J. Tek. Ling
Edisi Khusus “Hari Bumi”
Hal. 21 - 29
Jakarta, April 2012
ISSN 1441-318X
PELARUTAN BATUAN FOSFAT OLEH BAKTERI PELARUT FOSFAT DAN KEMAMPUANNYA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum) Suliasih Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI CSC, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911 Email: Lishadari @yahoo.co.id Abstrak Telah dilakukan pengujian kemampuan malarutkan batuan fosfat dari sembilan isolat bakteri pelarut fosfat (BPF) yang berasal dari risosfer tanah secara in vitro. Semua isolat yang diuji memperlihatkan kemampuannya dalam melarutkan batuan fosfat dalam media padat maupun cair. Kemampuan BPF dalam melarutkan batuan fosfat secara kualitatif pada media padat ditunjukkan dengan terbentuknya koloni yang dikelilingi zona bening (halozone) dengan efisiensi Pelarutan (EP) antara 128 – 216. Sedangkan pelarutan batuan fosfat secara kuantitatif pada media cair berkisar antara 2.53 mg.l-1 – 5.61 mg.l-1. Isolat yang telah diuji selanjutnya digunakan sebagai inokulan pada tanaman sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) yang ditanam pada pot di rumah kaca Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial. Faktor pertama yaitu 2 (dua) perlakuan pemupukan dengan batuan fosfat yang terdiri dari 50 kg/ha dan 100 kg/ha. Sedangkan faktor kedua yaitu 10 (Sepuluh) perlakuan inokulasi dengan isolat BPF yang terdiri dari tanaman kontrol tanpa inokulasi dan tanaman yang diinokulasi dengan isolate T,Y, C,W,E,J,L,S dan O. Hasil percobaan menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan yang nyata pada tanaman sengon buto yang diinokulasi isolate BPF dibandingkan tanaman control tanpa inokulasi. Terjadi juga peningkatan pada populasi BPF tanah setelah tanam. Demikian juga kandungan P2O5 tersedia dan enzim fosfomonoesterase tanah setelah tanam meningkat akibat perlakuan inokulasi dibandingkan kontrol. Isolat E menunjukkan aktivitas pelarutan tertinggi pada media padat dan cair, juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tertinggi. Kata kunci : Bakteri Pelarut Fosfat, Batuan fosfat, Enterolobium cyclocarpum. Abstract Nine isolates of phosphate solubilizing bacteria isolated from rhizosphere soil were investigated for their ability to solubilize rock phosphate in vitro. All of isolates tested showed the ability to solubilize rock phosphate in both solid and liquid medium. The solubilization in solid medium showing the formation of visible dissolution halos on agar plate with solubilization efficiency ranged from 128 – 216. The solubilization of rock phosphate ranged from 2.53 mg.l-1 – 5.61 mg.l-1 in liquid medium. Pot culture with nine isolates using Sengon buto (Enterolobium cyclocarpum) as the test plant and rock phosphate as the phosphorus source was conducted at green house of
Pelarutan Batuan Fosfat,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 21 - 29
21
Microbiolgy Division, Research Center of Biology, Indonesian Institute of sciences, Cibinong. Experiment laid out as factorial based on randomized complete design with tree replication. Two levels of rock phosphate fertilizer consisted of 50 kg ha-1 and 100 kg ha-1 and ten levels of isolates (consisted of Control without inoculation, T,Y,C,W,E,J,L,S and O isolates) were treatments. The result showed significantly increased growth of Enterolobium cyclocarpum seedling compared with the uninoculated control. Total culturable phosphate solubilizing bacteria count increased by inoculation. The phosphomonoesterase, the available P contents of the soil were stimulated by the inoculation with the phosphate solubilizing bacteria. Among the isolates best effect on yield was obtained with E isolat. Key words: Phosphate solubilizing bacteria, rock phosphate, Enterolobium cyclocarpum.
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fosfor merupakan salah satu unsur hara yang penting dan memegang peranan dalam transfortasi energi, perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Ketersediaan hara P yang cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang baik. Tetapi ketersediaan P seringkali menjadi faktor pembatas pada tanah pertanian dan untuk mencukupinya diperlukan pupuk kimia. Hanya 10-30% pupuk P yang diberikan yang dapat diserap oleh tanaman, hal ini disebabkan sifat dari pupuk P yang mudah terikat dalam tanah 1,2). Disisi lain penggunaan pupuk kimia secara luas dan terus menerus guna meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman seringkali mengakibatkan pengaruh yang tidak diharapkan terhadap lingkungan, yang meliputi tercucinya P, eutrofikasi pada ekosistem perairan. Semua akibat yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan 3). Manajemen hara yang terpadu diperlukan untuk memelihara produktivitas lahan pertanian dan melindungi lingkungan. Inokulan mikroba merupakan komponen yang menjanjikan sebagai salah satu sistem manajemen 4). Pupuk hayati merupakan alternatif pemupukan yang penting karena 22
ramah lingkungan dan tidak beracun. Mikroba ini dapat meningkatkan kesehatan tanaman karena mengeluarkan zat pemacu pertumbuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan ketersediaan hara mikro5). Diantara pupuk hayati, bakteri pelarut fosfat (BPF) sudah banyak digunakan dalam pertanian yang berwawasan lingkungan. BPF memainkan peranan penting dalam menyediakan P bagi tanaman, karena mempunyai kemampuan untuk melarutkan fosfat sukar larut menjadi tersedia bagi tanaman . Inokulasi tanaman dengan mikroba pelarut P seringkali dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena adanya peningkatan P uptake. B a t u a n f o s f a t merupakan sumber pupuk P yang murah yang dapat digunakan untuk peningkatan pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan batuan fosfat sebagai sumber P yang dikombinasikan dengan inokulan BPF dapat dijadikan pertimbangan cara bercocok tanam. Selain pupuk, pemilihan tanaman yang yang cocok juga harus diperhatikan dalam menentukan pertumbuhan tanaman yang baik. Pada percobaan ini, 9 isolat BPF yang diisolasi dari daerah pegunungan (ketinggian 610 m – 940 m dpl) telah diuji kemampuannya dalam melarutkan fosfat skala laboratorium dan skala rumah kaca pada tanaman sengon buto. Sengon Buto (Enterolobium
Suliasih., 2012
cyclocarpum) merupakan tanaman legum tumbuh cepat dan mempunyai kualitas kayu yang cukup baik. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dan tumbuh baik pada tanah berlapis dalam dengan dengan drainase yang baik. Toleran terhapad tanah berpasir dan asin dan tahan terhadap suhu dingin dan terpaan angin 6). 1.2. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk medapatkan isolat bakteri pelarut fosfat yang diisolasi dari daerah pegunungan dan berpotensi dalam melarutkan batuan fosfat dan kemampuannya dalam memacu pertumbuhan tanaman.
sumber P yang digunakan dalam media tersebut adalah batuan fosfat dengan dosis 5 g/l. Masing-masing erlenmeyer diinokulasi dengan ekstrak BPF sebanyak 1 ml dengan kepadatan 109 cfu/ml dengan isolat yang berbeda dan kontrol perlakuan tanpa batuan fosfat. Erlenmeyer yang masing-masing berisi isolat tersebut diinkubasi selama 7 hari dengan cara digojlok dengan kecepatan putar 120 rpm, masing-masing dikerjakan sebanyak tiga ulangan. Kultur dipanen dengan cara disentrifus dan P2O5 yang dapat larut diukur dengan menggunakan metode Allen 9). pH akhir pada medium diukur dengan menggunakan pH meter.
2.1.1. Isolat Tanah dikoleksi dari beberapa risosfir tanaman yang tumbuh di daerah perkebunan, persawahan dan pertanian dengan ketinggian 610m – 940m dpl (E:106o 40’ 53.3”) Gunung Endut, Kabupaten Sukabumi. Sebanyak 9 komposit sampel tanah telah digunakan untuk isolasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dengan media pikovskaya 7) . Bakteri pelarut fosfat akan ditunjukkan dengan terbentuknya koloni yang dikelilingi zona bening (holozone).
2.1.3. Pengukuran Aktivitas Enzim Fosfomonoesterase (PME-ase) Sebanyak 1 ml supernatan sampel ditambahkan dengan 1 ml substrat p-NPP fosfat 115 Mn dan 4 ml buffer asetat pH 6,5 dan diinkubasikan selama 1 jam pada suhu 38oC. Pada hasil inkubasi ditambahkan 1 ml CaCl2 0,5M lalu dikocok. Kontrol dibuat dengan prosedur yang sama pada sampel, tetapi penambahan 1 ml larutan substrat dilakukan setelah penambahan 1 ml CaCl2 0,5M. Sampel dan kontrol diukur absorbannya pada panjang gelombang 400 nm. Standar dan blanko mendapat perlakuan yang sama seperti sampel. Standar menggunakan larutan p-nitrofenol dengan konsentrasi 1-6 ppm, sedangkan untuk blanko menggunakan air destilasi 10).
2.1.2. Aktivitas Pelarutan Fosfat Bakteri pelarut fosfat yang didapat, lalu diuji kemampuannya dalam melarutkan fosfat ( pengujian kualitatif) pada cawan petri yang berisi media pikovskaya padat steril, sebagai sumber P adalah batuan fosfat. Kemampuan secara kualitatif dilihat berdasarkan Efisiensi Pelarutan (EP) Fosfat yaitu diameter total bakteri/ diameter zona bening x 100 8). Pengujian secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan erlenmeyer 250 ml yang berisi 100 ml media pikovskaya cair,
2.2. Percobaan Rumah Kaca Penanaman seedling dilakukan di rumah kaca Bidang Mikrobiologi-Puslit Biologi-LIPI Cibinong. Biji sengon buto dikecambahkan pada pot berisi 5 kg tanah yang dicampur kompos. Inokulasi dilakukan dengan menuangkan masing-masing 1 ml isolat terseleksi (umur 3 hari dengan kepadatan 109 cfu/ml) sesuai dengan perlakuan pada biji tanaman langsung pada saat tanam. Percobaan dengan menggunakan rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial. Faktor A dengan
2. METODOLOGI 2.1. Percobaan Laboratorium
Pelarutan Batuan Fosfat,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 21 - 29
23
perlakuan 1 yaitu pupuk batuan fosfat dosis 50 kg/ha (P1) dan perlakuan 2 yaitu pupuk batuan fosfat dosis 100 kg/ha (P2). Faktor B dengan perlakuan inokulasi, yaitu tanaman diinokulasi dengan 9 isolat (T, Y, C, W, E, J, L, S dan O) dan kontrol tanaman dipupuk batuan fosfat tanpa inokulasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan dan peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, diameter tanaman, berat kering akar, berat kering tunas, dan berat kering brangkasan, populasi bakteri tanah setelah tanam, P tanah tersedia setelah tanam, Aktivitas enzim fosfomonoesterase tanah setelah tanam. Kandungan P tanah setelah tanam dianalisa menggunakan metoda Bray’s 11). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Percobaan Laboratorium Hasil percobaan laboratorium disajikan pada Tabel 1 Sebanyak 9 isolat BPF telah diisolasi dan diuji kemampuannya dalam melarutkan fosfat dalam media pikovskaya padat dan cair. Isolat BPF menunjukkan perbedaan yang
nyata dalam kemampuannya melarutkan fosfat baik pada media padat maupun media cair. Hasil percobaan secara kualitatif menunjukkan semua isolat yang diuji mampu melarutkan batuan fosfat pada media pikovskaya padat ditandai oleh pembentukan zona bening disekitar koloni setelah 5 hari masa inkubasi, dengan Efisiensi pelarutan (EP) fosfat yang bervariasi antara 128 – 221 (Tabel 1). Efisiensi pelarutan fosfat terbesar dihasilkan oleh isolat E sebesar 221, diikuti oleh C dengan EP 216, isolat S EP 200, isolat L EP 183, isolat W EP 172, isolat O EP 157, isolat J EP 133, dan yang terendah didapat oleh isolat Y dengan EP 128. Kemampuan BPF dalam melarutkan fosfat secara kuantitatif dan pengukuran pH pada media cair setelah 1 minggu inkubasi dengan menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa semua isolat yang diuji dapat melarutkan fosfat anorganik dari batuan fosfat dalam medium Pikovskaya cair. Konsentrasi P terlarut tertinggi di hasilkan oleh isolat E sebesar 5,61 mg/l, dan konsentrasi terendah di hasilkan oleh isolat O dengan pelarutan 2,53 mg/l. Pelarutan fosfat pada media cair diikuti juga oleh perubahan pH pada semua media yang diamati terjadi penurunan pH yang bervariasi antara 4,10 – 5,71. Isolat E
Tabel 1. Effisiensi Pelarutan Fosfat, P Terlarut, pH dan PME-ase Oleh BPF setelah I Minggu Inkubasi Pada Kultur Murni Isolat
EP
P terlarut (mg/l)
pH
PME-ase (ugPNP/g/ jam)
T
153 ab
4,48 c
4,58
1,37 b
Y
128 a
5,07 d
4,17
3,14 d
C
216 d
5,11 d
4,46
1,07 a
W
172 bc
4,32 c
5,02
3,31 d
E
221 d
5,61 e
4,10
3,31 d
J
133 a
3,66 b
5,10
3,31 d
L
183 bc
3,40 b
5,44
2,42 c
S
200 cd
4,44 c
4,97
0,96 a
O
157 ab
2,53 a
5,71
1,13 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,5% uji Duncan`s; T,Y,C,W,E,J,L,S,O = isolat Bakteri Pelarut Fosfat
24
Suliasih., 2012
memperlihatkan penurunan pH terendah dari pH awal 7,0 menjadi 4,10. Semua isolat dapat menghasilkan Enzim Fosfomonoesterse (PME-ase) antara 0,96 – 3,31 ugPNP/g/jam. 3.1.2. Percobaan Rumah Kaca Hasil percobaan pengaruh pemberian pupuk P alam dan inokulan yang dilakukan di rumah kaca, disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2 menunjukkan pemberian
inokulan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan peningkatan tinggi tanaman, diameter batang, dan berat kering tanaman. Terdapat perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman, diameter batang dan berat kering tanaman. Tanaman yang diinokulasi dengan isolat E dengan pupuk alam P2 memperlihatkan pertumbuhan tanaman terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Terjadi peningkatan 40% untuk tinggi tanaman, 91,26% untuk diameter batang dan 149,69 % untuk berat kering brangkasan dibandingkan dengan kontrol tanaman
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Pupuk batuan fosfat dan inokulan Terhapad Nilai Rata-rata Tinggi tanaman, Diameter Batang dan Berat Kering Brangkasan Tanaman Sengon Buto 3 bulan Setelah Tanam. No.
perlakuan
Tinggi tanaman (Cm)
Diameter batang (mm)
Berat kering Berat kering akar (gr) tunas (gr)
Berat kering brangkasan (gr)
1.
P1K
36,66 bc
3,00 a
0,96 abc
2,22 ab
3,16 a
2.
P2K
40,00 bcd
3,66 ab
1,10 abcd
3,73 cde
4,83 cdef
3.
P1T
40,00 bcd
4,33 bc
0,60 abcd
2,27 ab
3,33 ab
4.
P2T
50,00 bcd
5,66 de
1,35cdef
4,60 efg
5,95 ef
5.
P1Y
38,00 bcd
5,30 cde
1,46 defg
4,23 def
5,69 def
6.
P2Y
54,66 gh
6,00 ef
1,56 efgh
4,90 fgh
6,46 fg
7.
P1C
33,67 ab
4,66 bcd
0,66 a
2,80 abc
3,46 ab
8.
P2C
55,00 gh
5,66 de
1,74 fghi
5,00 fgh
6,74 fg
9.
P1W
28,00 a
4,33 bc
1,10 abcd
1,90 a
3,00 a
10.
P2W
54,00 gh
6,00 ef
1,70 efgh
5,90 h
7,60 fgh
11.
P1E
43,00 cde
4,33 bc
0,80 ab
3,23 bcd
4,03 bc
12.
P2E
56,00 gh
7,00 f
3,56 j
8,50 j
12,06 i
13.
P1J
36,00 bc
4,00 ab
0,90 abc
3, 26 bcd
4,16 cd
14.
P2J
56,00 gh
6,33 ef
1,66 hi
7,13 i
9,29 h
15.
P1L
45,00 def
4,33 bc
1,23 bcde
3,20 bcd
4,43 cde
16.
P2L
54,66 gh
6,33 ef
1,90 ghi
5,63 gh
7,50 fgh
17.
P1S
34,00 ab
4,00 ab
0,70 a
2,63 abc
3,33 ab
18.
P2S
45,66def
5,66 de
2,00 hi
4,73 efg
6,73 fg
19.
P1O
45,66 def
4,33 bc
1,06 abcd
3,10 bcd
4,16 cd
20.
P2O
52,33 abc
5,66 de
1,67 efgh
4,66 efg
6,33 fg
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,5% uji Duncan’s. P1= Tanaman dipupuk batuan fosfat dosis 50 kg/ha; P2= Tanaman dipupuk batuan fosfat dosis 100 kg/ha; T,Y,C,W,E,J,L,S,O = Isolat Bakteri Pelarut Fosfat.
Pelarutan Batuan Fosfat,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 21 - 29
25
dengan pupuk alam P2 tanpa inokulasi. Demikian juga perhitungan populasi BPF tertinggi setelah tanam didapat oleh perlakuan inokulasi isolat E dengan dosis pupuk P2. Terjadi peningkatan populasi sebanyak 5 x lipat dibandingkan dengan kontrol tanpa inokulasi dengan pemupukan P2. P tanah tersedia setelah tanam bervariasi antara 10,00 mg/l – 32,00 mg/l, P tersedia tertinggi didapat oleh tanaman yang diinokulasi dengan isolat J dengan dosis pupuk P2. Enzim fosfomonoesterase (PME-ase) tanah tertinggi setelah tanam didapat oleh
perlakuan isolat Y dengan dosis pupuk P1 yaitu sebesar 8,76 ugPNP/g/jam. 3.2. Pembahasan Beberapa bakteri pelarut fosfat telah diisolasi dan diteliti kemampuannya dalam melarutkan fosfat dalam kultur murni. Semua isolat yang diuji pada media pikovskaya padat yang mengandung batuan fosfat dapat melarutkan fosfat sukar larut yang ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni setelah 5 hari inkubasi. Demikian juga kemampuan isolat BPF secara kuantitatif dalam melarutkan fosfat dalam media cair
Tabel 3. Pengaruh Pemupukan dan Inokulasi Terhadap Nilai Rata-rata Populasi BPF, P tersedia dan PME-ase Tanah Setelah Tanam. No.
Perlakuan
Populasi BPF (103)
P Tersedia (mg/l)
PME-ase (ugPNP/g/jam)
1.
P1K
13,00 a
10,00 b
3,20 b
2.
P2K
15,00 a
12,00 b
3,00 a
3.
P1T
70,00 ij
24,33 h
4,40 de
4.
P2T
65,00 gh
22,00 de
4,50 de
5.
P1Y
50,00 ef
23,00 f
8,76 j
6.
P2Y
70,00 ij
22,33 de
8,20 i
7.
P1C
40,00 cd
23,33 fg
6,50 h
8.
P2C
45,00 de
30,33 j
4,10 cd
9.
P1W
35,00 c
21,33 d
5,30 f
10.
P2W
45,00 de
23,66 gh
4,50 de
11.
P1E
55,00 de
21,33 d
4,90 ef
12.
P2E
75,00 ij
26,00 i
5,90 g
13.
P1J
50,00 ef
20,00 c
3,70 c
14.
P2J
60,00 gh
32,00 k
4,10 cd
15.
P1L
35,00 c
23,33 fg
5,10 f
16.
P2L
45,00 de
22,00 de
4,90 ef
17.
P1S
15,00 a
20,00 c
6,00 g
18.
P2S
25,00 b
20,00 c
3,60 bc
19.
P1O
70,00 ij
22,00 de
6,00 g
20.
P2O
40,00 cd
24,00 gh
5,10 f
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,5% uji Duncan’s. P1= Tanaman dipupuk batuan fosfat dosis 50 kg/ha; P2= Tanaman dipupuk batuan fosfat dosis 100 kg/ha; T,Y,C,W,E,J,L,S,O = Isolat Bakteri Pelarut Fosfat.
26
Suliasih., 2012
diperlihatkan oleh semua isolat yang diuji. Telah terjadi penurunan pH pada media cair yang diinokulasi BPF. Penurunan pH bersamaan dengan kenaikan pelarutan fosfat oleh isolat bakteri. Mekanisme dari pelarutan mineral fosfat karena adanya sintesa bahan asam organik oleh mikroba pelarut fosfat 12), 13). Produksi asam organik mengakibatkan keasaman pada sel mikroba dan sekitarnya, karena asam organik akan membentuk kompleks yang stabil dengan Ca+2 14),15),16),17). Isolat yang diuji juga menunjukkan adanya aktivitas fosfomonoesterase pada kultur murni. Fosfomonoesterase merupakan salah satu enzim fosfatase yang memegang peran penting dalam mineralisasi fosfat organik, menjadi fosfat anorganik. Jadi mekanisme pelarutan fosfat dari bahan yang sukar larut olah aktivitas mikroba pelarut fosfat berkaitan dengan kemampuan mikroba yang bersangkutan dalam menghasilkan enzim fosfatase. Adanya asam-asam organik berdampak pada penurunan pH seperti terlihat pada hasil penelitian, sedangkan mekanisme pelarutan fosfat oleh BPF akan optimal pada pH netral. Pertumbuhan tanaman seringkali dibatasi oleh kekurangan P, yang merupakan salah satu faktor pembatas dalam pertumbuhan tanaman. Pelarutan yang rendah dari fosfat seperti Ca3PO4, hydroksi apatit dan aluminium fosfat dan batuan fosfat menyebabkan rendahnya fosfat tersedia, tetapi beberapa bakteri pelarut fosfat dapat melarutkan fosfat sukar larut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman 18). Penggunaan isolat BPF yang dikombinasikan dengan pupuk batuan fosfat pada tanaman sengon buto dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sebesar 149,69 % dibandingkan dengan tanaman kontrol tanpa inokulasi dengan pemupukan batuan fosfat. Hasil sejalan dengan penelitian 19) yang melaporkan penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) yang dikombinasikan
dengan pupuk mineral dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Hordeum vulgare, memfiksasi N, melarutkan fosfat, meningkatkan P tersedia dalam tanah, populasi BPF yang dapat dihitung meningkat dengan waktu. Peneliti lain 20) melaporkan bahwa penggunaan inokulan BPF dan batuan fosfat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman secara nyata dibandingkan dengan tanaman kontrol tanpa inokulasi. Penggunaan batuan fosfat sebagai sumber pupuk P yang dikombinasikan dengan inokulan BPF dilaporkan juga oleh peneliti lain 21). Penggunaan dosis yang lebih tinggi dari batuan fosfat yang dicampur dengan BPF dapat menghemat penggunaan super fosfat 22). Perhitungan populasi BPF dianalisa dengan menggunakan metoda plate count. Populasi BPF sekitar 13 – 25 x 103 sel/gram tanah pada tanah yang tidak diinokulasi dan 15 – 75 x 103 sel/gram tanah pada tanah yang diinokulasi. Hasil ini menunjukkan bahwa inokulasi dengan BPF dapat memelihara tingkat yang lebih tinggi BPF dalam tanah selama 3 bulan setelah inokulasi. Hasil ini sama seperti yang dilaporkan 17). Kandungan P2O5 tersedia setelah tanam pada tanah meningkat akibat perlakuan inokulasi dibandingkan kontrol tanpa inokulasi. Peningkatan P tersedia setelah tanam kemungkinan disebabkan aktivitas BPF yang diinokulasikan dapat melarutkan P terikat organik dan anorganik. Hal yang sama terjadi pada percobaan 22) yang melaporkan terjadinya peningkatan P tersedia pada tanah yang diinokulasi oleh bakteri Burkholderia sp. Bakteri Burkholderia sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang punya kemampuan untuk melarutkan P. 4. KESIMPULAN Semua isolat BPF yang diuji dapat melarutkan batuan fosfat pada media padat dengan efisiensi pelarutan (EP) bervariasi antara 128-221. Pelarutan batuan fosfat
Pelarutan Batuan Fosfat,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 21 - 29
27
pada media cair berkisar antara 2,33 mg/l5,61 mg/l. Penggunaan inokulan BPF dan batuan fossfat sebagai sumber P dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seedling sengon buto (Enterolobium cyclocarpum). Isolat E menunjukkan aktivitas pelarutan P tertinggi pada media pikovskaya padat dan cair, juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tertinggi. DAFTAR PUSTAKA 1.
Sharpley, A.N., J.L. Weld, D.B. Beegle, P.J.A. Kleiman, W.J. Gburek, P.A. Moore Jr, G. Mullins 2003. Depelopment of phosphorus indices for nutrient management planning strategies in the United States, J.Soil Water Conser. 58:137-152.
2.
Hanane Hamdali, Mohamed Hafidi, Marlie Joelle Virolle and Yedir Ouhdouch 2008. Rock phosphate-solubilizingActi nomycetes:Screening for plant growthpromoting activities, World Journal of Microbiology and Biotechnology. 1-18.
3.
Ohno T, T.S. Griffin, M. Liebman, G.A. Porter 2005. Chemical charactitaion of soil phosphorus and organic matter in different cropping systems in maine, USA. Agric. Ecosys.Environ. 105: 625634.
4.
Anthony O.Adesemoye 2009. Joseph W.Kloepper. 2009. Plant-microbes interaction in enhanced fertilizer-use efficiency, Applied Microbiology and Biotechnology. 1-24.
5.
Sharma,K., G. Dak, A. Agrawal, M. Bhatnagar and Sharma 2007. Effect of phosphate solubilizing bacteria on the germination of Cicer arietum seeds and seedling growth, Journal of Herbal Medicine & Toxicology. 1 (1) 61-63.
28
6. A n o n y m 2 0 1 0 . S e n g o n B u t o (Enterolobium cyclocarpum), Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Balai Teknologi Perbenihan, Departemen Kehutanan RI. 7. G a u r , A . C . 1 9 8 1 . P h o s p h o microorganism and varians transformation In Compost Technology, Project Field Document No. 13 FAO. P.106-111 8.
Nguyen, C., W. Yan, F.L. Tacon, and F. Lapeyrie 1992. Genetic viability of phosphatesolubilizing activity by monocaryotic and dicatyotic mycelia of the ectomycorrhyzal fungus Laccaria bicolor (Maire) P.D.Orton, Plant Soil. 143: 193 – 199.
9.
Allen, S.E, 1974. Chemical Analysis of Ecological Materials, Blackwell Scientific Publications. Oxford, 81 – 159.
10. Tabatabai,M.A. and J.M.Bremner 1969. Use of p-nitrophenyl phosphate assay of soil phosphatase activity, Soil Biol. Biochem. 1:301-307. 11. Jackson, M.L 1973. Soil Chemical Analysis. 1st edn., Prentice Hall, New Delhi, India 12. Igual, J.M., A. Valverde, E. Cervantes, E. Velazquez 2001. Phosphatesolubilizing bacteria as inoculants for agriculture: use updated molecular techniques in their study, Agronomie. 21: 561-568 13. Chen Y.P, P.D. Rekha, A.B. Arun, F.T. Shen, Lai WA, and C.C. Young. 2006. Phosphate solubilizing bacteria from tropical soil and their tricalsium phosphate solubilizing bacteria abilities, Applied Soil Ecology. 34: 33 – 4.
Suliasih., 2012
14. Rao, N.S 1982. Mikroorganisma tanah dan pertumbuhan tanaman. Edisi ke-2 Penerbit UI. 15. Abd Alla M 1994. Phosphatases in the utilization of organic phosphorus by Rhizobium leguminosarum biovar viceae, Lett. Appl. Microbiol. 18: 294296. 16. Whitelaw M.A. 2000. Growth promotion of plant inoculated with phosphate solubilizing fungi. Edited by Donald L.Sparks. Advances in Agronomy, Academic press. 69: 99-151. 17. Jong-Soo Jeon, Sang-Soo Lee, Hyoun-Young Kim, Tae_ Seok Ahn dan Hong-Gyu Song 2003. Plant growth promotionin soil by some inoculatedmicroorganisms, The Journal of Microbiology. 41:271-276. 18. Rodriguez.H., and R. Fraga 1999. Phosphate solubilizing bacteria and their role in plant growth promotion, Biotech. Adv. 17:319-339.
19. Mustafa,Y., Canbolat, Serdar Bilen, Ramazan Cakmakci, Fikrettin Sahin, Adil Aydin 2006. Effect of plant grothpromoting bacteria and soil compaction on barley seedling growth, nutrient uptake, soil properties and rhizosphere microflora, Biol. Fertil. Soil. 42:350-357. 20. Meshram, S.U., S.S. Pande, A.S. Shanware, R.R. Kamdi dan Tajane 2004. Efficacy of biofertilizers intregated with chemical fertilizer in vivo in soybean, Fert. Newslett. 12: 7-10. 21. Gyaneshwar, P., G.N.Kumar , L.J. Parekh and P.S. Poole 2002. Role of soil microorganism in improving P nutrition of Plants. Plant soil. 245: 8393. 22. Linu,M.S., J. Stephen, M.S. Jisha 2009. Phoaphate solubilizing Gluconacetobacter sp., Burkholderia sp. And their potentialinteraction with Cowpea (Vigna unguiculata (L.) Walp.), International Journal of Agricultural Research. 4(2):79-87.
Pelarutan Batuan Fosfat,... Edisi Khusus “Hari Bumi”: 21 - 29
29