Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012 Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92 ISSN: 2089-9858 ® PS AGRONOMI PPs UNHALU
PERAN MIKORIZA INDIGEN TERHADAP INDEKS KOMPETISI ANTARA TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DENGAN GULMA AGERATUM CONIZOIDES L. The Role of Indigenous Mycorrhiza on Maize and Ageratum conizoides L. Competition Index Oleh: Halim1)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari *)
Alamat surat-menyurat:
[email protected]
ABSTRACT. The aim of the research was to study the role of indigenous mycorrhiza on maize and Ageratum conizoides L. competition index. This research has been done at Sindang Kasih village on Februari until May 2012. The research method used was randomized complete design with three replications. The variables observated were competitive index of weed and corn, absorbtion of P in weed and corn, Relative Field Mycorrhiza Dependency (RFMD) of weed and corn, infection percentage of mycorrhiza to weed and corn root plant. The result of the research showed that inoculation 15 grams of indigenous mycorrhiza of Imperata cylindrica/polybag was highest competition index value by 5.33% and absorbtion of P in corn leaves was 13.39 grams plant-1. Key words: Ageratum conizoides L., compettion index, indigenous mycorrhiza of weed, maize,
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran mikoriza indigen terhadap indeks kompetisi antara tanaman jagung dengan gulma Ageratum conizoides L. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sindang Kasih mulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel penelitian yang diamati adalah: Indeks Kompetisi, serapan hara P pada gulma A.conyzoides dan tanaman jagung, Relative Field Mycorrhizal Dependency (RFMD) gulma A.conyzoides dan tanaman jagung, persentase infeksi mikoriza pada akar gulma A.conyzoides dan tanaman jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi 15 g mikoriza indigenous Imperata cylindrica/polybag memberikan nilai indeks kompetisi tertinggi sebesar 5,33% dan serapan hara P pada daun tanaman jagung sebesar 13,39 g tan-1. Kata kunci: Ageratum conizoides L., indeks kompetisi, mikoriza indigenous gulma, tanaman jagung.
PENDAHULUAN Pengembangan dan percepatan produksi jagung untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak terlepas dari berbagai kendala diantaranya adalah adanya gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT). Jenis OPT yang ditemukan pada areal tanaman jagung diantaranya adalah gulma (Dirjen Perlindungan Tanaman, 2005). Kehilangan hasil tanaman jagung akibat kompetisi dengan gulma berkisar antara 35-40% (Nedim dkk., 2004). Besarnya kehilangan hasil tanaman jagung tersebut salah satunya ditentukan oleh periode kritis tanaman (Kevin et al., 2007). Periode kritis tanaman mulai terjadi pada umur 20–45 hari setelah tanam atau pada periode 1 1 tanaman (Hartzler dan 4 atau 3 dari umur Pringnitz, 2005). Oleh karena itu gulma yang tumbuh pada areal tanaman jagung perlu dilakukan pengendalian sehingga tidak menurunkan hasil tanaman.
Konsep dasar yang harus diterapkan dalam mengendalikan gulma adalah pengendalian gulma secara bijaksana. Pengendalian gulma yang dilakukan secara bijaksana dapat mempertahankan keberadaan mikroorganisme di dalam tanah yang berasosiasi dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Halim, 2009). Salah satu mikroorganisme yang berasosiasi dengan perakaran gulma adalah fungi mikoriza, yang secara umum ditemukan berasosiasi dengan sekitar 80-90% jenis tumbuhan (Brundrett, 1999a), dan bahkan 90-95% yang tersebar di daerah artik sampai ke daerah tropis dan dari daerah gurun pasir sampai ke daerah hutan (Setiadi, 1998). BAHAN DAN METODE Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sindang Kasih, Kecamatan Ranomeeto Barat, Kabupaten Konawes Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2011.
86
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah propagul mikoriza indigenous gulma, benih jagung BISI-16, gulma A.conyzoides, pupuk NPK Mutiara (25% N, 7% P2O5 dan 7% K2O), air, tanah, polybag, (40 x 50 cm) sukrosa 30%, formalin aceto-alkohol (FAA), larutan KOH 10%, hidrogen peroksida alkali 10% (H2O2), larutan HCl 1%, zat pewarna carbol fuchin 0,05%, laktogliserol, kertas saring dan kertas label. Alat-alat yang digunakan yaitu alat pengolahan tanah, parang, linggis, meteran, kamera digital, saringan untuk menyaring spora mikoriza (ukuran mesh 500, 250, 90, dan 50 µm), timbangan analitik, mikroskop, gelas ukur, oven yang terbuat dari drum, petridish, pipet, alat pengukur suhu dan kelembaban udara (termohygrometer) serta alat tulis menulis. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diuji adalah bobot propagul mikoriza indigenous gulma Imperata cylindrica dan Eupatorium odorata yang diinokulasikan pada gulma A.conyzoides dan tanaman jagung. Dosis propagul mikoriza indigenous gulma yang diinokulasikan per polybag terdiri dari 10 perlakuan yaitu: 0 g (A0), 10 g I.cylindrica/polybag (A1), 15 g I.cylindrica/polybag (A2), 20 g I.cylind-rica/polybag (A3), 10 g E.odorata/polybag (A4), 15 g E.odorata/ polybag (A5), 20 g E.odorata/polybag (A6), 10 g I.cylindrica + 10 g E.odorata/polybag (A7), 15 g I.cylindrica + 15 g E.odorata/polybag (A8), dan 20 g I.cylindrica + 20 g E.odorata /polybag (A9). Masingmasing perlakuan diulang tiga kali, sehingga keseluruhannya menjadi 30 unit perlakuan. Variabel penelitian meliputi: (1) Indeks Kompetisi (IK), dihitung setelah panen dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Dew (1972) dalam Sastroutomo (1990): S
IK = G dengan: IK= Indeks Kompetisi, S= Kadar hara P pada jaringan daun gulma dan tanaman jagung. G= Kadar hara P pada jaringan daun gulma dan tanaman.
Apabila hasil perhitungan menunjukkan: IK = 1, maka tanaman jagung dan gulma mempunyai kemampuan yang sama dalam berkompetisi, IK >1, maka tanaman jagung lebih kompetitif dari pada gulma, IK < 1, maka gulma lebih kompetitif dari pada tanaman jagung; (2) Serapan P gulma (g -1 gulma ) dan tanaman (g tanaman 1) yaitu dengan cara mengalikan kadar hara P jaringan daun gulma dan tanaman dengan bobot pupus kering gulma dan tanaman (Cottenie et al., 1982) dalam (Halim,
Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
2009); (3) Relative Field Mycorrhizal Dependency (RFMD), dihitung berdasarkan bobot kering (BK) gulma dan tanaman setelah panen dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Plenchette et al. (1983) dalam (Halim, 2009) yaitu: RFMD
BKB BKT 100% BKB
dengan: RFMD = Relative Field Mycorrhizal Dependency; BKB = Bobot kering bermikoriza, dan BKT = Bobot kering tanpa mikoriza
(5) Persentase infeksi mikoriza pada akar gulma dan tanaman yang dihitung pada akhir penelitian. Sebelum menghitung persentase infeksi mikoriza pada akar, maka terlebih dahulu dilakukan pewarnaan akar (Brundrett, 1999a). Jumlah akar yang diamati sebanyak 10 potong dengan ukuran 1 cm. Selanjutnya dilakukan perhitungan persen-tase infeksi mikoriza dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Brian dan Schultz (1980) dalam Halim, 2009 : IP =
r1 x 100 %, r1 r2
dengan: IP = Persentase infeksi akar, r1 = Jumlah contoh akar yang terinfeksi. r2 = Jumlah contoh akar yang tidak terinfeksi.
HASIL Hasil analisis ragam menunjukkan inoku-lasi mikoriza bepengaruh nyata terhadap kadar P pada jaringan daun tanaman jagung dan nilai indeks kompetisi, sedangkan kadar P pada jaringan daun gulma semua perlakuan berbeda tidak nyata. Hasil analisis kelompok (cluster analysis) terhadap sepuluh perlakuan yang berdasarkan kadar P pada jaringan daun tanaman jagung, jaringan daun gulma serta Nilai Indeks Kompetisi (IK) diperoleh tiga kelompok utama (Gambar 1). Kelompok pertama adalah perlakuan A2, kelompok ke dua terdiri dari perlakuan A1 dan A4, sedangkan kelompok ke tiga terdiri dari perlakuan A0, A6, A3, A5, A8, A9 dan A7. Berdasarkan hasil analisis kelompok, maka perlakuan yang memberikan efek terbaik terhadap kadar P pada jaringan daun tanaman jagung, jaringan daun gulma serta Nilai Indeks Kompetisi (IK) adalah perlakuan yang termasuk dalam kelompok kedua (A1 dan A4). Hasil analisis ragam menunjukkan inokulasi mikoriza berpengaruh nyata nyata terhadap serapan P pada tanaman jagung, sedangkan serapan P pada gulma berbeda tidak nyata.
87
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Tabel 1. Kadar P pada Jaringan Daun Tanaman Jagung, Jaringan Daun Gulma serta Nilai Indeks Kompetisi (IK) Perlakuan A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
Kadar P pada Jaringan Daun Tanaman Jagung (%) 0,04 abc 0,03 abc 0,06 d 0,03 abc 0,05 cd 0,04 bc 0,05 cd 0,01 a 0,02 ab 0,03 abc
Kadar P pada Jaringan Daun Gulma (%) 0,04 a 0,03 a 0,02 a 0,04 a 0,05 a 0,05 a 0,06 a 0,02 a 0,04 a 0,06 a
Nilai Indeks Kompetisi (%) 1,50 a 2,44 a 5,33 b 1,25 a 2,08 a 1,33 a 1,50 a 1,67 a 1,11 a 0,97 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Skott-knott pada taraf 0,05.
Pengujian Kelompok (cluster analysis) Berdasarkan Kadar P jaringan Daun Tanaman, Jaringan Daun Gulma serta Nilai Indeks Kompetisi
33.71
55.81
77.90
100.00 3
2
5
1
7
4
6
9
10
8
Perlakuan
Gambar 1. Dendogram Hasil Analisis Kelompok terhadap Sepuluh Perlakuan Berdasarkan Kadar P Jaringan Daun Tanaman Jagung, Jaringan Daun Gulma A.conyzoides serta Nilai Indeks Kompetisi. Keterangan Gambar 3: 1= A0; 6= A5; 2= A1; 7= A6; 3= A2; 8= A7; 4= A3; 9= A8; 5= A4; 10= A9; Kelompok1: kode perlakuan 3; Kelompok 2: kode perlakuan 2 dan 5, Kelompok 3: kode perlakuan 1, 7, 4, 6, 9, 10 dan 8.
Tabel 2. Serapan Hara Posfor (P) pada gulma dan tanaman jagung -1
Perlakuan
Serapan Hara P pada Gulma (g Gulma )
A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
0,54 a 0,57 a 0,36 a 0,96 a 1,07 a 1,07 a 0,94 a 0,27 a 0,69 a 0,95 a
-1
Serapan Hara P pada Tanaman (g Tan ) 6,52 abc 7,16 abc 13,39 d 6,41 abc 9,70 bcd 7,81 abcd 11,49 cd 2,89 a 4,60 ab 8,14 abcd
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Skott-knott pada taraf 0,05.
Analisis kelompok (cluster analysis) terhadap sepuluh perlakuan berdasarkan persentase
infeksi, serapan hara P serta kadar P jaringan daun gulma dapat dlihat pada Gambar 2.
Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
88
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Pengujian Kelompok (cluster analysis) Berdasarkan Persentase Infeksi, Serapan Hara serta Kadar Hara P pada Gulma
66.66
77.77
88.89
100.00 1
5
8
3
4
9
6
2
7
10
Perlakuan
Gambar 2. Dendogram Hasil Analisis Kelompok terhadap Sepuluh Perlakuan Berdasarkan Persentase Infeksi, Serapan Hara P serta Kadar P Jaringan Daun Gulma. Keterangan Gambar 3: 1= A0; 6= A5; 2= A1; 7= A6; 3= A2; 8= A7; 4= A3; 9= A8; 5= A4; 10= A9; Kelompok 1: kode perlakuan 1; Kelompok 2: kode perlakuan 5 dan 8, dan Kelompok 3: kode perlakuan 3, 4, 9, 6, 2, 7 dan 10.
Tabel 3. Nilai Relative Field Mycorrhizal Dependency Gulma dan Tanaman Jagung Perlakuan
RMFD Gulma (%)
RFMD Tanaman (%)
A0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
0,00 a 31,98 b 21,83 ab 42,45 b 43,76 b 35,80 b 15,23 ab 14,24 ab 25,83 ab 30,79 b
0,00 a 24,90 ab 20,52 ab 24,23 ab 14,25 ab 12,25 ab 29,38 b 14,96 ab 20,12 ab 32,32 b
Hasil analisis ragam menunjukkan inokulasi mikoriza memberikan perbedaan yang nyata terhadap RFMD gulma dan tanaman jagung. Berdasarkan hasil analisis kelompok (cluster analysis) terhadap sepuluh perlakuan yang berdasarkan persentase infeksi, serapan hara P serta kadar hara P pada jaringan daun tanaman diperoleh tiga kelompok utama (Gambar 3). Kelompok pertama adalah A0. Kelompok kedua terdiri dari perlakuan A1, A5, A2, A8, A3, A4 dan A9. Sedangkan kelompok ketiga terdiri dari perlakuan A6 dan A7.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Skottknott pada taraf 0,05. Pengujian Kelompok (cluster analysis) Berdasarkan Persentase Infeksi, Serapan Hara serta Kadar Hara P pada Tanaman.
55.56
70.37
85.19
100.00 1
2
6
3
9
4
5
10
7
8
Perlakuan
Gambar 3. Dendogram Hasil Analisis Kelompok terhadap Sepuluh Perlakuan Berdasarkan Persentase Infeksi, Serapan Hara P serta Kadar P Jaringan Daun Tanaman. Keterangan Gambar 3: 1= A0; 6= A5; 2= A1; 7 = A6; 3= A2; 8= A7; 4= A3; 9= A8; 5= A4; 10= A9; Kelompok1: kode perlakuan 1; Kelompok 2: kode perlakuan, 2, 6, 3, 9, 4, 5 dan 10, dan Kelompok 3: kode perlakuan 7 dan 8.
Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
89
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
Tabel 4. Persentase infeksi mikoriza pada akar gulma dan tanaman jagung Persentase Persentase Infeksi Infeksi Mikoriza Mikoriza pada Akar Perlakuan pada Akar Gulma Tanaman (%) (%) A0 0,00 a 0,00 a A1 23,33 a 60,00 bc A2 33,33 a 73,33 cde A3 36,67 ab 90,00 e A4 60,00 c 86,67 de A5 20,00 a 60,00 bc A6 23,33 a 46,67 ab A7 50,00 bc 40,00 a A8 36,67 bc 70,00 cd A9 23,33 a 83,33 de
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji Skottknott pada taraf 0,05.
Hasil analisis ragam menunjukkan inokulasi mikoriza memberikan perbedaan yang nyata terhadap persentase infeksi mikoriza pada akar gulma dan tanaman jagung. PEMBAHASAN Kadar P tertinggi pada jaringan daun tanaman jagung adalah perlakuan A2 sebesar 0,06% yang berbeda tidak nyata dengan A4 dan A6. Begitu pula dengan nilai Indeks Kompetisi (IK), dimana perlakuan A2 merupakan nilai tertinggi yaitu sebesar 5,33% yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Nilai IK terendah adalah perlakuan A9 sebesar 0,97%. Berdasarkan nilai IK, umumnya tanaman jagung lebih kompetitif jika dibandingkan dengan gulma. Gulma yang memiliki kemampuan berkompetisi dengan tanaman jagung hanya terjadi pada perlakuan A9. Dew (1972) dikutip oleh Sastroutomo (1990), mengemukakan bahwa apabila nilai IK>1, maka tanaman jagung lebih kompetitif dari pada gulma. Hal ini terbukti pada rendahnya kadar dan serapan hara P yang terdapat di dalam jaringan daun gulma sebagai indikasi rendahnya kemampuan gulma berkompetisi dengan tanaman jagung. Nilai indeks kompetisi antara gulma dengan tanaman menggambarkan peran dan efektivitas mikoriza dalam menginfeksi perakaran gulma dan tanaman. Akar tanaman ataupun gulma yang terinfeksi oleh mikoriza mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap hara P (Bethlenfalvay dan Linderman, 1992). Tingkat kemampuan tanaman jagung untuk berkompetisi dengan gulma disebabkan karena adanya perbedaan morfologi dan struktur akar yang berdampak pada perbedaan persentase infeksi mikoriza pada perakaran tanaman dan gulma (Lynch, 1995). Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Inokulasi mikoriza dapat memberikan kontribusi pada tanaman untuk menyerap hara P. Kadar P pada jaringan daun tanaman jagung secara umum lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar P pada jaringan daun gulma untuk semua perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis mikoriza Acaulospora sp pada gulma Imperata cylindrica, Glomus sp pada E.odorata serta Gigaspora sp pada campuran gulma keduanya secara bersama-sama efektif meyebabkan tanaman jagung mampu berkompetisi dengan gulma A.conyzoides. Serapan hara P pada tanaman yang ter-1 tinggi adalah perlakuan A2 sebesar 13,39 g tan yang berbeda nyata dengan A0, A1, A3, A7 serta perlakuan A8. Namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan A4, A5, A6 dan A9. Walaupun perlakuan A2 merupakan serapan hara P tertinggi, namun ditinjau dari efisiensi penggunaan propagul, maka perlakuan A5 merupakan perlakuan yang terbaik untuk digunakan sebagai sumber inokulan. Hal ini karena pada dosis 15 g propagul mikoriza indigenous gulma I.cylindrica mempunyai efek yang sama dengan dosis 20 g propagul mikoriza indigenous gulma E.odorata. Dengan kata lain propagul mikoriza indigenous gulma I.cylindrica lebih efektif jika dibandingkan dengan mikoriza indigenous gulma E.odorata pada dosis yang sama. Perbedaan efektivitas dalam menyerap hara P tersebut sebagai akibat adanya perbedaan jenis mikoriza pada gulma I.cylindrica dan gulma E.odorata, sifat adaptasi jenis mikoriza terhadap tanaman inang dan keadaan lingkungan. Jenis mikoriza Glomus sp dan Gigaspora sp ditemukan pada gulma E.odorata, sedangkan pada gulma I.cylindrica ditemukan jenis mikoriza yaitu Acaulospora sp dan Gigaspora sp. (Tabel 4). Hasbi (2005), mengemukakan bahwa mikoriza Glomus sp dan Gigaspora sp mempunyai kemampuan simbiosis dan adaptasi yang cukup tinggi terhadap tumbuhan inang dan lingkungan dibandingkan dengan jenis mikoriza Acaulospora sp. Perbedaan jenis mikoriza yang ditemukan pada kedua jenis gulma tersebut ikut mempengaruhi keefektifan mikoriza dalam menginfeksi akar tanaman inang. Tinggi rendahnya infeksi mikoriza pada akar akan menentukan kadar dan serapan hara P pada gulma dan tanaman. Semakin tinggi kadar P dan bobot pupus kering tanaman, maka serapan P tanaman menjadi tinggi. Serapan hara P pada tanaman jagung secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan serapan hara P gulma. Tingginya serapan P tanaman erat kaitannya dengan kadar P dan bobot pupus kering tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Manjunath dan Habte (1990), bahwa panjang akar serta produksi fotosintat berhubungan erat dengan serapan hara dan pertumbuhan tanaman.
90
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Berdasarkan Gambar 2, diperoleh tiga kelompok utama yaitu kelompok pertama adalah A0, kelompok kedua terdiri dari perlakuan A4 dan A7, serta kelompok ketiga terdiri dari perlakuan A2, A3, A8, A5, A1, A6 dan A9. Berdasarkan hasil analisis ini, maka perlakuan yang memberikan efek terbaik terhadap persentase infeksi, serapan hara P serta kadar hara P pada jaringan daun gulma adalah perlakuan yang termasuk dalam kelompok kedua (perlakuan A4 dan A7). Berdasarkan hasil analisis ini, maka perlakuan yang memberikan efek terbaik terhadap persentase infeksi, serapan hara P serta kadar hara P pada jaringan daun tanaman adalah perlakuan yang termasuk dalam kelompok ketiga (A6 dan A7). Hal ini menunjukkan bahwa jenis mikoriza Acaulospora sp pada dosis 20 g mempunyai efek yang sama dengan campuran antara genus mikoriza Acaulospora sp, Glomus sp dan Gigaspora sp pada dosis 10 g propagul I.cylindrica + 10 g propagul E.odorata. Hal ini sebagai indikasi bahwa jenis mikoriza Glomus sp pada dosis 10 g mempunyai efek yang sama dengan campuran antara jenis mikoriza Acaulospora sp, Glomus sp dan Gigaspora sp pada dosis 10 g propagul I.cylindrica + 10 g propagul E.odorata. Tabel 3, menunjukkan bahwa nilai RFMD gulma pada perlakuan A1, A3, A4, A5 dan A9 hanya berbeda nyata dengan A0. Sedangkan antar perlakuan yang diinokulasi dengan propagul mikoriza berbeda tidak nyata satu sama lainnya. Nilai RFMD tanaman pada perlakuan A6 dan A9 hanya berbeda nyata dengan A0. Ketergantungan gulma maupun tanaman terhadap mikoriza identik dengan persentase kenaikan bobot kering gulma dan tanaman yang diinokulasi dengan mikoriza (Yudhy, 2002). Artinya semakin tinggi nilai ketergantungan gulma dan tanaman terhadap mikoriza, maka persentase kenaikan bobot pupus kering gulma dan tanaman juga semakin tinggi. Dengan demikian, terdapat korelasi positif antara bobot pupus kering gulma dan tanaman dengan nilai ketergantungan gulma dan tanaman terhadap mikoriza. Perbedaan nilai RFMD antara gulma dengan tanaman sebagai indikasi bahwa setiap jenis tumbuhan mempunyai respons yang berbeda terhadap infeksi mikoriza (Halim, 2009). Propagul mikoriza indigenous gulma E. odorata memiliki persentase infeksi tertinggi pada akar gulma A.conyzoides jika dibandingkan dengan mikoriza indigenous gulma I.cylindrica pada dosis yang sama. Sedangkan jika dosis propagul mikoriza dinaikan, maka mikoriza yang berasal dari gulma I.cylindrica persentase infeksinya menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase infeksi yang disebabkan oleh mikoriza dari gulma E. odorata. Sementara jika kedua propagul mikoriza
digabungkan pada dosis yang sama efeknya menjadi menurun, sebagaimana pada perlakuan A7 sama efeknya dengan perlakuan A4. Perlakuan A8 sama efeknya dengan perlakuan A3 serta A9 sama efeknya dengan perlakuan A1 dan A6. Persentase infeksi mikoriza pada akar tanaman jagung tertinggi terjadi pada perlakuan A3 sebesar 90,0% walaupun berbeda tidak nyata dengan perlakuan A2, A4 serta A9. Persentase infeksi propagul mikoriza dari gulma E.odorata pada tanaman jagung hanya efektif pada dosis rendah, sedangkan jika pada dosis tinggi maka yang efektif adalah propagul mikoriza dari gulma I.cylindrica. Sementara jika kedua propagul mikoriza dikombinasikan maka efeknya lebih rendah, kecuali pada dosis 20 g yang efeknya berbeda tidak nyata dengan pemberian 15 dan 20 g propagul mikoriza dari gulma I.cylindrica serta pemberian 10 g propagul mikoriza yang berasal dari gulma E.odorata. Hal ini terjadi akibat persaingan antar jenis mikoriza yang terdapat pada propagul akar gulma I.cylindrica dan gulma E.odorata. Dengan demikian, maka efek sinergis antar jenis mikoriza akan terjadi secara optimal ketika populasi mikoriza seimbang dengan ketersediaan nutrisi pada akar yang dibutuhkan oleh mikoriza. Kemampuan mikoriza untuk menginfeksi akar sangat dipengaruhi oleh karateristik tumbuhan inang, kelimpahan eksudat akar, serta jenis mikoriza (Hasbi, 2005). Persentase infeksi mikoriza pada akar tanaman jagung lebih tinggi jika dibandingkan dengan persentase infeksi pada akar gulma, baik pemberian dosis propagul mikoriza secara mandiri maupun pemberian dosis propagul mikoriza secara bersama-sama. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jenis mikoriza yang terdapat pada kedua gulma sebagai sumber isolat mikoriza indigenous, perbedaan morfologi dan struktur akar, kandungan nutrisi pada akar, serta kesesuaian antara mikoriza dengan tanaman inang (Hasbi, 2005). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa inokulasi 15 g mikoriza indigenous I.cylindrica/polybag memberikan nilai indeks kompetisi tertinggi sebesar 5,33%. Serapan hara P pada tanaman yang tertinggi adalah inokulasi 15 g mikoriza indigenous I.cylindrica/polybag sebe-1 sar 13,39 g tan .
Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
91
KEPUSTAKAAN Bethlenfalvay.G.J. and R.G.Linderman, 1992. Mycorrhizae in Sustainable Agriculture. American Society of Agronomi. Inc. Madison. Wisconsin. USA.
Berkala PENELITIAN AGRONOMI April 2012
Vol. 1 No. 1 Hal. 86-92
ISSN: 2089-9858
® PS AGRONOMI PPs UNHALU
Brundrett. M., 1999. Introduction to Mycorrhizas. CSIRO Forestry and Forest Product. Melalui
[8/2/2007]. Dirjen Perlindungan Tanaman, 2005. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. Melalui [2/3/2007]. Halim, 2009. Peran Mikoriza Indigenous Gulma Imperata cylindrica (L.) Beauv dan Eupatorium odorata (L.) terhadap Kompetisi Gulma dan Tanaman Jagung. Disertasi Program Doktor Universitas Padjadjaran Bandung. 45-40 p. (Tidak dipublikasikan). Hartzler, B. and B. Pringnitz, 2005. Early Season Weed Competition. Extension Weed Scientist and Extension Program Spesialist. Department of Agronomy. Iowa State University. Melalui [20/9/2007]. Hasbi, R., 2005. Studi Diversitas Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) pada Berbagai Tanaman Budidaya di Lahan Gambut Pontianak. Jurnal Agrosains. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Panca Bhakti Pontianak. Melalui [15/4/ 2008].
Kevin.W.B., R.Smeda and C.Boerboom, 2007. Practical Weed Science for the Field Scout Corn and Soybeans. Division of Plant Sciences. Department of Botany and Plant Pathology. Purdue University and Univer-sity of Wisconsin. Melalui [15/3/2008]. Lynch.J., 1995. Root Architecture and Plant Productivity. Plant Physiology. 109:7-13. Manjunath, A. and M.Habte, 1990. Establishment of Soil Solution P Levels for Studies Involving Vesicular Arbuscular Mycorrhizal Symbiosis. Commun. Soil Sci. Anal. 21:537-566. Nedim.D., U.Aydin, B.Ozhan and F.Albay, 2004. Determination of Optimum Weed Control Timing in Maize (Zea mays L.). Adnan Menderes University. Agricultural Fakulty Aydi.Turkey.Melalui [13/ 10/2008]. Sastroutomo.S.S., 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Setiadi, 1998. Fungi Mikoriza Arbuskula dan Prospeknya sebagai Pupuk Biologis. Makalah Disampaikan pada Workshop Aplikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan. Bogor.
Halim, 2012. Peran Mikoriza Indigenous ........................................
92