JSM (Jurnal Sains Manajemen)
ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
Volume I, Nomor 1, September 2012
Peranan Aspek Sosial Ekonomi Perajin Tempe terhadap Pendapatan dan Partisipasinya sebagai Anggota Primkopti Adya Hermawati Universitas Widyagama Malang
[email protected] Abstract: This study aims to know the socioeconomic factors that affect revenues tempe producers Primkopti members, and to determine the relationship of income level on the participation of artisans tempe producers as members. Results of the study, the socioeconomic factors that influence revenue are education, the supply of soybeans and soybean Primkopti Primkopti.Jumlah supply from outside the family, the amount of labor and income outside the business can not be a good estimator. Simultaneously affect the socioeconomic aspects of operating revenues. Between the revenue with the participation of artisans cooperative members have close enough ties. Significantly affect the level of income artisans and craftsmen as a positive effect on participation of cooperative members. Keywords: business income, participation, education level, family size, the amount of labor, raw materials supply, income outside the business
PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan program pemerintah yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Dalam rangka inilah diperlukan perhatian yang lebih besar kepada usaha kecil dan tradisional serta golongan ekonomi lemah pada umumnya. Jumlah pengusaha kecil di Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian, yang sekarang telah terjadi perubahan pendekatan pembangunan pertanian dari pendekatan produksi ke arah pendekatan agribisnis (Inawan, 2007). Usaha kecil diyakini mempunyai peranan yang besar tidak saja dalam penyediaan barang dan jasa untuk kebutuhan lokal atau eksport, penyerapan tenaga kerja dan kesempatan usaha tetapi juga karena kemampuannya sebagai kegiatan ekonomi. Pengrajin atau pengusaha kecil tempe tahu sebagai kegiatan ekonomi cukup memberikan sumbangan ekonomi bagi keluarga yang secara tidak langsung merupakan sumbangan bagi perekonomian setempat. Peningkatan peran koperasi baik sebagai suatu sistem dan akumulasi potensi agroindustri maupun menengah akan meningkatkan ketahanan daya saing agroindustri nasional. Dalam konsep agroindustri kecil, pengembangan usaha rumah tangga kolektif dan Unit Lepas Panen Pedesaan serta penggalangannya oleh koperasi akan mewujudkan sistem produksi yang kuat, bilamana didukung oleh potensi bahan baku daerah yang memadai (Atmoko, 2007). Koperasi sebagai badan usaha yang mandiri dan handal harus mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya. Pembinaan dan pengembangan koperasi merupakan langkah nyata untuk menumbuhkan dan meningkatkan peran serta tanggung jawab masyarakat golongan ekonomi lemah yang berada di pedesaan dalam meningkatkan kemajuan koperasi
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
30
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
yang mempunyai tujuan utama memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada anggotanya. Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia (Primkopti) Kabupaten Rembang sebagai Primer Koperasi merupakan salah satu bentuk koperasi yang melayani anggotanya sebagai pengrajin tempe tahu yang menggunakan bahan baku kedelai. Dari waktu ke waktu Primkopti Kabupaten Rembang mengalami perkembangan baik dalam bidang usahanya maupun keanggotaannya. Tempe mempunyai peran yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia, terutama ditinjau dari segi pemenuhan kalori protein dan perbaikan status gizi masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan kesempatan berusaha (Fahri, 2006). Menurut perkiraan jumlah pengrajin tempe tidak kurang dari 85 ribu (Soetrisno dalam Fahri, 2006). Implikasi dari demikian banyaknya pengrajin tersebut adalah bahwa industri tempe sangat kompetitif dan baik untuk pemerataan kesempatan berusaha. Hal ini berpengaruh positif bagi pengurangan ketimpangan penghasilan masyarakat. Ditinjau dari aspek tenaga kerja dan pemerataan kesempatan berusaha, usaha tempe sangat menonjol perannya. Perusahaan tempe pada umumnya padat karya dan merupakan industri rumah tangga. Dengan jumlah ribuan perusahaan tempe yang beroperasi selama ini cukup banyak tenaga kerja berpenghasilan rendah yang banyak ditampung dan banyak keluarga yang menggantungkan pendapatannya pada industri tersebut, baik mereka yang terikat langsung dengan kegiatan produksi maupun yang tidak langsung. Suatu kegiatan produksi tidak lepas dari adanya bahan baku yang digunakan. Kedelai merupakan bahan baku bagi usaha tempe. Informasi tentang estimasi kebutuhan kedelai untuk industri tempe masih sangat langka, perkiraan sementara sekitar 30 persen jumlah kedelai yang tersedia digunakan untuk industri tempe. Sebagai penyalur bahan baku, Kopti sangat berperan dalam kegiatan pengrajin tempe di samping harga bahan baku kedelai dari Kopti lebih rendah masih ada beberapa keuntungan anggota bila membeli kedelai di Kopti. Keuntungan atau manfaat itu antara lain adanya nilai tambah bagi anggota dalam bentuk tabungan. Dengan adanya manfaat bagi anggota Kopti diharapkan anggota Kopti akan lebih berperan aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi sehingga akan meningkatkan pula peran koperasi terhadap anggotanya. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut : 1) Seberapa jauh aspek sosial ekonomi mempunyai hubungan dan pengaruh terhadap tingkat pendapatan pengrajin tempe anggota Primkopti. 2) Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan pengrajin tempe terhadap partisipasi sebagai anggota koperasi. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe anggota Primkopti, (2) Mengetahui hubungan tingkat pendapatan pengrajin tempe terhadap partisipasi pengrajin sebagai anggota koperasi.
TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi dan Keberadaan Usaha Kecil Usaha kecil merupakan sebutan yang ringkas dari usaha Skala kecil sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise yang mempunyai banyak pengertian, baik makna konsep teoritis maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Usaha (bisnis) sebagai konsep mengacu kepada dua hal, yaitu perusahaan sebagai alat berusaha dan pengusaha adalah orang yang melakukan usaha tersebut (Atmoko, 2007).Jadi pengusaha adalah orang yang memiliki dan/atau menjalankan usaha dimana perusahaan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuannya yaitu laba. Tentang usaha kecil, adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan yang memenuhi kriteria sebagai bentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
31
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
Faktor Sosial Faktor-faktor sosial mencakup pengaruh dan peran dari keluarga, kelompok referensial, kelas sosial, budaya dan sub budaya. Setiap individu menempati posisi-posisi tertentu dalam kelompok organisasi dan institusi, dan masing-masing posisi memiliki sebuah peran. Sebuah kelompok menjadi kelompok referensi ketika seorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tersebut sedemikian rupa sehingga ia mengambil nilai, sikap, atau perilaku anggota kelompok. Sebuah kelas sosial adalah kelompok yang terbuka untuk para individu yang mempunyai tingkat sosial yang setara. Budaya adalah segala sesuatu di sekitar kita yang dibuat oleh manusia. Secara tradisional pendidikan dianggap hanya sebagai lembaga esensial konservatif yang hanya melestarikan dan meluruskan kebudayaan dari generasi ke generasi. Sehingga berfungsi sebagai pengekalan kebudayaan atau struktur yang berlaku menciptakan kondisi-kondisi yang mendorong perkembangannya. Keadaan bangsa Indonesia sampai saat ini, pengaruh unsur-unsur tradisional masih melekat yang terjadi pada masa transisional ke arah negara industri dimana struktur organisasi kerja mirip dengan kegiatan-kegiatan petani kecil dengan sifat-sifat usaha keluarga Pendidikan Sebagai konsekuensi dari perlu adanya teknologi yang selalu berkembang sebagai salah satu syarat pokok pembangunan pertanian, maka adanya kegiatan pendidikan sangat diperlukan sebagai faktor pelancar kegiatan pembangunan pertanian, karena dengan pendidikan diharapkan seseorang mampu mengembangkan jiwa ingin belajar dan menyelidiki, menanamkan keyakinan bahwa dengan pendidikan akan mampu menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan untuk menerapkan setiap teknologi baru. Selain itu, yang lebih penting bahwa pendidikan diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir agar peka terhadap masalah yang dihadapi dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi yang paling tepat untuk kasus yang khusus (Sularwiso, 2003). Jumlah Keluarga Setiap individu pertama sekali harus memikirkan cara yang terbaik dalam menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Dimana usaha ini untuk memaksimumkan pendapatan yang dinikmatinya dari menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya tersebut. Dengan menggunakan pendapatan, mereka akan dapat memaksimumkan kepuasan baik terhadapnya maupun keluarganya (Sukirno, 2006). Menurut (Sumardi dalam Bagyo, Rantika, 2002), bahwa jumlah dan susunan anggota keluarga sangat mempengaruhi kegiatan rumah tangga akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat produktivitas yang diterima oleh keluarga. Faktor Ekonomi Barang-barang atau zat dan tenaga yang dipergunakan untuk membuat barang-barang baru dalam suatu proses produksi dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Alam dan tenaga kerja dipandang sebagai unsur produksi asli sedang modal adalah unsur yang diturunkan dari alam dan tenaga kerja. Pengelolaan adalah unsur mengorganisasikan alam, kerja dan modal yang dipandang melekat pada proses produksi itu sendiri. Menurut Handoko (2005), proses produksi merupakan suatu sistem produktif dimana terjadi proses pengubahan masukan-masukan sumber daya menjadi barang-barang dan jasa-jasa yang lebih berguna. Masukan-masukan ke dalam sistem ini adalah bahan mentah, tenaga kerja, modal, energi dan informasi. Masukan-masukan ini diubah menjadi barang-barang dan/atau
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
32
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
jasa-jasa oleh teknologi proses yang merupakan metode atau cara tertentu yang digunakan untuk proses transformasi. Tenaga Kerja Perkembangan jumlah penduduk yang pesat pada akhirnya akan bermuara pada masalah ketenagakerjaan yang akan mendesak pemerintah untuk mengembangkan ekonomi yang lebih produktif dan mampu menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar masalah pengangguran tetap terkendali dan tidak menimbulkan akibat yang lebih buruk lagi. Pada kondisi seperti ini kita dituntut untuk mampu memberi jalan keluar sehubungan dengan semakin membengkaknya jumlah angkatan kerja. Dengan membuka peluang-peluang ketenagakerjaan kita setidaknya akan mengurangi atau membantu masalah-masalah yang timbul mengenai ketenagakerjaan. Selain dari pada itu, tenaga kerja merupakan modal bagi suatu perusahaan untuk menciptakan apa yang menjadi tujuan dan juga sebagai salah satu faktor penentu dalam berlangsungnya proses produksi. Bahan Baku Dalam pembuatan tempe bahan baku yang digunakan adalah kedelai yang diperoleh pengrajin/pengusaha kecil dari Primkopti dan dari luar Primkopti. Sesuai dengan bidang usahanya Primkopti mengusahakan pengadaan dan menyalurkan bahan baku kedelai. Kebutuhan akan bahan baku pada sebuah perusahaan akan sangat menentukan kelancaran usaha atau proses produksi sehingga apabila untuk menyediakan bahan baku mengalami kesulitan atau kekurangan bahan baku akan mempengaruhi pendapatan dari usaha tersebut. Pendapatan Tujuan melakukan dan meningkatkan usaha bagi suatu pengusaha kecil adalah meningkatkan pendapatan untuk lebih dapat memenuhi kebutuhannya. Menurut Wurry (2007), pendapatan adalah balas jasa yang berupa uang tunai yang diterima oleh penjual berupa laba, pemilik modal berupa bunga dan tenaga kerja berupa upah. Pengertian pendapatan menurut biro pusat statistik dibedakan menjadi tiga, yaitu (1) penghasilan sebagai gaji dan upah; (2) penghasilan dari usaha sendiri; dan (3) penghasilan dari pemilikan harta. Partisipasi Anggota Koperasi Keanggotaan koperasi adalah sukarela dan terbuka sifatnya, dengan demikian setiap orang yang dapat memenuhi syarat keanggotaan koperasi pada dasarnya dapat diterima menjadi anggota koperasi. Sukarela berarti bahwa tidak ada paksaan dalam bentuk apapun dan oleh siapapun juga, melainkan hanya atas dasar kemauan diri sendiri. Hal ini juga berarti bahwa setiap anggota dapat berhenti sebagai anggota jika ia merasa bahwa koperasi kurang bermanfaat untuknya (Fadli, Rohman. 2009). Jika seseorang memasuki suatu koperasi maka yang terpenting adalah koperasi itu dapat memperbaiki penghidupannya. Dengan demikian harus ada hubungan antara usahanya dengan menjadi anggota koperasi, sehingga anggotalah yang menjadi sasaran utama dari koperasi. Semakin banyak hubungan ekonomis dengan koperasi oleh anggota maka semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi dan hal ini pada waktunya pula kan meningkatkan kesanggupan koperasi untuk melayani anggotanya lebih baik atau lebih menguntungkan mereka (anggota) (Fadli, Rohman. 2009). Jadi besarnya manfaat bagi seseorang menjadi anggota koperasi akan memacu seorang untuk lebih giat keikutsertaannya/berpartisipasi dalam koperasi, sehingga secara tidak langsung bahwa apa yang telah dilakukan untuk koperasi akan memberi umpan balik kepadanya
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
33
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
untuk mendapatkan keuntungan atau perbaikan kehidupan.
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Primkopti di Kabupaten Rembang. Adapun dalam melakukan penelitian terdiri dari beberapa tahap . Untuk tahap pertama, melakukan survei pendahuluan, tahap kedua penentuan sampel, tahap ketiga pengumpulan data, tahap keempat tabulasi data hasil survey, scoring, pengolahan data, analisis , tahap kelima penyusunan laporan hasil penelitian. Penentuan Sampel Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu anggota Primer Koperasi Tempe Tahu Kabupaten Rembang, yang bergerak dalam pembuatan tempe di Kabupaten Rembang. Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian mempunyai sifat yang heterogen berdasarkan skala usaha dari masing-masing sampel. Untuk dapat menggambarkan secara acak distratifikasi (Statified Random Sampling). Dari masing-masing stratifikasi tersebut diambil sampel secara acak, sehingga yang heterogen dapat terwakili. Alat yang digunakan dalam penentuan sampel yaitu daftar kerangka sampling. Dalam penentuan sampling, dari jumlah anggota koperasi sebagai pengrajin tempe yaitu sebesar 275 pengrajin dapat diklasifikasikan menurut tingkat kebutuhan riil kedelai sebagai berikut: Tabel 1. Stratifikasi Pengrajin Menurut Kebutuhan Riil Kedelai Per Bulan dan Jumlah Responden. Strata Kebutuhan Riil (Kg) Jumlah (%) Jumlah Pengrajin Resp. I 300 – 975 246 89,5 26 II 976 – 1650 20 7,3 2 III 1651 – 2325 7 2,5 1 IV 2326 – 3000 2 0,7 1 Jumlah 275 100,0 30 Sumber : Data Sekunder yang Diolah Jenis Data Jenis data adalah 1) data primer, 2) data sekunder Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi pustaka Variabel yang digunakan Variabel Y1 sebagai variabel terikat dengan variabel X1 … X6 sebagai variabel bebas. Kedua variabel tersebut mempunyai hubungan multivariate. Untuk hubungan bivariat antaraY2 sebagai variabel terikat dan Y1 sebagai variabel bebas. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: Y1 = pendapatan usaha Y2 = partisipasi X1 = tingkat pendidikan X2 = jumlah keluarga X3 = jumlah tenaga kerja X4 = bahan baku kedelai supply Primkopti X5 = bahan baku kedelai luar Primkopti X6 = pendapatan diluar usaha
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
34
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur langsung dengan angka, atau analisis dengan perhitungan persentase sehingga kondisi dapat tergambarkan (diskriptif). Analisis data kuantitatif yaitu analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan menggunakan metode matematik atau statistik. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan usaha anggota koperasi digunakan metode analisis regresi linier berganda yang diolah secara “stepwise”. Secara matematis, model regresi linier berganda tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Keterangan: Y, X1, X2 … X6 = variabel-variabel yang diteliti b0, b1, b2 … b6 = koefisien-koefisien regresi e = galat Sementara untuk mengetahui hubungan pendapatan usaha dengan partisipasi anggota digunakan analisis korelasi rank Spearman. Dengan kondisi bahwa data observasi merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk urutan, bukan skala kuantitatif. Program SPSS (Statistic Program Sosial Science) sebagai alat dalam pengolahan data.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Peranan Aspek Sosial Ekonomi Pengrajin Tempe Terhadap Pendapatan Pada variabel-variabel penelitian, yaitu variabel pendidikan (X1), variabel jumlah keluarga (X2), variabel jumlah tenaga kerja (X3), variabel suplai kedelai dari Primkopti (X4), variabel kedelai suplai dari luar Primkopti (X5) dan variabel pendapatan di luar usaha (X6) pengaruhnya terhadap pendapatan usaha (Y1), dari analisis regresi linier berganda yang diolah dengan metode Stepwise secara langsung dapat diketahui urutan variabel-variabel yang mempengaruhi sekaligus yang masuk dalam persamaan. Adapun variabel-variabel yang berpengaruh adalah variabel X1, X4 dan X5. Dari hasil tersebut secara matematis diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y1 = - 4460,49 + 3394,54 X1 + 280,30 X4 + 385,17 X5 Variabel pendidikan (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan usaha dengan koefisien regresi sebesar 3394,54 pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini dapat dijelaskan secara angka bahwa dengan penambahan atau peningkatan pendidikan satu tingkat maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 33.945,40 dengan asumsi bahwa faktor yang lain dianggap tetap. Tabel 2. Analisis Regresi Tingkat Pendapatan Usaha (Y1) Peubah (Variabel) Koefisien Regresi Standar Error X1 33.945,40 1020,26 X4 28.030 100,23 X5 38.517 50,40 Constant - 4460, 9 2432,66 2 R = 0,74 F hitung = 25,25*** *) nyata pada taraf signifikan 90% **) nyata pada taraf signifikan 95% ***) nyata pada taraf signifikan 99%
t (hitung) 3,327*** 2,797*** 7,641*** -1,834*
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
35
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
Dari hasil survey pada pengrajin tempe di Kabupaten Rembang, berdasarkan tingkat pendidikan responden, data yang diperoleh disajikan pada Tabel 3 : Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden Pendidikan Jumlah Prosentase SD Tidak Tamat 5 16,7 % Tamat SD 16 53,7 % Tamat SMP 7 23,3 % Tamat SMA 2 6,7 % Jumlah 30 100,00 % Sumber : Data primer yang diolah Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tertinggi pengrajin tempe adalah tamat SMA dan pendidikan terendah adalah tidak tamat SD. Dari keseluruhan responden, yang tamat SD jumlahnya terbanyak yaitu sebesar 16 orang atau 53,7%. Secara ekonomi, tinggi rendahnya tingkat atau kegiatan pendidikan yang telah dilakukan oleh pengrajin mempunyai peran atau pengaruh oleh pengrajin mempunyai peran atau pengaruh terhadap pendapatan usaha. Seperti dikatakan David C. McClelland (dalam Durika, 2004) bahwa dorongan yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi adalah cara berfikir tertentu dan bertingkah laku secara giat untuk meraih hasil dan prestasi melalui ide-ide, gagasan-gagasan maupun keyakinan-keyakinan. Hal ini sangat berkaitan dengan konsep Mardikanto (2003), bahwa keyakinan-keyakinan, cakrawala berfikir untuk pemecahan masalah dipengaruhi oleh adanya kegiatan pendidikan. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran yang penting dalam peningkatan pendapatan berusaha sehubungan dengan kemampuan personel pengrajin dalam menentukan langkah-langkah atau tindakan dalam pemecahan masalah yang timbul sebagai suatu keputusan. Secara tidak langsung juga terjadi adanya peningkatan status sosial atau setidaknya merupakan suatu proses menuju pada kondisi kelas sosial yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan pengrajin akan menaikkan strata pengrajin dalam kelompoknya dengan adanya peningkatan pendapatan. Koefisien regresi dari variabel kedelai suplai Primkopti (X4) sebesar 28.030 pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa kedelai suplai Primkopti mempunyai pengaruh sangat nyata dan positif terhadap pendapatan. Yang berarti pula penambahan 1 kg kedelai suplai Primkopti akan memberi tambahan pendapatan usaha sebesar Rp. 28.030 dengan asumsi bahwa faktor lain dianggap tetap. Pada peubah kedelai suplai dari luar Primkopti (X5) didapat nilai koefisien regresi sebesar 38.517 pada tingkat kepercayaan 99% yang berarti bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap pendapatan sangat nyata dan positif. Penambahan 1 kg kedelai suplai dari luar Primkopti akan meningkatkan pendapatan usaha sebesar Rp. 38.517 dengan asumsi bahwa faktor yang lain dianggap tetap. Bahan baku merupakan faktor utama kelancaran dalam suatu proses produksi dan kenaikan jumlah bahan baku akan mempengaruhi pendapatan usaha, namun dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa secara angka peubah kedelai suplai dari luar Primkopti (X 5) mempunyai koefisien yang lebih besar dari pada peubah kedelai suplai Primkopti (X 4) sehingga dapat dikatakan kedelai suplai dari luar Primkopti lebih besar pengaruhnya terhadap pendapatan usaha dibandingkan dengan suplai kedelai Primkopti. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada kondisi yang sebenarnya kedelai suplai Primkopti merupakan suplai yang terbatas karena pengrajin mendapatkan kedelai tersebut berdasarkan jatah yang diterima yang diperoleh Primkopti dari Bulog. Sementara penambahan kedelai suplai dari luar Primkopti masih dimungkinkan. Dengan demikian penambahan jumlah bahan baku kedelai dari luar Primkopti akan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap pendapatan usaha.
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
36
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
Dengan kondisi tersebut, untuk mengatasi kekurangan bahan baku, Primkopti juga mengusahakan kedelai di luar penyaluran oleh Bulog. Kedelai ini dalam penelitian dikategorikan ke dalam kedelai suplai dari luar Primkopti karena harga penjualan oleh Primkopti sama dengan harga kedelai di pasaran umum. Dari suplai kedelai tersebut anggota koperasi mempunyai nilai tambah berupa tabungan yang disisihkan dari hasil keuntungan penjualan kedelai di luar penyaluran Bulog oleh Primkopti. Berdasarkan analisis regresi linier berganda variabel pendidikan (X 1), kedelai suplai Primkopti (X4) dan kedelai suplai dari luar Primkopti (X5) menunjukkan bahwa pendapatan usaha pengrajin tempe merupakan fungsi pendidikan, kedelai suplai Primkopti dan kedelai dari luar Primkopti dengan koefisien determinasi sebesar R2 = 0,74 atau dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama dari ketiga variabel bebas tersebut mempengaruhi pendapatan usaha sebesar 0,74. Variabel pendapatan usaha dapat diterangkan oleh variabel pendidikan, kedelai suplai Primkopti dan kedelai suplai dari luar Primkopti sebesar 74% dan sisanya sebesar 26% dipengaruhi oleh faktor lain. Apabila dianalisis lebih lanjut seperti pada sub judul “variabel not in the equation” (variabel tidak masuk dalam persamaan) pada kolom “variable” menunjukkan adanya variabel-variabel yang tidak berpengaruh yaitu variabel jumlah keluarga (X 2), variabel jumlah tenaga kerja (X3) dan variabel pendapatan di luar usaha (X6). Pada kolom “beta in” terdapat nilai-nilai koefisien variabel-variabel tersebut apabila dimasukkan dalam persamaan. Sehingga secara deskriptif dapat digambarkan bahwa ketiga variabel tersebut ada pengaruhnya terhadap pendapatan pada kondisi tingkat kepercayaan yang rendah. Seperti pada peubah jumlah tenaga kerja, penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi pendapatan usaha. Hal ini dapat terjadi karena dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh pengrajin saat penelitian sudah dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk melakukan proses produksi pada jumlah bahan baku yang digunakan. Oleh karena itu penambahan tenaga kerja akan menambah biaya yang dikeluarkan. Penambahan masukan atau input dalam proses produksi sebagai tenaga kerja akan memberi beban yang lebih besar dibandingkan dengan pendapatan usaha sebagai keluaran output dalam usaha tempe. Keadaan tersebut sangat berkaitan dengan peubah jumlah keluarga karena dari keseluruhan responden yang diteliti sebanyak 80% menggunakan tenaga kerja hanya dari keluarga. Tabel 4. Penggunaan tenaga kerja dari 30 responden Kriteria penggunaan Tenaga Kerja (TK) Hanya menggunakan TK keluarga Tenaga Kerja Keluarga + Tenaga Kerja di luar keluarga Hanya menggunakan TK luar keluarga Jumlah Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 24 6 30
Prosentase 80% 20% 100%
Keluarga dari responden sebagian besar merupakan keluarga dalam arti mempunyai anggota keluarga yang harus ditanggung lebih atau sama dengan 10 jiwa yaitu sebesar 19 responden atau 63%. Dengan kondisi tersebut ada kecenderungan bagi pengrajin untuk mempekerjakan anggota keluarganya sebagai tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Meskipun ada kecenderungan pengrajin untuk menggunakan tenaga kerja keluarga namun penambahan jumlah keluarga akan berpengaruh negatif pada pendapatan. Dari hasil penelitian rata-rata jumlah keluarga yang digunakan sebagai tenaga kerja dalam usaha hanya 28% dari rata-rata jumlah keluarga seluruhnya. Perbandingan penggunaan jumlah tenaga kerja keluarga dengan jumlah anggota
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
37
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
keluarga kecil. Apabila penambahan jumlah keluarga diasumsikan sebagai penambahan tenaga kerja dari keluarga maka beban biaya keluarga kecil. Apabila penambahan jumlah keluarga diasumsikan sebagai penambahan tenaga kerja dari keluarga maka beban biaya untuk tenaga kerja akan bertambah sehingga akan mengurangi keluaran atau output dari usaha sebagai pendapatan yang diperoleh. Jadi secara tidak langsung penambahan jumlah keluarga akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap pendapatan usaha. Peubah pendapatan di luar usaha meskipun pada tingkat kepercayaan yang rendah namun mempunyai pengaruh yang positif terhadap pendapatan usaha. Dari 30 responden dapat disajikan data menurut pendapatan di luar usaha (Tabel 5) :
Tabel 5. Pendapatan di luar usaha dari 30 responden Kriteria Mempunyai pendapatan lain Tidak mempunyai pendapatan lain Jumlah Sumber : Data primer yang diolah
Jumlah 23 7 30
Prosentase 76,7% 23,3% 100%
Dari Tabel 5. tersebut sebagian besar responden yaitu sebanyak 23 pengrajin atau 76,7% mempunyai pendapatan lain di luar usahanya sebagai pengrajin dan 7 responden atau sebanyak 23,3% tidak mempunyai pendapatan lain di luar usahanya. Pengaruh yang positif dari pendapatan di luar usaha terhadap pendapatan usaha dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor produksi yang secara ekonomi dibebankan pada pendapatan di luar usaha, seperti penggunaan air, listrik sebagai penerangan, sehingga secara tidak langsung pendapatan di luar usaha memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Partisipasi Anggota Primkopti Primer Koperasi Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) merupakan suatu bentuk koperasi yang anggota-anggotanya betul-betul sebagai pengrajin tempe/tahu atau yang menggunakan bahan baku kedelai (Mudrika, 2007). Primkopti mulai berdiri dengan anggota awalnya 25 pengrajin tempe dan 3 pengrajin tahu. Untuk mencukupi kebutuhan para anggotanya di dalam kegiatan ataupun usaha Primkopti Rembang, berpijak pada masalah yang ada hubungannya dengan kebutuhan anggota. Primkopti Rembang mempunyai empat unit usaha yaitu usaha penyaluran kedelai, usaha simpan pinjam, usaha pertokoan dan, usaha pelayanan dana pemukiman. Primkopti juga telah mengembangkan jenis-jenis usaha persewaan yang secara tidak langsung akan memberikan nilai tambah bagi anggotanya. Usaha pengembangan lainnya yang secara langsung dapat dirasakan bagi anggotanya adalah unit usaha dana kesejahteraan anggota yang antara lain memberikan pinjaman bagi kesejahteraan anggota termasuk pemberian Beasiswa kepada keluarga anggotanya. Dengan adanya hal tersebut diharapkan anggota Primkopti akan lebih dapat memanfaatkan dan aktif dalam keanggotaan koperasi. Sampai sekarang Primkopti mempunyai anggota sebanyak 295 dengan perincian 1 orang anggota luar biasa, 275 orang pengrajin tempe dan 19 orang anggota pengrajin tahu. Untuk menganalisis tingkat partisipasi anggota, dari ketiga variabel bebas X 1, X4 dan X5 sudah diwakili oleh pendapatan usaha. Dari hasil analisis regresi linier sederhana, secara matematis diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
38
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
Y2 = 1,764 + 0,543 Y1. Sejauh mana hubungan dan pengaruh pendapatan usaha terhadap partisipasi anggota koperasi terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisis regresi tingkat partisipasi anggota koperasi (Y2) Peubah (Variabel) Koefisien Regresi Standar Error Y1 0,543 0,122 Constant 1,764 0,271 2 R = 0,413 F hitung = 19,68*** *) nyata pada taraf signifikan 90% **) nyata pada taraf signifikan 95% ***) nyata pada taraf signifikan 99%
t (hitung) 4,437*** 6,505***
Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa peubah pendapatan usaha berpengaruh sangat nyata dan positif terhadap partisipasi anggota yang ditunjukkan dengan hasil uji F sebesar 19,68***. Hal ini berarti bahwa pada kondisi pendapatan usaha naik maka partisipasi anggota cenderung lebih tinggi sehingga fungsi dari koperasi akan lebih berperan bagi para anggotanya. 2 Dengan melihat hasil perhitungan koefisien determinasi (R ) sebesar 0,413, dapat dikatakan bahwa partisipasi pengrajin sebagai anggota Primkopti dapat diterangkan secara angka oleh pendapatan usaha sebesar 41% sementara sisanya sebesar 59% disebabkan oleh faktor lain. Sementara jika ditinjau dari analisis korelasi rank Spearman, koefisien korelasi rank Spearman sebesar 0,67 yang berarti bahwa hubungan antara pendapatan usaha dengan partisipasi pengrajin tempe sebagai anggota koperasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan tingkat kepercayaan 99%. Dari hasil analisis kuantitatif tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif terhadap partisipasi anggota. Semakin banyak hubungan ekonomi dengan koperasi oleh anggota maka semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi dan pada waktunya akan meningkatkan kesanggupan koperasi untuk melayani anggotanya lebih baik. Dengan adanya peningkatan pendapatan, anggota koperasi akan menyadari adanya manfaat menjadi anggota koperasi sehingga akan memacu lebih giat keikutsertaannya/ partisipasinya dalam koperasi.
KESIMPULAN 1) Faktor-faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap variabel terikat pendapatan usaha adalah variabel pendidikan, kedelai suplai Primkopti dan kedelai suplai dari luar Primkopti. Tiga variabel bebas yang lain, jumlah keluarga, jumlah tenaga kerja dan pendapatan di luar usaha kurang dapat dijadikan estimator yang baik. 2) Secara bersama-sama aspek sosial ekonomi (pendidikan, kedelai suplai Primkopti dan kedelai suplai dari luar Primkopti) dapat menerangkan pengaruhnya terhadap pendapatan usaha. 3) Antara pendapatan dengan partisipasi pengrajin sebagai anggota koperasi mempunyai hubungan yang cukup erat. 4) Tingkat pendapatan pengrajin berpengaruh nyata dan positif terhadap partisipasi pengrajin sebagai anggota koperasi.
SARAN 1) Perlu adanya peningkatan pelayanan oleh Primkopti dalam hal penyaluran bahan baku kedelai kepada para pengrajin sebagai anggota koperasi. 2) Diperlukan adanya pembinaan terhadap anggota mengenai peran serta anggota dalam aktivitas berkoperasi agar Primkopti dapat lebih berperan dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya sebagai pengrajin tempe. 3) Kopti atau
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
39
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, September 2012
pengrajin ada peluang untuk pengembangan usaha yaitu pembudidayaan kedelai sendiri untuk pemenuhan kebutuhan bahan baku.
DAFTAR PUSTAKA Atmoko, J. 2007. Strategi Operasional Pengembangan Agribisnis/ Agroindustri Nasional. Pemberdayaan Koperasi dan Pengusaha Kecil Agribisnis. Bagyo, Rantika. 2002. Perekonomian Desa. Press. Bogor. Durika. 2004. Proses Sosial dan Mekanisme Sosial Ekonomi Masyarakat. Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Insan Press. Jakarta. Fadli, Rohman. 2009. Strategi Peningkatan Partisipasi Anggota Koperasi. Manajemen, Jakarta. PT. Mustira. Fahri, 2006. Bisnis Kedelai di Indonesia. Jakarta, Press. Handoko, Tani J. 2005. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BFFE. Semarang Mardikanto, 2003. Pemberdayaan Pengusaha Kecil Agribisnis. Pemberdayaan Koperasi dan Pengusaha Kecil Agribisnis. Surabaya. Sukirno, Sadono. 2006. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sularwiso. 2003,Penyuluhan Pembangunan Pertanian Press. Bogor. Supranto, J. 1995. Ekonometrik. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Mudrika. 2007. Partisiasi Masyarakat Desa Dalam Lembaga Sosial Desa. Lembaga Studi di pedesaan Wury , 2007. Motivasi Usaha Kecil Mikro, Optio Press, Yogyakarta
Peranan Aspek Sosial Ekonomi PerajinTempe terhadap Pendapatan dan partisipasinya sebagai anggota Primkopti
40