PERANAN PHDI DALAM MENGANTISIPASI PERNIKAHAN DINI PEMUDA HINDU DI DESA KOSPA DUWATA KARYA KECAMATAN MASAMA KABUPATEN BANGGAI K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email:
[email protected]
ABSTRAK Pemuda adalah generasi penerus bangsa yang mestinya sadar akan peranannya sebagai pembangun bangsa dan penentu masa depan bangsa. Pemuda juga merupakan orang yang mempunyai kontribusi positif terhadap masa depan bangsa yang lebih baik. Desa Kospa Duwata Karya yang mempunyai penduduk 100 % beragama Hindu. Dengan berbagai pengaruh globalisasi yang bersifat negatif maka sangat mempengaruhi moral generasi muda Hindu. Banyak pemudapemudanya melakukan pernikahan dini. Sudah sepantasnya lembaga Agama Hindu seperti Parisada dapat menjalankan peranannya sebagai pengayom masyarakat Hindu dan tidak menjadi teladan yang kurang baik bagi umat Hindu terkhusus generasi muda Hindu. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana peranan PHDI dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama Kabupaten Banggai? (2) Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama Kabupaten Banggai? (3) Apakah upaya yang dilakukan PHDI dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama Kabupaten Banggai? Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Peranan PHDI, kendala-kendala yang dihadapi serta mengetahui upaya yang dilakukan oleh PHDI dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peran dari Biddle dan Thomas, teori fungsional struktural dari Talcott Parsons dan teori Tindakan dari Jones yaitu teori Tindakan menekankan bahwa setiap orang memutuskan apa yang akan dilakukan. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini bahwa Parisada Desa Kospa Duwata Karya telah berupaya menjalankan perannya untuk meningkatkan stabilisasi dan mengatasi pergeseran moral dan budi pekerti pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Kendala-kendala yang dihadapi Parisada dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya yaitu : Kurangnya respon pemuda terhadap pembinaan yang dilakukan parisada dalam mengantisipasi pergeseran moral dan budi pekerti. Upaya-upaya yang dilakukan Parisada yaitu dengan memberikan teguran dan sanksi yang telah disepakati. Dan juga Melakukan koordinasi atau kerja sama dengan para orang tua pemuda. Kata Kunci: Peranan, PHDI, mengantisipasi, pernikahan dini, pemuda Hindu 1. Pendahuluan Pemuda Hindu adalah generasi penerus bangsa yang mestinya sadar akan peranannya sebagai pembangun bangsa dan penentu masa depan bangsa. Masa depan bangsa yang lebih baik bukan hanya dapat dicapai dari banyak sedikitnya pemuda di suatu bangsa, melainkan
36
ditentukan oleh akhlak para generasi muda tersebut. Akhlak generasi muda tercermin dari sikap moral dan budi pekertinya (Sura, 2001). Moral dan budi pekerti luhur diperoleh dari pendidikan khususnya pendidikan agama Hindu yang diperoleh dari pendidikan formal, informal dan non formal.Pemahaman moral WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
diajarkan di sekolah untuk memahami suatu nilai dan moral, perasaan moral untuk memupuk perkembangan hati nurani serta sikap empati, dan tindakan moral diajarkan untuk mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang suatu hal ke dalam perilaku nyata. Orang tua dan masyarakat sebagai wadah pendidikan informal dan non formal juga melakukan pembinaan pendidikan agama Hindu dengan memberikan motivasi dan contoh perilaku yang bernilai moral luhur terhadap generasi muda Hindu (Titib, 2003). Berbeda dengan hal diatas, kenyataan menunjukkan bahwa telah terjadi kemerosotan moral dan budi pekerti pemuda Hindu pada era globalisasi ini. Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin dihargai. Ilmu pengetahuan yang memberikan informasi yang rasional dan diterima oleh akal sehat manusia dan teknologi mampu memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Kedua hal tersebut menjadikan manusia membentuk suatu pertahanan atau benteng dari serangan kebodohan yang tanpa disadari menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menjadi dewa pujaan, sehingga tingkat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa semakin berkurang. Dengan berkurangnya keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa akan mengakibatkan banyak terjadi tindakan yang amoral yang dilakukan pemuda Hindu, seperti perbuatan mabuk-mabukan, tawuran, penggunaan miras, obat-obatan terlarang dikalangan anak muda, perjudian yang merajalela, dan pergaulan bebas antar remaja yang menyebabkan seseorang menikah sebelum cukup umur. Sedangkan usia yang diperbolehkan untuk menikah yaitu bagi perempuan berusia minimal 18 tahun dan bagi laki-laki minimal 21 tahun (Sarwono, 1983). Menurut Arthayasa dkk (2004) dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 tentang perkawinan , pasal I disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. Pasangan suami istri itu mempunyai kedudukan sama, hanya swadarmanya berbeda dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Akhir-akhir ini banyak terjadi pernikahan dini pada remaja. Hal itu terjadi pada umur kira-kira 15-19 tahun, yaitu pada saat SMP maupun SMA.Itulah sepenggal realitas sosial yang dihadapi masyarakat saat ini. Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan yang mulai bebas dan nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa lebih cepat matang dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru disebut keluarga. Agama Hindu sebagai salah satu agama yang berada dalam jalinan sosialisasi masyarakat selalu mengupayakan pembenahan-pembenahan akan nilai-nilai moral dan budi pekerti yang tengah mengalami banyak kemerosotan. Tidak hanya membiarkan persoalan agama tersebut berlarut-larut, namun juga terus mengoptimalkan fungsi pendidikan agama guna menangkal derasnya arus globalisasi ini. Untuk memaksimalkan fungsi tersebut diperlukan suatu wadah atau majelis sosial religius yang dipandang mampu memberikan fungsi pembinaan terhadap pemuda Hindu (Artadi, 2003). Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) merupakan suatu majelis sosial religius Hindu tertinggi yang mempunyai peran penting dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat khususnya Agama Hindu. Parisada juga merupakan figure sentral yang menjadi teladan sekaligus standar etika. Di Desa Kospa Duwata Karya yang mempunyai penduduk 100 % beragama Hindu. Dengan berbagai pengaruh globalisasi yang bersifat negatif maka sangat mempengaruhi moral generasi muda Hindu. Banyak pemuda37
pemudanya melakukan pernikahan dini. Mereka tidak memikirkan dampak dari perbuatan mereka, kondisi yang seperti ini menimbulkan kekhawatiran akan masa depan generasi muda Hindu. Maka pembinaan dari majelis Hindu seperti parisada sangat penting.Sudah sepantasnya majelis Agama Hindu seperti Parisada dapat menjalankan peranannya sebagai pengayom masyarakat Hindu dan tidak menjadi teladan yang kurang baik bagi umat Hindu terkhusus generasi muda Hindu. Seperti yang diungkapkan dalam kitab Bhagawad Gita bab III sloka 26 yang berbunyi : Na buddhi-bhedam janayed ajnanam karma-sanginam, jasoyet sarwa-karmani vidvan yuktah samacaran. Artinya : Mereka yang bijaksana janganlah membingungkan yang bodoh, yang terikat akan kesadaran kerja; melainkan mengajak semuanya bekerja dan bekerja sama atas dasar itu (Pudja, 2005). Sesuai dengan sloka di atas, Parisada Desa Kospa Duwata Karya sebagai majelis yang berfungsi memberikan pembinaan religius khususnya pada generasi muda Hindu hendaknya menjadi panutan dan mampu membangkitkan kerja sama demi membangun benteng moral dan budi pekerti yang luhur dari gempuran arus globalisasi. Masa depan pemuda Hindu Desa Kospa Duwata Karya bergantung pada kinerja tokoh-tokoh agama dan majelis atau wadah sosial religius seperti Parisada. Melihat fenomena tersebut, adapun judul penelitian ini adalah : Peranan PHDI Dalam Mengantisipasi Pernikahan Dini Pemuda Hindu Di Desa Kospa Duwata Karya Kecamatan Masama Kabupaten Banggai. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah Peranan PHDI dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda
38
Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam mengantisipasi pernikahan usia dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai? 3. Apakah upaya yang dilakukan oleh PHDI dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai? Lokasi penelitian ini mengambil tempat di Desa Kospa Duwata Karya Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai. Karena di desa ini ditemukan permasalahan yaitu banyaknya pemuda yang berperilaku menyimpang dan mengalami kemerosotan moral dikarenakan adanya faktor eksternal dan faktor internal, sehingga banyak remaja atau pemuda Hindu yang menikah diusia muda. Di Desa ini seluruh penduduknya beragama Hindu dan merupakan desa yang berkembang. Parisada sebagai tokoh sentral di desa itu selalu berupaya untuk memerangi dampak negatif globalisasi yang dimaksud. Maka peneliti tertarik mengadakan penelitian di tempat ini. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat di lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling yaitupeneliti menunjuk langsung informan yang akan menjadi sampel dalam penelitian yang didasarkan pada tujuan spesifik penelitian yang dilakukan. Adapun informan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu pengurus Parisada Kospa Duwata Karya, tokoh agama Hindu, orang tua pemuda, dan pemuda Hindu yang melakukan pernikahan dini. Data Sekunderadalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari penelitiannya, tetapi data tersebut didapat melalui literatur, buku, majalah atau dokumen. Kedua data tersebut saling melengkapi dan WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
menunjang meskipun pada dasarnya kedua data tersebut berdiri sendiri (Kaelan, 2005). Teknik pengumpulan data adalah suatu tehnik atau cara untuk mendapatkan keterangan secara benar dan nyata diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lazimnya menggunakan observasi dan wawancara atau dengan menggunakan sumber lain seperti catatan kepustakaan. Analisis data merupakan bagian terpenting dari kegiatan penelitian. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni penelitian kualitatif maka analisis datanya disesuaikan dengan penelitian kualitatif. Strategi analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif-kualitatif. Analisis deskriptif adalah telaah pada suatu gejala objektif sesuai dengan data kepustakaan maupun data lapangan yang menjadi objek penelitian. (Kaelan, 2005). 2. Hasil dan Pembahasan a. Peranan Parisada Dalam Mengantisispasi Pernikahan dini Pemuda Hindu Di Desa Kospa Duwata Karya, Kecamatan Masama, Kabupaten Banggai. Parisada adalah Majelis Wipra (brahmana ahli, cendikiawan) yang berfungsi semacam badan legislatif, memegang peranan penting di dalam memecahkan berbagai permasalahan keagamaan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Parisada didirikan pada tanggal 23 Februari 1959 dilandasi oleh suatu keinginan umat Hindu untuk menghimpun diri dalam suatu organisasi yang memiliki integritas (Praptini, 2009). Seiring dengan terbentuknya Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat maka di Kabupaten Banggai juga terbentuk secara resmi parisada berdasarkan keputusan Loka Sabha Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Banggai V tentang bentuk organisasi keparisadaan bahwa parisada terdiri
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
dari parisada tingkat Kabupaten, parisada tingkat kecamatan, dan parisada tingkat desa. Majelis agama merupakan seorang pemimpin yang berkewajiban mencintai rakyatnya, memancarkan kebijaksanaan, kedermawanan, selalu melayani rakyatnya dengan tujuan kemakmuran dan ketentraman rakyat dan senantiasa menegakkan kejujuran (Tim Penyusun, 2006). Terkait dengan hal itu Parisada sebagai majelis Agama Hindu juga senantiasa melakukan hal-hal yang bertujuan memberikan ketentraman bagi para rakyat dan umat Hindu. Dalam kitab Rg Veda Mandala X. 91. 2 dijelaskan sebagai berikut : Janam janam janyo nati manyate visa a kseti visyo visam visam Artinya : Pemimpin bagaikan api (memancarkan kebijaksanaan), adalah seorang tokoh yang mencintai sesama manusia dan tidak membenci kepada siapapun. Dia dermawan bagi seluruh rakyatnya. Dia hidup di tengah-tengah rakyatnya. Dia melayani kebutuhan umat manusia (Titib, 2003). Sesuai dengan isi Rg.Veda di atas terlihat bahwa peranan seorang pemimpin seperti Parisada adalah orang yang selalu menjawab aspirasi dan kebutuhan rakyat dengan memancarkan kebijaksanaan untuk mencapai kesejahteraan. Dalam menjawab aspirasi rakyat atau umat, Parisada menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan kebutuhan umat seperti mengembangkan nilai-nilai kehidupan berupa nilai pendidikan agama yang mendorong terwujudnya sikap dan perilaku yang bertanggung jawab, peduli, rukun dan harmonis di lingkungan umat beragama. Peranan parisada Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata karya adalah sebagai berikut:
39
1. Parisada sebagai figure sentral atau sebagai pengayom masyarakat atau pemuda Hindu. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa telah dilakukan berbagai kegiatan keagamaan guna mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Kegiatan tersebut bersifat positif dan membawa pemuda Hindu kearah yang lebih baik. Kegiatan keagamaan tersebut dilakukan agar para pemuda Desa Kospa Duwata Karya mengerti tentang kidung-kidung suci keagamaan. Kidung-kidung suci keagamaan tersebut bukan hanya untuk didengar tetapi juga harus bisa dilantunkan agar kidungkidung suci keagamaan tidak hilang dan tidak punah. Kegiatan tersebut juga dilakukan agar tidak terjadi kenakalan dikalangan remaja seperti mabuk-mabukan, pergaulan bebas, dan perkelahian antar pemuda. Selanjutnya dari pernyataan salah satu narasumber dapat disimpulkan bahwa peranan parisada telah melaksanakan fungsinya sebagai pengayom masyarakat dan sebagai majelis Agama Hindu yang melakukan pembinaanpembinaan kepada pemuda Hindu. Dilakukan pembinaan-pembinaan keagamaan tersebut agar moral para pemuda Hindu tidak dipengaruhi oleh globalisasi yang bersifat negatif atau perkembangan zaman yang serba modern dan membawa para pemuda Hindu kearah yang tidak baik. Tim Penyusun (1996) Dharma wacana adalah metode penerangan agama Hindu yang disampaikan pada setiap kesempatan umat Hindu yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kegiatan penerangan semacam ini di masa lalu disebut Upanisad. Tujuan dilaksanakan Dharma wacana yaitu untuk meningkatkan pengetahuan untuk penghayatan dan pengalaman ke dalam rohani umat serta mutu bhaktinya kepada agama, masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka peningkatan dharma agama dan dharma negara. Selain dharma wacana juga diadakan kegiatan keagaman yaitu Dharma tula. 40
Dharma tula yaitu berasal dari bahasa sanskerta, kata tula artinya perimbangan, keserupaan, dan bertimbang. Secara tradisional Dharmatula itu dilaksanakan berkaitan dengan Dharma gita. Biasanya juga memperoleh pemahaman atau pengertian yang lebih jelas dari bagian-bagian Dharma gita yang mengandung ajaran falsafah. Biasanya seluruh peserta aktif berperan serta memberikan ulasan atau membahas apa yang menjadi subjek pembicaraan. Dalam pelaksanaan lebih jauh, Dharma tula diharapkan tidak hanya menyertai Dharma gita melainkan pula diadakan secara mandiri melibatkan semua potensi terutama generasi muda, menampilkan topik tertentu untuk kemudian dibahas bersama atau dalam kelompok yang ada. Tujuan diadakan Dharma tula dimaksudkan sebagai metode pendalaman ajaran-ajaran Agama Hindu melalui peningkatan peran serta yang aktif dari semua peserta. (Tim Penyusun 1996). Selain diadakan Dharma wacana dan Dharma tula juga diadakan Dharma Santi. Dharma santi adalah suatu ajaran untuk mewujudkan perdamaian diantara sesama. Tujuan diadakan kegiatan Dharma Santi adalah untuk saling maaf-memaafkan dengan hati dan pikiran yang suci serta ucapa yang tulus ikhlas(Tim Penyusun 1996). 2.
Peranan parisada sebagai inspirator bagi pemuda Hindu Desa Kospa Duwata Karya Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa Parisada harus menjadi inspirator bagi umat Hindu khususnya para pemuda Hindu. Parisada harus memberi contoh dan menunjukkan sikap yang baik kepada pemuda. Sebab pada zaman sekarang ini para pemuda sangat cepat terpengaruh dengan pengaruh IPTEK yang bersifat kurang baik yang bisa menghancurkan masa depan pemuda Hindu itu sendiri. Maka parisada harus berperan penting demi masa depan pemuda itu sendiri dengan dilakukannya pembinaan-pembinaan WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
keagamaan, dan wajib mengarahkan pemuda agar patuh dan disiplin terhadap aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Selanjutnya dari hasil wawancara dengan beberapa orang tua pemuda Hindu dapat disimpulkan bahwa peran dan tanggung jawab orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak menjadi pemuda-pemudi yang berahlak baik. Sesungguhnya bila seorang anak telah dididik dengan baik sejak dini, dia akan mampu untuk memilih hal-hal positif bagi dirinya. Demikian dengan teman dan lingkungan pergaulan yang mendorong pemuda kearah positif. Sebaliknya jika anak tersebut tumbuh kurang dan tidak mendapat pendidikan budi pekerti yang baik, maka ketika dewasa akan menjadi pemuda yang merasa tidak malu untuk melakukan hal tidak baik yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Disamping itu juga banyak terjadi kenakalan dikalangan remaja disebabkan oleh dampak perkembangan IPTEK yang negatif. Membimbing anak merupakan proses untuk mengantarkan anak pada sasaran yang ingin dituju. Melalui bimbingan praktek misalnya yang mengarah pada penjabaran Tattwam Asi untuk diamalkan dalam kehidupannya. Hal ini dapat dipetik dari ajaran Tri kaya parisudha, yaitu berupa tiga pengendalian hawa nafsu untuk dapat berbuat yang baik dan benar, seperti: Manacika adalah dengan membimbing anak untuk berpikir yang baik dan benar, dengan tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikir buruk terhadap orang lain dan tidak mengingkari hukum karmaphala. Dari Wacika, anak dibimbing supaya dapat bertutur kata yang baik dan benar dengan tidak mencaci maki, tidak berkata kasar terhadap orang lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar janji. Selanjutnya melalui Kayika, yaitu berbuat atau berlaksana yang baik dan benar dengan memberikan bimbingan, tidak melakukan pembunuhan, tidak mencuri dan tidak berbuat curang terhadap sesama (Arwati,2009).
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
3. Peranan parisada sebagai mediator bagi pemuda Hindu Desa Kospa Duwata karya. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa peranan parisada sebagai mediator untuk mengantisipasi pernikahan dini sangat penting. Semua pihak tidak menginginkan jika anaknya menikah muda, sehingga setiap kegiatan keagamaan yang dilakukan parisada sangat bermanfaat sekali bagi pemuda. Jika ada masalah yang timbul dikalangan pemuda, parisada ikut serta dalam penyelesaiannya dan mencarikan jalan keluar dari masalah tersebut. Disamping itu juga peran sebagai orang tua juga sangat penting, sebab pada hakekatnya keluarga merupakan tempat yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian anak. Orang tua juga harus membiasakan anak-anaknya untuk mengikuti pembinaan-pembinaan keagamaan agar nantinya menjadi pemuda yang berkepribadian baik. Dari beberapa pendapat di atas tentang peranan Parisada dalam mengantisipasi pernikahan dini kepada para generasi penerus atau pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, dapat disimpulkan bahwa Parisada Desa Kospa Duwata Karya telah berupaya menjalankan perannya untuk meningkatkan stabilisasi dan mengatasi pergeseran moral dan budi pekerti pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Parisada Desa Kospa Duwata Karya sebagai inspirator dengan menunjukan sikap yang dapat di tiru oleh para generasi muda Hindu, dan menjadi mediator dalam memfasilitasi serta mengarahkan berbagai kegiatan yang mendukung upaya untuk mengantisipasi pergeseran moral pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Permasalahan yang terjadi dilapangan sangat relevan dengan teori Peran, dimana parisada menjalankan perannya sebagai majelis Hindu. Peran merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa. Dimana teori ini bertujuan menanamkan nilai pendidikan budi pekerti 41
serta mengantisipasi nilai moral pada generasi Hindu khususnya. b. Kendala- Kendala yang dihadapi Parisada Desa Kospa Duwata Karya Dalam Mengantisipasi Pernikahan Dini Pemuda Hindu Di Desa Kospa Duwata Karya. Dalam teori pendidikan karakter yang dicetuskan oleh Ritzer-Goodman (2004), yang menyatakan dalam penanaman nilai pendidikan mempunyai makna pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subjek dengan prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Antara prilaku dan sikap hidup yang dimiliki mempunyai pengaruh besar akan moral dan budi pekerti seseorang. Untuk mengarahkan sikap hidup dan prilaku yang dimiliki ke arah yang baik diperlukan sebuah gebrakan dalam menumbuh-kembangkan sikap yang baik. Namun sering kali suatu gebrakan yang dilakukan mendapatkan kendala-kendala yang menyebabkan perlu upaya dalam mengatasi kendala tersebut. Terkait dengan hal di atas, untuk membedah rumusan masalah mengenai kendala-kendala yang dihadapi parisada Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindudi Desa Kospa Duwata Karya maka dilakukan proses observasi dan wawancara kepada pihak-pihak yang menjadi informan dalam penelitian. Wawancara kemudian diolah menjadi data yang akurat dalam penyusunan penelitian ini. 1. Kendala Internal Kendala internal diartikan sebagai suatu hambatan yang diakibatkan oleh faktor dari dalam keluarga dalam hal ini orang tua (Slameto, 2010). Setiap orang tua tentunya mengharapkan anaknya menjadi anak yang taat pada agama, cerdas, menjadi putra-putri yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan semua harapan orang tua tersebut, dibutuhkan 42
adanya peranan orang tua dalam meningkatkan disiplin anak, baik disiplin dalam belajar, disiplin dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) maupun disiplin dalam mentaati normadan aturan yang berlaku. Dari hasil wawancara dengan orang tua pemuda dan parisada dapat disimpulkan bahwa kurangnya waktu untuk mengontrol aktivitas anak dan jarang menganjurkan anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan yang telah diprogramkan oleh parisada, maka anak tersebut menjadi acuh tak acuh dengan kegiatan tersebut. Jadi sebagai orang tua harus mengarahkan pemuda agar disiplin untuk mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan sebab mengasuh dan membimbing anak sepenuhnya tanggung jawab orang tua. Disamping itu juga faktor ekonomi rendah menyebabkan anak putus sekolah sehingga menyebabkan pemuda cepat menikah. Jadi orang tua harus membatasi usia anak untuk menikah. 2. Kendala Eksternal Kendala eksternal dalah suatu hambatan yang dihadapi karena pengaruh dari luar atau lingkungan (Slameto, 2010). Adapun Kendala dari luar atau lingkungan yang dihadapi orang tua dan parisada di Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan pemuda Hindu diantaranya sebagai berikut: Pengaruh Lingkungan Sekitar Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa lingkungan sekitar memiliki pengaruh yang sangat besar pada perkembangan pemuda pada zaman sekarang, seperti pengaruh temanteman dilingkungan sekitar merupakan faktor penghambat yang dihadapi oleh orang tua dan parisada dalam mengantisipasi perrnikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Pesatnya arus globalisasi seperti Televisi dan Handpone (HP) Dari wawancara menyatakan bahwa dampak dari siaran TV dan HP kurang baik
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
jika pemuda tersebut salah mempergunakan teknologi tersebut. Misalnya siaran televisi yang kurang mendidik, akan menyebabkan anak tersebut malas belajar. Disamping itu juga HP bisa menyebabkan para pemuda melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya berkomunikasi dengan sang pacar dan pada akhirnya mereka bersepakat bertemu di suatu tempat. Pengaruh dari HP berkamera juga membawa dampak yang negative, misalnya bisa menyimpan video-video porno yang yang tidak boleh ditonton oleh anak di bawah umur. Permasalahan yang terjadi dilapangan sangat relevan dengan teori Fungsional Struktural. Teori ini menyatakan bahwa sistem tindakan melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyelesaikan sendiri dan mengubah lingkungan eksternal, sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya, sistem sosial melaksanakan fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya, dan sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak (Saifuddin, 2009). c. Upaya-Upaya yang dilakukan Parisada Desa Kospa Duwata Karya Dalam Mengantisipasi Pernikahan Dini Pemuda Hindu Di Desa Kospa Duwata Karya. Dalam menghadapi berbagai kendalakendala yang dihadapi oleh Parisada Desa Kospa Duwata Karya maka dilakukan upaya untuk mengatasinya yaitu sebaiknya terlebih dahulu mengetahui latar belakang atau pokok permasalahan yang dihadapi oleh pemuda Hindu, dan kemudian memberikan teguran bagi pemuda yang tidak merespon kegiatan pembinaan terebut. Bahkan telah dibuatkan peraturan-peraturan dari hasil kesepakatan bersama ketua muda-mudi Hindu yaitu memberikan sanksi kepada pemuda Hindu WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015
yang membangkang dan tidak merespon baik pembinaan yang dilakukan Parisada. Sanksi tersebut bersifat mengikat dan membangun. Selanjutnya dapat disimpulkan upayaupaya yang dilakukan Parisada Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya yaitu : 1. Mengatasi kendala kurangnya respon pemuda tersebut dengan memberikan teguran dan sanksi yang telah disepakati. 2. Melakukan koordinasi atau kerja sama dengan para orang tua pemuda karena orang tua pemuda dipandang sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab atas perkembangan moral anak-anaknya. Permasalahan yang terjadi dilapangan sangat relevan dengan teori Tindakan. Dimana di dalam teori Tindakan dikatakan bahwa Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia disekeliling. Menjadi manusia berarti menjadikan masuk akal latar atau situasi dimana kita menemukan diri kita dan mewujudkan tindakan sesuai dengan situasi itu. 3. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan parisada Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Parisada Desa Kospa Duwata Karya telah berupaya menjalankan perannya untuk meningkatkan stabilisasi dan mengatasi pergeseran moral dan budi pekerti pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Parisada Desa Kospa Duwata Karya sebagai inspirator dengan menunjukan sikap yang dapat ditiru oleh para generasi muda Hindu, dan menjadi mediator dalam memfasilitasi serta mengarahkan berbagai kegiatan yang mendukung upaya untuk mengantisipasi pergeseran moral pemuda 43
2.
3.
44
Hindu di Desa Kospa Duwata Karya. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya mengatasi pergeseran moral dan budi pekerti pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya yaitu berbagai kegiatan olahraga, kegiatan kerohanian seperti Dharma Gita dan Seni tari untuk meningkatkan nilai pergaulan dan nilai spiritual dalam nilai pendidikan Agama Hindu. Dalam usaha mengatasi pernikahan dini pemuda Hindu, penanaman nilai pendidikan Agama Hindu sangat perlu diberikan kepada generasi penerus melalui Dharma Wacana oleh Parisada dan kegiatan kerohanian keagamaan seperti Dharma Gita yaitu pembacaan Sloka dan Palawakya. Kendala-kendala yang dihadapi Parisada dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya yaitu : Kendala internal diartikan sebagai suatu hambatan yang diakibatkan oleh faktor dari dalam keluarga dalam hal ini orang tua dan kendala eksternal yaitu suatu hambatan yang dihadapi karena pengaruh dari luar atau lingkungan. Kurangnya respon pemuda terhadap pembinaan yang dilakukan parisada dalam mengantisipasi pergeseran moral dan budi pekerti dan meningkatnya kasus kenakalan remaja diakibatkan oleh kemajuan IPTEK dan pengaruh negatif globalisasi yang menimbulkan pola pikir instan dalam menjalani kehidupan seharihari seperti perkelahian antar pemuda, mabuk minuman keras, pergaulan bebas yang pada akhirnya mengakibatkan pernikahan dini. Upaya-upaya yang dilakukan Parisada Desa Kospa Duwata Karya dalam mengantisipasi pernikahan dini pemuda Hindu di Desa Kospa Duwata Karya yaitu : Mengatasi kendala kurangnya respon pemuda tersebut dengan memberikan teguran dan sanksi yang telah disepakati dan dilakukan koordinasi atau kerja sama
dengan para orang tua pemuda karena orang tua pemuda dipandang sebagai pihak pertama yang bertanggung jawab atas perkembangan moral anak-anaknya. DAFTAR PUSTAKA Artadi, I Ketut. 2003. Hukum Adat Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post. Arthayasa, I Nyoman dkk. 2004. Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu. Surabaya: Paramita. Arwati, Ni Made Sri. 2009. Swadharma Ibu dalam Keluarga Hindu. Denpasar : Widya Dharma Kaelan. 2005. MetodePenelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta: Paradigma. Praptini, dkk. 2009. Sosiologi Hindu. Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI. Pudja, Gede dan Tjokorda Rai Sudharta. 2005. Manawa Dharmasastra, Veda Smerti. Surabaya : Parmita Ritzer, George dan Douglas J Goodman.2004.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana. Saifuddin, Fedyani Ahmad. 2009. Pengantar Teori-teori Sosial. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1983. Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta Sura, I Gede. 2001 Pegendalian Diri dan Etika. Denpasar : Hanuman Sakti Tim Penyusun, 1996. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Umat HinduDharma Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI. Titib, I Made. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikan Budhi Pekerti Pada Anak. Jakarta: Penerbit Ganeca Exact.
WIDYA GENITRI Volume 7, Nomor 1, Desember 2015