PERANAN DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PENGELOLAAN HASIL LAUT (Studi Tentang Pengelolaan Ikan Roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh: Hendra Alex Makakombo
ABSTRAKSI Peranan pada hakikatnya merupakan aspek yang sangat penting bagi seseorang atau instansi pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sangat dibutuhkan oleh masyarakat nelayan giop di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. Dengan adanya perhatian atau peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro maka tujuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro untuk mewujudkan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai sentra produksi perikanan tangkap dan pemasok utama kebutuhan ikan di Sulawesi Utara dapat terlaksana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meneliti bagaimana peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam Pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi belum efektif. Tempat pengelolaan dan pemasaran ikan roa di Kelurahan Bahoi belum digunakan oleh nelayan sebagai tempat pengelolaan ikan roa, pemberian programprogram atau bantuan alat penangkapan ikan roa dari Dinas Kelautan dan Perikanan salah sasaran. Alat-alat penangkapan ikan yang diberikan tidak cocok digunakan oleh masyarakat nelayan ikan roa di Kelurahan Bahoi. Kurangnya sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan tentang pengelolaan sampai pemasaran hasil laut ikan roa mengakibatkan peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di Kelurahan Bahoi belum efektif. Kata Kunci : Peranan, Perikanan, Pengelolaan Hasil Laut.
1
PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki perairan yang sangat luas dan di dalamnya terdapat pula beraneka ragam sumber daya, yaitu sumber daya perikanan dengan segala jenisnya dan segala macam kekayaan alam lainnya. Keberadaan sumber daya perikanan terbilang sangat banyak baik dari segi kuantitasnya maupun beraneka ragam jenisnya yang dapat dikelola dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sumber daya perikanan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi nelayan, pembudidaya ikan, serta terbinanya kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Pengelolaan usaha perikanan sangat beragam, mulai dari usaha menangkap ikan dan membudidayakan ikan, termasuk didalamnya bermacam-macam kegiatan seperti menyimpan, mendinginkan, atau mengawetkannya yang bertujuan untuk mendatangkan penghasilan dan keuntungan bagi nelayan. Dari usaha perikanan salah satu yang diharapkan yaitu memperoleh keuntungan. Dalam Undang-Undang No 45 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas UndangUndang No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada pasal 3 dinyatakan pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: a). Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya ikan kecil, b). Meningkatkan penerimaan devisa negara, c). Mendorong perluasan dan kesempatan kerja, d). Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, e). Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan, f). Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing, g). Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengelolaan ikan, h). Mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumber daya ikan secara optimal, i). Menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang. Hal ini memberikan gambaran umum bahwa pengelolaan perikanan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat para nelayan yang berada di sekitar wilayah pesisir yang menggantungkan pendapatannya pada sektor perikanan dan merupakan penjabaran dari pembangunan perikanan secara berkelanjutan. Kekayaan sumber daya ikan merupakan kekayaan alam yang termasuk dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 3, dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ketentuan ini
2
merupakan landasan dan sekaligus arah bagi pengaturan berbagai hal yang berkaitan dengan sumber daya alam khususnya perikanan. Pemanfaatan sumber daya perikanan harus mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan, sekaligus memperbaiki kehidupan masyarakat nelayan. Perikanan merupakan sumber daya yang dapat pulih, dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan jika dikelola dengan baik. Pemanfaatan sumber daya perikanan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat nelayan mulai dari mencari ikan sebagai penambah tingkat perekonomian, bahkan sebagai bahan konsumsi setiap hari. Dengan adanya usaha perikanan khususnya bagi wilayah pesisir maka masyarakat dapat memperoleh keuntungan dari hasil pengelolaan sumber daya ikan yang ada. Pemberian otonomi yang luas memberikan kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan, keistimewahan, dan kekhususan potensi dan keanekaragaman yang dimiliki oleh daerah. Daerah yang memiliki wilayah laut diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada khususnya sumber daya perikanan untuk digunakan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah terlebih bagi masyarakat nelayan. Menurut Crutchfield (Tribawono, 2013:2), mengatakan bahwa usaha perikanan merupakan kegiatan ekonomi yang menempatkan prioritas motivasi ekonomi menjadi paling depan. Jadi dapat dikatakan dengan adanya usaha perikanan maka peningkatan ekonomi masyarakat nelayan akan meningkat. Peningkatan kesejahteraan nelayan harus dapat dilakukan oleh pemerintah, karena fakta yang ada sekarang ini menunjukan bahwa kemampuan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sangat sulit dan hampir dipastikan setiap hari penghasilannya tidak mampu menutupi kebutuhan ekonominya secara berlanjut, karena penghasilan yang didapat hanya untuk kebutuhan sehari. Dalam arti bahwa penghasilan dari melakukan penangkapan ikan tidak mencukupi kebutuhan nelayan. Sebagai kabupaten bahari yang terdiri dari 47 pulau maka Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang begitu melimpah karena sebagian besar wilayah terdiri dari laut. Pemanfaatan sumber daya perikanan ini merupakan upaya untuk mengembangkan potensi yang ada serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat hasil laut perikanan. Dengan latar belakang wilayah laut yang begitu luas, potensi hasil perikanan dapat menjadi hal yang baik pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro melalui Dinas Kelautan dan Perikanan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya yang berkerja sebagai nelayan. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro memiliki sumber daya kelautan dan perikanan (SDKP) yang melimpah. Secara umum usaha bidang Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih tergolong usaha kecil yang tradisional. Oleh sebab itu dibutuhkan semangat dan aksi nyata dari pemerintah daerah dalam pengembangan usaha perikanan yang ada. Potensi
3
perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terdiri dari 2 aspek yaitu, dalam sektor usaha perikanan tangkap terutama komoditas penangkapan tuna, cakalang dan ikan layang yang rata-rata hasilnya mencapai 32.460 ton per tahun. Dalam sektor pembudidayaan komoditas yang diutamakan yaitu, komoditas rumput laut dan kerapu yang hasilnya mencapai 250 ton di areal 50 hektar. Luas lahan budidaya perairan ini disediakan pemerintah mencapai 500 hektar. Salah satu sumber daya laut ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan Tagulandang adalah ikan julung-julung (Hemiramphus Far) yang biasanya diolah secara tradisional dengan cara pengasapan. Hasil olahan tersebut dikenal dengan nama lokal galafea. Ikan julung-julung (Hemiramphus Far) yang dikenal dengan nama lokal ikan roa merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang bergerombol, berimigrasi ke perairan pantai. Sesuai dengan kondisi yang ada di Kelurahan Bahoi masyarakat wilayah pesisir Kambatuang merupakan masyarakat yang mata pencahariannya sebagai nelayan tangkap ikan roa. Penangkapan ikan roa ini dilakukan oleh masyarakat yang ada di Kelurahan Bahoi sebagai usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis atau kebutuhan sehari-hari. Penangkapan ikan roa di Kelurahan Bahoi dapat mencapai 20 ton per hari dalam melakukan penangkapan dengan menggunakan alat penangkap atau jaring yang dikenal dengan nama lokal soma. Hasil pencapaian ini tergantung dari musim penangkapan ikan. Di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang mempunyai tempat pengelolaan ikan roa yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro kepada masyarakat nelayan giop. Tempat ini diberikan sebagai bantuan agar masyarakat nelayan tangkap dapat melakukan pengelolaan sampai pemasaran ikan roa. Akan tetapi tempat pengelolaan dan pengasapan ikan roa yang ada belum difungsikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat banyak masyarakat yang masih mengolah dan menjual hasil tangkapan ikan roa di rumahnya masing-masing serta menjual hasil tangkapan ikan roa dengan menggunakan kendaraan yang mereka miliki. Jarak yang ditempuh masyarakat nelayan sangat jauh, karena hasil tangkapan ikan roa tersebut dijual di kampung-kampung yang jaraknya sangat jauh dari Kelurahan Bahoi bahkan sampai di luar kecamatan Tagulandang. Hasil penjualan yang mereka dapat terkadang lebih besar dari hasil pengeluaran. Dengan kata lain biaya untuk menggunakan kendaraan lebih besar dari hasil penjualan apalagi kalau harga bahan bakar minyak mengalami kenaikan harga maka disitulah masyarakat nelayan merasa kesulitan untuk menambah nilai ekonomis (keuntungan) dari hasil penjualan ikan roa. Kendala lainnya yaitu masih kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kepada masyarakat dalam hal pengelolaan dan pemasaran ikan roa di Kelurahan Bahoi terutama dalam hal pengolahan sampai teknik pemasaran produksi ikan roa. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik
4
memilih judul: Peranan Dinas Kelautan Dan Perikanan Dalam Pengelolaan Hasil Laut (Studi tentang Pengelolaan Ikan Roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro). Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, muncul permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang? Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menemukan permasalahan tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan meneliti bagaimana peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan: Manfaat Teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori ilmu pengetahuan khususnya dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya ikan roa. Manfaat Praktis, dapat memberikan masukan yang berarti kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro melalui Dinas Kelautan dan Perikanan dalam pengelolaan dan pemasaran sumber daya ikan roa di Kelurahan Bahoi. Tinjauan Pustaka A. Konsep Peranan Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 2014:210). B. Konsep Perikanan Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai pada pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (Undang-Undang No 45 Tahun 2009 Perubahan atas Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan). Menurut Kamus Perikanan dan Kelautan (La Ode Aslan 2014), Perikanan adalah kegiatan penangkapan dan pemeliharaan ikan atau organisme laut lainnya untuk dimanfaatkan manusia. C. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan H. Supriadi, SH. M.Hum (2013:273) pengelolaan perikanan adalah pemanfaatan dalam jangka panjang atas sumber daya perikanan secara berkesinambungan. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Deskritif Kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan
5
kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Menurut Denzin dan Lincon (Moleong 2007), Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Fokus dari penelitian ini yaitu Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. Peranan yang dimaksud yaitu: 1. Peranan antar pribadi (interpersonal role). 2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (informational role). 3. Peranan pengambil keputusan (decisional role). Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Keberhasilan suatu instansi pemerintah tercermin dari terlaksananya setiap tugas dan fungsi dengan baik sehingga apa yang dijabarkan dalam Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro itu dapat terwujud. Dengan adanya perhatian yang serius dari Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro maka ketersediaan kebutuhan dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi khususnya bagi masyarakat nelayan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan ikan roa di Kelurahan Bahoi masih belum terlaksana dengan baik serta masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat nelayan. Terkait dengan hal tersebut, peneliti mengadakan wawancara dengan daftar pertanyaan sebagai berikut: 1. Secara umum bagaimana peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan ikan roa di Kelurahan Bahoi? Menurut Alisbet W. Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan telah memberikan bantuan berupa pembangunan tempat pengolahan dan pemasaran hasil ikan roa di Kelurahan Bahoi. Tujuan dari pemberian tempat ini agar masyarakat nelayan dapat mengolah serta melakukan pemasaran di tempat tersebut. Pengolahan disini yaitu penggilingan ikan roa menjadi abon, pengasapan ikan roa (galafea), serta pemasaran hasil produksi ikan roa. Menurut Nova D. Lahengking (Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro), “Secara umum peranan dari 6
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro digambarkan melalui Visi dan Misi yang hendak dicapai yaitu, “Terwujudnya Kebupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai sentra produksi perikanan tangkap dan pemasok utama kebutuhan ikan di Sulawesi Utara (Visi), serta “Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara terpadu dan berkesinambungan yang berwawasan lingkungan dengan didukung kemampuan sumber daya manusia yang professional dan tangguh (Misi). Untuk masyarakat nelayan ikan roa yang ada di Kelurahan Bahoi kami dari Dinas Kelautan dan Perikanan sudah memfasilitasi tempat pengelolaan ikan roa untuk membantu masyarakat nelayan yang ada disana sehingga mereka dapat memfokuskan pengelolaan ikan roa ditempat yang kami sediakan untuk mereka. 2. Apakah tempat pengolahan ikan roa yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sudah boleh digunakan sebagai tempat pengelolaan ikan roa? Menurut Alisbet W. Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “tempat pengolahan ikan roa yang ada sudah bisa digunakan oleh masyarakat nelayan ikan roa, karena gedung pengolahan sudah selesai dibangun walaupun masih ada yang harus dilengkapi dalam menunjang produksi hasil ikan roa di Kelurahan Bahoi seperti alat penggilingan ikan roa menjadi abon serta sarana dan prasarana yang menunjang pengolahan ikan roa. Menurut Saskar Manoppo (nelayan giop), “menurut saya tempat pengolahan ikan roa ini belum sepenuhnya siap digunakan, karena masih banyak peralatan yang kurang didalamnya seperti alat untuk menggiling ikan roa menjadi abon. Alat penerang (lampu) juga sangat dibutuhkan oleh kami karena proses pengolahan ikan roa untuk pengasapan biasanya kami lakukan pada waktu malam hari. Sampai sekarang tempat ini masih belum kami gunakan sebagai tempat penggilingan abon serta pengasapan (galafea) bahkan pemasaran hasil produksi ikan roa karena masih ada sarana dan prasarana yang kurang di tempat pengolahan ikan roa yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro”. Menurut M. Sipera (nelayan giop), “masih banyak sarana dan prasarana yang kami butuhkan sebagai nelayan giop ikan roa, seperti alat penggilingan abon. Sampai sekarang ini kami belum pernah mengolah ikan roa menjadi abon karena kebanyakan dari kami nelayan giop lebih memilih mengolah ikan roa menjadi galafea, hal inipun kami lakukan bukan ditempat yang disediakan atau diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Jadi menurut saya tempat ini masih belum bisa kami gunakan sebagai tempat pengolahan ikan roa.
7
3. Bantuan apa saja yang dilaksanakan atau diberikan oleh Dinas Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro bagi masyarakat nelayan ikan roa di Kelurahan Bahoi? Menurut Alisbet W. Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “Sejauh ini program yang dilaksanakan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro kepada masyarakat nelayan di Kelurahan Bahoi yaitu pemberian tempat pengolahan ikan roa. Kami memang terlebih dahulu mengutamakan pembangunan tempat ini, program berikutnya sedang kami usahakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan yang ada di Kelurahan Bahoi”. Menurut Popy Sipera (nelayan giop), “program yang dilaksanakan atau diberikan kepada kami masyarakat nelayan giop hanya pemberian tempat pengolahan ikan roa. Kami mengharapkan masih ada program-program yang akan dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengolahan ikan roa. Terutama sarana dan prasarana yang akan menunjang produksi ikan roa di Kelurahan Bahoi. Untuk pemberian tempat pengolahan ikan roa kami masih belum merasa terpenuhi dalam pengolahan sampai pemasaran ikan roa, karena sebelum tempat pengelolaan ini diberikan kami sudah terbiasa mengolah bahkan melakukan pemasaran hasil ikan roa ditempat kami. Jadi kami sangat membutuhkan program-program yang menunjang produksi hasil ikan roa di Kelurahan Bahoi. Menurut, Leonardo Wangka (nelayan giop), “sejauh ini hanya tempat pengolahan ikan roa yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro kepada kami. Hanya itu saja yang mereka berikan kepada kami, untuk program lainnya masih belum ada sampai sekarang ini seperti teknik penggilingan abon sampai pemasaran ditempat yang disediakan. 4. Apakah ada sosialisasi tentang pengolahan ikan roa sampai pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Kelurahan Bahoi? Menurut Alisbet W. Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “masih belum ada pembinaan khusus atau sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, kami masih mengkoordinasikan dengan badan penyuluh perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro agar dapat memberikan pembinaan khusus kepada masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi terutama dalam hal pengelolaan sampai pemasaran hasil perikanan, hal ini untuk membantu masyarakat yang ada disana”. Menurut Anthon. S (nelayan giop), “masih belum ada sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya tentang pengolahan sampai pemasaran hasil produksi ikan roa. Kami membutuhkan sosialisasi tentang penggilingan abon dan
8
pemasaran hasil produksi ikan roa ditempat yang disediakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, hal ini juga sangat penting agar tempat pengolahan tersebut dapat kami gunakan sebagai tempat pengolahan ikan roa. Menurut Bpk Tane Sasindua (nelayan giop), ”Kami masih belum mengerti tujuan dari pembangunan tempat pengelolaan ikan roa ini. Setahu kami tempat ini dibangun untuk dijadikan tempat pengasapan (galafea) ikan roa. Ternyata selain pengasapan tempat ini juga digunakan sebagai tempat penggilingan ikan roa menjadi abon. Hal ini yang membuat kami sulit sebagai masyarakat nelayan karena kami hanya mengolah hasil ikan roa menjadi galafea sedangkan untuk abon sampai sekarang ini kami masih belum melakukannya. Oleh karena itu kami sangat mangharapkan sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terutama pengolahan ikan roa menjadi abon serta melakukan pemasaran di tempat itu.” 5. Apakah ada bantuan berupa alat-alat penangkapan ikan roa dan penunjang pemasaran yang diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan kepada masyarakat nelayan? Menurut Ibu Alisbet W. Sasahab, S. Pd, “bantuan yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro kepada masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi yaitu berupa perahu-perahu dan alat pancing lainnya. Hal ini dilakukan agar masyarakat mudah mencari ikan roa. Perahu ini diharapkan dapat membantu masyarakat yang ada untuk mencari ikan roa. Menurut Bpk Johan Labego (nelayan giop), ”dari Dinas Kelautan dan Perikanan telah memberikan bantuan kepada kami masyarakat nelayan giop berupa perahu sebagai alat menangkap ikan roa dan alat pancing lainnya. Tetapi yang mereka berikan masih belum sesuai dengan apa yang kami butuhkan. Karena perahu yang mereka berikan kegunaannya berbeda dengan perahu yang biasanya kami pakai untuk menangkap ikan roa. Untuk alat pancing juga tidak kami gunakan karena proses penangkapan ikan roa ini bukan memakai alat pancing. Pengangkapan ikan roa menggunakan alat jaring atau biasa kami sebut Soma, jadi bantuan berupa perahu dan alat pancing yang diberikan itu bukan yang kami butuhkan. Itu lebih cocok digunakan bagi nelayan yang bukan nelayan giop ikan roa. Menurut Bpk Sundri (nelayan giop), “bantuan berupa perahu dan alat pancingnya salah sasaran. Yang kami butuhkan bukan alat-alat yang biasanya digunakan oleh nelayan yang bukan pencari ikan roa. Kami butuhkan yaitu jaring (soma) dan perahu yang sesuai dengan kabutuhan kami. Padahal kami sudah memberikan proposal kepada Dinas Kelautan dan Perikanan mengenai apa saja yang kami perlukan tetapi pada kenyataannya yang mereka berikan masih keliru. Dinas Kelautan harus mempunyai waktu untuk meninjau kami di Kelurahan Bahoi agar mengetahui apa yang kami butuhkan dan mengetahui sarana dan
9
prasarana apa yang dipakai untuk menunjang pengolahan ikan roa di Kelurahan Bahoi ini.” Menurut Bpk Heri Labego (nelayan giop), “mungkin supaya jelas apa yang torang butuh terutama sebagai nelayan ikan roa, aparatur dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro musti datang sandiri disini supaya tau bagimana torang pe kebutuhan sebagai nelayan giop ikan roa. Proposal sudah diberikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan tentang apa yang kami butuhkan, tetapi aparatur yang ada disana tidak memahami tentang apa saja yang dipakai oleh kami sebagai nelayan giop, itu mengakibatkan apa yang diberikan dengan apa yang kami harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Padahal kami telah meminta dana kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro agar kami dapat membuat perahu dan alat jaring (soma) itu sesuai dengan yang kami butuhkan. Tetapi pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Biaro lebih memilih sendiri untuk melakukannya. Mereka memberikan perahu dan alat penangkapan ikan yang tidak tepat.” 6. Mengapa Bapak/Ibu lebih memilih mengelola serta melakukan pemasaran ikan roa secara sendiri-sendiri? Kenapa tidak memanfaatkan tempat yang sudah disediakan oleh Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan? Menurut Bpk. Sadrak. L (nelayan giop), “Saya lebih memilih mengolah ikan roa yang kami dapat karena menurut saya lebih mudah jika melakukan pengasapan ikan roa untuk dijadikan galafea secara sendiri, dibandingkan melakukan pengelolaan di tempat yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan. Karena kalau untuk pengasapan (galafea) diolah sendiri dan dijual sendiri itu lebih cepat menghasilkan keuntungan secara pribadi serta lebih mempermudah mencukupi kebutuhan nilai ekonomis keluarga saya”. Menurut Bpk. Markus Lontoh (Nelayan Giop), “mengolah sendiri hasil tangkapan ikan roa lebih mudah dibandingkan mengolah hasil ikan roa ini di tempat pengasapan yang ada. Karena melihat teman-teman nelayan lainnya yang memilih mengolah sendiri ikan roa maka saya sendiri juga mengikuti apa yang mereka lakukan. Hal ini juga melihat kondisi sarana dan prasarana yang ada di dalam tempat pengasapan yang masih belum lengkap dan masih belum pernah digunakan membuat saya memilih mengolah serta melakukan pemasaran ikan roa secara pribadi” Menurut Sdr. Onda S (nelayan giop), “memilih mengolah serta menjual hasil tangkapan ikan roa secara sendiri lebih mudah. Karena untuk pengasapan ikan roa sudah lama saya ketahui cara melakukannya. Hal ini membuat saya berpikir untuk apa menggunakan tempat pengasapan yang sampai sekarang ini masih belum dipakai oleh kebanyakan masyarakat giop ikan roa yang ada di kelurahan bahoi.
10
Sulitnya melakukan pemasaran hasil produksi ikan roa di tempat yang disediakan membuat saya lebih memilih menjual sendiri hasil ikan roa yang didapat. Pembahasan Hasil Penelitian Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam Pengelolaan Hasil Laut Ikan Roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai instansi yang melaksanakan tugas dan fungsi yang berkaitan dengan pengembangan hasil produksi kelautan dan perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro harus memperhatikan hal-hal untuk menunjang serta membantu masyarakat yang ada terlebih bagi masyarakat nelayan. Dengan adanya perhatian yang serius dari Dinas Kelautan dan Perikanan maka ketersediaan kebutuhan dari masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dalam bidang kelautan dan perikanan akan terpenuhi. Keberhasilan suatu instansi pemerintah tercermin dari terlaksananya setiap tugas dan fungsi dengan baik sehingga memenuhi setiap kebutuhan dari masyarakat. Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 2014:210). Peranan merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab suatu instansi pemerintah untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menggambarkan serta menunjukan mengenai Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang, dilihat dari kegiatan atau program yang dilakukan. Untuk menggambarkan peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, peneliti menggunakan 3 indikator yang dikemukakan oleh Mintzberg (dalam Miftah Thoha & Siswanto, 2012:21) untuk mengukur Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, yaitu: 1. Peranan antar pribadi (interpersonal role), Dalam peranan antar pribadi atasan harus bertindak sebagai tokoh, sebagai pemimpin, dan sebagai penghubung agar organisasi yang dikelolahnya berjalan dengan lancar. Peranan ini melakukan fungsi-fungsi pokoknya diantaranya memimpin, memotivasi, mengembangkan, dan mengendalikan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan hasil laut di Kelurahan Bahoi, dilihat dari pemberian tempat pengelolaan ikan roa. Dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi belum terlaksana dengan baik. Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan, Bapak Saskar Manoppo mengatakan “menurut saya tempat pengolahan ikan roa ini belum sepenuhnya
11
siap digunakan, karena masih banyak peralatan yang kurang didalamnya seperti alat untuk menggiling ikan roa menjadi abon. Alat penerang (lampu) juga sangat dibutuhkan oleh kami karena proses pengolahan ikan roa untuk pengasapan biasanya kami lakukan pada waktu malam hari. Sampai sekarang tempat ini masih belum kami gunakan sebagai tempat penggilingan abon serta pengasapan (galafea) bahkan pemasaran hasil produksi ikan roa karena masih ada sarana dan prasarana yang kurang di tempat pengolahan ikan roa yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro”. Hal yang sama juga dikatakan oleh, Ibu Alisbet W. Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “tempat pengolahan ikan roa yang ada sudah bisa digunakan oleh masyarakat nelayan ikan roa, karena gedung pengolahan sudah selesai dibangun walaupun masih ada yang harus dilengkapi dalam menunjang produksi hasil ikan roa di Kelurahan Bahoi seperti alat penggilingan ikan roa menjadi abon serta sarana dan prasarana yang menunjang pengolahan ikan roa. 2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (informational role). Peranan interpersonal meletakkan atasan pada posisi unik dalam hal mendapatkan informasi. Peranan ini mengidentifikasikan seorang atasan sebagai penerima dan mengumpulkan informasi, yakni mengenai kemajuan pelaksanaan pekerjaan dalam organisasi. Berdasarkan penelitian Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro berdasarkan peranan yang berhubungan dengan informasi belum tepat sasaran terutama pemberian alat-alat penangkapan ikan dan perahu kepada masyarakat nelayan ikan roa di Kelurahan Bahoi. Melalui wawancara dengan Bpk Johan Labego (nelayan giop), ”dari Dinas Kelautan dan Perikanan telah memberikan bantuan kepada kami masyarakat nelayan giop berupa perahu sebagai alat menangkap ikan roa dan alat pancing lainnya. Tetapi yang mereka berikan masih belum sesuai dengan apa yang kami butuhkan. Karena perahu yang mereka berikan kegunaannya berbeda dengan perahu yang biasanya kami pakai untuk menangkap ikan roa. Untuk alat pancing juga tidak kami gunakan karena proses penangkapan ikan roa ini bukan memakai alat pancing. Pengangkapan ikan roa menggunakan alat jaring atau biasa kami sebut Soma, jadi bantuan berupa perahu dan alat pancing yang diberikan itu bukan yang kami butuhkan. Itu lebih cocok digunakan bagi nelayan yang bukan nelayan giop ikan roa. 3. Peranan pengambil keputusan (decisional role). Dalam peranan ini atasan harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi didalam organisasi yang dipimpinnya atau hal-hal apa yang harus dilakukan. Minztberg berkesimpulan bahwa pembagian besar tugas atasan pada hakikatnya digunakan untuk memikirkan pembuatan strategi organisasinya. Berdasarkan hasil penelitian, sosialisasi tentang pengelolaan dan pemasaran hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi belum dilakukan oleh Dinas Kelautan Dan
12
Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Alisbet Sasahab, S.Pd (Kepala Bidang Pengolahan Pemasaran Hasil Perikanan), “masih belum ada pembinaan khusus atau sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, kami masih mengkoordinasikan dengan badan penyuluh perikanan yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro agar dapat memberikan pembinaan khusus kepada masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi terutama dalam hal pengelolaan sampai pemasaran hasil perikanan, hal ini untuk membantu masyarakat yang ada disana”. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan dan pemasaran hasil perikanan di Kelurahan Bahoi mengakibatkan tempat pengelolaan dan pemasaran hasil laut belum digunakan oleh masyarakat nelayan ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan: 1. Peranan antar pribadi (interpersonal roale) Peranan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam pengelolaan hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang belum terlaksana dengan baik. Tempat pengelolaan dan pemasaran ikan roa di Kelurahan Bahoi belum digunakan oleh masyarakat nelayan giop ikan roa, hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang di tempat pengelolaan dan pemasaran ikan roa. 2. Peranan yang berhubungan dengan informasi (Informatioanl role) Pemberian alat-alat penangkapan ikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih belum tepat. Alat-alat yang diberikan tidak cocok digunakan oleh masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi. 3. Peranan Pengambil Keputusan (Decision Role) Belum ada sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tentang pengelolaan sampai pemasaran hasil laut ikan roa kepada nelayan giop di Kelurahan Bahoi. Pengolahan dan pemasaran ikan roa dilakukan dengan cara tradisional oleh masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi. Saran Berdasarkan berbagai kajian yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi saran peneliti seputar Peranan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dalam Pengelolaan Hasil Laut (Studi tentang Pengelolaan Ikan Roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang) adalah sebagai berikut: 13
1. Diharapkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lebih memperhatikan masyarakat nelayan giop ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang dalam pengelolaan hasil laut ikan roa. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro harus memperhatikan tempat pengelolaan ikan roa yang ada di Kelurahan Bahoi agar tempat tersebut dapat dipakai oleh masyarakat nelayan giop ikan roa sebagai tempat pengelolaan dan pemasaran hasil laut ikan roa. 2. Diharapkan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat nelayan giop ikan roa terutama dalam memberikan bantuan alat-alat penangkapan ikan roa agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. 3. Diharapkan adanya Sosialisasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tentang pengelolaan sampai pemasaran hasil laut ikan roa di Kelurahan Bahoi Kecamatan Tagulandang. Daftar Pustaka - Berry, David 1995. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada - Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Fajar Interpratama Offset. - Burhanudin, Andi Iqbal dkk. 2013. Membangun Sumber Daya Kelautan Indonesia. Bogor: PT. Penerbit IPB Press. - Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan, Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. - Johannes Widodo dan Suadi. 2008 Seri Kebijakan Perikanan, Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Laut, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. - La Ode Aslan dkk. 2014. Kamus Perikanan dan Kelautan. Kendari: Unhalu Press. - Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. - Najamuddin. 2005. Modification Of Payang’s Design For Supporting Sustainable Round Scad Fisheries in South Sulawesi. - Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Pres, London. - Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. - Satori, Djam’an, & Komariah Aan. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. - Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru, Rajawali Pers, Jakarta. - Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Indonesia. 14
- Supriadi. 2013. Hukum Perikanan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. - Thoha Miftah. 2012, "Kepemimpinan Dalam Manajemen". Jakarta: Rajawali Pers. - Tribawono, Djoko. 2013. Hukum Perikanan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. - Widodo, J & Nurhakim. 2002. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. Sumber lain: - Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. - Undang-Undang No 45 Tahun 2009 Perubahan Atas Undang-Undang No 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. - Undang-Undang No 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan. - Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Nomor 5 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. - Peraturan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No 4 Tahun 2008 tentang Kedudukan, Susunan, Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lainnya. - BPS Kab. Kepl. SITARO, 2012. Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Dalam Angka in Figures. Siau : BPS & BPBD SITARO
15