PERAN GURU AQIDAH AKHLAQ DALAM UPAYA MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK (Studi Kasus di SMP Islam Ruhama) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: BAHIYATUL MUSFAIDAH NIM 1112011000023
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
ABSTRAK Bahiyatul Musfaidah (1112011000023)
Jurusan Pendidikan Agama Islam
“Peran Guru Akidah Akhlaq dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik (Studi Kasus di SMP Islam Ruhama)” Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui peran dan upaya guru akidah akhlaq dalam membentuk karakter peserta didik di SMP Islam Ruhama. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif analisis, dengan jenis penelitian studi kasus yang ditunjang dengan penelitian lapangan dan referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas. Untuk memperoleh keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi dari beberapa teknik di antaranya observasi, angket dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru akidah akhlaq telah melakukan perannya dalam upaya membentuk karakter peserta didik, sebagai pembimbing, pendidik, motivator dan demonstrator. Sebagai pembimbing, guru akidah akhlaq memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik. Sebagai pendidik yakni mengajarkan sopan santun dan tata karma, mengajarkan cara berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai demonstrator, guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai norma, sopan dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan mengakhiri sesuatu, menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain, berkata sopan, selalu datang tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak peserta didik untuk shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagai evaluator, guru akidah akhlak selalu menegur dan memberi nasihat peserta didik yang melanggar aturan, memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata tertib, seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong, menggunting celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada peserta didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik yakni dengan menerapkan pembiasaan yang sesuai dengan 18 nilai karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud.
Kata kunci: Peran Guru, Membentuk Karakter Peserta Didik.
i
ABSTRACT
Bahiyatul Musfaidah (1112011000023) Department of Islamic Education "Teacher Role in Efforts to Establish a creed Akhlaq Character of Students (Case Study in SMP Islam Ruhama)" This thesis aims to determine the role and efforts of teachers in shaping the character of moral theology students in SMP Islam Ruhama. The approach in this study is a qualitative approach, descriptive method of analysis, with the case study is supported by field research and references relating to the themes discussed. To obtain the validity of the data using triangulation techniques author of several techniques among observations, questionnaires and interviews. Based on the results of this study concluded that moral theology teacher has done its part in establishing the character of the students, as a mentor, educator, motivator and demonstrator. As a mentor, a teacher of moral theology to motivate and advise the participant students to always do good. As an educator that teaches manners and manners, teach you how to dress in accordance with the norms and rules. As a demonstrator, teacher creed character exemplifies the dress as the norm, polite and courteous, always read a prayer when starting and ending something, say hello and give wrong when meeting others, said politely, always on time and carry out and invite learners to pray sunnah and the obligatory prayer. As evaluators, teachers creed morals always admonish and advise students who break the rules, to sanction the students who violate the regulations, such as cutting hair if students haired, cut trousers and skirts if the pants or skirt does not fit the rules, as well as collaborating by counseling teachers to provide counseling to students who violate the rules and calling the parents of learners. The efforts made to shape the character of the learners by applying the appropriate habituation to the 18-character value that is declared by Kemendikbud.
Keywords: Role of Teachers, Shaping Character of Students.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk jalan yang diridhai Allah. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini membahas tentang peran guru akidah akhlaq dalam upaya membentuk karakter peserta didik yang merupakan studi kasus di SMP Islam Ruhama. Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitas yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak, untuk menuju sebuah keberhasilan ada proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Madjid Khon, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag., selaku dosen penasihat akademik. 5. Dr. M. Dahlan, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, iii
mengarahkan dan mengembangkan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Kepala SMP Islam Ruhama beserta staf dan dewan guru yang telah mengizinkan dan mensuport penulis. Juga Bapak Agus Muslim, SPd. yang sudah bersedia membantu penulis dalam proses penelitian. 7. Orangtua tercinta Bapak Achmad Mangun Muqito dan Ibu Chotijah yang selalu menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan jenjang S-1 ini, yang kasih sayang serta do’anya tak pernah putus untuk penulis, yang selalu memberikan motivasi moril dan materiil kepada penulis. 8. Kakak Tercinta, Siti Nur Faizah, yang selalu membantu penulis baik moril dan materiil. 9. Seluruh keluarga yang telah membantu penulis selama ini (Mbah, Lik Jesan, Lik Bekti, Lik Wawan, Lik Nurwi, Lik Sal dan semua sepupu penulis). 10. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan Ilmu pengetahun dan bantuan yang sangat berguna bagi penulis. 11. Seluruh staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakann Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan pelayanan dan fasilits serta buku-buku referansi yang penulis butuhkan. 12. Teman-teman seperjuangan Jurusan PAI angkatan 2012, khususnya kelas A, terima kasih atas kebersamaan, motivasi dan semangatnya. 13. Teman sekamar yang selalu membuat penulis menjadi lebih baik, Syifa Alawiyah, terima kasih atas kebersamaannya. 14. Rekan-rekan sejawat, Kak Lani, Hasna, Kak Dita, Kak Arif yang sudah mensuport penulis.
iv
15. Teman-teman satu kosan Wahidah Toko Boku Batubara (Ka Fatimah, Barkah, Hilya, Aini, Mimi, Qori, Ka Piper dll) yang telah memberi support kepada penulis. 16. Teman dekat tersayang; Syifa, Arruum, Ajeng, Hanny, Hikmah, Rina W, Ola, Decha yang selalu ada saat suka dan duka. 17. Forum Lingkar Pena Ciputat; Rifqi, Belda, Akma, Kak Said, Kak Andik, Kak Olik, Azmi, Kak Amal, dan semua penulis hebat di FLP Ciputat. 18. HMI Komtar; Semua kader HMI Komtar yang luar biasa, terima kasih telah mengenalkan kepada penulis tentang makna perjuangan, pemikiran, kekeluargaan. Yakusa! 19. Mas Ihdi dan keluarga yang selalu ada dan membantu penulis. Mas Ole, Mba Pahe, dan kawan- kawan yang selalu membuat hari-hari penulis penuh tawa. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudahmudahan bantuan, bimbingan, motivasi dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta,
16 September 2016 Penulis
Bahiyatul Musfaidah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR…………………………………………………………… iii DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi PEDOMAN TRANSLITERASI…………………………………………………ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 B. Identifikasi Masalah……………………………………………….. 7 C. Pembatasan Masalah……………………………………………….. 7 D. Perumusan Masalah……………………………………………….. 7 E. Tujuan Penelitian…………………………………………………... 8 F. Manfaat penelitian…………………………………………………. 8
BAB II
KAJIAN TEORI A. Guru dan Pendidikan Akhlak ……………………………………… 9 1. Pengertian Guru…………………………………………………9 2. Peranan Guru……………………………………………………9 3. Pengertian Pendidikan Akhlak…………………………………. 13 4. Pengertian Guru Akidah Akhlaq………………………………. 15 5. Sumber Pendidikan Akhlak……………………………………. 15 6. Tujuan Pendidikan Akhlak……………………………………...16 B. Karakter……………………………………………………………..17 1. Pengertian Karakter……………………………………………..17 2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas…………………...18 3. Tujuan Pendidikan Karakter…………………………………… 20 4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter……………20 vi
C. Peserta Didik……………………………………………………….. 22 1. Pengertian Peserta Didik……………………………………….. 22 2. Pandangan tentang Peserta Didik sebagai Anak………………. 23 3. Hal-hal yang Perlu Dikenal tentang Pesserta Didik……………. 24 4. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik…………………... 24 5. Etika Peserta Didik……………………………………………...24 6. Disiplin Peserta Didik………………………………………….. 25 D. Hasil Penelitian yang Relevan……………………………………... 26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….... 28 B. Metode Penelitian………………………………………………….. 28 C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………. 29 1. Observasi………………………………………………..............29 2. Wawancara…………………………………….………..............29 3. Dokumentasi……………………………………..……..............29 D. Instrumen Penelitian………………………………………………...30 E. Sumber Data…………………………………….……….................37 1. Sumber Primer…………..…………………….………..............37 2. Sumber Sekunder………………………………..……..............37 F. Keabsahan Data…………………………………….………............38 G. Metode Analisis Data……………………………………………....38
BAB IV
PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Sekolah………………………………...39 1. Sejarah Singkat Sekolah……………………….………..............39 2. Visi, Misi dan Tujuan……………………………………...........41 3. Guru dan Tenaga Kependidikan…………...….………..............42 vii
4. Data Siswa…………………………………….………..............43 5. Sarana dan Prasarana…………………………………...............44 6. Ekstra Kurikuler……………………………….………..............45 7. Kegiatan Belajar Mengajar……………………………..............46 B. Deskripsi Data………………………………………………………47 C. Pembahasan…………………………………….………..................48
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….59 B. Implikasi…………………………………………………………….60 C. Saran………………………………………………………………...60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 61 LAMPIRAN
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
A. Konsonan
ا
Tidak dilambangkan
د
d
ض
đ
ك
k
ب
b
ذ
ż
ط
ţ
ل
l
ت
t
ر
r
ظ
ť
م
m
ث
ś
ز
z
ع
ʻ
ن
n
ج
j
س
s
غ
ġ
و
w
ح
ẖ
ش
sy
ف
f
ه
h
خ
kh
ص
ş
ق
q
ي
y
B. Vokal Vokal Tunggal
Vokal Rangkap
Tanda
Huruf Latin
Tanda dan Huruf
Huruf Latin
ﹷ
a
ْﹷي
ai
ﹻ
i
ْﹷو
au
ﹹ
u
ix
C. Mâdd (Panjang) Harakat dan Huruf
Huruf dan Tanda
ﹷا
â
ْﹻي
î
ْﹹو
û
D. Tâ’ Marbuţah 1. Tâ’ Marbuţah hidup transliterasinya adalah /t/. 2. Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
E. Syaddah (tasydîd) Syaddah atau tasydîd ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah (digandakan). Contoh:
ْ‘ = َعلَّ َمallama
ْ = يُ َكِّرُرyukarriru
ْ = ُكِّرَمkurrima
ْ = ال َمدal-maddu
F. Kata Sandang 1. Kata sandang diikuti oleh huruf Saymsiyah ditransliterasikan dengan huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung. Contoh:
َّ = aş- şalâtu ُالص ََلْة x
2. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
ْ = ال َفر ُقal-farqu G. Penulisan Hamzah 1. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia seperti alif. Contoh:
ْ ِ = أُوûtiya َت
ْت ُ = أَ َكلakaltu
2. Bila di tengan dan di akhir, ditransliterasikan dengan apostrof. Contoh:
ْ = تَأ ُكلُو َنta’kulûna
ْ = َشيئsyai’un
H. Huruf Kapital Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata sandangnya. Contoh:
ْال ُقرآ ُن
= alqur’ânu
ال َمسعُوِدى
= almas’ûdî
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama terutama pendidikan akhlak sangat diperlukan untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik. Pendidikan agama memiliki dua aspek penting, yakni aspek pendidikan agama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian. Dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek kedua ditujukan kepada pikiran, yaitu pengajaran agama itu sendiri, yakni kepercayaan kepada Tuhan. Tujuan penting dari pendidikan Islam adalah membentuk suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.1 Pendidikan akhlak sebagaiman dirumuskan oleh Ibnu Miskawaih dan dikutip oleh Abudin Nata, merupakan upaya ke arah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan lahirnya perbuatanperbuatan yang bernilai baik dari seseorang. Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Alquran dan sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Dengan demikian maka pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan moral dalam diskursus pendidikan Islam. Akhlak dalam diri seseorang akan melahirkan sebuah sikap, perbuatan dan tingkah laku manusia. Dan ruang lingkup akhlak meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang kehidupan.2 Begitupun dampaknya pada bangsa, suatu bangsa akan menjadi kokoh apabila ditopang dengan akhlak masyarakatnya yang kokoh, dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh ketika akhlak masyarakatnya rusak, karena akhlak merupakan salah satu pilar utama 1
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. dari Attarbiyah al-Islamiyah oleh H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hal. 1 2
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hal.9
1
2
kehidupan masyarakat. Hal ini juga berlaku pada umat Islam yang pernah mengalami masa kejayaan dan salah satu faktor yang mendukung kejayaan Islam pada masa itu adalah akhlak mulia.3 Telaah lebih dalam terhadap konsep akhlak yang telah dirumuskan oleh para tokoh pendidikan Islam masa lalu seperti Ibnu Miskawaih, AlQabisi, Ibn Sina, Al-Ghazali dan Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku anak didik. Karakter positif ini tiada lain adalah penjelmaan sifatsifat mulia Tuhan dalam kehidupan manusia. Namun demikian dalam implementasinya, pendidikan akhlak yang dimaksud masih tetap cenderung pada pengajaran right and wrong seperti halnya pendidikan moral. Menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia dengan pendidikan akhlak sebagai trade mark di satu sisi, dan menjamurnya tingkat kenakalan perilaku amoral remaja di sisi lain menjadi bukti kuat bahwa pendidikan akhlak dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam belum optimal.4 Sejak tahun 1990-an, terminologi pendidikan karakter mulai ramai dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang sangat memukau, The Retrun of Character Education.5 Sebuah buku yang menyadarkan dunia Barat secara khusus di mana tempat Lickona hidup, dan seluruh dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah keharusan. Inilah awal kebangkitan pendidikan karakter. Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin sebagaimana dikutip oleh Arif Rosadi, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalam 3
M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern, Membangun Karakter Generasi Muda, (Bandung: penerbit Marja, 2012), hal.17 4 Kemenag, Pendidikan Akhlak ala Al-Ghazali, 2016, hal. 2-3, (www.simbi.kemenag.go.id). 5 Arif Rosadi, “Membangun Penyelenggaraan Pendidikan Berkarakter Berbasis Evaluasi Profesional”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Semarang , 5 November 2013, hal. 2.
3
sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian maka pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standarstandar baku. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai persepsi dan nilai-nilai pribadi yang ditampilkan di sekolah. Fokus pendidikan karakter adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi prakteknya meliputi penguatan
kecakapan-kecakapan
yang
penting
yang
mencakup
perkembangan sosial siswa.6 Seorang
guru
jika
hendak
mengarahkan
pendidikan
dan
menumbuhkan karakter yang kuat pada peserta didik, haruslah mencontoh karakter yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw yang memiliki karakter sempurna. Firman Allah Swt. dalam Q.S al-Qalam: 4
ق َع ِظٍ ٍن َ ًََِّوا ٍ ُك لَ َعلَى ُخل Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam/68: 4)7 Dalam pendidikan karakter yang berorientasi pada akhlak mulia kita wajib untuk berbuat baik dan saling membantu serta dilatih untuk selalu sabar, menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain. Dalam ayat lain dijelaskan:
ُوف َواًهَ َع ِي ال ُوٌ َك ِر َواصبِر َعلَى ِ ً أَقِ ِن الص َََّلةَ َوأ ُهر بِال َوعر َّ ٌٌََُا ب ُ ىر َ ِك إِ َّى َذل َ َصاب َ ََها أ ِ ك ِهي َعز ِم اْل ُه Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Q.S.Luqman/31:17)8
6
Ibid. Kemenag. al-Hilali Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alfatih, 2002), hal. 564. 8 Ibid., hal. 416 7
4
Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon pendidik adalah sikap dan karakter anak didik. Anak didik di sekolah yang dihadapi guru sudah membawa karakter yang terbentuk dari lingkungan rumah tangga atau lingkungan masyarakat yang berbeda. Ada yang baik da nada yang buruk, ada yang patuh da nada juga yang tidak patuh, dan seterusnya. Mengetahui latar belakang dan karakter anak didik menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan alat pembelajaran, pendekatan dan metodenya yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah. Sikap dan karakter anak didik ini dapat diubah darn dibentuk sesuai dengan keinginan dan tujuan pendidikan. Di sinilah peran guru, orang tua dan masyarakat yang amat penting dalam membentuk lingkungan anak didik yang baik dan saling mendukung.9 Dalam kaitannya dengan pendidikan akhlak, terlihat bahwa pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur dan Islam sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler, bukan alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataanya keduanya memiliki ruang untuk saling mengisi. Bahkan Lickona sebagai Bapak Pendidikan Karakter di Amerika justru mengisyaratkan keterkaitan erat antar karakter dengan spiritualitas. Dengan demikian, bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahapan yang sangat operasional meliputi metode, strategi, dan teknik, sedangkan pendidikan akhlak sarat dengan informasi kriteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya menjadi suatu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry point bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai-nilai spiritualitas dan agama.10
9
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2014) , hal. 99-100 10 Rosadi, Op. cit., hal, 3
5
Pendidikan karakter mulai dicanangkan dalam kurikulum terbaru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tahun 2010 Kemendiknas telah mencanangkan 18 nilai-nilai karakter yang wajib dimiliki oleh peserta didik. Namun semua itu menjadi tumpul ketika melihat realitas yang terjadi di lapangan. Bahwa peserta didik yang telah diberi berjibun teori tentang nilai-nilai akhlak, moral dan budi pekerti rupanya tidak diaplikasikan dalam bentuk nyata. Karena perlu kita sadari bersama bahwa masa remaja awal, yang dalam hal ini adalah masa SMP merupakan masa dimana anak lebih senang untuk meniru, mengikuti, mengimitasi dan mengidentifikasi apa saja yang mereka lihat dan temukan. Jadi, sekedar teori tidaklah cukup untuk membentuk pribadi peserta didik. Ini tentu menjadi PR yang besar bagi pendidik, terutama bagi pendidik akhlak, atau guru akidah akhlak lebih khususnya. Karena merekalah yang akan membawa peserta didik kepada generasi yang berakhlak, bermoral dan berbudi pekerti luhur yang nantinya akan membentuk karakter siswa tersebut melalui perannya sebagai pendidik, pembimbing, demonstrator dan evaluator. Secara moralistik, pembinaan karakter merupakan salah satu cara untuk membentuk mental manusia agar memiliki pribadi yang bermoral dan berbudi pekerti yang luhur, berarti pula cara tersebut sangat tepat untuk membina mental anak remaja.11 Namun, diakui atau tidak, saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis yang sangat mengkhawatirkan adalah krisis moral. Yang mana dalam hal ini, akhlak dan karakter generasi muda mulai terkikis. Hilangnya rasa saling menghormati, toleransi, sopan santun dan etika. Bahkan perilaku remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying di sekolah dan tawuran. Sepanjang tahun 2015 saja, tercatat 769 kasus tawuran pelajar di Indonesia. Dengan demikian, bila dibuat rata-ratanya, setiap hari terjadi dua tawuran. Kenakalan lain adalah menyangkut masalah narkoba. Data 11
Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 66.
6
menunjukkan, dari 4 jutaan pecandu narkoba, sebanyak 70 persen atau ¾ di antaranya adalah anak usia sekolah yaitu yang berusia 14 sampai dengan 20 tahun.12 Pengaruh gaya hidup dari hasil penggunaan gadget yang sangat tinggi di kalangan remaja dan rendahnya perhatian orang tua terhadap kelakuan dan sopan santun anak, merupakan sederetan sebab mengapa siswa sekarang susah diatur. Dari kasus-kasus yang ada, terlihat sekali demoralisasi terjadi di negeri ini. Dua sisi yang ekstrem antara guru dan siswa jika bertemu tentu saja akan terjadi ketidakharmonisan.13 Untuk itu kecerdasan emosi sangat dibutuhkan untuk membangun akhlak yang baik dan karakter yang bagus dan perlu dijaga oleh guru untuk menciptakan peserta didik yang hebat. Itulah mengapa pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis dan sebagai salah satu tempat di mana anak didik ditempa karakter terpujinya untuk menjadi generasi yang membanggakan. Begitupun dengan kondisi di mana peneliti jumpai di salah satu sekolah, yakni SMP Islam Ruhama, yang terletak di Jalan Tarumanegara, Cireundeu, Ciputat Timur. Sekolah di bawah naungan Yayasan Prof. Zakiah Daradjat ini merupakan sekolah yang dibangun atas azas kekeluargaan. Sekolah tersebut telah mengalami pasang surut dalam mencetak generasi penerus bangsa. Peneliti menjumpai bahwa dalam upayanya membentuk karakter siswa yang disiplin dan bermoral, guru Pendidikan Agama Islam, dalam hal ini karena dalam SMP Islam tersebut pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dibagi menjadi tiga sub mata pelajaran, maka penulis lebih fokus kepada guru akidah akhlak, yang mana guru tersebut terjun langsung dalam mendisiplinkan anak-anak dan dalam 12
“Darurat Kenakalan Remaja”, Tajuk Rencana, Harian Sinar Indonesia Baru, Medan, 14 Desember 2014, hal. 2. 13 Mansur Muchlish, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara), Cet. V, hal.58.
7
pembuatan peraturan. Terkait dengan masalah yang dikemukakan, peneliti tertarik untuk mengangkat bahan penelitian skripsi dengan judul “Peran Guru Akidah Akhlak dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik, Studi Kasus di SMP Islam Ruhama.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang ada dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Fenomena penurunan nilai karakter yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik
pada umumnya, dan di lingkungan SMP Islam
Ruhama pada khususnya. 2. Kurangnya pengaplikasian materi akhlak dalam kehidupan seharihari.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka masalah yang diteliti dibatasi pada: 1. Peran yang dilakukan guru akidah akhlak dalam upaya membentuk karakter siswa. 2. Karakter yang dimaksud di sini adalah karakter yang dicanangkan oleh Kemendiknas tahun 2010. 3. Objek penelitiannya adalah peserta didik SMP Islam Ruhama kelas VIII.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana Peran Guru Akidah Akhlak dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Islam Ruhama?
8
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran guru Akidah Akhlak dalam upaya membentuk karakter peserta didik berdasarkan studi kasus di SMP Islam Ruhama.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi peneliti, peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah serta sebagai syarat menyelesaikan program strata satu. b. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan. c. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang pendidikan karakter siswa.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik, lebih selektif dalam bergaul, dan lebih bisa menjaga tata krama berbahasa, bertindak dan berbusana. b. Bagi guru dapat menjadi salah satu acuan untuk lebih mensosialisasikan pentingnya berakhlakul karimah. c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sebagai saran bagi kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan anak-anak untuk yang lebih baik lagi.
BAB II KAJIAN TEORI A. Guru dan Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.14 Menurut
Abuddin Nata dalam Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Peserta didik, kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.15 Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, dalam pandangan masyarakat, pengertian guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti di lingkungan pendidikan formal, akan tetapi dapat dilakukan di masjid, surau, mushola dan di rumah.16 2. Peranan Guru Menurut Poerwadarminta, peranan artinya adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, yang terutama (terjadinya suatu hal atau peristiwa) misalnya: tenaga ahli dan buruh yang memegang peranan sangat penting dalam pembangunan suatu negara.17 Guru agama mempunyai peranan yang cukup berat, yakni turut serta membina pribadi anak di samping mengajarkan ilmu pengetahuan agama kepada anak.18
14
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 497 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid, (Bandung: AlMa’arif, 1981), cet. II, hal. 20 16 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan adalah di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 16 15
17
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 735 18 Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,1977), hal. 68
9
10
Guru agama harus memperbaiki pribadi anak yang terlanjur rusak karena pendidikan dalam keluarga. Guru agama harus membawa anak didik ke arah pembinaan yang sehat dan baik. Setiap guru agama harus menyadari bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya merupakan unsur pembinaan bagi anak didik. Di samping pembinaan dan pengajaran yang dilaksanakann secara sengaja oleh guru agama dalam pembinaan terhadap anak didik, sifat dan kepribadian seorang guru agama juga merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian, peranan guru agama sangat penting dilakukan oleh seseorang yang tugasnya mengajar agama dan dicontoh segala perkataan dan perbuatannya. Peranan guru agama menjadi sangat penting, sebab yang paling menentukan tingkat keberhasilan pendidikan anak didik kita melalui penjabaran dan pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam sebagai sarana untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, baik buruknya moral dan mental mereka terletak pada guru agama.19 Dalam Alquran, Allah berfirman:
ك َ ُال إًًِِّ َجا ِعل ٍ َو إِ ِذ ابتَلَى إِب َرا ِهٍ َن َربُّهُ بِ َكلِ َوا َ َت فَأَتَ َّوه َُّي ق ال َو ِهي ُذ ِّرٌَّتًِ قَا َل الَ ٌٌََا ُل َعه ِدي الظَّالِ ِوٍي َ َاس إِ َها ًها ق ِ ٌَّلِل Artinya: “Dan (ingatlah) tatkala telah di¬uji Ibrahim oleh TuhanNya dengan beberapa kalimat, maka telah dipenuhinya semuanya. Diapun berfirman : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan engkau Imam bagi manusia. Dia berkata : Dan juga dari antara anak-cucuku. Berfirman Dia : Tidaklah akan mencapai perjanjianKu itu kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S Al – Baqarah: 124)20 “Imam” yang dimaksud pada kalimat tersebut adalah
untuk
menjadi panutan, yang akan membimbing manusia ke jalan Allah dan
19
Tim Akrab, “Membina Kehidupan Beragama Melalui Media Cetak”, Majalah Akrab, No. 18-IX, Jakarta, April 2006. hal. 6 20 Kemenag. al-Hilali Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alfatih), hal. 12.
11
membawa mereka kepada kebaikan. Mereka (manusia) menjadi pengikutnya dania menjadi pemimpin mereka. Peran guru meliputi banyak hal, di antaranya sebagai pembimbing, pendidik, pengajar, demonstrator dan evaluator.21 a. Guru sebagai pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga mnyangkut mental, emosional, kreativitas moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.22 b. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin.23 c. Guru sebagai demonstrator Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.24 Ada dua konteks guru sebagai demonstrator,
pertama
sebagai
demonstrator,
guru
harus
menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. 25
21
Yudhi Munadhi dan Faridha Hamid, Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal. 9 22 Ibid. 23 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.” (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hal. 37 24 Munadhi, op. cit., hal.11 25 Ibid.
12
Menurut E.Mulyasa, guru sebagai demonstrator bisa ditinjau dari, antara lain: 1) Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan metampakkan ekspresi seluruh kepribadian. 2) Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir. 3) Sikap dasar: postur psikologis yang akan tampak dalam masalah
penting,
seperti
keberhasilan,
kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri. 4) Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual moral, keindahan, terutama bagaimana dalam berperilaku. 5) Proses berfikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.26 Yang kedua guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran dapat lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.27
Melalui
peranannya
sebagai
demonstrator,
guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena itu sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.28 d. Guru sebagai evaluator Di dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, yaitu guru dapat 26
E. Mulyasa, op. cit., hal. 10 Munadhi, loc. cit 28 E. Mulyasa, loc. cit 27
13
mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mangajar, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik memuaskan atau sebaliknya.29 3. Pengertian Pendidikan Akhlak Kata pendidikan akhlak merupakan rangkaian kata yang terdiri dari kata pendidikan dan kata akhlak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik.30 Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu kepada cara melakukan sesuatu perbuatan, dalam hal ini adalah mendidik. Sedangkan menurut Marimba sebagaimana dikutip dalam buku Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam oleh Ahmad Tafsir, menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.31 Omar Muhammad al-Thouny al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, berpendapat bahwa pendidikan adalah proses mengubah tingkah individu pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.32 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip olah Abuddin Nata dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia.33 Pendidikan tidak hanya 29
Munadhi, op. cit., hal. 13 Poerwadarminta, op. cit., hal. 24 31 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. IX, hal. 24 32 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010) hal. 28 33 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 33 30
14
bersifat pelaku pembangunan tetapi merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup, tumbuh ke arah kemajuan, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.34 Kemudian kata kedua yakni akhlak. Dari segi bahasa akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq, yang berarti perangai, tabiat, watak, budi pekerti dan tingkah laku. Kata akhlak merupakan isim jâmid atau isim ġair musytaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata. Baik kata akhlak ataupun khuluq, keduanya dijumpai dalam pemakaiannya di alquran dan hadits.35 Definisi akhlak menurut istilah, para ulama merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang dikemukakannya, di antaranya, Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat tanpa memikirkan (lebih lama).36 Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.37 Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak tidak saling bertentangan melainkan saling melengkapi. Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanan kuat dalam jiwa yang tampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa melakukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
34
M. Yatimin Abdullah, Study Akhlak dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Amzah, 2007), hal.
22 35
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), hal. 25 36 Majduddin, Akhlak Tasawuf: Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), hal. 3 37 Ibid., hal.5
15
Dalam bahasa popular saat ini, akhlak disebut juga kecerdasan emosi (Emotional Quotient), lalu dimensi spiritual yang melatarinya bahwa akhlak mulia adalah bagian dari iman melahirkan apa yang disebut kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Sampailah para ahli pun meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah disebabkan (utamanya) oleh kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient), melainkan oleh kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.38 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan tentang tingkah laku baik
dan
buruk
agar
seseorang
dapat
mengetahuinya
dan
merealisasikan tingkah lakunya yang baik dan bertanggung jawab terhadap hidupnya.
4. Pengertian Guru Akidah Akhlak Dari peenjelasan pengertian dari guru dan akhlak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru akidah akhlak adalah orang yang mengajar, memberi pengetahuan, mendidik, mendemonstrasikan serta mengevaluasi tingkah laku baik dan buruk agar seseorang atau peserta didik dapat mengetahuinya dan merealisasikan tingkah lakunya yang baik dan bertanggung jawab terhadap hidupnya.
5. Sumber Pendidikan Akhlak Sumber pendidikan akhlak adalah Alquran dan hadits, dan keduanya juga merupakan pedoman hidup umat Islam. Selama umat Islam berpegang teguh pada keduanya, mereka tidak akan tersesat.39 Di antara ayat Alquran, yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah Q.S Al-Qalam/66: 4 38
Bambang Trim, Meng-Instal Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdallah Imprint Grafindo Media Pratama, 2008), hal. 6 39 Umar Muhammad at-Taomy asy-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 247
16
)66: ق َع ِظٍو ٍن (القلن َ ًََِّوإ ٍ ُك لَ َعلَ ٰى ُخل “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Ayat tersebut menjelaskan tentang pujian Allah terhadap seorang hamba-Nya yang sangat mulia dan dinilai berbudi pekerti yang agung dan luhur yaitu Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah makhluk yang paling
mulia
di
sisi
Allah
dan
umatnya
diserukan
untuk
mencontohnya.40 Adapun hadits yang menjadi dasar pendidikan akhlak salah satu di antaranya adalah:
ُ إًَِّ َوابُ ِعث ق َ ت ِْلُتَ ِّو َن ِ صالِ َح اْلَخ ََل “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR. Ahmad). Jika telah jelas bahwa Alquran dan Hadits Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlakul karimah dalam sejarah Islam.41
6. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan pendidikan akhlak pada dasarnya adalah agar manusia menjadi lebih baik dan terbiasa pada yang baik. Pendidikan akhlak dilaksanakan pada masa kanak-kanak, karena dalam pendidikan akhlak yang paling penting adalah praktik dan pengalaman di samping teori. Dengan adanya pendidikan dan pembinaan akhlak sejak dini, besar harapan kelak anak bisa menjadi pribadi yang baik. Tujuan pendidikan akhlak menurut Muhammad Athiyah alAbrasyi adalah membentuk orang-orang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, berperangai, bersifat bijaksana, ikhlas, jujur dan suci.42 M. Ali Hasan mengatakan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah agar setiap 40
M. Yatimin Abdullah, op. cit., hal. 5 Ibid. 42 Al Abrasyi, Op. Cit., hal. 104 41
17
orang berbudi pekerti, bertingkah laku dan berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan perilaku Rasulullah serta ajaran Islam.43
B. Karakter 1. Pengertian Karakter Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter berarti tabiat, sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, watak.44 Pengertian karakter menurut Hasanah sebagaimana dikutip oleh Sabar Budi Raharjo, merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai serta cara berfikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud dalam perilaku.45 Menurut Ratna Megawangi, karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein, yang artinya mengukir hingga terbentuk suatu pola. Jadi, untuk mendidik anak agar memiliki karakter diperlukan proses mengukir, yakni pengasuhan dan pendidikan yang tepat.46 Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam ligkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu
yang
dapat
membuat
keputusan
dan
siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum dan tata krama, budaya, adat istiadat dan estetika. Karakter 43
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintanag, 1978), hal.11 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008), hal. 268. 45 Sabar Budi Raharjo, Pendidikan Karakter sebagai Upaya Meningkatkan Akhlak Mulia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , Vol. XVI, 3, 2010, hal. 231. 46 Ratna Megawangi, Character Parenting Space, (Bandung: Mizan, 2009), hal. 35 44
18
adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sikap maupun dalam bertindak.47
2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa nilai yang dikembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasikan dari 18 aspek. Berikut deskripsi aspek dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pendidikan Karakter: a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. b.
Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguhsungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
47
Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 41-42
19
i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. l. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar
Membaca:
Kebiasaan
menyediakan
waktu
untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung
jawab:
Sikap
dan
perilaku
seseorang
untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
20
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.48
3. Tujuan Pendidikan Karakter Pandangan terkait tujuan dari pendidikan karakter menurut pengamat, yakni, menurut Elfindri, sebagaimana dikutip oleh Wahyunigsih Rahayu, tujuan dari pendidikan karakter adalah sebagai pembentukan perilaku keseharian dalam kaitannya dengan item-item yang dapat masuk ke dalam dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik.49 Sahruddin dan Sari Iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, gotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan Pancasila.50
4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam rangka menjalankan
pendidikan
karakter,
diantaranya
adalah
sebagai
berikut:51 a. Partisipasi Masyarakat Dalam hal ini antara pendidik, orang tua, peserta didik dan masyarakat hendaknya bekerja sama dengan baik dan saling membantu memberi masukan. b. Kebijakan pendidikan
48
Al Bachry, 18 Karakter yang Harus Dikembangkan Pada Peserta Didik, 2016, hal. 2, (www.academia.edu). 49 Wahyuningsih Rahayu, Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-nilai Karakter, (t.tp: t.np, t.t), hal. 25 50 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Laksana, 2011), hal. 105 51 Ibid., hal. 109-111
21
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkah laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan
kebijakan-kebijakan,
sebagaimana
dalam
dunia
pendidikan formal pada umumnya. Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter serta menentukan dan menetapkan tujuan, visi dan misi maupun beberapa kebijakan lainnya. c. Kesepakatan Sekolah tetap harus melakukan pertemuan dengan orangtua yang bertujuan untuk memperoleh kesepakatan pemahaman tentang definisi pendidikan karakter, fungsi, manfaat serta cara mewujudkannya. d. Kurikulum Terpadu Sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat berjalan dengan maksimal. e. Bantuan Orangtua Pihak sekolah hendaknya meminta orangtua peserta didik untuk ikut terlibat dalam memberikan pengajaran karakter di rumah. Tanpa melibatkan peran orangtua di rumah, sekolah akan tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik, karena porsi waktu lebih banyak dihabiskan di rumah bersama keluarga. f. Pengembangan Staf Semua pihak sekolah merupakan sarana yang perlu dimanfaatkan untuk membantu menjalankan pendidikan karakter. g. Program Program pendidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui.
22
C. Peserta Didik 1. Pengertian Peserta Didik Dalam bahasa Arab term peserta didik diungkapkan pada kata tilmidz (jamaknya talamidz dan talamidzah) dan thalib (jamaknya thullaab),
yang
berarti
mencari
sesuatu
dengan
sungguh-
sungguh.kedua istilah tersebur digunakan untuk menunjukkan pelajar secara umum.52 Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di samping faktor guru, tujuan dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen maka dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen terpenting dari komponen lainnya. Pada dasarnya ia adalah unsur tertentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.53 Dalam literatur lain dikatakan bahwa anak didik atau peserta didik adalah anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.54 Agar berhasil membawa anak ke arah kedewasaan, tentunya pendidik atau orang tua harus memahami karakteristik anak, seperti berikut ini: a. Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia sendiri yang tidak boleh disamakan dengan dunia orang dewasa. b. Anak memiliki potensi yang berkembang. c. Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lain.55 Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa anak didik adalah anak yang akan diproses untuk menjadi 52
Abuddin Nata & Fauzan, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005), hal. 248 53 Tim Penyusun, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 25 54 Muhammad Surya dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hal, 25 55 Ibid.
23
dewasa, menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia.
2. Hal-hal yang Perlu Dikenal tentang Peserta Didik a. Latar Belakang Masyarakat Kultur masyarakat di mana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya terhadap sikap peserta didik. Latar belakang kultur ini menyebabkan para peserta didik memiliki sikap yang berbedabeda tentang agama, politik, masyarakat lain dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman anak di luar sekolah yang hidup di masyarakat kota sangat berbeda dengan pengalaman-pengalaman peserta didik yang tinggal di desa. Tiap masyarakat memberi pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik, sehingga setiap peserta didik memiliki pribadinya sendiri-sendiri.56 b. Latar Belakang Keluarga Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan peserta didik di sekolah. Apabila di rumah peserta didik sering mengalami tekanan, merasa tak aman, frustasi, maka ia juga akan mengalami perasaan asing di sekolah. Apa yang menarik minatnya di rumah, akan terlihat pula apa yang menjadi minatnya di sekolah. Jika di rumah ia ditolak, maka di sekolahpun ia merasa tidak diterima. Jabatan orang tua, keadaan ekonomi, status sosial orangtua di masyarakat, kultur keluarga yang rendah, norma agama dan lainnya akan mempengaruhi sikap, tujuan dan tingkah laku peserta didik di sekolah. Sehingga guru sering mengalami kesulitan untuk memahaminya.57 c. Sifat-sifat Kepribadian
56 57
Ibid., hal. 49 Ibid.
24
Guru perlu mengenal sifat-sifat peserta didik agar guru mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian, hubungan pribadi menjadi semakin dekat dan akan mendorong pengajaran lebih efektif.58
3. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik Secara fitrah, anak membutuhkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang baru lahir. Menurut Abuddin Nata, peserta didik mempunyai karakteristik sebagai berikut:59 a. Peserta didik menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu. b. Senantiasa mendalami pelajaran secara maksimal, yang ditunjang dengan persiapan dan kekuatan mental, ekonomi, fisik dan psikis. c. Senantiasa mengadakan perjalanan dan melakukan riset dalam rangka menuntut ilmu karena ilmu tidak hanya ada pada satu majelis, tetapi dapat dilakukan di tempat dan majelis-majelis lainnya. d. Memiliki tanggung jawab. e. Ilmu yang dimiliki dapat dimanfaatkan.
4. Etika Peserta Didik a. Etika peserta didik terhadap dirinya sendiri60 1) Berniat ikhlas karena Allah semata Sebelum memulai pelajaran, siswa harus terlebih dahulu membersihkan dirinya dari segala sifat buruk karena belajar termasuk ibadah, dan ibadah yang diterima Allah adalah ibadah yang dilakukan dengan tulus ikhlas.
58
Ibid. Nata, Op. Cit., h. 249 60 Ibid., h. 259 59
25
2) Hendaknya tujuan pendidikan itu karena takut kepada Allah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 3) Jangan meninggalkan mata pelajaran sebelum benar-benar menguasainya. 4) Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, dengan terlebih dulu mencari ilmu yang lebih penting. 5) Tawadhu’, iffah, sabar, tabah, wara’ dan tawakal. 6) Disiplin dan selektif dalam memilih pendidikan dan lingkungan pergaulan. b. Etika peserta didik terhadap guru61 1) Hendaklah peserta didik menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah Swt, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik. 2) Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. 3) Selektif dalam bertanya dan berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru. 4) Mengikuti anjuran dan nasehat guru. 5) Bila berbeda pendapat dengan guru, berdiskusi, atau berdebat, lakukanlah dengan cara yang baik 6) Jika melakukan kesalahan, segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.
5. Disiplin Peserta Didik Disiplin peserta didik adalah suatu keadaan tertib yang teratur yang dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaranpelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
61
Ibid.
26
langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.62
D. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Skripsi: Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di SMAN 12 Tangerang Selatan Oleh: Komariyah (109011000261), Jurusan Pendidikan Agama Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkann bahwa upaya yang dilakukan kepala sekolah dan guru PAI dalam membentuk karakter peserta didik di SMAN 12 Tangerang Selatan yaitu dengan menanamkan dan membiasakan kebiasaan baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada upaya pembentukan karakter yang di bentuk oleh pihak sekolah dan metode penelitiannya. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta objek penelitian, yakni guru akidah akhlak. 2. Skripsi: Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa di SMK Triguna Utama Ciputat Oleh: Muhammad Jamaluddin (108011000139), Jurusan Pendidikan Agama Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Dari penelitian yang dilakukan, menyimpulkan bahwa dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SMK Triguna Utama pada umumnya sudah sangat baik, juga dengan peserta didiknya, bahwa secara umum akhlak mereka sudah bagus. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni guru, meskipun peneliti lebih terfokus pada guru akidah akhlak, Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter. 62
173.
Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
27
3. Skripsi: Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlakul Karimah Siswa di SMA Fatahillah Jakarta Oleh: Hazana Itriya (109011000154), Jurusan Pendidikan Agama Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 Dalam penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa
guru
Pendidikan Agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam pembinaan akhlakul karimah di SMA Fatahillah Jakarta. Dengan upaya-upaya yang dilakukan yakni pembinaan-pembinaan terhadap peserta didik dan lain sebagainya. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni guru, meskipun
peneliti
lebih
terfokus
pada
guru
akidah
akhlak,
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter. 4. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Pembentukan Kepribadian Siswa di SMP Fatahillah Jakarta Oleh: Rifa Rizkia Baliati (207011000646), Jurusan pendidikan Agama Islam – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013 Dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Fatahillah belum maksimal, hal ini dikarenakan
masih ada beberapa faktor penghambat, yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Persamaan antara penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah terletak pada objeknya yakni guru, meskipun
peneliti
lebih
terfokus
pada
guru
akidah
akhlak,
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian, serta upaya yang dilakukan, karena peneliti lebih kepada karakter.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Islam Ruhama, Cireundeu, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Pada siswa kelas VIII. Pada rentang waktu Maret-Mei 2016.
B. Metode Penelitian Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud (ilmu
pengetahuan).63
Sedangkan
penelitian
adalah
pemeriksaan,
pengamatan yang teliti tentang suatu hal.64 Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara yang teratur dan tersusun serta terpikir baikbaik untuk mengamati suatu hal yang menjadi bahan perhatian. Sutrisno Hadi menyebutnnya sebagai pelajaran untuk diperbincangkan metodemetode ilmiah untuk research.65 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Gay sebagaimana dikutip oleh Consuelo G. Sevilla yang diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu mendefinisikan
metode
penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari popok suatu penelitian.66 Adapun jenis penelitian deskriptif yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu merupakan penelitian yang dilakukan secara terinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu.67 63
Poerwadarminta, op. cit., hal. 649 Ibid., hal.1039 65 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004), hal. 45 66 Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to Research Methods oleh Alimudin Tuwu, (Jakarta: UI Press), Cet. I, hal. 71 67 Ibid., hal. 73 64
28
29
Dalam penelitian ini, penulis mengamati bahkan berinteraksi dengan objek penelitian serta menganalisa dari bahan-bahan yang didapat utuk mendukung penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.68 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi siswa di SMP Islam Ruhama. 2. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab lisan secara langsung dengan responden.69 Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya. Dalam wawancara, peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah selaku pimpinan sekolah, guru akidah akhlak selaku objek penelitian dalam penelitian ini serta kepada pihak-pihak yang mendukung dalam penelitian ini. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa sejarah berdirinya SMP Islam Ruhama, data guru dan staf, data siswa dan
fasilitas
yang
digunakan,
struktur
organisasi,
program
pengembangan penanaman nilai-nilai karakter, serta dokumentasi lain yang relevan.
68 69
Ibid. Ibid
30
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan adalah berkas pedoman atau petunjuk yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada kepala sekolah dan guru akidah akhlak agar wawancara tersebut terarah dan mencapai tujuan penelitian.
Tabel 3.1 Instrumen Wawancara Peserta Didik
No.
Dimensi
Indikator
No. Butir
Jml
pertanyaan 1.
Religius
Adakah kegiatan religious
1
1
2
1
3
1
4
1
yang dilakukan di sekolah ini? Jika iya, apa anda mengikuti kegiatan tersebut? 2.
Jujur
Apa anda pernah menyontek? Beri penjelasan dari jawaban anda!
3.
Toleransi
Apakah anda selalu menghargai jika teman anda berbeda suku dan budaya?
4.
Disiplin
Pernahkah anda melanggar
31
hukuman? Jika pernah, apa yang anda langgar dan hukuman apa yang anda dapatkan?
5.
Kerja Keras
Apakah anda selalu
5
1
6
1
7
1
8
1
berusaha untuk mendapatkan peringkat terbaik? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 6.
Kreatif
Apakah anda atau selalu membuat sesuatu yang unik agar belajar anda lebih nyaman? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
7.
Mandiri
Apakah anda pernah mengandalkan orang lain dalam mengerjakan tugas sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
8.
Demokrasi
Apakah anda selalu mengikuti pemilihan ketua osis yang dilaksanakan oleh sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban
32
anda! 9.
Rasa
Ingin
Tahu
9
1
10
1
11
1
12
1
Bagaimana cara anda mencari tahu hal-hal yang belum anda ketahui tentang pelajaran anda atau hal-hal di sekitar anda?
10.
Semangat
Kebangsaan
Apakah anda selalu mngikuti kegiatan peringatan kemerdekaan RI yang dilaksanakan oleh sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
11.
Cinta Tanah
Air
Apakah anda bangga menjadi bagian dari wwarga Negara Indonesia? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
12.
Menghargai Prestasi
Apakah guru anda pernah memberikan reward kepada anda atau teman anda jika mereka memperoleh prestasi yang membanggakan?
33
13.
Bersahabat/
Komunikatif
Apakah anda memiliki
13
1
14
1
15
1
teman banyak? Bagaimana caranya anda berteman?
14
Cinta Damai
Apakah anda pernah bertengkar, berkelahi, tawuran? Coba jelaskan alasan jawaban anda!
15
Gemar
Membaca
Apakah anda pergi ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku? Berapa buku yang and abaca dalam seminggu?
16.
Peduli
Lingkungan
Apakah anda senang dan
16
1
mengikuti kegiatan peduli lingkungan yang dilaksanakan oleh sekolah?
17.
Peduli Sosial
Apakah anda senang dan
17
1
mengikuti kegiatan peduli sosial yang dilaksanakan oleh sekolah?
18.
Tanggung
Apakah anda bersedia
18
1
34
Jawab
menerima sanksi jika melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan anda? Jumlah
18
. Tabel 3.2 Instrumen wawancara Kepala Sekolah
No. Dimensi
Pertanyaan
1.
1. Apa yang bapak ketahui tentang
Pendidikan Karakter
pendidikan
karakter?
Apakah
penting pendidikan karakter bagi peserta didik SMP Islam Ruhama? 2. Dari 18 nilai-nilai karakter yang dicanangkan
oleh
Kemendiknas,
apakah sudah diterapkan semua di SMP Islam Ruhama? 3. Apakah nilai-nilai karakter yang dikembangkan
tersebut
telah
tertanam pada peserta didik di SMP Islam Ruhama? 4. Upaya apa yang telah dilakukan oleh
pihak
sekolah
untuk
membentuk karakter siswa? 5. Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan telah menunjukkan hasil yang maksimal?
35
Tabel 3.3 Instrumen wawancara Guru Akidah Akhlak
Dimensi
Indikator
1. Pendidikan dan a. Ranah Kognitif
Pertanyaan 1. Bagaimanakah
pengajaran
akhlakul
karimah
akidah akhlak
dikenalkan
kepada
siswa?
b. Ranah Psikomotorik
2. Dengan cara apa dan bagaimana
bapak
mengajarkan
siswa
untuk berakhlak baik?
c. Ranah Afektif
3. Bagaima atau
tanggapan
respon
bapak
terhadap siswa yang berakhlak baik dan buruk
2. Metode
yang a. Didikan
4. Bagaimana
cara
digunakan
penanaman akhlakul
dalam
karimah kepada siswa
membentuk
untuk
karakter siswa
karakter siswa yang
membentuk
baik?
b. Bimbingan
5. Bimbingan
dan
36
arahan
seperti
apa
yang bapak berikan kepada peserta didik agar berkarakter dan berakhlak yang baik?
c. Pelatihan
6. Bagaimana
bapak
melatih peserta didik agar
terbiasa
berakhlak yang baik sehingga
terbentuk
karakter yang ideal? d. Evaluasi
7. Apa dan bagaimana cara
bapak
menanggulangi masalah peserta didik yang
memiliki
karakter
tidak
berakhlakul karimah, dengan waktu KBM yang hanya 1 jam setiap minggunya? 3. Karakter Peserta Didik
8. Bagaimana menurut bapak apakah dari pendidikan
akhlak
yang bapak ajarkan sudah
turut
membantu pembentukan karakter
pesereta
37
didik? 9. Bagaimana pandangan tentang
bapak karakter
pesertra didik si SMP Islam Ruhama? 10. Apa harapan bapak tentang
karakter
peserta didik SMP Ruhama
untuk
jangka panjangnya?
E. Sumber Data 1. Sumber Primer Sumber primer yang dimaksud di sini adalah sumber yang berasal dari seseorang atau lebih untuk mendapatkan informasiinformasi yang berkaitan dengan karakteristik peserta didik. Adapun sumber-sumber tersebut peneliti dapatkan dari: a. Guru Akidah Akhlak b. Kepala Sekolah c. Guru Bimbingan Konseling d. Kepala Tata Usaha e. Siswa Kelas VIII 2. Sumber Sekunder Sumber sekunder yang digunakan adalah buku-buku yang berkaitan dengan karakter peserta didik, akidah akhlak, penelitian kualitatif, buku pediman skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
38
F. Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu.70 Cara yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
G. Metode Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya
dalam
satuan-satuan.
Satuan-satuan
itu
kemudian
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori itu dilakukan dengan membuat koding. Tahapan terakhir dari analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.71 Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah data dideskripsikan, dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan. Maka hasilnya merupakan data kongkrit, yaitu sebuah data kualitatif.
70
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya), hal.
71
www.ardhana12.com/teknik-analisis-data-dalam-penelitian/ , diakses pada 26 Juli 2016
330
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Sekolah 1. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah Lokasi sekolah yang terletak di Desa Cireundeu telah disetujui oleh pihak pemerintah daerah setempat, karena lokasi tersebut berada di lingkungan yang tidak saja mudah dijangkau tetapi juga berada di sekitar perumahan penduduk yang memerlukan jasa pendidikan. Lokasi bebas banjir, dan lahan yang telah tersedia mencapai 1,5 ha. Perluasan di sekitarnya dimungkinkan karena sesuai dengan master plan pemerintah daerah setempat.72 Untuk dapat berperan serta dalam pembangunan nasional, Yayasan Pendidikan Islam Ruhama, yang bergerak di bidang pendidikan umum dan pembinaan kesehatan mental, mendirikan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menampung seluruh kegiatan kependidikan yang terpadu antara komponen ilmu pengetahuan dan ilmu agama, sehingga dapat dikembangkan di semua dimensi peserta didik secara seimbang, serta menjadi bekal dalam mencapai kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.73 Sesuai dengan landasan kegiatan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama yang didirikan pada tanggal 1 Agustus 1983 dengan akte notaries Ny. Yetty Taher, SH. No. 4, yang dilegalisir di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 8 Agustus 1983 dengan nomor 378/1983, yang bergerak dalam pendidikan dan mempunyai cita-cita mewujudkan sekolah yang disuguhi ajaran Islam.74 Sesuai dengan cita-cita pembentukan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama
yaitu: “Membantu dan turut serta mensukseskan program
72
Juhdi Asidi, Wawancara, Ciputat, 28 April 2016. Ibid. 74 Ibid. 73
39
40
pemerintah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dalam arti seluasluasnya yaitu membentuk manusia yang sehat jasmani, rohani dan memiliki keterampilan menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala”, dalam tahun ajaran 1986/1987 sebagai awal kegiatan, yayasan membentuk Lembaga Pendidikan Islam Ruhama dengan melaksanakan secara operasional pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas yang berbentuk pendidikan umum dan memiliki ciri khas.75 Secara umum bentuk realisasi pembentukan lembaga pendidikan Islam Ruhama ada beberapa tahapan dalam pembangunan sekolah, yaitu: a. Tahap I: Pembangunan masjid dalam komplek pendidikan di desa Cireundeu. Masjid dibangun terlebih dahulu sebagai pusat pendidikan seluruh sekolah yang didirikan lembaga. Masjid selain digunakan sebagai sarana ibadah, juga dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan agama Islam dengan maksud menopang penerapan ilmu dalam kurikulum pendidikan umum yang ditetapkan oleh pemerintah. b. Tahap II: Pembangunan lokal taman kanak-kanak, sebagai wadah pendidikan formal yang termuda (embrio). c. Tahap III: Pembangunan lokal untuk SD dan SMP masing-masing terdiri atas minimum 12 dan 9 lokal, yang akan dilengkapi dengan berbagai sarana yang diperlukan. d. Tahap IV: Pembangunan sekolah kejuruan dan pengembangan program non formal.76
Pada mulanya SMP Islam Ruhama hanyalah sebuah taman kanakkanak (TK Islam Ruhama). Karena ada tuntutan masyarakat akan kebutuhan sekolah dasar, maka didirikanlah sekolah dasar (SD Islam Ruhama), akan tetapi tuntutan tersebut tidak hanya sampai di situ ada keinginan dari orang tua peserta didik yang menghendaki diadakannya 75 76
Ibid. Ibid.
41
Sekolah Menengah Pertama dengan maksud agar anak-anak tidak mengalami kesulitan dalam mencari lembaga pendidikan setelah lulus dari SD. Maka pada tahun 1987 didirikan SMP Islam Ruhama dengan SK pendirian Nomor: 490/L.02/kep/E.88 tertanggal 05 Juli 1987 dan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama (YPI Ruhama). Adapun yang bertindak sebagai pengurus yayasan pada saat itu adalah Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat selaku ketua YPI Ruhama, wakil ketua dipegang oleh Syahril, sekretaris oleh Ny. Azmi Azwir, bendahara oleh Yose Rizal, sedangkan wakil bendahara Ny. Ernawati Azhari. Dan kini, setelah kepergian Prof. Dr. Zakiah Daradjat pada 2013 silam, posisi ketua yayasan jatuh pada Ny. Azmi Azwir, selaku adik kandung dari Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat.77 Adapun dalam proses pembelajarannya SMP Islam Ruhama sudah meluluskan 28 angkatan dan sudah empat kali diakreditasi ulang dengan status Terakreditasi dalam kelompok A.
2. Visi, Misi dan Tujuan Sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan lain, SMP Islam Ruhama mempunyai visi dan misi. Visi dan misi SMP Islam Ruhama adalah sebagai berikut: a. Visi Unggul dalam penguasaan ilmu-ilmu dasar yang sesuai dengan jenjang pendidikannya, yang mana orientasinya adalah pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilandasi dengan iman dan takwa (IMTAK) dalam rangka melahirkan generasi baru yang madani. b. Misi 1) Mendidik siswa sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang dilaluinya. 2) Menanamkan
wawasan
keIslaman
dan
kebangsaan
dalam
kehidupan bermasyarakat. 3) Mempraktikkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. 77
Ibid.
42
4) Mengembangkan potensi, minat dan bakat siswa sesuai dengan jenjang pendidikan. c. Tujuan Menciptakan generasi penerus bangsa yang cakap dan terampil dalam bidang yang digelutinya dan berakhlakul karimah.
3. Guru dan Tenaga Kependidikan Jumlah guru dan tenaga kependidikan di SMP Islam Ruhama berjumlah 27 orang, dengan rincian pada table berikut: Tabel 4.1 Daftar Nama Guru dan Tenaga Kependidikan SMP Islam Ruhama Tahun pelajaran 2015-201678
No
Nama Guru
Pend.
Jabatan
Mata Pelajaran
1
Drs. Juhdi Asidi
S1
Kepala Sekolah
Fiqih VIII
2
Zulnadri
D2
Bendahara
Tata Busana, Prakarya
3
Drs. Yusron Syarifudin
S1
Wakasek
Geografi, PKn IX
4
Drs. Bagus Wiranto
S1
Guru
Fisika
5
Drs. Ridwanudin
S1
Guru
Fiqh IX
6
Suhartini, S.Pd
S1
Biologi
7
Suedih Ahmad,SE, S.Pd
S1
8
Dadang Andrean, S.Pd
S1
Guru Wakasek Bid Kesiswaan Wakasek Bid Kurikulum
9
Agus Muslim, S.Pd
S1
Pembina Osis
10 11 12 13 14 15
Dra. Sri Rusmiyati Mursaid, S.Pd Zainal Abidin, S.Pd.I Muhammad Yamin, S.Pd Deni Sasmita, S.Si Nur Azizah, S.Pd
S1 S1 S1 S1 S1 S1
Guru Guru Guru Guru BP Guru Guru
78
Data TU SMP Islam Ruhama.
Ekonomi, Penjaskes Matematika VII, IX Seni Budaya, Seni Musik, Akidah Akhlak B. Indonesia VIII, IX Seni Rupa, Sejarah Alquran Hadits BP TIK B. Arab
43
16
Siti Romlah, S.Pd
S1
Guru
17
Sri Musliah, S.Pd.
S1
18
Jojo Subagja
S1
19
Nani Oding, S.Pd.I
S1
Guru Guru, Kepala Perpustakaan Guru
20
Romina Gustiani, S.Pd
S1
Guru
21 22 23 24 25
Kuntu Fitrah, S.Pd Nurma Ulfah, S.Pd Imam Sinan Syarifudin Saepul Muiz
S1 S1 SMA MA STM
Guru Guru Kepustakaan Tata Usaha Tata Usaha
26 27
Saefullah Endang Samilan
SMP SR
Kebersihan Keamanan
B. Inggris IX, English Conversation VII, IX Matematika IX PKn VII, VIII Fiqh VII B. Inggris VII, English Conversation VII dan VIII Matematika VIII Bahasa Indonesia VII, IX
4. Data Siswa Jumlah siswa-siswi SMP Islam Ruhama tahun ajaran 2015/2016 dari kelas VII sampai kelas IX dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Siswa SMP Islam Ruhama79
Kelas VII – 1 VII – 2 7 VII – 3 7 8 79
VIII – 1
Jenis Kelamin L P L P L P L P L
Data TU SMP Islam Ruhama.
Jumlah 19 20 24 15 27 12 70 47 19
39 39 117 39 117 30
93
325
44
P L P L P L P L P L P L P L P L P
VIII – 2 VIII – 3 8 IX – 1 IX – 2 IX – 3
9
IX – 4 9
11 21 11 21 10 61 32 11 18 10 18 19 11 18 10 58 57
32 31 93 29 28 30
115
28 115
Untuk mengetahui data siswa lebih rinci data terlampir.
5. Sarana dan Prasarana Daftar sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Islam Ruhama adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMP Islam Ruhama80
No.
Ketarangan
Uraian
Jumlah (unit)
Kondisi
1.
Ruang Kelas
10
Baik
2.
Ruang Kep. Sekolah
1
Baik
3.
Ruang Guru
1
Baik
4.
Ruang Tata Usaha/TU
1
Baik
5.
Ruang Lab. IPA
1
Baik
80
Data TU SMP Islam Ruhama dan data hasil observasi.
45
6.
Ruang Lab. Komputer
1
Baik
7.
Ruang Perpustakaan
1
Baik
8.
Ruang UKS
1
Baik
9.
Ruang BK
1
Baik
10
Ruang Osis
1
Baik
11.
Ruang Kesenian
1
Baik
12.
Meja Piket
1
Baik
13.
Masjid
1
Baik
14.
Lapangan Olahraga
1
Baik
15.
Koperasi
1
Baik
16.
Kantin Sekolah
2
Baik
17.
Kantin Guru
1
Baik
18.
Jaringan Internet (Wifi)
19.
Toilet Guru
1
Baik
20.
Toilet Siswa
10
Baik
21.
Gudang
1
Baik
Baik
6. Ektrakurikuler Daftar jenis kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SMP Islam Ruhama adalah sebagai berikut:81
81
a.
Pramuka
b.
Paskibra
c.
PMR
d.
Tari Daerah (Saman, dll)
e.
Seni Baca Alquran
f.
Marawis
g.
Basket
h.
Sepak Bola
i.
Futsal
j.
Teater
Saepul Muiz, Wawancara, Ciputat, 1 Mei 2016.
46
k.
Pencak Silat
l.
Angklung Tabel 4.4 Daftar Nama Guru Pendamping Kegiatan Pengembangan Diri SMP Islam Ruhama Tahun Pelajaran 2015/201682
No. Pengembangan Diri
Pendamping
1
Pramuka
2
Paskibra
Lailani Kasyifi Amalina, S.Pd Agus Muslim, S.Pd Muhammad Yamin, S.Pd Dadang Andrean, S.Pd Imam Santoso
3
PMR
Soffan N.
4
Tari Daerah / Tradisional
Nani Oding, S.Pd.I
5
Angklung
Agus Muslim, S.Pd
6
Marawis
Ilham Dermawan
7
Basket
Suedih, SE
8
Sepak Bola
Deni Sasmita, S.Si
9
Futsal
Suedih, SE
10
Pencak Silat
Maliq
7. Kegiatan Belajar Mengajar Dalam kegiatan belajar mengajar SMP Islam Ruhama memakai sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat 5 jam pelajaran Pendidikan Agama Islam per minggunya dengan rincian 2 jam pelajaran Fiqh, 2 jam pelajaran Alquran Hadits dan 1 jam pelajaran Akidah Akhlak. Pembelajaran dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 14.10 WIB. Durasi waktu 1 jam pelajaran adalah 40 menit dengan 2x30
82
Saepul Muiz, Wawancara, Ciputat, 5 Mei 2016.
47
menit istirahat. Kegiatan ekstra kurikuler dilaksanakan setiap hari setelah jam pelajaran usai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.83
B. Deskripsi Data Pada deskripsi data ini, penulis melakukan dengan beberapa teknik, di antara teknik tersebut adalah: studi dokumentasi, observasi dan wawancara. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melengkapi informasi-infoemasi atau hasil penelitian penulis, seperti pengambilan data dari arsip sekolah tentang sejarah, visi-misi, struktur organisasi, keadaan pendidik, karyawan, peserta didik serta sarana dan prasarana di SMP Islam Ruhama. Kegiatan awal penulis adalah menyerahkan surat izin untuk melakukan penelitian di SMP Islam Ruhama. Kegiatan selanjutnya adalah menyusun langkah-langkah observasi yang akan dilakukan oleh penulis. Dibuatnya langkah-langkah ini adalah agar penelitian terfokus pada judul yang penulis tulis yaitu tentang Peran Guru Akidah Akhlak dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik di SMP Islam Ruhama. Selanjutnya penulis mulai melakukan observasi mulai dari kedisiplinan dan tanggung jawab. Yang penulis amati pertama kali adalah cara berpakaian, sopan santun saat berpapasan dengan teman, guru atau orang lain, ketidak terlambatan masuk sekolah, serta absensi peserta didik yang ada di masing-masing kelas. Kemudian penulis mengamati kegiatan religiusitas yang dilakukan oleh peserta didik yakni, aktivitas membaca alquran sebelum pelajaran dimulai, kemudian shalat dhuha, shalat dzuhur berjamaah, kegiatan keputrian setiap hari jum’at. Selanjutnya penulis mengamati sikap kejujuran, mandiri, kreatif, rasa ingin tahu dan kerja keras dari cara belajar mereka di kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya penulis mengamati sikap komunikatif, bersahabat, cinta damai, toleransi dan peduli social dari cara mereka bergaul dengan orang lain, baik sesama teman, dengan guru dan lainnya.
83
Juhdi Asidi, Wawancara, Ciputat, 5 Mei 2016.
48
Selain mengamati peserta didik, peneliti juga mengamati guru akidah akhlak yang melakukan perannya sebagai pembimbing yakni, memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik. Sebagai pendidik yakni mengajarkan sopan santun dan tata karma, mengajarkan cara berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai demonstrator, guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai norma, sopan dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan mengakhiri sesuatu, menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain, berkata sopan, selalu datang tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak peserta didik untuk shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagai evaluator, guru akidah akhlak selalu menegur dan memberi nasihat peserta didik yang melanggar aturan, memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata tertib, seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong, menggunting celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada peserta didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta didik. Pengamatan ini dilakukan selama penelitian, yakni kurang lebih 3 bulan.
C. Pembahasan Dari deskripsi di atas, penulis akan membahas secara rinci. Adapun yang akan penulis bahas adalah hasil wawancara yang penulis dapatkan serta penguatan dari hasil observasi yang penulis dapatkan tentang bagaimana pengembangan karakteristik peserta didik di SMP Islam Ruhama, peran guru akidah akhlak karakteristik yang diterapkan pihak sekolah dan guru akidah akhlak pada khususnya
kepada peserta didik, serta hambatan yang guru
akidah akhlak hadapi. Berikut data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan yang dianalisis dan diinterpretasikan: 1. Peran Guru Akidah Akhlak a. Sebagai pembimbing Guru merupakan orang tua bagi anak di sekolah yang tugasnya adalah membimbing anak menjadi pribadi yang terarah. Dari hasil observasi
49
dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai pembimbing yakni, memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik, memberikan semangat untuk memaksimalkan belajar agama, membimbing siswa untuk lebih percaya diri dalam berbuat kebaikan b. Sebagai Pendidik Guru adalah sosok yang memiliki kewajiban untuk mendidik anak didiknya dengan ilmu yang telah dimilikinya agar anak didik menjadi pribadi yang unggul dan cerdas. Dari hasil observasi dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai pendidik yakni, mengajarkan siswa untuk mematuhi guru dan orang tua, mengajarkan siswa untuk
mencium
tangan ketika bertemu
mengajarkan untuk hidup rukun, mengajarkan
dengan
guru,
berpakaian sesuai
norma dan aturan dan mengingatkan untuk belajar dengan giat. c. Sebagai Demonstrator Guru adalah panutan, sebagai demonstrator, segala sesuatu yang dilakukan oleh guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dari hasil observasi dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai demonstrator yakni, selalu berpakaian sopan dan Islami, membaca doa ketika memulai dan mengakhiri pekerjaan, berbicara dengan sopan dan santun, datang tepat waktu, mengajak shalat wajib yang dilakukan di sekolah secara berjamaah. d. Sebagai Evaluator Guru sebagai evaluator mampu terampil dalam penilaian terhadap tingkah laku siswa. Dari hasil observasi dan wawancara guru akidah akhlak sudah melakukan perannya sebagai evaluator yakni, menegur jika siswa melakukan kesalahan, memberi nasihat kepada siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah, menegur peserta didik yang berbicara tidak sopan, melerai dan menasihati peserta didik yang berkelahi, menegur dan memperingatkan peserta didik yang jarang masuk sekolah, teguran dan sanksi berupa hukuman lisan atau
50
peringatan, hukuman tindakan seperti mencukur, menggunting rok/celana, hukuman fisik seperti push up, lari keliling lapangan, serta hukuman seperti menyalin alquran, hafalan alquran.
2. Karakteristik yang Diupayakan dan Dikembangkan oleh Guru Akidah Akhlak dan Sekolah kepada Peserta Didik Sesuai dengan yang Dicanangkan oleh Pemerintah. a. Nilai Religius Jika dianalisis dari hasil wawancara dengan guru akidah akhlak, nilai agama yang ditanamkan di SMP Islam Ruhama berupa:84 1) Salat Dzuhur berjama’ah Shalat Dzuhur berjamaah dilakukan oleh seluruh siswa tanpa terkecuali beserta dewan guru yang dipandu atau digerakkan oleh guru akidah akhlak. 2) Shalat Jumat dan Keputrian Shalat Jumat adalah wajib hukumnya bagi muslim laki-laki. Maka peserta didik laki-laki wajib mengikuti salat Jum’at di Masjid Ruhama. Bagi para siswi, kegiatan wajibnya adalah mengikuti Keputrian, yakni shalat Dzuhur berjamaah yang dilanjutkan dengan kegiatan tilawah, siraman rohani dan pembacaan puisi. Petugas yang melaksanakan keputrian setiap minggunya sudah terjadwal berdasarkan kelas. 3) Salat Dhuha Salat Dhuha dilakukan peserta didik dan guru pada jam istirahat pertama yakni pukul 09.40-10-00. 4) Murrotal dan Tadarus Pemutaran kaset murrotal sebelum bel masuk selalu dilakukan untuk membiasakan peserta didik mendengarkan ayat-ayat Allah. Dan tadarus alquran dilakukan setiap pagi setelah bel dan sebelum
84
Ibid.
51
pelajaran dimulai yang dipandu oleh guru yang masuk pada jam pertama. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai religiusitas dengan baik. b. Jujur Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai jujur yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, khususnya oleh guru akidah akhlak diantaranya adalah dalam ulangan dan ujian peserta didik dituntut untuk jujur dan tidak menyontek, pelaksanaan kantin kejujuran yaitu kantin sekolah yang dijaga secara bersama-sama, dalam artian mereka membayar sesuai dengan harga yang tertera, tanpa penjaga di kantin. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai kejujuran dengan baik, meskipun terkadang masih ada peserta didik yang menyontek ketika ulangan. c. Toleransi Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai toleransi yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama diantaranya adalah menanamkan pada diri peserta didik untuk menghargai perbedaan baik segi budaya, adat, suku dan pendapat. Hal ini biasaanya diterapkan ketika sedang dilaksanakan rapat Organisasi Siswa Intra Sekolah yang kebetulan pembinanya adalah guru akidah akhlak itu sendiri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai religiusitas dengan baik, meskipun karena kondisi peserta didik yang masih dalam masa remaja dan cenderung labil, terkadang masih ada yang bersikap egois. d. Disiplin Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai disiplin yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama diantaranya adalah:
52
1) Masuk sekolah tepat waktu Peserta didik harus masuk sekolah tepat waktu, yaitu sebelum bel dibunyikan pada pukul 07.00 WIB oleh guru piket. Jika peserta didik terlambat, maka peserta didik dikenakan sanksi berupa:85 a) Hafalan surat pendek b) Infak c) Dan hukuman fisik berupa push up Dari wawancara yang telah dilakukan, sebagian besar peserta didik selalu datang tepat waktu. 2) Kerapihan Peserta didik wajib memakai seragam yang telah ditentukan, yakni: a) Senin: seragam putih-putih b) Selasa: seragam putih biru c) Rabu: seragam pramuka d) Kamis: seragam identitas sekolah e) Jum’at: pakaian muslim Jika peserta melanggar, maka dikenakan sanksi berupa: a) Menulis ayat/surat al-Quran sejumlah yang ditentukan oleh guru piket. b) Infak c) Digunting rok/celana jika yang mereka pakai tidak sesuai kriteria (ngatung). Guru akidah akhlak secara rutin melakukan sidak bagi peserta didik, mengecek kerapihan rambut, pakaian dan isi tas. Bagi siswa yang berambut gondrong, mereka akan dicukur saat itu juga. Dari hasil observasi, kedisiplinan peserta didik dalam berpakaian masih ada yang belum mematuhi peraturan yang telah ditentukan. Seperti, baju dikeluarkan serta pemakaian seragam yang salah.
85
Agus Muslim, Wawancara, Ciputat, 6 Mei 2016
53
3) Absensi peserta didik Absensi atau daftar hadir peserta didik selalu dikontrol oleh pengurus kelas, wali kelas, guru piket, wakil kepala bidang kesiswaan dan kepala sekolah, bahkan oleh seluruh guru. Absensi siswa merupakan salah satu bentuk kedisiplinan peserta didik. Dan setiap bulan akan direkap dan diserahkan ke orang tua peserta didik, sebagai bukti bahwa siswa/siswi benar-benar mengikuti pelajaran/tidak agar mendapat tindak lanjut dari sekolah maupun orang tua peserta didik. Dari hasil observasi, penulis melihat absensi siswa dari absensi masing-masing kelas sudah baik, meskipun masih ada anak yang sering tidak masuk dengan keterangan alpha. e. Kerja Keras Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kerja keras yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas sekolah dengan sebaik-baiknya serta tidak malas ketika menerima pelajaran. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai kerja keras dengan baik meskipun masih ada paeserta didik yang tidak semangat dalam menerima pelajaran. f. Kreatif Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kreatif yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu mengajarkan peserta didik dengan pembelajaran yang kreatif serta memberi tugas kepada peserta didik dengan tugas yang membuat peserta didik lebih kreatif. Seperti membuat mock up dan sebagainya. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai kreatifitas dengan baik.
54
g. Mandiri Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk tidak bergantung pada orang lain ketika serta memberikan tugas mandiri.
Dan dari observasi
serta wawancara juga, penulis
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai kemandirian dengan baik. h. Demokratis Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai demokrasi yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan hak suara pada pemilihan ketua osis, ketua kelas, serta dalam evaluasi guru. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai demokrasi dengan baik. i. Rasa ingin tahu Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai rasa ingin tahu yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, serta memotivasi peserta didik untuk senantiasa mengunjungi perpustakaan untuk menjawab rasa ingin tahu mereka. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai rasa ingin tahu dengan baik. j. Semangat kebangsaan Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai semangat kebangsaan yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta
55
didik untuk tidak bergantung pada orang lain ketika serta memberikan tugas mandiri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai semangat kebangsaan dengan baik. k. Cinta tanah air Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai cinta tanah air yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu dengan memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI dan memotivasi peserta didik untuk mencintai produk dalam negeri. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai cinta tanah air dengan baik. l. Menghargai prestasi Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu memberikan reward bagi peserta didik yang berprestasi, seperti memberi hadiah, membebaskan biaya sekolah, serta reward yang lain. Kepada peserta ddidik, guru selalu menyampaikan untuk memberi selamat dan turut merasa bangga dengan prestasi teman-temannya. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai menghargai prestasi dengan baik. m. Bersahabat/komunikatif Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu bersahabat dengan peserta didik, menjalin hubungan baik layaknya teman, terbuka dan komunikatif. Agar berefek kepada peserta didik mereka juga melakukan hal yang sama. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai bersahabat/komunikatif dengan baik.
56
n. Cinta damai Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai cinta damai yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memberikan pengertian dan motivasi kepada peserta didik untuk selalu saling menyayangi sesama teman, cinta damai dan menghindari perselisihan. Serta program senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5S) sangat ditekankan di lingkungan SMP Islam Ruhama. Baik itu ketika bertemu dengan guru, karyawan, penjaga sekolah, bahkan sesama siswa. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai cinta damai dengan baik. o. Gemar membaca Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk gemar membaca. Bahkan pihak sekolah telah memberikan akses perpustakaan yang sangat mudah, nyaman dan bersahabat agar peserta didik senang berlama-lama di perpustakaan untuk membaca dan mempelajari materi di perpustakaan. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai gemar membaca dengan baik, meskipun masih banyak peserta didik yang enggan gemar membaca. p. Peduli lingkungan Peserta didik dituntut untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan
sekolah.
Peserta
didik
yang
terbukti
melakukan
pelanggaran, maka akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan tata tertib yang ada. Seperti: 1) Membuang sampah dan es batu sembarangan, sanksi infak Rp 5000 atau hafalan surat yang ditentukan oleh guru piket.
57
2) Bermain pintu/jendela, merusak pintu/jendela, sanksinya adalah minimal infak Rp 5000 atau hafalan surat dan maksimumnya adalah mengganti pintu/jendela. 3) Mencorat-coret meja, tembok dan property yang ada di sekolah, sanksinya adalah infak dan mengecat ulang. 4) Membuat keributan, sanksinya adalah keliling lapangan, menulis surat al-Quran, meminta maaf kepada pihak yang bersangkutan. 5) Mengerjakan kewajiban piket setelah jam pelajaran usai, sanksi jika tidak melaksanakannya adalah berhadapan langsung dengan wali kelas. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai peduli lingkungan dengan baik. q. Peduli sosial Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk peduli terhadap sesama. Sekolah juga rutin melakukan bakti sosial dilakukan setiap semester, baik itu kepada lingkungan sekitar sekolah maupun di luar daerah. Ini merupakan salah satu kegiatan rutin sebagai pembiasaan dalam meningkatkan rasa kepedulian siswa terhadap masyarakat sekitar. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai peduli sosial dengan baik. r. Tanggung jawab Dari hasil observasi dan wawancara yang telah penulis lakukan nilai kemandirian yang dikembangkan di SMP Islam Ruhama, guru akidah akhlak pada khususnya yaitu selalu memotivasi peserta didik untuk bertanggung jawab,
seperti
melaksanakan
tugas
piket
sesuai
jadwalnya, menerima sanksi ketika melanggar peraturan, mengerjakan tugas dengan baik. Dan dari observasi serta wawancara juga, penulis
58
menyimpulkan bahwa peserta didik sudah melaksanakan nilai tanggung jawab dengan baik.
3. Hambatan Hambatan yang dihadapi oleh guru akidah akhlak adalah masih ada siswa yang melanggar norma, karena pembentuk karakter siswa tidak sepenuhnya dari guru akidah akhlak. Bisa dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Mereka yang memasuki masa remaja biasanya lebih rentan dengan segala tindakan-tindakan yang menyinggung norma yang berlaku karena pada masa tersebut keadaan jiwa anak dalam kondisi labil, tidak ingin diatur dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi yang jika tidak diarahkan dan tidak diperhatikan dengan baik, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan, pergeseran budaya dan dekadensi moral tentunya.86 Selain hal tersebut, kendala yang lain adalah pergaulan mereka yang cenderung bebas sangat mempengaruhi karakter peserta didik. Mereka sudah merasa sangat nyaman dengan kelompok mereka di luar rumah dan sekolah yang kebanyakan tidak memberikan dampak positif, anak tidak memiliki tekad yang kuat keluar dari zona tersebut.87
86 87
Ibid. Ibid.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa guru akidah akhlak telah melakukan perannya dalam upaya membentuk karakter peserta didik, yakni dengan sebagai berperan sebagai pembimbing, guru akidah akhlak memotivasi dan memberi nasihat kepada peserta peserta didik untuk selalu berbuat baik. Sebagai pendidik yakni mengajarkan sopan santun dan tata karma, mengajarkan cara berpakaian yang sesuai dengan norma dan aturan. Sebagai demonstrator, guru akidah akhlak mencontohkan berpakaian yang sesuai norma, sopan dan santun, selalu membaca doa ketika memulai dan mengakhiri sesuatu, menyapa dan memberi salah ketika bertemu orang lain, berkata sopan, selalu datang tepat waktu dan melaksanakan serta mengajak peserta didik untuk shalat sunnah dan shalat wajib. Sebagai evaluator, guru akidah akhlak selalu menegur dan memberi nasihat peserta didik yang melanggar aturan, memberi sanksi kepada peserta didik yang melanggar tata tertib, seperti memotong rambut jika siswa berambut gondrong, menggunting celana dan rok jika celana atau rok tidak sesuai aturan, serta bekerja sama dengan guru bimbingan konseling untuk memberikan konseling kepada peserta didik yang melanggar aturan serta memanggil orang tua peserta didik. Adapun upaya yang dilakukan untuk membentuk karakter peserta didik yakni dengan menerapkan pembiasaan yang sesuai dengan 18 nilai karakter yang dicanangkan oleh Kemendikbud.
59
60
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini memiliki implikasi, pertama guru memiliki peran dan tanggung jawab untuk membentuk karakter peserta didik. Dalam hal ini guru sebagai pendidik, pembimbing, demonstrator dan evaluator, menyadari akan pentingnya peranan tersebut. Kedua, dalam upaya pembentukan karakter, penanaman nilai religiusitas pada peserta didik dilaksanakan secara berkelanjutan.
C. Saran Dari
kesimpulan
yang
telah
peneliiti
paparkan,
peneliti
menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru akidah akhlak memperhatikan dan terus mengembangkan aspek keteladanan 2. Upaya-upaya yang seharusnya dilakukan oleh guru akidah akhlak dan pihak SMP Islam Ruhama yaitu dengan berbagai kegiatan dan aktivitas yang bisa mengembangkan karakter siswa sesuai dengan karakter
yang dikembangkan oleh Kemendiknas
untuk
lebih
ditingkatkan. 3. Hendaknya pihak lembaga/yayasan, khususnya sekolah menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan keluarga, lingkungan dan berbagai pihak untuk menciptakan situasi kondusif bagi pembentukan karakter peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aan, Ridho. “Darurat Kenakalan Remaja”, Tajuk Rencana. Harian Sinar Indonesia Baru. Medan: 2014. Abdullah, M. Yatimin. Study Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah. 2007. Akrab, Tim. “Membina Kehidupan Beragama Melalui Media Cetak”, Majalah Akrab, No. 18-IX, Jakarta: 2006. Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. dari Attarbiyah al-Islamiyah oleh H. Bustami A. Gani dan Johar Bahri. Jakarta: Bulan Bintang. 1984. Al-Bachri. 18 Karakter yang Harus Dikembangkan Pada Peserta Didik. www.academia.edu. 1 April 2016. An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan adalah di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press. 1995. Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak dalam Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: Karya Mulia. 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. Asidi, Juhdi. Wawancara. Ciputat, 5 Mei 2016a. -----. Wawancara. Ciputat, 28 April 2016b. Asy-Syaibani, Umar Muhammad at-Taomy. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1979. Aunillah, Nurla Isna. Panduan Menerapkan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana. 2011. Darajat, Zakiah. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang. 1977. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jakarta: Yayasan Kelopak. 2004. Hasan, M. Ali. Tuntunan Akhlak. Jakarta: Bulan Bintanag. 1978. 61
62
Imron, Ali. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. 2011. Kemenag. “Pendidikan Akhlak ala Al-Ghazali” . www.simbi.kemenag.go.id, 29 Maret 2016. -----. al-Hilali Qur’an. Jakarta: Pustaka Alfatih. 2002.
Majduddin. Akhlak Tasawuf: Mukjizat Nabi Karomah Wali dan Ma’rifah Sufi.Jakarta: Kalam Mulia. 2009. Megawangi, Ratna. Character Parenting Space. Bandung: Mizan. 2009. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002. Muchlish, Mansur. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. V. t.tp. Muiz, Saepul. Wawancara. Ciputat, 1 Mei 2016a. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional “Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2009. Munadhi, Yudhi dan Faridha Hamid. Modul Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. 2009. Muslim, Agus. Wawancara. Ciputat, 6 Mei 2016 -----. Wawancara. Ciputat, 5 Mei 2016b. Nata, Abuddin & Fauzan. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press. 2005. Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Peserta didik. Bandung: Al- Ma’arif. cet. II. 1981. -----. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012. -----. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009. -----. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2010. Nur, “Remaja Pelaku Seks Bebas Meningkat”. www.bkkbn.go.id, 29 Maret 2016.
63
Pamungkas, M. Imam. Akhlak Muslim Modern, Membangun Karakter Generasi Muda. Bandung: Penerbit Marja. 2012. Penyusun, Tim. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005. Penyusun,Tim. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1976. Raharjo, Sabar Budi. Pendidikan Karakter sebagai Upaya Meningkatkan Akhlak Mulia, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan . XVI. 2010. Rahayu, Wahyuningsih. Model Pembelajaran Komeks Bermuatan Nilai-nilai Karakter.t.tp: t.np. t.t. Rosadi, Arif, “Membangun Penyelenggaraan Pendidikan Berkarakter Berbasis Evaluasi Profesional”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Evaluasi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Semarang : 2013. Samani, Muchlas. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011. Sevilla, Consuelo G. Pengantar Metode Penelitian, Terj. dari An Introduction to Research Methods oleh Alimudin Tuwu. Jakarta: UI Press. Cet. I. 2006. Sudarsono. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. 1991. Surya, Muhammad dkk. Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. IX. 2005. Trim, Bambang. Meng-Instal Akhlak Anak. Jakarta: Hamdallah Imprint Grafindo Media Pratama. 2008. www.ardhana12.com/teknik-analisis-data-dalam-penelitian/ , diakses pada 26 Juli 2016
Riwayat Hidup Penulis
Bahiyatul Musfaidah, lahir di Desa Campakoah, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah pada 26 November 1993 dari pasangan Achmad
Mangun
Muqito
dan
Chotijah.
Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Pagerandong
pada
tahun
2006,
pendidikan
menengah di SMP Negeri 2 Mrebet pada tahun 2009 dan SMA Negeri 1 Bobotsari, Purbalingga pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan studinya ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN dan diterima di Jurusan Pendidikan Agama Islam. Anak ke-2 dari dua bersaudara ini sangat senang dengan dunia literasi, jadi tentu saja hobinya adalah membaca dan menulis terutama fiksi. Perempuan yang akrab disapa Ida ini aktif di organisasi kepenulisan Forum Lingkar Pena Ciputat sampai saat ini, dan sempat juga aktif di Lembaga Pers Mahasiswa Islam Ciputat (Lapmi HMI Ciputat). Makan dan masak juga merupakan salah satu hobinya, maka salah satu impian yang harus diwujudkan adalah menjadi pengusaha di bidang kuliner. Adik dari Siti Nur Faizah ini semasa kuliahnya aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, DEMA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga aktif sebagai kader di Himpunan Mahasiswa Islam Ciputat. Motto hidupnya adalah “Tantangan akan selalu menjadi beban jika itu hanya dipikirkan, maka lawan. Dan cita-cita pun akan menjadi beban jika itu hanya di angan-angan, maka perjuangkan.”
BERITA WAWANCARA
Nama
: Drs. Juhdi Asidi
Jabatan
: Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama
Tempat Wawancara
: Ruang Kepala Sekolah SMP Islam Ruhama
Hari/tanggal
: Rabu, 4 Mei 2016
Pokok pembicaraan 1. Bagaimana sejarah SMP Islam Ruhama? Jawab: Sejarahnya sangat panjang. Saya dan guru-guru yang sudah lama di sini merupakan saksi dari perjalanan SMP Islam Ruhama dari embrio. Untuk lebih jelasnya, nanti saya data narasi dalam bentuk softfile-nya ya… Tidak cukup sehari kalau diceritakan. 2. Apa yang bapak ketahui tentang pendidikan karakter? Apakah penting pendidikan karakter bagi peserta didik SMP Islam Ruhama? Jawab: Pendidikan karakter merupakan pendidikan pendidikan yang ditujukan untuk membentuk perilaku peserta didik dalam kehidupan seharihari. Tentu saja sangat penting, jika tidak diajarkan pendidikan karakter sejak dini, itu akan mematikan moral anak bangsa. 3. Dari 18 nilai-nilai karakter yang dicanangkan oleh Kemendiknas, apakah sudah diterapkan semua di SMP Islam Ruhama? Jawab: Alhamdulillah, kami sedang berusaha menerapkan semuanya. 4. Apakah nilai-nilai karakter yang dikembangkan tersebut telah tertanam pada peserta didik di SMP Islam Ruhama? Jawab: Harapannya si iya… Yang saya lihat memang sebagian besar siswa sudah baik, hanya saja belum tahu jika mereka berada di luar lingkungan sekolah. Karena pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah bukan satusatunya pendidikan yang diterima oleh peserta didik. Pergaulan dan lingkungan keluarga memiliki kontribusi yang sangat besar juga.
5. Upaya apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah untuk membentuk karakter siswa? Jawab: Upayanya tentu saja banyak sekali. Memang yang paling getol itu guru aqidah akhlaq, karena teori saja tidak cukup. Jadi upaya yang kami lakukan bersama guru aqidah akhlak benar-benar dilakukan dengan tegas. Dengan tata tertib dan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya. 6. Apakah upaya-upaya yang telah dilakukan telah menunjukkan hasil yang maksimal? Jawab: Kalau upayanya kami sudah melakukan yang maksimal. Tapi kalau hasil, seperti yang sudah saya katakana tadi, bahwa sekolah bukan satusatunya yang membentuk karakter siswa.
BERITA WAWANCARA
Nama
: Agus Muslim, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Aqidah Akhlaq SMP Islam Ruhama
Tempat Wawancara
: Ruang Guru SMP Islam Ruhama
Hari/tanggal
: Selasa, 3 Mei 2016
Pokok pembicaraan 1. Bagaimanakah akhlakul karimah dikenalkan kepada siswa? Jawab: Melalui pembelajaran di kelas dan contoh yang kita terapkan. 2. Dengan cara apa dan bagaimana bapak mengajarkan siswa untuk berakhlak baik? Jawab:
Dengan
mengajarkannya
dengan
lisan,
mencontohkan
dan
mempraktikan dengan perbuatan, menegur jika siswa melakukan tindakan yang salah. 3. Bagaimana tanggapan atau respon bapak terhadap siswa yang berakhlak baik dan buruk? Jawab: Yang sudah baik tentu saja harus di pertahankan. Yang belum baik, selalu dimotivasi untuk menjadi lebih baik. 4. Bagaimana cara penanaman akhlakul karimah kepada siswa untuk membentuk karakter siswa yang baik? Jawab: Seperti yang sudah saya jawab, contoh yang kita lakukan itu merupakan penanaman yang wajib dilakukan. Ketegasan juga dibutuhkan dalam hal mendisiplinkan siswa. 5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang bapak berikan kepada peserta didik agar berkarakter dan berakhlak yang baik? Jawab: Yang jelas secara baik-baik pelan dan tegas. Akan lebih baik jika siswa yang masih berperilaku buruk diajak untuk berbicara empat mata, di bombing dengan kasih sayang, tanpa kekerasan.
6. Bagaimana bapak melatih peserta didik agar terbiasa berakhlak yang baik sehingga terbentuk karakter yang ideal? Jawab: Dengan pembiasaan yang baik, dan contoh yang baik. 7. Apa dan bagaimana cara bapak menanggulangi masalah peserta didik yang memiliki karakter tidak berakhlakul karimah, dengan waktu KBM yang hanya 1 jam setiap minggunya? Jawab: Kami lebih menekankan kepada praktiknya. Teori siapa saja bisa menguasai, tapi praktik itu lebih penting. Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja, tidak melulu di kelas ketika KBM. 8. Bagaimana menurut bapak apakah dari pendidikan akhlak yang bapak ajarkan sudah turut membantu pembentukan karakter pesereta didik? Jawab: Kalau kontribusinya kami rasa cukup membantu. Tapi jika di sekolah sudah dibenahi, kemudian di rumah atau di lingkungan di rusak lagi, ya percuma kalau begitu. Untuk itu, kami seringkali bekeerja sama dengan wali murid untuk tetap menjaga pergaulan anaknya. 9. Bagaimana pandangan bapak tentang karakter peserta didik si SMP Islam Ruhama? Jawab: Karakternya kalau di sekolah saya lihat sudah cukup bagus. Yang penting pengawasan orang tua juga harus tetap berjalan. 10. Apa hambatan dan harapan bapak tentang karakter peserta didik SMP Ruhama untuk jangka panjangnya? Jawab: Hambatannya ya tentang perilaku yang sudah mereka bawa dari rumah masing-masing dan dari lingkungan. Terkadang perilaku buruk karena pergaulan mereka ajarkan ke teman-temannya, itu yang membuat pendidikan karakter terkadang terhambat. Kalau harapan, ya pastinya saya pribadi selalu mengharapkan yang terbaik untuk anak-anak saya. Menjadi peserta didik yang baik, dan menjaga almamater.
Instrumen Wawancara Untuk Siswa-siswi
1. Adakah kegiatan religious yang dilakukan di sekolah ini? Jika iya, apa anda mengikuti kegiatan tersebut? 2. Apa anda pernah menyontek? Beri penjelasan dari jawaban anda!Apakah anda selalu menghargai jika teman anda berbeda suku dan budaya? 3. Pernahkah anda melanggar hukuman? Jika pernah, apa yang anda langgar dan hukuman apa yang anda dapatkan? 4. Apakah anda selalu berusaha untuk mendapatkan peringkat terbaik? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 5. Apakah anda atau selalu membuat sesuatu yang unik agar belajar anda lebih nyaman? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 6. Apakah anda pernah mengandalkan orang lain dalam mengerjakan tugas sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 7. Apakah anda selalu mengikuti pemilihan ketua osis yang dilaksanakan oleh sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 8. Bagaimana cara anda mencari tahu hal-hal yang belum anda ketahui tentang pelajaran anda atau hal-hal di sekitar anda? 9. Apakah anda selalu mngikuti kegiatan peringatan kemerdekaan RI yang dilaksanakan oleh sekolah? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 10. Apakah anda bangga menjadi bagian dari wwarga Negara Indonesia? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 11. Apakah guru anda pernah memberikan reward kepada anda atau teman anda jika mereka memperoleh prestasi yang membanggakan? 12. Apakah anda memiliki teman banyak? Bagaimana caranya anda berteman? 13. Apakah anda pernah bertengkar, berkelahi tawuran? Coba jelaskan alasan jawaban anda! 14. Apakah anda pergi ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam buku? Berapa buku yang and abaca dalam seminggu?
15. Apakah anda senang dan mengikuti kegiatan peduli lingkungan yang dilaksanakan oleh sekolah? 16. Apakah anda senang dan mengikuti kegiatan peduli sosial yang dilaksanakan oleh sekolah? 17. Apakah anda bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan anda? 18. Apakah anda bersedia menerima sanksi jika melakukan kesalahan? Bagaimana perasaan anda?