eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 311-324 ISSN 0000-0000 , ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
PERANAN MAHMOUD AHMADINEJAD DALAM MENGEMBANGKAN IRAN MENJADI KEKUATAN BESAR DI KAWASAN TIMUR TENGAH ROBIAT FAHLEVIE1 NIM. 06561770840302
Abstract The aim of the research is to explain about Ahmadinejad’s role in developing Iran into a great power in the middle east region. Type of this research is descriptive analysis where the whiter try to describe and explain about Ahmadinejad’s role as a president in developing Iran being a great power in the region. Sources to be presented in this research is secondary sources. Sources obtained through literature review, either books, internet, ect. The sources analysis is qualitative analysis. The results showed that there are several important points to notice, which are several changing that affect at the time of Ahmadinejad’s governance such as hampered democration, reduced United States dominance in the middle east and and Latin America, increase of energy dependence, more supports and cooperations in the middle east so do the other countries in the world what makes Iran has high bargaining power in the international political system. Keywords: Ahmadinejad’s role, Leadership, Iran as a great power
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
Pendahuluan Iran di tengah sistem internasional dan kawasan Timur Tengah merupakan negara yang mempunyai posisi sangat strategis baik dalam hal letak geografisnya yang berbatasan dengan Azerbaijan dan Armenia di barat laut dan Laut Kaspia di utara, Turkmenistan di timur laut, Pakistan dan Afganistan di timur, Turki dan Irak di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan sebagai jalur perdagangan. Arti strategis wilayah ini seringkali memiliki kaitan erat dengan persoalan sumber energi seperti minyak dan gas. Terutama minyak mentah, Iran merupakan salah satu pemasok minyak mentah terbesar ketiga di dunia sebagaimana halnya dengan mayoritas negara Timur Tengah lainnya. Mengenai masalah pengembangan nuklir, Iran menolak tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa teknologi nuklir yang mereka kembangkan tersebut bertujuan untuk perdamaian, sebagai pemasok kekuatan listrik di Iran, bukan digunakan untuk kepentingan militer seperti yang dituduhkan oleh Amerika Serikat. Sosok pemimpin Iran yang secara lantang menentang kebijakan Barat untuk menghentikan pengembangan teknologi nuklir di Iran tersebut adalah Mahmoud Ahmadinejad yang terpilih menjadi presiden Iran dalam pemilihan Juni 2005 dimana sebelumnya menjabat sebagai walikota Teheran sejak 3 Mei 2003. Ahmadinejad berasal dari kalangan konservatif dalam beragama dengan pandangan-pandangannya yang Islamis dan Populis. Sebelum terpilih sebagai walikota, Ahmadinejad adalah seorang ilmuwan teknik sipil dan asisten professor di Iran University of Science and Technology (IUST). Ahmadinejad mengawali karir politiknya dengan mengikuti korps Islamic Revolutionary Guards pada tahun 1986 selama perang Iran-Irak. Ahmadinejad awalnya merupakan figur yang tidak dikenal dalam perpolitikan Iran hingga dia terpilih menjadi walikota Teheran pada Dewan kota kedua di Teheran pada 3 Mei 2003, setelah mendapatkan suara 12% yang memimpin pemilihan umum kandidat konservatif dari Aliansi Pembangunan Islam Iran di Teheran (http://luar-negeri.kompasiana.com). Ditengah tekanan dari barat, Ahmadinejad memperjuangkan prinsip-prinsip dan cita-cita revolusi sejalan dengan keinginan bangsa Iran. Rakyat Iran menuntut hak-haknya terkait dengan pemanfaatan energi nuklir untuk tujuan damai. Keinginan ini yang diperjuangkan oleh pemerintah Ahmadinejad hingga akhir dua tahun pertama masa jabatannya. Berdasarkan alasan-alasan inilah, sejak awal, pemerintah Ahmadinejad menolak politik hegemoni Barat yang bertujuan menghalangi Iran menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai. Pemerintah Ahmadinejad memilih kebijakan menentang hegemoni Barat.
312
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
Krisis nuklir Iran berubah menjadi masalah internasional berkat tekanan dan konspirasi yang dilakukan Amerika dan sekutunya. Hal ini membuat pemerintah Ahmadinejad pada tahun pertama di bidang politik luar negerinya tidak diberi pilihan lain. Pemerintahnya mengkonsentrasikan kekuatannya untuk menyelesaikan masalah isu nuklir. Dari sini, masalah nuklir menjadi fokus utama diplomasi Republik Islam Iran dimana penguasaan teknologi nuklir sangat strategis bagi pengembangan dan kemajuan sebuah negara. Namun, kebijakan politik luar negeri Iran berhasil mengubah masalah ini menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Krisis nuklir Iran menjadi ujian bagi rakyat dan pejabat pemerintah untuk mengukur seberapa besar mereka membela kemandirian politik luar negeri Iran. Dari latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimana peranan Mahmoud Ahmadinejad dalam mengembangkan Iran menjadi kekuatan besar di kawasan Timur Tengah ?”. Adapun tujuan dari penelitian ini, guna mengetahui dan menjelaskan peranan Mahmoud Ahmadinejad dalam mengembangkan Iran menjadi kekuatan besar di kawasan Timur Tengah. Landasan Teori dan Konseptual 1. Konsep Kebijakan Luar Negeri Kebijakan luar negeri merupakan sebuah sarana bagi negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya di lingkungan eksternal. Kebijakan luar negeri adalah semua sikap dan aktifitas yang melalui itu masyarakat nasional yang terorgansasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan internasional (Rosenau, 1976;27). Kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam kepentingan nasional. a. Kepentingan Nasional Inti, merupakan kepentingan nasional yang mendorong pemerintah dan bangsa melakukan eksistensinya dalam mempertahankan atau memperluas tujuan sepanjang waktu (untuk mencapai nilai atau kepentingan ini bias dilakukan dengan atau tanpa menekan negara lain). b. Kepentingan Nasional Jangka Menengah, kepentingan nasional ini biasanya menekankan tuntutannya pada negara lain (komitmen untuk mencapai tujuan ini bersifat serius dan biasanya tujuan ini memiliki beberapa pembatasan).
313
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
c. Kepentingan Nasional Jangka Panjang, kepentingan nasional ini jarang memiliki batasan waktu dalam pencapaiannya. Dalam kenyataan para negarawan jarang sekali menempatkan nilai tertinggi dalam kepentingan jangka panjang dan mereka tidak akan menggunakan kemampuan nasional atau kebijaksanaan nasional untuk mencapainya, kecuali jika sasaran yang hendak dicapai penting sekali sifatnya bagi ideology (Plano, 1999:5). Menurut Howard H . Lentner, ada dua faktor yang mempengaruhi atau determinan dalam perumusan kebijakan luar negeri suatu negara, yaitu: a. Internal/domestic determinan, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam negara itu sendiri yang menjadi bagian dari kepentingan nasional dan harus diperhitungkan dalam upaya pencapaian tujuan nasional keluar. b. Eksternal determinan, faktor-faktor yang terdapat diluar batas territorial suatu negara atau didalam suatu lingkungan internasional (Lentner, 1974:105-170). Selain dari dua determinan diatas, masih terdapat dua determinan lain yang dapat menjadi sumber-sumber input kebijakan luar negeri yaitu: governmental sources dan idiosyncretic sources. Sumber pemerintahan merupakan salah satu bagian dari sumber internal yang menjelaskan mengenai pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan. Sumber idiosinkretik merupakan salah satu bagian dari sumber internal lainnya yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat, serta kepribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri (Moch.Yani, 2005:57). Kebijakan luar negeri Iran salah satunya yang menonjol yaitu masalah pengembangan teknologi nuklir. Ahmadinejad bersikeras bahwa hal itu ditujukan untuk perdamaian yang digunakan sebagai sumber energi, bukan digunakan untuk kepentingan militer seperti yang dituding oleh Amerika Serikat. Demi tercapainya kepentingan nasional Ahmadinejad tetap melanjutkan program pengembangan teknologi nuklir nya tanpa terpengaruh pernyataan-pernyataan dari pihak barat. Sejak mempertahankan pengembangan teknologi nuklir damainya, kekuatan diplomasi Iran ke berbagai negara mengalami peningkatan. Jika dilihat dari sisi seorang Ahmadinejad, kebijakan luar negeri Iran juga dipengaruhi oleh idiosyncratic sources atau faktor idiosinkretik. Dimana sosok kepemimpinan Ahmadinejad mempengaruhi perumusan atau input kebijakan luar negeri Iran. 2. Konsep Peranan Beberapa peranan yang dimiliki dan dijalankan oleh seorang pemimpin negara (presiden), antara lain sebagai berikut: a. Chief of State, peranan presiden sebagai Kepala Negara yang merepresentasikan negaranya dalam forum internasional. Sebenarnya peran ini 314
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
lebih merupakan peran simbolik yang membuat presiden dapat mempromosikan, menyampaikan, dan mewakili nilai-nilai negara yang dipimpin dalam kegiatan publik. b. Chief of Diplomat, merupakan peranan presiden sebagai perunding tingkat tinggi dengan negara lain. Presiden dapat mengirimkan dan menerima duta besar, memberi atau menunda pengakuan, memutuskan hubungan diplomatic, merundingkan perjanjian, dapat mengerahkan kekuatan bangsa untuk mendukung kebijakan luar negerinya (Plano, 1999:334). c. Chief Executive, presiden adalah kepala eksekutif, memiliki kewenangan membuat hukum dan menangani masalah-masalah kenegaraan. Apabila presiden tidak dapat membuat hukum tertentu, maka para pembantu presiden (menteri) mengambil tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan hukum tersebut. d. Chief Legislator, merupakan suatu konsep yang menekankan pentingnya peranan presiden dalam proses legislative. Peran presiden sebagai kepala legislator penting sekali dalam urusan luar negeri maupun domestik, karena kebijakan luar negeri memerlukan dukungan legislatif dan penerapan yang didukung oleh hukum (Plano, 1999:335). e. Chief of Foreign Policy, merupakan peran pemerintahan sebagai pembuat kebijakan tertinggi dibidang urusan luar negeri. Peran ini menuntut presiden untuk bertanggung jawab atas keamanan dan kemakmuran bangsa dalam rangka memaksimalkan kepentingan nasional. Tugas kepemimpinan presiden di bidang urusan luar negeri mencakup perancangan legislasi, menjalankan diplomasi pribadi, pidato umum, konfrensi pers, dan pemberitaan melalui surat kabar (Plano, 1999:336). f. Commander in Chief, merupakan peran kepala pemerintahan sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata (Plano, 1999:337). Kebijakan-kebijakan luar negeri yang telah diputuskan oleh suatu negara dapat dijalankan atau dilaksanakan melalui beberapa sarana kebijakan luar negeri. Sarana-sarana yang dapat digunakan oleh negara dalam melakukan aksi kebijakan luar negerinya, secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu: Political means, yaitu tindakan dari suatu negara yang dilakukan dengan cara mengirimkan orangnya ke negara-negara lain untuk mempengaruhi tokoh-tokoh politik di negara itu demi untuk kepentingan dari negara yang mengirimnya tersebut. Diplomatic means, yaitu cara-cara diplomasi yang digunakan sebagai sarana utama dalam politik luar negerinya. Informatical means, yaitu aksi yang dilakukan oleh suatu negara dengan menggunakan media komunikasi sebagai sarana politik luar negerinya, yang diarahkan kepada masyarakat negara lain atau dunia internasional demi untuk mencapai kepentingan dari negara yang melakukan aksi tersebut.
315
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
Military means, yaitu penggunaan kekuatan militer sebagai sarana untuk mencapai kepentingan politik suatu negara ke negara lain (Lentner, 1974:113117). Ahmadinejad sebagai presiden Iran yaitu elit politik yang secara langsung terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan luar negeri, yang kebanyakan perannya membuat berbagai formulator kebijakan luar negeri demi kepentingan nasional negaranya. Peran Ahmadinejad sebagai chief of foreign policy dengan sosok kepemimpinannya sangat berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri Iran. Dibawah tekanan dari pihak Amerika dan sekutunya Ahmadinejad tetap mengeluarkan beberapa kebijakan yang sangat berani dengan menentang pihak barat. Dan hasilnya sangat terlihat kemajuan Iran diberbagai bidang setelah dua tahun masa jabatannya sebagai presiden. 3. Konsep Power Hans J. Morgenthau mendefinisikan power sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik dimana aktor A memiliki kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakan aktor B. Power politik mencakup hubungan psikologis antara elite yang menyelenggarakan kekuasaan serta mereka yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh elite. Power bisa terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua hubungan sosial yang mendukung tujuan (pengendalian) itu, mulai dari kekerasan fisik sampai ke hubungan psikologis yang paling halus yang dipakai oleh pikiran seseorang untuk mengendalikan pikiran orang lain. Suatu negara memerlukan sumber kekuasaan untuk memperbesar dan mempertahankan kekuasaannya serta untuk memperngaruhi negara lain. Sumber daya ini sering disebut sebagai kekuatan nasional. Kekuatan nasional dapat bersifat kekuatan yang nyata/terlihat (tangible power) seperti kekuatan ekonomi dan militer, serta kekuatan yang bersifat tidak terlihat (intangible power) berupa kekuatan politik dan diplomasi negara. Pandangan kekuatan (power) menurut John T. Rourke memiliki beberapa elemen penting, antara lain: a. The National Core (Country’s Physical Characteristics, its People, its Political System, and its Reputation) b. The National Infrastructure (Technological Sophistication, Transportation System, Information, and Communication Capabilities) c. The National Economy (Financial Position, Natural Resources, Industrial Output, Agriculture) 316
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
d. The Military (Levels of Spending, Quality Versus Quantity, Leadership and Morale) Hasil Penelitian Dari beberapa contoh elemen power yang kita liat hampir disetiap faktor Iran memiliki keunggulan dan bahkan terus semakin meningkat hingga saat ini. Kuatnya sistem pemerintahan yang menyatu dengan rakyat dan berasaskan pada nilai-nilai dan demokrasi agama baik di tingkat internal maupun internasional mampu tampil dengan baik dan menjadi tauladan baru bagi negara lain. Kemampuan dari softpower (faktor spiritual) Iran membuktikan negaranya dapat bertahan ditengah serangan embargo dan tekanan dari pihak barat. Bahkan disebutkan embargo yang diberikan kepada Iran tidak mendapat hasil, justru membuat Iran belajar berdiri di dalam tekanan dan membuat negara itu lebih mandiri dalam berbagai hal. Banyaknya sumber daya yang dimiliki didukung dengan kualitas sdm yang sangat tinggi membuat kemajuan Iran di berbagai bidang terbukti dan diakui sangat cepat. Dengan kekuatan militer yang mendapat banyak pengakuan dari berbagai pihak dan pembuktian dengan mematahkan beberapa usaha Amerika untuk menembus sistem pertahanan Iran menjadikan kekuatan negara ini patut untuk diperhitungkan. Sumber kekuatan lain yang sangat berpengaruh adalah Iran sebagai salah satu negara berkekuatan nuklir, yang juga meningkatkan kekuatan diplomasi dari Republik Islam Iran. Berubahnya peta kekuatan dengan pudar nya dominasi Amerika Serikat di Timur Tengah dengan sendirinya berpengaruh pada isu global saat ini, yaitu ketergantungan terhadap minyak dan gas. Di dunia ini ada lima negara penghasil minyak terbesar, yaitu Arab Saudi, Iran, Rusia, Irak, dan Venezuela. Meningkatnya harga minyak bumi membuat para produsen minyak ini, kecuali Irak, memiliki daya tawar politik yang semakin kuat. Secara umum, pada masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad, rakyat Iran adalah rakyat yang menyatakan dukungan yang sangat besar terhadap pemimpin negaranya, berbagai dukungan rakyat dapat diperoleh oleh Mahmoud Ahmadinejad dalam setiap kebijakan yang diambilnya, terutama dukungan rakyat Iran terhadap pemerintahannya yang tetap mempertahankan usaha pengembangan teknologi nuklir dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik nasional dan dengan tujuan damai. Sosialisasi masalah pentingnya nuklir bagi bangsa Iran sedemikian gencar dilakukan sampai ke sekolah-sekolah dasar sekalipun. Berhasilnya sosialisasi nuklir membuat langkah pemerintah Iran untuk berkeras kepala di hadapan tekanan Barat dalam melanjutkan proyek nuklirnya, mendapat dukungan menyeluruh dari berbagai lapisan masyarakat. 317
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
Ahmadinejad memiliki sejumlah alasan rasional yang dapat dijadikan sebagai dasar mengapa Iran tetap melanjutkan program nuklirnya. Pertama, nuklir merupakan teknologi prestisius yang dapat membawa Iran menuju bangsa yang maju. Konkretnya jika Iran berhasil memanfaatkan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listriknya, maka Iran akan dapat membangun pembangkit tenaga yang jauh lebih murah dan sangat efektif. Dengan begitu anggaran subsidi untuk konsumsi listrik nasional yang teus meningkat dari tahun ke tahun dapat dikurangi secara drastis. Itu artinya, untuk jangka panjang Iran akan sangat dimungkinkan menjadi negara yang mandiri hampir di semua bidang. Dengan memiliki alternatif teknologi nuklir, dan cadangan minyak yang besar, Iran jelas akan lahir menjadi negara kaya. Sedangkan untuk jangka pendeknya Iran akan memperoleh devisa negara yang sangat besar, seiring meningkatnya harga gas dan minyak dunia. Kedua, teknologi nuklir dapat membantu Iran dalam melawan segala bentuk penindasan dan dominasi negara-negara barat atas Iran khususnya, serta negaranegara berkembang umumnya. Ini jelas merupakan perisai tangguh yang dapat menangkis geliat hegemoni barat atas Iran. Ketiga, adalah hak legal bangsa Iran untuk melakukan dan tetap melanjutkan program pengembangan nuklir. Itu sudah menjadi tuntutan hampir semua rakyat Iran meski disampaikan dengan beragam perbedaan pendapat yang ada. Lebih dari itu program pengembangan nuklir dinilai dapat meningkatkan semangat kemajuan seluruh rakyat Iran, yang selama ini hidup dalam berbagai tekanan, embargo, dan kekangan dunia barat sejak bergulirnya Revolusi 1979. Ahmadinejad menekankan bahwa, energi nuklir memiliki banyak manfaat hampir pada semua bidang kehidupan, termasuk bidang pertanian dan kedokteran. Pada saat energi fosil telah habis terkuras maka Iran akan mulai menjual energi nuklir pada bangsa lain dengan harga yang sangat tidak terjangkau. Dengan begitu Iran dapat mendominasi dunia, dan terus mempertahankannya. Nuklir Ahmadinejad rupanya bukan hanya bertujuan untuk kemajuan Iran, tetapi juga untuk menciptakan dominasi Iran atas dunia (Danny, 2007:38-39). Saat ini hegemoni Barat berhadap-hadapan dengan Iran dalam masalah nuklir. Pihak barat seperti Amerika dan sekutunya khawatir bila Iran mampu meraih semua tujuan yang diinginkannya di bidang pemanfaatan damai energi nuklir, Iran akan menjadi simbol bagi seluruh negara berkembang. Masyarakat tertindas di dunia akan meniru apa yang telah dicapai oleh bangsa Iran dan akan mempermasalahkan otoritas monopoli sejumlah negara atas energi nuklir. Atas dasar ini, dalam dua tahun terakhir ini, Amerika Serikat, sejumlah sekutu Eropanya dan Rezim Zionis Israel mengerahkan segala kekuatannya untuk menghentikan program damai energi nuklir Iran.
318
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
Ada dua hal yang membuat pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan serbuan yang luas dari hegemoni Barat dan peran vital energi nuklir dalam kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Terlebih lagi, saat melihat keinginan kuat rakyat Iran untuk mendapatkan haknya memanfaatkan energi nuklir untuk pembangkit tenaga listriknya. Kemampuan politik luar negeri Iran untuk keluar dari tekanan Barat dalam masalah nuklir mengubah stigma sebelumnya. Saat ini, kemampuan nuklir Iran berubah menjadi sebuah kekuatan diplomatik dalam politik luar negeri Iran dengan dunia internasional. Hal itu karena kemajuan pesat Iran di bidang ekonomi, budaya dan sosial ditambah sekarang Iran telah menjadi salah satu kekuatan nuklir dunia. Saat ini, masalah nuklir Iran menjadi kekuatan diplomasi pemerintah Ahmadinejad. Keberhasilan politik luar negeri Iran dalam dua tahun pertama masa pemerintahan Ahmadinejad dapat ditelusuri di kawasan Timur Tengah. Sistem diplomasi Iran dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang dimiliki berhasil dalam aksiaksinya di Irak, Afghanistan, Palestina, Lebanon dan juga Amerika Latin. Kemampuan diplomasi pemerintah Ahmadinejad mengubah Iran menjadi salah satu negara terkuat di Timur Tengah. Perundingan segi tiga Baghdad menunjukkan posisi Iran sangat menentukan di peta politik Timur Tengah. Perundingan segi tiga terlaksana setelah permintaan resmi Amerika dan desakan pemerintah Irak. Satu hal yang menggembirakan, ketika Timur Tengah menjadi pusat konsentrasi tekanan politik dan militer Amerika dan sekutunya terhadap Iran, keberhasilan diplomasi Iran lebih mendominasi. Pejabat-pejabat tinggi Irak lebih menganggap Iran sebagai negara sahabat dan lebih dekat dengan mereka. Di kawasan Teluk Persia, politik luar negeri Iran yang aktif dan cerdas ditambah kunjungan Presiden Mahmoud Ahmadinejad ke Arab Saudi dan Emirat Arab memperkokoh hubungan Iran dan negara-negara di sekitar Teluk Persia. Pada saat yang sama, kunjungan pejabat-pejabat tinggi Amerika, khususnya Condoleeza Rice dan Robert Gates, Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Amerika, gagal mengajak negara-negara Arab memusuhi Iran. Di Afghanistan, Hamid Karzai, Presiden Aghanistan, membela hubungan dekat Iran dan Aghanistan. Pembelaannya disampaikan saat kunjungannya ke Amerika. Kalangan politisi dan media Barat menilai itu sebagai kemenangan lain diplomasi Iran di kawasan. Contoh lain kebijakan Ahmadinejad dalam hubungan luar negeri nya dapat kita lihat pada kunjungan resmi Mahmoud Ahmadinejad ke empat negara kawasan Amerika Latin. Dalam kunjungannya, Ahmadinejad melakukan pertemuan dengan empat kepala negara dan para pejabat senior lainnya dan membicarakan masalah internasional, regional, kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan juga krisis ekonomi di Eropa dan Amerika. 319
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
Berkuasanya partai-partai kiri dan sosialis di Amerika Latin yang menentang imperialisme dan anti Amerika membuat keinginan melakukan kerjasama Iran dengan negara-negara ini berjalan mulus. Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di masa kepresidenan Ahmadinejad dengan strategi politik-ekonomi di kawasan, telah menciptakan pandangan baru di dunia melawan Amerika. Hal ini tentu saja selain memperluas hubungan dengan kawasan ini. Hasilnya, dengan perluasan hubungan dengan negara-negara seperti Venezuela, Ekuador, Bolivia, Nikaragua dan Kuba, yang sebagiannya memiliki kesamaan penting dengan Iran, telah menjadi sarana kerjasama bilateral dan multilateral di kawasan. Bahkan kerjasama ini telah berhasil diperluas hingga ke tingkat internasional. Kunjungan Ahmadinejad ke Amerika Latin tepat dilakukan di tengah puncaknya ketegangan Iran dan Amerika soal aktivitas nuklir damai Iran yang membuat kunjungan ini diliput luas media-media internasional. Kunjungan resmi Ahmadinejad ke kawasan ini berhasil mencapai tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya. Sebagian dari pencapaian penting dalam kunjungan ini antara lain, 1. Semakin bertambahnya negara-negara yang menentang Amerika dalam pemberlakuan sanksi dan ancaman terbaru negara ini terkait aktivitas nuklir Iran dan embargo minyak Iran. Berbeda dengan keinginan Amerika yang berusaha mengajak negara-negara lain untuk menerapkan sanksi yang lebih berat terhadap Iran, ternyata Iran tengah beraksi memecahkan konsentrasi kebijakan luar negeri Amerika di kawasan Amerika Latin. 2. Tujuan kedua Iran dengan berusaha meningkatkan kerjasama dengan negaranegara Amerika Latin, terutama dengan Venezuela yang memiliki hubungan paling buruk dengan AS, adalah melakukan investasi bersama di bidang perekonomian, industri, properti dan di sektor energi mencakup pembangunan pabrik dan perluasan hubungan dagang dengan negara-negara yang sudah putus asa dengan kebijakan ekonomi Amerika yang tengah mengalami krisis serius. Dengan demikian, Iran dapat meningkatkan posisinya di kawasan ini dan mengajak opini publik di kawasan ini mendukungnya. 3. Tujuan ketiga dari kunjungan ini adalah memperkokoh hubungan dengan negara-negara Amerika Latin. Hal ini dapat menciptakan pasar baru di seluruh kawasan, khususnya Amerika Latin untuk menjual bahan mentah dan mendistribusikan bahan dan produk penting yang tidak dapat dipenuhi akibat sanksi Barat dan Amerika. Berkaitan dengan tiga tujuan penting ini, Iran telah berhasil merealisasikannya dengan kunjungan resmi Presiden Ahmadinejad di Amerika Latin. Keberhasilan paling penting Iran dalam kunjungan ini adalah mengajak negara-negara Amerika 320
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
Latin, khususnya Venezuela melawan politik Amerika anti Iran. Iran berhasil mendapat dukungan negara-negara seperti Kuba, Nikaragua, Venezuela dan Ekuador terkait aktivitas nuklir damai Tehran. Dalam kunjungan ke Amerika Latin, Ahmadinejad disertai delegasi tingkat tinggi Iran menunjukkan bahwa sekalipun Iran mendapat banyak tekanan oleh pihak Barat, tetapi Iran juga memiliki sekutu di berbagai penjuru dunia, termasuk di dataran Amerika sendiri. Berkaitan dengan tanggapan keras dari hegemoni Barat tersebut, Ahmadinejad muncul dengan kebijakan-kebijakan luar negeri yang secara terang-terangan menyatakan ketidak sepahamannya dengan sikap-sikap dan kebijakan-kebijakan Barat terhadap Iran. Sebagai negara yang sedang berkembang Iran dianggap terlalu berani dalam menyatakan sikap penentangannnya. Namun, Iran dibawah pemerintahan Ahmadinejad akhirnya mendapatkan dukungan dari banyak negaranegara terutama negara-negara Islam, khususnya negara-negara di kawasan Timur Tengah. Ahmadinejad maju dan diakui banyak pihak sebagai simbol perlawanan terhadap Barat, termasuk di kawasan Timur Tengah. Pada saat ini, Iran dengan dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan baik dengan negara-negara Islam di dunia dan dengan Rusia, China, dan Venezuela, menjadi sebuah negara yang memiliki posisi tawar yang tinggi dalam sistem internasional. Iran menjadi salah satu negara yang tidak bisa dianggap remeh oleh Barat, Iran juga tidak akan mudah diinvasi dan dikuasai oleh Barat seperti yang telah terjadi dengan Irak karena banyaknya aspek yang penting untuk diperhitungkan sebelumnya seperti dukungan banyak negara terhadap Iran dan kekuatan nuklir Iran adalah sesuatu yang bisa menjadi ancaman serius bahkan bagi negara super power seperti Amerika, yang melakukan beberapa hambatan terhadap kemajuan Iran dengan menurunkan agen CIA untuk membunuh beberapa Ahli Nuklir Iran. Ditambah lagi dengan berkurangnya pasokan minyak dunia yang tentu saja Iran dengan kekuatan nuklirnya akan memiliki cadangan sumber energi yang sangat besar telah membuktikan bahwa Iran muncul sebagai kekuatan besar di kawasan Timur Tengah dalam sistem internasional. Ahmadinejad sebagai Chief of Foreign Policy, demi kemajuan bangsa Iran dalam bidang iptek dan membebaskan dari ketergantungan terhadap sumber energi fosil yang terbatas, Presiden Ahmadinejad memperjuangkan hak bangsa Iran atas nuklir sebagai sumber energi alternatif di forum internasional, kunjungan ke negara sahabat dan pernyataannya melalui pers, pidato nasional juga sosialisasi mengenai program nuklir damai Iran yang memang diperuntukkan bagi kemajuan dan kelangsungan kesejahteraan bangsa Iran dalam jangka panjang. Peranan sebagai chief of foreign policy memiliki andil yang paling besar. Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakan politik luar negeri yang diambil Iran cenderung 321
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
bersifat konfrontatif terhadap sistem internasional yang telah ada sehingga mengundang berbagai respon dari berbagai kalangan internasional. Sebagai chief of foreign policy Presiden Ahmadinejad berusaha menciptakan pola kekuatan baru di kawasan Timur Tengah dalam upaya menguasai teknologi sumber energi baru selain minyak. Dimana kebijakan-kebijakannya tersebut mendapat tanggapan keras dari hegemoni Barat. Berkaitan dengan tanggapan keras dari hegemoni Barat tersebut, Ahmadinejad muncul dengan kebijakan-kebijakan luar negeri yang secara terang-terangan menyatakan ketidak sepahamannya dengan sikap-sikap dan kebijakan-kebijakan Barat terhadap Iran. Sebagai negara yang sedang berkembang Iran dianggap terlalu berani dalam menyatakan sikap penentangannnya. Namun, Iran dibawah pemerintahan Ahmadinejad akhirnya mendapatkan dukungan dari banyak negaranegara terutama negara-negara Islam, khususnya negara-negara di kawasan Timur Tengah. Ahmadinejad maju dan diakui banyak pihak sebagai simbol perlawanan terhadap Barat, termasuk di kawasan Timur Tengah. Pada saat ini, Iran dengan dukungan dan kerjasama yang terjalin dengan baik dengan negara-negara Islam di dunia dan dengan Rusia, China, dan Venezuela, menjadi sebuah negara yang memiliki posisi tawar yang tinggi dalam sistem internasional. Iran menjadi salah satu negara yang tidak bisa dianggap remeh oleh Barat, Iran juga tidak akan mudah diinvasi dan dikuasai oleh Barat seperti yang telah terjadi dengan Irak karena banyaknya aspek yang penting untuk diperhitungkan sebelumnya seperti dukungan banyak negara terhadap Iran dan nuklirnya dan berkurangnya pasokan minyak dunia. Iran muncul sebagai kekuatan besar di kawasan Timur Tengah dalam sistem internasional. Kesimpulan Terdapat beberapa poin penting yang dapat penulis catat, yakni perubahanperubahan eksternal yang berpengaruh terjadi pada masa pemerintahan Ahmadinejad seperti proses demokrasi yang terhambat, pudarnya dominasi Amerika Serikat di Timur Tengah dan Amerika Latin dan ketergantungan terhadap energi yang makin besar, dan juga semakin meluasnya dukungan dan kerjasama dalam berbagai bidang di kawasan Timur Tengah bahkan negaranegara lain di dunia yang menjadikan Iran memiliki posisi tawar yang tinggi dalam sistem Internasional. Kondisi domestik di negara Iran baik pada masa pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad maupun pemerintahan sebelumnya juga menunjukkan kesadaran demokrasi masyarakat Iran yang tinggi. Dalam isu nuklir Iran ini pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad melakukan sosialisasi besar-besaran mengenai 322
Peranan Ahmadinejad Dalam Mengembangkan Iran Menjadi Kekuatan Besar(Biat)
pentingnya pengembangan teknologi nuklir sebagai sumber energi yang efektif dan efisien yang bermanfaat bagi bangsa Iran. Sentimen nasionalisme dan keislaman sangat dikait-kaitkan dalam hal ini. Dalam prosesnya banyak ditentang oleh pihak-pihak yang merasa berkepentingan menjaga perdamaian dunia seperti Amerika Serikat, PBB, dan IAEA. Namun semakin besar penentangan yang diberikan kepada pemeritahan Ahmadinejad mengenai isu nuklir ini malah memunculkan sebuah kekompakan nasional dimana mayoritas rakyat Iran mendukung penuh kebijakan Ahmadinejad mengenai program nuklir damai. Kemampuan diplomasi Ahmadinejad mengubah Iran menjadi salah satu negara terkuat di Timur Tengah. Dimana masalah nuklir menjadi fokus utama dalam diplomasi Iran. Namun, kebijakan politik luar negeri Iran ini berhasil mengubah masalah ini menjadi simbol perjuangan rakyat Iran menentang hegemoni Barat. Selain itu juga pemerintah Ahmadinejad aktif mengadakan kunjungan diplomasi ke luar negeri guna mencari dukungan dan mensosialisasikan bahwa program nuklir yang dicanangkan oleh pemerintah Iran itu bertujuan damai. Daftar Pustaka Buku : D.Danny H Simanjuntak, 2007. Ahmadinejad Menentang Amerika, Jakarta:Narasi Howard Lentner, 1974. Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach. Ohio: bill and howell co. James N.Rosenau, World Politics;An Introduction Jack C. Plano dan Roy Olton, 1999. Kamus Hubungan Internasional, Terjemahan Wawan Juanda. Jakarta: Putra A. Bardin. Mochtar kusumaatmadja, 1983. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa ini, Bandung: AlumniMuhsin Labib, et, all, 2007. Ahmadinejad!: David di tengah angkara Goliath dunia
Media Internet “Kebijakan Ahmadinejad dalam Pembangunan Nuklir Melawan Amerika Bagian I” http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/01/16/kebijakan-ahmadinejad-dalampembangunan-nuklir-melawan-amerika-bagian-i/ diakses pada tanggal 25 januari 2012 pukul 20.15 wita
323
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 311-324
“Pudarnya pengaruh AS dan Era Baru Timur Tengah” http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=7181&coid=4&caid=33&gid=3 diakses pada tanggal 26 febuari 2012 pukul 20.15
324