PERANAN CT SCAN PADA TRAUMA KEPALA Studi Referat Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran Ukrida
Pembimbing: dr. Nasirun Zulqarnaen Sp.Rad
Disusun oleh: Alfonso / 112014301
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
1
BAB I PENDAHULUAN Cedera otak akibat trauma atau yang biasanya disebut dengan raumatic brain injury (TBI) merupakan sesuatu yang sering ditemukan dan memiliki masalah yang berpotensial menjadi berbahaya dikemudian harinya. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 1.6 juta kejadian muncul pada USA setiap tahunnya dan lebih dari 70.000 kejadian berakhir pada defisit neurologis permanen1-3 Akibat manajemen yang baik dari cedera otak dan kejadian ikutannya terutama dalam 48 jam setelah trauma, teknik neuroimaging, yang dapat menentukan adanya dan luasnya cedera kepala dan memandu perencanaan bedah serta intervensi invasive minimal, pencitraan juga memainkan peran penting pada terapi akut dari cedera kepala. Pencitraan juga penting pada terapi kronik pada cedera otak akibat trauma, mengidentifikasi kejadian ikutan kronik, menentukan prognosis dan memandu terapi rehabilitasi. Pada penulisan ini akan dibahas tentang indikasi pencitraan pada cedera otak akibat trauma, peran CT-Scan pada cedera otak akibat trauma dan aplikasi lanjutan dari modalitas pencitraan tersebut diatas.4
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indikasi Pencitraan pada Cedera Otak akibat Trauma Tidak semua cedera kepala membutuhkan pencitraan neurologi atau yang biasa disebut dengan neuroimaging. Studi menunjukkan bahwa kurang dari 10% pasien yang dianggap memiliki cedera minor, memiliki temuan positif pada CT dan kurang dari 1% memerlukan intervensi bedah. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada risiko kecil untuk pasien dengan cedera kepala ringan-sedang yang mendapat keuntungan dari pencitraan neurologis.5-8 Mendefinisikan antara cedera kepala minor maupun mayor telah menjadi problema. Beberapa keadaan yang membutuhkan cedera mayor dan hampir selalu membutuhkan pencitraan seperti penurunan tingkat kesadaran, hilangnya kesadaran lebih dari 5 menit, temukan kelainan neurologis fokal, kejang, gagalnya peningkat-an status mental, cedera penetrasi tengkorak, anda tanda fraktur depresi dan delirium dengan peningkatan agresi saat pemeriksaan.9-16 Akan tetapi, ada beberapa perdebatan tentang perlunya pencitraan otak termasuk New Orleans Criteria dan Canadian Head CT rules. Canadian Head CT Rules memiliki kriteria inklusi yakni GCS 13-15, usia diatas sama dengan 16 tahun, tidak ada koagulopati dan tidak ada fraktur terbuka yang terlihat. Selain itu juga CT tidak dibutuhkan apabila tidak ada kriteria-kriteria antara lain usia diatas 65 tahun, muntah lebih dari 2 kali, terduga fraktur terbuka maupun depresi dari tulang tengkorak, tanda-tanda fraktur basis krani yang terdiri dari hemotimpanum, racoon’s eyes, otorea dan battle’s sign. Disamping itu kriteria lainnya adalah GCS<15, amnesia retrograde lebih dari 30 menit dan kejadian berbahaya seperti tertabrak kendaraan bermotor dan jatuh dari ketinggian lebih dari 1 meter.17-19 Kriteria inklusi New Orleans Rule meliputi usia diatas 18 tahun, GCS 15 dan trauma tumpul yang menyebabkan amnesia dan disorientasi. Selain itu juga CT tidak dibutuhkan apabila tidak ada kriteria-kriteria antara lain sakit kepala, muntah, usia diatas 60 tahun, intoksikasi obat dan alkohol, amnesia anterograde persisten, kejang dan trauma pada klavikula yang terlihat.17-19
3
Manajemen Akut dan Pencitraan Pada tatanan akut, diagnosis dini dan manajemen agresif dapat mencegah cedera sekunder dari komplikasi cedera otak. Manajemen yag baik dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan dan menurunkan angka hospitalisasi dan biaya kesehatan.20,21 Pencitraan dapat membantu mengidentifikasi masalah serebral dan kranial dan menentukan keparahan serta kemungkinan operasi, terutama ketika tidak mungkinnya dilakukan pemeriksaan fisik neurologis. Pencitraan merupakan hal yang penting untuk rencana operasi dengan memberikan informasi nagivasi dan lokasi anatomis, menentukan tanda ekstrakarial untuk insisi kulit dan membantu menentukan lokasi burr holes ketika dibutuhkan. Temuan pencitraan dapat membantu memberikan indikator prognostik, yang juga dapat membantu menentukan agresitivas dari tatalaksana. 2224
CT-Scan merupakan modalitas pilihan utama dalam 24 jam pertama setelah cedera.9,25-27 CT juga lebih superior dalam mengevaluasi tulang dan mendeteksi perdarahan subaraknoid atau perdarahan parenkim akut. Kekurangan CT meliputi turunnya kualitas pencitraan apabila ada objek metal disekitar mesin CT, kalsifikasi dan kalsifikasi. Akan tetapi setelah 48-72 jam, MRI lebih diindikasikan pada pasien dengan TBI dibandingkan dengan CT karena kemampuan MRI untuk mendeteksi hematoma akibat adanya perubahan komposisi darah, meskipun CT-Scan lebih baik untuk mendeteksi gangguan tulang.28-30 Perdarahan dan edema dapat menyebabkan efek massa, yang dapat secara langsung mengkompresi struktur vaskular dari otak, menyebabkan iskemia dan infark, dan secara langsung mendesak struktur vital lainnya, atau mengherniasi bagian lain dari otak. Sehingga perdarahan dan edema yang besar atau yang sudah mengherniasi bagian otak lain harus cepat dievakuasi. Penctraan memainkan peran yang krusial dalam mengidentifikasi kejadian diatas. Karena perdarahan biasanya progresif dan kontusio yang luas dapat menyebabkan perdarahan yang tidak langsung muncul, pencitraan ulangan biasanya diindikasikan, terutama apabila terdapat perubahan status mental. Kontusio otak merupakan kondisi yang
4
sering terjadi, muncul pada 43% dari keseluruhan pasien dengan trauma tumpul di kepala, dan biasanya cedera coup atau countercoup pada trauma aselerasi atau deselerasi.31 Gambar 1. Hematoma subdural
Sumber: Meagher RJ, Young WF, Lutsep HL, Kirshner HS, Reynolds NC, Talavera F. Subdural hematoma. Diun
Hematoma subdural merupakan kejadian yang cukup sering terjadi dan diasosiasikan dengan mortalitas yang tinggi. Kedekatan tulang tengko-rak dapat menyebabkan hematoma kecil yang tersebar dengan bentuk konveks. Hematoma ini terjadi akibat robeknya pembuluh darah vena yang menghubungkan permukaan kortikal dengan sinus dura yang biasa disebut dengan bridging vein.3234
5
Perdarahan subaraknoid lebih sering terjadi pada anak anak daripada dewasa, yang relatif lebih memiliki ruang subaraknoid lebih lebar dari dewasa dan muncul pada 11% dari pasien dengan cedera otak akibat trauma. Letak dari perdarahan ini biasanya dekat dengan kontusio. Karena perdarahan ini memiliki Gambar 2. Perdarahan subaraknoid
Sumber: Becske T, Jallo GI, Lutsep HL, Berman SA, Kirshner HS, Tavalera F. Subarachnoid hemorrhage. Diun
hematokrit yang rendah dan deoksihemoglobin yang rendah, akan sulit menilai perdarahan ini dengan MRI, maka dari itu CT lebih sering digunakan. Perdarahan ini sering terjadi akibat pecahnya AVM atau aneurisma yang terjadi secara spontan dan berekstravasasi mengisi ruang subaraknoid yakni antara piamater dan arachnoidmater.34-37
6
Gambar 3. Perdarahan epidural
Sumber: Liebeskind DS, Hogan EL, Talavera F, Kirshner HS, Benbasid SR, Lutsep HL. Epidural hematoma. D
Hematoma epidural biasanya jarang terjadi (1-4% dari keseluruhan pasien trauma kepala) dan biasanya diasosiasikan dengan fraktur tengkorak. Biasanya fraktur ini terjadi akibat percahnya arteri etmoidalis anterior (pada 66% kasus). Dan cairan mengisi ruang antara duramater dan tulang. Perdarahan ini tidak memerlukan penanganan khusus apabila lebar maksimum kurang dari 1.5 cm dan asimptomatik dengan midline shifting minimum. Pada CT Scan akan terlihat dengan lesi hiperdens berbentuk bikonveks.34,38 Perdarahan intraventrikular me-rupakan kejadian yang jarang terjadi (2.8%), dan biasanya diasosiasikan dengan morta-litas dan morbiditas yang signifikan. Pasien dengan perdarahan ini biasanya mengalami peningkatan tekanan intra kranial dan sekitar 10% pasien membutuhkan drainase ventrikular.34 Perdarahan ini disebabkan oleh perdarahan kapiler dan terjadi menjadi 4 stadium, yakni39: 1. Stadium 1 – perdarahan pada regio subependimal 2. Stadium 2 – perdarahan pada regio subependimal dengan pelebaran me-nuju ventrikulus lateralis tanpa adana pelebaran ventrikel 3. Stadium 3 – perdarahan subependimal dengan ekstensi menuju ventrikulus lateralis dengan pelebaran ventrikel 4. Stadium 4 – perdarahan intraparenkimal Peningkatan tekanan intra-kranial membutuhkan pengawasan tekanan intra kranial dan tatalaksana medikamentosa dengan agen osmotik, drainase dan hiperventilasi. Tanda-tanda adanya pening-katan tekanan intra-kranial adalah dengan
hilangnya
perbatasan
antara
substansia
alba
dan
nigra
yang
7
Gambar 4. Perdarahan intrave
Sumber: Annibale DJ, MacGilvray SS, Windle ML, Carter BS, Wagner CL, Rosenkrantz T. Periventricular hemo
mengindikasikan edema serebri, midline shifting, massa hematoma, hematoma subdural, herniasi, atau peru-bahan bentuk ventrikel.40-41 Hernasi serebral merupakan suatu temuan yang dapat menyebabkan kompresi pada struktur vital, vaskuler dan saraf kranial. Meskipun hernia biasanya lebih sering terjadi pada edema serebral difus, herniasi serebral juga dapat terjadi pada pasien dengan tekanan intracranial normal dengan thrombi yang melibatkan batas dari dua komponen intrakranial. Kejadian ini dapat didiagnosa dengan CT Scan maupun MRI.42-44 Fraktur pada kasus trauma kepala, tergantung dari lokasi, ukuran dan tipe dari fraktur, fraktur mungkin membutuhkan tindakan pembedahan untuk memperbaiki untuk mengeluarkan atau untuk mencegah kebocoran LCS. Meskipun X foto dapat mendeteksi adanya fraktur, CT merupakan modalitas utama untuk mendeteksi fraktur. Fraktur terbuka yang mendepresi lebih tebal tulang tengkorak harus dielevasi dengan pembedahan. Fraktur yang melibatkan sinus paranasal, sel udara mastoid atau keseluruhan tebal dari tulang kepala dapat menyebabkan udara masuk kedalam rongga intrakranial atau yang biasa dikenal dengan sebutan pneumosefalus. Pneumosefalus biasanya dapat diserap seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, apabila persisten dapat menjadi pertanda adanya kebocoran LCS.44.45 Benda asing juga dapat dideteksi menggunakan CT Scan. Dengan meningkatnya prevalensi tembakan senjata api, dewasa ini mudah menemukan benda asing di kepala. Tergantung dari besar dan kecepatannya, benda asing dapat menyebabkan kerusakan dengan beberapa mekanisme seperti laserasi direk, transmisi kejut dan kavitasi. Pencitraan dapat membantu menemukan letak benda asing dan jalur yang ditempuh oleh benda asing terkait. CT tanpa kontras menjadi
8
modalitas utama karena benda metal tidak diperbolehkan untuk dekat dengan mesin MRI akibat dasar magnetnya.47 Trauma dapat mengganggu dinding arteri dan menyebabkan diseksi, aneurisma maupun fistula. Pencitraan digunakan untuk mengidentifikasi adanya lesi vaskular, memberikan informasi tentang keputusan tatalaksana dan ukuran lesi serta lokasinya dan membantu menentukan tipe intervensi yang dibutuhkan. CT angiografi menjadi pilihan utama untuk kelainan ini. Diseksi, aneusima dan fistula dapat diperbaiki dengan embolisasi endovaskular atau stent-grafts. Apabila tidak bisa diperbaiki, maka feeding artery atau parent artery harus dioklusi.48-54 Hampir semua dari komplikasi trauma kepala dapat berujung pada iskemia serebral, dimana apabila tidak ditangani dapat berujung pada morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Terkadang, komplikasi dari trauma kepala tidak selalu bisa diidentfikasi, dan penurunan perfusi serebral merupakan satu-satunya tanda yang dapat ditemukan. Iskemia serebral mungkin ditemukan pada gejala klinis meskipun tidak ditemukan adanya kelainan pada CT non kontras biasa.48,55 Manajemen Kronik dan Pencitraan Pada manajemen kronik trauma kepala, pencitraan memaikan beberapa peranan
yakni
mengidentifikasi
sekuele
neurofisiologis
post-operasi,
mengevaluasi kelainan fungsional terait dengan komplikasi lambat dari trauma kepala, memprediksi prognosis jangka panjang, memandu proses rehabilitasi dan membentuk terapi baru untuk mencegah cedera sekunder.56-58 Terdapat beberapa kebutuhan signifikan untuk penentuan objektif untuk memprediksi langkah klinis untuk pasien dengan cedera kepala. Variabel klinis termasuk skoring GCS, luasnya amnesia, durasi penggunaan ventilator dan durasi tinggal di ICU dapat membantu menentuka prognosis pasien. Temuan gambaran anatomis seperti adanya darah atau perdarahan subaraknoid, perdarahan intraventrikular, edema, midline shifting, obliterasi dari basal sisterna dan lokasi lesi dapat dijadikan pertanya prediktif untuk angka kehidupan, walaupun tidak menjadi prediktor untuk kualitas hidup.59-64 Diffuse axonal injury (DAI) yang biasa ditemukan 48% dari kasus dengan cedera kepala tertutup disebabkan adanya sobekan akibat paksaan yang dibentuk dari deselerasi cepat dari kendaraan bermotor. Kejadian itu biasanya
9
menyebabkan sobeknya akson atau perubaha membrane aksoplasmik yang mengganggu transport aksoplasik dan menyebabkan terlambatnya cedera pada akson. Kejadian ini terjadi secara difus dan bilateral. Meskipun biasanya tidak fatal, akan tetapi kejadian ini dapat menyebabkan adanya gangguan neurologis. Banyaknya lesi berkorelasi dengan semakin buruknya outcome yang dapat timbul. DAI dapat ditemukan pada CT Scan. Hal ini dapat membantu untuk menentukan prognosis pasien dengan melalui pencitraan dengan CT Scan.65-66
BAB III PENUTUP Kesimpulan Tidak semua cedera kepala membutuhkan pencitraan neurologi atau yang biasa disebut dengan neuroimaging. Beberapa keadaan yang membutuhkan cedera mayor dan hampir selalu membutuhkan pencitraan seperti penurunan tingkat kesadaran, hilangnya kesadaran lebih dari 5 menit, temukan kelainan neurologis fokal, kejang, gagalnya peningkat-an status mental, cedera penetrasi tengkorak, anda tanda fraktur depresi dan delirium dengan peningkatan agresi saat pemeriksaan. Canadian Head CT Rules memiliki kriteria inklusi yakni GCS 1315, usia diatas sama dengan 16 tahun, tidak ada koagulopati dan tidak ada fraktur terbuka yang terlihat. Kriteria inklusi New Orleans Rule meliputi usia diatas 18 tahun, GCS 15 dan trauma tumpul yang menyebabkan amnesia dan disorientasi. Pada tatanan akut, diagnosis dini dan manajemen agresif dapat mencegah cedera sekunder dari komplikasi cedera otak. Pencitraan merupakan hal yang penting untuk rencana operasi dengan memberikan informasi nagivasi dan lokasi anatomis, menentukan tanda ekstrakarial untuk insisi kulit dan membantu menentukan lokasi burr holes ketika dibutuhkan. Temuan pencitraan dapat
10
membantu memberikan indikator prognostik, yang juga dapat membantu menentukan agresitivas dari tatalaksana. CT-Scan merupakan modalitas pilihan utama dalam 24 jam pertama setelah cedera. Akan tetapi setelah 48-72 jam, MRI lebih diindikasikan pada pasien dengan TBI dibandingkan dengan CT karena kemampuan MRI untuk mendeteksi hematoma akibat adanya perubahan komposisi darah, meskipun CTScan lebih baik untuk mendeteksi gangguan tulang. Perdarahan dan edema dapat menyebabkan efek massa, yang dapat secara langsung mengkompresi struktur vaskular dari otak, menyebabkan iskemia dan infark, dan secara langsung mendesak struktur vital lainnya, atau mengherniasi bagian lain dari otak. Hematoma subdural merupakan kejadian yang cukup sering terjadi dan diasosiasikan dengan mortalitas yang tinggi. Hematoma ini terjadi akibat robeknya pembuluh darah vena yang menghubungkan permukaan kortikal dengan sinus dura yang biasa disebut dengan bridging vein. Perdarahan subaraknoid lebih sering terjadi pada anak anak daripada dewasa, yang relatif lebih memiliki ruang subaraknoid lebih lebar dari dewasa dan muncul pada 11% dari pasien dengan cedera otak akibat trauma. Perdarahan ini sering terjadi akibat pecahnya AVM atau aneurisma yang terjadi secara spontan dan kemudian berekstravasasi mengisi ruang subaraknoid yakni ruang antara piamater dan arachnoidmater. Hematoma epidural biasanya jarang terjadi dan biasanya diasosiasikan dengan fraktur tengkorak. Biasanya fraktur ini terjadi akibat percahnya arteri etmoidalis anterior Perdarahan ini tidak memerlukan penanganan khusus apabila lebar maksimum kurang dari 1.5 cm dan asimptomatik dengan midline shifting minimum. Pada CT Scan akan terlihat dengan lesi hiperdens berbentuk bikonveks. Perdarahan intraventrikular merupakan kejadian yang jarang terjadi dan biasanya diasosiasikan dengan mortalitas dan morbiditas yang signifikan. Peningkatan tekanan intra-kranial membutuhkan pengawasan tekanan intra kranial dan tatalaksana medikamentosa dengan agen osmotik, drainase dan hiperventilasi. Tanda-tanda adanya peningkatan tekanan intra-kranial adalah dengan
hilangnya
perbatasan
antara
substansia
alba
dan
nigra
yang
11
mengindikasikan edema serebri, midline shifting, massa hematoma, hematoma subdural, herniasi, atau perubahan bentuk ventrikel. Hernasi serebral merupakan suatu temuan yang dapat menyebabkan kompresi pada struktur vital, vaskuler dan saraf kranial. Fraktur pada kasus trauma kepala, tergantung dari lokasi, ukuran dan tipe dari fraktur, fraktur mungkin membutuhkan tindakan pembedahan untuk memperbaiki untuk mengeluarkan atau untuk mencegah kebocoran LCS.
Benda asing juga dapat dideteksi
menggunakan CT Scan. Dengan mening-katnya prevalensi tembakan senjata api, dewasa ini mudah menemukan benda asing di kepala. Terdapat beberapa kebutuhan signifikan untuk penentuan objektif untuk memprediksi langkah klinis untuk pasien dengan cedera kepala. Variabel klinis termasuk skoring GCS, luasnya amnesia, durasi penggunaan ventilator dan durasi tinggal di ICU dapat membantu menentuka prognosis pasien. Temuan gambaran anatomis seperti adanya darah atau perdarahan subaraknoid, perdarahan intraventrikular, edema, midline shifting, obliterasi dari basal sisterna dan lokasi lesi dapat dijadikan pertanya prediktif untuk angka kehidupan, walaupun tidak menjadi prediktor untuk kualitas hidup.
12
DAFTAR PUSTAKA 1. Sosin DM, Sniezek JE, Waxweiler RJ. Trends in death associated with traumatic brain injury, 1979 through 1992. Success and failure. JAMA 273:1778–1780, 1995. 2. Sosin DM, Sniezek JE, Thurman DJ. Incidence of mild and moderate brain injury in the United States, 1991. Brain Inj 10: 47–54, 1996. 3. Traumatic brain injury—Colorado, Missouri, Oklahoma, and Utah, 1990– 1993. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 46:8–11, 1997. 4. 5. Pirko I, Fricke ST, Johnson AJ, Rodriguez M, Macura SI. Magnetic resonance imaging, microscopy, and spectroscopy of the central nervous system in experimental animals. NeuroRx 2:250– 264, 2005. 5. Nagy KK, Joseph KT, Krosner SM, Roberts RR, Leslie CL, Dufty K, et al. The utility of head computed tomography after minimal head injury. J Trauma 46:268–270, 1999. 6. Jeret JS, Mandell M, Anziska B, Lipitz M, Vilceus AP, Ware JA, et al. Clinical predictors of abnormality disclosed by computed tomography after mild head trauma. Neurosurgery 32:9–15, 1993. 7. Miller EC, Holmes JF, Derlet RW. Utilizing clinical factors to reduce head CT scan ordering for minor head trauma patients. J Emerg Med 15:453–457, 1997. 13
8. Reinus WR, Wippold FJ 2nd, Erickson KK. Practical selection criteria for noncontrast cranial computed tomography in patients with head trauma. Ann Emerg Med 22:1148–1155, 1993. 9. Jeret JS, Mandell M, Anziska B, Lipitz M, Vilceus AP, Ware JA, et al. Clinical predictors of abnormality disclosed by computed tomography after mild head trauma. Neurosurgery 32:9–15, 1993. 10. Moran SG, McCarthy MC, Uddin DE, Poelstra RJ. Predictors of positive CT scans in the trauma patient with minor head injury. Am Surg 60:533–535, 1994. 11. Duus BR, Lind B, Christensen H, Nielsen OA. The role of neuroimaging in the initial management of patients with minor head injury. Ann Emerg Med 23:1279–1283, 1994. 12. 12. Bock K, Duus JO, Hindsgaul O, Lindh I. Analysis of conformationally restricted models for the (1–6)-branch of asparaginelinked oligosaccharides by n.m.r.-spectroscopy and HSEA calculation. Carbohydr Res 228:1–20, 1992. 13. Birn B, Gadegard E, Lind PO, Bergsoe K, Metze E, Birn H, et al. [Social and behavioral subjects in dental care training]. Tandlaegebladet 80:555–559, 1976. 14. Ingebrigtsen T, Romner B. Management of minor head injuries in hospitals in Norway. Acta Neurol Scand 95:51–55, 1997. 15. Ingebrigtsen T, Romner B. Routine early CT-scan is cost saving after minor head injury. Acta Neurol Scand 93:207–210, 1996. 16. Schunk JE, Rodgerson JD, Woodward GA. The utility of head computed tomographic scanning in pediatric patients with normal neurologic examination in the emergency department. Pediatr Emerg Care 12:160–165, 1996. 17. Haydel MJ, Preston CA, Mills TJ, Luber S, Blaudeau E, DeBlieux PM. Indications for computed tomography in patients with minor head injury. N Engl J Med 343:100–105, 2000. 18. Stiell IG, Lesiuk H, Wells GA, Coyle D, McKnight RD, Brison R, et al. Canadian CT head rule study for patients with minor head injury: methodology for phase II (validation and economic analysis). Ann Emerg Med 38:317–322, 2001. 19. Stiell IG, Lesiuk H, Wells GA, McKnight RD, Brison R, Clement C, et al. The Canadian CT Head Rule Study for patients with minor head injury: rationale,
14
objectives, and methodology for phase I (derivation). Ann Emerg Med 38:160–169, 2001. 20. Watts DD, Hanfling D, Waller MA, Gilmore C, Fakhry SM, Trask AL. An evaluation of the use of guidelines in prehospital management of brain injury. Prehosp Emerg Care 8:254–261, 2004. 21. Fakhry SM, Trask AL, Waller MA, Watts DD. Management of brain-injured patients by an evidence-based medicine protocol improves outcomes and decreases hospital charges. J Trauma 56:492–499, 2004. 22. Chesnut RM. Implications of the guidelines for the management of severe head injury for the practicing neurosurgeon. Surg Neurol 50:187–193, 1998. 23. Bullock R, Chesnut RM, Clifton G, Ghajar J, Marion DW, Narayan RK, et al. Guidelines for the management of severe head injury. Brain Trauma Foundation. Eur J Emerg Med 3:109–127, 1996. 24. Chesnut RM, Marshall LF, Klauber MR, Blunt BA, Baldwin N, Eisenberg HM, et al. The role of secondary brain injury in determining outcome from severe head injury. J Trauma 34:216– 222, 1993. 25. Kelly AB, Zimmerman RD, Snow RB, Gandy SE, Heier LA, Deck MD. Head trauma: comparison of MR and CT—experience in 100 patients. AJNR Am J Neuroradiol 9:699–708, 1988. 26. Ahmadi J, Destian S. Head trauma. Top Magn Reson Imaging 2:17–24, 1989. 27. Glauser J. Head injury: which patients need imaging? Which test is best? Cleve Clin J Med 71:353–357, 2004. 28. Servadei F, Nasi MT, Giuliani G, Cremonini AM, Cenni P, Zappi D, et al. CT prognostic factors in acute subdural haematomas: the value of the ‘worst’ CT scan. Br J Neurosurg 14:110–116, 2000. 29. 49. Levin HS, Amparo E, Eisenberg HM, Williams DH, High WM Jr, McArdle CB, et al. Magnetic resonance imaging and computerized tomography in relation to the neurobehavioral sequelae of mild and moderate head injuries. J Neurosurg 66:706–713, 1987. 30. Ogawa T, Sekino H, Uzura M, Sakamoto T, Taguchi Y, Yamaguchi Y, et al. Comparative study of magnetic resonance and CT scan imaging in cases of severe head injury. Acta Neurochir Suppl (Wien) 55:8–10, 1992. 31. Meagher RJ, Young WF, Lutsep HL, Kirshner HS, Reynolds NC, Talavera F. Subdural hematoma. Diunduh dari Medscape for iPad. 26 Juli 2015. 32. Gutman MB, Moulton RJ, Sullivan I, Hotz G, Tucker WS, Muller PJ. Risk factors predicting operable intracranial hematomas in head injury. J Neurosurg 77:9–14, 1992. 15
33. Bradley WG. MR appearance of hemorrhage in the brain. Radiology 189:15– 26, 1993. 34. Bakshi R, Kamran S, Kinkel PR, Bates VE, Mechtler LL, Janardhan V, et al. Fluid-attenuated inversion-recovery MR findings in acute and subacute cerebral intraventricular hemorrhage. AJNR Am J Neuroradiol 20:629–636, 1999. 35. Becske T, Jallo GI, Lutsep HL, Berman SA, Kirshner HS, Tavalera F. Subarachnoid hemorrhage. Diunduh dari Medscape for iPad. 26 Juli 2015. 36. Ashikaga R, Araki Y, Ishida O. MRI of head injury using FLAIR. Neuroradiology 39:239–242, 1997 37. Bakshi R. Diffusion-weighted MRI as an evolving standard of care in acute stroke. Neurology 55:1595, 2000. 38. Liebeskind DS, Hogan EL, Talavera F, Kirshner HS, Benbasid SR, Lutsep HL. Epidural hematoma. Diunduh dari Medscape for iPad. 26 Juli 2015. 39. Annibale DJ, MacGilvray SS, Windle ML, Carter BS, Wagner CL, Rosenkrantz T. Periventricular hemorrhage-intraventricular hemorrhage. Diunduh dari Medscape for iPad. 26 Juli 2015. 40. Miller MT, Pasquale M, Kurek S, White J, Martin P, Bannon K, et al. Initial head computed tomographic scan characteristics have a linear relationship with initial intracranial pressure after trauma. J Trauma 56:967–972, 2004. 41. Krotz M, Linsenmaier U, Kanz KG, Pfeifer KJ, Mutschler W, Reiser M. Evaluation of minimally invasive percutaneous CTcontrolled ventriculostomy in patients with severe head trauma. Eur Radiol 14:227–233, 2004. 42. Johnson PL, Eckard DA, Chason DP, Brecheisen MA, Batnitzky S. Imaging of acquired cerebral herniations. Neuroimaging Clin N Am 12:217–228, 2002. 43. Hahn FJ, Gurney J. CT signs of central descending transtentorial herniation. AJNR Am J Neuroradiol 6:844–845, 1985 44. Feldmann E, Gandy SE, Becker R, Zimmerman R, Thaler HT, Posner JB, et al. MRI demonstrates descending transtentorial herniation. Neurology 38:697– 701, 1988. 45. Gruen P. Surgical management of head trauma. Neuroimaging Clin N Am 12:339–343, 2002. 46. Zee CS, Hovanessian A, Go JL, Kim PE. Imaging of sequelae of head trauma. Neuroimaging Clin N Am 12:325–338, 2002. 47. Kim PE, Go JL, Zee CS. Radiographic assessment of cranial gunshot wounds. Neuroimaging Clin N Am 12:229–248, 2002.
16
48. 78. Sa´ de Camargo EC, Koroshetz WJ. Neuroimaging of ischemia and infarction. NeuroRx 2:265–276, 2005. 49. Biffl WL, Ray CE Jr, Moore EE, Mestek M, Johnson JL, Burch JM. Noninvasive diagnosis of blunt cerebrovascular injuries: a preliminary report. J Trauma 53:850–856, 2002. 50. Munera F, Soto JA, Palacio D, Velez SM, Medina E. Diagnosis of arterial injuries caused by penetrating trauma to the neck: comparison of helical CT angiography and conventional angiography. Radiology 216:356–362, 2000. 51. Rogers FB, Baker EF, Osler TM, Shackford SR, Wald SL, Vieco P. Computed tomographic angiography as a screening modality for blunt cervical arterial injuries: preliminary results. J Trauma 46:380–385, 1999. 52. Larsen DW. Traumatic vascular injuries and their management. Neuroimaging Clin N Am 12:249–269, 2002. 53. Lempert TE, Malek AM, Halbach VV, Phatouros CC, Meyers PM, Dowd CF, et al. Endovascular treatment of ruptured posterior circulation cerebral aneurysms. Clinical and angiographic outcomes. Stroke 31:100–110, 2000. 54. Redekop G, Marotta T, Weill A. Treatment of traumatic aneurysms and arteriovenous fistulas of the skull base by using endovascular stents. J Neurosurg 95:412–419, 2001. 55. Steiner LA, Czosnyka M. Should we measure cerebral blood flow in headinjured patients? Br J Neurosurg 16:429–439, 2002. 56. Hoofien D, Gilboa A, Vakil E, Donovick PJ. Traumatic brain injury (TBI) 10– 20
years
later:
a
comprehensive
outcome
study
of
psychiatric
symptomatology, cognitive abilities and psychosocial functioning. Brain Inj 15:189–209, 2001. 57. Hoofien D, Vakil E, Gilboa A, Donovick PJ, Barak O. Comparison of the predictive power of socio-economic variables, severity of injury and age on long-term outcome of traumatic brain injury: sample-specific variables versus factors as predictors. Brain Inj 16:9–27, 2002. 58. Corrigan JD, Whiteneck G, Mellick D. Perceived needs following traumatic brain injury. J Head Trauma Rehabil 19:205–216, 2004. 59. Demetriades D, Kuncir E, Murray J, Velmahos GC, Rhee P, Chan L. Mortal prediction of head Abbreviated Injury Score and Glasgow Coma Scale: analysis of 7,764 head injuries. J Am Coll Surg 199:216–222, 2004. 60. Azian AA, Nurulazman AA, Shuaib L, Mahayidin M, Ariff AR, Naing NN, et al. Computed tomography of the brain in predicting outcome of traumatic
17
intracranial haemorrhage in Malaysian patients. Acta Neurochir (Wien) 143:711–720, 2001. 61. Ono J, Yamaura A, Kubota M, Okimura Y, Isobe K. Outcome prediction in severe head injury: analyses of clinical prognostic factors. J Clin Neurosci 8:120–123, 2001. 62. Marshall LF, Marshall SB, Klauber MR, Van Berkum Clark M, Eisenberg H, Jane JA, et al. The diagnosis of head injury requires a classification based on computed axial tomography. J Neurotrauma 9:S287–292, 1992. 63. Aldrich EF, Eisenberg HM, Saydjari C, Foulkes MA, Jane JA, Marshall LF, et al. Predictors of mortality in severely headinjured patients with civilian gunshot wounds: a report from the NIH Traumatic Coma Data Bank. Surg Neurol 38:418–423, 1992. 64. Wardlaw JM, Easton VJ, Statham P. Which CT features help predict outcome after head injury? J Neurol Neurosurg Psychiatry 72:188–192, 2002. 65. Mittl RL, Grossman RI, Hiehle JF, Hurst RW, Kauder DR, Gennarelli TA, et al. Prevalence of MR evidence of diffuse axonal injury in patients with mild head injury and normal head CT findings. AJNR Am J Neuroradiol 15:1583– 1589, 1994. 66. Hammoud DA, Wasserman BA. Diffuse axonal injuries: pathophysiology and imaging. Neuroimaging Clin N Am 12:205–216, 2002.
18