PERANAN KEPALA DESA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR MASYARAKAT DI DESA LEMOH KECAMATAN TOMBARIRI TIMUR Oleh : Toar Galang
ABSTRAK Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, Pasal 26 ayat 1 dan 2 (huruf F dan G), jelas bahwa salah satu kewenangan kepala desa adalah membina kehidupan masyarakat desa dan membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa. Dalam pelaksanaan kewenangan tersebut kepala desa dapat menempuh langkah-langkah fasilitasi, mediasi, pembinaan dan motivasi bagi masyarakat desa, dalam kenyataannya langkah-langkah tersebut belum dilakukan oleh kepala desa dalam penyelesaian konflik yang terjadi antar warga desa, sehingga belum memberikan dampak yang signifikan dalam pembinaan masyarakat bagi berlangsungnya stabilitas keamanan dan ketertiban dimasyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam melakukan penelitian penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: ”Bagaimana Peranan Kepala Desa dalam penyelesaian konflik yang terjadi antar masyarakat di desa lemoh kecamatan tombariri timur ?” Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Ketua BPD, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, dan Tokoh Masyarakat. Selanjutnya dilakukan Analisa Data melalui langkah-langkah : Reduksi Data, Penyajian data dan Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan Penelitian menunjukan bahwa Peran Kepala Desa sebagai Motivator, Fasilitator dan Mediator dalam Penyelesaian Konflik belum sepenuhnya berjalan maksimal. Bersadasrkan Hasil dan Kesimpulan Penelitian tersebut, maka Perlu adanya Peningkatan Kesadaran Peran Kepala Desa dalam Menyelesaikan Konflik yang Terjadi di Masyarakat.
Karena orang suka membandingkan diri
PENDAHULUAN
dengan orang lain. Persaingan bukan Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama bercampur aduk dalam waktu yang lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan disisi lain mereka juga merupakan suatu sistem kehidupan bersama. Menimbulkan kebudayaan oleh karenanya setiap anggota kelompok merasa dirinya tertarik satu dengan
lainnya
(Soerjono
Soekanto,1992:26). membicarakan
Sebelum
tentang
masalah-masalah
sejauh
masyarakat
hanya dilakukan oleh masyarakat kota tapi masyarakat
pedesaan
juga
terjadi
persaingan yang berujung pada konflik horizontal
atau
vertikal,
karena
masyarakat di tuntut untuk memenuhi kebutuhanya baik primer atau sekunder sehingga pada abad modern tampak sukar menentukan antara yang desa dan kota karena sama memiliki kebutuhan yang hampir sama.
mana terlebih
Apabilah membicarakan tentang
dahulu kita meninjau terhadap masyarakat
suatu masyarakat biasanya yang dimaksud
itu sendiri. Dan mengenai masalah-
adalah kelompok orang yang memiliki
masalah masyarakat yaitu suatu yang
kesamaan, dalam arti mereka berhubungan
meliputi fakta-fakta didalam masyarakat
erat satu sama lain (Doncar Mitchelti,
tersebut, akan tetapi pengertian tentang
1989:40). Setiap masyarakat akan hidup
masyarakat adalah golongan besar atau
tenteram
kecil terdiri dari beberapa manusia yang
sosial
dengan kesendiriannya bertalian secara
berlangsung secara teratur, menurut nilai
golongan dan mempengaruhi satu sama
dan norma yang berlaku. Artinya, setiap
lain.
hubungan sosial di dalam masyarakat
apabila diantara
hubungan-hubungan para
anggotanya
tidak terganggu, melainkan semuanya Dalam
kehidupan
masyarakat
terdiri dari kelompok tradisional dan masyarakat modern, terutama masyarakat modern kehidupannya di kota-kota besar yang terlihat maju dalam hal ekonomi dan pendidikan,
karena
fasilitas-fasilitas
umum diperkotaan sangat mendukung untuk mencapai semua itu, namun masih banyak persaingan dan perlombaan hidup.
berjalan secara harmonis dan tertib. Sebaliknya, bila interaksi atau hubungan itu menyimpang dari nilai, norma-norma yang berlaku, maka hubungan sosial akan terganggu
dan
akibatnya
sosialpun akan mengalami
kehidupan kekacuan.
hubungan sosial yang tidak teratur akan mengakibatkan konflik.
Konflik adalah suatu keadaan
ekonomi, politik merupakan sesuatu yang
dimana proses interaksi sosial berlangsung
menyebabkan
adanya
konflik
tanpa memperhatikan nilai, norma, dan
sesama individu dan kelompok.
antar
aturan yang berlaku. Kerena itu akan Sementara
muncul konflik-konflik terbuka antara individu
dengan
individu,
kelompok
dengan kelompok lainya, dari sini dapat dilihat bahwa dalam kehidupan sosial manusia, dimana saja dan kapan saja tidak pernah terlepas dari apa saja yang disebut
itu,
bentuk-bentuk
penyakit sosial dalam masyarakat yang menjadi sumber terjadinya konflikpun bermacam-macam. Beberapa yang bisa ditemukan di masyarakat antara lain sebagai berikut :
dengan “konflik”. Istilah konflik berasal
1. Minuman Keras (Miras)
dari kata configure, conflictum: saling
2. Kejahatan (Kriminalitas)
berbenturan ialah semua bentuk benturan, ketidak
seseuaian,
Desa Lemoh merupakan salah
ketidakserasian,
pertentangan (Kartini Kartono, 1998:213).
satu
desa
yang
ada
di
Kecamatan
Tombariri Timur, dimana desa Lemoh Konflik
dan
pertentangan
merupakan desa yang secara geografis
memang tidak bisa dihindarkan dari dalam
terletak
diri manusia baik sebagai mahluk pribadi
Tomohon dan jalan Trans Sulawesi,
terlebih sebagai makhluk sosial. Konflik
mayarakat yang ada di Desa Lemoh ini
adalah
cukup majemuk, hal ini dapat dibuktikan
persepsi
mengenai
perbedaan
di
perlintasan
jalan
Kota
kepentingan, yang dimaksud kepentingan
dengan
keberadaan
masyarakat
yang
adalah perasaan orang mengenai apa yang
berasal
dari
lain
suku
sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu
Minahasa
cenderung bersifat sentral dalam pikiran
lokal/pribumi
dan tindakan orang membentuk inti dari
peristiwa perselisihan, konflik antar warga
banyak sikap, tujuan dan niat (Dean G.
pernah terjadi, mulai dari hal-hal kecil
Pruiit dan Jeffrey Z. Rubbin, 2004:21).
atau antar pribadi, seperti masalah batas
Masyarakat desa dikenal dengan adanya
tanah
perbedaan
ketersinggungan, kesalahpahaman, dan
tersebut
sosial, bisa
perbedaan
meliputi
:
sosial
Perbedaan
baik
pertikaian
suku
yang
menjadi
desa
masyarakat
lemoh,
rumah,
antar
diluar
beberapa
maupun
anak
muda
kebun,
yang
ekonomi, politik, pendidikan, agama dan
kemmudian meluas atau melebar hingga
lain-lain, tingkat pendidikan, perbedaan
berujung pada pertumpahan darah. Sampai
dengan sejauh ini menurut pengamatan
oleh
peneliti, kepala desa tidak terlalu dominan
dengan fungsi individu dalam berbagai
berperan mengatasi dan menyelesaikan
kelompok sosial. Sesuai dengan Undang-
perselisihan
berujung
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
konflik antar warga, konflik tersebut
Desa, disebutkan bahwa kepala desa
menjadi melebar karena biasanya mereka
sesuai pasal 26 ayat (1) Kepala Desa
yang berkonflik saling mengundang antar
bertugas menyelenggarakan Pemerintahan
keluarga
bersama-sama
Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,
membantu, atau memberikan dukungan.
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
Tindak
pemberdayaan
tersebut
agar
terlibat
lanjut
pemerintah
yang
yang
desa
dilakukan
biasanya
oleh
dilakukan
lingkungan
sosial
berhubungan
masyarakat
Desa.
Sedangkan pada ayat (2) huruf f dan g,
langkah awal oleh kepala dusun (kepala
mengenai
jaga) untuk menyelesaikan perselisihan
disebutkan bahwa: membina kehidupan
tersebut, namun tidak ditindak lanjuti
masyarakat
dengan
ketenteraman dan ketertiban masyarakat
upaya
perdamaian
bersama
dengan kepala desa (hukum tua), sehingga
kewenangan
Desa;
kepala
dan
desa
membina
Desa.
perselisihan tersebut tidak mencapai kata Berdasarkan
damai, dan akan terulang kembali pada
ketentuan
dalam
Undang-Undang tersebut jelas bahwa
satu waktu tertentu.
salah satu kewenangan kepala desa adalah Peran Kepala Desa yang meliputi
membina kehidupan masyarakat desa dan
suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang
membina
diharapkan
dari
masyarakat
berdasarkan
posisinya
belum
terasa
seseorang
yang
dimasyarakat,
maksimal
dalam
ketentraman desa,
dan
dalam
ketertiban pelaksanaan
kewenangan tersebut kepala desa dapat menempuh
langkah-langkah
fasilitasi,
menyelesaikan perselisihan yang berujung
mediasi, pembinaan dan motivasi bagi
konflik dimasyarakat. Sementara posisi
masyarakat desa, dalam kenyataannya
tersebut merupakan identifikasi dari status
langkah-langkah tersebut belum dilakukan
atau tempat seseorang (kepala desa) dalam
oleh kepala desa dalam penyelesaian
suatu
merupakan
konflik yang terjadi antar warga desa,
perwujudan dan aktualisasi diri. Peran
sehingga belum memberikan dampak
kepala
yang
sistem
desa
sosial
juga
dan
berarti
sebagai
serangkaian perilaku yang diharapkan
signifikan
dalam
pembinaan
masyarakat bagi berlangsungnya stabilitas keamanan dan ketertiban dimasyarakat.
Peran-peran
tersebut
belum
sepenuhnya dimiliki dan dilakukan oleh kepala desa lemoh, sehingga berangkat
Kajian melalui
penelitian
Peranan
dipersempit
kepala
desa
dalam
menyelesaikan konflik antar warga di desa lemoh
sesuai
Nordholt
dengan
(2007:71),
teori yang
Schute diperjelas
dengan indikator sebagai berikut:
dari fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian ilmiah untuk
pemberi semangat kepada masyarakat ikut
tindakan-tindakan
melakukan
yang
dalam
lagi
bagaimana kepala desa dalam melakukan perannya sebagai pemimpin yang ada di
terjadi di masyarakat desa.
Kepala Desa sebagai pendorong dan
agar
lebih
desa untuk menyelesaikan konflik yang
1. Peran sebagai motivator yaitu Peran
setempat,
mengkaji
positf
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
dalam
dirumuskan
melakukan masalah
penelitian penelitian
sebagai berikut:
sehingga apa yang diharapkan dapat lebih berkembang dan terjaminnya
”Bagaimana Peranan Kepala
stabilitas keamanan dan ketertiban
Desa dalam penyelesaian konflik yang
masyarakat, suatu saat dapat menjadi
terjadi antar masyarakat di desa lemoh
penopang perekonomian yang ada.
kecamatan tombariri timur ?”
2. Peran sebagai fasilitator dan mediator dalam hal ini Kepala Desa sebagai fasilitator
yaitu
orang
yang
memberikan bantuan dan menjadi nara
sumber
berbagai
yang
baik
permasalahan
untuk serta
memfasilitasi kegiatan-kegiatan di desa, sebagai mediator, kepala desa menjadi penengah/penetralisir antar warga yang saling berkonflik dan mempertemukan satu dengan yang lainnya, sehingga kata sepakat dan perdamaianpun dapat terjalin.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mana
mengetahui
Peranan
sejauh
Kepala
Desa
Lemoh dalam penyelesaian konflik antar
masyarakat
langkah
motivasi,
melalui:
langkah-
fasilitator
mediator, bagi masyarakat desanya.
dan
Alasan
METODE PENELITIAN
peneliti
menggunakan
jenis
penelitian deskriptif adalah karena dengan A. Jenis Penelitian Penelitian
penelitian ini
merupakan
penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Yaitu suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat. Menurut Danzin dan Lincoln (dalam Lexy J. Moleong, 2008:4-5),
ini
mampu
memberikan
gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi satu dengan situasi yang lain, atau dapat menemukan pola-pola hubungan antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat menemukan hipotesis dan teori. Yaitu menggambarkan sebuah konflik antar masyarakat desa, yang ada di desa lemoh.
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan maksud terjadi
latar
alamiah,
menafsirkan dan
melibatkan
dengan
fenomena
yang
dengan
jalan
dilakukan berbagai
metode
yang
ada.Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakanuntuk meneliti
pada
alamiah,
kondisi
obyek
(sebagai
yang
lawannya
adalaheksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrumen
pengumpulan
data
B. Fokus Penelitian Penelitian ini di fokuskan pada peran
kepala
desa
lemoh
dalam
menyelesaikan konflik antar masyarakat desa, yang dinilai melalui indikator menurut
Schute
Nordholt
(2007:71)
sebagai berikut: 1) Peran Kepala Desa sebagai motivator,
kunci,
teknik
yaitu Fungsi Pemerintah Desa sebagai
dilakukan
secara
pendorong
dan
pemberisemangat
trianggulasi (gabungan), analisis data
kepada masyarakat setempat, agar
bersifat induktif kualitatif, dan hasil
agar
penelitian kualitatif lebih menekankan
tindakanyang positf sehingga sesuai
pada makna dari pada generalisasi.
apa yang diharapkan yaitu terjaganya
Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna
ikut
melakukan
tindakan-
stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. 2). Peran
sebagai
fasilitator
dan
adalah data yang sebenarnya, data yang
mediator dalam hal ini Kepala
pasti yang merupakan suatu nilai di balik
Desa
data yang tampak (Sugiyono, 2008:1).
mediator
sebagai yaitu
fasilitator
dan
orang
yang
memberikan bantuan dan menjadi
- Ketua BPD (Badan
narasumber
Permusyawaratan Desa)
yang
mempertemukan bertikai
baik pihak
untuk
serta yang
berbagai
(2) Informan biasa, yakni orang yang mengetahui tentang masalah yang
permasalahan.
akan diteliti. Informan biasa yang diambil untuk masalah penelitian
C. Informan Penelitian
yakni pelayanan publik, yaitu: Peneliti
merupakan
instrumen
utama dalam penelitian kualitatif. Hal
- Tokoh Pemuda (1), Tokoh Agama
tersebut didasari atas pendapat Harun
(1), dan Masyarakat (6).
Nasution
(Sugiyono,
menyatakan
bahwa:
2007:60)
yang
dalam penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada
Pencarian data dalam menyusun
menjadikan manusia sebagai instrument
penelitian ini digunakan beberapa teknik
penelitian
pengumpulan data yakni :
utama.
pengumpulan
data
menggunakan
Sedangkan
untuk
penelitian
akan
teknik
wawancara
mendalam, studi literatur dan observasi.
a. Observasi,
yakni
mengumpulkan
data
teknik dengan
cara
mengamati fenomena-fenomena yang Informan
yang
diteliti
terjadi di lokasi penelitian. Dengan
digolongkan kedalam dua golongan yakni,
cara observasi dapat ditemukan data-
(1) Informan Kunci yakni orang yang mengetahui dengan jelas kondisi daerah
penelitian
dan
mampu
menunjukkan siapa-siapa saja yang dapat
memberikan
informasi
mengenai masalah yang akan diteliti. Biasanya yang bertindak sebagai informan kunci adalah:
data tentang bagaimana tingkah laku ataupun
aktivitas
keseharian
masyarakat desa yang berguna dalam mengkroscek kebenaran data nantinya. Observasi
penelitian
sebagai
pengamatan sistematis danterencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reabilitasnya. Teknik ini bertumpu pada indra yang
- Kepala Desa
dimiliki,
yakni
penglihatan,
penciuman, peraba serta pendengaran. Dengan melakukan observasi, maka
data
yang
diperoleh
meliputi
menganalisispermasalahan dan juga
bagaimana aspek fisik dari daerah yang
sebagai penambah wawasan peneliti.
diteliti, apa saja kegiatan dan interaksi
Salah satu yang perlu dilakukan dalam
yang terjadi, siapa pelaku yang terlibat
persiapan
dari aktivitas tersebut, serta berapa
mendayagunakan
lama durasi serta frekuensi terjadinya.
yang di dapat di perpustakaan.
b. Wawancara
dengan
mengajukan
beberapa
pertanyaan
utama
wawancara
antara lain : (a) Untuk menggali pemikiran seorang informan, yang berhubungan dengan sebuah peristiwa, perasaan, perhatiian dan sebagainya yang terkait dengan aktivitas budaya sesuai dengan fokus masalah yang ingin
dipecahkan.
merekonstruksi
(b)
untuk
pemikiran
atau
peristiwa yang terjadi pada msa lalu, (c)
untuk
pemikiran
mendapatkan terhadap
gambaran
budaya
yang
dimikinya dimasa depan. c. Studi
Literatur,
penelitian
yang
merupakan
teknik
dilakukan
dengan
yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Studi literature ini dilakukan untuk membantu peneliti pengetahuan
tentang
masalah yang akan diteliti dan teoriteori
serta
informasi
Setelah data yang dibutuhkan
konsep
diperoleh dalam proses pengumpulan data, maka selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data. Menurut Matthew B. Miles,
dan
A.
Michael
Huberman
(Sugiyono, 2011:246), mengatakan bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara
interaktif
dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh‟. Prosedur dan analisis data dilakukan dengan berbagai tahapan yang meliputi: (a). Data reduction (reduksi data). Data yang diperoleh dilapangan cukup banyak, sehingga perludi catat secara teliti
membaca dan mempelajari buku-buku
memperdalam
sumber
terhadap
terkait dengan masalah yang akan Tujuan
adalah
E. Teknik Analisis data
informan, untuk mendapatkan data
diteliti.
penelitian
untuk
dan rinci serta segera dilakukan analisa. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok/penting sesuai tengan tema penelitian dan membuang hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan. Dengan dilakukannya reduksi data, maka diperoleh gambaran yang lebih jelas serta diketahui
data-data
apa
yang
dibutuhkan atau perlu dilengkapi.
masih
(b) Data display (penyajian data).
dengan pemanfaatan berbagai sumber
Data yang ditelah direduksi kemudian
daya dan dana yang tersedia. Meminta
disajikan dalam bentuk uraian naratif,
satu pihak menempatkan diri pada posisi
sehingga
orang lain, dan memberikan argumentasi
data
tersebut
benar-benar
dipahami.
kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran itu dibalik, pihak yang
(c) Conclution drawing (penarikan kesimpulan). Setelah disajikan dalam bentuk uraian naratif, peneliti membuat kesimpulan awal
dari data tersebut.
Apabila serangkaian kesimpulan yang dibuat dari setiap aktivitas pengumpulan data
menunjukan
adanya
suatu
konsistensi, maka kesimpulan tersebut merupakan
kesimpulan
yang
tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu gagasan seolah-olah menentangnya, dan sebaliknya pihak yang tadinya menentang satu gagasan seolaholah mendukungnya. Setelah itu tiap-tiap pihak diberi kesempatan untuk melihat posisi orang lain dari sudut pandang pihak lain.
valid.
Sementara untuk memverifikasi data,
Kewenangan kepala desa sebagai
peneliti menggunakan uji validitas dan uji
sumber
reliabilitas.
memimpin
kekuatan
yang
suatu
masyarakat,
untuk
keputusan,
atau
mengambil PEMBAHASAN Peran
suatu
bertugas
memecahkan masalah secara efektif, perlu kepala
desa
dalam
memiliki
kemahiran
menyelesaikan konflik antar warga desa
kekuaasaan
masih dirasakan belum maksimal, hal ini
melekat pada perannya dan itulah tugas
dapat dibuktikan dengan hasil wawancara
pemimpin yang dalam hal ini adalah
yang dilakukan dengan para informan.
kepala
Untuk dapat mengatasi konflik-konflik
mediator
yang ada dimasyarakat desa, kepala desa
konflik dengan cara mediasi.
harus
melakukan
mediasi
dengan
memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya
tentang
kondisi-kondisi
penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing harus dipenuhi
dan
menggunakan
desa
kewenangan
yang
dalam
Mediator
bertindak
menyelesaikan
harus
menemukan
yang
sebagai suatu
mampu
alternatif-alternatif
penyelesaian konflik. Ia tidak hanya terikat dan terfokus pada apa yang dimiliki
oleh
para
pihak
dalam
penyelesaian sengketa mereka. Mediator
harus mampu menawarkan solusi lain
settlement
ketika para pihak tidak lagi memiliki
mediasi kompromi merupakan mediasi
alternatif penyelesaian konflik, atau para
yang tujuan utamanya adalah untuk
pihak sudah mengalami kesulitan atau
mendorong terwujudnya kompromi dari
bahkan
dalam
tuntutan kedua belah pihak yang sedang
penyelesaian konflik mereka. Di sinilah
bertikai. Dalam mediasi model ini, tipe
peran penting mediator sebagai pihak
mediator yang dikehendaki adalah yang
ketiga yang netral dalam membantu
berstatus tinggi, sekalipun tidak terlalu
penyelesaian konflik. Oleh karenanya,
ahli dalam proses dan teknik-teknik
mediator harus memiliki sejumlah skill
mediasi.
yang dapat memfasilitasi dan membantu
dimainkan
para pihak dalam penyelesaian konflik
menentukan “bottomlines” dari disputan
mereka.
dan secara persuasif mendorong kedua
terhenti
(deadlock)
mediasi
Adapun oleh
dikenal
peran
sebagai
yang
mediator
dapat adalah
belah pihak bertikai untuk sama-sama Mengenai peran dan fungsi kepala desa
atau
perangkat
desa
dalam
menurunkan
posisi
mereka
ke
titik
kompromi.
penyelesaian konflik yang terjadi bahwa mereka harus mampu melakukan tugasnya
Dalam
hal
permasalahan
selaku mediator yang berusaha untuk
berikunya
menyelesaikan konflik yang terjadi antar
masyarakat setempat biasanya lari ke
warganya. konflik baik itu mengenai
ketua adat, kepala desa atau sesepuh desa.
sengketa lahan, konflik antar masyarakat,
Namun dikarenakan mereka merupakan
ataupun konflik rumah tangga. Fungsi
perorangan, maka seringkali kendala-
mediator disini adalah penengah yang
kendala
tidak memihak kepada pihak manapun.
misalnya:
Semata-mata
hanya
menjadi
diantara warga tersebut. Jika dilihat bahwa mediator
yang
ketika
penyelesaian
berkonflik
konflik
sebaiknya
a. Kekurangpahaman
terhadap
mediasi dan proses mediasi dapat
menyebabkan
digunakan oleh perangkat desa, lurah
terhambatnya
ataupun kepala desa adalah mediator yang
konflik yang dihadapi.
sifatnya
settlement
mediator
terjadi
sarana
membangun komunikasi yang terhambat
fungsi
adalah
ini
dengan
menggunakan settlement mediasi. Adapun
penyelesaian
b. Kepentingan perorangan sering kali
menghalangi
cepatnya
menjadi
mediator. Dalam prakteknya
seringkali
mediator
sendiri
menjadi
penyelesaian konflik yang terjadi.
terpancing emosi dikarenakan tingkah
c. Belum adanya lembaga khusus
laku dari para pihak. Dalam kegiatan
pengaduan konflik di desa atau
penyuluhan
kelurahan setempat.
singkat bagaimana mengontrol amarah
konflik yang umunya terjadi pada masyarakat
desa
adalah
masalah
pertanahan, konflik keluarga
ini
diberikan
pelatihan
dan emosi dalam proses mediasi. KESIMPULAN DAN SARAN
ataupun
lainnya. Oleh karena adanya beberapa hambatan dalam penyelesaian konflik yang dilakukan perorangan, oleh karena itu sebaiknya harus ada lembaga khusus yang menjadi lembaga pengaduan konflik masyarakat. Lembaga ini sebaiknya terdiri dari gabungan dari kepala desa, perangkat
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bagian hasil dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Peran
Kepala
Desa
dalam
konflik
yang
desa, sesepuh dan tokoh masyarakat.
menyelesaikan
Pembentukan lembaga ini berdasarkan
terjadi antar masyarakat di desa
rapat desa yang melibatkan seluruh kepala
Lemoh belum maksimal, karena
jaga, serta masyarakat pada umumnya.
dari
Lembaga ini didasarkan pada aturan yang
peran
jelas sehingga pembentukkannya nanti
motivator; Kurangnya Motivasi
bisa sesuai dengan tujuan yang diharapkan
Kepala
yakni membantu penyelesaian konflik
Masyarakat
yang
Dalam
Motivasi dari Kepala Desa untuk
diberikan
mengadakan suatu Penyuluhan
dihadapi
kegiatan
masyarakat.
penyuluhan
ini
sudut
pandang
kepala
Desa
penilaian
desa
guna
Desa.
sebagai
membina Tidak
ada
penjelasan singkat mengenai pembentukan
bekerja
lembaga mediasi desa.
Kepolisian atau Pihak Lain yang
Kurangnya pengenalan mengenai anger manajemen bagi kepala desa. Anger management
merupakan
suatu
jenis
pengontrolan emosi bagi pihak yang
dapat
sama
dengan
membantu
Pihak
memberi
Pemahaman untuk menciptakan suatu Keadaan Lingkungan Desa yang Aman, Damai dan Tentram demi Kenyamanan bersama.
2. Peran
kepala
desa
sebagai
3. Melihat Fakta dari Data mengenai
fasilitator sudah cukup efektif
tingkat Pendidikan Kepala Desa
untuk
Lemoh
dapat
mempertemukan
Kecamatan
Tombariri
antar masyarakat yang bertikai,
Timur, dapat ditarik kesimpulan
namun dari segi mediasi/mediator
bahwa
yang
desa
Kepala
lain
Menyelesaikan
dilakukan
dengan
kepala
mennujuk
orang
yang
membuat Desa
maksimal
adalah
Dimana
Pendidikan
Akhir
desa
hanya
dalam
Konflik
sebagai mediator kurang efektif. kepala
Peran
belum Tingkat
atau
juga
memberikan wewenang kepada
Wawasan dari Kepala Desa yang
perangkat desanya atau tua-tua
kurang atau tidak sesuai dengan
kampung, atau dengan kata lain
Jabatan yang dipegang. Sehingga
Kepala Desa tidak Berkonribusi
kurangnya Pemahaman mengenai
langsung
Peran
untuk
menyelesaikan
Kepala
Desa
terutama
konflik, karena alasan yang selalu
dalam penyelesaian konflik antar
sama; Berhalangan Kesibukan.
masyarakat desa.
Seringkali
juga
penyelesaian masyarakat,
dalam
konflik mediator
di yang
ditunjuk oleh kepala desa tidak dapat
bersikap
netral
karena
berbagai alasan antara lain faktor Ikatan Darah. Hal ini tidak sesuai harapan
masyarakat,
dimana
masyarakat beranggapan bahwa kepala desa merupakan seorang tokoh yang sangat dihormati dan dihargai,
sehingga
akan
memberikan pengaruh positif bagi pembinaan
warga
desa
yang
dilakukan oleh kepala desa dalam menjaga situasi dan kondisi yang aman, damai dan kondusif.
B. Saran 1. Pemerintah
Desa,
khususnya
kepala desa perlu meningkatkan motivasi dalam pembinaan kepada warganya
agar
dapat
menjaga
suasana
saling
kehidupan
masyarakat yang kondusif agar tercipta yang
kehidupan damai,
masyarakat
melalui
suatu
kegiatan. Contohnya pembinaan masyarakat desa pada bidang hukum. Pembinaan di bidang hukum
dilakukan
dengan
bekerjasama dengan dinas terkait dan
pihak
kepolisian
yang
dimaksudkan agar pemuda dapat
diberikan
bimbingan
kemasyarakatan
pada
sesuatu
yang lebih positif. Hal ini kiranya perlu campur tangan langsung oleh
kepala
desa,
tanpa
memberikan delegasi wewenang yang
DAFTAR PUSTAKA
berlebihan
kepada
Arikunto, Suharsimi, 2002, Penelitian
Suatu
Prosedur Pendekatan
Praktik, Jakarta : Rineka Cipta. Campbell, Tom, 1994, Tujuh Teori Sosial, Yogyakarta: Kanisius.
perangkatnya, agar masyarakat desa mendengar secara langsung himbauan dari kepala desa sendiri atau
pihak
dengan
Atau
Kartono, Kartini, 1998, Pemimpin Dan
membuat
suatu
Kepemimpinan, Jakarta : PT Raja
Aturan Tegas dengan Landasan Hukum
Pemahaman
Kepala
Desa sebagai Pemimpin sekaligus dapat Menjadi Mediator dalam penyelesaian
konflik
masyarakat
atau
Sehingga
kiranya
dilaksanakannya sekaligus
Grafindo Persada.
dalam
meminimalisir terjadinya Konflik. 2. Perlunya
Jakarta : Pustaka Pelajar.
Kepolisian.
cara
Payung
Erich, From, 2000, Akar Kekerasan,
antar
kelompok.
Lexy, Moleong, J, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya. Lexy, Moleong, 2008, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
perlu penyuuhan
sosialisasi
penyelesaian
konflik
menggunakan
jasa
mengenai dengan mediator
dalam hal ini kepala desa dan juga tugas dan fungsi mediator.
Mantra, Ida, Bagoes, 2004, Filsafat Penelitian & Metode Penelitian Sosial,
Yogyakarta
:
Pustaka
Pelajar. Mitchelti, Doncar, 1989, Sosiologi Suatu Analisis Sistem Sosial, Cet 1, Jakarta : Bina Aksara. Nasikun, 2003, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Nasir, Nasrullah, Ms, 2009, Teori-Teori Sosiologi, Widya Padjadjaran. Nordholt, Schute dan Klinken, Van,
Tinggi,
Departemen
Pendidikan
Nasional. Ritzer, Goerge, 2004, Sosiologi Ilmu
Gerry. 2007. Politik lokal di
Pengetahuan
Berparadigma
Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor
Gandah, Jakarta : PT Raja Grafindo
Indonesia.
Persada.
Partanto, Pius, A, 1994, Kamus Ilmiah Ritzer, George dan Gooman, Douglas, J,
Populer, Surabaya : Arkola.
2004, Teori Sosiologi (terjemahan : Perwadarminto, W, J, S, 1984, Kamus
Nurhadi), Bantul : Kreasi Wacana.
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Ritzer, George dan Gooman, Douglas, J,
Balai Pustaka.
2004, Pickering,
Peg,
2001,
Kiat-Kiat
Teori
Sosiologi Modern,
Jakarta : Prenada Media.
Menangani Konflik, Jakarta : PT Ritzer, George dan Gooman, Douglas, J,
Dunia Pustaka Jaya.
2005, Poloma, Margaret, M, 1994, Sosiologi
Teori
Sosiologi Modern,
Jakarta : Prenada Media.
Kontemporer, Jakarta : Rajawali Ritzer, George dan Gooman, Douglas, J,
Grafindo Persada.
2007, Poloma, Margaret, M, 2000, Sosiologi
Teori
Sosiologi Modern,
Jakarta : Prenada Media.
Kontemporer, Jakarta : Rajawali Shadily, Hasan, 1989, Sosiologi Untuk
Grafindo Persada.
Masyarakat Indonesia, Cet. IX, Pruiit, Dean, G dan Rubbin, Jeffrey, Z, 2004,
Teori
Konflik
Jakarta : Bina Aksara.
Sosial,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Soekanto, Soerjono, 1992, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers.
Raho, Bernard, 2007, Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Prestasi Pustaka.
Soekanto, Soerjono, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT Raja
Rauf, Maswadi, 2000, Konsensus Politik Sebuah Direktorat
Penjajagan Jenderal
Teoriti, Pendidikan
Grafindo Persada.
Soetomo, 1995, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta. Sunardi, 1996, Keselamatan Kapitalisme dan Kekerasan, Yogyakarta : LKIS. Theodore,
Newcomb,
dkk,
1978,
Psikologi Sosial, Bandung : CV Diponogoro. Veeger,
Karel,
J,
1997,
Pengantar
Sosiologi, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama-APTIK. Zeitlin, Irving, M, 1998, Memahami Kembali Sosiologi, Kritik Terhadap Teori
Sosiologi
Yogyakarta
:
University Press.
Kontemporer, Gadjah
Mada