PERANAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBAHARUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA Mindaudah (STIKIP PGRI Jombang) Abstract: Educational technology is a complex process that includes an integrated, procedures, ideas, tools and organization to analyze problems and design, implement, assess and manage the problem solving in all aspects of human learning. Thus the role of educational technology to facilitate, make easy, solve problems in the learning process, which in turn affects the design and model of learning itself. This means a shift or renewal of conventional learning patterns toward technology-based learning. The application of educational technology in education should make the process of education in general and in particular the learning process more efficient, more effective and attractive so as to provide a positive added value. Effective and efficient, meaning that educational effort should be made to achieve the objectives that have been outlined with minimum cost, effort, and time. Kata Kunci: Teknologi pendidikan, pembaharuan. Pendahuluan Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses. Dalam proses pembelajaran kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Sementara menurut Satuan Tugas (Satgas) definisi terminologi AECT1, Teknologi Pendidikan memiliki aplikasi-aplikasi praktis. Salah satu penyebabnya adalah pendekatan pembelajaran yang masih bepusat pada guru (teacher centered). Sebab dengan pembelajaran yang masih didominasi guru maka guru hanya berperan sebagai penyampai informasi sehingga peserta didik cenderung menghafal materi pelajaran daripada memahami makna yang dipelajari. Sehingga terkesan kegiatan utama peserta didik adalah mendengar dan mencatat informasi yang diceramahkan guru 2. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran (mata kuliah). Gejala-gejala semacam ini merupakan gejala umum dari hasil proses pendidikan kita. Menurut Mulyasa3, pendidikan di sekolah menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dihafal; pendidikan tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimiliki, dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.
AECT, The Definition of EducationalTterminology, Tim penerjemah Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1986), 105. 2 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: BrigafPub, 2000), 20. 3 Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 36. 1
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014
11
Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang. Kemudian Sanjaya4 mengatakan bahwa, minimal ada tiga alasan, salah satu alasan penting itu adalah penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini, anggapan manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik, telah banyak ditinggalkan banyak orang. Orang sekarang lebih percaya, bahwa manusia adalah organism yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan aliran kognitif holistik. Potensi itulah yang akan menentukan perilaku manusia. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini peserta didik tidak dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, tetapi dibangun oleh peserta didik (student centered), dan pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Dengan kata lain, salah satu perubahan mendasar yang terjadi sekarang ini adalah bergesernya fokus kajian dari paradigma behavioristik ke paradigma konstruktivistik. Pergeseran paradigma dilatar belakangi oleh ketidakpuasan para pakar pendidikan terhadap hasil praktek pendidikan yang didasarkan pada paradigma behavioristik. Pada praktek pendidikan yang menganut paradigma behavioristik, pembelajar hanya sematamata memberikan pengetahuan kepada siswa. Guru kurang berusaha agar informasi yang disampaikannya lebih bermakna. Noornia5 mengemukakan, pakar pendidikan ini mensinyalir bahwa sistem pebelajaran di sekolah yang cenderung behavioristik dan otoriter, sejak dulu menjadi salah satu faktor yang menimbulkan fenomena konflik dan gejolak sosial, baik di lingkungan sekolah atau kampus maupun di lingkungan sosial dalam skala luas. Peranan Teknologi dalam Pendidikan Teknologi tidak dapat dilepaskan dari masalah pendidikan karena pada hakekatnya teknologi ada untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan. Gustafson dan Reeves, dalam Teknologi Pembelajaran: efinisi dan Kawasannya6 mengatakan bahwa teknologi disamping mampu menyediakan berbagai kemungkinan tersedianya media pembelajaran yang lebih bervariasi, juga dapat mempengaruhi praktek di lapangan dengan digunakannya sarana berbasis komputer untuk menunjang pembelajaran. Teknologi Pendidikan dapat dipandang sebagai produk maupun sebagai proses. Sebagai suatu produk teknologi pendidikan lebih mudah dipahami karena sifatnya yang kongkrit. Tidaklah mengherankan bila begitu mendengar kata teknologi pendidikan orang dengan cepat mengaitkannya dengan OHP, pesawat radio, kaset audio, televisi, film, dan proyektor film. Teknologi pendidikan lebih luas dari sekedar media pendidikan, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Jadi media pendidikan hanyalah sebagian dari konsep teknologi pendidikan7.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 17. 5 Noornia, A., Penerapan Pembelajaran Koperatif dengan Metode STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SDI Ma’arif 02 Pematang Singosari. Tesis, tidak diterbitkan, (Malang: PPs UNM, 1997), 5. 6 Seels, B & Richey R., The Definition and Domains of the Field, Terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk. (Jakarta: IPTPI-LPTK UNJ, 1994), 4. 7 AECT, The Definition of EducationalTterminology, Tim penerjemah Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1986), 10. 4
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014
12
Bila dikaitkan dengan pembelajaran, maka teknologi merupakan bagian dari proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola sehingga memungkinkan pebelajar ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu8. Miarso9 mengemukakan bahwa teknologi pendidikan dapat didefenisikan kemampuannya dengan dua cara; Pertama dengan melakukan pengkajian empirik, dan kedua dengan melakukan analisis konseptual. Sedangkan pembelajaran secara lebih singkat, didefinisikan sebagai upaya membelajarkan pebelajar10. Dan definisi tersebut mengandung makna bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran tidak dapat berlangsung seketika, melainkan melalui suatu perencanaan. Knirk, dalam buku Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya mengatakan, tahapan dalam pembelajaran meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi11. Pembelajaran yang efektif menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses personal, dan menuntut strategi-strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi berbagai konteks, perangkat isi yang harus diajarkan oleh pembelajar, dan pebelajar dengan berbagai latar belakang, kebutuhan dan permasalahan12. Sejalan dengan konsep dan pengertian diatas, maka perlu juga diperhatikan perkembangan dan pergeseran paradigma teknologi pendidikan dari waktu ke waktu yang juga sangat berpengaruh terhadap aplikasi dari teknologi pemebelajaran itu sendiri, sebagai gambaran dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut Pergeseran Paradigma Teknologi Pembelajaran No. Aspek Pendidikan
Teknologi Pendidikan 1977
Teknologi Pembelajaran 1994
1.
Penggunaan Istilah
Menggunakan istilah Teknologi Menggunakan istilah Pendidikan. Teknologi Pembelajaran.
2.
Penggunaan Istilah
Teknologi Pendidikan. Bahwa pendidikan mengacu ke belajar dalam banyak lingkungan, termasuk rumah , sekolah dan kerja. Sedangkan pembelajaran hanya berkonotasi kegiatan belajar di lingkungan sekolah saja.
4.
Tempat penggunaan istilah
Teknologi Pembelajaran Pembelajaran lebih sesuai untukmendiskripsikan fungsi-fungsi teknologi. pembelajaran memadukan tidak saja lingkungan persekolahan akan tetapi juga pelatihan diluar sistem persekolahan. Teknologi Pendidikan lebih Sedangkan Teknologi disukai di Inggris dan Kanada. Pembelajaran banyak dipakai di Amerika Serikat.
AECT, The Definition of EducationalTterminology, Tim penerjemah Yusufhadi Miarso, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1986), 15. 9 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 17. 10 Degeng, 1.N.S. 1997. Media Pembelajaran; Makaläh Pelatihan Staf Guru dan Karyawan Sekolah Ciputra. Surabaya: Sekolah Ciputra, April - Mei 1997), 5. 11 Seels, B & Richey R., The Definition and Domains of the Field, Terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk. (Jakarta: IPTPI-LPTK UNJ, 1994), 4. 12 Setyosari, P Teori dan Aplikasi: Sislem Online dalam Pembelajaran, (Malang: UNM, 2006), 7. 8
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014
13
5.
Definisi
6.
Tataran Aplikasi
7.
Perbedaan konsep
8.
Perbedaan konsep Menurut AECT 1977 konsep Teknologi Teknologi Instruksional Instruksional memberikan peran para praktisi dalam teknologi pembelajaran.
9.
Kawasan/wilayah Definisi 1977 meliputi 4 atau domain kawasan, yaitu : fungsi pengelolaan pendidikan, fungsi pengembangan pendidikan, sumber belajar dan Si- belajar.
10.
Hubungan Antar Hubungan antar kawasan Hubungan antar Kawasan bersifat sistematik dan linier. besifat sinergestik. Diskripsi kawasan Kawasan fungsi pengelolaan pendidikan
11.
AECT 1997 mendefinisikan Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia. Teknologi Pendidikan mengarah pada konsep normatif. Konsep teknologi pendidikan mencakup kedalam pemecahan masalah di setiap aspek yang berhubungan dengan masalah belajar manusia.
Definisi bidang 1994 Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar.
Sedangkan Teknologi Pembelajaran lebih operasional. Konsep teknologi pembelajaran mencakup pada pemecahan masalah dimana belajar merupakan hal yang memiliki tujuan dan sifatnya terkontrol. Sedangkan konsep Teknologi Instruksional menurut AECT 1994 memberikan penekanan bahwa teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang studi maupun praktek. Definisi 1994 meliputi 5 kawasan, yaitu : Desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian. kawasan
Pergeseran paradigma tersebut menunjukkan bahwa teknologi pendidikan mengalami transformasi yang begitu dinamis dalam perkembangannya, sehingga memungkinkan penyesuaian dan adaptasi terhadap tuntutan perkembangan teknologi dan ide-ide baru dalam pembelajaran dan pengelolaan pendidikan. Disamping pergeseran paradigma diatas, masalah lain yang dihadapi dunia pendidikan kita di Indonesia adalah, selain pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan adalah meningkatkan kualitas dan relevansi guna meningkatkan daya saing keluaran pendidikan (lulusan). Masalah rendahnya kualitas pendidikan masih dirasakan sebagai permasalahan yang serius mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantaranya dengan mengatasi masalah belajar siswa yang pada umumnya adalah sulit mempelajari konsep yang abstrak, sulit membayangkan peristiwa yang telah lalu, sulit AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014
14
mengamati obyek yang terlalu kecil atau terlalu besar, sulit memperoleh pengalaman langsung, sulit memahami pelajaran yang diceramahkan, sulit memahami konsep yang rumit, terbatasnya waktu untuk belajar. Selain itu sikap pasif dan kurang minatnya peserta didik juga menjadi faktor rendahnya mutu pendidikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, nampaknya peningkatan mutu pendidikan perlu diarahkan pada perluasan inovasi pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun nonformal dalam rangka mewujudkan proses yang efektif,efisien, dan menyenangkan serta mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, dan tingkat perkembangan siswa. Selain itu perlu memberikan bekal penguasaan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) pada pembelajar agar mereka mampu melaksanakan pembelajaran yang menggunakan multimedia secara baik, karena media pendidikan yang merupakan aspek nyata dari teknologi pendidikan pada umumnya memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk katakata tertulis atau lisan belaka) 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Mengatasi sikap pasif siswa, karena media pendidikan dapat menimbulkan kegairahan belajar, memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Memberikan perangsang yang sama 5. Mempersamakan pengalaman 6. Menimbulkan persepsi yang sama. Dengan menggunakan pendekatan teknologi pendidikan, nampaknya upaya peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud, Karena pada hakikatnya teknologi pendidikan adalah suatu strategi yang digunakan untuk menganalisis, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola usaha pemecahan masalah belajar yang dihadapi setiap individu, dengan memanfaatkan berbagai macam recources (manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi). Dalam teknologi pendidikan terdapat tiga prinsip dasar sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yakni berorientasi pada siswa, pemanfaatan sumber belajar, dan pendekatan sistem. Prinsip berorientasi pada siswa beratri bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik,minat, potensi dari siswa. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu diseain / perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-llangkah prosedural meliputi : identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media, dan evaluasi pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran siswa lebih terarah, efektif, efisien, dan menarik karena dirancang/didesain melalui tahap tertentu mulai dari analisis sampai evaluasi. Selain lebih terarah juga lebih inovatif, fleksibel dan beragam, karena tidak hanya menggunakan satu sumber belajar saja (“guru”) tetapi dari berbagai sumber belajar yang ada dan berbagai macam media pendidikan sehingga kapanpun dimanapun dan kepada siapapun siswa dapat belajar, memperoleh informasi dan keterampilan yang dibutuhkannya.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014
15
Penutup Penerapan teknologi pendidikan dalam pendidikan hendaknya membuat proses pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya lebih efisien, lebih efektif dan memberikan nilai tambah yang positif. Efektif dan efesien berarti upaya pendidikan yang dilakukan hendaknya dapat mencapai tujuan yang telah digariskan dengan sedikit mungkin mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu. Kondisi seperti tersebut di atas dimungkinkan karena teknologi pendidikan memiliki beberapa potensi : a. Meningkatkan produktivitas pendidikan dengan jalan : 1) Mempercepat laju belajar; 2) Membantu pembelajar untuk menggunakan waktunya secara lebih baik; dan 3) Mengurangi beban pembelajar dalam menyajikan informasi, sehingga pembelajar dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar siswa . Dengan demikian guru akan lebih banyak berfungsi sebagai manager pembelajaran. b. Memberikan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan: 1) Mengurangi kontrol pembelajar yang kaku dan konvensional, 2) Memberikan kesempatan siswa belajar secara maksimal, 3) Dapat melayani karakteristik individu yang berbeda-beda, karena adanya berbagai pilihan sumber belajar. c. Memberikan dasar yang ilmiah pada pengajaran dengan jalan: 1) Perencanaan program pengajaran yang lebih sistimatis; dan 2) Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang prilaku manusia. d. Lebih memantapkan pengajaran dengan jalan: 1) Meningkatkan kemampuan pebelajar dengan berbagai media komunikasi, dan 2) Penyajian data informasi secara lebih kongkrit. e. Kemungkinan belajar secara seketika, karena dapat : 1) Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan di luar sekolah, 2) Memberikan pengetahuan langsung apa yang ada di luar sekolah dapat dibawa masuk ke kelas. Daftar Rujukan AECT. Instructional Technology: The Definition and Domains of The Field. Terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: IPTPI dan LPTK. 1986. Degeng, 1.N.S. Media Pembelajaran. Makalah Pelatihan Staf Guru dan Karyawan Sekolah Ciputra. Surabaya, April-Mei 1997. Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Noornia, A. Penerapan Pembelajaran Koperatif dengan Metode STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SDI Ma’arif 02 Pematang Singosari. Tesis, tidak diterbitkan, Malang: PPs Universitas Negeri Malang, 1997. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007 Satgas Defenisi Terminologi AECT. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 1986 Seels, B & Richey R. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: IPTPI-LPTK Universitas Negeri Jakarta, 1994 Setyosari, P. Teori dan Aplikasi: Sislem Online dalam Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang, 2006 Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Brigaf Pub, 2000.
AKADEMIKA, Volume 8, Nomor 1, Juni 2014