UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI Ruwiah Abdullah Buhungo IAIN Sultan Amai Gorontalo Abstrak Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, melalui jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah (UUGD Pasal 1). Sebagaimana tertuang dalam pengertian tersebut tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik karakter. Hal ini tampak pada kata-kata “mendidik, membimbing, mengarahkan, menilai, melatih”. Oleh karnanya upaya-upaya itu tercermin dalam perilaku guru dalam mensikapi peserta didik. Pembentukan karakter peserta didik oleh guru Pendidikan Agama Islam pada hakekatnya tidak menekankan pada ranah kognitif dan psikomotoriknya saja,akan tetapi yang lebih utama adalah penekanan pendidikan pada ranah afektif. Guru pendidikan Agama Islam dituntut untuk menstransfer ilmunya dan memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya,serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Peranan tersebut tidak cukup dilakukan oleh Guru Agama saja akan tertapi membutuhkan kerja sama elemen sekolah yang terkait. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dicanangkan dan dilaksanakan secara sistimatis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai peri laku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan, berdasarkan normanorma Agama, tata karma budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan. Kata kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, karakter, peserta didik ,Globalisasi.
A.
PENDAHULUAN Guru pendidikan agama Islam adalah orang yang memberikan pengetahuan, keterampilan pendidikan dan pengalaman agama Islam pada peserta didik, secara umum pengertian guru pendidikan agama Islam adalah orang yang bertugas mengajarkan pendidikan agama Islam pada sekolah baik swasta maupun negeri, baik guru tetap maupun tidak tetap. Mereka mempunyai peran sebagai pengajar maupun yang sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama Islam. Zakiyah daradjat mengatakan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah merupakan guru agama disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik,ia mampu membantu kepribadian dan pembinaan akhlak, juga menumbuhkan dan mengembangan keimanan dan 1 ketaqwaan para peserta didik. Ditengah-tengah perkembangan dunia yang begitu cepat dan semakin canggih, prinsip-prinsip untuk membangun etika, nilai dan karakter peserta didik tetap harus dipegang. Akan tetapi perlu dilakukan dengan cara yang berbeda atau kreatif sehingga mampu mengimbangi perubahan kehidupan. Guru harus memiliki kemitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistic yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. 1
Zakiyah daradjat, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992)h.99
120
Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan 2 dunia dengan perkembangan ilmu dan teknologi Salah satu yang dilakukan oleh guru agama adalah melakukan pembinaan karakter peserta didik melalui pemaksimalan pungsi mata pelajaran pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama dapat dijadikan basis untuk pembinaan karakter peserta didik. Guru pendidikan agama bersama-sama para guru-guru yang lain dapat merancang berbagai aktifitas sehari-hari bagi siswa disekolah yang diwarnai dengan nilai-nilai ajaran Islam, dengan cara ini siswa diharapkan terbiasa untuk melakukan aktivitas-aktivitas keagamaan yang pada akhirnya dapat membentuk karakternya. Dasar pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun,dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasa warsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama pada pertumbuhan karakter anak. 2
M. Furqon,Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa (Surakarta : Yuma Pustaka)h.25
Akan tetapi, bagi sebagian keluarga,barangkali proses pendidikan karakter yang sistimatis diatas sangatlah sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu seyogianya pendidikan karakter juga diberikan pada anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru, yang dalam filosof jawa disebut “ digugu lan ditiru”, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak dikelas, 3 yang berhadapan langsung dengan peserta didik . Pembinaan karakter peserta didik disekolah berarti adalah upaya yang dilakukan dalam rangka pembentukan karakter peserta didik yang identik dengan pembinaan akhlak mulia. B.
Hakekat Guru Pendidikan Agama Islam. Pendidik atau guru adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kesempurnaan yang tinggi, status pendidik dalam model ini bisa diemban oleh siapa 4 saja, dimana saja, dan kapan saja. Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Sehingga untuk menjadi guru yang dapat mempengaruhi anak didik kearah kebahagiaan dunia dan akhirat sesung5 guhnya tidaklah ringan. Dalam undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan dalam undang-undang tentang system pendidikan nasional pada bab I pasal1 ayat (6), pendidik atau guru adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan. Sedangkan pada bab XI pasal 39 ayat (2), guru merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.secara implisit Sebagai pendidik yang professional, tugas guru tidak saja mendidik melainkan juga mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti 6 Dalam mengembankan keterampilan siswa . menjalankan kewenangan profesinya, guru dituntut untuk memiliki keaneka ragaman kecakapan yang bersifat psikologi meliputi ranah kognitif, ranah afektif 7 dan ranah psikomotorik Kaitannya dengan pengertian guru pendidikan agama Islam adalah orang yang memberikan pengetahuan, keterampilan pendidikan dan pengalaman agama islam kepada peserta didik yang secara umum dapat diartikan sebagai guru yang bertugas mengajarkan pendidikan agama Islam atau sekaligus merupakan pendidik dalam bidang agama Islam. Untuk menjadi guru pendidikan agama islam harus berdasarkan tuntutan hati nurani dan tidak semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan kehidupannya, mengabdi kepada Negara dan bangsa guna mendidik anak didiknya menjadi manusia susila yang cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas dirinya dan pembangunan bangsa dan Negara. Pekerjaan guru pendidikan agama islam adalah luas yakni membina seluruh kemampuankemampuan dan sikap-sikap yang baik dari anak didik sesuai dengan ajaran islam. Hal ini berarti, bahwa perkembangan sikap dan kepribadian tidak terbatas pelaksanaannya melalui pembinaan dikelas saja. Dengan kata lain fungsi guru pendidikan agama islam tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja tetapi fungsi pendidikan agama islam meliputi, pertama,sebagai pengajar, kedua, guru agama islam sebagai pembimbing atau pemberi bimbingan, ketiga, guru agama sebagai pemimpin (manajer 8 kelas) Guru pendidikan agama islam adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan agama islam sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau pengetahuan agama islam, internalisasi, serta amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya, mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
3
Masnur Muslic, Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis multidimensional (Jakarta : Bumi Aksara, 2011)h 81-82 4 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi pendidikan Islam,( UIN Malang pres 2008), h.71 5 Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam,(Jakarta, Bumi Aksara,1992),h.39-40
6
Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta:Quantum Traching, 2005),h.6 8
Idem, Metodik khusus pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi aksara,2004)h.265
121
dalam membangun peradaban yang diredhai oleh Allah Swt Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan islam antara lain: zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah semata, bersih tubuhnya, jauh dari dosa besar, sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan dan sifat-sifat tercela lainnya. Selain itu guru juga iklas dalam pekerjaannya, pemaaf, mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya, memikirkan muridmuridnya seperti memikirkan anaknnya sendiri, 9 mengetahui tabiat murid, dan menguasai pelajaran Sebagai seorang guru pendidikan agama islam, hendaknya seorang guru berprinsip amar makruf nahi munkar dan menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman,islam,ikhsan. Kekuatan yang dilakukan oleh guru agama islam adalah kekuatan indivualitas,sosial dan moral atau nilai-nilai agama C.
Membangun Karakter Peserta Didik Istilah Karakter secara etimologi berasal dari bahasa latin “character” yang antara lain berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadopsi dari bahasa latin Kharakter, kharession, dan xharaz, yang berarti tool for marking, yang dalam bahasa inggris menjadi character yang berarti tabiat, budi pekerti dan watak. Dalam bahasa arab, karakter diartikan “ khuluq, sajiyyah, thab’u” (budi pekerti, tabiat atau watak). Kadang juga diartikan syakhsiyyah yang artinya lebih dekat dengan 10 personality (kepribadian). Karakter berasal dari bahasa yunani “to mark” yang berarti menandai dan mempokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter berasal dari bahasa latin yang berarti “dipahat”, secara harfiah, karakter artinya adalah kualitas mental atau 11 moral, kekuatan moral. Berdasarkan kamus Besar bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Adapun berkarakter adalah mempunyai tabiat, mempunyai kepribadian, 12 Sehingga secara terminologi (istilah) berwatak. karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang tergantung pada faktor kehidupan 13 sendiri.
9
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1990)h.136 10 Fitri Agus Zaenul Pendidikan karakter berbasis nilai dan etika disekolah. (Jokjakarta : Ar-ruzz Media,2012)h.20 11 Ma’ruf Asmani Jamal Buku Panduan Internalisasi Pendidikan karakter di Sekolah. (Jokjakarta: DIVA Press,2012)h.27-28 12 Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara,2007)h.445 13 loc. Cit.
122
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, tata krama, budaya dan adat istiadat. Pendidikan karakter merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-undang sistem pendidikan nasional Tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangakan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, 14 kepribadian dan akhlak mulia. Dalam pendidikan karakter ini, segala sesuatu yang dilakukan guru harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik sebagai pembentuk watak peserta didik, guru harus menunjukan keteladanan. Segala hal tentang perilaku guru hendaknya menjadi contoh peserta didik, misalnya, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Kriteria manusia, warga masyarakat dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa secara umum didasarkan pada nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya itu sendiri. Oleh karena itu, hakekat dari pendidikan karakter dalam pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri serta niali-nilai dari ajaran agama, dalam rangka membina generasi muda Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya 15 dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Dalam dunia pendidikan biasanya pengertian peserta didik, siswa dan anak didik sering disamakan. Bukan istilah – istilah tersebut yang menjadi patokan utama dalam mendidik, tapi karakteristiknya yang lebih penting dan harus diperhatikan dalam kegiatan pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Bab 1, Pasal 1 Peraturan
14
Munir Abdullah Pendidikan Karakter. (Yokyakarta: Pedagogia,2010)h.4 15 Idem, Internalisasi Pendidikan Karakter.(Jokjakarta: Diva Press,2011)h.38
Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional). Anak didik (siswa) adalah anak yang karena ketergantungannya menimbulkan tanggung jawab pendidikan pada orang dewasa (pendidik), sehingga secara sengaja orang dewasa itu memberikan bantuan kearah kedewasaan. Karakter yang dimaksudkan adalah karakter yang mulia yang diharapkan dan dapat dikembangkan peserta didik. Dalam hal ini membangun karakter peserta didik mengarah pada pengertian tentang mengembangkan peserta didik agar memiliki kepribadian, prilaku, sifat, tabiat, dan watak yang selagi mulia. Karakter seprti ini mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan kecakapan yang memenuhi standar nilai dan norma yang dijunjung tinggi dan dipatuhi. Peserta didik yang memiliki karakter mulia memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai yang positif dan mulia dan selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan, dirinya, sesama lingkungan bangsa dan negara bahkan terhadap negara Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya. D.
Upaya guru pendidikan agama Islam dalam membangun karakter peserta didik di era Globalisasi. Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan. Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi. Guru juga harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa),penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya, sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik. Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif. Dalam karakter pendidikan guru penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika dan estetika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain
bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Guru harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai yang dimaksud serta mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah seharihari. Yang terpenting adalah semua komponen sekolah bertanggung jawab terhadap standarstandar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilainilai inti. Dalam dunia pendidikan, para guru dan perancang pembelajaran dalam mengembangkan strategi pembelajaran moral perlu mengupayakan peningkatan kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan moral, misalnya melalui pemberian tugas, diskusi kelompok, atau bermain peran tentang seorang pahlawan atau sebaliknya, serta mencari contoh-contoh seorang pahlawan yang sesuai dengan idola mereka. Guru hendaknya menanggapi dengan serius segala persoalan moral dalam bentuk apapun, agar merangsang proses pemikiran mereka tentang pentingnya moral. Pada Era globalisasi dewasa ini dekadensi moral tidak hanya terjadi di kalangan remaja saja, namun banyak terjadi pula dikalangan orang dewasa. Hal ini tidak bisa kita pungkiri lagi, ternyata di negeri tercinta yang berdasarkan Pancasila ini telah menodai nilai-nilai luhur dari Pancasila itu sendiri. Hal ini terbukti semakin maraknya korupsi hampir di setiap departemen yang ada di negeri kita ini. para guru di sekolah dan orang tua harus saling mengisi untuk menumbuhkan karakter positip pada anak melalui pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan agama sehingga generasi mendatang bangsa kita menjadi bangsa yang beriman berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia. E.
Penutup. Dasar pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun,dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasa warsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama pada pertumbuhan karakter anak. Keseimbangan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi, menjadi modal penting dalam mempersiapkan anak menghadapi masa depan. Melalui pendidikan karakter yang positif diharapkan menghasilkan siswa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beriman, berprestasi, disiplin, tanggung jawab, sopan, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan percaya diri.
123
Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Guru pendidikan agama islam adalah orang yang menguasai ilmu pengetahuan agama islam sekaligus mampu melakukan transfer ilmu atau pengetahuan agama islam, internalisasi, serta amaliah (implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya, mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual, dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diredhai oleh Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA Fatah Yasin, Dimensi-dimensi pendidikan Islam, UIN Malang pres 2008 Zakiah Daradjat, Ilmu pendidikan Islam,Jakarta, Bumi Aksara,1992 Ahmad Sabri, strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta:Quantum Traching, 2005 M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam Jakarta: Bulan Bintang,1990 M.
Furqon,Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa Surakarta : Yuma Pustaka
Masnur
Muslic, Pendidikan karakter menjawab tantangan krisis multidimensional Jakarta : Bumi Aksara, 2011
Fitri Agus Zaenul Pendidikan karakter berbasis nilai dan etika disekolah. Jokjakarta : Ar-ruzz Media,2012 Ma’ruf Asmani Jamal Buku Panduan Internalisasi Pendidikan karakter di Sekolah. Jokjakarta: DIVA Press,2012 Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Bumi Aksara,2007 Munir Abdullah Pendidikan Karakter. Yokyakarta: Pedagogia,2010
124