/9?-6
PERANAN KETENANGAN JIWA BAGI KEBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA
Oleh:
SARBINI NIM: 9911000144
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425 HI 2004 M
PfJ-t
-t
PERANAN KETENANGAN JIWA BAGI l(EBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA.
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana S-I Fakultas Tarbiyah UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Oleh:
SARBINI
NIM: 9911000144 Di bawah Bimbingan :
r---_,,/ Drs.
. Alisuf Sabri
NIP. 150 034 454
JURUSAN PENDIDIK.AN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH .JAKARTA 1425 H / 2004 M
A
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul "PERANANAN KETENANGAN JIWA BAGI
KEBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA"
telah diujikan dalam
Sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Hari Rabu tanggal, 08 September 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S 1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 11 September 2004 Sidang Munaqasah Dekan I
Pudek I I Sekretaris Merangkap Anggota,
etua Merangkap Anggota
Prof. Dr. H. Salman H un NIP.150 062 568
Anggota Penguji I,
Drs. H. Mu'arifSam, MPd NIP. 150 268 585
Penguji II,
Drs. H. M. Alisuf Sabri NIP. 150 034 454
KATAPENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang diberikan kepada penulis sehingga dapat merampungkan skripsi ini sebagai syarat untuk mengikuti munaqasah dan wisuda sarjana. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi SAW. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bimbingan dan dukungan yang penuh ketulusan baik secara moral maupun material dari semua pihak oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: I. Bapak Prof. DR. H. Salman Hamn, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Drs. A. F. Wibisono, M. Ag, ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Bapak Drs. M. Alisuf Sabri, pembimbing yang telah banyak memberikan peluang waktunya dan dengan amat sabar membimbing serta mengarahkan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. H. Moh. Matsna HS, MA, ketua pelaksana program ekstensi
5. Ayahanda Ganyo dan lbunda Saifah tercinta, adik-adikku tersayang serta seluruh saudara-saudara keluarga besar orang tua penulis yang ikut terlibat langsung baik moril maupun material ikut mendukung dari awal sampai akhir keberhasilan penyelesaian pendidikan tinggi. 6. Kakak Drs. Reza Ronaldo. M. M. sekuarga yang penulis anggap sebagai kakak kandung penulis sendiri, yang ikut terlibat memberikan dukungan bimbingan baik moril maupun material langsung maupun tidak langsung dari awal sampai akhir keberhasilan pendidikan tinggi 7. Teman-teman dan sahabat yang baik, teman seperJuangan dalam pendidikan maupun teman seperjuangan dalam lingkungan dunia kerja diantaranya Herliana, Saidati, Anwar Sirait, Sanusi, Khairudin, Yusroni, Kazwaini, Sugino, Rudito, Sugiono dan lainnya. Akhirnya penulis berdoa semoga Allah SWT membalas jasa dan amal baik mereka. Harapan penulis sehingga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin. Jakarta, 11 September 2004 Penulis
Sarbini
11
DAFTARISI
KA TAPENGANTAR ................................................................................................ . DAFT AR ISi ............................................................................................................... BAB!
BAB II
111
PENDAHULUAN ................................................................................ .
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
2
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................
6
C. Metode Pembahasan .......................................................................
7
D. Sistematika Penulisan ......................................................................
7
KETENANGAN JIWA .......................................................................
9
A. Pengertian Ketenangan Jiwa ...........................................................
9
B. Faktor yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa ............................... 11 C. Adanya Kegoncangan dan Gangguan Jiwa .................................... 13 BABIII
PENDIDIKAN BAGI REMAJA .......................................................
18
A. Pengertian Pendidikan dan Remaja ................................................
18
I. Pengertian Pendidikan ..............................................................
18
2. Pengertian Remaja .................................................................... 20 B. Pendidikan Bagi Remaja ................................................................. 22 I. Pcmbinaan Lingkungan Keluarga ............................................ 23 2. Pcmbinaan Lingkungan Sekolah .............................................. 24 3. Pcmbinaan Lingkungan Masyarakat ........................................ 26 C. Ciri-ciri Perkembangan Jiwa Remaja..............................................
27
I. Ciri-ciri Umum Masa Remaja .................................................. 27 2. Ciri-ciri Perkembangan Masa Remaja ..................................... 29 D. Perkembangan Seksual .................................................................... 33 E. Perkembangan Keagamaan ............................................................. 34
F. Perkembangan Tahap Akhir Remaja .............................................. 35 G. Pendidikan yang Diperlukan Remaja ............................................. 39
BAB IV
IMP LI KASI KETENANGAN JIWA BAGI KEBERHASILAN PENDIDIKAN REMAJA ...................................................................
42
A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Remaja .......................................................................................... B. Pengaruh
BAB V
Ketenangan
Jiwa
Bagi
Keberhasilan
42
Proses
Pcndidikan Remaja .......................................................................
45
C. Upaya Mendapatkan Ketenangan Jiwa Bagi Remaja .................
50
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
52
A. Kcsimpulan ...................................................................................
52
B. Saran-saran ....................................................................................
52
'
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad 21 ini adalab abad kemajuan. Jarak yang dulu sukar ditempub, kini dalam beberapa menit saja dapat dicapai, sehingga tidak ada alasan untuk mengelub dan menderita. Namun kesenangan dan fasilitas hidup yang cukup itu tidak mampu mendatangkan kebabagian. Babkan yang tampak mewarnai zaman modern ini adalab kecemasan, kegelisaban dan kehilangan ketenteraman bathin yang menimbulkan berbagai problema dan kontradiksi-kontradiksi, di antaranya terjadi kemerosotan moral, kenakalan anak dan remaja, kehilangan semangat kerja, kemunduran berpikir dan konsentrasi ( terutama dalam ha! belajar ), serta timbulnya berbagai penyakit yang belum dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Tidak jarang pula terjadi konflik perselisihan dan pertentangan yang tidak beralasan antara sesama manusia, yang terlihat sekarang ini adalab perkelahian antar sekolab. Remaja adalab tabap umur yang datang setelab masa kanak-kanak berakhir, yang ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuban tersebut membawa sikap, perilaku dan kepribadian remaja, dan dalam sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Hal inilab yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi cendrung kepada meletakan dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja, yang mcrupakan tahap peralihan dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki tahap dcwasa.Pertumbuhan yang cepat terjadi pada remaja seringkali menimbulkan
2
tanggapan yang berbeda-beda tentang mereka. Ada yang berpendapat sahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan persoalan dan kesukaran, dilain pihak ada yang memandang umur remaja adalah masa yang paling indah, menyenangkan dan penuh dengan kebahagian. Memang sulit untuk ditentukan secara pasti dengan ukuran tertentu. Hal itu kama berat ringannya masalah dan kesulitan yang dihadapi remaja banyak bergantung kepada tingkat sosial, ekonomi, budaya, dan latar belakang keluarga. Di antara konfik atau pertentangan yang terjadi pada diri remaja adalah perasan (emosi)-nya terhadap agama. Sesungguhnya pengaruh perasan terhadap agama jauh lebih besar dari pada rasio (logika). Beberapa banyak orang yang mengerti agama, dan agama itu dapat diterima oleh pikirannya, tetapi dalam pelaksanaannya, ia sangat lemah, kadang-kadang tidak sanggup mengendalikan diri sesuai dengan pengertiannya itu. Usia 13,0 atau 14,0 adalah masa tidak stabilnya emosi dimana perasaan sering tidak tenteram, keyakinannyapun akan terlihat mundur maju (ambivalence) serta pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu. Kadang-kadang terasa sekali olehnya keyakinan kepada Tuhan hingga terasa dekat dan seolah-olah ia berdialog langsung dengan-Nya, kadangkadang ia merasa jauh dengan Tuhan tidak dapat memusatkan pikiran waktu berdoa atau sholat. Kondisi keimanan yang maju mundur itu adalah satu ciri khas remaja yang sedang mengalami kegoncangan emosi.
3
Kepercayaan kepada Allah pada priode pertama dari masa remaja, bukanlah keyakinan pikiran akan tetapi adalah kebutuhan jiwa. Disinilah letak perbedaan pokok antara doa anak-anak dan doa remaja. Yang pertama memohon kepada Allah agar terlepas dari azab neraka, karna ia takut akan hukuman luar yang dapat dirasa, ia tidak dapat membayangkan adanya hukuman bathin ( rasa dosa ). Sedangkan pada remaja, doanya adalah untuk memohon bantuan Allah supaya ia terlepas dari gejolak jiwanya sendiri dan tertolong dalam menghadapi dorongan- dorongan nalurinya, karna ia takut akan hukuman bathin yang abstrak itu. 1 Problema yang trjadi pada remaja, sebenarnya bersangkut paut dengan pengaruh lingkungan di mana remaja itu hidup. Maka dalam ha! ini suatu paktor yang sangat penting untuk bagi remaja adalah agama. Agama memeng berperanan yang sangat menentukan bagi kehidupan remaja terutama dalam mengatasi berbagai persoalan hidup yang dialami, sudah terbukti bahwa agama mempunyai peranan penting dalam perawatanjiwa. 2 Jika berbicara tentang kehidupan di sekolah, maka adapula situasi disana yang menyebabkan tidak enalmya remaja seperti pmikiran remaja tentang hari depannya bayangan kesulitan mendapatkan peke1jaan setelah selesai sekolahnya. Kebimbangan beragama yang biasa melanda remaja di masa ini, juga dapat menambah cemasnya
1
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional., (Jakarta: Pedoman llmu Jaya), Cet. le-1. j. 25 2 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta: Kalam Ulia, 1999), Cet. ke-1, h. 101
4
mereka. 3 Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat berkenaan dengan ketenangan J!Wa salah satunya adalah surah al- Baqarah ayat 155 yang berbunyi :
Artinya: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". ( Q.S. AlBaqarah: 155) Berbicara tentang gangguan dan penyakit jiwa (neiose dan psychose ), kitapun akan menemnkan berbilang ayat tentang kecemasan (anciety), penyimpangan kelakuan (behavior disorders). 4 Jika ahli jiwa secara umum berkesimpulan bahwa di antara penyebab gangguan dan penyakit jiwa adalah kehilangan ketenangan bathin, maka Al-Quran menyuruh orang menenteramkan bathinnya dengan mengingat Allah. 5
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram". ( Q.S. Arra'd :28)
Ayat Al-Quran yang mengandung daya terapi yang potensial itu menunjukkan bahwa ketenangan hati (thuma'ninah dan sakinah al-qalb) akan diperoleh sebagai ganjaran apabila melakukan suatu ibadah mengingat Allah atau dzikrnllah.
3
Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. ke-3, h. 102 4 Zakiah Darajat, op. cit., h. 34 5 Ibid., h. I 03
5
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa bila kita ingin mendapatkan rasa tenang dan tenteram, maka dekatilah Dia yang Maha Tenang dan Maha tenteram, agar mengimbas sifat-sifat itu kepada kita" 6• Ayat di atas juga menunjukkan bahwa agama itu sendiri berisikan aspek terapi bagi jiwa dan akan sangat membantu dalam mengantarkan remaja ke gerbang keberhasilan pendidikan dalam upaya yang bersamaan menghilangkan keresahan-keresahan dan ketidaktenangan gangguan yang ditimbulkan oleh kondisi jiwa remaja itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengkaji lebih jauh permasalahan ketenangan jiwa dan hubungannya dengan keberhasilan pendidikan yang di tunjukkan dalam bentuk skripsi dengan judul "PERANAN KETENANGAN JIW A BAGI KEBERHASILAN PROSES PENDIDIKAN REMAJA". B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
I. Pembatasan Masalah Memperhatikan permasalahan di atas, maka untuk lebih mudahnya, penulis membatasinya sebagai berikut : a. Aspek ketenangan jiwa pada remaja. b. Masa remaja yang penulis maksudkan yaitu dari usia 13 atau 14 sampai 21, yang dikenal dengan istilah remaja awal dan taliap remaja. 2. Perumusan Masalah a. Bagaimana kondisi kejiwaan pada masa remaja. b. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan remaja. 6
Hana Djumhana Bustaman, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995). Cet. ke-1,. h. 158
6
c. Apa peran ketenangan jiwa bagi keberhasilan pendidikan remaja.
C. Mctode Pcmbabasan
Metode penelitian dilakukan dengan : 1. Sumber Bahan Yang meajadi sumber bahan penulisan skripsi ini adalah buku-huku yang berkenaan dengan masalah gangguan jiwa yang dialami oleh para remaja dan faktor-faktor keberhasilan pendidikan remaja 2. Telmik Pengumpulan Data Penulis melakukan pengumpulan data yang kemudian diseleksi dan disesuaikan dengan verifikasi Ialu diklasifikasi dan kemudian dilakukan pengujian ulang terhadap data-data yang ada apabila ada data-data yang bertentangan. Sumber bahan dalam penelitian library research adalah sumber buku
D. Sistcmatika Pcnulisan
Penulis membagi skripsi ini menjadi Iima bab dan setiap bab dibagi menjadi sub-sub sebagai penjabarannya. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut: BAB 1
Pendahuluan yang berisi secara global mengenai pembahasan pada tiap-tiap bab. Bab ini meliputi Iatar belakang masalah, alasan pemilihan judul, pernbatasan
dan
perumusan
sistematika penulisan.
masalah,
metode
pembahasan
serta
7
BAB II Menjelaskan seputar ketenangan jiwa yang meliputi: pengertian ketenangan
jiwa, dan faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa, adanya goncangan dan gangguan jiwa. BAB III Menjelaskan tentang pendidikan bagi remaja meliputi: pengertian remaja,
pendidikan bagi remaja: di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, ciri-ciri khusus perkembangan jiwa remaja: ciri-ciri umum masa remaja, perkembangan jiwa remaja dan tugas perkembangan remaja, pendidikan yang diperlukan remaja. BAB IV lmplikasi ketenangan jiwa bagi keberhasilan pendidikan remaja meliputi:
foktor-foktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan pada remaJa, peranan ketenangan jiwa bagi keberhasilan proses pendidikan remaja, upaya mendapatkan ketenangan bagi remaja BABY
Penutup: kesimpulan dan saran-saran.
BABII KETENANGAN JIWA
A. Pengertian Ketenangan Jiwa
Ketenangan berasal dari kata "tenang" yang kemudian diberi imbuhan ke-an. Ketenangan secara etimologi berarti mantap, tidak gusar, yaitu: suasana jiwa yang berada dalam keseimhangan sehingga menyebabkan seseorang tidak terburu-buru atau gelisah. 1 Dalam bahasa Arab, kata tenang ditunjukkan dengan kata athThuma'ninah yang artinya ketentraman hati kepada sesuatu dan tidak tergoncang atau resah.2 Sedangkan jiwa adalah roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup atau seluruh kehidupan batin manusia (yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan, dan lain sebagainya). 3 Jiwa dalam agama adalah sebagian dari kerohanian manusia, yaitu: kesanggupan merasakan sesuatu. Suatu makhluk baru dikatakan berjiwa jika sanggup mengalami, merasakan, berkemauan dan lain sebagainya. 4
1
Jalaludin dan Ali Ahmad Zen, Kamus Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Al-Ma'arif,
1995) 2
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, Ta/sir Jbnu Qoyyim; Ta/sir ayat-ayat pilihan. diterjemahkan oleh: Kathur Suhardi, (Jjakarta: Darul Falah, 2000), eel. Ke-I, h. 377-3778 3
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, I 996), Edisi ke-2, cet. Ke-7, h. 416 4
Ensiklopedi Indonesia, (Jjakarta: lkhtiat Baru, I 990), Jilid 111, h. 1597
9
Dalam filsafat, pengertian jiwa diklasifikasikan dengan berbagai macam teori, antara lain: I. Teori yang memandang bahwa jiwa itu merupakan sesuatu jenis kemampuan,
yakni semacam pelaku atau pengaruh dalam kegiatan-kegiatan. 2. Teori yang menyamakan pengertianjiwa dengan tingkah laku.
5
Dalam psikologi, jiwa lebih dihubungkan dengan tingkah laku sehingga yang diselidiki oleh para psikolog adalah perbuatan-perbuatan yang dipandang sebagai gejala-gejala dalam jiwa. Teori-teori psikologi baik psikoanalisa, behaviorisme maupun lmmanisme memandang jiwa sebagai sesuatu yang berada di belakang tingkah laku. 6 Jiwa menurut Fazlur Rahman dalam bukunya "Major Themes of Al-Quran" adalah sesuatu substansi yang terpisah dari jasmani. Jiwa yang dikatakan juga sebagai "diri" atau ''bathin manusia" memang dinyatakan oleh Al-Quran sebagai realitas pada manusia tetapi ini tidal< dapat terpisah secara eksklusif dari raga. 7 Dalam al-Quran katajiwa pada dasarnya ditunjukkan dengan kata Nafs bukan dengan kata qalb. Tetapi baik kata jiwa atau hati keduanya menunjuk pada konsep tentang sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang. 0 Ieh karena itu penulis menekankan pengertian dari kata qalb dalam pembahasan skripsi ini dengan jiwa 5
Louis 0. Kattsoff, Elements of Philosophy, alih bahasa Soeyono Suemargono dengan judul Ppengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1986), cet. Ke-I, h. 30 I 6
Hasan Langgulung, Teori-teori Kkesehatan Mmenta/, Perbandingan Psikologi Modern dan Pendekatam Pakar pakar Ppendidikan Islam, (Kuala Lumpur: Pustaka Huda, 1983), cet. Ke-I, h. 9 7 Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Quran; Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta: PT. Temprint, 1996), eel. Ke-I, h. 260
10
)
sebagaimana kata nafs yang juga bisa berarti hati seperti pada ayat ( yang dalam terjemahannya bis a berarti "apa yang dibisikkan o !eh hatinya"
8
Dari pengertian dua suku kata di atas, penulis menyimpulkan bahwa ketenangan jiwa adalah suasana kehidupan batin manusia atau diri manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, angan dan lain sebagainya yang berada dalam keseimbangan hingga menyebabkan manusia itu tidak terburu-buru atau gelisah.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketenangan Jiwa Pada dasarnya kegoncangan jiwa yang terjadi pada diri remaja bukanlah suatu keadaan yang muncul dengan sendirinya, namun ada dua faktor yang menjadi penyebab yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang menyebabkan timbulnya goncangan jiwa remaja berkaitan dengan proses pertumbuhan fisik yang sedang berlangsung. Salah satu di antara tugas perkembangan remaja untuk menjadi dewasa adalah menerima keadaan tubuh yang baru berkembang dan menyadari bahwa kodrat alam memberikan ciri-ciri fisik tertentu di dalam dirinya yang bila dirasakannya sangat kurang dan tidak sesuai dengan proporsinya, mereka cenderung membesar-besarkan masalah itu. Adapun faktor ekstern yang menyebabkan terjadinya goncangan jiwa remaja adalah ketidakmampuan remaja dalam memenuhi beberapa aspek yang menjadi kebutuhannya, adanya tuntunan orang tua dan masyarakat terhadap remaja, tantangan masa depan, terlebih lagi masalah penyesuaian diri yang harus siap menghadapi 8
Dawam Raharjo, Op. Cit., h. 260
11
kegagalan atau menghadapi kesuksesan dalam menghadapi suasana dan situasi yang baru. Hal ini menimbulkan ketakutan dan kccemasan remaja yang menyebabkan kegoncangan pada diri remaja. Para ahli psikologi berbeda pendapat tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa. Menurut pendapat Abraham H. Maslow bahwa: Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, malca ia akan mengalami gangguan jiwa. Ada 5 jenis kebutuhan yang bertingkat-tingkat menurut hirarki tertentu yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu: I. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
2.
3. 4. 5.
oleh setiap manusia untuk hidup, seperti: makan, minum dan istirahat. Kebutuhan akan rasa kasih sayang. Perasaan memiliki dan dimiliki oleh orang lain atau kelompok masyarakat adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Kebutuhan akan rasa aman (safety). Orang ingin bebas dari rasa takut dan kecemasan, terlebih pada diri remaja. Kebutuhan akan harga diri. Bila kebutuhan di tingkat ketiga tclah terpenuhi, malca akan muncul kebutuhan akan harga diri. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Pada tingkatan ini manusia ingin berbuat sesuatu yang merupakan keinginan dari dalam dirinya. Dia tidak lagi menuntut penghargaan atas orang lain atas apa yang diperbuatnya. 9
Selain pendapat yang dikemukakan di atas, ada pendapat lain yang dikemukakan oleh Afred Adler yaitu: "terjadinya gangguan jiwa disebabkan oleh tekanan dari perasaan rendah diri (inferiority complex) yang berlebih-lebihan. Sebabsebab timbulnya rasa rendah diri adalah kegagalan di dalam rnencapai superioritas di
9
Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, l'sikologi /sfomi; Solusi Islam alas l'roblemproblem l'siko!ogi, (Yogyakarta: Pustaka Ppelajar, 1995), cet. Ke-I, h. 92
12
clalam hiclup. Kegagalan-kegagalan yang terns menerus ini akan menyebabkan kecemasan clan ketegangan emosi. 10 Dari penclapat-penclapat di atas clapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh karena ketidakmampuan manusia untulc mengatasi konflik clalam diri, tidak terpenuhinya kebutulmn hidup, perasaan kurang cliperhatikan clan perasaan rendah diri.
C. Adanya Kegoncangan dan Gangguan Jiwa
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kcgoncanganjiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanakkanak yang penuh dengan ketergantungan dengan masa dewasa yang matang clan berdi:ri sendiri. 11 Beliau menambahkan pada literatnr lain bahwa para renmja sering kali terlihat terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai itu, yang kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya. 12 Grenville Stenley Hall mengistilahkan kegoncangan jiwa yang te1jadi pada masa remaja dengan istilah: "Masa ini merupakan masa peralihan peka, remaja mengalami badai topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya, keadaan ini diistilahkan dengan stroom and strees"
40-41
IO
Ibid, h. 93
11
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bin tang, 1996), cet. Ke-2, h. 40-41
12
Zakiah Darajat, Remaja; Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), cet. Ke-2, h.
13
Di antara sebab atau sumber kegoncangan emosi pada masa remaja adalah konflik atau pertentangan yang terjadi dalam kehidupan, baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum atau di sekolah. Di antara konflik yang membingungkan dan menggelisahkan remaja menurut para ahli jiwa adalah: I. Jika mereka merasa atau mengetahui adanya pertentangan antara ajaran agama dan ihnu pengetahuan. Mungkin saja ilmu pengetahuan itu tidak bertentangan clengan agama, tetapi karena pengertian agama itu clisampaikan atau diterangkan kepada remaja sejak kecilnya dengan cara yang menyebabkan terasa olehnya adanya pertentangan, maka remaja akan gelisah, mungkin akan menggoncangkan keyakinan yang telah tertanam itu. 2. Adanya perbedaan antara nilai-nilai moral dengan kelakuan orang-orang dalam kenyataan hidup clan sikap serta tinclakan orang-orang yang dihormatinya seperti orang tua, guru, pemimpin, penganjur agama clan lainnya. Misalnya ia mendapat didikan bahwa berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam pergaulan hidup ini. 3. Masalah clorongan seks. Mereka ingin bergaul erat clcngan jenis lain, atau akan berbuat semaunya, akan tetapi ha! itu bertentangan dengan larangan-larangan agama clan nilai sosial. 13 Apabila kita tahu bahwa masa remaja adalah masa ticlak stabilnya emosi di mana perasaan sering tidak tenteram, maka keyakinannya pun akan terlihat mundur 13
Ibid
14
(ambivalence), dan pandangannya terhadap sifat-sifat Tuhan akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi emosinya pada waktu tertentu. Dapat dikatakan bahwa prilaku remaja tidak stabil, keadaan emosmya goncang, mudah condong kepada ekstrem, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikirannya dan
perhatiannya pada dirinya.
Perhatian kepada diri
dan
penampilannya sangat berlebihan, ia berusaha rnenarik perhatian orang lain, seperti berpakaian menco lok, seksi dan lain-lain. Kadang-kadang remaja berkelakuan yang menimbulkan tertawaan orang lain atau ha! hebat lainnya yang membuat kagum dan perhatian orang kepadanya, bila sebagian dari keinginannya tak terpenuhi akan mendatangkan gangguan jiwa. Dengan kata lain bahwa karena masa remaja ini adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa dan kondisi lainnya yang rentan dengan hal-hal yang negatif seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth. B. Hurlock a
14
Andi Mappiare, lpsikologi Rremaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.32
" Djamaluddin Ancok dan Fuad Nashori Suroso, Op Cit, h. 94
15
Gangguan kejiwaan adalah: "ketidak seimbangan jiwa yang mengakibatkan te1jadinya ketidak normalan sikap dan tingkah laku atau penyakit psikis yang dapat menghambat penyesuaian diri". 16 Salah satu defensi gangguan jiwa dikemukakan oleh Frederick H. Kanfer dan Arnold P. Goldstein, menurnt kedua ahli tersebut gangguan jiwa adalah: "kesulitan yang dihadapi seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri'. Dalam istilah kesehatan mental, gangguan jiwa berarti: "kumpulan dari keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dcngan kejiwaan maupun jasmani. Keabnormalan tersebut terjadi bukan disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, kendatipun gejala-gejalanya kelihatan pada fisik akan tetapi banyak disebabkan oleh keadaanjiwa danjasmani yang terganggu". 17 Ciri orang yang mengalami gangguan kl'jiwaan menurut mercka: 1. Hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang 9tension) di dalam diri
2. merasa tidak puas (dalam arti negatiJ) terhadap prilaku sendiri 3. Perhatian yang berlebih-lebihan terhadap problem yang dihadapi 4. ketidakmampuan untuk berfimgsi secara efektifdi dalam menghadapi problem 18
16
DEPDIKBUD, Op. Cit, h. 253
17
Yahya Jaya, Spritualisasi Islam dalam Mengembangkan Kepribadian dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), cet. Ke-I, h. 80 18
Djamaluddin Ancok danFuad Surosu, Op. Cit., h. 91
16
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal (abnormal) baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental. 19 Keabnormalan itu terlihat dalam beberapa macan1 gejala, yang terpenting di antaranya: ketegangan batin, putus asa dan murung, gelisah atau cemas, perbuatanperbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. Semuanya mengganggu ketenangan hidup, misalnya: tidak bisa tidur nyenyak, tidak ada nafsu makan dan lain sebagainya. Dari keterangan-keterangan tersebut di atas dapat diketahui bahwa kegoncangan jiwa bisa membawa seseorang kepada gangguan jiwa apabila kegoncangan itu bisa tero bati atau dikendalikan.
19
Zakiah Drajat, Op. Cit., h. 33
BAB III PENDIDIKAN BAGI REMAJA
A. Pcngertian Pcndidikan dan Remaja 1. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata didik dengan diberi awalan pen- dan akhiran -an yang berarti perbuatan, ha!, cara dan lain sebagainya dalam mendidik. Arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan, ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan. 1 menurut Ramayulis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu pacdagogis. Pais artinya anak dan again artinya membimbing. Dengan demikian, paedagogis berarti bimbingan yang diberikan kepada anak-anak. 2 Dalam bahasa lnggris, kata yang menunjukkan pendidikan adalah education yang berasal dari bahasa latin educare yang mengandung arti: "proses menghasilkan dan mengembangkan, mengacu pada yang bersifat fisik dan materil". 3
1
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet. Ke-5, h. 250 2
Ramayulis, I/mu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-I, h. I
3
Syekh Muhamad An-Naquib Al-Atas, Konsep Pendidikan da!am Islam, (Bandung: AlMizan, 1984), cet. Ke-I, h. 64
17
18
Dalam bahasa Arab ada beberapa yang menunjukkan arti pendidikan, yaitu: kata-kata yang berbentuk masdar dari kata Tarbiyah (~)') kata ta'lim
(~),
dan kata ta' dib (..,..,,ir) Sedangkan
secara
terminologis,
pengertian
pendidikan
yang
disimpulkan oleh para ahli pendidikan terdapat perbedaan. Hal ini karena para ahli pendidikan tersebut melihatnya dari sudut yang berbeda-beda serta karena luasnya permasalahan pendidikan. Menurut M. J. Langeveld, pendidikan adalah "pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih membutuhkan bimbingan dan bantuan tersebut, dimulai sejak anak mengerti zezeg (kewibawaan) dan berakhir setelah anak mencapai tingkat kedewasaan jasmani dan rohani".4 D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan adalah "bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama". 5 Sedangkan menurut Crinjs dan Rekosiswojo mengemukakan bahwa pendidikan adalah "pertolongan yang diberikan oleh barang siapa yang
4
Jalaluddin dan Ahmad Zen, Kamus llmu Jiwa dan Pendidikan, (Surabaya: Putra Ma'arif,
1995), h. 76 5
Soekarno dan Ahmad Sopardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Jslam, (Bandung: Angkasa, I 990), h. 6
19
bertanggung jawab alas pertumbuhan seorang anak untuk membawanya ke tingkat dewasa". 6 Dari beberapa definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan di alas, penulis dapat mcnyirnpulkan bahwa pcndidikan adalah scgala usaha yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap terdidik untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan dan kepribadian yang utama dan sempurna.
2. Pengertian Remaja Dibandingkan dengan sejarah umat manusia, pcngakuan terhadap adanya kurun usia tertentu yang disebut "remaja" relatif masih sangat barn. Adams. GR dan Gullotta T menyatakan bahwa pada abad pertengahan, konsep tentang remaja barn dikenal secara meluas dan mendalam pada awal abad ke-20 dan berkembang sesuai dengan kondisi kebudayaan misalnya karena adanya pendidikan formal yang berkepanjangan, karena ada kehidupan kota besar dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut mendorong timbulnya perubahan peran pada anak dalam kurun usia tertentu dan sejak itulah konsep tentang remaja diakui, diterima, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan bahan studi untuk pengernbangan berbagai teori. Untuk mendefinisikan remaja tersebut memang tidak mudah karena manusia itu sangat heeterogen baik dilihat dari segi fisik, psikis dan 6
Jalaluddin dan Ali Ahmad Zen, Op. Cit., h. 79
20
lingkungan sosialnya. Namun demikian para ahli memberikan batasan-batasan tentang definsi remaja menurut penelitiannya masing-masing, karena memang keadaan fisik dan psikis remaja itu berbeda dengan usia anak-anak maupun dewasa. Masih banyak pengertian remaja yang dikemukakan oleh para pakar, sesuai sudut pandang mereka masing-masing yang berbeda. Ada pengertian remaja dalam pandangan masyarakat, remaja dalam pandangan hukum, undang-undang dan lain-lain. Dari beberapa pengertian remaja di atas, penulis mengambil pengertian remaja yang diberikan oleh para pakar psikologi dan pendidikan. Penulis memandang bahwa pengertian tersebut cukup representatif untuk dipakai dalam skripsi ini, ha! ini disebabkan karena masa remaja ini adalah masa yang penuh dengan gejolak kejiwaan. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa remaja adalah "suatu tingkatan umur di mana anak-anak tak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjcmbatani antara umur anak dan dewasa". 7 Sahilun A. Nasir berpendapat bahwa masa remaja adalah "masa yang penuh kontradiksi yang ditandai dengan ketidakmantapan si remaja yang berpindah-pindah dari prilaku atau norma-norma lama ke norma-norma baru
7
Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 28
21
atau sebaliknya. Ketidakmantapan ini diindikasi dari belum matangnya kepribadian yang sering disebut strum and drang". 8 Masa remaja menurut Alisuf Sobri adalah Masa-masa yang dikenal dengan suatu periode pcralihan yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahan sikap dan prilakunya, usia bermasalah yang sering menjadi masalah yang sulit diatasi oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa di mana individu mencari identitas dirinya send iri dan usia yang tidak realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya serta terakhir adalah masa ambang dewasa. 9
Dari beberapa definisi dan pengenan remaja di atas,maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan remaja adalah masa penghubung atau masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat, yang berpengaruh terhadap sikap, prilaku dan kepribadiannya.
B. Pendidikan Bagi Remaja
Masa remaja merupakan masa yang mulai tumbuh sikap yang logis dan realistis. Ia mulai tanggap terhadap hal-hal yang ditanggap dirinya. Ia mulai enggan menerima doktrin-doktrin yang tidak jdas alasannya, oleh karena itu dalam
8
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja. (Jakarta: Pedoman Jlmu Jaya, 1993), Cet. Ke-I, h. 160 9
Alisuf Sobri, Pengantar Psiko/ogi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-I, h. 160
22
memberikan doktrin-doktrin/ajaran-ajaran agama kepada remaja, harus didasari oleh alasan-alasan yang Jogis danjelas. Sebenarnya walaupun gejo lak emosi dan seksual remaja itu besar, namtm pada situasi dan kondisi lain, remaja sangat memerlukan pembinaan dan bimbingan keagamaan yang mantap dan kontinue, baik dari orang tua, para guru di sekolah maupun dari lingkungan masyarakat. Perbuatan negatif remaja (kenakalan) yang dilakukannya, ia pun menyadarinya bahwa tindakan tersebut tidak baik (dosa), tetapi gejolak emosi
dan
seksualnya
lebih
kuat dibandingkan dengan kekuatan
keagamammya. 0 leh karena itu, pembinaan dan bimbingan spiritual (keagamaan) berbagai pihak sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial remaja.
1. Pembinaan di Lingkungan Keluarga
Pada hakikatnya pendidikan agama merupakan tm1ggung jawab orang tua terhadap
anak-anaknya,
karena
orm1g
tualah
yang
melahirkan
dan
membesarkannya. Sikap dan tindak-tanduk oraJlg tua sangat menentukan sikap aJlaknya. "Keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah" dapat berpengaruh terhadap anaknya dalam mencetak "waladdun shalihun yad 'u Jehu" yang merupakan harapan orang tua.
23
Menurut Zakiah Darajat: Bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya, akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuam1ya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika yang terjadi sebaliknya maka ia menjauhi apa yang diharapkan o leh orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak h&lat, tidak puasa dan sebagainya. 10
Statemen di atas menggambarkan betapa besarnya kedudukan orang tua dalam membina anak-anaknya. Orang tualah yang menentukan kehidupan beragama.
2. Pembinaan di Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lingkungan kedua yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan. Dalam mekanisme pendidikannya dilakukan secara teratur dan terencana yang diatur melalui kurikulum pengajaran. Jalaluddin mengatakan "melalui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap, dan keteladanan guru sebagai pendidik, serta pergaulan antar teman di sekolah, dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa seseorang. 11
'
0
Zakiah Darajal, !'endidikan Islam dala111 Keluarga dan Sekulah, (Jakarta: CV Ruhama,
1993), h. 66 11
Jalaluddin, l'sikologi Agama, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-I, h. 221
24
Agar moral dan sikap seseora:ng anak berada pada jalur yang bail< dan sesuai dengan ajaran agama, maka sudah sepatutnyalah setiap lembaga formal mengaplikasikan pendidikan, karena dalam membentuk jiwa keaga:maan pada anak lebih terarah dan terencana di lembaga formal tersebut (sekolah) daripada di lingkungan lain. Hal ini bila dilihat dari situasi di mana anak didik lebih takut, lebih patuh dan lebih memperhatil
Seora:ng guru agama harus dapat mengisi jiwa anak dengan nilai-nilai spiritual (agama) sehingga kepercayaan si anak terhadap agama lebih kuat dibandingkan dengan keadaan emosi dan seksualnya yang sedang bergejolak pada 12
H. M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 60
25
usia rema3a. Kurangnya pembinaan dan bimbingan yang kontinue, dapat membawa si anak (khususnya yang sedang menginjak usia remaja) ke jalan yang negatif, misalnya: tauran, mabuk-mabukan, sering bolos sekolah dan sebagainya. Oleh karena itu dengan bekal pembinaan dan bimbingan agama ini diharapkan dapat mencetak remaja yang shalih. Remaja seperti ini tipis kemungkinan untuk melakukan tindakan kenakalan remaja.
3. Pembinaan di Lingkungan Masyarakat
Pembinaan pemahaman keagamaan pada rema3a tidak hanya cukup mengandalkan lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah saja. Melainkan masyarakat y<mg religit1s pun dapat mendukung dan mempengaruhi kehidupan beragama pada remaja. Lingkungan masyarakat yang tidak baik akan memancing remaja untuk berbuat kriminal, karena jauh
26
masyarakat yang baik harus dipertahankan, sehingga remaja merasa malu untuk berbuat hal-hal yang negatif. Sebagian masyarakat yang mengerti tentang pendidikan agama seperti ulama, kyai, asatidz, maupun para cendekiawan muslim lainnya berkewajiban untuk membina dan membimbing masyarakatnya untuJc melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa tanggung jawab membina dan membimbing masyarakat (khususnya remaja) merupakan tanggung jawab lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat.
C. Ciri-ciri Perkembangan Jiwa Remaja
1. Ciri-ciri Umum Masa Remaja Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa mengemukakan ciri-ciri umum seseorang remaja adalah sering terlihat adanya a. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu terpenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlakukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Namun, di Jain pihak mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai ha!. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh rasa gelisah karena keinginan yang tidak tersalurkan.
27
b. Pertentangan: pada umumnya timbul perselisihan da.n pertentangan pendapat antara remaja dan orang tua yang mengakibatkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan cliri dari orang tua. Akan tetapi keinginan ini ditentang oleh keinginan memperoleh perasaan aman di rumah dan juga tidak adanya kesanggupan untuk berdiri sendiri. c. Berkeinginan besar mencoba segala ha! yang belum cliketahuinya. Mereka ingin mengetahui macam-macam ha! melalui usaha-usaha yang
28
2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja a. Perkembangan emosi Perkembangan ini mulai tampak pada masa pemuda pada fase negatif. Pada saat itu emosi pemuda serta tidak menentu. Ia sangat gelisah resah gundah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Ia bersifat menolak perintah harapan, anjuran maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu. 13 Keadaan emosinya yang goncang seringkali diungkapkan dengan cara yang tajam dan sungguh-sungguh. Kadang-kadang ia mudah meledak-ledak, mudah tersinggung. la mengalami perasaan aneh, ia mulai tertarik kepada temannya lawan jenis. Akan tetapi ia main karena perkembangan tubuhnya kurang menarik dan kadang-kadang perasaannya galau tidak menentu. 14 Permasalahan tentang emosi ini bila dikaitkan dengan kondisi psikologis remaja adalah bentuk emosi yang lebih mengarah kepada halnal yang kurang normatif bahkan bisa terjerumus kepada tindakan amoral atau asusila. Akan tetapi dilain ha! keadaan emosi remaja yang mengebu tersebut bermanfaat, karena remaja tersebut dapat terns mencari identitas dirinya. 13
Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), cet. Ke-7, h. 183
14
Zakiah Darajat, Op. Cit., h. 90
29
Menurut Zakiah Darajat, "di antara sebab-sebab atau sumbersumber kegoncangan emosi pada masa remaja adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum/sekolah. 15 Terjadinya gejolak emosi pada remaja yang tidak terkendali tersebut disebabkan o!eh adanya kctidakberhasilan remaja dalam mengatasi keadaan konflik terscbut. Untuk mengatasi keadaan konflik remaja tersebut perlu adanya dukungan yang positif baik dari orang tuanya, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, keadaan keluarga, sekolah dan masyarakat yang harmonis dan agamis dapat menentukan dan mcne!ralisir emosi remaja. b. Perkembangan kecerdasan Masa remaja awal adalah masa perkembangan kecerdasan yang akan mencapai puncaknya. Pada umur kira-kira 14 tahun, mereka telah mampu
mengambil
kesimpulan
abstrak
dari
kenyataan
yang
ditemukannya. Pada umumnya remaja mencapai kematangan kecerdasan pada umur sekitar 16-18 tahun. karena itu mereka mampu mengkritik orang tuanya, guru, dan para pemimpin yang menurut penilaian objektif kurang baik atau tidak bijaksana.
15
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h.77
30
Masa remaja adalah masa pertumbuhan jasmani cepat dengan puncak perkembangan kecerdasan yang disertai dengan kegoncangan emosi, keticlakpastian diri dan masa mernuncaknya kebutuhan agama. Pada umur itu pulalah seseorang dituntut untuk melaksanakan agama secara penuh yang disebut mukallaf, karena ia telah mencapai umur baligh berakal. 16 Dorongan belajar remaja banyak terpengaruh oleh keadaan yang tak menyenangkan seperti konflik clan goncangan perasaan. Apabila kestabilan dan kematangan emosi tercapai, semangat belajar meningkat, dorongan untuk mencapai sukses bertambah kuat. Remaja normal yang tidak mengalami hambatan emosional serta sosial dalam kehidupannya, akan mencapai sukses dalam studinya. 17 c. Perkembangan sosial Perkembangan sosial semakin meningkat, bahkan kebutuhan akan pengakuan teman lebih diutamakannya daripada perhatian orang tuanya, karena ia seclang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan cepat yang sering kali tidak clipahaminya. Hubungan remaja clengan orang tuanya kadang-kadang renggang, apabila orang tuanya tidak memahami proses pertumbuhan jasmaninya yang amat cepat itu dan perkembangan
32
16
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Ke/uarga dan Sekoiah. Op. Cit., h. 91
17
Zakiah Darajat, Remaja. Harapan dan Tantangan. ( Jakarta: Ruhama, 1995), cet. ke-2, h.
31
kecerdasan yang menyembabkan berubah dari suka menerima menjadi menentang apabila tidal< masuk akalnya. Namin demikian remaja mcmerlukan orang tua sebagai tempat mengeluh, bercerita tentang diri, pengalaman yang tidak dapat dipahaminya. Begitu juga motivasi yang agamis pun dari orang tua sangat penting sekali terhadap analmya yang sedang menginjal< masa remaja disamping keadaan lingkungan sosialnya yang juga religius. Lingkungan yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial si anak ialah yang menolong si anak untuk dapat berpindah dari satu fase ke fase yang lain. Akan tetapi, kadang-kadang terjadi sebalilmya di mana masyaralrnt menjadi penghalang dari pertumbuhan yang wajar, misalnya pada masyarakat yang kurang matang, terlalu fanatik terhadap nilai-nilai agama, nilai-nilai kesukuan, atau kebahasaan tertentu, yang sudah barang tentu anal<-anal< al
18
Zakiah Darajat, Op. Cit, h. 77
32
Melihat statemen yang diutarakan diatas, jelaslah bahwa keluarga dan lingkungan sangat menentukakan tcrhadap peran sosial si anak terutama bagi remaja yang lebih condong untuk bergaul dengan teman sebayanya. Oleh karena itu, supaya anak remaja dapat menyalirkan peran sosialnya kepada arah positif, maka tugas keluarga dan lingkungannyalah memberikan pengertian tentang norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial serta lebih ditekankan kepada hal-hal yang berbau keagamaan.
D. Perkembangan Seksual Tanda-tanda adanya perkembangan seksual pada rernaja dapat dilihat dari adanya pertumbuhan fisiknya yang begitu pesat, misalnya laki-laki tumbuhnya bulubulu halus di kemaluan, di dada, di ketiaknya, mulai berkumis, berjenggot dan lain sebagainya. Sedangkan bagi perempuan, payudara dan pinggulnya membesar, tumbuhnya bulu-bulu halus di kemaluan dan ketiaknya, dan lain sebagainya. Hal ini menumbuhkan adanya desakan-desakan barn dalam jiwa si anak, yaitu desakan yang menghendaki layanan kebutuhan seksualitas. Di samping itu, terjadi pula perubahan di dalam tubuhnya, kelenjar kanakkanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk organ seks. Remaja perempuan mengalami !mid dan remaja laki-laki basah. Masa-masa itu biasa disebut dengan masa puber atau baligh. Apabila si anak tidak pernah mendapat penjelasan tentang
33
perubahan yang
te~jadi
pada dirinya itu merupakan ha! yang wajar, dia akan merasa
takut dan mengalami kegoncangan. 19
E. Perkembangan Keagamaan
Perubahan jasmani cepat yang tak sama pada semua, menimbulkan kecemasan pada remaja sehingga menyebabkan kecemasan clan kekuatiran. Bahkan
te~jadinya
kegoncangan emosi,
kepercayaan remaja kepada Tuhan kadang··
kadang sangat kuat. Akan tetapi kaclang-kaclang menjacli ragu clan berkurang, yang terlihat pacla cara ibaclahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Zakiah Darajat mengatakan bahwa perasaannya terhadap Allah bukanlah perasaan yang tetap, akan tetapi aclalah perasaan yang bergantung kepacla perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pacla masa remaja awal. Kebutuhan akan Tuhan kaclangkaclang tidak terasa, apabila jiwa mcreka dalam keaclaan gelisah, karena menghadapi bahaya yang mengancam, ketika ia takut akan gaga!, atau mungkin jnga karena merasa dosa. Dalam ha! ini remaja akan merasa bahwa shalat atau membaca kitab suci dan kegiatan-kegiatan agama lainnya, clapat mengurangkan keseclihan, ketakutan dan rasa penyesalannya. Dengan kata lain, gelombang kuatnya rasa agama, merupakan usaha-usaha untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu timbul. 20
19
Zakiah Darajat, Op. Cit, h. 46
20
Ibid, h. 44
34
F. Perkembangan Tahap Akhir Remaja Sesungguhnya
bagian
terakhir
dari
perkembangan
remaja
adalah
perkembangan jiwa sosial dan kepribadian. Pada masa tersebut terlihat adanya perhatian terhadap hari depannya. Masalah-masalah pemilihan jodoh, pernilihan pekerjaan dan kedudukan di dalam masyarakat. Tidak jarang pula remaja terbentur menghadapi perkembangan dirinya yang telah mendekati masa dewasa. Gelombang baru dialan1i remaja adalah pencarian identitas diri dan kecondongan kepada berteman dengan lawan jenis. Dalam ha! ini agama sangat diperlukan. Bagi remaja yang telah mendapatkan pendidikan agama secara baik dan tepat di masa sebelumnya, tidak akan mengalami kegoncangan yang berarti, terutama bila orang tuanya memperlakukannya dengan cara demokratis. Bagi remaja yang kurang bekal keagamaannya dalam memasuki remaja akhir ini tidak jarang mengalami kesulitan, sehingga mereka mudah tersesat kepada pelanggaran nilai-nilai agama. Pada umumnya para pakar pendidikan dan kejiwaan berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan seseorang baru dianggap selesai pada umur kurang lebih 20 atau 21 tahtm. apabila pertumbuhan jasmani telah dapat dianggap selesai pada umur 16-17 tahun, maka yang masih belum dianggap selesai perkembangal111ya adalah pembentukan kepribadian dan perkembangan jiwa sosial yang dapat dianggap
35
berakhir pada umur 21 tahun. sedangkan kematanganjiwa agama dan ideologi masih rnembutuhkan beberapa tahun sesudah itu.
21
1. Tugas Pcrkcrnbangan Rcrnaja
Tugas-tugas perkembangan remaja yang dikemukakan oleh Karl C. Garrison adalah a. Menerima keadaan jasmani Pada periode pra-remaja (periode pubertas) anak tumbuh demikian cepat mengarahkan pada bentuk orang dewasa. Pertumbuhan ini dibarengi pula o !eh perkembangan antara lain sikap dan citra diri. Mereka memiliki gambaran diri seakan-akan sebagai "model'' yang dikaguminya. Si puber putri sering mengimpikan wajah cantik secantik bintang lilm yang dikaguminya, sedangkan si puber pria sering mengkhayalkan dirinya sebagaimana pahlawan yang dikaguminya dalan1 cerita-cerita. Terkadang para remaja sering kali membandingkan diri. b. Memperoleh hubungan barn clan lebih matang dengan teman sebaya Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja, para remaja mengadakan hubungan sosial yang terutama ditekankan pada hubungan (relasi) antara dua jenis kelamin; merupakan suatu kewajaran remaja saling mencari pasangan. Memang diharapkan remaja dapat mencari
21
Zakiah Darajat, Op. Cit, h. 92
36
dan memperoleh teman-teman baru dan menjadi matang berhubungan dengan teman sebaya Jawan jenis dalam kelompok-kclompok mereka. c. Menerima keadaan sosial sesuai jenis kelaminnya dan belajar hidup seperti kaumnya Perbedaan secara fisik antara pria dan wanita narnpak jelas sejak masa pubertas, dan perkembangan ini telah matang dalam masa dewasa. Seringkali te~jadi
ada remaja yang menyelasi diri sebagai pria atau wanita, terutama jika
bentuk tubuh mereka tidak memuaskan. Dalam masa remaja ini diharapkan mereka menerima keadaan diri sebagai pria atau wanita dengan sifat clan tanggung jawab kaum masing-masing. d. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya Tugas perkembangan penting yang dihadapkan bagi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti dalam masa kanak-kanak mereka. Pada masa kanak-kanak, anak sangat bergantung emosinya pada orang tua atau orang dewasa lain. Misalnya, anak ikut menangis jika melihat orang tua menangis. Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi mengalami perasaan bergantung.
37
e. Memperoleh kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang bersangkutan dengan ekonomi. Kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang berhu.bungan dengan ekonomi, merupakan satu di antara tugas perkembangan remaja yang penting. Remaja diharapkan dapat belajar sedikit demi sedikit untuk terlepas dari bantuan ekonomi orang tua., remaja juga diharapkan memiliki keterampilan dalam
pengaturan
pengeluaran
uang
dan
memilih
prioritas
dalam
pembelajaran serta mengatur penggunaan barang yang dibelinya.
£ Mendapatkan perangkat nilai-nilai hidup dan falsafah hidup Remaja diharapkan memiliki standar-standar pikir, sikap perasaan dan prilaku yang dapat menuntun dan mewarnai berbagai aspek kehidupannya dalam masa dewasa. Jika remaja tidak memiliki falsafah hidup (terutama yang diterapkan dalam perbuatan) maka mereka tidak memiliki kendali dalam hidupnya, yang dapat membuatnya tidak memiliki kepastian hidup. Remajs. yang demikian itu akan mudah bingung, terombang-ambing oleh situasi hidup yang demikian cepat berubah; yang kemudian menjadikannya manusia yang tidak berbahagia. 22
22
Andi Mappiare, Psiko/ogi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional: 1982), cet. ke-1, h. 102-105
38
G. Pendidikan yang Diperlukan Rcmaja
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kebutuhan akan agama. Sejak manusia dilahirkan ke dunia, dia sudah membawa kecenderungan untuk beragama. Dalam surat Ar-Rum ayat 30 Allah berfaman:
~I ~:NI~~~\ j;J ~..i ';} \f;\c :r81 J~ ;1 ~\ ~ 1:;,;_ ,~:iJJ ~ r'~~ /
/
/
/
/
/
/
/
/
/
/
//
/
/
~';} v-81 j{~~~ . , ', Artinya: "Maka hadapkanlah waiahmu dengan lurus kepada Allah lelapfah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut .fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus letapi kebanyakan manusia lidak mengetahuinya ". (Q. S. ArRum/30:30/ 3 Manusia diciptakan oleh Allah mempunyai naluri beragama, yaitu agama tauhid. Kalau manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mcreka tidak beragama tauhid hanya pengaruh lingkungannya. Masa puber merupakan masa yang peka terhadap agama dan akhlak, bahkan terkadang anak merasa bimbang dengan adanya wujud Allah. Namun di sisi lain anak pun membutuhkan adanya sesuatu dari luar yang mampu melalui kekuatan manusia, sehingga mampu mengatasi persoalan dalam kehidupannya.
23
Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Teljemah, (Bandung: Gema Risalah Press, 1992), h. 645
39
Agama mempunyai faktor penting dan memegang peranan penting yang menentukan dalam kehidupan mereka. Tapi sayang sekali, kondisi sekarang kurang menyadari betapa penting dan hebatnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia. Terutama pada orang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa, di mana umur anak puber terkenal dengan umur goncang, karena pertumbuhan yang dilaluinya dari segala bidang dan segi kehidupan.
24
Mereka memerlukan agama sebagai suatu pegangan yang dapat mcmbantu dalam
mengatasi
dorongan-dorongan
yang
belum
pernah
mereka
rasakan
sebelumnya. Berunt1mg bagi anak yang hidup dalam keluarga yang mampu memberikan bimbingan agama dan dalam keluarga yang aman dan tenteram, karena ha! tersebut dapat menenangkan jiwa mereka yang sedang mengalami kegoncangan agama dan kepercayaan kepada Tuhan merupakan penolong yang sangat ampuh untuk mcngcmbalikan ketenangan clan keseimbangan jiwa. 25 Anak yang telah mendapatkan pendidikan agama pada akhir masa kanakkanaknya, bisa dikatakan telah siap menerima perubahan-perubahan dengan segala akibatnya pada masa puber itu, sebagai kehendak Allah dan Allah yang menentukan kecepatan dan ukuran pertumbuhannya. Dengan kepercayaan bahwa perubahan dan pertumbuhan itu sudah merupakan kodrat dan iradat Allah, maka semua perubahan itu akan dihadapinya dengan tenang, tidak banyak gejolak dan kebingungan. Mereka dapat menempatkan dirinya sebagai 24
Zakiah Darajat, I/mu Jiwa Agama, Op. Cit., h. 69
25
Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, Op. Cit., h. 44
40
msan yang segera akan memikul tanggung jawab, baik tanggung jawab pribadi maupun tanggung jawab kepada Allah, karena sesuai dengan hukum Islam ia sudah baligh. 26 Sementara anak yang tidak mendapatkan pendidikan agama pada akhir masa kanak-kanaknya, tidak akan merasa butuh terhadap agama ketika masa kegoncangan tiba, kegoncangan yang di deritanya pada masa puber akan diatasinya dengan caracara dan praktek-praktek yang diajarkan orang yang tidak dilmbungkan kepada agama. 27 Dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan agama sangat dibutuhkan pada remaja selain pembinaan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Seorang remaja yang diajarkan pendidikan agama scjak dini dapat mengatasi masalah dengan tenang ketika mercka sedang mengalan1i kegoncangan. Sebaliknya seorang remaja sejak dini yang tidak diajarkan agama, ketika remaja ia mendapatkan masalah tidak akan butuh agama tetapi akan diatasi dengan ca.ra-cara dan praktek-praktek yang diajarkan orang lain yang tidak berhubungan dengan agama.
26
27
Ibid, 14
Zakiah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1996), Cet. ke-15, h. 62
BAB IV IMPLIKASI KETENANGAN JIWA BAGI KEBERHASILAN PENDIDIKAN REMAJA A. Faktor-faktor yang Mempengarnlti Keberltasilan Pendidikan Pad a Remaja Belajar adalah Key Term (istilah kunci) yang paling mendasar "learning is educational enter price" dalam setiap usaha pendidikan. Dengan belajar terarah dan terpimpin, anak akan merriperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang mengantarnya menuju kedewasaan, sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri adalah bantuan atau bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada orang yang belum dewasa secara sadar agar mencapai kedewasaan. Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya berlangsung dengan baik. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang ada hambatan atau ada kesulitan tidak lancar, kadang-kadang semangat, kadang-kadang juga tidak bersemangat. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada setiap ank didik. Setiap individu memang tidak sama. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Dalam keadaan dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. 1 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan/belajar menurut Alisuf Sabri menggolongkan faktor internal dan eksternal, yaitu sebagai berikut:
1
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono, Psikologi Be/ajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991 ), cet. Ke-1,h. 74
42
a. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) 1. Faktor-faktor lingkungan Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk lingkungan non sosial ini adalah seperti; keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat, letak gedung sekolah dan sebagainya 2. Faktor-faktor instrumental Faktor instrumental ini terdsiri dari gedung atau sarana fisik sekolah, alat pengajaran, media pengajaran guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. b. Faktor-faktor kondisi internal siswa Faktor kondisi siwa ini sebagaimana diuraikan diatas ada dua macam, yaitu kondisi psikologis siwa dan kondisi fisikologis siswa. Faktor kondisi fisikologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa adalah faktor minat, balrnt, intelegensi, motivasi dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa. 8 Menurut Hanna Djumhana mengatakan bahwa: ada lima unsur prinsip-prinsip pendidikan yang menunjang keberhasilan pendidikan remaja, yaitu: 1. Asas-asas pendidikan, ada dua macam asas pendidikan yaitu: 'AlisufSabri, Psiko/ogi Pendidikon,(Jakarta: CV Pedoman llmujaya, 1996). h. 59
43
a. Asas keseluruhan, menunjukan bahwa pendidikan untuk remaja sebaiknya diarahkan pada kepribadian remaja secara menyeluruh yang meliputi: dimensi ragawi, kejiwaan, kemasyarakatan dan keruhanian. b. Asas keseimbangan, menghendaki adanya keserasian antara perkembangan ragawi dan kejiwaan, kehidupan dunia dan akhirat, kehidupan pribadi dan masyarakat. 2. Tujuan pendidikan Tujuan pendidikan remaja menurutnya adalah agar para remaja hidup secara bermakna dan bahagia, karena kebahagian merupakan akibat samping dari kehidupan bermakna, dalam artian mereka yang berhasil memenuhi makna hidupnya akan memperoleh kebahagian sebagai ganjarannya. Sedangkan kebahagian dan hidup bermakna yang keduanya mempunyai hubungan kaulitas dapat diperoleh dengan pendidikan dari Alquran, hadist dan ilmu pengetahuan. 3. Materi kegiatan pendidikan Sesuai asas keseluruhan dan keseimbangan yang telah diungkapkan, materi pendidikan remaja terarah pada seluruh dimensi kepribadian mereka: ragawi, kejiwaan, kemasyarakatan, dan keruhanian. Hal ini tampaknya didasari pemikiran tentang perlunya keseimbangan antara pengembangan sains dengan agama. 4. Metode pendidikan Metode pendidikan mempunyai bermacam-macam teknis pelaksanaan yang disesuaikan dengan tujuan pendidikan, situasi dan kondisi anak didik. Dan metode yang paling efektifadalah bila didasari dengan motivasi dari diri sendiri. 5. Lingkungan yang menunjang Dalam melaksanakan pendidikan remaja, lingkungan k.eluarga dan pergaulan yang baik merupakan unsur penunjang pendidikan yang sangat penting. Ini disebabkan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Faktor-faktor diatas saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya (faktor internal psikologi), namun dalam skripsi ini penulis hanya menekankan pada aspek psikologinya saja yang berupa emosi dan kesehatan mental yang dimiliki remaja. Dengan diketahui faktor ketenangan jiwa akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar bagi remaja. Tetapi meskipun demikian keberhasilan pendidikan remaja juga masih dapat dipengaruhi dengan faktor lain.
44
lndividu
didalam
hidupnya
selalu
mempunyai
kebutuhan-kebutuhan
dan
dorongan-dorongan seperti: memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, rasa aman, rasa ketenangan dan sebagainya. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan membawa ,asalah-masalah emosional seperti gelisah, cemas, dan rasa tak enak serta bentuk-bentuk maladjusment seperti siswa yang sedih akan kacau pikirannya, kecewa akan
sulit
konsentrasi,
melakukan
perbuatan-perbuatan
agresif,
kenakalan,
perkelahian remaja dan sebagainya. Remaja dapat melaksanakan suatu pendidikan dengan baik tergantung pada ketenangan jiwanya. Jika jiwanya gelisahia tidak akan sanggup menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul dari dalam dirinya maupun yang datang dari luar dirinya pada saat ia melangsungkan proses pendidikan. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa agama dan keyakinan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan adalah kebutuhan jiwa yang pokok yang dapat memberikan bantuan pada remaja untuk melepaskannya dari goncanganjiwa. B. Pengaruh Ketenangan Jiwa Bagi Keberhasilan Proses Pendidikan Remaja
Pelaksanaan pendidikan sekurang-kurangnya harus melibatkan tiga dimensi utama, yaitu: masukan (input), proses (process), dan keluaran (output). Hal itu berlaku juga bagi pendidikan remaja. Dalam pendidikan remaja, dimensi masukan adalah para remaja dengan segala karakteristik kepribadiannya yang khas, sedangkan dimensi proses adalah persoalan mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip-prinsip apa yang mempengaruhi proses belajar karena hal itu dianggao daoat mewuiudbn clim<'n
45
keluaran yaitu remaja dengan kualitas-kualitas kepribadian unggul sebagai hasil dari proses pendidikan. Persoalan hasil ini berkaitan dengan tujuan pendidikan.4 Tujuan pendidikan merupakan sarana kegiatan pendidikan dan
ia
juga
merupakan gambaran dari kepribadian seseorang yang berkenaan dengan aspek kehidupannya.
Tujuan
umum
pendidikan
remaja sering dirumuskan
untuk
rnenyiapkan generasi muda menjadi orang dewasa anggota mayarakat yang mandiri dan produktif. 5 Karena pandangan hidup manusia ber!ainan, maka berbeda pula tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan. Seperti: ada ahli didik yang lebih rnenitikberatkan kepada ke-Tuhanan atau agama. Semua pendidikan dimaksudkan untuk membawasi anak agar ia selalu berbakti kepada Tuhan, begitu pula dengan tujuan pendidikan Islam yang secara garis besarnya adalah membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya seperti yang ditegaskan dalam firman Allah SWT (Q. S: 51 :56) yang berbunyi:
4 Sunadi Suryabrata, Proses Be/ajar Mengajar di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Andi offset, 1989), cet. Ke-2, h. 10-13 5 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), eel. Ke-I, h. 59
46
Artinya: "Tidaklah Alm menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Kepada-Ku". Ringkasnya, pendidikan merupakan prose.s belajar mengajar yang dapat menghailkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri anak. Dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan. Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku melipmi bentuk-bentuk kemampuan yang menurut Taksonomi Bloom menjadi tiga yaitu: I. Kemampuan kognitif Yang temiasuk kategori kemampuan kognitif secara hirarkis meliputi: a. Mengetahui: kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari. b. Memahami: kemampuan menangkap makna dari yang dipelajari c. Menerapkan: kemampuan untuk menggunakan ha! yang sudah dipelajari itu kedalam situasi baru yang konkrit d. Menganalisa: kemampuan untuk merinci ha! yang dipelajari kedalam unsur-unsur agar struktur organisasinya dapat dimengerti e. Mensintesis: kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian guna membentuk satu kesatuan yang baru f. Mengevaluasi: kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang dipelajari untuk sesuatu atau tujuan tertentu 2. Kemampuan afektif Yang termasuk kemampuan afektif secara hirarkis adalah: a. Menerima: kesedian untuk memperhatikan b. Menanggapi: aktifberpartisipasi c. Menghargai: penghargaan kepada benda, gejala dan perbuatan tertentu d. Membentuk: memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan dan membentuk sistem nilai yang mengendalikan pertentangan dan membentuk sistem nilai yang bersifat konsisten dan internal e. Berpribadi: mempunyai sistem nilai yang mengendalikan perbuatan untuk menumbuhkan "life style" yang mantap 3. Kemampuan psikomotor Yang termasuk ketegori ini adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Jadi tekanan kemampuan yang menyangkut koordinasi svaraf
47
otot dan menyangkut penguasaan tubuh dan gerak, seperti kegiatan melempar, melekuk, mengangkat, berlari dan lain sebagainya. 6 Ketiga domain tersebut dapat mencakup hasil pendidikan akademik disekolah maupun hasil pendidikan non akademik diluar sekolah Pada hakekatnya ketiga kemampuan itu tidak terpisahkan. Apabila ketiga domain ini dapat dicapai oleh remaja dengan baik, maka akan berdampak pada prestasi nilainya yang bagus, pembentukan sikap dan kepribadian yang baik dan pengembangan bakatnya yang terwujud. Namun dalam mencapai kemampuankemampuan ini guna mencapai hasil atau prestasi yang diinginkan remaja, mereka harus pula mengalami dampak masa remaja yang menggoncangkan jiwanya. Hal ini sangatlah berpengaruh bagi proses pendidikan mereka. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa yang mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Keadaan j iwa yang tidak tenttram dapat mempengaruhi kemampuan
berfikir,
sehingga
menjadi
pelupa,
tidak
berkonsentrasi,
sulit
melanjutkan pemikiran yang teratur, malas, lesu, bosan, tidak percaya diri, sulit belajar, dan sulit berpretasi. Dapat pula mempengaruhi kesehatan badan, seperti pusing, tekanan darah tinggi, penyakit pencernaan dan lainnya. Keadaan negatif ini bisa menyebababkan kepada kenakalan remaja, seperti penyalah gunaan obat-obat terlarang,
penyimpangan seks,
semua ini adalah hal-hal
yang menghambat
keberhasilan pendidikan remaja dalam mencapai prestasi dan pengembangan minat dan bakatnya disekolah. 6
Moeslichatoen Rosidan, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional.
48
Keadae.n-keadaan seperti ini mendorong ahli jiwa utuk meneliti sebab-sebab dan faktor-faktornya, sehingga menimbulkan suatu cabang barn dalam ilmu psikologi yaitu kesehatan mental yang merupakan ilmu yang meliputi sistem tentang prinsip=prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah: psikosomatik (hubungan antara jiwa dan badan), yaitu adanya hubungan erat antara cemas, gelisah dan sebagainya, maka badan turut menderita. 7 Di bidang kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan yang menggunakan bahan-bahan kimia (tablet, cairan suntik atau obat minum). Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan j iwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri se:;eorang sehingga muncul perasaan positif sepe1ti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang berTuhan. Maka dalam kondisi yang serupa itu, manusia beada dalam keadaan tenang dan normal. Di dalam Al-Quran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam, banyak terdapat
ayat-ayat yang mendatangkan ketentraman batin, salah satunya adalah pada ayat 28 Surat Ar-Ra'd ayat 28 tersebut.
1987), cet. Ke-3, h. 120 7 Jalaluddin, Psikolo?.i A?.ama, (Jakarta: Raia Grafindo Persada. 19961
cet
k'•-'
h
''°
49
Artinya: "orang dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. (Q. S. Ar-Rad:28) 9 Menurut pendapal penulis, ayat ini sangatlah tepat sebagai salah satu usaha remaja dalam mengatasi kegoncangan jiwanya, schingga mereka dapat menjalankan proses pendidikannya dengan benar walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dari arti yang berrnacam-macam misalnya dalam mendekatkan diri kepada Allah, seperti mengikuti pengajian-pengajian, membaca Alquran, melakukan shalat-shalat sunnah dan lain-lain yang mengarah kepada siraman rohani. Oleh
karena
itu,
penghayatan
ajaran
agama
harus
memperbaharui keimanan remaja haruslah ditanamkan. Karena
dilakukan
untuk
dengan berbekal
iman, maka jiwa akan tenang, dan dengan berbekal ketenangan jiwa maka hidup akan bahagia, dan kebahagian hidup itu adalah modal
dari pendidikan yang berhasil.
Remaja yang tenang jiwanya dan merasa bahagia bathinnya ia akan terdorong dan punya semangat untuk belajar dengan tekun dan ingin berprestasi C. Upaya mendapatkan Ketenangan Jiwa Bagi remaja Manusia adalah makhluk yang dinarnis dan memiliki kesadaran, yang menyadari adanya problem yang mengganggu kejiwaannya, dan berupaya untuk
9
Departemen Agama Republik Indonesia, h. 373
50
mengatasinya. Upaya-paya tersebut ada yang bersifat mistik irrasional, ada juga yang bersifat rasional, konseptual dan ilmiah. Secara naluriah manusia merindukan kehidupan yang tenang dan sehat, baik kesehatan jasmani maupun rohani, kesehatan yang bukan menyangkut badan tetapi juga mental. Pada masyarakat modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban barat sekuler, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi yang dalam ha! ini kesehatan mental. Sedangkan pada masyarakat Islam, karena mereka (kaum muslimin) pada awal sejaralmya tidak mengalami problem psikologi seperti dialami oleh masyarakat barat, maka solusi yang ditawarkan lebih bersifat religius-spritua!, yakni tasawuf dan akhlak. Keduannya menawarkan solusi bahwa manusia itu akan memperoleh kebahagian pada zaman apapun,jika hidupnya bermakna. 8 Zakiah Darajat dalam bukunya pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah menyatakan bahwa dimensi kejiwaan mendapat perhatian dalam Al-Quran. Hal ini dikarenakan masalah kej iwaan itulah yang banyak mengganggu ketentraman batin manusia, yang juga dapat menyebabkan berbagai penyakit jasmani. Akibat selanjutnya dari kemampuan
penyakit dan
memanfaatkan
gangguan
kecerdasan,
kejiwaan sehingga
itu
adalah
prestasi
terganggunya
menurun,
sulit
berkonsentrasi, mudah lupa dan patah semangat. Mungkin pula terjadi penyimpangan
8
Achmad Mubarak, Jiwa dalam Al-quran So/usi Krisis Keruhanian Manusia Modern, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 15
51
kelakuan, yang menimbulkan berbagai kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. 9 Allah SWT Maha Mengetahui perasaan dan kejiwaan manusia. Rasa takut, cemas, ragu, putus asa dan sebagainya, baik dengan alasan yang jelas dan objektif, maupun dengan alasan tidak nyata dan subyektif. Oleh karena itu dengan beriman dan selalu ingat sepenulmya kepada Allah, manusia akan memperoleh ketenangan jiwa terhindar dari goncangan jiwa dan berbagai gangguan penyakit kejiwaan. Dengan ingat kepada Allah akan menimbulkan ketentraman dan dengan sendirinya hilanglah segala macam kegelisahan, pikiran kusut, putus asa, ketakutan dan lain sebagainya. Dengan berbekal iman maka jiwa akan tenang, dan dengan berbekal ketenangan jiwa maka hidup akan bahagia dan kebahagian itu adalah buah dari pendidikan yang berhasil.
9
Zakiah Daraiat. Oo. Cit. h. 14
BABY
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan (library research) dari pembahasan skripsi diatas, penulis akan rnenarik kesirnpulan sebagai berikut: I. Hubungan antara keberhasilan suatu penclidikan khususnya rernaja
dengan kondisi kejiwaan seseorang sangatlah erat, karena salah satu factor yang rnempengaruhi keberhasilan pendidikan adalah factor inclividu yang meliputi kejiwaan, sedangkan jiwa remaja sangat rentan terhadapgoncangan maka, alangkah tepatnya bila remaja selalu diarahkan kepada kehidupan yang agamis dengan keimanan clan ketaqwaan yang mendalam sehingga tentramlah jiwa rnereka dalam rnenjalani tujuan hidup dan pendidikannya. 2. Faktor yang menyebabkan kegoncangan jiwa rernaja adalah factor intern dan factor ekstern. Factor intern yang menyebabkan kegoncangan jiwa rernaja berkaitan dengan proses perturnbuhan fisik yang sedang berlangsung, sedangkan factor ekstern yang rnenyebabkan
terjadinya
kegoncangan
JIWa
remaja
adalah
ketidakmampuan dalam rnemenuhi yang rnenjadi kebutuhannya. Ketenangan jiwa menjadikan sebuah keberhasilan pada rernaja pabila mampu rnengatasi konflik dalam diri, terpenuhi kebutuhan hidup dan diperhatikan oleh kcluarga.
B. Saran-saran
53
B. Saran-saran I. Hendalrnya para orang tua, gurun dan tokoh masyarakat serta pemerintah membimbing
memberikan serta
perhatian
mendidik
khusus
mereka
kepada
menjadi
remaja,
orang
yang
berkpribadian kuat dan sehat sehingga dapat berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. 2. Para remaja hendalrnya banyak membekali diri dengan keimanan dan ketaqwaan yang diperolhnya agar dapat dihindari hal-hal yang bisa menghancurkan diri sendiri dan dapat menguasai jiwanya agat tetap stabil dan sehat.
DAFTAR Pli~IAKA.
Bastaman, Hana Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam menuju Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, cet. kc-J. Daradjat, Zakiah, Prof., DR, Hj., llmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, Cet. ke-15
-----, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1986 ---, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1975 -----, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, · cet. ke-3 ------, Pendidikan Islam dalam Ke/uarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. ke-2 ------, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: CV. Haji Masagung, 1993, Cet. ke-11 ------, Remaja; Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. ke-2 DEPAG,Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Intemasa, 1993 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustak:a, 1996, Edisi ke-2, Cet. ke-7,
Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, 1990, Jilid III Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, Cet. ke-3 Jalaluddin, DR., Psi!c.o/ogi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-I Jalaluddin, DR., dan Zen, Ali Ahmad, Kamus Ilrrm Jiwa dan Pendidika11, Surabaya: Putra Al-Ma'arif, 1995 Jaya, Yahya, Spiritualisasi Islam dalam JY!engembang!can Kepribadian . Kesehatan Mental, Jakarta: Ruhama, 1994, Cet. ke-1
dan
Kattsoff, Louis 0., Elements of Philosophy, alih bahasa Soeyono Soemargono dengan judul Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wicana, 1986, Cet. ke-1 Langgulung, Hasan, Prof., DR., Teori-teori Kesehatan Mental, Perbandingan Psikologi Modern dan Pendekatan Pakar-pakar Pendidikan Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Huda, 1983, Cet. ke-1
J(
55
.'
Mappiare, Andi, Drs., Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 Mubarok, Achmad, MA, DR., .Tnra dalam Al-Qur'an; Solusi Krisis Keruhanian Mam1sia Modern, Jakarta: Paramadiana, 2000, Cet. ke-1 Nasir, Sahilun A, Drs., H., Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan ProblemaRemaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999, eel. ke-1 Poerwadarminta, W.J.S., Kanms. UmU:m Ba/tasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, Cet. ke-5 Purwanto, Ngalim, M., Drs., Dmu Pendidikan Teoritis dan Praktisr, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995, Cet.ke-8 Raharjo, Dawam, E11siklopedi Al-Q11r!an; Ta/sir Sosial berdasarkan Konsepkonsep K1111ci, Jakarta: PT. Temprint, 1996, Cet. ke-1 Ramayulis, Dm11 Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, Cet. ke-1 Rosidan, Moeslichatoen, Dra., Pe11gantar Dasar-dasar Kepe11didikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1987, Cet. ke-3 Sabri, Alisuf, M,, Drs,, Psikologi Pendidikan Bert!asarkan K11rik11l11m Nasio11al, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet. ke-1
------, Pe11ga11tar Psikologi 1111111m da11 Perkemba11ga11, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993, Cet. ke-1 Soekarno dan Sopardi, Ahmad, Sejarali dan Filsafat Pe/l{lidikan islam, Bandung: Angkasa, 1990 Sujanto, Agus, Drs., Psiko!ogi Perkemba11gan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-7
1996,
Suryabrata, Sumardi, Proses Be/ajar Mengajar di Pergurnan 1'illggi, Yogyakarta: Andi Offset, 1989, Cet. Ke-2 Sukmadinata, Nana Syaodih, Pe11gemba11ga11 K11rikul11m Teori t!an Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. Ke-! Syamsuddin, Pemlit!idka11 Ke/ami11 dalam Islam, Solo: Romadhoni, 1985 Usman; Moh. Uzer, Drs., dan Setiawati, Lilis, Upaya Optima/iasi kegiata11 Belajar Mengajar; Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 1993, cet.ke-1
Hal
: Pengajuan Prosposal
Jakarta, 04 April 2004
Kepada Yth.: Bapak Kajur PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Ncge1i Syaiif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum wr. wb. Dengan ini kami mengajukan proposal skripsi kami yang berjudul: "Peranan Ketenangan Jiwa bagi Keberhasilan Proses Pendidikan Remaja." Sebagai pertimbangan Bapak berikut kami sampaikan: 1. Proposal skripsi
2. Out line Demikian, atas pcrkcnan dan bantuan Hapak, kami mcnyampaikan tcrima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
·'I«-·.
p.J~kr
p,,,_ H. A\~wt
l'cmohon;---
~t1~r('
J
f
. sJo~ pk{
r~c A-~
Sn rl>it 1i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SVARIF HIDAVATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN T.:lp. : (62-21 J 7443328, 7401925. Fax.(62-21) 7402982 Jl.lr.H.Juanda Nomor 95. C:lputat 15412,
lndone~ia
Email : uinjkL'(#cabi.nl!t.id
Nomor: ET/PP.02.2/.J.Y. I 200'!; Lamp. : Abstraksi I Outline Hal : BIMBINGAN SKRJPSI
Jakarta, .. .f!?.. ~P.~:i.~.. ?.9P!\ .............. .
Kepada Yth. 1. ~!?!'::.. ~.!?:.J:l..-.'.!:A-?-.~!'11:1..f. .9.~~.~~ ....
2............................................ .. Dosen Fak. Ilmu Tarbiyah & Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Assalamu 'alailcum wr. wb. Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara .untuk meajadi Pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa, Nam a
SARBINI ........................................................
NIM
: .... 9.9.9.~:1.9!)9.1.~t ...... Pendidikan A,ama Islam (PAI) Semester 10
Jurusan I Semester : ...................................................... .
Judul Skripsi : .f'Ji:R.!>.li....!i.. l\EXru!litl.GM .. .T.lWA. BMJI. KlUlERHASILAN ..~~?.~~:: ... .. l.:J:.Q~.~ ....li.. R~M'h .., ....................................................................... ..
........................................................................................................ Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal ......... .
· ·' · . .. G4 .. . ..April .. . .. .. . ..2004 .. .. .. .. . .. . .. . .. . . . .. dengan abstraks1· f outlin e se bar,aunana ter,amprr. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, yakni sampai dcngan tanggal
!)?.. ~~R~~."J~~.': ..~~9.~ ........
Atas perhatian dan kesediaan Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
Tembusan: 1. Dekan