Peranan Hutan Kota Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Nurlaili Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Email.
[email protected]
Kota Lhokseumawe adalah daerah yang terletak dikawasan pesisir pantai sehingga membutuhkan areal hutan kota untuk hidup berbagai spesies baik binatang laut maupun flora dan fauna. Kawasan hutan kota Lhokseumawe yang luasnya tidak seberapa itu hampir setiap malam dijadikan tempat persinggahan berbagai spesies burung. Bersamaan dengan kemajuan dibidang teknologi, industri, dan alat transportasi yang selalu meningkat tiap tahunnya serta makin padatnya bangunan bangunan dalam kota sehingga berdampak terhadap kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan. Hal ini menyebabkan Ruang Terbuka Hijau yang berperan sebagai paru paru kota akan menyita lahan terbuka perkotaan. Hutan kota di Lhokseumawe masih sangat minim dan semberaut, kurang perawatan bahkan dibiarkan begitu saja hingga rusak dan hanya beberapa pohon yang tampak subur, sementara ada bagian taman yang gundul dan ditumbuhi ilalang.,apa lagi dapat berubah fungsinya. Bagaimanapun hutan kota harus diselamatkan karena merupakan salah satu penyangga kelestarian lingkungan untuk kota Lhokseumawe. Kota Lhokseumawe yang terletak dikawasan pesisir pantai sering terjadinya bencana abrasi pantai, daerah ini sering terjadinya cuaca panas. Upaya menciptakan hutan kota, tidak hanya menanam pohon pada lokasi Ruang Terbuka Hijau yang ada dipusat kota semata, tapi juga dilakukan dipinggiran pantai dan sungai. Penataan hutan kota di Lhokseumawe perlu disesuaikan dengan master plan yang jelas agar di areal untuk hutan kota tidak digunakan sebagai area perkantoran, pertokoan, pemukiman dan industri. Dan sangat diharapkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memelihara hutan kota jangan membiarkan hewan peliharaan berkeliaran didalam hutan kota. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, telaah pustaka dan analisis berbagai data sekunder.Dengan adanya kesadaran masyarakat untuk sama sama memelihara pohon dihutan kota, taman kota maupun di median jalan untuk mewujudkan kesejukan dan keindahan kota, sehingga fungsi hutan kota sebagai pelestarian lingkungan dapat menghasilkan O2, meredam kebisingan, mengurangi debu,memberikan estetika, menurunkan suhu dan meningkatkan kelembapan.
Kata Kunci: Hutan Kota, Permasalahan Lingkungan,Fungsi Pohon
PENDAHULUAN
Kota Lhokseumawe merupakan kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Banda Aceh. Pemerintah Kota Lhokseumawe terbentuk mulai tahun 2001, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pemerintah Kota Lhokseumawe, yang selanjutnya diimplimentasikan dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Secara Efektif Undang-Undang No 2 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe. Sejak dahulu kota yang berada pada posisi 04o 54’- 05o 18’ Lintang Utara dan 96o 20’- 97o 21’ Bujur Timur ini, berhadapan dengan Selat Malaka. Secara umum iklim di kota Lhokseumawe termasuk kedalam iklim tropis dengan perkiraan cuaca propinsi Aceh, Lhokseumawe cuaca berawan,
suhu berkisar antara 23oC - 32oC dengan rata-rata kelembapan 60% – 95% dan kecepatan angin 27 knot dari arah timur (perkiraan cuaca Propinsi BMG 2009). Berdasarkan klasifikasi Oldeman, tipe iklim Kota Lhokseumawe termasuk dalam tipe iklim D2 menunjukkan kondisi bulan basah. Menurut [7] semakin tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam tetumbuhan mengakibatkan keadaan lingkungan diperkotaan menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilannya secara ekonomi. Oleh karena terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan , maka alam menunjukkan reaksinya berupa: meningkatnya suhu udara diperkotaan, penurunan air tanah, banjir/genangan. Penurunan 826
permukaan tanah, intrusi air laut, abrasi pantai, pencemaran air berupa air minum berbau, mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO, ozon, karbon-dioksida, oksida nitrogen dan belerang, debu, suasana yang gersang, monoton, bising dan kotor. Dalam hal ini diharapkan hutan kota dapat menyerap panas, meredam suara bising dikota,mengurangi debu, memberikan estetika, membentuk habitat untuk berbagai jenis burung atau satwa lainnya.Hutan kota dapat berfungsi sebagai pelindung dari pancaran sinar matahari langsung, hujan deras, angin, pemandangan buruk, memberikan keindahan sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi sebagai laboratorium alam untuk pendidikan dan penelitian. Secara umum tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, merehabilitasi lahan kritis, mengeliminasi polutan, serta menciptakan keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya [11]. Hasil penelitian [7] tingkat kebisingan kota Lhokseumawe untuk Ruang Terbuka Hijau diperoleh 68,42 dB sedangkan Baku Tingkat Kebisingan keputusan Menteri Lingkungan Hidup adalah 50 dB, hal ini disebabkan karena tata letak kota Lhokseumawe dari semua kawasan/lingkungan kegiatan hampir semua terletak dipusat kota, sehingga sumber bising yang terjadi dipusat kota hampir 70 dB. Dengan meningkatnya berbagai kegiatan pembagunan dipusat kota dan luasan ruang terbuka hijau menurun dan sering juga disertai dengan menurunnya mutu lingkungan hidup, maka pada tulisan ini disajikan hal hal penting terkait dengan peranan hutan kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
TEORI DASAR
Hutan Kota Kota merupakan tempat bermukim warga, tempat bekerja, tempat hidup, tempat belajar, pusat pemerintahan, tempat berkunjung dan menginapnya tamu negara, tempat mengukur prestasi para olahragawan, tempat pentas seniman domestik dan manca negara, tempat rekreasi dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kota perlu dikembangkan untuk memenuhi tuntutannya yang terus meningkat. Di dalam menentukan arah kebijakan pengembangannya perlu 827
dibuat pola perencanaan pengembangan berdasarkan data yang ada dan kebutuhan yang harus di penuhi kota tersebut [5]. Pengertian dan lingkup hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis (Zoer’aini Djamal Irwan,1994) dalam [ 10]. Menurut peraturan perundangan atau PP No. 63 tahun 2002 menyatakan hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang (PP No.63 tahun 2002) Hutan kota adalah pepohonan dan hutan di dalam kota dan disekitar kota yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan perkotaan oleh tumbuhan dalam hal ameliorasi iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, sosial dan kesejahteraan ekonomi masyarakat kota. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/Menhut-V/2004 bagian ke-enam. 1) Hutan Kota itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. 2. Hutan kota merupakan bagian dari RTH (Ruang Terbuka Hijau) sesuai peruntukan dalam RTRW kabupaten/kota 3. Luas minimal adalah 0,25 hektar dalam satu hamparan yang kompak dan menyatu (hamparan yang menyatu) agar tercipta iklim mikro. 4. Berada pada tanah negara atau tanah hak, sesuai persyaratan dalam PP No. 63 tahun 2002. Hutan kota yaitu suatu ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat kepada lingkungan sebesar besarnya untuk penduduk kota dalam
kegunaan proteksi, sebagainya [6].
estetika,
rekreasi,,
dan
Hutan kota merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamnya terbuka bagi umum, mudah dijangkau oleh penduduk kota, dan dapat memenuhi fungsi perlindungan dan regulatifnya, seperti kelestarian tanah,tata air, ameliorasi iklim, penangkal polusi udara, kebisingan, dan lain-lain. [8]. Pembangunan hutan kota dapat dilaksanakan dengan meningkatkan penghijauan perkotaan, baik kuantitas maupun kualitas dengan meniru hutan alam atau ekosistem alam. Menurut Grey dan Deneke (1978) dalam [10], beberapa kota di Amerika telah banyak menanam pohon yang berfungsi untuk melindungi kota.Pepohonan tersebut ditanam berkelompok di sepanjang jalan, di sekitar bangunan plaza, di tempat-tempat umum atau tempat pribadi, tempat bisnis, atau industri. Hutan kota meliputi vegetasi berkayu termasuk lingkungan tempat tumbuhnya, terdapat mulai dari perkampungan terkecil hingga kota-kota besar. Bukan hanya pepohonan akan tetapi juga dihubungkan dengan tanah yang ikut membentuk lingkungan tempat keberadaannya seperti sabuk hijau, pinggir sungai, tempat rekreasi, dan pinggir jalan. Hutan kota sering berada di luar batas kota. Jalur hijau, hutan kota, hutan lindung, dan tanaman urugan tanah, dapat dikatakan sebagai bagian dari hutan kota. Area ini biasanya untuk umum dan bermanfaat untuk berbagai macam kegunaan, serta mempunyai nilai luar biasa untuk lingkungan kota, yaitu sebagai pelindung mata air , tempat rekreasi, memberikan pemandangan, tempat hiburan, atau sebagai tempat pembuangan limbah. Hutan kota terdapat pada seluruh jenis tempat atau kawasan seperti perdagangan, tanah industri, atau dikawasan lainnya.
PEMBAHASAN
Peranan Hutan Kota Menurut Dahlan.E.N. (2006) dalam [11] peranan hutan kota adalah sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida,penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi intrusi air laut, produksi terbatas, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan dan sebagai habitat burung. Menurut perkiraan cuaca Propinsi Aceh Kota Lhokseumawe dengan cuaca berawan dan suhu 23-320C dengan kelembapan 60-95 dan tingkat kebisingan yang terjadi di pusat kota hampir 70 dB. Keadaan ini yang disebabkan tata letak Kota Lhokseumawe dari semua kawasan/lingkungan kegiatan hampir semua terletak dipusat kota. Dengan meningkatnya suhu udara diperkotaan dapat mengakibatkan keresahan dan tidak nyaman bagi penduduk perkotaan. Jadihutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat,papan reklame, jembatan layang, menara, antene pemancar radio, telivisi dan lain-lain. Sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan Robinette, 1983) dalam [5]. Kota Lhokseumawe merupakan daerah pesisir yang membutuhkan kawasan hijau dan terutama bisa jadi tempat hidup berbagai spesies burung, dapat mengamankan pantai terhadap abrasi.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif yang merupakan telaah pustaka dan analisis berbagai data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber.
Hutan kota berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur dipantai. Dengan demikian hutan nkota selain dapat mengurangi bahaya abrasi pantai,juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan [11] Hingga saat ini ruang terbuka hijau untuk kota Lhokseumawe masih sangat minim untuk dapat mewujudkan kesejukan dan keindahan kota sesuai dengan harapan, dimana ruang terbuka 828
hijau dapat berperan sebagai paru paru kota, kesadaran masyarakat juga masih kurang dalam memelihara dan merawat hutan kota sehingga di Kota Lhokseumawe belum maksimal untuk mewujudkan sarana rekreasi bagi masyarakat dan pendatang dari berbagai daerah. Sesuai dengan UU No.26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Dalam RTRW harus meliputi 30% untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), 20% untuk kebutuhan publik dan 10% untuk privat. Kota Lhokseuma memiliki beberapa taman seperti taman Riyadah atau tamam mini, taman Selat Malaka dan lain lain. Taman mini riyadah diperuntukkan sebagai tempat rekreasi, sedangkan yang lainnya sebagai taman keindahan dan keserasian kota. Menurut [10] kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut “polusi tak terlihat” yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respons manusia terhadap suara. Telinga manusia dapat mendeteksi frekuensi suara berkisar antara 20-20.000 CPS. Intensitas suara yang dapat didengar olehtelinga manusia antara 0-120 desibel. Pada umumnya sumber kebisingan di kota Lhokseumawe adalah kenderaan dan sumber bising yang paling mengganggu adalah truk dan becak. Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang [8]. Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisisngan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah[4]. Menurut [8] dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%. Fungsi Hutan Kota Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Adapun peranan dan fungsi hutan kota menurut [10] adalah sebagai berikut: a. Menyegarkan Udara atau sebagai “ParuParu Kota” Menurut Kriedemann (1977) dalam [10] mengemukakan bahwa fotosintesis adalah suatu 829
proses mendasar yang sangat penting untuk tanaman hortikultura karena 90-95% dari berat basah tanaman merupakan hasil langsung dari aktivitas fotosintesis .
6CO2 6 H 2 O
Sinarmatahari C 6 H 12 O6 6O2 Klorofil enzim
Fotosintesis adalah suatu proses metabolisme tumbuh-tumbuhan berhijau daun yang sangat dinamis, tanggap terhadap panjangnya hari dan faktor-faktor iklim.Kemampuan melepaskan O2 tergantung kepada tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil tinggi dengan titik kompensasi cahaya rendah. Odum(1971) dalam [10] menunjukkan bahwa produktivitas dari efisiensi fotosintesis menjadi penting untuk kelangsungan hidup populasi tumbuhan. Menurut Grey dan Deneke (1976) dalam [10] setiap tahun vegetasi di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke atmosfir, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang diembuskan oelh nafas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama sebagai hasil pernafasannya. O2 sebagai hasil fotosintesis, sebagian di manfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk berjalannya proses respirasi (pernafasan). b. Menurunkan Suhu Kota dan Meningkatkan Kelembapan Kelembapan udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Kelembapan udara berhubungan dengan keseimbangan energi dan merupakan ukuran banyaknya energi radiasi berupa panas laten yang dipakai untuk menguapkan air yang terdapat dipermukaan yang menerima radiasi. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang berbentuk panas laten dan makin lembab udaranya. Uap air di atmosfer bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya yang dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang [10] Evaporasi dipengaruhi oleh suhu dan merupakan pertukaran antara panas laten yang terasa (sensibel). Tanaman yang tinggi, laju
evapotranspirasinya lebih besar, kehilangan panas karena terjadinya evaporasi akan menyebabkan suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk [10]. c. Sebagai Ruang Hidup Satwa Kehadiran burung dikota mempunyai arti penting sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji dalam membantu proses regenerasi hutan [10] Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain [9]: 1. Membantu mengendalikan serangga hama 2. Membantu proses penyerbukan bunga 3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi 4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan 5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi rekreasi 6. Sebagai sumber plasma nutfah 7. Objek untuk pendidikan dan pelatihan Menurut [5] monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kehidupan dikota besar perlu diimbangi oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas, rutinitas dan kejenuhan kerja. d. Penyanggah dan Perlindungan Permukaan Tanah dan Erosi Peranan hutan kota lainnya adalah sebagai penyanggah dan pelindung permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi [10] e. Pengendalian dan Mengurangi Polusi Udara dan Limbah Untuk mengendalikan atau mengurangi polusi udara, limbah, dan menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi, silika, jelaga, dan unsur kimia lainnya. Pencemaran debu secara langsung dapat menyebabkan kerusakan pada organ pernafasan dan kulit [10] Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk dan pohon nmelalui proses jerapan dan serapan [4] Hasil penelitian Zoer’aini Djamal Irwan (1994) dalam [10] hutan kota dapat menurunkan kadar debu
sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan musim hujan. Hutan kota yang berstrata banyak lebih efektif menurunkan kadar debu, yaitu sebesar 53,56%, dibandingkan dengan hutan kota yang berstrata dua menurunkan kadar debu sebesar 42,89%. f. Peredam Kebisingan Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah [4]. Menurut Grey dan Deneke (1978) dalam [11] dedaunan tanaman dapat menyerapkan kebisingan 95%. Menurut penelitian Zoer’aini Djamal Irwan (1994) dalam [10] menunjukkan bahwa hutan kota dapat menurunkan kebisingan sebesar 18,94% disiang hari pada awal musim hujan. g. Tempat Pelestarian Plasma Nutfah dan Bioindikator Menurut [5] plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa depan, terutama dibidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi indonesia di masa depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus di lestarikan dan dikembangkan bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Hutan kota juga berfungsi sebagai tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan seperti hujan asam. Karena tumbuhan tertentu akan memberikan rekreasi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya [10] h. Menyuburkan tanah Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisme dan akhirnya terurai, lalu menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan[10] i. Penyerap dan Penepis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung , atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau [8]. Menurut [4] akan lebih baik 830
lagi hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat menghasilkan bau harum antara lain : cempaka dan tanjung. j. Ameliorasi iklim Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, telivisi dan lain-lain. Sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi [8]. l. Kenyamanan dan Kenikmatan Hutan kota dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan kepada penduduk kota jika kita dapat mengembangkan dan membangun hutan kota yang berstrata dengan keanekaragaman jenis dan jumlah yang banyak serta ditata dengan baik [10]
KESIMPULAN
1.
Kota Lhokseumawe merupakan daerah yang terletak dikawasan pesisir pantai, dan sering terjadinya cuaca panas dan abrasi pantai, untuk menghindari terjadinya abrasi pantai dibutuhkan areal hutan kota yang luas dan menanam pohon yang kandungan garamnya tinggi 2. Sesuai dengan peranan dan fungsinya, penataan hutan kota di Kota Lhokseumawe perlu disesuaikan dengan master plan yang jelas agar diareal untuk hutan kota tidak dibangun perkantoran, pertokoan, pemukiman, industri dan lain lain. 3. Hutan kota dapat berperan dalam menurunkan suhu, meredam kebisingan, dan mengurangi pencemaran udara (kadar karbon monoksida, karbondioksida,belerang dan debu, serta dapat meningkatkan kelembapan. Hutan kota dapat berfungsi sebagai paru-paru kota,ruang hidup satwa, perlindungan tanah dari erosi, tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator, menyuburkan tanah dan dapat memberikan kenyamanan dan keindahan sehingga dapat dijadikan tempat rekreasi. 4. Untuk mewujudkan kesejukan dan keindahan kota sesuai dengan harapan Kota Lhokseumawe masih memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang rendah. 831
5. Pemerintah dan masyarakat harus mengupayakan untuk dapat menciptakan hutan kota, tidak hanya menanam pohon saja tapi perlu juga perawatan dan pemeliharaan agar tercipta lingkungan yang asri. Baik didesa maupun dikota harus menanam pohon apalagi dipinggir sungai dan pantai.
DAFTAR PUSTAKA
1
Anonimous, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.2002 2. Anonimous, Peraturan Menteri Kehutanan No.P.03/Menhut V/2004 tentang Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Bagian ke 6 Pedoman Pembuatan Tanaman Penghijauan Kota. 2004 3. Anonimous, Undang-Undang Republik Indonesia No.26 Tentang Penataan Ruang. 2007. 4. Dahlan, E. N, Studi Kemampuan Tanaman dalam Menyerap dan menyerap Timbal Emisi dari Kenderaan Bermotor. Bogor. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. 1989 5. Dahlan, E. N, Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup.Penerbit APHI 1992. 6 Fakuara, Y, Hutan Kota, Peranan dan permasalahannya. Bogor. Jurusan Manajemen Hutan, Fahutan, IPB, 1986. 7. Fakhriza dan Zamzami, Analisa Baku Tingkat Kebisingan di Kota Lhokseumawe.Hasil Penelitian. Politehnik Negeri Lhokseumawe.2005. 8. Grey G W and FJ Deneke, Urban Forestry, New york; John Willey and Sons. 1978. 9. Hernowo JB dan LB Prasetyo, Ruang Terbuka Hijau Kota sebagai Pendukung Pelestarian burung. Makalah simposium mencari model perkotaan Indonesia, Jakarta; Universitas Indonesia Depok. 1989 10. Zoer’aini D I, Tantangan Lingkungan dan lansekap Hutan Kota, Bogor, IPB, 2008. 11. www. Dephut. go. id: 2006.