C.01
PERAN ORANGTUA DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA PADA REMAJA (Sebuah Tinjauan Psikologis)
Febi Herdajani Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta
[email protected] Irma Rosalinda Universitas Negeri Jakarta
[email protected] Abstraksi. Saat ini salah satu masalah yang sedang di hadapi oleh negeri ini ialah masalah penyalahgunaan zat adiktif dan Psikotropika di kalangan remaja yang sangat memprihatinkan. Zat adiktif dan psikotropika akan memberikan manfaat jika dipakai untuk tujuan yang benar, misalnya untuk tujuan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Dalam bidang kedokteran, misalnya satu jenis narkotika diberikan kepada pasien yang menderita rasa sakit luar biasa karena suatu penyakit atau setelah menjalani suatu operasi. Contoh lain, satu zat jenis psikotropika diberikan kepada pasien penderita gangguan jiwa yang sedang mengamuk dan tak dapat ditenangkan dengan cara-cara lain. Jika pemakaian zat adiktif dan psikotropika dipakai di luar tujuan yang benar, itu sudah termasuk penyalahgunaan dan harus diupayakan pencegahannya. Penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika sangat berbahaya bagi diri sendiri, keluarga, maupun kehidupan sosial di sekitar kita. Artikel ini merupakan telaah pustaka tentang peran orangtua dan juga lingkungan dalam upaya penanggulangan bahaya zat adiktif dan psikotropika. Selain peran orangtua dalam upaya penanggulangan bahaya zat adiktif dan psikotropika, peran guru, masyarakat juga sangat berpengaruh dalam upaya tersebut. Namun, yang lebih efektif untuk penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika ialah dimulai dari kesadaran diri setiap individu. Kata kunci : peran orangtua, narkoba, pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba
Pengguna dan zat adiktif
narkotika,
psikotropika,
2011,
siswa
SMP
pengguna
napza
pada usia remaja 12-21
berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik
tahun ditaksir sekitar 14.000 orang dari
menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna
jumlah remaja di Indonesia sekitar 70 juta
baru pada Januari-Februari 2013 tercatat
orang (Kompas.com, 2013). Di DKI Jakarta,
262 orang. Di kalangan SMA, pada 2011
berdasarkan catatan Direktorat
Reserse
tercatat 3.187 orang, tahun berikutnya
jumlah
menjadi 3.410 orang. Adapun kasus baru
Narkoba
Polda
Metro
Jaya,
pengguna napza di kalangan remaja dalam
tahun
tiga tahun terakhir terus naik. Pada tahun
(Kompas.com, 2013).
373
2013
tercatat
519
orang
374 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Berdasarkan
hasil
survey
yang
(SMA/SMK).
Penyalahgunaan
narkoba
dilakukan oleh Badan Narkotika Kabupaten
yang mereka lakukan melalui suksesi mulai
Pati
bahwa
merokok, lalu minum beralkohol (narkoba
umumnya
fase awal), kemudian menggunakan narkoba
dilakukan pertama kali oleh pelaku pada
fase lanjutan (shabu, ganja dll). Perhatikan
saat mereka pada
usia remaja dalam suksesi penyalahgunaan
(2008)
dinyatakan
penyalahgunaan
narkoba
masa usia remaja,
terutama masa sekolah menengah atas
narkoba berikut :
Tabel 1. Suksesi Penyalahgunaan Narkoba Usia Mulai Merokok
Responden
Usia Mulai Minum (Narkoba fase awal)
Usia Mulai menggunakan narkoba (lanjutan)
16.7 15 25 12 25 100
18.8 17 30 15 14 56
Rerata Usia (th) 15.4 Modus Usia (th) 15 Tertua (th) 20 Termuda (th) 12 Pelaku (org) 25 Proporsi (%) 100 (Sumber: Hasil Survey BNK Pati, 2008)
Dari survey tersebut maka bahaya
jenis zat atau obat psikotropika dan zat
kehilangan generasi produktif terbayang di
adiktif, zat dan obat ini sering disalah
depan mata. Hal ini menunjukkan betapa
gunakan oleh sebagian orang. Penggunaan
rentannya usia remaja terhadap godaan dan
yang
bujukan untuk mencoba-coba
memakai
menyebabkan malapetaka. Hal ini tertuang
narkoba. Sangat menyedihkan karena di
dalam UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang
Indonesia kasus remaja sebagai pemakai
narkotika
narkoba semakin meningkat dari tahun ke
merupakan obat atau bahan yang bermanfaat
tahun.
di Dampak
negatif
dari
globalisasi
salah
terhadap
bahwa
narkoba
narkotika
disatu
bidang pengobatan atau
kesehatan
dan
ini
sisi
pelayanan
pengembangan
ilmu
antara lain dengan timbulnya berbagai
pengetahuan dan di sisi lain dapat pula
pergeseran nilai budaya sebagai akibat
menimbulkan ketergantungan yang sangat
kemajuan
merugikan apabila disalahgunakan atau
ilmu
pengetahuan
dan
kecanggihan ilmu teknologi, yang kadang
digunakan
tanpa
justru
pengawasan
yang
merusak
pembangunan
nasional
akibat disalah gunakan. Kemajuan dibidang farmasi misalnya semakin berkembangnya
pengendalian ketat
(KOMHUKUM, 2009).
dan
dan
seksama
Peran Orangtua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika pada Remaja | 375 Herdajani, F. & Sovitriana, I. [hal.373-384] Narkoba adalah singkatan dari
menghilangkan kebosanan dan rasa lelah,
Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif
dan dalam beberapa kasus juga dapat
lainnya
membantu
(Subagyo
Partodiharjo,
2004).
remaja
melarikan diri
dari
Menurut UU RI no. 35 tahun 2009,
kenyataan hidup yang keras (Santrock,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal
2003).
dari tanaman atau bukan tanaman, baik
Korban penyalahgunaan narkoba dari
sintetis maupun semi sintetis yang dapat
kalangan pelajar menunjukkan kenaikan
menyebabkan penurunan atau perubahan
yang cukup siginfikan dari tahun ke tahun.
kesadaran,
Peran
hilangnya
rasa,
mengurangi
orangtua
dibutuhkan.
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
Keluarga,
menimbulkan
lingkungan terdekat yang mempengaruhi
ketergantungan
yang
dibedakan kedalam golongan-golongan.
terutama
sangat
orangtua
adalah
perkembangan perilaku anak. Anak akan
Seiring berjalannya waktu keberadaan
meniru perilaku orangtuanya karena anak
narkoba bukan hanya sebagai penyembuh
memandang orangtua adalah sebagai figur
namun justru menghancurkan. Awalnya
mereka. Hingga usia remaja anak akan
narkoba masih digunakan sesekali dalam
meniru perilaku orangtuanya, jadi yang
dosis kecil dan tentu saja dampaknya tak
perlu diwaspadai adalah sikap dan perilaku
terlalu berarti. Namun perubahan jaman dan
orangtua. Kepala Bagian Pengawasan dan
mobilitas
narkoba
Pengendalian Direktorat Reserse Narkoba
menjadi bagian dari gaya hidup, dari yang
Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Sri
tadinya hanya sekedar perangkat medis, kini
Hastuti mengatakan,
kehidupan
membuat
mulai digaungkan sebagai “penghilang rasa sakit”. Sejak awal mula sejarah, manusia sudah
mencari
substansi
yang
bisa
menopang dan melindungi mereka dan juga mempengaruhi
sistem
syaraf
sehingga
”Kerentanan remaja dipengaruhi faktor lingkungan. Kondisi mental remaja yang biasanya ingin tahu dan labil, jika ditambah pergaulan yang tidak sehat, bisa menjerumuskan mereka ke praktik penyalahgunaan napza. Situasinya lebih parah kalau keluarga tidak memperhatikan anak-anak” (Kompas.com, 2013).
menghasilkan sensasi yang menyenangkan. Berdasarkan latar belakang yang telah
Orang merasa tertarik kepada obat-obat terlarang membantu
karena
obat-obat
tersebut
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungan yang selalu berubah (Santrock, 2003). Merokok, minum minuman keras, dan mengkonsumsi obat terlarang dapat mengurangi
ketegangan
dan
frustrasi,
dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan telaah pustaka peran orangtua dalam
mencegah
dan
menanggulangi
penggunaan zat adiktif dan psikotropika pada remaja.
376 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
Jenis – Jenis Narkoba
mempunyai ketergantungan
Narkoba dibagi dalam tiga jenis, dan
yang tinggi.
tiap jenis dibagi lagi dalam beberapa
Contoh : morphin, petidine
kelompok. Tiga
dan metadone.
jenis tersebut adalah:
Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
c. Golongan III
lainnya (Subagyo Partodiharjo, 2004).
1.
Berkhasiat untuk pengobatan
Narkotika
dan banyak digunakan dalam
Narkotika adalah zat yang berasal
terapi dan pengembangan
dari tanaman/bukan tanaman baik
ilmu
sintetis maupun semi sintetis yang
mempunyai
dapat menyebabkan penurunan/
mengurangi
Contoh
sampai
ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan yaitu:
dapat
digunakan
untuk tujuan pengembangan pengetahuan,
tidak
dapat
digunakan dalam terapi, dan mempunyai
potensi
ketergantungan sangat tinggi Contoh : heroin, kokain, dan ganja.
codein
dan
2.
Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat,
Untuk pengobatan, sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan pengetahuan
narkotika,
yang
berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh elektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan
perubahan
khas
pada aktivitas mental dan perilaku. Penggolongan
psikotropika
menurut undang-undang no 5 tahun 1997 adalah : a. Golongan I
b. Golongan II
ilmu
:
baik alamiah atau buatan bukan
a. Golongan I Hanya
potensi
turunannya.
menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan
serta
ketergantungan yang ringan.
perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
pengetahuan
serta
Hanya
dapat
untuk
digunakan
tujuan
ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan serta
dalam
terapi,
mempunyai
potensi
kuat mengakibatkan sindrom
Peran Orangtua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika pada Remaja | 377 Herdajani, F. & Sovitriana, I. [hal.373-384]
ketergantungan.
Contoh
:
barbital,
MDMA (ekstasi), LSD, STP.
klorazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam. Berdasar Ilmu Farmakologi,
b. Golongan II Berkhasiat untuk pengobatan
Psikotropika
dan dapat digunakan dalam
kedalam 3 golongan :
terapi/ pengembangan ilmu
Kelompok Depressant / Penekan
pengetahuan.
Mempunyai
Saraf Pusat / Penenang / Obat
potensi kuat mengakibatkan
Tidur, 2) Kelompok Stimulans /
sindrom
ketergantungan.
Perangsang Saraf Pusat / Anti
amfetamine,
Tidur, 3) Kelompok Halusinogen
Contoh
:
metamfetamin
(sabu),
fensiklidin, dan ritalin.
dikelompokkan 1)
(Subagyo Partodiharjo, 2004). 3.
Zat Adiktif lainnya Zat adiktif adalah bahan lain yang
c. Golongan III Berkhasiat untuk pengobatan
bukan narkotika atau psikotropika
dan banyak digunakan dalam
yang dapat menyebabkan ketagihan
terapi / pengembangan ilmu
dan
pengetahuan. potensi
Mempunyai ketergantungan
baik
fisik
maupun mental.
a. Alkohol b. Inhalasi Dan Solven : Lem,
sedang. Contoh
:
tiner, penghapus cat kuku,
pentobarbital,
aerosol spray, bensin
flunitrazepam.
c. Tembakau/rokok
d. Golongan IV Berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi/pengembangan ilmu
ketergantungan
pengetahuan
serta
Dampak Penyalahgunaan Narkoba Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan
akan
mengakibatkan
mempunyai potensi ringan
ketergantungan. Kecanduan inilah yang
mengakibatkan
akan mengakibatkan gangguan fisik dan
sindroma
psikologis, karena terjadinya kerusakan
ketergantungan. Contoh klobazam,
:
diazepam,
pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-
fenobarbital,
organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal (Hariyanto, 2012). Secara umum,
378 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat
g. Dampak
pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. 1. Dampak
penyalahgunaan
penyalahgunaan
narkoba
narkoba
terhadap
reproduksi
terhadap fisik
pada
perempuan
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) kejang,
seperti:
halusinasi,
antara
ketidakteraturan
gangguan
lain
menstruasi,
dan amenorhoe (tidak haid)
h. Bagi pengguna narkoba melalui
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh
remaja
perubahan periode menstruasi,
kejang-
kesadaran, kerusakan syaraf tepi
kesehatan
jarum
darah
suntik,
khususnya
pemakaian jarum suntik secara
(kardiovaskuler) seperti: infeksi
bergantian, risikonya
adalah
akut
tertular
seperti
otot
jantung,
gangguan
peredaran darah
c. Gangguan
hepatitis B, C, dan HIV yang pada
hingga saat ini belum ada
kulit
(dermatologis)
obatnya
seperti:
penanahan (abses), alergi, eksim
d. Gangguan
penyakit
pada
paru-paru
i.
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi
(pulmoner) seperti: penekanan
overdosis
fungsi
narkoba melebihi kemampuan
pernapasan,
bernafas,
kesukaran
pengerasan jaringan
tubuh
yaitu
untuk
konsumsi
menerimanya.
Overdosis bisa menyebabkan
paru-paru
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu
kematian 2. Dampak penyalahgunaan narkoba
tubuh meningkat, pengecilan hati
terhadap psikis
dan sulit tidur
a. Lamban kerja, ceroboh kerja,
f. Dampak narkoba
penyalahgunaan terhadap
kesehatan
reproduksi adalah gangguan padaendokrin,
seperti:
penurunan
hormon
reproduksi
fungsi
(estrogen,
progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual
sering tegang dan gelisah
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
c. Menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
Peran Orangtua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika pada Remaja | 379 Herdajani, F. & Sovitriana, I. [hal.373-384] diri,
kelompok sebayanya. Hurlock membagi
perasaan tidak aman, bahkan
remaja menjadi awal remaja sekitar usia 13
bunuh diri
tahun sampai dengan 16 tahun dan akhir
e. Cenderung
menyakiti
3. Dampak penyalahgunaan narkoba
masa remaja sekitar usia 17 tahun sampai 18 tahun.
terhadap lingkungan sosial
Menurut
a. Gangguan mental, anti-sosial,
para
ahli
Psikologi
dan asusila, dikucilkan oleh
Perkembangan, remaja seringkali menolak
lingkungan
standar yang ditetapkan orangtua dan lebih
b. Merepotkan dan menjadi beban
menerima penilaian teman kelompok dan teman sebayanya. Bila penilaian teman
keluarga
c. Pendidikan menjadi terganggu,
kelompok ini tidak berbeda jauh dengan penilaian
masa depan suram Dari uraian diatas maka sangat jelas dampak negatif
yang akan timbul
penyalah-gunaan
narkoba,
dari
dan
kemungkinan krisis
standar
mengalami
identitas
keluarga, kebingungan/
semakin
kecil.
Pada
selain
kenyataannya, penilaian teman sebaya lebih
merugikan diri sendiri sebagai generasi
sering bertentangan dengan penilaian dan
penerus, keluarga dan lebih jauhnya akan
standar dari keluarga yang menyebabkan
menghancurkan masa depan bangsa.
konflik. Tidak jarang terjadi kesenjangan dalam pola pikir dan perilaku antara orangtua
Masa Remaja sebagai Masa Krusial Tidak
dapat
dipungkiri
remaja
dan
anak-anak
remajanya.
Akibatnya terjadilah kebingungan identitas,
merupakan masa yang rentan terhadap
sebuah
pengaruh
remaja,
kepribadiannya. Ia ingin diterima oleh
merupakan salah satu tahap perkembangan
keluarga sekaligus teman sebayanya. Ia
yang
harus
ingin memenuhi standar yang sesuai bagi
mencapai perasaan identitas ego yang teguh.
keluarga dan kelompoknya, yang seringkali
Remaja harus berjuang untuk menemukan
tidak mungkin. Akibatnya remaja mencoba
siapa dirinya dan siapa yang bukan dirinya.
dan bereksperimen dalam berbagai macam
Remaja mencari peran-peran baru untuk
hal. Remaja mungkin meninggalkan rumah,
membantu mereka menemukan identitas
mengembara
seksual, ideologis, dan pekerjaan mereka
pencarian identitas
(Erikson dalam Feist dan Feist, 2008).
dengan
Tahap pencarian identitas ini membuat
mengidentifikasi
diri
kepada
kelompok
mereka
jalanan,
memberontak
melawan
lingkungan.
krusial,
selalu
karena
mencoba
Masa
individu
hal-hal
baru,
mencari jati diri dengan berinteraksi dengan
sindrom
sendirian
obat
atau
bagi
masalah
dalam
dirinya,
psikotropika
upaya
eksperimen dan
seks,
380 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
kemapanan masyarakat (Erikson dalam
yang sempurna, namun setidak-tidaknya
Alwisol, 2008).
mendekati
apa
yang
bersama,
yaitu
apa
Oleh karena pergumulan di masa remaja
ini,
kebutuhan
maka
remaja
sosialisasi
mempunyai
yang
telah yang
disepakati dinamakan
kcpribadian atau jiwa yang sehat.
seoptimal
Organisasi kesehatan dunia (WHO)
mungkin, serta dibutuhkan pengertian dan
dalam Hawari (dalam Hidayat, 2013), telah
dukungan orangtua dan keluarga dalam
merumuskan bagaimana suatu kepribadian
kerentanan dimasa remaja. Bila kebutuhan
itu dikatakan sehat dan mantap, yaitu
remaja kurang diperhatikan, maka remaja
apabila seseorang itu:
akan terjebak dalam perkembangan pribadi
1. Mampu
untuk
memperoleh
yang lemah, bahkan dapat dengan mudah
penyelesaian-penyelesaian secara
terjerumus dalam belenggu penyalahgunaan
efektif, efisien dan positif dalam
narkoba.
situasi hidup yang berubah-ubah; serta
Peran
Orangtua
dalam
Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
mampu
secara
mencernakan
luas pengetahuan yang
diperolehnya dalam pendidikan
Narkoba Keluarga
adalah yang
mendasari
(baik
formal
maupun
non f
segala perkembangan pribadi seorang anak.
ormal), serta pengalaman dalam
Menurut para ahli Psikologi Perkembangan,
kehidupan di masyarakat,
sejak anak lahir, ia mendapatkan dasar-dasar
2. Mampu untuk menyesuaikan diri
yang langsung didapat dari orangtua. Kunci
secara konstruktif
pertama dalam mengarahkan pendidikan dan
pada
membentuk mental anak terletak pada
kenyataan itu tidak menyenangkan
peranan
baginya.
orangtuanya,
sehingga
baik
buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi pekerti orangtuanya. Disinilah berkembang pelajaran
anak
tumbuh
mendapatkan dan
dan
pelajaran-
pengalaman
yang
(membangun)
kenyataan,
meskipun
3. Secara relatif, bebas dari rasa tegang dan cemas maupun depresi (tertekan) 4. Menjuruskan
rasa
permusuhan
dipelajarinya dari orangtua, yang akan
pada penyelesaian yang kreatif dan
memperkembangkan
konstruktif.
kepribadian
yang
seimbang. Faktor kepribadian memegang peranan
penting
bagi
keberhasilan
seseorang. Diakui bahwa tiada seorang pun
5. Menerima
kekecewaan
untuk
dipakainya sebagai pelajaran bagi masa yang akan datang.
Peran Orangtua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika pada Remaja | 381 Herdajani, F. & Sovitriana, I. [hal.373-384]
6. Memperoleh kepuasan dari hasil
terjadinya
usahanya. 7. Merasa
merupakan faktor yang mendukung
lebih
puas
memberi
kesenjangan,
antara
orangtua dan anak. Oleh karena itu sesibuk-sibuk apapun, tetap luangkan
daripada menerima. 8. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan/tidak mengecewakan. 9. Mempunyai daya kasih sayang
waktu untuk keluarga. 3. Mempunyai Pola Komunikasi yang Baik Komunikasi yang terjadi sering kali satu arah dan instruktif sifatnya. Bila
yang besar.
demikian
Kepribadian yang sehat ini dimulai
demikian itu merupakan faktor yang
halnya,
maka
kondisi
dari kondisi keluarga yang disebut keluarga
mendukung
bahagia dan
dan
disfungsi/disharmoni keluarga. Maka
Dadang
komunikasi yang bersifat dua arah,
(dalam Hidayat, 2013), telah
demokratis dan emosional (dengan
John
sehat. Nick Stinnet
DeFrain
Hawari melakukan
dalam tulisan
studi dan penelitian yang
perasaan)
bagi
yang
hangat
berjudul “The National Study on Family
orangtua
dan
Strengths”.
menyebabkan
bila
Dari
hasil
penelitiannya
terjadinya
antara
anak-anak, terjadi
suatu
terhadap keluarga-keluarga Amerika, kedua
masalah, cepat dapat ditanggapi dan
sarjana
diselesaikan.
tersebut
mendapatkan
rumusan
untuk menjadi syarat suatu keluarga yang
4. Saling Menghargai
disebut keluarga bahagia dan sehat (happy
Saling menghargai antara suami-
and healthy family), yaitu paling sedikit
isteri, demikian juga pada anak-anak,
harus terpenuhi beberapa criteria, yaitu:
amatlah dianjurkan bagi hubungan
1. Mempunyai Landasan Agama
yang baik antara sesama anggota
Kehidupan beragama (penghayatan
keluarga.
dan pengamalannya) dalam rumah
ataupun penghargaan dan support
tangga sangat dianjurkan. Karena
agar yang akan datang dapat lebih
hanya dalam agamalah terkandung
baik.
nilai-nilai moral yang sifatnya abadi. 2. Selalu Bersama Keluarga
Pemberian
perhatian
5. Adanya Ikatan Kekeluargaan Keluarga
harus
merupakan suatu
Dalam masyarakat modern, ikatan
ikatan dinamis yang memungkinkan
keluarga
longgar.
para anggota keluarga itu berkembang
Karena kesibukan, jarang mempunyai
dan tumbuh. Oleh karena itu keluarga
waktu
sebagai suatu kelompok, perlu dijaga
sering
untuk
mudah
bersama,
sehingga
382 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
integritas antar anggotanya dengan
narkoba. Pada tingkat tertentu, sebaiknya
komunikasi,
anak diberikan penjelasan mengenai bahaya
pembagian
peran,
hubungan emosional dan sebagainya. 6. Berpikir Positif Ketika ada Krisis Bila
terjadi
suatu
sekolah
narkoba.
dasar,
Untuk
anak
pengetahuan
yang
maka
disampaikan tentunya berbeda dengan anak
penyelesaian
usia sekolah lanjutan pertama apalagi
bersama. Kurang bijaksana kalau
lanjutan atas. Sebagai orangtua kita harus
saling menyalahkan atau mau menang
mengenal dan mengetahui masalah narkoba
sendiri, agar krisis tersebut tidak
agar dapat disampaikan dan mencegah anak
berlarut dan berkepanjangan.
terlibat masalah narkoba. Anak-anak sering
Tidak terpenuhinya kondisi di atas
mencoba
usahakanlah
suatu
krisis,
penyalahgunaan
narkoba
disebabkan
dapat menyebabkan remaja mudah rentan
keingintahuan
terhadap hal-hal negatif. Garrison (dalam
mengetahui adanya bahaya dan akibat
Tambunan,
penyalahgunaan narkoba, maka diharapkan
1982),
menyatakan
bahwa
sebab-sebab timbulnya kenakalan remaja
dan
larangan.
oleh Dengan
mereka tidak akan pernah mencobanya.
adalah rumah tangga yang berantakan, yang
Apabila
remaja
sudah
terlanjur
kemudian membuat anak merasa tidak
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba,
aman, lalu mengalami gangguan kejiwaan
setiap orangtua mempunyai cara yang
tinggal di rumah bersama orangtua. Isidor
berbeda-beda dalam menangani anak yang
Chein (dalam Tambunan, 1982) menuliskan
terlibat penyalahgunaan narkoba. Ada yang
bahwa anak-anak nakal yang terdapat di
dapat mentolerir, ada yang menentang,
tengah masyarakat kebanyakan berasal dari
bahkan ada yang menolak sama sekali.
rumah tangga yang bobrok moralnya,
Sering
pecandu obat bius, dan hidup tidak menentu.
ketidaktahuan orangtua, kasus kecanduan
Oleh karena itu, peran keluarga terutama
remaja pada narkoba menjadi berlarut-larut,
orangtua
sehingga
sangatlah
penting
dalam
terjadi,
makin
karena
kesibukan
menyulitkan
dan
proses
mengembangkan pribadi sehingga menjadi
pengobatan. Dengan mengetahui informasi
remaja yang matang dan siap mental dalam
lebih banyak tentang narkoba, menerima
menghadapi masalah serta godaan yang
kondisi anak, serta melakukan penanganan
mungkin akan dihadapi, dan mencegah
secara benar dengan melibatkan tenaga ahli,
remaja terjerumus dalam penyalahgunaan
maka
narkoba.
memahami dan memeranginya. Menurut
Tidak ada suatu kata untuk mencegah,
orangtua
dapat
membantu anak
UU RI no. 35, pasal. 55, tahun 2009, hal ini
namun yang perlu dilakukan adalah upaya
dapat
pemberian
pecandu yang belum cukup umur wajib
informasi
tentang
bahaya
dilakukan
dengan
orangtua/wali
Peran Orangtua dalam Mencegah dan Menanggulangi Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika pada Remaja | 383 Herdajani, F. & Sovitriana, I. [hal.373-384] melaporkan kepada Puskesmas, Rumah
hidup (life skill) di sekolah. Ini bertujuan
Sakit, lembaga rehabilitasi medis dan sosial
untuk memberikan penguatan mental kepada
yang
siswa dalam menghadapi pelbagai persoalan
ditunjuk
pemerintah
untuk
mendapatkan pengobatan atau perawatan
hidup,
melalui
(Kompas.com, 2013).
medis
dan
sosial
termasuk
jerat
narkoba
(Komhukum,2009). Simpulan dan Saran Untuk
Peran Sekolah dan Masyarakat Disamping
keluarga,
menyelesaikan
masalah
terutama
penyalahgunaan zat adiktif dan Psikotropika
orangtua, lingkungan juga sangat berperan
di kalangan remaja memang tidak mudah,
dalam
kemungkinan
akan tetapi membutuhkan kerja keras, kerja
terhadap
sama dan peran masing-masing pihak. Salah
memerangi
terjerumusnya
remaja
penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini,
satunya
Konsultan dari Rumah Pencandu Badan
penanggulangan penyalahgunaan narkoba
Narkotika Nasional (BNN), Benny Ardjil,
ini sangat berpengaruh, karena orangtua
mengatakan, untuk menangani masalah
adalah orang yang paling dekat. Betapa
penyalahgunaan napza, koordinasi lintas
pentingnya membentuk keluarga sehat dan
sektor sangat diperlukan. Minimal lima
bahagia, ini merupakan kewajiban dan
pemangku
tanggung jawab
kepentingan,
Kementerian
yaitu
Kesehatan,
BNN,
Kementerian
peran
orangtua
para
merupakan
serta masyarakat (Kompas.com, 2013).
Perubahan-perubahan
dengan
segenap
upaya
orangtua,
untuk
pembinaan perkembangan jiwa anak yang
Sosial, Kementerian Hukum dan HAM,
Pemerintah
dalam
generasi
konsekuensi
penerus
bangsa.
sosial
sebagai
modernisasi
sering
kali
institusinya, lembaga swadaya masyarakat,
menyebabkan tali ikatan keluarga menjadi
organisasi-organisasi dan masyarakat luas
longgar. Apabila hal ini tidak disadari dapat
harus menyatu dalam satu gerakan yang
berakibat lebih jauh yang pada gilirannya
terencana, terarah, terpadu secara sistematis
dapat berakibat remaja tidak mendapatkan
dan
menanggulangi
norma-norma
sampai
penyalahgunaan narkoba.
berkelanjutan
penyalahgunan
Narkoba
tuntas
(Partodiharja, 2004). Hal ini juga didukung
Selain
dan
itu,
terjerumus
masyarakat
pada
perlu
oleh pernyataan Kepala Seksi Bimbingan
mendorong peningkatan pengetahuan setiap
dan
anggota
Evaluasi
Sub-bidang
Napza
masyarakat
tentang
bahaya
Kementerian Kesehatan Herbert Sidabutar
penyalahgunaan obat-obat terlarang. Serta
mengatakan, Kementerian Kesehatan tengah
perlu memberi informasi kepada pihak yang
melaksanakan
berwajib jika ada pemakai dan pengedar
pendidikan
keterampilan
384 | Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013
narkoba di lingkungan tempat tinggal. Serta
pada pihak sekolah jika ada pemakai atau
peran sekolah perlu memberikan wawasan
pengedar zat adiktif dan psikotropika di
yang cukup kepada para siswa tentang
lingkungan
bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan
memberikan sanksi yang mendidik untuk
psikotropika bagi diri pribadi, keluarga, dan
setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai
orang lain.
atau
Selain itu,
sekolah perlu
mendorong setiap siswa untuk melaporkan
sekolah.
pengedar
Sekolah
narkoba.
Serta
perlu
adanya
keperdulian dari berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Edisi revisi. Malang: UMM Press Badan Narkotika Kabupaten Pati. (2011). Penyalahgunaan Narkoba dan Permasalahannya (1). Diakses 23 Februari 2013 dari http://bnk. patikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:penelitianpenyalahgunaan-narkoba-dan-permasalahannya-1&catid=45:penelitian-penyalahgunaannarkoba&Itemid=67 Feist, J. & Feist, G.J. (2008). Theories of Personality. Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hariyanto. (2012). Penyalahgunaan Narkoba. Diakses 9 http://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba/
April
2013
dari
Hidayat, I. (2013). Keluarga yang Sehat-Bahagia Menurut Dadang Hawari. Diakses 10 Mei 2013 dari http://madanionline.org/keluarga-yang-sehat-bahagia-menurut-prof-dr-dr-hdadang-hawari-psikiater/ Kemenkumham. Undang-Undang Repupbik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Diakses 20 April 2013 dari http://www.kemenkumham. go.id/attachments/article/169/uu5_1997.pdf Komhukum. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Diakses 10 April 2013 dari http://www.scribd.com/ doc/48077951/KOMHUKUM-COMUU-Nomor-35-Tahun-2009-Tentang-Narkotika Kompas.com. (2013). Pengguna Narkoba di Kalangan Remaja Meningkat. Diakses 21April 2013 dari http://regional.kompas.com/read/2013/ 03/07/03184385/Pengguna.Narkoba.di.Kalangan.Remaja.Meningkat Partodiharjo, S. (2004). Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Yayasan Karya Bakti. Santrock, J.W. (2003). Adolscence: Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Alih Bahasa oleh Shinto B. Adelar & Sherly Saragih.Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2000). Psychology. 7th edition International Edition. New York: McGraw-Hill Companies. Tambunan, E. H. (1982). Mencegah Kenakalan Remaja. Bandung: Indonesia Publishing House.