PERANAN POST TRAUMATIC AMNESIA (PTA) DAN PARAMETER LABORATORIUM SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP OUTCOME PADA PENDERITA TRAUMA KAPITIS AKUT RINGAN-SEDANG
TESIS Oleh Silvana Asrini Nomor Register CHS : 15432
DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP. H. ADAM MALIK
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
MEDAN 2008 PERANAN POST TRAUMATIC AMNESIA (PTA) DAN PARAMETER LABORATORIUM SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP OUTCOME PADA PENDERITA TRAUMA KAPITIS AKUT RINGAN-SEDANG
TESIS
Untuk memperoleh gelar spesialis dalam program studi Ilmu Penyakit Saraf pada Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan
Oleh Silvana Asrini Nomor Register CHS : 15432
DEPARTEMEN NEUROLOGI
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008 Judul Tesis
: PERANAN POST TRAUMATIC AMNESIA (PTA) DAN PARAMETER LABORATORIUM SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP OUTCOME
PADA
PENDERITA TRAUMA KAPITIS AKUT RINGAN - SEDANG Nama
: Silvana Asrini
Nomor register CHS : 15432 Program studi
:
lmu Penyakit Saraf
Menyetujui
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) (K) NIP. 131 124 054
Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S NIP. 130 702 008
Mengetahui/Mengesahkan
Ketua Program Studi Departemen Neurologi FK – USU/ RSUP. H. Adam Malik Medan
Ketua Departemen/SMF Neurologi FK – USU/ RSUP. H. Adam Malik Medan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) (K) NIP. 131 124 054
Tanggal lulus
:
Telah diuji pada
:
Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, SpS NIP. 130 702 008
Selasa, 3 Juni 2008
PANITIA PENGUJI TESIS 1. Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) 2. Prof. Dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K) 3. Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S 4. Dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K) 5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) 6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S 7. Dr. Aldy S. Rambe, Sp.S
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
8. Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S 9. Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S
ABSTRAK Latar belakang : Trauma kapitis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada anak, dewasa dan pada usia produktif. Trauma kapitis juga dapat menyebabkan berbagai sequalae jangka pendek maupun jangka panjang meliputi gangguan kognitif, behavioral dan keterbatasan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Post Traumatic Amnesia (PTA) dan parameter laboratorium saat masuk dapat menjadi prediktor terhadap outcome pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang. Metode : Seluruh pasien konsekutif yang dirawat di bangsal Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan dengan diagnosa trauma kapitis akut ringan-sedang ikut dalam penelitian. Karakteristik demografi turut dicatat dalam penelitian ini. Pada seluruh pasien dilakukan perhitungan nilai SKG dan dilakukan pemeriksaan computed tomography (CT), parameter laboratorium termasuk Hemoglobin (Hb), Trombosit, Kadar Gula Darah (KGD) ad random, pH, Natrium (Na+), Kalium (K+) dan fungsi homeostasis Prothrombine Time (PT), Thrombine Time (TT) dan activated Partial Thromboplastin Time (aPTT). Setelah penderita sadar dilakukan pemeriksaan terhadap Post Traumatic Amnesia (PTA) dengan menggunakan Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG). Penilaian outcome dengan Glasgow Outcome Scale (GOS) dan Neurobehavioral Rating Scale (NRS) dilakukan saat os keluar rumah sakit. Hasil : Lima puluh sembilan pasien trauma kapitis ringan-sedang, yang terdiri dari 42 orang laki-laki (71,2%) dan 17 orang perempuan (28,8%) ikut dalam penelitian ini. Jenis kelamin merupakan prediktor hanya terhadap outcome neurobehavior (p=0,038). Sedangkan SKG (p<0,05), gambaran CT (p=0,000), lokasi lesi (p=0,000) dan gambaran hematom (p=0,000) merupakan prediktor terhadap outcome fungsional maupun neurobehavior (p<0,05). Durasi PTA yang lebih dari 24 jam terbukti memiliki outcome jelek pada GOS (p=0,001) dan rerata skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA lebih dari 7 hari (p=0,000). Kadar pH, PT, TT dan aPTT berkorelasi dengan outcome NRS (ρ=0,365;0,402; 0,335; 0,342 secara berurutan) dan outcome GOS
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
(ρ=0,324; 0,450; 0,478; 0,492 secara berurutan) pada trauma kapitis ringan-sedang dengan p<0,05. Kesimpulan : Durasi PTA dan parameter laboratorium pH, PT, TT, aPTT merupakan prediktor terhadap outcome pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang. Kata kunci : Trauma kapitis, Post Traumatic Amnesia (PTA), Outcome.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Background : Head injury is the main cause of death and handicap in children, adults and age of productivity. Head injury can also cause various short term and long term sequele that covers cognitive disturbance, behavioural disturbance and physical limitation. This study was intended to determine whether Traumatic Amnesia (PTA) and laboratory parameters on admission can be predictors toward outcome in acute mild-moderate head injury patients. Methods: All consecutive patients admitted in neurology department Adam Malik hospital with acute mild-moderate head injuries were included in thus study. Demographic characteristics was also noted in thus study. SKG was evaluated on all patients, computed tomography (CT) and laboratory parameters included Hemoglobin (Hb), Trombosit, ad random blood sugar level (KGD), pH, sodium (Na+), potassium (K+) and homeostatic function Prothrombine Time (PT), Thrombine Time (TT) and activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) were performed. After the patients got conscious, Post Traumatic Amnesia (PTA) was done by using Galveston Orientation and Amnesia Test (GOAT). Evaluation of the outcome by using Glasgow Outcome Scale (GOS) and Neurobehavioral Rating Scale (NRS) was done when patient discharged. Results : Fifty nine patients with acute mild-moderate head injury, consist of 42 men (71.2%) and 17 women (28.8% were included in thus study. Sex was predictor only on neurobehavioral outcome (p=0.038). While SKG (p<0.05), CT images (p=0.000), location of the lesion (p=0.000), and haematoma feature (p=0.000) as predictor for both functional and neurobehavioral outcome (p<0.05). PTA duration more than 24 hours showed worse outcome on GOS (p=0.001) and the mean of the highest NRS score was found on group with PTA duration more than 7 days (p=0.000). pH, PT, TT and aPTT level correlated with NRS outcome (ρ=0.365;0.402; 0.335; 0.342, respectively) and GOS outcome (ρ=0,324; 0,450; 0,478; 0,492, respectively) on acute mild-moderate head injury with p<0.05. Conclusions : PTA duration and laboratory parameters pH, PT, TT, aPTT as a predictor of outcome in patients with acute mild-moderate head injury.
Key word : Head injury, Post Traumatic Amnesia (PTA), Outcome.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR Assalamualaiku Wr.Wb. Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayahNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Shalawat dan salam bagi junjungan Rasulullah Muhammad SAW., keluarga dan sahabatnya yang telah menunjuki kita dari alam kesesatan kealam yang penuh ilmu pengetahuan. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan salah satu tugas akhir dalam Program Pendidikan spesialisasi di Bidang Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Pada
kesempatan
ini
perkenankan
penulis
menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada : Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialisasi. Yang terhormat Prof. dr. T. Bahri Anwar, Sp.JP(K) (Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai PPDS ), yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah, Sp.PD(KGEH), atas kesempatan dan fasilitas
yang
diberikan
kepada
penulis
untuk
mengikuti
dan
menyelesaikan pendidikan spesialisasi. Yang terhormat Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K) (Kepala Bagian Neurologi saat penulis diterima sebagai PPDS), yang telah menerima saya untuk menjadi peserta didik serta memberikan bimbingan selama mengikuti program pendidikan spesialisasi ini. Yang terhormat Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU, Prof. Dr. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan serta bimbingan selama mengikuti program pendidikan spesialisasi ini. Yang terhormat dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S(K), (Ketua Program Studi Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai PPDS), yang telah bersedia menerima penulis menjadi peserta didik serta banyak memberi bimbingan dalam menjalankan proses pendidikan. Yang terhormat Ketua Program Studi Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan, banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menjalani pendidikan spesialisasi ini. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) dan Prof. Dr. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K), selaku pembimbing yang dengan sepenuh hati telah
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
mendorong,
membimbing
dan
mengarahkan
penulis
mulai
dari
perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini. Kepada guru-guru saya, dr. Syawaluddin Nasution, Sp.S(K), almarhum., dr. Ahmad Syukri Batubara, Sp.S(K) almarhum., dr. LBM Sitorus, Sp.S., dr. Darlan Djali Chan, Sp.S., dr. Yuneldi Anwar, SP.S(K)., dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S., dr. Dadan Hamdani, Sp.S., dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S., dr. Aldy S. Rambe, Sp.S., dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S., dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S dan dr. Cut Aria Arina, Sp.S dan lainlain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik di Departemen Neurologi maupun Departemen / SMF lainnya di lingkungan FK – USU / RSUP H. Adam Malik Medan, terimakasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan atas segala bimbingan dan didikan yang telah penulis terima. Kepada Drs. Abdul Jalil A A, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak membimbing, membantu dan meluangkan waktunya dalam pembuatan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada Direktur Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan, fasillitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan spesialisasi ini sampai selesai. Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh teman sejawat PPDS-I Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, yang terus memberi dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Bapak Amran Sitorus, Sukirman Aribowo dan seluruh perawat di SMF
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Neurologi RSUP. H. Adam Malik Medan yang membantu penulis dalam pelayanan pasien sehari-hari. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada kepada kedua orang tua saya, Ir. H. Nizwar Hakim Harahap dan Hj. Hanisyah Fahmi, S.S. yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, membekali saya dengan pendidikan, kebiasaan hidup disiplin, jujur, kerja keras
dan
bertanggungjawab,
memberikan
bimbingan,
dorongan,
semangat dan nasehat serta do’a yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan sampai selesai. Teristimewa kepada suamiku tercinta Dr. H. Rakhmad Arief Siregar, ST, M. Eng., dan putraku Rayyan Hakim Siregar yang dengan sabar dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang dalam suka dan duka, saya ucapkan terima kasih yang setulustulusnya. Kepada
saudara-saudaraku
beserta
seluruh
keluarga
yang
senatiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih sayang dan do’a dalam menyelesaikan pendidikan ini penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kepada semua rekan dan sahabat yang tak mungkin saya sebut satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah tuhan semesta alam selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari dalam penelitian dan penulisan tesis ini masih dijumpai banyak kekurangan, oleh sebab itu
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak untuk kebaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis mengaharapkan semoga penelitaian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Medan, Juni 2008 Dr. Silvana Asrini
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama lengkap
:
dr. Silvana Asrini
Tempat/Tanggal lahir
:
Jakarta, 08 Desember 1977
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
-
NIP
:
-
Pangkat/Golongan
:
-
Nama Ayah
:
Ir. H. Nizwar Hakim Harahap
Nama Ibu
:
Hj. Hanisyah Fahmi Nasution, SS
Nama Suami
:
Dr. H. Rakhmad Arief Siregar, ST, M.Eng
Nama Anak
:
Rayyan Hakim Siregar
Riwayat Pendidikan 1. Sekolah Dasar di SD Harapan 1 Medan tamat tahun 1990. 2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan tamat tahun 1993. 3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Medan tamat tahun 1996. 4. Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2002.
Riwayat Pekerjaan -
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN ABSTRAK................................................................................
i
ABSTRACT.............................................................................
ii
KATA PENGANTAR...............................................................
iii - vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................
viii
DAFTAR ISI.............................................................................
ix - xiv
DAFTAR SINGKATAN............................................................
xv -xvi
DAFTAR LAMBANG...............................................................
xvii
DAFTAR TABEL................................ ................................ ....
xviii – xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................
xxi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................
xxii
BAB I.
PENDAHULUAN ....................................................
1–15
I.1. Latar Belakang ................................................
1–13
I.2. Perumusan Masalah ......................................
13–14
I.3. Tujuan Penelitian ............................................
14–15
I.3.1. Tujuan Umum ......................................
14
I.3.2. Tujuan Khusus ....................................
14–15
I.4. Hipotesis ........................................................
15
I.5. Manfaat Penelitian ........................................
15
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................
16– 36
II.1. TRAUMA KAPITIS .......................................
16–21
II.1.1. Definisi .............................................
16
II.1.2. Epidemiologi ....................................
16 – 17
II.1.3. Klasifikasi .........................................
17 – 19
II.1.4. Patofisiologi ......................................
20 – 21
II.1.4.1. Cedera kepala primer (Primary Brain Injury)......................... II.1.4.2. Cedera kepala sekunder (Secondary Brain Injury) .......
20 – 21 21
II.2. POSTTRAUMATIC AMNESIA ......................
21–24
II.2.1. Definisi dan Deskripsi ........................
21–22
II.2.2. Patofisiologi .............. ..........................
22–24
II.2.3. Klasifikasi ...........................................
24
II.3. OUTCOME ....................................................
24–25
II.4. INSTRUMEN .................................................
25–35
II.4.1. Test Orientasi dan Amnesia Galveston
25–26
II.4.2. Parameter Laboratorium.......................
26–31
II.4.2.1. Glukosa ..................................
26–27
II.4.2.2. Natrium (Na+) dan Kalium (K+).
27–29
II.4.2.3. pH ...........................................
29–30
II.4.2.4. Hemoglobin (Hb) ………………
30
II.4.2.5. Koagulopati …………………….
30–31
II.4.3. CT Scan Kepala …………………….……
31–32
II.4.4. Glasgow Outcome Scale (GOS) ………
32–34
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
II.4.5. Neurobehavioral Rating Scale (NRS) ..
BAB III.
34–35
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL .......................
36
METODE PENELITIAN ...........................................
37–52
III.1. TEMPAT DAN WAKTU ..................................
37
III.2. SUBJEK PENELITIAN ...................................
37–39
III.3. BATASAN OPERASIONAL ............................
39–47
III.3.1. Trauma Kapitis ......................................
39
III.3.2. Trauma kapitis ringan ...........................
39
III.3.3. Trauma kapitis sedang .........................
40
III.3.4. Skala Koma Glasgow (SKG) ...............
40–41
III.3.5. CT – Scan otak .....................................
42
III.3.6. Lokasi lesi .............................................
43
III.3.7. Post Traumatic Amnesia (PTA) ...........
43–44
III.3.8. Test Orientasi dan Amnesia Galveston .
44
III.3.9. Parameter Laboratorium ........................
44–46
III.3.10. Glasgow Outcome Scale (GOS) ........
46
III.3.11. Neurobehavioral Rating Scale (NRS) .
46–47
III.4. RANCANGAN PENELITIAN ...........................
47
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN ........................
47–52
III.5.1. Instrumen ............................................
47
III.5.2. Pengambilan Sampel ..........................
47–48
III.5.3. Kerangka Operasional .........................
49
III.5.4. Variabel yang diamati ..........................
50
III.5.5. Analisa Statistik ....................................
50–52
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............. IV.1. HASIL PENELITIAN ........................................
53–107 53–86
IV.1.1. Karakteristik peneltian ........................
53
IV.1.2. Karakteristik demografi subjek penelitian
53–55
IV.1.3. Distribusi sampel berdasarkan nilai SKG
55
IV.1.4. Distribusi sampel berdasarkan gambaran Head CT-Scan......................................
55–56
IV.1.5. Distribusi sampel berdasarkan nilai parameter laboratorium ..........................
56–57
IV.1.6. Distribusi sampel berdasarkan TOAG.......
58
IV.1.7. Hubungan antara gambaran Head CT Scan dengan parameter laboratorium...
58–59
IV.1.8. Hubungan antara adanya hematom pada Gambaran Head CT-Scan dengan paraMeter laboratorium ...................................
59–60
IV.1.9. Hubungan antara lokasi lesi dengan paraMeter laboratorium ....................................
60–61
IV.1.10. Distribusi gambaran Head CT scan menurut TOAG ..................................
61–62
IV.1.11. Distribusi lokasi lesi pada hemisfer yang Berbeda menurut TOAG .........................
62
IV.1.12. Distribusi rerata skor NRS menurut suku bangsa.....................................................
63
IV.1.13. Distribusi rerata skor NRS menurut tingkat pendidikan ..... ........................................ 63 – 64 IV.1.14. Distribusi rerata skor NRS menurut umur
64
IV.1.15. Distribusi rerata skor NRS menurut jenis kelamin...................................................
65
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.1.16. Distribusi rerata skor NRS menurut nilai SKG .........................................................
65–66
IV.1.17. Distribusi rerata skor NRS menurut gambaran Head CT- Scan ………………
66–67
IV.1.18. Distribusi rerata skor NRS dengan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan 67–68 IV.1.19. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi ................................................
68–69
IV.1.20. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda 69–70 IV.1.21. Distribusi GOS menurut suku bangsa ...
70
IV.1.22. Distribusi GOS menurut tingkat pendidikan 71 IV.1.23. Distribusi GOS menurut jenis kelamin ...
71–72
IV.1.24. Distribusi GOS menurut umur ............. ...
72
IV.1.25. Distribusi GOS menurut SKG...................
73
IV.1.26. Distribusi GOS menurut gambaran Head CT Scan ………………..………………….
73–74
IV.1.27. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi ...
74–75
IV.1.28. Distribusi GOS berdasarkan adanya hematom pada gambaran Head CT- scan 75–76 IV.1.29. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi Pada hemisfer yang berbeda ..................
76
IV.1.30. Hubungan antara TOAG dengan GOS dan NRS ...............................................
77-79
IV.1.31. Hubungan antara parameter laboratorium dengan GOS ...........................................
79–82
IV.1.32. Hubungan antara parameter laboratorium dengan NRS.............................................. 82–85
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.1.33. Frekuensi distribusi gejala gangguan neurobehaviour pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang berdasarkan NRS ......................................................... IV.2. PEMBAHASAN ………………………………..
85-86 87–107
IV.2.1. Karakteristik demografi subjek penelitian.
88–89
IV.2.2. Hubungan antara variabel demografi dengan outcome ...............................
89–98
IV.2.3. Durasi PTA sebagai prediktor terhadap outcome...............................................
98–104
IV.2.4. Parameter laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome …………………….
104–107
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................
108–110
V.1. KESIMPULAN ................................................ .
108–110
V.2. SARAN …………………………………………..
110
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….
111–116
LAMPIRAN ……………………………………………………….
117–129
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN
ABI
:
Acquired Brain Injury
ADH
:
Anti-Diuretic Hormone
aPTT
:
activated Partial Thromboplastin Time
ARAS
:
Ascending reticular activating system
CBF
:
Cerebral Blood Flow
CSF
:
Cerebrospinal fluid
CT
:
Computed Tomography
DAI
:
Diffuse Axonal Injury
DIC
:
Disseminated Intravascular Coagulation
FDP
:
Fibrin-Fibrinogen Degradation Product
FIM
:
Functional Independence Measure
FK
:
Fakultas Kedokteran
GOAT
:
Galveston Orientation and Amnesia Test
GOS
:
Glasgow Outcome Scale
GOSE
:
Glasgow Outcome Scale Extended
H
:
Haji
Hb
:
Hemoglobin
KGD
:
Kadar Glukosa Darah
LOC
:
Length of Coma
MCI
:
Mild Cognitive Impairment
MRI
:
Magnetic Resonance Imaging
NRS
:
Neurobehavioral Rating Scale
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
NRS-R
:
Neurobehavioral Rating Scale-Revised
PSA
:
Perdarahan Subarakhnoid
PT
:
Prothrombine Time
PTA
:
Post Traumatic Amnesia
PTSD
:
Posttraumatic Stress Disorder
PTT
:
Partial Thromboplastin Time
RSUP
:
Rumah Sakit Umum Pusat
SIADH
:
Syndrome of Inappropriate ADH
SKG
:
Skala Koma Glasgow
SPSS
:
Statistical Product and Science Service
TBIMS
:
Traumatic Brain Injury System
TIK
:
Tekanan Intrakranial
TOAG
:
Test Orientasi dan Amnesia Galveston
TT
:
Thrombine Time
USU
:
Universitas Sumatera Utara
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMBANG
n
: Besar sampel
Zα
: Nilai baku normal berdasarkan nilai α (0,01) yang telah ditentukan Æ 1,96
d
: Besarnya penyimpangan yang masih bisa ditolerir
%
: Persen
p
: Tingkat kemaknaan
Na+ : Natrium K+
: Kalium
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel 1.
Stratifikasi resiko pada penderita dengan cedera kepala.....................................................
19
Tabel 2.
Skala Koma Glasgow.........................................
41
Tabel 3.
Karakteristik penelitian............................
54
subjek
Tabel 4.
Distribusi sampel berdasarkan nilai SKG...........
55
Tabel 5.
Distribusi sampel berdasarkan gambaran Head CT-Scan ...................................................
56
Distribusi sampel berdasarkan nilai parameter laboratorium........................................................
57
Tabel 7.
Distribusi sampel berdasarkan durasi TOAG..…
58
Tabel 8.
Hubungan antara gambaran Head CT Scan dengan parameter aboratorium ..........
59
Hubungan antara adanya Hematom pada gambaran Head CT-Scan dengan parameter laboratorium....
60
Hubungan antara lokasi lesi dengan parameter laboratorium.........................................................
61
Tabel 11.
Distribusi Head CT-Scan menurut TOAG………..
62
Tabel 12.
Distribusi lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda menurut TOAG ....................................................
62
Tabel 13.
Distribusi rerata skor NRS menurut suku bangsa
63
Tabel 14.
Distribusi rerata skor NRS menurut tingkat pendidikan .........................................................
64
Tabel 15.
Distribusi rerata skor NRS menurut umur ..........
64
Tabel 16.
Distribusi rerata skor NRS menurut jenis kelamin
65
Tabel 6.
Tabel 9. Tabel 10.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 17.
Distribusi rerata skor NRS dengan nilai SKG ......
66
Tabel 18.
Distribusi rerata skor NRS menurut gambaran Head CT-Scan ......................................................
67
Distribusi rerata skor NRS dengan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan ............
68
Tabel 20.
Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi.
69
Tabel 21.
Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda ...........
70
Tabel 22.
Distribusi GOS menurut suku bangsa ....................
70
Tabel 23.
Distribusi GOS menurut tingkat pendidikan............
71
Tabel 24.
Distribusi GOS menurut jenis kelamin ...................
72
Tabel 25.
Distribusi GOS menurut umur………………….…..
72
Tabel 26.
Distribusi GOS menurut SKG ................................
73
Tabel 27.
Distribusi GOS berdasarkan gambaran Head CTscan........................................................................
74
Tabel 28.
Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi ...............
75
Tabel 29.
Distribusi GOS berdasarkan adanya hematom pada Head CT-scan...............................................
76
Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda..........................................
76
Tabel 31.
Distribusi GOS berdasarkan TOAG .......................
77
Tabel 32.
Distribusi rerata skor NRS berdasarkan TOAG......
78
Tabel 33.
Distribusi GOS berdasarkan nilai parameter laboratorium ...........................................................
80
Tabel 34.
Hubungan antara Laboratorium dengan GOS.......
81
Tabel 35.
Distribusi rerata skor NRS berdasarkan parameter laboratorium...........................................................
83
Tabel 19.
Tabel 30.
Tabel 36.
Hubungan antara laboratorium dengan rerata
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 37.
skor NRS ..............................................................
84
Frekuensi distribusi gejala gangguan neurobehaviour pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang berdasarkan NRS ..........................
86
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 1.
Grafik distribusi penyebab trauma kapitis ..............
55
Gambar 2.
Grafik distribusi GOS berdasarkan TOAG..............
77
Gambar 3.
Grafik distribusi rerata skor NRS berdasarkan TOAG 78
Gambar 4.
Grafik distribusi parameter laboratorium berdasarkan GOS ..................................................
82
Grafik distribusi NRS berdasarkan parameter laboratorium............................................................
85
Gambar 5.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN Lampiran 1.
Suratpersetujuan ikut dalam penelitian................
117
Lampiran 2.
Lembar pengumpulan data penelitian .................
118 – 120
Lampiran 3.
Kuesioner Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)………………………………………………. 121 – 122
Lampiran 4.
Kuesioner Glasgow Outcome Scale (GOS) …….
123
Lampiran 5.
Kuesioner Neurobehavioral Rating Scale (NRS)..
124– 127
Lampiran 6.
Surat komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU……………………………………………...
128
Karakteristik data sampel………………………….
129
Lampiran 7.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG Trauma kapitis yang merupakan suatu momok
modern di
kelompok industrial, adalah penyebab utama kematian, terutama pada orang dewasa usia muda, dan penyebab terbesar kecacatan (Mayer dan Rowland, 2000). Defisit kognitif, behavioural dan kepribadian biasanya lebih menimbulkan kecacatan dibanding defisit fisik. Penyembuhan dari trauma kapitis dapat berlangsung paling sedikit 5 tahun setelah trauma kapitis (Khan dkk, 2003). Trauma kapitis mengenai hampir 1.5 juta orang di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 240.000 dari mereka membutuhkan rawat inap untuk pengobatan trauma mereka (Frey dkk, 2007). Dari keseluruhannya, 60.000 orang meninggal dan 70.000 sampai 90.000 orang mengalami cacat neurologis permanen. Kerugian finansial karena kehilangan produktifitas dan biaya perawatan medis sekitar 100 milyar dolar Amerika pertahunnya (Marik dkk, 2002). Kebanyakan pasien yang mengalami trauma kapitis ringan atau sedang pulih setelah beberapa minggu sampai dengan bulan tanpa terapi spesifik. Akan tetapi, sekelompok pasien akan terus mengalami gejala kecacatan setelah periode ini, yang mengganggu pekerjaan atau aktifitas sosial. Masih terdapat kontroversi terhadap tingkat morbiditas yang
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
menetap ketika dibandingkan dengan outcome pada pasien dengan trauma kapitis berat (Naalt dkk, 1999). Memprediksi outcome jangka panjang segera saat pasien tiba di ruang gawat darurat dapat dilakukan dengan menggunakan imaging atau tanpa imaging yaitu secara klinikal, untuk kepentingan komunikasi bagi dokter dan paramedis profesional kerja yang menangani. Sehingga dapat dipersiapkan strategi yang tepat untuk pengambilan keputusan dan penatalaksanaan yang terbaik bagi pasien (Signorini dkk, 1999; Musridharta dkk, 2006). Pertanyaan tentang perkiraan yang akurat dari outcome telah lama diikuti oleh berbagai peneliti. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada satu pun keseragaman indikator dalam memprediksi outcome pasien (Kraus dan McArthur, 1996). Banyak penelitian menyatakan perkiraan outcome sudah dapat diketahui dalam 3 hari masa perawatan paska trauma kapitis. Penilaian awal yang akurat diperlukan sebagai dasar menilai outcome. Tidak semua fasilitas memiliki sarana diagnostik yang canggih, sehingga membutuhkan pedoman praktis untuk memprediksi resiko kematian dalam 3 hari pertama pasien dewasa trauma kapitis derajat sedang dan berat (Musridharta dkk, 2006). Tompkins dkk telah menemukan bahwa
Skala Koma Glasgow
(SKG), marker psikologi dan fisik lain atau gangguan kognitif telah berhasil memprediksi cognitive performance setelah trauma. Lewin dkk juga menemukan bahwa umur, posttraumatic amnesia (PTA) dan skor respon
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
neurologi terburuk yang diperoleh segera setelah trauma merupakan prediktor terbaik dari kapasitas kognitif pasien sampai 24 jam setelah trauma ( cit Kraus and McArthur, 1996). Brown dkk (2005) melakukan suatu studi yang datanya diambil dari Traumatic Brain Injury System (TBIMS) untuk menilai seluruh elemen klinis yang dimiliki penderita trauma kapitis setelah masuk ke rehabilitasi rawat inap, dan mengidentifikasi faktor itu untuk memprediksi disabilitas, kebutuhan pengawasan dan aktifitas produktif 1 tahun setelah trauma. Dari studi ini diperoleh hasil bahwa durasi PTA, umur, dan seluruh elemen pemeriksaan fisik adalah prediktif untuk disabilitas dini. Sedangkan durasi PTA, umur, keseimbangan duduk, dan kekuatan otot terpilih untuk memprediksi aktifitas produktifitas pada satu tahun. Tetapi hanya durasi PTA saja yang terpilih untuk memprediksi disabilitas akhir dan ketidaktergantungan hidup. Posttraumatic amnesia dipertimbangkan sebagai suatu marker yang sensitif untuk tingkat keparahan trauma kapitis, dan sebagai suatu prediktor outcome yang berguna. Meskipun keakuratan PTA secara retrospektif telah dicela, suatu studi design yang secara khusus membandingkan metodelogi retrospektif dan prospektif telah melaporkan adanya hubungan yang kuat diantara mereka dan menyimpulkan bahwa pemeriksaan retrospektif adalah valid. Dalam menilai PTA sering dijumpai kesulitan, yang disebabkan oleh kekompleksan memori, konfabulasi, memori yang salah, atau rekonstruksi kejadian
dari orang lain yang
menganggap remeh (Feinstein dkk, 2002; Greenwood, 1997). Sebagai
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
respon terhadap kesulitan ini, metodelogi spesifik telah dikemukakan untuk menilai PTA, salah satunya adalah Test Orientasi dan Amnesia Galveston(TOAG) (King dkk, 1997). Russel dan Smith telah membuat suatu taksonomi keparahan trauma kapitis berdasarkan PTA sebagai berikut : trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam; trauma kapitis sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam; trauma kapitis berat jika PTA 1 dan 7 hari; dan trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari. Dengan menggunakan suatu penilaian yang luas dari tingkat keparahan trauma kapitis, PTA menunjukkan
suatu
kemampuan
untuk
memprediksi
outcome.
Kemampuan hidup sehari-hari (yang dinilai dengan instrumen seperti Glasgow Outcome Scale (GOS)) telah menunjukkan korelasi yang baik dengan lamanya amnesia (King dkk, 1997). Pada trauma kapitis berat, skor SKG dan durasi PTA telah dipertimbangkan secara luas sebagai prediktor outcome yang dapat dipercaya. Kebanyakan dari penelitian menjelaskan bahwa skor SKG adalah prediktor outcome yang paling berguna. Akan tetapi, diantara sedikit penelitian yang meneliti PTA sebagai prediktor outcome, menunjukkan kalau PTA memiliki kekuatan prediktif yang sama dengan SKG. Pada outcome kognitif, telah ditemukan suatu nilai prognostik PTA yang lebih tinggi dibanding SKG. Akan tetapi, pada cedera kepala ringan telah diketahui bahwa durasi PTA dan SKG tidak berguna dalam menilai dampak serebral. Kegagalan untuk memprediksi outcome pada kelompok pasien dengan trauma yang sangat ringan ini dihubungkan dengan relatif
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
singkatnya periode tidak sadar dan amnesia. Pada cedera kepala ringan sampai sedang, penilaian PTA diperkirakan akan menjadi prediktor outcome yang lebih baik dibanding skor SKG (Naalt dkk, 1999). Penciptaan suatu alat penilai outcome setelah trauma kapitis adalah sangat sulit. Studi yang baru telah menggunakan GOS secara tradisional (Khan dkk, 2003). Glasgow outcome Scale adalah suatu skala penilaian yang telah dipergunakan dalam penelitian pada outcome trauma kapitis kronik dan berdasarkan penilaian subjektif dari fungsi sosial dan pekerjaan (Jones dan Rizzo, 2004). Naalt dkk (1999) melakukan suatu studi prospektif terhadap 67 pasien. Studi ini melakukan analisa terhadap nilai prognostik dari karakteristik trauma akut dan PTA untuk outcome jangka panjang pada pasien cedera kepala ringan sampai dengan berat dalam hal keluhan dan kembali bekerja. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa
satu tahun
setelah trauma, 73% pasien telah kembali bekerja meskipun kebanyakan (84%) masih ada keluhan.
Outcome yang dinilai dengan GOS-5
menunjukkan outcome yang baik pada 82% dan disabilitas sedang pada 18% pasien 1 tahun setelah trauma.
Ketika outcome pasien
dipertimbangkan sehubungan dengan kaitannya terhadap durasi PTA, telah ditemukan bahwa durasi yang lebih dari 14 hari memprediksi outcome yang kurang baik, disabilitas sedang terlihat pada durasi PTA lebih dari 7 hari. Kebanyakan pasien dengan good recovery memiliki durasi PTA antara 1 dan 7 hari dan kebanyakan pasien dengan disabilitas sedang memiliki durasi PTA lebih dari 14 hari. Pada akhirnya penelitian ini
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
mengambil kesimpulan bahwa outcome pada cedera kepala ringan dan sedang ditentukan oleh durasi PTA dan bukan oleh SKG
pada saat
masuk. Levin dkk telah menemukan bahwa PTA yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari good recovery, sedangkan PTA yang berlangsung lebih dari 14 hari adalah prediktif untuk disabilitas sedang sampai berat. Penemuan ini juga terlihat pada pengamatan yang dilakukan oleh Jennett, Snoek, dan kawan-kawan. Dia juga menemukan bahwa lamanya PTA dihubungkan dengan adanya lesi massa bilateral dan diffuse injury pada computed tomography (CT) (cit Capruso dan Levin, 1996). Oddy, Humphrey, dan Uttley telah menemukan bahwa 71% pasien dengan PTA kurang dari 7 hari telah kembali bekerja dalam 6 bulan setelah cedera kepala, dibandingkan dengan 27% kembali bekerja pada mereka dengan durasi PTA lebih dari 7 hari (cit Capruso dan Levin, 1996). Wilson dkk telah menemukan 8 dari 38 pasien yang dirawat inap setelah mengalami trauma kapitis dengan berbagai tingkat keparahan, berada pada PTA lebih dari 1 minggu meskipun periode koma kurang dari 6 jam. Penderita yang PTA-nya tidak sesuai dengan periode koma yang singkat akan memiliki lebih banyak jumlah lesi hemisfer pada magnetic resonance imaging (MRI) dibanding pasien trauma kapitis dengan PTA sepadan dengan lamanya koma. Secara keseluruhan durasi PTA berkorelasi positif dengan jumlah lesi otak di daerah hemisfer dan otak sentral (r = 0.57) (cit Ellenberg dkk, 1996).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Ellenberg dkk (1996) melakukan studi terhadap 314 penderita trauma kapitis tertutup berat yang diberikan obat fenitoin, deksametason, dan morfin sulfat. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan durasi PTA dalam memprediksi outcome pda saat keluar rumah sakit dan 6 bulan setelah trauma. Dari studi ini diperoleh usia lebih tua, skor SKG yang rendah pada saat awal, pupil yang nonreaktif, lama koma dan penggunaan fenitoin dihubungkan dengan durasi PTA yang lebih panjang. Sedangkan respon pupil yang jelek, waktu saat koma, dan durasi PTA dan penggunaan fenitoin adalah prediktif untuk outcome saat 6 bulan. Hubungan antara PTA dan outcome juga terlihat pada anak-anak. Posttraumatic amnesia yang berlangsung 1 minggu atau lebih dikaitkan dengan verbal memory performance yang lebih jelek pada saat 6 dan 12 bulan, meskipun tidak pada saat resolusi PTA. Good recovery ditemukan pada 67% anak-anak dengan PTA kurang dari 1 minggu, pada 43% anakanak dengan lama PTA 1 sampai 2 minggu, dan pada 11% anak-anak dengan PTA lebih dari 2 minggu. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Rutter. Gejala sisa psikiatrik definit yang disebabkan oleh trauma kapitis hanya dikaitkan dengan PTA yang berlangsung paling sedikit 7 hari (cit Capruso dan Levin, 1996). Trauma kapitis sering memiliki kaitan dengan terganggunya pervasive dari behavior, kognitif, dan fungsi komunikasi serta interaksi yang mengakibatkan timbulnya keterbatasan dari aktifitas sehari-hari dan dalam kehidupan sosial (Hammond, 2004). Saat ini telah jelas diketahui bahwa gejala sisa dari trauma kapitis yang paling menimbulkan masalah
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
bagi keluarga adalah yang berhubungan dengan gejala psikiatri yaitu kehilangan memori, konfusion, gangguan kognitif, iritabilitas, mood labil, gangguan behavior, serta perubahan kepribadian (Urbach dan Culbert, 1991). Feinstein dkk (2002) meneliti hubungan antara PTA dengan simtom posttraumatic stress disorder (PTSD) pada 282 pasien dengan
cedera
kepala
mendapatkan
hasil
bahwa
rawat jalan ketika
pasien
dikelompokkan ke dalam mereka dengan PTA < 1 jam atau > 1 jam, pasien dengan PTA > 1 jam cenderung lebih banyak melaporkan simtom PTSD. Pada pasien trauma kapiris dengan PTA yang singkat akan lebih cenderung untuk mengalami PTSD- reaction type. Machamer dkk (2003) melakukan suatu penelitian terhadap penderita violent dan non-violent trauma kapitis untuk menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi outcome neurobehavioral, dari penelitian ini diperoleh; SKG, tingkat pendidikan, usia tua, jenis kelamin laki-laki dan ras kulit
putih
sebagai
prediktor
yang
signifikan
terhadap
outcome
neurobehavioral. McCauley dkk (2001) yang melakukan studi untuk menguji sensitivitas dan validitas dari Neurobehavioral Rating Scale-Revised (NRS-R) pada 11 senter trauma di Amerika Utara melaporkan bahwa NRS-R dapat digunakan dengan baik untuk mengukur outcome sekunder untuk uji klinik, karena dapat memberikan informasi penting mengenai neurobehavior
sebagai
tambahan
terhadap
global
outcome
dan
pemeriksaan neuropsikologikal.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Goldstein dkk (1999) yang melakukan pemeriksaan neurobehavior pada penderita usia tua yang mengalami trauma kapitis mendapatkan hasil dijumpainya penurunan fungsi kognitif dan mood dibandingkan kontrol dan keadaan sebelum penderita mengalami trauma. Lippert-Gruner dkk (2006) melakukan studi untuk melihat gangguan neurobehavior terhadap 41 penderita trauma kapitis, mendapatkan penderita dengan trauma kapitis berat (SKG<9) secara keseluruhan memperlihatkan tingginya skor dari NRS yang menggambarkan tingginya disfungsi neurobehavior. Banyak studi telah melaporkan nilai prognostik dari parameter klinis dan radiologi pada trauma kapitis, tetapi relatif sedikit yang telah menginvestigasi hubungan antara parameter laboratorium pada saat masuk
dengan
final
outcome.
Sejumlah
penelitian
menyatakan
kesignifikanan prognostik dari parameter koagulasi, hemoglobin (Hb), dan glukosa pada trauma kapitis (Van Beek dkk, 2007). Murray dkk (2007) telah melakukan suatu studi untuk melihat nilai prognostik dari berbagai faktor prognostik konvensional dan baru pada saat masuk setelah trauma kapitis dengan menggunakan analisis multivariat dan univariat dimana outcome dinilai menggunakan GOS pada saat 6 bulan setelah trauma. Pada parameter laboratorium, glukosa adalah prediktor outcome independen yang kuat, begitu juga dengan Hb dan trombosit dalam tingkat yang lebih sedikit. Akhirnya studi ini berkesimpulan bahwa faktor prognostik terpenting telah terlihat pada
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
umur, SKG skor motorik, respon pupil, karakteristik CT, hipotensi, hipoksia dan glukosa. Abraham dkk (2000) juga telah melakukan suatu studi pengalaman selama 11 tahun pada 61 anak-anak dengan trauma kapitis dan epidural hematom untuk menilai prognosis dari marker klinis dan metabolik pada era Imaging CT pada anak-anak dengan epidural hematom akut. Hasil studi memperlihatkan prediktor tunggal terbaik untuk outcome setelah epidural hematom adalah SKG dan defisit neurologi. Dari hasil laboratorium yang diperoleh pada saat masuk, hasil tes
kalium (K+)
darah, pH dan glukosa berkorelasi secara signifikan dengan prognosis. Chiaretti dkk (2001) telah melakukan suatu studi pengaruh gangguan koagulasi pada outcome
anak-anak dengan trauma kapitis.
Penelitian ini melibatkan 60 anak dengan trauma kapitis dimana tingkat keparahan trauma dinilai dengan berbagai variabel, sedangkan outcome setelah 2 bulan paska trauma dinilai dengan GOS. Hasilnya adalah Nilai GOS yang rendah secara signifikan dan independen berkaitan dengan SKG yang rendah, multipel trauma, activated partial thromboplastin time (aPTT) yang memanjang, kadar fibrinogen yang rendah, peningkatan fibrin-fibrinogen degradation product (FDP) dan rendahnya jumlah trombosit. Jadi studi ini menyimpulkan bahwa selain SKG; tipe trauma, tipe lesi otak dan abnormalitas koagulasi adalah prediktor GOS. Bayir dkk (2006) melakukan studi pada 62 pasien konsekutif dengan trauma kapitis pada tiga jam pertama untuk menilai SKG, jumlah trombosit, prothrombine time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
fibrinogen, FDP dan D-dimer. Dari hasil studi ditemukan bahwa mortalitas sangat kuat berhubungan dengan SKG, kadar PT, FDP dan D-dimer (p< 0.001, p<0.001,p<0.001 dan p<0.001, secara respektif). Sehingga diambil kesimpulan bahwa SKG dan marker fibrinolitik yang dinilai pada 3 jam pertama berguna dalam menentukan prognosis pasien dengan isolated head trauma. Jumlah trombosit yang menurun, PT dan PTT yang memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan
kadar D-dimer
terlihat pada pasien pada 3 jam pertama setelah acute isolated head trauma. Pada
penelitian
yang
dilakukan
Sanchez
didapati
bahwa
penurunan Hb juga telah menunjukkan hubungan dengan outcome yang lebih jelek. Adanya hipotensi merupakan suatu akibat sekunder yang penting, dan berhubungan kuat dengan outcome yang jelek, meskipun nilai prognostik relatif dari penurunan kadar Hb dan trombosit dalam hubungannya dengan hipotensi atau dengan tekanan sistolik sebenarnya belum pernah dilaporkan (Van Beek dkk, 1997). Pentingnya hiperglikemi iskemik telah dibuktikan dengan baik pada klinis dan percobaan. Bukti yang paling kuat dari nilai prognostik dari parameter laboratorium terdapat pada glukosa, dengan kadar yang tinggi dikaitkan dengan outcome yang jelek. Peranan kadar glukosa darah pada patofisiologi kerusakan neuronal setelah trauma kapitis belum jelas (Kinoshita dkk, 2002). Jeremitsky dkk pada suatu studi dari 81 pasien yang didiagnosa dengan trauma kapitis, telah ditemukan bahwa hiperglikemi dihubungkan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan peningkatan mortalitas dan keberadaan di rumah sakit yang lebih lama (cit Paolino dan Garner, 2005). Pada penelitian lain dari pasien trauma kapitis, kadar glukosa yang tinggi pada saat masuk dikaitkan dengan outcome neurologi yang lebih buruk (Paolino dan Garner, 2005). Young dkk (1989) melakukan studi pada 59 pasien trauma kapitis secara konsekutif untuk menilai hubungan hiperglikemi pada saat masuk dengan outcome neurologi pada pasien trauma kapitis berat. Studi ini memberikan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara outcome saat 3 bulan dan 1 tahun dan kadar glukosa darah puncak 24 jam saat masuk rumah sakit. Pasien dengan kadar glukosa darah puncak 24 jam kurang dari atau sama dengan 200 mg/dL memiliki persentase yang lebih baik untuk outcome baik pada hari ke 18, 3 bulan dan 1 tahun dibanding dengan pasien yang kadar glukosa darah puncak 24 jam waktu masuknya lebih dari 200 mg/dL. Van Beek dkk (2007) melakukan suatu studi IMPACT yang mengambil data dari IMPACT database. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan mengkuantifikasi hubungan antara parameter yang rutin dilakukan pada saat masuk dan final outcome setelah trauma kapitis. Studi berhasil menunjukkan bahwa seluruh parameter secara konsisten berhubungan dengan outcome dimana glukosa dan prothrombine time menunjukkan hubungan linear yang positif dengan outcome (yakni nilai yang meningkat dikaitkan dengan outcome yang jelek) dan Hb, trombosit sedang pH memiliki hubungan linear yang terbalik (yakni nilai yang rendah
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dikaitkan dengan outcome yang jelek). Natrium (Na+) menunjukkan suatu U-shaped dalam hubungannya dengan outcome, dan pada kadar yang rendah kaitannya dengan outcome lebih kuat. Efek yang paling kuat ada pada kadar glukosa yang meningkat (odds ratio 1.7; CI 95%) dan penurunan kadar Hb (odds ratio 0.7; CI 0.60-0.78).
I.2. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah PTA dan parameter laboratorium dapat menjadi prediktor terhadap
outcome
[Glasgow
Outcome
Scale
(GOS)
dan
(Neurobehavioral Rating Scale (NRS)] pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP). Haji (H). Adam Malik Medan. 2. Bagaimana hubungan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan) dengan outcome [Glasgow Outcome Scale (GOS) dan (Neurobehavioral Rating Scale (NRS)] pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang.
I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan :
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
1.3.1. Tujuan umum Untuk mengetahui peranan PTA dan parameter laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome (GOS dan NRS) pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang.
1.3.2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui PTA dan parameter laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome (GOS dan NRS) pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang di RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan) dengan outcome (GOS dan NRS) pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara nilai SKG dan gambaran Head CT-Scan (gambaran, adanya hematom, lokasi lesi, lokasi lesi berdasarkan perbedaan hemisfer) dengan outcome (GOS dan NRS) pada trauma kapitis ringan-sedang. 4. Untuk mengetahui hubungan PTA, parameter laboratorium, dan karakteristik CT pada penderita trauma kapitis akut ringansedang.
I.4. HIPOTESIS Posttraumatic amnesia dan parameter laboratorium dapat menjadi prediktor bagi outcome (GOS dan NRS) pada penderita trauma kapitis.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
I.5. MANFAAT PENELITIAN Dengan mengetahui peranan PTA dan parameter laboratorium sebagai prediktor bagi outcome, maka dapat dijadikan pegangan khususnya bagi para dokter untuk perencanaan rehabilitasi sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup penderita yang mengalami trauma kapitis dan umumnya bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai perencanaan biaya apakah akan sesuai dengan outcome yang didapat.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. TRAUMA KAPITIS II.1.1. Definisi Trauma kapitis adalah
trauma mekanik
terhadap kepala baik
secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi
neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik
temporer maupun permanen (PERDOSSI, 2006).
II.1.2. Epidemiologi Insiden trauma kapitis di negara-negara berkembang adalah 200/100.000 populasi per tahun. Dalam satu studi
yang berdasarkan
populasi menunjukkan bahwa insiden dari trauma kapitis sekitar 180250/100.000 populasi per tahun di Amerika Serikat. Insiden lebih tinggi di Eropa dari
91/100.000 populasi per tahun
/100.000 di Swedia, di Southern
di Spanyol
hingga 546
Australia 322/100.000 dan di Afrika
Selatan 316/100.000 (Bondanelli dkk, 2005). Di Indonesia data epidemiologi secara nasional belum ada. Di ruang rawat neurologi RSCM Jakarta, dari tahun ketahun terdapat peningkatan. Pada tahun 1994 jumlah penderita dirawat
1002 orang.
(Musridharta dkk, 2006) Insiden tertinggi penderita trauma kapitis ditemukan pada kelompok umur 15-24 tahun atau 75 tahun lebih, sedangkan pada anak insiden
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
puncaknya pada usia kurang dari 5 tahun. Angka insiden untuk pria dua kali lebih sering dibanding wanita dengan ratio tertinggi pada remaja dan dewasa muda, dan range dari 1,2 :1 sampai 4,4 :1 dalam populasi yang berbeda (Bondanelli dkk , 2005).
II.1.3. Klasifikasi Ada beberapa jenis klasifikasi trauma kapitis, tetapi dengan berbagai pertimbangan dari berbagai aspek maka bagian neurologi menganut pembagian sebagai berikut : (PERDOSSI, 2006) 1. Patologi : 1.1. Komosio serebri 1.2. Kontusio serebri 1.3. Laserasio serebri 2. Lokasi lesi 2.1. Lesi diffus 2.2. Lesi kerusakan vaskuler otak 2.3. Lesi fokal 2.3.1. Kontusio dan laserasi serebri 2.3.2.Hematoma intrakranial 2.3.2.1. Hematoma ekstradural (hematoma epidural) 2.3.2.2. Hematoma subdural 2.3.2.3. Hematoma intraparenkhimal 2.3.2.3.1. Hematoma subarakhnoid 2.3.2.3.2. Hematoma intraserebral
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
2.3.2.3.3. Hematoma intraserebellar
3. Derajat kesadaran berdasarkan SKG : Gambaran Klinik
CT Scan
Kategori
SKG
Minimal
15
Pingsan (-), defisit neurologi (-)
Normal
Ringan
13-15 Pingsan < 10 menit, defisit neurologi (-)
Normal
Sedang
9-12
Pingsan > 10 menit s/d 6 jam, defisit neurologi (+)
Abnormal
Berat
3-8
Pingsan > 6 jam, defisit neurologi (+)
Abnormal
otak
Beratnya trauma kapitis secara klinis juga didefenisikan dengan lamanya kehilangan kesadaran, kehilangan memori segera sesudah kejadian, atau
sesudah cedera (PTA) dan identifikasi lesi intrakranial
(Bondanelli dkk, 2005). Trauma kapitis dapat juga digolongkan sebagai resiko rendah, sedang atau resiko tinggi berdasarkan faktor resiko dan perkembangan penilaian awal neurologis (tabel 1) (Mayer dan Rowland, 2000)
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 1. Stratifikasi resiko pada penderita dengan cedera kepala Kategori resiko Ringan
Karakteristik Pemeriksaan neurologi normal Tidak ada contusio Tidak ada intoksikasi obat atau alkohol Dapat mengeluh nyeri kepala dan dizziness Dapat dijumpai abrasi scalp, laserasi atau hematoma Tidak ada kriteria trauma sedang atau berat
Sedang
SKG 9-14 (bingung, lethargi, stupor) Concussion Posttraumatic amnesia Muntah Seizure Kemungkinan
tanda
basiler
atau
fraktur
tengkorak yang menekan atau cedera wajah serius Intoksikasi obat atau alkohol Tidak ada riwayat cedera atau riwayat tidak jelas Usia < 2 tahun atau kemungkinan child abuse Berat
SKG 3-8 (koma) Penurunan progresif tingkat kesadaran Tanda neurologik fokal Cedera
penetrasi
tengkorak
atau
fraktur
tengkorak Dikutip dari : Mayer SA, Rowland LP. Head Injury. In: Rowland LP, editor. Merritt’s Neurology. 10th ed.Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2000. p.401-6.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
II.1.4. Patofisiologi Patologi kerusakan otak akibat trauma kapitis dapat dikelompokkan atas dua stadium yaitu cedera primer dan sekunder (Gilroy, 2000; Marik dkk, 2002; Hemphill, 2005).
II.1.4.1. Cedera kepala primer (Primary Brain Injury) Cedera kepala primer merupakan hasil dari kerusakan mekanikal langsung yang terjadi pada saat kejadian trauma (Marik dkk, 2002). Cedera primer dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak kandungan intrakranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak (Gilroy, 2000 ; Rizzo, 2002). Patofisiologi cedera kepala primer dapat dibedakan menjadi lesi fokal dan lesi difus. Cedera kepala fokal (focal brain injury) khas berhubungan dengan pukulan terhadap kepala yang menimbulkan kontusio serebral dan hematoma. Cedera fokal mempengaruhi morbiditas dan mortalitas berdasarkan lokasi, ukuran dan progresifitasnya (Marik dkk, 2002). Cedera aksonal difus (diffuse axonal injury) disebabkan oleh tekanan inersial yang sering berasal dari kecelakaan sepeda motor. Pada praktisnya, diffuse axonal injury dan focal brain lesions sering terjadi bersamaan (Marik dkk, 2002; Ropper dan Brown, 2005). Yang termasuk tipe dari cedera kepala primer ini diantaranya fraktur tengkorak, epidural hematoma, subdural hematoma, intraserebral hematoma dan diffuse axonal injury (DAI) (Marik dkk, 2002).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
II.1.4.2. Cedera kepala sekunder (Secondary Brain Injury) Cedera kepala sekunder terjadi setelah trauma awal dan ditandai dengan kerusakan neuron-neuron akibat respon fisiologis sistemik terhadap cedera awal (Marik dkk, 2002). Faktor sekunder akan memperberat cedera kepala dikarenakan hasil shearing pada laserasi otak, robekan pembuluh darah, spasme vaskuler, oedem serebral, hipertensi intrakranial, pengurangan cerebral blood flow (CBF), iskemik, hipoksia dan lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan dan kematian neuron (Gilroy, 2000). Sejumlah substans biokemikal telah terbukti memiliki peranan dalam perkembangan cedera neural setelah cedera kranioserebral. Substan ini meliputi asam amino eksitatori glutamat dan aspartat, sitokin dan radikal bekas (Marik dkk, 2002).
II.2. POSTTRAUMATIC AMNESIA II.2.1. Definisi dan Deskripsi Post traumatic amnesia didefinisikan pertama kali oleh Russell dan Smith sebagai periode setelah trauma kapitis dimana informasi tentang kejadian yang berlangsung tidak tersimpan (Levin,1997;
Ellenberg
dkk,1996) Russel dan Smith kemudian memperhalus konsep PTA untuk memfokuskan pada gangguan penyimpanan informasi kejadian yang berlangsung (Levin,1997). Dalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
pasien untuk menyimpan informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik. Akan tetapi, fase penyembuhan dini setelah gangguan kesadaran juga dikarakteristikkan oleh gangguan atensi dan perubahan behavioral yang bervariasi dari mulai letargi sampai dengan agitasi (Levin,1997 ; Ellenberg dkk,1996). Posttraumatic Amnesia adalah suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan oleh disorientasi, gangguan atensi, kegagalan memori kejadian dari hari ke hari, ilusi, dan salah dalam mengenali keluarga, teman dan staf medis (May dkk, 1992).
II.2.2. Patofisiologi Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas, meskipun korelasinya terhadap MRI terlihat mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisfer dibanding dengan diencephalic (Greenwood, 1997). Memori dan new learning dipercaya melibatkan korteks serebral, proyeksi subkortikal, hippocampal formation (gyrus dentatus, hipokampus, gyrus parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial dari dorsomedial dan adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan, lesi pada lobus frontalis juga dapat menyebabkan perubahan pada behavior, termasuk iritabilitas, aggresiveness, dan hilangnya inhibisi dan judgment. Sekarang ini, telah didapati bukti adanya keterlibatan lobus frontalis kanan pada atensi (Cantu, 2001). Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera primer dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
kandungan intrakranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak. Akan tetapi, faktor yang paling penting pada cedera otak traumatik adalah shearing yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang terhadap otak segera setelah trauma kapitis. Concussion mengakibatkan tekanan shearing yang singkat dan penyembuhan komplet. Jika tekanan shearing lebih banyak dan berulang, kerusakan akson pun menjadi lebih banyak, durasi hilangnya kesadaran lebih panjang dan penyembuhan melambat. Dalam praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang diikuti dengan PTA. Oleh karena itu tingkat keparahan trauma kapitis tertutup dapat dinilai dengan durasi koma dan PTA. Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap otak dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearing dengan gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injury terhadap otak dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar lobus frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat. Area yang rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak, terutama mengenai lapisan pertama dari korteks (Gilroy, 2000).
II.2.3. Klasifikasi Posttraumatic amnesia dapat dibagi dalam 2 tipe. Tipe yang pertama adalah retrograde, yang didefinisikan oleh Cartlidge dan Shaw, sebagai hilangnya kemampuan secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang telah terjadi dalam jangka waktu sesaat sebelum trauma
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
kapitis. Lamanya amnesia retrograde biasanya akan menurun secara progresif. Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia anterograde, suatu defisit dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang menyebabkan penurunan atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde merupakan fungsi
terakhir yang paling sering kembali
setelah sembuh dari hilangnya kesadaran (Cantu, 2001).
II.3. OUTCOME Perkiraan outcome setelah terjadinya trauma kapitis merupakan suatu masalah yang sangat besar, terutama pada pasien dengan trauma yang serius (Mayer dan Rowland, 2000). Evaluasi outcome fungsional setelah keluar dari rumah sakit pada individu dengan acquired brain injury (ABI) menjadi bagian penting suatu program rehabilitasi. Evaluasi merupakan jalan terbaik untuk mengukur keefektifan pengobatan sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkan untuk rehabilitasi. Banyak faktor yang telah mempengaruhi outcome. Terlepas dari tehnik dan metode yang digunakan pada rehabilitasi akut dan post-akut, outcome pasien pada saat masuk ditentukan oleh variabel: skor SKG pada saat masuk, length of coma (LOC), lamanya PTA, dukungan keluarga dan tingkat sosio-ekonomi (Leon-Carrion, 2006). Dalamnya koma, penemuan CT, dan umur merupakan variabel demografi dan medis yang paling prediktif untuk late outcome (Wartenberg dan Mayer, 2007; Mayer dan Rowland, 2000). Faktor prognostik yang lain adalah respon pupil,
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
hipotensi atau hipoksemia pada saat masuk, dan peninggian tekanan intrakanial yang menetap (Mayer dan Rowland, 2000).
II.4. INSTRUMEN II.4.1. Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG) Di antara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG adalah yang paling banyak digunakan (Frey dkk, 2007). Penilaian
ini
pendek dan mudah digunakan. Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan. Skor yang mendekati angka 100 , berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-turut. Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan kapasitas dari mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang dari test ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien untuk memulai pemeriksaan kognitif ketika skor 75 atau lebih dicapai pada tes ini yang mengindikasikan pasien tidak konfusion dan disorientasi lagi (Leon-Carrion dkk, 2006). Akan tetapi validitas dan reabilitas TOAG dan statusnya sebagai ”gold standard” dalam penilaian PTA masih suatu subjek yang diperdebatkan (Frey dkk, 2007).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
II.4.2. Parameter Laboratorium II.4.2.1. Glukosa Bukti yang paling kuat dari nilai prognostik dari parameter laboratorium terdapat pada glukosa, dengan kadar yang tinggi dikaitkan dengan outcome yang jelek. Peranan kadar glukosa darah pada patofisiologi kerusakan neuronal setelah trauma kapitis belum jelas (Kinoshita dkk, 2002). Mekanisme yang mendasari
perburukan kerusakan adalah
multifaktorial. Peningkatan pembentukan laktat dan H+ mengakitbatkan penurunan pH intraseluler dan ekstraseluler sebagai konsekuensi dari iskemia. Kadar laktat yang meningkat juga akan mempengaruhi glial dan endotel kapiler, menyebabkan gangguan vaskular (Kinoshita dkk, 2002). Hiperglikemi dikaitkan dengan laktat serebral yang meningkat dan mengakibatkan asidosis pada jaringan otak lokal. Asidosis jaringan otak memperburuk fungsi mitokondria pada penumbra, jaringan otak yang mengalami iskemi sedang yang terletak di sekitar pusat trauma, dan meningkatkan ukuran infark serebral (Paolino dan Garner, 2005) Rosner dkk telah berspekulasi bahwa hiperglikemi dan peningkatan katekolamin darah dikaitkan secara sebab-akibat. Katekolamin dan glukagon menstimulasi pecahnya glikogen yang tersimpan di hati menjadi glukosa. Bessey dkk telah menunjukkan pada manusia normal terdapat tiga
hormon
infus
(glukagon,
katekolamin,
dan
kortisol)
yang
menyebabkan hiperglikemi seperti yang terlihat pada stres sedang atau
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
berat. Katekolamin
meningkatkan sekresi glukagon dan menginhibisi
sekresi insulin setelah trauma dan stres (cit. Young dkk, 1989). Proses inflamasi dipercaya berperan dalam patogenesis trauma kepala melalui mekanisme sekunder (Kinoshita dkk, 2002). Charian dkk dengan yakin menunjukkan pada hewan percobaan bahwa dampak trauma pada kortikal diikuti oleh iskemik dengan adanya hiperglikemi yang secara signifikan meningkatkan volume otak iskemik, volume kontusio dan mortalitas dan penurunan outcome fungsonal pada penderita (cit Atkinson, 2000).
II.4.2.2. Natrium (Na+) dan Kalium (K+) Pick dkk
menemukan bahwa gangguan elektrolit sering terjadi
pada pasien trauma kapitis yang dirawat di unit perawatan intensif (59.3%), tetapi tidak ditemukan hubungan secara independen dengan outcome yang tidak memuaskan (cit Van Beek dkk, 2007). Van Beek dkk (2007) telah menemukan bahwa hiponatremi adalah kejadian yang relatif jarang pada saat masuk setelah trauma kapitis, tetapi hiponatremi dikaitkan dengan outcome yang jelek. Hiponatremi
dapat berkembang pada stadium yang berbeda
melalui mekanisme yang berbeda. Pada periode awal post trauma, dalam 2 hari pertama setelah trauma, kadar Na+ yang rendah mungkin disebabkan intake cairan hipotonis yang berlebihan. Pada stadium lanjut, hiponatremi dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar anti-diuretic hormone (ADH) dan retensi cairan sebagai respon terhadap stress
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
[syndrome of inappropriate ADH secretion (SIADH)]
(Selladurai dan
Reilly, 2007). Hiponatremi dapat menyebabkan cellular swelling, peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan brain shift. Data percobaan menyatakan bahwa hiponatremi dapat mempotensiasi cedera otak sekunder pada kontusio fokal dan DAI. Selain itu dapat menyebabkan resiko vasospasm simptomatik pada pasien dengan perdarahan subarakhnoid (PSA) (Selladurai dan Reilly, 2007). Pada menyebabkan
pasien
trauma
hipernatremi,
kapitis, termasuk
banyak central
faktor
yang
diabetes
dapat
insipidus,
dehidrasi, demam, dan diuresis osmotik, terutama dengan penggunaan osmotic agents untuk menurunkan TIK. Insiden central diabetes insipidus setelah trauma kapitis berat telah dilaporkan sebesar 3%. Hal ini berkaitan erat dengan fraktur basis kranii dan mungkin faktor penyebab outcome jelek (Selladurai dan Reilly, 2007). Selain itu, Abraham dkk (2000) juga telah melakukan suatu studi dimana pada hasil laboratorium yang diperoleh pada saat masuk, hasil tes K+ darah, pH dan glukosa berkorelasi secara signifikan dengan prognosis. Hipokalemi sering terjadi pada pasien dengan trauma kapitis berat di ruang perawatan intensif dan disebabkan oleh peningkatan hilangnya urin, terutama dengan penggunaan osmoterapi, intake harian yang tidak adekuat atau ekspansi volume plasma. Pasien dengan hipokalemi ringan (3-3,4 mmol/L) dapat asimptomatik. Hipokalemi yang lebih berat dapat
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
disebabkan oleh nausea, muntah, kelemahan, konstipasi, paralisa otot, pernafasan, dan rhabdomyolysis (Selladurai dan Reilly, 2007).
II.4.2.3. pH pH arteri yang rendah pada saat masuk pada trauma kapitis terlihat sebagai suatu marker akibat sekunder, mencerminkan baik hipoventilasi saat ini maupun sesungguhnya berbarengan dengan hipoksia atau asidosis sistemik yang mengikuti hipotensi (Van Beek dkk, 2007). Van Beek dkk
(2007) menganggap pH kurang sensitif untuk
mengakibatkan resusitasi dan stabilisasi dini dibanding pO2 atau pCO2 arterial. Prioritas pertama pasien trauma kapitis pada saat masuk adalah untuk memastikan respirasi yang adekuat dan mendapatkan stabilitas hemodinamik. Olehkarena itu, arterial blood gasses hanya diambil setelah stabilisasi primer.
Akan tetapi, pH juga dihubungkan dengan outcome
yang jelek jika melewati nilai normal. Hubungan antara pH arterial dan outcome belum pernah menjadi subjek penelitian sebelumnya, tetapi hubungan yang pernah dilaporkan berkaitan dengan pH jaringan otak, pH pada darah vena jugular, dan outcome (Van Beek dkk, 2007).
II.4.2.4. Hemoglobin (Hb) Pada trauma kapitis akut, Hb yang rendah dapat diakibatkan oleh hilangnya darah atau pemberian cairan yang berlebihan. Sebagai konsekuensinya, kapasitas pembawa oksigen dari darah menurun, yang
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
berpotensi meningkatkan resiko untuk kerusakan iskemik sekunder pada waktu cerebral blood flow telah terganggu. Akan tetapi Hb yang tinggi akan meningkatkan viskositas dan membahayakan perfusi (Van Beek dkk, 2007).
II.4.2.5. Koagulopati Kepentingan koagulopati pada trauma kapitis dikenal.
telah semakin
Bagaimanapun patofisiologinya adalah kompleks: hilangnya
darah disebabkan oleh trauma kranial atau sistemik yang menginduksi diatesis perdarahan oleh deplesi trombosit dan faktor pembekuan. Sebaliknya,
trauma
kapitis
dapat
menginduksi
suatu
keadaan
hiperkoagulasi, baik secara sistemik maupun lokal pada penumbra dari suatu kontusio dengan mengeluarkan suatu pro-coagulant tissue factor. Peningkatan konsentrasi plasma dari FDP dan plasmin-α-2-plasmin inhibitor dan penurunan kadar fibrinogen dihubungkan dengan suatu persentase outcome tidak memuaskan yang lebih tinggi setelah trauma. Berbagai studi telah menunjukkan suatu hubungan antara koagulopati dan outcome yang jelek pada trauma kapitis (Van Beek dkk, 2007).
II.4.3. CT scan kepala CT scan kepala merupakan pemeriksaan yang mendasar dalam mengevaluasi
penderita
trauma
kapitis.
Literatur
secara
umum
menyarankan pemeriksaan CT scan pada semua kasus trauma kapitis termasuk derajat ringan yang paling kurang dijumpai minimal satu kriteria
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
berikut : kehilangan kesadaran, PTA, confusion, atau gangguan kewaspadaan (alertness) (Cushman dkk, 2001). Marshall dkk telah mengembangkan klasifikasi trauma kapitis berdasarkan tingkat keparahan dari trauma kapitis berdasarkan gambaran CT-Scan dan MRI (Lovasik dkk, 2001). Klasifikasi ini berdasarkan adanya lesi fokal atau diffuse pada gambaran CT-Scan (Tateno dkk, 2003). Beberapa studi terdahulu melaporkan bahwa gambaran Head CTScan merupakan salah satu prediktor terpenting pada penderita trauma kapitis (Wardlaw dkk, 2002; Srinivasan, 2006). Levin dkk juga melaporkan semakin dalam letak lesi maka semakin buruk outcome yang diperiksa dengan Glasgow Outcome Scale dan Vineland Adaptive Behavioral Scale (Blackman dkk, 2003).
II.4.4. Glasgow Outcome Scale (GOS) Glasgow Outcome Scale adalah
skala tertua yang digunakan
untuk mengukur outcome setelah trauma kapitis dan juga digunakan secara luas sebelum timbul skala baru. Glasgow Outcome Scale diciptakan oleh Jennet dkk pada tahun 1975 dan extended version diperkenalkan pada tahun 1998 oleh Wilson dkk.
Glasgow Outcome
Scale dan Glasgow Outcome Scale Extended (GOSE)
dipakai untuk
mengalokasikan orang-orang yang menderita cedera otak akut dari cedera otak traumatik dan non-traumatik ke dalam kategori outcome yang lebih
luas.
Skala
ini
menggambarkan
disabilitas
dan
kecacatan
dibandingkan gangguan; yang difokuskan pada bagaimana trauma
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
mempengaruhi fungsi pada kehidupan dibanding hanya defisit dan gejala yang ditimbulkan oleh trauma (Leon-Carrion, 2006). Skala yang asli terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut: (LeonCarrion, 2006; Capruso dan Levin, 1996) 1. Meninggal 2. Vegetative state: tanda dari vegetative state adalah ketiadaan fungsi kognitif yang ditunjukkan oleh hilangnya komunikasi total; yang menyatakan bahwa korteks serebral tidak berfungsi lagi. Tidak seperti pada pasien koma, pasien pada vegetative state memiliki respon buka mata, gerakan bola mata, dan siklus tidur/bangun. Meskipun pasien pada vegetative state dapat menunjukkan berbagai aksi motorik yang yang refleksif, kebiasaan ini tidak dapat menunjukkan kesadaran. Meskipun pasien bangun, tetapi mereka tidak waspada. 3. Disabilitas berat: sadar tetapi pasien yang membutuhkan pertolongan termasuk dalam kategori ini. Meskipun tingkat ketergantungan bervariasi, yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien yang tergantung pada seorang caregiver pada seluruh aktifitas sepanjang hari. Pada beberapa pasien, fungsi kognitif dan fisik masik relatif utuh, tetapi pasien sangat disinhibisi atau apatis sehingga mereka tidak meninggalkan perlengkapan pribadi mereka. Pasien yang tidak dapat ditinggal sendiri dan merawat diri mereka sendiri selama interval 24 jam termasuk dalam kategori ini. 4. Disabilitas sedang: pasien yang tidak membutuhkan pertolongan tetapi tidak mampu termasuk dalam kategori ini. Meskipun mereka dapat
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
tinggal sendiri, tetapi pasien ini memiliki tingkat kecacatan fisik dan kognitif yang membatasi mereka
dibandingkan tingkat kehidupan
sebelum trauma. Banyak pasien pada kategori ini kembali bekerja, meskipun dalam pekerjaan mereka diberikan kelonggaran khusus dan asisten untuk mereka, dan mereka tidak dapat memikul perkerjaan sebesar tanggung jawab mereka sebelum sakit. 5. Perbaikan baik : pasien tidak bergantung dimana mereka dapat kembali ke pekerjaan
atau aktifitas mereka sebelum sakit tanpa
adanya keterbatasan mayor masuk dalam kategori ini. Pasien ini dapat memiliki defisit neurologi atau kognitif yang menetap sampat tingkat ringan, tetapi defisit ini tidak mengganggu keseluruhan fungsi mereka. Pasien ini kompeten bersosialisasi dan mampu membawa diri mereka secara adekuat dan tanpa perubahan kepribadian yang berarti. Tingkatan ini dapat dikelompokkan menjadi outcome jelek (GOS 13) dan outcome baik (GOS 4-5) (Leon-Carrion, 2006).
II.4.5. Neurobehavioral Rating Scale (NRS) Neurobehavioral Rating Scale pada awalnya dikembangkan untuk memeriksa perubahan behavior akibat trauma. Berdasarkan ”suatu wawancara yang berstruktur” yang menitikberatkan pada laporan pasien sendiri terhadap simtom dan gejala, self-appraisal, planning, dan beberapa aspek tertentu dari fungsi kognitif, meliputi orientasi, memori, reasoning, dan atensi, pemeriksa mengevaluasi respon spesifik dan penggabungan dengan observasi behavioral untuk menentukan level
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
pasien dari tiap-tiap 27 subskala, dengan memilih 1 dari 7 tingkatan, berkisar dari 1 = tidak ada sampai dengan 7 = sangat berat. Total skor dari NRS merupakan penjumlahan dari skor 27 subskala (Desmond, 2000; Masur dkk, 2004). Suatu studi telah menguji reability dan validity dari NRS, baik pada awal maupun tahap lanjut dari trauma kapitis terhadap 101 penderita dengan trauma kapitis tertutup. Neurobehavioral Rating Scale telah memperlihatkan interrater reliability yang memuaskan pada studi ini. Pemeriksaan NRS memiliki korelasi baik terhadap tingkat keparahan trauma
maupun
tingkat
kronisitas
dari
trauma
kapitis.
Peneliti
menyebutkan sampai saat ini hanya NRS yang telah divalidasi untuk pemeriksaan neurobehavior pada penderita trauma kapitis tertutup (Masur dkk, 2004).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
II.5. KERANGKA KONSEPSIONAL
Parameter Laboratorium
Trauma Kapitis
Cedera otak primer
Murray dkk (2007) umur, SKG (M), respon pupil, CT, hipotensi, hipoksia & glukosa Æ prediktor penting
Cedera otak sekunder
Abraham dkk (2000) potassium darah, pH, KGD Æ prognosis signifikan
Axonal shearing
Kerusakan komponen kortikal / subkortikal
Cantu (2001) Memori & new learning Æ korteks serebral, proyeksi subkortikal, hippocampal formation & diensefalon
Posttraumatic amnesia (PTA) Ellenberg dkk (1996) PTA Æ jumlah lesi otak di hemisfer & jumlah daerah otak sentral dengan lesi
Chiaretti dkk (2001) SKG, tipe trauma & lesi otak, koagulasi abnormal Æ prediktor GOS
Naalt dkk (1999) PTA Æ outcome Cedera kepala ringan
Bayir dkk (2006) SKG ,marker fibrinolitik 3 jam pertama Æprognosis
Paolino & Garner (2005) KGD ↑ saat masuk Æ outcome neurologi buruk
Feinstein dkk (2002) PTA >>Æ PTSD reaction type >>
Van Beek dkk (1997) Hb ↓ Æ outcome jelek
Outcome pendidikan Umur
CT scan Glasgow Outcome Scale Neurobehavioral Rating Scale
sex Machamer dkk (2003) SKG, pendidikan, usia tua, sex, ras Æ prediktor signifikan outcome behavior
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. TEMPAT DAN WAKTU Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan mulai tanggal 28 Nopember 2007 – 16 Maret 2008.
III.2. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian diambil dari populasi pasien
yang dirawat di
Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode non random sampling
secara
konsekutif.
Populasi sasaran Semua penderita trauma kapitis yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan Head CT-Scan.
Populasi terjangkau Semua penderita trauma kapitis ringan-sedang yang dirawat di ruang rawat inap terpadu (Rindu) A4 Departemen Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Besar Sampel Ukuran sampel dihitung menurut rumus (Madiyono dkk,2002) :
n =
Z α
2
d
p .q 2
zα = nilai baku normal berdasarkan nilai α yang telah ditentukan =1,96 p = proporsi Æ 0.84(Proporsi di RSHAM tahun 2006) q = 1 – p = 0.16 d = 10 % n ≥
(1.96)2 (0.84) (0.16) (0.10)2
n ≥ 51.6 ≈ 52 Jumlah sampel minimal 52 kasus.
Kriteria inklusi : 1. Semua penderita trauma kapitis akut ringan-sedang yang datang dalam 48 jam setelah trauma dan dirawat di Bangsal Neurologi Rindu A4 RSUP. H. Adam Malik Medan 2. Usia 15-65 tahun 3. Memberikan persetujuan untuk ikut dalam penelitian ini
Kriteria eksklusi :
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
1. Penderita dengan riwayat masuk ke rumah sakit dengan trauma kapitis sebelumnya 2. Penderita dengan adiksi alkohol atau obat-obatan 3. Penderita dengan penyakit psikiatri atau mental retardasi 4. Penderita dengan afasia 5. Penderita yang menggunakan obat kortikosteroid dan fenitoin 6. Penderita dengan riwayat stroke, demensia, dan mild cognitive impairment (MCI)
III.3. BATASAN OPERASIONAL III.3.1. Trauma kapitis Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen (PERDOSSI, 2006).
III.3.2. Trauma kapitis ringan Trauma kapitis ringan adalah SKG 13 – 15, CT Scan normal, pingsan < 30 menit, tidak ada lesi operatif, rawat rumah sakit < 48 jam, amnesia pasca trauma (APT) < 1 jam (PERDOSSI, 2006).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III.3.3. Trauma kapitis sedang Trauma kapitis sedang adalah SKG 9 – 12 dan dirawat > 48 jam, atau SKG > 12 akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau abnormal CTScan, pingsan > 30 menit – 24 jam, APT 1 – 24 jam (PERDOSSI, 2006).
III.3.4. Skala Koma Glasgow (SKG) Skala Koma Glasgow adalah suatu skala yang digunakan secara luas sebagai pengukuran klinis semikuantitatif dari tingkat kesadaran berdasarkan keadaan buka mata dan respon verbal dan motorik penderita (Mayer dan Rowland, 2000). Skala Koma Glasgow yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai SKG orang dewasa (PERDOSSI, 2006) : Penjumlahan dari komponen Mata + Verbal + Motorik - Jumlah minimal 1 + 1 + 1 = 3 Æ koma dalam - Jumlah maksimal 4 + 5 + 6 = 15 Æ kompos mentis – normal
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 2 . Skala Koma Glasgow Buka Mata Nilai > 1 tahun 4 Spontan 3 Dengan perintah verbal 2 Dengan nyeri 1 Tidak ada respon Respon Motorik Terbaik Nilai > 1 tahun 6 Menurut perintah 5 Dapat melokalisasi nyeri 4 Fleksi terhadap nyeri 3 Fleksi abnormal (dekortikasi) 2 Ekstensi (deserebrasi) 1 Tidak ada respon Respon Verbal Terbaik Nilai > 5 tahun 5 Orientasi baik dan berbicara 4 Disorientasi dan berbicara 3 Kata-kata yang tidak menangis 2 Suara yang tidak berarti 1 Tidak ada respon
tepat;
Dikutip dari : PERDOSSI. 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal . PERDOSSI. Jakarta.
Berdasarkan nilai SKG, trauma kapitis dibedakan atas : (Sjahrir, 1994; Marik dkk,2002). 1. Trauma Kapitis Ringan (mild head injury). Skor SKG : 13-15. 2. Trauma Kapitis Sedang (moderate head injury). Skor SKG : 9-12. 3. Trauma Kapitis Berat (severe head injury). Skor SKG : ≤ 8.
III.3.5. CT – Scan otak CT-Scan yang akan digunakan adalah X-ray CT system, merk Hitachi seri W450. Pengukuran mean volume ditentukan dengan metode
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
estimator volume dari software computer analisa, dengan ketebalan pemotongan/slice 5 – 10 mm. Hasilnya akan dibaca oleh Dokter Spesialis Radiologi. Penilaian
gambaran
CT-Scan
otak
dikelompokkan
menjadi
(Wardlaw dkk, 2002) : -
Normal.
-
Mild focal injury (misalnya dijumpai adanya kontusio kecil pada hanya satu area di otak).
-
Medium focal injury (dijumpai beberapa kontusio pada 1 atau 2 area yang berdekatan di otak, atau dijumpai subdural hematom/epidural hematom kecil.
-
Mild/moderate diffuse (beberapa kontusio kecil atau hematom tapi tidak pada daerah yang berdekatan, tapi sebagian besar otak kelihatannya normal.
-
Massive focal injury (epidural/subdural hematom besar atau kontusio berat atau parenchymal hematomas).
-
Massive diffuse injury (dijumpai edema otak menyeluruh atau banyak kontusio di beberapa area.
III.3.6. Lokasi lesi Lokasi lesi pada gambaran CT-Scan otak dikelompokkan menjadi (Tateno dkk, 2003) : •
Tidak ada lesi
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
•
Diffuse lesion
•
Left hemisphere
•
Frontal lobe lesion
Setelah itu lokasi lesi juga dikelompok berdasarkan perbedaan hemisfer menjadi: hemisfer kiri, hemisfer kanan, hemisfer kanan/kiri dan tidak ada lesi.
III.3.7. Post Traumatic Amnesia (PTA) Posttraumatic amnesia adalah periode setelah trauma kapitis dimana informasi kejadian yang sedang berlangsung tidak tersimpan (Ellenberg dkk, 1996). Dalam istilah neuropsikologi kognitif, PTA adalah suatu gangguan pada memori episodik yang digambarkan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menyimpan informasi kejadian yang terjadi dalam konteks temporospatial yang spesifik (Levin,1997 ; Ellenberg dkk,1996). Periode PTA adalah waktu antara mendapat trauma kapitis dan permulaan memori kembali normal (King dkk, 1997). Periode PTA adalah jumlah hari dimulai dari saat berakhirnya koma sampai dengan saat pasien 2 kali sukses mencapai skor TOAG di atas atau sama dengan 75 (0-100) selama di rumah sakit (Ellenberg dkk, 1996).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Registrasi PTA dimulai sesegera mungkin setelah pasien sadar kembali dan mampu berkomunikasi (dengan skor verbal 4 pada SKG) (Naalt dkk, 1999).
III.3.8. Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG) Test Orientasi dan Amnesia Galveston adalah instrumen yang dipakai secara serial untuk menilai durasi PTA,
terdiri dari orientasi
terhadap orang, tempat, dan waktu, mengingat kembali keadaan pada saat dirawat, dan memori pertama setelah trauma dan terakhir sebelum trauma. Test Orientasi dan Amnesia Galveston diberikan setiap hari selama 7 hari pertama setelah sadar kembali dan kira-kira 2 sampai 3 kali perminggu (Ellenberg dkk, 1996). Berdasarkan data TOAG, PTA kemudian dikelompokkan menurut kriteria Russel dan Smith sebagai berikut : ringan :< 1 jam, sedang : ≥ 1 < 24 jam,berat : ≥ 24 jam - ≤ 7 hari, sangat berat : > 7 hari (Greenwood, 1997).
III.3.9. Parameter Laboratorium Parameter laboratorium yang termasuk dalam analisis penelitian ini adalah kadar hemoglobin, kadar glukosa darah (KGD) ad random, trombosit, elektrolit termasuk Na+ dan K+, analisa gas darah (pH), dan PT, TT dan aPTT, yang diperiksa saat masuk rumah sakit (Bayir, 2006). Pemeriksaan
parameter
laboratorium
seperti
hemoglobin,
trombosit, KGD ad random, sodium, potassium, pH, dan PT, TT dan aPTT
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
pada penderita trauma kapitis dilakukan di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera Utara (FK-USU) / RSUP H.Adam Malik Medan. Kadar hemoglobin dan trombosit diperiksa dengan menggunakan alat Cell Dyn 3700, merk Abboth. Kadar glukosa darah adrandom diperiksa dengan menggunakan alat Cobas Integra 400 plus, merk Roche dan Automatic analyzer 902, merk Hitachi. Kadar Na+ dan K+
diperiksa dengan menggunakan alat 9180
Electrolyte Analyzer, merk Roche. pH diukur dengan alat Rapid Lab, merk Bayer dan Nova biomedical. Faal koagulasi yang meliputi PT, TT, dan aPTT diperiksa dengan alat Organon Teknika dan Coag-A-Mate MTX. Batas
atas
dan
bawah
masing-masing
variabel
ditentukan
berdasarkan kriteria berikut : Hb ( nilai normal : ♂ 13-18 gr/dL, ♀ 12-16 gr/dL), KGD ad random (nilai normal: < 200 mg/dL), elektrolit ; Na+ (nilai normal : 136-145 mEq/L), K+ (nilai normal : 3-4.5 mEq/L), pH (nilai normal : 7.38-7.44
), trombosit (nlai normal : 130.000 – 400.000/mm3), PT,TT,
aPTT (nilai normal : dibandingkan dengan kontrol yang sesuai dengan regensia) (Braunwald dkk, 2001).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III.3.10. Glasgow Outcome Scale (GOS) Glasgow Outcome Scale adalah skala tertua yang digunakan untuk mengukur outcome setelah trauma kapitis dan juga digunakan secara luas sebelum timbul skala baru (Leon-Carrion, 2006). Glasgow Outcome Scale dari Jennet dan Bond yang terdiri dari good recovery, moderate disability, severe disability, persistent vegetatif state, atau death (Ellenberg dkk,1996). Tingkatan ini dapat dikelompokkan menjadi outcome jelek (GOS 13) dan outcome baik (GOS 4-5) (Leon-Carrion, 2006).
III.3.11. Neurobehavioral Rating Scale (NRS) Neurobehavioral dimensional
clinical”
Rating yang
Scale
dirancang
adalah dan
instrumen telah
“a
multi-
divalidasi
untuk
pemeriksaan gangguan neurobehavior akibat trauma kapitis (Levin dkk, 1992 ; Lippert-Gruner dkk, 2006). Neurobehavioral Rating Scale terdiri dari 4 komponen dasar yaitu cognition/energy meliputi cognitive processing behavioral slowing dan emotional withdrawal; metacognition meliputi inaccurate self-appraisal, unrealistic planning dan disinhibition; somatic concern/anxiety meliputi keluhan fisik, ansietas, depresi dan iritabilitas; dan bahasa meliputi fungsi bahasa reseptif dan ekspresif (Desmond, 2000).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III.4. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan prospektif dengan sumber data primer yang diperoleh dari semua penderita trauma kapitis yang dirawat
di
Bangsal Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan, yang memenuhi syarat inklusi-eksklusi.
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen : -
Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)
-
Pemeriksaan Laboratorium : Hb, Trombosit, KGD ad random, Elektrolit (Na+, K+), pH dan PT,TT, aPTT
-
Head CT-scan
-
Glasgow Outcome Scale (GOS)
-
Neurobehavioral Rating Scale (NRS)
III.5.2. Pengambilan sampel Semua penderita trauma kapitis akut yang masuk ke bangsal Neurologi RSUP H. Adam Malik, telah ditegakkan diagnosa dengan anamnese dan pemeriksaan neurologis termasuk nilai SKG. Kemudian setiap penderita dilakukan skrining SKG, penderita yang berada dalam SKG 9-12 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam
penelitian.
Selanjutnya
penderita
menjalani
pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan CT-scan otak. Pemeriksaan laboratorium yang diperiksa termasuk hemoglobin, KGD ad random, trombosit, elektrolit
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
(Na+ dan K+), Analisa Gas Darah (termasuk pH), dan faktor koagulasi. Pemeriksaan durasi PTA dilakukan pada saat penderita mulai sadar dengan skor verbal 4 pada SKG dengan menggunakan kuesioner TOAG setiap hari, sampai os berhasil mencapai nilai 75 atau lebih sebanyak 2 kali dan dihitung durasi PTA-nya. Sedangkan pemeriksaan outcome dengan GOS dan NRS dilakukan oleh pemeriksa pada saat keluar dari rumah sakit.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III.5.3. Kerangka Operasional
Pasien trauma kapitis Skrining SKG
Kriteria Eksklusi
SKG 9-15
Kriteria inklusi
SKG ≤ 8
eksklusi
Pemeriksaan CT scan otak Pemeriksaan Laboratorium Klasifikasi Trauma Kapitis TK Ringan - Sedang Pemeriksaan PTA (saat penderita sadar,SKG (V=4) , TOAG≥75, 2x
TK Berat eksklusi
Pemeriksaan GOS dan NRS saat keluar rumah sakit Analisa Data Hasil
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III.5.4. Variabel yang diamati Variabel bebas
: Test Orientasi dan Amnesia Galveston
(TOAG) Parameter Laboratorium : Hb, Trombosit, KGD ad random, Sodium, Potassium, pH , PT, TT, aPTT Gambaran Head CT-Scan Variabel terikat
: Glasgow Outcome Scale (GOS) Neurobehavioral Rating Scale (NRS)
III.5.5. Analisa Statistik Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan program komputer Windows Statistical Product and Science Service (SPSS) versi 11,5. Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk melihat gambaran karakteristik penderita disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. 2. Untuk melihat gambaran parameter laboratorium, PTA, dan gambaran Head CT-Scan, dan frekuensi gangguan neurobehavior pada NRS penderita trauma kapitis akut ringan-sedang disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. 3. Untuk melihat hubungan
antara
gambaran
Head CT- Scan,
adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan serta lokasi lesi dengan parameter Laboratorium digunakan uji spearman rho.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Untuk melihat hubungan antara gambaran Head CT-Scan dan lokasi lesi berdasarkan perbedaan hemisfer
dengan TOAG
digunakan uji chi-square. 5. Untuk melihat hubungan antara suku bangsa dan tingkat pendidikan dengan NRS digunakan one-way Anova. 6. Untuk melihat hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan NRS
digunakan uji t-independent.
7. Untuk melihat hubungan antara nilai SKG dengan NRS digunakan uji t-independent. 8. Untuk melihat hubungan
antara
gambaran
Head CT- Scan ,
lokasi lesi dan lokasi lesi berdasarkan perbedaan hemisfer dengan NRS digunakan uji one-way Anova. 9. Untuk melihat hubungan antara adanya hematom pada gambaran Head CT- Scan dengan NRS digunakan uji t-independent. 10. Untuk melihat hubungan antara suku bangsa, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan umur dengan GOS digunakan uji chi-square. 11. Untuk melihat hubungan antara nilai SKG dengan GOS digunakan uji chi-square. 12. Untuk melihat hubungan
antara
gambaran
Head CT- Scan,
adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan, lokasi lesi serta lokasi lesi berdasarkan hemisfer yang berbeda dengan
GOS
digunakan uji chi-square. 13. Untuk melihat distribusi TOAG dan parameter laboratorium berdasarkan GOS digunakan uji chi-square.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
14. Untuk melihat distribusi TOAG berdasarkan NRS digunakan uji chi-square. 15. Untuk melihat distribusi parameter laboratorium berdasarkan NRS digunakan uji one-way Anova. 16. Untuk melihat hubungan laboratorium, PTA dengan GOS dan NRS pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang digunakan uji korelasi spearman rho.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. HASIL PENELITIAN IV.1.1. Karakteristik penelitian Pengambilan sampel dimulai sejak bulan November 2007 dan baru mencukupi sampel awal bulan Mei 2008. Dari seluruh pasien trauma kapitis yang di rawat di RSUP. H. Adam Malik Medan sejak bulan November 2007 sampai Mei 2008, terdapat 59 penderita yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi untuk dijadikan sampel penelitian.
IV.1.2. Karakteristik demografi subjek penelitian Pada penelitian ini didapati sejumlah 59 orang penderita trauma kapitis akut ringan-sedang yang dianalisa, terdiri dari 29 orang (49,2%) trauma kapitis ringan dan 30 orang (50,8%) trauma kapitis sedang. Penyebab paling banyak adalah akibat kecelakaan lalu -lintas sebanyak 52 orang (88,1%). Dari sampel tersebut terdapat 42 orang (71,2%) lakilaki dan 17 orang wanita (28,8%). Rentang usia subjek adalah 15 tahun hingga 70 tahun, dimana kelompok usia yang terbanyak adalah diantara 15 sampai dengan 25 tahun sebanyak 26 orang (44,1%). Dari 59 orang sampel penelitian ini didapati suku bangsa terbanyak pada suku Batak yaitu 29 orang (49,2%), diikuti suku Jawa sebanyak 20 orang (33,8%) dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah kelompok SMU sebanyak 34 orang (57,6%) dan kelompok SMP sebanyak 11 orang
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
(18,6). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik sampel Kelompok umur 15-25 tahun >25-35 tahun >35-45 tahun >45-55 tahun >55 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Status perkawinan Menikah Tidak menikah Suku Batak Jawa Melayu Aceh Tingkat pendidikan Buta huruf / tidak sekolah SD SMP SMA Akademi Perguruan Tinggi Pekerjaan Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Ibu rumah tangga Pelajar Pensiunan Penyebab trauma kapitis Kecelakaan lalulintas Jatuh
n
(%)
26 12 6 9 6
44,1 20,3 10,2 15,2 10,2
42 17
71,2 28,8
33 26
55,9 44,1
29 20 4 6
49,2 33,8 6,8 10,2
1 8 11 34 2 3
1,7 13,6 18,6 57,6 3,4 5,1
20 3 4 10 20 2
33,9 5,1 6,7 16,9 33,9 3,5
52 7
88,1 11,9
Gambar 1. Grafik distribusi penyebab trauma kapitis
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Kecelakaan lalulintas Jatuh 52%
7%
IV.1.3. Distribusi sampel berdasarkan nilai SKG Dari 59 sampel yang diamati, yang terbanyak memiliki nilai SKG 13 – 15 sejumlah 45 orang (76,3%), sedangkan yang memiliki nilai SKG 9 – 12 sejumlah 14 orang (23,7%).
Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan nilai SKG
SKG
N
(%)
13 – 15
45
76,3
9 – 12
14
23,7
IV.1.4. Distribusi sampel berdasarkan gambaran Head CT-Scan Berdasarkan gambaran Head CT-Scan, maka sampel terbanyak terletak pada kelompok yang memiliki gambaran Head CT-Scan normal sebanyak 31orang (52,5%), diikuti 10 orang (16,9%) dengan medium focal injury, 9 orang (15,3%) dengan mild focal injury, 5 orang (8,5%) dengan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
massive focal injury, dan mild/moderate diffuse serta massive diffuse injury masing-masing sebanyak 2 orang (3,4 %).
Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan gambaran Head CT-Scan
Head CT Scan
n
(%)
Normal
31
52,5
Mild focal injury
9
15,3
Medium focal injury
10
16,9
Mild/moderate diffuse
2
3,4
Massive focal injury
5
8,5
Massive diffuse injury
2
3,4
IV.1.5. Distribusi sampel berdasarkan nilai parameter laboratorium Berdasarkan nilai parameter laboratorium, jenis kelamin laki-laki memiliki sampel terbanyak pada kelompok nilai Hb normal sebanyak 28 orang (66,7%); sedangkan perempuan pada nilai Hb di bawah normal sebanyak 12 orang (70,6%). Pada parameter laboratorium lain yang turut diperiksa pada penelitian ini, sampel terbanyak berada pada kelompok nilai yang normal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan nilai parameter laboratorium Parameter Laboratorium Hb, gr/dL
♂ ♀ 3
Trombosit, /mm
KGD adrandom, mg/dL Natrium, mEq/L
Kalium, mEq/L
pH
PT, s
TT,s
aPTT,s
N
(%)
<13
14
33,3
13-18
28
66,7
<12
12
70,6
12-16
5
29,4
< 130.000
4
6,8
< 130.000 - 400.000
49
83,1
> 400.000
6
10,2
< 200
50
84,7
> 200
9
15,3
< 136
21
35,6
136 – 145
36
61,0
> 145
2
3,4
<3
2
3,4
3 – 4,5
52
88,1
> 4,5
5
8,5
< 7,38
8
13,6
7,38 – 7,44
41
69,5
> 7,44
10
16,9
< 70
7
11,9
70 - 120
29
49,2
> 120
23
39,0
<20
5
8,5
20 -34
31
52,5
>34
23
39,0
<20
12
20,3
20 -34
31
52,5
>34
16
27,1
Nilai
IV.1.6. Distribusi sampel berdasarkan TOAG
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Berdasarkan durasi PTA,
sampel terbanyak dijumpai pada
kelompok PTA sedang sebanyak 14 orang (48,3%) pada trauma kapitis ringan. Sedangkan pada trauma kapitis sedang, sampel terbanyak dijumpai pada kelompok PTA sangat berat sebanyak 21 orang (70,0%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi sampel berdasarkan TOAG Trauma kapitis ringan
Trauma kapitis sedang
n (%)
n (%)
Ringan
11 (37,9)
1 (3,3)
Sedang
14 (48,3)
1 (3,3)
Berat
2 (6,9)
21 (70,0)
Sangat Berat
2 (6,9)
7 (23,3)
PTA (TOAG)
IV.1.7. Hubungan antara gambaran Head CT- Scan parameter laboratorium
dengan
Pada analisa statistik dengan menggunakan spearman rho ditemukan perbedaan yang signifikan dalam gambaran Head CT-Scan pada parameter laboratorium Na dan TT dengan ρ = -0,297 dan 0,331 serta p masing-masing 0,022 dan 0,010. Dimana Na memiliki korelasi yang negatif dengan gambaran Head CT-Scan. Pada penelitian dapat ditunjukkan semakin tinggi nilai PT semakin banyak lesi yang didapati pada gambaran Head CT-Scan dan sebaliknya,
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
semakin tinggi nilai Na semakin sedikit lesi yang dapat dijumpai pada Head CT-Scan. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hubungan
antara
gambaran
Head
CT - Scan
dengan
parameter laboratorium Gambaran Head CT-Scan Parameter laboratorium
ρ
P
Hb
0,106
0,424
Trombosit
0,113
0,393
KGD adrandom
0,081
0,543
- 0,297
0,022*
Kalium
0,129
0,332
pH
0,051
0,700
PT
0,201
0,127
TT
0,331
0,010*
aPTT
0,050
0,708
Natrium
Keterangan : uji spearman rho, p < 0,05
IV.1.8. Hubungan antara adanya hematom pada gambaran Head CTScan dengan parameter laboratorium Pada analisa statistik dengan menggunakan spearman rho ditemukan perbedaan yang signifikan dalam adanya hematom dan gambaran Head CT-Scan pada parameter laboratorium Na dan TT dengan p masing-masing sebagai berikut 0,005 dan 0,022. Dimana Na memiliki juga korelasi yang negatif dengan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 9.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 9. Hubungan antara adanya Hematom pada gambaran Head CTScan dengan parameter laboratorium Head CT-Scan Parameter laboratorium Hb
ρ
P
- 0,019
0,887
Trombosit
0,156
0,237
KGD adrandom
0,125
0,347
- 0,362**
0,005*
0,155
0,242
pH
- 0,042
0,752
PT
0,210
0,111
TT
0,297*
0,022*
0,086
0,518
Natrium Kalium
aPTT
Keterangan : uji spearman rho, **p < 0,01, *p < 0,05
IV.1.9. Hubungan antara lokasi lesi dengan parameter laboratorium Pada analisa statistik dengan menggunakan spearman rho ditemukan perbedaan yang signifikan dalam lokasi lesi pada parameter laboratorium Na dan TT dengan p masing-masing sebagai berikut 0,033 dan 0,007. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 10.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 10. Hubungan antara lokasi lesi dengan parameter laboratorium Lokasi lesi Parameter laboratorium
ρ
P
Hb
0,013
0,922
Trombosit
0,147
0,267
KGD adrandom
0,140
0,292
- 0,278*
0,033*
Kalium
0,100
0,453
pH
0,066
0,618
PT
0,225
0,086
TT
0,345**
0,007*
0,150
0,258
Natrium
aPTT
Keterangan : uji spearman rho, **p < 0,01, *p < 0,05
IV.1.10. Distribusi gambaran Head CT-Scan menurut TOAG Berdasarkan
gambaran Head CT-Scan, gambaran normal
terbanyak didapati pada kelompok dengan TOAG sedang. Sedangkan gambaran massive focal injury banyak dijumpai pada kelompok TOAG berat. Analisa statistik dengan uji chi-square menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam TOAG antara kelompok gambaran Head CT-Scan dengan p=0,001. Hasil ini ditunjukkan dalam Tabel 11.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 11. Distribusi Head CT-Scan menurut TOAG Head CT-Scan Mild Medium Mild/ Massive Massive P focal focal Moderate focal diffuse injuri injuri diffuse injuri injuri 0 1 0 0 0 0,001*
TOAG
Normal
Ringan
11
Sedang
14
1
0
0
0
0
Berat
4
7
7
1
3
1
Sangat Berat
2
1
2
1
2
1
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.11.Distribusi lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda menurut TOAG Berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda, PTA ringan dan sedang paling banyak dijumpai pada kelompok dengan tidak ada lesi, sedangkan PTA berat paling banyak dijumpai pada kelompok dengan lesi pada hemisfer kiri. Analisa statistik dengan uji chi-square menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam TOAG diantara lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda dengan p=0,000. Hasil ini ditunjukkan dalam Tabel 12. Tabel 12. Distribusi lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda menurut TOAG Perbedaan Hemisfer TOAG Ringan
Hemisfer Kiri 0
Hemisfer Kanan 0
Hemisfer kanan/kiri 1
Tidak ada lesi 11
Sedang
1
0
0
14
Berat
11
4
4
4
Sangat
3
1
3
2
P 0,000*
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Berat Keterangan : uji chi-square, p < 0,05 IV.1.12. Distribusi rerata skor NRS menurut suku bangsa Berdasarkan kelompok suku bangsa, maka nila rerata skor NRS paling tinggi pada suku Aceh (42,50 ± 9,67), diikuti suku Jawa (41,85 ± 17,04), dan nilai rerata skor NRS paling rendah dijumpai pada kelompok suku Melayu (39,50 ± 11,48). Hasil analisa statistik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13, yang menunjukkan tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dalam skor NRS diantara suku Batak, Jawa, Aceh dan Melayu (p = 0,992). Tabel 13. Distribusi rerata skor NRS menurut suku bangsa NRS Suku
n
x ± SD
Batak
29
41,14 ± 18,58
Jawa
20
41,85 ± 17,04
Melayu
4
39,50 ± 11,48
Aceh
6
42,50 ± 9,67
p 0,992
Keterangan : uji one-way Anova. p < 0.05
IV.1.13. Distribusi rerata skor NRS menurut tingkat pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, maka nilai rerata skor NRS paling tinggi pada yang buta huruf / tidak sekolah (70,00 ± 00,00), sedangkan nilai rerata skor NRS paling rendah berada pada kelompok pendidikan SMP (38,36 ± 13,71). Hasil analisa statistik ini menunjukkan tidak dijumpai
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS diantara tingkat pendidikan (p = 0,651). Tabel 14. Distribusi rerata skor NRS menurut tingkat pendidikan NRS Tingkat pendidikan
n
x ± SD
Buta huruf / tidak
1
70,00 ± 00,00
sekolah
8
39,88 ± 13,91
SD
11
38,36 ± 13,71
SMP
34
41,88 ± 18,30
SMA
2
42,50 ± 16,26
Akademi
3
41,00 ± 16,82
P 0,651
Perguruan Tinggi Keterangan : uji one-way Anova. p < 0.05
IV.1.14. Distribusi rerata skor NRS menurut umur Berdasarkan kelompok umur, nilai rerata skor NRS tertinggi terdapat pada kelompok umur 25 sampai dengan 35 tahun dan umur di atas 55 tahun. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji tindependent, yang diperlihatkan pada Tabel 15, menunjukkan tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS antara kelompok umur (p = 0,589). Tabel 15. Distribusi rerata skor NRS menurut umur NRS Umur (tahun)
n
x ± SD
15-25 tahun
26
39,96 ± 14,51
>25-35 tahun
12
45,83 ± 20,90
>35-45 tahun
6
33,33 ± 5,96
P 0,589
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
>45-55 tahun
9
42,11 ± 21,18
>55 tahun
6
45,83 ± 16,94
Keterangan : uji one-way Anova, p < 0.05 IV.1.15. Distribusi rerata skor NRS menurut jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, maka nilai rerata skor NRS pada kelompok laki-laki adalah 43,83 ± 18,29, sedang nilai rerata skor NRS pada kelompok perempuan adalah 35,41 ± 9,68. Hasil analisa statistik pada Tabel 16 yang menggunakan uji t-independent menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS antara kelompok subjek laki-laki dan perempuan (p = 0,038). Pada penelitian ini, jenis kelamin laki-laki merupakan prediktor yang kuat terhadap outcome, dimana skor NRS lebih jelek pada jenis kelamin laki-laki.
Tabel 16. Distribusi rerata skor NRS menurut jenis kelamin NRS Jenis Kelamin
N
x ± SD
Laki-laki
42
43,83 ± 18,29
Perempuan
17
35,41 ± 9,68
Keterangan : uji t-independent.
p 0,038*
p < 0.05
IV.1.16. Distribusi rerata skor NRS menurut nilai SKG Berdasarkan nilai SKG maka nilai rerata skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok nilai SKG 9 – 12 sebesar 55,00 ± 22,54. Sedangkan nilai rerata skor NRS pada kelompok SKG 13 – 15 sebesar
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
37,18 ± 11,75. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji one-way Anova menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS antara kelompok nilai SKG 9 – 12 dengan kelompok nilai SKG 13 – 15 (p = 0.001). (Tabel 17) Nilai SKG yang lebih jelek berdampak kepada nilai NRS yang lebih tinggi (outcome jelek).
Tabel 17. Distribusi rerata skor NRS menurut nilai SKG NRS SKG
n
x ± SD
13 – 15
45
37,18 ± 11,75
9 – 12
14
55,00 ± 22,54
Keterangan : uji t-independent.
P 0,001*
p < 0.05
IV.1.17. Distribusi rerata skor NRS menurut gambaran Head CT-Scan Berdasarkan gambaran Head CT-Scan, maka nilai rerata skor NRS tertinggi terdapat pada kelompok massive diffuse injury (78,00 ± 25,46). Hasil analisa statistik (Tabel 18) dengan menggunakan uji one-way Anova menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS diantara berbagai kelompok gambaran Head CT-Scan tersebut (p = 0,000). Pada penelitian ini didapatkan bahwa semakin luas lesi pada gambaran Head CT-Scan maka semakin tinggi nilai NRS (outcome semakin jelek).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 18. Distribusi rerata skor NRS menurut gambaran Head CT-Scan NRS CT-scan kepala
n
x ± SD
Normal
31
32,97 ± 6,09
Mild focal injury
9
47,89 ± 16,68
Medium focal injury
10
47,40 ± 16,17
Mild/moderate diffuse
2
67,50 ± 38,89
Massive focal injury
5
45,00 ± 17,07
Massive diffuse injury
2
78,00 ± 25,46
P 0,000*
Keterangan : uji one-way Anova, p < 0,05
IV.1.18. Distribusi rerata skor NRS dengan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan Berdasarkan adanya gambaran hematom pada Head CT-Scan maka nilai rerata skor NRS lebih tinggi pada kelompok penderita dengan gambaran hematom pada Head CT-Scan sebesar 50,75 ± 19,54 dibanding dengan kelompok subjek tanpa gambaran hematom nilai rerata skor NRS sebesar 32,97 ± 6,09. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS antara kelompok subjek yang memiliki gambaran hematom pada Head CT-Scan dengan tanpa gambaran hematom (p = 0,000). Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hematom berkaitan dengan nilai NRS lebih tinggi (outcome lebih jelek).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 19. Distribusi rerata skor NRS dengan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan NRS Head CT-Scan
n
x ± SD
Ada hematom
28
50,75 ± 19,54
Tidak ada hematom
31
32,97 ± 6,09
Keterangan : uji t-independent.
P 0.000*
p < 0.05
IV.1.19. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi Berdasarkan lokasi lesi yang didapat dari gambaran Head CT-Scan maka nilai rerata skor NRS paling tinggi dijumpai pada kelompok lesi difus sebesar 61,80 ± 24,50, diikuti dengan lesi lobus frontal sebesar
52,50 ±
16,80, serta lesi otak kiri sebesar 43,82 ± 19,04. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan
uji
one-way
Anova
menunjukkan
dijumpai
perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS diantara lokasi lesi difus dengan lesi otak kiri, lesi lobus frontal serta tidak ada lesi (p = 0,000). (Tabel 20). Penelitian ini menunjukkan korelasi yang positif antara lokasi lesi dengan NRS dimana semakin luas lesi, semakin tinggi skor NRS (outcome jelek).
Tabel 20. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan lokasi lesi NRS Lokasi Lesi Tidak ada lesi
n
x ± SD
31
32,97 ± 6,09
P 0,000*
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Lesi difus
5
61,80 ± 24,50
Lesi otak kiri
11
43,82 ± 19,04
Lesi lobus frontal
12
52,50 ± 16,80
Keterangan : uji one-way Anova, p < 0,05
IV.1.20. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan pada hemisfer yang berbeda
lokasi
lesi
Berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda maka nilai rerata skor NRS paling tinggi dijumpai pada kelompok lesi pada hemisfer kanan sebesar 59,60 ± 21,73, sedangkan pada yang tidak ada lesi memiliki skor NRS paling rendah yaitu 32,97 ± 16,64. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji one-way Anova menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS diantara lokasi lesi pada hemisfer kiri, kanan, kiri/kanan dan tidak ada lesi (p = 0,000). (Tabel 21).
Tabel 21. Distribusi
rerata
skor
NRS
berdasarkan
lokasi
lesi
pada hemisfer yang berbeda NRS Perbedaan hemisfer
n
x ± SD
Hemisfer kiri
15
47,33 ± 19,29
Hemisfer kanan
5
59,60 ± 21,73
Hemisfer kanan/kiri
8
51,62 ± 19,39
Tidak ada lesi
31
32,97 ± 16,64
P 0,000*
Keterangan : uji one-way Anova, p < 0,05
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.1.21. Distribusi GOS menurut suku bangsa Berdasarkan suku bangsa, suku Batak adalah suku bangsa yang terbanyak memiliki outcome baik dan jelek ( sebanyak 18 orang dan 11 orang). Secara keseluruhan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak menjumpai perbedaan yang signifikan dalam hubungan antara suku bangsa dan GOS. Data analisa ini disajikan dalam Tabel 22.
Tabel 22. Distribusi GOS menurut suku bangsa GOS Suku bangsa
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
Batak
18
11
Jawa
12
8
Melayu
3
1
Aceh
4
2
P 0,947
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05 IV.1.22. Distribusi GOS menurut tingkat pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok SMA adalah yang terbanyak memiliki outcome baik (21 orang) dan outcome jelek (13 orang) dalam
GOS.
Secara
keseluruhan
hasil
analisa
statistik
dengan
menggunakan uji chi-square tidak menjumpai perbedaan yang signifikan dalam hubungan antara tingkat pendidikan dan GOS. Data analisa disajikan dalam Tabel 23.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 23. Distribusi GOS menurut tingkat pendidikan GOS Tingkat pendidikan
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
Buta huruf / tidak sekolah
0
1
SD
5
3
SMP
8
3
SMA
21
13
Akademi
1
1
Perguruan Tinggi
2
1
P 0,803
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.23. Distribusi GOS menurut jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, sampel terbanyak terletak pada jenis kelamin laki baik pada outcome baik maupun outcome jelek. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dalam GOS, yaitu outcome baik dan outcome jelek. Data analisa ini disajikan dalam Tabel 24. Tabel 24. Distribusi GOS menurut jenis kelamin GOS Jenis Kelamin
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
Laki-laki
24
18
Perempuan
13
4
P 0,137
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.24. Distribusi GOS menurut umur Berdasarkan kelompok umur, 15-25 tahun adalah kelompok umur yang terbanyak dengan outcome baik (14 orang) dan outcome jelek (12
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
orang). Secara keseluruhan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak menjumpai perbedaan yang signifikan dalam hubungan antara umur dan GOS. Data analisa ini disajikan dalam Tabel 25.
Tabel 25. Distribusi GOS menurut umur GOS Umur (tahun)
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
15-25 tahun
14
12
>25-35 tahun
8
4
>35-45 tahun
5
1
>45-55 tahun
8
1
>55 tahun
2
4
P 0,141
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.25. Distribusi GOS menurut SKG Hubungan antara SKG dengan GOS yang dianalisa dengan uji chisquare didapati hasil perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0,004. SKG 13-15 lebih banyak menunjukkan outcome baik sedangkan SKG 912 hanya sedikit menunjukkan outcome baik. Dari hasil ini dapat disimpulkan semakin tinggi nilai SKG maka semakin baik pula outcome GOS. Data analisa ini disajikan dalam Tabel 26.
Tabel 26. Distribusi GOS menurut SKG GOS
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
SKG
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
P
13 – 15
33
12
0,004*
9 – 12
4
10
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.26. Distribusi GOS berdasarkan gambaran Head CT-scan Berdasarkan gambaran Head CT-Scan, didapati perbedaan yang signifikan pada GOS yang dianalisa dengan uji chi-square (p=0,000). Sampel yang memiliki Head CT-Scan normal kebanyakan memiliki outcome yang baik (75,7%), sedangkan pada sampel medium focal injury lebih
banyak
mengalami
outcome
jelek
(40,9%).
Data
analisa
selengkapnya disajikan dalam Tabel 27. Hasil ini menunjukkan bahwa gambaran Head CT-Scan
yang
normal memiliki outcome lebih baik dibanding yang ada lesi. Dengan kata lain, semakin luas gambaran lesi pada Head CT-Scan, semakin jelek outcome-nya.
Tabel 27. Distribusi GOS berdasarkan gambaran Head CT-scan GOS Head CT-scan
Outcome baik
Outcome jelek
Normal
75,7%
13,6%
Mild focal injury
16,2%
13,6%
Medium focal injury
2,7%
40,9%
Mild/moderate diffuse
2,7%
4,5%
Massive focal injury
2,7%
18,2%
0%
9,1%
Massive diffuse injury
P 0,000*
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.1.27. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi Berdasarkan lokasi lesi, didapati perbedaan yang signifikan pada GOS (p=0,000). Pada kelompok tidak ada lesi, GOS dengan outcome baik yang terbanyak (75,7%). Diikuti dengan lokasi lesi di otak kiri (13,5%). Untuk GOS dengan outcome jelek, lokasi lesi terbanyak pada lesi di lobus frontal (36,4%), diikuti dengan lesi otak kiri (27,3%). Data analisa selengkapnya disajikan dalam Tabel 28. Penelitian ini menunjukkan bahwa outcome baik dikaitkan dengan tidak ada lesi dan outcome jelek dikaitkan dengan lesi lobus frontalis.
Tabel 28. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi GOS (n%) Lokasi Lesi
Outcome baik
Outcome jelek
75,7 %
13,6%
0%
27%
Lesi otak kiri
13,5%
27,3%
Lesi lobus frontal
10,8%
36,4%
Tidak ada lesi Lesi difus
P 0,000*
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.28. Distribusi GOS berdasarkan CTscan
adanya hematom pada Head
Berdasarkan adanya hematom pada gambaran Head CT-Scan, didapati perbedaan yang signifikan pada GOS yang dianalisa dengan uji chi-square (p=0,000). Sampel yang memiliki hematom pada Head CT-
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Scan nya kebanyakan memiliki outcome yang jelek (86,4%), sedangkan pada sampel yang tidak memiliki hematom lebih banyak mengalami outcome yang baik (75,7%). Data analisa selengkapnya disajikan dalam Tabel 29.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 29. Distribusi GOS berdasarkan adanya hematom pada Head CTscan GOS (n%) Head CT-scan
Outcome baik
Outcome jelek
Ada Hematom
24,3%
86,4
Tidak ada Hematom
75,7%
13,6%
P 0,000*
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
IV.1.29. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda Berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda, didapati perbedaan yang signifikan pada GOS (p=0,000). Outcome baik terbanyak dimiliki pada kelompok tidak ada lesi (28 orang). Diikuti dengan lokasi lesi di hemisfer kiri (5 orang). Sedangkan lokasi lesi pada hemisfer kiri memiliki outcome jelek paling banyak (10 orang). Data analisa selengkapnya disajikan dalam Tabel 30. Penelitian ini menunjukkan bahwa outcome baik dikaitkan dengan tidak ada lesi dan outcome jelek dikaitkan dengan lesi pada hemisfer kiri. Tabel 30. Distribusi GOS berdasarkan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda GOS (n) Perbedaan Hemisfer
Outcome baik
Outcome jelek
Hemisfer kiri
5
10
Hemisfer kanan
2
3
Hemisfer kanan/kiri
2
6
Tidak ada lesi
28
3
P 0,000*
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.1.30. Hubungan antara TOAG dengan GOS dan NRS Berdasarkan
GOS,
sampel
yang
memiliki
outcome
baik
kebanyakan berada pada kelompok PTA dengan durasi 1 jam sampai dengan 24 jam, sedangkan outcome jelek terbanyak pada kelompok PTA dengan durasi 24 jam sampai 7 hari. Hasil analisa statistik dengan uji chisquare
menunjukkan
perbedaan
yang
signifikan
(p=0,001).
Data
selengkapnya pada Tabel 31.
Tabel 31. Distribusi GOS berdasarkan TOAG TOAG GOS
< 1 jam
≥ 1 jam - < 24 jam
≥ 24 jam - ≤ 7 hari
> 7 hari
(n=12)
(n=15)
(n=23)
(n=9)
Outcome Baik
27%
37,8%
29,7%
5,5%
Outcome Jelek
9,1%
4,5%
54,5%
31,9%
P 0,001*
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05
Gambar 2. Grafik distribusi GOS berdasarkan TOAG
Jumlah samp
HUbungan antara TOAG dan GOS 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
54.5
9.1 27
outcome jelek
4.5 37.8
29.7
31.9
outcome baik
5.5 < 1 jam
≥ 1 jam - < 24 jam
≥ 24 jam - < 7 hari
> 7 hari
TOAG
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Sedangkan berdasarkan NRS, nilai rerata skor NRS tertinggi didapati pada kelompok PTA dengan durasi diatas 7 hari. Analisa dengan menggunakan
uji
one-way
Anova
menunjukkan
perbedaan
yang
signifikan. Data selengkapnya diperlihatkan pada Tabel 32.
Tabel 32. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan TOAG NRS Durasi PTA
n
x ± SD
< 1 jam
12
29,25 ± 2,77
≥ 1 jam - < 24 jam
15
34,40 ± 6,76
≥ 24 jam - ≤ 7 hari
23
45,57 ± 15,73
> 7 hari
9
58,67 ± 23,21
P 0,000*
Keterangan : uji one-way Anova, p < 0.05 Gambar 3. Grafik distribusi rerata skor NRS berdasarkan TOAG Hubungan antara TOAGdan rerata skor NRS 70
NRS tota
60
58.67
50
45.57
40 30
29.25
34.4
20 10 0 < 1 jam
≥ 1 jam - < 24 jam
≥ 24 jam - < 7 hari
> 7 hari
TOAG
Jika dianalisa dengan analisa uji Spearman rho, hubungan antara TOAG dengan GOS dan NRS menunjukkan perbedaan yang signifikan antara PTA dengan kedua skala outcome yakni GOS (ρ = 0,487, p<0,01)
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dan NRS (ρ=0,728, p<0,01). Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa TOAG memiliki korelasi yan positif dengan kedua outcome yakni NRS dan GOS. Semakin lama durasi PTA maka semakin jelek pula outcome-nya.
IV.1.31. Hubungan antara parameter laboratorium dengan GOS Pada analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square, ditemukan perbedaan yang signifikan dalam outcome pada parameter laboratorium pH, PT, TT dan aPTT dengan p masing-masing sebagai berikut 0,043; 0,001; 0,001; dan 0,001, secara berurutan. Data selengkapnya pada Tabel 33.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 33. Distribusi GOS berdasarkan nilai parameter laboratorium Parameter Laboratorium Hb Menurun Normal
Outcome baik (n)
Outcome jelek (n)
18 19
8 14
0,358
Trombosit Menurun Normal Meningkat
3 31 3
1 18 3
0,712
KGD adrandom Normal Meningkat
29 8
21 1
0,077
Natrium Menurun Normal Meningkat
11 25 1
10 11 1
0,408
Kalium Menurun Normal Meningkat
2 32 3
0 20 2
0,539
Menurun Normal Meningkat
3 30 4
5 11 6
0,043*
Menurun Normal Meningkat
3 25 9
4 4 14
0,001*
Menurun Normal Meningkat
1 26 10
4 5 13
0,001*
aPTT Menurun Normal Meningkat
3 26 8
9 5 8
0,001*
P
pH
PT
TT
Keterangan : uji chi-square, p < 0,05 Berdasarkan nilai parameter laboratorium, jika dikorelasikan dengan GOS yang menggunakan uji spearman rho maka didapati
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
hubungan korelasi positif antara pH, PT, TT dan aPTT dengan GOS dengan ρ sebesar 0,324; 0,450; 0,478; 0,492 secara berurutan dengan nilai p<0,05. Data selengkapnya pada Tabel 34.
Tabel 34. Hubungan antara parameter laboratorium dengan GOS GOS Parameter Laboratorium Hb
ρ
P
- 0,120
0,367
0,016
0,906
- 0,230
0,080
Natrium
0,171
0,195
Kalium
-0,073
0,581
pH
0,324
0,012*
PT
0,450
0,000*
TT
0,478
0,000*
aPTT
0,492
0,000*
Trombosit KGD adrandom
Keterangan : uji spearman rho p<0,05
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 4. Grafik distribusi parameter laboratorium berdasarkan GOS
35 30 25 20 15 10 5 0
outcome baik outcome jelek menurun normal menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi menurun normal meninggi
Jumlah samp
Hubungan parameter laboratoriumdengan GOS
Hb trombosit KGD Natrium Kalium adr
pH
PT
TT
aPTT
Parameter Laboratorium
IV.1.32. Hubungan antara parameter laboratorium dengan NRS Berdasarkan nilai parameter laboratorium, rerata skor nilai rerata tertinggi dijumpai pada kelompok Hb normal, Trombosit meningkat, KGD adrandom normal, Na dan K meningkat, pH menurun, PT meningkat, TT menurun, aPTT meningkat. Uji statistik dengan menggunakan uji one-way Anova menunjukkan ada perbedaan bermakna antara rerata skor NRS dengan nilai parameter laboratorium pH, PT dan TT dengan p sebesar 0,006; 0,042; 0,045 secara berurutan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
pH dan TT yang dibawah nilai normal akan
memberikan outcome yang jelek (skor NRS tinggi). Sedangkan nilai PT yang di atas normal akan memberikan outcome yang jelek (skor NRS tinggi).
Tabel 35. Distribusi rerata skor NRS berdasarkan parameter laboratorium
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
NRS Parameter Laboratorium
n
x ± SD
P
Hb 40,46 ± 15,24 26 Menurun 42,15 ± 17,87 33 Normal Trombosit 40,25 ± 11,96 4 Menurun 40,65 ± 16,50 49 Normal 48,33 ± 21,22 6 Meningkat KGD adrandom 42,70 ± 17,65 50 Normal 34,22 ± 5,67 9 Meningkat Natrium 40,25 ± 11,96 4 Menurun 40,65 ± 16,50 49 Normal 48,33 ± 21,22 6 Meningkat Kalium 4 Menurun 40,25 ± 11,96 49 Normal 40,65 ± 16,50 6 Meningkat 48,33 ± 21,22 pH 8 Menurun 51,88 ± 24,94 41 Normal 36,93 ± 10,81 10 Meningkat 51,40 ± 21,96 PT 7 Menurun 45,43 ± 12,58 29 Normal 35,93 ± 13,07 23 Meningkat 47,09 ± 19,78 TT 55,20 ± 23,12 5 Menurun 37,16 ± 14,11 31 Normal 44,13 ± 16,89 23 Meningkat aPTT 46,17 ± 17,05 12 Menurun 36,81 ± 13,89 31 Normal 46,75 ± 19,49 16 Meningkat Keterangan : uji one-way Anova, p < 0.05
0,702 0,568
0,161 0,568
0,568
0,006*
0,042* 0,045*
0,080
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 36. Hubungan antara laboratorium dengan rerata skor NRS NRS Total Parameter Laboratorium Hb
ρ
P
- 0,075
0,571
0,115
0,365
- 0,152
0,249
Natrium
0,156
0,239
Kalium
0,126
0,344
pH
0,365
0,004*
PT
0,402
0,002*
TT
0,335
0,009*
aPTT
0,342
0,008*
Trombosit KGD adrandom
Keterangan : uji spearman rho, p < 0,01
Pada analisa statistik dengan menggunakan spearman rho ditemukan hubungan positif skor NRS pada parameter laboratorium pH, PT, TT dan aPTT dengan p masing-masing sebagai berikut 0,004; 0,002; 0,009; dan 0,008, secara berurutan. Data selengkapnya terlihat pada Tabel 36.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Gambar 5. Grafik distribusi NRS berdasarkan parameter laboratorium
60 50 40 30 20 10 0
menurun normal
aP TT
TT
PT
pH
Ka liu m
Na tri um
tro m bo sit KG D ad r
tinggi
Hb
NRS tota
Hubungan antara parameter laboratoriumdengan rerata skor NRS
Parameter Laboratorium
IV.1.33. Frekuensi distribusi gejala gangguan neurobehaviour pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang berdasarkan NRS Berdasarkan data di bawah maka terlihat diantara 27 gejala gangguan neurobehavior, persentase gejala yang paling banyak dialami oleh penderita trauma kapitis akut ringan-sedang pada penelitian ini meliputi defisit memori dan gejala fisik (Tabel 37).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 37. Frekuensi distribusi gejala gangguan neurobehaviour pada penderita trauma kapitits akut ringan-sedang berdasarkan NRS Frekuensi (%) NRS Gangguan neurobehaviour
1
2
3
4
5
6
7
Tidak Perhatian Gejala Fisik Gangguan orientasi Ansietas Kurangnya ekspresi Kemunduran emosi Gangguan konsepsual Disinhibisi Rasa bersalah Defisit memori Agitasi Tilikan yang akurat Mood depressive Sikap permusuhan Penurunan inisiatif Kecurigaan Cepat lelah Tingkah laku halusinasi Kemunduran motorik Isi pikiran yang tidak biasa Afek tumpul Kegairahan Rencana yang tidak baik Mood yang labil Ketegangan Kekurangan pemahaman Gangguan artikulasi berbicara
54,2 15,3 47,5 67,8 67,8 66,1 64,4 88,1 89,8 11,9 89,8 86,4 79,7 88,1 66,1 88,1 72,9 94,9 81,4 91,5 83,1 84,7 96,6 83,1 88,1 78,0 84,7
18,6 32,2 20,3 13,6 15,3 18,6 13,6 5,1 3,4 33,9 3,4 6,8 10,2 5,1 23,7 8,5 15,3 3,4 8,5 0 6,8 8,5 3,4 8,5 11,9 10,2 6,8
15,3 16,9 6,8 11,9 5,1 6,8 8,5 5,1 5,1 15,3 3,4 3,4 5,1 3,4 6,8 3,4 6,8 1,7 5,1 3,4 3,4 6,8 0 5,1 0 3,4 1,7
8,5 23,7 11,9 5,1 6,8 8,5 5,1 0 0 16,9 0 0 0 3,4 3,4 0 1,7 0 1,7 3,4 6,8 0 0 0 0 5,1 1,7
3,4 8,5 3,4 1,7 1,7 0 6,8 0 0 16,9 0 1,7 0 0 0 0 3,4 0 0 1,7 0 0 0 0 0 0 1,7
0 3,4 6 0 3,4 0 0 1,7 1,7 5,1 0 0 1,7 0 0 0 0 0 3,4 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,4 1,7 3,4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3,4 0 3,4 3,4
Keterangan 1. Tidak dijumpai
2. Sangat ringa
3. Ringan
6. Bera
7. Sangat berat
5. Sedang/berat
4. Sedang
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.2. PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian prospektif dengan tujuan untuk mengetahui peranan peranan PTA dan parameter laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome
(GOS dan NRS) pada penderita
trauma kapitis akut ringan-sedang. Pada penelitian ini, penderita trauma kapitis akut ringan-sedang yang datang dalam 48 jam setelah kejadian trauma, telah ditegakkan diagnosa dengan anamnese dan pemeriksaan neurologis termasuk nilai SKG. Kemudian setiap penderita dilakukan skrining SKG, penderita yang berada dalam SKG 9-15 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan
dalam
penelitian.
Selanjutnya
penderita
menjalani
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan CT-scan otak. Pemeriksaan laboratorium yang diperiksa termasuk hemoglobin, KGD ad random, trombosit, elektrolit (Na+ dan K+), Analisa Gas Darah (termasuk pH), dan faktor koagulasi. Pemeriksaan durasi PTA dilakukan pada saat penderita mulai sadar dengan skor verbal 4 pada SKG dengan menggunakan kuesioner TOAG setiap hari, sampai os berhasil mencapai nilai 75 atau lebih sebanyak 2 kali dan dihitung durasi PTA-nya. Sedangkan pemeriksaan outcome dengan GOS dan NRS dilakukan oleh pemeriksa pada saat keluar dari rumah sakit.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
IV.2.1. Karakteristik demografi subjek penelitian Pada penelitian ini dijumpai subjek penelitian sebanyak 59 orang, dimana subjek penelitian yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 42 orang (71,2 %) sedangkan wanita sebanyak 17 orang (28,8%). Sebanyak 33 orang (55,9%) menikah dan 26 orang (44,1%) tidak menikah. Rentang usia subjek adalah 15 sampai 70 tahun, dimana kelompok usia yang terbanyak adalah kelompok usia 15-25 tahun sebanyak 26 orang (44,1%). Suku bangsa terbanyak pada sampel penelitian ini adalah suku Batak sebanyak 29 orang (49,2%). Tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, sebanyak 34 orang, (57,6%). Wiraswasta adalah pekerjaan yang terbanyak diambil sebagai sampel yaitu 20 orang (33,9%). Dari keseluruhan penderita, penyebab paling banyak yang menyebabkan trauma kapitis pada subjek adalah akibat kecelakaan lalulintas sebanyak 52 orang (88,1 %), diikuti karena jatuh sebanyak 7 orang (11,9 %). Sebagai bahan perbandingan, karakteristik subjek penelitian yang dilakukan oleh Naalt dkk (1999) terhadap 67 pasien trauma kapitis ringansedang dengan tujuan untuk menentukan nilai prognostik dari karakteristik trauma akut dan durasi PTA terhadap outcome jangka panjang mendapatkan usia rata-rata subjek 33,2 tahun dengan simpangan baku 14,7 tahun. Sebanyak 43 orang subjek adalah laki-laki. Sedangkan karakteristik subjek dari penelitian yang dilakukan oleh Abraham dkk (2000) terhadap 61 anak-anak yang menderita epidural hematom akut, didapati rentang usia antara 18 hari sampai dengan 4
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
bulan, dengan 45 orang (73,8%) anak laki-laki dan 16 (26,2%) anak perempuan, sedangkan terjatuh merupakan penyebab terbanyak dari trauma. Berdasarkan nilai SKG, pada penelitian ini diperoleh 45 penderita (76,3%) dengan nilai SKG 13 – 15, sedangkan penderita dengan nilai SKG 9 – 12 sebanyak 14 orang (23,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Machamer dkk (2003) yang mendapatkan jumlah penderita trauma kapitis terbanyak pada kelompok SKG 13 – 15 (56,0%). Computed tomography scan
merupakan pemeriksaan yang
mendasar dalam mengevaluasi penderita trauma kapitis. (Cushman dkk, 2001). Berdasarkan gambaran Head CT-Scan, maka sampel yang paling banyak memiliki gambaran Head CT-Scan normal sebanyak 31 orang (52,5%), diikuti 9 orang (15,3%) dengan mild focal injury, 10 orang (16,9%)
dengan
medium
focal
injury,
2
orang
(3,4%)
dengan
mild/moderate diffuse injury, 5 orang (8,5%) dengan massive focal injury, dan 2 orang (3,4%) dengan massive diffuse injury.
IV.2.2. Hubungan antara variabel demografi dengan outcome Pada penelitian Murray dkk (2007), ras dan tingkat pendidikan memiliki nilai prediktif moderate setelah faktor lain disetarakan. Pasien kulit hitam cenderung memiliki outcome jelek dibanding kelompok ras yang lain dan pendidikan yang tinggi memiliki outcome yang lebih baik dibanding pendidikan rendah. Pada penelitian ini tidak ada kesan adanya
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
hubungan
antara
jenis
kelamin
dan
GOS,
dengan
atau
tanpa
penyetaraan. Dari penelitian ini diperoleh diantara beberapa suku bangsa, maka nilai rerata skor NRS paling tinggi pada suku Aceh (42,50 ± 9,67), yang berarti neurobehavior outcome paling berat dialami oleh penderita trauma kapitis suku Aceh. Sedangkan gangguan neurobehavioral paling ringan ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata skor NRS adalah suku Melayu (39,50 ± 11,48). Tetapi tidak dijumpai perbedaan yang signifikan dalam skor NRS diantara suku bangsa. Sama halnya dengan GOS, outcome baik dan jelek paling banyak dijumpai pada kelompok suku Batak. Tetapi hubungan antara suku bangsa dan GOS juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa suku bangsa bukan prediktor yang kuat untuk outcome. Tingkat pendidikan turut mempengaruhi outcome baik fungsional maupun perubahan neurobehavior. Hal tersebut terlihat pada studi ini, dimana pada penelitian ini diperoleh gangguan neurobehavior paling berat yang ditandai dengan paling tingginya skor NRS terdapat pada kelompok penderita dengan tingkat pendidikan terendah yaitu buta huruf / tidak sekolah (70,00 ± 00,00). Sedangkan perubahan neurobehavior paling ringan dialami penderita pada kelompok tingkat pendidikan SMP (38,36 ± 13,71), ditandai dengan lebih rendahnya nilai rerata skor NRS. Namun perbedaan rerata nilai skor NRS ini tidak signifikan. Sementara pada GOS, outcome baik terbanyak dimiliki oleh kelompok tingkat pendidikan SMA dan outcome jelek paling sedikit dimiliki oleh kelompok penderita
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dengan tingkat pendidikan akademi, perguruan tinggi dan buta huruf / tidak sekolah. Namun perbedaan outcome ini pun juga tidak signifikan. Banyak penelitian menyatakan perkiraan outcome
sudah dapat
diketahui dalam 3 hari masa perawatan paska trauma (Musridharta, 2006). Lewin dkk (1996) adalah salah satu yang menemukan bahwa umur merupakan merupakan prediktor terbaik dari kapasitas kognitif pasien sampai 24 jam ( cit Kraus and McArthur, 1996). Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Brown dkk (2005) yang menyebutkan bahwa umur merupakan salah satu prediktif untuk disabilitas dini dan memprediksi aktifitas produktifitas pada satu tahun. Banyak studi telah melaporkan usia muda sebagai faktor resiko yang penting untuk outcome jelek. Misalnya, Levy dkk telah menemukan bahwa mortalitas setelah trauma kapitis menurun sejalan peningkatan umur. Sebaliknya, Bruce dkk yang meneliti outcome anak-anak setelah trauma kapitis berat, melaporkan prognosis yang lebih baik pada anakanak usia muda dengan persentase yang tinggi (cit Abraham dkk, 2000). Pada penelitian ini,
salah satu outcome
dinilai dengan
pemeriksaan GOS. Pada GOS dapat dlihat bahwa peningkatan umur akan berdampak kepada hasil outcome yang lebih jelek terutama di atas usia 55 tahun, tapi perbedaan ini tidak bermakna. Menurut penelitian Machamer dkk (2003), yang melakukan studi untuk mengetahui outcome neurobehavioral terhadap penderita violent dan non-violent trauma kapitis melaporkan bahwa prediktor yang
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
mempengaruhi outcome neurobehavioral adalah nilai SKG, rendahnya tingkat pendidikan, usia tua serta jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan umur, maka penderita dengan usia > 50 tahun mengalami outcome neurobehavior yang lebih berat ditandai dengan skor NRS yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penderita usia < 50 tahun. Pada penelitian ini yang menggunakan cut-off point yang berbeda menunjukkan
perbedaan nilai rerata skor NRS antara usia penderita
tidak berbeda bermakna. Masih ada perbedaan pendapat mengenai pengaruh umur terhadap perubahan neurobehavior pada penderita trauma kapitis. Rao (2000) menyebutkan salah satu faktor resiko mayor bagi timbulnya gangguan neuropsikiatri setelah trauma kapitis adalah peningkatan usia. Goldstein dkk (1999) yang melakukan pemeriksaan neurobehavior pada penderita usia tua yang mengalami trauma kapitis melaporkan dijumpainya
penurunan
fungsi
kognitif
dan
mood
dari
penderita
dibandingkan kontrol dan sebelum penderita mengalami trauma. Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian McCauley dkk (2001) yang menyebutkan tidak ada pengaruh usia terhadap tingkat keparahan perubahan neurobehavior. Data penelitian ini tidak memberikan dukungan terhadap adanya korelasi antara umur dan outcome setelah trauma kapitis ringan-sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usia bukan merupakan prediktor yang kuat terhadap outcome trauma kapitis ringan-sedang. Hasil yang sama juga pernah dilaporkan pada penelitian Abraham dkk (2000) dimana tidak
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
ada korelasi statistik antara umur dan morbiditas saat keluar rumah sakit. Kaufman
dkk
juga
menemukan
neurobehavioral outcome
tidak
ada
perbedaan
pada
orang dewasa dan anak-anak setelah
mengalami luka tembak pada kepala (cit Abraham dkk, 2000). Berdasarkan jenis kelamin, setelah dianalisa secara statistik nilai rerata skor NRS pada kelompok laki-laki berbeda bermakna dengan perempuan (p = 0,038). Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian McCauley dkk (2001) yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap skor NRS-R. Sedangkan pada GOS, pada jenis kelamin tidak didapati perbedaan yang bermakna antara perempuan dan laki-laki. Hasil ini sesajalan dengan penelitian yang dilakukan Murray dkk (2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin hanya merupakan prediktor untuk neurobehavioral outcome. Tingkat keparahan trauma kapitis dapat mempengaruhi outcome baik dari segi disabilitas maupun neurobehavior. Pada studi ini penderita dengan nilai SKG 9 – 12 mengalami perubahan neurobehavior lebih berat dan outcome lebih jelek. Ditandai dengan lebih tingginya nilai rerata skor NRS (55,00 ± 22,54) dibandingkan dengan nilai rata-rata skor NRS pada kelompok penderita dengan SKG
13 – 15 (37,18 ± 11,75) dan lebih
banyaknya sample pada kelompok ini yang beroutcome jelek dibanding yang baik (10 vs. 4). Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji t-independent dijumpai perbedaan signifikan nilai rerata skor NRS antara subjek dengan nilai SKG 13-15 dengan subjek yang memiliki nilai SKG 9 – 12 (p = 0,001). Begitu juga pada GOS, dengan menggunakan uji
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
chi-square dijumpai perbedaan yang signifikan pada GOS
(p=0,004).
Sehingga SKG merupakan prediktor yang kuat terhadap oucome pada trauma kapitis ringan-sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian Gruner dkk (2006) yang melakukan studi untuk melihat gangguan neurobehavior terhadap 41 penderita cedera kranioserebral, mendapatkan hasil bahwa penderita dengan
trauma
kapitis
berat
(SKG
<
9)
secara
keseluruhan
memperlihatkan tingginya skor dari NRS yang menggambarkan tingginya tingkat disfungsi neurobehavior. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan Chiaretti dkk (2001)
dan Signorini (1999) dimana SKG merupakan
prediktor terhadap GOS. Hal yang sebaliknya malah terjadi pada studi Naalt dkk (1999) dimana pada pasien trauma kapitis ringan-sedang, outcome ditentukan oleh lamanya PTA (r=-0,46) dan bukan SKG (r=0,19) saat masuk. Beberapa studi terdahulu telah melaporkan bahwa gambaran Head CT-Scan merupakan salah satu prediktor penting terhadap outcome penderita trauma kapitis (Chiaretti, 2001; Signorini, 1999). Hal ini sejalan dengan hasil yang didapati pada penelitian ini. Pada studi ini, outcome jelek lebih banyak dialami oleh kelompok medium focal injury (40,9%), sedangkan outcome baik pada kelompok normal (75%) dimana analisa statistik dengan chi-square menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0,000).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Gangguan neurobehavior paling berat yang ditandai dengan tingginya nilai rerata skor NRS terdapat pada kelompok dengan gambaran massive diffuse injury (78,00 ± 25,46) diikuti kelompok mild / moderate diffuse(67,50 ± 38,89) dan nilai rerata skor NRS yang terendah adalah kelompok normal (32,97 ± 6,09). Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji one-way Anova menunjukkan dijumpai perbedaan yang signifikan dalam nilai rerata skor NRS diantara berbagai tingkatan gambaran Head CT-Scan tersebut (p = 0,000). Signorini dkk (1996), melakukan penelitian untuk mengetahui prediktor terhadap survival 372 penderita trauma kapitis, mendapatkan bahwa salah satu prediktor yang signifikan terhadap survival adalah gambaran Head CT- Scan. Pada studi tersebut, hasil Head CT-Scan dikelompokkan secara sederhana menjadi 2 kelompok, yaitu adanya hematom (perdarahan intraserebral, subdural, atau ekstradural) serta tanpa hematom. Walaupun pembagian ini sangat kasar, tapi kelihatannya lebih efisien dan konsisten diantara berbagai sentra. Pada penelitian ini, berdasarkan ada tidaknya hematom pada gambaran Head CT-Scan, maka dijumpai
pada penderita tanpa
gambaran hematom lebih banyak berada pada outcome baik dibanding pada penderita dengan adanya gambaran hematom. Sedangkan
nilai
rerata skor NRS pada penderita dengan adanya gambaran hematom pada Head CT-Scan lebih tinggi secara signifikan dibandingkan penderita tanpa gambaran hematom pada Head CT-Scan (p= 0,000). Hal ini menunjukkan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
penderita dengan gambaran hematom pada CT-Scan mengalami outcome lebih jelek dibandingkan penderita tanpa hematom. Dijumpainya lesi baik pada hemisfer kiri maupun pada hemisfer kanan berperan dalam menimbulkan gejala-gejala psikotik pada penderita cedera kepala. Kerusakan terhadap area orbital-frontal menimbulkan disinhibition,
sedangkan
kerusakan
pada
convexity
lobus
frontal
menyebabkan dysexecutive symptoms. Kerusakan pada lobus temporal dapat menimbulkan emotional lability dan gangguan memory (Rao, 2000). Lesi pada temporal parietal dapat menyebabkan agitasi, hiperactive state, keterlibatan area paralimbic dapat menyebabkan agitasi, delusi dan halusinasi (Drubach dan Peralta, 1996). Ditinjau dari hubungan letak lesi pada hemisfer yang berbeda dengan gangguan neurobehavior, studi ini memperlihatkan gangguan neurobehavior paling jelek didapati pada penderita trauma kapitis akut ringan-sedang dengan lesi pada hemisfer kanan. Sedangkan outcome jelek pada GOS paling banyak pada penderita dengan lesi pada hemisfer kiri. Kedua outcome ini memperlihatkan hasil yang bertolak belakang. Kedua outcome ini berbeda secara signifikan diantara lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda dengan p=0,000. Selain itu, ditinjau dari hubungan letak lesi dengan timbulnya gangguan neurobehavior, pada studi ini diperoleh nilai rerata skor ratarata NRS paling tinggi pada kelompok penderita dengan lesi difus (61,80 ± 24,50) yang menunjukkan tingkat keparahan neurobehavioral yang dialami penderita, diikuti penderita dengan lesi pada lobus frontal (52,50 ±
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
16,80). Nilai rata-rata skor NRS paling rendah terdapat pada kelompok penderita tanpa dijumpainya lesi dari gambaran Head CT-Scan. Perbedaan nilai rerata skor NRS di tinjau dari lokasi lesi berbeda bermakna berdasarkan uji
one-way Anova (p = 0,000). Sedangkan
hubugan letak lesi dengan GOS pada penelitian
ini menunjukkan
perbedaan yang bermakna diantara kelompok dengan tidak ada lesi, lesi difus, lesi otakkiri dan lesi pada lobus frontal (p = 0,000), dimana outcome baik paling banyak dijumpai pada kelompok tidak ada lesi. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mendukung hasil ini. Tateno dkk (2003) melaporkan bahwa baik penderita dengan aggressive behavior maupun non-aggressive setelah trauma kapitis terbanyak memiliki lesi difus pada gambar CT-Scan, sedangkan lesi pada lobus
frontal
lebih
banyak
dijumpai
pada
kelompok
aggressive.
Aggressive behavior juga memiliki korelasi dengan lesi otak pada lokasi spesifik tertentu seperti hipotalamus, area paralimbik, dari lobus temporalis dan prefrontal cortex. Telah diketahui bahwa kerusakan lobus frontal
meliputi
ascending
serotonin
pathways
berperan
dalam
patofisiologi timbulnya depresi serta violent behavior. Manifestasi psikiatrik dapat terjadi baik akibat lesi fokal yang dapat merubah gross morphology dari otak, ataupun akibat lesi difus yang mempengaruhi fungsi otak, maupun kombinasi keduanya (Drubach dan Peralta, 1996). Lesi fokal seperti kontusio, mass lesions, maupun perdarahan menimbulkan manifestasi psikiatrik dengan cara mempengaruhi fungsi
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
psikologikal tertentu dari otak. Tipe gejala psikiatrik yang terjadi ditentukan oleh lokasi dan fungsi regio yang terlibat. (Drubach dan Peralta, 1996).
IV.2.3. Durasi PTA sebagai prediktor terhadap outcome Post Traumatic Amnesia dipertimbangkan sebagai suatu pertanda yang sensitif dari tingkat keparahan trauma kapitis dan sebagai prediktor outcome yang bermanfaat (Feinstein, 2002). Sama seperti pada kasus stroke, prediktor outcome terbaik setelah trauma kapitis tertutup masih didominasi oleh penilaian behavior dibanding dengan neuroimaging, elektrofisiologi atau biokimia. Pada studi penilaian behavior, secara berulang, PTA merupakan satu dari prediktor tunggal terbaik dari gejala sisa fungsi kognitif atau ketergantungan fungsional, yang lebih baik dibanding dengan dalam atau durasi koma pada banyak studi. Pengetahuan tentang durasi PTA setelah trauma kapitis tertutup sangat bermanfaat untuk kepentingan klinis, memberikan nasehat terhadap pasien dan keluarga serta dalam
merencanakan program rehabilitasi
(Greenwood, 1997). Pada
trauma
kapitis
berat,
skor
SKG
dan
durasi
PTA
dipertimbangkan secara luas sebagai prediktor outcome yang dapat dipercaya. Kebanyakan studi menyatakan bahwa skor SKG merupakan prediktor outcome yang paling berguna. Akan tetapi sedikit studi yang meneliti PTA sebagai prediktor terhadap outcome, memperlihatkan nilai prediktif yang sebanding dari varabel ini. Saat ini telah ditemukan bahwa PTA memiliki nilai prognostik yang lebih tinggi untuk outcome kognitif
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dibanding SKG. Namun pada trauma kapitis ringan, tidak satu pun dari durasi PTA dan SKG yang bermanfaat untuk menilai dampak serebral. Pada trauma kapitis ringan-sedang, penilaian PTA
diharapkan akan
menjadi prediktor outcome yang lebih baik dibanding skor SKG (Naalt, 1999). Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas walaupun setelah dikaitkan dengan MRI yang mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisferik dibanding diensefalik (Greenwood, 1997). Penelitian ini telah membuktikan bahwa PTA memang merupakan prediktor
yang
sensitif,
baik
pada
outcome
fungsional
maupun
neurobehavior. Rerata nilai skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA yang lebih dari 7 hari, sedangkan skor terendah dijumpai pada kelompok durasi PTA kurang dari 1 jam. Perbedaan rerata skor NRS
diantara kelompok durasi PTA yang berbeda ini terlihat
signifikan (p = 0,000). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa semakin lama durasi PTA maka semakin banyak perubahan neurobehavior yang dijumpai. Begitu juga dengan outcome fungsional yang dalam hal ini dinilai dengan GOS.
Penderita dengan durasi PTA antara 24 jam sampai
dengan kurang 7 hari dan lebih dari 7 hari terbukti memiliki outcome yang jelek. Perbedaan ini juga signifikan (p = 0,001). Korelasi yang positif terlihat pada hubungan antara PTA dan kedua outcome ini (GOS ρ =0,728 ; NRS ρ =0,487 p<0,01 ).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Banyak penelitian lain yang memberikan trend hasil yang sama walaupun cut-off poin durasi PTA-nya berbeda. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Naalt (1999) terhadap 67 pasien trauma kapitis ringan-sedang dijumpai rerata durasi PTA sebanyak 7,8 hari dengan simpangan baku 7,3 hari. Berdasarkan GOS, perbaikan baik dimiliki oleh 82% dari total subjek penelitian dan 18% dengan disabilitas sedang. Ketika outcome pasien dikaitkan dengan durasi PTA, durasi PTA yang lebih dari 14 hari memprediksi outcome
yang kurang baik, sedang
disabilitas sedang dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA lebih dari 7 hari, dan peningkatan cenderung terlihat pada 50% pasien , ketika durasi PTA lebih dari 14 hari. Kebanyakan pasien dengan outcome baik memiliki durasi PTA antara 1 dan 7 hari dan kebanyakan pasien dengan disabilitas sedang memiliki durasi PTA lebih dari 14 hari. Penelitian ini juga menunjukkan adanya korelasi outcome
dengan durasi PTA (r=-0,46)
tetapi tidak signifikan pada SKG. Satu penelitian lain dengan hasil yang sama telah menemukan 80% pasien dengan durasi PTA yang kurang dari 2 minggu memiliki good recovery, dibanding dengan 46% yang dengan PTA antara 4 dan 6 minggu (cit. Khan, 2003). Oddy, Humphrey, dan Uttley telah menemukan bahwa 71% pasien dengan PTA kurang dari 7 hari telah kembali bekerja dalam 6 bulan setelah cedera kepala, dibandingkan dengan 27% kembali bekerja pada mereka dengan durasi PTA lebih dari 7 hari (cit Capruso dan Levin, 1996).
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Suatu penelitian yang dilakukan Guise (2005) dengan tujuan melihat gambaran deskriptif dan kognitif dari populasi trauma kapitis selama perawatan fase akut dengan mencatat data umur, tingkat pendidikan, durasi PTA, skor TOAG, skor SKG, dan skor NRS dari seluruh pasien memperlihatkan kebanyakan pasien dengan lesi frontal (57,6%) dan temporal (40%). Enam puluh dua persen memiliki PTA kurang dari 24 jam. Defisit kognitif yang paling sering terlihat pada NRS adalah pada atensi, memori dan mental flexibility, kelelahan dan perlambatan. Namun pada penelitian ini defisit yang paling sering dijumpai pada memori dan gejala fisik . Hasil yang serupa juga diperlihatkan pada penelitian yang dilakukan Guise (2005) pada 335 pasien trauma kapitis dengan tujuan untuk menentukan suatu model prediktif untuk outcome fungsional kognitif pada trauma kapitis saat keluar dari perawatan akut
dengan
menggunakan Functional Independence Measure (FIM) memperlihatkan bahwa cognitive FIM yang baik pada saat keluar terlihat pada pasien trauma kapitis dengan durasi PTA kurang dari 24 jam, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tidak terlihat lesi parietal, usia muda, tidak memerlukan indikasi bedah dan SKG saat masuk yang tinggi. Hubungan antara PTA dengan disabilitas psikiatri dan gangguan fungsi kognitif juga pernah dilaporkan melalui penelitian Lishman (1968). Dari penelitian ini terlihat bahwa pada durasi PTA kurang dari 1 jam kebanyakan tidak memiliki disabilitas psikiatri dan gangguan kognitif. Pada durasi PTA di bawah 7 hari kebanyakan pasien memiliki disabilitas
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
psikiatri yang berat dan gangguan kognitif ringan. Tetapi pada durasi PTA lebih dari 7 hari, kebanyakan pasien menderita disabilitas psikiatri dan gangguan kognitif yang berat (cit Frank, 2005). Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan semakin lama durasi PTA semakin berat gangguan kognitif dan psikiatri yang terlihat
pada skor
NRS yang tinggi. Post Traumatic Amnesia
juga berkorelasi dengan gambaran
neuroimaging. Penelitian yang dilakukan Levin dkk telah menemukan bahwa lamanya PTA dihubungkan dengan adanya lesi massa bilateral dan diffuse injury pada CT (cit Capruso dan Levin, 1996). Sebagai tambahan, PTA berkorelasi lebih baik dengan gambaran radiologi dibanding SKG. Beberapa pasien memiliki PTA yang signifikan dengan durasi koma yang pendek atau singkat. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wilson dkk, dimana 8 dari 38 pasien yang dirawat inap setelah mengalami trauma kapitis dengan berbagai tingkat keparahan, berada pada PTA lebih dari 1 minggu meskipun periode koma kurang dari 6 jam. Penderita yang PTA-nya tidak sesuai dengan periode koma yang singkat akan memiliki lebih banyak jumlah lesi hemisfer pada magnetic resonance imaging (MRI) dibanding pasien trauma kapitis dengan PTA sepadan dengan lamanya koma. Secara keseluruhan durasi PTA berkorelasi positif dengan jumlah lesi otak di daerah hemisfer dan otak sentral (r = 0.57) (cit Ellenberg dkk, 1996). Berdasarkan TOAG, pada penelitian ini didapati perbedaan yang signifikan dalam durasi PTA (yang dinilai dgn TOAG) di kelompok
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
gambaran Head CT-Scan yang berbeda (p = 0,001). Terlihat suatu trend yang menunjukkan bahwa semakin banyak lesi di otak semakin lama durasi PTA. Dimana pada kelompok TOAG ringan dan sedang (PTA kurang dari 24 jam) memiliki gambaran Head CT Scan normal dan mild focal injury. Sedangkan pada kelompok TOAG berat dan sangat berat (PTA lebih dari 24 jam), pada gambaran Head CT Scan dapat dijumpai gambaran massive focal dan diffuse injury. Penelitian ini juga memperlihatkan bahwa letak lesi yang berada di hemisfer kiri memiliki PTA yang lebih berat, sedangkan pada yang tidak ada lesi kebanyakan memiliki PTA ringan dan sedang. Hasil ini berbeda secara signifikan (p=0.000). Hal ini sejalan dengan teori yang selama dianut bahwa hemisfer kiri merupakan hemisfer dominan yang merupakan daerah fungsi kognitif tepatnya pada lobus parietal dan temporalis kiri. Pada penelitian Ellenberg dkk (1996) didapati usia yang lebih tua, skor SKG yang rendah saat awal, pupil non reaktif, durasi koma dan penggunaan fenitoin dikaitkan dengan durasi PTA yang lebih panjang. Tetapi sangat disayangkan kalau pada penelitian ini tidak
dinilai
hubungan antara durasi PTA dengan umur dan SKG.
IV.2.4. Parameter laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome Banyak studi telah melaporkan nilai prognostik dari parameter klinis dan radiologi pada trauma kapitis, tetapi relatif sedikit yang telah menginvestigasi hubungan antara parameter laboratorium pada saat masuk
dengan
final
outcome.
Sejumlah
penelitian
menyatakan
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
kesignifikanan prognostik dari parameter koagulasi, Hb, dan glukosa pada trauma kapitis (Van Beek dkk, 2007). Glukosa dengan kadar tinggi dikaitkan dengan outcome jelek (Kinoshita dkk, 2002). Pada penelitian yang dilakukan Sanchez didapati bahwa penurunan Hb juga telah menunjukkan hubungan dengan outcome yang lebih jelek. (cit Van Beek dkk, 1997). Hasil yang serupa juga dikemukakan pada penelitian Abraham dkk (2000) yang menyatakan K+, pH dan glukosa yang diperoleh saat masuk berkorelasi signifikan dengan prognosis. Pada penelitian yang dilakukan Van Beek dkk (2007) dijumpai bahwa seluruh parameter secara konsisten berhubungan dengan outcome dimana glukosa dan PT menunjukkan hubungan linear yang positif dengan outcome dan Hb, trombosit sedang pH memiliki hubungan linear yang terbalik. Natrium menunjukkan suatu U-shaped dalam hubungannya dengan outcome, dan pada kadar yang rendah kaitannya dengan outcome lebih kuat. Koagulopati posttraumatik adalah suatu komplikasi yang penting dari trauma kapitis. Dimulai dengan dihasilkannya trombin atau plasmin, atau keduanya, dari sel-sel otak yang rusak, diikuti dengan aktifasi mekanisme homeostatik. Manifestasi klinis dari koagulopati posttraumatik bervariasi mulai dari kelainan hemostasis tersediri sampai dengan gangguan yang sangat berat., seperti hyperfibrinolysis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Tingkat keparahan trauma kapitis dan DIC dikaitkan dengan peningkatan mortalitas. Insiden yang sesungguhnya
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
dari DIC diantara pasien trauma kapitis sampai sekarang belum diketahui secara akurat (Chiaretti dkk, 2001). Selanjutnya, hubungan antara koagulopati dan tingkat keparahan trauma kapitis dan outcome klinis telah dilaporkan pada orang dewasa (Chiaretti dkk, 2001).
Penelitian Bayir dkk (2006) pada 62 pasien
konsekutif dengan trauma kapitis telah menyimpulkan bahwa SKG dan marker fibrinolitik yang dinilai pada 3 jam pertama berguna dalam menentukan prognosis pasien dengan isolated head trauma.
Jumlah
trombosit yang menurun, PT dan PTT yang memanjang, penurunan fibrinogen dan peningkatan kadar D-dimer terlihat pada pasien pada 3 jam pertama. Hasil ini didukung oleh penelitian Chiaretti dkk (2001) yang menunjukkan hasil yang sama. Dari seluruh data yang diperoleh pada saat masuk rumah sakit, didapati perbedaan yang signifikan pada hasil pemeriksaan Trombosit, Natrium, Kalium, pH, PT, TT dan aPTT diantara trauma kapitis ringan dan sedang. Dimana pada hasil pemeriksaan pH, PT, TT dan aPTT menunjukkan hubungan yang signifikan dengan outcome, baik pada GOS maupun NRS. Hasil pemeriksaan ini berkorelasi positif dengan outcome dimana semakin tinggi nilai pemeriksaan, semakin jelek pula outcomenya.
Tetapi pada parameter laboratorium yang lain tidak dijumpai
perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini mirip dengan hasil penelitian Bayir dan Chiaretti yang menyebutkan bahwa peningkatan PT dan aPTT adalah prediktor GOS. Korelasi postif antara PT dan aPTT juga pernah dilaporkan oleh
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Van Beek
(2007). Namun
sebaliknya pd pH, korelasi negatif telah
dilaporkan pada penelitian sebelumnya, tetapi pada penelitian ini malah korelasinya positif antara pH dan outcome. Hubungan antara parameter koagulasi dan Head CT-Scan pada trauma kapitis telah dilaporkan.
Stein dkk telah menemukan bahwa
perubahan marker koagulasi berkaitan dengan besarnya kerusakan otak yang terlihat pada CT. Studi yang menilai hubungan fibrinogen dan penemuan CT pada pasien trauma kapitis menunjukkan korelasi yang baik. Pada studi Ueda dkk, 26 pasien trauma kapitis telah dievaluasi untuk menentukan hubungan antara fibrin, FDP dan penemuan CT. Pasien dengan kontusio otak pada CT memiliki kadar FDP yang lebih tinggi dibanding dengan pasien epidural hematom. Studi yang dilakukan Kaufmann dkk pada pasien trauma kapitis, telah menemukan perubahan pada kadar fibrinogen, FDP, PTT, PT dan TT dan beberapa pasien yang terkena DIC memiliki kerusakan dan nekrosis multisistem dan pendarahan pada Head CT-Scan (cit Bayir, 2006). Berdasarkan gambaran Head CT-Scan
dan adanya hematom
pada CT , didapati korelasi positif dengan menggunakan uji spearman dengan parameter laboratorium TT, sedangkan parameter koagulasi lainnya tidak dijumpai hubungan.Tetapi korelasi negatif antara parameter laboratorium dan CT juga terlihat pada Natrium.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan sebagai berikut : 1. Jenis
kelamin
hanya
merupakan
prediktor
untuk
neurobehavioral outcome dimana rerata skor NRS pada kelompok laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (p = 0,038). 2. Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap outcome neurobehavior dan fungsional tapi perbedaannya tidak signifikan. 3. Tidak tampak pengaruh suku bangsa terhadap outcome fungsional (GOS) dan neurobehavior (NRS) penderita trauma kapitis. 4. Pengaruh umur terhadap outcome terlihat nyata baik pada GOS maupun NRS dimana outcome GOS terlihat lebih jelek terutama pada umur di atas 55 tahun, sedangkan skor NRS meningkat sejalan dengan umur tetapi perbedaan ini tidak bermakna. 5. SKG merupakan prediktor yang kuat terhadap outcome fungsional dan neurobehavior pada trauma kapitis ringansedang, yang diperlihat dengan nilai rerata skor NRS pada
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
kelompok SKG 9-12 lebih tinggi daripada nilai rerata skor NRS dengan kelompok SKG 13 –15
(p = 0.001) serta
pada GOS, skor SKG 13-15 lebih banyak memiliki outcome baik dibanding kelompok SKG 9-12 (p=0,004). 6. Head CT-Scan merupakan prediktor kuat terhadap outcome fungsional dan neurobehavior baik menurut gambaran Head CT-Scan, lokasi lesi , gambaran hematom pada CT, dan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda (p=0,000). 7. PTA merupakan prediktor yang sensitif terhadap outcome fungsional dan neurobehavior dimana durasi PTA yang lebih dari 24 jam terbukti memiliki outcome yang jelek (p=0,001) dan rerata skor NRS tertinggi dijumpai pada kelompok dengan durasi PTA lebih dari 7 hari (p=0,000). 8. Gangguan neurobehavior yang terbanyak dialami pada penelitian ini adalah gangguan memori dan gejala fisik. 9. Durasi PTA berkorelasi dengan gambaran Head CT-Scan dan lokasi lesi pada hemisfer yang berbeda dimana TOAG yang berat dan sangat berat lebih banyak dijumpai pada gambaran massive focal dan diffuse injury (p=0,001); sedangkan lokasi pada hemisfer kiri lebih banyak memiliki PTA yang berat. 10. Paramater laboratorium pH, PT, TT dan aPTT berkorelasi positif dengan outcome NRS (ρ=0,365; 0,402; 0,335; 0,342
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
secara berurutan) dan outcome GOS (ρ=0,324; 0,450; 0,478; 0,492 secara berurutan) pada trauma kapitis dengan p<0,05. 11. Parameter laboratorium Natrium dan TT berkorelasi dengan gambaran
Head
CT-Scan,
dimana
kadar
Natrium
berkorelasi negatif dengan gambaran Head CT-Scan (ρ=,0297; p = 0,022), sedangkan TT berkorelasi positif dengan gambaran Head CT-Scan (ρ=0,331; p=0,010).
V.2. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kriteria inklusi serta eksklusi yang lebih ketat. 2. Semua penderita trauma kapitis fase akut harus segera diperiksa parameter labotarorium yang dapat memperburuk sehingga segera dapat dilakukan koreksi untuk mencegah outcome yang lebih buruk. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi dokter dalam rangka perencanaan terapi rehabilitasi sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup penderita trauma kapitis.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, R.B., Lahat, E., Sheinman, G., Feldman, Z., Barzilai, A., Hare,l R., et al. 2000. Metabolic and Clinical Markers of Prognosis in the Era of CT Imaging in Children with Acute Epidural Hematomas. Pediatr Neurosurg. 33:70-75. Atkinson, J.L.D. 2000. The Neglected Prehospital Phase of Head Injury: Apnea and Catecholamine Surge. Mayo Clin Proc. 75:37-47. Bayir, A., Kalkan, E., Kocak, S., Ak, A. 2006. Fibrinolytic Markers and Neurologic Outcome in Traumatic Brain Injury. Neurology India. 54:363-365. Blackman, J.A., Rice, S.A., Matsumoto, J.A., Conaway, M.R., Elgin, K.M., Patrick, P.D., et al. 2003. Brain Imaging as a Predictor of Early Functional Outcome Following Traumatic Brain Injury in Children, Adolescents, and Young Adults. J Head Trauma Rehabilitation. 18:493 – 503. Bondanelli, M., Ambrosio, M.R., Zatelli, M.C., Marinis, L.D., Uberti, E.C.D. 2005. Hypopituitarism after traumatic brain injury. European Journal of Endocrinology. 152:679-691. Braunwald E., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L. (eds). 2001. Harrison’s Principle of Internal Medicine. Volume 2. 15th ed. pp. A-1- A-12. McGraw-Hill. New York. (appendices). Brown, A.W., Malec, J.F., McClelland, R.L., Diehl, N.N., Englander, J., Cifu, D.X. 2005. Clinical Elements that Predict Outcome after Traumatic Brain Injury: A Prospective Multicenter Recursive Partitioning (Decision-Tree) Analysis. Journal of Neurotrauma. 22:1040-1051. Cantu, R.C. 2001. Posttraumatic Retrograde and Anterograde Amnesia: Pathophysiology and Implications in Grading and Safe Return to Play. Journal of Athletic Training. 36:244-248. Capruso, D.X., Levin, H. 1996. Neurobehavioral Outcome of Head Trauma. In : Evans, R.W. Neurology Trauma. pp. 201-19. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Chiaretti, A., Pezzotti, P., Mestrovic, J., Piastra, M., Polidori, G., Storti, S., et al. 2001. The Influence of Hemocoagulative Disorders on the Outcome of Children with Head Injury. Pediatr Neurosurg. 34:131137. Cushman, J.G., Agarwa, l.N., Fabian, T.C., Garcia, V., Nagy, K.K., Pasquale, M.D., Salotto, A.G. 2001. Practice Management Guidelines for The Management Mild Traumatic Brain Injury. The EAST Practice Management Guidelines Work Group. Desmond, D.W. 2000. The Evaluation of Mood and Behavior in Patients with Focal Brain Lesions. In : Bogousslavsky, J., Cummings, J.L. (eds). pp. 21-46. Cambridge Univ Press. New York. Drubach, D.A., Peralta, L.M. 1996. Psychiatric Complications. In : Maull, K.I., Rodriguez, A., Wiles, C.E. III. (eds). Complications in Trauma and Critical Care. pp.104 – 10. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Ellenberg, J.H., Levin, H.S., Saydjari C. 1996. Posttraumatic Amnesia as a Predictor of Outcome After Severe Closed Head Injury Prospective Assessment. Arch Neurol. 53:782-791. Frank, J. 2005. Dementia Due to Head Trauma. Available from : http://www.emedicine.com/med/TOPIC3152.HTM Feinstein, A., Hershkop, S., Ouchterlony, D., Jardine, A., McCullagh, S. 2002. Posttraumatic Amnesia and Recall of a Traumatic Event Following Traumatic Brain Injury. The Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences. 14:25-30. Frey, K.L., Rojas, D.C., Anderson, A., Arciniegas, D.B. 2007. Comparison of the O-Log and GOAT as Measures of Posttraumatic Amnesia. Brain Injury. 21:513-520. Gilroy, J. Basic Neurology. 2000. 3rd ed. McGraw-Hill. New York. 2000; Goldstein, F.C., Levin, H.S., Goldman, W.P., Kalechstein, A.D., Clark, A.N., Altonen, T.K.1999. Cognitive and Behavioral Sequelae of Closed Head Injury in Older Adults According to Their Significant Others. J Neuropsychiatry Clin Neurosci.11:38-44. Greenwood, R. 1997. Value of Recording Duration of Post-traumatic Amnesia. The Lancet. 349:1041-1042.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Guise, E., Feyz, M., LeBlanc, J., Richard, S.L., Lamoureux, J. 2005. Overwiew of Traumatic Brain Injury Patients at a Tertiary Trauma Centre. The Canadian Journal of Neurological Sciences. 32(2):186193. (abstract). Guise, E., Leblanc, J., Lamoureux, J. 2005. Prediction of The Level of Cognitive Functional Independence in Acute Care Following Traumatic Brain Injury. Brain Inj. 19(13):1087-93. Hemphill, J.C. III.2005. Traumatic Brain and Spinal Cord Injury. Education Program Syllabus American Academy of Neurology 57th Annual Meeting; 2005 April 9-16; Miami Beach : Florida. Jones, R.D., Rizzo, M. 2004. Head Trauma and Traumatic Brain Injury. In : Rizzo, M., Eslinger, P.J. (eds). Principles and Practice of Behavioral Neurology and Neuropsychology. pp. 615-31. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Khan, F., Baguley, I.J., Cameron, I.D. 2003. Rehabilitation After Traumatic Brain Injury. MJA. 178:290-295. King, N.S., Crawford, S., Wenden, F.J., Moss, N.E.G., Wade, D.T., Caldwell, F.E. 1997. Measurement of Post-traumatic Amnesia: How Reliable is it? Journal of Neurology Neurosurgery and Psychiatry. 62:38-42. Kinoshita, K., Kraydieh, S., Alonso, O., Hayashi, N., Dietrich, D. 2002. Effect of Posttraumatic Hyperglycemia on Contusion Volume and Neutrophil Accumulation after Moderate Fluid-Percussion Brain Injury in Rats. Journal of Neurotrauma. 19:681-692. Kraus, J.F., McArthur, D.L. 1996. Epidemiology of Brain Injury. In : Evans, R.W. Neurology Trauma. pp. 3-17. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Levin, H.S. 1997. Memory Dysfunction After Head Injury. In : Feinberg, T.E, Farah M.J. (eds). Behavioral Neurology and Neuropsychology. pp. 479-88. McGraw-Hill Companies. United States of America. Levin, H.S., Williams, D.H., Eisenberg, H.M., High Jr, W.M., Guinto Jr, F.C. 1992. Serial MRI and Neurobehavioral Findings After Mild to Moderate Closed Head Injury. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 55:255-62. (abstract). Leon-Carrion, J. 2006. Methods and Tools for The Assessment of Outcome After Brain Injury Rehabilitation. In : Leon-Carrion, J., von Wild, K.R.H., Zitnay, G.A. (eds). Brain Injury Treatment Theories and Practices. pp. 331-53. Taylor & Francis.Great Britain.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Leon-Carrion, J., Taaffe, P.J., Manuel, J., Martin, B.Y. 2006. Neuropsychological Assessment of Persons with Acquired Brain Injury. In : Leon-Carrion, J., von Wild, K.R.H., Zitnay, G.A. (eds). Brain Injury Treatment Theories and Practices. pp. 275-312. Taylor & Francis. Great Britain. Lippert-Gruner, M., Johannes, K., Martin, H., Norfrid, K. 2006. Neurobehavioral Deficits After Severe Traumatic Brain Injury (TBI). Brain Injury. 20:569-574. (abstract). Machamer, J.E., Temkin, N.R., Dikmen, S.S. 2003. Neurobehavioral Outcome in Persons with Violent or Nonviolent Traumatic Brain injury. J Head Trauma Rehabilitation. 18:387-97. Madiyono, B., Moeslichan, M.S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., Purwanto, S.H. 2002. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: : Sastroasmoro, S., Ismael, S. (eds). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, hal.25987.Sagung Seto. Jakarta. Marik , P.E., Varon, J., Trask, T. 2002. Management of Head Trauma. Chest. 122:699-711. Masur, H., Papke, K., Althoff, S., Oberwittler, C. (eds). 2004. Scales and Scores in Neurology : Quantification of Neurological Deficits in Research and Practice. pp. 267-69. Thieme. New York. May, D., Potter, R., Hutchings, D., Graham, S., Seikel, A. 1992. Predicting Post Traumatic Amnesia Patients’ Performance on Specific Cognitive Tasks. The Journal of Cognitive Rehabilitation. 34-39. Mayer, S.A., Rowland, L.P. 2000. Head Injury. In : Rowland, L.P. (ed). Merritt’s Neurology. 10th ed. pp. 401-15. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. McCauley, S.R., Levin, H.S., Vanier, M., Mazaux, J.M., Boake, C., Goldfader, P.R., et al. 2001. The Neurobehavioral Rating Scalerevised: Sensitivity and Validity in Closed Head Injury Assessment. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 71:643-51. Murray, G.D., Butcher, I., McHugh, G.S., Lu, J., Mushkudiani, N.A., Maas, A.I.R., et al. 2007. Multivariable Prognostic Analysis in Traumatic Brain Injury: Result from the IMPACT Study. Journal of Neurotrauma. 24:329-337. Musridharta, E., Janni, J., Soertidewi, L. Rifki, N.N., Prihartono, J. 2006. Modifikasi Revised Trauma Score pada Pasien Dewasa Trauma Kapitis Sedang dan Berat. Neurona. 23:4-11.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Naalt, J., Zomeren, A.H., Sluiter, W.J., Minderhoud, J.M. 1999. One Year Outcome in Mild to Moderate Head Injury: the Predictive Value of Acute Injury Characteristics Related to Complaints and Return to Work. Journal of Neurology Neurosurgery and Psychiatry. 66:207213. Paolino, A.S., Garner, K.M. 2005. Effect of Hyperglycemia on Neurologic Outcome in Stroke Patients. Journal of Neuroscience Nursing. 37:130-135. PERDOSSI, 2006. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. PERDOSSI. Jakarta. Rao, V., Lyketsos, C. 2000. Neuropsychiatric Sequelae of Traumatic Brain Injury. Psychosomatic. 41:95 – 103. Rizzo, M. 2002. Head Trauma, Brain Injury, and Postconcussional. In : Johnson, R.T., Griffin, J.W., McArthur, J.C. (eds). Current Therapy in Neurologic Disease. 6th ed. pp. 228-38. Mosby. St Louis. Ropper, A.H., Brown, R.H. 2005. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 8th ed. McGraw-Hill. New York. Selladurai, B., Reilly, P. 2007. Initial Management of Head Injury A Comprehensive Guide. McGraw-Hill. New York. Signorini, D.F., Andrews, P.J.D., Jones, P.A., Wardlaw, J.M., Miller, J.D. 1999. Predicting Survival Using Simple Clinical Variables: a case study in traumatic brain injury. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 6:2025. Sjahrir, H. 1994. Ilmu Penyakit Saraf. Neurologi Khusus. USU Press. Medan. Srinivasan, U.S. 2006. A Mathematical Model for Predicting the Outcome in Moderate Head Injury. Neurol India. 54:28 – 32. Tateno, A., Jorge, R.E., Robinson, R.G. 2003. Clinical Correlated of Aggresive Behavior After Traumatic Brain Injury. J Neuropsychiatry Clin Neurosci. 15:155 – 60. Urbach, J.R., Culbert, J.P. 1991. Head-Injury Parent and Their Children : Psychososial Concequenses of a Traumatic Syndrome. Psychomatics. 32:24-32. Van Beek, J.G.M., Mushkudiani, N.A., Steyerberg, E.W., Butcher, I., McHugh, G.S., Lu, J., et al. 2007. Prognostic Value of Admission
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Laboratory Parameters in Traumatic Brain Injury: Results from the IMPACT study. Journal of Neurotrauma. 24:315-328. Wardlaw, J.M., Easton, V.J., Statham, P. 2002. Which CT Features Help Predict Outcome After Head Injury?. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 72:188 – 92. Wartenberg K.E., Mayer S.A. 2007. Trauma. In : Brust J.C.M. (ed). Current Diagnosis & Treatment in Neurology. pp. 175-90. McGrawHill Companies, Inc. United States of America. Young, B., Ott, L., Dempsey, R., Haack, D., Tibbs, P. 1989. Relationship Between Admission Hyperglycemia and Neurologic Outcome of Severely Brain-Injured Patients. Ann Surg. 210: 466-471.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 1
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Jenis kelamin
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
Setelah mendapatkan keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian PERANAN POST TRAUMATIC AMNESIA DAN PARAMETER LABORATORIUM SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP OUTCOME PADA PENDERITA TRAUMA KAPITIS AKUT RINGAN-SEDANG dan setelah mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan kesediaan saya ikut dalam penelitian tersebut.
Tanggal ,.......................... (1) (2)____________________
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 2 LEMBAR PENGUMPULAN DATA PENELITIAN
I. IDENTITAS PRIBADI No.Urut : No MR : Tgl .MRS : Jam MRS : Nama : Umur : tahun Jenis Kelamin : 1. Pria Suku bangsa : Pendidikan : Pekerjaan : Status : 1. Kawin Penyebab terjadinya kecelakaan :
2. Wanita
2. Tidak kawin
II.PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGIS Pemeriksaa Umum : Kesadaran : SKALA KOMA GLASGOW Buka Mata Spontan Dengan perintah verbal Dengan nyeri Tidak ada respon Respon Verbal Orientasi baik dan berbicara Diorientasi dan berbicara Kata-kata yang tidak tepat;menangis Suara yang tidak berarti Tak ada respon Respon Motorik Menurut perintah Dapat melokalisasi nyeri Fleksi terhadap nyeri Fleksi abnormal (dekortikasi) Ekstensi (desereberasi) Tidak ada respon TOTAL NILAI SKG : Tekanan Darah :
mmHg
Suhu
:
˚C
Denyut Nadi
:
X/menit
Pernafasan
:
X/menit
4 3 2 1 5 4 3 2 1 6 5 4 3 2 1
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
III. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hb
:
gr %
Trombosit
:
/ mm3
KGD ad random
:
mg/dL
Natrium
:
mEq/L
Kalium
:
mEq/L
pH
:
Prothrombine time (PT)
:
sec ( C :
sec)
Thrombine Time (TT)
:
sec (C :
sec)
activated Partial Thrombine Time
:
sec (C :
sec)
IV. HASIL PEMERIKSAAN CT SCAN KEPALA ……………………………………………………………………………………… …................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................... KESAN : ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… …… Normal / Abnormal Gambaran CT Scan : 1. Normal 2. Mild focal injury (misalnya dijumpai adanya kontusio kecil pada hanya satu area di otak). 3. Medium focal injury (dijumpai beberapa kontusio pada 1 atau 2 area yang berdekatan di otak atau di jumpai subdural hematoma epidural hematoma kecil. 4. Mild/moderate diffuse (beberapa kontusio kecil atau hematoma
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
tapi tidak pada daaerah yang berdekatan, tapi sebagian besar otak kelihatannya normal. 5 Massive focal injury (epidural/subdural hematoma besar atau kontusio berat atau parenchymal hematomas) 6. Massive diffuse injury (dijumpai edema otak menyeluruh atau banyak kontusio dibeberapa area)
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 3 KUESIONER : TEST ORIENTASI DAN AMNESIA GALVESTON (TOAG) Test ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita. Nilai kesalahan terlampir dalam tanda kurung. Skor TOAG adalah 100 dikurangi jumlah nilai kesalahan dari 10 kelompok pertanyaanpertanyaan yang terlampir.
1. Siapa nama saudara ? ... (2)
(
) Kapankah saudara dilahirkan ? ... (4) Dimanakah saudara tinggal ? ... (4) 2. Dimana saudara berada sekarang ? kota.... (5)
(
) rumah sakit .... (5) 3. Kapankah saudara dibawa ke rumah sakit ini ? ... (5)
(
) Bagaimanakah caranya saudara dapat sampai di sini ? ... (5) 4. Kejadian pertama apakah yang saudara ingat setelah
(
) Kecelakaan ... (5), jelaskan lebih terperinci (misalnya waktu, tempat, nama kawan) ... (5) 5. Jelaskan kejadian terakhir apa saja yang saudara ingat
(
) sebelum kecelakaan ? ... (5) Dapatkah saudara jelaskan secara terperinci (misalnya Waktu, tempat, nama kawan) ? ... (5) 6. Jam berapa sekarang ? ... (tiap beda ½ jam nilai kesalahan ( ) 1, maksimal 5)
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
7. Hari apa sekarang ? ... (tiap beda 1 hari nilai kesalahan 1)
(
) 8. Tanggal berapa sekarang ? ... (tiap beda 1 nilai kesalahan 1) ( ) 9. Bulan apa sekarang ? ... (tiap beda 1 bulan nilai kesalahan 5 ( ) Maksimal nilai 15) 10. Tahun berapa sekarang ? ... (tiap beda 1 tahun nilai
(
) Kesalahan 10, maksimal nilai 30) ______________________________________________________ __ Nilai kesalahan Skor TOAG = 100 (jumlah nilai kesalahan) Lamanya amnesia pasca cedera ditentukan sebagai periode dimana TOAG belum mencapai nilai 75. Skor hari I
:
Skor hari II
:
Dan seterusnya Lama amnesia pasca cedera :
hari
Dikutip dari : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2006. Kosensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 4 KUESIONER : GLASGOW OUTCOME SCALE (GOS) ___________________________________________________________ __ 0 = Death 1 = Vegetatif State Tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan Tidak respon 2 = Severe Disability Dapat mengikuti perintah / tidak dapat hidup secara Independen (perlu bantuan) 3 = Moderate Disability Dapat hidup secara independent / tidak dapat kembali bekerja atau sekolah 4 = Good Recovery Dapat kembali bekerja atau sekolah
Nilai GOS saat keluar rumah sakit
:
Dikutip dari : Jones, R.D., Rizzo,M. 2004. Head Trauma and Traumatic Brain Injury. In: Rizzo, M., Eslinger, P.J. (eds). Principles and Practice of Behavioral Neurology and Neuropsychology. pp. 615-31. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
LAMPIRAN 5 KUESIONER : NEUROBEHAVIORAL RATING SCALE (NRS) Dari setiap pertanyaan dibawah ini, pilih salah satu yang paling sesuai dari 7 pilihan berikut : 1 = Tidak dijumpai 2 = Sangat ringan
3 = Ringan
4 = Sedang
5 = Sedang / Berat 6 = Berat
7 = Sangat Berat
1. Tidak perhatian / penurunan kesadaran Tidak
dapat
mempertahankan
perhatian,
mudah
terpecah
perhatian, tidak dapat memperhatikan lingkungan sekitar, kesulitan mengarahkan perhatian, penurunan kesadaran. 2. Gejala fisik Keluhan yang disadari atau menerangkan tentang gejala fisik ( contohnya, nyeri kepala, oyong, pandangan kabur) dan mengenai kesehatan jasmani secara umum. 3. Gangguan orientasi Kebingungan, atau kurangnya pengenalan untuk orang, tempat atau waktu. 4. Ansietas Kekhawatiran, ketakutan, keperdulian yang berlebihan terhadap masa sekarang atau masa depan. 5. Kurangnya ekspresi Gangguan dalam menemukan kata-kata, kesukaran menamai benda, berhenti dalam obrolan, pembicaran yang penuh usaha dan tanpa tata bahasa, terpotong pembicaraan. 6. Kemunduran emosi Kurangnya
interaksi
spontan,
mengurung
diri,
kurangnya
berhubungan dengan orang-orang lain. 7. Gangguan konsepsual Bingung
dalam
proses
pikir,
tidak
nyambung,
disorientasi,
gangguan komunikasi sosial, perseverasi.
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
8. Disinhibisi Komentar dan atau tindakan sosial yang tidak tepat, atau tidak sesuai dengan situasi, gejolak amarah. 9. Rasa bersalah Menyalahkan diri sendiri, rasa malu, menyalahkan tindakan di masa lampau. 10. Defisit memori Kesulitan untuk mempelajari informasi baru, cepat melupakan kejadian yang baru saja terjadi, walaupun ingata segera (urutan deret angka ke depan) mungkin baik. 11. Agitasi Manifestasi gerakan dari aktifitas yang berlebihan (contohnya menendang,
mengayunkan
lengan,
mengambil,
menjelajah,
gelisah, cerewet). 12. Tilikan yang akurat Pendapat pribadi yang berlebihan, penilaian diri sendiri yang tidak sesuai dengan penilaian dari pemeriksa dan keluarga. 13. Mood depresive Kesedihan, murung, pesimis. 14. Sikap permusuhan / tidak kooperatif Rasa
permusuhan,
mudah
tersinggung,
suka
berkelahi,
meremehkan, melawan tidak berwenang. 15. Penurunan inisiatif / motivasi Kurangnya inisiatif normal pada pekerjaan normal atau waktu luang, tidak dapat menyelesaikan tugas, enggan menerima tantangan baru. 16. Kecurigaan Tidak percaya, menganggap bahwa orang lain mempunyai maksud jahat atau tujuan diskriminasi. 17. Cepat lelah
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Cepat merasa lelah saat melakukan tugas-tugas kognitif atau kegiatan kompleks. 18. Tingkah laku halusinasi Persepsi tanpa rangsangan normal dari luar. 19. Kemunduran motorik Gerakan atau berbicara yang melambat (diluar kelemahan primer). 20. Isi pikiran yang tidak biasa Isi pikiran yang tidak lazim, aneh, ganjil. 21. Afek tumpul Nada emosi yang menurun, penurunan intensitas perasaan, datar. 22. Kegairahan Nada emosional yang berlebihan, peningkatan reaktifitas. 23. Rencana yang tidak baik Cita-cita yang tidak realitis, rencana yang tidak baik untuk masa depan, tidak dapat menyadari kekurangan. 24. Mood yang labil Perubahan yang mendadak dari mood yang tidak sesuai dengan situasi. 25. Ketegangan Ekspresi tubuh dan wajah yang tegang, tanpa adanya keperluan untuk beraktifitas berlebihan dari anggota gerak. 26. Kekurangan pemahaman Kesulitan untuk mengerti instruksi oral pada perintah tunggal dan banyak tahap. 27. Gangguan artikulasi berbicara Gangguan artikulasi, berubahnya bunyi yang mempengaruhi kecerdasan (pengukuran terlepas dari isi tata bahasa).
TOTAL SKOR :
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008
Silvia Asrini: Peranan Post Trumatic amnesia (PTA) Dan Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor terhadap Outcome pada Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang, 2008. USU e-Repository © 2008