathan JakartaTimur, Tesis Pascasarjana Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, (Jakarta: Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, 2011), h. 92.
70
Hanya sebagain kecil guru yang sudah membuat KKM tetapi belum menyampaikan informasi kepada peserta didik mengenai KKM termasuk apa yang di persyaratkan untuk penguasaan minimum. Para guru juga tidak melibatkan orang tua dalam penilaian para peserta didik termasuk kurang memberikan masukan hasil penilaian peserta didik pada orang tua sehingga peningkatan belajar mereka hanya tergantung pada guru di sekolah saja tanpa masukan dari orang tua11. b. Visi Misi dan Tujuan 1) Visi Unggul dalam dasar-dasar IPTEK yang berpijak pada IMTAQ dan Akhlakul Karimah 2) Misi a) Berprestasi dalam perolehan nilai-nilai akademik b) Berprestasi dalam kegiatan non akademik/ ekstrakulikuler c) Aktif dan dinamis dalam kegiatan keagamaan d) Bertanggungjawab dalam sikap dan prilaku e) Aktif dalam membangun bangsa 3. Tujuan a) Menciptakan lulusan yang memiliki dasar-dasar ilmu pengetahuan dalam teknologi (IPTEK). b) Menciptakan lulusan yang memiliki pengetahuan dasar-dasar Bahasa Arab dan Inggris baik lisan maupun tulisan. c) Menciptakan lulusan yang terampil dalam bidang teknologi dan komunikasi. d) Menciptakan lulusan yang mampu memegang teguh iman dan taqwa (IMTAQ). e) Menciptakan hubungan harmonis warga sekolah dengan warga lingkungan sekilah guna perkembangan atau kemajuan sekolah. f) Berusaha untuk mendapatkan juara umum loketa atau perlombaan lainnya.
11
Badri HS, “Menejemen Berbasis Sekolah…, h. 92.
71
g) Diharapkan lulusannya dapat diterima pada sekolah unggulan dan minimal dapat meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. h) Mengadakan kegiatan-kegiatan ekskul dan pengembangan diri melalui program pembiasaan disekolah untuk meningkatkan wawasan siswa. i) Menciptakan lulusan yang militan diharapkan menjadi kader/ generasi penerus dalam memajukan agama nusa dan bangsa melalui organisasi Nahdlatul Wathan. c. Daftar Guru dan Karyawan12 Tempat No.
Nama
Tanggal Lahir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Drs. Badri HS,
Lombok
M.Pd
31 - 12 - 1962
M. Syarbini,
Lotim
S.Ag
12 - 12 - 1970
H. M. Suhaidi,
Lotim
SQ
21 - 01 - 1959
Naningsih, S.Pd
9.
10.
11.
12.
08 - 07 - 1972
Dra. Rohmah
Kebumen
Hidayati
19 - 02 - 1967
Muhammad Ali,
Ciamis
S.Pd
02 - 09 - 1972
Arviyanti
Padang
Martya
01 - 03 - 1971
Tri Puji Rahayu,
Karanganyar
S.Pd
25 - 08 - 1967
Dra.
Jakarta
Ismiatiningsih
27 - 11 - 1966
Muh. Husni
Lotim
Zaini, S.Pdi
15 - 01 - 1976
Arief Rahman,
Jakarta
S.Pd
01 - 08 - 1977
7.
8.
Jakarta
Arief Utsman,
Lombok
S.Pdi
11 - 08 - 1977
13.
Nurbiastuti,
12
Gnung Kidul
Jenis
Mulai
Kelamin
Mengajar
L
L
L
P
P
L
P
P
P
L
L
L P
20 - 071998 20 - 071998 20 - 07 1998 16 - 10 1998 19 - 07 1999 06 - 09 1999 24 - 04 2000 17 - 07 2000 20 - 07 2001 15 - 07 2002 31 - 07 2003 31 - 07 2003 13 - 01 -
Documet SMP Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012
Jabatan
Ijazah Terakhir
Study
Kepala
S.2
PAI
Wakil
S.1
TIK
Guru
S.1
Aqidah
Guru
S.1
IPS
Guru
S.1
MTK
Guru
S.1
B. Ind
Guru
S.1
Guru
S.1
B. Ing
Guru
S.1
IPA
Guru
S.1
Penjas
Guru
S.1
PKN
Guru
S.1
B. Arab
Guru
S.1
B. Indo
PLKJ& Seni
72
S.Pd 14.
11 - 11- 1965
Abdul Rahim,
Praya
S.Pdi
14 - 09 – 1987
2009 13 - 07 -
L
2009
Guru
S.1
Qira’ah
Tabel di atas mejelaskan tentang jumlah guru yang berada di SMP Nahdlatul Wathan Jakarta. Jumlah keseluruhan guru yang terdaftar adalah sebanyak 14 orang terdiri dari, 1 Kepala Sekolah, 1 Wakil Kepala Sekolah, 1 guru Aqidah Akhlaq, 1 guru Ilmu Pendidikan Sosial , 1 guru Matematika, 2 guru Bahasa Indonesia, 1 guru Pendidikan Lingkungan dan Kebudayaan Jakarta, 1 guru Seni Budaya, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Ilmu Pendidikan Alam, 1 guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, 1 guru Pendidikan Kewarganegaraan, 1 guru Bahasa Arab, 1 guru Qiro’ah, 1 guru Tekhnik Informatika, 1 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru TU dan 1 guru Ke-NW-an. d. Tabel Jumlah Siswa SMP 2011-201213 No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
VII A SMP
22
10
32
2.
VII B SMP
24
9
33
3.
VII C SMP
23
9
32
4.
VIII A SMP
15
8
23
5.
VIII B SMP
15
7
22
6.
IX SMP
9
12
21
7.
IX SMP
11
8
19
119
63
182
Jumlah
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di SMP Nahdlatul Wathan Jakarta dari kelas VII sanpai dengan kelas IX. Kelas VII A berjumlah 32 peserta didik, terdiri dari 22 peserta didik laki-laki dan 10 peserta didik perempuan. Kelas VII B berjumlah 33 peserta didik, terdiri dari 24 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas VII C berjumlah 32 peserta didik, terdiri dari 23 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Kelas VIII A berjumlah 23 peserta didik, terdiri dari 15 peserta didi laki-laki dan 8 peserta didik perempuan. Kelas VIII B berjumlah 22 peserta didik, terdiri dari 15 13
Documet SMP Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
73
peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Kelas IX A berjumlah 21 peserta didik, terdiri dari 9 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan. Kelas IX B berjumlah 19 peserta didik, terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 8 peserta didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di SMP Nahdlatul Wathan Jakarta adalah 182 terdiri dari 119 peserta didik laki-laki dan 63 peserta didik perempuan. 5. Sekolah Menengah Atas (SMA) Nahdlatul Wathan Jakarta SMA Nahdlatul Wathan yang berdiri tahun 2002, sebagaimana lembaga pendidikan lainnya adalah salah satu lembaga pendidikan yang tetap mengemban amanat Undang-Undang Dasar 1945 mengenai pendidikan yang bermuara pada tujuan filosofis nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selaras dengan itu, Undang-Undang Dasar 1945 merefleksikannya dengan suatu kerangka dasar bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan bermutu” . Tujuan awal pendirian SMA Nahdlatul Wathan ini adalah untuk menampung para santri Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan yang lulus dari SMP Nahddlatul Wathan. Dengan tujuan dan harapan bahwa para santri tersebut tidak terpengaruh oleh lingkungan yang terdapat di luar Pondok Pesantren, seperti yang telah banyak di ketahui bahwa pergaulan di Jakarta sangat memprihatinkan, pelajar bolos sekolah, pergaulan bebas, dan tawuran. Untuk mencegah hal-hal demikian dan kekhawatiran para pengasuh dan para asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan dapat terhindarkan serta dalam mendidik para santri Pondik Pesantren berjalan dengan harapan kedua orang tua mereka yang menitipkan anaknya di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan. Seiring berjalannya waktu SMA Nahdlatul Wathan juga sebagai sarana alternatif bagi para siswa-siswi lulusan SMP Nahdlatul Wathan dan juga SMP dan MTs di lingkungan sekitar yang tidak bisa masuk di sekolah Negeri. Selang hanya 4 tahun sejak pendiriannya SMA Nahdlatul Wathan diakui statusnya sebagai sekolah yang berhak menyandang status ’disamakan’ dengan Akreditasi B dan berhak menyelenggarakan Ujian Nasional sendiri. Dengan semangat dan kerja keras para guru di SMA Nahdlatul Wathan, sekolah inipun makin diakui dan diperhitungkan keberadaannya di tengah-tengah
74
persaingan yang sangat ketat dengan SMK. Pada alal berdirinya banyak orang tua murid yang anaknya tidak mondok di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan namun menitipkan anaknya untuk bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan. Dengan pertimbangan bahwa lulusan SMA Nahdlatul Wathan tidak kalah dengan lulusan SMA suasta lainnya, sebagai bukti telah banyak lulusan-lulusannya yang di terima di Universitas-universitas berkualitas di Jakarta, seperti UIN Jakarta, UNJ, Gunadarma dan lain sebagainya. Disamping itu SMA Nahdlatul Wathan juga terus berprestasi dalam mengituki kejuaran keagamaan tingkat SMA di Jakarta. Beberapa kali siswa SMA Nahdlatul Wathan memperoleh juara satu mengalahkan SMA-SMA lain di Jakarta. Bahkan bukan hanya dalam satu bidang lomba saja akan tetapi pada beberapa mata lomba, di antaranya Pidato, MTQ, MHQ, Adzan dll. Semua ini dikarenakan SMA Nahddlatul Wathan berada dalam lingkungan Pondok Pesantren yang siswanya tidak sedikit dari para santri Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini sungguh sangat disayangkan, persentase siswa yang bersekolah di SMA Nahdlatul Wathan semakin berkurang. Semua ini dikarenakan persaingan pendidikan yang sangat ketat, apalagi belakangan ini SMK sedang produktif dalam berkarya dan menghasilkan banyak penemuanpenemuan mengakibatkan banyak siswa yang lebih tertarik untuk masuk SMK daripada di SMA. Bahkan SMA di sekitar Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan banyak yang tutup karena kekurangan siswa, namun SMA Nahdlatul Wathan Bersukur sampai saat ini masih berdiri walau murudnya hanya satu kelas saja. SMA Nahdlatul Wathan akan terus berupaya keras untuk mendatangkan murid, dengan menggalakkan ekskul yang mengasah kemampuan untuk mempermudah memperoleh pekerjaan seperti Otomotif dan Komputer, Ujar Muslihan Habib, MA selaku kepala sekolah SMA Nahdlatul Wathan. a. Visi dan Misi Sekolah 1) Visi Membangun Sumber Daya Manusia [SDM] Beriman dan Berdaya Saing 2) Misi a) Meningkatkan kualitas keagamaan secara intensif
75
b) Menumbuhkan penghayatan
dan pengamalan terhadap nilai-nilai
keagamaan c) Meningkatkan kualitas akademik d) Membina dan mengarahkan kinerja pembelajaran secara konsisten e) Menumbuhkan dan meningkatkan potensi keunggulan secara intensif. 3. Tujuan a) Meningkatkan kegiatan keagamaan secara teratur, terarah, terpadu dan kontinyu b) Siswa berdisiplin tinggi, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, menghargai sesama, hormat kepada guru dan patuh terhadap orangtua. c) Meningkatkan kegaiatan siswa yang mengarah pada kualitas Iman dan Taqwa (IMTAQ) d) Meningkatkan kegiatan siswa yang mengarah
pada kualitas Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) e) Guru memiliki profesionalisme dan kompetensi di bidangnya. f) Meningkatkan peringkat nilai rata-rata semester dan ujian nasional. g) Meningkatkan kegiatan Belajar dan Mengajar melalui sarana dan parasarana yang ada h) Meninkatkan kreativitas guru dalam mengajar mengalami peningkatan i) Adanya program tetap dalam bidang pelatihan kepemimpinan dan aktivitas sosial c. Daftar Tabel Guru dan Karyawan SMA14 Tempat No.
Nama
Tanggal Lahir
Muslihan
Lotim
Habib, MA
14 - 07 - 1972
Yuli Sofiyati,
Bumiayu
S.Pd
24 - 06 - 1977
H. M. Suhaidi,
Lotim
SQ
21 - 01 - 1959
Saparuddin,
Lotim
1.
2.
3. 4.
14
Jenis
Mulai
Kelamin
Mengajar
L
P
L L
15 - 072002 15 - 072002 15 - 072002 15 - 07-
Documet SMA Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
Jabatan
Ijazah Terakhir
Study
Kepala
S.2
NW
Wakil
S.1
Fisika
Guru
S.1
Aqidah
Guru
S.1
TIK
76
5.
6.
S.Ag
12 - 01 - 1972
Dra. Rohmah
Kebumen
Hidayati
19 - 02 - 1967
Dra.
Jakarta
Ismiatiningsih
27 - 11 - 1966
7.
Nurhayati, S.Pd
8.
Turdianto, S.Pd
9.
Dahlia, S.Pd
10.
Drs. Muhaidin
13.
15.
Kebumen 13 - 02 - 1974 Cirebon 23 - 12 - 1976 Ampan Lolat 31 - 12 - 1964 Padang
Martya
01 - 03 - 1971
Soleh Abwa,
Tegal
MA
11 - 10 - 1970
Rohimin, S.Pd
14.
25 - 08 - 1975
Arviyanti
11.
12.
Ciamis
Jakarta 13 - 08 - 1984
Baiq Sri Titin
Selong
Kuswari, S.Pd
25 - 10- 1973
Roby Hidayat
Lobar 28 - 11 - 1991
2002 15 - 07-
P
2002 15 - 07-
P
2002 15 - 07-
P
2002 15 - 07-
L
2002 05 - 08 -
P
2004 17 - 07 -
L
2006 29 - 07 -
P
2006 16 - 07 -
L
2007 14 - 07 -
L
2008 13 - 07 -
P
2009 13 - 07 -
L
2009
Guru
S.1
MTK
Guru
S.1
Biologi
Guru
S.1
Ekonomi
Guru
S.1
Kimia
Guru
S.1
Sosiologi
Guru
S.1
PKN
Guru
S.1
Guru
S.2
PAI
Guru
S.1
Penjas
Guru
S.1
Geografi
Guru
-
TU
Seni Rupa
Tabel di atas mejelaskan tentang jumlah guru yang berada di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta. Jumlah keseluruhan guru yang terdaftar adalah sebanyak 15 orang terdiri dari, 1 Kepala Sekolah, 1 Wakil Kepala Sekolah, 1 guru Tekhnik Informatika, 1 guru Matematika, 1 guru Biologi, 1 guru Ekonomi, 1 guru Kimia, 1 guru Sosiologi, 1 guru Pendidikan Kewarganegaraan, 1 guru Seni Rupa, 1 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, 1 guru Geografi, 1 guru TU, 1 guru Fisika dan 1 guru Ke-NW-an. d. Tabel Jumlah Siswa SMA 2011-201215 No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
X SMA
11
5
16
2.
XI IPS SMA
17
7
24
3.
XII IPS SMA
13
6
19
15
Documet SMA Nahdlatul Wathan Jakarta Tahun 2012.
77
Jumlah
41
18
59
Tabel di atas menggambarkan jumlah peserta didik yang berada di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta dari kelas X sanpai dengan kelas XII. Kelas X berjumlah 16 peserta didik, terdiri dari 11 peserta didik laki-laki dan 5 peserta didik perempuan. Kelas XI berjumlah 24 peserta didik, terdiri dari 17 peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan. Kelas XII berjumlah 19 peserta didik, terdiri dari 13 peserta didik laki-laki dan 6 peserta didik perempuan. Jumlah keseluruhan peserta didik di SMA Nahdlatul Wathan Jakarta adalah 59 terdiri dari 41 peserta didik laki-laki dan 18 peserta didik perempuan.
B. Peranan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid Menurut Drs. Kamaluddin M.SQ, yang merupakan salah seorang pakar pendidikan Indonesia saat ini. Kandidat doktor UIN dan konsultan beberapa sekolah unggulan di Depok, Serpong, Bekasi dan Aceh mengatakan syarat penyelenggaraan lembaga pendidikan harus memiliki beberapa rukun diantaranya: Satu adanya saranadan prasarana, dua adanya guru, tiga adanya murid, empat adanya kurikulum, lima adanya uang. Tapi uang bukan segalanya, artinya tidak punya uang lalu tidak punya program, tapi mestinya apabila programnya bagus uang akan menunjang.16 Nahdlatul Wathan Jakarta sebagai sarana lembaga pendidikan harus memenuhi syarat-syarat yang menunjangnya. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid adakah peranan beliau terhadap keberadaan Nahdlatul Wathan di Jakarta dan apakah terdapat kontribusi yang di berikan oleh beliau dalam berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan di dalamnya. Berikut penulis akan mencoba mengulas mengenai permasalahan tersebut. 1. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Secara 16
Lihat Tabloid Sinar Lima Edisi 8, h: 19.
78
umum sarana pendidikan adalah
segala macam alat yang digunakan secara
langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembagalembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan. Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan. Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M.17 Uang yang dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau 17
Dokumen Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta tahun 1997.
79
berkata “Jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak mencukupi” kemudian TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan uang pada KH Muhammad Suhaidi sejumlah kekurangan dari dana yang di kumpulkan oleh para Jama’ah dan wali murid tersebut. Setelah tanah di beli, saat itulah kemudian terbitlah struktur Surat Keputusan (SK) majlis taklim perwakilan majlis taklim dari Lombok. SK majlis taklim Nahdlatul Wathan untuk Jakarta diterbitkan oleh PBNW Pusat di Lombok. Namun SK tersebut dinilai kurang kuat sehingga para pengurus bermusyawarah agar di tingkatkan menjadi pengurus perwakilah Nahdlatul Wathan di Jakarta. Pada waktu itu KH Muhammad Suhaidi menemukan kendala di PBNW Pusat, karena pada waktu itu umur KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz lainnya masih terhitung muda, mereka berpendapat bahwa Jakarta adalah Ibukota Negara dan perwakilan Jakarta sejajar dengan PB, sehingga PBNW Pusat sangat berat mengeluarkan SK perwakilan
NW Jakarta. Namun setelah KH Muhammad
Suhaidi mendiskusikannya dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliaupun langsung mengambil alih dan mengatakan pada PBNW Pusat “Buatkan SK, tidak apa-apa terbitkan saja, seolah-olah beliau mengatakan tidak apa-apa terbitkan saja SK walaupun mereka masih anak-anak.”18 KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz di Jakarta diberikan kebebasan asalkan bermanfaat dan dapat memperkenalkan Nahdlatil Wathan. Dalam proses pembangunan dan pengembangan pendidikan di Jakarta TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah menanyakan apa yang kamu dirikan, namun yang sering beliau tanyakan adalah berapa jumlah tanahmu sekarang. Dan beliau juga sering mengontrol perkembangan pendidikan di Jakarta dengan bertanya, pelajaran apa saja yang di ajarkan di sana. Artinya jiwa dan semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar. Beliaupun bercita-cita untuk menjadikan Jakarta sebagai
18
Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta), (Jakarta: 07 Juni 2011).
80
generasi Nahdlatul Wathan suatu ketika. Beliau sering mengatakan “Ga cukup kalo tanahmu masih kecil begitu temanmu banyak nanti.19 TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, dalam peranannya yang sangat besar di tunjukkan dalam hal pembelian tanah. Beliau tidak pernah ikut campur dalam urusan membangun dan mendirikan bangunan. Namun beliau senantiasa mendukung atas apapun yang KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz dirikan di Jakarta. Dengan kearifannya beliau juga sering mengatakan dalam bahasa sasak “Mbe jak ampok ne sik mele nurut ite sik dengan ino”.20 Pernah pada suatu ketika KH Muhammad Suhaidi berdialog dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau mengatakan ketika membangun Sekolah Dasar (SD) “ Dato’21 ni SD mau ngecor tapi ndak ada dana, beliau mengatakan itu urusanmu, cari sendiri, saya tugasnya hanya membeli tanah.” Jadi dapat di simpulkan, apabila di persenkan kira-kira 70 % pembelian tanah di Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan uang TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dan 30 % nya menggunakan uang jama’ah. Bahkan saking cintanya beliau terhadap kemajuan dan perkembangan Nahdlatul Wathan Jakarta, sempat pada penghujung hayatnya beliau masih menitipkan uang sejumlah 30 Juta pada istrinya Hj Siti Rahmatullah, untuk diberikan pada KH Muhammad Suhaidi. Dan beliaupun sempat berpesan pada istrinya “Besok Suhaidi akan pulang kasi dia uang itu untuk memperluas tananya di Jakarta.” 2. Guru Dalam proses belajar mengajar guru adalah orang yang memberikan pelajaran. Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan orang yang kerjanya mengajar. Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada sisi lain, “guru adalah semua orang
19
Wawancara dengan Muhammad Suhaidi, (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta), (Jakarta: 07 Juni 2011). 20 Dalam Bahasa Indonesia Berarti: Bagaimana agar orang-orang itu mau mengikuti kita, kita turuti saja keinginan mereka. 21 Dalam bahasa saak Dato’ adalah panggilan penghormatan bagi sesepuh atau yang di tuakan atau di hormati di Lombok NTB.
81
yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. Latar belakang pendidikan seorang guru dari guru lainnya terkadang tidak sama dengan pengalaman pendidikan yang pernah dimasuki selama jangka waktu tertentu. Perbedaan latar belakang pendidikan akan mempengaruhi kegiatan guru dalam melaksanakan kegiatan interaksi belajar mengajar. Tetapi, karena banyaknya guru yang dibutuhkan di madrasah-madrasah maka latar belakang pendidikan seseorang seringkali tidak dipertimbangkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Siapa saja yang memberikan ilmu agama yang selama ini belum diketahui meski hanya satu pengetahuan maka orang yang memberi pengetahuan tersebut adalah guru bagi yang diberi pengetahuan. Semua orang yang telah meninggal dunia lalu perkataan, perilaku atau peninggalannya itu menjadi sumber pengetahuan agama yang baru bagi kita maka dia adalah guru kita. Sehingga dari sudut pandang ini maka generasi salaf adalah guru bagi berbagai generasi setelahnya” Sedangkan dalam bahasa Arab guru dikenal dengan kata al-mu’alim atau alustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Jadi al-Mu’alim atau alustadz mempunyai pengertian sebagai orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spriritualitas manusia. Adapun pengertian guru secara umum adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator siswa dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta. Karena guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan. Dari pengertian di atas ternyata terdapat sebagian orang yangmengartikan guru hanya sebagai pengajar. Sedangkan dalam lain memandang guru adalah sebagai seorang pendidik. Guru adalah bapak rohani bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan meluruskan perilakunya yang buruk oleh karena itu pendidikan mempunyai kedudukan tinggi.
82
Di Nahdlatul Wathan di Jakarta, dari awal keberadaannya para guru yang mengajar di dalamnya adalah alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka dapat di katakana bahwa para guru yang mengajar pada awal keberadaan Nahdlatul Wathan Jakarta tersebut adalah murid Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki Maulana Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh langsung dalam menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang terus meningkat di Nahdlatul Wathan Jakarta, para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga pendidikan. Disinilah terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para muridnya ketika masih menjadi santri dahulu. 3. Murid Murid berarti orang yang sedang berguru, datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa ilmu pengetahuan. Seorang murid adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan. Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajarmengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
83
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah murid/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid. Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi. Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal. Untuk mengantisipasi kebiasaan-kebiasaan yang akan di timbulkan oleh peserta didik, maka Nahdlatul Wathan telah menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam lingkungannya. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan terdapat dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap lembaga yang bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti peratuuran yang di buat oleh yayasan. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah atau setelah pulang sekolah harus menggunakan do’a yang di ajarkan oleh Maulana Syeikh, dan shalat zuhur berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan harus menggunakan do’a yang telah di ajarkan Maulana Syeikh dan yang di gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan. 4. Kurikulum Secara umum lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan kurikulum yang telah di terapkan oleh pemerintah baik dari Depatremen Pendidikan Nasional atau dari Departemen Pendidikan
84
Agama. Namun disisi lain Nahdlatul Wathan juga menerapkan kurikulum sendiri yang mampu berkolaborasi dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Nahdlatul
Wathan
memiliki
sebuah
kurikulum
sebagai
pedoman
pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an dibuat semenjak akhir tahun 2009 yang lalu, dengan lahirnya Dokumen Kurikulum KeNW-an yang kini sudah beredar di tengah masyarakat. Dengan proses penggalian dan pengembangan yang panjang dan berliku, keberadaan Kurikulum tersebut setidaknya telah menorehkan sejarah baru dalam perkembangan Nadlatul Wathan. Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini. 5. Metode Pembelajaran a. Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta Sarat dengan Nasihat Mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had saja. Namun kita akan coba untuk dilestarikan di Jakarta, tradisi ini dalam istilah bahasa sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul”22 yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama empat tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu 22
Istilah khas dalam bahasa sasak yang di gunakan Nahdlatul Wathan dalam serah terima murid baru oleh wali murid pada Yayasan pada tahun ajaran baru.
85
penyerahan siswa baru di tahun ajaran baru tersebut biasanya semua siswa, pengurus dan para guru dikumpulkan untuk menyaksikan penyerahan tersebut. Penyerahan dari seorang wali murid pada pengurus yayasan dan guru-guru dengan hati yang ikhlas serta mempercayakan anaknya agar dididik sehingga mendapatkan ilmu yang barokah dan bermannfaat bagi agama Nusa dan Bangsa. Selain itu, tradisi-tradisi yang di lestarikan di Jakarta ialah tradisi lumrah yang biasanya ada di setiap Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan baik di Lombok sebagai pusat Nahdlatul Wathan ataupun di luar Lombok. Diantaranya ialah membaca Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain sebagainya. Hizib di baca setiap malam jum’at bagi santri yang berada di pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai setelah shalat magrib sampai kurang lebih pukul 21.00 WIT. Bagi siswa dan siswi lembaga pendidikan membacanya pada seriap hari Jum’at pagi biasanya dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan pukul 09.00 WIT. Shalawat Nahdlatain dan do’a Nurul Hayat, asmaul husna dan do’a-do’a lainnya biasanya dibaca pada awal memulai pelajaran di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, baik TK, SD, SMP dan SMA, biasanya siswa dan siswi tersebut berbaris di depan halaman lembaga pendidikan masing-masing dan membacanya dengan bersama-sama. Do’a Pusaka biasanya dibaca oleh siswa dan siswi pada akhir pembelajaran yang berlangsung di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, biasanya membacanya di setiap kelas masing-masing dengan bersama-sama dan diawasi pleh guru yang mengajar di jam terakhir. Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta. b. Metode Pembelajaran yang Diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta Metode yang diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik TK, SD, SMP dan SMA. Akan tetapi selain dari kurikulum yang berasal dari pemerintah, Nahdlatul Wathan
86
Jakarta juga menerapkan pelajaran muatan local yang berisikan pelajaran Bahasa Arab, Keorganisasian dan juga penerapan tradisi-tradisi yang ada di Nahdlatul Wathan. Penerapan kurikulum memang tidak dapat terlepas dari pengawasan pemerintah dalam proses dan pengevaliasiannya, namun Nahdlatul Wathan juga senantiasa menerapkan kurikulum keorganisasian dalam lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungannya, seperti pelajaran keNWan yang memiliki kurikulum tersendiri dalam pengajaran dan penerapan pembelajarannya. Kurikulum keNWan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah para siswa dan siswi juga para santri untuk memahami Nahdlatul Wahtan secara mendalam. Dalam kurikulum keNWan termasuk juga didalamnya pemanfaatan jam nol, yaitu pembelajaran yang dilakukan sebelum jam pelajaran formal dimulai kurang lebih satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, bila jam formal bagi lembaga pendidikan dimulai jam 07.00 maka jam nol dimulai pekul 06.00, pada jam nol ini biasa di isi dengan pelajaran akhlak yang di ajarkan oleh para assatiz dari pondok pesantren di tujukan pada siswa dan siswi yang bersekolah di lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan Jakarta, namun jam nol ini belum merata pada setiap lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan, jam nol ini baru diterapkan pada dua lembaga pendidikan saja yaitu SMP Nahdlatul Wathan Jakarta dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta. Pengadaan pelajaran akhlak ini bertujuan agar membentuk karakter siswa dan siswi pelajar Nahdlatul Wathan yang berakhlak karimah baik dalam lingkungan pendidikan dan di luar lembaga pendidikan, disamping itu juga di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sekolah yang berbasiskan pondok pesantren sehingga siswa dan siswinya diharapkan memiliki sikap dan sifat layaknya seorang santri, dan dalam diri mereka tertanam nilai-nilai kebaikan dan akhlakul karimah. Dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa Nahdlatul Wathan Jakarta mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat umum sedangkan lingkungannya bernuansa pondok pesantren?. Dalam hal ini Nahdlatul Wathan Jakarta memiliki banyak pertimbangan sehingga terlahirlah lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum, semua ini tidak terlepas dari pengaruh dan dukungan lingkungan sekitar yang mendorong Nahdlatul Wathan Jakarta untuk
87
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum dari TK, SD, SMP dan SMA. Nahdlatul Wathan melihat masyarakat di sekitar lebih cenderung pada lembaga pendidikan yang bersifat umum, sehingga dengan kecendrungan masyarakat tersebut Nahdlatul Wathan akan mewarnai setiap kurikulum yang ada di dalamnya dengan pelajaran keagamaan, sehingga siswa dan siswi Nahdlatul Wathan tidak akan terlepas dari pelajaran dan pendidikan yang bersifat keagamaan walaupun lembaga pendidikan yang bernaung dibawahnya bersifat umum.
C. Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid atau biasa disebut Maulana Syeikh adalah seorang tokoh berpengaruh, ulama besar dan kharismatik di Lombok Nusa Tenggara Barat. Ketokohannya tidak saja kuat mengakar di lingkungan Nusa Tenggara Barat, tetapi juga hingga ke seluruh tanah air. Tak heran apabila banyak umat Islam dari berbagai daerah di tanah air, bahkan ada beberapa pimpinan negara yang datang berkunjung pesantrennya untuk meminta nasehat dan do’a pada beliau. Bagi banyak kalangan, Maulana syeikh adalah pemimpin yang berhasil mereformasi wajah pulau Lombok menjadi sebuah wilayah dengan identitas keIslam-an yang cukup kuat, dari kondisi keberagamaan sebelumnya yang bercorak Islam-Budha-Hindu. Nahdlatul Wathan adalah organisasi keislaman yang dibangun oleh Maulana Syeikh pada tahun 1953 sebagai medium perjuangan. Sekalipun Maulana Syeikh berkiprah memperjuangkan pendidikan agama dengan basis organisasi Nahdlatul Wathan di Pulau Lombok, sebuah daerah yang terpencil dilihat secara geografis nasional. Namun demikian, cita-citanya tidak pernah sederhana. Melalui Nahdlatul Wathan yang dibangunnya ia ingin mempersembahkan kader-kadernya untuk mewarnai kehidupan kebangsaan yang penuh dengan nuansa dan semangat keberagamaan yang tinggi. Dalam salah satu karyanya, Hizb Nahdlatul Wathan, ia menyusun doa yang artinya sebagai berikut: Ya Allah tinggikanlah derajat negara kami dengan Nahdlatul Wathan hingga langit tertinggi, mendapat kebahagiaan, petunjuk dan
88
perlindunganMu, dan sinarilah negara kami dengan bintang-bintang Nahdlatul Wathan, serta Makmurkanlah negara kami dengan air-air Nahdlatul Wathan.23 Dan dalam banyak do’a yang disusunnya, ia banyak menyisipkan do’a agar panji-panji Nahdlatul Wathan dapat disebarkan ke seluruh penjuru dunia, dengan ungkapannya yang sangat populer, wansyur liwa’a Nahdlatil Wathani fil ’alamin (Dan sebarkanlah panji-panji Nahdlatul Wathan ke seluruh penjuru dunia)24. Manusia merencanakan dan berdoa, Tuhan jualah yang memastikan dan menentukan. Saat ini salah satu cucunya berhasil di percaya, terpilih melalui pemilihan langsung dan demokratis yakni Tuan Guru KH. Muhammad Zainul Majdi, MA sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat. 1. Menempatkan Iman dan Taqwa sebagai visi hidup; Menurut Maulana Syeikh, iman memiliki posisi strategis dalam pembentukan kualitas individu. Tentang pentingnya Iman – Taqwa sebagai pilar kesuksesan dapat kita lihat dalam true sukses bagindan kita Nabi Muhammad SAW tentang hal ini sudah banyak dibahas, namun yang ingin digaris bawahi tentang pentingnya kecerdasan spiritual ini dalam kesuksesan juga telah di akui pakar barat sekalipun. ” Kecerdasan spritual tidak saja lebih perkasa dari pada jenis kecerdasan lainnya ( PQ, IQ, EQ) tetapi lebih dari itu kecerdasan spritual merupakan pusat dari segala kecerdasan, tegas Stephen R. Covey penulis buku the 7 th Habbits dan The 8 th Habbits. Selanjutnya kecerdasan spiritual Tuan Guru mewarnai derap kegiatannya, sebagaimana terekam dalam syairnya di bawah ini : Ya Subhanallah ajib bin heran Seakan mereka terputus iman Karena lupanya kepada Tuhan Yang telah menjamin di dalam Qur’an Kalau diserahkan kepada mereka Memimpin agama atau negara Maka qiamatlah agama kita Sebelum qiamat nusa dan bangsa25 23
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Hizib Nahdlatul Wathan, hal. 52. Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Hizib …, hal. 67 25 Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, h. 34. 24
89
Syair di atas menjelaskan bahwa iman sebagai norma dasar bagi sebuah kepemimpinan, baik kepemimpinan agama maupun negara. Bagaimanapun, fungsi kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan pilihan-pilihan keputusan. Suatu keputusan yang berlandaskan kepada nilai-nilai keimanan diyakini akan memberikan kemaslahatan bagi diri seorang pemimpin maupun masyarakat yang dipimpinnya. Demikian pula sebaliknya, menafikan nilai-nilai keimanan akan berdampak negatif pada sendi-sendi keberagamaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih jauh, ia juga mengajak untuk menumbuhkan semangat keimanan dan ketaqwaan sebagai penunjang dalam membentuk semangat keberagamaan dan kebangsaan. Seseorang yang beriman dan bertaqwa secara benar dan konsisten akan berdampak positif dan berbanding lurus antara aktivitas keberagamaan dan aktivitas kebangsaannya. Singkatnya, seorang dapat menjadi Muslim yang taat di satu sisi, dan pada saat yang bersamaan ia juga dapat menjadi seorang patuh dan berbakti kepada bangsanya. Asumsi ini terefleksikan dari syairnya di bawah ini : Hidupkan iman hidupkan taqwa Agar hiduplah semua jiwa Cinta teguh pada agama… Cinta kokoh pada negara Sangat durhaka seorang hamba Menjual iman melelang taqwa Membuang diri dan ibu bapa Mengejar bayangan kursi dunia Berikan andilmu kepada Islam Di abad bangkitnya seluruh umam Iman taqwa jadikan imam Menghadap Ka’bah Masjidil Haram26 Akhirnya, menyadari pentingnya iman dan taqwa di dalam setiap lini kehidupan, ia menempatkannya sebagai bekal utama di dalam mengarungi kehidupan. Dalam hal ini ia menyebutkan : Auliyaullah berkata selalu Jaman sekarang maupun dahulu “Iman taqwa hidupkan olehmu Kemudian baru mencari sangu27 26 27
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 29. Sangu berarti bekal dalam bahasa sasak
90
Karena insan dijadikan Tuhan Mengabdikan diri sepanjang zaman Bukan pokoknya makan dan makan Tapi pokoknya bersihkan iman28 2. Menggerakkan visinya dengan semangat Keyakinan, Keikhlasan dan Istiqamah; Posisi strategis iman dan taqwa dalam pembentukan kualitas kepribadian seseorang menjadi pribadi yang berkualitas di tengah-tengah masyarakat mengandaikan adanya tindak lanjut [follow up] dalam penerapannya, baik dalam konteks pribadi maupun sosial. Salah satu di antara formulasi yang ditawarkan oleh Maulana Syeikh adalah trilogi yakin, ikhlas, dan istiqamah. Apabila iman dan taqwa merupakan sesuatu yang bersifat visioner bagi pribadi dan sosial, maka trilogi yakin, ikhlas, dan istiqamah merupakan pilar-pilar strategis untuk menjaga agar visi yang sangat fundamental tersebut senantiasa dapat terpelihara, hingga pada suatu batas, visi itu telah terwujud. Dengan demikian, trilogi yakin, ikhlas, dan istiqamah merupakan komitmen pribadi dan masyarakat di dalam mewujudkan, membina, mempertahankan, dan melestarikan visi iman dan taqwa. Menurut Maulana Syeikh, lemahnya keyakinan seseorang terhadap visi iman dan taqwa sebagai norma dasar telah menyebabkannya mengalami erosi mental spiritual dan terperangkap menjadi tawanan syetan dan hawa nafsu serta terjebak dalam pilihan-pilihan hedonis dan kesenangan duniawi semata. Dalam hal ini ia menyatakan : Terkadang menjual jiwa raganya Menjual taqwa menjual imannya Itu terjadi karena gilanya Ditawan syetan dan hawa nafsunya Terkadang ada juga berkata Kami berbuat sebab terpaksa Ekonomi kami sepi tak ada Keroncongan perut pikiran buta Terkadang ada juga mengaku Bahwa mereka digadai di situ Itulah sebabnya mereka itu Menjadi budak menjadi penyapu 28
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 28.
91
Sayang sekali hidupnya semua Jar-majrurnya dunia belaka Mereka lupa ayat “RIZQUHA” Dan lupa ayat “MAKHRAJA”29 Selanjutnya, keikhlasan merupakan komitmen seseorang untuk senantiasa mendefinisikan sikap dan perbuatannya dalam konteks norma dasar iman dan takwa dengan sifat ikhlas, tanpa dipengaruhi oleh situasi eksternal yang melingkupi dirinya. Maulana Syeikh memberikan contoh sosok pribadi yang ikhlas sebagai ganbaran dari bentuk keikhlasan seseorang. Sosok pribadi dimaksud adalah sahabat Nabi, Khalid ibn Walid yang pernah diberhentikan oleh Umar ibn Khattab sebagai panglima perang. Meskipun demikian, Khalid tetap tegar dan konsisten berjuang dengan ikhlas. Ilustrasi sosok pribadi ikhlas terdapat dalam syair di bawah ini: Manusia ikhlas ada tandanya Tetap berjuang dengan setia Di mana saja mereka berada Tidak tergantung menjadi pemuka Contohnya Khalid dipecat Umar Di perang Yarmuk sedang berkobar Jiwa beliau bertambah besar Bertambah ikhlas berjuang sabar30 Selanjutnya, Maulana Seikh menganalogikan pandangannya tentang istiqamah dengan menggunakan analogi gunung Rinjani, gunung tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Gunung adalah fenomena kesemestaan yang berdiri kokoh dan secara simbolik mempertahankan bentuknya dalam kurun waktu yang cukup lama. Seorang Muslim, menurutnya, hendaklah berusaha untuk mempertahankan norma dasar iman dan taqwanya serta tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang secara substantif dalam mengurangi atau menghilangkan norma dasarnya. Anjuran moral untuk menegakkan sikap istiqamah ini, antara lain tercermin dalam syairnya. Kalau anakda berjiwa Rinjani Pastilah tegak sepanjang hari 29 30
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 35-36. Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 38.
92
Tidak berubah tidak ampibi Walaupun dijanji ranjang dan kursi31 Silahkan bertanya kepada warga NW dan Pulau Lombok yang lahir pada tahun 60-an dan 70-an bahkan mereka yang berusia sekolah ditahun 80-an. Pada tahun 80-an lembaga pendidikan pemerintah tingkat SLTP baru hanya ada pada tingkat kecamatan, itu pun jumlahnya baru hanya satu buah. Sementara lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan sudah berdiri di beberapa desa pada wilayah satu kecamatan. Hal ini tidak terlepas dari komitmen dan motivasi yang diberikan oleh Ayahanda AlMaghfurlah Maulana Syaikh kepada para abituren dan pencinta Nahdlatul Wathan sebagaimana termaktub dalam Wasiat Renungan Masa yang berbunyi: Buka madrasah desa dan dasan Agar tersebar ajaran Tuhan Ikatan Pelajar, PG aktifkan Himmah, Pemuda terus tonjolkan. Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri Dilahirkan Tuhan di Lombok ini Ciptaan Sasak Selaparang asli Wajib dibela sampai akhirati Pelita NTB bertambah terangnya Karena NW lahir padanya Berpartisipasi dengan megahnya Membela Agama, Nusa dan Bangsa Kalau anakda memang setia Tentulah seturut dan bersedia Menegakkan NW ciptaan ayahda Bersama menolak iblis yang nyata Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda Ku amanatkan kepada anakda Dipelihara dan terus dibina dan dikembangkan di Nusantara Asas NW jangan diubah Sepanjang masa sepanjang sanah Sunnah Jamaah dalam aqidah Mazhab Syafi’i dalam syari’ah Wajiblah `nakda banyak bersyukur Atas NW mu nan maju teratur Menyebarkan ilmu dan amal mabrur 31
Muhammad Zainuddin Abdul Mdjid, Wasiat…, h. 34.
93
Secara terang, secara jujur32 3. Memperjuangkan Visinya dengan Kesabaran dan Penuh Syukur Sabar dan syukur dalam menjalani hidup disebutkan oleh Ibnu Abbas sahabat Nabi sebagai pilar utama kebahagiaan hidup seorang muslim. Hal yang sama tampak betul dilakoni Maulana Syekh dalam perjuangan membangun pendidikan, sosial, dan dakwah hingga mencapai hasil yang optimal. Semua kita tahu bagaimana suka duka sang tokoh dalam meletakkan fondasi NW di Lombok NTB. Tantangan bak batu cadas bertubi-tubi siap menggelincirkan langkahnya tidak saja datang dari masyarakat kebanyakan karena keawamannya, tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat yang takut kehilangan pengaruh, bahkan kaum penjajah kolonial yang selalu
curiga
pada
gerakan-gerakannya.
Seberapa
besar
tantangan
itu
dirasakannya, pada tahun 1963 ia menyatakan: ”Hanya mati saja yang belum pernah kualami dengan datokmu (ayahanda Al Marhum Haji Abdul Madjid) dan ibumu (Almarhumah Hajjah Fatmah Mahmud) sewaktu kami membangun/melahirkan Madrasah NWDI dan NBDI” Ungkapan tersebut menggambarkan betapa luar biasanya cobaan yang datang dan pergi dalam memperjuangkan Madrasah NWDI dan NBDI. Manun kini kedua madrasah tersebut telah menjadi induk dari pendidikan di Pulau Lombok dan induk dari Madrasah di pulau Lombok pantas bila kedua Madrasah tersebut beliau namakan dengan Dwi Tunggal Pantang Tanggal.
32
Siti Raihanun, “Sambutan Ketua Umum PBNW”, dalam Tasyakkuran Penamatan Santri Podok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran 2009/2010, Ahad, 16 Mei 2010.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari kajian penelitian ini, kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut : Pertama, Lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta mayoritas bersifat umum namun bernuansa Islami dari tingkat bawah sampai tingkat atas dari TK sampai SMA. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi Islam yang beriman dan bertaqwa sebagaimana selogan Nahdlatul Wathan , yakni: Pokoknya NW, Pokok NW Iman dan Taqwa. Dalam perjalanannya Nahdlatul Wathan di Jakarta juga senantiasa menggunakan ciri khas Nahdlatul Wathan sebagaimana induknya di Lombok, seperti sholawat Nahdlatain, do’a nurul hayat dan do’a-do’a lannya. Kedua, Sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Bahkan hamper 70% tanah tempat lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta menggunakan uang dari
Maulana
Syeikh.
Namun
dalam
proses
pembangunan
dan
pengembangan pendidikannya TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid ikut campur tangan, namun beliau tetap mengontrol perkembangan pendidikannya.
94
95
Artinya jiwa dan semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar. Ketiga, Para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah alumnus Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan pancor NTB. Maka dapat di katakana bahwa para guru yang mengajar tersebut adalah murid Maulana Syeikh dan secara otomatis memiliki bekal perjuangan yang dimiliki Maulana Syeikh pula. Dalam hal ini terdapat keterlibatan Maulana Syeikh langsung dalam menerapkan pendidikan dan pengajaran kepada para guru yang mengajar di Nahdlatul Wathan Jakarta pada saat para guru tersebut sedang mengenyam pendidikan di Ma’had Darul Qur’an dan Hadits Nahdlatul Wathan. Namun seiring berjalannya waktu para gurupun semakin bertambah di setiap lembaga pendidikan, sehingga terdapat fariasi, karena para guru yang datang setelahnya adalah para guru professional lulusan kampus-kampus terkemuka di Indonesia. Akan tetapi para guru tersebut langsung beradaptasi dengan lingkungan Nahdlatul Wathan, karena nuansa yang ditanamkan semenjak awal berdirinya di Jakarta tak akan pudar, sebagai bekal yang di wariskan Maulana Syeikh kepada para muridnya ketika masih menjadi santri dahulu. Keempat, Menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam bagi para siswa dan siswi. Semua ini dilakukan dikarenakan Nahdlatul Wathan berada dalam lingkungan Pondok pesantren. Dan semua murid disetiap lembaga yang bersekolah di Nahdlatul Wathan diharuskan untuk mengikuti peraturan yang di buat. Seperti berdo’a sebelum masuk sekolah atau setelah pulang sekolah harus menggunakan do’a yang di ajarkan oleh Maulana Syeikh, dan shalat zuhur berjama’ah di sebelum pulang sekolah dan harus menggunakan do’a yang telah di ajarkan Maulana Syeikh dan yang di gunakan oleh semua Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan Organisasi Nahdlatul Wathan. Kelima,
Nahdlatul
Wathan
memiliki
kurikulum
sebagai
pedoman
pengembangan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Ke-NW-an. Kurikulum dalam konteks ini adalah dokumen yang berisi sistematika kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dari pelajaran Ke-NW-an secara
96
umum dan khusus yang dirinci dalam satuan tingkatan belajar dan diletakkan dalam kerangka sistem kurikulum nasional yang berlaku saat ini. Keenam, Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta sarat dengan nasihat mutiara TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid, terutama sekali ialah tradisitradisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Salah satu contoh yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama empat tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan. Selain itu, ialah membaca Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain sebagainya. Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta. Ketujuh, Pemikiran Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, melalui Nahdlatul Wathan yang dibangunnya ia ingin mempersembahkan kader-kadernya untuk mewarnai kehidupan kebangsaan yang penuh dengan nuansa dan semangat keberagamaan yang tinggi. Dalam salah satu karyanya, Hizb Nahdlatul Wathan, ia menyusun doa yang artinya sebagai berikut: Ya Allah tinggikanlah derajat negara kami dengan Nahdlatul Wathan hingga langit tertinggi, mendapat kebahagiaan, petunjuk dan perlindunganMu, dan sinarilah negara kami dengan bintang-bintang Nahdlatul Wathan, serta Makmurkanlah negara kami dengan air-air Nahdlatul Wathan. Menempatkan iman dan taqwa sebagai visi hidup, Menggerakkan visinya dengan semangat keyakinan, keikhlasan dan istiqamah, serta memperjuangkan visinya dengan kesabaran dan penuh syukur.
97
B. Saran Meskipun proses pembelajaran dalam lembaga-lembaga pendidikan di Nahdlatul Wathan Jakarta berjalan dengan semestinya. Namun penulis melihat terdapat beberapa kekurangan yang mesti di benahi dan diperbaiki oleh Yayasan dan khususnya para kepala sekolah. Beberapa hal tersebut diantaranya, sarana kelas, media pembelajaran, disiplin pendidik, disiplin siswa dan administrasi. Pendidikan akan berjalan baik sesuai dengan harapan bila sarana kelas kondusif dan layak serta memadai untuk di jadikan lokasi pembelajaran. Dalam observasi penulis terdapat beberapa sarana kelas yang masih kurang kondusif terdapat beberapa meja dan kursi yang perlu di perbaiki. Peserta didik akan menikmati dan lebih memahami pelajaran bila kelas terasa nyaman tidak pengap dan panas oleh karena itu dibutuhkan kipas angin di setiap ruangan kelas, sehingga peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. Media juga dibutuhkan dalam proses belajar mengajar untk mempermudah pendidik dalam menyampaikan pelajaran. Walaupun sudah ada proyektor namun jumlahnya masih terbatas sehingga para pendidik masih bergantian dalam menggunakannnya. Oleh karena itu dibutuhkan proyektor dalam setiap kelas hehingga pendidik tidak saling bergantian untuk menggunakan proyektor tersebut, dan tercapai pembelajaran yang kondusif. Kedisiplinan peserta didik juga terlihat lemah, selama beberapa hari penulis mengadakan observasi terlihat beberapa peserta didik dan beberapa pendidik tidak datang tepat pada waktunya, sehingga mengakibatkan keterlambatan proses belajar mengajar di sekolah tersebut, walaupun hanya beberapa menit. Oleh karena itu kepala sekolah dan staf diharapkan untuk memberi sanksi dan teguran pada peserta didik dan tenaga pendidik tersebut, agar tercapainya proses pendidikan yang sesuai dengan harapan. Dalam pendidikan juga dibutuhkan administrasi yang propesional. Dalam hemat penulis selama melakukan observasi terlihat beberapa administrasi yang belum disempurnakan, seperti file-file penting yang peletakannya harus tepat sehingga bila dibutuhkan dapat cepat di peroleh. Sehingga tidak mencari-cari terlebih dahulu.
98
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Wawancara, Jakarta: 20 Juli 2011. Arif, Armai, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam Dasar dan Menengah, (Jakarta: Ciputat Press, 2000). Arifin, M., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1987). Badri, Menejemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Pada SMP Nahdlatul Pascasarjana
Universitas
Islam
At
Wathan
JakartaTimur, Tesis
Tahiriyah
Jakarta,
(Jakarta:
Universitas Islam At Tahiriyah Jakarta, 2011). Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Habib, Muslihan, Jakarta: 02 Juni 2011 Harian Umum Suara Nusa, Kobarkan Semangat Kemerdekaan, (Mataram: tanggal 19 November 1997). Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1968). Masnun, Tuan Guru KH Muhammad Zainuddin Abdul Majid Gagasan dan Gerakan Pembaharuan Islam di Nusa Tenggara barat, (Jakarta: Pustaka Al-Miqdad, 2007). Miftahuddin, Wawancara, Jakarta: 28 Mei 2011
99
Muhtar, Fathurrahman, Konflik dalam Pengelolaan Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Tesis Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya (Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2010). N. Grass, W.S. Massan and A.W. Mc. Eachern, Exploration Role Analysis, dalam David Barry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995). Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001). Noor, Mohammad, dkk,
Visi Kebangsaan Religius Refleksi Pemikiran dan
Perjuangan Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid 1904-1997, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Bekerjasama dengan Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, 2004). Nu’man, Abdul Hayyi, dkk, Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial dan Dakwah Islamiyah, (Lombok Timur: Pengurus Daerah Nahdlatul Wathan, 1988). Poerwadarminta, Wjs., Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976). Raihanun, Siti, Sambutan Ketua Umum PBNW, (Pada Tasyakkuran Penamatan Santri Podok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran 2009/2010) Ahad, 16 Mei 2010. Sahabuddin, Wawancara, Jakarta: 24 Mei 2011. Sarwono, Sarlito Wiraman, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). Sofawi, Wawancara, Jakarta: 27 Juli 2011. Suhaidi, Muhammad, Wawancara, Jakarta: 07 Juni 2011. Syafi’i, Abdullah, Maulana Syeikh TGH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid Menjadi Tauladan Bagi Umat Islam, dalam Sinar Lima (Jakarta: Majalah Triwulan Sinar Lima, 1995).
100
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Presfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005). Zainuddin, Muhammad, Nadzam Batu Ngompal Terjemah
Tuhfatul Atfal,
(Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 1996). Zainuddin, Muhammad, Hizib Nahdlatul Wathan, (Jakarta: Nahdlatul Wathan Jakarta, 2003). Zainuddin, Muhammad, Wasiat Renungan Masa Pengalaman Baru, (Mataram: Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, 2002).. Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983).
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. H. SYAHABUDDIN (Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Pembelajaran di Nahdlatul Wathan Jakarta memang mengandung apa yang pernah di ajarkan oleh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid terutama sekali dalam pembelajaran itu ialah tradisi-tradiisi pendidikan yang ada di Pancor Lombok Timur di abadikan di Jakarta. Terutama sekali dalam penerimaan siswa baru, apabila di Pancor Lombok Timur tradisi semacam ini hanya ada di Ma’had saja. Namun di Jakarta kita akan coba untuk melestarikan, tradisi ini dalam istilah bahasa sasak biasa disebut “Penyerahan Mayong Sebungkul” yaitu penyerahan seorang siswa baru dari wali murid kepada seorang guru untuk di didik selama 4 tahun. Di Jakarta tradisi ini dikemas sedemikian rupa sehingga setiap awal tahun ajaran baru selalu mengadakan penyerahan siswa baru. Pertama siswa baru tersebut diserahkan oleh para wali murid mereka masing-masing pada yayasan kemudian yayasan akan menyerahkan siswa baru tersebut pada lembaga-lembaga pendidikan yang bersangkutan seperti TK, SD, SMP, dan SMA. Pada waktu penyerahan siswa baru di tahun ajaran baru tersebut biasanya semua siswa, pengurus dan para guru dikumpulkan untuk menyaksikan penyerahan tersebut. Penyerahan dari seorang wali murid pada pengurus yayasan dan guru-guru dengan hati yang ikhlas serta mempercayakan anaknya agar dididik sehingga mendapatkan ilmu yang barokah dan bermannfaat bagi agama Nusa dan Bangsa. Selain itu, tradisi-tradisi yang di lestarikan di Jakarta ialah tradisi lumrah yang biasanya ada di setiap Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan baik di Lombok sebagai pusat Nahdlatul Wathan ataupun di luar Lombok. Diantaranya ialah membaca Hizib, Sholawat Nahdlatain, do’a Nurul Hayat, do’a Pusaka, dan lain sebagainya. Hizib di baca setiap malam jum’at bagi santri yang berada di pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta, dimulai setelah shalat magrib sampai kurang lebih pukul 21.00 WIT. Bagi siswa dan siswi lembaga pendidikan membacanya pada seriap hari Jum’at pagi biasanya dimulai dari pukul 7.00 sampai dengan pukul 09.00 WIT. Shalawat Nahdlatain dan do’a Nurul Hayat biasanya dibaca
pada awal memulai pelajaran di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, baik TK, SD, SMP dan SMA, biasanya siswa dan siswi tersebut berbaris di depan halaman lembaga pendidikan masing-masing dan membacanya dengan bersama-sama. Do’a Pusakan biasanya dibaca oleh siswa dan siswi pada akhir pembelajaran yang berlangsung di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta, biasanya membacanya di setiap kelas masing-masing dengan bersama-sama dan diawasi pleh guru yang mengajar di jam terakhir. Tradisi-tradisi semacam ini ditanamkan dengan tujuan agar nilai-nilai perjuangan yang ada pada TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid tetap tertanam dan terpelihara. Baik bagi santri yang berada di Pondok pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta maupun bagi para pelajar yang belajar di setiap lembaga pendidikan yang ada di Nahdlatul Wathan Jakarta.
Metode Pembelajaran yang Diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta Metode yang diterapkan di Nahdlatul Wathan Jakarta tidak terlepas dari kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah baik TK, SD, SMP dan SMA. Akan tetapi selain dari kurikulum yang berasal dari pemerintah, Nahdlatul Wathan Jakarta juga menerapkan pelajaran muatan local yang berisikan pelajaran Bahasa Arab, Keorganisasian dan juga penerapan tradisi-tradisi yang ada di Nahdlatul Wathan. Penerapan kurikulum memang tidak dapat terlepas dari pengawasan pemerintah dalam proses dan pengevaliasiannya, namun Nahdlatul Wathan juga senantiasa menerapkan kurikulum keorganisasian dalam lembaga-lembaga pendidikan yang berada di bawah naungannya, seperti pelajaran keNWan yang memiliki kurikulum tersendiri dalam pengajaran dan penerapan pembelajarannya. Kurikulum keNWan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah para siswadan siswi juga para santri untuk memahami Nahdlatul Wahtan secara mendalam. Dalam kurikulum keNWan termasuk juga didalamnya pemanfaattan jam nol, yaitu pembelajaran yang dilakukan sebelum jam pelajaran formal dimulai kurang lebih satu jam sebelum jam pelajaran dimulai, bila jam formal bagi lembaga pendidikan dimulai jam 07.00 maka jam nol dimulai pekul 06.00, pada jam nol ini biasa di isi dengan pelajaran akhlak yang di ajarkan oleh para assatiz
dari pondok pesantren di tujukan pada siswa dan siswi yang bersekolah di lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan Jakarta, namun jam nol ini belum merata pada setiap lembaga pendidikan yang berada di Nahdlatul Wathan, jam nol ini baru diterapkan pada dua lembaga pendidikan saja yaitu SMP Nahdlatul Wathan Jakarta dan SMA Nahdlatul Wathan Jakarta. Pengadaan pelajaran akhlak ini bertujuan agar membentuk karakter siswa dan siswi pelajar Nahdlatul Wathan yang berakhlak karimah baik dalam lingkungan pendidikan dan di luar lembaga pendidikan, disamping itu juga di Nahdlatul Wathan Jakarta adalah sekolah yang berbasiskan pondok pesantren sehingga siswa dan siswinya diharapkan memiliki sikap dan sifat layaknya seorang santri, dan dalam diri mereka tertanam nilai-nilai kebaikan dan akhlakul karimah. Dalam hal ini mungkin akan timbul pertanyaan, mengapa Nahdlatul Wathan Jakarta mendirikan lembaga pendidikan yang bersifat umum sedangkan lingkungannya bernuansa pondok pesantren?. Dalam hal ini Nahdlatul Wathan Jakarta memiliki banyak pertimbangan sehingga terlahirlah lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum, semua ini tidak terlepas dari pengaruh dan dukungan lingkungan sekitar yang mendorong Nahdlatul Wathan Jakarta untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal yang bersifat umum dari TK, SD, SMP dan SMA. Nahdlatul Wathan melihat masyarakat di sekitar lebih cenderung pada lembaga pendidikan yang bersifat umum, sehingga dengan kecendrungan masyarakat tersebut Nahdlatul Wathan akan mewarnai setiap kurikulum yang ada di dalamnya dengan pelajaran keagamaan, sehingga siswa dan siswi Nahdlatul Wathan tidak akan terlepas dari pelajaran dan pendidikan yang bersifat keagamaan walaupun lembaga pendidikan yang bernaung dibawahnya bersifat umum.
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. MIFTAHUDDIN, LC, MA (Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Oya terkait dengan konteks pembelajaran kalau dengan ust yang diajarkan itu dihubungkan dengan pak Kyai yang ada di NW yaitu secara otomatis apa yang menjadi ilmu yang diperoleh oleh para akatif yang pernah berkunjung kepada Maulana Syeikh begitu juga secara otomatis ketika murid Maulana Syeikh ini mengajar yang kebetulan dijakarta itu melalui sebuah institusi yang juga bernaung dibawah NW secara otomatis pembelajaran itu juga merupakan penyambung dari apa yang telah diajarkan oleh Maulana Syeikh untuk kemudian disampaikan kepada murid-muridnya di Jakarta dan lagi juga murid-muridnya Maulana Syeikh tersebut jadi, secara otomatis nasihat-nasihat pak Kyai itu secara langsung juga tercurahkan disetiap proses pembelajaran yang dilakukan. Yang paling inti yang selalu juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran adalah nasihat-nasihat Maulana Syeikh yang telah dituangkan didalam wasiatnya direnungan masa yang bait demi bait yang terjejer direnungan masa itu disampaikan oleh setiap ustadz yang ada disini yang terkait dengan tema yang dibahas pada saat yang saya sampaikan disimpulkan bahwa nak niat nasehat pak Kyai melalui muridnya yang mengajar di NW ini juga disampaikan kepada muridmuridnya yang belajar di NW Jakarta. Untuk metode pembelajaran. Ini kan secara hitoris kalau banyak melihat sekarang memang NW Jakarta
sudah berbentuk
dalam artian model
pembelajarannya itu sudah seperti bagaimana layaknya sebuah institusi pendidikan yang formal sekarang kan sudah menjelma menjadi institusi formal tidak seperti dulu dimana proses pendidikan itu masih tradisional dan itu sesuatu yang wajar karena itu merupakan permulaan, sekarang yang mau ditanyakan, apa? yang mana? model metodologi pembelajaran yang mana? apakah tempo dulu atau yang sekarang? nah kalau yang sekarang secara otomatis metode pembelajarannya mengikuti metodologi pembelajaran yang di Diknas, karena dia berkiblat atau berasiliasi ke diknas, maka secara otomatis model-model pembelajaran yang biasa dilakukan dalam pendidikan yang bernaung dibawah Diknas itu juga
dipergunakan di betawi ini. Karena dia sudah menjadi lembaga formal tetapi merujuk kebelakang secara historis tempo dulu model pembelajarannya tradisional dalam artian bahwa anak-anak itu mengaji lesehan. Jadi tidak pakai bangku, tidak pakai meja, kalau kita dulu mengistilahkan itu bongkar pasang jadi ketika anak-anak datang seluruh apa yang ada di ruangan itu kita singkirkan kemudian gelar tikar proses pembelajaran biasa dilakukan secara tradisional dimana guru khususnya dalam ini memainkan menjadi pemain utama dalam hal ini memang terdengar agak menolong dia tempo dulu, tapi kalau sekarang karena sudah menjelma menjadi sebuah institusi yang formal maka model-model pembelajaran sudah modern seperti biasa ditemukan di pendidikan-pendidikan formal lainnya. Kalau metode halaqah itu mungkin dia sekarang lebih masih bertahan di majlis taklimnya kalau formal secara otomatis sudah tidak ada ditemukan lagi di metode halaqah itu. Di lembaga-lembaga pendidikan yang nonformal atau informal yang memang masih bernaung di bawah NW disitulah bertahannya metode halaqah tersebut anggaplah seperti ikatan pelajar NW itu juga dibawah naungan NW itu sendiri berdiri institusi independen dia tapi yang jelas ada proses pembelajaran disitu yang juga dilakukan oleh ustadz-ustadz di NW itu, nah disitu sering model pendidikannya halaqah dimana anak-anak berkumpul mengitari ustadz-ustadznya tapi satu hal karena NW yang ada sekarang ini semi pondoklah dikatakan semi pondok karena murid-muridnya itu tidak semuanya pulang pergi kerumah masing-masing ada sebagian diantaranya yang mondok didalam, untuk yang mondok didalam ini ada proses pembelajaran memang sifatnya informal disitu artinya tidak ada belajar formal naah disitu proses halaqah itu dilakukan, bagi anak-anak yang mondok itu dan biasa dilakukan pada sore, malam dan pagi hari sebelum berangkat ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan formalnya. Jadi, halaqah bertahan disitu yang informal dan nonformal. Terkait dengan konteks pembelajaran untuk yang formal itu sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi, karena memang yang formal itu pasti akan mengikuti aturan yang ada di institusinya ya dalam artian diknas karena aliasinya ke diknas tapi memang model pembelajaran atau pendidikan sekarang sesudah berlakunya.
Kurikulum berbasis kompetensi atau ada juga kurikulum berbasis sekolah KBS, itu memang apa lagi kemudian sudah ada otonominya, ada otonomi di Diknas, disitu ada memang, ciri khas disetiap sekolah itu bahkan dianjurkan oleh pemerintah agar pihak konsisten sekolah itu memiliki ciri khas tersendiri, terkait dengan NW maka ciri khasnya yang ada adalah yang pertama, memperdayakan sisi spiritual yang dimaksud di sisi-sisi spiritual tadi adalah anggaplah sangat ditekankan sekali pelaksanaan shalat. Namanya itu sholat hak untuk seluruh murid-muridnya, terutama yang SMP dan SMA sangat ditekankan sekali, sisi lain juga apa yang disebut dengan ke-NW-an juga ini merupakan bentuk pembelajaran yang sebenarnya lebih mengarah kepada pembiasaan terhadap etika, jenis etikaetika moral religious. Oleh karena dalam ke-NW-an tersebut memang yang diutamakan adalah sisi etika akhlak termasuk dalam hal ke-NW-an disini adalah pembiasaan. System NW itu yang merupakan system yang dikarang atau yang dikumpulkan oleh pendirinya yaitu pak Kyai untuk kemudian yang secara turun temurun diwariskan kepada murid-muridnya dan itu juga menjadi ciri khas yang paling utama dalam proses pembelajaran di NW adanya. Pembacaan system tersebut itu diantara, masih banyak hal yang merupakan ciri-ciri yang lain. Sebenarnya kalau umpamanya ciri-ciri NW itu, ini dibicarakan memang sering di upayakan meskipun memang untuk sampai saat ini belum dikatakan punya hasil yang maksimal, karena belum kelihatan tanda-tanda keberhasilan namun boleh kita katakana terkait dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk mempertahankan ciri- ciri khas itu yang saya maksudkan disini yang paling kendala kan sebenarnya ada upaya tingkat yayasan untuk membentuk semacam kaderisasi. Yang tadinya sebenarnya yang dipilih adalah tingkatan pelajar NW itu. Akan tetapi memang saat ini saya akui apa ya, ikatan pelajar NW yang sebenarnya menjadi target untuk proses pengkaderan ini adalah upaya untuk memperlakukan ciri–ciri khas dari pada NW itu memang belum dilihat, maka saya ingin mengatakan bahwa terkait upaya-upaya yang dilakukan disini yang paling kendala adalah kebiasaan atau rutinitas yang dilakukan terkait dengan ciri NW karena sebenarnya ciri NW itu merupakan cirri yang paling utama dari keaslian NW itu sendiri, dari sisi apa namanya,,, pemahaman ideology, tentang tauhid, tentang
muamalah, tentang syari’ah, tentang akhlak itu semuanya dapat ditarik dari cirri NW itu, meski sesungguhnya itu adalah do’a tapi dibalik do’a-do’a tersebut sangat kentara dan sangat kental bisa di tarik aspek-aspek tauhid, apa namanya, akhlak syari’ah dan sebagainya. Nah maka proses pembiasaan apa namanya, proses penjagaan terhadap keaslian ciri NW itu sekarang yang lebih kentara adalah keberhasilan didalam apa ya, menjadikan wirid milik NW ya, atau menjadikan pembaca wirid NW sekarang sudah mulai kentara sudah mulai dilakukan secara istiqamah setidak-tidaknya dalam 2-3 tahun terakhir inilah. Itu dia terkait dengan tantangan memang yang paling kentara ialah ada dua hal menurut saya dalam hal ini pertama dari sisi SDM ya, ketidak tersediaan SDM yang memadai itu di akui NW itu terutama di Jakarta, kendala itu sangat perkara sekali ada beberapa memang yang diandalkan terkait dengan SDM akan tetapi sangat disayangkan sekali ya, apa namnya, orang-orang yang diandalkan itu cenderung memiliki aktivitas-aktivitas di luar yang menyebabkan aktivitasnya kedalam eksternal NW ini menjadi kalau tidak dikatakan terbengkalai setidaktidaknya tidak fokus, itu satu hal dari SDM. Kemudian mengarah kepada alumni yang tadinya diharapkan karena memang NW ini juga memiliki anak asuh dan beberapa, bahkan puluhan anak asuh yang sempat di SD, SMP, dan SMA begitu mereka selesai ternyata sampai saat ini belum cukup untuk diandalkan sebagai SDM yang dapat membantu ya, apa namanya, perjalanan pendidikan di NW, ini juga menjadi kendala dari segi SDM, nah kemudia sisi yang kedua dari sisi financial inilah ya, dalam hal financial memang disini begitu kentara karena namanya NW ini ya, boleh dikatakan pure, sumber financialnya adalah sumbangan wajib dari santri dan murid yang belajar di NW itu pun juga karena NW itu merupakan, sebuah rohanisasi social pendidikan dan dakwah justru disini lebih cenderung fungsi sosialnya sehingga dengan demikian harapan untuk menarik financial sebagai kekuatan dana NW itu yaa, dan apa menjadi terkendala disitu kebanyakan yang nunggak, kebanyakan yang nunggak ya, karena dan juga NW itu apa juaga apa ya, Sifatnya yang sosial itu justru “terkadang” ya, dalam tanda kutip dimanfaatkan oleh oang tua murid untuk kemudian ikut menikmati sisi segi sosialnya itu bisa kan kemudian tidak bayar dan sebagainya. Dari segi
financial. Retmasasuk dalam hal financial itu jg NW itu hanya berharap pada sumbangan-sumbangan dari para donatur. Namanya sumabangan donatur itu tetap pada namanya, sifatnya itu tidak rutin sifatnya insidentil siapa yang mau dan tentu tidak ada ikatan apapun dari segi itu. Sehingga dengan demikian begitu kentara apa hal pendanaan itu menjadi sebuah permasalahan yang sangat berat yang sangat besar disini dan sampai sekarang memang upaya NW untuk membuka kran-kran apa itu namanya usaha-usaha ekonomi itu sampai sekarang diakui memang belum muncul, belum ada keberhasilan mungkin upaya-upaya itu terus dilakukan, jadi itu kendalanya, dua kendala yang paling kentara. Dapat dikatakan seperti itu , fasilitasnya secara otomatis menjadi kurang karena biar bagaimana jumlah itu sangat terkait dengan financial dengan pendanaan,satu hal disisi lain optimalisasi guru didalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang guru juga menjadi kendala oleh karena kesederhanaan yang bisa ditawar, apa yang kesederhanaan yang diberikan pada akatif dan guru ya, karenan biar bagaimana juga mesti ada unsur keselamatan disitu ya tidak bisa terlaksana, itu yang menyebabkan para akatifnya pada akhirnya memanfaatkan waktu-waktu luang yang sebenarnya bisa dipergunakan untuk berfikir lebih jauh didalam unsure lapiasannya juga malah justru dimanfaatkan keluar dalam rangka memenuhi juga tanggung jawabnya sebagai apa namanya sebagai, seoarang yang juga punya tanggung jawab terhadap keluarganya dalam arti terus terang cari nafkah lah diluar jadi itu yang menyebabkan kurangnya optimalisasi kerja dari pada akatif. Yang jelas yang paling lucu disini adalah kemampuan –kemampuan dalam hal memahami ajaran-ajaran agama ya, atau kemampuan religiusnya itu menjadi sesuatu hal yang mutlak ya, karena biar bagaimana juga ini lembaga da’wah, maka itu menjadi sutu hal yang tidak ditawar-tawar terkait dengan kompetensi dalam hal religiusitas ya, keagamaan, pengamat tentang agama. Itu satu hal, kemudian progesualisasi yang lain lalu apa, Juga tidak bisa dihindarkan karena biar bagaimana sebagai lembaga formal maka progesualitas itu menjadi suatau yang tidak bisa ditawar-tawar .anggaplah umpamanya sebagai seorang guru. Kan guru itu sebagaian bidang yang harus dia ini, maka mereka yang dan itu menjadi
aturan umumlah sebuah lembaga pendidikan bagi orang yang bagi seorang guru yang akan mengajarkan ilmu-ilmu S1, tentu dia juga harus berlatar belakang SH Propesionalisasinya juga harus ditonjolkan disitu, gitu loh. Disamping progesualitas yang keagamaan tadi itu, maka progesualitas sesuai dengan bidangnya juga harus menjadi bagian dari pertimbangan yang terkait dengan hal itu. Dan satu hal yang sebenarnya apakah yang boleh dikatakan mungkin tidak ada ditempat yang lain ya, mungkin tidak ada ditempat yang lain adalah, apa namanya kopetensi apa ya, kalau kita mengistilahkannya keihklasan ya, keihklasan, jadi mereka yang mengajar di NW itu sangat ditekan kan sekali ke ihklasannya karena memang apa ya NW sebagai lembaga pendidikan dan da’wah itu benar-benar ingin memperjuangkan agama itu secara ikhlaslah, sehingga apa lagi memang seperti yang dikatakan tadi terkait dengan kendala-kendala dari segi financial dan sebagainya maka ketidakmampuan itu secara otomatis akan menjadi kendala ketika menarik SDM itu, maka oleh karena itu kesiapan orang untuk apa yang ikhlas mengajar tenaga duasaos itu menjadi sesuatu yang selalu dimuka. Setiap ada yang apa yang apa ada yang ingin melamar ya, untuk menjadi bagian dari NW itu, ayang pertama kali diditekankan sekali keikhlasan disitu.yang mungkin tidak ada ditempat yang lain. Demikian jg sesuatu hal yang menarik ya, apa ini mungkin intuisi yang bermain sekitar kita berbicara tentang ini yang saya maksudkan instuisi disini kita saya mungkin bukan karena apat terkaitnya dengan NW perubahanperubahankehidupan para asasi ini tetapi bisa sajajuga karena keberadaannya di NW karena kita menyebut masalah instuisi itu disini ada kaitannya dengan apa yang didalam NW dikenal dengan istilah berkah yang jg mungkin identik dengan pemahaman apa namanya teman-teman di NU (Nahdlatul Ulama) jadi ya saya sendiri sebagai seorang ustad yang dari awal di Jakarta ini di NW Jakarta ini merasa lebih kaya secara financial boleh dikatakan tidak bisa apa, tidak bisa diharapkan lakau umpamanya menggunanakan kakaulasi matematis ya apa yang saya dapatkan di NW itu ya, tetapi yang jelas kalau mau secara kalkulasi tidak bisa dipergunanakan untuk ngontrak sebuah rumah ukuran 300.000 dijakarta akan tetapi ternyata ya, diluar ya, atau apa ya, pendapatan dari luar itu begitu terasa ya
yang kemudian dengan apa ya dengan pendapatan yang diperoleh dari luar, luar NW itu sangat bisa menghidupi
ya sangat bisa dijadikan sebaagai sandaran
penghidupaan sekecil apa pun itu disinilah berasa barokah itu terjadi, pendapat yang kecil itu ternyata bisa dipergunakan untuk hidup laayak hidup layak bahkan saya sendiri merasa jadi hanya mungkin secara sepihak saya saja saya bercerita ya saya sendiri merasa kalau saya itu menjadi apa namanya menjadi PNS pun itu menurut saya bagian dari keberkahan yang saya peroleh karena aktifitas saya di apa anmanya di NW jakarta ini mungkin menurut orang ini apa ya namanya sombong ya mengangkat dari diri sendiri tapi saya ingin mengatakan ini adalah sahadum bini’mah saya begitu merasa ini adalah nikmat.Allah SWT yang diberikan kepada saya oleh karena aktivitas saya din w itu. Saya ingin mengatakan ini adalah apa ya, kontribusi NW kepada diri karena saya mengajar di NW ini, apa kondisi kehidupan saya sekarang ya alhamdilillah sebagai seorang PNS. Sebagai dosen lagi dan saya sekarang sudah merasa agak nyaman
itu saya
katakan itu adalah pemberian NW, ya pemberian Allah SWT kepada saya melalui aktifitas saya di NW, itu terasa sekali mungkinitu menurut orang itu apa sebuah kesombongan ya mudah-mudahan tidak, jadi seperti itu. Ada dalam NW apa yaitu lupa saya (ayat-ayat disini) ya makmurkanlah Negara kami ini dengan air yang berasal dari NW, tentu tidak lain dan tidak bukan yang dimaksud dengan air dari NW itu adalah murid-murid yang besar dan berilmu di NW untuk kemudian murid-murid itu menjelma menjadi tokoh yang bisa memakmurkan yang ikut berkontribusi memakmurkan bangsa dan Negara ini jadi itulah harapan yang diinginkan di NW itu termasuk juga dalam hal ini NW di Jakarta bagaimana murid-murid NW itu dapa memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau dari sisi itu tidak bisa tidak ya kalau sebenarnya kita tidak mengatakan menjadi pengganti pak Kyai sebagai pengganti Maulana Syekh lebih tepatnya murid yang melanjutkan perjuangannya bukan pengganti karea kalau pengganti iu setidak-tidaknya harus jadi dan itu tidak mngkin di ajar. Lebih tepatnya melanjutkan perjuangan. Maulana Syekh di Jakarta dan yang tidak kemana mana kalau gitu ya, figure itu ya tidak lain pimpinan dari yayasan. Ya
pengasuhnya yaitu bukan H. M Suhaidi karena mmang beliau lah yang dari awalawal sudah ditunjuk oleh maulana syekh dan mudah-mudahan beliau panjng umur yang apa namanya ditunjuk oleh Maulana Syekh dan bahkan diberikan kemampuan-kemampuan khusus oleh maulana syekh untuk mengembangkan dan melanjutkan perjuangannya di Jakarta ini jadi tidak ada yang lain kecuali itu. Dari Maulana Syeikh luar biasa sekali, pandai-pandai memilih guru, karena ya biar bagaimana pun pada akhirnya seorang murid itu akan apa namanya akan menghayati ilmu yang dimilikinya itu bagaimana gurunya mengajarkan atau dengan kata lain ya sebagai seorang ulama besar dan seorang yang sangat memahami apa namanya, dan seorang sufi beliau itu beliau itu sangat memahami yang namanya barokah “keberkahan guru itu akan muncul kepada muridnya atau murid itu akan mendapatkan ilmu yang barokah apabila itu gurunya benar-benar memiliki ilmu yang barokah maka pandai-pandai milih guru banyak orang sekarang memiliki ilmu yang masya Allah luar biasa tingginya akan tetapi nyatanya ilmunya itu tidak bisa menuntun dia menjadi orang selayaknya seperti apa namanya seperti ilmu yang dia miliki atau dengan kata lain ilmunya itu tidak menjadikan dia menjadi orang yang baik tetapi justru menjadi orang yang apa memanfaatkan ilmu itu. Jadi yang paling kentara beliau, yang paling kentara beliau, saya tidak berani menyebut selain beliau ya kalau mau menyebut sebagai teladan yang paling pas ya hanya beliau untuk saat ini. Untuk sesuatu yang bertentangan dengan ilmu itu sendiri, ini sangat boleh jadi oleh karena salah didalam memilih guru, keberkahan sudah tidak ada lagi karena gurunya salah, saya piker ini merupakan ruh ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa salah dalam mencari guru akan salah pula ilmu yang diberikan, ilmu ketika berada pada diri seseorang tidak akan pernah dia akan dipengaruhi oleh jati diri otrang yang memiliki ilmu tersebut ketika seseorang memiliki ilmu meski selangit kalau umpamanya jati diri orang tersebut atau orang yang memiliki ilmu itu itu tidak baik maka ketidak baikannya itu akan mempengaruhi ilmu yang dia miliki dan ketika ilmu yang dia miliki itu diajarkan kepada muridnya maka ilmu yang mengalir kepada murid itu telah
dipengaruhi oleh sisi-sisi negative dari orang yang bersangkutan tadi maka dalam pola ini sangat penting untuk direnungkan. Sebenarnya kalau berbicara tentang harapan kita ingin berbicara apa yang diharapkan oleh pendiri NW itu, dan harapan itu sesungguhya tertuang didalam shalawat nahdatain. Disitu diujungnya
wa’antu’am mirona nahdatal watoni
wanahdotal bada’I hurul inayaumiddin. kita ingin Maulana Syekh ingin dan murid-muridnya juga ingin dan akan selalu menjadi cita-cita muridnya karena itu menjadi cita-cita Maulana Syekh bagaimana NW itu dimakmurkan dan disebarluaskan oleh Allah SWT di alam semesta ini sampai hari kiamat jadi harapan kita di Jakarta bagaimana NW ini menjadi bagaimana NW ini memberikan kontribusi sebesar-besarnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nasihat Maulana Syeikh “pandai-pandai memilih guru”. Yang paling penting dan itu selalu dalam decade terakhir usia beliau itu yang paling sring yang sekarang menjadi menurut saya harus disebar luaskan dan direnungkan terus adalah pandai-pandai memilih guru itu yang luar biasa sekali pandai-pandai menjadi guru, saya pikir itu muncul. Persis, kiat pertama adalah guru dan apa namanya trek record kehidupan ya, riwayat hidup guru yang bersangkutan dan sebenarnya ini menjadi sesuatu yang biasa pada ulama-ulam zaman dahulu yang pertama kali dilihat itu adalah, sejarah gurunya. Hilangnya keberkahan zaman sekarang. Oleh karena sudah tidak lagi apa memperhatikan, kisi-kisi yang dikatakan Maulana Syeikh tadi, saya pikir ini sesuatu yang sangat penting dalam sejarah ilmu pengetahuan di zaman sekarang ini.
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. MUSLIHAN HABIB, MA (Kepala SMA Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Apakah yang melatar belakangi berdirinya lembaga pendidikan
Nahdlatul
Wathan di Jakarta? Bismillahhirrahmanirrahim. Jadi terkait dengan berdirinya NW Jakarta ini. Tidak terlepas dari peran serta orang-orang tertentu dari orang-orang yang apa ingin melanjutkan studi
ke tanah suci mekkah.tapi kemudian di tipu oleh
OKTUM PJTKI hingga terdampar di Jakarta. Berawal dari terdamparnya itu beliau seperti ustadz khairul hadi, ustadz Muhasan, termasuk ust H. Suhaidi trus ustadz Darmawan dan yang lainnya itu kemudian masuk Mushallah ke Mushallah kemudian melakukan pengajian Al-Qur’an, mengajar Al-Qur’an terlebih dahulu ini secara
cikal bakal berdirinya, ini enaknya nanti
kalo buka tulisan saya
dileptop ini, tentang sejarah berdirinya sudah saya tulis ini. nanti saya kasilah, kemudian berbicara tentang yang mendasari berdirinya ini termasuk juga adalah semangat perjuangan dari para asatis tersebut semuanya
itu dalam
mengembangkan NW di Jakarta ini.semangat perjuangan beliau itu yang sangat tinggi, kemudiaan kecintaannya kepada NW, kecintaannya
kepada Maulana
Syeikh pendiri NW, kemudian secara global kecintaanya kepada Islam, saya kira itu yang lebih mendasari terhadap pendirian Pondok Pesantren ataupun lembaga pendidikan NW Jakrta ini. Bagaimana kondisi pendidikan saat, sebelum dan sesudah lembaga pendidikan NW Jakarta didirikan? Terkait masyarakat, ya ini kan sambutan terhadap berdirinya NW Jakarta sangat antusias .sehingga boleh dikatakan dalam pendiri NW Jakarta ini tidak terlepas dari peran mayarakat, peran masyarakat di sini sungguh luar biasa dalam buku yang saya tulis salah satu yang memiliki andil besar dalam pendirian NW Jakarta adalah masyarakat sekitar ini yang sangat luar biasa ,karena apa…? karena kesamaan dalam aqidah itu juga yang mendasari kesamaan dalam keislaman ini, itu pun sangat mendukung NW ini yang ahli sunnah wal jamaah, jadi tanah
betawi yang umumnya juga seperti itu, itu saya akui perkembangannya dari awal yang awalnya disini kebon bambu kemudian menjadi gedung yang seperti ini kan ini perkembangan yang luar biasa, jadi perkembangan awal dulu itu memang sangat tertinggal lah di wilayah ini kan, jadi kemudian dari sisi misi NW dalam bidang pendidikan, sosial & dakwah sangat nampak sekali disini, yang tadinya boleh kita katakan dari yang tidak ada menjadi ada itu suatu perkembangan yang sangat baik, peran kita dalam pendidikan sudah kelihatan nampak dilembaga itu yang berdiri dari awalnya Raudatil Aftal, kemudian berubah menjadi TPA, kemudian munculnya majelis taklim itu sisi dakwahnya. Munculnya panti asuhan dibidang sosial, kemudian pendidikan dari TK sampai SMA ini, saya nilai ini suatu perkembangan yang luar biasa dan merupakan bagian peran NW dijakarta ini, khususnya diwilayah Jakarta timur. Peran Pondok
Pesantren tidak hanya merupakan sebuah lembaga
pendidikan, tetapi adalah memiliki peran sosialnya. Kemasyarakatan sedikit tidak NW Jakarta ini mempengaruhi kepada masyarakat sekitar dengn adanya kegiatan yang nuansanya Islami di pondok ini, kemudiaan masyarakat nimbrung disini dan secara lembaga pendidikan juga banyak yang masuk disni, juga kan secara tidak langsung akan mempengaruhi
lingkungan
sekitar siapa saja. Kehidupannya
gimana, kehidupan di Masjid itu kan dari sini dia dengan anaknya gitu kan, ataupun hijabnya misalnya macam itu kan ya insyaallah lah keberkahan di tempat ini akan nampak dengan adanya lembaga yang kita miliki .karena ini sebuah lembaga
ataupun basis islam begitu kan yang kemudian sedikit akan
mempengaruhi kepada lingkungan, jadi itulah salah satunya peran sebuah Pondok Pesantren tidak hanya sebuah lembaga pendidikan, tapi
juga kepada
kemasyarakatan lainnya gitu. Rupanya masyarakat disekitar sini lebih cendrung kepada yang umum.sehingga kemudian lembaga kita kan dari TK tidak kemudian MTQ ataupun MTS ataupun Aliyah lalu kemudian kita punya lembaga yang lebih umum dan merujuknya kepada Diknas jadi kecendrungan masyarakat sekitar sini adalah lebih kepada pendidikan umum, tapi kan kemudian kita poles lembaga pendidikan umum ini dengn memasukkan pendidikan agama didalamnya
keterpaduannya dilembaga yang kita miliki ini seperti itu, jadi masyarakat sekitar ini tidak jauh seperti
masyarakat
luas umumnya lebih cenderung kepada
pendidikan umum. Tapi ya inilah keperuntungan kita punya
Pondok yang
kurikulum yang bisa kita punya Pondok Pesantren. Soal hambatan yak lo bicara soal hambatan di mana pun tempatnya punya hambatan ya termasuk dalam dinamika perkembangan pendidikan kita ini saya nilai memang bukan sedikit hambatan atau pun rintangan, problematikanya ya luar biasa gitu kan. Makanya dari awal pendirian NW ini sungguh yang lebih berminat adalah di nilai perjuangan di sini bukan mencari kesenangan duniawi begitu kan.motivasi awal dari pendirian ini selalu sangat di tekankan nilai jiwa juang di situ kan. Nah lalul hambatannya apa? lebih kepada materi kita ini dalam perjuangan bangsa NW ini lebih kekurangan kita/atau hambatan kita lebih kepada materi dalam arti karena kita belum memilki sumber yang jelas, yang kelihatan sebagai pendanaan dalam membangun pendidikan yang kita miliki, mengatakan biaya pendidikan tersebut dari SPP belum kita punya perusahaan titik apa gitu kan. Nah ini sebagai hambatan besar kita kalau saja guru atau pun pengasuh disini tidak memilki nilai juang kayaknya tidak akan jalan. Tetapi karena lebih di dorong oleh nilai perjuangan membangun NW ini itulah yang kemudian menjadikan exsis disini perjuangan dari hari ke hari, minggu, bulan, bahkan program tahunan tetap jalan, jadi hambatan memang banyak tapi saya menyatakan karena nilai juang, nilai keikhlasan dari para pengasuh dan para guru yang tidak hanya
mencari duniawi tetapi lebih kepada ukrawi itulah yang
kemudian menjadikan exsis perjuangan pendidikan di NW ini. Sisi guru saya nilai sudah professional dimiliki, karena mereka adalah orang-orang
yang mengajar sesuai dengan bidang
dan latar belakang
pendidikannya masing-masing. Kemudian terkait hambatan seorang guru saya kira sudah tidak ada lah, jalan terus guru yang sudah tidak memiliki jiwa juang ataupun krang ikhlas dengan melihat materi ga lama disini dan akhirnya keluar gitu kan. Terkait dengan jumlah siswa kita ini mungkin prihal yang menjadi propesionalnya terkait misalnya fasilitas yang kita miliki, fasilitas yang belum lengkap itupun persoalan, kemudian yang sangnat terlihat akhir-akhir ini adalah
karena. Misalnya di SMA, kuatnya dorongan pemerintah menyuruh masyarakat masuk ke SMK/STM atau sekolah gratis. Sementara SMA ini belum ada bantuan yang mengarah kepada bantuan siswa, kemudian anak-anak lebih cenderung masuk ke STM dan langsung masuk kerja, itu salah satu persoalannya, sehingga sekolah-sekolah suasta sekarang ini khususnya SMA sekarang ini banyak banyak yang putus itulah persoalannya yang banyak yang putus kita kan masih bertahan luar biasa, ya bertahannya kita pun asudah luar biasa, itu kita bilang hambatan iya juga, tapi hambatan yang lain saya lihat ini kurang gak untuk kita himbaukan kepada masyarakat luas kan gitu, istilahnya penyebar luasan informasi keluar kah. Kemudian fasilitas kita ini yang belum memadai, ya itu juga masalah kita kan. Kemudian kekompakan kita ini saya kira kompak kita ini, jadi mempengaruhi juga tadi dalam perjalanan pendidikan kita misalnya di SMA ini khususnya. Terkait dengan dorongan pemerintah kepada STM itu kemudian. Kita menginginkan keterpaduan dalam pembelajaran itu kan. Keterpaduan yang kita maksudkan adalah pelajaran umumnya masuk pelajaran agamanya pun masuk. Kemudian yang lain karena kita adalah Pondok Pesantren, kemudian nuansa-nuansa Pesantren itu pun kita harus tampakkkan begitu kan. Sehingga banyak pelajaran-pelajaran Agama yang coba kita terapan disini, ya visi kita kedepan menjadikan lembaga pendidikan NW Jakarta ini menjadi lembaga pendidikan yang terpadu lah, itu dalam mengatakan kesimpulan begitu kan. Dan dengan menerapkan kemajun-kemujaun yang tadi itulah, disini kita coba di SMA nya ada otomotif karena melihat beberapa siswa disini yang menolaknya ya seperti itu, yah arena kita menginginkan ya itu tadi, di STM ada kegiatan itu, di SMA mau seperti itu kan itu minat visi kita keterpaduan tadi kan, sekalipun tamatan SMA kemudian yang lain yang mengatakan keterpaduan umum sudah jalan disini agamanya sudah kita terapkan karena itu adalah sangat penting. Ini kan orang atau pemerintah bahkan yang gencar-gencarnya mengarahkan masyarakatnya memiliki karakter gitu kan karakter bangsa karakter NW ini masuk disitu kan lewat lafas NW itu itu membangun karakter kanfakta juga disitu coba lihat visi NW adalah suatu perjuangan bangsa dan tanah air. Kita ini adalah lebih mengarah kepada pembangunan bangsa dan Negara jadi lembaga pendidikan NW
itu pinggiran sekali disitu yang mengarah kepada membangun segala-galanya gitu kan. Program Pesantren itu adalah salah satu yang saya anggap bisa menarik gitu kan karena ditempat yang lain disekolah-sekolah yang lain itu jarang yang langsung masuk sebuah yayasan dan Pondok Pesantren kita ini sebuah Yayasan dan Pondok Pesantren yang tadi itu kan kemudian mmenerapkan materi-materi keagamaaan didalamnya itu juga daya tarik andaikan saja Pondok kita sudah rapi disini kita sekali-kali mengatakan jadi kita kan tampung orang-orang miskin saja justru orang-orang kaya yang harus masuk disini yang belajar disini gitu kan. Fasilitas kita makanya keberadaan Pondok ini sangat luar biasa daya tariknya gitu kan. Kemudian mereka akan tinggal diasrama disini. Andaikan missal andaikan tidak ada dari luar kita punya siswa untuk SMP/SMA/ dari dalam juga ada yang sekolah-sekolah gitu kan karena kita punya asrama na itu daya tariknya juga kan ataupun asrama Pondok Pesantren itu . Untuk menghadapi persaingan global saat ini kita coba mengikuti bagaimana lembaga pendidikan lain pada umumnya termasuk tadi coba kita miliki mulok seperti tadi kemudian bahasa inggris kemudian kita kerja sama dalam bentuk IPA, kemudian yang lain-lain kegiatan ekskul yang seperti taikondo PMR yang kita lakukan dalam rangka bisa Nampak di tingkat yang lebih tinggi lagi nasional supaya kita dinilai kita. Memang itu kita lakukan. Bicara kepribadian, karena ini sebagai sebuah lembaga yang tidak hanya berkiprah dalam soal pendidikan saja tetapi sosial dan dakwah begitu kan, dan nilai-nilai keikhlasan yang mendominasi nilai keikhlasan dan nilai juang yang sangat tinggi kemudian mereka dalam menjalankan tugas itu tidak hanya sematamata mencari materi tetapi kita tetap berusaha bagaimana menjadikan lembaga ini bisa professional lembaga-lembaga yang orang bagaimanapun begitu kan masih dalam bertahap jadi karakter yang kita inginkan sekali adalah semangat perjuangan yang boleh saya katakana sebagai lesimpulan perjuangan membangun agama perjuangan membangun Negara dan membangun NW ini. Iya ada itulah ke Nahdlatul Wathanan atau ke NW an itulah salah satu materi pelajaran yang harus diterapkan dimana saja NW itu muncul lembaga
pendidikan dimana saja harus di terapkan ke Nahdlatul Wathanan itu dan kemudian terkait dengan tradisi-tradisi seperti berdoa. Kemudian NW itu adalah ajaran-ajaran maulana Syeikh yang mesti diterapkan di NW termasuk di NW Jakarta ini kan begitu itu saya kira salah satunya dulu itu menjadi salah satu ciri khas di NW adalah mengikuti apa yang telah diterapkan oleh pendiri NW, seperti tadi dengan berdoa, coba aja buka kurikulum ke NW an itu saya kira mau menerapkan ajaran-ajaran maulana Syeikh di dalam pendidikan NW itu kan ya dalam ke Nahdlatul Wathanan itu, kemudian ada sifatnya bulanan atau tahunan yang bulanan misalnya kegiatan berhizib ataupun, itu bagian dari ciri khas NW masuk kedalam lembaga ke Nahdlatul Wathanan dan tradisi di awal kita boleh masuk ikhtirom apa segala macem itu anda bisa lihatlah nanti disitu kemudian ada materi batu ngompal yang kita ajarkan itu termasuk pelajaran misalnya SMP SMA berhizib itu sampek masuk kedalam jadwal itu saya kira merupakan ajaran Maulasa Syeikh. Lebih formal bagaimanapun ini system klasikal yang beliau terapkan dulu kan dalam metode pembelajaran yang dulu. Disaat ingin berkembang. Maulana Syeihk itu sebagai pelopor pendirian di NTB pendidikan modern yang awalnya, kemudian membentuk klas yang biasa disebut klasikal atau berkelas-kelas dan di NW Jakarta pun tetap mengikuti seperti itu yang sifatnya umum bisa kita. Itu metode Pesantren seperti non formal dapat kita lakukan pada anak-anak asrama pada sore hari dan malam hari gitu kan terkait dengna metode seperti itu. Missal yang masuk dalam hal ini begitu masuk kan ikhtirom kemudian kita mengucapkan shalawat atau salam yang sempurna itu ajaran beliau juga mengucapkan dan mennjawab salam itu harus sempurna kemudian ini cirri khas NW yang beliaupun mengajarkan setiap mulai mengajar itu menbaca Shalawat ummah mulai mengajar itu. Ini bahkan kalangan bacaan basmallah kemudian bembaca Shalawat hamdalah begitu kan karena metode juga itu dalam pembelajaran kemudian yang tertuang dalam wasiat itu bagaimana menjadi guru yang bisa membimbing siswa dan santrinya itu sangat diperhatikan kepada guruguru yang mengajar karena seorang murid akan mendapatkan ilmu apabila ia berguru belajar kepada seorang guru yang mursyid bisa memberika petunjuk dan
bimbingan. Dibiku wasiat itu kita pun berusaha harapkan seperti itu itu metode dalam pengajaran saya kira juga masuk. Beliau itu adalah seorang ulama pelopor pendidikan Islam di NTB. Pendidikan modern Islamlah bila dikatakan. Pemikiran Islam modern coba yang berawal dari khalaqoh kemudian menjadi klasikal itu yang menjadi sorotan di NTB umumnya dulu di NTB gitu kan setelah kemudian kurikulum beliau ambil dari materi pelajaran teratur jadi saya mengatakan tentang Maulana Syeikh itu adalah seorang ulama yang bergerak dalam bidang pendidikan modern atau pendidikan Islam modern seorang ulamak penggerak pelopor pendidikan Islam modern di NTB khususnya. Saya kira ini bisa kita katakana langsung begini kata beliau tapi menterjemah dari apa yang beliau lakukan daya kira dari situ kita akan menganalisanya inilah yang diinginkan oleh beliau missal beliau memikirkan pendidikan non formal sehingga munculnya tingkat TK sampai perguruan tinggi itukan sebuah pemikiran hasil pendidikan modern yang kita maksudkan disitu. Dan kemudian mengartikan pendidikan ini sebuah hal yang sangat penting artinya pendidikan sangat penting disitu kan kemudian beliau sering mengatakan “Seorang yang bodoh itu adalah mayit jalan”, coba buka-buka wasiat lagi tentang pendidikan inilah yang dimaksudkan pendidikan oleh beliau. Ini kita sendiri belum menganallisa sejauh mana mendefinisikan secara kongkrit kemudian pengajaran disinilah yang dimaksudkan oleh beliau yang kita terjemahkan dari apa-apa yang telah dia lakukan ataupun baik tulisan-tulisannya dengan mendirikan perguruan pendidikan. coba dari pertama pesantren al-Mujahiddin adalah sebuah lembaga pendiddikan sekolah-sekolah kan modal awal dalam membangaun keberadaban membangun suatua bangsa. Jadi terkait mendefinisikan saya kira kitalah yang menganalisanya seperti yang kita katakana tadi.
HASIL WAWANCARA DENGAN KH. M. SUHAIDI, SQ (Ketua Yayasan Nahdlatul Wathan Jakarta)
Sarana dan prasarana pendidikan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan. Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. Secara umum sarana pendidikan adalah
segala macam alat yang digunakan secara
langsung dalam proses pendidikan. Sementara prasarana pendidikan adalah segala macam alat yang tidak secara langsung digunakan dalam proses pendidikan. Mengenai sarana dan prasarana pendidikan Nahdlatul Wathan di Jakarta, tidak luput dari campur tangan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, khususnya dalam pembelian dan pembebasan tanah. Karena tanah adalah salah satu sarana terpenting dalam pembangunan. Tanpa adanya tanah, atau lebih khusus tanah milik sendiri yang tidak membebani di masa yang akan datang dalam menunjang perkembangan proses pendirian dan pengadaan lembagalembaga pendidikan yang bernaung di bawah bendera Nahdlatul Wathan. Dalam hal pembelian tanah ini KH Muhammad Suhaidi sebagai pimpinan Yayasan Nahdlatul Wathan di Jakarta selalu mengimformasikan kepada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, apabila ada penduduk lokal yang ingin menjual tanahnya. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dalam hal ini sangat mendukung atas apa yang di lakukan oleh KH Muhammad Suhaidi tersebut. Terbukti dengan apabila KH Muhammad Suhaidi menghadap pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid di Lombok, dalam membahas pembelian atau pembebasan tanah di Jakarta beliau sangat antusias dengan memberikannya uang sejumlah yang di butuhkan. Seperti sejarah Nahdlatul Wathan Jakarta yang di tuliskan pada bab sebelumnya, bahwa Nahdlatul Wathan ini diawali dengan majlis taklim dan pengajian anak-anak. Dua hal ini kemudian berkembang dan memaksa KH Muhammad Suaidi untuk memperluas wilayahnya dengan cara membeli tanah di sekitar tempat pengajian dan majlis taklim tersebut. Dalam hal ini para jama’ah
dan para wali murid berinisiatif untuk membelikan tanah sebagai wadah untuk pengajian dan majlis taklim. Para jama’ah dan para wali muridpun mengumpulkan dana untuk pembelian tanah tersebut, tanah itu berukuran 257 M. Uang yang dikumpulkan para jama’ah dan wali murid tersebut belum cukup untuk melunasi tanah tersebut sehingga KH Muhammad Suhaidi pulang ke Lombok untuk memberi informasi pada TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau berkata “Jama’ah di Jakarta ingin membeli tanah tapi dananya tidak mencukupi” kemudian TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid memberikan uang pada KH Muhammad Suhaidi sejumlah kekurangan dari dana yang di kumpulkan oleh para Jama’ah dan wali murid tersebut. Setelah tanah di beli, saat itulah kemudian terbitlah struktur Surat Keputusan (SK) majlis taklim perwakilan majlis taklim dari Lombok. SK majlis taklim Nahdlatul Wathan untuk Jakarta diterbitkan oleh PBNW Pusat di Lombok. Namun SK tersebut dinilai kurang kuat sehingga para pengurus bermusyawarah agar di tingkatkan menjadi pengurus perwakilah Nahdlatul Wathan di Jakarta. Pada waktu itu KH Muhammad Suhaidi menemukan kendala di PBNW Pusat, karena pada waktu itu umur KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz lainnya masih terhitung muda, mereka berpendapat bahwa Jakarta adalah Ibukota Negara dan perwakilan Jakarta sejajar dengan PB, sehingga PBNW Pusat sangat berat mengeluarkan SK perwakilan
NW Jakarta. Namun setelah KH Muhammad
Suhaidi mendiskusikannya dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliaupun langsung mengambil alih dan mengatakan pada PBNW Pusat “Buatkan SK, tidak apa-apa terbitkan saja, seolah-olah beliau mengatakan tidak apa-apa terbitkan saja SK walaupun mereka masih anak-anak.” KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz di Jakarta diberikan kebebasan asalkan bermanfaat dan dapat memperkenalkan Nahdlatil Wathan. Dalam proses pembangunan dan pengembangan pendidikan di Jakarta TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid tidak pernah menanyakan apa yang kamu dirikan, namun yang sering beliau tanyakan adalah berapa jumlah tanahmu sekarang. Dan beliau juga sering mengontrol perkembangan pendidikan di Jakarta dengan bertanya, pelajaran apa saja yang di ajarkan di sana. Artinya jiwa dan
semangat beliau dalam perkembangan dan pembangunan Nahdlatul Wathan di Jakarta sangat besar. Beliaupun bercita-cita untuk menjadikan Jakarta sebagai generasi Nahdlatul Wathan suatu ketika. Beliau sering mengatakan “Ga cukup kalo tanahmu masih kecil begitu temanmu banyak nanti. TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, dalam peranannya yang sangat besar di tunjukkan dalam hal pembelian tanah. Beliau tidak pernah ikut campur dalam urusan membangun dan mendirikan bangunan. Namun beliau senantiasa mendukung atas apapun yang KH Muhammad Suhaidi dan para asatiz dirikan di Jakarta. Dengan kearifannya beliau juga sering mengatakan dalam bahasa sasak “Mbe jak ampok ne sik mele nurut ite sik dengan ino”. Pernah pada suatu ketika KH Muhammad Suhaidi berdialog dengan TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid, beliau mengatakan ketika membangun Sekolah Dasar (SD) “ Dato’ ni SD mau ngecor tapi ndak ada dana, beliau mengatakan itu urusanmu, cari sendiri, saya tugasnya hanya membeli tanah.” Jadi dapat di simpulkan, apabila di persenkan kira-kira 70 % pembelian tanah di Nahdlatul Wathan Jakarta menggunakan uang TGKH Muhhammad Zainuddin Abdul Majid dan 30 % nya menggunakan uang jama’ah. Bahkan saking cintanya beliau terhadap kemajuan dan perkembangan Nahdlatul Wathan Jakarta, sempat pada penghujung hayatnya beliau masih menitipkan uang sejumlah 30 Juta pada istrinya Hj Siti Rahmatullah, untuk diberikan pada KH Muhammad Suhaidi. Dan beliaupun sempat berpesan pada istrinya “Besok Suhaidi akan pulang kasi dia uang itu untuk memperluas tananya di Jakarta.”
HASIL WAWANCARA DENGAN UST. AHMAD, SPd.I (Kepala MDI Nahdlatul Wathan Jakarta dan Asatiz Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan Jakarta)
Madrasah Diniah Islamiyah (MDI) Nahdlatul Wathan Jakarta yang berada di Kecamatan Cakung menunjukkan perkembangan pesat. Kemajuan ini tidak luput dari peran dari pemangku kepentingan, terutama guru dan pimpinannya. Dengan pendekatan baru, sekolah ini mampu mengajarkan Al-Quran kepada siswanya dalam waktu relative singkat bisa membaca Al-Quran dengan Tajwid. Inilah daya pikat sekolah MDI NW tersebut. Jangan membandingkannya, dengan pesantren anak yang memang secara khusus diperuntukkan sebagai sekolah tahfidz ( hafal Qur’an) juga jangan membandingkan dengan pengajaran Al-Quran kepada kelompok dewasa. Para peserta didik di MDI NW Jakarta memulai pembelajarannya sejak usia 4 tahun, dan waktu pembelajaran di sekolah ini pun hanya dilaksanakan setiap sore jam 15.30- 17.30. Artinya masa pendidikannya relative sangat singkat dan menyasar siswa usia dini. Hal ini dimaksudkan untuk menanamkan ajaran agama Islam yang mendalam, diharapkan akan tertanam dan menjadi karakter khusus yang membentuk jati dirinya kelak, agar terhindar dari informasi yang tidak sesuai. Melihat zaman sekarang ini yang terus berkembang dan syarat dengan berbagai informasi yang kurang mendidik serta dapat mempengaruhi karakter dan pola dalam berfikir seseorang, sehingga hal tersebut di antisipasi sejak dini. MDI Nahdlatul Wathan Jakarta pada awalnya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Informal, namun saat ini telah berubah dan berkembang menjadi lembaga formal di bawah naungan Depatemen Agama. Tak ayal, akibat kemajuan tersebut, perkembangan jumlah siswa terus meningkat. “Kami mulai dari nol untuk membangun semuanya ini, dari tidak punya kelas sampai sekarang alhamdulillah sudah punya kelas sehingga bisa menampung jumlah siswa yang terus meningkat jumlahnya setiap angkatan”. Saat ini MDI NW Jakarta telah menggunakan kurikulum yang ditetapkan oleh Depatemen Agama sejak tahun 2006. Awalnya masih menggunakan kurikulum sendiri sebelum munculnya
program yang ditawarkan oleh pemerintah. Pada awalnya sebelum menjadi MDI, peserta didik hanya belajar Al-Qur’an. Namun sekarang setelah adanya program pemerintah yaitu MDI, pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik setara dengan pelajaran MI. Jadi tujuan MDI adalah untuk membantu mereka terutama pelajaran Agama mereka di sekolah formal yang kurang mendapat pelajaran agama. Maka Nahdlatul Wathan menyiapkan lembaga pendidikan Madrasah Diniah Islamiyah yang mana pelajaran mereka khusus pelajaran agama yaitu Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih dan Akhlak. TPA sebenarnya tidak hilang dan berganti seutuhnya menjadi MDI namun TPA masih menjadi bagian dari MDI tersebut dan diberi mana I’dadiyah atau kelas persiapan. Jadi peserta didik
yang dipersiapkan untuk masuk ke MDI
dididik terlebih dahulu di I’dadiyah kira–kira 2 tahun, baru setelah itu bisa berpindah ke tingkat Madrasah Diniyah. Untuk peserta didik yang berada di tingkat I’dadiyah mereka diajarkan menghapal surat–surat pendek dan membaca Iqra’. Jadi, persyaratan mereka bisa berpindah dari tingkat 1 ke tingkat 2 adalah apabila peserta didik tersebut telah mampu membaca Al-Qur’an. Lama belajar peserta didik di MDI NW Jakarta adalah selama 4 tahun. Di kelas persiapan yaitu kelas I’dadiyah ada 2 kelas. Untuk kelas 1 A, 1 B Pra MDI, ini yang menjadi persiapan dan jumlah peserta didiknya kurang lebih sekitar seratus orang. Adapun peserta didik MDI
sekarang berjumlah 66 0rang.
Disamping itu di MDI telah menggunakan ujian akhir. Ujian akhir
ini
diselenggarakan oleh Departemen Agama tahun pelajaran 2009 – 2010. Dengan prestasi yang dimiliki MDI NW Jakarta sehingga dipercaya oleh seluruh MDI yang ada di wilayah Cakung Jakarta Timur sebagai penyelenggara ujian akhir. Dimana pada waktu itu jumlah seluruh siswa sekitar 210 peserta dari seluruh MDI yang ada di Jakarta Timur. MDI NW Jakarta terdapat 4 tingkatan, dimulai dari kelas 1, kelas 2 kelas 3 dan kelas 4. Dikelas 4 inilah yang di adakan ujian akhir sama seperti ujian fomal yang dilakukan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti SD, SMP dan SMA, karena bernaung di bawah Departemen Agama.
Tingginya minat warga Cakung masuk MDI tidak bisa dipisahkan dari promosi
wali
murid
yang
merasakan
mendapatkan
kepuasan
dengan
menyekolahkan anaknya di MDI. Tety Muhithoh, salah seorang wali murid mengatakan kepada SInar Lima, bahwa putranya Muhammad Yusuf Akbar dan Dhea Aulia Hanifah kini bisa membaca Al-Quran. “ Kami berutang budi ke sekolah MDI, karena berhasil membuat kedua anak kami bisa membaca ALQuran dengan Tajwid, dalam waktu singkat. Ini hadiah luar biasa, bagi keluarga Kami” ungkap wali murid yang juga kepala Sekolah MTS Asyiratussyafiiyah Jakarta ini. Prestasi MDI juga terlihat saat tahun 2011 lalu Departemen Agama menyelenggarakan festival dengan tema festifal anak taqwa. Program Departemen Agama ini di kelola oleh KKDT (Kelompok Kerja Diniyah Takmiliyah). Departemen Agama mengadakan program tersebut setiap tahunnya. MDI NW Jakarta turut berpartisipasi dalam festifal tersebut dan mendapat juara II di bidang Musabaqoh tilawatil Qur’an. Disamping itu ada juga program manasik haji. MDI NW Jakarta juga berpartisipasi dalam memperoleh tropi dengan jumlah peserta terbanyak. “Karena tujuan atau visi dan misi MDI NW Jakarta adalah membentuk insan-insan Qur’ani yang berakhlakul karimah, dengan misi mengajarkan AlQur’an secara aktif dan menyenangkan,”. “ jadi di TPA Nahdlatul Wathan itu berbeda dengan TPA-TPA lain. Di Nahdlatul Wathan mereka dipadukan antara doa, ikhtiar daam belajar. Adapun program Hizib, itu masuk dalam Ekstra kurikuler yang di laksanakan setiap malam jum’at. Inilah yang membedakan antara MD atau TPA yang lain dengan MD kita (Nahdlatul Wathan)” pungkasnya.
SAMBUTAN KETUA UMUM PBNW PADA TASYAKKURAN PENAMATAN SANTRI PODOK PESANTREN MUNIRUL ARIFIN NW PRAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 AHAD, 16 MEI 2010
Bismillahi Wabihamdihi Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Yth. Bapak Ibu Tamu Undangan dari Instansi Pemerintah
Yth. Pengurus Organisasi Nahdlatul Wathan
Yth. Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya
Yth. Para Asatiz dan Ustazah
Yth. Para Wali Santri yang menamatkan pendidikannya pada tahun ini.
Yth. Para Tamu Undangan, anak-anakku para santri dan hadirin hadirat yang berbahagia.
Puji syukur kita persembahkan ke hadirat Allah Swt. atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, inayah dan ridla-Nya sehingga pada pagi hari ini kita berkesempatan menyelenggarakan
dan
menghadiri
acara
tasyakkuran
penamatan
santri
Madrasah/Sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya Tahun Pelajaran 2009/2010. Mudah-mudahan kehadiran kita ini tercatat sebagai amal ibadah dan mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt. serta semoga doa Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang mendoakan kita pada setiap awal pengajian beliau agar masuk surga bigairi hisab dikabulkan oleh Allah Swt. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Shalawat dan salam mudah-mudahan terus tercurah ke haribaan junjungan alam Nabi Besar Muhammad Saw. berikut keluarga, sahabat dan pengikut beliau ila yaumiddin. Dan semoga kita mendapat syafaat beliau kelak di Yaumil Mahsyar. Amin Ya Mujibassa`ilin.
Hadirin-hadirat yang berbahagia.
Syukur Alhamdulillah, amal usaha Nahdlatul Wathan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Perkembangan ini tentunya tidak terlepas dari prinsip-prinsip perjuangan Nahdlatul Wathan yang telah ditanamkan oleh Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yakni YAKIN, IKHLAS dan ISTIQOMAH. Prinsip-prinsip perjuangan inilah yang melahirkan konsep SAMI’NA WA ‘ATHA’NA dalam doktrin perjuangan Nahdlatul Wathan. Orang yang yakin akan kebenaran sesuatu akan ikhlas melaksanakan segala keputusan, serta istiqomah mewujudkannya. Dengan prinsip perjuangan ini Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid telah berhasil melewati berbagai rintangan dalam perjuangan sehingga beliau dapat menyaksikan perkembangan amal usaha Nahdlatul Wathan, khususnya lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan yang pada akhir hayat beliau sudah berjumlah 700 dan sekarang sudah lebih 900 buah. Hal ini yang harus kita syukuri. Coba bayangkan bila Nahdlatul Wathan tidak ada maka akan dapat diyakini bahwa banyak di antara kita ini yang tidak akan dapat mengenyam pendidikan. Bagi kita yang lahir pada tahun 60-an dan 70-an, coba bayangkan keadaan tahun 80-an. Pada tahun 80-an lembaga pendidikan pemerintah tingkat SLTP baru hanya ada pada tingkat kecamatan, itu pun jumlahnya baru hanya satu buah. Sementara lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan sudah berdiri di beberapa desa pada wilayah satu kecamatan. Hal ini tidak terlepas dari motivasi yang diberikan oleh Ayahanda AlMagfurlah Maulana Syaikh kepada para abituren dan pencinta Nahdlatul Wathan sebagaimana termaktub dalam Wasiat Renungan Masa yang berbunyi:
Buka madrasah desa dan dasan Agar tersebar ajaran Tuhan Ikatan Pelajar, PG aktifkan Himmah, Pemuda terus tonjolkan.
Nahdlatul Wathan pusakamu sendiri Dilahirkan Tuhan di Lombok ini Ciptaan Sasak Selaparang asli
Wajib dibela sampai akhirati
Pelita NTB bertambah terangnya Karena NW lahir padanya Berpartisipasi dengan megahnya Membela Agama, Nusa dan Bangsa
Kalau anakda memang setia Tentulah seturut dan bersedia Menegakkan NW ciptaan ayahda Bersama menolak iblis yang nyata
Nahdlatul Wathan ciptaan ayahda Ku amanatkan kepada anakda Dipelihara dan terus dibina dan dikembangkan di Nusantara
Asas NW jangan diubah Sepanjang masa sepanjang sanah Sunnah Jamaah dalam aqidah Mazhab Syafi’i dalam syari’ah
Wajiblah `nakda banyak bersyukur Atas NW mu nan maju teratur Menyebarkan ilmu dan amal mabrur Secara terang, secara jujur
Kita yang hadir di tempat ini, dan seluruh warga Nahdlatul Wathan tentunya tidak ingin di cap kapir nikmat. Oleh karena itu, seharusnya prinsip-prinsip perjuangan Nahdlatul Wathan harus kita wujudkan dengan segala daya dan upaya.
Hadirin yang kami hormati Sebagai pengurus Organisasi Nahlatul Wathan saya sangat menyadari bahwa dalam meneruskan misi perjuangan Nahdlatul Wathan masih cukup banyak kekurangan. Kekurangan-kekurangan ini tentunya akan terus kita perbaiki, lengkapi, dan sempurnakan. Supaya kekurangan-kekurangan ini dapat kita sempurnakan dengan cepat, tepat dan berkualitas maka perlu adanya kebersamaan, kekompakan, dan kesatuan gerak langkah dan kesatuan komando. Sebagai implementasi dari semua ini maka doktrin perjuangan Nahdlatul Wathan SAMI’NA WA ATHA’NA harus kita tegakkan. Lebih-lebih dalam menyikapi perkembangan terakhir dalam Organisasi Nahdlatul Wathan. Kita tidak perlu banyak berteori. Sekarang ini, sekarag ini kita harus bekerja, kita harus kompak untuk mengamankan dan melaksanakan garis pimpinan. Jadilah yang terbaik pada posisi kita masing-masing. Semua kita punya peran untuk memajukan amal usaha Nahdlatul Wathan. Sebagai pimpinan lembaga pendidikan, laksanakanlah tugas dengan santun, aspiratif, inovatif, dan kreatif. Sebagai guru mengajarlah dengan profesional, tekun, disiplin dan penuh keikhlasan serta loyal pada pimpinan. Sebagai murid belajarlah dengan tekun dan rajin agar citacita dan harapan orang tua menjadi kenyataan. Renungkanlah Wasiat Maulana Syaikh: Sudah masanya `nakda berbakti Membela NW sepenuh hati Memelihara NW sepenuh bukti Menanam jiwa disiplin sejati Mari bersatu di satu barisan Janganlah suka berkeliaran Tetap bersatu bersama ikhwan Menurut Pimpinan Nahdlatul Wathan
Tetapkan dirimu bersama ikhwan Bersama pembela Nahdlatul Wathan Janganlah selalu mendengar ocehan Suara orang di pinggir jalan
Kalau anakku masih mengaku Bahwa NW Organisasimu Pastilah nakku taat seribu Menurut imam kompak selalu
Banyaklah orang tidak mengerti Pada tugasnya berorganisasi Dipermainkan orang sehari-hari Akhirnya ia jadi ampibi
Adapula yang sangat panatik Hanya selalu ingin ngeritik Membela pahamnya yang sangat picik Akhirnya banyak kejungking balik
Ada pula yang sangat ganjil Selalu memakai politik kancil Lidahnya manis buktinya nihil Hantam kromopokoknya hasil
Hadirin yang kami hormati Kita warga Nahlatul Wathan dan khususnya keluarga besar Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya, cukup berbangga dan bersyukur karena dari tahun ke tahun aktivitas amal usaha Nahdlatul Wathan di Pondok Pesantren ini terus tumbuh dan berkembang. Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 ini Alhamdulillah telah berhasil menamatkan santrinya untuk angkatan yang ke-10. Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya ini memang mempunyai keunggulan tersendiri bila dibandingkan dengan Pondok Pesantren Cabang Nahdlatul Wathan yang lain. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila banyak warga Nahdlatul Wathan dan kaum muslimin yang berminat untuk menitipkan putra-putrinya di Podok Pesantren ini. Ini adalah bukti keberhasilan kader Nahdlatul Wathan dalam mengembangkan amal usaha Nahdlatul Wathan. Untuk itu, atas nama pimpinan Nahdlatul Wathan saya menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak TGH. Zainal Arifin Munir, MA. selaku Pimpinan Pondok Pesantren Munirul Arifin Nahdlatul Wathan beserta seluruh pengasuhnya. Mudah-mudahan keberhasilan-keberhasilan ini dapat kita tingkatkan pada tahun-tahun yang akan datang. Hadirin dan anak-anakku yang saya cintai Pada hari ini anak-anakku telah berhasil menamatkan satu jenjang pendidikan formal di lingkungan Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya. Keberhasilan ini tentunya sangat membanggakan sekaligus membahagikan karena ini adalah salah satu cita-cita dari setiap siswa dan orang tua. Tetapi satu hal yang harus anak-anakku ingat bahwa keberhasilan ini tentunya berkat dukungan orang lain, yakni pimpinan, guru, dan orang tua. Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Allah Swt. dan berterima kasihlah kepada guru dan orang tua, lebih-lebih lagi kepada Ayahanda Al-Magfurlah Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku Guru Besar kita warga Nahdlatul Wathan. Terus binalah hubungan baik dengan guru dan almamater agar pipa ilmu anak-anakku tidak terputus. Dan, satu hal yang perlu saya ingatkan bahwa janganlah anak-anakku puas dengan jenjang pendidikan yang telah ditamatkan pada saat ini. Teruslah lanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Masuklah ke lembaga-lembaga pendidikan yang lebih tinggi yang ada di Nahdlatul Wathan ini. Kepada para orang tua santri kami menyampaikan ucapan terima kasih atas segala dukungannya sehingga anak-anak kita dapat belajar dengan baik dan berhasil menyelesaikan satu jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya ini. Mudah-mudahan jerih payah yang tidak mengenal balas jasa ini mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda di sisi Allah Swt. Amin Ya Robbal Alamin. Selain itu saya menghimbau kepada seluruh wali santri supaya ikut menentukan jenis dan model lembaga pendidikan yang akan diikuti oleh anak-anak kita. Carilah informasi yang benar dari ahlinya agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Bila kita salah memilih maka jerih payah dan pengorbanan orang tua akan menjadi siasia. Banyak bukti dan fakta terjadi bahwa saat si anak nyantri di Pesantren Nahdlatul Wathan sangat rajin dan tawadduk. Begitu selesai dan kembali dari melanjutkan di tempat lain, dia berubah seratus delapan puluh derajat, semua pekerjaan dan tradisi orang tuanya menjadi tidak benar dan bid’ah dolalah melulu, orng tua dibilang kolot, kuno, tidak modern yang ketinggalan zaman, sungguh menyedihkan. Kita tentunya
tidak ingin hal ini terjadi pada para santri yang kita tamatkan dan lepas pada hari ini. Oleh karena itu, sekali lagi orang tua harus berhati-hati dan ikut mengambil bagian dalam menentukan lembaga pendidikan bagi anak-anak kita.
Hadirin hadirat, anak-anakku yang tercinta Satu hal juga yang perlu anak-anaku ingat bahwa dengan selesainya anak-anakku pada satu jenjang lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan maka anak-anakku telah tercatat sebagai abituren Nahdlatul Wathan. Dalam norms Nahdlatul Wathan setiap abituren diberikan satu kewajiban untuk memberikan amal abituren setiap HULTAH NWDI diselenggarakan. Anak-anakku harus ingat itu. Amal abituren ini kita pergunakan untuk menyukseskan dan mengembangkan amal usaha dan perjuangan Nahdlatul Wathan. Anak-anakku juga harus terus ingat akan bai’at yang telah diikrarkan selama menempuh pendidikan pada lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan. Setiap santri lembaga Nahdlatul Wathan pasti sudah pernah dibai’at. Bai’at tersebut bukan hanya sekedar pemanis bibir tetapi harus dihayati dan diamalkan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan bermasyarakat. Jangan sampai bai’at diiingkari dan dilanggar karena sangat bahaya dunia akhirat. Renungkanlah wasiat Maulana Syaikh: Dulu banyak yang kami bai’at Waktu ijazah dan nerima thareqat Sanggup membela selama hayat Sehidup semati sampai akhirat
Tapi sekarang jarang kulihat Menepati janji, menepati bai’at Apakah masih ada yang ingat Ataukah sudah dibuang di “Erat” Melanggar bai’at melanggar perintah Melanggar iqrar melanggar perintah Tidak perduli hubungan musnah Tidak perduli Qur`an dan Sunnah
Khianat sumpah khianat bai’at Sangat bahaya dunia akhirat Banyak terbukti banyak terlihat Imannya mati taqwanya melarat
Akhirnya kepada anak-anakda tercinta saya ucapkan selamat menempuh pendidikan yang baru dan semoga anak-anakku terus sukses. Amin, ya robbal ‘alamin.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi untuk kesuksesan penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Munirul Arifin NW Praya disampaikan ucapan terima kasih dan jazakumullahu khairan katsiro. Terima kasih.
Wallahul Muwaffiqu Wal Hadi Ila Sabilirrasyad, Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ketua Umum PBNW, Hj. Sitti Raihanun Zainuddin A.M.
SAMBUTAN KETUA UMUM PBNW/ KETUA YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DARUL MUHAJIRIN NW MATARAM PADA WISUDA UNIVERSITAS NW MATARAM Sabru, 31 Desember 2011 Bissmillahi Wabihamdihi Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yth. Koordinator Kopertis Wilayah VIII Dempasar Beserta Rombongan Yth. Pimpinan PTN, PTS se-Nussan Tenggara Barat Yth. Kepala Dinas DIKPORA Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Kepala kanwil Kementrian Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Direktur Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat Yth. Rekan-Rekan Pengurus Organisasi NW YTH. Rekan-Rekan Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul Mujahidin NW Mataram Yth. Senat Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Yang Berbagagia Sivitas Akademika Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Wisudawan/ Wisudawati Beserta Keluarga. Hadirin hadirat tamu undangan yang kami hormati Puji serta syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT atas limpahan taufiq, hidayah, inayah, dan ridhha-Nya sehingga pada hari ini kita semua dapat mengikuti rapat senat terbuka Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam acara wisuda. Mudah-mudahan kehadiran kita ini tercatat disisi
Allah SWT sebagai amal ibadah yang
mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda, serta semoga do’a Ayahanda AlMagfurullah maulana Syeikh TGKH. Muhammad zainuddin Abdul Majid yang mendo’akan kita pada setiap awal pengajian beliau agar masuk surge bigairi hisab dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin. Shalawwat serta salam mudah-mudahan terus tercurahkan ke haribaan junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, berikut keluarga, sahabat dan pengikut Beliau ila yaumiddin. Hadirin Hadirat tamu undangan yang kami hormati Universitas Nahdlatul wathan Mataram sejak didirikan pada tahun 1987 terus berusaha memantapkan
diri berkiprah di tengah-tengah masyarakat Nusa tenggara barat dalam rangka ikut serta mengambil bagian dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berilmu, beramal dan bermoral tinggi berdasarkan nilai-nilai agama yang dianut. Setiap tahun Universitas Nahdlatul wathan mataram terus dapat mempublikasikan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat dengan melakukan wisuda. Wisuda merupakan salah satu indicator keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tinggi dalam menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi Alhamdulillah, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram telah berhasil mewujudkan itu. Tentunya berkat dukungan dari semua pihak, pemerintah daerah, kopertis Wilayah VIII Dempasar, Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dan pihak-pihak lain. Untuk itu, disampaikan ucapan terimakasih dan Jazakumullahu khairan katsira. Hadirin Yang Kami Hormati Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dalam wisuda kali ini dalam suasana yang berbeda. Di mana pada akhir tahun 2011 ini, Universitas Nahdlatul wathan mataram telah melangsungkan suksesi kepemimpinan pada tingkat Universitas. Senat Universitas nahdlatul wathan Mataram telah menyelenggarakan pemilihan Rektor dan hasilnya sudah dilantik oleh Pengurus Besar Nahdlatul Wathan pada tanggal 19 Desember 2011. Satu hal yang harus dihayati oleh seluruh jajaran pengelola Universitas Nahdlatul Wathan Mataram adalah TOP LEADER lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan haruslah orang yang memahami arah perjuangan Nahdlatul Wathan, orang yang tidak diragukan heriditas, keilmuan, dan loyalitasnya pada Organisasi Nahdlatul Wathan. Lebih-lebih lagi Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang sampai saat ini satu-satunya perguruan tinggi Nahdlatul Wathan yang berbentuk Universitas. Oleh karena itu, haruslah mengambil peran yang besar dalam mewujudkan tujuan-tujuan organisasi Nahdlatul Wathan dengan berlandaskan pada kajian-kajian berbagai disiplin keilmuan yang ada pada Universitas Nahdlatul Wathan. Universitas Nahdlatul Wathan supaya terus berbenah meningkatkan kuantitas dan kualitas pelaksanaan tridarma perguruan tinggi secara seimbang dan kontinyu. Jangan hanya berkutat pada kegiatan pembelajaran, tapi kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat juga harus mendapat prioritas. Banyak hal dalam
organisasi Nahdlatul Wathan yang dapat dijadikan sebagai obyek kajian dan penelitian. Jama’ah Nahdlatul Wathan dan masyarakat menunggu kehadiran dan kontribusi Universitas Nahdlatul Wathan ditengah-tengah mereka. Dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas tridarma perguruan tinggi, diharapkan Universitas Nahdlatul Wathan bisa sejajar dengan Universitas-Universitas yang sudah maju di kota Mataram bahkan kita harapkan dapat lebih unggul. Hadirin Yang Kamii Hormati Universitas Nahdlatul Wathan Mataram harus terus mencermati seluruh aturan yang ada, aturan pemerintah ataupun aturan yang dibuat oleh yayasan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pendidikan, pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat sebagai implementasi dari tridarma perguruan tinggi. Universitas Nahdlatul Wathan harus terus berupaya meningkatkan kualitas SDM dosen dengan mengikut sertakan mereka pada program pascasarjana, supaya tidak treliminasi pada tahun 2014. Karena kita ketahui bahwa sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pada tahun 2014 seluruh dosen harus berpendidikan S.2. Namun demikian, dosen-dosen yang akan dikuliahkan harus mereka yang faham, mengerti, dan menghayati nilai-nilai perjuangan Nahdlatul Wathan. Sayya yakin masih banyak kader-kader Nahdlatul Wathan yang memenuhi kriteria ini. Disamping memperhatikan jenjang pendidikan dosen, Universitas Nahdlatul Wathan juga harus memperhatikan jabatan fungsional dosen karena status sebagai dosen ditentukan dengan jabatan fungsional yang disandang. Sekalipun mereka sudah menjadi dosen tetapi mereka belum mempunyai jabatan fungsional maka yang bersangkutan belum sah sebagai tenaga pengajar. Universitas Nahdlatul Wathan tidak boleh bangga dengan jabatan fungsional dosen luar biasa. Karena hal ini tidak terlalu membantu dalam proses akrediitasi. Bila Universitas Nahdlatul Wathan mengabaikan hal ini, maka status akreditasi dengan nilai yang diharapkan oleh umat akan sulit kita dapatkan. Selain itu, Universitas Nahdlatul Wathan harus mengimplementasikan menejemen modern dalam pengelolaan dengan berpijak pada statute. Aturan yayasan dan organisasi serta aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam pengelolaan perguruan tinggi. Setiap komponen harus berjalan sesuai dengan
tugas dan fungsinya, supaya semua pekerjaan terbagi habis dan dapat diselesaikan dengan sepat dan tepat Universitasn Nahdlatul Wathan juga harus terus membuka diri
untuk
membina
kerjasama
dengan
berbagai
pihak
yang
saling
menguntungakan, sekaligus menumbuh kembangkan kerjasama yang sehat diantara para mitra Universitas Nahdlatul Wathan harus terus mencermati kebutuhan riil masyarakat dan menjawabnya dengan mengembangkan program study program study yang berdaya saing. Oleh karena itu, setiap program harus terus kita evaluasi agar kualitas dapat terus kita hadirkan. Hadirin Yang Kami Hormati, Para Wisudawan dan Keluarga yang Berbahagia Hari ini saudara wisudawan wisudawati oleh Universitas Nahdlatul Wathan Mataram dan diserahkan kembali kepada orang tua dan masyarakat karena masa belajar saudara secara formal di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram telah selesai. Untuk itu atas nama pengurus besar Nahdlatul Wathan dan Pengurus Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darul Mujahidin Nahdlatul Wathan Mataram saya menyampaikan ucapan selamat dan sukses. Tetapi janganlah saudara-saudara merasa puas dengan apa yang telah saudara raih selama ini. Hal ni tidak banyak memberikan arti bila saudara tidak terus belajar dan mengembangkan diri, lebih-lebih pada era globalisasi dan demokratisasi sekarang ini. Untuk itu teruslah belajar, baik dari buku-buku teks maupun dari dinamika masyarakat yang ada ditengah-tengah saudara. Lanjutkan program belajar formal saudara-saudara dengan mengikuti program strata yang lebih tinggi. Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam wasiat beliau berkata: Baru saja mendapat ijazah Menyangka diri sudah ‘allamah Tidak menghirau guru dan ayah Mencabik mudah menjahit susah Tuntutlah ilmu sepuas-puas Dari yang rendah sampai Fakultas Jangan sekali lengah dan malas Menjemur sementara hari panas
Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin Sampai mendapat gelar muflihin Gelar dunia perlu dijalin Dengan ajaran Rabbul ‘Alamin Jaga baiklah gelar ananda Gar ananda jangan ternoda Pergunakan teguh selama-lamanya Untuk Agama untuk Negara Disamping itu, sebagai kader-kader Nahdlatul Wathan, dan kader pembangunan bangsa, jadilah kader-kader bermoral dan menjunjung tinggi nilainilai agama. Jadikanlah ilmu saudara-saudara sebagai garam, dan akhlak saudara sebagai tepungnya. Dan disamping itu juga, banyaklah bersyukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan berterimakasihlah kepada orang tua, keluarga dan guru serta dosen saudara karena keberhasila saudarra dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Nahdlatul Wathan Mataram juga berkat jasa mereka. Firman Allah SWT ………………………………………... InsyaAllah … ilmu yang saudara miliki, akan bertambah dan bermanfaat serta barokah, dan banyak jalan akan terbuka. Setiap santri atau mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikannya di lembaga pendidikan nahdlatul wathan, maka akan tercatat sebagai abituren NW, seorang abituren harus selalu yakin, ikhlas, dan istiqomah dalam mengamalkan nilai-nilai perjuangan Nahdlatul Wathan, selalu ikut serta dan mendukung kegiatan-kegiatan Organisasi NW serta beramal jariyah pada setiap pembangunan lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul wathan dan amal usaha Nahdlatul Wathan. Begitu juga bagi saudara saudari wisudawan wisudawati yang bukan warga NW yang non muslim akan tercatat sebagai alimni Universitas NW Mataram, sebagai tanda syukur dan terimakasih saudara saudari terhadap almamater saudara, maka kami harap dukungan saudara saudari secara langsung maupun tidak langsung di setiap kegiatan-kegiatan organisasi Nahdlatul wathan.
Kepada pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait, kami titipkan para alumni Universitas Nahdlatul Wathan Mataram yang diwisuda hari ini untuk dimanfaatkan sesuai dengan keahliannya. Harus diakui bahwa perkembangan dan peningkatan sumberdaya manusia dan kemajuan pembangunan daerah NTB pada khususnya tidak lain adalah dukungan serta andil dari Nahdlatul Wathan. Dalam program-program pemerintah seperti pada bidang pendidikan, Organisasi Nahdlatul Wathan telah mendirikan ratusan lembaga-lembaga pendidikan tersebar di seluruh NTB bahkan diseluruh Nusantara. Sebagaimana wasiat Ayahanda Almagfurullah Maulana Syeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Pelita NTB bertambah terangnya Karena NW lahir padanya Berpartisipasi dengan megahnya Membela Agama, Nusa dan Bangsa Buka madrasah desa dan dasan Agar tersebar ajaran Tuhan Ikatan pelajar, PG aktifkan HIMMAH pemuda terus tonjolkan Demikian yang dapat kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi di Universitas Nahdlatul Wathan mataram disampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi serta Jazakumullahu khairan katsira. Kepada civitas akademika Universitas Nahdlatul Wathan disampaikan ucapan selamat, mudah-mudahan acara ini terus bisa terulang pada tahun-tahun mendatang dengan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik, amien. Terima kasih. Wallahul Muaffiqu Walhadi Ila Sabilirrasyad Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb Ketua Umum, Hj. Siti Rraihanun Zainuddin A. M