Peranan Bakteri Pelarut Fosfat Fosfat Penghasil Fitohormon dalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Gogo The role of Phosphate Solubilizing Bacteria Producer of Phytohormone in Improving Growth and Yield of Upland Rice Oleh : Betty Natalie Fitriatin Staf Pengajar Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNPAD e-mail :
[email protected]
RINGKASAN
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh peranan dari fitohormon yang dihasilkan oleh bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo telah dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian UNPAD sejak bulan Juni sampai dengan September 2004. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola faktoriall. Sebagai faktor pertama adalah isolat bakteri dan hormon yang terdiri dari empat taraf yaitu : tanpa isolat (i0) ; isolat BPF 1 (Pseudomonas pichetii) (i1) ; isolat BPF 2 (Pseudomonas cepasia) (i2) ; hormon kinetin (i3), sedangkan faktor kedua adalah cara aplikasi yang terdiri dari dua taraf yaitu : direndam CMA (a1) ; disemprot CMA (a2). Percobaan diulang tiga kali dan terdiri dari dua unit percobaan, satu unit untuk pengamatan sampai fase vegetatif akhir yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan dan berat kering tanaman, selanjutnya unit yang kedua untuk pengamatan hasil tanaman padi gogo (panen). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dan hormon kinetin dengan cara aplikasinya tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah anakan serta berat kering tanaman padi gogo. Interaksi ini nyata mempengaruhi hasil tanaman padi gogo. Pemberian P. pichetii dengan cara aplikasi disemprot nyata memberikan hasil tanaman tertinggi.
Kata kunci : bakteri pelarut fosfat, fitohormon, padi gogo
SUMMARY An experiment to study the effect of phosphate solubilizing bacteria producer of phytohormone on growth and yield of Upland Rice was carried out in green house, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, from June to September 2004. The experiment design used was Factorial Randomized Block, consisted two factors. The first factor was isolates of bacteria and hormone consisted four
1
levels i.e. without isolate (i0) ; isolate 1(i1) ; isolate 2 (i2) ; kinetin (i3) ;. The second factor was application methode consisted two levels i.e. seed soaked (a1) and seed sprayed (a2) . The experiment consisted two units with three replications ; the first unit was harvested in the end of vegetatif period to observe growth of upland rice, the second unit was harvested in the end of generative period to find out the yield of upland rice. Seed sprayed of isolate 1 gave the highest of yield of upland rice.
Key words : phosphate solubilizing bacteria, phytohormone, upland rice
PENDAHULUAN
Tanaman padi merupakan masyarakat di Indonesia.
sumber bahan pangan penting bagi
Kualitas maupun kuantitas merupakan faktor yang
sangat diperhatikan dalam penanganan sistem penanaman padi. Tanaman padi gogo
merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan pada lahan
kering tadah hujan. Pada lahan tersebut periode pertumbuhan sangat pendek karena curah hujan yang terbatas dan suhu yang relatif tinggi.
Untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman padi gogo pada lahan kering ini dengan periode pertumbuhan yang terbatas, maka diperlukan penanganan yang intensif. Akhir-akhir ini untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman padi gogo, petani secara konvensional telah banyak menggunakan pupuk anorganik serta hormon tanaman (fitohormon) kimiawi. Cara ini membutuhkan biaya yang besar karena harga pupuk anorganik serta fitohormon kimiawi yang sangat mahal. Salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman padi gogo dengan menggunakan bakteri tanah penghasil fitohormon yang dikenal sebagai Plantgrowth-promoting rhizobacteria (PGPR) merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan. Menurut Pan et.al. (1999) dan Timmusk, et. al. (1999) bahwa beberapa bakteri tanah misalnya Bacillus polymiyxa dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk menyumbangkan sistem pertanian yang berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri ini dapat menghambat organisme patogen pada tanaman.
2
Sedangkan pengaruh secara langsung ZPT ini adalah untuk meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan. Penelitian dari Kaur et.al.(1999) menduga adanya hubungan antara keberadaan fitohormon dengan peningkatan ketahanan tanaman terhadap cekaman air. Adanya kelompok bakteri yang mempunyai kemampuan dalam melarutkan fosfat juga menghasilkan fitohormon seperti Bacillus polymyxa, merupakan suatu
keuntungan yang sangat berarti di bidang pertanian yang
berkelanjutan. Penelitian yang mengembangkan kemampuan bakteri pelarut fosfat yang mengahasilkan hormon tumbuh belum banyak diteliti. Oleh karena itu penelitian mengenai bakteri pelarut fosfat yang memproduksi fitohormon perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman padi gogo pada lahan marginal terutama pada tanah dengan tingkat fiksasi P yang tinggi atau ketersediaan P yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari fitohormon yang dihasilkan oleh bakteri pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman padi gogo. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri pelarut fosfat yang
dapat
menghasilkan
hormon
tumbuh
yang
dapat
meningkatkan
pertumbuhan padi gogo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium biologi tanah dan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Jatinangor.
rumah kaca
Penelitian dilakukan
selama delapan bulan dari mulai persiapan, isolasi bakteri, pengujian isolat bakteri sampai dengan pengamatan dan pelaporan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Ultisols asal Jatinangor, Kabupaten Sumedang Jawa Barat, yang diambil dari lapisan olah secara komposit. Benih padi gogo kultivar dodokan yang diperoleh dari Balai Sertifikasi Benih Ciganitri Bandung. Inokulan bakteri pelarut fosfat diperoleh dari hasil isolasi pada rhizosfir tanaman padi gogo. Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
3
hormon tumbuh kinetin, pupuk dasar (urea, SP-36 dan KCl), serta bahan kimia untuk media bakteri pelarut fosfat. •
Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua tahap percobaan : I. Isolasi dan seleksi bakteri pelarut fosfat penghasil fitohormon. dari beberapa isolat diambil dua isolat yang paling tinggi mempercepat perkecambahan padi gogo yaitu yang meliki zona bening tertinggi (daya melarutkan fosfat yang tingggi) II. Pengujian isolat dibandingkan dengan fitohormon sintetis. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan membandingkan isolat hasil tahap satu dibandingkan dengan ZPT sintetis dan cara aplikasi, perlakuannya yaitu A = kontrol B = Isolat 1 (Pseudomonas pichetii) C = Isolat 2 (Pseudomonas cepasea) D = Fitohormon sintetis (kinetin) Perlakuan tersebut dilakukan dengan aplikasi : 1. benih direndam 2. disemprotkan ke tanaman Perlakuan seluruhnya yaitu 4 x 2 yaitu 8 perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total menjadi 24 set penelitian.
Y
Pengamatan :
Tahap I : yang diamati adalah pertumbuhan tanaman padi gogo sampai umur satu bulan, yaitu tinggi tanaman, panjang akar, berat kering shoot dan root Tahap II : yang diamati adalah pertumbuhan tanaman padi gogo sampai umur vegetatif akhir yaitu tinggi tanaman setiap minggu, jumlah anakan, berat kering shoot dan hasil tanaman padi pada saat panen berupa berat gabah.
Y
1.
Pelaksanaan Penelitian Persiapan media bakteri
4
Pembuatan media dasar untuk mengisolasi bakteri pelarut fosfat. Media yang digunakan adalah medium selektif untuk mengisolasi BPF (media Pikovskaya). 2.
Isolasi Bakteri Pelarut Fosfat Isolasi BPF dilakukan dengan metoda plat agar dengan cara tuang. Dilakukan seri pengenceran dari 1 gram tanah. Diisolasi dari pengenceran 10-4 sampai dengan pengenceran 10-7. Diinkubasi selama 1 – 2 x 24 jam.
3.
Seleksi isolat Isolat-isolat di uji dengan teknik bioasay,
yaitu pengaruhnya terhadap
pertumbuhan padi gogo selama 1 bulan. Penanaman padi gogo dilakukan pada media agar khusus untuk tanaman padi gogo (pada tabung reaksi ) ditumbuhkan pada Growth Chamber.
Gambar 1. Seleksi isolat BPF penghasil Zat Pengatur Tumbuh dalam meningkatkan pertumbuhan padi gogo
4.
Pengujian isolat terpilih Isolat terpilih dibandingkan dengan ZPT sintetis dengan teknik aplikasi direndam atau disemprot. Dilakukan di rumah kaca pada pot percobaan
5.
Persiapan tanah 5
Tanah Ultisols asal Jatinangor diambil secara komposit pada lapisan olah, selanjutnya disaring dengan saringan ukuran 2 mm.
Tanah tersebut
ditimbang seberat 6 kg dan dimasukan ke dalam plastik tahan panas yang kemudian disterilkan dengan metode tyndalisasi (sterilisasi bertingkat) selama tiga hari. 6. Penanaman Benih padi disemaikan dulu pada kapas basah sampai keluar akar (empatlima hari). Selanjutnya dipilih padi yang seragam panjang akarnya untuk ditanam di polibag. Pupuk dasar diberi pada saat tanam seluruhnya kecuali urea diberikan setengah dosis pada saat tanam, sisanya pada 30 HST. 7. Pemeliharaan dan Pengamatan Pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan setiap hari satu kali atau sesuai kondisi untuk mencapai kapasitas lapang.
Dilakukan penyulaman
pada tanaman yang tidak tumbuh pada satu minggu setelah tanam. Pengamatan dilakukan pada vegetatif akhir dan sampai fase generatif akhir (panen).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman Padi Gogo Tinggi tanaman padi gogo diukur setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam . Diukur selama setiap minggu satu kali selama lima minggu. Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara jenis isolat BPF dan hormon sintetis dengan cara aplikasinya tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman padi gogo. Pengaruh mandiri dari jenis isolat BPF dan hormon sintetis serta perlakuan aplikasi dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan baik isolat BPF penghasil fitohormon maupun hormon kinetin, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman dari mulai dua minggu setelah tanam sampai dengan lima minggu setelah tanam . Namun demikian pada tabel 1 dapat dilihat bahwa tanaman yang diberi perlakuan isolat BPF dan hormon kinetin cenderung tanamannya lebih tinggi. Hal ini diduga bahwa isolat baktrei ini mampu melarutkan P tanah yang tadinya tidak tersedia
6
menjadi tersedia sehingga mampu diserap tanaman. Selain itu isolat ini mampu memberikan kontribusi hormonal pada pertumbuhan tanaman tersebut. Cara aplikasi isolat bakteri maupun hormon kinetin pada 2 dan 3 minggu setelah tanam ternyata yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap tinggi tanaman adalah dengan cara benih disemprot. Namun pada pengamatan minggu ke-empat sampai dengan minggu ke-enam perlakuan benih yang direndam dengan isolat BPF maupun hormon kinetin lebih meningkatkan tinggi tanaman, hal ini diduga karena pada awal masa pertumbuhan (sampai dengan 3 minggu setelah tanam), perlakuan benih yang disemprot lebih baik karena langsung kontak dengan tanamannya. Tetapi karena penyemprotan hanya pada awal tanam sehingga pengaruhnya berkurang dengan lamanya waktu. Sebaliknya benih yang diberi isolat dan hormon kinetin dengan direndam, memberikan efek yang lebih baik terhadap tinggi tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini diduga karena benih yang direndam dengan hormon maupun isolat BPF penghasil fitohormon lebih efektif karena langsung dapat masuk ke jaringan benih dan dapat meningkatkan perkecambahan lebih baik.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan isolat BPF dan hormon sintetis serta cara aplikasinya terhadap tinggi tanaman padi gogo (cm) Perlakuan
2 MST*
3 MST*
4 MST*
5 MST*
6 MST*
Isolat BPF : Kontrol (tanpa isolat (i0) Isolat 1 (i1) Isolat 2 (i2) Hormon Kinetin (i3)
42.75 49.28 45.01 43.97
a a a a
57.25 63.91 60.50 60.83
a a a a
77.67 80.91 80.75 81.08
a a a a
83.83 85.50 88.53 84.35
a a a a
86.33 88.92 91.33 86.50
a a a a
Cara Aplikasi 1. Benih direndam (a1) 2. Benih disemprot (a2)
42.77 a 46.78 a
60.25 a 60.67 a
80.58 a 79.62 a
86.50 a 86.04 a
89.50 a 88.54 a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % * MST = minggu setelah tanam
Jumlah Anakan Tanaman Padi Gogo
7
Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dan hormon kinetin dengan cara aplikasinya tidak nyata mempengaruhi jumlah anakan tanaman padi gogo. Efek mandiri perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dan hormon sintetis serta aplikasinya dapat dilihat pada tabel 2. Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian isolat bakteri pelarut fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi gogo pada minggu ke-dua setelah tanam. Isolat BPF 1 ternyata memberikan jumlah anakan tanaman padi gogo tertinggi pada minggu ke-dua setelah tanam. Hal ini dapat dilihat juga pada gambar 2 bahwa isolat BPF 1 lebih tinggi mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi gogo.
Tabel 2. Pengaruh perlakuan isolat BPF dan hormon sintetis serta cara aplikasinya terhadap jumlah anakan tanaman padi gogo Perlakuan
2 MST*
3 MST*
4 MST*
5 MST*
6 MST*
Isolat BPF : Kontrol (tanpa isolat (i0) Isolat 1 (i1) Isolat 2 (i2) Hormon Kinetin (i3)
4.50 7.67 4.33 5.00
a b a a
12.50 15.50 9.50 12.50
a a a a
33.50 30.33 23.17 30.00
a a a a
a a a a
43.83 b 44.33 b 32.83 a 37.17 ab
38.17 a 39.75 a
37.33 a 41.75 a
39.83 44.17 34.67 37.17
Cara Aplikasi 1. Benih direndam (a1) 2. Benih disemprot (a2)
5.00 a 5.70 a
11.42 a 13.58 a
28.33 a 30.17 a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % * MST = minggu setelah tanam
Pengaruh dari isolat BPF dan hormon kinetin tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi gogo pada minggu ke tiga, empat dan ke lima. Tetapi pada minggu ke enam setelah tanam perlakuan isolat BPF membrikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan tanaman padi gogo. Dari seluruh pengamatan mulai dari minggu ke dua sampai minggu ke enam setelah tanam isolat BPF 1 memberikan pengaruh yang paling baik terhadap
8
pertumbuhan tanaman padi gogo (gambar 2). Sebaliknya isolat BPF 2 memberikan pertumbuhan yang paling rendah dibandingkan perlakuan yang lainnya. Hal ini diduga isolat BPF 2 selain memberikan kemampuan pelarutan fosfat kemungkinan mengeluarkan fitohormon yang sangat rendah atau sangat tinggi. Karena ZPT dengan takaran yang sangat rendah tidak dapat memacu pertumbuhan yang baik, sebaliknya kalau ZPT dengan konsentrasi sangat tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman (Davies, 1995).
Gambar 2. Perbandingan pertumbuhan tanaman padi gogo antara kontrol dengan isolat BPF 1, isolat BPF 2 dan hormon kinetin
Cara aplikasi isolat dan hormon kinetin dengan cara disemprot lebih baik terhadap jumlah anakan tanaman padi
gogo dibandingkan dengan cara
diremdam. Hal ini diduga karena aplikasi dengan cara disemprot selain kontak dengan benih, tetapi akan kontak langsung dengan media tanam dan jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan dengan direndam.
Berat Kering Tanaman Padi Gogo Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dan hormon kinetin dengan
9
cara aplikasinya tidak nyata mempengaruhi berat kering tanaman padi gogo. Efek mandiri perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dan hormon sintetis serta aplikasinya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan isolat BPF dan hormon sintetis serta cara aplikasinya terhadap berat kering tanaman padi gogo Perlakuan
Berat Kering (g)
Isolat BPF : Kontrol (tanpa isolat (i0) Isolat 1 (i1) Isolat 2 (i2) Hormon Kinetin (i3)
39.48 44.55 44.47 39.44
a b b a
Cara Aplikasi 1. Benih direndam (a1) 2. Benih disemprot (a2)
40.95 a 42.86 a
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 %
Perlakuan isolat BPF nyata meningkatkan berat kering tanaman padi gogo. Hal ini diduga karena isolat BPF yang diberikan mampu mendukung pertumbuhan tanaman lebih baik akibat kemampuan melarutkan fosfat serta fitohormon yang dikeluarkannya. Hormon kinetin yang diberikan ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman padi gogo. Hal ini diduga karena konsentasi hormon yang diberikan belum tepat untuk memacu pertumbuhan yang baik. Karena konsentrasi hormon tumbuh yang terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak akan memberikan pertumbuhan yang optimal. Cara aplikasi disemprot lebih baik dibandingkan dengan direndam terhadap berat kering tanaman padi gogo. Hal ini diduga karena aplikasi dengan cara disemprot
selain kontak dengan benih, tetapi akan kontak langsung
dengan media tanam (tanah) dan jumlahnya akan lebih banyak dibandingkan dengan direndam (yang terserap hanya oleh benih saja).
10
Hasil Tanaman Padi Gogo Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan isolat BPF dan hormon kinetin serta cara apliaksinya nyata mempengaruhi hasil tanaman padi gogo.
Pada tabel 4 dapat ditunjukkan
pengaruh interaksi diantara perlakuan terhadap berat gabah tanaman padi gogo.
Tabel 4. Pengaruh interaksi antara perlakuan isolat BPF dan hormon sintetis serta cara aplikasinya terhadap hasil tanaman padi gogo (g) Cara aplikasi Isolat
Direndam
Tanpa Isolat
17.28 a A 23.78 c A 16.08 a A 19.95 b A
Isolat 1 Isolat 2 Hormon Kinetin
Disemprot 18.79 a A 26.45 c B 18.29 a A 21.36 b A
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama (vertikal) dan huruf besar yang sama (horizontal) tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5 %
Pada tabel 4 dapat ditunjukkan bahwa pengaruh isolat BPF dan hormon dengan cara aplikasi direndam maunpun disemprot memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat gabah padi gogo. Isolat BPF 1 ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sebaliknya isolat BPF 2 ternyata memberikan pengaruh yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya.
Hal ini diduga adanya pengaruh lain yang
dikeluarkan sebagai metabolit sekunder dari isolat 2 ini. Kemungkinan metabolit sekunder yang dikeluarkan isolat 2 ini menghambat pertumbuhan sehingga mempengaruhi terhadap hasil tanaman pasi gogo. Cara aplikasi dengan cara disemprot dan direndam pada perlakuan isolat memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap berat gabah tanaman
11
padi gogo, kecuali pada perlakuan isolat 1. Pada isolat 1 cara aplikasi dengan disemprot memberikan berat gabar tanaman padi gogo yang paling tinggi.
SIMPULAN Simpulan 1.
Interaksi antara perlakuan isolat bakteri pelarut fosfat dengan cara aplikasinya nyata mempengaruhi hasil tanaman padi gogo, tetapi interaksi ini tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah anakan serta berat kering tanaman padi gogo.
2.
Pemberian
isolat BPF Pseudomonas pichetii dengan cara aplikasi
disemprot nyata memberikan hasil tanaman tertinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Padjadjaran dan Ketua Lembaga Penelitian UNPAD atas kesempatan yang diberikan kepada kami dalam melaksanakan penelitian ini yang dibiayai oleh DIKS UNPAD tahun anggaran 2004.
DAFTAR PUSTAKA
Kaur, S., A.K. Gupta, N. Kaur. 1999. Effect of GA, Kinetin and Indole acetic Acid on Carbohydrate Metabolism in Chickpea Seedlings Germinating Under water Stress. Plant Growth Regulation 30 : 61 – 70. Kluwer Academic Publishers. Kim K.Y., D. Jordan, and G.A. McDonald. 1998. Effect of Phosphate-Solubilizing Bacteria and Vesicular-Arbuscular Mycorrhizae on Tomato Growth and Soil Microbial Activity. Biol. Fertil. Soils 26 : 79-87. Kucey, R.M.N. 1983. Phosphate-solubilizing Bacteria and Fungi in Various Cultivated and Virgin Alberta Soils. Can. J. Soil Sci. 63:671-678. Mavingui, P., Heulin, T., 1994. In Vitro Chitinase and Antifungal Activity of a Soil, Rhizosphere and Rhizoplane Population of Bacillus polymyxa. Soil Biology and Biochemistry 26, 801 – 803.
12
Nielsen, P., Sorensen, J., 1997. Multi-target and Medium-independent Fungal Antagonism by Hydrolytic Enzymes in Paenibacillus polymyxa and Bacillus pumilus strains from Barley Rhizosphere. FEMS Microbiology Ecology 22, 183 – 192. Pan, B., Y.M. Bai, S. Leibovitch, D.L. Smith. 1999. Plant-growth-promoting Rhizobacteria and Kinetin as Way to Promote Corn Growth and Yield in a Short-growing Season Area. European Journal of Agronomy 11 (1999) 179 – 186. Saikun. 1992. Isolasi dan Pengujian Potensi BPF dari Beberapa Jenis Tanah dan Beberapa Rhizosfir. IPB. Bogor. Singh,
H.P., Singh, T.A. 1993. The Interaction of Rockphosphate, Bradyrhizobium, Vesicular-Arbuscular Mycorrhizae and Phosphatesolubilizing Microbes on Soy Bean Grown in a Sub-Himalayan Molisol. Mycorrhiza 4, 37 – 43.
Stell, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Penerjemah :. Ir. Bambang Sumantri. PT. Gramedia Oustaka Utama. Jakarta. Timmusk, S., B. Nicander, U. Granhall, E. Tillberg. 1999. Cytokinin Production by Paenibacillus polymyxa. Soil Biologi and Biochemistry 31 (1999) 1847 – 1852. Kaur, Satvir, et. al. 1999. Effect of GA, Kinetin and Indole acetic Acid on Carbohydrate Metabolism in Chickpea Seedlings Germinating Under water Stress. Plant Growth Regulation 30 : 61 – 70. Kluwer Academic Publishers. Pan, B. et. al. 1999. Plant-growth-promoting rhizobacteria and kinetin as way to promote corn growth and yield in a short-growing-season area. European Journal of Agronomy 11 (1999) 179 – 186. Rao, Subba. 1994. Soil Microorganims and Plant Growth. Penerbit Universitas Indonesia.
Terjemahan.
Timmusk, S. et. al. 1999. Cytokinin production by Paenibacillus polymyxa. Soil Biologi and Biochemistry 31 (1999) 1847 – 1852.
13
14
15