eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (1) 305-314 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PERAN UNITED NATIONS ENTITY FOR GENDER EQUALITY AND THE EMPOWERMENT OF WOMEN (UN WOMEN) DALAM PENANGANAN DISKRIMINASI SOSIAL-BUDAYA DI INDIA Nurliana1 Nim. 0902045217
Abstract Discrimination is reputed as a problem in a developing or undeveloped countries, discrimination usually caused by the culture and the history of a state. Discrimination case that a happens everywhere including India. In India, discrimination has long occurred and the influence factors are people’s and the culture that been formed long time ago and going on until now. It a occurs many negative effect or bad conditions to the indian’s women. And the traditions might be harmful to individuals or groups such as dowry’s culture tradition, Abortion, caste dalitand Sati tradition. The results of this study indicate that the role of UN Women in handling the problem of discrimination can be successful and bring positive changes to the lives of women. Through as facilitator and mediator in international organizationin the program improves leadership and participation women's, economic empowerment, security, annd violence against women. So, that women’s live in India get a lot of changes especially in the social and cultural. Keywords : UN Women, social-cultural discrimination, facilitator and mediator. Pendahuluan Diskriminasi dianggap sebagai permasalahan dalam negara yang terjadi di beberapa negara seperti negara berkembang maupun miskin, diskriminasi biasanya disebabkan oleh budaya dan sejarah negara tersebut yang mengistimewakan laki–laki terhadap perempuan baik secara sosial maupun budaya. Terbentuknya diskriminasi dikarenakan oleh banyak hal diantaranya dibentuk secara konstruksi sosial atau kultural melalui perbedaan sosial seperti sistem kasta atau derajat seorang pria dan perempuan, baik budaya ataupun yang sudah tertanam dalam sejarah itu sendiri. Hal ini mempengaruhi pandangan dan gambaran antara laki–laki dan perempuan dimana perempuan mempunyai gambaran sebagai mahluk lemah atau yang memiliki kasta rendah, sedangkan laki-laki dianggap pemilik kasta tertinggi dan yang mempunyai hak penuh atas perempuan.
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:305-314
Selama berabad-abad kedudukan kaum laki-laki dianggap lebih tinggi daripada kaum perempuan. Laki-laki dan perempuan dianggap sebagai dua jenis ciptaan yang berbeda sama sekali dengan hak dan martabat yang berbeda dimana laki-laki dianggap lebih berharga dan lebih tinggi kedudukannya dibanding perempuan. Anggapan ini selanjutnya tersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari dimana laki-laki menjadi pemilik kuasa atas segala aspek dan perempuan sebagai kaum rendah berdasarkan jenis kelamin yang menyebabkan adanya anggapan bahwa perempuan tidak perlu mendapatkkan fasilitas hidup yang layak sehingga kondisi inilah yang kemudian seolah melegalkan sistem sosial mereka yang berlaku di banyak masyarakat seperti halnya yang terjadi di negara kawasan Asia yaitu negara India. Menurut catatan dari biroNational Crime Record Bureau (NCRB) India dari diagram di atas bahwa sebanyakterjadinya khasus kekejaman oleh suami dan kerabat, kasus pemerkosaan, kasus pelecehan seksual dan kasus pelecehan mahar dilaporkan di India selama tahun 2009 terus meningkat dan mencapai 33,707 khasus terhadap perempuan pada tahun 2013.(http://www.national/crime/records/bureau/)Berdasarkan data yang dirilisNational Crime Record Bureau (NCRB) India, pembunuhan perempuan akibat masalah mahar terjadi hampir setiap jam di negeri itu. Pada 2012 total tindakan kekerasan terhadap perempun mencapai 24, 923 orang perempuan sebagian besar dari mereka adalah pengantin baru, menjadi korban pembunuhan terkait pembayaran mahar. Sistem yang dianut oleh masyarakat India adalah sistem kasta hak istimewa dimana laki-laki adalah tokoh utama yang menempati peran kepemimpinan politik, moral, kontrol properti, perempuan dan anak-anak. Sebagian besar dari India, pria memegang sebagai pemimpin atas anggota keluarga perempuan dan mewarisi harta keluarga. Diskriminasi terhadap perempuan di India tidak hanya terjadi karena sistem budaya mahar dan sistem female foeticide (aborsi karena perempuan) tetapi diskriminasi karena status sosial seperti kasta dalit dan tradisi sati masih sering terjadi terhadap perempuan di India yang berdampak sangat buruk terhadap kehidupan perempuan di india. Seperti hal nya yang terjadi terhadap perempuan yang berkasta dalit, kasta dalit di anggap sangat rendah dari kasta-kasta lainnya, bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami kaum ini sungguh tidak masuk akal dan pada umumnya kaum dalit hanya menjadi kelompok kasta yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan paling kotor, rendah, dan tidak layak. (http://www.redressonline.com/2014/03/gender-and-castediscrimination-in-india/) Kasta dalit juga disingkirkan dari pergaulan sehari-hari bahkan sekedar menginjak bayangannya pun sudah menjadi kesialan bagi kasta di atasnya. Kaum dalit dianggap sebagai orang yang tercemar dan kotor sehingga tidak pantas hidup berdampingan dengan wajar dengan mereka yang merasa lebih tinggi dan bersih. Menurut National Crime Records Bureau India (NCRB) mengungkapkan bahwa mayoritas perempuan dalit melaporkan telah menghadapi satu atau lebih insiden kekerasan verbal, serangan fisik, pelecehan seksual, pemerkosaan dan kekerasan dalam rumah tangga. Selain sitem kasta diskriminasi berdasarkan tradisi sati masih marak terjadi di pedesaan seperti di daerah Rajashtan di India Utara dan juga di beberapa kasta di Bengal bagian India Timur. Meski tradisi ini sudah dilarang dipraktekkan di India sejak masa kolonial Inggris di India pada tahun 1829 namun di daerah pedesaan masih
306
Peran UN Women Menangani Diskriminasi Sosial Budaya di India (Nurliana)
ada penduduk yang menjalankan tradisi ini secara sembunyi-sembunyi. Janda yang ditinggal mati oleh suaminya diwajibkan menjalankan living sati yaitu hidup dibawah belas kasihan keluarga suaminya, tidak diperbolehkan memakai perhiasan, meninggalkan segala hal yang berbau kesenangan duniawi dan hanya diperbolehkan memakai sari berwarna putih. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Diskriminasi Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil dan seimbang yang dilakukan untuk membedakan terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan, atau tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan mayoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa prilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis. Hal ini disebabkan kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Adapun faktor diskriminasi adalah:(http://www.Diskriminasi dan kesataraan,PDF). 1. Tata nilai sosial budaya masyarakat, umumnya lebih mengutamakna laki-laki daripada perempuan (ideologi patriarkhi). 2. Peraturan perundang-undangan masih berpihak pada salah satu jenis kelamin dengan kata lain belum mencerminkan kesetaraan gender; penafsiran ajaran agama yang kurang komprehensif atau cenderung tekstual kurang kontekstual, cenderung dipahami parsial kurang kholistik; kemampuan, kemauan dan kesiapan perempuan sendiri untuk merubah keadaan secara konsisten dan konsekwen. 3. Adanya kesenjangan pada kondisi dan posisi laki-laki dan perempuan menyebabkan perempuan belum dapat menjadi mitra kerja aktif laki-laki dalam mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang diarahkan pada pemerataan pembangunan. 4. Selain itu rendahnya kualitas perempuan turut mempengaruhi kualitas generasi penerusnya, mengingat mereka mempunyai peran reproduksi yang sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia masa depan. Melalui konsep diskriminasi gender ini munculnya sebuah gerakan untuk pembebasan diskriminasi melalui aliran feminisme. Feminisme berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan dibandingkan laki-laki di masyarakat. Gerakan feminisme di India adalah suatu gerakan yang ditujukan untuk menentukan, membangun, dan membela hak-hak politik, ekonomi, dan sosial yang sama dan kesempatan yang sama bagi perempuan India.Gerakan ini untuk mendapatkan hakhak perempuan dalam masyarakat India.Feminis di India mencari kesetaraan gender yaitu hak untuk bekerja dengan upah yang sama, hak untuk akses yang sama terhadap kesehatan dan pendidikan, mendapatkan hak kepemilikan tanah, serta hak-hak politik yang sama. Teori Peran Organisasi Internasional Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional.Sebagai anggota masyarakat
307
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:305-314
internasional, organisasi internasional harus mengikuti peraturan peraturan yang telah disepakati bersama.Selain itu, melalui tindakan anggotanya setiap anggota tersebut melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Theodore A. Coulombis dan James H. Wolfe dalam buku pengantar hubungan internasional, tujuan-tujuan umum yang hendak dicapai oleh suatu organisasi internasional adalah:(Theodore A. Coulumbis dan James H. Wolfe ( Alih Bahasa: Marcedes Marbun) Pengantar Hubungan Internasional – Keadilan dan Power, Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, U. S. A., 1986, hal 279) a. Regulasi hubungan internasional terutama melalui teknik-teknik penyelesaian pertikaian antara bangsa secara resmi. b. Meminimalkan atau paling tidak mengendalikan konflik atau perang internasional. c. Memajukan aktivitas-aktivitas kerjasama dan pembangunan antara negara demi keuntungan-keuntungan sosial dan ekonomi dikawasan tertentu atau untuk manusia pada umumnnya. d. Pertahanan kolektif kelompok negara menghadapi ancaman. Berdasarkan dengan konsep diskriminasi gender dan teori peran organisasi internasional penulis menghubungkan diskriminasi yang terjadi di India adalah bentuk diskriminasi secara langsung, dimana perempuan sebagai pemilik kasta rendah yang derajatnya tertindas oleh laki-laki karena status sosial dan budaya. Perempuan hidup dibawah tekanan yang sebenarnya dalam dunia modern tindakan-tindakan yang demikian tidak terjadi lagi.Hingga saat ini dunia internasional terus berupaya menangani masalah ini baik melalui peran-peran organisasi internasional seperti peran UN Women. Untuk menangani kesetaraan terhadap perempuan di India.UN Women (United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women) sebagai tempat atau wadah untuk menghasilkan keputusan bersama diantara negara anggota. Dan sebagai wadah kerjasama dalam menyelesaikan sejumlah masalah maka diperlukan sebuah pola kerjasama, kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama internasional.Terkait persoalan diskriminasi perempuan merupakan sebuah agenda dari UN Women dalam menangani masalah kesetaraan yang perlu diperhitungkan dalam komunitas internasional. Metode Penelitian Dalam metode penelitian penulis menggunakan tipe penelitian deskripsi analitis yaitu menjelaskan dan menganalisa Peran UN Women Dalam Penanganan Diskriminasi Sosial–Budaya terhadap Perempuan di India. Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder, teknik data menggunakan library research, dan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, karena penelitian ini hanya memaparkan situasi dan peristiwa dengan menjelaskan bagaimana peran UN Women dalam penanganan diskriminasi sosial–budaya terhadap perempuan di India. Hasil Penelitian Kondisi perempuan dianggap sebagai kaum rendah dan terus terjadi pasca abad modern ini sehingga diskriminasi terhadap perempuan terjadi secara terus menurus bahkan terkadang bukan hanya laki-laki melainkan perempuan pun ikut serta mendiskriminasi perempuan lainnya,seperti misalnya perempuan yang telah menikah lebih menyukai atau memilih untuk dapat memiliki anak laki-laki dari pada anak perempuan, selain itu anak laki-laki mendapat pendidikan lebih tinggi. Kehidupan
308
Peran UN Women Menangani Diskriminasi Sosial Budaya di India (Nurliana)
perempuan di India sangat buruk dan memperihatinkan, kehadiran mereka dikalangan sosial dipandang sebagai kutukan dan dianggap sebagai pertanda buruk serta penyebab kesialan bagi orang yang ada disekitarnya. mereka diperlakukan secara rendah, India dianggap negara terburuk bagi kaum perempuan dalam struktur sosial kehidupan perempuan di India. (http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2012/06/120613_survei_perempuan_india.s html) Kehadiran mereka dikalangan sosial dipandang sebagai kutukan dan dianggap sebagai pertanda buruk serta penyebab kesialan bagi orang yang ada disekitarnya.Perempuan yang telah menikah biasanya diperlakukan secara rendah di keluarga laki-laki, kekejaman dan ketidakadilan terhadap para perempuan ini adalah salah satu alasan utama mengapa sebagian besar perempuan mengalami diskriminasi.Pemerintah India dinilai belum maksimal melindungi warga negaranya khusunya untuk hak-hak kaum perempuan. India dianggap negara terburuk bagi kaum perempuan karena praktik pembunuhan anak, perkawinan di bawah umur, dan perbudakan, masih terjadi di India. Beberapa penyebab tertentu yang terjadi cukup lama dan sulit untuk di hapuskan dikarenakan: 1. Rendahnya Ekonomi dan Kemiskinan 2. Buta Aksara 3. Sosial, budaya dan keyakinan Penyebab Inilah yang mengakibatkan tingginya tingkat diskriminasi baik berupa status sosial maupun budaya, adapun bentuk diskriminasi terhadap perempun di India sebagai berikut: a. Sistem Dowry (Mahar) Dowry adalah pemberian yang dilakukan oleh pihak pengantin wanita kepada pihak pengantin laki-laki ketika menikahkan anaknya, dowry bisa berupa uang tunai, barang-barang berharga seperti perhiasan, alat elektronik, furniture dll, tergantung permintaan dari pihak laki-laki.(Sonia Dalmia dan Pareena G. Lawrence. The Institutions of Dowry in India : Why it Continues to Prevail. The Jounal of Developing Areas.Vol.38 No.2. 2005.) b. Sistem Female Foeticide (Aborsi Selektif) Female Foeticide atau yang biasa disebut dengan aborsi janin perempuan adalah tindakan menggugurkan janin karena perempuan.Ini adalah masalah sosial utama di India dan memiliki hubungan kebudayaan dengan sistem mahar yang sudah mendarah daging dalam budaya India meskipun fakta bahwa ini telah dilarang pemerintah India.Penentuan seks dilarang di India pada tahun 1994, di bawah Prekonsepsi dan Diagnostik Prenatal Teknik (Larangan Seleksi Sex).Tindakan itu bertujuan untuk mencegah seks selektif aborsi yang menurut Departemen Kesehatan India dan Kesejahteraan Keluarga berakar pada sejarah panjang India pengaruh patriarki yang kuat di semua aspek. c. Kasta Dalit Dalam bentuknya kasta sebagai sistem pemerintahan sosial dan ekonomi didasarkan pada prinsip-prinsip dan aturan adat yaitu: 1. Melibatkan pembagian orang ke dalam kelompok-kelompok sosial (kasta) dimana tugas dan hak ditentukan oleh kelahiran turun-temurun.
309
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:305-314
2. Penetapan hak-hak dasar di antara berbagai kasta adalah tidak sama dan hirarkis. Praktek diskriminasi terhadap kaum dalit ini diperkirakan telah ada sejak abad ke4, pada umumnya kaum dalit hanya menjadi kelompok manusia yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan paling kotor, rendah, dan tidak berarti.Mereka juga disingkirkan dari pergaulan sehari-hari bahkan sekedar menginjak bayangannya pun sudah menjadi kesialan bagi kasta di atasnya.Kaum dalit dianggap sebagai orang yang tercemar dan kotor sehingga tidak pantas hidup berdampingan dengan wajar dengan mereka yang merasa lebih tinggi dan bersih. d. Perlakuan Terhadap Para Janda (Tradisi Sati) Tradisi pembakaran janda atau “Sati” sudah sejak lama ada di India bahkan sejak ratusan tahun yang lalu.Tradisi ini berasal dari ajaran Hindu untuk menghormati Dewi Sati dan sebagai wujud cinta dan pengabdian seorang istri kepada suaminya.Ketika seorang suami meninggal dunia maka istrinya dianjurkan untuk ikut mati dengan membakar diri bersama mayat suaminya.Ritual sati ini meski hanya bersifat sukarela namun di beberapa kelompok masyarakat ortodoks para janda dipaksa untuk menjalankannya.Ritual sati ini lazim dijalankan di daerah Rajashtan di India Utara dan juga di beberapa kasta di Bengal bagian India Timur.(http://www.redressonline.com/2014/03/gender-and-caste-discriminationin-india/) Meski tradisi ini sudah dilarang dipraktekkan di India sejak masa kolonial Inggris di India pada tahun 1829 namun di daerah pedesaan masih ada penduduk yang menjalankan tradisi ini secara sembunyi – sembunyi. Bentuk-bentuk ketidakadilan akibat diskriminasi gender: a. Proses marginalisasi (peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki. b. Terjadinya keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Kenyataan memperlihatkan bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan. c. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan ketidakadilan. Salah satunya yakni terjadi terhadap salah satu jenis kelamin, (perempuan). Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup rumah tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyarakat. d. Berbagai bentuk tidak kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul dalam bebagai bentuk. Kekerasan yang terjadi bukan hanya serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan dan penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik, seperti pelecehan seksual. Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat individu, baik di dalam rumah tangga sendiri maupun di tempat umum. e. Beban Ganda adalah bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan yang harus dilakukan oleh perempuan secara berlebihan. f. Terlaksananya sebuah sistem sosial dimana laki-laki menguasai semua harta milik dan sumber – sumber ekonomi, dan dalam membuat keputusan penting. Dalam sistem sosial yang patriarki mengalami perkembangan dalam hal lingkup institusi sosialnya, diantaranya lembaga perkawinan, institusi ketenagakerjaan, dan hampir semua institusi sosial, politik, ekonomi.
310
Peran UN Women Menangani Diskriminasi Sosial Budaya di India (Nurliana)
Peran UN Women sebagai fasilitator Kerangka kerja UN Women berisi tiga komponen yang saling terhubung yaitu kerangka kerja pada hasil pembangunan, hasil pengelolaan, dan pada sumber daya terintegrasi. Hasil pengembangan kerangka kerja terdiri dari tujuan utama, masingmasing didukung oleh hasil, target dan indikator yang telah ditetapkan untuk meningkatkan kepemimpinan dan partisipasi perempuan dalam semua bidang yang mempengaruhi kehidupan mereka untuk meningkatkan akses perempuan terhadap pemberdayaan dan kesempatan di bidang ekonomi, dan kesetaraan terutama bagi mereka yang paling dikecualikan mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan dan memperluas akses ke layanan korban untuk meningkatkan kepemimpinan perempuan dalam perdamaian dan keamanan dan respon kemanusiaan. (United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women Strategic Plan, 2011-2013, Annual Session of 2011, Executive Board of UN Women, 27-30 Juni 2011, New York) Program kerja UN Women di India dalam menangani diskriminasi terlaksana melalui perannya sebagai fasilitator yaitu: a. Meningkatkan kepemimpinan dan partisipasi perempuan Ketika perwakilan perempuan terpilih menyatakan diri, kehadiran mereka berangkat dari hanya perwakilan politik kepada partisipasi politik yang efektif. UN Women, bersama dengan Pemerintah India, memungkinkan perwakilan perempuan yang terpilih untuk mewujudkan hak-hak mereka dan menumbuhkan keterampilan kepemimpinan mereka melalui program ini. Mempromosikan Kepemimpinan Politik dan Pemerintahan Perempuan di India dan Asia Selatan. Pada tahun 2012 direncanakan lebih dari setengah juta perwakilan perempuan terpilih, di lima negara bagian India (populasi: 365 juta), telah diberdayakan. Program ini dirancang untuk membangun kapasitas para perempuan. UN Women bersama dengan pemerintah India memungkinkan perwakilan perempuan yang terpilih untuk mewujudkan hak-hak mereka dan menumbuhkan keterampilan kepemimpinan mereka melalui peran ini, "Mempromosikan Kepemimpinan Politik dan Pemerintahan Perempuan di India dan Asia Selatan. Pada tahun 2012 lebih dari setengah juta perwakilan perempuan terpilih, di lima wilayah bagian India (populasi: 365 juta), yang telah diberdayakan oleh UN Women. b. Pemberdayaan Ekonomi UN Women mengupayakan berbagai langkah untuk mencapai tujuannya dengan memberdayakan perempuan secara ekonomi, meningkatkan hak-hak perempuan atas kepemilikan tanah dan aset lainnya, 74,8 persen perempuan pedesaan di India adalah pekerja pertanian tetapi hanya 9,3 persen memiliki tanah. UN Women memastikan perlindungan yang lebih besar terhadap hak-hak perempuan terpinggirkan termasuk perempuan pekerja migran dan mereka yang bekerja di sektor yang tidak terorganisir, penguatan jaringan kemitraan perempuan untuk menjamin hak-hak perempuan dan meningkatkan suara perempuan di sektor informal. Pada tanggal 16 Desember 2015 UN Women memberikan dana untuk Kesetaraan Gender untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan, ekonomi, kepemimpinan politik dan partisipasi untuk perempuan. Dana UN Women untuk Kesetaraan Gender akan memberikan bantuan teknis dan keuangan untuk memaksimalkan dampak dan keberlanjutan dari intervensi dan untuk
311
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:305-314
mengimplementasikan Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan yang tepat dari 1 Januari 2016. c. Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan Peran UN Women, Women Count for Peace berencana untuk memperkuat partisipasi perempuan dalam penyelesaian konflik dan pembangunan bangsa. Pada tahun 2015 suara perempuan harus memainkan peran yang lebih besar dalam meningkatkan hak-hak asasi perempuan sebagai aspek integral dari partisipasi perempuan pada proses perdamaian dalam konflik dan daerah pasca konflik. Dengan cara menyediakan keahlian secara teknis dan peningkatan kemampuan. Pada tahun 2014 UN Women mengadakan acara "informasi yang adil" yang diselenggarakan di Balai Kota Shihore, blok desa di negara bagian barat Gujarat. d. Perencanaan dan Anggaran Nasional UN Women mendukung Kementerian Perempuan dan Perkembangan Anak dan berbagai mitra lainnya untuk memperdalam anggaran responsif gender di India. Peran ini meningkatkan pengeluaran anggaran untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sesuai dengan komitmen nasional dan internasional. Pada tahun 2016, fokus pertama isu-isu kritis yang dihadapi oleh perempuan, seperti kekerasan, memerangi perdagangan, dan pemberdayaan remaja perempuan.Dalam enam tahun terakhir, dana untuk kesetaraan gender telah berhasil diberikan 64.000.000 dolar untuk program 120 penerima beasiswa. Sampai saat ini, program tersebut telah mencapai lebih dari 10 juta perempuan, anak perempuan dan anak laki-laki sebagai penerima manfaat langsung. (www.unwomen.org/fge/) e. Memberdayakan Janda Dengan sedikit keterampilan pendidikan dan kehidupan, janda secara ekonomi, psikologis dan rentan seksual. Sebuah survei yang dilakukan untuk mengukur situasi janda di Vrindavan dengan Guild of Service dan UN Women mengungkapkan bahwa janda yang sangat miskin, hidup di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia dan bahkan Komisi Perencanaan. Selain itu, UN Women bekerja untuk mengurangi pengucilan sosial dan stigma yang dihadapi oleh janda dan memastikan bahwa mereka menikmati hak-hak sosial dan ekonomi yang sama. Peran UN Women sebagai Mediator Dalam kehidupan sosial perempuan di India UN Women telah membantu untuk memperbaiki kehidupan perempuan di wilayah tersebut dengan cara, yaitu : 1. Mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan UN Women hadir untuk menangani kekerasan terhadap perempuan serta perdagangan. UN Women membuat ruang publik yang lebih aman bagi perempuan dan memastikan bahwa janda dapat mengakses hak-hak mereka dengan dihormati, mencegah perdagangan perempuan dan anak perempuan. UN Women juga mendukung adanya tempat umum yang aman untuk perempuan. Safe Cities Programme dalam kemitraan dengan pemerintah Delhi mengeksplorasi solusi dan strategi untuk membuat Delhi aman bagi perempuan. Pada tanggal 25 November 2009 UN Women melakukan peninjauan terhadap fasilitas publik yang termasuk diantaranya adalah angkutan umum, kesadaran sipil, desain ruang publik, penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur publik, undang-undang yang lebih kuat dan dukungan bagi para korban diskriminasi. UN
312
Peran UN Women Menangani Diskriminasi Sosial Budaya di India (Nurliana)
Women melakukan pemantauan perlindungan terhadap perempuan dan untuk pertama kalinya di India, pelaksanaan undang-undang dipantau setiap tahun dengan empat monitoring dengan laporan evaluasi prestasi penting dan kesenjangan setiap tahunnya untuk mencegah kekerasan dalam rumah tangga, melarang kekerasan dalam rumah tangga di India bersama dengan Kelompok Pengacara Kolektif. Salah satunya adalah kampanye yang mendesak kaum lakilaki untuk mengambil sikap terhadap kekerasan dalam rumah tangga. UN Women mendesak negara-negara anggota untuk mengambil tindakan dalam menangani diskriminasi meliputi: 1. Negara-negara pihak atau negara anggota harus mengambil semua tindakan yang tepat untuk memperbaiki atau menghapuskan hukum yang ada dan praktek-praktek yang diskriminatif terhadap perempuan. 2. Negara-negara pihak menekan perdagangan perempuan, eksploitasi, dan prostitusi. 3. Perempuan harus mampu memilih dalam semua pemilihan atas dasar persamaan dengan laki-laki. 4. Akses yang sama terhadap pendidikan, termasuk di daerah pedesaan. 5. Akses yang sama ke perawatan kesehatan, transaksi keuangan, dan hak milik. Kontribusi UN Women sebagai meniator yang paling menonjol di India adalah telah memastikan bahwa perempuan dapat berpartisipasi secara aktif dalam politik dan menyuarakan pendapat mereka secara bebas melalui pertemuan-pertemuan antara perempuan maupun laki-laki atau pihak yang terkait yang telah membantu membentuk beberapa perubahan yang penting di negara tersebut. Mengenai hasil dari diskriminasi sosial dan budaya berupa kasta, dowry, tradisi sati dan aborsi berdasarkan jenis kelamin telah mengalami perubahan dan tindakan tersebut saat ini telah dilarang dan apabila khasus demikian terjadi kembali maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman yang telah ditetapkan, dalam konstitusi India yang sering terjadi di wilayah pedesaan di India. Selain itu jumlah orang miskin terutama kaum perempuan turun drastisdari 37 persen menjadi 22 persen populasi, atau kurang lebih 2 persen setiap tahun,dari 400 juta tahun 2005 menjadi 270 juta pada 2014, lapangan kerja untuk perempuan juga membaik. (http://www.unwomensouthasia.org/about-us/results-at-a-glance/) Penurunan tampak lebih signifikan di daerah pedesaan yang luas, beberapa dari negara-negara bagian termiskin di India seperti Orissa, Bihar dan Rajasthan juga mengalami penurunan tingkat kemiskinandibandingkan dengan daerah-daerah yang lain. Dan jumlah tingkat penurunan aborsi janin perempuan ikut menurun terbukti dari hasil sensus jumlah populasi wanita sebesar 614.4 Jutapada 2014 menjadi 615 Juta populasi pada tahun 2015. Kesimpulan Meski suatu negara sudah meratifikasi konvensi penghapusan diskriminasi dan telah menyusun konstitusi yang menjamin tidak adanya diskriminasi terhadap perempuan dan melindungi perempuan dari tindakan-tindakan kekerasan berbasis gender, upaya perlindungan terhadap perempuan ini tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh implementasi yang sungguh-sungguh dari semuapihak yang terkait. Dan membuat
313
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016:305-314
program-program yang mendukung dan dapat meningkatkan kesetaraan wanita. Melalui sebuah peran organisasi internasional seperti UN Women Peran UN Women dalam menangani masalah diskriminasi perempuan di India adalah sebagai instrumen melalui perannya sebagai fasilitator dan mediator dimana peran ini dapat dikatakan berhasil karena melalui program UN Women memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan, bantuan dana, dan membuat perempuan dapat ikut serta dalam berpartisipasi secara aktif dalam politik dan menyuarakan pendapat mereka secara bebas kepada para perempuan yang mengalami tindakan diskriminanasi. UN Women memberikan dampak positif karena selama ini masalah diskriminasi terhadap perempuan dari bidang sosial dan budaya yang berdampak terhadap kasta dan status sosial sangat berpengaruh terhadap kehidupan para perempuan di India menjadi terbekelakang. Dengan adanya program bantuan dari peran UN Women di India dapat membantu dan meringankan beban kehidupakan perempuan di India untuk mendapatkan keadilan dan mengangkat derajat dan hak-hak perempuan melalui fasilitas yang disediakan UN Women sehingga apa yang didapatkan melalui fasilitas tersebut sangat bermanfaat bagi perempuan di India. Daftar Pustaka Buku Coulumbis, Theodore A, dan James H. Wolfe ( Alih Bahasa: Marcedes Marbun) Pengantar Hubungan Internasional –Keadilan Dan Power, Prentice Hall Inc, U. S. A. : Englewood Cliffs, 1986 Jurnal Diskriminasi dan Kesetaraan United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women Strategic Plan, 2011-2013, Annual Session of 2011, Executive Board of UN Women, 27-30 Juni 2011, New York Website National Crime Record Bureau (NCRB) India 2009.Melalui http://www.national/crime/records/bureau/ pada tanggal 20 Juli 2014 Gender and caste discrimination in India terdapat di http://www.redressonline.com/2014/03/gender-and-caste-discrimination-inindia/ diakses Tanggal 09 Februari 2015 http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2012/06/120613_survei_perempuan_india.sht ml) UN Women terdapat di Http://www.unwoman.org/ Diakses Tanggal 24 April 2014 UN Women in India: Programmes dalam http://www.unwomensouthasia.org/unwomen-in-south-asia-2/un- women-in-india/programmes-india/, diakses pada 25 Maret 2015.
314