PERANAN AGAMA DALAM ETIKA ADMINISTRASI PUBLIK (MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA YANG RELIGIUS) MUHAMMAD RIDWAN CAESAR & MOCHAMAD ZAKARIA Dosen FISIP Universitas Al-Ghifari Email:
[email protected] /
[email protected]
Abstrak Agama memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pengakuan akan kedudukan dan peran penting agama ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama falsafah negara Pancasila, yang juga dipahami sebagai sila yang menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. Oleh sebab itu, pembangunan agama bukan hanya merupakan bagian integral pembangunan nasional, melainkan juga bagian yang seharusnya melandasi dan menjiwai keseluruhan arah dan tujuan pembangunan nasional, yang untuk periode 2005-2025 mengarah pada upaya untuk mewujudkan visi “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.” Selain memiliki posisi yang sangat penting, agama juga menempati posisi yang unik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini tercermin dalam suatu rumusan terkenal tentang hubungan antara agama dan negara di Indonesia bahwa “Indonesia bukanlah negara teokratis, tetapi bukan pula negara sekular.” Rumusan ini berarti tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak didasarkan pada satu paham atau keyakinan agama tertentu, namun nilai-nilai keluhuran, keutamaan dan kebaikan yang terkandung dalam agama-agama diakui sebagai sumber dan landasan spiritual, moral dan etik bagi kehidupan bangsa dan negara. Keyword: Agama, Etika, Sumber Daya Manusia
1.1. Latar Belakang Masalah Merujuk
pada
Pancasila
kepemerintahan yang baik. dan
Terdapat
11
prioritas
nasional
Undang-Undang Dasar 1945, ada enam
Kabinet Indonesia Bersatu II 2009-2014,
landasan filosofis bagi pembangunan
yaitu: reformasi birokrasi dan tata kelola;
bidang agama yakni agama sebagai
pendidikan; kesehatan; penanggulangan
sumber nilai spiritual, moral dan etik bagi
kemiskinan;
kehidupan berbangsa dan bernegara,
infrastruktur; iklim investasi dan iklim
penghormatan dan perlindungan atas
usaha; energi; lingkungan hidup dan
hak dan kebebasan beragama sebagai
pengelolaan bencana; daerah tertinggal,
bagian dari hak asasi warga negara,
terdepan, terluar dan pascakonflik; serta
kerukunan umat beragama dan tata
kebudayaan,
kelola
teknologi.
kehidupan
beragama,
ketahanan
kreativitas,
Dalam
dan inovasi
prioritas
tentunya
bangsa, dan yang terakhir penyediaan
meningkatakan spiritual sumber daya
fasilitasi
manusia bangsa Indonesia lebih kepada
pelayanan
bagi
umat
beragama berdasarkan prinsip tata kelola
bagaimana
25
agama
tersebut
pengembangan karakter dan jati diri dan
bidang
pangan;
dalam
hal
pemerintah
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
menyelenggarakan
26
pendidikan
penyelenggaraan ibadah haji, dan; (5)
agamanya, yang tentunya itu dikelola
penciptaan tata kelola kepemerintahan
oleh kementrian agama.
yang bersih dan berwibawa.
Berdasarkan PP Nomor 9 Tahun
Pendidikan merupakan interaksi
2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
antara manusia dengan lingkungannya
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
termasuk
Kementerian Negara Republik Indonesia,
lingkungan manusi. Di dalam intearksi
yang telah disempurnakan dengan PP
tersebut manusia bukan hanya hasil
Nomor
interaksi dengan alamnya dan dengan
62
Tahun
2005
Pasal
63,
lingkungan
sesama
membantu
dalam
pegembangan potensi manusia secara
urusan
optimal sesuai dengan fitrahnya. Dengan
menyelenggarakan
sebagian
melainkan
dan
Departemen Agama mempunyai tugas Presiden
manusia,
alam
pemerintahan di bidang keagamaan. Di
adanya
samping itu, Kementerian Agama juga
agama yang berbasis pada masyarakat,
melaksanakan
program
maka terdapat suatu ruangan yang
bidang
terbuka bagi pengembangan inovasi dan
Athfal,
kreativitas.
sebagian
pembangunan pendidikan,
nasional
yaitu
di
Raudhatul
kecenderungan
hasil
pendidikan
Pendidikan
Agama
Madrasah, dan Perguruan Tinggi Agama
khususnya Islam diharapkan dapat lebih
sesuai dengan amanat UU Nomor 20
berkembang
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
pendidikan agama Islam memiliki daya
Nasional, serta Pendidikan Agama dan
tarik tersendiri, karena lebih berdimensi
Pendidikan Keagamaan, sebagaimana
keluar dan global.
diamanatkan
dalam
Pemerintah
Peraturan
Nomor
55
Tahun
sehingga
Proses sumber
lembaga
peningakatan
daya
manusia
memerlukan
2007.Setidaknya terdapat lima hal pokok
berbagai
yang
jawab
pelaksanaannya, antara lain lingkungan
dalam
kehidupan
menjadi
Kementerian
tanggung Agama
prasyarat
kualitas
di
manusia
dalam
hendaknya
penyelenggaraan pembangunan bidang
memberikan
agama, yaitu: (1) peningkatan kualitas
perkembangan
kehidupan beragama; (2) peningkatan
berkembang sesuai dengan potensi yang
kerukunan
ada
umat
beragama;
(3)
padanya.
kesempatan peserta
didik
Pendidikan
kepada untuk
Agama
peningkatan kualitas raudhatul athfal,
khususnya Islam, dalam pertumbuhan
madrasah,
perguruan
spiritual
pendidikan
agama,
tinggi
dan
moral
akan
mampu
pendidikan
menolong individu menguatkan iman,
keagamaan; (4) peningkatan kualitas
akidah, dan pengenalan terhadap Allah
ISSN: 873 – 3741-1
dan
agama,
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
27
SWT, melalui hukum, moral dan ajaran
menjadi manusia yang sesungguhnya,
agama, dengan demikian peserta didik
kalau
dalam
pendidikan
melaksnakan
tuntunan
iman
dalam
realitasnya
Islam
memang
sebagai
subsistem
kepada Allah SWT dan pemahaman
dinilai masih kering dari aspek pedagogis,
yang mendalam terhadap ajaran agama
dan lebih mekanistik dalam menjalankan
dan nilainya dalam kehidupan pada
fungsinya sehingga terkesan hanya akan
tingkah
hubungannya
melahirkan peserta didik yang ”kerdil”
dengan Allah SWT dengan sesama
karena tidak memiliki dunianya sendiri.
manusia dan seluruh makhluk, akan
Menurut Ma’arif (2007: 105) konsep
mempertegas
pendidikan telah dipaksa untuk menuruti
lakunya,
akhlak
dan
pentingnya
dan
pendidikan
spiritualitas
dalam
menyongsong globalisasi. mengalami
orientasi
yang
pembangunan
development-kapitalis
terelaborasi
Di era persaingan global ini, trend pendidikan
konsep memenuhi
menjadi media pemberdayaan malah
seutuhnya
menjadi
sarana
beragam
intelektual
menjadi
jenjang,
sifat
Pendidikan seutuhnya titik
puncak
industrialisasi,
menempatkan
sistematis,
Indonesia
demi
sehingga pendidikan yang seharusnya
melalui pendidikan dan latihan dengan
bentuknya.
kebutuhan
rupa,
pergeseran
manusia
jenis,
sedemikian
yang
dan
manusia
pembodohan
penciptaan yang
yang
robot-robot
terprogram
secara
maraton dan monoton.
diidealisasikan
Pendidikan Islam dewasa ini,
tercapainya
benar-benar telah menjadi salah satu
pendidikan nasional yang sampai saat ini
wilayah
menjadi dambaan bangsa Indonesia.
biaya. Pendidikan yang pada hakekatnya
Sosok pribadi yang diidolakan belum juga
adalah untuk semua (education for all),
dihasilkan, maka lembaga pendidikan
sebagai hak individu warga negara dan
dijadikan ekspektasi alternatif, sebagai
juga
instrumen utama proses kemanusiaan
memperoleh
dan pemanusiaan, yaitu menghargai dan
Ternyata,
memberi kebebasan untuk berpendapat
merupakan hak tersebut kini tergantikan
dan
berekspresi.
yang
banyak
warga
mengeluarkan
dunia pendidikan
hal
yang
hak
secara
adil.
semestinya
Penghargaan
yang
oleh
benih
mulai
dagangan.
Pendidikan
tumbuh, dan sebagai sebuah proses
masyarakat
yang
kebebasan terus-menerus diperjuangkan
Bahkan pendidikan menjadi penyebab
(Mahmud ed., 2005: 256).
terjadinya
demikian
adalah
Bagaimana ISSN: 873 – 3741-1
yang
mungkin
bisa
pendidikan
memiliki
ketidak
sebagai
barang
menjadi
ritus
membodohkan.
adilan,
karena
masyarakat yang mampu sekolah adalah
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
28
golongan elite yang kaya sedangkan
mengembangkan aspek intelektual, yang
mereka yang tidak mampu sekolah
biasanya diukur dari perolehan NEM, dan
adalah masyarakat miskin.
lembaga
Di (dalam
sisi lain, menurut Fadjar
Rahardjo, 2006:
11) kurang
pendidikan
keterampilan peserta didiknya. Lembaga yang
lembaga-lembaga
diperebutkan
Islam
mampu
mengembangkan potensi sosial maupun
tertariknya masyarakat untuk memilih pendidikan
yang
bertipe
ideal
itu
orang,
biasanya sehingga
sebenarnya bukan kerena telah terjadi
biayanyapun menjadi mahal, mengikuti
pergeseran
hukum pasar, yakni supply and demand.
nilai
atau
ikatan
keagamaannya yang mulai memudar, melainkan
karena
sebagian
besar
Tuntutan masyarakat seperti itu telah direspons banyak pihak, tidak
lembaga pendidikan Islam yang ada
terkecuali
kurang menjanjikan masa depan dan
keagamaan,
kurang responsif terhadap tuntutan dan
pendidikan Islam dengan memunculkan
permintaan saat ini maupun mendatang.
lembaga
Padahal, paling tidak ada tiga hal yang
sekolah/ madrasah terpadu, sekolah/
menjadi pertimbangan masyarakat dalam
madrasah model, atau bentuk-bentuk
memilih lembaga pendidikan, yaitu nilai
sekolah/madrasah unggulan lain, yang
(agama), status sosial dan cita-cita.
mengedepankan
Masyarakat
akan
2007: 56). Dengan menggunakan term
pertimbangannya
integratif diharapkan para lulusannya
semakin dalam
yang
terpelajar
beragam memilih
pendidikan
bagi
anak-anaknya.
atas, dalam memilih lembaga pendidikan untuk menyekolahkan anak-anak mereka sudah
lembaga
pendidikan
diantaranya
lembaga
pendidikan
integratif,
atau
kualitas (Suprayogo,
meraih kedewasaan kepribadian secara utuh, yaitu dewasa spiritual, dewasa
Fenomena seperti diuraikan di
pun
oleh
rasional
kecakapan hidupnya. Dengan memperhatikan realitas
dan
di atas, maka substansi persoalannya
mempertimbangkan prospektif ke depan.
adalah tugas pendidikan tidak mengalami
Mereka yang berpeluang memilih, akan
pergeseran nilai, yaitu mencerdaskan
menentukan pilihan kepada lembaga
peserta didik, sedangkan biaya tidak
pendidikan yang dipandangnya ideal.
dapat dijadikan ukuran pendidikan itu
Lembaga pendidikan yang dipandang
berkualitas atau tidak. Gagasan adanya
ideal itu adalah lembaga yang mampu
pendidikan
mengembangkan potensi spiritual dan
pemerataan pendidikan adalah gagasan
akhlak para peserta didik, yang mampu
yang berpihak pada masyarakat tidak
ISSN: 873 – 3741-1
sangat
intelektual, dewasa sosial, dan dewasa
murah
demi
tercapainya
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
mampu agar mengenyam pendidikan yang
berkualitas.
Sedangkan
1.3 Tujuan Penulisan
peran
ganda pendidikan adalah (1) Pendidikan
29
Adapun tujuan penulisan dalam pembahasan ini yakni:
berfungsi untuk membina kemanusiaan
1. Mengetahui
(human being), berarti pendidikan pada
Agama
akhirnya untuk mengembangkan seluruh
Sepiritual dan Etika Administrasi
pribadi
Publik
manusia,
mempersiapkan
termasuk
manusia
sebagai
Peranan
dalam
Institusi
Meningkatkan
2. Mengetahui
Penyediaan
anggota masyarakatnya, warga negara
Fasilitasi dan Pelayanan Bagi
yang baik, dan rasa persatuan; (2)
Peningkatan
Pendidikan
Daya Manusia
berfungsi
sebagai
pengembangan sumber daya manusia (human
resources),
mengembangkan
Spiritual
Sumber
3. Mengetahui Peranan Pendidikan
yaitu
Agama
kemampuannya
Islam
dalam
Pengembangan Sumber Daya
memasuki era kehidupan baru.
Manusia berdsarkan IQ, EQ, dan SQ.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan persoalan
di
latar
atas,
belakang
akan
dibahas
1.3 Peranan Institusi Agama dalam Etika Administrasi Publik
persoalan mengenai: 1. Bagaimana
Etika Peranan
Institusi
administrasi
publik
merupakan salah satu wujud kontrol
Agama dalam Etika Administrasi
terhadap
Publik?
melaksanakan apa yang menjadi tugas
2. Bagaiaman
Penyediaan
pokok,
administrasi
fungsi
Fasilitasi dan Pelayanan bagi
Manakala
Peningkatan
menginginkan
Spiritual
Sumber
Daya Manusia? 3. Bagaiamana
dan
negara
kewenangannya.
administrasi sikap,
dalam
negara
tindakan
dan
perilakunya dikatakan baik, maka dalam Peranan
menjalankan tugas pokok, fungsi dan
Pendidikan Agama Islam dalam
kewenangannya harus menyandarkan
Pengembangan Sumber Daya
pada etika administrasi publik. Etika
Manusia berdsarkan IQ, EQ, dan
administrasi publik disamping digunakan
SQ?
sebagai
pedoman,
acuan,
referensi
administrasi publik dapat pula digunakan sebagai standar untuk menentukan sikap, perilaku, ISSN: 873 – 3741-1
dan
kebijakannya
dapat
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
dikatakan
baik
masalah
etika
buruk.
Karena
kebijakan-kebijakan publik, seharusnya
administrasi
publik
tidak didasarkan pada pandangan agama,
etika
filsafat, atau moralitas yang menjadi
administrasi publik mengenai tindakan
anutan eksklusif (Comprehensive moral,
administrasi publik yang menyimpang
religious, and philosophical doctrines)
dari etika administrasi (mal administrasi)
komunitas tertentu. Alasannya, tidak ada
dan faktor yang menyebabkan timbulnya
satu pun agama atau doktrin moral
mal administrasi dan cara mengatasinya.
komprehensif yang bisa dianut oleh
merupakan
atau
30
standar
penilaian
Kebijakan pertimbangan
Publik
etika
dalam
administrasi
dan
semua atau hampir semua orang (Rawls, Political Liberalism).
moral, dalam kerangka tugas fasilitasi,
Dalam
kaitan
dengan
itu,
negara berkewajiban menciptakan basic
pertimbangan tentang mayoritas, yang
social
menjamin
juga menjadi bagian dari argumentasi
Artinya,
Salahuddin, tentu saja penting. Tetapi
structure
kepentingan
demi
semua
pihak.
negara tidak berurusan langsung dengan
ideologi
kesejahteraan masing-masing individu,
seharusnya tidak mengaburkan penilaian
melainkan menciptakan kebijakan publik
kita tentang kualitas sebuah keyakinan.
yang
orang
Kelompok agama sekecil apapun bisa
mendapat kesempatan yang fair untuk
sangat yakin akan kebenaran ajarannya
memenuhi
termasuk
sehingga mengabaikan kelompok seperti
kehidupan beragama. Dalam konteks ini,
ini bisa saja menimbulkan masalah sosial
negara berhak menerapkan UU atau
serius
kebijakan publik yang
konteks perilaku, perbedaan nyata antara
memungkinkan
bermanfaat sosial.
setiap
kepentingannya,
untuk
dipandangnya
memelihara
Persoalannya
adalah
tertib bahwa
moral
mayoritas
bagi
dan
dan
komunitas
minoritas
politik.Dalam
demokrasi
dapat
juga
dirumuskan dalam kalimat berikut. Jika
negara sebagai entitas politik selalu
moral
bersifat pluralistik. Terdapat relasi antara
prasyarat, maka demokrasi merupakan
politik dan pluralitas yang sedemikian
perilaku dengan prasyarat. Karena itu,
eksistensialnya
produk
antara
sehingga
keduanya
pemisahan
menjadi
absurd.
merupakan
perilaku
demokrasi
perilaku
yang
sebagai
tanpa
muncul
dari
konsekuensi
dari
Bahkan pernyataan seperti "Masyarakat
keharusan logis belum tentu memiliki
politik
klaim yang kuat dalam artian moral.
bersifat
pluralistik"
sebetulnya
redundan. Adanya kenyataan seperti ini
Pembangunan
membuat Rawls berkeyakinan bahwa
tidak
teori keadilan, yang termanifestasi lewat
pembangunan
ISSN: 873 – 3741-1
dapat
bidang
agama
dilepaskan
dari
pendidikan,
khususnya
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
pendidikan
agama,
keagamaan,
dan
pendidikan
pendidikan
pada
31
pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren
dan
satuan
pendidikan
madrasah serta lembaga pendidikan
keagamaan lainnya melalui peningkatan
umum (general education) lainnya yang
mutu
berciri
keagamaan, pengembangan pendidikan,
Agama
khas keagamaan. dan
Pendidikan
Pendidikan
Keagamaan
pendidik,
peningkatan
penguatan
kecakapan
kajian
hidup
dan
merupakan salah satu program prioritas
kewirausahaan serta perbaikan sarana
pembangunan bidang agama. Penetapan
dan prasarana bagi lembaga-lembaga
prioritas
pendidikan keagamaan. Dalam rangka
tersebut
didasarkan
pada
kebutuhan berupa: Tersedianya layanan
pencapaian
sasaran
pendidikan agama yang bermutu bagi
pendidikan
nasional,
semua peserta didik pada semua jenis,
Agama juga melaksanakan berbagai
jenjang,
program antara lain melalui perluasan
dan
satuan
pendidikan.,
Kementerian
Tersedianya lembaga pendidikan yang
dan
menghasilkan
peningkatan mutu, relevansi dan daya
ahli
agama
yang
pemerataan
pembangunan
menguasai dan mengamalkan ajaran
saing;
agama secara komprehensif, mendalam,
akuntabilitas
dan profesional., Tersedianya program
terhadap
pendidikan
pendidikan
agama
dan
lembaga
pendidikan keagamaan yang bermutu bagi
masyarakat
mencerdaskan
dalam
dan
serta
akses
penguatan dan
tatakelola,
pencitraan
madrasah lain
pendidikan;
di
dan bawah
publik lembaga binaan
Kementerian Agama.
rangka
Dalam upaya perluasan akses
meningkatkan
pendidikan, Kementerian Agama telah
kualitas kehidupan bangsa serta daya
mengupayakan
saing nasional.
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Dalam
penyelenggaraan
menyelenggarakan
(Wajar Dikdas) 9 Tahun, baik melalui
pendidikan agama, Kementerian Agama
jalur pendidikan formal maupun non
telah menyediakan dan membina guru
formal. Progam ini telah memberikan
agama,
kurikulum
kontribusi sekurang-kurangnya 22% bagi
pendidikan agama, serta meningkatkan
keberhasilan Program Wajar Dikdas 9
sarana
Tahun secara nasional. Perluasan akses
menyempurnakan
dan
agama,
prasarana
ibadah.
tersebut antara lain melalui pemberian
Sementara itu, dalam menyelenggarakan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
pendidikan
kepada 6.286.295 peserta didik jenjang
Agama
termasuk
pendidikan
sarana
keagamaan, terus
memberdayakan ISSN: 873 – 3741-1
Kementerian
membenahi
dan
lembaga-lembaga
tingkat dasar di madrasah dan pondok pesantren
salafiyah
pada
tahun
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
32
2008/2009, dan pemberian beasiswa
tahun di Madrasah Aliyah (Bertaraf
kepada sedikitnya 1.229.587 orang anak
Internasional) Insan Cendekia, di Banten
selama
dan Gorontalo; serta penegerian 112 MA
lima
tahun
penyediaan
terakhir;
layanan
serta
pendidikan
(yang semula berstatus swasta).
Kelompok Belajar Paket A dan B bagi
Peningkatan
pendidikan
sebanyak 131.424 peserta didik pada
madrasah
tahun 2008/2009. Di samping itu, sampai
peningkatan
dengan tahun 2009, juga telah dibangun
kompetensi dan kesejahteraan guru serta
sebanyak 506 madrasah satu atap,
tenaga
penegerian 119 Madrasah Ibtidaiyah (MI)
kualifikasi dilakukan melalui beberapa
swasta dan 185 Madrasah Tsanawiyah
kegiatan
(MTs) swasta.
kepada
Sementara itu, dalam rangka
juga
mutu
dilakukan
kualifikasi
kependidikan.
seperti 45.145
melalui akademik,
Peningkatan
pemberian guru
yang
bantuan sedang
menempuh studi jenjang S1, program
menyediakan layanan pendidikan sesuai
pendidikan
standar
serta
sistem dual modes bagi 12.000 guru,
peningkatan mutu proses pendidikan,
beasiswa program S1 bagi 5.782 guru,
dalam lima tahun terakhir telah dibangun
beasiswa
dan direhabilitasi sedikitnya 32.008 ruang
kompetensi (gelar) ganda bagi 315 guru
kelas MI dan MTs, termasuk di di derah
mis-match, dan beasiswa pendidikan
pascabencana alam. Di samping itu, juga
jenjang
telah diberikan
pengawas
nasional
pendidikan
bantuan peningkatan
tinggi
terjangkau
program
S2
bagi
3.200
madrasah.
dengan
pendidikan
guru
dan
Peningkatan
mutu melalui kontrak prestasi, bantuan
kompetensi guru dilaksanakan melalui
peningkatan
bantuan
program sertifikasi guru bagi 127.361
perpustakaan, dan bantuan laboratorium
guru RA/Madrasah (termasuk 600 di
bagi
antaranya
mutu,
5.997
MI
peningkatan
akses
dan
MTs.Untuk
jalur
pendidikan
kualitas
profesi; dan dari jumlah itu, 49.398 di
Madrasah Aliyah (MA) telah direhabilitasi
antaranya telah memperoleh sertifikat
4.226 ruang kelas; pembangunan 900
pendidik), pendidikan dan pelatihan serta
ruang kelas baru; pemberian beasiswa
pemberdayaan,
kepada 538.407 siswa miskin; pemberian
sedikitnya 2.500 paket bantuan tiap
7.169 paket bantuan kepada MA untuk
tahun, masing-masing kepada Kelompok
peningkatan
Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru
mutu
dan
melalui
melalui
kontrak
pemberian
prestasi, penyediaan perpustakaan dan
Mata
laboratorium;
Musyawarah Kelompok Kerja Kepala
pemberian
beasiswa
prestasi kepada 720 peserta didik per ISSN: 873 – 3741-1
Pelajaran
dan
(MGMP),
Madrasah (MK3M/KKM).
serta
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
Peningkatan kesejahteraan guru
1.5 Penyediaan
33
Fasilitasi
dilakukan antara lain melalui pemberian
Pelayanan
subsidi
Spiritual Sumber Daya Manusia
tunjangan fungsional
490.264
guru
Non-PNS;
kepada
tunjangan
Bagi
dan
Peningkatan
Peranan Kementrian Agama dalam
kependidikan bagi seluruh guru PNS;
meningkatkan
subsidi dan tunjangan profesi kepada
manusia
47.622 guru yang telah lulus sertifikasi
program peningkatan kualitas kehidupan
dan memenuhi persyaratan lainnya; serta
beragama tahun 2004-2009 diarahkan
pemberian subsidi tunjangan khusus
untuk
kepada sedikitnya 3.173 guru Non-PNS
rendahnya pemahaman dan pengamalan
yang ditugaskan di daerah khusus pada
keagamaan sebagian umat beragama;
tiap tahunnya.Sedangkan bagi dosen,
belum
telah dilaksanakan program pemberian
keagamaan; kurangnya pemberdayaan
beasiswa S2 dan S3 kepada 2.958
lembaga sosial keagamaan; rendahnya
dosen, dan bantuan penyelesaian studi
mutu,
S2 dan S3 kepada 2.357 dosen. Untuk
optimalnya
mahasiswa PTAI juga diberikan bantuan
keagamaan; dan mengatasi fenomena
beasiswa kepada 24.330 mahasiswa
meningkatnya radikalisasi dan liberalisasi
berkategori miskin, dan 420 mahasiswa
pemahaman
berkategori berprestasi, termasuk dalam
meningkatkan kualitas pemahaman dan
hal ini bantuan untuk kegiatan organisasi
pengamalan
kemahasiswaan sebanyak 31 paket.
melalui berbagai langkah penting antara
Paparan
sangat
mengatasi
optimalnya
daya
penting,
problem
masih
pembinaan
pembinaan
aliran
keluarga;
pelayanan
belum
administrasi
keagamaan. keagamaan
Upaya dilakukan
lain meningkatkan fasilitas pelayanan
sebagian dari program, kegiatan, dan
bumat beragama salah satunya melalui
langkah
penerbitan kitab suci dan digitalisasi
Kementerian
atas
tentunya
sumber
merupakan
nyata
di
spritual
yang
Agama,
dilakukan yang
telah
naskah; bantuan kegiatan keagamaan;
memberi kontribusi bagi perluasan dan
peningkatan
kualitas
bimbingan
pemerataan akses masyarakat terhadap
konsultasi keagamaan; penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu; peningkatan
peringatan hari-hari besar keagamaan;
mutu, relevansi dan daya saing; serta
penyelenggaraan
peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan
keagamaan, seperti MTQ (Musabaqah
pencitraan pendidikan kepada publik
Tilawatil Qur’an), Pesparawi, Utsawa
dalam rangka mencapai visi, misi dan
Dharma Gita, dan Festival Seni Baca
tujuan nasional di bidang pendidikan.
Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka; peningkatan
berbagai
dan
lomba
pembinaan penyuluh dan juru penerang ISSN: 873 – 3741-1
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
agama;
bantuan
buku-buku
kitab
suci
keagamaan;
dan
samping
itu,
34
pemerintah juga
telah
penjelasan
berupaya mendorong dan memfasilitasi
secara mendalam (tahqiq) buku-buku
pemberdayaan wakaf untuk kepentingan
keagamaan;
produktif.
pentashihan
Mushaf
Al-Qur’an; pemanfaatan media massa
Sebagian pencapaian dari upaya
cetak dan elektronik sebagai wahana
peningkatan
pembinaan umat; pengembangan sistem
beragama tampak dari meningkatnya
informasi
gairah keagamaan masyarakat; tumbuh
keagamaan;
peningkatan
kualitas
kehidupan
pembinaan keluarga sejahtera, serta
suburnya
majelis-majelis
zikir;
bantuan rehabilitasi dan pembangunan
berkembangnya
untuk 4.487 unit rumah ibadah (masjid,
keagamaan;
maraknya
upacara
gereja, pura, dan vihara).
keagamaan;
meningkatnya
kualitas
pusat-pusat
kajian
Dalam rangka peningkatan layanan
bimbingan dan konsultasi keagamaan;
administrasi keagamaan, telah dibangun
meningkatnya kualitas penyuluh agama;
357 gedung KUA baru dan rehabilitasi
meningkatnya
kemudahan
713 gedung KUA, serta penyediaan dana
terhadap
suci
operasional KUA. Demikian pula dalam
keagamaan;
upaya mengintensifkan peran penyuluh
informasi
agama
fungsi
telah
dilakukan
program
kitab
dan
akses buku-buku
meningkatnya
keagamaan; rumah
sumber
meningkatnya
ibadat;
tumbuhnya
pemberian honor insentif bagi 90.510
perpustakaan rumah ibadat; kemudahan
penyuluh agama non-PNS bagi semua
akses
agama setiap tahun. Di samping itu, telah
meningkatnya
diselenggarakan pula berbagai kegiatan
sejahtera;
dalam
lembaga
rangka
meningkatkan
mutu
pelayanan
sosial
agen
administrasi
keagamaan.
meningkatnya
meningkatkan
kesejahteraan
beragama
telah
dilakukan
umat berbagai
pembinaan
keluarga
meningkatnya
kebijakan dan tata kelola pelayanan Untuk
keagamaan;
keagamaan
pembangunan
regulasi
partisipasi
nasional;
pelaksanaan
di
sebagai
bidang
serta
berbagai kehidupan
keagamaan.
upaya optimalisasi pengelolaan dana sosial keagamaan. Di lingkungan umat
1.7 Peranan Pendidikan Agama Islam
Islam telah terjadi peningkatan yang
dalam
cukup signifikan dalam penerimaan zakat
berdasarkan
yang dikelola oleh Badan Amil Zakat
Pengembangan
Pendidikan
SDM
IQ, EQ, dan SQ. Islam
sebagai
Nasional dari 300 miliar pada tahun 2006
subsistem pendidikan nasional. Sebagai
menjadi 1 triliun pada tahun 2009. Di
subsistem, pendidikan Islam mempunyai
ISSN: 873 – 3741-1
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
35
tujuan khusus yang harus dicapai, dan
mengejawantahkan nilai-nilai Islam; (2)
tercapainya
akan
Suatu sistem yang mengajarkan ajaran
tujuan
Islam, dan (3) Suatu Sistem pendidikan
pendidikan nasional secara keseluruhan
Islam yang meliputi kedua hal tersebut
yang menjadi suprasistemnya (Furchan,
(Fadjar, 1998: 1).
tujuan
menunjang
tersebut
pencapaian
2004: 14). Visi pendidikan Islam tentunya
Dari pengertian tersebut lebih
sejalan dengan visi pendidikan nasional.
dipahami bahwa keberadaan pendidikan
Visi
Islam
pendidikan
nasional
adalah
tidak
sekedar
menyangkut
mewujudkan manusia Indonesia yang
persoalan ciri khas, melainkan lebih
takwa dan produktif sebagai anggota
mendasar
masyarakat
diidamkan dan diyakini sebagai yang
Indonesia
bhinneka.Sedangkan
misi
yang pendidikan
paling
lagi,
ideal.
yaitu
tujuan
Tujuan
itu
yang
sekaligus
Islam sebagai perwujudan visi tersebut
mempertegas bahwa misi dan tanggung
adalah mewujudkan nilai-nilai keislaman
jawab yang diemban pendidikan Islam
di
lebih berat lagi. Ketiganya itu selama ini
dalam
Indonesia.
pembentukan Manusia
manusia
Indonesia
yang
tumbuh dan berkembang di Indonesia
dicita-citakan adalah manusia yang saleh
dan
dan produktif. Hal ini sejalan dengan
terpisahkan dari sejarah maupun dari
trend kehidupan abad 21, agama dan
kebijakan pendidikan nasional. Bahkan
intelek akan saling bertemu (Tilaar, 2004:
tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa
150).
kehadiran
Islam
sudah
menjadi
bagian
dan
tidak
keberadaannya
Dengan misi tersebut pendidikan
merupakan bagian dari andil umat Islam
menjadi
dalam
Apabila
pendidikan
alternatif.
pendidikan
diselenggarakan
oleh
lembaga-lembaga
swasta
yang
perjuangan
mengisi
kemerdekaan.
atau lainnya
maupun
Sosok lulusan yang diharapkan oleh
pendidikan
cenderung untuk bersifat skuler atau
sekurangkurangnya
memiliki
yang ulama, dengan ciri-ciri sebagai
ciri
khas
lainnya,
maka
pendidikan Islam ingin mengejawantakan
adalah
Islam ilmuwan
berikut;
nilai-nilai keislaman. Ciri khas tersebut
a. Peka terhadap masalah. Karena
dengan tepat dirumuskan oleh Zarkowi
kepekaan seperti itu merupakan
Soejoeti menurutnya pendidikan Islam
langkah
mempunyai tiga ciri khas berikut: (1)
pekerjaan;
Suatu sistem pendidikan yang didirikan karena
didorong
ISSN: 873 – 3741-1
oleh
hasrat
untuk
b. Bekerja
kreatif
tanpa
untuk memulai
pamrih.
Dalam
tradisi keilmuan, bekerja tanpa
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
c.
36
pamrih ini berarti sikap objektif,
menjelaskan bahwa Islam menekankan
cinta kebenaran serta kritis;
individualitas
Bersikap
(Mas’ud, 2003: 70). Konsekuensi dari
bijaksana.
mengandung hubungan
Kebijakan
makna timbalbalik
dan
keunikan
adanya
keunikan
manusia
antara
mungkin
seorang
itu
manusia
adalah
tidak
individu
harus
pengetahuan dan tindakan, antara
menanggung beban orang lain, manusia
pengertian teoritis dan pengertian
hanya menanggung apa yang telah
praktis etis yang sesuai;
diperbuat.
d. Tanggung jawab. Seorang ilmuwan berkewajiban
mencari,
Kebijaksanaan penididikan Islam yang
harus
diutamakan
adalah
menemukan dan memanfaatkan
membantu setiap peserta didik dapat
ilmu bagi kepentingan hidup umat
berkembang
manusia,
dengan: (1) menyediakan guru yang
sekaligus
juga
secara
profesional,
terjadi selanjutnya jika dengan ilmu
dicurahkan untuk menjadi pendidik; (2)
itu
menyediakan
menimbulkan
fasilitas
kerusakan lingkungan alam ini, ia
memungkinkan
berusaha
belajar
mencari
lagi
jalan
keluarnya. Dengan
seluruh
yaitu
bertanggung jawab atas apa yang
ternyata
yang
optimal,
peserta
dengan
penuh
waktunya
sekolah
yang
didik
dapat
kegembiraan
dengan fasilitas olah raga dan ruang demikian,
sosok
bermain
yang
memadai;
(3)
manusia yang unggul dihasilkan dari
menyediakan media pembelajaran yang
pendidikan Islam adalah mereka yang
kaya, memungkinkan peserta didik dapat
cerdas, kreatif dan beradab. Dengan
secara terus menerus belajar melalui
kecerdasan (phisik, intelektual, sosial,
membaca
emosional, dan spiritual) diyakini akan
kelengkapan
mampu
menghadapi
globalisasi
perpustakaan dan (4) evaluasi yang terus
segala
tantangannya,
mereka
dan itulah
menerus
buku
secara
rujukan
serta
laboratorium
dan
komprehensif
dan
manusia yang saleh, insan kamil, dengan
objektif. Sedangkan aplikasi IQ, EQ dan
berbagai ketrampilan dan kemampuan
SQ dalam Pendidikan Agama Islam
serta mandiri untuk menjadi abdullah
dapat diuraikan sebagai berikut :
sekaligus khalifatullah di muka bumi.
1. Kecerdasan Intelektual (IQ)
Term khalifah yang berarti wakil, utusan,
Pada
dasarnya
manusia
itu
perwakilan dieksplorasi lebih jauh oleh M.
dianugrahi oleh Allah SWT berbagai
Iqbal
of
macam kecerdasan, dan tanggung jawab
yang
pendidikan adalah memperhatikan dan
dalam
Religious
The
Thought
ISSN: 873 – 3741-1
Reconstruction in
Islam
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
37
mengarahkan kecerdasan tersebut agar
hidupnya. Pendidikan Islam didasarkan
mampu berkembang secara optimal dan
pada pandangan yang komprehensif
seimbang.
Tidak
tentang
dalam
penanganannya
mengakibatkan
ada
keseimbangan
masalah
manusia.
keistimewaan manusia adalah makhluk
dikemudian
berpikir dan berakal, maka pendidikan bertugas
diri
manusia terdapat
kecerdasan
yang
kecerdasan
intelektual
letak
akan
hari. Dalam
Karena
disebut
dengan
dan
bertanggungjawab
mendorong kepada manusia untuk tahu dan
mengerti.
Dengan
akalnyalah
(Intelligence
manusia memungkinkan untuk berpikir,
Quotient/ IQ). Anak-anak yang cerdas,
merasa dan percaya dalam rangka untuk
yang karena itu dianggap pasti sukses
bisa menetapkan putusan dan tindakan
dalam kehidupan, adalah mereka yang
serta tanggung jawab terhadap segala
nilai rapornya bagus semua atau indeks
persoalan yang dihadapinya.
prestasinya di atas rata-rata. Sejak
Mengingat urgensinya intelektual
Wilhelm Stern, Psikolog Jerman yang
bagi kehidupan manusia, maka tidaklah
banyak mengacu pada teori inteligensi
berlebihan jika Islam sangat menghargai
Alfred
manusia
Binnet
dan
Theodore
Simon
yang
memiliki
kecerdasan
menyebut IQ sebagai ukuran kecerdasan.
intelektual. Kalau kecerdasan intelektual
Akibatnya
ini tidak terkendali dapat menimbulkan
Indonesia
titik
berat
yang
pendidikan
menganut
di
teori
jarbazah
(sikap
angkuh
dan
intelegensi ini adalah hanya memberi
mengabaikan fungsi wahyu), dan kalau
kesempatan berkembang pada otak kiri
tidak dikembangkan membuat seseorang
saja, membuat otak kanan terbengkalai.
menjadi
Ujian Akhir Semester (UAS), hanya
memberikan arahan agar kecerdasan
sanggup mengukur otak kiri peserta didik
intelektual ini ditempatkan pada posisi
yang hasilnya bukan gambaran utuh
al-hikmah (kearifan). Sifat karifan yang
kecerdasan peserta didik (Pasiak, 2003:
menimbulkan
121).
cerdas, dan cepat tanggap terhadap Pendidikan
meningkatkan,
Islam
bertugas
mengembangkan,
dan
menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, minat-minat,
baladah
perkembangan
(bodoh).
kemampuan yang
terjadi
Islam
berpikir, (Ma’arif,
2007: 129). Agar pendidikan agama Islam
dan
dapat mengaktualisasikan IQ secara
kemampuan-kemampuan akal peserta
optimal, maka diperlukan latihan berpikir
didik serta memberinya pengetahuan dan
kritis pada diri peserta didik. Sebab
keterampilan akal yang perlu dalam
berpikir kritis merupakan cara berpikir
ISSN: 873 – 3741-1
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
yang esensial bagi manusia. Dengan
38
kecerdasan intelektual belaka. Emotional Quotient (EQ) atau
cara peserta didik diberi kesempatan untuk berpikir tentang sesuatu terlebih
kecerdasan
dahulu melalui penyelidikan dan tidak
keberhasilan dalam hidup ini bukan
begitu saja menerima ide atau gagasan
hanya IQ. Banyak hal yang secara logika
tanpa
benar
bukti
yang
nyata,
tidak
emosi
tetapi
ikut
menentukan
perasaan
menyatakan
tergesa-gesa menarik kesimpulan yang
bahwa hal itu tidak benar, karena itulah
beraku secara umum. Dengan cara
sering diperlukan keahlian kecerdasan
demikian
akal
peserta
didik
terbiasa
didampingi
kecerdasan
menyelidiki kebenaran pendapat orang
Kecerdasan
lain dan mengecek kebenaran pendapat
kecerdasan
intelektual,
pribadinya.
kecerdasan
emosi
Keberhasilan mengajar
materi
emosi
berbeda
emosi. dengan sebab
merupakan
proses
belajar
kemampuan mengelola, mengendalikan
Pendidikan
Agama
emosi,
menggunakan
intuisi,
indera,
Islam, sangat ditentukan keberhasilannya
kepekaan yang justru tidak melibatkan
oleh guru. Untuk itu guru disamping
daya nalar manusia.
dituntut memiliki kompetensi profesional, juga
menjalankan
suasana
yang
tugasnya
menyenangkan
dalam dan
Kalau
emosi
merupakan
non-kognitif.
2. Kecerdasan Emosi (EQ)
seseorang
akhir-akhir
ini
yang seperti
intelektual
diukur dengan IQ, maka kecerdasan
efektif.
Fenomena
kecerdasan
IQ
kemampuan
tidak
menjadi
unik,
membuat tetapi
terjadi
perasaan-perasaan yang ada pada diri
penjarahan,
seorang anak dan bagaimana anak
pembakaran, perampasan, pembunuhan,
menyikapi
penculikan, perkosaan, tawuran, tindak
menjadikan
kekerasan
yang
demikian, antara IQ dan EQ bukanlah
dilakukan anak bangsa yang mewarnai
kemampuan yang saling bertentangan,
panggung dunia pendidikan di tanah air
tetapi kemampuan yang sedikit terpisah.
dan
kekejaman
sungguh memilukan dan memalukan.
perasaannyalah anak
itu
unik.
Kecerdasan
yang Namun
Emosi
Bangsa yang dikenal sebagai bangsa
merupakan ”the inner rudder”, kekuatan
yang ramah, peduli, murah senyum
dari dalam, sifatnya alami, dan dapat
berubahn
dikembangkan
menjadi
bangsa
yang
dengan
kuat
melalui
menakutkan dan mengerikan bangsa lain
berbagai akumulasi pengalaman yang
adalah
kesalahan
panjang dan beragam. Ada lima wilayah
pendidikan yang hanya berorientasi pada
utama EQ, yakni: mengenali emosi diri,
salahsatu
ISSN: 873 – 3741-1
bukti
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
mengendalikan emosi diri, memotivasi
39
3. Kecerdasan Spiritual (SQ)
diri, mengenali emosi orang lain, dan
Kehidupan
masyarakat
skuler
membina hubungan dengan orang lain.
sudah bergeser ke arah materialis dan
Optimisme dan positive thinking memberi
hedonis. Perkembangan globalpun bisa
pengaruh menguntungkan dalam kondisi
berdampak positif, namun juga negatif.
biologis manusia (Pasiak, 2003: 272).
Dampak
Selama ini ada kemungkinan pembelajaran
di
pengetahuan
kemajuan
dan
teknologi
ilmu dapat
cepat
membantu manusia untuk mengakses
dan
berbagai informasi secara cepat tentang
kebosanan dikarenakan tidak adanya
peristiwa yang ada di belahan dunia
keterlibatan emosi di dalamnya. Guru
untuk
hanya mengikuti instruksi dari buku-buku
dampak
yang berisi petunjuk pengajaran dan
masuk dapat menjadi akar penyebab
materi apa yang akan diajarkan secara
keretakan
berurutan. Tak ada lagi kesempatan guru
bangsa, bahkan dapat menghilangkan
untuk
jati diri bangsa itu sendiri.
mendatangkan
kelas
positifnya,
kejenuhan
mengaitkan
materi
pelajaran
kemajuan
hidupnya,
negatifnya kesatuan
namun
informasi dan
yang
persatuan
dengan kehidupan terdalam sang guru,
Perlu disadari, era globalisasi
apa lagi dengan kehidupan peserta didik
merupakan produk kemajuan sain dan
yang
teknologi, maka peningkatan kualitas
beraneka
ragamnya.
Sebagai
contoh, guru PAI mengajarkan materi
sumber
tentang
yang
merupakan prasyarat untuk mencapai
diajarkan hanyalah pengertian puasa,
kemajuan di bidang sain dan teknologi.
syarat, rukun, dan yang membatalkan
Di sinilah tantangan bagi pendidikan
puasa,
tidak
Islam dan para pemikirnya. Sehingga
menyentuh emosi terdalam setiap orang.
pendidikan Islam, disatu sisi mampu
Memang hal tersebut penting untuk
menyampaikan pesan Islam kaitannya
diketahui peserta didik namun ada yang
dengan tuntutan kualitas SDM serta
lebih penting seperti mengetahui hikmah
merebut kembali kejayaan sain dan
dan manfaat puasa bagi kehidupan. Hal
teknologi; di sisi lain mampu mencetak
ini penting, karena ibadah (puasa) yang
SDM yang berkualitas, yaitu manusia
memancarkan
saja
yang ber IQ tinggi sekaligus memiliki
diperlukan untuk pembinaan kesalehan
kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/
individual, melainkan juga peningkatan
SQ).
puasa,
yang
kesalehan sosial.
sedangkan
sama
hikmah
sekali
bukan
daya
Pendidikan
manusia
Islam
muslim
dalam
pertumbuhan spiritual dan moral harus ISSN: 873 – 3741-1
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
40
mampu menolong individu menguatkan
dan pendayagunaan iptek yang tidak
iman, akidah, dan pengetahuan terhadap
disertai dengan keluhuran akhlak akan
Tuhannya dan dengan hukum-hukum,
dapat
ajaran-ajaran,
agamanya.
penderitaan bahkan kehancuran. Oleh
memiliki
karena itu, penguasaan, pengembangan
dimensi kemanusiaan seperti itu harus
dan pendayagunaan ilmu pengetahuan
ditanamkan
didik
dan teknologi harus senantiasa berada
melalui pendidikan Islam. Peran penting
dalam jalur nilai-nilai kemanusiaan dan
spiritual ini bagi kehidupan manusia
akhlak yang luhur.
Pendidikan
adalah
dan moral spiritual
pada
yang
diri
pendidikan
peserta
membawa
manusia
menuju
Islam
harus
Jika para tokoh Barat secara
didasarkan
pada
falsafah
bahwa
umum merancang penididikan skuler
pendidikan
adalah
proses
menuju
pada peserta didik, Islam sejak abad ke-7
kesempurnaan dengan berbagai potensi
telah mensosialisasikan
yang diberikan oleh Allah untuk manusia
serba religius. Pendapat John Locke
agar dapat menjalankan misinya sebagai
sesungguhnnya
khalifatullah di muka bumi.
sebelumnya bisa ditemukan dalam hadits
Pendidikan usaha
sadar
sepuluh
yang
abad
sebagai
Nabi yang mengajarkan: “setiap anak
menghantarkan
yang lahir dalam kedaan putih bersih
spiritual
untuk
ajaran
peserta didik memiliki hubungan yang
hingga
sangat
mendesainnya sebagai Yahudi, Nasrani,
kuat
antara ruhani
manusia
kedua
orangtuanya
SWT.
atau Majusi”(Hadits riwayat Bukhari, juz I:
Sehingga dengan demikian, manusia
1292). Nabi diikuti oleh tokoh-tokoh besar
dapat
spiritual.
dalam pendidikan Islam seperti Ibnu
Hanya dengan pengenalan spiritual itulah,
Miskawaih (941-1030 M), Ibnu Hazm (w.
manusia mendapatkan spiritualisasi yang
1064 M), Imam al-Ghazali (w. 1111 M),
akan mengangkatnya pada kesucian dan
yang banyak menulis tentang akhlak dan
keindahan
pendidikan.
dengan
sang
meraih
pencipta,
Allah
pengenalan
rohani
yang
menjadikan
segala aktifitas kehidupannya semakin bermakna.
Dalam konteks pendidikan, Islam menempatkan anak pada posisi yang
Aspek
yang
perlu
amat penting. Karena tugas suci ini
pendidikan
Islam
termasuk kewajiban bagi setiap orangtua,
adalah spiritualitas yang bukan hanya
maka dosa besar bagi mereka yang tidak
metode untuk pencarian makna, tetapi
memperhatikan pendidikan agama anak.
juga fondasi bagi pencarian itu sendiri.
Nabi
Karena itu, penguasaan, pengembangan
bahwa siapa yang tidak menyayangi
ditanamkan
spiritual
dalam
ISSN: 873 – 3741-1
Muhammad SAW
mengajarkan
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
anak maka bukan termasuk golongannya.
41
1.8 Penutup
Ancaman lebih keras bagi mereka yang
Berdasarkan pembahasan pada
tidak memperhatikan nasib yatim piatu.
uraian-uraian
Betapa pentingnya pendidikan agama
disimpulkan
anak
Kementrian Agama memiliki peranan
sebagai
kecerdasan
upaya
spiritual,
mengingatkan
bahwa
menanamkan
sebelumnya bahwa
dapat
Institusi
berupa
sehingga
Nabi
penting dalam hal meningkatkan spiritual
seorang
calon
sumber daya manusia melalui pendidikan
Bapak sudah semestinya memikirkan
agama,
calon anak sejak ia menyeleksi calon
membenahi
ibunya. Karena menurut Nabi, darah ibu
lembaga-lembaga
dan ayah akan mengalir ke tubuh anak
keagamaan seperti pondok pesantren
dan
dan
sangat
mempengaruhi
masa
depannya.
satuan
lainnya
Pendidikan Islam
dan
Agama
memberdayakan pendidikan
pendidikan
melalui
terus
keagamaan
peningkatan
mutu
awal
pendidik, penguatan kajian keagamaan,
Mencermati
pengembangan pendidikan, peningkatan
melakukan
kecakapan hidup dan kewirausahaan
pencarian Tuhannya, lewat perpaduan
serta perbaikan sarana dan prasarana
antara menggunakan indera dan akalnya
bagi
sekaligus.
keagamaan.
menekankan kisah
keimanan.
Ibrahim
dalam
Pencarian
sejak
Kementerian
hakekat
Tuhan
dengan menggunakan indera dan akal ternyata
tak
ketemu,
Penyediaan
pendidikan
fasilitasi
dan
itu
pelayanan bagi umat beragama tentunya
dilakukan oleh Ibrahim sebagai manusia
akan menunjang dalam meningkatkan
yang
spiritual
menyandang
sekalipun
lembaga-lembaga
gelar
khalilullah
sumber
daya
manusia,
(kekasih Allah). Sekalipun pencarian itu
sepertihalnya penyelenggaraan berbagai
tidak membawa hasil tetapi dilakukan
lomba
sebagai pintu memperoleh hidayah dari
(Musabaqah Tilawatil Qur’an), Pesparawi,
Allah. Kisah ini memberikan petunjuk
Utsawa Dharma Gita, dan Festival Seni
bahwa indera dan akal tetap boleh
Baca
digunakan
melakukan
peningkatan pembinaan penyuluh dan
pergumulan
juru penerang agama; bantuan kitab suci
Tuhan
dan buku-buku keagamaan; penjelasan
untuk
pengembaraan melakukan
dan
pencarian
(Suprayogo, 2007:33-34).
itu
keagamaan,
Kitab
Suci
seperti
MTQ
Tipitaka/Tripitaka;
secara mendalam (tahqiq) buku-buku keagamaan;
pentashihan
Mushaf
Al-Qur’an; pemanfaatan media massa cetak dan elektronik sebagai wahana ISSN: 873 – 3741-1
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
pembinaan umat; pengembangan sistem
optimal
informasi
peningkatan
mempersiapkan SDM sebagai khalifah
pembinaan keluarga sejahtera, serta
Allah di muka bumi yang cerdas, mandiri,
bantuan rehabilitasi dan pembangunan
dan kreatif, serta bertanggung jawab
untuk 4.487 unit rumah ibadah (masjid,
kepada Allah SWT.
keagamaan;
dan
42
seimbang
untuk
gereja, pura, dan vihara). Salah satu sebagai
peningkatan
fasilitas
dan
pelayanan bagi umat beragama.
Referensi : Agustian, Ary Ginanjar, 2001. Rahasia
Pendidikan Agama Islam dapat
Sukses Membangun Kecerdasan
memberikan solusi terhadap persoalan
Emosi dan Spiritual Berdasarkan 6
yang
Rukun Iman dan 5 Rukun Islam,
dihadapi
pandangan
manusia,
tentang
mengingat
manusia
yang
Jakarta: Penerbit Arga.
menjadi objek dan subjek pendidikan
Departemen Pendidikan Nasional RI,
yang komprehensif dan tujuannya adalah
2003. Undang-Undang Republik
kesempurnaan dan keunggulan yang
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
menjangkau kehidupan kini dan akhirat
Tentang
Sistem
Pendidikan
nanti.
Nasional,
Jakarta:
Departemen
Profil
keberhasilan
pendidikan
agama islam yang diharapkan dengan intelektual
dan
karakteristik
Pendidikan Nasional RI.
sebagai
Fadjar, A. Malik, 1998. Madrasah dan
berikut: (1) Peka terhadap masalah.
Tantangan Modernisitas,Bandung:
Karena kepekaan seperti itu merupakan
Mizan.
langkah kreatif untuk memulai pekerjaan;
Furchan,
Arief,
2004.
Transformasi
(2) Bekerja tanpa pamrih. Dalam tradisi
Pendidikan Islam di Indonesia,
keilmuan, bekerja tanpa pamrih ini berarti
Yogyakarta: Gema Media.
sikap objektif, cinta kebenaran serta kritis;
Idi, Abdullah dan Toto Suharto, 2006.
(3) Bersikap bijaksana; (4) Tanggung
Revitalisasi
jawab. Seorang ilmuwan berkewajiban
Yogyakarta: Tiara Wacana.
mencari,
menemukan
dan
Ma’arif,
Pendidikan
Syamsul,
memanfaatkan ilmu bagi kepentingan
Pendidikan
hidup umat manusia, sekaligus juga
Graha Ilmu.
2007. Islam,
Islam
Revitalisasi Yogyakarta:
bertanggung jawab atas apa yang terjadi
Mahmud, adnan, Sahjad M. Askan dan M.
selanjutnya. Memadukan IQ, EQ dan SQ
Adib Abdushomad (ed.), 2005.
dalam
Pemikiran Islam Kontemporer di
proses
pembelajaran
dengan
mengembangkan potensi yang ada pada
Indonesia,
sumber daya manusia yang ada secara
Pelajar.
ISSN: 873 – 3741-1
Yogyakarta:
Pustaka
Jurnal Ilmiah “POLITEA” FISIP Universitas Al-Ghifari, Volume 10 Nomor 5, Januari 2013
Mas’ud, Abdurrahman, 2003. Menuju Paradigma
Islam
Humanis,
Yogyakarta: Gema Media. Paisak, Taufik. 2003. Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur’an. Bandung: Mizan. Rahardjo, Mudjia (ed.), 2006. Quo Vadis Pendidikan
Islam
Pembacaan
Realitas Pendidikan Isalam, Sosial dan Keagamaan, Malang: UIN Malang Press. Suprayogo, Imam, 2007. Quo Vadis Madrasah Gagasan, Aksi & Solusi Pembangunan
Madrasah,
Yogyakarta: Hikayat Publishing. Tilaar,
H.A.R.,
2002.
Membenahi
Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta. _______, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Cipta.
ISSN: 873 – 3741-1
Jakarta:
PT
Rineka
43