PERAN MAJALAH WARTA PEGADAIAN SEBAGAI MEDIA INFORMASI INTERNAL DI PERUM PEGADAIAN PUSAT
Ghista Sabrina, Naniek Afrilla Framanik dan R. Nia Kania K Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT This research aims to find out how much PERUM Pegadaian employees received the information given by WARTA Pegadaian magazine.while as how the role as the Media Magazine WARTA Pawnshop Internal Information for Employees PERUM Pegadaian. The method used in this research is descriptive qualitative method, which describes the facts in full, factual and systematic. In analyzing the data is done with in-depth interviews, literature study with books communication, direct observation and documentation relevant to the problems examined. The key informants in this study is the Manager of Corporate Communications PERUM Pegadaian, while the informant as much as 3 (three) employees from PERUM Pegadaian and Other Business divisions of the Library. The results showed that the magazine has served as a pawn WARTA media information to employees PERUM Pegadaian, this can be seen from the distribution of pawnshops WARTA magazine regularly, high exposure, as well as view the magazine attractiveness. While the contents of the magazine have been a complete and informative so that adds to increasing knowledge PERUM Pegadaian employees. Keywords: Media Magazine Warta Pawnshop, distribution, high exposure, magazine attractiveness.
PENDAHULUAN Sebagaimana terdapat dalam pasal 33 UUD 1945, terdapat 3 (tiga) pelaku ekonomi yang diharapkan mampu menggerakkan roda Ekonomi Nasional dan mensejahterakan taraf hidup masyarakat Indonesia. Tiga pelaku ekonomi tersebut adalah Swasta, Koperasi, dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dari ketiga sektor itu, yang paling berperan dalam pemanfaatan kekayaan alam dan kubutuhan masyarakat yang vital adalah BUMN. Sebagian besar
BUMN
bergerak
dalam
sektor
yang
men yangkut
kebutuhan vital masyarakat untuk mengoptimalkan permanfaatan jasa dan kekayaan alam bagi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat, karena itu, sangat wajar jika kebijaksanaan atas penguasaan atau monopoli pada aspek-aspek vital yang diwakili oleh
BUMN tersebut diperlukan payung konstitusi dalam menjalankannya. Salah satu BUMN yang cukup kontributif dalam pendapatan negara adalah PERUM Pegadaian. Selama ini Pegadaian telah banyak berjasa bagi kalangan masyarakat khususnya menengah ke bawah yang membutuhkan bantuan secara mudah dan cepat. Namun demikian, Pegadaian telah berupaya untuk menarik perhatian nasabah dari lapisan menengah keatas terutama melalui produk-produk barunya sehingga bisa terasa bahwa Pegadaian mampu menciptakan image baru (new image) bahwa pegadaian adalah milik seluruh lapisan masyarakat. Hingga kini, Pegadaian sebagai institusi usaha memiliki produk -produk eksklusif dan unik, yang belum tentu dimiliki oleh institusi keuangan lainnya. Produk-produk tersebut antara lain : Jasa Kredit Gadai, yakni konsumen diberi fasilitas kredit atas dasar hukum gadai dengan jaminan barang bergerak dengan barang dengan prosedur yang cepat, avian, dan mudah ; Krasida, yaitu pemberian pinjaman kepada para pengusaha Mikro dan Kecil (dalam rangka pengembangan usaha atas dasar gadai dengan pengembalian pinjaman dilakukan melalui mekanisme angsuran; Gadai Syariah, adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsiprinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya administrasi dan Ijaroh (biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan,; dsb. Pegadaian dengan segala kekuatan dan keterbatasannya telah b erusaha mengembangkan diri di tengah situasi persaingan yang makin ketat, melalui beberapa terobosan. Meskipun eksistensi pegadaian sering dinilai kurang populer dan dirasakan kurang diperhitungkan sebagai pelaku ekonomi yang turut andil dalam pembangunan ekonomi rakyat, namun Pegadaian mampu menunjukkan kinerja perusahaan yang mantap. Di tengah krisis melanda kehidupan bangsa Indonesia beberapa tahun menjelang tahun 2000, ketika nilai rupiah terpuruk kemudian dunia perbankan dan sektor dunia usaha banyak yang tumbang, justru Pegadaian mampu meraih prestasi tertinggi membantu masyarakat. Ke pu as a n pe l a n gga n s el al u b e ru b ah da n be r ev ol u si se s uai d e n gan pekembangan zaman, mengikuti taraf hidup yang semakin meningkat dari masyarakat pelanggan produk atau jasa yang dihasilkan sebuah perusahaan. Yang pasti, tuntutan pelanggan akan selalu meningkat. Kalau sasaran perusahaan adalah p e m e n u h a n
k e b u t u h a n p e l a n gga n p a d a s u a t u s a a t t er t e n t u b e r d a s a r k a n pelanggannya, usaha perusahaan
hanya
mencoba
pelanggan,
sedangkan
mengejar
kebutuhan
ketertinggalannya
pelanggan
terus
di
dalam
meningkat.
pemuasan Akhirnya,
p e r u s a h a a n p e s a i n g y a n g m a m p u m e n a w a r k a n l e b i h p a d a pelanggannya akan dengan mudah mengambil alih pasangan kita. Berdasarkan hal ini, Humas PERUM Pegadaian perlu melakukan usaha antisipasif dan edukatif. Usaha pemuasan terhadap pelayanan pelanggan dirancang sedemikian s ehi ngga m enj awab kebut uhan pel anggan P ERUM Pegadai an m asa ki ni, m engant i si pasi peru bahan kebut uhan p el anggan yan g akan t e rj adi . Suatu kegiatan komunikasi tidak hanya dilakukan oleh manusia (individu). Tetapi juga dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta atau lembaga pemerintah. Di dalam perusahaan, lembaga, atau organisasi biasanya menempatkan satu divisi yang melayani seluruh informasi dan divisi atau bagian tersebut biasanya disebut dengan bagian Humas atau Public Relations. Dalam hal ini, perum Pegadaian mempunyai suatu divisi komunikasi yang berada dibawah Sekretariat Perusahaan untuk menjalankan peran humasnya. Bagian humas inilah yang tugasnya m en yebarkan dan m endapatkan inform asi dari khala yak perusahaan at au organisasi tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh bagian humas tidak terlepas dari bagian yang dinamakan publik atau khalayak. Publik atau khalayak dari suatu organisasi atau perusahaan dimana ia berada terbagi kedalam dua kelompok yaitu publik internal yang biasanya diarahkan kepada orang-orang yang berada didalam suatu perusahaan, dan juga publik ekternal yang diarahkan kepada orang-orang yang berada diluar perusahaan. Setelah diketahui jelas siapa publik dari suatu perusahaan atau lembaga maka tugas humas adalah merangkul kedua publiknya dengan suatu kegiatan k o m u n i k a s i untuk
menanamkan
dan
memperoleh
pengertian
(Mutual
Understanding),
kepercayaan (Mutual Confidence), niat yang baik (Good Will),9 citra yang baik (Good image menghargai (Appreciation), dan toleransi ( tolerance) pada dan dari publik suatu organisasi.10 Untuk dapat menambah wawasan, informasi serta menjalankan tugas 9
Frank Jefkins. 1992. Public Relation edisi keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal 8 Drs. Soleh Soemirat, M.S & Drs. Elvinaro Ardianto, M.Si. 2007. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : Rosdakarya, hal 14 10
humasnya, maka Perum Pegadaian menerbitkan majalah Warta Pegadaian yang merekam seluruh kegiatan Pegadaian dan informasi mengenai manjemen operasional yang baik kepada khalayak Pegadaian. Majalah Warta Pegadaian diterbitkan oleh Humas Pegadaian setiap satu bulan sekali dan sebanyak 8000 eksemplar pada setiap edisinya.Majalah Warta Pegadaian didistribusikan ke kantor-kantor cabang, pemda-pemda, dan kalangan universitas. Majalah Warta Pegadaian
merupakan sistem komunikasi
dari Pegadaian itu
sendiri sebagai salah satu bentuk media komunikasi . Warta P egadai an b erfungsi mengem ukakan atau menginform asikan kepada khalayak internal dan eksternal Pegadaian kegiatan -kegiatan
yang telah dan akan berlangsung di Perum
Pegadaian, serta menginformasikan program, produk maupun jasa Pegadaian kepada masyarakat. Selain itu, f ungsi Warta Pegadaian yaitu memberikan informasi mengenai kebijakannya menurut cara pandang Pegadaian tersebut. Berdasarkan latar belakang inilah maka penelitian ini berupaya untuk mengetahui Bagaimana Peranan Majalah Warta Pegadaian Sebagai Media Informasi Internal di Perum Pegadaian Jakarta Pusat ?
METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk
melukiskan
secara
menyeluruh
dan
sistematis
fakta
atau
karakteristik populasi tertentu, atau bidang tertentu secara faktual dan cermat seperti yang dikatakan oleh Melly G. Tan, yang dikutip oleh Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Metode-metode Penelitian Masyarakat mengenai penelitian bersifat deskriptif yaitu: “Penelitian yang bersifat deskriptif, bertujuan menggambarkan secara tepat sifat sifat suatu individu, keadaan gejala dan kelompok tertentu atau untuk menentukan suatu frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antar suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini mungkin sudah ada ide, mungkin belum, tergantung dari sedikit banyaknya pengetahuan tenting masalah yang bersangkutan.”11
11
Koentjaraningrat.1993.Metode-metode Penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia. Hal.29
Dengan kata lain, penelitian deskriptif merupakan: Penelitian yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Sedangkan penelitian yang menggunakan metodologi deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul judul Met ode P enel i t i an Kom uni kasi , di sam pai kan bahwa "Met ode Deskriptif" bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Penelitian deskriptif tidak mencari atau menjelaskan hubungan. tidak mengaju hipotesis atau membuat prediksi. 12 Disini "Deskriptif' diartikan melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Menurut Jalaludin Rakhmat, penelitian deskriptif ditujukan untuk: 1. Mengumpulkan informasi secara aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek -praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Bentuk penelitian yang dilakukan adalah dengan tujuan untuk memperoleh pem aham an yan g ot enti k m engenai p engal am an responden. Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uaraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok. masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistic. Penelitian
kualitatif
bertujuan
untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
sifatnya umum terhadap kenyataan social dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu t etapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataan -kenyataan tersebut. 12
Jalaludin Rakhmat.1999.Metode Penelitian komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal.25
Dalam penelitian ini. penulis menggunakan metode wawancara , dimana penulis mencari informasi mengenai peranan majalah Warta Pegadaian melalui karyawan Perum Pegadaian. Dengan key informan-nya adalah: m a naj er kom uni kasi pe rusahaan (Hum as Perum Pegadian). Dikarenakan beliau sebagai Penanggung Jawab Redaksi dalam pembuatan dan penerbitan majalah internal "Warta Pegadaian", dan informan-nya adalah: s t a f
perpustakaan
ya n g
b e r t u ga s
s e b a ga i
P e n a n g gu n g
jawab
di
p e r p u s t a k a a n P e r u m P e ga d a i a n d a n j u ga membantu dalam memberikan informasi serta data-data yang dibutuhkan mahasiswa yang sedang melakukan riset atau penelitian di Perum Pegadaian dan Staf Divisi Usaha Lain merupakan yang mewakili para karyawan di Perum Pegadaian tersebut, sebagai pembaca majalah internal Perum Pegadaian yang terbit setiap bulannya. Dalam penelitian kuatitatif, seseorang peneliti merupakan instrumen utama penelitian sehingga ia dapat melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Penelitian dengan pende katan kualitatif ini sangat tergantung pada penelitian dan kelengkapan catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti. Catatan lapangan yang dibuat berdasarkan hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi yang merupakan unsur instrument penelitian disamping peneliti. Data ini dikumpulkan secara langsung dari lapangan, pada penelitian ini pencarian data akan lebih dikenakan melalui proses: 1. Wawancara Wawancara adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden ataupun pihak yang terkait. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor, seperti pewawancara. responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara 2. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang
diteliti.
Cara
observasi,
yaitu
suatu
cara
yang
dilakukan
dengan
menggunakan indera mata. Mengapa demikian karma kata observasi sebagaimana
dimaksudkan itu berasal dari kata to observe, yang artinya mengamati. Dengan demikian maksud dari observasi disini adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat atau mencatat arsip-arsip, monograf, surat-surat, buku dan dokumentasi lain yang diperkirakan pengambilan
mempunyai data
atau
hubungan situasi
atau
dapat
lapangan
juga
dengan
diartikan
sebagai
menggunakan sarana
dokumentasi seperti : pita kaset, kamera dan lain-lain.
Lokasi penelitian yang peneliti bahas adalah lembaga Perum Pegadaian yang berlokasi di JI. Kramat Raya No. 162, Jakarta Pusat.
PEMBAHASAN Mengenai terpaan majalah Warta Pegadaian dari hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui bahwa majalah Warta Pegadaian telah terbit selama dua puluh empat tahun sesuai dengan yang dikatakan oleh Manajer Humas Pegadaian ibu Lucia sebagai berikut, "Majalah Warta Pegadaian pertama kali diterbitkan itu sejak awal tahun 1987, sejak itu saya kelola bersama teman -teman. Dari pertama kali diterbitkan tahun 1987 sampai dengan saat ini nama majalah kami memang Warta Pegadaian.”13 Selain itu, majalah Warta Pegadaian juga terbit satu kali pada setiap bulannya. Hal tersebut sesuai dengan informasi dari Lucia, "Majalah Warta Pegadaian diterbitkan setiap I bulan sekali dengan 1 edisi setiap bulannya. Dan tentunya dengan informasi-informasi yang baru mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Perum Pegadaian.”14 Lucia juga menambahkan informasi mengenai jumlah eksemplar yang dicetak setiap terbitnya majalah Warta Pegadaian dan kemana saja majalah tersebut didistribusikan. Berikut yang dinyatakan oleh key informan, "kita sekarang sudah 8000 eksemplar itu sepertinya kurang juga ya, kita membagi
13
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 1 14 Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor:3
beberapa pegawai yang ada di cabang, kalo cabang sajakan sekitar 7000an. Serta kanwil, pensiunan, dan juga universitas-universitas yang dituju.15 Berdasarkan pengamatan peneliti dari kutipan sumber diatas, majalah Warta Pegadaian merupakan sarana media internal yang sudah digunakan sejak awal tahun 1987 yang berarti sampai serakarang sudah berumur dua puluh empat tahun. Mengenai masalah penerbitan majalah Warta Pegadaian sudah diperhitungkan dengan baik oleh redaksi, sesuai dengan penjelasan point kedua dari manajer humas Pegadaian. Majalah Warta Pegadaian terbit setiap satu bulan sekali. Dalam menerbitkan majalah Warta Pegadaian, humas Pegadaian mempunyai banyak kendala, diantaranya adalah faktor percetakan (jumlah eksemplar) majalah yang diterbitkan masih kurang, hal tersebut berkaitan dengan kendala biaya yang dihadapi. Meskipun terhadang oleh faktorfaktor tersebut, majalah Warta Pegadaian tetap didistribusikan di lingkungan Perum Pegadaian agar informasi yang diberikan Perum Pegadaian dapat sampai pada khalayak internalnya. Selain itu, peneliti juga melihat pola membaca karyawan yang cukup beragam. Tidak semua informasi atau berita yang terdapat di dalam majalah Warta Pegadaian di baca seluruhnya oleh karyawan. Mereka membaca yang menurut mereka penting-penting saja. Jika ada waktu senggang baru kemudian mereka membaca majalah Warta Pegadaian. Namun ada juga karyawan membaca semua berita yang termuat dalam majalah tersebut. Mereka beranggapan bahwa membaca majalah Warta Pegadaian harus dilakukan agar kebutuhan akan informasi mengenai hal-hal yang terjadi di Perum Pegadaian, dapat terpenuhi. Terpaan menurut Jalaludin Rakhmat adalah sentuhan atau keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan yang disebarluaskan oleh media.16 Menurut Frank Jefkins, terpaan itu sendiri yang mempengaruhinya adalah durasi/frekuensi dan kontinuitas dari media itu.17 Hasil penelitian berdasarkan observasi dan wawancara ini jika dikaitkan dengan definisi dan konsep dari ahli komunikasi yang disebutkan diatas, maka peneliti melihat bahwa majalah Warta Pegadaian telah menerpa khalayak internal Perum Pegadaian. Berdasarkan durasi/ frekuensi yang terbit setiap satu bulan sekali dirasa sudah cukup memberikan efek bagi khalayak internal Pegadaian. Majalah Warta Pegadaian juga sudah terbit selama dua puluh empat tahun sampai sekarang, jadi
15
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor:4 16 Jalaludin Rakhmat. 1992. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya. Hal: 12 17 Frank Jefkins. 1992. Public Relation edisi keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal.128
peneliti merasa bahwa lamanya majalah tersebut terbit sudah dapat dijadikan pertimbangan bahwa majalah tersebut menerpa dengan baik ke khalayak internal Pegadaian. Sedangkan untuk masalah yang dihadapi berupa kendala jumlah eksemplar dan biaya, peneliti peneliti rasa tidak berakibat negatif terhadap terpaan majalah tersebut selama majalah Warta Pegadaian masih dapat terbit dan menjadi sarana informasi bagi internal Pegadaian. Menurut Frank Jefkins daya tarik majalah haruslah dapat memikat setiap pembaca yang membaca majalah tersebut. Hal tesebut dapat dilihat dari tipografi atau jenis huruf, tata letak atau lay out, ilustrasi gambar, serta dari warna yang digunakan dalam majalah tersebut. a. Tipografi atau jenis huruf Mengenai tipografi majalah Warta Pegadaian peneliti telah mewawancarai seorang key informan dan dua orang informan. Dari hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui bahwa majalah Warta Pegadaian memiliki jenis huruf (tipografi) yang telah sesuai untuk majalah pada umumnya dan menarik untuk dibaca sebagai media internal. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh informan, “Cukup jelas hurufnya menarik, yaitu huruf-huruf yang tidak di variasikan sehingga dapat dengan mudah membacanya.”18 Peneliti melihat bahwa jenis huruf dari majalah Warta Pegadaian cukup baik untuk sebuah majalah internal. Hal ini terlihat dari jenis huruf yang dipakai jelas, menarik dan tidak divariasikan yang macam-macam seperti majalah komersial lainnya. Hal tersebut membuat pembaca dapat memahami informasi atau berita yang dimuat dalam majalah Warta Pegadaian. Tipografi sendiri merupakan seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga akan menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin.19 Mengenai tipografi di dalam majalah Warta Pegadaian, peneliti melihat bahwa kecenderungan dengan hal yang dinyatakan oleh John Murphy telah sesuai dengan majalah tersebut. Karena pembaca telah merasakan nyaman membaca majalah Warta Pegadaian tanpa terganggu adanya bentuk huruf ataupun jenis huruf yang 18
Berdasarkan hasil wawancara dengan karyawan/staff PERUM Pegadaian Pusat, Agnes Trieastuti. Hasil wawancara nomor: 8 19 Murphy, John and Michael Rowe. 1998. How to Design Trademarks and Logos. Ohio : North Light Book
tidak sesuai penempatannya, sehingga pembaca mampu menyerap informasi atau berita yang dimuat secara maksimal. b. Layout atau tata letak Mengenai tata letak atau layout majalah Warta Pegadaian peneliti telah mewawancarai seorang key informan dan dua orang informan. Dari hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui bahwa redaksi majalah Warta Pegadaian telah bekerja sama dengan sebuah perusahan majalah yang berkompeten. Sehingga perusahaan tersebutlah yang mengatur tata letak setiap rubrik di dalam majalah Warta Pegadaian. Namun jika ada kekurangan atau pun ingin ada penambahan dari pihak Pegadaian, hal tersebut dapat dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan key informan sebagai berikut: "sebagai orang Humas itu menjadi bagian dari kita, tapi dalam hal ini kami bekerja sama dengan sebuah perusahaan yang sudah berkompeten dalam majalah, dan kita bekerja sama dengan majalah Wirausaha agar hasilnya dapat maksimal. Kami ada suatu ikatan peijanjian dengan mereka, jadi kami hanya memberikan bahan materi dan mereka yang mengolahnya.
lalu
kami
mengkoreksi
bagus
atau
tidaknya,
penempatannya tepat atau tidak, dan sebagainya, kemudian jika ada kekurangan-kekurangan kami langsung meminta mereka untuk memperbaikinya sesuai keinginan kita.”20
Layout pada dasarnya dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya.21 Yang dalam arti lebih mudahnya adalah pengaturan tulisan-tulisan dan gambar yang ada di dalam majalah. Hal yang diutarakan oleh Surianto ini sesuai dengan yang digunakan dalam majalah Warta Pegadaian. Redaksi telah mempertimbangkan dengan baik mengenai hal-hal tersebut. Jumlah kolom per halaman sangat diperhatikan oleh penerbit majalah Warta Pegadaian. Hal tersebut dapat dilihat dari majalah Warta Pegadaian yang telah sesuai dengan standar penyusunan majalah. Oleh karena itu, 20
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 10 21 Surianto Rustan. 2008. Layout Dasar&Penerapannya. Jakarta. Gramedia Pustaka. Hal.1
peneliti melihat bahwa ada kecenderungan yang positif antara hal yang dikatakan Surianto dengan kenyataan yang ada pada majalah Warta Pegadaian. c. Gambar ilustrasi Mengenai gambar ilustrasi peneliti telah mewawancarai key informan. Berikut adalah petikan pernyataan beliau: ''Ilustrasi,saya punya keyakinan penerbit sudah mempertimbangkan illustrasi sesuai dengan tema utama. Misalkan, kalau berkaitan dengan Program yang ada sekarang mungkin mereka akan menayangkan Logo dari Program tersebut seperti itu dan lain-lain. Yang akan menimbulkan imajinasi terhadap para pembacanya.”22 . Untuk gambar ilustrasi di dalam majalah Warta Pegadaian dilihat cukup baik. Karena majalah Warta Pegadaian merupakan majalah internal yang memuat seputar informasi kegiatan di Perum Pegadaian, jadi biasanya gambar disesuaikan dengan tema atau berita yang dimuat dalam majalah tersebut. Gambar ilustrasi adalah gambar atau bentuk visual lain yang menyertai suatu teks, tujuan utama dari ilustrasi adalah memperjelas naskah atau tulisan dimana ilustrasi itu dikumpulkan.23 Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut. Gambar yang terdapat dalam majalah Warta Pegadaian disesuaikan dengan tema atau berita yang akan disampaikan, jadi hal tersebut dapat memberikan imajinasi kepada pembaca mengenai berita yang mereka baca. d. Warna Mengenai warna majalah Warta Pegadaian peneliti telah mewawancarai seorang key informan dan dua orang informan. Dari hasil wawancara, peneliti dapat mengetahui bahwa majalah Warta Pegadaian telah mengalami penyesuiaian dengan targetnya yang dibidiknya. Warna yang dipakai dipilih full colour dan dengan warna-warna yang tidak terlalu mencolok sehingga dapat mengganggu pembacanya. Hal itu sesuai dengan yang dikatakan key informan sebagai berikut: "Begitu juga dengan warna, karena beberapa tahun saya menjadi anggota 22
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 13
23
Ensiclopedia Americana. 1990,No;14. Hal. 787
redaksi majalah Warta Pegadaian. Sampai saat ini majalah Warta Pegadaian sudah melakukan perbaikan-perbaikan guna untuk meningkatkan daya tarik supaya catchy terutama untuk anak-anak muda, dalam hal ini para mahasiswa-mahasiswa, walaupun sebernarnya media ini merupakan media formal tidak ada warna-warna yang terlalu mencolok dan kebetulan spesifikasi teknisnya dibuat full colour supaya cukup menarik. " Dari hasil wawancara diatas, peneliti melihat bahwa dalam pemilihan warna majalah Warta Pegadaian dibuat tidak terlalu mencolok dan spesifikasinya dibuat full colour, sehingga pembaca merasa tertarik untuk membaca majalah Warta Pegadaian Warna dapat didefinisikan secara fisik sebagai sifat cahaya yang diapancarkan. Warna merupakan bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Warna juga digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbolsimbol tersebut.24 Warna itu sendiri memiliki karakter yang disesuaikan dengan psikologis masyarakat pada wilayah tertentu. Maksudnya adalah setiap masyarakat dalam wilayah tertentu memiliki karakter warna yang tidak sama. Jadi dalam pemilihan warna haruslah disesuaikan dengan target sasaran yang akan dituju. Jenis huruf dan pemilihan warnanya pun juga diperhitungkan dengan baik. Misalnya, huruf berwarna hijau pada latar blok yang berwarna putuh untuk headline dibuat ukurannya lebih besar dibandingkan dengan isi rubrik tersebut. Hal tersebut menurut pneliti telah dilaksanakan dengan baik oleh redaksi majalah Warta Pegadaian. Redaksi telah memilih dengan seksama warna-warna apa saja yang cocok untuk dipakai dalam majalah Warta Pegadaian, sehingga pembaca merasa nyaman untuk membaca majalah tersebut. Kembali menurut Frank Jefkins25 isi pada majalah internal haruslah bersifat objektif, faktual, aktual, penting, dan lengkap. Dikarenakan setiap informasi yang diterbitkan pada majalah internal lebih diperuntukan bagi karyawan suatu perusahaan atau organisasi, agar para karyawan selalu mendapatkan informasi terbaru tentang perusahaan atau organisasi tersebut. a.
24 25
Objektif
http://rangga19.web.id/artikel/desain-grafis/desain-grafis-part-ii/#more-44. Tanggal 3-3-2011 jam 11.01 WIB Frank Jefkins. 1992. Public Relation edisi keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal.128
Dari sisi objektifitas majalah Warta Pegadaian, peneliti melihat bahwa majalah tersebut sudah cukup objektif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan key informan dan juga hasil pengamatan peneliti sendiri yang membaca majalah Warta Pegadaian. Berikut petikan wawancara yang peneliti lakukan: "Majalah Warta Pegadaian ini gak sama dengan majalah komersil lainnya, yang para redaksi atau penerbitnya boleh menyampaikan sintesa terhadap sebuah informasi atau berita. Jadi, majalah Warta Pegadaian ini hanya menginformasikan tentang kegiatan aktual yang ada di Perum Pegadaian. Informasi aktual tanpa sedikitpun sintesa dari penulis.”.26
Peneliti melihat bahwa informasi atau berita yang dimuat dalam majalah Warta Pegadaian sesuai dengan yang diberikan dari nara sumbernya langsung. Dan dalam penulisan artikelnya, redaksi majalah Warta Pegadaian tidak mengijinkan menulis berdasarkan cara pandang menurut penulis. Objektif itu sendiri artinya adalah memandang sesuatu hal dengan tidak didasarkan pada pandangan pribadi, terutama dalam memutuskan suatu masalah.27 Dikaitkan dengan majalah, objektif pemberitaan adalah berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang.28 Berdasarkan definisi tersebut, maka majalah Warta Pegadaian peneliti melihat bahwa sudah sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para ahli tersebut. Karena berita yang dimuat dalam majalah Warta Pegadaian tidak boleh memuat tulisan yang berdasarkan pandangan atau opini penulis, jadi hanya berupa pemaparan informasi atau berita yang benar-benar terjadi sesuai fakta saja. b. Faktual Untuk sisi faktualitas, peneliti melihat bahwa majalah Warta Pegadaian telah memuat informasi atau berita yang sesuai dengan fakta atau kegiatan yang benar-benar terjadi dalam Perum Pegadaian. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh key informan:
26
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 20 27 Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal: 956 28 Hotman M. Siahaan. 2001. Pers Yang Gamang. Jakarta. Lembaga Studi Perubahan Sosial. Hal:69
''Faktual, ya pasti lah, karena kita memuat suatu informasi atupun kegiatan Yang ada di PERUM Pegadaian semuanya itu sesuai dengan informasi yang dikirim atau diberikan oleh karyawan-karyawan yang ada di Kantor Pusat maupun karyawan yang ada di Kantor cabang."29 F aktual artinya adalah berdasarkan pada kenyataan dan dapat dibuktukan.30. Faktual : berdasarkan kenyataan, mengandung kebenaran.31 Berdasarkan definisi faktual tersebut, kaitannya dengan majalah Warta Pegadaian tentu sangat positif. Hal itu dikarenakan majalah Warta Pegadaian selalu memberitakan atau memberikan informasi kepada pembaca selalu berdasarkan fakta yang ada, tanpa rekayasa. c. Aktual Peneliti melihat bahwa majalah Warta Pegadaian telah memuat berita yang aktual. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap terbitnya majalah tersebut selalu menampilkan informasi atau berita yang paling baru untuk diterbitkan. Penilaian peneliti selaras dengan pernyataan yang disampaikan oleh Manajer Humas Perum Pegadaian, "Yah pasti aktual, karena itu kegiatan Perum Pegadaian yang terbaru, yang terkini yang ditampilkan didalam majalah Warta Pegadaian.”32 Aktual artinya adalah berdasarkan kenyataan; benar-benar terjadi, baru terjadi, sedang sangat digemari, dan sedang menjadi pembicaraan33 peneliti melihat bahwa majalah Warta Pegadaian memberitakan informasi yang baru terjadi di dalam Perum Pegadaian yang masih jadi topik pembicaraan. Hal itu sesuai dengan hal yang dikemukakan oleh Frank Jefkins34, bahwa majalah internal haruslah berisikan informasi yang aktual, agar pembaca terus dapat memperoleh informasi yang selalu up date. d. Penting Peneliti melihat bahwa kefaktualan dan keaktualan informasi atau berita tersebutlah yang menjadikan majalah Warta Pegadaian dinilai penting untuk dibaca siapa
29
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 19 30 Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal: 403 31 Sri Utami. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X. hal 105 32 Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 18 33 Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal: 27 34 Frank Jefkins. 1992. Public Relation edisi keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal.128
saja,
namun
khususnya
untuk
khalayak
internal
Pegadaian.
Karena
selain
menginformasikan mengenai kegiatan yang telah berlangsung atau akan diselenggarakan, majalah Warta Pegadaian juga menginformasikan mengenai produk dan jasa yang ada di Perum Pegadaian. Hal itu seperti yang diutarakan key informan berikut: “Kalo menurut saya pentinglah, karena saya yakin banyak masyarakat yang tidak mengetahui secara jelas apa sih produk dan jasa yang ada di Pegadaian itu. Nah kalo kita lihat di majalah ini selain memberitakan mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Perum Pegadaian majalah ini juga memberikan informasi untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai program-program Pegadaian serta produk dan jasa yang ada di Pegadaian, sehingga mereka tidak berfikir dua kali untuk menggunakan produk dan jasa yang ada di Pegadaian. Itu semua bisa kita dapatkan di majalah ini.”35 Penting artinya adalah besar fungsi dan peranannya, hal yang diutamakan. 36 Kaitannya dengan majalah internal adalah sejauh mana isi dari majalah internal tersebut dapat memenuhi kebutuhan pembaca terhadap informasi atau berita. Peneliti menilai bahwa majalah Warta Pegadaian ini sangat penting dan dibutuhkan dalam perusahaan Perum Pegadaian guna mendistribusikan informasi kepada khalayak internalnya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Frank Jefkins, bahwa majalah internal haruslah memuat isi yang penting untuk dibaca. e. Lengkap. Dari sisi lengkapnya isi dari majalah Warta Pegadaian peneliti melihat masih belum lengkap. Ini sesuai dengan pernyataan dari key informan sebagai berikut: “Kalau bentuknya majalah itu kita berpikir pasti kurang, pasti gak l engkap karma hal amannya saj a kita buat dan ki ta sesuaikan dengan aturan yang ada sebanyak 51 halaman. Ya bayangakan saja kita mempunyai cabang sebanyak 1400 Kantor Cabang, dan 13 Kantor Wilayah PERUM Pegadaian. Nah kalo semua Kantor Cabang dan Kantor Wilayah mengirimkan informasi kegiatannya, yah saya pikir pasti tidak tertampung dalam majalah itu.”37 Peneliti melihat hal tersebut disebabkan oleh jumlah halaman pada majalah Warta 35
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 21 36 Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal: 1034 37 Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 17
Pegadaian yang terbatas, hanya 51 (lima puluh satu) halaman saja sehingga banyak Kantor Cabang dan Kantor Wilayah Perum Pegadaian yang mengirimkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan mereka tidak dapat dimuat seluruhnya dalam majalah tersebut. Lengkap artinya adalah cukup, semua ada dan tidak ada yang kurang. 38 Menurut Frank Jefkins, majalah internal harus lengkap isinya memberitakan yang ada di dalam suatu perusahaan atau orgasnisasi tersebut. Namun dari sisi lengkapnya isi dari majalah Warta Pegadaian peneliti melihat masih belum lengkap. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah halaman pada majalah Warta Pegadaian yang terbatas, hanya 51 (lima puluh satu) halaman saja sehingga banyak Kantor Cabang dan Kantor Wilayah Perum Pegadaian yang mengirimkan informasi mengenai kegiatan-kegiatan mereka tidak dapat dimuat seluruhnya dalam majalah tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikatakan oleh Frank Jenfkins. Untuk mengetahui peran majalah Warta Pegadaian sebagai media informasi internal Perum Pegadaian perlu melihat data-data yang telah peneliti tulis didalam pembahasan sebelumnya. Data dalam penelitian ini lebih banyak diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan key informan dan beberapa informan serta pengamatan langsung di lokasi penelitian. Adapun yang menjadi Key Informan yaitu orang yang paham dan mengetahui secara mendalam tentang majalah Warta Pegadaian dikarenakan Key Informan sebagai salah satu dewan direksi majalah Warta Pegadaian, sedangkan yang menjadi inform an yaitu karyawan Perum Pegadaian sebaggai pembaca dari majalah Warta Pegadaian. Dari Key Informan dan Informan tersebut akan menghasilkan berbagai data yang dapat dinilai dari segi penerbit dan segi pembaca majalah Warta Pegadaian tersebut. Karyawan Perum Pegadaian dapat mengetahui mengenai perkembangan yang ada di seluruh kantor pusat dan juga dapat mengetahui informasi lengkap mengenai kegiatan yang ada di Perum Pegadaian. Hal itu sesuai yang diutarakan oleh key informan sebagai berikut: “Ya paling tidak para karyawan Perum Pegadaian tahu mengenai perkembangan38
Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Hal: 800
perkembangan yang ada di seluruh kantor Perum Pegadaian, khususnya di Pegadaian Pusat, seperti kemarin ada pergantian serikat pekerja. Paling tidak mereka mengetahui bahwa sekarang serikat pekerjanya sudah ganti, jadi kalau para
karyawan ada
keperluan yang menyangkut pegadaian mereka akan tahu jalurnya kemana. Jadi informasi-informasi yang ada dimajalah Warta Pegadaian jelas sangat bermanfaat dan banyak pengaruhnya bagi karyawan Perum Pegadaian, kalau tanpa melihat dan membaca majalah Warta Pegadaian mereka kurang mengetahuinya. Memang berita atau informasi mengenai Perum Pegadaian sering dimuat di media cetak (Koran) tapi informasi dan beritanya terkadang tidak selengkap informasi dan berita yang dimuat di dalam majalah Warta Pegadaian.”39
Perum Pegadaian sesuai tugas dan fungsinya telah melaksanakan program program baik ke dalam maupun ke luar, termasuk dalam pelayanan jasa kepada masyarakat. Hal tersebut perlu selalu diinformasikan dan disosialisasikan dengan berbagai upaya sehingga diharapkan dapat terjadi pemahaman informasi timbal balik, antara karyawan serta beberapa jajaran mitra kerja Perum Pegadaian. Hal tersebut tertuang dalam Tujuan perusahaan secara jelas termuat dalam Pera turan Pemerintah No.103 tahun 2000, bab 1, Pasal 7 ayat a dan b, disebutkan bahwa perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat terutama golongan menegah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hokum gadai dan jasa dibidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan menghindari masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Sedangkan
kegiatan
perusahaan
sesuai
dengan
PP
103/2000,
yaitu
menyalurkan uang pinjaman berdasarkan h ukum gadai yang penyaluran uang pinjaman berdasarkan fidusial, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia, unit took emas, dan industri perhiasan emas serta usaha -usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, dengan persetujuan menteri keuangan. 39
Berdasarkan hasil wawancara dengan Manajer Humas PERUM Pegadaian Pusat, Lucia Retna Widiarti. Hasil wawancara nomor: 27
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka usaha pemberian kredit secara hukum gadai masih menjadi produk andalan Pegadaian, disamping berupaya mengembangakan usaha-usaha lainnya. Tujuann umum p enerbitan majalah
Warta
Pegadaian
bertujuan
untuk
menginformasikan
dan
memasyarakatkan kegiatan-kegiatan yang telah dan akan berlangsung di PERUM Peegadaian. Selain itu tugas -tugas pokok Perum Pegadaian yang telah dijabarkan kedalam rencana atau kegiatan -kegiatan dalam usaha mempromosikan dan menginformasikan program serta produk dan jasa kepada masyarakat. Tujuan khusus penerbitan majalah Warta Pegadaian adalah sosialisasi program Perum Pegadaian diharapkan menimbulkan image positif karyawan, mitra kerja, dan masyarakat terhadap usaha mempromosikan dan menginformasikan program serta produk dan jasa di Perum Pegadaian. Selain itu, diharapkan dengan terbitnya majalah Warta Pegadaian kegiatan-kegiatan yang berlangsung dapat diinformasikan ke seluruh karyawan, mitra kerja, dan masyarakat. Berbicara mengenai kontribusi majalah Warta Pegadaian sebagai media informasi internal Perum Pegadaian, Key Informan dan Informan mengakui bahwa mereka sangat terbantu dalam hal menambah informasi yang tidak mereka ketahui sebelumnya setelah membaca majalah Warta Pegadaian ini. Dan diharapkan untuk kedepannya majalah Warta Pegadaian dapat lebih lengkap dalam memberikan informasi kepada pembaca. Peranan adalah berasal dari kata peran yang ditambah dengan akhiran “an” yang berarti, bagian dari tugas utama yang dilakukan. Menurut Astrid S. Susanto pengertian dari peran adalah: "Dinamisasi dari status ataupun penggunaan dari hak dan kewajiban atau biasa disebut subyektif'”40. Sedangkan peranan majalah sebagai media informasi, Hafied Cangara berpendapat bahwa “Media Informasi adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak”.41 Sehubungan dengan majalah Warta Pegadaian yang merupakan suatu majalah internal di Perum Pegadaian, maka peneliti menilai hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari para ahli diatas. Majalah Warta Pegadaian telah melakukan kewajiibannya dalam pemenuhan kebutuhan karyawan Pegadaian akan informasi, 40 41
Astrid S. Susanto .1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta.hal.94 Hafied Cangara.2006.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal.131
sehingga hak karyawan akan informasi terpenuhi dengan diterbitkannya majalah Warta Pegadaian. Selain itu juga, majalah Warta Pegadaian telah berperan sebagai alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, dalam hal ini komunikator adalah Perum Pegadaian dan komunikannya adalah khalayak internal.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Majalah Warta Pegadaian yang merupakan majalah internal Perum Pegadaian, diterbitkan satu kali dalam sebulan yang didistribusikan oleh Humas Perum Pegadaian ke seluruh internal Perum Pegadaian, Departemen-departemen yang terkait dan juga mitra kerja Perum Pegadaian. 2. Majalah Warta Pegadaian sebagai majalah internal Perum Pegadaian di dalam penerbitannya juga memperhatikan penampilan daya tariknya. Daya tarik yang diperhatikan redaksi di dalam majalah Warta Pegadaian berupa; penempatana lay out yang disesuaikan dengan tema,jenis huruf yang disajikan cocok dengan gambar dan ilustrasi di dalam majalah Warta Pegadaian, jumlah halaman serta materinya memuat semua informasi yang dilakukan Perum Pegadaian di dalam majalah Warta Pegadaian. 3. Isi dari majalah Warta Pegadaian memuat semua informasi yang dibutuhkan oleh pembacanya. Berita yang terdapat di dalam majalah Warta Pegadaian berisi kegiatan dan perkembangan Perum Pegadaian, serta informasi-informasi seputar produk dan jasa. Semua informasi penting tersebut disuguhkan oleh redaksi secara lengkap, aktual, faktual dan objektif sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya. 4. Dari hasil analisa dan pembahasan menunjukan bahwa karyawan Perum Pegadaian banyak memperoleh informasi mengenai kegiatan Perum Pegadaian dan seputar produk dari hasil terbitan bagian Humas Perum Pegadaian yakni majalah Warta Pegadaian. Kehadirannya masih diperlukan dalam penyebaran arus informasi terbaru di lingkungan Perum Pegadaian. Majalah Warta Pegadaian sangat efektif untuk diterapkan di lingkungan Perum Pegadaian, karena majalah Warta Pegadaian telah menjalankan
fungsi dan tugasnya serta mendapatkan manfaat kepada pembacanya. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa majalah Warta Pegadaian berperan sebagai media informasi internal di Perum Pegadaian Pusat.
Saran Berdasarkan temuan-temua yang bersifat kelemahan pada peranan majalah Warta Pegadaian sebagai media informasi internal Perum Pegadaian, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Pengelolaan majalah Warta Pegadaian lebih ditingkatkan lagi baik dalam segi percetakan maupun segi pendistribusiannya serta meminimalisasikan kendala dan hambatan yang terjadi. Dan majalah Warta Pegadaian diharapkan mempunyai jadwal terbit yang teratur sehingga penerbitannya dapat tepat waktu. 2. Bagian Humas Perum Pegadaian sebagai penerbit dapat mengusahakan usulan tambahan anggaran untuk majalah Warta Pegadaian sehingga dapat dicetak lebih banyak lagi. Dengan memperbanyak eksemplar yang diterbitkan, maka akan menjangkau seluruh public intern dan ekstern Perum Pegadaian 3. Meningkatkan kualitas muatan informasi di dalam majalah Warta Pegadaian dengan mengoptimalkan SDM yang berkualitas dibidang jurnalistik dan selalu memperhatikan aktualitas, faktualitas, serta keobjektifan informasi dan majalah Warta Pegadaian. 4. Dalam upaya untuk mengembangkan majalah Warta Pegadaian diharapkan staf dan redaksi selalu memperhatikan , tanggap dan mengevaluasi berbagai rangkaian rubrik yang terdapat di dalam majalah Warta Pegadaian agar hasilnya lebih baik. Memperluas fungsi majalah Warta Pegadaian dari sekedar media komunikasi, media informasi, dan sosialisasi juga ditambahkan sebagai media promosi mengenai produk dan jasa di lingkungan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Assegaf, Djafar.1991.Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Cangara, Hafied. 2006.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Study Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya. ___________________. 2007. Ilmu, Teori Komunikasi dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya ___________________. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. ___________________. 2007. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. Jefkins, Frank. 1992..Public Relation edisi keempat. Jakarta : Erlangga. Koentjaraningrat. 1993.Metode-metode Penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia. Moleong, Lexy J. 2008.Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya. _________________. 2004.Metode Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rachmadi, F. 1994. Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Gramedia. Rakhmat, Jalaludin. 1999.Metode Penelitian komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Ruslan, Rosady. 1997. Kiat dan Strategi kampanye PR. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Smith, B.D dan Karim. 1980. K amus Pemakaian Inggris -Indonesi a dal am Sosi ol ogi. Jakart a: Bhrat a aKar ya Aksara. Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2007. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Rosdakarya. Susanto, Astrid S.1977. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta. _______________1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung : Bina Cipta Tubbs, Stewart L dan Moss, Sylvia. 2000. Human Communication (Konteks-konteks Komunikasi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Gramedia.