Majalah Ilmiah Unimus
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
Peranan PTK dalam Peningkatan Kualitas Guru
Oleh : Marwan Hamid Abstrak Berdasarkan peranan profesional guru modern, Oemar Hamalik mengatakan bahwa hal itu menambah tanggung jawab guru menjadi lebih besar. Tanggjungjawab guru antara lain; guru harus menuntut murid untuk belajar, turut serta membina kurikulum, 3) melakukan pembinaan terhadap diri siswa berupa kepribadian, watak dan jasmaniah, dan melakukan diagnosis atas kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar, serta menyeleng-garakan penelitian. Pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, tehnologi dan keterampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan. Secara rinci kegiatan yang termasuk kegiatan unsur pengembangan profesi adalah melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah dibidang pendidikan, menemukan tehnologi tepat guna di bidang pendidikan, dan membuat alat peraga/pelajaran atau alat bimbingan. Karena itu, guru menurut Sukardi (2007) harus melakukan penelitian dengan tujuan sebagai berikut: memperoleh informasi baru, mengembangkan dan menjelaskan, dan menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu ubahan. Kata Kunci : Guru, Profesional, PTK
I. Pendahuluan Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir zaman nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh teknologi secanggih apapun. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan tugas-tugas guru yang cukup komplek dan unik, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara kontinyu guru dapat meningkatkan kompetensinya. Usman (2002) menyatakan bahwa guru dengan kompetensi tinggi adalah VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga Ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Sebagai guru yang sudah banyak jam terbangnya dalam mengajar, pasti punya banyak pengalaman, baik manis maupun pahit. Pengala-man manis dapat dirasakan ketika murid-murid kita berhasil meraih prestasi, yang sebagian merupakan kontribusi kita sebagai guru. Kita pasti meng-inginkan murid-murid kita selalu berhasil meraih prestasi terbaik. Namun, mungkin keinginan kita yang mulia tersebut lebih sering tidak tercapai karena berbagai alasan. Misalnya, mungkin kita sering menemukan murid-murid tidak
Hal - 56
Majalah Ilmiah Unimus
bersemangat, kurang termotivasi, kurang percaya diri, kurang disiplin, kurang bertanggung jawab dan sebagainya. Pasti kita sudah melakukan upaya untuk mengata-sinya, tetapi mungkin hasilnya masih jauh dari yang diinginkan. Guru yang inovatif, kreatif, dan produktif adalah guru yang selalu mencari dan menemukan hal-hal baru dan mutakhir untuk kepenti-ngan kualitas pembelajaran di kelas (Sunyono, 2007). Kemampuan tersebut dapat dilihat dari upaya guru dalam melakukan perbaikan kualitas proses Sebagai guru, tentunya kita masih ingin mengatasi masalah-masalah yang ditemukan di kelas. Mengapa tidak mencoba mengatasinya lewat suatu kegiatan Penelitian Tindakan (PT) atau Action Research? Namun, mendengar kata ”penelitian” mungkin kita ingat pengalaman pahit ketika dulu meneliti untuk skripsi, karena harus mengembang-kan instrumen yang berkalikali direvisi atas saran dosen pembimbing, harus minta ijin ke sana ke sini, harus terjun ke lapangan menemui responden, yang tidak selalu menyambut dengan ramah kedatangan kita, harus kecewa karena angket tidak semua dikembalikan, harus menganalisis data dan seirng tersandung masalah statistik, dan setelah analisis selesai, harus kecewa karena hasilnya tidak selalu siap dipraktikkan di dunia nyata, dan sebagainya. Singkatnya, kegiatan penelitian tidak mudah karena pertanggungjawaban teoretisnya cukup berat. Lebih lanjut Muslikhah (2010) mengatakan guru adalah jantungnya pendidikan, tanpa peran aktif guru, kebijakan perubahan pendidikan secanggih apapun akan tetap sia-sia, sebagus apapun dan semoderen apapun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan dirancang, jika tanpa guru berkualitas tidak akan membuahkan hasil noptimal, artinya pendidikan yang baik dan unggul tetap tergantung pada kondisi guru. Guru merupakan pihak pemegang kunci dari menarik serta efektif tidaknya suatu proses pembelajaran, karena itu seorang guru tidak hanya di tuntut mampu menghidupkan suasana kelas tetapi juga mampu menjadikan pembelajaran yang terja-di menjadi suatu proses peningkatan kepribadian bagi
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
peserta didik. Seperti yang terdapat dalam pasal 40 ayat 2b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, guru sebagai ujung tombak dalam proses pendidikan sangat strategis dan menentukan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Kita tidak perlu mengalami itu semua ketika melakukan PT. Sebab, jenis penelitian ini memang berbeda dengan jenis penelitian lain. Kalau jenis penelitian lain layaknya dilakukan oleh para ilmuwan di kampus atau lembaga penelitian, PT layaknya dilakukan oleh para praktisi, termasuk kita sebagai guru. Kalau jenis penelitian lainnya untuk mengembangkan teori, PT ditujukan untuk meningkatkan praktik lapangan. Jadi PT adalah jenis penelitian yang cocok untuk para praktisi, termasuk guru. Dalam bidang pendidikan, khusus-nya dalam kegiatan pembelajaran dan proses belajar mengajar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK dilakukan melalui taha-pan demi tahapan untuk mencapai hasil yang diinginkan, yaitu keber-hasilan dalam peningkatan proses dan hasil belajar murid di kelas. Oleh karena itu, tahapantahapan yang ada dalam PTK harus dilakukan dengan baik, agar guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain. Dengan cara menerapkan berbagai teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Bahkan, guru-guru dianjurkan sekali mencari teori dan teknik pembelajaran yang mampu memba-wa perubahan pada peningkatan proses dan hasil belajar murid di kelas. Itu baru dikatakan guru yang inovatif, kreatif, dan reformatif. Selain itu, guru yang juga dikatakan sebagai penerap penelitian terapan tidak usah merasa terganggu untuk melak-sanakan tugas utamanya yaitu mengajar di kelas dan guru pun tidak perlu meninggalkan muridnya, karena hanya untuk mela-kukan PTK. Tetap saja dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang sudah ada. Jadi dalam hal ini PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi guru di lapangan.
Hal - 57
Majalah Ilmiah Unimus
2. Penelitian Tindakan Kelas a. Pengertian Umum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhirakhir ini telah menjadi trend untuk dilakukan oleh guru sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama Dalam tulisan lain Suharsimi Arikunto (2002) menjelaskan bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi pene-liti atau orangorang yang berkepen-tingan dalam rangka pening-katan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom Action Research yaitu suatu Action Research (penelitian tindakan) yang dilakukan di kelas. Menurut John Elliot (1982) bahwa PTK adalah tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evalu-asi diri dengan perkembangan professional. Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Sedangkan Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari: (a) praktik-parktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi-situasi (lembagalembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Hardjodiputro, 1997). Menurut Suhardjono (2006:4) bahwa PTK adalah laporan dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya. Sedangkan, menurut Ridwan (2005:1) bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran dan untuk mewujudkan tujuan dalam proses pembelajaran tersebut. Hopkins (1993) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau sesuatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Rapoport (1970) PTK adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam menga-tasi secara preaktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerja sama dalam kerangka etika yang disepakati bersama. Seterusnya Ebbutt (1985) PTK adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Lebih jauh, Kunandar (2008) menulis, PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Sementara itu, menurut Salakim (2007:http://www. msaifunsalakim.blogspot.com) PTK ialah
Hal - 58
Majalah Ilmiah Unimus
suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tinda-kan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukannya. Selain itu, menurut Rustam dan Mundilarto (2004:1) PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif, dengan tujuan untuk mem-perbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar murid/siswa dapat meningkat. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu kesim-pulan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dengan demikian, PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengkaji mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Agar Anda dapat lebih memahami makna PTK secara utuh dan benar, sebaiknya kita kaji juga makna kelas dalam PTK. Makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik (siswa) yang sedang belajar yang tidak hanya terbatas di dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktik di laboratorium, bengkel, di rumah, atau di tempat lain, atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, komponen dalam suatu kelas yang dapat dikaji melalui PTK adalah : a. Siswa (murid), dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium atau bengkel, maupun ketika siswa sedang asyik mengerjakan tugas rumah. b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas,
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa. c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai bahan yang ditugaskan kepada siswa. d. Peralatan atau sarana pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dicermati dapat guru, siswa, atau keduanya. e. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan dan terkait dengan proses pembelajaran, sarana pembelajaran, guru, atau siswa itu sendiri. f. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/ direkayasa dalam bentuk tindakan. Misalnya yang dapat digolongkan kegiatan pengelolaan adalah cara mengelompokkan siswa, pengaturan tempat duduk, cara guru memberikan tugas, penataan perala-tan pembelajaran, dan sebagainya. Jadi singkatnya, penelitan tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan pembelajaran dengan secara siklik. Menurut Dirjen Depdiknas (2003:3) Penelitian seperti ini merupakan penelitian pembelajaran reflektif yang dilaksanakan secara siklik oleh guru di dalam kelas dalam rangka meme-cahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis PTK, dua di antaranya adalah individual classroom action research dan collaborative classroom action recearch. Penelitian Tindakan Kelas bisa berupa penelitian kualitatif bisa juga kuantitatif pada masalah yang akan atau sedang diselesaikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak langsung digenera-lisasikan. b. Ciri-ciri dan Prinsip-Prinsip PTK b-1. Ciri-Ciri PTK 1) Permasalahan bersifat situasional dan kontekstual 2) Permasalahan yang dijadikan sebagai bahan kajian adalah permasalahan yang biasa ditemukan dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, 3) Ada tindakan
Hal - 59
Majalah Ilmiah Unimus
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
4)
Permasalahan yang terpilih sebagai kajian dalam penelitian segera dicarikan solusi, artinya langsung ditindaklanjuti dengan suatu tindakan yang paling mungkin dapat mengatasi permasalahan tersebut, 5) Penelaahan tehadap tindakan 6) Tindakan yang telah dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah ditelaah, apakah tindakan tersebut dapat memecahkan permasalahan atau belum, apa kelebihan dan apa kelemahan dari tindakan yang telah dilakukannya. 7) Pengkajian dampak tindakan 8) Tindakan yang telah dilakukan kembali ditelaah/dikaji apakah tindakan tersebut berdampak positif atau sebaliknya, mengapa hal itu terjadi, dan bagaimana alternatif pemecahannya lagi. 9) Kolaboratif 10) Dalam upaya memecahkan permasalahan dengan melakukan tindakan dalam proses pembelajaran diperlukan data-data yang dapat dipercaya, guru dalam hal ini sebagai pelaku tindakan tentu saja memiliki banyak keterbatasan. Karena itu dalam upaya pengumpulan data dan pengolahannya diperlukan kerjasama dengan pihak lain sebagai patner kerja dalam upaya memecahkan permasalahan yang muncul, pihak lain dimaksud boleh teman guru mata pelajaran, mata pelajaran lain, kepala sekolah, pengawas, guru bimbingan konseling, atau bahkan siswa itu sendiri. 11) Refleksi 12) Untuk mengkaji data yang telah terkumpul dan diperoleh kesimpulan terhadap tindakan yang dilakukan, apakah tindakan tersebut dapat memecahkan permasalahan atau tidak, kaji kelebihan dan kelemahan yang muncul dan mencari solusi lain dalam bentuk perencanaan tindakan ulang sebagai alternatif pemecahan permasalahan dalam pelaksanaan tindakan berikutnya. b-2. Prinsip-Prinsip PTK 1) Tidak mengganggu belajaran;
komitmen
pem-
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
2) 3) 4)
Tidak menuntut waktu tertentu untuk pengamatan secara khusus; Metode pemecahan masalah reliabel; Permasalahan berorientasi pada pemecahan masalah guru dalam tugasnya.
c. Karakteristik PTK PTK memiliki karakteristik berbeda dengan non-PTK. Oleh karena itu, PTK dapat dimasukkan ke dalam penelitian yang berjenis kualitatif. Sebab dalam PTK ketika data akan dianalisis digunakanlah pendekatan kualitatif tanpa adanya perhitungan statistik dan penelitian ini diawali dengan adanya perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yan dicapai sesudah adanya perlakuan. Rustam dan Mundilarto (2004:1) mengemukakan bahwa PTK memiliki karakteristik : (1) masalah berawal dari guru, (2) tujuannya memperbaiki pembelajaran, (3) metode utama adalah merefleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (4) fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (5) guru bertindak sekaligus sebagai pengajar dan peneliti. Menurut Ridwan (2005:2-3) dan Kardiawarman (2007:http://www.duniaguru.com) karakteristik PTK yang membedakan dari karakteristik non-PTK adalah : (1) permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah permasalahan yang biasa muncul dari kegiatan sehari-hari dari proses pembelajaran, (2) kontekstual, artinya pelaksanaan penelitian berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang sesungguhnya, (3) kolaboratif (partisipatoris) artinya PTK dalam pelaksanaannya melibatkan pihak lain sebagai patner kerja atau bahwa PTK dilaksanakan secara kolaborasi antara teman sejawat semata pelajaran, kepala sekolah, pengawas, ataupun siswa, (4) luwes atau fleksibel, dalam pelaksanaan PTK baik guru ataupun siswa tidak merasakan bahwa mereka sedang
Hal - 60
Majalah Ilmiah Unimus
menjadi objek penelitian, tetapi mereka lebih merasakan sebagai teman kerja untuk mencapai suatu tujuan, (5) situasional dan spesifik, artinya dalam PTK penelitian berlangsung dalam situasi yang sesungguhnya, dan fokus pengamatan dibatasi pada aspek-aspek yang telah dipertimbang-kan serta disepakati bersama. Sedangkan menurut Richart Winter (1996) ada enam karakteristik PTK, yaitu 1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi tiorio dan praktek. Berdasarkan karakteristik PTK diatas, maka tujuan guru melak-sanakan PTK adalah dalam rangka memperbaiki caracara mengajar melalui penerapan metode baru atau tindakan baru yang dia temukan dan diyakini karena metode baru itu telah teruji ternyata efektif meningkatkan hasil pembelajaran seperti yang diharapkan. Disamping itu, PTK tidak sekedar tujuan memecahkan masalah, melainkan juga mencari jawaban ilmiah terhadap masalah yang dihadapinya. Secara lengkap tujuan PTK menurut Ekawarna (2010) adalah sebagai berikut: (a) Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapai tujuan pembelapjaran yang bermutu; (b) Memperbaiki dan meningkatkan kinerjakinerja pembejalaran yang dilaksanakan oleh guru; (c) Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu; (d) Menigkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya; (e) Mengeksplorasi dan membuahkan kreasikreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan dhasil pembelajaran; (f) Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru;
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
(g) Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi. Tujuan-tujuan diatas pada prinsipnya mengarah pada adanya upaya-upaya tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu isi, mutu masukan, mutu proses, dan mutu hasil pendidikan dan pembela-jaran di kelas. Peningkatan pada aspek-aspek ini pada akhirnya dapat digunakan untuk meningkatkan sikap profesional guru dan menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan per-baikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
d. Perbedaan antara Non-PTK dengan PTK Menurut Salakim (2007:http://www. msaifun salakim.blogspot.com) perbedaan antara non-PTK dengan PTK adalah; (1) adanya kritik refleksi, yang merupakan sebuah langkah yang berusaha mengoptimalkan upaya refleksi terhadap hasil pengamatan mengenai latar (tempat, waktu, dan suasana) dan kegiatan dalam suatu perbuatan. Dalam upaya refleksi ini juga adanya upaya kritikan sehingga memungkinkan adanya evaluasi terhadap perubahan-perubahan mendasar atau signifikan, (2) adanya kritik dialektis, yang mengharapkan guru bersedia melakukan kritikan terhadap fenomena atau gejalagejala yang ditelitinya yang selanjutnya guru tersebut melakukan pemeriksaan terhadap konteks hubungannya secara menyeluruh yang merupakan satu unit dan merupakan suatu struktur kontradiksi internal, (3) adanya kolaboratif, yang menghadirkan suatu kerjasama yang baik dengan pihak-pihak lain seperti Kepala Sekolah, sesama guru dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data. Karena PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang diteliti-
Hal - 61
Majalah Ilmiah Unimus
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
nya. Guru tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerjasama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses penelitian itu berlangsung dengan baik, (4) adanya risiko, yaitu saat melakukan PTK seorang guru dituntut berani mengambil risiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Risiko yang mungkin akan di alaminya adalah melesetnya perkiraan dan hipotesis awal dan adanya tuntutan untuk melakukan transformasi (perubahanperubahan ke arah yang lebih baik), (5) adanya susunan jamak, maksudnya PTK memiliki struktur jamak atau banyak, karena penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipatif, atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif, (6) adanya internalisasi teori dan praktik, yang lebih menekankan keberadaan teori yang hanya diperuntukkan untuk praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. Sedangkan Sudjak, menyebutkan ; Penelitan tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan pembelajaran dengan secara siklik. Menurut Dirjen Depdiknas (2003:3) Penelitian seperti ini merupakan penelitian pembela-jaran reflektif yang dilaksanakan secara siklik oleh guru di dalam kelas dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis PTK, dua di antaranya adalah individual classroom action research dan collaborative classroom action recearch. Menurut Ridwan (2005:4) perbedaan antara Non-PTK dengan PTK adalah sebagai berikut: Non PTK dilakukan oleh pihak luar ketat terhadap syaratsyarat formal, seperti: ukuran sampel, populasi harus representatif
PTK dilakukan oleh guru fleksibel terhadap ukuran subjek penelitian
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
instrumen dikembangkan hingga valid dan reliabel menggunakan analisis statistik yang rumit. mensyaratkan hipotesis penelitian. tidak langsung memperbaiki praktek/ proses pembelajaran diarahkan pada generalisasi
tidak dituntut pengembangan instrumen. tak menggunakan analisis statistik yang rumit. tak menggunakan hipotesis penelitian, kecuali hipotesis tindakan. dapat memperbaiki praktek/proses pembelajaran secara langsung tidak diarahkan ke generalisasi.
Penelitian Tindakan Kelas bisa berupa penelitian kualitatif bisa juga kuantitatif pada masalah yang akan atau sedang dipecahkan/diselesaikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak langsung digeneralisasikan. Namun demikian PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang mirip dengan masalah yang akan ditelitinya. Perbedaan keduanya adalah : Non-PTK ------------------------------Dilakukan oleh orang luar……………………………… Sampel harus representatif …………………………………….. Instrumen harus secara isi dan konstruk valid dan releabel .............
PTK ----------------------------Dilakukan oleh guru (dosen) …………………….. Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan .............. Instrumen valid secara isi dan reliable …………………………………
Menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit ………………………… Mempersyaratkan hipotesis …………………… Mengembangkan teori Tidak memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung .......... Hasil penelitian merupakan produk ilmu
Tidak digunakan analisis statistik yang rumit ............................. Tidak selalu menggunakan hipotesis ......... Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung ............................ Hasil penelitian merupakan peningkatan mutu pembelajaran ------------------------------
-------------------------------
3. Peranan PTK Di dalam kelas yang dihuni beragamragam murid yang memiliki kemauan dan keinginan yang berbeda-beda. Di kelas itu Hal - 62
Majalah Ilmiah Unimus
juga akan mengindikasikan bahwa setidaknya akan bermunculan masalah yang harus segera diatasi. Untuk itulah, sangat diperlukan langkah-langkah tepat dan jitu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, dimana ujung tombak pelaksanaannya adalah guru. Langkah-langkah yang tepat dan jitu yang harus dilakukan guru untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan cara melakukan PTK demi untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran murid serta untuk meningkatkan profesionalitas guru itu sendiri. Oleh karena itu, PTK memang begitu diperlukan oleh guru yang selalu berkecimpung dengan dunia kelas. Guru merupakan orang yang paling tepat untuk melakukan PTK. Rustam dan Mundilarto (2004:1) mengemukakan ; (1) guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya, (2) temuan penelitian tradisional sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran, (3) guru merupakan orang yamg paling akrab dengan kelasnya, (4) interaksi antara guru dengan murid berlangsung secara unik, dan (5) keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan, mempersyaratkan guru untuk mampu melaksanakan PTK di kelasnya. Menurut Salakim (2007:http://www. msaifunsalakim.blogspot.com),PTK merupakan suatu kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Alasannya (1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan murid lakukan, (2) PTK meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakannya selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti di bidangnya, (3) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya, dan (4) PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya.
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
Salah satu kompetensi yang ter-masuk dalam kompetensi profesional guru adalah kemampuan melakukan penelitian terutama PTK, dimana PTK langsung terkait dengan kebutuhan guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IV/a ke atas (Arikunto, 2006:1-2). Bahkan, Menurut Menpan (2008:29-31) Dalam rancangan Keputusan Menpan tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, persyaratan memenuhi angka kredit dari sub unsur pengem-bangan profesi dipersyaratkan bagi guru yang akan naik pangkat dari golongan III/b ke III/c sebesar 2 angka kredit, golongan III.c ke III/d sebesar 4 angka kredit, golongan III/d ke IV/a sebesar 6 angka kredit, golongan IV/a ke IV/b sebesar 8 angka kredit, golongan IV/b ke IV/c sebesar 10 angka kredit, golongan IV/c ke IV/d sebesar 12 angka kredit, dan golongan IV/d ke IV/e sebesar 14 angka kredit. Selain itu, menurut Nurzaman (2006:36) dalam penilaian Setifikasi Guru, Karya Tulis Ilmiah termasuk PTK merupakan salah satu butir yang dinilai. PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang sangat mungkin dapat dilakukan oleh guru-guru di sekolah, karena dalam pelaksanaannya PTK tidak terlepas dari pekerjaan keseharian sebagai guru. Yang penting, guru yang bersang-kutan mempunyai keinginan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan PTK di samping laporannya dapat diakui sebagai karya tulis ilmiah, juga dapat memperbaiki/meningkatkan kualitas pembelajaran secara langsung yang akan bermuara pada peningkatan kualitas hasil belajar murid. Berdasarkan hal diatas, maka PTK bermanfaat setelah melakukannya, bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu murid (siswa)/pembela-jaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK. 1). Manfaat bagi siswa dan pembelajaran Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran
Hal - 63
Majalah Ilmiah Unimus
akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalah-an dan kesulitan tersebut tidak akan ber-larut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembela-jaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan melakukan PTK. Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam mening-katkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya. 2). Manfaat bagi guru. Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain: a) Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya. b).Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikanperbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. c). Melalui PTK, guru mendapat
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran. d). Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat. 3). Manfaat bagi sekolah Sekolah yang para gurunya memi-liki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Dalam keterangan lain, ahli pendidikan menyebutkan bahwa manfaat PTK di samping untuk membiasakan diri dengan menulis, mengorganisasi, melaporkan tentang segala yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang kelak dapat digunakan sebagai bentuk karya tulis ilmiah dan diakui sebagai salah satu point perhitungan dalam kenaikan pangkat, juga ada manfaat lain yang lebih berarti bagi seorang guru. Manfaat tersebut adalah (1) inovasi dalam pembelajaran; (2) pengembangan kurikulum yang mereka pahami; dan (3) untuk peningkatan profesionalisme seorang guru
Hal - 64
Majalah Ilmiah Unimus
7. Penutup
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
7.
Keberhasilan PTK sangat ditentukan oleh banyak faktor yag saling kait mengait. Syarat-syarat agar PTK berhasil, adalah sebagai berikut No
Syarat-Syarat Agar PTK Berhasil
1.
Peneliti, kolaborator, dan siswa harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka dalam seluruh kegiatan PTK secara proporsional. Andil itu mungkin terwujud jika ada maksud yang jelas dalam melakukan intervensi tersebut. peneliti dan kolaborator menjadi pusat dari penelitian sehingga dituntut untuk bertanggungjawab atas peningkatan yang akan dicapai. tindakan yang dilakukan hendaknya didasarkan pada pengetahun, baik pengetahuan konseptual dari tinjauan pustaka teoretis, maupun pengetahuan teknis prosedural, yang diperoleh lewat refleksi kritis dan dipadukan dengan pengalaman orang lain dari tinjauan pustaka hasil penelitian tindakan), berdasarkan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya. Refleksi kritis dapat dilakukan dengan baik jika didukung oleh keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri, khususnya kejujuran mengakui kelemahan atau kekurangan diri, tindakan tersebut dilakukan atas dasar komitmen kuat dan keyakinan bahwa situasi dapat diubah ke arah perbaikan, PTK melibatkan pengajuan pertanyaan agar dapat melakukan perubahan melalui tindakan yang disadari dalam konteks yang ada dengan seluruh kerumitannya, Peneliti mesti mamantau secara sistematik agar mengetahui dengan mudah arah dan jenis perbaikan, yang semuanya berkenaan dengan pemahaman yang lebih baik terhadap praktik dan pemahaman tentang bagaimana perbaikan ini telah terjadi,
2.
3.
4.
5.
6.
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
8.
9.
10 .
Peneliti perlu membuat deskripsi otentik objektif (bukan penjelasan) tentang tindakan yang dilaksanakan dalam riwayat faktual, perekaman video and audio, riwayat subjektif yang diambil dari buku harian dan refleksi dan observasi pribadi, dan riwayat fiksional, Peneliti perlu memberi penjelasan tentang tindakan berdasarkan deskripsi autentik tersebut di atas, yang mencakup (a) identifikasi maknamakna yang mungkin diperoleh (dibantu) wawasan teorItik yang relevan, pengaitan dengan penelitian lain (misalnya lewat tinjauan pustaka di mana kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan pakar lain perlu dijelaskan), dan konstruksi model (dalam konteks praktik terkait) bersama penjelasannya; (b) mempermasalahkan deskripsi terkait, yaitu secara kritis mempertanyakan motif tindakan dan evaluasi terhadap hasilnya; dan (c) teorisasi, yang dilahirkan dengan memberikan penjelasan tentang apa yang dilakukan dengan cara tertentu Peneliti perlu menyajikan laporan hasil PTK dalam berbagai bentuk termasuk: (a) tulisan tentang hasil refleksi-diri, dalam bentuk catatan harian dan dialog, yaitu percakapan dengan dirinya sendiri; (b) percakapan tertulis, yang dialogis, dengan gambaran jelas tentang proses percakapan tersebut; (c) narasi dan cerita; dan (d) bentuk visual seperti diagram, gambar, dan grafik. Peneliti perlu memvalidasi pernyataan peneliti tentang keberhasilan tindakan peneliti lewat pemeriksaan kritis dengan mencocokkan pernyataan dengan bukti (data mentah), baik dilakukan sendiri maupun bersama teman (validasi-diri), meminta teman sejawat untuk memeriksanya dengan masukan dipakai untuk memperbaikinya (validasi sejawat), dan terakhir menyajikan hasil seminar dalam suatu seminar (validasi publik). Perlu dipastikan bahwa temuan validasi selaras satu sama lain karena semuanya berdasarkan pemeriksaan terhadap penyataan dan data mentah. Jika ada perbedaan, pasti ada sesuatu
Hal - 65
Majalah Ilmiah Unimus
yang masih harus dicermati kembali. Sumber: McNiff, Lomax dan Whitehead yang dikutip Abdoeh (2007:http://www.abdoeh. wordpress.com) dan Madya(2007:http:// www.ktiguru.org).
Menurut Hodgkinson yang dikutip Madya (2007:http://ktiguru.org) agar PTK berhasil, persyaratan berikut harus dipenuhi (1) kesediaan untuk mengakui kekurangan diri; (2) kesempatan yang memadai untuk menemukan sesuatu yang baru; (3) dorongan untuk mengemukakan gagasan baru; (4) waktu yang tersedia untuk melakukan percobaan; (5) kepercayaan timbal balik antar orang-orang yang terlibat; dan (6) penge-tahuan tentang dasar-dasar proses kelompok oleh peserta penelitian. DAFTAR PUSTAKA Abdoeh. (2007). Syarat-Syarat agar PTK Berhasil,http://www.abdoeh.wordpress.com (10 Jan 2008). Arikunto. (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Armanto, Dian. (2006). Penyusunan Proposal dan Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Tindakan. [Makalah]. Disajikan pada Pelatihan Guru SMP Negeri Lubuk Pakam, 28 Juni 2006. Basrowi & Suwandi. (2008). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Referensi Utama PTK untuk Guru serta Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bogor : Ghalia Indonesia Depdikbud. (1995). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Direktorat Dikgutentis. Departemen Pendidkan Nasional. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud, Proyek Pengembangan Guru SMP Ekawarna. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : gaung Persada Press Hopkins, David. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press
VARIASI, ISSN: 2085- Volume 2 Nomor 6, Februari 2011
Informasi Komunikasi dan Pengkajian Iptek
Kemmis & McTaggart. (1994). The Action Research Planner. Dekan University Kardiawarman. (2008). Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas, http://www. duniaguru.com (10 Jan 2008). Menpan. (2008). Rancangan Peraturan Menpan Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta: Ditjen PMPTK. Mudjiran. (2008). Contoh Format Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru, Disampaikan pada Bimbingan Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah, tanggal 6 Pebruari 2008, di SMP Negeri 1 Tanjung Morawa. Nurzaman. (2006). Sertifikasi Jabatan Guru, [Makalah], disampaikan pada Workshop Inovasi Pembelajaran Tingkat Nasional tanggal 20-25 Nov 2006 di Kinasih Resort Hotel, Bogor-Jawa Barat. Ridwan, Sa’adah. (2005). Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru, Jakarta: Ditjen Dikdasmen Rustam, dan Mundilarto. (2004). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Ditjen Dikti. Salakim, M. Siafun. (2007). Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas, http://www.msaifunsalakim.blogspot. com (11 Jan 2008). Sukidin, dkk. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya: Insan Cendikia. Supriadi, Dedi. (1998). Education Research in Practice. Bandung : Graduadte School of Educational, IKIP.
Penulis : Drs. Marwan Hamid, M.Pd Lahir di Teupin Mane, 1967. Menyelesaikan Sarjana dan S2 Pendidikan Akuntansi di Unsyiah. Menjabat sebagai Wakil Rektor II Universitas Almuslim Bireuen-Aceh.Dosen FE Universitas Al Muslim (Unimus) Peusangan – Bireuen, Aceh. email:
[email protected]
Hal - 66