PERAN KIYAI TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIH DALAM PEMILUKADA TAHUN 2013 DI KABUPATEN PAMEKASAN The Role Of Kiyai In The Votters Decision Making During 2013 General Election In Pamekasan IMROTUL HASANAH Pembimbing : Prof. Dr. Suko Wiyono S.H, MH. Rusdianto Umar S.H, M.Hum. Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan E-mail :
[email protected] ABSTRAK: Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang - orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beranekaragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu adalah sarana utama untuk mewujudakan demokrasi dalam suatu negara. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan peran Kiyai terhadap pengambilan keputusan pemilih dalam pemilukada di Kabupaten Pamekasan . Subyek penelitian/informan adalah Kiyai Pamekasan, Kepala Desa Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan prosedur wawancara dan observasi. Kemudian data – data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitaif dan hasilnya peran atau kedudukan Kiyai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Pamekasan terutama masyarakat pedesaaan dan para santri. sedangkan bagi masyarakat perkotaan pengaruh Kiyai sangat rendah sekali. Kata Kunci : Peran, Kiyai, pengambilan keputusan, pemilih, pemilukada. General Election is the process of selecting peoples to fill certain political positions . Positions are diverse , ranging from the President , elected representatives at various levels of government , until the village head . General election is the primary means for actualize democracy in a country . the purpose of this research for describe the role of kiyai in the votters decision making during general election in pamekasan. Subjek of research/informant is kyai, the village head, society, santri, and accumulation of data use interview and observation. Then the data was received should analysised kualitatif describtively and the result role or position of kyai still needed by Pamekasan society almost village society and santri. whereas for city society role of kyai is so low. Key word: role, kyai, take the decision, voter, general election of head territory.
Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang - orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Gaffar (2012 : 5) mengatakan “Pemilu adalah sarana utama untuk mewujudakan demokrasi dalam suatu negara. Substansi pemilu adalah penyampaian suara rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan dan pemerintahan sebagai penyelenggara negara”. Setelah digantinya UU No. 22 tahun 1999 menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dimana materi dalam UU ini adalah mengenai Pilkada langsung dimana pada pasal 56 ayat hingga 119 pokok pasal tersebut mengatur tentang pilkada langsung yang menurut peralihan pasal 233 ayat (1) akan dilaksanakan pada juni 2005. Maka dari itu dengan di sahkannya UU No. 32 tahun 2004 tersebut Selain untuk memilih para Pemimpin Nasional, Pemilu juga dilaksanakan dalam pemilihan Pemimpin Daerah. Suryatmaja (dalam Suharizal : 2012 : 38) mengatakan beberapa pertimbangan yang melandasi pilkada langsung antara lain (1) sistem pemerintahan menurut UUD 1945 memberikan keluasan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah (2) dalam menyelenggarakan otonomi daerah dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip – prinsip demokrasi, dan (3) dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi, keadilan dan kesejahteraan masyarakat, hubungan antara pemerintah pusat dan
daerah serta antara daerah satu dengan yang lain untuk mempertahankan NKRI. Serta kedudukan pemerintah daerah mempunyai peran yang sangat strategis. Selain itu Gaffar (2012 : 85) mengemukakan salah satu wujud dan mekanisme demokrasi didaerah adalah pelaksanaan pemilihan umum Kepala Daerah (pemilukada) secara langsung. Dalam pemilihan Kepala Daerah tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, banyak partai politik yang berperan didalamnya, selain partai politik ada juga pihak – pihak yang berkepentingan juga ikut berperan untuk mensukseskan pelaksanaan pemilukada tersebut. Contohnya saja Kiai, di pulau garam Madura, Kiai merupakan figure yang sangat disegani oleh masyarakat khususnya pada masyarakat Pamekasan. Masyarakat Pamekasan merupakan masyarakat yang tradisional religious. Religious masyarakat tampak pada symbol – symbol keagamaan dalam kehidupan sehari – hari. Disamping itu masyarakat Pamekasan terutama masyarakat pedesaan menempatkan Kiyai sebagai pemimpin sentral yang kedudukannya melebihi wewenang dan kedudukan pemimpin masyarakat lainnya, Seperti pejabat pemerintah. Seorang Kiyai lebih dipatuhi dan disegani dari pada pejabat pemerintah setempat contohnya kepala desa atau aparat keamanan setempat. Terdapat beberapa alasan yang melatar belakangi terlibatnya Kiyai dalam politik diantaranya adalah sifat historis dan cultural. Secara historis keterlibatan Kiyai dalam dunia politik karena berkiblat pada pendahulu mereka dalam visi dan pandangan politiknya. Secara Kultural keterlibatan Kiyai di pamekasan dalam
dunia politik juga disebabkan oleh tatanan budaya pada masyarakat Pamekasan, yang menempatkan Kiyai sebagai pemimpin masyarakat dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya. Pada tanggal 09 Januari 2013 Pamekasan menggelar pesta demokrasi yaitu pemilihan Bupati dan wakil Bupati periode tahun 2013 – 2017. Dimana dalam pelaksanaan pemilukada kemaren ada 3 pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati diaman masing masing calon tersebut adalah pasangan calon nomor (1) Al – Anwari – Kholil (AHO), (2) K.H Kholilurrahman – Masduki (KOMPAK), (3) Ahmad Syafi’I – Kholil Asy’ari (ASRI). Dari penjelasan diatas ada calon Bupati yang berasal dari kalangan Kiyai yaitu calon nomor urut 2 yaitu K.H. Kholilurrahman, sekaligus sebagai calon incomben, dimana pada pemilukada periode sebelumnya tahun 2008 K.H Kholilurrahman menang telak atas pasangan incomben juga yaitu Bapak Achmad Syafi’i, dan pada Pemilukada tahun 2013 dua calon Bupati ini bersaing kembali untuk menjadi orang nomor satu di pamekasan. Meskipun demikian calon yang berasal dari kalangan Kiyai K.H Kholilurrahman tidak semua Kiyai atau Ulama Pamekasan menjadi satu untuk mendukungnya, akan tetapi calon yang berasal bukan dari kalangan Kiyai juga di dukung oleh Kiyai juga. Contohnya calon Bupati nomor urut 3 yaitu Achmad Syafi’i. Jadi ada perselihan pendapat antara Kiyai yang satu dengan yang Lainnya. Kiyai merupakan tokoh sentral dalam suatu Pondok Pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh kharisma sang Kiyai Lubis (dalam Ardalika : 2013 : 6). Selain itu Qomar (dalam Ardalika : 2013 : 6) mengatakan
bahwa gelar Kiyai tidak bisa diusahakan melalui jalur – jalur pendidikan formal semacam sarjana, akan tetapi gelar Kiyai datang dari masyarakat yang secara tulus memberikannya tanpa intervensi dari pihak luar. Sebagai pemimpin agama, Kiyai memiliki pengaruh yang cukup dominan yang diakui kepemimpinannya oleh masyarakat. Dalam masyarakat pengaruh Kiyai tidak hanya menyangkut dalam hal keagamaan semata, melainkan hampir semua persoalan selalu dikonsultasikan kepada Kiyainya (Suprayogo : 2007 : 179). Secara sosiologis Kiyai termasuk pemimpin informal yang memiliki pengikut utama di kalangan masyarakat islam terutama masyarakat pedesaan. Sebagai pemimpin informal menjadikan posisi Kiyai diakui tidak saja oleh pengikutnya akan tetapi oleh elite lainnya. Peran Kiyai yang menyentuh hampir semua relung kehidupan masyarakat sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, pelayanan Kiyai seperti itu sangat sulit dilakukan oleh sembarang orang. Kiyai dipandang memiliki kekuatan supranatural yang do’anya mudah dikabulkan oleh tuhan. Kiyai yang dipercayai masyarakat mempunyai kelebihan seperti itu mempunyai kedudukan dan posisi yang dihormati oleh masyarakat (Suprayogo, 2007 : 128). Sejak era reformasi pemilihan pemimpin lembaga –lembaga public, baik diranah pembuat peraturan (legislasi) maupun pelaksana peraturan (eksekutif) dilangsungkan dengan menggunakan mekanisme demokrasi, yakni melibatkan rakyat luas sebagai penentu. Hal ini mengalami kemajuan dimana melibatkan
rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan masa depan kehidupan bersama Hendry (2012 : 105) Dengan demikian pemilihan umum (PEMILU) dianggap sebagai mekasnisme paling oprasional yang dapat menjembatani antara kehendak rakyat di satu sisi dengan lembaga – lembaga negara (presiden maupun legislatif), dengan pemilu ini proses transaksi dan transfer kedaulatan dilakukan oleh rakyat kepada para pemimpin / wakil mereka Hendry (2012 : 83). Hasil amandemen undang – undang dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia,salah satu perubahan tersebut terkait dengan pengisian jabatan Kepala Daerah. Pasal 18 ayat (4) menyatakan bahwa “gubernur, bupati dan walikota masing – masing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis”. (Suharizal : 2012 : 1) Oleh karena itu, sebagai wujud dan mekanisme demokrasi daerah adalah pelaksanaan pemilihan umum kepaala daerah (Pemilukada) secara langsung. Pemilukada merupakan sarana manifestasi kedaulatan dan pengukuhan bahwa pemilih adalah masyrakat di daerah. (gaffar : 2012 : 85) Pemilukada merupakan salah satu wujud demokrasi di tingkat daerah yang menentukan berjalannya pemerintahan di daerah tersebut selama periode lima tahun. Oleh karena itu pemilukada harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan UUD 1945. Menjelang pelaksanaan PemiluKada di kabupaten Pamekasan untuk memilih calon Bupati dan calon wakil Bupati Pamekasan, berbagai macam poster
di sepanjang jalan di Pamekasan malai bermunculan, namun seperti yang dikemukakan diatas ada hal unik di pamekasan yaitu dalam pelaksanaan Pilkada pasti ada keikut sertaan Kiyai dalam pemilihan orang nomor satu di Pamekasan. Fenomena keikut sertaan kiai dalam pemilihan orang nomor satu di Pamekasan ini bukan merupakan hal yang pertama kali, melainkan dalam periode sebelumnya terjadi kompetisi yang melibatkan figure kiyai. Secara teoritik keterlibatan Kiyai keterlibatan kiyai dalam dunia politik bisa dirumuskan sebagi berikut (1) ajaran islam mendekatkan elite agamanya agar memikirkan tentang kehidupan bersama, (2) agama sering kali dijadikan legitimasi pemerintahan, (3) agama membutuhkan penyampaian misi, dan itu memerlukan dukungan kekuasaan. METODE
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan metode penelitian kualitatif. Peneliti mengambil lokasi penelitian untuk judul diatas yaitu di pulau Madura. Dimana dari keempat Kabupaten yang ada di pulau Madura peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Pamekasan. Sedangkan tekhnik pengumpulan data yang digunkan adalah melalui observasi dan wawancara.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Pamekasan
Pamekasan merupakan salah satu dari empat kabupaten yang ada di pulau Madura, Jawa Timur yang memiliki luas wailayah 792.24 Km2. Kabupaten ini berbatasan dengan laut jawa di utara, selat Madura di selatan, kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Kabupaten Pamekasan memiliki dua musim yaitu musin hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan Oktober – April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April – Oktober. Luas daerah berdasarkan ketinggian tempat ini dapat dibagi pada ketinggian 1 – 100 meter seluas 39.609 Ha, dan 101 – 300 meter seluas 39. 621 Ha. Daerah bagaian selatan lebih rendah dibandingakn dengan bagian tengah dan utara. Secara administratif, Kabupaten Pamekasan memiliki tiga belas (13) kecamatan yang terdiri atas seratus tujuh puluh delapan (178) desa dan sebelas kelurahan (11) kelurahan, pusat pemerintahannya ada di Pamekasan. Peran Kiyai terhadap Pengambilan Keputusan Pemilih dalam Pemilukada di Kabupaten Pamekasan Peran Kiyai masih sangat tinggi bagi masyarakat Pedesaan untuk menentukan pilihannya dalam Pemilukada. Di samping itu masyarakat juga sudah bisa menilai sendiri dan sudah mulai mandiri untuk menentukan pilihannya meskipun demikian masyarakat masih membutukan figure dari seoramg Kiyai untuk meyakinkan pilihannya dan sebagian besar pilihan masyarakat sama dengan apa yang disarankan oleh Kiyai. Akan tetapi tidak semua Kiyai bisa mempengaruhi masyarakat karena masyarakat sudah mulai
cerdas dan sudah bisa menilai Kiyai mana yang bisa di jadikan panutan, meskipun dalam konteks masyarakat Desa tunduk dan patuh kepada Kiyai masyarakat desa juga sudah mulai bisa menilai sendiri dan menyadari Pemilukada itu adalah ajang untuk memilih pemimpin yang bisa memimpin Daerah dan bisa mengayomi masyarakat. Selain itu dari kalangan santri sosok seorang Kiyai masih sangat dibutuhkan karena para santri menganggap kiyai adalah seorang yang di tokohkan perintahnya di dengarkan bahkan diikuti serta anjurannya diikuti. Kedudukan Kiyai dimata santri sangat tinggi sehingga dalam banyak hal para santri mengkosultasikan permasalahannya kepada Kiyai apalagi dalam penentuan keputusan dalam Pemilukada, santri masih sangat membutuhkan arahan dari Kiyai untuk menentukan keputusannya. Meskipun bentuk arahan tersebut hanya sebatas pemberian informasi dari Kiyai, santri langsung mengikutinya. Berbeda dengan masyarakat Pedesaan dan para santri yang masih tunduk dan patuh kepada Kiyai serta masih membutuhkan sosok atau Figure kiyai untuk menentukan pilhannya dalam Pemilukada. Masyarakat perkotaan sudah lebih mandiri dalam menentukan pilihannya. Artinya masyarakat sudah tidak membutuhkan bimbingan atau arahan dari pihak manapun untuk menentukan pilihannya termasuk dari pihak Kiyai. Jadi bisa di katakana pengaruh Kiyai bagi masyarakat perkotaan sangat rendah di bandingkan dengan masyarakat Pedesaan.
Dengan demikian kedudukan Kiyai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyarakat pedesaaan dan para santri. sedangkan bagi masyarakat perkotaan pengaruh Kiyai sangat rendah sekali. Adapun bentuk upaya yang dilakukan oleh Kiyai untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk menentukan pilihannya sesuai dengan hati nuraninya yaitu melalai pengajian – pengajian terus dalam kampanye apabila Kiyai di tunjuk sebagi Juru Kampanye (Jurkam) dari salah satu calon Bupati Pamekasan Kiyai menganjurkan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dengan benar dan sesuai dengan pilihan hati nuraninya untuk memilih pemimpin yang adil, jujur, mengayomi masyarakat serta bisa membangun kota Pamekasan. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok hasil perolehan Suara antara calon Bupati yang berasal dari kalangan Kiyai dan calon Bupati yang berasal bukan kalangan Kiyai dalam Pemilukada tahun 2013 di Kabupaten Pamekasan yaitu antara perolehan suara di daerah Pedesaan yang masih tunduk dan patuh terhadap Kiyai dengan perolehan suara di daerah Perkotaan yang mayoritas masyarakatnya sudah mandiri dan menggunakan hak pilihnya sesuai dengan hati nuraninya tanpa intervensi dari pihak manapun termasuk Kiyai. Jadi perolehan suara di daerah Pedesaan calon yang berasal dari kalangan Kiyai menang telak di bangding calon yang bukan berasal dari kalangan Kiyai, sedangkan di daerah perkotaan calon yang berasal bukan dari kalangan Kiyai menang telak dibandingkan dengan calon yang berasal dari kalangan Kiyai.
PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan paparan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran atau kedudukan Kiyai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Pamekasan terutama masyarakat pedesaaan dan para santri. sedangkan bagi masyarakat perkotaan pengaruh Kiyai sangat rendah sekali. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran atau rekomendasi yang diajukan adalah pada umumnya ketundukan masyarakat Pamekasan kepada Kiyai sudah menjadi budaya sejak dulu, dan itu tidak bisa dihilangkan begitu saja meskipun masyarakat sudah mulai hidup mandiri akan tetapi apapun keadaannya dan bagaimanapun kondisinya, sebaiknya dalam penentuan penentuan keputusan masyarakat hendaknya menggunkan hak pilihnya dengan baik dan sesuai dengan hati nuraninya.
DAFTAR RUJUKAN
Ardalika, Novian Ratna Nora. 2013. Peran kepemimpinan Kiyai dalam membentuk karakter mandiri santri di pondok modern arrisalah program internasional ponorogo. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang UM Gaffar. M. Janedjri. 2012. Politik Hukum Pemilu. Jakarta. Konpress. Hendry. 2012. Pemilu & kisah perjalanan 2 roh. Bayumedia. Suharizal. 2012. Pemilukada, Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Suprayogo, Imam. 2010. Kiyai dan Politik membaca citra politik kiyai. Malang. UIN- Malang Press. Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi kelima. Malang. Universitas Negeri Malang.